Case Sepsis

28
BAB I PENDAHULUAN Distres pernapasan atau gangguan napas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipneu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis dan apneu. Gangguan napas yang paling sering pada BBL adalah TTN (Transient Tachypnea of the Newborn), RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan Displasia Bronkopulmonar. 1 Penyakit membran hialin disebut juga RDS atau sindroma gawat napas tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernapas (napas cuping hidung, grunting, takipneu/dispneu, retraksi dinding dada, dan sianosis) yang menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan. Penyebabnya adalah kurangnya surfaktan. Gagal napas dpat didiagnosa dengan analisa gas darah. Edema sering didapatkan pada hari ke-2, disebabkan oleh retensi cairan dan kebocoran kapiler. Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto rontgen ditemukan pola retikulogranuler yang uniform, gambaran ground glass appearance dan air bronchogram, namun gambaran ini bukan patognomonik RDS. 1 1

description

sepsis

Transcript of Case Sepsis

Page 1: Case Sepsis

BAB I

PENDAHULUAN

Distres pernapasan atau gangguan napas merupakan masalah yang sering

dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipneu, napas

cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis dan apneu. Gangguan napas yang

paling sering pada BBL adalah TTN (Transient Tachypnea of the Newborn), RDS

(Respiratory Distress Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan

Displasia Bronkopulmonar.1

Penyakit membran hialin disebut juga RDS atau sindroma gawat napas

tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau

beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernapas (napas cuping

hidung, grunting, takipneu/dispneu, retraksi dinding dada, dan sianosis) yang

menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan.

Penyebabnya adalah kurangnya surfaktan. Gagal napas dpat didiagnosa dengan

analisa gas darah. Edema sering didapatkan pada hari ke-2, disebabkan oleh

retensi cairan dan kebocoran kapiler. Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto

rontgen ditemukan pola retikulogranuler yang uniform, gambaran ground glass

appearance dan air bronchogram, namun gambaran ini bukan patognomonik

RDS.1

PMH terjadi pada sebagian besar pada Bayi Kurang Bulan (BKB). RDS

merupakan penyebab utama kematian pada BBL. Diperkirakan 30% dari semua

kematian neonatus disebabkan oleh PMH atau komplikasinya. PMH terutama

terjadi pada bayi prematur, insidensinya berbanding terbalik dengan umur

kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur

kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu,

sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup

bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan

sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan janin ganda, persalinan seksio

sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stres dingin, dan adanya riwayat bayi

1

Page 2: Case Sepsis

sebelumnya menderita penyakit yang sama. Insidens tertinggi pada bayi prematur

laki-laki.2

Prognosis HMD pada beberapa tahun terakhir ini membaik dengan

pengunaan steroid antenatal untuk meningkatkan kematangan paru, terapi pasca

natal dengan pemberian surfaktan secara dini untuk kasus defisiensi surfaktan dan

teknik penggunaan ventilator mekanik yang baik dapat mengurangi kerusakan

paru yang masih imatur. Bayi dengan PMH, 80 sampai 90% bertahan hidup. dan

salah satu komplikasi pada pasien ini beberapa dapat terjadi gangguan pernapasan

yang menetap. Bayi prematur dengan gangguan pernapasan neonatal lebih

cenderung memiliki gangguan perkembangan dibandingkan bayi yang lahir

prematur tanpa gangguan pernapasan neonatal. Meskipun sudah menurun,

insidens dan derajat dan komplikasi masih menunjukkan morbiditas yang

signifikan. Oleh karena itu Penanganan awal mulai dari pengamatan intensif dan

perawatan bayi baru lahir yang berisiko tinggi secara signifikan dapat mengurangi

morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan PMH dan penyakit neonatal akut

yang lain1,2.

2

Page 3: Case Sepsis

BAB II

STATUS NEONATUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : By. Asih Erita

Umur : 4 hari

Jenis kelamin : Laki-Laki

Berat badan lahir : 2000 gram

Panjang badan : 45 cm

Agama : Islam

Alamat : Desa Ujung Tanjung, Tulung Selapan, Kabupataen

Ogan Komering Ulu

Kebangsaan : Ogan Komering Ulu

No Med Reg : 914236

MRS : 27 September 2015

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Bayi, 29 September 2015)

Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah

Keluhan Tambahan : Lemas

Riwayat Perjalanan Penyakit

Bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0

hamil 38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak

diketahui. Berat badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat

ibu demam ada,satu minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam

tinggi, ibu minum obat penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak

ada, riwayat ketuban, kental, hijau bau busuk tidak ada. Riwayat injeksi

vitamin K tidak ada. Bayi kemudian dirujuk ke RSMH.

Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu mengatakan

bayi tampak lemas dan kurang aktif. Pada pemeriksaan didapatkan

aktifitas hipoaktif, refleks hisap lemah, tangis lemah, HR = 135 x/menit,

3

Page 4: Case Sepsis

RR = 58 x/menit, suhu 37,5 0C, anemis tidak ada, sianosis tidak ada,

ikterik tidak ada, dan berat badan 1800 gram. Di IGD diberikan terapi

IVFD D7,5 + Ca glukonas 400 mg kecepatan 7,5 cc/jam, inj. Ampicillin 2

x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg (IV) dan inj. Vitamin K 1x 1 mg

(IM).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu yang sama disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Bayi adalah anak kedua dari pasangan Tn. S 32 tahun dengan pendidikan

terakhir SMP dan bekerja sebagai buruh dengan Ny. A 30 tahun dengan

pendidikan terakhir SMP dan bekerja sebagai penjual kue basah.

Penghasilan perbulan rata-rata Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00

Kesan : Sosial ekonomi menengah ke bawah

Riwayat Kehamilan

GPA : G2P1A0

HPHT : -;

Periksa hamil : ± 2 kali, pemeriksaan

dilakukan oleh bidan desa

Kebiasaan ibu sebelum atau setelah kehamilan

Minum alkohol : Tidak pernah

Merokok : Tidak pernah

Makan obat-obatan tertentu : Tidak pernah

Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : Tidak ada

Riwayat Persalinan

Presentasi : Belakang kepala

Cara persalinan : Spontan

KPSW : Tidak ada

4

Page 5: Case Sepsis

Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada

Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada

Keadaan Bayi saat Lahir

Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Jenis kelamin : Laki-Laki

Kelahiran : Spontan

Kondisi saat lahir : Langsung menangis

III. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 29 September 2015)

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2.016 gram

Panjang badan : 44 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Lingkar lengan atas : 8 cm

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : Sedang

Tangis : Sedang

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Denyut Nadi : 140 x/menit

Pernafasan : 49 x/menit

Suhu : 36,9 oC

Keadaan Spesifik

5

Page 6: Case Sepsis

Kepala : Ubun-ubun cekung

Lingkar kepala : 33 cm

Mata : Nistagmus tidak ada, pupil bulat, isokor, refleks

cahaya (+/+), mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Trauma lahir : Caput succedaneum (-), cephal hematome (-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.

Thorax : Bentuk simetris kanan kiri, pergerakan simetris,

retraksi (-)

Cor : HR= 140 x/menit, BJ I/II normal, regular, murmur

(-), gallop (-).

Pulmo : Vesikler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising

usus (+) normal.

Lipat paha dan genitalia: Pembesaran kelenjer getah bening tidak ada,

anus ada

Ekstremitas : Akral hangat, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

CRT < 3”

Refleks Primitif

Oral (+)

Moro (+)

Tonick neck (+)

Withdrawl (+)

Palmar grasp (+)

Plantar grasp (+)

Pemeriksaan Penunjang

6

Page 7: Case Sepsis

(Pemeriksaan Laboratorium, 27 September 2015)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 13,7 g/dl P : 13,4-19,8 g/dl

Leukosit 12.600/ul 5.000-10.000/ul

Trombosit 301.000/ul 150.000-400.000/ul

Hematokrit 34% P : 37-42%

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 0% 0-1 %

Eosinofil 2% 1-6 %

Netrofil 54 % 50-70 %

Limfosit 35% 20-40 %

Monosit 9% 2-8%

LED 10 mm/jam < 15 mm/jam

Kimia Klinik

GDS 80 mg/dl < 180 mg/dl

Imunoserologi

CRP kualitatif 12 mg/dl <5 mg/L

IV. RESUME

Bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0 hamil

38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak diketahui. Berat

badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat ibu demam ada,satu

minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam tinggi, ibu minum obat

penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak ada, riwayat ketuban, kental,

hijau bau tidak ada. Riwayat injeksi vitamin K tidak ada. Bayi kemudian dirujuk

ke RSMH.

Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu mengatakan bayi

tampak lemas dan kurang aktif. Pada pemeriksaan didapatkan aktifitas hipoaktif,

refleks hisap sedang, tangis lemah, HR = 135 x/menit, RR = 58 x/menit, suhu 37,5

7

Page 8: Case Sepsis

0C, anemis tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada, dan berat badan 1800

gram. Di IGD diberikan terapi IVFD D7,5 + Ca glukonas 40 cc kecepatan 7,5

cc/jam, inj. Ampicillin 2 x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg (IV) dan inj.

Vitamin K 1x 1 mg (IM).

Pada pemeriksaan fisik umum, kesadaran compos mentis, HR = 140

x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu 36,9 0C, berat badan 2.016 gram, panjang

badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm, aktif, refleks hisap sedang, tangis sedang,

anemis tidak ada, ikterik tidak ada, sianosis tidak ada, dan dispneu tidak ada.

Dari pemeriksaan penunjang laboratorium saat MRS, didapatkan hasil

CRP kualitatif = 12 mg/dl.

V. DIAGNOSIS SEMENTARA

Neonatus : Neonatus Cukup Bulan / Kecil Masa Kehamilam

Lahir : Spontan

Ibu : Riwayat demam sebelum melahirkan

Anak : Klinis Sepsis + BBLR

VI. DIAGNOSIS KERJA

Klinis sepsis + BBLR

VII. PENATALAKSANAAN

- Cegah hipotermia (pertahankan suhu 36,5 0C – 37,5 0C) pasien dirawat

di inkubator

- Stopper

- Inj. Ceftazidime 2x 50 mg (IV) hari ke-2

- ASI on demand

VIII. KOMPLIKASI

- Infeksi

- Perdarahan paru-paru

8

Page 9: Case Sepsis

- Apnea pada bayi prematur

- Ruptur alveolar

- Bronchopulmonary dysplasia (BPD)

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. FOLLOW UP

30/9/2015 S : Demam (-), sesak (-)

9

Page 10: Case Sepsis

( Hari ke-4) O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2043 gram

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : sedang

Tangis : sedang

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Nadi : 138 x/menit

Pernafasan : 52 x/menit

Suhu : 37,2oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 138 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-3

- ASI on demand31/9/2015

( Hari ke-5)S : Demam (-), sesak (-)

O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2080 gram

Aktivitas : Aktif

10

Page 11: Case Sepsis

Refleks hisap : Kuat

Tangis : Kuat

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Nadi : 142 x/menit

Pernafasan : 50 x/menit

Suhu : 36,9 oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 142 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-4

- ASI on demand

1/10/2015

( Hari ke-6)S : Demam (-), sesak (-)

O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2100 gram

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : Kuat

Tangis : Kuat

11

Page 12: Case Sepsis

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Nadi : 140 x/menit

Pernafasan : 48 x/menit

Suhu : 36,8 oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 140 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-5- ASI on demand

2/10/2015

( Hari ke-7)S : Demam (-), sesak (-)

O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2100 gram

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : Kuat

Tangis : Kuat

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

12

Page 13: Case Sepsis

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Nadi : 142 x/menit

Pernafasan : 48 x/menit

Suhu : 36,7 oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 142 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-6

- ASI on demand

3/9/2015

( Hari ke-8)

S : Demam (-), sesak (-)

O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2140 gram

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : Kuat

Tangis : Kuat

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

13

Page 14: Case Sepsis

Nadi : 138 x/menit

Pernafasan : 46 x/menit

Suhu : 36,9 oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 138 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-7

- ASI on demand

4/9/2015

(Hari ke-9)S : Demam (-), sesak (-)

O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Berat badan : 2180 gram

Aktivitas : Aktif

Refleks hisap : Kuat

Tangis : Kuat

Anemis : Tidak ada

Sianosis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Dispneu : Tidak ada

Nadi : 140 x/menit

Pernafasan : 48 x/menit

14

Page 15: Case Sepsis

Suhu : 36,8 oC

Keadaan Spesifik:

Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Cor : BJ I/II normal, regular, HR 140 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,

A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR

P : - Stopper

- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-7

- ASI on demand

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

15

Page 16: Case Sepsis

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0

hamil 38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak diketahui.

Berat badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat ibu demam ada,satu

minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam tinggi, ibu minum obat

penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak ada, riwayat ketuban, kental,

hijau bau tidak ada. Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu

mengatakan bayi tampak lemas dan kurang aktif. Pada penimbangan didapatkan

penurunan berat badan ( dari 2.000 gram 1.900 gram).

Pasien termasuk dalam klasifikasi Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) yaitu bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa

memandang masa gestasi.1,2 Berdasarkan masa gestasinya (38 minggu), pasien

termasuk Neonatus Cukup Bulan (masa gestasi > 37 minggu) dan Kecil Masa

16

Page 17: Case Sepsis

Kehamilan karena BBL beradaa di bawah persentil ke-10 pada kurva

pertumbuhan intarauterin dari Battalgia dan Lubchenco.1,2

Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor risiko/ predidposisi dari sepsis

neonatorum, yaitu suhu ibu > 380C, leukosit ibu > 15.000/mm3, air ketuban keruh

dan berbau busuk, ketuban pecah >12 jam, pemberian zalf mata setelah

melahirkan, dan perawatan tali pusat. Faktor risiko pada pasien ini adalah riwayat

demam tinggi yang dialami oleh ibu pasien satu minggu sebelum melahirkan.

Dari hasil alloanamnesis didapatkan bahwa penderita dibawa ke IGD

RSMH dengan keluhan tampak lemah dan aktifitas kurang. Hal ini merupakan

salah satu dari gejala klinis sepsis. Gambaran klinis sepsis neonatal tidak spesifik,

gejala sepsis klasik yang ditemukan pada anak yang lebih besar jarang terjadi

pada BBL. Gejala klinis sepsis terdiri atas:1

a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang

disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk

hipotermi/hipertermi.

b. Gejala SSP: letargi, irritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,

hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.

c. Gejala pernafasan : dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis.

d. Gejala: muntah, diare, meterorismus, hepatomegali

e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula

f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis,takikardi/aritmia, hipotensi, edema,

dingin

g. Kelainan hematologi: perdarahan, purpura, ikterus.

Pada pasien ini terdapat 2 gejala umum, yaiti bayi tampak lemah dan adanya

penurunan BB.

. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan aktifitas hipoaktif, refleks

hisap sedang, tangis lemah, HR = 135 x/menit, RR = 58 x/menit, suhu 37,5 0C,

anemis tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada, dan berat badan 1800 gram.

Pada pemeriksaan fisik di bangsal didapatkan kesadaran compos mentis, HR =

140 x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu 36,9 0C, berat badan 2.016 gram,

panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm, aktif, refleks hisap sedang, tangis

17

Page 18: Case Sepsis

sedang, anemis tidak ada, ikterik tidak ada, sianosis tidak ada, dan dispneu tidak

ada. Hasil pemeriksaan fisik spesifik masih dalam batas normal.

Dari pemeriksaan penunjang laboratorium saat MRS, didapatkan hasil

CRP kualitatif = 12 mg/dl, sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium lainnya

dalam batas normal. C-reactive protein (CRP), merupakan protein yang timbul

pada afase akut kerusakan jaringan dan meningkat pada 50-90% pasien sepsis

neonatorum. Peningkatan kadar CRP > 9 mg/dl merupakan salah satu indikator

laboratorium yang dipakai sebagai kriteria penegakan diagnosis sepsis

neonatorum.1 Peningkatan terjadi 24 jam setelah terjadi sepsis, meningkat pada

hari ke 2-3 sakit dan menetap hingga infeksi teratasi.2

Pada pasien ini di diagnosis banding dengan meningitis karena faktor

risiko dan gejala klinis kedua penyakit yang serupa. Diagnosis meningitis

ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan LCS, yaitu apabila terdapat gejala

klinis sepsis dan tes Pandy (+)/(++), jumlah sel > 50 mm3 (untuk umur 2-7 hari),

pada pemeriksaan diff count didapatkan PMN dan protein meningkat serta

glukosa menurun.1 Kami merencanakan pemeriksaan lumbal pungsi untuk

menyingkirkan diagnosis banding. Meningitis pada neonatus merupakan salah

satu sepsis awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara 7-90 hari, infeksi telah

mengenai selaput otak dan parenkim otak.1 Pada pasien ini sepsis yang terjadi

merupakan sepsis awitan dini (terjadi pada umur di bawah 3 hari) sehingga kami

lebih cenderung memilih klinis sepsis sebagai diagnosis, bukan meningitis yang

biasanya awitannya lambat.

Kriteria diagnosis pasien sepsis neonatorum adalah gejala klinis sepsis

ditambah lebih dari satu pemeriksaan laboratorium yang positif (leukosit <

5.000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2 atau lebih, mikroLED > 15 mm/jam,

CRP > 9 mg/dl), kultur`darah positif.1 Pada pasien ini terdapat gejala klinis sepsis

(bayi tampak lemah, aktivitas menurun, dan penurunan BB), namun hanya ada

satu hasil pemeriksaan laboratorium yang positif (CRP = 12 mg/dl) sehingga

pasien tidak dapat didiagnosis sebagai sepsis neonatorum.

18

Page 19: Case Sepsis

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang, maka diagnosis pada pasien ini adalah NCB-KMK + Klinis sepsis+

BBLR.

Penatalaksanan awal pada pasien ini adalah cegah hipotermi, dengan

dirawat dalam inkubator dengan memberikan lingkungan yang optimal. Suhu

tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 –

37C). Pasien dirawat di inkubator. terapi IVFD D7,5 + Ca glukonas 400 mg

kecepatan 7,5 cc/jam, inj. Ampicillin 2 x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg

(IV) dan inj. Vitamin K 1x 1 mg (IM) karena pasien belum mendapat injeksi

vitamin K saat lahir di bidan. Pasien direncanakan pemeriksaan laboraturium

Darah rutin, BSS, CRP untuk mengetahui kemungkinan penyebab penyakit dan

gejala-gejala lain yang ada terhadap pasien ini.

Selama perawatan pasien ditatalaksana dengan inj. Ceftazidime dengan

dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.1 Pola mikroorganisme penyebab

sepsis tidak selalu sama antara satu tempat dengan tempat lainnya, baik antar

negara bahkan antar rumah sakit di negara yang sama.2 Pemilihan antibiotik pada

sepsis merupakan terapi empiris yang disesuaikan dengan pola resistensi kuman di

tempat masing-masing.2 Di negara berkembang, hampir sebagian besar

mikroorganisme penyebab sepsis adalah bakteri gram negatif bakteri enterik

seperti, Enterobacter sp, Klebsiella sp, dan Coli sp. Bakteri penyebab sepsis

RSMH mikroorganisme penyebab sepsis paling banyak adalah Acinetobacter

calcoaceticus, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus epidermidis, dan

Streptococcus viridans.2 Ceftazidime merupakan sefalosporin generasi ketiga

merupakan monoterapi pilihan dalam pengobatan sepsis neonatorum di berbagai

pusat perawatan neonatus karena farmakokinetik dan keamanannya sudah terbukti

pada neonatus.3 Hingga saat ini ceftazidime dinilai masih efektif untuk digunakan

sebagai terapi pada sepsis neonatorum di RSMH.3

1. Kosim, M.Sholeh, et all. 2012. Buku Ajar Neonatologi IDAI. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI.

19

Page 20: Case Sepsis

2. Tasli JM, Bermawi H, Ramadanti A, Indrayady. 2014. Panduan Praktek

Klinik Divisi Neonatologi. Palembang: Departemen Kesehatan Anak, RSUP

Dr. Moh. Hoesin Palembang.

3. Indra RM, Tasli JM, Bermawi H. 2007. Perbandingan Efektifitas Sefepim dan

Seftazidim dalam Pengobatan Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri, Vol 9 (3)

20