Laporan Farmakologi Blok Neuro

57
BLOK SYARAF DAN PERILAKU “OBAT OTONOM” KELOMPOK A.2 10 Ketua: Kenaz Fauzie (1102009152) Sekretaris: Kusuma Ramadhani (1102009154) Anggota : Irma Annisa Citra Dewi (1102009144) Isti Iryan Prianti (1102009146) Ivan Hermawan Putra (1102009148) Izza Ayudia Hakim (1102009150) Kamilah (1102009151) Khairul Ridwan (1102009153) Lamia Adilia (1102009155) 1

description

sdvfdbgfb

Transcript of Laporan Farmakologi Blok Neuro

BLOK SYARAF DAN PERILAKUOBAT OTONOM

KELOMPOK A.2 10

Ketua: Kenaz Fauzie (1102009152)Sekretaris: Kusuma Ramadhani (1102009154)Anggota :Irma Annisa Citra Dewi (1102009144)Isti Iryan Prianti (1102009146)Ivan Hermawan Putra (1102009148)Izza Ayudia Hakim (1102009150)Kamilah (1102009151)Khairul Ridwan (1102009153)Lamia Adilia (1102009155)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSITahun ajaran 2011/2012

PENUNTUN PRAKTIKUM FARMAKOLOGIOBAT OTONOM

Praktikum obat otonom ini dibagi atas dua bagian, yaitu praktikum obat otonom dengan menggunakan hewan percobaan dan diskusi obat otonom dengan menggunakan kasus atau skenario.

TujuanSetelah praktikum mahasiswa dapat:1.Menjelaskan system saraf otonom2. Menjelaskan efek farmakodinamik obat otonom3. Menggolongkan obat otonom yang digunakan dalam praktikum ini ke dalam obat kolinergik, antikolinergik,adrenergic dan antiadrenergik4. Menjelaskan dasar kerja obat yang digunakan pada praktikum ini.

DASAR TEORI

I.SISTEM SARAF OTONOM Pada hakikatnya kehidupan manusia berpegang kepada satu prinsip utama, suatu keseimbangan dinamis utama dalam tubuh, yakni homeostasis. Banyak sistem yang mengatur terjadinya homeostasis ini, mulai dari integumen, sistem endokrin, respirasi, sirkulasi, pencernaan, imun, dan lainnya. Perubahan yang senantiasa terjadi dalam tubuh mengisyaratkan perlunya suatu sistem pengaturan yang dinamis, yang memungkinkan penjagaan keadaan homeostasis. Penyelenggaran ini terutama merupakan peran dari sistem saraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System).Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf aferen (membawa impuls dari reseptor menuju saraf pusat )dan eferen (membawa impuls dari saraf pusat ke efektor) yang mempersarafi otot-otot polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Disebut juga susunan saraf tak sadar karena berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar. Sistem ini melakukan fungsi kontrol, semisal: tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinalis, pengeluaran urina, berkeringat, suhu tubuh, dll. Susunan saraf otonom terutama digiatkan oleh pusat-pusat yang terletak di dalam medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Misalnya: medulla spinalis bertanggung jawab untuk persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan respirasi; hipotalamus berfungsi untuk mengintegrasikan persarafan otonom, somatik, dan hormonal (endokrin) dan emosi serta tingkah laku (misal: seseorang yang marah meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan laju respirasi).Di samping itu, daerah asosiasi prefrontal memengaruhi eksprei emosional, seperti wajah yhang menampakkan kesan kemerahan apabila seseorang merasa malu. Refleks Visceral Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri atas komponen reseptor, integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan refleks somatik adalah informasi reseptor refleks visceral diterima secara bawah-sadar (subconscious). Anda tidak akan pernah tahu kapan pembuluh darah Anda melebar (kecuali ketika Anda melihat kulit yang kemerahan). Contoh lain, Anda juga tidak akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar, kecuali Anda melihat ke cermin. Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara sadar, dan merupakan bagian dari refleks visceral.2 Meskipun demikian, reseptor refleks ini tidak harus bersifat visceral.Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat sensoris dari reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis, batang otak, atau hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon refleks yang tepat kembali ke organ viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan mereka. Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang disebut sistem simpatis dan parasimpatis. 1. Saraf simpatis Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang yang menuju ganglion)dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf yang keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di daerah: Leher = tiga pasang ganglion servikal Dada = sebelas pasang ganglion torakal Pinggang = empat pasang ganglion lumbal Pelvis = empat pasang ganglion sakral Di depan koksigis = ganglion koksigeus Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang belakang, dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang belakang. Ganglion simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk plexus-plexus simpatis. Plexus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabang-cabangnya ke jantung dan paru-paru. Plexus seliaka (coeliac) terletak sebalah belakang lambung, dan melayani organ-organ dalam rongga abdomen. Plexus mesenterikus (hipogatiluus) terletak di depan sakrum dan melayani organ-organ dalam pelvisFungsi. Serabut-serabut saraf simpatis mensarafi otot jantung, otot-otot tak sadar semua pembuluh darah, serta semua alat-alat dalam seperti lambung, pankreas dan usus. Melayani serabut motorik sekreotik pada kelenjar keringat, serabut-serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit, serta mempertahankan tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar. 2. Saraf parasimpatis Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu dan serabut post-ganglion pendek. Saraf ini adalah: Saraf kranial ketiga -> saraf okulo-motorik = serabut yang mencapai serabut otot sirkuler pada iris yang merangsang gerakan yang menentukan ukuran pupil mata. Berjalan ke sfingter pupil dan muskulus siliaris mata. Saraf kranial ketujuh -> fasial = serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar lakrimalis, nasal, dan submaksilaris. Saraf kranial kesembilan -> glosofaringeus = serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar parotis. Saraf kranial kesepuluh -> saraf vagus (merupakan serabut saraf otonom terbesar, layanannya luas, kira-kira 75 % dari semua serabut saraf) = serabut-serabutnya menyebar di sejumlah besar kelenjar dan organ, dan sejalan dengan penyebaran serabut simpatis Nervus vagus mensuplai saraf parasimpatis ke jantung, paru-paru, esofagus, lambung, usus halus, separuh proksimal kolon, hati, kandung empedu, pankreas, dan bagian atas ureter. Saraf parasimpatik sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sakral. Saraf ini membentuk urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk plexus dan mendistribusikan serabut perifer mereka ke kolon desenden, rektum, kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kelompok parasimpatis juga mensuplai serabut-serabut ke genitalia eksterna untuk menyebabkan berbagai reaksi seksual.

Neuron paraganglion sistem simpatis, Neuron paraganglion sistem parasimpatis, serabut pascaganglion parasimpatis dan beberapa ujung serabut pascaganglion simpatis disebut koligernik karena mereka mensekresikan asetilkolin pada ujung saraf mereka. Sebagian besar ujung pascaganglin saraf simpatis mensekresikan norepinefrin. Serabut ini disebut adrenergik. Asetilkolin dan norepinefrin yang disekresikan olehn serabut pascaganglion bekerja pada berbagai organ untuk menyebabkan efek parasimpatis atau simpatis. Zat-zat ini disebut mediator parasimpatis atau simpatis. Norepinefrin dan epinefrin yang disekresikan ke dalam darah oleh medula adrenal tetap aktif (10 30 detk) sampai mereka berdifusi ke dalam beberapa jaringan tempat mereka dipecahkan oleh enzim, terutama terjadi di dalam hati. Asetikolin, norepinefrin, dan epinefrin yang disekresikan oleh susunan saraf otonom semuanya merangsang organ efektor dengan bereaksi dengan zat reseptor di dalam sel efektor tersebut.

Tabel: perbedaan simpatis dan parasimpatisPembeda Simpatis Parasimpatis

Asal serabut praganglion Medulla spinalis bagian torakal dan lumbal Batang otak (saraf kranial) dan medulla spinalis bagian sakral

Asal serabut pascaganglion Ganglion symphatetic chain; atau ganglion kolateral (kira-kira di setengah jarak medulla spinalis dengan efektor) Ganglion terminal (berada dekat dengan organ efektor)

Panjang Serabut* Pre pendek, termielinasi; Post panjang, tak termielinasi Pre panjang; Post pendek

Organ Efektor yang DIpersarafi Otot jantung, hampir semua otot polos, kebanyakan kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar endokrin Otot jantung, banyak otot polos, hamper semua kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar endokrin

Neurotransmiter* Pre melepaskan ACh; Post melepaskan sebagian besar melepaskan norepinefrin, sebagian kecil ACh) Pre dan post melepaskan ACh

Tipe Reseptor untuk Neurotransmiter Pre dan Post* Pre: nikotinik; Post: adrenergik 1, 1, 2, 2 Pre: nikotinik; Post: muskarinik

Peranan Fight-or-Flight General Housekeeping

*Pre adalah serabut preganglion; Post adalah serabut pascaganglion; ACh adalah asetilkolin

Kegiatan eksitasi dan inhibisi dari perangsangan simpatis dan parasimpatis Saraf otonom memberikan efek pada berbagai fungsi viseral tubuh yang disebabkan oleh perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis. Perangsangan simpatis menyebabkan efek eksitasi di dalam beberapa organ tetapi efek inhibisi di dalam organ lainnya. Perangsangan parasimpatis menyebabkan eksitasi dalam beberapa organ tetapi inhibisi di dalam organ lainnya. Kebanyakan organ diatur secara dominan oleh salah satu diantara kedua sistem tersebut, sehingga kedua sistem tidak bertentangan satu sama lain, kecuali dalam kasus tertentu. Kadang, bila perangsangan simpatis merangsang suatu organ tertentu, perangsangan parasimpatis menghambatnya. Ini melukiskan bahwa kadang kedua sistem bekerja timbal balik.

Tabel: Efek simpatis dan parasimpatis, pada organ tubuh:Organ Efek stimuli simpatisEfek stimuli parasimpatis

Mata: pupil Muskulus siliarisDilatasi Relaksasi ringanKontriksi Berkontraksi

Glandula Vasokonstriksi dan sedikit sekresiStimulasi sekresi encer

Kelenjar keringatBerkeringat hebat (kolinergik)Tak ada

Kelenjar apokrinSekresi kental, odoriferaTak ada

Jantung : otot

Meningkatkan kecepatanMeningkatkan kekuatan kontraksiMelambatkan kecepatanMenurunkan kekuatan kontraksi atrium

Paru-paru: bronkus Pembuluh darah Dilatasi Konstriksi ringan Konstriksi Dilatasi

Usus: Lumen

Sfingter Berkurangnya peristaltik dan tonusMeningkatkan tonusMeningkatnya peristaltik dan tonusRelaksasi

Hati Melepaskan glukosaSedikit sintesis glikogen

Kandung empeduRelaksasiKontraksi

Ginjal Mengurangi pengeluaranTak ada

Kandung kemih : otot detrusor Trigonum Relaksasi Terangsang Terangsang Relaksasi

Penis Ejakulasi Ereksi

Pembuluh darah sistemik: Abdominal Otot Konstriksi Konstriksi (adrenergik) dan dilatasi (kolinergik)Tak ada Tak ada

Darah : Koagulasi Glukosa Meningkat Meningkat Tak ada Tak ada

Metabolisme basal Meningkat sampai 100%Tak ada

Sekresi korteks adrenalisMeningkat Tak ada

Aktivitas mental Meningkat Tak ada

Muskulus arektor pili Terangsang Tak ada

Otot-otot rangka M glikogenolisis&kekuatan

Tak ada

Sebagian besar susunan saraf simpatis sering menjadi terangsang secara serempak, ini disebut pencetusan besar-besaran. Sifat kegiatan ini memungkinkan susunan saraf simpat mengatur banyak jaringan tubuh, seperti seluruh pengaturan arteri atau laju metabolik. Tetapi dalam beberapa kasus kegiatan simpatis memang terjadi dalam bagian sitem yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya adalah :1. Dalam proses pengaturan panas saraf simpatis mengatur pengeluaran keringat dan aliran darah di dalam kulit tanpa mempengaruhi organ lain yang dipersarafi oleh simpatis1. Selama kegiatan otot pada beberapa binatang serabut vasodilatorcolinergik otot rangka dirangsang dari sistem simpatis sisanya1. Banyak refleks setempat yang menyangkut medula spinalis tetapi tidak pusat-pusat saraf yang lebih tinggi mempengaruhi daerah setempat Berbeda dengan simpatis kebanyakan refleks sistem perasimpatis sangat spesifik misalnya reflek kardiovaskular parasimpatis biasanya hanya bekerja pada jantung untuk meningkatkan kecepatan denyutannya.Sering ada asosiasi diantara fungsi parasimpatis yang berhubungan erat misalnya sekresi saliva dapat terjadi lepas dari sekresi lambung namun dapat bekerja sama-sama seperti saat sekresi pankreas. Juga, refleks pengososngan rektum sering memulai suatu refleks pengosongan kandung kemih yang menyebabkan pengosongan kandung kemih dan rektum pada saat yang bersamaan.Pencetusan simpatis besar-besaran dalam banyak hal meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan otot yang hebat yaitu :1. Peningkatan kegiatan arteri1. Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif yang berbarengan dengan penurunan aliran darahke organ yang tidak penting untuk kegiatan cepat1. Peningkatan kegiatan metabolisme sel d seluruh tubuh1. Peningakata konsentrasi glukosa darah1. Peningkatan glikolisis di dalam otot1. Pengingkatan kekuatan otot1. Peningkatan kegiatan mentalJumlah efek ini menungkinkan orang tersebut untuk melakukan kegiatan fisik yang jauh lebih berat daripada seandainya tidak ada efek ini karena stress fisiklah yang biasanya merangsang sistem simpatis yangs ering dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengadakan penggiatan tambahan dari tubuh dalam keadaan stres : ini disebut reaksi stres simpatis. Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam banyak keadan emosional, misal marah. Yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan ke bawah melalui formasio retikularis dan medula spinalis untuk menyebabkan pencetusan simpatis secara besar-besaran, dan semua peristiwa simpatis yang dituliskan dalam daftar di atas terjadi dengan segera. Ini disebut reaksi alarm simpatis.

Fungsi medula adrenal Rangsang saraf simpatis ke medula adrenal menyebabkan sejumlah besar epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke dalam darah yang bersikulasi, dan kedua hormon ini kemudian diangkut darah ke semua jaringan tubuh. Hormon yang bersikulasi mempunyai efek yang hampir sama dengan rangsangan simpatis langsung, kecuali bahwa efek tersebut tahan kira-kira 10 kali lamanya karena kedua hormon dikeluarkan dari darah secara perlahan-lahan. Epinefrin dan norepinefrin hampir selalu dikeluarkan oleh medula adrenal saat berbagai organ sedang dirangsang langsung oleh saraf simpatis. Jadi sebenarnya organ dirangsang secara serentak oleh dua rangsangan yaitu secara langsung oleh saraf simpatis dan tidak langsung oleh hormon medula. Dua cara perangsangan tersebut saling membantu, dan salah satu bisa mengganti yang lainnya. Manfaat lain dari medula adrenal adalah kemampuan epinefrin dan norepinefrin untuk merangsang struktur-struktur tubuh yang tidak dipersarafi oleh serabut simpatis. Misalnya laju metabolik setiap sel tubuh

Tonus Sistem simpatis dan parasimpatis terus menerus aktif, dan kecepatan basalnya dikenal dengan tonus simpatis dan tonus parasimpatis. Manfaatnya adalah ia memungkinkan satu sistem saraf tunggal untuk meningkatkan atau menurunkan kegiatan suatu organ yang dirangsang.

Kelainan-kelainan pada sistem sarafSistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau kelainan lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia: 1. MeningitisMeningitis merupakan peradangan selaput pembungkus otak yaitu meninges. Meningitis disebabkan oleh virus, sehingga dapat menular. 2. Multiple schlerosis (MS=Sklerosis Ganda atau disseminated sclerosis) MS merupakan penyakit saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan, berbicara, depresi, gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai kelumpuhan. 3. Nyeri saraf Nyeri saraf dapat terjadi karena adanya gangguan saraf sensorik maupun motorik. Gejala nyeri saraf sering disertai dengan gejala lain seperti: kehilangan rasa, kebas. Urat saraf kejepit dan penyakit urat saraf gangguan metabolik (seperti diabetic neuropaty pada penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus). Gangguan motorik karena nyeri saraf dari yang ringan (seperti kram) sampai gangguan berat (seperti kelumpuhan). 4. Hidrocephalus Tanda hidrocephalus berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada di sekitar otak. Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan organ tubuh. 5. Penyakit urat saraf kejepit Penyakit saraf kejepit sering terjadi pada leher, pinggang dan telapak tangan. 6. Parkinson / Paralis AgitansTerjadi karena kerusakan substansi nigra yang tersebar luas, sering disertai dengan lesi globus palidus dan daerah-daerah yang berhubungan. Berhubungan dengan kurangnya neurotransmitter dopamin. Ditandai dengan kekakuan otot, tangan dan kaki gemetaran, wajah seperti topeng.7. Gegar otak terjadi karena otak mengalami kerusakan. 8. Imsomnia atau lupa ingatan sementara. 9. Gangguan organ dan fungsinya karena kerusakan saraf tulang belakang.10. Trauma kepala (konkusio, kontusio, laserasi)11. Stroke 12. Herpes Menyerang cabang oftalmik akan berakibat parah bila kornea ikut terserang. Dapat menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan setengah buta atau buta sama sekali. 13. Posherpetik neuralgia Menyerang salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf trigeminal. Rasa sakitnya akut dan persisten. 14. Epilepsi Terjadi bila tingkat basal eksitabilitas sistem sarafnya (atau bagian lain yang peka terhadap keadaan epileptik) meningkat di atas suatu ambang kritis tertentu. 15. Poliomielitis16. AtetosisKerusakan terjadi pada bagian luar globus palidus atau di dalamnya dan korpus striatum. Terjadi gangguan sirkuit umpan balik diantara ganglia basalis, talamus, dan korteks serebri. Pada penyakit ini terus menerus terjadi gerakan menggeliat lambat pada tangan, leher, wajah, lidah, atau beberapa bagian tubuh lain. 17. Disleksia / buta kataKerusakan pada daerah asosiasi visual lobus oksipitalis di dalam hemisfer yang dominan, sedangkan lobus temporalis dari area penafsiran utuh.18. Amnesia Retrogard Ketaksanggupan mengeluarkan ingatan jangka panjang walau diketahui ingatan ini masih ada. Terjadi saat pengangkatan kedua hipokampusnya atau kerusakan pada beberapa daerahtalamus. 19. Gangguan pada serebrum: Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan serebro-vaskuler pada otak, tergantung daerah mana yang diserang Paralisa motorik jenis spastik- hemiplegia : akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Gejalanya kaku otot dan refleks meninggi. Paralisa sensorik : cedera pada jalur sensorik. Gerak refleks tidak normal.20. NeuritisGangguan pada saraf tepi karena peradangan, keracunan atau tekanan. 21. Ensefalitis Peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi virus

Pengaruh Saraf Tulang Belakang Terhadap Organ Tubuh No.Organ yang DipengaruhiAkibat yang Ditimbulkan

1CAliran Darah ke Otak, Kulit kepala, Tulang Muka, Otak, Saraf Simpatetis Kronis, Empyema, Hidung Insomnia, Darah Tinggi, Amnesia, Pusing-pusing, Lemah Saraf, Kelelahan, Migrain.

3CPipi, Pangkal Telinga, Gigi, Tulang Muka Nyeri Saraf, Radang Saraf, Jerawat, Eksim

4CHidung, Bibir, Mulut Flu, Sakit Telinga, Radang Tenggorokan, Amandel

5CPita Suara Pita Suara Bronkhitis

6COtot Leher, Pundak, Amandel Nyeri Leher dan Pundak, Nyeri Lengan atas, Amandel, Sesak Nafas, Batuk Kronis

7CKelenjar Gondok, Siku Tangan, Tulang Pundak Demam

1TKerongkongan, Siku Pergelangan Tangan,Jari,Tenggorokan Asma, Batuk, Sesak Nafas, Tangan Kesemutan

2TJantung dan Arteri Jantung

3TParu-paru, Trakea, Kantong Paru-paru Sakit Mata, Radang Paru-paru, Radang Trakea, Demam

4TEmpedu Sakit kuning, Herpes

5TLever Peredaran DarahDemam, Masalah Tekanan Darah, Gangguan Peredaran Darah, Radang Sendi

6TLambung Gangguan Pencernaan

7TPankreas, Usus Dua Belas Jari Radang Lambung

8TLimpa Daya Penyembuhan Alami Berkurang

9TKelenjar Adrenalin, Ginjal Alergi, Penyakit Kulit

10TGinjalGangguan Ginjal, Lelah Kronis, Pengerasan Arteri, Radang Ginjal

11TGinjal dan Ureter Jerawat, Eksim, Sakit Kulit

12TUsus Kecil, Sistem Peredaran Limpa Rematik, Perut Kembung, Mandul

1LUsus Besar Sembelit, Radan Usus Besar, Diare

2LUsus Buntu, Perut, Daerah Paha Keram Otot, Sesak Nafas

3LOrgan Reproduksi, Rahim, Kantong Kencing, Lutut Kaki Sakit Kandung Kemih, Nyeri Haid, Keringat Dingin Waktu Tidur, Depresi, Keguguran, Encok Sendi

4LKelenjar Prostat, Encok Pinggul, Daerah Lutut Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing Tidak Lancar, Nyeri Punggung

5LBagian Luar Kaki, Nyeri Daerah Kaki Bawah atau Engkel Gangguan Peredaran Darah di Kaki (Dingin), Bengkak Pergelangan Kaki, Nyeri Daerah Kaki

Tulang PinggulReproduksi Rahim, Tulang Pinggul, PantatPenyakit Kelenjar, Prostat, Tulang Membengkak, Penyakit Rahim, Wasir, Radang Anus, Nyeri Tulang Ekor Waktu Duduk

Tulang EkorAnus, Tulang Ekor

II.FARMAKODINAMIK OBAT OTONOM

1.Obat-Obat Adrenergik

Epinefrin seringkali digunakan dalam keadaan gawat darurat untuk mengatasi anafilaksis, yang merupakan respon alergik yang mengancam nyawa. Obat inin merupakan inotropik ( daya kontraksi otot) kuat, menimbulkan kontriksi pembuluh darah, meninggalkan denyut jantung, dan dilatasi saluran bronchial. Dosis tinggi dapat mengakibatkan aritmia jantung; oleh karena itu perlu dipantau dengan elektrokardiogram (EKG). Epinefrin juga menyebabkan vasokontriksi ginjal, sehingga mengurangi perfusi nginjal dan keluaran urin.Epinefrin biasanya diberikan subkutan atu intravena. Tetapi juga dapat diberikan dengan inhalasi, mula kerja dan waktu untuk mencapai konsentari puncak adaalah cepat. Pemakaian dekongestan dengan epinefrin mempunyai efek aditif. Jika epinefrin diberikan bersama digoskin, maka dapat terjadi aritmia jantung. Penghambat beta dapat memyebabkan menurunya kerja epinefrin. Epinefrin obat gawat darurat.juga akan dibicarakan betrsama-samaIsoproterenol hidroklorida (isuprel), suatu obat adrenergic, mengaktivasi reseptor bat1 dan beta2. Obat ini lebih spesifik daripada epinefrin, karena bekerja pada dua reseptor adrenergic tetapi tidak sepenuhnya selektif.

2.Obat-Obat Kolinergik

Pemakaian utama dari betamekol adalah untuk menambah mikturisi ( berkemih) dengan merangsang reseptor kolinergik muskarinik untuk meningkatkan pengeluaran urine. Klien mengeluarkan urine kira-kira 30 menit sampai 1,5 jam setelah meminum satu dosis betanekol. Betanekol juga meningkatkan paristaltik dari saluran gastrointestinal. Obat harus diminum dalam keadaan lambung kosong, dan tidak boleh diberikan intramuscular atau intravena. Betanekol bisa diberikan dengan subkutan, dan berkemih biasanya terjadi dalam waktu 15 menit. Lama kerja dari pemberian oral adalah 4-6 jam, dan pad rute subkutan adalah 2 jam.Pilokarpin adalah suatu obta kolinergik yang berkerja langsung yang mengkontriksi pupil mata, sehingga membuka kanalis sklema untuk menambah humorakueous ( cairan). Obat ini dipakai untuk mengobati glukoma dengan menurunkan cairan ( intraocular) dalam bola mata. Pilokarpin juga berkerja dalam reseptor nikotinik. Karbakol juga berkerja pada reseptor pada reseptor nikotinik.

TABEL EFEK- EFEK OBAT- OBAT KOLINERGIK

NOJARINGAN TUBUH RESEPTOR

1Kardiovaskuler

Menurunkan denyut jangtung, menurunkan tekanan drah akibat vasodilatasi dan menghambat konduksi nodus AV

2Gastrointestinal

Meningkatkan tonus dan motilitas otot polos dari lambung dan usus halus. Peristaltic ditingkatkan dari otot-otot spikter relaksasi.

3Genitourinarius

Kontraksi otot-otot kandung kemih, meningkatkan tonus ureter, dan relaksasi otot-otot spinkter kadung kemih, merangsang berkemih

4Mata

Menambah kontriksi pu[pil, atau miosis (pupil mengecil), dan menambah akomodasi(menipis atau menebalnya lensa mata untuk penglihatan jauh ataupun dekat

5Kelenjar

Menambah salivasi, berkeringat dan air mata

6Bronki (paru- paruMenambah kontraksi otot polos bronchial dan menambah sekresi bronchial.

7Otot lurikMeningkatkan transmisis neuromuscular dan mempertahankan kekuatan dan tonus otot.

III.PENGGOLONGAN DAN DASAR KERJA OBAT OTONOM Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf otonom, mulai dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh secar spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls syaraf otonom diketahui.

1.1Anatomi Fisiologi Syaraf Otonom

Syaraf otonom terdiri dari syaraf preganglion, gaglion dan pascaganglion yang mempersyarafi sel efektor. Saraf otonom berhubungan dengan syaraf somatic, sebaliknya kejadian somatic juga mempengaruhi fumgsi organ otonom. Pada susunan syaraf pusat terdapat beberapa pusat otonom, misalnya di medulla oblongata terdapat pengatur pernapasan dan tekanan darah. Hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air, metabolisme lemak dan karbohidrat. Pusat susunan syaraf otonom yang lebih tinggi dari hipotalamus adalah korpus striatum dan korteks serebrum yang dianggap sebagai coordinator antara system otonom dan somatic.

Gb. pembagian syaraf otonom

Serat eferen terbagi dalamsystem simpatisdanparasimpatis.Sistem simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal (dari torakal 1 sampai lumbal 3), dalam system ini termasuk ganglia pravertebal dan ganglia terminal. System parasimpatis atau kraniosakraloutflowdisalurkan melalui syaraf otak ke III, IX, X dan N. pelvikus yang berasal dari bagian sacral segmen 2, 3 dan 4.Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu menghambat fungsi maka yang lain memicu fungsi tersebut. Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.System simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitasnya bervariasi dari waktu ke waktu. Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap lingkungan terjadi setiap secara terus menerus. Dalam keadaan darurat, system simpatoadrenal (terdiri dari system simpatis dan adrenal) berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. System parasimpatis fungsinya lebih terlokalisasi, tidak difus seperti system simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan konservasi sewaktu aktivitas organisme minimal. System ini mempertahankan denyut jantung dan tekanan darah pada fungsi basal, menstimulasi system pencernaan berupa peningkatan motilitas dan sekresi getah pencernaan, meningkatkan absorpsi makanan, memproteksiretina terhadap cahaya berlebihan, mengosongkan rectum dan kandung kemih.

1.3Penggolongan Obat Berdasarkan Efek UtamanyaA.Kolinergik atau ParasimpatomimetikEfek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis.Ada 2 macam reseptor kolinergik:Reseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantungReseptor nikotinik/ neuromuskular mempengaruhi otot rangkaPenggolongan KolinergikEster kolin (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)Anti kolinestrase (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)Alkaloid tumbuhan (muskarin, pilokarpin, arekolin)Obat kolinergik lain (metoklopramid, sisaprid)Farmakodinamik KolinergikMeningkatkan TDMeningkatkan denyut nadiMeningkatkan kontraksi saluran kemihMeningkatkan peristaltikKonstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)Konstriksi pupil mata (miosis)Antikolinesterase: meningkatkan tonus ototEfek SampingAsma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)Iskemia jantung, fibrilasi atriumToksin; antidotum atropin dan epineprinIndikasiEster kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma.Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)Alkaloid Tumbuhan: untuk midriasis (pilokarpin)Obat Kolinergik Lain: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras radiologik, mencegah dan mengurangi muntah (Metoklopramid)IntoksikasiEfek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi, laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat berlebihEfek nikotinik: otot rangka lumpuhEfek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas.

Tabel Jenis Obat KolinergikNama-nama obat kolinergikDosisPemakaian dan pertimbangan pemakaian

Bekerja langsung

Betanekol (urecholine)D: PO: 10-50 mg, b.i.d.-q.i.dUntuk meningkatkan urin, dapat merangsang motilitas lambung

Karbakol (carcholine, miostat)0,75-3%, 1 tetesUntuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis

Pilokarpin (pilocar)0,5-4%, 1 tetesUntuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis

Antikolinestrase reversible

Fisostigmin (eserine)0,25-0,5%, 1 tetes, q.d-q.i.dUntuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis, masa kerja singkat

Neostigmin (prostigmin)D: PO: mula-mula 15 mg, t.i.dDosis max: 50 mg, t.i.dUntuk menambah kekuatan otot pada miastenia gravis, masa kerja singkat

Ambenonium (mytelase)D: PO: 60-120 mg, t.i.d atau q.i.dUntuk menambah kekuatan otot, masa kerja sedang

Antikolinestrase irreversible

Demakarium (humorsol)0,125-0,25%, 1 tetes, q 12-48 jamUntuk menurunkan tekanan intraocular pada glaucoma, miotikum, masa kerja panjang

Isofluorofat (floropryl)Ointment 0,25%, q 8-72 jamUntuk mengobati glaucoma. Kenakan pada sakus konjungtiva

B.Simpatomimetik atau AdrenergicYakni obat-obat yang merangsang system syaraf simpatis, karena obat-obat ini menyerupai neurotransmitter (norepinafrin dan epinephrine). Obat-obat ini bekerja pada suatu reseptor adrenergic yang terdapat pada sel-sel otot polos, seperti pada jantung, dinding bronkiolus saluran gastrointestinal, kandung kemih dan otot siliaris pada mata.Reseptor adrenergic meliputi alfa1, alfa2, beta1 dan beta2Kerja obat adrenergic dapat di bagi dalam 7 jenis:Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat.Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka.Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan.Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dn pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone hipofisis.Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE dan Ach.Penggolongan AdrenergikKatekolamin (Endogen: epineprin, norepineprin dan dopamine; Sintetik: isoprotenol hidroklorida dan dobutamine)Non katekolamin (fenileprin, meteprotenol dan albuterol)Farmakodinamik AdrenergicBersifat inotropikBronkodilatorHipertensiTremor dan gelisahEfek SampingEfek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja non selektif (bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering timbul pada obat-obat adrenergic adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing, kesulitan berkemih, mual dan muntah.Kontra IndikasiTidak boleh di gunakan pada ibu hamilSesuaikan dosis pada penderita yang mendapat antidepresi trisiklikTidak boleh digunakan pada penderita Stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan estenia.

Tabel Jenis Obat AdrenergikAdrenergicResptorDosisPemakaian dalam klinik

Epinefrin (adrenalin)Alfa1, beta1, beta2Berbeda-bedaD: IV, IM, SK: 0,2-1 ml dari 1:1000Syok nonhipovalemik, henti jantung, anafilaksis akut, asma akut.

efadrinAlfa1, beta1, beta2D: PO: 25-50 mg, t.i.d atau q.i.dD: SKKeadaan hipotensi, bronkospasme, kongesti hidung, hipotensi ortoristik.

Norepinefrin (lavarterenol, levophed)Alfa1, beta1D: IV: 4 mg, dekstrose 5% dalam 250-500 mlSyok, merupakan vasokontriktor kuat, meningkatkan tekanan darah dan curah jantung

Dopamine (intropin)Beta1D: IV: mula-mula 1-5 g/kg/menit, naikkan secara bertahap; 50 g/kg/menitHipotensi (tidak menurunkan fungsi ginjal dalam dosis