Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

15
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EFEK OBAT ANALGETIK DISUSUN UNTUK MEMENUHI LAPORAN MATA KULIAH FARMAKOLOGI Disusun oleh : Bella Sakti Oktora (12010012) Darma Wijaya (120100) Fuji Rahayu (12010030) S-1 FARMASI REGULER DOSEN PENGAMPU Siti Mariam, M.Farm, Apt

description

farmasi

Transcript of Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

Page 1: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EFEK OBAT ANALGETIK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI LAPORAN

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

Disusun oleh :

Bella Sakti Oktora (12010012)

Darma Wijaya (120100)

Fuji Rahayu (12010030)

S-1 FARMASI REGULER

DOSEN PENGAMPU

Siti Mariam, M.Farm, Apt

PROGRAM STUDI STRATA 1 FARMASI REGULER

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR

NOVEMBER 2014

Page 2: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

I. Judul PraktikumEfek Obat Analgetik

II. Tujuan Praktikum 1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek

analgetik  suatu obat.2. Memahami efek obat analgetik dalam mencegah penyakit.

III. Dasar TeoriNyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita sehingga

untuk mengurangi secara simtomatis diperlukan analgetika.Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi memberi tanda

tentang adanya gangguan – gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri atau pengantar.

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walau pun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri.

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotrien dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum-belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung

Page 3: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator demam.

Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan yakni pada 44-45ºC. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal  hanya meruapakan suatu gejala, yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai suatu isyarat bahaya tentang adanya ganggguan di jaringan,seperti peradangan(rema,encok), infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,kimiawi, atau fisis (kalor, listrik), dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator  nyeri. Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Mediator nyeri yang lain, disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin 2. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan (level) dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali.Jadi, intesitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.

Contoh obat analgesic dan antipiretik: 1. Antalgin

Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2α yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi

Page 4: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).MONOGRAFIPemerian :Serbuk hablur putih atau putih kekuninganKelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 NPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ( Anonim, 1995 )Khasiat : AnalgetikDosis : 500 mg ( Anonim, 1979 )

2. ParasetamolParasetamol diserap dengan cepat dan tanpa menimbulkan iritasi disaluran

pencernaan,methemoglobin,atau konstipasi.Indikasi : menghilangkan demam dan rasa nyeri pada otot/sendi yang menyertai influenza,vaksinasi dan akibat infelsi lain,sakit kepala,sakit gigi,dismonere,artritis,dan rematik.Dosis : tablet =anak-anak:0,5-1tab 3-4 kali perhari,dewasa:1-2tab 3-4 kali perhari Sirup=bayi 0,25-0,5 sdt 3-4 kali perhari,anak-anak :2-5 tahun,1 sdt 3-4 kali perhari.6-12 tahun, 2sdt 3-4 kali perhari.

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat.Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

3. Asetosal (Acidum Acetylsalicylicum)Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin

merupakan obat yang diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal semakin banyak karena sifat plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik, karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.Indikasi : nyeri ringan sampai sedang demam, antiplateletKontra indikasi : anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui, gangguan saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan.Efek samping : ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna

IV. Alat dan Bahan

Page 5: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

a. Alat1. Jarum suntik 0,8 ml.2. Kapas

b. Bahan1. Mencit (3 ekor)2. NaCl3. Alkohol4. Antalgin5. paracetamol6. Asetosal7. Asam Asetat8. Stopwatch

V. Cara Kerja1. Mencit dibagi menjadi 3

- Mencit 1 : kontrol NaCl- Mencit 2 : kontrol asam asetat- Mencit 3 : disuntikkan asetosal asam asetat

2. PerlakuanMencit 1 (kontrol positif)a. Mencit dicubit tengkuknya dan posisi dihadapkan ke arah kita.b. Lalu disuntikkan larutan NaCl dengan rute intra peritonial.c. Dihitung geliatnya pada menit ke-5 , 10, 15, dan 20.d. Dicatat Hasilnya

Mencit 2 (kontrol negatif)a. Mencit dicubit tengkuknya dan posisi dihadapkan ke arah kita.b. Lalu disuntikkan larutan asam asetat dengan rute intra peritonial.c. Dihitung geliatnya pada menit ke-5, 10, 15, dan 20.d. Dicatat hasilnya

Mencit 3a. Mencit dicubit tengkuknya dan posisi dihadapkan ke arah kita.b. Lalu disuntikkan larutan asetosal dengan rute intra peritonial.c. Setelah ditunggu selama 20 menit, disuntikkan lagi larutan asam asetat

dengan rute intra peritonial.d. Dihitung geliatnya pada menit ke-5, 10, 15, 20.e. Dicatat hasilnya.

Mencit 4

Page 6: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

a. Mencit dicubit tengkuknya dan posisi dihadapkan ke arah kita.b. Lalu disuntikkan larutan antalgin dengan rute intra peritonial.c. Setelah ditunggu selama 30 menit, disuntikkan lagi larutan asam asetat

dengan rute intra peritonial.d. Dihitung geliatnya pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30.e. Dicatat hasilnya.

Mencit 5a. Mencit dicubit tengkuknya dan posisi dihadapkan ke arah kita.b. Lalu disuntikkan larutan paracetamol dengan rute intra peritonial.c. Dihitung geliatnya selama 30 menit pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30.d. Setelah dihitung selama 30 menit, disuntikkan lagi larutan asam asetat

dengan rute intra peritonial.e. Dihitung geliatnya pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30.

VI. Hasil dan Pembahasana. Hasil

- Tabel Pencegahan dan Pengobatan PenyakitNb kontrol ini berdasarkan kontrol yang kami punya permeja (setiap meje terdiri dari 2 kelompok (mencegah dan mengobati)daan mempunyai kontrol positf dsn negatif)

Menit ke-

Mencit 1(kontrol NaCl)

Mencit 2(kontrol

asam asetat)

Mencit 3(pencegahan

dengan asetosal)

Mencit 4(pencegahan

dengan antalgin)

Mencit 5(pengobatan

dengan paracetamol)

5 - 8 kali - 2 -

10 - 11 kali - 1 -

15 - 11 kali - 1 -

20 - 9 kali 4 kali - -

25 - - - - -

30 - - - - -

Page 7: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

Ʃ 0 39 4 4 0

Page 8: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

b. PembahasanMahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik.

Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan mengetahui efektivitas analgetika sedian obat (paracetamol, antalgin, dan asetosal) pada hewan uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat – obat tersebut sebelum mencit diberi induktor nyeri asam asetat.

Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat (indikator nyeri) kepada mencit yang akan menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik paracetamol, antalgin, dan asetosal)  akan mencegah respon tersebut.

Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara intraperitoneal setiap mencit diberikan obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan asam asetat , setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit namun geliatnya di hitung selama 5 menit berkala .

Kemudian disuntikkan kembali secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek,mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat diberikan per oral,akan merusak saluran pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.

Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan/mencegah rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, dilihat apakah setelah diberi larutan asam asetat mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 30 menit.

Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.  Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan  menimbulkan  nyeri yang  nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.

Page 9: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya analgetik paling tinggi atau kuat adalah paracetamol > asetosal > antalgin. Namun hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek analgetik yang lebih kuat dalah Antalgin, karena bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Dan diikuti oleh parasetamol, karena hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.

Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.

c. Perhitugan

% proteksi = 100 - ( perlakuankontrol

x100 %)=¿

i. Paracetamol

= 100 - 0

39x100 %=100%

ii. Antalgin

= 100 - ( 439

x 100 %)=89,74 %

iii. Asetosal

= 100 - ( 439

x 100 %)=89,74 %

% Efektivitas analgesik ¿%proteksiobat

%proteksiace tosalx 100 %

i.a paracetamol

= 100 %

89,74 %x100 % = 111,43 %

i.b antalgin

Page 10: Laporan Praktikum Farmakologi Part 3 (Analgetik)

= 89,74 %89,74 %

x100 % = 100 %

i.c asetosal

= 89,74 %89,74 %

x100 % = 100 %

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum kali ini di peroleh hasil dimana paracetamol > asetosal > antalgin. Mengapa ? karena walaupun dari % daya analgetiknya sama, namun pada pencegahan / mengobati geliat pada mencit asetosal lebih lama yaitu terjadi pada menit ke ke 20, sedangkan antalgin pada menit awal menit kelima sudah menampakan geliatannya. Hasil praktikum kali ini mendapatkan hasil yang sangat berbeda dari literatur, dimana seharusnya antalgin dan asetosal lah yang mempunyai efek lebih baik dari pada paracetamol karena seperti pembahasan diatas bahwasannya antalgin bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik, dan di susul oleh asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas dengan efek smping yang rendah . paracetamol yang kerjanya hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.

VIII. Daftar Pustaka

Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Ernerst, Mutschler. 1991. Dinamika Obat edisi kelima. Bandung. ITB.Goodman& Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi vol 1.Jakarta. EGC.Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Mutschler, Ernst. ed. V. Dinamika Obat , ITB 1999 Press : JakartaTan, H. T. dan Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.Tjay dan K.Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.