183691848 143240716 Laporan Farmakologi Antikoagulan

33
ANTIKOAGULAN 1. TUJUAN 1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek toksisitas anticoagulant dan koagulansia. 2. Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain yang berefek pada pembekuan darah. 2. TINJAUAN PUSTAKA Antikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah. Antikoagulan bertujuan agar darah tidak membeku, sehingga kondisi darah dapat dipertahankan dalam lama waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat peningkatan kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya pada thrombosis. Karena pada trombosis coroner (infark miokard), sebagian otot jantung mati akibat penyaluran darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya. Antikoagulan juga digunakan untuk p r o f i l a ksis a tau pengobatan gangguan tromboemboli. Tromboembolisme adalah formasi gumpalan (trombus) dalam pembuluh darah yang lepas dan dibawa oleh aliran darah yang kemudian akan menyumbat

description

laporan

Transcript of 183691848 143240716 Laporan Farmakologi Antikoagulan

ANTIKOAGULAN1. TUJUAN1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek toksisitas anticoagulant dan koagulansia.

2. Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain yang berefek pada pembekuan darah.

2. TINJAUAN PUSTAKAAntikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah. Antikoagulan bertujuan agar darah tidak membeku, sehingga kondisi darah dapat dipertahankan dalam lama waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat peningkatan kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya pada thrombosis. Karena pada trombosis coroner (infark miokard), sebagian otot jantung mati akibat penyaluran darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya.

Antikoagulan juga digunakan untuk profilaksis atau pengobatan gangguan tromboemboli. Tromboembolisme adalah formasi gumpalan (trombus) dalam pembuluh darah yang lepas dan dibawa oleh aliran darah yang kemudian akan menyumbat pembuluh darah lain. Gumpalan ini dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru (embolisme paru), otak (stroke), saluran pencernaan, ginjal, atau kaki. Tromboembolisme merupakan penyebab utama morbiditas (penyakit) dan mortalitas (kematian), terutama pada orang dewasa. Pengobatannya mungkin melibatkan antikoagulan (pengencer darah, misalnya warfarin), aspirin, atau vasodilator (obat yang mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah).Seperti yang telah kita ketahui bahwa antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan beberapa faktor pembekuan darah. Berikut adalah faktor- faktor untuk pembekuan darah :

I. Fibrinogen

II. Protrombin

III. Tromboplastin jaringan

IV. CaV. Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin

VII. Fakor stabil, Prokonvertin, Akselerator konversi prorombin serum(SPCA) VIII. Globulin antihemofilik (AHG), faktor A antihemofilik

IX. Faktor Christmas, Komponen tromboplastin plasma (PTC), faktor B

antihemofilik

X. Fakor Stuart-Prower

XI. Anteseden tromboplastin plasma (PTA), Faktor C antihemofilik

XII. Faktor Hageman

XIII. Fakor penstabil fibrin

HMW-K Faktor Fitzgerald, Kininogen dengan berat molekul tinggi

Pre-K Prekalikrein, Faktor Fletcher vWf Faktor von Willebrand

Secara in vitro aktivasi tromboplastin, yang akan mengubah protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa), terjadi melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme ekstrinsik dan intrinsik.

Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan (faktor III, berasal dari jaringan yang rusak) akan bereaksi dengan faktor VIIa yang dengan adanya kalsium (faktor IV) akan mengaktifkan faktor X. Faktor Xa bersama-sama faktor Va, ion kalsium dan fosfolipid trombosit akan mengubah protrombin menjadi trombin. Oleh pengaruh trombin, fibrinogen (faktor I) akan diubah menjadi fibrin monomer (faktor Ia) yang tidak stabil. Fibrin monomer, atas pengaruh faktor XIIIa akan menjadi stabil dan resisten terhadap enzim proteolitik misalnya plasmin.

Pada mekanisme intrinsik, semua faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah berada didalam darah. Pembekuan dimulai bila faktor Hageman (faktor XII) kontak dengan suatu permukaan yang bermuatan negatif, misalnya kolagen subendotel pembuluh darah yang rusak. Reaksi tersebut dipercepat dengan pembenukan kompleks antara faktor

XII, faktor Fitzgerald dan prekalikrein. Faktor XIIa selanjutnya akan mengaktivasi fakor XI, dan faktor XIa bersama ion kalsium akan mengaktivasi fakor IX. Faktor IX aktif, bersama-sama faktor VIII , X. Urutan mekanisme pembekuan darah selanjutnya sama seperti yang terjadi pada mekanisme ekstrinsik. Proses pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem antikoagulan dan fibrinolitik di dalam tubuh.

Ada dua jenis antikoagulan yaitu Antikoagulan jenis Coumadin yang biasa digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan darah (profilaksis) dan Antikoagulan trombolitik yang digunakan dalam keadaan darurat untuk melarutkan bekuan darah (pengobatan). Bekuan darah (profilaksis) adalah suatu keadaan dimana tisu darah seperti jelly yang terbentuk oleh faktor-faktor pembeku dalam darah. Bekuan ini menghentikan aliran darah dari cedera. Bekuan juga dapat terbentuk di dalam arteri ketika dinding arteri rusak oleh penumpukan aterosklerosis, mungkin menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Obat Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Tindakan tersebut diperlukan dalam transfusi darah, untuk pemeriksaan laboratorium, mencegah kecenderungan pembekuan darah dalam pembuluh darah. Secara umum obat antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. HEPARINHeparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini disintesis di dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru. Peranan fisiologik heparin belum diketahui seluruhnya, akan teapi pelepasannya ke dalam darah yang tiba-tiba pada syok anafilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam reaksi imunologik. Di laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium karena mahal harganya. Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium

heparin antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

MEKANISME KERJAHeparin berdaya seperti antitrombin. Heparin mengikat antitrombin III membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa. Sediaan heparin dengan berat molekul rendah (25000) beraktifitas antitrombin kuat dan aktifitas anti-Xa yang sedang.

Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktifasi faktor Xa dan mencegah pembekuan dengan mencegah perubahan protombin menjadi trombin. Heparin juga menginaktifasi faktof XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang stabil. Terhadap lemak darah, heparin bersifat liprotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah kedalam depot lemak. Heparin dilaporkan juga dapat menekan kecepatan sekresi aldosteron, meningkatkan kadar tiroksin bebas dalam plasma,menghambat aktifaktor fibrinolitik, menghambat penyembuhan luka, menekan imunitas selular, menekan reaksi hospes terhadap graft.

FARMAKOKINETIKHeparin tidak diberikan secara oral, karena diberikan secara SK atau IV. Pemberian

secara SK memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi efeknya tidak dapat diramalkan. Suntikan IM dapat menyebabkan terjadinya hematom yang besar pada tempat suntikan dan arbsorpsinya tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Efek antikoagulan timbul pada pemberian suntikan bolus IV dengan dosis terapi, terjadi kira- kira 20-30 mnt setelah suntikan SK. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari dosis yang digunakan. Masa paruh memendek pada pasien emboli paru dan memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Metabolit inaktif diekskresi melalui urine. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh melali urine hanya bila digunakan dosis besar IV. Penderita emboli paru memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih cepat. Heparin melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.

INDIKASI Emboli paru

Trombosis vena dalam Oklusi arteri akut Profilaksis trombo emboli vena selama operasi Ibu hamil yang memerlukan anti koagulanKONTRAINDIKASI Pasien hemofilia

Permeabilitas kapiler yang meningkat pasien hipersensitivitas heparin Endokarditis bakterial subakut

Perdarahan intra kranial Anastesi lumbal dan regional Hipertensi berat dan syok Peminum alkoholEFEK SAMPING Perdarahan

Ekimosis dan hematoma Reaksi hipersensitivitas Mialgia, nyeri tulang, dan osteoporosis pada penggunaan jangka panjang

Trombositopenia ringan yang bersifat sementarab. ANTIKOAGULAN ORALDalam golongan ini dikenal derivat 4 hidroksikumarin (misalnya: dikumarol, warfarin) dan derivat indan 1,3 dion (anisindion). Pebedaan utama antara kedua derivat tersebut terletak pada dosis,mula kerja,masa kerja,dan efek sampingnya,sedangkan mekanisme kerjannya sama.

MEKANISME KERJAAntikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X, yaitu dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam Gama karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi dihati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah

terganggu atau tidak terganggu. Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas. Respons terhadap antikoagulan oral dapat dipengaruhi oleh banyak factor misalnya supan vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan atau interaksi dengan obat lain.

FARMAKOKINETIKSemua derifat 4 hidroksikumarin dan derifat idan 1,3 dion dapat diberikan peroral

dan juga IM dan IV. Kecepatan absorbsi berbeda tiap individu,dalam darah dikumarol dan warfarin hamper seluruhnya terikat pada albumin plasma. Masa paruh kumarol sangat bergantung dosis dan berdasarkan factor genetic berbeda pada masing-masing individu. Efek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar ouncak obat dalam plasma karea diperlukan mengosongkan pembekuan darah untuk sirkulasi. Dikumarol dan warfarin mengalami hidroksilasi oleh enzim reticulum endo plasma hati menjadi bentuk tidak aktif.

INDIKASI tromboemboli thrombosis vena

infark miokard

penyakit jantung

reumatik

serangan iskemia selintas(transient ischemic attacts, TIA)

emboli paru

KONTRAINDIKASI pendarahan diskrasia darah tukak saluran cerna divertikulitis colitis endokarditis bacterial subakut

keguguran yang mengancam operasi otak dan medulla spinalis anestesi limbal defisiensi vitamin K penyakit hati dan ginjal yang beratc. ANTIKOAGULAN PENGIKAT ION KALSIUMNatrrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi, umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.

Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo.

Natrium edetat mengikat kalsium menjadi uraian kalsium menjadi suatu kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.

KOAGULANKoagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau menghentikan pendarahan. Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya: Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K. Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dan secara langsung mengumpalkan fibrinogen.

Aktifaktor protombin. Ekstrak yang mengandung aktifaktor protombin dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengan asetat . Salah satu contoh adalah Russells viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik lokal dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia; untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0.1%.

Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan lokal.

3. ALAT DAN BAHANa. Alat : - Timbangan hewan

- Stopwatch

- Alat suntik

- Beker glass

- Gunting

b. Bahan : - Vitamin K

- Asetosal

- Heparin

- NaCl

Hewan yang digunakan : Mencit

4. CARA KERJA1. Timbang hewan dan tandai.

2. Hitung dosis untuk masing-masing hewan. Untuk kelompok 1 dan 2 adalah asetosal, kelompok 3 dan 4 Vitamin K sedangkan kelompok 5 dan 6 menggunakan heparin.

3. Injeksikan hewan uji secara ip sesuai dosis dengan obat yang telah ditentukan berdasarkan kelompok masing-masing. Sedangkan untuk hewan kontrol diinjeksikan dengan menggunakan NaCl.

4. 30 menit setelah injeksi, potonglah ekor mencit dengan alat pemotong yang tajam

(gunting) kira-kira 1 cm dari ujung paling distal.

5. Setelah ekor dipotong, cepat-cepat celupkan ekor mencit ke dalam air hangat (37oC)6. Catat waktu pendarahan, mulai pada saat memotong ekor sampai darah berhenti mengalir.

7. Bandingkan waktu pendarahan antara kontrol dengan perlakuan dan antara kelompok anda dengan kelompok obat lain.

8. Bahas hasil saudara dan ambil kesimpulan.

5. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilKelompokBahan yang

diinjeksikanBB mencitVAOBleeding time

1Kontrol15 gr0,15 ml13 menit, 17 detik

Asetosal 75 mg/kg BB19 gr0,142 ml8 menit, 2 detik

2Asetosal 100 mg/kg BB20 gr0,2 ml13 menit, 26 detik

3Vit. K 0,75 mg/kg BB21 gr0,1575 ml13 menit, 27 detik

4Vit. K 1 mg/kg BB21 gr0,21 ml2 menit, 7 detik

5Heparin 750 ui/kg BB29 gr0,2175 ml10 menit, 8 detik

6Heparin 1000 ui/kg BB18 gr0,18 ml1 menit, 8 detik

Perhitungan VAO kelompok 1 Untuk kontrol :VAO = BB mencit x dosis

Konsentrasi

= 0,015 kg BB x 100 mg/kg BB

10 mg/ml

= 0,15 ml Untuk asetosal :VAO = BB mencit x dosis

Konsentrasi

= 0,019 kg BB x 75 mg/kg BB

10 mg/ml

= 0,142 ml

Gambar 1 & 2Keterangan :

Gambar 1 : adalah gambar pada mencit percobaan yang sudah dipotong ekornya, mencit ini mendapat perlakuan sebagai kontrol (hanya diinjeksikan NaCl).

Gambar 2 : adalah gambar pada mencit percobaan yang sudah dipotong ekornya, mencit ini telah disuntikkan asetosal sebelumnya.

B. PEMBAHASANPada penelitian ini digunakan 6 kelompok mencit yang masing-masingnya diberi perlakuan yang berbeda. Mencit kelompok kontrol diinjeksikan dengan NaCl sedangkan mencit kelompok lainnya disuntikkan dengan heparin, vitamin k dan asetosal dalam dosis tertentu. Pemberian obat ini berguna untuk memperpanjang atau mempersingkat waktu pendarahan. Heparin digunakan sebagai salah satunya karena merupakan antikoagulan yang sangat efektif dalam mempercepat proses aktivasi antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan darah. Onset antikoagulan heparin langsung didapatkan setelah injeksi dilakukan. Dimana heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga dapat menghentikan atau menghambat pembentukan fibrin dari fibrinogen di dalam darah. Sehingga darah sukar membeku. Dosis heparin yang diberikan masing-masing kepada mencit kelompok 5 dan kelompok 6 adalah sebesar 750 ui/kg BB dan 1000 ui/kg BB. Dosis vitamin K yang diberikan kepada masing-masing mencit pada kelompok 3 dan 4 adalah sebesar 0,75 mg/kg BB dan 1 mg/kg BB. Sedangkan untuk asetosal dosisnya masing-masing diberikan sebesar 75 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB pada kelompok 1 dan 2. Serta hewan kontrol yang berfungsi sebagai pembanding hanya diberikan NaCl. Hal ini dilakukan agar pengamatan nantinya dapat memberikan hasil yang cukup signifikan sehingga dapat dengan mudah membandingkan efek dari masing-masing obat antikoagulan maupun koagulan yang telah disuntikkan ke hewan percobaan (mencit).

Dalam penelitian ini diamati efek dari obat dalam berbagai dosis terhadap waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah hewan percobaan. Dari hasil percobaan didapatkan data yang cukup beragam pada masing-masing kelompok hewan percobaan. Hal ini diduga disebabkan oleh keseragaman individu dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain seperti keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor. Dari data terlihat bahwa waktu

pendarahan hingga darah berhenti mengalir (bleeding time) kelompok 1 yaitu kontrol adalah 13 menit, 17 detik, dan untuk asetosal dengan dosis 75 mg/kg BB adalah 8 menit, 2 detik. Dapat kita lihat bahwa terdapat perbandingan waktu (bleeding time) yang cukup besar antara kelompok mencit yang mendapat perlakuan sebagai kontrol dengan mencit yang mendapat suntikkan asetosal. Dimana lamanya bleeding time pada hewan kontrol lebih lama dibandigkan dengan hewan uji yang disuntikkan asetosal. Selisihnya yaitu kurang lebih 3 menit setelah bleeding time mencit yang diinjeksikan asetosal berhenti. Seharusnya bleeding time pada mencit yang diberikan asetosal lebih lama dibandingkan dengan kontrol, karena fungsi asetosal adalah sebagai antikoagulan yang dihambat pembekuan darahnya. Sedangkan mencit kontrol tidak mendapat perlakuan yang begitu spesifik karena hanya dinjeksikan NaCl saja, oleh karena itu pada proses pembekuan darahnya tidak terhambat dan waktu yang dibutuhkan agar darah membeku cukup cepat dibandingkan dengan kelompok asetosal.

Pada kelompok 2, bleeding time nya adalah 13 menit, 26 detik. Karena memang dosis asetosal yang diberikan kepada mencit cukup besar yaitu sebesar

100 mg/kg BB, sehingga wajar waktu pembekuan darahnya cukup lama. Sedangkan untuk vitamin k pada kelompok 3 = 13 menit, 27 detik dan kelompok

4 = 2 menit, 7 detik. Pada kelompok 4 wajar jika waktu bleeding time nya sedikit karena vitamin k memang berfungsi sebagia koagulansia (mempercepat pembekuan darah). Selain itu dosis yang diberikan pada kelompok ini juga cukup besar dibandingkan dengan kelompok 3. Namun, seharusnya kelompok 3 memiliki bleeding time yang lebih singkat lagi. Dan untuk kelompok heparin yaitu kelomok 5 dan 6 sudah bisa dikatakan sesuai dengan yang diharapkan karena semakin tinggi dosisnya maka semakin singkat pula bleeding time nya. Yaitu kelompok 5 = 10 menit, 8 detik dan kelompok 6 = 1 menit, 8 detik. Waktu perdarahan (bleeding time) diamati dengan cara memotong ekor mencit yang diperkenalkan pertama kali oleh Dttl dan Ripke (1936) dan merupakan cara yang paling umum digunakan pada percobaan farmakologi. Pada cara ini ekor mencit dipotong kurang lebih sepanjang 1 cm dan diamati waktu perdarahannya mulai

dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk bekuan darah pada luka tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan stopwatch untuk menghitung lamanya waktu perdarahan (bleeding time) untuk mengetahui tingkat keefektifan kerja dari masing-masing obat yang telah disuntikkan ke hewan percobaan.

Bleeding Time merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status fungsi trombosit, kemampuan adhesi pada jaringan subendotel dan secara lebih spesifik menunjukkan keefektifan membentuk agregasi. Bleeding Time berperan dalam fase hemostatik primer sedangkan APTT (Activated Parsial Tromboplastin Time) berperan dalam fase hemostatik sekunder.

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

Antikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan dengan tujuan untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah.

Koagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau menghentikan proses penggumpalan darah.

Heparin adalah obat yang tergolong ke dalam antikoagulan karena mekanisme kerjanya yang dapat mempercepat proses aktivasi antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan darah. Sedangkan Vitamin k tergolong ke dalam obat Koagulansia (antagonis antikoagulan) karena dapat membantu proses pembekuan darah.

Waktu perdarahan (bleeding time) merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status fungsi trombosit, dengan cara mengamati waktu perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk bekuan darah pada luka tersebut.

Pengamatan dengan cara memotong ekor mencit yang diperkenalkan pertama kali oleh Dttl dan Ripke (1936) dan merupakan cara yang paling umum digunakan pada percobaan farmakologi. Terutama pada percobaan efek antikoagulan ini.

Hasil pengamatan yang sesuai dengan yang diharapkan / berhasil adalah hasil pengamatan pada percobaan kelompok 2,4,5 dan 6. Karena efek yang ditimbulkan sesuai dengan kegunaan obat.

Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan yang apa yang diharapkan seharusnya mungkin disebabkan karena faktor dari kesalahan praktikan dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain seperti keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor pada mencit.

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi obat-obat yang digunakan dalam percobaan ini.Obat obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah aspirin, vitamin K danHeparin. Berikut ini adalah mekanisme kerja dari obat-obat tersebut:a. Aspirin/asetosal1. Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides.2. Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.3. Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen.Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).4. Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin.Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.b. HeparinEfek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III berfungsi:1. Menghambat protease factor pembekuan termasuk factor IIa (thrombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk komplek yang stabil dengan protease pembekuan.2. Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembekuaan komplek tersebut sampai 100 kali.3. Bila kompleks AT-III protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan membentuk antitrombin.c. Vitamin K1. Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati.2. Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas obat antikoagulan dan koagulan? Jelaskan alasannya.a. Dosis obatDosis obat akan diberikan sesuai dengan usia. Misalnya pada bayi yang baru dilahirkan semua enzim di hati belum terbentuk lengkap sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat. Karena itu harus diberikan obat dengan dosis yang lebih rendah agar menghindari terjadinya overdosis atau keracunan.b. Rute pemberianMisalnya pada pemberian secara oral,toksisitasnya dapat dimodifikasi oleh penambahan agen dengan bantuan atau pelambatan absorbsi bahan aktifnya.c. UmurHal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu untuk memetabolisir atau mensekresikan zat kimia adalah berbeda-beda.d. Berat badanPerbedaan berat badan sangat menentukan jumlah zat kimia yang akan diberikan berdasarkan berat badan (missal mg/kgBB).3. Jelaskan tanda-tanda atau gejala-gejala keracunan heparin, vitamin K dan asetosal.a. Keracunan heparin1. Nyeri tulang (osteoporoses)2. Reaksi hipersensitivitas, ditandai dengan menggigil, demam, shock, anafilaksis dan urtikaria.b. Keracunan Vitamin K1. Keracunan vitamin K sangat jarang terjadi kecuali bagi mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin K secara berlebih.2. Gejala keracunan vitamin K dapat berupa mual, muntah, anemia, diare dan ruam kulit.c. Keracunan Asetosal (aspirin)1. Pasien dengan keracunan ringan sering mengalami mual dan muntah, sakit perut, kelesuan, tinnitus (telinga berdengung), dan pusing.2. Gejala yang lebih signifikan terjadi pada keracunan yang lebih berat meliputi hipertermia(menggigil), takipnea (nafas cepat), alkalosis pernafasan, asidosis metabolik, hipokalemia, hipoglikemia, halusinasi, kebingungan, kejang, edema serebral, dan koma.DAFTAR PUSTAKAAnief, Mohammad. 1993. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan.

Yogyakarta : UGM Press.

Robert. 1981. Pedoman Pengobatan. Yayasan Essentia Medica. Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.