Blok 17 Tutorial Skenario 1

24
SKENARIO I UNPLEASANT WHITE DISCHARGE Tutor : dr. Ketut Suarayasa, M.Kes Ketua : I Putu Eka Ariyasa Sekertaris 1 : Erdiansyah T. Tuweno Sekertaris 2 : Trianti Juliani STEP I 1. Leucorrhea : keputihan atau flour albuse 2. Infertility : ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan keturunan setelah satu tahun kawin dengan atau tanpa kontrasepsi dan hubungan yang teratur. 3. Sexual : berhubungan sex atau koitus 4. Abortion : pengeluaran hasil konsepsi secara premature dari uterus sampai embrio atau fetus yang belum dapat hidup. STEP II 1. Penyebab nyeri panggul recurrent 2. Antibiotic apa saja yang dapat dipakai untuk leucorrhea 3. Proses terjadinya leuchorea dan apa saja penyebabnya 4. Faktor resiko infertility 5. Pemeriksaan lengkap infertilitas dan manajemen penanganannya

description

fkik

Transcript of Blok 17 Tutorial Skenario 1

Page 1: Blok 17 Tutorial Skenario 1

SKENARIO I

UNPLEASANT WHITE DISCHARGE

Tutor : dr. Ketut Suarayasa, M.Kes

Ketua : I Putu Eka Ariyasa

Sekertaris1 : Erdiansyah T. Tuweno

Sekertaris2 : Trianti Juliani

STEP I

1. Leucorrhea : keputihan atau flour albuse 

2. Infertility : ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan keturunan setelah

satu tahun kawin dengan atau tanpa kontrasepsi dan hubungan yang teratur. 

3. Sexual : berhubungan sex atau koitus 

4. Abortion : pengeluaran hasil konsepsi secara premature dari uterus sampai embrio atau

fetus yang belum dapat hidup. 

STEP II

1. Penyebab nyeri panggul recurrent

2. Antibiotic apa saja yang dapat dipakai untuk leucorrhea

3. Proses terjadinya leuchorea dan apa saja penyebabnya

4. Faktor resiko infertility

5. Pemeriksaan lengkap infertilitas dan manajemen penanganannya

6. Bagaimana hubungan antara aborsi illegal dengan terjadinya infertilitas

7. Penyebab infertilitas pada wanita

8. Discenario, leuchorrea bersifat patologis atau tidak dan apakah ada hubungannya dengan

infertilitas

9. Derajat-derajat leuchorrea

10. Analisis sperma apa saja yang diidentifikasi

11. Hubungan sex dini dengan infertilitas dan leuchorrea

Page 2: Blok 17 Tutorial Skenario 1

STEP III & IV

1. LO

2. LO

3. LO

4. LO

5. LO

6. Aborsi illegal menggunakan alat-alat yang tidak lengkap dan tidak steril, sehingga terjadi

perforasi dan akan menyebabkan infeksi. 

7. Secara umum

Lokasi:

Cervicus 

Tuba (gagal ovulasi sampai vagina) 

Kelainan anatomy 

Radang vagina 

Etiology: 

Faktor hormonal 

Obstruksi

Infeksi

Congenital

Metabolisme

Immunologi

8. LO

9. LO

10. Analisis sperma

Page 3: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Volume sperma (20 ml) 

Motalitas sperma (aslenospermia) 

Jumlah sperma (50% bagus) 

Viscositas sperma (kekentalan) 

Bau

Morfologi sperma 

11. LO

STEP V

1. Heffner, LJ., Schust, DJ., 2008, At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua, Erlangga

Medical Series, Jakarta.

2. Mansjoer, et al., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Media

Aesculapius, Jakarta.

3. Norwitz, Errol, R., et al, 2007, Oxford American Handbook of Obstetrics and

Gynecology, Oxford University Press, United States of America.

4. Schorge, dkk, 2008, William’s Gynecology, Mcgraw-Hills Companies, USA.

5. Staf Pengajar Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007, Farmakologi Dan

Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.

6. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, T., 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina

Pustaka, Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.

7. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, T., 1999, Radang Dan Beberapa Penyakit

Lain Pada Alat Genital Wanita Dan Ilmu Kandungan Edisi kedua Cetakan Ketiga,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.

STEP VI

1. Penyebab nyeri panggul recurrent

Nyeri panggul disebabkan karena terjadinya infeksi pada genitalia interna, yang

disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, dimana dapat menyerang endometrium, tuba,

ovarium, parametrium, dan peritonium panggul.

Pada skenario, pasien mengatakan bahwa dia telah mengalami nyeri panggul

yang berulang setelah melakukan aborsi secara ilegal. Pasien pada skenario mengalami

penyakit radang panggul rekurens yang disebakan karena infeksi pada traktus genitalia

pasca abortus. Sesudah partus atau abortus, kemungkinan infeksi dan meluasnya infeksi

Page 4: Blok 17 Tutorial Skenario 1

lebih besar karena terdapat luka besar di uterus dibekas tempat plasenta, serta luka-luka

kecil pada serviks uteri, vagina, dan vulva, yang mana merupakan tempat pembiakan

baik untuk kuman-kuman. Aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk

pembuahan masih tertahan dalam rahim, merupakan tempat pembiakan bagi

mikroorganisme. Komplikasi dari penyakit radang panggul rekurens adalah infertilitas.

2. Antibiotic apa saja yang dapat dipakai untuk leucorrhea

Pemilihan awal menggunakan antibiotik spektrum luas seperti tetrasiklik atau

kloramfenikol. Jika keadaan pasien membaik maka dapat diteruskan terapinya, jika tidak

dapat dilakukan kultur, untuk masing-masing mikroba, dimana jenis-jenis antimikroba

antara lain:

Uretritis

N. Gonorrhoeae (bukan penghasil penisilinase) dapat diberikan obat

antimikroba antara lain ampisilin / amoksisilin / penisilin G + probenesid,

seftriakson, tetrasiklin.

N. Gonorrhoeae (penghasil penisilinase) dapat diberikan obat antimikroba

antara lain seftriakson, fluorokuinolon

C. Trachomatis dapat diberikan obat antimikroba antara lain doksisiklin /

tetrasiklin, eritromosin

Ureaplasma urealyticum diberikan obat antimikroba antara lain doksisiklin /

tetrasiklin

Herpes genital

Virus herpes simpleks diberikan obat antimikroba antara lain asiklovir

Sifilis

T. Pallidum diberikan obat antimikroba antara lain penisilin G prokain,

seftriakson, tetrasiklin

Ulkus mole

H. Ducreyi diberikan obat antimikroba antara lain kotrimoksazol, eritromisin,

seftriakson, tetrasiklin.

3. Proses terjadinya leuchorea dan apa saja penyebabnya

Page 5: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari

saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut

kamus kedokteran Dorland leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina

maupun rongga uterus.

Proses terjadinya:

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi.

Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman

penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina.

Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem

vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu

estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini estrogen berperan dalam

menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen).

Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk

pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang

menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH di kisaran 3,8-4,2. Dengan

tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen akan mati.

Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% Lactobacillus, 5%

patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan

mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun,

pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan

ekosistem vagina disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit

diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam

vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau

menopause.

Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang

lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu

untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman

lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya

menyebabkan fluor albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.

Begitu seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka sekali

terhadap kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapat

dari kuman penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita

tersebut.

Page 6: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Mekanisme terjadinya infeksi vagina:

Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang

berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada

kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik,

berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada

mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan

bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria

gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan

respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta

melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala

ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal

terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit

termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis

nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil

metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat

berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh

karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita

dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel

dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering

disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena

organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan

endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina

melalui serviks.

Macam-macam penyebab leucorrhea :

A. Lekore Fisiologis

Biasanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara

yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam

dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari

endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang

bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus

doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh

lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis

Page 7: Blok 17 Tutorial Skenario 1

berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene

dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:

1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh

estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi

2. Premenarche

3. Saat sebelum dan sesudah haid

4. Saat atau sekitar ovulasi

5. Kehamilan

6. Faktor psikis

7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa

8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,

kegemukan, usia tua > 45 tahun.

B. Lekore Patologis 

Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika

membasahai pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun

perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:

Infeksi

Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi

vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah

hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau

jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang.

Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan

persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena

pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada

anak-anak sering karena higienis yang kurang baik. 

Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:

a) Infeksi bakteri

Neisseria gonorrhoeae: Gonorrhoe

Chlamydia trachomatis: infeksi Chlamydial

Gardnerella vaginalis: vaginosis 

Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum: Mycoplasmosis

b) Infeksi virus

Page 8: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)

Poxvirus: Moluscum contagiosum

Papovavirus: Condyloma

c) Infeksi jamur

Candida albicans : Kandidiasis

d) Infeksi protozoa

Trichomonas vaginalis: Trikomoniasis

Entamoeba histolytica: Amoebiasis vaginae

e) Infeksi cacing

Enterobius vermicularis

4. Faktor resiko infertilitas

Faktor resiko infertilitas sebagian besar bersifat imunologis. beberapa wanita

membuat antibody terhadap fosfolipid bermuatan negatif yang ditemukan dalam

membran sel . antibodi antifosfolipid ini dapat menyebabkan trombosis pada pembuluh

darah kecil yang kemudian menyebabkan iskemia dan infark lokal. walaupun antibody

antifosfolipid lebih sering menyebabkan keguguran secaran berulang pada awal

kehamilan, beberapa wanita mengalami keguguran sangat dini bahkan sebelum mereka

tahu bahwa mereka hamil, ini biasanya disebut sindrom antifosfolipid yang pada awalnya

akan bermanifestasi klinis sebagai infertilitas.

5. Pemeriksaan infertilitas dan manajemen penanganannya

Faktor Servix

Tes Post Coital (PCT), dikenal sebagai Tes Sims-Huhner, menilai jumlah

spermatozoa dan motilitasnya dalam mucus serviks selama periode preovulasi. Tes ini

sudah tidak dilakukan secara rutin karena memiliki potensial diagnostic terbatas dan nilai

prediksi buruk. Penggunaannya dihubungkan dengan peningkatan tes tanpa

perkembangan dalam jarak kehamilan.

Faktor Uterus

Banyak defek yang dapat terdeteksi selama pemeriksaan pelvis. Seperti defek

vagina dan uterus, septum vagina dan adanya fibroid. Deteksi ini dapat digunakan HSG,

USG Pelvis, Hysterosonogram dan MRI. Prosedur operatif seperti laparoskopi dan

histeroskopi sering diperlukan untuk konfirmasi diagnosis terakhir.

Page 9: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Hysterosalpingogram

Paling sering digunakan sebagai alat diagnostic untuk menilai cavitas

endometrium. HSG memberikan hasil tidak langsung adanya adhesi pelvis dan

uterus, ovarium atau massa adnexa.

HSG dilakukan pada awal fase folikuler. Pada saat itu endometrium tipis dan

HSG member delineasi defek minor.

Servix dibersihkan dengan Betadine untuk mencegah transfer bakteri ke kavitas

endometrium selama prosedur dilakukan.

Ultrasonography

Pada 1980-an, USG Pelvis menjadi alat evaluasi penting untuk monitoring

pasien infertile, khususnya selama induksi ovulasi. USG Pelvis menjadi bagian

evaluasi ginekologi rutin karena member evaluasi presisi tentang posisi uterus

dalam pelvis serta informasi ukuran dan iregularitasnya. Membantu mendeteksi

fibroid uterus, polip endometrial, kista ovarium, masa adnexa dan

endometrioma.

Magnetic resonance imaging

Histeroskopi

Page 10: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Faktor Tuba dan Peritoneal

Laparoskopi

Manajemen Faktor Serviks

Radang serviks kronik dapat ditangani oleh antibiotic. Menurunkan sekresi mucus

serviks karena detruksi kelenjar endoservikal oleh conisasi serviks sebelumnya,

pembekuan atau penguapan laser merespon buruk pada terapi estrogen dosis rendah.

Penanganan termudah dan paling berhasil adalah inseminasi intrauterine (IUI).

Faktor Uterus

Anomali uterus dapat diperbaiki melalui histeroskopi opertaif. Dilakukan pada

fase folikuler awal dan dengan pengamatan melalui laparoskopi untuk menurunkan

resiko perforasi uterus.

Faktor Tuba dan Peritoneal

Melalui microsurgery dan laparoskopi operatif untuk melakukan rekontruksi tuba.

6. Hubungan aborsi dengan infertilitas sekunder

Adanya pelaksanaan aborsi yang illegal identik dengan nama aborsi septik,

merupakan pelaksanaan aborsi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur aseptic.

Page 11: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Hal ini merupakan salah satu resiko yang dapat menyebabkan adanya infeksi

ginekologik. Salah satu penyakit yang dapat muncul dan juga identik dengan infeksi

ginekologik adalah PID (pelvic inflammatory disease). Riwayat pelvic inflammatory

disease (PID) merupakan suspek untuk kerusakan pada tuba fallopii atau adanya adhesi

pelvic. Dimana infertilitas tuba tercatat pada 12 persen, 23 persen, dan 54 persen pada

berturut-turut satu, dua dan tiga kali terkena PID. Infertilitas ini diakibatkan oleh

terjadinya penyumbatan pada tuba akibat terbentuknya jaringan parut pada tuba.

7. Penyebab infertilitas pada wanita

a) Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan

infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat

menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ

reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah

penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat

mengurangi daya hidup sperma.

b) Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama

periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi

daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi.

c) Masalah uterus

Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat

berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip

endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma,bekas kuretase dan

abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,

pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin.

d) Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila

terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat

Page 12: Blok 17 Tutorial Skenario 1

pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat

implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu

dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi,

pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi

(Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang

paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul

( pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang

memblok kedua tuba fallopi.

e) Masalah ovarium

Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya

harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau

implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat

mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium

polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus

ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara

hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang

mempengaruhi fungsi hormone.

8. Discenario, leuchorrea bersifat patologis atau tidak dan apakah ada hubungannya dengan

infertilitas

Fluor albus fisiologik ditemukan pada:

Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini

hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan

oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi

lebih encer.

Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita

dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion

porsionis uteri.

Page 13: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :

Infeksi :

Bakteri: Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae,

dan Gonococcus

Jamur: Candida albicans

Protozoa: Trichomonas vaginalis

Virus: Virus Herpes dan human papilloma virus

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah

hubungan seksual.

Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,

berbusa dan berbau amis.

Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga

berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada

komplikasi yang serius.

Infeksi klamidia. Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna

kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

Trikomonas dan klamidia merupakan strain bakteri yang banyak menyebabkan

kerusakan dan infeksi pada area mukosa. Kedua bakteri ini akan merusak mukosa,

misalnya kerusakan mukosa pada tuba uterina akibat bakteri ini akan menyebabkan

cilia dan fungsi dari tuba uterina untuk perjalanan ovum dari ovarium hingga

bertemu dengan sperma lalu implantasi menjadi terganggu akibat rusaknya cilia

sehingga menyebabkan infertilitas.

Iritasi :

Sperma, pelicin, kondom

Sabun cuci dan pelembut pakaian

Deodorant dan sabun

Cairan antiseptic untuk mandi.

Pembersih vagina.

Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

Kertas tisu toilet yang berwarna.

Tumor atau jaringan abnormal lain

Page 14: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Fistula

Benda asing

Radiasi

Penyebab lain :

Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

9. Derajat-derajat leukorea

Dari beberapa sumber tidak menjelaskan secara detail tentang, tetapi beberapa

diantaranya ,mengklasifikasikan leuchorrea (keputihan menjadi dua):

1) Leukorea fisioligik

Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang

mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Leukorea fisiologik

ditemukan pada:

Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari;disini sebabnya ialah

pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di

sini hilang seniri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

Waktu disekitar ovulasi; dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri

menjadi lebih encer.

Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada

wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan

ektropion persionis uteri.

2) Leuchorrea patologik

Leucorrhea patologik merupakan keputihan yg berupa cairan putih atau kuning

kehijauan yang keluar dari vagina secara berlebihan. Cirri-ciri Leuchorea patologik

adalah:

Banyak leukosit

Page 15: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan

berbau, radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan

leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.

Banyak ditemukan leukosit.

Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau.

Lebih kental dan berbau.

Biasanya disebabkan karena infeksi. Leukorrea ini biasa disebabkan karena:

Infeksi dari

Radang vulva

Radang vagina

Radang serviks

Radang kavum uteri

Leukorea patologis dapat timbul secara bertahap dimana kelainan tersebut

disebabkan oleh 3 hal:

a) Pertama terjadi peradangan yang disebabkan oleh: trikomoniasis, kandidiasis,

gonore, vaginitis senilis, endoservitis akut atau kronis, vaginitis hemofilus

vaginalis.

b) Kemudian setelah radang terjadi kontaminasi benda asing yang dapat

disebabkan oleh iritasi khemis/ iritasi vagina (vaginal jelly), adanya benda asing

(tampon, pesarium atau IUD).

c) Kemudian pada keadaan akhir bias berujung. Tumor ini dapat berupa tumor

jinak, seperti polip, mioma uteri, kista atau dapat berupa tumor ganas (kanker

serviks).

10. Analisis sperma

Beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di lakukan yaitu:

Hitungan sperma (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per

sentimeter kubik.

Kelincahan gerak (motilitas). Uji ini, yang diberi nilai dari buruk sampai istimewa,

menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat

sampai ke telur.

Page 16: Blok 17 Tutorial Skenario 1

Morfologi. Ini memberi informasi tentang bentuk sperma. Bisa mikro (dalam hal ini

berarti terlalu kecil), bisa makro (dalam hal ini berarti terlalu besar). Ukuran yang

diharapkan adalah sedang.

pH. Semen harus bersifat agak basa -7,0 hingga 8,5.

Viskositas. Semen harus mudah dituang.

Volume. Yang normal dalam hal ini adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-

kira 1/2 hingga 1 sendok teh).

11. Hubungan antara coitus di usia muda dengan terjadinya infertilitas dan leukorea

Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita

yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan

kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga

cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan sehingga menurunkan pula fungsi

kesuburannya. Wanita dengan rentang usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2

kali lebih besar dari pada wanita dengan rentang usia antara 35-39 tahun secara

normalnya.

Pada kasus diskenario dimana wanita tersebut pernah melakukan hubungan

seksual di usia 19 tahun dan hamil, kemudian ia melakukan aborsi illegal. Kejadian

infertilitas mungkin dapat terjadi pada wanita tersebut akibat dari aborsi illegal yang

dilakukannya dimana memiliki resiko atau komplikasi yang berbahaya seperti

perdarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi.

Perdarahan disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, atau cedera organ panggul atau

usus yang memiliki efek samping jangka panjang berupa sumbatan atau kerusakan

permanen tuba fallopi (saluran telur) yang menyebabkan kemandulan/infertile.

Kemudian sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh

produk pembuahan masih tertahan dalam rahim. Jika infeksi ini tidak segera ditangani

akan terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septic yang akan

menyebabkan leukorea.