Makalah ISBD "Pendidikan Karakter dalam Budaya Bangsa"

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir- akhir ini telah banyak menyita perhatian berbagai kalangan, baik pemerintah maupun seluruh masyarakat Indonesia. Sorotan mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, yang tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, pandangan berbagai tokoh masyarakat, ilmuwan, dan agamawan, menggambarkan adanya keprihatinan terhadap perkembangan budaya dan karakter bangsa kita akhir-akhir ini. Dahulu bangsa kita yang dikenal oleh bangsa lain sebagai bangsa yang ramah, santun, arif, dan menghargai orang/suku/agama lain, sekarang malahan sebaliknya. Banyak kita saksikan konflik horizontal dan kekerasan di mana-mana, baik yang mengatas-namakan agama, suku, maupun perbedaan kepentingan. Belum lagi masalah korupsi, mafia pajak, mafia hukum telah mewarnai berita-berita di media massa kita. 1

Transcript of Makalah ISBD "Pendidikan Karakter dalam Budaya Bangsa"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir-

akhir ini telah banyak menyita perhatian

berbagai kalangan, baik pemerintah maupun

seluruh masyarakat Indonesia. Sorotan mengenai

persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia

dalam berbagai aspek kehidupan, yang tertuang

dalam berbagai tulisan di media cetak, pandangan

berbagai tokoh masyarakat, ilmuwan, dan

agamawan, menggambarkan adanya keprihatinan

terhadap perkembangan budaya dan karakter bangsa

kita akhir-akhir ini.

Dahulu bangsa kita yang dikenal oleh bangsa

lain sebagai bangsa yang ramah, santun, arif,

dan menghargai orang/suku/agama lain, sekarang

malahan sebaliknya. Banyak kita saksikan konflik

horizontal dan kekerasan di mana-mana, baik yang

mengatas-namakan agama, suku, maupun perbedaan

kepentingan. Belum lagi masalah korupsi, mafia

pajak, mafia hukum telah mewarnai berita-berita

di media massa kita.

1

Untuk mengatasi masalah kemerosotan budaya

dan karakter bangsa tersebut, banyak pihak

berkeyakinan bahwa pendidikan masih berperan

penting. Pendidikan dianggap sebagai alternatif

yang bersifat preventif yang diharapkan dapat

mengembangkan budaya dan karakter generasi muda

bangsa kita dalam berbagai aspek kehidupan, yang

dapat memperkecil atau mengurangi penyebab

berbagai masalah kemerosotan budaya dan karakter

bangsa (Pratama, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di

atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana pengertian pendidikan karakter.

2. Bagaimana pengertian budaya bangsa.

3. Bagaimana hubungan antara pendidikan

karakter dan budaya bangsa.

4. Bagaimana strategi pengembangan

pendidikan karakter.

5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam

pengembangan pendidikan karakter.

6. Bagaimana nilai-nilai dasar dalam

pendidikan karakter.

7. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter

bangsa.

2

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari penulisan makalah ini

secara terperinci adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter

dan budaya bangsa.

2. Mengetahui hubungan antara pendidikan

karakter dan budaya bangsa.

3. Mengetahui strategi yang digunakan dalam

pengembangan pendidikan karakter dalam

budaya bangsa.

4. Mengetahui prinsip-prinsip dan nilai-

nilai dasar dalam pendidikan karakter.

5. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan

karakter.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini

adalah agar pembaca dapat menerapkan pendidikan

karakter mulai dari lingkungan pribadi, agar

dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter

dalam budaya bangsa.

BAB II

PEMBAHASAN

3

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan

secara terencana dalam mengembangkan potensi

peserta didik, agar memiliki sistem berpikir,

sistem nilai, moral, dan keyakinan yang

diwariskan oleh masyarakatnya untuk berkembang

sesuai kehidupan pada masa kini dan masa

mendatang. Sedangkan karakter adalah watak,

tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak (Pratama, 2011).

Sedangkan menurut Setiawan (2010),

pendidikan karakter adalah pendidikan budi

pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek

pengetahuan (cognitive), perasaan ( feeling), dan

tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka

pendidikan karakter tidak akan efektif, dan

pelaksanaannya pun harus dilakukan secara

sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan

karakter, seorang anak akan menjadi cerdas

emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal

terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong

masa depan, karena dengannya seseorang akan

dapat berhasil dalam menghadapi segala macam

4

tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil

secara akademis.

Menurut Syahroni (2012), pendidikan karakter

adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai

sebagai “the deliberate use of all dimensions of school l ife

to foster optimal character development”. Pendidikan

karakter juga berpijak dari karakter dasar

manusia, yang bersumber dari nilai moral

universal (bersifat absolut) yang bersumber dari

agama yang juga disebut sebagai the golden rule.

Pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk

pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,

warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial

tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya

masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,

hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks

pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai,

yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang

bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,

5

dalam rangka membina kepribadian generasi muda

(Ramli, 2001 dalam Halomoan, 2012).

2.2 Pengertian Budaya Bangsa

Menurut Handayani (2013), budaya adalah cara

hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang yang diwariskan dari

generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari

banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama

dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,

pakaian, bangunan, dan karya seni. Kebudayaan

menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi

adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta

masyarakat. Adapun perwujudan kebudayaan adalah

benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan

benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-

pola perilaku bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain

yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu

manusia dalam kelangsungan hidupnya di

masyarakat.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem

berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan

(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.

Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan

keyakinan itu adalah hasil dari interaksi

6

manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.

Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan

keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia

dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi,

sistem kepercayaan, sistem pengetahuan,

teknologi, seni, dan sebagainya. Budaya, yang

menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang,

dimulai dari budaya di lingkungan terdekat

(kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan

yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan

budaya universal yang dianut oleh umat manusia

(Hasan; dkk, 2010).

Menurut Yuliana (2012), pendidikan karakter

dapat diaktualisasikan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pengertian cerdas harus

dimaknai, bukan saja sebagai kemampuan dan

kapasitas untuk menguasai ilmu pengetahuan,

budaya serta kepribadian yang tangguh akan

tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang

dengan bahasa umum disebut sebagai berkarakter

mulia atau berbudi luhur, berakhlak mulia.

Sedangkan berbudaya memiliki makna sebagai

kemampuan dan kapasitas untuk menangkap dan

mengembangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan

yang beradab dalam sikap dan tindakan berbangsa

dan bernegara (karakter bangsa) dengan penuh

tanggung jawab.

7

2.3 Hubungan Pendidikan Karakter dan Budaya

Bangsa

Menurut Tilaar (1999) dalam Rakhmat (2013),

kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari

pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas

atau dasar pendidikan. Kebudyaan yang menjadi

alas pendidikan tersebut haruslah bersifat

kebangsaan. Dengan demikian kebudayaan yang

dimaksud adalah kebudyaan yang rii l yaitu budaya

yang hidup di dalam masyarakat kebangsaan

Indonesia. Sedangkan pendidikan mempunyai arah

untuk mewujudkan keperluan perikehidupan dari

seluruh aspek kehidupan manusia dan arah tujuan

pendidikan untuk mengangkat derajat dan harkat

manusia. Dalam pendidikan karakter berbasis

budaya, kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang

diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan

apa yang dipelajari serta mengubahnya menjadi

sesuatu yang baru, itulah inti dari proses

pendidikan. Maka, tugas pendidikan sebagai misi

kebudayaan harus mampu melakukan proses; pertama

pewarisan kebudayaan, kedua membantu individu

memilih peran sosial dan mengajari untuk

melakukan peran tersebut, ketiga memadukan

beragam identitas individu ke dalam lingkup

kebudayaan yang lebih luas, keempat harus menjadi

sumber inovasi sosial. Tahapan tersebut diatas,

8

mencerminkan jalinan hubungan fungsional antara

pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua

hal utama, yaitu : Pertama, bersifat reflektif,

pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang

sedang berlangsung. Kedua, bersifat progresif,

pendidikan berusaha melakukan pembaharuan,

inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai

kamajuan.

Menurut Marzuki (2013), budaya dan karakter

tidak bisa dibentuk dan dibangun dalam waktu

yang singkat. Membangun budaya dan karakter

bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus

dilakukan secara berkesinambungan. Dan keluarnya

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan

kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional

kita. Pada Pasal 3 UU ini ditegaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Jadi, pendidikan nasional merupakan usaha

9

terencana untuk membangun budaya dan karakter

bangsa Indonesia.

Yuliana (2012) juga berpendapat bahwa

pendidikan karakter mutlak harus direvitalisasi

kembali. Hal tersebut dikemukakan mengingat

dekandensi moral di era globalisasi dewasa ini,

dinilai telah sangat mengkhawatirkan. Ini juga

merupakan bentuk-bentuk liberalisasi budaya.

Karenanya, agar masyarakat dapat terjaga dari

serangan budaya yang tidak sesuai dengan norma-

norma budaya Pancasila sebagai moral bangsa,

pendidikan karakter perlu di revitalisasi.

2.4 Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter

Menurut Handayani (2013), pendidikan

karakter dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan dan dapat berupa berbagai kegiatan

yang dilakukan secara intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler

terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan

kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam

pelajaran. Strategi dalam pendidikan karakter

dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai

berikut:

a. Keteladanan

b. Penanaman kedisiplinan

c. Pembiasaan

10

d. Menciptakan suasana yang kondusif

e. Integrasi dan internalisasi

Sedangkan menurut Halomoan (2012), strategi

pengembangan pendidikan karakter bangsa di

satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Diri

Program ini dapat diintegrasikan melalui

hal-hal berikut:

a. Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang

dilakukan peserta didik secara terus

menerus dan konsisten setiap saat. Contoh

kegiatan ini adalah upacara pada hari

besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan

badan, berdoa waktu mulai dan selesai

pelajaran, mengucap salam bila bertemu

guru, tenaga kependidikan, atau teman.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang

dilakukan secara spontan pada saat itu

juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya

pada saat guru dan tenaga kependidikan

yang lain mengetahui adanya perbuatan

yang kurang baik dari peserta didik yang

harus dikoreksi pada saat itu juga.

c. Keteladanan

11

Keteladanan adalah perilaku dan sikap

guru dan tenaga kependidikan yang lain

dalam memberikan contoh terhadap

tindakan-tindakan yang baik sehingga

diharapkan menjadi panutan bagi peserta

didik untuk mencontohnya.

d. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan

budaya dan karakter bangsa maka sekolah

harus dikondisikan sebagai pendukung

kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan

kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet

yang selalu bersih, bak sampah ada di

berbagai tempat dan selalu dibersihkan,

sekolah terlihat rapi dan alat belajar

ditempatkan teratur.

2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Pengembangan nilai-nilai pendidikan

karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap

Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata

pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan

dalam silabus dan Rencana Program

Pembelajaran (RPP).

3. Budaya Sekolah

12

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan

sekolah tempat peserta didik berinteraksi

dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor

dengan sesamanya, pegawai administrasi

dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok

masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai

dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa

dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-

kegiatan yang dilakukan kepala sekolah,

guru, konselor, tenaga administrasi ketika

berkomunikasi dengan peserta didik dan

menggunakan fasilitas sekolah.

Menurut Rakhmat (2013), strategi

pengembangan pendidikan karakter dilakukan

dengan lima pendekatan, yaitu: (1). Pendekatan

penanaman nilai ( inculcation approach), (2)

Pendekatan perkembangan moral kognitif ( cognitive

moral development approach), (3) Pendekatan analisis

nilai (values analysis approach), (4) Pendekatan

klarifikasi nilai (values clarifi cation approach), dan

(5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action

learning approach).

2.5 Prinsip-Prinsip Pengembangan Pendidikan

Karakter

Menurut Lickona (2007) dalam Yuliana (2012),

terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter

13

dapat berjalan efektif: (1) kembangkan nilai-

nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja

pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,

(2) definisikan ’karakter’ secara komprehensif

yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,

(3) gunakan pendekatan yang komprehensif,

disengaja, dan proaktif dalam pengembangan

karakter, (4) ciptakan komunitas sekolah yang

penuh perhatian, (5) beri siswa kesempatan untuk

melakukan tindakan moral, (6) buat kurikulum

akademik yang bermakna dan menantang yang

menghormati semua peserta didik, mengembangkan

karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7)

usahakan mendorong motivasi diri siswa, (8)

libatkan staf sekolah sebagai komunitas

pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung

jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk

mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang

membimbing pendidikan siswa, (9) tumbuhkan

kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan

dukungan jangka panjang bagi inisiatif

pendidikan karakter, (10) libatkan keluarga dan

anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya

pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter

sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik

karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan

karakter yang baik.

14

Sedangkan menurut Hasan; dkk. (2010),

prinsip-prinsip yang digunakan dalam

pengembangan pendidikan budaya dan karakter

bangsa adalah sebagai berikut:

1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses

pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa merupakan sebuah proses panjang,

dimulai dari awal peserta didik masuk sampai

selesai dari suatu satuan pendidikan.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri,

dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses

pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa dilakukan melalui setiap mata

pelajaran, dan dalam setiap kegiatan

kurikuler dan ekstrakurikuler.

Gambar 1. Pengembangan Nilai-Nilai

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;

mengandung makna bahwa materi nilai budaya

dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar

biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak

15

dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan

seperti halnya ketika mengajarkan suatu

konsep, teori, prosedur, ataupun fakta.

Gambar 2. Warung Kejujuran

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara

aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan

bahwa proses pendidikan nilai budaya dan

karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik

bukan oleh guru. Prinsip ini juga menyatakan

bahwa proses pendidikan dilakukan dalam

suasana belajar yang menimbulkan rasa senang

dan tidak indoktrinatif.

2.6 Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter

Menurut Marzuki (2012), nilai-nilai karakter

yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila adalah

sebagai berikut:

1. Karakter yang bersumber dari olah hati

antara lain beriman dan bertakwa, jujur,

amanah, adil, tertib, taat aturan,

16

bertanggung jawab, berempati, berani

mengambil resiko, pantang menyerah, rela

berkorban, dan berjiwa patriotik;

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir

antara lain cerdas, kritis, kreatif,

inovatif, ingin tahu, produktif,

berorientasi Ipteks, dan reflektif;

3. Karakter yang bersumber dari olah

raga/kinestetika antara lain bersih, dan

sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya

tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,

kompetitif, ceria, dan gigih; dan

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan

karsa antara lain kemanusiaan, saling

menghargai, gotong royong, kebersamaan,

ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,

kosmopolit (mendunia), mengutamakan

kepentingan umum, cinta tanah air

(patriotis), bangga menggunakan bahasa dan

produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan

beretos kerja.

Sedangkan menurut Hasan; dkk. (2010), nilai-

nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya

dan karakter bangsa adalah sebagai berikut:

1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

17

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain.

2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan.

3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain

yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan.

5. Kerja Keras. Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh–sungguh dalam mengatasi berbagai

hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari

sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan

bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

18

9. Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang

selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir,

bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air. Cara berfikir,

bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan

yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan

orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif. Tindakan yang

memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan

tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan

waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

19

16. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan

yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang

selalu ingin memberi bantuan pada orang lain

dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab. Sikap dan perilaku

seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara

dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.7 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa

Menurut Pratama (2011), adapun tujuan

pendidikan karakter melalui pendidikan di

sekolah adalah:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif

peserta didik sebagai manusia dan warga

negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta

didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-

nilai universal dan tradisi budaya bangsa

yang religius.

20

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung

jawab peserta didik sebagai generasi penerus

bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik

menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan

berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah

sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,

penuh kreativitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan.

Sedangkan menurut Halomoan (2012), secara

umum fungsi pendidikan karakter bangsa adalah

meningkatkan kualitas prilaku, akhlak, budi

pekerti dari setiap anak bangsa dalam menjalani

kehidupan sebagai anggota masyarakat dan makhluk

Tuhan, sedangkan secara akademik berfungsi

sebagai:

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta

didik untuk menjadi pribadi berperilaku

baik; ini bagi peserta didik yang telah

memiliki sikap dan perilaku yang

mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan

nasional untuk bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi peserta didik yang

lebih bermartabat; dan

21

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa

sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak

sesuai dengan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa yang bermartabat.

22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah

pendidikan yang dilakukan secara terencana guna

mengembangkan karakter seseorang agar bermoral

dan berakhlak melalui pendidikan budi pekerti

dan nilai-nilai yang sudah lahir di kebudayaan

bangsa. Pendidikan karakter tidak dapat

dipisahkan dari budaya bangsa. Kebudayaan

menjadi alas atau dasar dari pendidikan karakter

dan pendidikan bertujuan untuk mewariskan dan

mengembangkan kebudayaan. Pengembangan

pendidikan karakter dalam budaya bangsa memiliki

strategi melalui pendekatan-pendekatan dan

melalui program pengembangan diri,

pengintegrasian dalam mata pelajaran dan melalui

budaya sekolah.

Dan strategi-strategi pengembangan

pendidikan karakter tersebut memiliki prinsip-

prinsip yang digunakan agar pendidikan karakter

23

dapat berjalan efektif. Adapun prinsip-

prinsipnya yaitu berkelanjutan, melalui semua

mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya

sekolah serta nilai tidak diajarkan tapi

dikembangkan. Pendidikan karakter yang

dikembangkan berasal dari nilai-nilai dasar yang

terdapat dalam sila-sila Pancasila dan dari

nilai-nilai keseharian yang tumbuh di masyarakat

yang berbudaya. Dengan adanya pendidikan

karakter, dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan,

tanggung jawab, jujur, kreatif serta berbudaya

dalam diri setiap peserta didik sehingga tujuan-

tujuan dari pendidikan karakter dapat berjalan

sempurna.

3.2 Saran

Kepada setiap keluarga, sekolah dan

masyarakat agar menerapkan pendidikan karakter

yang benar dan tepat serta menanamkan nilai-

nilai Pancasila serta mewariskan kebudayaan yang

ada. Kepada pemerintah agar lebih menerapkan

pandidikan karakter dalam setiap bidang

pendidikan, seperti sekolah sehingga tercipta

peserta didik yang bermoral dan berbudaya.

24

DAFTAR PUSTAKA

Halomoan, M. 2012. KAJIAN TERHADAP PENGEMBANGAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SATUAN

PENDIDIKAN. Widyaiswara Madya BDK Medan.

25

Handayani, U. 2013. MEMBANGUN JATI DIRI BANGSA

MELALUI BUDAYA, PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SOPAN

SANTUN BERBAHASA. SMP Negeri 2 Sukoharjo.

Hasan, S.H.; dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan

Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai

Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter

Bangsa: Pengemabangan Pendidikan Budaya dan

Karakter bangsa. Kementrian Pendidikan

Nasional: Jakarta.

Marzuki. 2012. PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. FIS

Universitas Negeri Yogyakarta.

Marzuki. 2013. MEMBANGUN KARAKTER BANGSA INDONESIA

MASA DEPAN MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA

DI SEKOLAH. FIS-UNY.

Pratama, R. 2011. “PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA

BANGSA: STRATEGI DAN TANTANGANNYA”. Diakses

dari

http://www.academia.edu/3103011/PENDIDIKAN_

KARAKTER_DAN_BUDAYA_BANGSA_STRATEGI_DAN_TAN

TANGANNYA pada 9 Juni 2014 pukul 10:16 WIB.

Rakhmat, C. 2013. MENYEMAI PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS BUDAYA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

MODERNITAS. Institut Hindu Dharma Negeri,

Bali

26

Setiawan, D. 2010. PENDIDIKAN KARAKTER DAN

IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.

Universitas Terbuka.

Syahroni. 2012. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER.

Kementriaan Agama Lampung.

Yuliana, E. D. 2012. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER

BANGSA GUNA MEREVITALISASI KETAHANAN BANGSA.

UDAYANA MENGABDI 9(2):92-100.

27