Gangguan Mental Organik
-
Upload
fhytria-ara -
Category
Documents
-
view
224 -
download
5
Transcript of Gangguan Mental Organik
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
DEFINISI
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat
didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, di
mana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari
penyakit/gangguan sistemik di luar otak (ekstra cerebral).
Yang termasuk dalam gangguan mental organik adalah :
1. Sindrom gangguan psikopatologik (misalnya demensia)
2. gangguan yang mendasari (misalnya penyakit Alzheimer)
Gambaran utama dari gangguan mental organic?
a. gangguan fungsi kognitif daya ingat, daya pikir, daya
belajar
b. gangguan sensorium gangguan kesadaran dan perhatian
c. sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang
persepsi, isi pikiran, suasana, perasaan,dan emosi
d. onset sangat berpengaruh dalam penentuan diagnosis
PPDGJ III
Penggolongan dari gangguan mental organic!
F00 –F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK`
(TERMASUK GANGGUAN MENTAL SIMTOMATIK)
F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER
F01 DEMENSIA VASKULAR
F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK
F03 DEMENSIA YTT
F04 SINDROM AMNESIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL
dan ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA
F06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan
DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT
PENYAKIT,KERUSAKAN DAN DISFUNGSI OTAK
F08 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU SIMTOMATIK YTT
PPDGJ III
DEMENSIA
o Sindrom ggn fs kognitif tanpa ggn kesadaran (inteligensi
umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan ).
o Kepribadian dpt terganggu, ggn fs sosial, pekerjaan.
o Tergantung penyebab ggn dpt progrersif, permanen, statis,
reversibel.
o Kemungkinan reversibilitas tgt: patologi dasar, pe- ngobatan
erfektif dan tepat waktu (15 %).
o Demensia menyebabkan penderitanya kesulitan untuk
menjalani aktivitas sehari-hari dan berhubungan sosial.
1. EPIDEMIOLOGI
• Tergantung usia ( 65 th 15% ringan, 5% berat,
usia 80 th 20% berat )
• 50-60 % Demensia tipe alzheimer, faktor resiko: wanita, saudara tk I,
rwy cedera kepala, sindroma down.
• 15-30 % Demensia tipe vaskuler, berhubungan dg peny
kardiovaskuler, laki-laki, usia 60-70 th, hipertensi dll.
• 10-15 % Demensia campuran alzheimer-vaskuler
• 1-5 % demensia trauma kepala, alkohol, ggn gerak (huntington,
parkinson).
2. etiologi
a. Menurut Umur:
i. Demensia senilis (>65th)
ii. Demensia prasenilis (<65th)
b. Menurut perjalanan penyakit:
i. Reversibel
ii. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus,
subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
c. Menurut kerusakan struktur otak
i. Tipe Alzheimer
diagnosis: neuropatologi otak (deposit amiloid molekuler tu
parietal, temporal); klinis penyebablain (-); 40 % riwayat
keluarga +, genetik monozigot > dizigot.
Neuropatologi:
makroskopis: atrofi difus, pendataran sulkus kortikal, pembesaran ventrikel
serebral.
mikroskopis: plak senilis, kekusutan neurofibriler, kurangnya neuronal
kortek, degenerasi granulovarkular neuron. Kekusutan neurofibriler=
sindroma down, demensia pugilistik, D parkinson, lanjut usia normal. Plak
senilis/plak amiloid td: beta/alele 4 dan astrosit, distrofik prosesus neuronal,
mikroglia juga tdp pd sindroma down dan penuaan noprmal
• Kelainan neurotransmiter:
- ( asetil kolin, nor epinefrin, somatostatin, kortikotropin ) menurun
hipoaktif.
- Penyebab lain: kelainan metabolisme membran fosfolipid,
kadar aluminium otak menimngkat-toksik, gen E 4 + tinggi
Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga
melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya
ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau
dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu.
Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami
kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak.
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan
serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa
terlihat pada otopsi.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah
penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada
otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di
transmisikan sebagaimana mestinya (Grayton, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat
keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
ii. Tipe non-Alzheimer
iii. Demensia vaskular : demensia multi infark.
penyebab: penyakit vaskuler sereblal multipel ( hipertensi, infark,
lesi parenkim, arteriosklerosis, tromboemboli
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke
yang berturut-turut.
Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan
yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan
jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah disebut infark.
Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut
demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak
iv. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
Demensia Lewy body sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi
memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di
dalam otak.
v. Demensia Lobus frontal-temporal
vi. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
- infeksi HIV (Human Immunodefisiensi Virus)
- Demensia ( 15 % )dan gejala psikiatri lain.
vii. Morbus Parkinson
- spt huntington, ggn pd ganglia basalis
- Kemunduran kognitif, dpt tjd depresi
- Perlambatan pergerakan dan berfikir (bradifenia)
viii. Morbus Huntington
demensia tu tipe sub kortikal
kel motorik menonjol, bahasa minimal
kesulitan menyelesaikan tugas kompleks
fase awal-menengah: ingatan, bhs, tilikan baik
std lanjut demensia lengkap
ix. Morbus Pick
- Selain gejala-gejala demensia, disertai pula afasi motorik, dan sering
dijumpai secara familier.
- atrofi frontotemporal, penurunan neuronal
- Sindrom kluver-bucy: hiperseksualitas, plasiditas, hiperoralitas
x. Morbus Jakob-Creutzfeldt
Selain gejala-gejala demensia, disertai pula gejala-gejala gangguan
ekstra piramidal seperti hipokinesia, rigiditas, mioklonia serta gejala-
gejala kelainan piramidal.
degenerasi otak
- ditransmisi oleh agen inaktif “prion”(agen protein tdk mengandung
DNA/RNA) degenerasi spongiosa, < respon imun inflamasi.
penyakit lain yg berhub dg prion: scrapie, kuru, sind gesrtman-
strausster.
- transmisi iatrogenik: transplantasi kornea, instrumen bedah
terinfeksi
- onset dimulai: perkembangan tremor, ataksia berjalan, mioklonus,
demensia progresif berat
xi. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
xii. Prion disease
xiii. Palsi Supranuklear progresif
xiv. Multiple sklerosis
xv. Neurosifilis
xvi. Tipe campuran
d. Menurut sifat klinis:
i. Demensia proprius
ii. Pseudo-demensia
Dari segi etiologi dibedakan antara demensia reversibel dan
irreversibel. Untuk demensia reversible penyebabnya adalah :1
1. Drugs
Antidepresi, antiansietas, sedatif, antiaritmia, antihipertensi,
antikonvulsan, obat-obat jantung termasuk digitalis, obat-obat
antikolmergik.
2. Emosi/depresi
Depresi, shizofrenta, mania, psikosis.
3. Metabolik / endokrin
Penyakit tiroid, hipoglikemi, hipernatremi dan hiponatremi,
hiperklasemi, gagal ginjal, gagal hati, penyakit Cushing, penyakit
wilson.
4. Eye/ear nutrisi
Difensiasi tiamin, difensiasi vitamin B12 (anemia pernisiosa),
Difensiasi asam fosfat, difensiasi vitamin B6 (pellagra).
5. Trauma
Trauma kranioserebal, hematon subdural akut dan kronis.
6. Tumor
Glioma, meningioma, tumor metastatis.
7. Infeksi
Meningitis dan ensefalitis bakterialis, meningitis dan ensefalitis
Akibat jamur, meningitis akibat kriptokokus, meningitis dan
Ensefalitis viral, abses otak, neurosifilis, AIDS.
8. Autoimun
Lupus eritematosus diseminata, multiple sklerosis. Dan di samping
itu ada juga arterioseklerosis dan alkohol.
Untuk dementia yang irreversibel penyebabnya adalah:1
1. Penyakit degeneratif
Penyakit Alzaimer, dementia Frontotemporal, penyakit Huntington,
penyakit Parkinson, penyakit Lewy bodies, atrofi olivopontoserebelar,
amiotropik lateral sklerosis/ dementia parkinsonism kompleks.
2. Penyakit vaskular
Infrak multipel, emboli serebral, arteritis, anoksia skunder akibat
henti jantung, gagal jantung atau keracunan karbon monoksida.
3. Trauma
Trauma kranioserebral berat
4. Infeksi
Sub akut spongiform ensefalopati (creutzfeldt-jacob disease), post
ensefalitis, Leukoensefalopati multifokal progresif.
3. tanda dan gejala
Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
Defisit neurologik motor & fokal
Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
Agnosia, apraxia, afasia
ADL (Activities of Daily Living)susah
Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
Lupa meletakkan barang penting
Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi
Tak dapat makan dan menelan
Koma dan kematian
http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm
Gambaran utama dementia adalah munculnya deficit kognitif multipleks,
termasuk gangguan memori, setidak-tidaknya satu diantara gangguan
kognitif berikut ini, yaitu afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal
fungsi eksekutif. Definisi kognitif harus sedemikian rupa, sehingga
mengganggu fungsi sosial atau okupasional serta harus menggambarkan
menurunnya fungsi luhur sebelumnya. Penderita dementia memiliki beberapa
gambaran klinis. Rincian gambaran klinis dementia adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Memori
Dalam bentuk ketidakmampuan untuk belajar tentang hal-hal baru, atau
lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan, atau dipelajari. Pada
dementia tingkat lanjut, gangguan memori menjadi sedemikian berat
sehingga penderita lupa akan identitasnya sendiri
2. Afasia
Dalam bentuk kesulitan menyebutkan nama orang atau benda. Berbicara
samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang
panjang, dan menggunakan istilah-istilah yang tidak menentu. Bahasa lisan
dan tulisan pun terganggu, pada dementia tahap lanjut, penderita dapat
menjadi bisu atau mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh
ekolalia (menirukan apa yang dia dengar)
3. Apraksia
Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun gerakan motorik,
fungsi sensorik, dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat
mengalami kesulitan dalam menggunakan benda tertentu atau melakukan
gerakan yang telah dikenali
4. Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
meskipun fungsi sensoriknya utuh. Meskipun sensasi taktilnya utuh,
penderita tidak mampu mengenali benda yang diletakkan diatas tangannya
atau yang disentuhnya
5. Gangguan Fungsi Eksekutif
Gejala yang sering dijumpai pada dementia. Gangguan ini mempunyai
kaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras subkortikal yang
berhubungan dengan lobus frontalis. Fungsi eksekutif melibatkan
kemampuan berpikir abstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat
urutan, memantau, dan menghentikan kegiatan yang kompleks.
4. PATOLOGI
Pada dementia yang reversibel, daya kognitif global dan fungsi luhur
lainnya terganggu oleh karena metabolisme oleh karena neuron-
neuron kedua belah hemisferium tertekan atau dilumpuhkan oleh
berbagai sebab. Apabila sebab ini dapat dihilangkan, maka
metabolisme kortikal akan berjalan sempurna kembali. Dengan
demikian fungsi luhur dalam keseluruhannya akan pulih kembali.
Apabila sebab ini sudah menimbulkan kerusakan infrastruktur
neuron-neuron kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih
kembali, dan dementia akan menetap.
Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah
hemisferium, yang mencakup daerah persepsi primer, korteks
motorik, dan semua daerah asosiatif menimbulkan dementia. Sebab-
sebab yang disebutkan diatas sebagai penyebab subacute amnestic-
confusional syndrome merupakan penyebab juga bagi dementia
reversibel dan tak reversibel. Karena daerah motorik, piramidal dan
ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus, maka hemiparesis atau
monoparesis dan diplegia juga dapat melengkapkan sindrom
dementia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan
ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih dapat
ditimbulkan. Pada umumnya, tanda-tanda tersebut mencerminkan
gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal. Tanda tersebut
diungkapkan dengan jalan membangkitkan refleks-refleks.
5. DIAGNOSIS
Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada 3 hal:
Pembedaan antara delirium dan demensia
Bagian otak yang terkena
Penyebab yang potensial reversibel
Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
• Demensia alzheimer (10.3-3);
• DemensiaVaskuler (10.3-4)
• Demensia krn kondisi medis umum (10.3-5)
• Demensia menetap akibat zat (10.3-6)
• Demensia sbb multipel dan tdk ditentukan (10.3-8)
PPDGJ III: F00. D Alzheimer, F01 D. Vaskuler, F02 D Penyakit lain, F03
Demensia YTT.
KLINIS
• Std awal: gagal dlm tugas baru/kompleks
• Std lanjut:tdk mampu mlk tugas ringan-berat
defek utama: orientasi, ingatan, persepsi, fs
intelektual terganggu progresif berkelanjutan.
- tjd perubahan afek, perilaku dan kepribadian.
- tjd psikosis: halusinasi, waham, agresi fisik.
- ggn neurologi: afasia, apraksia, agnosia, defeks primitif
Reaksi Katastropik
- kemampuan perilaku abstrak menurun
- Kesulitan perbedaan-persamaan
- Alasan logis, memecahkan masalah, pertimbangan tergg
- Agitasi skunder: mengubah subyek, membuat lelucon, mengalihkan
pembicaraan
Pemeriksaan Klinis
Seyogyanya pemeriksaan penderita dementia tidak meninggalkan
aturan baku tentang pemeriksaan klinis. Hal ini dimaksudkan agar
diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dan benar, dengan
demikian terapi dapat diberikan secara tepat. Setelah melakukan
pemeriksaan rutin secara lengkap, maka akan ada beberapa hal
spesifik yang berkaitan dengan dementia, hal ini memerlukan
perhatian yang lebih khusus.
a. Pemeriksaan Memori
Secara formal, pemeriksaan memori dapat dilakukan
dengan minta penderita untuk mencatat, menyimpan,
mengingat, dan mengenal informasi. Kemampuan untuk
mempelajari informasi baru dapat diperiksa dengan minta
penderita untuk mempelajari suatu daftar kata-kata.
Penderita diminta untuk mengulang kata-kata (registration),
mengingat kembali informasi tadi setelah istirahat selama
beberapa menit (retention, recall), dan mengenal kata-kata
dari banyak daftar (recognition). Memori lama dapat
diperiksa dengan meminta penderita untuk mengingat
bahan-bahan lama yang dulu pernah diminati.
b. Pemeriksaan Kemampuan Berbahasa
Penderita diminta untuk menyebut nama benda di dalam
ruangan, bagian dari tubuh, mengikuti perintah atau aba-
aba, atau mengulang ungkapan.
c. Pemeriksaan Apraksia
Ketrampilan motorik dapat diperiksa dengan cara meminta
penderita untuk melakukan gerakan tertentu
d. Pemeriksaan Daya Abstraksi
Daya abstraksi dapat diperiksa dengan berbagai cara,
misalnya menyuruh penderita untuk menghitung sampai
sepuluh, menyebut seluruh alfabet, menulis huruf m dan n
secara bergantian
e. Mini Mental State Examination
Pemeriksaan ini ditemukan oleh Folstein et al. pada tahun
1975 yang kemudian digunakan secara luas di klinik psikiatri
maupun geriatric. MMSE meliputi 30 pertanyaan sederhana
untuk memperkirakan kognisi utama pada orang-orang tua.
MMSE tidak sensitif untuk awal dementia.
Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi
Pemeriksaan laboratorium didasarkan atas hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Yang perlu diperhatikan adalah cost-benefit serta
cost-effectiveness, semuanya didasarkan pada kepentingan
penderita. Pemeriksaan Radiologi dapat digunakan sebagai
diagnosis pembanding. CT Scan atau MRI akan memperlihatkan
atrofi otak, lesi otak fokal, hidrosefalus, atau iskemi periventrikular.
Pemeriksaan fungsional, misalnya PET (Positron-Emission
Tomography) tidak dikerjakan rutin, namun dapat meberikan
informasi untuk diagnosis banding pada kasus yang tidak
memperlihatkan adanya kelainan pada CT Scan maupun MRI
6. DIAGNOSIS BANDING
D. Alzheimer D. Vaskuler
- stabil - memburuk
- < gejala neurofokal - + >, < 24 jam.
- < faktor resiko - + >, DM, hipertensi
- terapi: ekselon - koreksi penyakit dasar
1 DELIRIUM
Gangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada
dementia. Delirium juga dicirikan oleh menurunnya kemampuan
untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian secara wajar.
Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara dementia
menununjukkan gejala yang relatif lebih stabil. Gangguan kognitif
yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan lebih
mengarah kepada dementia. Delirium dapat menutupi gejala
dementia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi
delirium atau dementia, maka dianjurkan untuk memilih dementia
sebagai diagnosis sementara, dan mengamati penderita lebih lanjut
secara cermat untuk menemukan gangguan yang sebenarnya
• Delirium, beda dg demensia dalam hal:
- onset > cepat, durasi singkat
- ggn kognitif berfluktuatif
- ggn perhatian dan persepsi menonjol
- ggn jelas pd siklus bangun tidur
2. Amnesia
Amnesia dicirikan oleh gangguan memori yang berat tanpa
gangguan fungsi kognitif lainnya (afasia, apraksia, agnosia, dan
gangguan fungsi eksekutif)
3. Retardasi Mental
Retardasi mental dicirikan oleh fungsi intelektual di bawah rata-rata,
yang diiringi oleh gangguan dalam penyesuaian diri, yang awitannya di
bawah 18 tahun. Apabila dementia tampak pada usia di bawah 18
tahun, diagnosis dementia dan retardasi mental dapat ditegakkan
bersama jika kriterianya terpenuhi
4. Skizofrenia
Pada skizofrenia, mungkin terjadi gangguan kognitif multipleks,
tetapi skizofrenia muncul pada usia lebih muda, di samping itu,
dicirikan oleh gejala yang khas tanpa disertai etiologi yang spesifik.
Yang khas, gangguan kognitif pada skizofrenia jauh lebih berat
daripada gangguan kognitif pada dementia
• Skizofrenia: kdg tdpt ggn intelektual < demensia.
5. Depresi
Depresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan
memori, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan menurunnya
kemampuan intelektual secara menyeluruh. Terkadang penderita
menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status
mental dan neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, seringkali
sulit untuk menentukan apakah gejal kognitif merupakan gejala
dementia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan melalui
pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan
yang ada, urutan munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif,
perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta hasil pengobatan.
Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat perbedaan antara
dementia dengan depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua
diagnosis dapat ditegakkan bersama
• Depresi: ggn kognitif dsbt:”pseudo demensia”
- gejala depresi menonjol (tabel:10.3-10)
- tilikan >baik drpd demensia
- tdpt riwayat episode depresi masa lalu
6. Ggn buatan: aneh tdk konsisten, ada tujuan ttt
7. Penuaan normal: bila ada ggn kognitif ringan, tdk mengganggu bermakna
fs sosial-pekerjaan.
7. TERAPI
Terapi
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman
mungkin, dan bantuan pengasuh perlu.
Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang
keperkuannya
Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.
Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam
dinding besar, tanggalan yang angkanya besar
Obat:
Nootropika:
o Pyritinol (Encephabol) 1 x 100 - 3 x 200 mg
o Piracetam (Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg
o Sabeluzole (Reminyl)
o Ca-antagonist:
o Nimodipine(Nimotop 1- 3 x 30 mg)
o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v./i.m.
o Cinnanzine (Stugeron) 1 - 3 x 25 mg
o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg
infuse
o Pantoyl-GABA
Acetylcholinesterase inhibitors
o Tacnne 10 mg dinaikkan lambatlaun hingga 80 mg.
Hepatotoxik
o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase
inhibitor, 5 mg 1x /hari
o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg
o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg
o Memantine 2 x 5 mg 10 mg
Membantu penderita demensia dan keluarganya:
1. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar,
cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang
besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap
memiliki orientasi.
2. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada
pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada
penderita yang senang berjalan-jalan.
3. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas
lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan
kepada penderita.
4. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan
membantu, bahkan akan memperburuk keadaan.
5. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan
sosial dan perawatan, akan sangat membantu.
Obat Untuk Dementia
a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi dementia jenis Alzheimer, telah banyak
dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing
agents menunjukkan hasil yang cukup memuaskan pada
beberapa penderita, namun demikian secara keseluruhan
tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan, bahwa dementia Alzheimer
tidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik.
Dementia ini disebabkan juga oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi
kolinergik dan noradregenik ternyata bersifat kompleks,
pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat
terjadi interaksi yang mengganggu system kardiovaskuler
b. Choline dan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada dementia
Alzheimer dan hipotesis tentang sebab hubungannya
dengan memori mendorong para peneliti untuk
mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter.
Pemberian precursor, choline dan lecithin merupakan salah
satu pilihan dan memberi hasil cukup memuaskan, namun
demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengan
choline ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal
dan visual. Dengan lecithin hasilnya cenderung negative,
walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam
serum mencapai 120% dan dalam cairan serebrospinal naik
sampai 58%.
c. Neuropeptida, Vasopresin, dan ACTH
Pemberian neuropeptida, vasopresin, dan ACTH perlu
memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki
daya ingat semantic yang berkaitan dengan informasi dan
kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan
memperbaiki keadaan umum.
d. Nootropic Agents
Dari golongan nootropic substances, ada dua jenis obat
yang sering dipergunakan dalam terapi dementia, ialah
nicerogoline dan co-dergocrine mesylate. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara
mengurangi tahanan vascular dan meningkatkan konsumsi
oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan
mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Dalam
suatu penelitian multisenter, diperoleh suatu kesimpulan,
bahwa antara nicergoline dan co-dercogrine mesylate,
apabila diberikan kepada penderita dementia, akan
mempunyai khasiat yang mirip, terutama terhadap
perbaikan fungsi kognitifnya. Di sisi lain, nicergoline tampak
bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyrdine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskuler dan neuronal,
L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat.
Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi
kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin
bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang
menurun pada lansia dan dementia jenis Alzheimer.
Nimodipin memelihara sel-sel endothelial atau kondisi
mikrovaskuler tanpa dampak hipotensif, dengan demikian
sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia
terutama yang mengidap hipertensi esensial
8. PROGNOSIS
Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda.
Demensia karena AIDS biasanya dimulai secara samar tetapi
berkembang terus selama beberapa bulan atau tahun.
Sedangkan demensia karena penyakit Ceutzfeldt-Jakob biasanya
menyebabkan demensia hebat dan seringkali terjadi kematian dalam
waktu 1 tahun.
Pada sebagian besar demensia stadium lanjut, terjadi penurunan
fungsi otak yang hampir menyeluruh.
Penderita menjadi lebih menarik dirinya dan tidak mampu
mengendalikan perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah
dan senang berjalan-jalan (berkelana).
Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan
dan bisa kehilangan kemampuan berbicara.
9. PENCEGAHAN
Dementia perlu dikenali dan dipahami cara pencegahannya melalui
pola hidup sehat seperti makan dengan gizi seimbang, cukup
istirahat dan olah raga, tidak merokok dan lain-lain agar pada
saatnya nanti para usia lanjut tidak segera mengalami kepikunan
dan masih dapat mandiri bahkan produktif. Selain itu, kemungkinan
dementia dapat dicegah dengan menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak.
ALZHEIMER
ETIOLOGI
o faktor genetik
Pada orang yang terkena Alzheimer karena faktor genetik
(bawaan orang tua), mereka mengidap Alzheimer di bawah
usia 65 tahun atau usia muda.
o faktor non genetik.
Pada orang yang terkena Alzheimer akibat faktor non
genetik, terutama yang paling banyak berpengaruh adalah
faktor usia, maka semakin tua usia seseorang (khususnya di
atas 65 tahun) akan semakin rentan orang tersebut
mengidap Alzheimer.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko utama seseorang mengidap Alzheimer adalah
o Usia semakin tua usia seseorang (khususnya setelah usia
65 tahun) maka semakin rentan orang tersebut mengidap
Alzheimer.
Menurut National Alzheimer's Association (2003), penyakit
Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia 65
tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat
ganda setiap 10 tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak
separuh dari populasi yang berusia 85 tahun atau lebih
dapat dipastikan mengidap Alzheimer.
o Genetic
pada orang yang memiliki faktor genetik turunan / bawaan
dari orang tua, penyakit ini akan menyerang di bawah usia
65 tahun. Kasus seperti ini cukup jarang ditemukan.
GEJALA
Berdasarkan National Alzheimer's Association (2003), gejala
Alzheimer dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
A. Gejala ringan
Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru
dipelajari
Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya
dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian
B. Gejala menengah
Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari,
seperti makan dan mandi
Cemas, curiga, dan agitasi
Mengalami gangguan tidur
Keluyuran
Kesulitan mengenali keluarga dan teman.
Pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-
orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama,
hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian
bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui.
C. Gejala akut
Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan nafsu makan, menurunnya berat badan
Tidak mampu mengontrol buang air kecil dan buang air
besar
Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh
Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (2001), juga
membuat 10 gejala penyakit Alzheimer Demensia yang sering
muncul, sebagai berikut:
1. Hilang ingatan.
Salah satu gejala awal dari demensia adalah melupakan
informasi yang baru dipelajari. Pada orang normal, wajar bila
melupakan janji, nama atau nomor telepon. Pada mereka yang
mengidap demensia, mereka akan melupakan berbagai hal
seperti itu lebih sering dan kemudian tidak ingat akan hal
tersebut.
2. Sulit untuk mengerjakan tugas yang familiar.
Orang yang terkena demensia seringkali kesulitan untuk
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sangat mereka ketahui
yang tidak perlu berpikir untuk melakukannya. Orang yang
terkena demensia tidak akan mengetahui langkah-langkah
untuk menyiapkan makanan, menggunakan perabot rumah
tangga atau berpartisipasi dalam melakukan kegemarannya
selama ini.
3. Bermasalah dengan bahasa.
Sesekali, setiap orang dapat memiliki masalah dalam
menemukan kata yang tepat, namun pada orang yang
mengidap Alzheimer, mereka seringkali lupa akan kata-kata
sederhana ataupun substitusi dari kata yang tidak biasa
digunakan, membuat ucapan atau tulisannya sulit untuk
dimengerti. Contohnya: jika orang yang mengidap Alzheimer
kesulitan untuk menemukan sikat giginya, maka ia akan
bertanya "sesuatu untuk mulut saya".
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Normal jika lupa hari dari minggu itu atau dimana kamu pergi.
Tapi orang yang mengidap Alzheimer dapat tersesat di jalan
dekat rumahnya sendiri, lupa dimana dia berada dan bagaimana
ia dapat sampai ke tempat tersebut, dan tidak tahu bagaimana
caranya dia bisa kembali ke rumah.
5. Lemah atau kurang baik dalam mengambil keputusan.
Tidak ada seorang pun yang memiliki keputusan sempurna di
sepanjang waktu. Namun demikian, pada orang yang mengidap
Alzheimer, mereka mengenakan baju tanpa mempertimbangkan
cuaca, memakai beberapa kaos di hari yang panas atau
memakai pakaian yang sangat minim ketika cuaca dingin. Orang
dengan demensia seringkali menunjukkan keputusan yang
lemah / kurang baik mengenai uang, mereka memberikan
sejumlah besar uang kepada para telemarket atau membayar
perbaikan rumah ataupun membeli barang yang tidak mereka
butuhkan.
6. Bermasalah dengan pemikiran abstrak.
Menyeimbangkan buku cek mungkin menjadi begitu sulit ketika
tugas tersebut lebih rumit dari biasanya. Namun demikian, pada
orang yang mengidap Alzheimer, mereka akan benar-benar lupa
berapa jumlah/angkanya, dan apa yang harus mereka lakukan
terhadap angka-angka tersebut.
7. Salah menempatkan segala sesuatu.
Setiap orang dapat secara tidak disengaja salah
menempatkan/menaruh dompet atau kunci. Orang yang
mengidap Alzheimer akan meletakkan segala sesuatu pada
tempat yang tidak sewajarnya, contoh: meletakkan gosokan di
dalam freezer atau meletakkan jam tangan di dalam mangkuk
gula.
8. Perubahan mood atau tingkah laku.
Setiap orang dapat menjadi sedih atau moody dari waktu ke
waktu. Seorang yang mengidap Alzheimer menampilkan mood
yang tidak tentu/berubah-ubah dari tenang menjadi ketakutan
kemudian menjadi marah tanpa ada alasan yang jelas.
9. Perubahan kepribadian.
Kepribadian seseorang wajar mengalami perubahan seiring
dengan usia. Namun seorang yang mengidap Alzheimer dapat
sangat berubah , menjadi benar-benar kacau, penuh kecurigaan,
ketakutan atau menjadi bergantung pada anggota keluarga.
10. Kehilangan inisiatif.
Lelah akibat pekerjaan rumah, aktivitas bisnis, atau kewajiban
sosial sesekali waktu adalah wajar. Namun demikian, orang
yang mengidap Alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan
televisi selama berjam-jam, tidur lebih dari biasanya atau tidak
ingin melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Apabila
seseorang mengidap beberapa dari gejala di atas, maka
sebaiknya ia segera menemui dokter untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh.
PENANGANAN ALZHEIMER
Penanganan terhadap penyakit Alzheimer dapat dilakukan melalui 2
pendekatan:
o pharmacological
Berdasarkan pendekatan pharmacological, penanganan
yang dilakukan terhadap Alzheimer dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan, satu-satunya obat yang dapat
digunakan adalah obat-obat yang mengandung
acetylcholinestrase (AchE) inhibitor seperti: tacrine,
donepezil HCL, rivastigmine, dan galantamine. Pemakaian
obat-obatan ini harus merujuk pada anjuran yang
dikemukan oleh dokter / psikiater. Karena pemakaian obat-
obatan ini ditentukan oleh dosis, dan waktu pemberian,
serta memiliki efek samping. Pengobatan lain yang dapat
digunakan namun masih dipertanyakan mengenai
keefektifannya nya adalah ginkgo biloba, vitamin E, C, dan
B.
o nonpharmacological.
tujuan primer untuk mengatur/me-manage tingkah laku
dan gejala kognitif pasien.
Tujuan sekunder untuk mengurangi beban caregiver
(pengasuh atau perawat, biasanya dari pihak keluarga
pasien). Pendekatan nonpharmacological dilakukan dengan
menggunakan terapi, seperti: terapi behavioral
management techniques, the pleasant event schedule (PES),
music therapy, strategi/ modifikasi lingkungan, animal
assisted therapy, morning bright light therapy, ECT. Melalui
pendekatan nonpharmacological ini, penderita Alzheimer
menjadi lebih mengenal, dan lebih siap menghadapi
penyakitnya, serta lebih dapat me-manage dirinya sendiri.
DELIRIUM VS DEMENSIA
Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses pikir,
sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang
maladaptip
Karakteristik Delirium dan demensia
Delirium Demensia
Onset - Biasanya tiba-tiba - Biasanya perlahan
Lama - Biasanya singkat/ < 1 bulan -biasanya lama dan
progressif
- Paling banyak
dijumpai
pada usia > 65 th
Stressor - Racun,
infeksi,
trauma,
hipertermia
- Hipertensi, hipotensi,
anemia. Racun, defisit
vitamin, tumor
atropi
jaringan otak
Perilaku - Fluktuasi tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Gelisah
- Agitasi
- Ilusi
- Halusinasi
- Pikiran tidak teratur
-Gangguan penilaian dan pengambilan
keputusan
- Afek labil
- Hilang daya ingat
- Kerusakan penilaian
- Perhatian menurun
- Perilaku sosial tidak
sesuai
- Afek labil
- Gelisah
- Agitasi
Membedakan Delirium Dengan Demensia
Delirium Demensia
Terjadi secara tiba-tiba Terjadi secara perlahan
Berlangsung selama beberapa minggu Bisa menetap
Berhubungan dengan pemakaian obat
atau gejala putus obat, penyakit berat,
kelainan metabolisme
Bisa tanpa penyakit
Hampir selalu memburuk di malam
hari
Sering bertambah buruk di
malam hari
Tidak mampu memusatkan perhatian Perhatiannya 'mengembara'
Kesiagaan berfluktuasi dari letargi
menjadi agitasi
Kesiagaan seringkali
berkurang
Orientasi terhadap lingkungan
bervariasi
Orientasi terhadap
lingkungan terganggu
Bahasanya lambat, seringkali tidak
dapat dimengerti & tidak tepat
Kadang mengalami kesulitan
dalam menemukan kata-kata
yg tepat
Ingatannya bercampur baur, linglung Ingatannya hilang, terutama
untuk peristiwa yang baru
saja terjadi
Tabel I. Perbedaan klinis delirium dan Demensia
Gambaran Delirium Demensia
Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik
Awal Cepat Lambat laun
Sebab Terdapat penyakit lain
(infeksi,
dehidrasi, guna/putus obat
Biasanya penyakit otak kronik
(spt Alzheimer, demensia
vaskular)
Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahun
Perjalanan sakit Naik turun Kronik progresif
Taraf kesadaran Naik turun Normal
Orientasi Terganggu, periodik Intak pada awalnya
Afek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemas
Alam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya
Bahasa Lamban, inkoheren,
inadekuat
Sulit menemukan istilah tepat
Daya ingat Jangka pendek terganggu Jangka pendek & panjang
nyata terganggu
Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali
sundowning
Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal
Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus
tidurnya
Atensi &
kesadaran
Amat terganggu Sedikit terganggu
Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibel
Penanganan Segera Perlu tapi tak segera
Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan
delirium yang bertumpang tindih dengan demensia adalah umum
ALZHEIMER, DELIRIUM,AMNESIA
Alzheimer Demensia Amnesia Delirium
Fisiologis (saraf otak) Psikologis Psikologis
Gangguan memori /
ingatan
Gangguan memori /
ingatan
Gangguan kesadaran
dan gangguan kognitif
Berlangsung bertahap
dan bersifat progresif
Tidak bertahap,
berlangsung secara
Berlangsung secara
drastis short time
Permanen Semi permanen Fluktuatif
Belum dapat
disembuhkan
Dapat disembuhkan Dapat disembuhkan
SINDROM AMNESTIK
Sindroma amnestdc dan sindroma amnestik-konfabdatoar
Gejala utama pada sindroma ini ialah :
a. gangguan daya ingat, terutama mengenai hal-hal yang barn
terjadi/recent.
b. gangguan orientasi, terutama orientasi terhadap waktu.
c. sulit dalam mengungkapkan kesan-kesan terhadap peristiwa
tertentu.
d. tidak didapati kelainan-kelainan di bidang emosional; ka-
rena sistem limbik pada penderita ini masih baik.
e. Pada sindroma amnestik-konfabulatoar, didapati konfabulasi.
Kelainan ini dapat menyertai suatu :
a.permulaan proses degenerasi dari otak.
b.gangguan serebrovaskular.
c.gangguan dari fungsi alat-alat vital seperti : jantung, ginjal
akibat kelainan vaskular ekstra serebral.
d.penyakit-penyakit infeksi tubuh.
e.gangguan metabolisme.
f.intoksikasi.
g.kelainan-kelainan di bidang hemodinamika.
h.trauma kapitis.
i. lain-lain (ensefalopati).
j. Permulaan dari penyakit korsakow, tapi di
sin :penyakit yang diakibatkan alkoholisme kronik ini disertai dengan
polineuritis
DELIRIUM
1. DEFINISI
a. Delirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang
terganggu, ditandai dengan: Gangguan perhatian, memori,
pikiran dan orientasi
b. Delirium adalah keadaan yang yang bersifat sementara dan
biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita
mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan
perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi
dan tidak mampu berfikir secara jernih.
2. EPIDEMIOLOGI
Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia
lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap
menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa
perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti
asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena
penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam
jiwanya.
3. ETIOLOGI
Penyebab delirium:
Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun
Efek toksik dari pengobatan
Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium
atau magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi
atau penyakit tertentu
Infeksi akut disertai demam
Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana
cairan yang membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya
dan menekan otak
Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah
tengkorak yang dapat menekan otak.
Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang
otak)
Kekurangan tiamin dan vitamin B12
Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme
Tumor otak (beberapa diantaranya kadang menyebabkan linglung
dan gangguan ingatan)
Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang
Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan
rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di
dalam darah
Stroke.
4. MANIFESTASI KLINIS
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
Konsentrasi dan memfokus
Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
Kesadaran naik-turun
Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
Bingung menghadapi tugas se-hari-hari
Perubahan kepribadian dan afek
Pikiran menjadi kacau
Bicara ngawur
Disartria dan bicara cepat
Neologisma
Inkoheren
Gejala termasuk:
Perilaku yang inadekuat
Rasa takut
Curiga
Mudah tersinggung
Agitatif
Hiperaktif
Siaga tinggi (Hyperalert)
Atau sebaliknya bisa menjadi:
Pendiam
Menarik diri
Mengantuk
Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah
Pola tidur dan makan terganggu
Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri
terganggu
Membedakan Delirium Dengan Psikosa
Gejala Umum Delirium
(penyakit fisik)
GEjala Umum Psikosa
(kelainan mental)
Bingung tentang waktu, tanggal,
tempat atau identitas
Biasanya sadar akan waktu,
tempat & identitas
Sulit memusatkan perhatian Mampu memusatkan
perhatian
Lupa akan peristiwa yg baru saja
terjadi
Berfikir tidak logis tetapi ingat
akan peristisa yg baru saja
terjadi
Tidak mampu berfikir secara logis
atau melakukan perhitungan
sederhana
Mampu melakukan
perhitungan sederhana
Demam atau pertanda infeksi
lainnya
Riwayat kelainan psikis
sebelumnya
Halusinasi (lihat) Halusinasi (dengar)
Terdapat bukti pemakaian obat -
Tremor -
5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan sesegera
mungkin ditentukan penyebabnya.
Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap dan dititikberatkan pada respon
neurologis penderita.
Pemeriksan lainnya yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan darah,
rontgen dan pungsi lumbal.
6. TERAPI
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan
faktor yang memberatkan seperti:
Menghentikan penggunaan obat
Obati infeksi
Suport pada pasien dan keluanga
Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
Cukupi cairan dan nutrisi
Vitamin yang dibutuhkan
Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila
sudah membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur
agar nyaman.
Obat:
o Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV
o Risperidone0,5 3mg perostiap l2jam
o Olanzapine 2,5 15 mg per os 1 x sehari
o Lorazepam 0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di
Indonesia), Perlu diingat obat benzodiazepine mi bisa
memperburuk delirium karena efek sedasinya.
7. PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk
sudah dengan delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi
delirium setelah di Rumah Sakit.
Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi,
faktor iatrogenik, toxisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit.
Biasanya cepat membaik dengan pengobatan.
Beberapa pada lanjut usia susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi
kronik
DELIRIUM
1. etiologi
Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium,
contoh antikolinergika, psikotropika, dan opioida. Mekanisma tidak
jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan reversibilitas dan
metabolisma oxidatif otak, abnormalitas neurotransmiter multipel,
dan pembentukan sitokines (cytokines). Stress dari penyebab apapun
bisa meningkatkan kerja saraf simpatikus sehingga mengganggu
fungsi kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut memang
dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi kolinergik sehingga
lebih mudah terjadi delirium. Apapun sebabnya, yang jelas hemisfer
otak dan mekanisma siaga (arousal mechanism)dari talamus dan
sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti
demensia, stroke. Penyakit parkinson, umur lanjut, gangguan
sensorik, dan gangguan multipel. Faktor presipitasi termasuk
penggunaan obat baru lebih dan 3 macam, infeksi, dehidrasi,
imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan
anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama pada
pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang
dirawatdi bagian ICU beresiko lebih tinggi.
Penyebab intracranial : epilepsy/keadaan pasca kejang, trauma
otak, infeksi (meningitis,ensefalitis), neoplasma, gangguan vascular
o Penyebab ekstrakranial : obat-obatan (obat antikolinergik,
o antikonvulsan, obat antihipertensi, antiparkinson,antipsikotik,
glikosida jantung,cimetidine, clonidine, disulfiram,
insulin,opiate,phencyclidine,phenytoin,ranitidine,salisilat,sed
ative,steroid), racun (karbon monoksida, logam berat&racun
industry lain), disfungsi endokrin(hipofisis,
pancreas,adrenal,paratiroid,tiroid),penyakit non
endokrin(hatiàensefalopati hepatic, ginjal dan saluran
kemih, ensefalopati uremik, paru-paruà narcosis karbon
dioksida&hipoksia)
2. tanda dan gejala
Delirium dapat diawali dengan berbagai gejala, dan kasus
yang ringan mungkin sulit untuk dikenali.
Tingkah laku seseorang yang mengalami delirium bervariasi,
tetapi kira-kira sama seperti orang yang sedang mengalami
mabuk berat.
Ciri utama dari delirium adalah tidak mampu memusatkan
perhatian.
Penderita tidak dapat berkonsentrasi, sehingga mereka
memiliki kesulitan dalam mengolah informasi yang baru dan
tidak dapat mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.
Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan
bingung dengan tempat dimana mereka berada.
Fikiran mereka kacau, mengigau dan terjadi inkoherensia.
Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri
mereka sendiri.
Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi
(percaya bahwa sedang terjadi hal-hal yang aneh).
Respon penderita terhadap kesulitan yang dihadapinya
berbeda-beda; ada yang sangat tenang dan menarik diri,
sedangkan yang lainnya menjadi hiperaktif dan mencoba
melawan halusinasi maupun delusi yang dialaminya.
Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka sering terjadi
perubahan perilaku.
Keracunan obat tidur menyebabkan penderita sangat
pendiam dan menarik diri, sedangkan keracunan amfetamin
menyebabkan penderita menjadi agresif dan hiperaktif.
Delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari
atau bahkan lebih lama lagi, tergantung kepada beratnya
gejala dan lingkungan medis penderita.
Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu
fenomena yang dikenal sebagai matahari terbenam).
Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa
berkembang menjadi koma (tergantung kepada
penyebabnya).
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
Konsentrasi dan memfokus
Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
Kesadaran naik-turun
Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
Bingung menghadapi tugas se-hari-hari
Perubahan kepribadian dan afek
Pikiran menjadi kacau
Bicara ngawur
Disartria dan bicara cepat
Neologisma
Inkoheren
Gejala termasuk:
Perilaku yang inadekuat
Rasa takut
Curiga
Mudah tersinggung
Agitatif
Hiperaktif
Siaga tinggi (Hyperalert)
Atau sebaliknya bisa menjadi:
Pendiam
Menarik diri
Mengantuk
Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah
Pola tidur dan makan terganggu
Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu
3. pedoman diagnostic
gangguan kesadaran dengan penurunan kemampuan untuk
memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian
o perubahan kognisi atau perkembangan gangguan persepsi
yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada
sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang
timbul.
o Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat
(biasanya beberapa jam sampai hari) dan cenderung
berfluktuasi selama perjalanan hari
o Teradpat bukti-bukti dari riwayat penyakit, PF, atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh
akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
o PF : denyut jantung, temperature, tekanan darah,
pernafasan, pembuluh darah karotis, kulit kepala& wajah,
leher,mata, mulut, tiroid, jantung, paru-paru, pernafasan,
hati, system saraf
o Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan standar (kimia
darah),hitung darah lengkap dengan diferensial sel darah
putih, tes fungsi tiroid, tes serologis untuk sifilis, tes antibody
HIV, urinalisis,EKG,EEG,sinar-x dada,skrining obat dalam
darah dan urin.
kaplan
4. DD
Delirium harus dibedakan dengan kelainan kognitif global.
Tabel 1. Kriteria DSM-IV untuk delirium
Gangguan kesadaran
Penurunan derajat kewaspadaan
Tidak bisa memusatkan perhatian
Tidak bisa menggeser perhatian
Gangguan kognitif
Defisit memori
Disorientasi
Gangguan bahasa
Berkembang dalam waktu pendek
Jam dan hari
Fluktuatif, sundowning
Hal-hal tersebut di atas berubah berdasar kondisi medik, intoksikasi, dan
atau pengobatan
a. Demensia
Demensia berbeda karena onsetnya adalah gradual (biasanya tahun),
dan persisten. Demensia tidak menyebabkan penurunan kewaspadaan
sampai late stages (dapat diketahui dari anamnesa). Pasien dengan
dengan demensia mudah menjadi delirium, walaupun demikian, kondisi
akut pada pasien demensia bisa delirium atau kondisi akut lainnya.
Demensia lewy bodies bisa disertai dengan halusinasi dan psikosis.
b. Depresi
Depresi bisa terjadi mimic hypoactive deliriumdengan penolakan yang
jelas, retardasi psikomotor, melambatnya pembicaraan, apatis, dan
pseudodemensia. Depresi tidak mempengaruhi derajat kesadaran.
c. Psikosis
Psikosis bisa terjadi mimic hyperactive delirium. Psikosis fungsoinal
berbeda karena halusinasi suara. Lebih banyak khayalan, dan lebih
sedikit fluktuatif.
d. CVA
CVA jarang disertai dengan delitium, atau salah dianggap sebagai
delirium. Contohnya, aphasia mungkin salah dianggap sebagai
kebingungan. Juga kelainan difus pada atensi karena stroke pada daerah
temporooccipital, parietal, prefrontal, atau region sub kortikal pada
hemisfer kanan. Keadaan akut mungkin memperburuk tanda neurologis
fokal karena CVA lama.
http://medical-free.blogspot.com/2008/06/delirium.html
5. terapi
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya & menghilangkan faktor yang
memberatkan seperti:
Menghentikan penggunaan obat
Obati infeksi
Suport pada pasien dan keluanga
Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
Cukupi cairan dan nutrisi
Vitamin yang dibutuhkan
Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah
membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.
Obat:
o Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV
o Risperidone0,5 3mg perostiap l2jam
o Olanzapine 2,5 15 mg per os 1 x sehari
o Lorazepam 0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia),
Perlu diingat obat benzodiazepine mi bisa memperburuk delirium
karena efek sedasinya.
http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm
6. pencegahan
o menghindari penyalahgunaan obat
7. prognosis
lebih buruk dari pada demensia karena onsetnya lebih akut
AMNESTIC ORGANIK
1. etiologi
- struktur anatomi utama yang terlibat dalam daya ingat dan
perkembangan gangguan amnestik adalah terutama struktur
diensefalik dan struktur lobus midtemporalis. Walaupun amnesia
biasanya disebabkan oleh kerusakan bilateral pada struktur2 tsb,
beberapa kasus kerusakan unilateral menyebabkan suatu gangguan
amnestik, dan bukti2 menunjukkan bahwa hemisfer kiri mungkin
lebih kritikal dibandingkan hemisfer kanan dalam perkembangan
gangguan daya ingat. Selain itu juga defisiensi
thiamin,hipoglikemi,hipoksia dan ensefalitis herpes simpleks
semuanya mempunyai predileksi merusak lobus temporalis,
khususnya hipokampus. Penggunaan obat yang tidak diresepkan,
tumor, serebrovaskuler,prosedur bedah, dll.
- benzodiazepin
2. tanda dan gejala
Perkembangan gangguan daya ingat yang ditandai oleh gangguan
pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia
anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan
yang sebelumnya diingat (amnesia retrograd) gejala harus
bermakna bagi pasien dalam hal social & pekerjaannya.
3. pedoman diagnostic
- gangguan daya ingat jangka pendek
- tidak ada gangguan kesadaran, intelektual dan perhatian
- adanya cidera/ penyakit pada otak
Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan
oleh gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau
ketidakmampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
o Gangguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi social atau pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna
dari tingkat fungsi sebelumnya
o Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan suatu delirium atau suatu demensia
o Terdapat bukti dari riwayat penyakit, PF,atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari
kondisi umum.
4. DD
a) Demensia dan delirium
b) Penuaan normal
c) Gangguan disosiatif kehilangan orientasi pada dirinya
sendiri disertai dengan peristiwa kehidupan yang secara
emosional menyebabkan stress yang melibatkan
uang,system hukum, atau hubungan yang terganggu
misalnya: perceraian suami-istri.
d) Gangguan buatan (factitious disorders)
e) Berpura-pura hilangnya daya ingat
f) Sindrom amnestik akibat alcohol (korsakov)