Post on 21-Apr-2023
M A K A LA H
PENGERTIAN FILSAFAT DAN MAKNA PENDIDIKANMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“ FILSAFAT PENDIDIKAN ”
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I.
Oleh :
Edi Purwanto (2013471884)Suratman (2013471959)
Jurusan PAI / IV – A
Kelompok II
PROGRAM MADIN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)TULUNGAGUNGMaret 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nyatiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya.Atas rahmat dan pertolongan Allah, kami mampumenyelesaikan penyusunan makalah tentang “ PengertianFilsafat dan Makna Pendidikan “
Makalah tersebut kami susun dengan maksud sebagaibahan presentasi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan danmenjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahamanterhadap materi tersebut.
Harapan kami, semoga setelah penyusunan makalahini selesai kami semakin memahami tentang Arti Filsafatdan Makna Pendidikan
Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmuyang berharga dalam penyusunan makalah ini. Kami sangatberterima kasih kepada semua pihak yang telah membantudalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag selaku Ketua STAIM
Tulungagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M. Pd.I selaku Dosen Pengampu
“ Filsafat Pendidikan “ yang telah memberikan
pengarahan terkait penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekan STAIM yang senantiasa memberikan
motivasi agar tugas ini dapat terselesaikan sesuai
waktu yang ditentukan.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaatkhususnya bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagiseluruh pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itukami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingandari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yangakan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami.Akhirnya kami mohon maaf atas segala kekurangan.
Tulungagung,23 Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR .........................................................................................
i
DAFTARISI ...................................................
...................................................
ii
BAB IPENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Rumusan
Masalah ............................................
...................................... 1
B. Tujuan
Masalah ............................................
.......................................... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 2
A. PENGERTIANFILSAFAT..............................................…………….. 2
1. ArtiFilsafat..........................................................…………………….. 2
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN..................…………………………... 5
1. MaknaPendidikan.............................................
.................................. 6
C. HUBUNGAN FILSAFAT DANPENDIDIKAN................................. 6
BAB III PENUTUP........ ……………………………………………………….. 9
Kesimpulan .........................................
....................................................
...... 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1998, menjelaskanbahwa tujuan Pendidikan Nasional yaitu untukmeningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitumanusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,ber-etos kerja, 5rofessional, bertanggung jawab danproduktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikanjuga harus menumbuhkan jiwa patriorisme danmempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkansemangat kebangsaan.
Namun dalam kenyataan akhir-akhir ini,banyak sekali kejadian-kejadian yang timbul akibatdari robohnya system pendidikan di Indonesia. Banyaksekali kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh parapelaku pendidikan itu sendiri. Yaitu Pemerintah,peserta didik dan yang terpenting adalah pendidik itusendiri. Itu dikarenakan banyak kalangan yang belummemahami secara mendalam hakikat pendidikan dan jugabelum memahami cara berfikir filsafat,
Kita ketahui bersama bahwa antara pendidikandan juga filsafat sangatlah erat hubungannya. Secaraqodrati manusia sejak lahir sudah bisa berfikir. Dancara berfikir inilah yang sebenarnya menjadipermulaan sesorang mencari hakikat suatu kabijaksaan.Dan kemudian berkembanglah menjadi suatu pemikiranyang mendalam pada suatu fenomena, yang kemudianmenjadi sebuah teori dan pada akhirnya hasil daripemikiran ituberbuah sebagai dasar dari pemikiranorang lain di kemudian hari. Sehingga dari sinipenulis mencoba menggali arti dan makna pendidikandan filsafat serta mencari hubungan korelasi darifilsafat dan pendidikan.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti Filsafat ?
2. Apakah makna Pendidikan ?
3. Apakah ada hubungan antaraFilsafat danPendidikan ?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami arti Filsafat.
2. Mengerti Makna Pendidikan.
3. Mengetahui hubungan antara Filsafat danPendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya?Demikianlah pertanyaan pertama. yang kita hadapitatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi1, yakni:
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal daribahasa Arab 'falsafah', yang berasaldari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' =pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia'berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cintakepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yangberfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yangcinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher',dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecintapengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuansebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya,filsafat berarti 'alam pikiran' atau 'alamberpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namuntidak semua berpikir berarti berfilsafat.
1 ?http:// mihwanuddin. wordpress.com. di unggah tgl 13 September2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/ diunduh tgl 23 Maret 2015 jam 05.30
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dansungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa"setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benarjuga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapisecara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidaksemua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsufhanyalah orang yang memikirkan hakikat segalasesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorangmanusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenarandengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafatadalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguhhakikat kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi karena luasnya lingkunganpembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalaubanyak di antara para filsafat memberikan definisinyasecara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur dibawah ini:
4
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yangtermasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles,mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentangsegala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminatmencapai kebenaran yang asli).2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan :Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputikebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmumetafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebabdan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikusdan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalahpengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung danusaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesarsebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalahilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuanmenyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebutraksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmupokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakupdi dalamnya empat persoalan, yaitu:
" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab olehmetafisika)
" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab olehetika)
" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawaboleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI,menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untukberpikir radikal, artinya mulai dari radiksnyasuatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendakdimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yangradikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepadakesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafatadalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu denganmendalam mengenai ketuhanan, alam semesta danmanusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuantentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikapmanusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuanitu.
5
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebutdi atas dapatlah disimpulkan bahwa:
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencobamenjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawaboleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalahtersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia denganakal budinya untuk memahami atau mendalami secararadikal dan integral serta sistematis hakikatpengetahuan yang ada.
B. Makna Pendidikan
Ada berbagai ragam makna
rumusan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para
pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks
penggunaan masing-masing rumusan
tersebut. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris
berasal dari bahasa Latin “educare” berarti
memasukkan sesuatu 2.
2 ? Langgulung, Makna Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Intan Pariwara,1988 hal. 4
1. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia3, Pendidikan dimaknai sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam suatu usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri.
2. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 berisi
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I
disebutkan bahwa makna pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
6
3. Driyarkoro (Madya Ekosusilo dan Kasihadi, 1989)
mengatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah
usaha untuk memanusiawikan manusia. Dalam konteks
tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar
membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga
3 ? Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indinesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1995
keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam
konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban.
4. Menurut Langgulung (1988: 3) makna pendidikan
berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua
kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat
mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan
dari generasi ke genarasi agar identitas masyarakat
tersebut tetap terpelihara.
5. Menurut Kneller (1967: 21) makna pendidikan adalah
:Education is the process by which society, through schools, colleges,
universities, and other institutions, deliberately transmits its cultural
heritage – its accumulated knowledge, value, and skill from one
generation to another. Artinya pendidikan merupakan
proses dimana masyarakat melalui sekolah-sekolah,
perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain
dengan sengaja mewariskan warisan budayanya-yakni
berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan
ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.
6. Laska (1976: 3), bahwa: Education is one of the most
important activities in which human beings engage. It is by means of
the educative process and its role in transmitting the cultural
heritage from one generation to the next that human societies are
able to maintain their existence.
Artinya pendidikan merupakan salah satu aktivitas
yang paling utama yang melibatkan tubuh
manusia. Pendidikan merupakan sarana proses
mendidik dan perannya di dalam mewariskankan
warisan budaya dari satu generasi kepada generasi
berikutnya sehingga masyarakat manusia bisa
memelihara keberadaan mereka.
7
C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
Setelah kita membahas pengertian, jalan, dan
tujuan filsafat serta pendidikan, apa sesungguhnya
hubungan antara keduanya sehingga di sini mesti kita
bahas dalam ruang bersamaan?
Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan
pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan,
baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal
ini sangat terpahami karena pendidikan pada
hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat,
terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan
ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya
sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di
dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-
satunya primata yang selalu menyerukan kebaikan,
cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu,
manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh
diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama
sekali, selain hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup
manusia menjadi sesuatu hal yang penting untuk
membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan
pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya
dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bisa
tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-
ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak
diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar
merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan
ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka
menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu
pengetahuan di muka bumi ini.
Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut
substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di
tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak
mengalami perubahan. Sedangkan, menurut
eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat
konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan
terus-menerus.
Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia
pengalaman itu berasal mula dari satu substansi.
Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi
segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan
antara satu dan lainnya? Misalnya,
8
pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia,
binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal
dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan
agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling
berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam
keteraturan social dan ketertiban dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah
manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap
diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar
dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha
mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai
keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana
asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang
menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu,
manusia harus mendidik diri dan sesamanya secara
terus-menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah
pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai
mencoba mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran
menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan
ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan
pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa
wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan.
Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan
menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga
semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu
bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat
berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus
dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat
tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena
itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami
filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui
filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan
dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah
ontology, epistimologi, dan aksiologi4.
Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana
penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus
diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia,
termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus
mempelajari filsafat pendidikan karena
9
dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat
memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap
makna pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan filsafat lainnya, misalnya
filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan,
dan filsafat lainnya.4 ?Burhanudin dan Tati Sumiati, Filsafat Pendidikan, Subang, Penerbi RoyyaNPreass, 2010
Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain
bertujuan membawa manusia mengalami hidup yang
dimilikinya dengan pandangan, pengalaman,
pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar.
Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari
hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu,
kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena
itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan
mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih
dahulu mempertahankan sejauh mana relevansi
persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-
sunggu memang sebuah problem atau justru hanya
diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala
aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya
relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari
segi yang dapat diamati oleh manusia saja.
Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es,
hanya mampu melihat ang di atas permukaan laut saja.
Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada
melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu
bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat.
Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama
dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias
mebebaskan diri dengan
10
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan.
Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat
dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua,
teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan pada
umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di
muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia
memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri,
suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup
keturunannya. Tindakan yang termasuk insting manusia
antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta
terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air
susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu
segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan
manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social,
sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik
bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat
manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah
menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah
membudayakan manusia.
Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori
umum, menurut John Dewey, “The general theory og education
dan Philosophy is the general theory of education.” Dia tidak
membedakan filsafat pendidikan dengan teori
pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori
pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan
adalah teori umum pendidikan.
11
Konsep di atas bersumber dari filsafat
pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti
filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah
yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan
progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling
berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian
ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang
ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk
suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan
dibentuk oleh sejumlah teori.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dan Pendidikan di masa globalisasi
sekarang ini turut menunjang tumbuh kembangnya system
tatanan suatu masyarakat. Pada hakikatnya filsafat
dan pendidikan merupakan kegiatan manusia, yang
berusaha memanusiakan manusia. Dari hakikat tersebut
dapat dikatakan bahwa filsafat dan pendidikan
merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa
ditinggalkan. Filsdafat dan Pendidikan merupakan
gerbang manusia dalam mencapai kesuksesan untuk masa
depan masyarakat yang lebih baik.
Dari beberapa rumusan filsafat dan pendidikan
tersebut diatas dapatlah kiranya ditarik kesimpulan :
1. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan
akal budinya untuk memahami dan mendalami secara
radikal dan integral serta systematis dari hakikat
permasalahan manusia itu sendiri. Ilmu filsafat
adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan
biasa karena masalah-masalah tersebut di luar
jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
2. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan
secara sadar oleh manusia sebagai proses pengubahan
sikap dan tata tingkah laku dalam usaha mendewasakan
manusia melalui proses pendidikan yang berkelanjutan
dari generasi ke generasi.
3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan sangat erat dan
saling beterkaitan satu sama yang lainnya.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin dan Tati Sumiati. 2010, Filsafat Pendidikan,
Subang: RoyyaNPress.
Rasyidin, et.al. 2007, Dasar Filsafat Pendidikan, Jakarta:
Depdiknas.
Sadulloh, Uyoh. 2011, Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Tim Dosen Filsafat UGM. 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:
Liberty.
Langgulung. 1988, Makna Pendidikan, Jakarta: PT Intan
Pariwara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
http://mihwanuddin.wordpress.com. Di Unggah Tgl 13
September 2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/dd,Di unduh
Tgl 23 Maret 2015 Jam 05.30