CA COLON NY.E
-
Upload
wiwi-handayani -
Category
Documents
-
view
146 -
download
1
Transcript of CA COLON NY.E
CARSINOMA COLON
A. Definisi
Carsinoma colorectal adalah keganasan yang terjadi didaerah colon dan rectum. Insiden
carsinoma colon dan rectum di Indonesia cukup tinggi juga dengan angka kematiannya. Sekitar
75 % ditemukan didaerah rectosigmoid. (Wim de Jong, 1997).
B. Etiologi dan factor resiko.
Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi factor resiko tinggi telah
teridentifikasi, termasuk :
1. Usia lebih dari 40 tahun.
2. Darah dalam feses.
3. Riwayat polip rectal atau polip colon.
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
5. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%)
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif selama 20 th (50%)
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
(Smeltzer & Bare, 2002)
C. Klasifikasi Histologi
1. Adenocarcinoma (berdifferensiasi baik, sedang, buruk).
2. Adenocarcinoma musinosum (berlendir)
3. Signet Ring Cell Carcinoma.
4. Carcinoma sel skuamosa.
(Diktat Kuliah, Debbi D)
D. Pengelompokkan Stadium
Stadium
(Duke’s)
T N M
O
I(A)
II(B)
III(C)
IV(D)
Tis
T1
T2
T3
T4
Setiap T
Setiap T
Setiap T
Setiap T
No
No
No
No
No
N1
N2
N3
Setiap N
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
M1
(Black & Jacob, 1997)
E. Klasifikasi Ca Colorectum menurut sistem TNM (Tumor, Node, Metastasis).
T ( Tumor Primer )
Tx : Tumor primer tdk dpt dinilai.
To : Tdk ada tumor primer.
Tis : Tumor in situ.
T1 : Invasi mukosa di lap sub mukosa.
T2 : Invasi tumor di lap otot propia.
T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau nonperitoneal pericolik atau ke
jaringan perirectal.
T4 : Tumor mengalami perforasi visceral atau mengalami invasi ke organ
lain/struktur lain.
N (Nodes Lymph Regional)
Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dibagi.
No : Tdk tjd metastasis dinodes lymph regional.
N1 : Metastasis di 1-3 pericolik atau nodus lymph perirectal.
N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar pericolik atau nodus lymph
perirectal.
N3 : Metastasis pada kelenjar limfe isi nama pembuluh darah dan atau pada
kelenjar apical.
M (Metastasis jauh)
Mx : Metastasis jauh tidak dpt dinilai.
Mo : Tdk ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh
F. Penentu stadium menurut sistem Duke’s
A : Terbatas pada dinding usus.
B : Menembus lapisan muskolaris mukosa.
C : Metastase kelenjar limfe.
C1 : Berapa kelenjar limfe dekat tumor primer.
C2 : Dalam kelenjar limfe jauh.
D : Metastasis jauh.
(Wim de Jong, 1997).
G. Pathofisiologi
Sebagiab besar tumor malignat (minimal 50%) terjadi pada area rectal. 20 – 30 % terjadi di
sigmoid dan kolon desending. (Black & Jacob, 1997). Kanker colon dan rectum terutama
adalah adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. `1Tumor pada
asending lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor
bowel maligna menyebar dengan :
1. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari colon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder,
ureter dan organ reproduksi
2. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru, ginjal
dan tulang
3. beranak atau berakar (tertanam)ke cavum rongga abdomen
Dimulai sebagai Polip jinak
Polip ganas
Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering
ke hati)
H. Manifestasi klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi dan dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan,
dan keletihan.
Gejala yang ditimbulkan menurut lokasi :
Colon kanan Colon kiri Rectal/ rectosigmoid
Nyeri dangkal abdomen.
anemia
melena (feses hitam,
seperti ter)
dyspepsia
nyeri diatas umbilicus
anorexia, nausea,
vomiting
rasa tdk nyaman diperut
kanan bawah
teraba masa pada palpasi
Obstruksi (Nyeri
abdomen dan kram,
penipisan feses,
konstipasi dan
distensi ).
Adanya darah segar
dalam feses.
Tenesmus
Evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah
defekasi.
Konstipasi dan diare
bergantian.
Feses berdarah.
Perubahan kebiasaan
defekasi.
Perubahan BB
(Smeltzer & Bare, 2002) (Black & Jacob, 1997)
Gejala carsinoma colon. Nyeri biasanya menyebah di area umbilicus atau area perianal
Colon kanan Colon kiri
Penurunan BB Perdarahan rectal
Anorexia Perubahan pola BAB
Nausea Tenesmus
Vomit Obstruksi intestine
Anemia
Teraba massa
Gambaran klinik karsinoma kolorektal lanjut.
Kolon kanan Kolon kiri Rektum
Aspek klinis
Nyeri
Defekasi
Obstruksi
Darah pada feses
Feses
Dispepsi
Memburuknya
keadaan umum
anemia
Kolitis
Karena penyusupan
Diare /diare berkala
Jarang
Okul
Normal/diare
Sering
Hampir selalu
Hampir selalu
Obstruksi
Karena obstruksi
Konstipasi progresif
Hampir selalu
Okul /makroskopik
Normal
Jarang
Lambat
Lambat
Proktitis
Tenesmi
Tenesmi
terusmenerus
Tidak jarang
Makroskopik
Perub bentuk
Jarang
lambat
lambat
3 tipe Carcinoma kolon dan rectum ( makroskopik):
A. Tipe polipoid atau vegetatif. (Tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan berbentuk bunga
kol)
terutama di seikum dan kolon asendens.
B. Tipe skirus. (Mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi)
kolon desendens, sigmoid dan rectum.
C. Ulceratif (Terjadi karena nekrosis dibagian sentral)
rectum.
(Wim de Jong, 1997).
I. Komplikasi
Obstruksi usus partial atau lengkap.
Hemoragi.
Perforasi usus.
Peritonitis/sepsis.
(Smeltzer & Bare, 2002)
J. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik.
a. Rectal touché atau colok dubur
Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor
b. Tes laboratorium
Tes Guaiak
Melihat darah samar atau mengetahui adanya perdarahan di gastrointestinal.
Carcinoma embryonic antigen (CEA).
Hasilnya dapat meningkat pada tumor kolon.
Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis
prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke
normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan
kekambuhan.
c. Pemeriksaan radiologis
Foto colon dengan barium enema.
Melihat kerusakan atau adanya lesi-lesi kecil.
d. Ultrasonografi
Mengetahui ukuran tumor dan metastasisnya. Terutama metastasis ke hati
f. Endoskopi saluran cerna (colonoskopi) dan biopsy
Endoskopi dapat dilakukan dengan rigid endoskop untuk melihat kelainan sampai 20-30
cm dg fiberscope unt melihat semua kelainan dari rectum sampai sekum
Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologis anatomis
K. Pencegahan
Ada 3 pencegahan ca colon :
1. Pencegahan Primer
Anjurkan klien untuk mempertahanakan makanan yang rendah lemak dan tinggi serat
Anjurkan klien untuk membatasi makanan yang disuling
Anjurkan klien untuk banyak minum
2. Pencegahan sekunder
Promosikan deteksi dini dg rectal tuse untuk mereka yang berusia lebih dari 40 tahun
Monitor klien yg berusia lebih dari 50 th dg guaiak test dan rectal tuse setiap tahun
Evaluasi klien dg sigmoiddoscopy fleksibel setiap 3 – 5 th pada orang dg resiko rata-
rata, bagi yg beresiko di atas rata-rata evaluasi dengan colonoscopy dg barium enema
setiap 2-3 tahun
3. Pencegahan terseir
Anjurkan penggunaan bulk laksative (Metamucil) untuk klien dg resiko tinggi
Promosikan skrening scara regular pada orang dengan 1 atau 2 resiko ca colon
Anjurkan klein untuk mengikuti diet tinggi serat, rendah lemak, dan kurangi makanan
yang disuling
L. Penatalaksanaan
1. Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorectal paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain pengobatan bedah, mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
2. Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolon dan rectal.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut :
a. Pada tumor sekum dan kolon asenden
Dilakukan hemikolektomi kanan, lalu anastomosis ujung ke ujung. Pada tumor di
fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi, yg tdd reseksi bag kolonyg diperdarahi
oleh a. iliokolika, a. kolika ka, a. kolika media termasuk kelenjar limfe dipangkal arteri
mesentrika superior
b. Pada tumor tranversum
Dilakukan reseksi kolon transversum kemudian dilakukan anastomosis ujung ke ujung.
Kedua fleksura hepatica danmesentrium daerah arteria kolika media termasuk kelenjar
limfe
c. Pada colon desenden dan fleksura lienalis
Dilakukan hemikolektomi kiri yg meliputi daerah arteri kolika kiri dg kelenjar limfe
sampai dg dipangkal a. mesentrika inferior
d. Tumor rectum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior tinggi (12-18 cmdari garis
anokutan) dg atau tanpa stapler. Pada tumor rectum 1/3 tengah dilakukan resesksi
dengan mempertahankan spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan
amputasi rectum melalui abdominal perineal. Reseksi abdoperineal dg kel
retroperitoneal menurut geenu-mies. Alat stapler untmembuat anastomisis di dlm
panggul antara ujung rectum yg pendek dan kolon dg mempertahankan anus dan unt
menghindari anus pneternaturalis. Reseksi anterior rendah pada rectum dilakukan
melalui laparatomi dg menggunakan alat stapler unt membuat anastomisis kolorektal/
koloanal rendah
e. Tumor sigmoid
Dilakukan reseksi sigmoid termasuk kelenjar di pangkal a. mesentrika inferior
Kolostomi
a. definisi
adalah Pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dpt
berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini untuk memungkinkan drainage
atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan
kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
Keadaan yang diperbolehkan pembedahan (kolostomi) dilakukan yaitu :
1. Peradangan dibagian usus halus
2. cacat/ kelainan bawaan
3. kecel;akaan atau trauma yg mengenai bagian perut
4. adanya sumbatan di anus
5. Kanker
Menurut prosedur pembedahan, ostomi ada 2 yaitu :
1. Kontinen
Dapat dikendalikan , misal pada ileoanal peservoir
2. Inkontinen
Tidak dapat dikendalikan , jadi harus menggunakan kantuing ostomy
Kolostomy inkontinen terdiri dari beberapa tipe yaitu :
1. Loop colostomy
Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat medis
dengan membuat 2 lubang usus yang dihubungkan
2. End ostomy
Terdiri dari satu hubungan dimana bagian usus berikutnya dibuang/ dijahit tetapi masih ada/
tetap dlm rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dg terapi colorectal
3. Double barrel colostomy
Terdapat 2 hubungan dibagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain feses dan
distal untdrain mucus
Stoma dasar ada 3 tipe yaitu :
1. stoma pada colon colostomy
2. stoma pada ileum ileustomy
3. stoma pada saluran kemih uretrostomy
Pengkajian Stoma (Black & Jacobs, 1997) :
1. Warna Stoma
Permukaan stoma terlihat merah sama dengan warna mukosa mulut, jika terlalu pucat/ gelap
menandakan adanya gangguan sirkulasi darah ke area stoma. Stoma baru terlihat
membengkak, pembengkakan akan berkurang setelah 2 – 3 minggu, kemungkinan masalah
yang timbul adalah penyumbatan
2. Perdarahan Stoma
Perdarahan ringan normal terjadi, saat stoma disentuh tapi perdarahan lein perlu dilaporkan
3. Kondisi kulit sekitar stoma
Adanya kemerahan dan iritasi sekitar stoma (5-13cm) harus dilaporkan, kemerahan yg
sementara setelah penggantian kantung adalah normal
4. jumlah dan jenis feces
Pengeluaran feses, kaji jumlah, warna, bau, konsistensi, adanya pus/ darah
5. Keluhan
Adanya rasa terbakar di kulit bawah kantong kolostomy menandakan adanya kerusakan
kulit, kaji adanya ketidaknyamanan dan distensi abdomen
Letak anastomy colostomy:
1. Ileustomy
Lubang pd ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada ca
colon, polip, dan trauma yg biasanya berbentuk permanen. Cairan yg keluar cenderung
konstan & tidak dapat diatur, mengandung enzim-enzim percernaan yg dpt mengiritasi
permukaan kulit
2. Colostomy asenden
Drainage yg keluar berbentuk cairan & tdk teratur serta lebih bau
3. Colostomy transversum
Drainage yg keluar berbentuk padat krn cairan sudag direabsorbsi dan biasanya pengeluaran
tdk terkontrol
4. Colostomy desenden
Produksinya lebih padat. Feses yang keluar dari sigmoid normal dan frekuensinya dpt diatur
shg klien tdk hrs menggantinya setiap saat & baunya tergantung diet
Hambatan & Masalah yg mungkin timbul :
1. Bau
Bau yg timbul pd waktu penggantian kantung (pouch) adalah hal yg biasa seperti dialami
seseorang ketika BAB. Bila bau menetap ketika peralatan sedang dipakai, periksa terhadap
adanya kebocoran disekitarnya. Bau dpt ditimbulkan oleh makanan yg dimakan, untuk
menghindari bau, hindari makanan penyebab.
2. Diare
Makanan tertentu dapat menyebabkan diare, oleh karena itu penyesuaian makanan perlu
dilakukan agar diare tidak terjadi
3. Konstipasi
Cara termudah untuk mengatasi konstipasi adalah dg memakan makanan extra yg
mengandung banyak serat (buah, sayur) dan menambah intake cairan
4. Iritasi (luka pada kulit)
Kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran pada seal stoma, sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit
Menangani Colostomy
Fungsi kolostomy mulai tampak pada hari ke 3 – 6 pasca operasi. Penangan colostomy adalah :
1. Perawatan kulit
Kolostomy transversal
Feces lunak dan berlendir shg dpt mengiritasi kulit
dianjurkan mencuci daerah periostoma dengan air dan sabun ringan
Bila terdapat iritasi taburi bedak nystatin (Mycostatin)
Kolostomy desenden/ kolostomi sigmoid
Feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit
Cuci daerah peristoma dg air dan sabun ringan sesering mungkin dg waslap, selama
dibersihkan, lobang stomaditutup dg kassa/ tampon unt mengabsorbsi kelebihan
drainase
Keringkan dg kassa jangan digosok
Berikan bedak disekitar stoma
2. Memasang kantung drainage
Ukur stoma dengan lubang kantong 0,3 cm besar dr stoma
Barier kulit peristoma di pasang
Pasang kantong dg cara membuka kertas perekat dan menekan di atas stoma selama 30
detik
3. Menangani kantung drainase
Kantung kolostomi digunakan setelah diganti dg balutan yg lebih sederhana
Kantong sekali pakai dan kedap bau
4. Mengangkat alat
Diganti setelah isinya ¼ - 1/3
Tekan kulit menjauh dari permukaan piringan secara perlahan sambil menarik kantong
ke atas menjauhi stoma
Tekan perlahan agar kulit tidak trauma dan mencegah isi fekal cair keluar
L. Pengkajian Keperawatan
1. Aktifitas
Kelelahan
2. Eliminasi
Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus
riwayat penyakit inflamasi kronis atau polip rectal, darah dalam feses
3. Makanan/minuman
Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi alkohol, bising
usus, nyeri tekan, distensi dan massa padat
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdominal atau rectal, lokasi, frekuensi, durasi
M. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
2. Nyeri (Akut)
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
4. Resiko Tinggi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Gangguan citra tubuh
6. Gangguan pola tidur
7. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare
8. Resiko tinggi terhadap Disfungsi seksual
9. Kurang pengetahuan Resiko tinggi terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Black and Jacobs. (1997). Medical surgical nursing: Clinical management for continuity of care.
(Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC
Jong & Sjamsuhidajat. (1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi). Jakarta : EGC
Smeltzer and Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.
Soeparman. (1994). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan
berhubungan dengan :
1. Kehilangan yang
berlebihan mis., muntah,
diare,
2. Gangguan absorpsi cairan
mis., Kehilangan fungsi
kolon.
3. Status hipermetabolik mis
inflamasi
Ditandai dengan :
Ds :
Kriteria Evaluasi :
Mempertahankan hidrasi
adekuat dengan bukti
membran mukosa
lembab, turgor kulit baik,
dan pengisian kapiler
baik, tanda vital stabil,
dan mengeluarkan urine
dengan tepat.
Mandiri :
Catat pemasukan dan pengeluran
cairan dengan cermat, ukur faeses
cairan, Timbang berat badan tiap
hari.
Observasi tanda vital, catat
hipotensi postural, takikardi.
Evaluasi turgor kulit, pengisian
kapiler dan membran mukosa.
Kolaborasi :
Awasi hasil laboratorium, mis., Ht
dan elektrolit.
Berikan cairan IV dan elektrolit
Memberikan indikator langsung
keseimbangan cairan.
Menunjukkan status
hidrasi/kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian
cairan.
Mendeteksi homeostasis atau
ketidakseimbangan dan membantu
menentukan kebutuhan penggantian.
Dapat dipergunakan untuk
mempertahankan perfusi jaringan
adekuat/fungsi organ.
2
Do :
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
Kriteria Evaluasi :
Mempertahankan berat
badan/menunjukkan
peningkatan berat badan
bertahap sesuai tujuan
dengan nilai laboratorium
sesuai indikasi
Mandiri :
Lakukan pengkajian nutrisi dengan
seksama.
dengan :
1. Anoreksia lama/gangguan
masukan saat praoperasi.
2. Adanya diare/gangguan
absorpsi.
3. Status hipermetabolik
(penyakit inflamasi
praoperasi)
Ditandai dengan :
Ds :
normal.
Merencanakan diet untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Auskultasi Bising usus.
Mulai dengan makan cairan
perlahan.
Identifikasi bau yang ditimbulkan
oleh makanan (mis., kol, ikan,
kacang-kacangan) dan sementara
batasi diet.
Anjurkan pasien meningkatkan
penggunaan yogurt dan mentega
susu.
Diskusikan mekanisme menelan
udara sebagai factor pembentukan
flatus.
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan untuk
membantu memilih intervensi.
Kembalinya fungsi usus
menunjukkan kesiapan untuk
memulai makan lagi.
Menurunkan insiden kram abdomen,
mual.
Sensitivitas terhadap makanan
tertentu tidak umum setelah bedah
usus. Pasien dapat mencoba berbagai
makanan sebelum menentukan
apakah ini membuat masalah.
Dapat menurunkan pembentukan bau.
Minum melalui sedotan, mengorok,
ansietas, merokok, sakit gigi, dan
meneguk makanan meningkatkan
3
Do :
Nyeri (Akut) berhubungan dgn :
1. Faktor fisik;kerusakan
kulit/jaringan.
2. Biologis;aktivitas proses
penyakit (kanker,trauma)
3. Faktor psikologis, mis.,
Kriteria Evaluasi :
Menyatakan nyeri hilang
atau terkontrol.
Menunjukkan nyeri
hilang, mampu
tidur/istirahat dengan
tepat.
Menunjukkan
penggunaan keterampilan
relaksasi dan kenyamanan
Kolaborasi :
Konsult dengan ahli diet.
Tingkatkan diet dari cairan sampai
makanan rendah residu bila
masukan oral dimulai.
Berikan makanan enteral/ parenteral
bila diindikasikan.
Mandiri ;
Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, intensitas (skala 0-10).
Berikan tindakan kenyamanan, mis.,
produksi flatus. Terlalu banyak flatus
dapat menjadi factor penyebab
kebocoran dari banyaknya tekanan
dalam kantong.
Membantu mengkaji kebutuhan
nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.
Diet rendah sisa dapat dipertahankan
selama 6-8 minggu pertama untuk
memberikan waktu yang adekuat
untuk penyembuhan usus.
Pada kelemahan/tidak toleran
terhadap makanan per oral.
Hiperalimetasi digunakan untuk
menanbah kebutuhan komponen pada
penyembuhan dan mencegah status
katabolisme.
takut, ansietas.
Ditandai dengan :
Ds :
Keluhan nyeri
Do :
Distraksi; focus pada diri
sendiri/ focus menyempit;
wajah menunjukkan nyeri
Prilaku berhati-hati,
melindungi
Respon otonomik, mis:
perubahan tanda-tanda vital
umum sesuai indikasi
situasi pasien.
perawtan mulut, pijatan punggung,
ubah posisi.
Dorong penggunaan tehnik
relaksasi, mis., bimbingan
imajinasi,visualisasi.
Bantu melakukan latihan rentang
gerak dan dorong ambulasi dini.
Hindari posisi duduk lama.
Selidiki dan laporkan adanya
kekakuan otot abdominal dan nyeri
tekan
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi, mis.,
narkotik, analgesik.
Berikan rendam duduk.
Membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesik.
Mencegah pengeringan mukosa oral
dan ketidaknyamanan. Menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan
relaksasi.
Membantu pasien untuk istirahat
lebih efektif dan memfokuskan
kembali perhatian, sehingga
menurunkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Menurunkan kekakuan otot atau
sendi. Ambulasi mengembalikan
organ ke posisi normal dan
meningkatkan kembalinya fungsi
ketingkat normal.
Diduga inflamasi peritoneal, yang
memerlukan intervensi medik cepat.
Lakukan/pantau efek unit TENS. Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan.
Menurunkan ketidaknyamanan lokal.
Menurunkan edema dan
meningkatkan penyembuhan luka
perineal.
Perangsang kutaneus dapat digunakan
untuk menghambat transmisi
rangsangan nyeri.