Dermatitis Numularis
description
Transcript of Dermatitis Numularis
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap
faktor eksogen, misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen);
fisik (contoh: sinar, suhu); mikroorganisme (bakteri, jamur), maupun faktor
endogen (dari dalam) yang dapat menimbulkan kelainan klinis berupa effloresensi
yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan
keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Terdapat beberapa klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi kelainan, penyebab,
usia, faktor konstitusi. (1, 2)
Dermatitis numularis merupakan suatu peradangan dengan lesi yang
menetap dengan keluhan gatal yang ditandai dengan lesi menyerupai koin,
sirkular atau lesi oval yang berbatas tegas umumnya ditemukan pada daerah
ektremitas atas pada wanita dan ekstremitas bawah pada pria. Lesi awal berupa
papul dan papulovesikel disertai plak yang biasanya mudah pecah. Nama lain dari
dermatitis numularis adalah dermatitis diskoid, dermatitis numular, nummular
eczematous dermatitis. (1,2)
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000
penduduk. Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat.
Dermatitis numularis lebih terjadi sering pada pria daripada wanita.(3)
1
Pengobatan dermatitis numularis ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan
perbaikan barrier lipid epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan
infeksi apapun. Umumnya prognosis dari penyakit ini adalah baik dan dapat
sembuh dengan pengobatan topikal dan sistemik. (3)
I. DEFINISI
Kata 'dermatitis' berasal dari bahasa Yunani yang artinya 'mendidih',
bentuknya berupa vesikel kecil (gelembung) yang sering terlihat pada tahap awal
gangguan, tetapi kurang sering pada tahap selanjutnya atau kronis. Namun secara
umum 'dermatitis' berarti peradangan pada kulit. (4)
Numularis secara bahasa berarti lesi seperti “koin”. Namun dari segi
gambaran lesi tidak ada perbedaan dari lesi diskoid, yang datar seperti cakram
ukuran bervariasi. Hal ini paling sering digunakan untuk menggambarkan tipe lesi
eczematous. (5,6)
Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong,
berbatas tegas dengan effloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga tampak basah (oozing). Istilah dermatitis numularis pertama kali
diperkenalkan oleh Devergie pada tahun 1857. (4,7)
2
Gambar 1 : Tampak lesi yang berbentuk seperti koin. (4)
Dengan gambaran makula eritema, sirkumskrip dan numular
II. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000
penduduk. Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat Dermatitis
numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada wanita.
Dermatitis numularis paling sering terjadi pada kedua jenis kelamin dengan usia
antara 55 sampai 65 tahun; pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15
sampai 25 tahun. (4,8)
Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya
jarang pada usia di bawah 1 tahun dan usia puncak pada anak-anak di usia 5
tahun. Umumnya kejadian dermatitis numularis meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo tahun 2006 insiden 4,77%, terbanyak usia 25-44 tahun sebesar 33,89%
dengan wanita 60,74% dan anak-anak 19,46%. Tahun 2007 insiden 4,39%,
terbanyak usia 25-44 tahun sebesar 24,12%, dengan wanita 63,03% dan anak-
anak 20,62%. (3,8,9)
Berdasarkan usia didapatkan dua puncak dalam insiden timbulnya
dermatitis numularis adalah dewasa muda dan usia tua. Selain itu dermatitis
numularis sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin. Hal ini disebabkan
karena pada musim dingin dan gugur kulit cenderung untuk menjadi kering
(xerosis) akibat pengaruh lingkungan. Kulit kering ditandai dengan kurangnya
kelembaban dalam stratum korneum. Dan air merupakan bahan utama dalam
kelenturan kulit, dan jika kadarnya rendah, akan terjadi pecahan dan fisura pada
3
kulit. Hal tersebut akan menyebabkan timbulnya dermatitis numularis lebih
sering. Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria
dibandingkan dengan wanita. (5,9)
III. ETIOLOGI
Tidak ada penyebab pasti yang mendasari terjadinya dermatitis numularis
tetapi diduga faktor predisposisi terjadinya dermatitis numularis adalah stres yang
kronik. Selain itu, adanya sebuah reaksi terhadap antigen bakteri, diduga
menyebabkan timbulnya suatu lesi yang sering dihasilkan oleh staphylococcus
dan obat-obat seperti steroid, antiseptik dan antibiotik.(4,8)
Dermatitis numularis sering terjadi pada orang yang mempunyai kulit
kering atau orang yang tinggal pada daerah yang sering mengalami musim dingin
yang lama. (10)
Banyak faktor penyebab terjadinya dermatitis numularis diantaranya adalah
kulit kering pada usia lanjut dan kelembaban kulit yang rendah. Peranan infeksi
pada gigi dan saluran pernafasan atas maupun bawah dalam timbulnya dermatitis
numularis sebesar 18%. Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan,
mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tidak
tampak. Dermatitis kontak ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis
numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi
dengan wol dan sabun. Trauma fisik dan kimiawi juga berperan, terutama bila
terjadi di tangan; dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada
sejumlah kasus, stress emosional dapat menyebabkan eksaserbasi (kekambuhan).
4
Dan lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan dari
dermatitis numularis. (5,11)
IV. PATOFISIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti diduga banyak faktor yang ikut
berperan dalam terjadinya dermatitis numularis. Salah satunya karena infeksi
stafilokokus dan mikrokokus. Hal ini disebabkan karena jumlah koloninya
meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak mungkin juga lewat
mekanisme hipersensitivitas eksaserbasi yang terjadi bila koloni bakteri
meningkat di atas 10 juta kuman/cm2. (5)
Dermatitis numularis merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis
dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi
sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada
permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan
mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan
dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama
yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang
lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis
numularis terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast
cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell
pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang
menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya
peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numularis dan
5
dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris
dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari
pasien dengan dermatitis numularis. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian
berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga
mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada
daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numularis. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada
non lesi pada penderita dermatitis numularis. Neuropeptida ini dapat menstimulasi
pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. (3)
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari
pasien dermatitis numularis menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan
menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses
inflamasi. (3)
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus
dermatitis numalaris misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula
iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisik dan kimiawi diduga juga berperan
terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan
parut pada sejumlah kasus stres emosional dan minuman yang mengandung
alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi lingkungan dengan
kelembaban rendah dapat pula memicu terjadinya kekambuhan dermatitis
numularis. (5)
6
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum
korneun rendah, jumlah substansi P (SP), Vasoactive Intestinal Poly Peptid (VIP),
dan Calcitonin Genrelated Peptide (CGRP) yang meningkat di dalam serabut
dermal saraf sensoris kulit sedangkan pada serabut epidermal yang meningkat SP
dan CGRP. Hal ini menunjukkan bahwa neuropeptida dapat berpotensi pada
mekanisme proses degranulasi sel mast. (5)
V. DIAGNOSIS
1 . Anamnesis
Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut
berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm) yang kemudian membesar dengan
cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk satu lesi karakteristik
seperti uang logam (koin), eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas. Lesi
dermatitis bentuk koin sering simetris dan dapat terasa gatal. (5,7)
Kemudian lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5 cm jarang
sampai 10 cm penyembuhan di mulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai
lesi dermatomikosis, lesi lama berupa likenifikasi dan skuama. (12,13)
7
Gambar 2 : Dermatitis numular. Plak bentuk koin dengan erosi dan eksoriasi. (13)
Dermatitis numularis dirasakan sangat gatal dan lesi dengan eritema,
edema, pengerasan kulit daripada skuama, vesikel mungkin tampak, ruam tetap
tidak berubah. Jumlah lesi dapat hanya satu tapi dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral atau simetris dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliaria sampai
numular bahkan bisa sampai bentuk plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah,
badan, lengan termasuk punggung tangan. (2,6)
\
Gambar 3 : Dermatitis numular dengan bentuk plak krusta. (13)
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul tapi ada pula yang terus
menerus kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya
timbul pada tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner).(7,8) Gambaran
diatas dapat disimpulkan ada 3 bentuk klinis dermatitis numularis yaitu :
1. Dermatitis numularis pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau
punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada
sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. (11,14)
8
Gambar 4 : Dermatitis numularis pada tangan. (11)
2. Dermatitis numularis pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian
kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga.
Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam
perkembangannya, kelainan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan
vesikel yang tersebar. (11)
Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian
tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini
bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan
biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan
dan sering mengenai tubuh. (15)
Gambar 5 : Dermatitis numularis pada tungkai bawah. (11)
9
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya
karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai
atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas
dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang
berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-
tahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati. (15)
2. Pemeriksaan fisis
Dermatitis numularis dapat dikelompokkan dalam bentuk vesikel berukuran
kecil dan papul yang bergabung menjadi plak. Seringkali berukuran lebih dari 4
sampai 5 cm dengan dasar eritematosa dengan batas yang berbeda. Plak dapat
menjadi eksudatif dan kerak. Eksoriasi sekunder akibat menggaruk. Plak kering
bersisik adalah likenifikasi. Bentuk bulat atau berbentuk koin sehingga disebut
numular. Pinggiranya sering lebih menonjol dari bagian tengahnya. Cluster
daerah lesi (misalnya pada kaki atau tubuh) sering tersebar. Lesi pada tungkai
bagian bawah (sering terjadi pada pria yang lebih tua) sedangkan lesi pada badan,
tangan dan jari (sering terjadi pada perempuan muda). (9)
3. Pemeriksaan penunjang
Tes tempel (Patch test) dapat digunakan pada kasus yang kronik untuk
menyingkirkan diagnosis banding dermatitis kontak. Pada suatu penelitian satu
sampai 50 pasien mempunyai hasil tes tempel yang positif pada obat
10
nitrofurazone, neomisin sulfat dan nikel sulfat. Serum imunoglobulin E adalah
normal. (13)
Gambar 6 : Tes tempel (Patch test) yang dilakukan dengan menggunakan allergen
patch yang ditempelkan pada daerah punggung.6
Dermatitis numularis dapat didiagnosis dengan kultur bakteri untuk
mengetahui bahwa apakah dermatitis numularis ini disebabkan oleh infeksi
Streptococcus aureus atau tidak. (9)
Jika diagnosis meragukan kita dapat melakukan pemeriksaan KOH untuk
mendiagnosis sebuah tinea atau bukan. Pemeriksaan biopsi dapat dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab lain. Pada lesi akut ditemukan adanya spongiosis,
vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag disekitar
pembuluh darah. (5,13)
Pada lesi yang kronis dapat ditemukan akantosis teratur, hiperkeratosis,
mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan
makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas
sel T-CD8+ sedangkan yang ada di dermis sel T-CD+. Sebagian besar sel mast di
dermis tipe Mast Cell Tryptase (MCTC) yang berisi triptase. (10)
11
Gambar 7 : Histopatologi dermatitis numularis. Tampak parakeratosis, neutrofil
dan hiperplasia epidermal psoriasiform dengan spongiosis dengan infiltrat limfosit
perivaskuler dermis superfisial, makrofag dan eosinofil. (13)
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Liken simpleks (neurodermatitis).
Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dan fissura
dengan distribusi tertentu. (2)
Gambar 8 : Bentuk lesi dari neurodermatitis. (2)
2. Tinea korporis
12
Gambaran klinis pitriasis rosea dengan tinea korporis memang mirip karena
terdapatnya eritema dan skuama dipinggir dan bentuknya anular. Perbedaannya
pada pitriasis rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea corporis,
skuamanya halus sedangkan tinea corporis skuamanya kasar. Pada tinea corporis
pada sediaan KOH akan positif.(7,14)
Gambar 9 : Lesi tinea korporis pada
punggung. (2)
3. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah
dermatitis karena kontaktan eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi
(alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh gigitan
serangga, bahan kimia dan benda. Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe
IV adalah hipersensitivitas tipe lambat. (7,15)
Gambaran dermatitis mulai pada tempat terjadinya kontak dengan kulit
dapat menjadi generalisata. Pengobatan dapat diberikan antihistamin sistemik
pada stadium permulaan. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan bila
penyakitnya berat. (16)
13
Gambar 10 : Dermatitis kontak alergi. (16)
4. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik juga dapat disebut eksim konstitusional, eksim fleksural,
neurodermatitis diseminata, prurigo besnier. Dermatitis atopik penyebabnya
belum diketahui. Histamin dianggap memegang peranan penting dalam terjadinya
gatal. (13, 14)
Gambar 11 : Papul prurigo pada pasien dengan dermatitis atopik. (13)
5. Neurodermatitis sirkumskripta
Penyebabnya belum diketahui tapi faktor predisposisi apabila pasien
kelelahan karena kurang istirahat dan gangguan emosi. Gejala klinis pasien
merasa sangat gatal sehinggga pasien menggaruk sehingga timbul ekskoriasi.
Pada area sirkumskripta dengan hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul-papul
14
serta biasanya banyak bekas garukan. Lokasi tersering adalah bagian belakang dan
lateral tengkuk, daerah ante-kubital, ante-popliteal serta pergelangan kaku bagian
anterior. (13,14)
Gambar 12 : Neurodermatitis sirkumskripta. (13)
6. Psoriasis
Psoriasis ialah penyakit yang bersifat kronis dan residif yang di tandai
dengan adanya bercak eritema terbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis
lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Keadaan
umumnya tidak dipengaruhi kecuali pada psoriasis yang menjadikan eritroderma.
Sebagian pasien mengeluhkan gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala,
perbatasan daerah dahi dan rambut, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku
serta lutut, dan daerah lumbosakral. (13,15)
Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi dengan skuama di
atasnya. Eritema terbatas tegas dan merata tetapi pada stadiun penyembuhan
sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama
berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta transparan. Besar
kelainan bervariasi mulai dari lentikular, numular sampai plakat dan dapat
berkonfluensi. (15)
15
Gambar 13 : Psoriasis vulgaris. (13)
Gambar 14 : Psoriasis gutata. (13)
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier
lipid epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun.
Berendam air hangat atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan
membantu rehidrasi kulit. Pasien harus diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2
kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau preparat obat topikal untuk
menahan air di kulit. (3)
Selain itu pengobatan dermatitis numularis bertujuan untuk mengurangi
iritasi dari bahan iritan akibat kulit kering dengan cara merendam memakai air
sabun yang mempunyai PH netral dan dengan memakai pelembab. (8)
Obat-obat yang bisa digunakan antara lain :
1. Emolien
16
Emolien ditambahkan pada pengobatan dermatitis numular yang disertai
dengan xerosis. Emolien adalah lemak dan minyak yang digunakan lokal pada
kuli dan mukosa. Emolien digunakan sebagai protektifdan penghalus kulit, karena
membentuk lapisan minyak pada stratum korneum sehingga mencegah penguapan
air. (17)
2. Steroid
Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi
peradangan. Steroid topikal (misalnya pemberian triamcinolone 0,25-0,1%)
efektif untuk mengurangi eritematosa. Gatal dapat diobati dengan steroid potensi
rendah (kelas III-VI). Lesi yang sangat meradang dengan eritema intens, vesikel,
dan pruritus membutuhkan steroid potensi tinggi (kelas I-II). Steroid oral,
intramuskular, atau parenteral mungkin diperlukan dalam kasus-kasus yang parah,
erupsi menyeluruh. Jika sangat berat diobati dengan suntikan kortikosteroid
intralesi seperti triamsinolon asetonida 0,1 mg/mg (0,1 ml/suntikan). (3,13,14)
Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakan sebagai obat tunggal atau
dalam kombinasi dengan imunosupresan lain untuk mengatasi penyakit autoimun.
Kortikosteroid dapat menurunkan jumlah limfosit, menghambat proliferasi sel
limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin
(IL-1, IL-2, IL-6, IFN- α dan TNF-α). Terdapat bukti bahwa berbagai gen sitokin
memiliki glucocorticoid response element yang bila berikatan dengan
kortikosteroid akan menyebabkan hambatan transkripsi gen IL-2. (16)
3. Antibiotik
17
Jika ditemukan infeksi bakterial maka dapat diberikan antibiotik secara
sistemik. Steroid topikal potensi sedang, sering dikombinasikan dengan
antimikrobial atau antibiotik. (12)
Antibiotik oral, seperti eritromicyn , dapat digunakan dalam kasus-kasus
infeksi sekunder. Kultur swab dapat menjadi panduan dalam pemilihan antibiotik.
(3,13)
4. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang paling banyak digunakan pada kasus-
kasus dermatologi yang dapat membantu mengurangi gatal. Namun pada
penggunaan H-1 antihistamin selama masa kehamilan sangat dihindari karena
dapat menyebabkan efek teratogenik. Hingga kini tidak ada obat antihistamin
yang dapat dengan aman digunakan selama masa kehamilan.(17)
Nama Obat KategoriChlorpheniramine BCyproheptadine BDexchlorpheniramine B
Hydroxyzine CPromethazine CTripelennamine B
Ket: Kelompok faktor resiko antihistamin generasi 1berdasarkan FDA(17)
(A) Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada trimester 1.
(B) Studi terhadap system reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin
tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil.
(C) Studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin (teratogenik
atau embriosidal).
Nama Obat KategoriCetirizine BFexofenadine CLoratidine BLevocetrizine B
18
Desloratadine CKet: Kelompok faktor resiko antihistamin generasi 2 berdasarkan FDA.(17)
(A) Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada trimester 1.
(B) Studi terhadap system reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin
tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil.
(C) Studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin (teratogenik
atau embriosidal).
Pada keadaan dermatitis nummular pada anak yang dimediasi oleh reaksi
alergi diberikan penatalaksanaan profilaksis dengan antihistamin H1. Generasi
kedua dari antihistamin H1, diberikan secara oral dapat mencegah reaksi alergi
pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunoterapi. (18)
Nama GenerikJenis Dosis
Rekomendasi Pada AnakTablet Sirup
Cetirizine 10 mg 5mg/5ml
2.5-5 mg od (6 bulan – 5 tahun)5-10 mg od (6
bulan – 11 tahun)
Loratadine 10 mg 5 mg / 5 ml
5 mg od (2-9 tahun) atau
10 mg od (6-11 tahun)
Desloratadine 5 mg NA 5 mg od (≥12 tahun)
Fexofenadine 60, 120, 180 mg NA
60 mg bd atau 120-180 mg od
(≥12 tahun)
Levocetirizine 5 mg NA 5 mg od (≥6 tahun)
Od: Once daily, NA: Not Avaliable. Adapted from Motala 2009
5. Immunomodulator
19
Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga mengurangi
peradangan. penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah steroid topikal
untuk mengurangi risiko sensasi terbakar yang mungkin terjadi bila diterapkan ke
kulit yang sangat teriritasi.(3)
Tracrolimus juga digunakan sebagai obat alternatif linea pertama, terutama
pada dermatitis pada pasien-pasien pediatri dan dermatitis pada wajah. Digunakan
untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan prednisolon
(metilprednisolon) dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang
diturunkan secara perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu,
dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim
steroid dan emolilients.(3)
Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di
atas. Obat immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan efektif
pada pasien dengan lesi yang lebih berat.(3)
Dalam penelitian oleh Austrasian College of Dermatologists menunjukkan
dari 25 pasien pediatric dengan dermatitis nummular yang diobati dengan
metrotrexat, dengan penggunaan 5 mg atau 10 mg metrotrexat selama 1 minggu
menunjukkan, 64% pasien membaik dengan sempurna dalam kurun waktu sekitar
10 bulan. Dan 12% sisanya membaik lebih lama dari waktu tersebut di atas.
Sejauh ini metrotrexat tidak memiliki efek samping yang buruk bagi pasien
pediatri. Metrotrexat dipakai bagi pasien pediatri dengan dermatitis numular yang
parah yang tidak memberikan respon pada pengobatan konvensional.(19)
6. Fototerapi
20
Ketika erupsi menyeluruh dan berkepanjangan, fototerapi (umumnya
UVB) dapat membantu. UVB spektrum luas dan sempit paling sering digunakan,
meskipun PUVA (Psoralen + UVA) dapat digunakan pada kasus yang berat. (3)
VIII. PENCEGAHAN
Cara mencegah dermatitis numularis yaitu dengan menggunakan
Pelembab setidaknya setiap hari dan setelah mandi dapat membantu terutama
dalam iklim kering. Pelembab membantu air terperangkap di kulit. Seorang dokter
kulit merekomendasikan produk yang cocok yang tidak akan mengiritasi kulit,
menghindari kegiatan tertentu yaitu apapun yang dapat menyebabkan kulit
mengering, memanaskan, atau mengiritasi kulit seperti mandi air hangat, sering
mandi, atau duduk di samping api dapat menyebabkan iritasi, melakukan
perawatan kulit yaitu menggunakan alat pengeringan setelah mandi dapat
membantu mengurangi terjadinya dermatitis numular dan juga melakukan
perawatan kulit menggunakan alat pelembab udara yaitu ketika pemanas atau AC
dipakai maka dapat kita gunakan alat pelembab udara untuk menambah
kelembaban udara pada kulit, dan pakaian yaitu dengan memakai pakaian yang
longgar dan menghindari memakai kain yang kasar seperti wol yang dapat
mengiritasi kulit. (11)
IX. PROGNOSIS
Dermatitis numularis ini bersifat kronis dan sering timbul kembali. Dari
suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval
sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk
21
beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih
dalam pengobatan. (5)
X. KOMPLIKASI
Dermatitis numularis dapat berkomplikasi menjadi infeksi bakteri sekunder,
eksoriasi atau infeksi yang meninggalkan jaringan parut yang permanen. (7)
Oleh karena itu antibiotik oral digunakan jika telah terjadi infeksi sekunder.
Kultur swab dapat menjadi panduan dalam pemilihan antibiotik. Biasa digunakan
dicloxacillin dosis oral 125-500 mg 4 kali per hari selama 7-10 hari. (3,13)
Dan untuk penyakit yang bertambah berat dan tidak responsif dengan
perawatan di atas. Obat immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman
dan efektif pada pasien dengan lesi yang lebih berat. Dapat juga diberikan
prednilson (metilprednisolon) dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan
dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan.(3)
22