Tugas Sepsis

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Neonatus dapat menderita berbagai macam. Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang neonates karena daya tahan tubuh neonatus yang rendah sehingga megakibatkan tubuhnya rentan terhadap penyakit. Neonatus mendapat kekebalan dari ibunya melalui transplasenta ketika didalam kandungan ibu tetapi kekebalan itu hanya untuk mengatasi infeksi kuman yang berasal dari ibunya selama proses persalinan. Infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui jalur transplasenta, selama proses persalinan, dan dari lingkungan. Faktor resiko yang terdapat pada bayi untuk terjangkit suatu penyakit infeksi antara lain faktor maternal, factor neonatal, dan faktor lingkungan. Kasus infeksi di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Kasus infeksi memiliki morbiditas 10 %. 15 % dari kasus perinatal. Sepsis merupakan salah satu penyakit kasus infeksi. Sepsis neonatal merupakan infeksi bakteri sistemik yang ditandai dengan adanya bakteri dalam darah dan bersirkulasi sampai ke otak. Diagnosis suatu penyakit infeksi pada bayi baru lahir tidak mudah untuk ditegakkan. Diagnosis biasanya didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan diagnosis baru akan ditentukan dengan pemeriksaan selanjutnya, seperti pemeriksaan darah. Sepsis neonatal memiliki persamaan dengan meningitis yaitu persamaan tanda, gejala, dan etiologi sehingga sulit membedakan keduanya.. Hal yang membedakan antara sepsis dan meningtis adalah adanya penonjolan frontanela pada meningitis. Ini terjadi 1

description

keperawatan anak

Transcript of Tugas Sepsis

Page 1: Tugas Sepsis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Neonatus dapat menderita berbagai

macam. Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang neonates

karena daya tahan tubuh neonatus yang rendah sehingga megakibatkan tubuhnya rentan

terhadap penyakit. Neonatus mendapat kekebalan dari ibunya melalui transplasenta ketika

didalam kandungan ibu tetapi kekebalan itu hanya untuk mengatasi infeksi kuman yang

berasal dari ibunya selama proses persalinan. Infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui

jalur transplasenta, selama proses persalinan, dan dari lingkungan. Faktor resiko yang

terdapat pada bayi untuk terjangkit suatu penyakit infeksi antara lain faktor maternal, factor

neonatal, dan faktor lingkungan.

Kasus infeksi di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan.

Kasus infeksi memiliki morbiditas 10 %. 15 % dari kasus perinatal. Sepsis merupakan salah

satu penyakit kasus infeksi. Sepsis neonatal merupakan infeksi bakteri sistemik yang

ditandai dengan adanya bakteri dalam darah dan bersirkulasi sampai ke otak. Diagnosis

suatu penyakit infeksi pada bayi baru lahir tidak mudah untuk ditegakkan. Diagnosis

biasanya didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan diagnosis baru

akan ditentukan dengan pemeriksaan selanjutnya, seperti pemeriksaan darah. Sepsis

neonatal memiliki persamaan dengan meningitis yaitu persamaan tanda, gejala, dan etiologi

sehingga sulit membedakan keduanya..

Hal yang membedakan antara sepsis dan meningtis adalah adanya penonjolan

frontanela pada meningitis. Ini terjadi pada sepsis bakteri dalam darah yang belum sampai

pada otak. Meningitis merupakan komplikasi tersering dari sepsis neonatal. Insiden sepsis

neonatal berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badan lahir bayi. Oleh

karena itu, penanganan bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan

penanganan yang penting sebab hal tersebut merupakan resiko tinggi yang paling utama

terjadinya sepsis pada neonatal.

Maka dari itu penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan dengan masalah

sepsis.

1.2. Tujuan

Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan anak berupa asuhan

keperawatan pada anak dengan sepsis

1

Page 2: Tugas Sepsis

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Menurut Muscari (2005) sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang

biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. Sepsis adalah sindrom yang

dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang

dapat berkembang ke arah septikemia dan syok septik (Doenges, 2000). Sepsis adalah

infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Asrining, 2003).

Menurut Wheeler (2004) sepsis adalah sindrom respon sistemik terhadap inflamasi

(systemic inflamatory respon syndrome) yang dibuktikan dengan adanya infeksi pada organ

tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat tersebut atau dengan suspek infeksi

secara klinis. Maka, penulis menyimpulkan bahwa sepsis adalah infeksi bakteri

generalisa dalam darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan dengan

tanda dan gejala sistemik.

2.2 Etiologi

Penyebab yang paling sering dari sepsis mulai-awal adalah streptokokus group

B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis mulai-akhir

dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simpleks (HSV), enterovirus, dan E.coli. Pada

bayi dengan berat lahir rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase negatif (CONS),

merupakan patogen yang paling umum pada sepsis mulai-akhir. Adenovirus dan

protozoa seperti malaria, Borrelia juga merupakan etiologi dari sepsis tetapi sangat

jarang terjadi. (Nelson, 1996)

2.3 Patogenesis

Penghirupan cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan sepsis dalam

rahim walaupun jarang terjadi, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus.

Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di

masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir. (Nelson, 1996)

2.4 Epidemiologi

Insidens sepsis neonatorum beragam menurut deifinisinya, dari 1-4/1000

kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan

tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat

dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan persalinan,

dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Menurut Nelson (1996) angka sepsis

neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat lahir rendah dan bila

ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamniotis, seperti ketuban pecah

2

Page 3: Tugas Sepsis

lama (>18 jam), demam intrapartum ibu (>37,5 ), leukositosis ibu (>18.000), pelunakan

uterus, dan takikardi janin (>180 kali/ menit).

2.5 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari sepsis menurut Nelson (1996)

a. Tanda awal : Apnea, takipnea dengan retraksi, atau takikardia

b. Manifestasi akhir : Edema serebral, dan / atau thrombosis, gagal nafas sebagai

akibat sindrom distress respirasi (ARDS), hipertensi pulmonal, gagal jantung,

penyakit hepatoseluler dengan hiperbilirubinemia dan peningkatan enzim, waktu

protrombin (protrombin Time (PT)) dan waktu thromboplastin parsial (partial

thromboplastin time (PTT)) yang memanjang, syok septic, perdarahan adrenal

disertai insufisiensi adrenal, kegagalan sumsum tulang (trombositopenia,

netropenia, anemia), dan koagulasi intravaskuler diseminata (disseminated

intravascular coagulation (DIC)).

Sepsis dapat terjadi pada NEC stadium III dan infeksi saluran kencing (UTI)

akibat uropati obstruktif. Oleh karena itu, setiap bayi harus dievaluasi kembali sepanjang

waktu untuk menentukan apakah perubahan fisiologi akibat infeksi telah mencapai

tingkat sedang hingga berat yang konsisten dengan sepsis.

Manifestasi lain pada beberapa sistem, yaitu :

a. Tanda dan Gejala Umum

1. Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal

2. Aktivitas lemah atau tidak ada aktivitas

3. Tampak sakit

4. Menyusu buruk

b. Sistem Pernafasan

1. Dispneu

2. Takipneu dengan retraksi

3. Apneu

4. Takipnea

5. Merintih

6. Mengorok

7. Pernapasan cuping hidung

8. Sianosis

c. Sistem Kardiovaskuler

1. Hipotensi

2. Kulit lembab dan dingin

3. Pucat

4. Takikardi

5. Bradikardi

3

Page 4: Tugas Sepsis

6. Edema

7. Henti jantung

d. Sistem Pencernaan

1. Distensi abdomen

2. Anoreksia

3. Muntah

4. Diare

5. Menyusu buruk

6. Peningkatan residu lambung setelah menyusui

7. Darah pada feces

8. Hepatomegali

e. Sistem Saraf Pusat

1. Refleks moro abnormal

2. Intabilitas

3. Kejang

4. Hiporefleksi

5. Fontanel anterior menonjol

6. Tremor

7. Koma

8. High-pitched cry

f. Hematologi

1. Ikterus

2. Ptekie

3. Purpura

4. Prdarahan

5. Splenomegali

6. Pucat

7. Ekimosis

2.6 Faktor Resiko

Menurut Nelson (1996) meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau

kongenital, galaktosemia (Escherichia coli), pemberian besi intramuskuler (E.Coli),

anomali kongenital (saluran kencing, asplenia, myelomenigokel, saluran sinus),

onfalitis dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang terinfeksi). Prematuritas

merupakan faktor resiko baik pada sepsis mulai awal maupun mulai akhir.

Faktor resiko lain, yaitu :

a. Ibu menderita penyakit infeksi selama kehamilan

b. Perawatan antenatal yang tidak memadai.

c. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.

4

Page 5: Tugas Sepsis

d. Pertolongan persalinan yang tidak hygiene, partus lama, dan partus dengan

tindakan, seperti kuret dan vacum.

e. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dan cacat bawaan.

f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, dan tindakan invasif pada neonatus

g. Ketuban pecah dini 1 %

h. Demam impartu maternal

i. Leukositosis maternal

j. Corioamnionitis 3-8 %

k. Resusitasi saat lahir

l. Kehamilan kembar

m. Pemaparan terhadap steroid

n. Bayi dengan galaktosemia

o. Insufisiensi imunoglabulin

p. Proses persalinan yang lama

q. Ibu yang mengalami eklamsia

2.7 Klasifikasi

Berdasarkan umur dan onset/ waktu timbulnya gejala, sepsis neonatorum dibagi

menjadi dua, yaitu

a. Early onset sepsis neonatal (sepsis awitan awal) dengan ciri-ciri:

1. Umur saat onset : mulai lahir sampai 7 hari

2. Penyebab : organisme dari saluran genital ibu

3. Organisme : grup B Streptococcus, Escherichia Coli, Listeria non-typik,

Haemophilus Influezae, dan Enterococcus.

4. Klinis : melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi

pneumoni

5. Mortalitas : mortalitas tinggi (15-45%)

b. Late onset sepsis neonatal (sepsis awitan lanjut) dengan ciri-ciri:

1. Umur saat onset : 7 hari sampai 30 hari

2. Penyebab : selain dari saluran genital ibu atau peralatan.

3. 0rganisme : Staphylococcus Coagulase-Negatif, Staphylococcus Aureus,

Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia Coli, dan Listeria.

4. Klinis : biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi

meningitis)

5. Mortalitas :mortalitas rendah ( 10-20%)

2.8 Patofisiologi

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara yaitu :

a. Antenatal atau sebelum lahir.

5

Page 6: Tugas Sepsis

Kuman dari ibu melewati plasenta dan umbilicus masuk ke dalam tubuh

bayi melalui sirkulasi darah janin pada masa antenatal. Virus yang dapat menembus

plasenta, antara lain rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, dan

parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sífilis, dan

toksoplasma.

b. Intranatal atau saat persalinan

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan

serviks naik mencapai kiroin dan amnion. Hal ini mengakibatkan terjadi amnionitis

dan korionitis kemudian kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain

saat persalinan yaitu cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi

dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius kemudian menyebabkan

infeksi pada lokasi tersebut. Infeksi pada janin juga dapat terjadi melalui kulit bayi

atau “port de entre” saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman,

misalnya herpes genitalis, candida albican dan gonorrhea.

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi

nasokomial dari lingkungan luar rahimm, misalnya melalui alat-alat, pengisap

lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, dan botol minuman atau dot.

Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.Perawat atau profesi lain yang ikut

menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

2.9 Patways

Invasi Bakteri

Masa antenatal masa intranatal pascanatal

Invasi bakteri dari ibu bakteri di vagina dan serviks infeksi nasokomial dari

Lingkungan di luar rahimMelewati plasenta dan umbilikus menginvasi kiroin dan amnion (Tindakan keperawatan,

Alat-alat, penghisap,lendirMelalui sirkulasi darah amnionitis dan korionitis selang endotrakea

infuse, selang nasogastrik, Menginvasi janin menginvasi umbilikus botol minum atau dot)

masuk ke tubuh janin

SEPSIS

DP1 Infeksi Sistem pencernaan : Sistem pernafasan : Kurang pengetahuan DP4 resiko r Anoreksia Penumpukan CO2 cedera

Muntah CemasDiare Asidosis respiratorikMenyusu buruk DP 5 Koping individu Distensi abdomen Hiperventilasi inefektif

DP2 Nutrisi (-) dari DP3 Gangguan Pola NafasKebutuhan

6

Page 7: Tugas Sepsis

2.10 Pencegahan

a. Pada masa antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,

imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang

memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan

ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.

b. Pada saat persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik dalam arti

persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan

bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi

keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan melakukan rujukan

secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

c. Sesudah persalinan.

Perawatan sesudah lahir mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi

normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan perlatan tetap

bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara

steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

aspetik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan

menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.

Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang

benar dan baik semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus

sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara

rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.

2.11 Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium

a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi

dapat mendeteksi organisme.

c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan

peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan

adanya infalamasi.

e. CRP

f. Saliva

g. AGD, adanya asidosis metabolik sering terjadi, hipoksemia, dan retensi

karbondioksia (Nelson, 1996)

2.12 Pengobatan

7

Page 8: Tugas Sepsis

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja

pemberian antibiotik harus memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan

mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus darah otak,

dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan

gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat

lain sesuai hasil tes resistensi.

Dosis antibiotik untuk sepsus neonatorum.

a. Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.

b. Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian

c. Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.

d. Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.

e. Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.

2.13 Peran Perawat

a. Berikan lingkungan dengan temperatur netral.

b. Pertahankan kepatenen jalan napas

c. Observasi tanda-tanda syok septik

d. Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia

2.14 Komplikasi

Komplikasi sepsis neonatorum antara lain

a. Meningitis

b. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan

atau leukomalasia periventrikular

c. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acute

respiratory distress syndrome (ARDS).

d. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti

ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.

e. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari

gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental

f. Kematian

8

Page 9: Tugas Sepsis

2.15 Pengendalian

a. Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau

infeksi intra uterin

b. Mencegah dan pengobatan dengan ibu dengan ketuban pecah dini’

c. Perawatan antenatal yang baik

d. Mencegah aborsi yang berulang , cacat bawaan

e. Mencegah persalinan prematur

f. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman

g. Melakukan resusitasi yang benar dan aman

h. Melakukan tindakan pencegahan indeksi dengan mencuci tangan

i. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor resiko sepsis dengan pengelolaan

yang efektif

9

Page 10: Tugas Sepsis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SEPSIS

3.1 Pengkajian

a. Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji

adalah :

1. Sosial ekonomi

2. Riwayat perawatan antenatal

3. Riwayat intranatal

4. Ada/tidaknya ketuban pecah dini

5. Partus lama atau sangat cepat (partus presipitasi)

6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain

7. Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)

8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi

, misalnya taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis

b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :

1. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)

2. Tidak mau minum/reflek menghisap lemah

3. Regurgitasi

4. Peka rangsang

5. Pucat

6. Hipotoni

7. Hiporefleksi

8. Gerakan putar mata

9. BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis

10. Sianosis

11. Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)

12. Hipotermi

13. Pernapasan mendengkur, bradipneu, atau apneu

14. Kulit lembab dan dingin

15. Pucat

16. Pengisian kembali kapiler lambat

17. Hipotensi

18. Dehidrasi

19. Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.

c. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :

1. Bilirubin

2. Kadar gular darah serum

10

Page 11: Tugas Sepsis

3. Protein aktif C

4. Imunogloblin IgM

5. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah, asupan hidung, umbilikus, telinga, pus

dari lesi, feces dan urine

6. Analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan

sesudah kelahiran.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau

intoleran terhadap minuman.

3. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.

4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada

bayi oleh petugas.

5. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-

kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada

bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.

Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.

Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.

Intervensi :

a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :

• Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.

• Nilai apgar dibawah normal

• Bayi mengalami tindakan operasi

• Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus

• Bayi yang megalami prosedur invasif

• Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan

infeksi yang diderita ibu.

b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus,

refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau

iritablitas.

c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena,

sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-

ubun cembung, muntah diare.

d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium

11

Page 12: Tugas Sepsis

e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.

Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi

keperawatan.

a. Berikan suhu lingkungan yang netral

b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat

badan, usia dan kondisi.

c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan

d. Berikan antibiotik sesuai pesanan

e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan

f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.

Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan,

menunjukkan kenaikan berat badan.

Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.

Intervensi keperawatan :

a. Kaji intoleran terhadap minuman

b. Hitung kebutuhan minum bayi

c. Ukur masukan dan keluaran

d. Timbang berat badan setiap hari

e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat

f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan

g. Ukur berat jenis urine

h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi

i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan

apnea.

Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.

Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.

Intervensi Keperawatan :

a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung,

gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.

b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau

bradikardia dan perubahan tekanan darah.

c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk

menjaga pengeluaran energi dan panas.

d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik

e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati

12

Page 13: Tugas Sepsis

f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai

kebutuhan.

g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan

penularan infeksi pada bayi oleh petugas.

Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial

Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.

Intervensi keperawatan :

a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar

bayi.

b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan

negatif.

c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita

infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.

d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi

tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka

dan penyakit menular lainnya.

e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan

yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.

f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan

larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.

g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan

larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.

h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.

i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum

dan sesudah merawat atau memegang bayi.

j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain

yang terkontaminasi diruang perawatan.

k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi

bayi.

5. Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan

kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius

dari infeksi.

Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat

krisis.

Kriteria hasil : koping individu adekuat.

Intervensi keperawatan :

a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping

13

Page 14: Tugas Sepsis

b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab

infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai,

perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.

d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat

bayi.

14

Page 15: Tugas Sepsis

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan

penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. Penyebab Sepsis yaitu

berbagai macam kuman seperti bakteria, virus, parasit, atau jamur dapat

menyebabkan infeksi berat yang mengarah ke terjadinya sepsis. Sepsis pada bayi

hampir selalu disebabkan oleh bakteria.

4.2 Saran

Untuk mencegah supaya tidak terjadi sepsis adalah peningkatan penggunaan

fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang

mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas

perawatan intensif bayi neonatal dan pengembangan alat pengangkutan yang modern,

mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi dan

merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus.Diharapkan petugas kesehatan

dapat meningkatkan mutu pelayan kesehatan,

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Tugas Sepsis

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Nelson, et all. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 E/15. Jakarta : EGC

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit. EGC :Jakarta

O’Connor EO, Venkatesh B, Lipman J, Mashongonyika C, Hall J. Procalcitonin in Critical

Ilness.Crit Care Res 2001;3:236-243

Tucker Susan Martin, at al.,1999. Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,

Diagnosis dan evaluasi, EGC : Jakarta.

Titut, S. 2000. Sepsis Pada Neonatus (Sepsis Noenatal). Sari Pediatri : Jakarta

Wheeler AP, Bernard GR.Treating Patient with Severe Sepsis.New English Medical

Journal. 340,3 p207-214, November 2004

-

16