2. 1. LP Ca COlon
-
Upload
lutfi-novida -
Category
Documents
-
view
114 -
download
5
Transcript of 2. 1. LP Ca COlon
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN CA COLON
Disusun oleh :NETTY HERAWATINIM. ...........................
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2012
A. Pengertian
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada
tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,
2008 : 268). Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72). Kanker
kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah
pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
B. Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,
buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber
protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi
karsinoma.
c. Kondisi ulserative
Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma
kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang
orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).
C. Patofisiologi kanker kolon
1. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri" (http://id.wikipedia.org).
Gambar : usus halus dan usus besar
2. Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk
polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat
diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang
relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat
terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335)
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul
dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam
sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon
dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke
system portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan
Tumbuh lambat Tumbuh cepat / membelah diri
Memisahkan sel tumor dengan jaringan sehat (tidak meng-
invasi/bermetastasis)
Meng-invasi jaringan biologis lainnya dan atau
bermetastasis
Tumbuh secara serempak, membentuk simpai (jaringan pembungkus), berbatas tegas
Merusak DNA
Tidak merusak DNA
Tidak bermutasi ke gen vital
di vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya.
kerusakan alat tubuh dan penurunan fungsi tubuh
Dapat dikeluarkan dengan cara operasi
pertumbuhan sel yang tidak ganas/adenoma
Stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
Tumor bersifat jinak Tumor bersifat ganas
lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,
serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).
Patways Carsinoma Colon
Tumbuh / berkembangnya sel tumor
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC : Jakarta.
Pertumbuhan tidak teratur, tidak berbatas tegas
D. Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut
(FKUI, 2001 : 209) :
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : Kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening
sebanyak satu sampai empat buah.
C2 :kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih
dari 5 buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.
E. Manifestasi Klinis kanker kolon
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi,
karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan
sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes
Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang
terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon
kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin
mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada
epigastrium.
Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan
obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun
darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan
darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks
saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau
perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses
berdarah (Gale, 2000).
F. Stadium Klinis
Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).
TIST1T2T3T4NM
Carcinoma in situ Belum mengenai otot dinding, polipoid/papilerSudah mengenai otot dindingSemua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitarSama dengan T3 dengan fistulaLimfonodus terkenaAda metastasis
G. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan penunjang
a. Endoskopi : pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik
sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b. Radiologis. Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain
adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan
untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
c. Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada
kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker
ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d. Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis.
Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan
perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa
kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
2. Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk
tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi
tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter
bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat
yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi
tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak
daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh
kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat
masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker
yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis.
Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu
macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih
bagus (FKUI, 2001 : 211).
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi
tentang perasaan lelah: adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya
(lokasi,frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola
eliminasiterdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi
feses,mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup
riwaya tmasa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip
kolorektal; danterapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup
masukan lemak danserat serta jumlah komsumsi alkohol. Riwayat penurunan
berat badan adalah penting
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising
ususdan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa
padat.Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah
2. Diagnosa keperawatan utama
Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan
seperti dibawah ini:
a. Resiko tinggi terhadap luka b.d efek dari tumor dan kemungkinan
metastase.
b. Ketidakefektifan koping individu b.d gangguan konsep diri.
Diagnosa keperawatan tambahan
a. Nyeri b.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan
organ yang lainnya.
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan.
c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi b.d gangguan pada peran,
perubahangaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.
d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d program diagnosa.
e. Ketakutan proses penyakit
f. Ketidakberdayaan b.d penyakit yang mengancam kehidupan dan
pengobatannya.
g. Gangguan pola sexual b.d gangguan konsep diri.
3. INTERVENSI/IMPLEMENTASI
a. Tujuan
Tujuan utama dapat mencakup
1) Eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat
2) Reduksi / penghilangan nyeri
3) Peningkatan toleransi aktivitas
4) Mendapatkan tingkat nutrisi optimal mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolik
5) Penurunan ansietas; memahamitentang diagnosis
6) Prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang
7) Mempertahankan penyembuhan jaringan optimal
8) Perlindungan kulit periostomal yangadekuat; penggalian dan
pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi
dan pengaruhnya pada diri sendiri;
b. Intervensi Keperawatan PraOperatif
1) Mempertahankan eliminasi
Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau
Laksatif dan enema diberikan sesuai resep
Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi
total disiapkan untuk mejalani pembedahan.
2) Menghilangkan Nyeri
Analgesic diberikan sesuai resep
Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mematikan TVatau radio, dan membatasi pengunjung dan
telepon bila diinginkan oleh pasien
Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi,
gosokan punggung, dan teknik relaksasi
3) Meningkatkan Toleransi Aktivitas
Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah
baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn
pasien.
Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien
menderita anemia berat.
Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum
dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus
diikuti
Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.
4) Memberikan Tindakan Nutrisional
Bila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein,
karbohidrat serta rendah residu diberikan pada pra op selama
bberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan
meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic berlebih.
Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan
nutrient, vitamin danmineral.
Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila
terdapat penurunan BB pada saat menerima nutrisi parenteral.
5) Mempertahankan Keseimbangan Cairan & Elektrolit
Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan
menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan
Batasi masukan maknan oral dan cairan untuk mencegah
muntah.
Berikan antiemetik sesuai indikasi
Pasang selang nasogastrik pada periode pra op untuk
mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen
Pasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap
jam. Haluaran kurang dari30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi
cairan intravena dapat disesuaikan.
Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit, terutama kadar serum
untuk mendeteksihipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi
akibat kehilangan cairan gastrointestinal
Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi
dan penurunan jumlahdenyut.
Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa
kering, urine pekat, serta peningkatan berat jenis urine
dilaporakan.
6) Menurunkan Ansietas
Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang
digunakan
Upaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila
diinginkan dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi.
Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau
pertanyaan yang diajukar oleh pasien.
Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien
menginginkannya, dengan dokter bila pasien mengharapkan
diskusi pengobatan atau prognosis.
Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien
mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.
Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus
mengutamakan relaksasi dan perilaku empati.
Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami.
Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu.
Kadang–kadang kecemasan berkurang, bila pasien mengetahui
persiapan fisik yang diperlukan selama periode pra opdan
mengetahui kemungkinan post op. beberapa pasien akan lebih
senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil pemeriksaan,
sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.
7) Mencegah Infeksi
Berikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ),
eritromisin (Erythromycin), dan Neomisin Sulfat sesuai resep,
untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka
persiapan pembedahan usus.
Preparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan bakteri
kolondan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi
kolon.Selian itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau
irigasi kolon.
8) Pendidikan Pasien Pra Operatif
Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis,
prosedur bedah, dan tingkatfungsi yang diinginkan pasca op.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk
pembedahan, penampilandan perawatan yang diharapkan dari
luka pasca op, teknik perawatan kolostomi, pembatasan diet,
control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam
materi penyuluhan.
c. Intervensi Keperawatan Pasca Operatif
1) Perawatan Luka
Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama,
untuk meyakinkan bahwaluka akan sembuh tanpa komplikasi
( infeksi, dehidens, emoragik, edema berlebihan ).
Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi.
Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan
napas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya
proses infeksi
Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi
bedah adalah normal ),warna ( stoma sehat adalah mera jambu ),
rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalahnormal ), dan
perdarahan ( tanda abnormal ).
Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk
mencegah iritasi, berikan pelindung kulit sebelum meletakkan
kantung drainase.
Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka
diobservasi dengan cermatuntuk tanda hemoragik. Luka dapat
mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap.
Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa
minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi mekanis luka
atau rendam duduk yang dilakukan dua atautiga kali sehari.
Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan,
infeksi atau nekrosis.
2) Citra Tubuh Positif
Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah yang dialami
serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah
dibuat).
Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi dan pasien sudah
harus ulai untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan
sehari – hari.
Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien serta berikan
dukungan dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap
perubahan yang terjadi akibat pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Boyle P, Langman, J.S. 2000. ABC of colorectal cancer. Epidemiology. BMJ :
GLOBOCAN.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine ; 64 manifestasi klinis dan 146 penyakit
medis. Erlangga : Jakarta.
Effendi, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2002. Cancer Incidence, Mortality and
Prevalence. IARCPress : GLOBOCAN.
Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2004. Worldwide IARC Cancer Base
No. 5. version 2.0. IARCPress : Lyon.
FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II Ed 3. FKUI : Jakarta.
FKUI. 2008. Kamus Kedokteran, Ed. 5. FKUI : Jakarta.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC:Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Usus_besar Juni 2008 anatomi fisiologi usus.
http://www.roche.co.id/bahasa/disease/disease_colorectal_cancer_id.htm Juni 2008
kanker kolorektal.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC : Jakarta.
Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC, Ed.7. EGC : Jakarta.