Makalah ISBD "Pendidikan Karakter dalam Budaya Bangsa"
Transcript of Makalah ISBD "Pendidikan Karakter dalam Budaya Bangsa"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir-
akhir ini telah banyak menyita perhatian
berbagai kalangan, baik pemerintah maupun
seluruh masyarakat Indonesia. Sorotan mengenai
persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia
dalam berbagai aspek kehidupan, yang tertuang
dalam berbagai tulisan di media cetak, pandangan
berbagai tokoh masyarakat, ilmuwan, dan
agamawan, menggambarkan adanya keprihatinan
terhadap perkembangan budaya dan karakter bangsa
kita akhir-akhir ini.
Dahulu bangsa kita yang dikenal oleh bangsa
lain sebagai bangsa yang ramah, santun, arif,
dan menghargai orang/suku/agama lain, sekarang
malahan sebaliknya. Banyak kita saksikan konflik
horizontal dan kekerasan di mana-mana, baik yang
mengatas-namakan agama, suku, maupun perbedaan
kepentingan. Belum lagi masalah korupsi, mafia
pajak, mafia hukum telah mewarnai berita-berita
di media massa kita.
1
Untuk mengatasi masalah kemerosotan budaya
dan karakter bangsa tersebut, banyak pihak
berkeyakinan bahwa pendidikan masih berperan
penting. Pendidikan dianggap sebagai alternatif
yang bersifat preventif yang diharapkan dapat
mengembangkan budaya dan karakter generasi muda
bangsa kita dalam berbagai aspek kehidupan, yang
dapat memperkecil atau mengurangi penyebab
berbagai masalah kemerosotan budaya dan karakter
bangsa (Pratama, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana pengertian pendidikan karakter.
2. Bagaimana pengertian budaya bangsa.
3. Bagaimana hubungan antara pendidikan
karakter dan budaya bangsa.
4. Bagaimana strategi pengembangan
pendidikan karakter.
5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam
pengembangan pendidikan karakter.
6. Bagaimana nilai-nilai dasar dalam
pendidikan karakter.
7. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter
bangsa.
2
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penulisan makalah ini
secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
dan budaya bangsa.
2. Mengetahui hubungan antara pendidikan
karakter dan budaya bangsa.
3. Mengetahui strategi yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter dalam
budaya bangsa.
4. Mengetahui prinsip-prinsip dan nilai-
nilai dasar dalam pendidikan karakter.
5. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan
karakter.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah agar pembaca dapat menerapkan pendidikan
karakter mulai dari lingkungan pribadi, agar
dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam budaya bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan
secara terencana dalam mengembangkan potensi
peserta didik, agar memiliki sistem berpikir,
sistem nilai, moral, dan keyakinan yang
diwariskan oleh masyarakatnya untuk berkembang
sesuai kehidupan pada masa kini dan masa
mendatang. Sedangkan karakter adalah watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak (Pratama, 2011).
Sedangkan menurut Setiawan (2010),
pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan ( feeling), dan
tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif, dan
pelaksanaannya pun harus dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal
terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena dengannya seseorang akan
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
4
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Menurut Syahroni (2012), pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai “the deliberate use of all dimensions of school l ife
to foster optimal character development”. Pendidikan
karakter juga berpijak dari karakter dasar
manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut) yang bersumber dari
agama yang juga disebut sebagai the golden rule.
Pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,
warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial
tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai,
yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
5
dalam rangka membina kepribadian generasi muda
(Ramli, 2001 dalam Halomoan, 2012).
2.2 Pengertian Budaya Bangsa
Menurut Handayani (2013), budaya adalah cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Kebudayaan
menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi
adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Adapun perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain
yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu
manusia dalam kelangsungan hidupnya di
masyarakat.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.
Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan itu adalah hasil dari interaksi
6
manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.
Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia
dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi,
sistem kepercayaan, sistem pengetahuan,
teknologi, seni, dan sebagainya. Budaya, yang
menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang,
dimulai dari budaya di lingkungan terdekat
(kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan
yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan
budaya universal yang dianut oleh umat manusia
(Hasan; dkk, 2010).
Menurut Yuliana (2012), pendidikan karakter
dapat diaktualisasikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pengertian cerdas harus
dimaknai, bukan saja sebagai kemampuan dan
kapasitas untuk menguasai ilmu pengetahuan,
budaya serta kepribadian yang tangguh akan
tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang
dengan bahasa umum disebut sebagai berkarakter
mulia atau berbudi luhur, berakhlak mulia.
Sedangkan berbudaya memiliki makna sebagai
kemampuan dan kapasitas untuk menangkap dan
mengembangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan
yang beradab dalam sikap dan tindakan berbangsa
dan bernegara (karakter bangsa) dengan penuh
tanggung jawab.
7
2.3 Hubungan Pendidikan Karakter dan Budaya
Bangsa
Menurut Tilaar (1999) dalam Rakhmat (2013),
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas
atau dasar pendidikan. Kebudyaan yang menjadi
alas pendidikan tersebut haruslah bersifat
kebangsaan. Dengan demikian kebudayaan yang
dimaksud adalah kebudyaan yang rii l yaitu budaya
yang hidup di dalam masyarakat kebangsaan
Indonesia. Sedangkan pendidikan mempunyai arah
untuk mewujudkan keperluan perikehidupan dari
seluruh aspek kehidupan manusia dan arah tujuan
pendidikan untuk mengangkat derajat dan harkat
manusia. Dalam pendidikan karakter berbasis
budaya, kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang
diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan
apa yang dipelajari serta mengubahnya menjadi
sesuatu yang baru, itulah inti dari proses
pendidikan. Maka, tugas pendidikan sebagai misi
kebudayaan harus mampu melakukan proses; pertama
pewarisan kebudayaan, kedua membantu individu
memilih peran sosial dan mengajari untuk
melakukan peran tersebut, ketiga memadukan
beragam identitas individu ke dalam lingkup
kebudayaan yang lebih luas, keempat harus menjadi
sumber inovasi sosial. Tahapan tersebut diatas,
8
mencerminkan jalinan hubungan fungsional antara
pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua
hal utama, yaitu : Pertama, bersifat reflektif,
pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang
sedang berlangsung. Kedua, bersifat progresif,
pendidikan berusaha melakukan pembaharuan,
inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai
kamajuan.
Menurut Marzuki (2013), budaya dan karakter
tidak bisa dibentuk dan dibangun dalam waktu
yang singkat. Membangun budaya dan karakter
bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Dan keluarnya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan
kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional
kita. Pada Pasal 3 UU ini ditegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Jadi, pendidikan nasional merupakan usaha
9
terencana untuk membangun budaya dan karakter
bangsa Indonesia.
Yuliana (2012) juga berpendapat bahwa
pendidikan karakter mutlak harus direvitalisasi
kembali. Hal tersebut dikemukakan mengingat
dekandensi moral di era globalisasi dewasa ini,
dinilai telah sangat mengkhawatirkan. Ini juga
merupakan bentuk-bentuk liberalisasi budaya.
Karenanya, agar masyarakat dapat terjaga dari
serangan budaya yang tidak sesuai dengan norma-
norma budaya Pancasila sebagai moral bangsa,
pendidikan karakter perlu di revitalisasi.
2.4 Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter
Menurut Handayani (2013), pendidikan
karakter dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan dan dapat berupa berbagai kegiatan
yang dilakukan secara intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan
kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam
pelajaran. Strategi dalam pendidikan karakter
dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai
berikut:
a. Keteladanan
b. Penanaman kedisiplinan
c. Pembiasaan
10
d. Menciptakan suasana yang kondusif
e. Integrasi dan internalisasi
Sedangkan menurut Halomoan (2012), strategi
pengembangan pendidikan karakter bangsa di
satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Diri
Program ini dapat diintegrasikan melalui
hal-hal berikut:
a. Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Contoh
kegiatan ini adalah upacara pada hari
besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan
badan, berdoa waktu mulai dan selesai
pelajaran, mengucap salam bila bertemu
guru, tenaga kependidikan, atau teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
dilakukan secara spontan pada saat itu
juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya
pada saat guru dan tenaga kependidikan
yang lain mengetahui adanya perbuatan
yang kurang baik dari peserta didik yang
harus dikoreksi pada saat itu juga.
c. Keteladanan
11
Keteladanan adalah perilaku dan sikap
guru dan tenaga kependidikan yang lain
dalam memberikan contoh terhadap
tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta
didik untuk mencontohnya.
d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan
budaya dan karakter bangsa maka sekolah
harus dikondisikan sebagai pendukung
kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan
kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet
yang selalu bersih, bak sampah ada di
berbagai tempat dan selalu dibersihkan,
sekolah terlihat rapi dan alat belajar
ditempatkan teratur.
2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan
karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap
Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata
pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan Rencana Program
Pembelajaran (RPP).
3. Budaya Sekolah
12
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan
sekolah tempat peserta didik berinteraksi
dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor
dengan sesamanya, pegawai administrasi
dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok
masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah,
guru, konselor, tenaga administrasi ketika
berkomunikasi dengan peserta didik dan
menggunakan fasilitas sekolah.
Menurut Rakhmat (2013), strategi
pengembangan pendidikan karakter dilakukan
dengan lima pendekatan, yaitu: (1). Pendekatan
penanaman nilai ( inculcation approach), (2)
Pendekatan perkembangan moral kognitif ( cognitive
moral development approach), (3) Pendekatan analisis
nilai (values analysis approach), (4) Pendekatan
klarifikasi nilai (values clarifi cation approach), dan
(5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action
learning approach).
2.5 Prinsip-Prinsip Pengembangan Pendidikan
Karakter
Menurut Lickona (2007) dalam Yuliana (2012),
terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter
13
dapat berjalan efektif: (1) kembangkan nilai-
nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,
(2) definisikan ’karakter’ secara komprehensif
yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
(3) gunakan pendekatan yang komprehensif,
disengaja, dan proaktif dalam pengembangan
karakter, (4) ciptakan komunitas sekolah yang
penuh perhatian, (5) beri siswa kesempatan untuk
melakukan tindakan moral, (6) buat kurikulum
akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan
karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7)
usahakan mendorong motivasi diri siswa, (8)
libatkan staf sekolah sebagai komunitas
pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung
jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk
mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang
membimbing pendidikan siswa, (9) tumbuhkan
kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif
pendidikan karakter, (10) libatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya
pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter
sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan
karakter yang baik.
14
Sedangkan menurut Hasan; dkk. (2010),
prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa adalah sebagai berikut:
1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang,
dimulai dari awal peserta didik masuk sampai
selesai dari suatu satuan pendidikan.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri,
dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan melalui setiap mata
pelajaran, dan dalam setiap kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler.
Gambar 1. Pengembangan Nilai-Nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;
mengandung makna bahwa materi nilai budaya
dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar
biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak
15
dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
seperti halnya ketika mengajarkan suatu
konsep, teori, prosedur, ataupun fakta.
Gambar 2. Warung Kejujuran
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara
aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan
bahwa proses pendidikan nilai budaya dan
karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik
bukan oleh guru. Prinsip ini juga menyatakan
bahwa proses pendidikan dilakukan dalam
suasana belajar yang menimbulkan rasa senang
dan tidak indoktrinatif.
2.6 Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter
Menurut Marzuki (2012), nilai-nilai karakter
yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila adalah
sebagai berikut:
1. Karakter yang bersumber dari olah hati
antara lain beriman dan bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat aturan,
16
bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotik;
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir
antara lain cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, produktif,
berorientasi Ipteks, dan reflektif;
3. Karakter yang bersumber dari olah
raga/kinestetika antara lain bersih, dan
sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya
tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih; dan
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan
karsa antara lain kemanusiaan, saling
menghargai, gotong royong, kebersamaan,
ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan
kepentingan umum, cinta tanah air
(patriotis), bangga menggunakan bahasa dan
produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan
beretos kerja.
Sedangkan menurut Hasan; dkk. (2010), nilai-
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa adalah sebagai berikut:
1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
17
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras. Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh–sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
18
9. Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air. Cara berfikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif. Tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan
tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
19
16. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab. Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.
2.7 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa
Menurut Pratama (2011), adapun tujuan
pendidikan karakter melalui pendidikan di
sekolah adalah:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif
peserta didik sebagai manusia dan warga
negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-
nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius.
20
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik
menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan
berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan.
Sedangkan menurut Halomoan (2012), secara
umum fungsi pendidikan karakter bangsa adalah
meningkatkan kualitas prilaku, akhlak, budi
pekerti dari setiap anak bangsa dalam menjalani
kehidupan sebagai anggota masyarakat dan makhluk
Tuhan, sedangkan secara akademik berfungsi
sebagai:
1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta
didik untuk menjadi pribadi berperilaku
baik; ini bagi peserta didik yang telah
memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan
nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat; dan
21
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa
sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan yang dilakukan secara terencana guna
mengembangkan karakter seseorang agar bermoral
dan berakhlak melalui pendidikan budi pekerti
dan nilai-nilai yang sudah lahir di kebudayaan
bangsa. Pendidikan karakter tidak dapat
dipisahkan dari budaya bangsa. Kebudayaan
menjadi alas atau dasar dari pendidikan karakter
dan pendidikan bertujuan untuk mewariskan dan
mengembangkan kebudayaan. Pengembangan
pendidikan karakter dalam budaya bangsa memiliki
strategi melalui pendekatan-pendekatan dan
melalui program pengembangan diri,
pengintegrasian dalam mata pelajaran dan melalui
budaya sekolah.
Dan strategi-strategi pengembangan
pendidikan karakter tersebut memiliki prinsip-
prinsip yang digunakan agar pendidikan karakter
23
dapat berjalan efektif. Adapun prinsip-
prinsipnya yaitu berkelanjutan, melalui semua
mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
sekolah serta nilai tidak diajarkan tapi
dikembangkan. Pendidikan karakter yang
dikembangkan berasal dari nilai-nilai dasar yang
terdapat dalam sila-sila Pancasila dan dari
nilai-nilai keseharian yang tumbuh di masyarakat
yang berbudaya. Dengan adanya pendidikan
karakter, dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan,
tanggung jawab, jujur, kreatif serta berbudaya
dalam diri setiap peserta didik sehingga tujuan-
tujuan dari pendidikan karakter dapat berjalan
sempurna.
3.2 Saran
Kepada setiap keluarga, sekolah dan
masyarakat agar menerapkan pendidikan karakter
yang benar dan tepat serta menanamkan nilai-
nilai Pancasila serta mewariskan kebudayaan yang
ada. Kepada pemerintah agar lebih menerapkan
pandidikan karakter dalam setiap bidang
pendidikan, seperti sekolah sehingga tercipta
peserta didik yang bermoral dan berbudaya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Halomoan, M. 2012. KAJIAN TERHADAP PENGEMBANGAN
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SATUAN
PENDIDIKAN. Widyaiswara Madya BDK Medan.
25
Handayani, U. 2013. MEMBANGUN JATI DIRI BANGSA
MELALUI BUDAYA, PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SOPAN
SANTUN BERBAHASA. SMP Negeri 2 Sukoharjo.
Hasan, S.H.; dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa: Pengemabangan Pendidikan Budaya dan
Karakter bangsa. Kementrian Pendidikan
Nasional: Jakarta.
Marzuki. 2012. PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. FIS
Universitas Negeri Yogyakarta.
Marzuki. 2013. MEMBANGUN KARAKTER BANGSA INDONESIA
MASA DEPAN MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA
DI SEKOLAH. FIS-UNY.
Pratama, R. 2011. “PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA
BANGSA: STRATEGI DAN TANTANGANNYA”. Diakses
dari
http://www.academia.edu/3103011/PENDIDIKAN_
KARAKTER_DAN_BUDAYA_BANGSA_STRATEGI_DAN_TAN
TANGANNYA pada 9 Juni 2014 pukul 10:16 WIB.
Rakhmat, C. 2013. MENYEMAI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS BUDAYA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
MODERNITAS. Institut Hindu Dharma Negeri,
Bali
26
Setiawan, D. 2010. PENDIDIKAN KARAKTER DAN
IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.
Universitas Terbuka.
Syahroni. 2012. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER.
Kementriaan Agama Lampung.
Yuliana, E. D. 2012. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
BANGSA GUNA MEREVITALISASI KETAHANAN BANGSA.
UDAYANA MENGABDI 9(2):92-100.
27