BAB I
PENDAHULUAN
Distres pernapasan atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipneu, napas
cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis dan apneu. Gangguan napas yang
paling sering pada BBL adalah TTN (Transient Tachypnea of the Newborn), RDS
(Respiratory Distress Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan
Displasia Bronkopulmonar.1
Penyakit membran hialin disebut juga RDS atau sindroma gawat napas
tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau
beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernapas (napas cuping
hidung, grunting, takipneu/dispneu, retraksi dinding dada, dan sianosis) yang
menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan.
Penyebabnya adalah kurangnya surfaktan. Gagal napas dpat didiagnosa dengan
analisa gas darah. Edema sering didapatkan pada hari ke-2, disebabkan oleh
retensi cairan dan kebocoran kapiler. Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto
rontgen ditemukan pola retikulogranuler yang uniform, gambaran ground glass
appearance dan air bronchogram, namun gambaran ini bukan patognomonik
RDS.1
PMH terjadi pada sebagian besar pada Bayi Kurang Bulan (BKB). RDS
merupakan penyebab utama kematian pada BBL. Diperkirakan 30% dari semua
kematian neonatus disebabkan oleh PMH atau komplikasinya. PMH terutama
terjadi pada bayi prematur, insidensinya berbanding terbalik dengan umur
kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur
kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu,
sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup
bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan
sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan janin ganda, persalinan seksio
sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stres dingin, dan adanya riwayat bayi
1
sebelumnya menderita penyakit yang sama. Insidens tertinggi pada bayi prematur
laki-laki.2
Prognosis HMD pada beberapa tahun terakhir ini membaik dengan
pengunaan steroid antenatal untuk meningkatkan kematangan paru, terapi pasca
natal dengan pemberian surfaktan secara dini untuk kasus defisiensi surfaktan dan
teknik penggunaan ventilator mekanik yang baik dapat mengurangi kerusakan
paru yang masih imatur. Bayi dengan PMH, 80 sampai 90% bertahan hidup. dan
salah satu komplikasi pada pasien ini beberapa dapat terjadi gangguan pernapasan
yang menetap. Bayi prematur dengan gangguan pernapasan neonatal lebih
cenderung memiliki gangguan perkembangan dibandingkan bayi yang lahir
prematur tanpa gangguan pernapasan neonatal. Meskipun sudah menurun,
insidens dan derajat dan komplikasi masih menunjukkan morbiditas yang
signifikan. Oleh karena itu Penanganan awal mulai dari pengamatan intensif dan
perawatan bayi baru lahir yang berisiko tinggi secara signifikan dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan PMH dan penyakit neonatal akut
yang lain1,2.
2
BAB II
STATUS NEONATUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : By. Asih Erita
Umur : 4 hari
Jenis kelamin : Laki-Laki
Berat badan lahir : 2000 gram
Panjang badan : 45 cm
Agama : Islam
Alamat : Desa Ujung Tanjung, Tulung Selapan, Kabupataen
Ogan Komering Ulu
Kebangsaan : Ogan Komering Ulu
No Med Reg : 914236
MRS : 27 September 2015
II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Bayi, 29 September 2015)
Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah
Keluhan Tambahan : Lemas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0
hamil 38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak
diketahui. Berat badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat
ibu demam ada,satu minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam
tinggi, ibu minum obat penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak
ada, riwayat ketuban, kental, hijau bau busuk tidak ada. Riwayat injeksi
vitamin K tidak ada. Bayi kemudian dirujuk ke RSMH.
Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu mengatakan
bayi tampak lemas dan kurang aktif. Pada pemeriksaan didapatkan
aktifitas hipoaktif, refleks hisap lemah, tangis lemah, HR = 135 x/menit,
3
RR = 58 x/menit, suhu 37,5 0C, anemis tidak ada, sianosis tidak ada,
ikterik tidak ada, dan berat badan 1800 gram. Di IGD diberikan terapi
IVFD D7,5 + Ca glukonas 400 mg kecepatan 7,5 cc/jam, inj. Ampicillin 2
x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg (IV) dan inj. Vitamin K 1x 1 mg
(IM).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang sama disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Bayi adalah anak kedua dari pasangan Tn. S 32 tahun dengan pendidikan
terakhir SMP dan bekerja sebagai buruh dengan Ny. A 30 tahun dengan
pendidikan terakhir SMP dan bekerja sebagai penjual kue basah.
Penghasilan perbulan rata-rata Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00
Kesan : Sosial ekonomi menengah ke bawah
Riwayat Kehamilan
GPA : G2P1A0
HPHT : -;
Periksa hamil : ± 2 kali, pemeriksaan
dilakukan oleh bidan desa
Kebiasaan ibu sebelum atau setelah kehamilan
Minum alkohol : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : Tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : Tidak ada
Riwayat Persalinan
Presentasi : Belakang kepala
Cara persalinan : Spontan
KPSW : Tidak ada
4
Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada
Keadaan Bayi saat Lahir
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kelahiran : Spontan
Kondisi saat lahir : Langsung menangis
III. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 29 September 2015)
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2.016 gram
Panjang badan : 44 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar lengan atas : 8 cm
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : Sedang
Tangis : Sedang
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Denyut Nadi : 140 x/menit
Pernafasan : 49 x/menit
Suhu : 36,9 oC
Keadaan Spesifik
5
Kepala : Ubun-ubun cekung
Lingkar kepala : 33 cm
Mata : Nistagmus tidak ada, pupil bulat, isokor, refleks
cahaya (+/+), mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Trauma lahir : Caput succedaneum (-), cephal hematome (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.
Thorax : Bentuk simetris kanan kiri, pergerakan simetris,
retraksi (-)
Cor : HR= 140 x/menit, BJ I/II normal, regular, murmur
(-), gallop (-).
Pulmo : Vesikler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+) normal.
Lipat paha dan genitalia: Pembesaran kelenjer getah bening tidak ada,
anus ada
Ekstremitas : Akral hangat, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
CRT < 3”
Refleks Primitif
Oral (+)
Moro (+)
Tonick neck (+)
Withdrawl (+)
Palmar grasp (+)
Plantar grasp (+)
Pemeriksaan Penunjang
6
(Pemeriksaan Laboratorium, 27 September 2015)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 13,7 g/dl P : 13,4-19,8 g/dl
Leukosit 12.600/ul 5.000-10.000/ul
Trombosit 301.000/ul 150.000-400.000/ul
Hematokrit 34% P : 37-42%
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0% 0-1 %
Eosinofil 2% 1-6 %
Netrofil 54 % 50-70 %
Limfosit 35% 20-40 %
Monosit 9% 2-8%
LED 10 mm/jam < 15 mm/jam
Kimia Klinik
GDS 80 mg/dl < 180 mg/dl
Imunoserologi
CRP kualitatif 12 mg/dl <5 mg/L
IV. RESUME
Bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0 hamil
38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak diketahui. Berat
badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat ibu demam ada,satu
minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam tinggi, ibu minum obat
penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak ada, riwayat ketuban, kental,
hijau bau tidak ada. Riwayat injeksi vitamin K tidak ada. Bayi kemudian dirujuk
ke RSMH.
Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu mengatakan bayi
tampak lemas dan kurang aktif. Pada pemeriksaan didapatkan aktifitas hipoaktif,
refleks hisap sedang, tangis lemah, HR = 135 x/menit, RR = 58 x/menit, suhu 37,5
7
0C, anemis tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada, dan berat badan 1800
gram. Di IGD diberikan terapi IVFD D7,5 + Ca glukonas 40 cc kecepatan 7,5
cc/jam, inj. Ampicillin 2 x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg (IV) dan inj.
Vitamin K 1x 1 mg (IM).
Pada pemeriksaan fisik umum, kesadaran compos mentis, HR = 140
x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu 36,9 0C, berat badan 2.016 gram, panjang
badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm, aktif, refleks hisap sedang, tangis sedang,
anemis tidak ada, ikterik tidak ada, sianosis tidak ada, dan dispneu tidak ada.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium saat MRS, didapatkan hasil
CRP kualitatif = 12 mg/dl.
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
Neonatus : Neonatus Cukup Bulan / Kecil Masa Kehamilam
Lahir : Spontan
Ibu : Riwayat demam sebelum melahirkan
Anak : Klinis Sepsis + BBLR
VI. DIAGNOSIS KERJA
Klinis sepsis + BBLR
VII. PENATALAKSANAAN
- Cegah hipotermia (pertahankan suhu 36,5 0C – 37,5 0C) pasien dirawat
di inkubator
- Stopper
- Inj. Ceftazidime 2x 50 mg (IV) hari ke-2
- ASI on demand
VIII. KOMPLIKASI
- Infeksi
- Perdarahan paru-paru
8
- Apnea pada bayi prematur
- Ruptur alveolar
- Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
30/9/2015 S : Demam (-), sesak (-)
9
( Hari ke-4) O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2043 gram
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : sedang
Tangis : sedang
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Nadi : 138 x/menit
Pernafasan : 52 x/menit
Suhu : 37,2oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 138 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-3
- ASI on demand31/9/2015
( Hari ke-5)S : Demam (-), sesak (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2080 gram
Aktivitas : Aktif
10
Refleks hisap : Kuat
Tangis : Kuat
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 50 x/menit
Suhu : 36,9 oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 142 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-4
- ASI on demand
1/10/2015
( Hari ke-6)S : Demam (-), sesak (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2100 gram
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : Kuat
Tangis : Kuat
11
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Nadi : 140 x/menit
Pernafasan : 48 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 140 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-5- ASI on demand
2/10/2015
( Hari ke-7)S : Demam (-), sesak (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2100 gram
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : Kuat
Tangis : Kuat
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
12
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 48 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 142 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-6
- ASI on demand
3/9/2015
( Hari ke-8)
S : Demam (-), sesak (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2140 gram
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : Kuat
Tangis : Kuat
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
13
Nadi : 138 x/menit
Pernafasan : 46 x/menit
Suhu : 36,9 oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 138 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-7
- ASI on demand
4/9/2015
(Hari ke-9)S : Demam (-), sesak (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Berat badan : 2180 gram
Aktivitas : Aktif
Refleks hisap : Kuat
Tangis : Kuat
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Nadi : 140 x/menit
Pernafasan : 48 x/menit
14
Suhu : 36,8 oC
Keadaan Spesifik:
Kepala : Ubun-ubun cekung, refleks cahaya ada, mata cekung tidak ada, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-), nafas cuping hidung(-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening. Thorax : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Cor : BJ I/II normal, regular, HR 140 x/menit, murmur (-), gallop (-)Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 1”, fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada,
A : NCB-SMK + klinis sepsis + BBLR
P : - Stopper
- Inj. Ceftazidime 2 x 50 mg (IV) hari ke-7
- ASI on demand
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
15
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang bayi laki-laki lahir diluar, spontan, ditolong bidan dari ibu G2P1A0
hamil 38 minggu, bayi lahir langsung menangis, APGAR score tidak diketahui.
Berat badan lahir 2.000 gram, panjang badan 45 cm. Riwayat ibu demam ada,satu
minggu sebelum melahirkan selama 2 hari, demam tinggi, ibu minum obat
penurun panas dari bidan. Riwayat KPSW tidak ada, riwayat ketuban, kental,
hijau bau tidak ada. Saat dibawa ke IGD RSMH keesokan harinya, ibu
mengatakan bayi tampak lemas dan kurang aktif. Pada penimbangan didapatkan
penurunan berat badan ( dari 2.000 gram 1.900 gram).
Pasien termasuk dalam klasifikasi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yaitu bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa gestasi.1,2 Berdasarkan masa gestasinya (38 minggu), pasien
termasuk Neonatus Cukup Bulan (masa gestasi > 37 minggu) dan Kecil Masa
16
Kehamilan karena BBL beradaa di bawah persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intarauterin dari Battalgia dan Lubchenco.1,2
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor risiko/ predidposisi dari sepsis
neonatorum, yaitu suhu ibu > 380C, leukosit ibu > 15.000/mm3, air ketuban keruh
dan berbau busuk, ketuban pecah >12 jam, pemberian zalf mata setelah
melahirkan, dan perawatan tali pusat. Faktor risiko pada pasien ini adalah riwayat
demam tinggi yang dialami oleh ibu pasien satu minggu sebelum melahirkan.
Dari hasil alloanamnesis didapatkan bahwa penderita dibawa ke IGD
RSMH dengan keluhan tampak lemah dan aktifitas kurang. Hal ini merupakan
salah satu dari gejala klinis sepsis. Gambaran klinis sepsis neonatal tidak spesifik,
gejala sepsis klasik yang ditemukan pada anak yang lebih besar jarang terjadi
pada BBL. Gejala klinis sepsis terdiri atas:1
a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang
disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk
hipotermi/hipertermi.
b. Gejala SSP: letargi, irritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
c. Gejala pernafasan : dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis.
d. Gejala: muntah, diare, meterorismus, hepatomegali
e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula
f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis,takikardi/aritmia, hipotensi, edema,
dingin
g. Kelainan hematologi: perdarahan, purpura, ikterus.
Pada pasien ini terdapat 2 gejala umum, yaiti bayi tampak lemah dan adanya
penurunan BB.
. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan aktifitas hipoaktif, refleks
hisap sedang, tangis lemah, HR = 135 x/menit, RR = 58 x/menit, suhu 37,5 0C,
anemis tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada, dan berat badan 1800 gram.
Pada pemeriksaan fisik di bangsal didapatkan kesadaran compos mentis, HR =
140 x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu 36,9 0C, berat badan 2.016 gram,
panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm, aktif, refleks hisap sedang, tangis
17
sedang, anemis tidak ada, ikterik tidak ada, sianosis tidak ada, dan dispneu tidak
ada. Hasil pemeriksaan fisik spesifik masih dalam batas normal.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium saat MRS, didapatkan hasil
CRP kualitatif = 12 mg/dl, sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium lainnya
dalam batas normal. C-reactive protein (CRP), merupakan protein yang timbul
pada afase akut kerusakan jaringan dan meningkat pada 50-90% pasien sepsis
neonatorum. Peningkatan kadar CRP > 9 mg/dl merupakan salah satu indikator
laboratorium yang dipakai sebagai kriteria penegakan diagnosis sepsis
neonatorum.1 Peningkatan terjadi 24 jam setelah terjadi sepsis, meningkat pada
hari ke 2-3 sakit dan menetap hingga infeksi teratasi.2
Pada pasien ini di diagnosis banding dengan meningitis karena faktor
risiko dan gejala klinis kedua penyakit yang serupa. Diagnosis meningitis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan LCS, yaitu apabila terdapat gejala
klinis sepsis dan tes Pandy (+)/(++), jumlah sel > 50 mm3 (untuk umur 2-7 hari),
pada pemeriksaan diff count didapatkan PMN dan protein meningkat serta
glukosa menurun.1 Kami merencanakan pemeriksaan lumbal pungsi untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Meningitis pada neonatus merupakan salah
satu sepsis awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara 7-90 hari, infeksi telah
mengenai selaput otak dan parenkim otak.1 Pada pasien ini sepsis yang terjadi
merupakan sepsis awitan dini (terjadi pada umur di bawah 3 hari) sehingga kami
lebih cenderung memilih klinis sepsis sebagai diagnosis, bukan meningitis yang
biasanya awitannya lambat.
Kriteria diagnosis pasien sepsis neonatorum adalah gejala klinis sepsis
ditambah lebih dari satu pemeriksaan laboratorium yang positif (leukosit <
5.000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2 atau lebih, mikroLED > 15 mm/jam,
CRP > 9 mg/dl), kultur`darah positif.1 Pada pasien ini terdapat gejala klinis sepsis
(bayi tampak lemah, aktivitas menurun, dan penurunan BB), namun hanya ada
satu hasil pemeriksaan laboratorium yang positif (CRP = 12 mg/dl) sehingga
pasien tidak dapat didiagnosis sebagai sepsis neonatorum.
18
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang, maka diagnosis pada pasien ini adalah NCB-KMK + Klinis sepsis+
BBLR.
Penatalaksanan awal pada pasien ini adalah cegah hipotermi, dengan
dirawat dalam inkubator dengan memberikan lingkungan yang optimal. Suhu
tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 –
37C). Pasien dirawat di inkubator. terapi IVFD D7,5 + Ca glukonas 400 mg
kecepatan 7,5 cc/jam, inj. Ampicillin 2 x 45 mg (IV), inj. Gentamycin 2 x 4,5 mg
(IV) dan inj. Vitamin K 1x 1 mg (IM) karena pasien belum mendapat injeksi
vitamin K saat lahir di bidan. Pasien direncanakan pemeriksaan laboraturium
Darah rutin, BSS, CRP untuk mengetahui kemungkinan penyebab penyakit dan
gejala-gejala lain yang ada terhadap pasien ini.
Selama perawatan pasien ditatalaksana dengan inj. Ceftazidime dengan
dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.1 Pola mikroorganisme penyebab
sepsis tidak selalu sama antara satu tempat dengan tempat lainnya, baik antar
negara bahkan antar rumah sakit di negara yang sama.2 Pemilihan antibiotik pada
sepsis merupakan terapi empiris yang disesuaikan dengan pola resistensi kuman di
tempat masing-masing.2 Di negara berkembang, hampir sebagian besar
mikroorganisme penyebab sepsis adalah bakteri gram negatif bakteri enterik
seperti, Enterobacter sp, Klebsiella sp, dan Coli sp. Bakteri penyebab sepsis
RSMH mikroorganisme penyebab sepsis paling banyak adalah Acinetobacter
calcoaceticus, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus epidermidis, dan
Streptococcus viridans.2 Ceftazidime merupakan sefalosporin generasi ketiga
merupakan monoterapi pilihan dalam pengobatan sepsis neonatorum di berbagai
pusat perawatan neonatus karena farmakokinetik dan keamanannya sudah terbukti
pada neonatus.3 Hingga saat ini ceftazidime dinilai masih efektif untuk digunakan
sebagai terapi pada sepsis neonatorum di RSMH.3
1. Kosim, M.Sholeh, et all. 2012. Buku Ajar Neonatologi IDAI. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
19
2. Tasli JM, Bermawi H, Ramadanti A, Indrayady. 2014. Panduan Praktek
Klinik Divisi Neonatologi. Palembang: Departemen Kesehatan Anak, RSUP
Dr. Moh. Hoesin Palembang.
3. Indra RM, Tasli JM, Bermawi H. 2007. Perbandingan Efektifitas Sefepim dan
Seftazidim dalam Pengobatan Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri, Vol 9 (3)
20
Top Related