LP Colon Eta

21

Click here to load reader

Transcript of LP Colon Eta

Page 1: LP Colon Eta

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KANKER COLON DI RUANG MAWAR

RSD Dr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh Mifta Dwi Imaniah, S.Kep.

082311101040

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER2014

Page 2: LP Colon Eta

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER COLON

Oleh : Mifta Dwi Imaniah, S. Kep.

A. Teori tentang penyakit

1. Pengertian

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang

tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki

keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma

ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (Sylvia A Price, 2005).

Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh

pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000).

Kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus

besar (kolon) atau rektum. Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor

yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon

(usus besar). (Brooker, 2001). Lokasi tersering timbulnya kanker kolon

adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu

penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan

produksi feces.

2. Etiologi

Terdapat 3 etiologi utama kanker kolon (Davey, 2006) yaitu :

a. Diet : Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada

usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada

perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.

Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah,

menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya

kanker di dalam usus besar.  Diet dengan karbohidrat murni yang

mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu

peredaran dlam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang

mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan.

Page 3: LP Colon Eta

b. Kelainan kolon

1. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

2. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna

menjadi karsinoma.

3. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai

risiko terkena karsinoma kolon.

c. Genetik

Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon

mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang

orangtuanya sehat (FKUI, 2001).

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan

waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor

kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer

Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.

Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :

a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Darah dalam feses

c. Riwayat polip rektal atau polip kolon

d. Adanya polip adematosa atau adenoma villus

e. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam

keluarga

f. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis

g. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

3. Patofisiologi

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak

ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel

yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan

mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan

gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan

Page 4: LP Colon Eta

pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada

semua bagian dari usus besar (Davey, 2006). Kanker kolon dan rektum

terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai

sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak

jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat

terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling

sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam

kandung kemih.

b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke

system portal.

d. Penyebaran secara transperitoneal

e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan

kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus

dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.

Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya

metastase pada jaringan lain (Gale, 2000)

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)

diantaranya:

a. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan

dinding usus besar (lapisan mukosa).

b. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di

bawah lapisan mukosa.

c. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe

yang banyak terdapat di sekitar usus.

d. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar

limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

Page 5: LP Colon Eta

4. Tanda dan gejala

Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi

segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi,

darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses,

tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum

terjadi.

a. Kanker kolon kanan

Isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium

lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen

usus besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering

terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes

Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus

jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus,

tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium

awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada

abdomen, dan kadang-kadang pada epigatrium.

b. Kanker kolon kiri dan rectum

Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan

respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.

Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan

obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun

darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena

kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat

mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan

gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang

bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai

akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat

timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap

setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

Page 6: LP Colon Eta

5. Komplikasi

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau

lengkap.

b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan

penyebaran langsung.

c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah

sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.

d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

f. Pembentukan abses

6. Klasifikasi

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai

berikut:

A         : Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1       : Kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2 : Kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan

propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening

sebanyak satu sampai empat buah

C2       : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening

lebih dari lima buah.

D         : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan

penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.

Page 7: LP Colon Eta

Stadium Klinis

Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN

STADIUM TINGKAT PENYEBARANTIS Carsinoma in situT1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papilerT2 Sudah mengenai otot dindingT3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke

sekitarT4 Sama dengan T3 dengan fistulaN Limfonodus terkenaM Ada metastasis

7. Pemeriksaan khusus dan penunjang

a. Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun

kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat

dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis

perlu dilakukan biopsi.

b. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto

dada dan foto kolon (barium enema).

c. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas

keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin

menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi

pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan

tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum

dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.

d. Computer Tomografi (CT)

Membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest

X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh

yang sudah metastasis.

e. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya

metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan

Page 8: LP Colon Eta

tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling

defect pada suatu tempat atau suatu striktura.

f. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis

kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.

g. Histopatologi

Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa

tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.

Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma,

dan perlu ditentukan differensiasi sel.

h. Laboratorium

Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun

demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa

Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.

Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma

kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa

digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab

ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium

III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa

tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.

i. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk

tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada

pengobatan.

j. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding

dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-

sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

k. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat

menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah

putih: trombosit meningkat atau berkurang.

Page 9: LP Colon Eta

8. Penatalaksanaan

a. Pembedahan (operasi)

Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor

yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi  tidak

menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter

bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat

yang mengelilingi sekitar kanker.

b. Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi

misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak

daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh

kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat,

antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel

darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan

kehilangan nafsu makan.

c. Kemotherapy

Chemotherapy memakai obat anikanker  yang kuat, dapat masuk ke

dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah

menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di

injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,

karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.

d. Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang

dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke

dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau

permanen.

Page 10: LP Colon Eta

B. Clinical Pathway

Page 11: LP Colon Eta

C. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf lokal

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan supresi jaringan kulit

D. Perencanaan keperawatan (tujuan, kriteria hasil, intervensi,

rasional)

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan rasa

nyaman: Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf lokal

NOC : Perilaku Mengendalikan NyeriTujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima pasienKriteria hasil :a. Tidak

menunjukkan tanda-tanda nyeri

a. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima

NIC : Menejemen NyeriIntervensi :

1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal lampu ruangan redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).

2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek samping.

3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu mengatasi nyeri.

4. Gunakan strategi yang dikenal pasien atau gambarkan beberapa strategi dan biarkan pasien memilih.

5. Libatkan keluarga dalam pemilihan strategi

6. Ajarkan pasien untuk menggunakan strategi non farmakologi sebelum terjadi nyeri

1. Meminimalkan rasa nyeri yang dirasakan pasien

2. Mengurangi rasa nyeri

3. Mengurangi rasa nyeri

4. Pasien bisa mimilih teknik yang tepat untuk mengurangi nyeri

5. Dukungan keluarga dapat memotivasi pasien

6. Mengantisipasi nyeri yang berulang

Page 12: LP Colon Eta

atau sebelum menjadi lebih berat.

2 Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan kesadaran

NOC :Nutritional Status : Food and Fluid IntakeKriteria Hasil :1. Adanya

peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :Nutrition Management1. Pasang pipa lambung

sesuai indikasi, periksa posisi pipa lambung setiap akan memberikan makanan

2. Tinggikan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat

3. Catat makanan yang masuk

4. Kaji cairan gaster, muntahan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet yang sesuai dengan kondisi pasien

1. Memenuhi kebuthan nutrisi pasien

2. Untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan aspirasi

3. Mengetahui jumlah intake harian pasien

4. Mengetahui adanya tidaknya perdarahan gastrointestinal

5. Memenuhi kebutuhan nutrisi harian pasien

3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan:NOCActivity Tolerance Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien dapat berpartisipasi dalam kegitan fisik

Kriteria Hasil:1. Berpartisipasi

dalam kegiatan fisik

2. Mengungkapkan keinginan untuk beraktivitas

3. Tanda vital

NIC: Activity Therapy1. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

2. Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik

3. Bantu mengidentifikasi untuk mendapatkan sumber yang diperlukan ketika beristirahat

4. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri

1. aktivitas yang mudah dilakukan yang tidak membebani jantung

2. aktivitas yang yang tidak membebani jantung

3. memudahkan untuk mendapatkan sumber selama aktivitas

4. meningkatkan percaya diri pasien

5. mengetahui

Page 13: LP Colon Eta

normal 5. Monitor respon fisik selam beraktivitas.

adanya tanda tanda itoleransi aktivitas

4 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

NOC : Pengenalian ResikoTujuan : Pasien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien.Kriteria hasil :Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

NIC : Pengendalian Infeksi

1. Pantau tanda / gejala infeksi

2. Rawat luka operasi dengan teknik steril

3. Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung

4. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

1. Mencegah terjadinya infeksi

2. Mencegah invasi mikroorganisme

3. Mencegah inos4. Mencegah inos

Page 14: LP Colon Eta

Referensi:

Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US:

ELSEVIER 2004 Nursing Intervention Classificatio (NIC)

US:ELSEVIER

Brunner and Suddart .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC

Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009 -

2011 Jakarta:EGC

Marylinn E. Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC. Jakarta,

1999.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995,Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat.R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah .Jakarta : EGC