2. 1. LP Ca COlon

25
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON Disusun oleh : NETTY HERAWATI NIM. ...........................

Transcript of 2. 1. LP Ca COlon

Page 1: 2. 1. LP Ca COlon

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN CA COLON

Disusun oleh :NETTY HERAWATINIM. ...........................

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, 2012

Page 2: 2. 1. LP Ca COlon

A. Pengertian

Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada

tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,

2008 : 268). Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel

yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis

lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan

(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan

yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen

vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma

yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72). Kanker

kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan

usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah

pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi

jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon

adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan

jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B. Etiologi

Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :

1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,

buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber

protein hewani.

2. Kelainan kolon

a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi

karsinoma.

c. Kondisi ulserative

Page 3: 2. 1. LP Ca COlon

Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma

kolon.

3. Genetik

Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon

mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang

orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).

C. Patofisiologi kanker kolon

1. Anatomi Fisiologi Kolon

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon

melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan

rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang

sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering

disebut dengan "kolon kiri" (http://id.wikipedia.org).

Gambar : usus halus dan usus besar

2. Patologi

Page 4: 2. 1. LP Ca COlon

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang

tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk

polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat

diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak

menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang

relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat

terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335)

Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul

dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi

ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam

sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan

menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon

dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam

kandung kemih.

b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke

system portal.

d. Penyebaran secara transperitoneal

e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan

Page 5: 2. 1. LP Ca COlon

Tumbuh lambat Tumbuh cepat / membelah diri

Memisahkan sel tumor dengan jaringan sehat (tidak meng-

invasi/bermetastasis)

Meng-invasi jaringan biologis lainnya dan atau

bermetastasis

Tumbuh secara serempak, membentuk simpai (jaringan pembungkus), berbatas tegas

Merusak DNA

Tidak merusak DNA

Tidak bermutasi ke gen vital

di vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi

lainnya.

kerusakan alat tubuh dan penurunan fungsi tubuh

Dapat dikeluarkan dengan cara operasi

pertumbuhan sel yang tidak ganas/adenoma

Stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

Tumor bersifat jinak Tumor bersifat ganas

lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta

perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,

serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Patways Carsinoma Colon

Tumbuh / berkembangnya sel tumor

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC : Jakarta.

Pertumbuhan tidak teratur, tidak berbatas tegas

Page 6: 2. 1. LP Ca COlon

D. Klasifikasi

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut

(FKUI, 2001 : 209) :

A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1 : Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2 : Kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening

sebanyak satu sampai empat buah.

C2 :kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih

dari 5 buah.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan

penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

E. Manifestasi Klinis kanker kolon

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi

segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah

pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan

perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap

tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi,

karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan

sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes

Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang

terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon

kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin

mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada

epigastrium.

Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi

sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering

Page 7: 2. 1. LP Ca COlon

terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan

obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun

darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan

darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks

saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau

perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau

sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.

Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang

tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses

berdarah (Gale, 2000).

F. Stadium Klinis

Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN

(Tambayong, 2000 : 143).

TIST1T2T3T4NM

Carcinoma in situ Belum mengenai otot dinding, polipoid/papilerSudah mengenai otot dindingSemua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitarSama dengan T3 dengan fistulaLimfonodus terkenaAda metastasis

G. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Medis

1. Pemeriksaan penunjang

a. Endoskopi : pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik

sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.

b. Radiologis. Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain

adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan

untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.

Page 8: 2. 1. LP Ca COlon

c. Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada

kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker

ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

d. Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis.

Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan

perlu ditentukan diferensiansi sel.

e. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa

kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

2. Penatalaksanaan Medis

Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah

sebagai berikut :

a. Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk

tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi

tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter

bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat

yang mengelilingi sekitar kanker.

b. Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi

tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak

daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh

kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,

antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.

Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan

kehilangan nafsu makan.

c. kemotherapy

Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat

masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker

Page 9: 2. 1. LP Ca COlon

yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis.

Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu

macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih

bagus (FKUI, 2001 : 211).

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi

tentang perasaan lelah: adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya

(lokasi,frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola

eliminasiterdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi

feses,mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup

riwaya tmasa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip

kolorektal; danterapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup

masukan lemak danserat serta jumlah komsumsi alkohol. Riwayat penurunan

berat badan adalah penting

Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising

ususdan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa

padat.Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah

2. Diagnosa keperawatan utama

Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan

seperti dibawah ini:

a. Resiko tinggi terhadap luka b.d efek dari tumor dan kemungkinan

metastase.

b. Ketidakefektifan koping individu b.d gangguan konsep diri.

Diagnosa keperawatan tambahan

Page 10: 2. 1. LP Ca COlon

a. Nyeri b.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan

organ yang lainnya.

b. Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pengetahuan tentang

proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan.

c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi b.d gangguan pada peran,

perubahangaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.

d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d program diagnosa.

e. Ketakutan proses penyakit

f. Ketidakberdayaan b.d penyakit yang mengancam kehidupan dan

pengobatannya.

g. Gangguan pola sexual b.d gangguan konsep diri.

3. INTERVENSI/IMPLEMENTASI

a. Tujuan

Tujuan utama dapat mencakup

1) Eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat

2) Reduksi / penghilangan nyeri

3) Peningkatan toleransi aktivitas

4) Mendapatkan tingkat nutrisi optimal mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolik

5) Penurunan ansietas; memahamitentang diagnosis

6) Prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang

7) Mempertahankan penyembuhan jaringan optimal

8) Perlindungan kulit periostomal yangadekuat; penggalian dan

pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi

dan pengaruhnya pada diri sendiri;

b. Intervensi Keperawatan PraOperatif 

Page 11: 2. 1. LP Ca COlon

1) Mempertahankan eliminasi

Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau

Laksatif dan enema diberikan sesuai resep

Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi

total disiapkan untuk mejalani pembedahan.

2) Menghilangkan Nyeri

Analgesic diberikan sesuai resep

Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan

lampu, mematikan TVatau radio, dan membatasi pengunjung dan

telepon bila diinginkan oleh pasien

Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi,

gosokan punggung, dan teknik relaksasi

3) Meningkatkan Toleransi Aktivitas

Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien

Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah

baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn

pasien.

Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien

menderita anemia berat.

Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum

dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus

diikuti

Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.

4) Memberikan Tindakan Nutrisional

Page 12: 2. 1. LP Ca COlon

Bila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein,

karbohidrat serta rendah residu diberikan pada pra op selama

bberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan

meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic berlebih.

Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan

nutrient, vitamin danmineral.

Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila

terdapat penurunan BB pada saat menerima nutrisi parenteral.

5) Mempertahankan Keseimbangan Cairan & Elektrolit

Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan

menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan

Batasi masukan maknan oral dan cairan untuk mencegah

muntah.

Berikan antiemetik sesuai indikasi

Pasang selang nasogastrik pada periode pra op untuk

mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen

Pasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap

jam. Haluaran kurang dari30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi

cairan intravena dapat disesuaikan.

Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit, terutama kadar serum

untuk mendeteksihipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi

akibat kehilangan cairan gastrointestinal

Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi

dan penurunan jumlahdenyut.

Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa

kering, urine pekat, serta peningkatan berat jenis urine

dilaporakan.

Page 13: 2. 1. LP Ca COlon

6) Menurunkan Ansietas

Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang

digunakan

Upaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila

diinginkan dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi.

Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau

pertanyaan yang diajukar oleh pasien.

Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien

menginginkannya, dengan dokter bila pasien mengharapkan

diskusi pengobatan atau prognosis.

Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien

mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.

Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus

mengutamakan relaksasi dan perilaku empati.

Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa

yang mudah dipahami.

Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu.

Kadang–kadang kecemasan berkurang, bila pasien mengetahui

persiapan fisik yang diperlukan selama periode pra opdan

mengetahui kemungkinan post op. beberapa pasien akan lebih

senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil pemeriksaan,

sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.

7) Mencegah Infeksi

Berikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ),

eritromisin (Erythromycin), dan Neomisin Sulfat sesuai resep,

untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka

persiapan pembedahan usus.

Page 14: 2. 1. LP Ca COlon

Preparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan bakteri

kolondan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi

kolon.Selian itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau

irigasi kolon.

8) Pendidikan Pasien Pra Operatif 

Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis,

prosedur bedah, dan tingkatfungsi yang diinginkan pasca op.

Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk

pembedahan, penampilandan perawatan yang diharapkan dari

luka pasca op, teknik perawatan kolostomi, pembatasan diet,

control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam

materi penyuluhan.

c. Intervensi Keperawatan Pasca Operatif 

1) Perawatan Luka

Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama,

untuk meyakinkan bahwaluka akan sembuh tanpa komplikasi

( infeksi, dehidens, emoragik, edema berlebihan ).

Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi.

Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan

napas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.

Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya

proses infeksi 

Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi

bedah adalah normal ),warna ( stoma sehat adalah mera jambu ),

rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalahnormal ), dan

perdarahan ( tanda abnormal ).

Page 15: 2. 1. LP Ca COlon

Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk

mencegah iritasi, berikan pelindung kulit sebelum meletakkan

kantung drainase.

Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka

diobservasi dengan cermatuntuk tanda hemoragik. Luka dapat

mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap.

Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa

minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi mekanis luka

atau rendam duduk yang dilakukan dua atautiga kali sehari.

Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan,

infeksi atau nekrosis.

2) Citra Tubuh Positif 

Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah yang dialami

serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah

dibuat).

Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi dan pasien sudah

harus ulai untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan

sehari – hari.

Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien serta berikan

dukungan dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap

perubahan yang terjadi akibat pembedahan

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Page 16: 2. 1. LP Ca COlon

Boyle P, Langman, J.S. 2000. ABC of colorectal cancer. Epidemiology. BMJ :

GLOBOCAN.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine ; 64 manifestasi klinis dan 146 penyakit

medis. Erlangga : Jakarta.

Effendi, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2002. Cancer Incidence, Mortality and

Prevalence. IARCPress : GLOBOCAN.

Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2004. Worldwide IARC Cancer Base

No. 5. version 2.0. IARCPress : Lyon.

FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II Ed 3. FKUI : Jakarta.

FKUI. 2008. Kamus Kedokteran, Ed. 5. FKUI : Jakarta.

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.

EGC:Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Usus_besar Juni 2008 anatomi fisiologi usus.

http://www.roche.co.id/bahasa/disease/disease_colorectal_cancer_id.htm Juni 2008

kanker kolorektal.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC : Jakarta.

Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria hasil NOC, Ed.7. EGC : Jakarta.