laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

23
BAB 1 PENDAHULUAN I. Tujuan Percobaan Dalam praktikum mahasiswa diharapkan: 1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, yaitu mencit dan tikus putih. 2. menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi yang diperoleh secara teoritis. 3. menghargai hewan percobaan karena perannya dalam mengungkapkan fenomena-fenomena kehidupan. II. Tinjauan Pustaka Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya. Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam

description

laporan praktikum

Transcript of laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

Page 1: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan

Dalam praktikum mahasiswa diharapkan:

1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, yaitu mencit dan

tikus putih.

2. menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi yang

diperoleh secara teoritis.

3. menghargai hewan percobaan karena perannya dalam mengungkapkan

fenomena-fenomena kehidupan.

II. Tinjauan Pustaka

Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem

tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang

meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus

ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan

bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik

penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya.

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa

terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam

ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan

pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena

itu dikatakan farmakologi  merupakan seni menimbang ( the art of

weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk

mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau

menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil,

atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan coba.

Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu

cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat.

Page 2: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium

adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik.

Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau

obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian

ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola

kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka

keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki.

Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang meng-gunakan

manusia antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan,

sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan

atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas

hewan per-cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya

menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian

biomedis.

Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Hewan Percobaan

Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa

kasih sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis

suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin,

bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana

kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat

pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan sebelumnya, suplai

oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.

3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon

hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.

Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat

mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di

samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan

Page 3: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa

bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara

pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau

bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan

digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat

kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih

dahulu.

A. Penanganan Umum Beberapa Hewan Coba

Berbeda dengan bahan kimia yang merupakan bahan mati,

percobaan dengan hewan percobaan yang hidup memerlukan perhatian

dan penanganan / perlakuan yang khusus.

1. Mencit (Mus musculus).

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak

digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk

percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik,

cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di

malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi

aktivitasnya

1.1. Cara Memegang mencit

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya

dengan tangan kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang

kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari

telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor

dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari

manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh

tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

1.2.Pemberian perlakuan terhadap hewan coba mencit

Page 4: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

a. Cara pemberian oral:

Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik

yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini

dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan

melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian

masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara

peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran

cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar.

Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan

atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan

kematian.

b. Cara pemberian intra peritoneal

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit

abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkkan dengan

membentuk sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen

dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari terkenanya

kandung kemih dan hati.

c. Cara pemberian subkutan:

Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk

dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan

di bawah kulit di antara kedua jari tersebut.

d. Cara pemberian intramuskular:

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.

e. Cara pemberian intravena:

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke

dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat

menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikan,

Page 5: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan

air hangat

2. Tikus Putih (Rattus norvegiens)

Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih

cerdas. Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah

digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung

berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu

terganggu oleh kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan

kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi

galak dan sering dapat menyerang si pemegang.

2.1. Cara Memegang Tikus

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan

memegang ekornya dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus

mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang), kemudian secara

hati–hati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah kepalanya

seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk

dicengkeram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit

kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari

tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang dengan

kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini

dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat

melakukan perlakuan.

2.2. Pemberian Perlakuan terhadap Hewan Coba Tikus

Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan,

seperti pada mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada

vena penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan percobaan.

Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit abdomen.

Page 6: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

B. Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat

berdasarkan kriteria bobot badannya di samping usianya. Farmakope

Indonesia edisi III-1979 mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan

percobaan yang digunakan dalam uji hayati.

Mencit : 17-25 gram

Kelinci : 15-20 kg

Tikus : 150-200 gram

Kucing : tidak kurang lima kg

Marmot : 300-500 gram

Merpati : 100-200 gram

C. Perhitungan Dosis VAO =

Dosis(mg /kg BB) X BB hewan(Kg)

konsentrasi obat ( mgml

)

Table perbandingan luas Permukaan Hewan percobaan untuk konversi

Hewan

dan BB

rata-rata

Menci

t 20 g

Tikus

200 g

Marmut

400 g

Kelinci

1,5 kg

Kucing

2 kg

Kera

4 Kg

Anjin

g 12

Kg

Manusia

70 Kg

Mencit

20 g 1,0 7,0 29.7 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9

Tikus

200 g 0.14 1 1.74 3.33 4.2 9.2 17.8 56

Marmut

400 g 0.08 0.57 1 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5

Kelinci 0.04 0.25 0.44 1 1.06 2.4 4.5 14.2

Page 7: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

1,5 kg

Kucing

2 kg 0.03 0.23 0.41 0.92 1 2.2 4.1 13

Kera 4

Kg 0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1 1.9 6.1

Anjing

12 Kg 0.008 0.06 0.1 0.22 0.24 0.52 1 3.1

Manusia

70 Kg 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.013 0.16 0.32 1

Page 8: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

III. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan:

- Saraung Tangan

- Suntik

Bahan yang dipakai:

- Larutan oral

- Mencit dan tikus putih

IV. Cara Kerja

A. Mencit

1. Cara memperlakukan mencit

Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan

tangan kanan. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara

telunjuk dan ibu jari. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan

kanan keantara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga

mencit cukup erang untuk dipegang. Pemberian obat dapat dimulai.

2. Cara pemberian obat :

a. Oral

Diberikan dengan menggunakan alat suntik yang dilengkapi

dengan jarum oral. Kanulla dimasukkan kedalam mulut, kemudian

perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-langit ke belakang

sampai esophagus.

b. Subkutan

Diberikan dibawah kulit pada daerah tengkuk.

c. Intravena

Penyuntikan dilakukan melalui venna ekor menggunakan jarum

nomor 24.

Page 9: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

d. Intramaskular

Menggunakan jarum nomor 24 disuntikkan kedalam otot paha.

e. Intraperitoneal

Hewan dipegang punggungnya sehingga kulit abdomeennya

menjadi tegang. Pada saat penyuntikan kepala mencit lebih rendah

dari abdomennya. Jarmm disuntikkan dengan membentuk sudut

10° dengan abdomen agak menepi dari garis tengah untuk

menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan pula terlalu

tinggi agar tidak mengenai hati.

B. Tikus

1. Cara memperlakukan tikus

Tikus diangkat daari kandangnya dengan memegang tubuh/ekor

tikus dari belakang, kedian diletakkan diatas permukaan yang

kasar. Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju

kepala dan ibu jari diselipkan kedepan untuk menjepit kaki kanan

tikus antara ibu jari dan telunjuk. Dipegang pada baagian belakang

untuk pemberian obat

2. Cara pemberian obat

Oral, subkutan, intravena, intramuscular, maupun intraperitoneal,

dapat diberikan dengan cara yang sama seperti pada mencit.

Penyuntikan subkutan dapat pula dibawah kulit abdomen atau

tengkuk.

Page 10: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

V. Hasil dan Pembahasan

- Hasil

1. Diketahui: Berat Badan mencit : 20 gram = 0.02 Kg

Dosis : 100 mg/Kg BB

Konsentrasi obat : 10 mg/mL

Ditanya: Volume Administrasi Obat ?

Penyelesaian : VAO (mL)= BB (kg) X Dosis (mg/Kg bb)

Konsentrasi obat (mg/mL)

= 0.02 Kg X 100 mg/Kg bb

10 mg/mL

= 0,2 mL

2. Diketahui: Berat Badan mencit : 20 gram = 0.02 Kg

Dosis : 100 mg/Kg BB

Konsentrasi obat : 2 mg/mL

Ditanya: Volume Administrasi Obat ?

Penyelesaian : VAO (mL)= BB (kg) X Dosis (mg/Kg bb)

Konsentrasi obat (mg/mL)

= 0.02 Kg X 100 mg/Kg bb

2 mg/mL

= 1 mL

3. Diketahui: Berat Badan mencit : 25 gram = 0.025 Kg

Dosis : 2 mg/g BB= 2 mg/0,02 kg

=100 mg/kg BB

Konsentrasi obat : 10 mg/mL

Ditanya: Volume Administrasi Obat ?

Penyelesaian : VAO (mL)= BB (kg) X Dosis (mg/Kg bb)

Konsentrasi obat (mg/mL)

= 0.025 Kg X 100 mg/Kg bb

10 mg/mL

= 0,25 ml

4. Diketahui: Berat Badan mencit : 20 gram = 0.02 Kg

Page 11: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

Dosis : 100 mg/Kg BB

VAO : Standar 1 % BB

Ditanya: konsentrasi ?

Penyelesaian : C = BB x dosis

VAO

= 0,02 Kg X 100 mg/Kg BB

0.2

= 10 mg/ml

5. Diketahui :Dosis untuk Manusia= 100mg/Kg BB

Ditanya : dosis untuk mencit ?

Penyelesaian : Dosis Absolute =100 mg/kg BB X 70

=7000 mg/70 Kg BB

Dengan mengambil factor konversi = 0.0026 dari table,maka:

Dosis untuk Mencit = 7000 mg Kg BBX 0.0026

=18,2 mg/20 gram BB

= 910 mg/Kg BB

6. Diketahui :Dosis untuk mencit = 200mg/Kg BB

Ditanya : dosis untuk manusia ?

Penyelesaian : Dosis mencit Absolute =200 mg/kg BB X 0.02 Kg

=4 mg/ Kg BB

Dengan mengambil factor konversi = 387.9 dari table,maka:

Dosis untuk Manusia = 4 mg /Kg BBX 387.9

=1551.6 mg/70 Kg BB

=88.66 mg/Kg BB

7. Diketahui :Dosis untuk manusia = 1000mg/70Kg BB

Ditanya : a. dosis untuk mencit ?

b. dosis untuk mencit ke tikus ?

c. dari mencit ke mencit 25 gram ?

Penyelesaian :

Page 12: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

a. Dosis mencit =1000 mg/70kg BB X 0.0026

= 2.6 mg/20 g

=130 mg/Kg BB

b. Dosis ke tikus = 2.6 mg/20 g X 7.0 = 18.2 mg/200 g

c. Ke mencit 25 g = 25 X 2.6 mg

20

= 3.25 mg /25 g

= 130 mg/Kg BB

8. Diketahui :Dosis untuk manusia = 500mg/50 Kg BB= 700

mg/70 Kg

Ditanya : dosis untuk mencit 25 g ?

Penyelesaian : Dosis manusia Absolute = 700mg/70kg BB

Dengan mengambil factor konversi = 0.0026 dari table,maka:

Dosis untuk Mencit 20 g = 700 mg /Kg BBX 0.0026

=1.82 mg/ 20 g

Untuk mencit 25 g = 1.82 mg X 25 g =2.275 mg/25 g = 91 mg

/KgBB 20

- Pembahasan

Mencit dan tikus putih adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.

Percobaan kali ini adalah membahas tentang bagaimana cara penanganan hewan coba sebelum kita melakukan pemberian obat terhadap hewan coba maka dari itu kita harus mengetahui bagaimana cara penanganan hewan coba yang baik dan benar terlebih dahulu.

Page 13: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

VI. Kesimpulan

Kesimpulan dari pratikum kali ini adalah :

1. Mencit dan tikus adalah hewan yang secara fisiologi hampir

menyerupai dengan manusia dan hewan mamalia lainnya sehingga

memungkinkan untuk dijdikan hewan percobaan.

2. Tikus dapat dipegang dengan cara memegang ekornya dengan

menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar

(kawat kandang), kemudian secara hati–hati luncurkan tangan kiri dari

belakang ke arah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari,

kulit tengkuk dicengkeram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk

menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara

jari tengah dan jari manis.

3. Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan

tangan kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang kasar

(kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk

menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor dipindahkan

dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri

4. Beberapa cara atau rute pemberian obat, yaitu : oral, subkutan,

intravena, intramaskular,intraperitoneal.

5. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis

kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

VII. Jawaban pertanyaan-pertanyaan

Page 14: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

Pertanyaan :

1. Sebutkan keuntungan dan kerugian pemakaian masing-masing hewan percobaan!

2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam eksperimen laboratories, mengapa?

3. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan untuk suatu penelitian laboratories yang bersifat krining ataupun suatu efek khusus?

4. Kemukakan tiga factor lain yang dapat memodifikasi respon hewna percobaan terhadap obat dengan memberikan cnth-contoh!

5. Bagaimana secara teoritis atau praktis pengaruh faktor-faktor tersebut turut doperhatikan ketika memberikan obat kepada seserang?

Jawaban :

1. Keuntungan

Mencit Tikus

Mudah ditangani Mudah ditangani

Mudah dikembangbiakan

Mudah dikembangbiakan

Mudah dipelihara Mudah dipelihara

Reaksi obat yang digunakan kebadannya cepat terlihat

Reaksi obat yang digunakan ke badannya cepat terlihat

Kerugian

Mencit Tikus

Aktivitas terganggu bila ada manusia

Lebih resisten terhadap infeksi

Untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena

Galak

Page 15: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

ukurannya yang kecil

2. Karena mencit memiliki kesamaan secara fisiologis dengan manusia maupun hewan lainnya, seperti hewan mamalia sehingga cocok digunakan sebagai hewan penelitian. Selain itu mudah dalam penanganan, siklus hidup pendek, pengadaan hewan yang tidak sulit, dan pola reproduksi mencit yang singkat.

3. -Mudah untuk dipelihara

-Menggunakan hewan yang dapat bereproduksi secara cepat dan banyak.

-Perhitungan dewasa kelamin harus tepat

-Tingkat kematian hewan rendah

-Jumlah konsumsi pakan dan minum

-Memperhatikan umur penyapihan

-Memperhatikna rasio kawin

4. Dosis, konsentrasi, dan takaran pemakain

Contohnya benzodiazepine, yang diberikan dengan maksud untuk efek antiansietas atau hipnotik-sedatifs. Jika dosis, konsentrasi atau takaran pemakain tidak diberikan secara tepat atau bahkan melebihi yang ditentukan dapat menunjukkan reaksi paradoksal seperti, perilaku agresif dan hiperaktif.

Kloramfenikol yang diberikan untuk penceegahan infeksi, dalam dosis atau tkaran yang berlebih dapat menyebabkan keracunan fatal akibat belum aktifnya enzim-enzim dihati sehingga bersifat toksik.

5. Jika dosis, konsentrasi dan takaran pemakaian tidak diberikan secara tepat dan sesuai prosedur kepada seseorang, maka efek terapi obat tidak akan tercapai. Bahkan jika itu diberikan melewati batas yang ditentukan bisa menyebabkan efek toksivitas terhadap seseorang. Jadi salah satu factor tersebut harus diperhatikan ketika memberikan obat kepada seseorang.

Page 16: laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN

VIII. Daftar Pustaka

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi,IV, Depkes RI, Jakarta, hal.

Ansel, Howard.C., 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta,hal.

Katzung, Bertram. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta, hal.

Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/search/label/Farmakologi%20Klinik