bbm kdk 3 ok

42
BAB I PENDAHULUAN A. Skenario/Latar Belakang Masalah (LBM) Spiritual dan Berduka Tn. X, 25 tahun, dibawa ke RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas bersama calon istrinya. Tn. X mengalami perdarahan dan fraktur pada kaki kanannya, sedangkan calon istrinya meninggal di tempat kejadian. Dari informasi keluarga, perawat mendapatkan baru 2 tahun yang lalu ibu Tn. X meninggal dunia. Tn. X masih tidak dapat berkomunikasi meskipun menangis. Saat ia mengekspresikan rasa putus asa dan mengatakan ingin mati saja. Tn. X berkali-kali bertanya, “Mengapa Saya, Tuhan?” , “Apa yang telah Saya lakukan sehingga mengalami ini?”. Ners P yang merawat Tn. X mencoba mengaplikasikan konsep spiritual dan konsep berduka dalam proses keperawatan kepada Tn. X. B. Analisa Kasus 1. Klarifikasi/ identifikasi istilah a. Fraktur b. Konsep spiritual c. Konsep berduka d. Komunikasi e. Perdarahan 1

Transcript of bbm kdk 3 ok

Page 1: bbm kdk 3 ok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario/Latar Belakang Masalah (LBM)

Spiritual dan Berduka

Tn. X, 25 tahun, dibawa ke RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas

bersama calon istrinya. Tn. X mengalami perdarahan dan fraktur pada kaki

kanannya, sedangkan calon istrinya meninggal di tempat kejadian. Dari informasi

keluarga, perawat mendapatkan baru 2 tahun yang lalu ibu Tn. X meninggal

dunia.

Tn. X masih tidak dapat berkomunikasi meskipun menangis. Saat ia

mengekspresikan rasa putus asa dan mengatakan ingin mati saja. Tn. X berkali-

kali bertanya, “Mengapa Saya, Tuhan?” , “Apa yang telah Saya lakukan

sehingga mengalami ini?”. Ners P yang merawat Tn. X mencoba

mengaplikasikan konsep spiritual dan konsep berduka dalam proses keperawatan

kepada Tn. X.

B. Analisa Kasus

1. Klarifikasi/ identifikasi istilah

a. Fraktur

b. Konsep spiritual

c. Konsep berduka

d. Komunikasi

e. Perdarahan

f. Proses keperawatan

g. Mengekspresikan

h. Mengaplikasikan

Jawab:

a. Fraktur adalah putusnya kontinuiitas sebuah tulang yang ditandai oleh

rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gengguan fungsi, pemendekan dan

krepitasi.

1

Page 2: bbm kdk 3 ok

b. Sebuah kerangka berfikir tentang gambaran kejiwaan ataupun

berhubungan dengan rohani. Juga dapat diartikan sebagai pola fikir yang

tersistem akan tanggapan diri dalam mencari pemenuhan kebutuhan

bathiniah terhadap hubungan dengan yang maha kuasa.

c. Berduka artinya respon emosi terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan dengan rasa sedih, gelisah, sesak nafas dan susah tidur

ataupun respon normal terhadap kehilangan(seperti orang yang dicintai,

harta maupun benda).

Sedangkan konsep berduka dapat diartikan sebuah kerangka berfikir

tentang gambaran perilaku berduka atau kehilangan.

d. Proses kontak antara 2 orang atau lebih yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi.

e. Peristiwa pecahnya pembuluh darah.

f. Rangkaian dari kegiatan keperawaran yang dimmulai dari pengkajian

hingga evaluasi.

g. Output dari seseorang yang mengaplikasikan perasaan dari dalam

hatinya.

h. Suatu cara yang digunakan seseoran dalam menggabungkan beberapa

metode yang telah dipelajari.

2. Daftar Masalah

a. Apa maksud dari Tn. X dan masuk ke dalam fase mana pada konsep

berduka?

b. Mengapa Ners P mencoba mengaplikasikan konsep spiritual dan konsep

berduka?

c. Mekanisme coping yang seperti apa yang digunakan untuk mengatasi

kedukaan yang dialami pasien?

d. Apa pengertian dari kehilanngan serta faktor apa saja yang dapat

menyebabkan/pencetus rasa kehilangan tersebut?

e. Apa saja jenis-jenis dari fraktur?

2

Page 3: bbm kdk 3 ok

f. Adakah bentuk support yang dapat diberikan untuk mengatasi

keputusasaan kepada pasien selain dari keluarga dan perawat?

g. Apa peran perawat dalam menghadapi pasien seperti Tn. X?

h. Bagaimana cara berkomunikasi yang baik/tepat dalam menghadapi pasien

seperti Tn. X?

i. Adakah konsep/metode lainnya yang dapat digunakan selain konsep

spiritual dan konsep berduka?

j. Bagaimana tanggapan Tn. X terhadap keyakinannya atas peristiwa yang

menimpanya?

k. Bagaimana proses keperawatan/Askep yang dapatdiberikan kepada Tn. X?

3. Analisis Masalah

a. Masuk ke dalam fase tawar menawar.

b. –

c. –

d. Kehilangan adalah suatu keadaan berpisah dari sesuatu yang sebelumnya

ada menjadi tidak ada baik terjadi sebagian maupun seluruhnnya.

Faktor-faktor:

- Arti dari kehilangan

- Sosial dan budaya

- Kepercayaan/spiritual

- Peran seks

- Status sosial dan ekonomi

- Kondisi fisik

- Psikologi individu

e. Fraktur ada 2 jenis yaitu fraktur terbuka dan tertutup.

f. Dapat diperoleh dari kerabat dekat/teman.

g. Memberikan dukungan moral/empati kepada pasien.

h. Komunikasi interpersonal yang terapeutik.

i. –

3

Page 4: bbm kdk 3 ok

Definisi Definisi

j. –

k. Proses keperawatan berupa pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

dan dokumentasi.

4. Pohon masalah

5. Belajar Mandiri

a. Perkataan dari Tn. X masuk ke dalam fase mana pada konsep berduka?

b. Mekanisme coping yang seperti apa yang digunakan untuk mengatasi

kedukaan yang dialami pasien?

c. Apa peran perawat dalam menghadapi pasien seperti Tn. X?

d. Adakah konsep/ metode lainnya yang dapat digunakan selain konsep

spiritual dan konsep berduka?

e. Bagaimana proses keperawatan/Askep yang dapatdiberikan kepada Tn. X?

4

Macam-macam Konsep

Macam-macam Konsep Faktor

Pencetus

Faktor Pencetus

Peran dalam Proses keperawatan

Peran dalam Proses keperawatan

Konsep spiritual dan Berduka

Konsep spiritual dan Berduka

Page 5: bbm kdk 3 ok

BAB II

PEMBAHASAN

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan

kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup

seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan

umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat

disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang

bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan

berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses

ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-

pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi

kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan

diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang

memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga

intervensi perawatan yang tidak tetap.

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu

tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara

bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau

tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat

kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap

individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk

yang berbeda.

5

Page 6: bbm kdk 3 ok

A. Konsep Spiritual

1. Definisi

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha

Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah

sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian

hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)

sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.

2. Aspek spiritualitas

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini

termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan

harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri,

dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup,

perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan.

Menurut Burkhardt spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam

kehidupan

2) Menemukan arti dan tujuan hidup

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri

sendiri

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha

Tinggi.

3. Dimensi spiritual

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untukmenjawab atau mendapatkan

kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau

kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul

diluar kekuatan manusia. Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu

dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada

6

Page 7: bbm kdk 3 ok

tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada

hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai

konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang

Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal

adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan

lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut.

4. Kebutuhan spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan

untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan

penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari

arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan

untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu :

a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-

menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah

ibadah.

b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan

makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya

(vertikal) dan sesama manusia (horisontat) sertaalam sekitaraya

c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,

pengalaman agama integratif antara ritual peribadatandengan pengalaman

dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan

hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.

e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa

ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa

seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal

adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan.

Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain

7

Page 8: bbm kdk 3 ok

f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self

esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.

g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa

depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek

(hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia

sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di

akhirat nanti.

h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai

pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia

didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar

derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka diasenantiasa menjaga dan

meningkatkan keimanannya.

i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia.

Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan

dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat

dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu

manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.

j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilai

religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering

berkumpul dengan orang yang beriman akan mampumeningkatkan iman orang

tersebut.

5. Pola Normal Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan

dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili

totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang

menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual merupakan salah satu

dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada seorang klien. Keimanan atau keyakinan religius adalah

sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui

sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.

8

Page 9: bbm kdk 3 ok

Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan

asuhan spiritual dengan baik kepada klien. Setiap individu memiliki definisi dan

konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk

menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas,

hubungan, dan eksistensi.

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas

karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda mengenai hal

tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya,

perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup

dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah pandangan seseorang

mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia

miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh.

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.

Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua konsep tersebut

karena menemui kesulitan dalam memahami keduanya. Kedua hal tersebut

memang sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan satu sama

lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau

proses melakukan suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem

penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu.

Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem

keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas

menunjukkan spiritualitas mereka.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi adalah

proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan keyakinan

tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan spiritualitas

diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai

keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan

keyakinan dan kepercayaan tersebut.

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan

seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme

9

Page 10: bbm kdk 3 ok

(penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan

ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan akan Tuhan dalam bentuk

personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam. Keyakinan

merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.

Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan

kepercayaan yang ia ikuti.

Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan istilah

agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat sebagai wujud

kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap agama yang ada di dunia

memiliki karakteristik yang berbeda mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan prinsip yang mereka pegang teguh.

Keyakinan tersebut juga mempengaruhi seorang individu untuk menilai sesuatu

yang ada sesuai dengan makna dan filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh,

persepsi seorang Muslim mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit

tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep

spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan seorang individu.

Konsep spiritual yang dianut atau dipahami oleh seorang klien dapat

mempengaruhi cara pandang klien mengenai segala sesuatunya, tak terkecuali

dalam bidang kesehatan.

Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan, Karena

dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif ataupun

maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri. Dimensi spiritual

merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Carson (2002) menyatakan

bahwa keimanan atau keyakinan religious adalah sangat penting dalam kehidupan

personal individu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa keimanan diketahui sebagai

suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan

fisik, yang tidak dapat diukur. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam

penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan

asuhanspiritual dengan baik kepada semua klien.

10

Page 11: bbm kdk 3 ok

B. Konsep Kehilangan dan Berduka

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam

lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan

klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi

perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga,

parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-

perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.

Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh

perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian

(Potter & Perry, 2005).

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,

kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;

seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian

dan kebebasannya menjadi menurun.

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang

berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-

tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena

keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional

yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

11

Page 12: bbm kdk 3 ok

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang

mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri

sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau

komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya

kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau

bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang

dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan

kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat

dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu

periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan

memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon

pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.

Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

Rentang Respon Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance

1. Fase denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,

detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah

a. Mulai sadar akan kenyataan

12

Page 13: bbm kdk 3 ok

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan

mengepal.

d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.

Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit

bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresia

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance

Pikiran pada objek yang hilang berkurang. Verbalisasi ;” apa yang dapat

saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “yah, akhirnya saya harus operasi “

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah

tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka

diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,

hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum

terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara

aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.

Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan/kekacauan.

Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.

Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk

13

Page 14: bbm kdk 3 ok

mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana

intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan

mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan

dukungan dalam bentuk empati.

1. Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang

dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,

duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,

diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan

kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin

mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan

kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,

karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari

seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.

Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa

lalu terhadap almarhum.

Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga

pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran

baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross

14

Page 15: bbm kdk 3 ok

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah

berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak

untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak,

tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum

dilontarkan klien.

b. Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada

setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase

ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal

ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan

menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c. Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau

jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari

pendapat orang lain.

d. Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna

kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya

melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e. Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

3. Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai

lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan

bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu

sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan

dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

15

Page 16: bbm kdk 3 ok

4. Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:

1. Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

2. Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara

berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam

dan dirasakan paling akut.

3. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai

memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar

untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA

ENGEL (1964) KUBLER-ROSS

(1969)

MARTOCCHIO

(1985)

RANDO (1991)

Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and

disbelief

Penghindaran

Berkembangnya 

kesadaran

Marah Yearning and

protest

Restitusi Tawar-menawar Anguish,

disorganization

and despair

Konfrontasi

Idealization Depresi Identification in

bereavement

Reorganization / the out

come

Penerimaan Reorganization and

restitution

Akomodasi

16

Page 17: bbm kdk 3 ok

Pada kasus yang dihadapi perkataan dari Tn. X termasuk ke dalam fase

tawar menawar (bergaining) menurut Kubler-Ross (1969) yang berarti Individu

telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju

ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini

sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka

saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan

yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.

Di fase ini kita baru bisa memberi ungkapan empati lewat kata-kata,

umpamanya ,”Sabar de…semua ini hanya milik Allah, kita harus siap kapan saja

Allah akan mengambilnya.”

C. Mekanisme Koping

a. Definisi

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe

kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk

memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga

kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak

berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar

artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau

beban yang diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan

dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.

Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya

memberikan definisi mekanisme coping: all cognitive and motor activities which

a sick person employs to preserve his bodily and psychic integrity, to recover

reversibly, impaired function and compensate to limit for any irreversible

impairment. (Secara bebas bisa diterjemahkan: semua aktivitas kognitif dan

motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan

integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi

adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan). Mekanisme koping adalah cara

17

Page 18: bbm kdk 3 ok

yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri

dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan

perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau

eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Mekanisme coping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang

dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor

tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal,

sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor

tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor

tersebut.

b. Jenis

Jika individu berada pada kondisi stress ia akan menggunakan berbagai

carauntuk mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber

koping yang tersedia. Ada dua jenis mekanisme koping yang dapat dilakukan,

yaitu:

a. Task Oriented Reaction (Reaksi yang Berorientasi pada Tugas)

Cara ini digunakan individu untuk menyelesaikan masalah, dan atau untuk

memenuhi kebutuhan, ada 3 macam yang berorientasi pada tugas (task oriented)

yaitu antara lain:

1. Kompromi; yaitu cara yang kontruktif yang digunakan oleh individu dimana

dalam menyelesaikan masalahnya individu menempuh jalan dengan

melakukan pendekatan negosiasi dan atau bermusyawarah.

2. Menarik diri; reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis; reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber

stressor misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.

Sedangkan reaksi psikologis individu menunjikkan perilaku apatis,

mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

3. Perilaku Menyerang (Fight); reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam

menghadapi masalah ini dapat konstruktif misalnya; penyelesaian masalah

dengan teknik asertif yaitu antara lain tindakan yang dilakukan dengan

18

Page 19: bbm kdk 3 ok

mengatakan terus terang tentang ketidaksukaannya terhadap perlakuan yang

idak menyenangkan pada dirinya. Sedangkan cara destruktif yaitu individu

melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor, dapat juga merusak

dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan bermusuhan.

b. Reaksi yang Bersumber pada Pertahanan Ego (Deffence Mechanisme)

Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi

stress/kecemasan jika individu menggunakannya dalam sesaat dapat mengurangi

tingkat kecemasan, namun jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat

mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal

dan menurunnya produktifitas kerja, koping ini beroperasi secara tidak sadar,

sehingga penyelesaiannya sering tidak realistis. Berikut ini adalah macam reaksi

yang berorientasi pada pertahan ego.

1. Kompensasi; kelemahan yang ada pada dirinya ditutup dengan meningkatkan

kemampuan dibidang lain untuk mengurangi kecemasan.

2. Mengingkari; perilaku menolak realitas yang terjadi pada dirinya, dengan

berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

3. Mengalihkan, mengalihkan emosi yang diarahkan pada benda/objek yang

kurang/tidak berbahaya.

4. Disosiasi; kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada

dirinya.

5. Identifikas; individu menyamakan dirinya dengan bintang pujaannya dengan

meniru pikiran, penampilan, perilaku atau kesukaannya.

6. Intelektualisasi; alasan atau logika yang berlebihan untuk menekan perasaan

yang tidak menyenangkan.

7. Intopeksi; perilaku dimana individu menyatukan nilai orang lain atau

kelompok ke dalam dirinya.

8. Isolasi; memisahkan komponen emosi dengan pikiran yang dilakukan sesaat

maupun dalam waktu yang lama/panjang.

9. Proyeksi; keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada

orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.

19

Page 20: bbm kdk 3 ok

10. Rasionalisasi; memberikan alasan yang dapat diterima secara sosial, yang

tampaknya masuk akal untuk membenarkan kesalahan dirinya.

11. Reaksi formasi; pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang

berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau dilakukan oleh orang

lain.

12. Regresi; menghindari stress, kecemasan dengan menampilkan perilaku

kembali seperti pada perkembangan anak.

13. Spliting; kegagalan individu dalam mengintegrasikan dirinya dalam

mengintegrasikan dirinya dalam menilai baik-buruk yang

memandangseseorang semuanya baik-semuanya buruk yang tidak konsisten.

14. Supresi; menekan perasaan/pengalaman yang menyakitkan diingkarinya

sebagaimana yang pernah dikomunikasikan sebelumnya.

15. Sublimasi; penerimaan tujian pengganti yang diterima secara sosial karena

dorongan yang merupakan saluran normal dari ekspresi yang terhambat.

c. Metode Koping

Ada 2 metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi

masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode

tersebut antara lain:

1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan

cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam

kurun waktu yang lama contohnya adalah;

a. Berbicara dengan oranglain “curhat”(curah pendapat dari hati ke hati)

dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang

dihadapi.

b. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang

dihadapi.

c. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan

kekuatan supranatural.

d. Melakukan latihan fisik uuntuk mengurangi ketegangan/masalah.

e. Membuat berbagaii alternatif tindakan untuk mengurangi situasi.

20

Page 21: bbm kdk 3 ok

f. Mengambil pelajaran dan peristiwa atau pengalaman masa lalu.

2. Metode jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi

stress/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi

tidak efektif untuk digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah;

a. Menggunakan alkohol atau obat

b. Melamun dan fantasi

c. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan

d. Tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil

e. Banyak tidur

f. Banyak merokok

g. Menangis

h. Beralih pada aktifitas agar dapat melupakan masalah

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi

masalah/ketegangan seperti yang dikemukakan oleh Mc. Cubbin (1979) adalah;

a. Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman,

atau keluarga jauh.

b. Reframing, yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat

menanganinya dan menerima.

c. Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif

pada pertemuan ibadah.

d. Menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan.

e. Penilaian secara passive terhadap ng dialami dengan cara menonton tv,

atau diam saja.

D. Peran Perawat

Peran perawat dalam klien yang berduka yaitu :

1. Perawat mengamati prilaku berduka klien

2. Perawat mengenali pengaruh berduka terhadap prilaku klien

3. Memberikan dukungan yang empatik pada klien

Support : Memberikan perhatian yang lebih dan waktu kepada klien

Komunikasi yang digunakan:

21

Page 22: bbm kdk 3 ok

Komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi teraupeutik dengan

hubungan intrapersonal. Perawat mengamati respon klien terhadap kehilangan dan

kemudian berupaya untuk mengidentifikasi kekuatan klien dalam menghadapi

kehilangan, yaitu :

1. Menggunakan pertanyaan yang terbuka dan pertanyaan reflektif, misal : “apa

yang anda pikirkan ?”

2. Bila klien tidak ingin berbagi kisah atau perasaan maka “perawat dapat

menawarkan kesediaan untuk tetap ada ketika dibutuhkan”

3. Bila klien marah, “Perawat harus menelaah perasaaan dan responnya sendiri

terhadap marah klien”

4. Perawat memberikan dorongan kepada klien dan keluarganya untuk

mengenang kebahagiaan dan keberhasilan sebelumnya

Ciri hubungan terapeutik

- Client-centered (berpusat pada klien).

- Menghargai klien sebagai individu yang unik dan bebas.

- Meningkatkan kemampuan klien untuk berpartisipasi dengan aktif dalam

mengambil keputusan mengenai pengobatan dan perawatannya.

- Menghargai keluarga, kebudayaan, kepercayaan, nilai hidup, dan seterusnya dari

klien.

- Menghargai privasi dan kerahasiaan hubungan perawat-klien.

- Saling percaya, menghargai, dan menerima.

Tahap hubungan terapeutik

1. Pra-interaksi (tahap I)

2. Pengenalan (tahap II)

3. Fase kerja (tahap III)

4. Terminasi (tahap IV)

Teknik komunikasi Terapeutik

a. Diam

b. Menerima

c. Menyatakan pengenalan

d. Menawarkan diri

e. Memberi penghargaan

22

Page 23: bbm kdk 3 ok

f. Mengklarifikasi waktu atau urutan kejadian

g. Menyatakan observasi tanpa menilai

h. Memberanikan mengungkapkan persepsi

i. Focusing

j. Reflecting

k. Exploring

l. Menunjukkan kenyataan

m. Mengunngkapkan keraguan

n. Memberanikan untuk mengambil keputusan

o. Sentuhan

p. Mengklarifikasi

q. Memberi informasi

E. Konsep/ Metode Lain

Konsep lain selain konsep spiritual dan berduka adalah konsep adaptasi.

Konsep adaptasi ini lahir setelah adanya konsep spiritual dan berduka.

Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu

dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat

mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang

akan menghasilkan perilaku adaptif ini dapat berupa semua respons dengan

berusaha mempertahankan respons dari manusia sebagai makhluk holistik, yang

memerlukan waktu dalam penyesuaian dan setiap orang akan berbeda dalam

proses penyesuaian, adakalanyaorang cepat beradaptasi, namun adakalanya

lambat dalam beradaptasi dan semua respon adaptif tidak selamanya cukup dalam

menghadapi perubahan akan tetapi terkadang dijumpai tidak adekuat dan pada

dasarnya respon adaptif itu melelahkan mengingat membutuhkan tenaga dan

sumber yang cukup.

Macam-macam adaptasi

a. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau

secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor yang

menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang conthnya

23

Page 24: bbm kdk 3 ok

masuknya kuman penyakit maka secara fisiologis tubuh berusaha untuk

mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman atau sudah masuk dalam

tubuh.

Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu apabila bersifat

lokal, maka disebut LAS (Local Adaptation Syndroma), akan tetapi apabila reaksi

lokal tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik dan tubuh

akan melakukan proses penyesuaian yang disebut GAS (General Adaptation

Syndroma). Pada adaptasi fisiologis melalui tiga tahap yaitu tahap alarm reaction,

tahap resistenssi dan tahap akhir.

b. Adaptasi Psikologis

Merupakan prose penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang ada

dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat

melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal tidak

menyenangkan.

Dalam proses adaptasisecara psikologis terdapat dua cara untuk

mempertahankan diri dalam berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping

atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal

dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan

diri.

c. Adaptasi Sosial Budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses

penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat,

berkumpul dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.

d. Adaptasi Spiritual

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang

didasarkan pada keyakinan yang dimiliki sesuai dengan agamyang dianutnya.

Apabila mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah, seperti

rajin melakukan ibadah.

24

Page 25: bbm kdk 3 ok

F. Proses Keperawatan/ askep Tn. X :

1. Pengkajian

Data objektif

a. Perdarahan dan fraktur pada kaki kanan tuan X

b. Calon istri dan Ibu Tn. X meninggal dunia

c. Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain

d. Kesulitan mengekspresikan perasaan

e. Perasaan sedih, Menangis

f.Perasaan putus asa, kesepian

g. Mengingkari kehilangan

h. Merenungkan rasa bersalah secara berlebihan

2. Diagnosa Keperawatan

“ Dukacita maladatif yang berhubungan dengan kehilangan orang terdekat”

Definisi : Keadaan terdapat perasaan aktu potensial tentang objek yang hilang

( orang, kepemilikan, pekerjaan, status, rumah, ideal, dan bagian dari proses

tubuh).

3. Intervensi

Tujuan umum:

“klien akan mengalami peredaan dari disfungsi berduka atau menunjukan

tidak adanya penundaan reaksi emosional dalam 2 bulan”

Tujuan jangka pendek

“Klien akan mengakui kesadaran tentang kehilangan dalam 1 minggu”

Tujuan jangka panjang

a. Klien akan mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berhubungan

dengan kehilangan dalam 2 minggu.

b. Klien akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan bekerja

sama, dengan pengobatan yang diharuskan dalam 1 bulan.

4. Implementasi

Hargai dukacita klien melalui kehadiran yang bersifat empati

25

Page 26: bbm kdk 3 ok

Dengarkan klien dan berikan dorongan untuk berbagi perasaan emosi

(marah,bersalah dll) dengan pembicaraaan atau tertulis

Berikan waktu bagi keluarga dan teman untuk berada bersama klien dan

membantu perawatan sejauh yang diinginkan

Berikan sebanyak mungkin pilihan dan kesempatan untuk pembuatan

keputusan

5. Evaluasi

Mengkaji ulang asuhan keperawatan,agar sukses perawat harus sensitivitas

terhadap klien, budaya, etnitas, gaya hidup, keluarganya, yaitu dengan :

a. Penuhi semua kebutuhan klien, agar klien dapat berinteraksi dengan orang

lain

b. Observasi klien yang mendiskusikan kehilangannya dengan orang terdekat

c. Observasi prilaku klien

d. Minta klien untuk menceritakan tentang perasaan kehilangan.

26

Page 27: bbm kdk 3 ok

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha

Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah

sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan

seseorang. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam

lingkungan asuhan keperawatan.

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

3. Kehilangan objek eksternal

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Rentang Respon Kehilangan:

Denial

Anger

Bergaining

Depresi

Acceptance

B. Saran

Berikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan keadaan klien. Agar

sukses dalam asuhan keperawatan perawat harus sensitivitas terhadap klien,

budaya, etnisitas, gaya hidup, kekeluarganya. Keluarga peran penting terhadap

klien, sehingga perawat harus memotifasi keluarganya kemudian penuhi semua

kebutuhan klien.

27

Page 28: bbm kdk 3 ok

DAFTAR PUSTAKA

Rasmun, Skp. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan

Keluarga unyuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV.

Sagung Seto, 2001

Hidayat AAA. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba

Medika, 2008

Baradeo, M., dkk. Buku Saku Konseling dalam Keperawatan. Jakarta: EGC, 2006

Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jakarta: Salemba Medika, 2008

Suseno, Tutu April. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,

Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto,

2004

Potter, perry. Buku ajar fundamental keperawatan edisi. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC, 2005

28