Gangguan Mental

14
“GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT” Pembimbing : dr. Tri Rini B.S., SpKJ Disusun oleh : Zahra Ibadina Silmi G4A013057 Handiana Samanta G4A013062 BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

description

ggg mental

Transcript of Gangguan Mental

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT

GANGGUAN MENTALDAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT

Pembimbing :dr. Tri Rini B.S., SpKJ

Disusun oleh :Zahra Ibadina SilmiG4A013057Handiana SamantaG4A013062

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJODEFINISI ZAT PSIKOAKTIFZat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif (selektif pada SSP) perubahan pada aktifitas mental dan perilaku. (Puri et al., 2011).

PENGGOLONGAN ZAT PSIKOAKTFTAHAPAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIFPenyalahgunaan Zat PsikoaktifAdalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang), ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari dan tak mampu mengurangi atau menghentikannya (Elvira et al., 2010).

SINDROM KETERGANTUNGAN (F1x.2) Adalah : terdapat keinginan >>> untuk menggunakan zat psikoaktif secara terus-menerus atau periodik. Ketergantungan ini bisa bersifat psikologis, fisik atau keduanya (Puri et al., 2011).Ketergantungan zat psikotropik secara klinis memberikan gambaran yang berbeda-beda dan tergantung banyak faktor,antara lain (Bkkbn, 2007). Jumlah dan jenis yang digunakan Keparahan (severrity) gangguan dan sejauh mana level fungsi keperibadian terganggu Kondisi psiikiatri dan medis umum, konteks sosial dan lingkungan pasien dimana dia tinggal dan iharapkan kesembuhannya

Toleransi Zat Adalah kebutuhan jumlah pengguna zat yang makin lama semakin meningkat, untuk mencapai efek yang sama terhadap tubuh (Elvira et al., 2010)

6Keadaan Putus ZatAdalah timbulnya gangguan-gangguan fisik dan atau psikologis akibat dihentikannya penggunaan zat yang sebelumnya digunakan secara kontinyu (Elvira et al., 2010).PPDGJ III Keadaan Putus Zat (F1x.3) dan Keadaan Putus Zat dengan Delirium (F1x.4)

TAHAPAN REHABILITASIFase PenilaianFase Terapi DetoksifikasiFase Terapi LanjutanUpaya RehabilitasiAbstinensia detoksifikasi (mutlak)Bila terapi selanjutnya adalah terapi substitusi, maka tidak perlu terapi detoksifikasi, tetapi terapi withdrawal. Perbaikan fungsi psikologi dan adaptasiUpaya RehabilitasiDetoksifikasiVariasi: rawat inap, rawat jalan, intensif out-patient treatment, terapi residensi, home based detoxification, , terapi simptomatik, Terapi putus opioida dengan metode Detoksifikasi cepat dalam anestesi (Rapid Opioid Detoxification) hanya untuk kasus single drug opiat saja,dilakukan di RS dengan fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesi dan Psikiater, dilanjutkan dengan terapi menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih kurang 1 tahunDetoxifikasi dengan menggunakan kodein dan ibu profen; klontrex; buprenorfin;metadon

Terapi ini tidak diperlukan jika terapi yang dipilih selanjutnya adalah terapi substitusi. Terapi Substitusi / maintanance/rumatanKarakteristik obat yang idelal untuk terapi rumatan (Elvira et al., 2010):Rendah potensi untuk didiversikanLamanya aksi cukup panjangPotensi rendah menggunakan zat lain selama terapiToksisitas rendah untuk terjadinya over dosisFase detoksifikasi harus singkat, sederhana, dan gejala rebound withdrawal minimalMemfasilitasi abstinensia terhadap opioid ilegal lainPasien mampu menerima dengan baikTidak ada satu obat pun yang memenuhi persyaratan ideal tersebut namun para pakar kedokteran menemukan untuk ketergantungan opioid, beberapa jenis obat yang mendekati kriteria karakteristik adalah : Agonis : metadonPartial agonis : buprenorpinAntagonis : nalterkson

RELAPS ZAT PSIKOAKTIFRelaps adalah proses saat pengguna zat kembali menggunakan zat dengan frekuensi dan jumlah atau dosis yang sekurang kurangnya sama seperti ketika dia menggunakan zat sebelum masa abstinensia. SEKIAN TERIMA KASIH