dokumentasi keperawatan 3

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan 1. Pengertian Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan (Ali, 2009). Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien (Asmadi, 2008). Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009). 2. Tujuan proses keperawatan Menurut Asmadi (2008), proses keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah yang tutjuan utamanya adalah membantu perawat menangani klien secara komprehensif dengan dilandasi alasan Universitas Sumatera Utara

description

sokumentasu

Transcript of dokumentasi keperawatan 3

Page 1: dokumentasi  keperawatan 3

BBAABB IIII

TTIINNJJAAUUAANN PPUUSSTTAAKKAA

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi

keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan (Ali, 2009).

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk

klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat

perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan

ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien

(Asmadi, 2008).

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien

dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis,

sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi

diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi

tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).

2. Tujuan proses keperawatan

Menurut Asmadi (2008), proses keperawatan merupakan suatu

upaya pemecahan masalah yang tutjuan utamanya adalah membantu

perawat menangani klien secara komprehensif dengan dilandasi alasan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: dokumentasi  keperawatan 3

ilmiah, keterampilan teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan

proses keperawatan ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan klien,

tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien, antara lain :

a. Mempertahankan kesehatan klien.

b. Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi

akibat penyakit.

c. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.

d. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.

e. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas

keperawatan, antara lain :

a. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik

keperawatan.

b. Menggunakan standar praktik keperawatan.

c. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.

d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang

tinggi.

3. Metode Asuhan Keperawatan

Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu

metode kasus, metode fungsional, metode tim, dan metode

keperawatan primer (Gillies, 1989 dalam Sitorus, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: dokumentasi  keperawatan 3

Meskipun sebagian sistem pemberian asuhan ini disusun untuk

mengelola asuhan di Rumah Sakit, sebagian dapat diadaptasikan ke

tempat lain. Memilih model pengelolaan pemberian asuhan klien yang

paling tepat untuk setiap unit atau organisasi bergantung pada

keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat profesional yang

terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut, keakutan

klien, dan kerumitan tugas yang harus diselesaikan (Marquis &

Huston, 2010).

a. Metode Kasus

Metode Kasus merupakan metode pemberian asuhan

keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini satu

perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang

klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang

dirawat oleh satu perawat tergantung pada kemampuan perawat

tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.

Setelah perang Dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari

berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di

Rumah Sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi tersebut

dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari

perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian

dikembangkan metode fungsional (Sitorus, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: dokumentasi  keperawatan 3

b. Metode Fungsional

Pada Metode Fungsional, pemberian asuhan keperawatan

ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat

diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua

klien di suatu ruangan. Komunikasi antar perawat sangat terbatas

sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu

klien secara komprehensif kecuali mungkin kepala ruangan.

Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas

terhadap layanan atau asuhan yang diberikan. Pada metode ini,

kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat dalam suatu

ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannnya

kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung

jawab dalam membuat laporan klien (Sitorus, 2006).

c. Metode Tim

Metode Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat

berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan

tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana.

Tujuan dari keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan

yang berpusat pada klien. Keperawatan tim melibatkan semua

anggota tim dalam perencanaan asuhan keperawatan klien, melalui

penggunaan konferensi tim dan penulisan rencana asuhan

keperawatan (Swansburg, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: dokumentasi  keperawatan 3

d. Metode Keperawatan Primer

Metode penugasan yang paling dipuji dan dipraktikkan saat ini

adalah keperawatan primer. Tanggung jawab mencakup periode 24

jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila

perawat primer tidak ada. Perawatan yang diberikan direncanakan

dan ditentukan secara total oleh perawat primer (Swansburg,

2000). Perawat primer bertanggung-jawab untuk mengadakan

komunikasi dan koordinasi dan juga akan membuat rencana pulang

klien jika diperlukan. Jika perawat primer tidak bertugas,

kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (Sitorus,

2006).

4. Sifat-sifat Proses Keperawatan

Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang

membedakannya dengan metode lain. Sifat pertama adalah dinamis,

artinya setiap langkap dalam proses keperawatan dapat kita perbarui

jika situasi yang kita hadapi berubah. Sifat kedua adalah siklus, artinya

proses keperawatan berjalan menurut alur (siklus) tertentu :

pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Sifat ketiga adalah saling ketergantungan, artinya masing-

masing tahapan pada proses keperawatan saling bergantung satu sama

lain. Sifat terakhir adalah fleksibilitas, artinya urutan pelaksanaan

proses keperawatan dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan

situasi dan kondisi klien (Asmadi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: dokumentasi  keperawatan 3

5. Komponen Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Disini, semua data data dikumpulkan secara sistematis guna

menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus

dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek biologis,

psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian

adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar

klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan

data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta

diagnostik (Asmadi, 2008).

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang

menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah

kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk

mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari

data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan

medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional lain, yang

kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,

2005).

c. Perencanaan

Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada

perawat, klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 7: dokumentasi  keperawatan 3

merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi

masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu

petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok

dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan

awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang

akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan

melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun

rencana tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang

terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008).

d. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses

keperawatan adalah katagori dari prilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan

mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.

Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan,

implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian

(Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: dokumentasi  keperawatan 3

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara

hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan

lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan

kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika

sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut

mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum,

evaluasi ditujukan untuk:

1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum.

3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai (Asmadi, 2008).

B. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab

perawat untuk perawatan klien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian

perawatan, meningkatkan kontinuitas perawatan, dan membantu

mengoordinasikan pengobatan dan evaluasi klien (Lyer & Camp, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: dokumentasi  keperawatan 3

Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli yang dapat

dijadikan bukti hukum, jika suatu saat ditemukan masalah yang

berhubungan dengan kejadian yang terdapat dalam catatan tersebut.

Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan

pelaporan perawat yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis (Hutahaean, 2010).

Dokumentasi proses keperawatan merupakan bagian dari media

komunikasi antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan

perawat lain atau dengan tenaga kesehatan lain, serta pihak-pihak yang

memerlukannya dan yang berhak mengetahuinya (Dinarti, 2009).

2. Tujuan dan Manfaat Dokumentasi

Menurut Ali (2009), dokumentasi keperawatan bertujuan untuk :

a. Menghindari kesalahan, tumpang-tindih dan ketidaklengkapan

informasi dalam asuhan keperawatan.

b. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau

dengan pihak lain melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas keperawatan.

d. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.

e. Terlindungnya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan

penanganan secara hukum.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: dokumentasi  keperawatan 3

f. Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah,

pendidikan, dan penyusunan atau penyempurnaan standar asuhan

keperawatan.

g. Melindungi klien dari tindakan malpraktik.

Ali (2009) juga menyatakan dokumentasi keperawatan sangat

bermanfaat dalam asuhan keperawatan yang profesional, antara lain

sebagai berikut :

a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena dokumentasi

merupakan suatu kesinambungan informasi asuhan keperawatan yang

sisitematis, terarah, dan dapat dipertanggung-jawabkan.

b. Sebagai bahan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan di depan

hukum jika diperlukan.

c. Sebagai alat pembinaan dan pertahan akuntabilitas perawat dengan

keperawatan.

d. Sebagai sarana komunikasi terbuka antara perawat dan klien.

e. Sebagai sarana komunikasi antar perawat atau perawat dengan profesi

lain.

f. Sebagi sumber data untuk penelitian dan pengembanagan

keperawatan.

g. Mengawasi, mengendalikan, dan menilai kualitas asuhan keperawatan

yang diberikan oleh perawat (sesuai kompetensi masing-masing

perawat).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: dokumentasi  keperawatan 3

Potter & Perry (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam

pendokumentasian yaitu :

a. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan

(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,

edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.

b. Tagihan finansial

DDookkuummeennttaassii ddaappaatt mmeennjjeellaasskkaann sseejjaauuhh mmaannaa lleemmbbaaggaa ppeerraawwaattaann

mmeennddaappaattkkaann ggaannttii rruuggii ((rreeiimmbbuurrssee)) aattaass ppeellaayyaannaann yyaanngg ddiibbeerriikkaann

bbaaggii kklliieenn..

c. Edukasi

DDeennggaann ccaattaattaann iinnii ppeesseerrttaa ddiiddiikk bbeellaajjaarr tteennttaanngg ppoollaa yyaanngg hhaarruuss

ddiitteemmuuii ddaallaamm bbeerrbbaaggaaii mmaassaallaahh kkeesseehhaattaann ddaann mmeennjjaaddii mmaammppuu uunnttuukk

mmeennggaannttiissiippaassii ttiippee ppeerraawwaattaann yyaanngg ddiibbuuttuuhhkkaann kklliieenn..

d. Pengkajian

CCaattaattaann mmeemmbbeerriikkaann ddaattaa yyaanngg ddiigguunnaakkaann ppeerraawwaatt uunnttuukk

mmeennggiiddeennttiiffiikkaassii ddaann mmeenndduukkuunngg ddiiaaggnnoossaa kkeeppeerraawwaattaann ddaann

mmeerreennccaannaakkaann iinntteerrvveennssii yyaanngg sseessuuaaii..

e. Riset

PPeerraawwaatt ddaappaatt mmeenngggguunnaakkaann ccaattaattaann kklliieenn sseellaammaa ssttuuddii rriisseett uunnttuukk

mmeenngguummppuullkkaann iinnffoorrmmaassii tteennttaanngg ffaakkttoorr--ffaakkttoorr tteerrtteennttuu..

f. Audit dan pemantauan

TTiinnjjaauuaann tteerraattuurr tteennttaanngg iinnffoorrmmaassii ppaaddaa ccaattaattaann kklliieenn mmeemmbbeerrii

ddaassaarr uunnttuukk eevvaalluuaassii tteennttaanngg kkuuaalliittaass ddaann kkeetteeppaattaann ppeerraawwaattaann yyaanngg

ddiibbeerriikkaann ddaallaamm ssuuaattuu iinnssttiittuussii..

Universitas Sumatera Utara

Page 12: dokumentasi  keperawatan 3

g. Dokumentasi legal

PPeennddookkuummeennttaassiiaann yyaanngg aakkuurraatt aaddaallaahh ssaallaahh ssaattuu ppeerrttaahhaannaann ddiirrii

tteerrbbaaiikk tteerrhhaaddaapp ttuunnttuuttaann yyaanngg bbeerrkkaaiittaann ddeennggaann aassuuhhaann kkeeppeerraawwaattaann..

3. Komponen Dokumentasi

Menurut Handayaningsih (2009), ada beberapa komponen dari

dokumentasi yaitu sebagai berikut :

a. Komunikasi

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan seorang

perawat perlu memahami teknik komunikasi yang benar. Dokumentasi

merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk

dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi

yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan

kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa saja yang sudah,

sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.

b. Proses keperawatan

Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,

identifikasi masalah, perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan,

kemudian perawat mengevaluasi respon klien terhadap proses dan

hasil tindakan keperawatan secara subjektif maupun objektif.

c. Standar Dokumentasi Keperawatan

Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan

kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam

suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: dokumentasi  keperawatan 3

memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas

dokumentasi keperawatan.

4. Prinsip-prinsip Dokumentasi

Menurut Hutahaean (2010), pendokumentasian proses keperawatan

perlu dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah selesai melakukan

kegiatan keperawatan, yaitu mulai dari pengkajian pertama, diagnosa

keperawatan, rencana dan tindakan serta evaluasi keperawatan.

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon klien ataupun keluarga

tentang informasi atau data yang penting tentang keadaannya.

c. Pastikan kebenaran setiap data yang akan dicatat.

d. Data klien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat.

e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi atau

munculnya masalah baru, serta respon klien terhadap bimbingan

perawat.

f. Hindari dokumentasi yang baku, karena sifat individu atau klien adalah

unik dan setiap klien mempunyai masalah yang berbeda.

g. Hindari penggunaaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap

catatan yang dicatat.

h. Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan

menggunakan pensil, agar tidak mudah dihapus.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: dokumentasi  keperawatan 3

i. Untuk memperbaiki kesalahan dalam pencatatan atau salah tulis,

sebaiknya data yang salah dicoret dan diganti dengan data yang benar,

kemudian tanda tangani.

j. Untuk setiap dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan, dan nama

jelas penulis.

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain,

sebelum menulis data terakhir yang akan dicatat.

l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

5. Model Dokumentasi Keperawatan

Hutahaean (2010) menyatakan model dokumentasi keperawatan

merupakan model dokumentasi dimana data-data klien dimasukkan dalam

suatu format, catatan dan prosedur dengan tepat yang dapat memberikan

gambaran perawatan secara lengkap dan akurat.

Model dokumentasi keperawatan tersebut terdiri dari komponen

yaitu sebagai berikut (Hutahaean, 2010) :

a. Model dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)

Model dokumentasi SOR merupakan model dokumentasi yang

berorientasi pada sumber. Model ini dapat diterapkan pada klien rawat

inap, yang didalamnya terdapat catatan pesan dokter yang ditulis oleh

dokter, dan riwayat keperawatan yang di tulis oleh perawat. Namun

demikian, secara umum catatan ini berisi pesan dari dokter. Catatan-

catatan dalam model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau

sumber yang mengelola pendokumentasian. Model dokumentasi SOR

Universitas Sumatera Utara

Page 15: dokumentasi  keperawatan 3

terdiri dari lima komponen yaitu lembar penerimaan berisi biodata,

lembar instruksi dokter, lembar riwayat medik atau penyakit, catatan

perawat, serta catatan dan laporan khusus..

Keuntungan model dokumentasi SOR :

1) Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi.

2) Memudahkan perawat melakukan cara pendokumentasian.

3) Proses pendokumentasian menjadi sederhana.

Kerugian model dokumentasi SOR :

1) Sulit untuk mencari data sebelumnya.

2) Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang

banyak.

3) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk

menentukan masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada

klien.

4) Perkembangan klien sulit dipantau.

b. Model dokumentasi POR (Problem-Oriented-Record)

Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) merupakan

model dokumentasi yang berorientasi pada masalah, dimana model ini

berpusat pada data klien yang didokumentasikan dan disusun menurut

maslah klien. Komponen-komponen model dokumentasi POR adalah

data dasar, daftar masalah, daftar rencana awal asuhan keperawatan,

dan catatan perkembangan.

Keuntungan Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) :

Universitas Sumatera Utara

Page 16: dokumentasi  keperawatan 3

1) Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada

masalah klien dan proses penyelesaian masalah daripada tugas

dokumentasi.

2) Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara kontinu.

3) Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan dengan

jelas.

4) Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien.

Kerugian Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) :

1) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan

dalam daftar masalah.

2) Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat

menimbulkan pengulangan yang tidak perlu.

3) Perawat yang rutin dalam memberikan asuahan keperawatan makin

diabaikan dalam pendokumentasian proses keperawatan ini.

c. Model keperawatan POR (Progress-Oriented-Record)

Model keperawatan POR (Progress-oriented-record) merupakan

model dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan

kemajuan klien.

d. Model dokumentasi CBE (Charting By Exception)

Model dokumentasi CBE (charting by exception) adalah sistem

dokumentasi yang hanya mencatat hasil atau penemuan yang

menyimpang dari keadaan normal tubuh. Penyimpangan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: dokumentasi  keperawatan 3

dimaksud dalam hal ini menyangkut keadaan yang tidak sehat yang

mengganggu kesehatan klien.

e. Model dokumentasi PIE (Problem-Intervension-Evaluation)

Model dokumentasi PIE (problem-intervension-evaluation)

merupakan suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi

keperawatan dengan penekanan pada masalah keperawatan, intervensi

dan evaluasi keperawatan.

f. Model dokumentasi POS (Process-Oriented-System)

Model dokumentasi POS (process-oriented-system) yang disebut

juga dengan model dokumentasi fokus adalah suatu model

dokumentasi yang berorientasi pada proses keperawatan mulai dari

pengumpulan data klien, diagnosis keperawatan, penyebab masalah,

dan definisi karakteristik yang dinyatakan sesuai dengan keadaan

klien.

g. Sistem dokumentasi core

Sistem dokumentasi core merupakan sistem dokumentasi pusat

yang merupakan bagian terpenting dari sistem dokumentasi dalam

proses keperawatan. Komponen sistem dokumentasi core adalah

pengkajian, flow sheet, masalah keperawatan, catatan keperawatan atau

catatan perkembangan serta ringkasan (informasi mengenai diagnosis,

konseling, kebutuhan untuk follow up).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: dokumentasi  keperawatan 3

C. Konsep Supervisi

1. Pengertian

Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti di atas)

dan videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata

aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara

umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh

“atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian bila

ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna

mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2009).

Kron & Grey (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang

merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,

mendorong, memperbaiki, memercayai, dan mengevaluasi secara

berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan yang dimiliki anggota.

Marquis & Huston (2010) mengemukakan supervisi adalah suatu

aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu tenaga

keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dari

beberapa pengertian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

supervisi merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi pelaku,

yaitu pimpinan dan anggota atau orang yang disupervisi. Kedua dimensi

pelaku tersebut walaupun secara administratif berbeda level dan perannya,

namun dalam pelaksanaan kegiatan supervisi keduanya memiliki andil

yang sama-sama penting (Arwani, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: dokumentasi  keperawatan 3

2. Manfaat Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh

banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

(Suarli & Bahtiar, 2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas

kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana

kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan

efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya

kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya

(tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya

dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari

supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah

direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan

memuaskan (Suarli & Bahtiar, 2009).

Menurut Suyanto (2009), selain tugas dan fungsi yang dimiliki

oleh seorang supervisor keperawatan memadai, supervisor keperawatan

juga harus menyadari tentang fungsi supervisor sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: dokumentasi  keperawatan 3

a. Dalam keperawatan, fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan

mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan menyangkut

pelaksanaan standar asuhan yang telah disepakati.

b. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki

faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan

keperawatan.

c. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasi,

menstimulasi, dan mendorong kearah peningkatan kualitas asuhan

keperawatan.

d. Fungsi supervisi adalah membantu (assistensing), memberi suport

(supporting) dan mengajak untuk diikutsertakan (sharing).

3. Teknik Supervisi

Muninjaya (2004) menyebutkan teknik supervisi dapat dilakukan sebagai

berikut :

a. Pengamatan Langsung

Supervisi langsung oleh pimpinan ke lapangan bertujuan untuk

mengamati kegiatan staf pada saat mereka sedang melaksanakan tugas-

tugasnya. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan hasil

pengamatan dengan standar program. Data atau informasi tentang

pelaksanaan suatu program yang diperoleh melalui cara seperti ini

mempunyai kualitas yang terbaik (akurat). Syaratnya, harus ada

motivasi tinggi pada pimpinan untuk turun ke lapangan dan dilakukan

pengamatan secara objektif (dibandingkan dengan standar).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: dokumentasi  keperawatan 3

b. Laporan lisan

Pimpinan juga dapat memperoleh data langsung tentang

pelaksanaan suatu program denagan mendengarkan laporan lisan staf

atau pengaduan masyarakat. Dengan pengawasan melalui laporan

lisan, pimpinan hanya memperoleh informasi terbatas tentang

kemajuan program atau laporan kasus penyalahgunaan wewenang oleh

staf dari laporan masyarakat. Dalam hal ini, pimpinan juga harus peka

dengan raut wajah staf dan cara mereka melapor, jika seandainya

laporan yang diterima tidak benar apalagi jika tidak ditunjang dengan

data (fakta).

c. Laporan tertulis

Staf penanggung jawab program diminta membuat laporan singkat

tentang hasil kegiatannya. Informasi nya hanya terbatas pada hal-hal

yang dianggap penting oleh staf. Format laporan staf harus dibuat.

Sistem pencatatan dan pelaporan yang secara rutin dibuat oleh staf

dapat dimanfaatkan untuk menegembangkan program asalkan laporan

tersebut sudah dianalisis dengan baik.

4. Prinsip-prinsip supervisi

Menurut Suyanto (2009), supervisi dapat dijalankan dengan baik jika

seorang supervisor dapat memahami prinsip-prinsip supervisi dalam

keperawatan sebagai berikut :

a. Didasarkan atas hubungan profesional bukan pribadi.

b. Kegiatan direncanakan dengan matang.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: dokumentasi  keperawatan 3

c. Bersifat edukatif, supportif, dan informal.

d. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan.

e. Membentuk hubungan yang demokratis antara supervisor dan staf.

f. Harus objektif dan sanggup mengadakan self evaluation.

g. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan

kelebihan masing-masing perawat yang disupervisi.

h. Konstuktif dan kreatif dalam mengembangkan diri sesuai disesuaikan

dengan kebutuhan.

i. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan.

Dharma (2003) menyatakan agar dapat memimpin secara efektif,

seorang supervisor harus mampu berkomunikasi dengan jelas,

mengharapkan yang terbaik dari orang-orangnya, berpegang pada tujuan,

dan berusaha memperoleh komitmen. Keempat prinsip ini boleh jadi tidak

mencakup semua hal yang dipandang perlu dihayati dan dilaksanakan oleh

seorang supervisor. Namun, pengalaman telah menujukkan bahwa

keempat prinsip itu paling menonjol di kalangan para supervisor yang

efektif.

5. Pelaksana supervisi

Supervisi dilaksanakan oleh atasan yang memiliki kelebihan dalam

organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan

kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal

tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi, maka untuk melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: dokumentasi  keperawatan 3

supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus

dimiliki oleh pelaksana supervisi (Suarli & Bahtiar, 2009). Adapun

karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi.

b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang

cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

c. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi,

artinya memahami prinsip-prinsip pokok supervisi serta teknik

supervisi.

d. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan

otoriter.

e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan

selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan prilaku

bawahan yang disupervisi.

Menurut Suyanto (2009), Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh

personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:

a. Kepala Ruangan

Kepala ruangan bertanggung-jawab untuk melakukan supervisi

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien di ruang

perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi pearawat

pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara

Universitas Sumatera Utara

Page 24: dokumentasi  keperawatan 3

langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode

penugasan yang diterapkan di ruang tersebut.

b. Pengawas perawatan

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit

pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung-

jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

c. Kepala bidang perawatan

Sebagai top manajer dalam keperawatan, kepala bidang perawatan

bertanggung-jawab untuk melakukan supervisi baik secara langsung

atau tidak langsung melalui para pengawas perawatan.

6. Kompetensi yang dimiliki supervisor

Arwani (2005) menyebutkan ada beberapa kompetensi yang yang

harus dimiliki oleh supervisor, yaitu sebagai berikut :

a. Kompetensi utama yang harus dikuasai supervisor keperawatan adalah

kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga

dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

b. Kompetensi kedua adalah supervisor harus mampu memberikan saran,

nasihat, dan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh staf dan

pelaksana keperawatan.

c. Kompetensi ketiga adalah kemampuan dalam memberikan motivasi

untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana keperawatan.

d. Kompetensi keempat adalah kemampuan memberikan latihan dan

bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: dokumentasi  keperawatan 3

e. Kompetensi kelima bersinggungan dengan kemampuan dalam

melakukan penilaian secara objektif dan benar terhadap kinerja

keperawatan.

7. Bentuk supervisi klinik keperawatan

Supratman & Sudaryanto (2008) menyatakan model supervisi klinik

keperawatan di Indonesia belum jelas seperti apa dan bagaimana

implementasinya di Rumah Sakit. Belum diketahui model yang sesuai dan

efektif yang dapat diterapkan. Salah satu model supervisi klinik adalah

model akademik. Model ini diperkenalkan oleh Farington (1995) untuk

membagi pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana sehingga ada

proses pengembangan kemampuan profesional yang berkelanjutan (CPD/

continuing Profesional Development). Dalam model akademik proses

supervisi klinik meliputi tiga kegiatan, yaitu edukatif, suportif, dan

manajerial.

a. Kegiatan Edukatif

Kegiatan educative adalah kegiatan pembelajaran secara tutorial

antara supervisor dengan perawat pelaksana. Supervisor mengajarkan

pengetahuan dan keterampilan serta membangun pemahaman tentang

reaksi dan refleksi dari setiap intervensi keperawatan. Supervisor melatih

perawat untuk mengeksplore strategi atau tehnik-tehnik lain dalam bekerja

(Supratman & Sudaryanto, 2008). Penerapan kegiatan educative dapat

dilakukan dengan memberikan bimbingan dan arahan kepada perawat

pelaksana pada saat melakukan tindakan keperawatan serta memberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: dokumentasi  keperawatan 3

umpan balik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk mengawal

pelaksanaan pelayanan keperawatan yang aman dan profesional. Hasil

yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: perawat selalu mendapat

pengetahuan yang baru, terjadi peningkatan pemahaman, peningkatan

kompetensi, peningkatan keterampilan berkomunikasi, dan peningkatan

rasa percaya diri (Barkauskas, 2000).

b. Kegiatan Suportif

Kegiatan supportive adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi solusi dari suatu permasalahan yang ditemui dalam

pemberian asuhan keperawatan baik yang terjadi diantara sesama perawat

maupun dengan pasien. Supervisor melatih perawat menggali ”emosi”

ketika bekerja. Kegiatan supportive dirancang untuk memberikan

dukungan kepada perawat agar dapat memiliki sikap yang saling

mendukung di antara perawat sebagai rekan kerja profesional sehingga

memberikan jaminan kenyamanan dan validasi (Supratman & Sudaryanto,

2008). Penerapan kegiatan supportive dapat dilakukan dengan cara

mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan suatu kasus atau case

conference. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: kemampuan

memberikan dukungan, peningkatan coping di tempat kerja, membina

hubungan yang baik di antara staf, kenyamanan di tempat kerja, kepuasan

perawat, mengurangi kecemasan, mengurangi konflik, dan mengurangi

ketidakdisplinan kerja (Barkauskas, 2000).

c. Kegiatan Manajerial

Universitas Sumatera Utara

Page 27: dokumentasi  keperawatan 3

Kegiatan manajerial dilakukan dengan melibatkan perawat dalam

perbaikan dan peningkatan standar, contoh: mengkaji standar operasional

prosedur (SOP) yang ada kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu

(Supratman & Sudaryanto, 2008). Fungsi manajerial ini berupa

pemeriksaan nilai-nilai profesional dan standar keperawatan dari

pandangan individu dan bagaimana mereka menegakkan dengan kebijakan

serta visi dan misi dari organisasi. Hal yang sama juga bisa dilihat dari dari

pengurangan konflik, pemecahan masalah dan mempromosikan tim kerja

kedalam tim multiprofesional dalam bagian fungsi manajerial (Karvinen,

2006).

Swansburg (2000) menyatakan kegiatan manajerial mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

11)).. PPeerreennccaannaaaann

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memutuskan

apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana, kapan dan

dimana hal tersebut dilakukan. Perencanaan merupakan fungsi yang

dituntut dari semua manajer sehingga tujuan dan kebutuhan individu

maupun organisasi dapat terpenuhi. Perencanaan yang adekuat mendorong

pengelolaan terbaik sumber daya yang ada. Dalam perencanaan yang

efektif, manajer harus mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka

panjang serta melakukan perubahan yang diperlukan untuk menjamin

kontinuitas pencapaian tujuan oleh unit (Marquis & Huston, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: dokumentasi  keperawatan 3

22)).. PPeennggoorrggaanniissaassiiaann

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk

mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan

autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari

pengorganisasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya (Swansburg,

2000).

33)).. PPeennggaarraahhaann//ppeerrggeerraakkaann

Pengarahan/pergerakan adalah tindakan fisik dari manajemen

keperawatan, proses interpersonal dimana personel keperawatan mencapai

objektif keperawatan. Manajer keperawatan akan belajar sesuatu dari

prilaku manusia. Bawahan adalah manusia seutuhnya yang harus dikelola

yang akan memberikan respon terhadap institusi tempatnya bekerja

(Swansburg, 2000).

44)).. KKoonnttrrooll aattaauu PPeennggeennddaalliiaann

Pengontrolan atau pengendalian adalah melihat bahwa segala

sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi

yang telah diberikan serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan.

Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam menjamin

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-ruangan.

Mekanisme pengontrolan juga mencakup prosedur akreditasi, konsultan,

alat-alat evaluasi, laporan dan audit keperawatan (Swansburg, 2000).

Universitas Sumatera Utara