39983358-Laporan-farmakologi (1)

10
INFORMASI DASAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI I. Tujuan Percobaan Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan : a. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi yang diperoleh secara teoritis. b. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan. c. Dapat memperlakukan dan menangani hewan percobaan, seperti mencit, tikus, kelinci, dan marmot, untuk percobaan farmakologi dengan baik. d. Mampu menerapkan, mengadaptasi dam memodifikassi metode-metode farmakologi untuk penilaian efek obat. e. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen yang diperoleh. f. Menyadari kemungkinan-kemungkinan yang terbuka begi dirinya untuk mengembangkan karir dalam bidang farmakologi dan farmasi. I. Teori Dasar Yang dipelajari dan sebagai dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara pemberian obat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara pemberian obat sangat penting artinya karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan laboratorium. Hewan Percobaan yang digunakan di Laboratorium Farmakologi Hewan percobaan yang dipakai sebagai Animal Model oleh suatu laboratorium medis merupakan suatu “modal dasar” dan “modal hidup” yang mutlak dalam bebagai kegiatan penelitian (riset). Secara definitip hewan percobaan adalah yang digunakan sebagai alat penilaian atau merupakan “modal hidup” dalam suatu kegiatan penelitian ata pemeriksaan laboratorium secara in vivo. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan- persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. (Sulaksono, M.E., 1987) 1

description

,,b ,

Transcript of 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Page 1: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

INFORMASI DASAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI

I. Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan :

a. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi yang diperoleh secara

teoritis.

b. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim dipergunakan

dalam percobaan.

c. Dapat memperlakukan dan menangani hewan percobaan, seperti mencit, tikus,

kelinci, dan marmot, untuk percobaan farmakologi dengan baik.

d. Mampu menerapkan, mengadaptasi dam memodifikassi metode-metode

farmakologi untuk penilaian efek obat.

e. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen yang diperoleh.

f. Menyadari kemungkinan-kemungkinan yang terbuka begi dirinya untuk

mengembangkan karir dalam bidang farmakologi dan farmasi.

I. Teori Dasar

Yang dipelajari dan sebagai dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara pemberian

obat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara pemberian obat sangat penting artinya

karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi

pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat penting bergantung

pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan laboratorium.

Hewan Percobaan yang digunakan di Laboratorium Farmakologi

Hewan percobaan yang dipakai sebagai Animal Model oleh suatu laboratorium medis

merupakan suatu “modal dasar” dan “modal hidup” yang mutlak dalam bebagai kegiatan penelitian

(riset). Secara definitip hewan percobaan adalah yang digunakan sebagai alat penilaian atau

merupakan “modal hidup” dalam suatu kegiatan penelitian ata pemeriksaan laboratorium secara in

vivo. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-

persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang

memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,

serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. (Sulaksono,

M.E., 1987)

1

Page 2: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor

keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik

hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :

1. Hewan liar.

2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka.

3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan

sistim barrier (tertutup).

4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara

dengan sistem isolator. Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut

di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.

Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan

yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap

hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan

percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman. Jenis-jenis

Hewan percobaan:

No Jenis hewan percobaan Spesies

1. Mencit (Laboratory mince) Mus musculus2. Tikus (Laboratory Rat) Rattus norvegicus3. Golden (Syrian) Haruster Mescoricetus auratus4. Chinese Haruster Cricetulus griseus5. Marmut Cavia porcellus (Cavia cobaya)6. Kelinci Oryctolagus cuniculus7. Mongolian gerbil Meriones unguiculatus8. Forret Mustela putorius furo9. Tikus kapas (cotton rat) Sigmodon hispidus10. Anjing Canis familiaris11. Kucing Fells catus12. Kera ekor panjang (Cynomolgus) Macaca fascicularis (Macaca irus)13. Barak Macaca nemestrina14. Lutung/monyet daun Presbytis ctistata15. Kera rhesus Macaca mulata16. Chimpanzee Pan troglodytes17. Kera Sulawesi Macaca nigra18. Babi Sus scrofa domestica19. Ayam Gallus domesticus20. Burung dara Columba livia domestica21. Katak Rana sp.22. Salamander Hynobius sp.23. Lain-lain

Tabel 1. Jenis-Jenis Hewan Percobaan (Sulaksonono, M.E., 1987)

2

Page 3: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan percobaan mencit, tikus,

kelinci, dan marmot. Tetapi yang benar-benar dilakukan untuk percobaan adalah mencit saja.

Hewan-hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan percobaan untuk praktikum

farmakologi ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip

dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia. Sehingga hewan-hewan tersebut

biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang

dilakukan langsung terhadap manusia.

Salah satu penggunaan hewan percobaan adalah untuk mengetahui perbedaaan berbagai rute

pemberian obat. rute pemberian obat akan mempengaruhi laju serapan obat sehingga dengan kata lain

rute pemberian obat akan mempengaruhi onset, lama dan kerja maksimum obat. Memilih rute

pemberian obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obat, serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu

mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:

a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik.

b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama.

c. Stabilitas obat di dalam lambung dan atau usus.

d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute.

e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter.

f. Kemampuan pasien menelan obat melalui rektal.

Rute pemberian obat dapat dilakukan dengan cara oral, intraperitoneal, inhalasi, transdermal,

rektal, dan lain-lainnya. Secara umum pemberian obat secara peritoneal akan memberikan efek yang

lebih cepat daripada yang diberikan secara oral dalam jumlah dosis yang sama. (Edhie Sulaksono,

1992)

a. Mencit

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam

laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan

bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya

di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya. Laju respirasi

normal 163 tiap menit dan suhu tubuh normal 36 ° C.

Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan buang air besar atau

buang air kecil. Hal ini terjadi karena mencit merasa stres dan ketakutan. Selain itu, juga

merupakan pertahanan diri untuk melindungi dirinya dengan mengeluarkan fesesnya. Begitu

juga apabila hewan-hewan lain seperti tikus, kelinci, dan marmut akan melakukan hal yang

sama jika mereka merasa terancam.

b. Tikus

3

Page 4: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini

tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu

cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh

kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi

makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang.

I. Alat dan Bahan

○ Bahan : Aquadest

○ Alat : Alat suntik

○ Hewan : Mencit & Tikus

I. Prosedur

1.4.1 Cara memegang Hewan Percobaan sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji

a. Mencit

• Ujung ekor mencit dingkat dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat yang

permukaannya tidak licin (misal ram kawat pda penutup kandang), sehingga kalau

ditarik, mencit akan mencengkram.

• Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk, sedangkan ekornya tetap

dipegang dengan tangan kanan.

• Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor

dijepitkan diantara jari manis dan kelingking tangan kiri.

4

Page 5: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Gambar 1. Perlakuan terhadap mencit

b. Tikus

Tikus diperlakukan sama seperti mencit, tetapi bagian ekor yang dipegang sebaiknya

pada bagian pangkal ekor dan pegangnya pada bagian tengkuk bukan dengan memegang

kulitnya.

Cara memegang tikus adalah sebgai berikut :

• Tikus diangkat dengan memegang dari belakang dan kemudian diletakkan di atas

permukaan kasar.

• Tangan kiri diluncurkan perlahan – lahan dari belakang tubuhnya menuju kepala.

• Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan depan di jepit diantara kedua

jari tersebut.

5

Page 6: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Gambar 1. Perlakuan terhadap tikus

1.4.2 Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

a. Mencit

• Oral

Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang

dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk

meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedian

uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan

diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian

masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan

sonde yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara

pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukan sonde oral, posisi kepala

mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral

akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru,

6

Page 7: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan

pernafasan dan kematian.

Praktikan dapat mengetahui pemberian obat secara oral ini berhasil atau tidak.

Hal ini dapat dilihat dari cairan yang dimasukan tersebut. Bila dari hidung hewan

uji keluar cairan seperti yang kita berikan menunjukkan adanya kesalahan dalam

proses pemberian. Sedangkan bila berhasil, maka tidak akan terjadi apa-apa.

Gambar 2. Cara Memberikan Obat Secara Oral

(Agiel, 2010)

• Subkutan

Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh

digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Penyuntikkan

dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di antara jempol dan

telunjuk. Bersihkan area kulit yang mau disuntik dengan alkohol 70 %. Masukkan

jarum suntik secara paralel dari arah depan menembus kulit.

Diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari pendarahan yang terjadi

karena pergerakan kepala dari mencit. Pemberian obat ini berhasil jika jarum

suntik telah melewati kulit dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada

di dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.

Gambar 3. Cara Memberikan Obat Secara Subkutan

(Agiel, 2010)

7

Page 8: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

• Intraperitonial

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,

kemudian jarum disuntikkkan dengan membentuk sudut 10° dengan abdomen

pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari

terkenanya kandung kemih dan hati. (Sukati, 2010)

Gambar 6. Cara Memberikan Obat Secara Intraperitoneal

(Agiel, 2010)

a. Tikus

Cara-cara pemberian oral, intraperitoneal, subkutan, intramuskular, dan intravena

dapat dilakukan seperti pada mencit. Penyuntikan subkutan dapat dilakukan pula

pada daerah kulit dibawah kulit, abdomen atau tengkuk. Sedangkan volume

penyuntikan paling baik bagi tikus adalah 0,2-0,3 ml/100 g bobot badan.

I. Pembahasan

Percobaan hanya dilakukan terhadap mencit dan tikus dikarenakan ketersediaannya.

Dilihat dari perbedaan karakteristik kedua hewan, terasa lebih mudah dalam menangani tikus

meskipun ukuran badannya lebih besar dibanding mencit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mencit diantaranya adalah kebisingan suara

di dalam laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap mencit tersebut, dan lain-lain. Dalam

menangani mencit, semua kondisi yang menjadi faktor internal dan eksternal dalam

penanganan hewan percobaan harus optimal, untuk menjaga kondisi mencit tersebut tetap

dalam keadaan normal. Apabila kondisi nya terganggu, maka mencit tersebut akan

mengalami stress. Kondisi stress yang terjadi pada mencit akan mempengaruhi hasil

percobaan yang dilakukan.

Rute pemberian obat dengan sonde oral harus dipastikan sudah mencapai rahang

mencit, karena jika tidak, obat yang diinjeksikan akan dimuntahkan kembali oleh mencit

tersebut. Oleh karena itu, kurang lebih batang sonde oral itu dimasukkan kurang lebih ¾

bagian hingga terbenam ke dalam mulut/rahang mencit tersebut.

8

Page 9: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

II. Kesimpulan

• Penggunaan mencit karena karakter mencit cenderung penakut dan lebih suka

berkumpul dengan sesama. Pergerakannya lebih banyak dibandingkan dengan tikus

dan lebih susah ditangani ketimbang tikus.

• Penggunaan tikus karena karakter tikus lebih mudah ditangani dibandingkan mencit

karena minim pergerakan, namun apabila tikus tersebut diperlakukan secara kasar,

biasanya akan menyerang si pemegang.

• Perlakuan dan penanganan tikus dan mencit dapat dilakukan secara baik dengan

memperhatikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi hewan uji

coba tersebut.

• Penggunaan hewan percobaan sangat penting dalam penelitian ilmiah di bidang

kedokteran/biomedis.

• Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda dan ditentukan

oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya.

• Cara pemberian sediaan uji juga berbeda pada setiap hewan percobaan, dapat secara

oral, subkutan, intravena, intramuskular, intraperitoneal, dan intradermal.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 42-43.

9

Page 10: 39983358-Laporan-farmakologi (1)

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan.

Jakarta

Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik

Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Pekanbaru

http://variasi-lora.blogspot.com/2010/02/cara-penanganan-hewan-dan-rute.html

http://pharmafemme.blogspot.com/2009/06/cara-penanganan-hewan-percobaan-dan.html

http://andiscientist.blogspot.com/2010/10/penanganan-hewan-percobaan.html

\

10