BAB I - Universitas Pelita Bangsa
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of BAB I - Universitas Pelita Bangsa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai
macam tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan pengelolaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari sumber daya
alam, sumber daya manusia, bahan baku, mesin dan teknologi. Perusahaan
harus selalu memperhatikan keterkaitan antara faktor-faktor produksi tersebut,
dengan demikian perusahaan dituntut untuk mengelola dengan sebaik-baiknya
terutama dalam bidang sumber daya manusia sehingga mampu bekerja lebih
efektif dan efisien.
Pentingnya sumber daya manusia ini perlu disadari oleh semua
tingkatan manajemen perusahaan. Sumber daya manusia merupakan faktor
yang paling penting dalam suatu organisasi karena sumber daya manusia
memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Betapapun majunya teknologi, berkembangnya
informasi, tersedianya modal dan memadai bahan baku, namun jika tanpa
sumber daya manusia, maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuan
tersebut.
Karyawan merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju
mundurnya suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan dperlukan
karyawan yang sesuai dengan persyaratan dalam perusahaan dan juga harus
2
mampu menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Setiap
perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya,
dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.
Kemampuan karyawan tercermin dari kinerja, kinerja yang baik
diperlukan kinerja yang optimal. Kinerja karyawan tersebut merupakan salah
satu modal bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. sehingga kinerja
karyawan yang patut diperhatikan oleh pemimpin perusahaan. Kinerja pada
umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Karyawan dapat bekerja dengan baik, bila memiliki kinerja yang
tinggi, sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik. oleh karena itu, kinerja
dari para karyawan harus mendapat perhatian dari para pimpinan perusahaan,
sebab menurunnya kinerja dari karyawan dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Pada perusahaan, pemimpin dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja,
keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Selain itu pemimpin juga memainkan peranan kristis dalam
membantu kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan.
Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam
memberikan pengarahan adalah faktor yang penting dari efektivitas manajer.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Kharis (2015),
menyimpulkan bahwa pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap motivasi kerja 0,587, pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
3
terhadap kinerja karyawan 0,597, dan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan 0,357.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2015), yang berjudul:
“Organizational Citizenship Behavior yang Berpengaruh Pada Kinerja
Karyawan”. Penelitian menyimpulkan bahwa organizational citizenship
behavior berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan
kepuasan konsumen. Semakin tinggi organizational citizenship behavior,
maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Selain itu, kinerja karyawan juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, semakin
tinggi kinerja karyawan maka konsumen akan semakin puas.
Aspek perilaku lainnya yang penting bagi efektifitas organisasi adalah
Organizational Citizenship Behavior (OCB). Tiga kategori perilaku pekerja
yang penting bagi keefektifan organisasi adalah: individu harus masuk kedalam
dan tinggal di dalam suatu organisasi, mereka harus menyelesaikan peran
khusus dalam suatu pekerjaan tertentu, dan mereka harus terikat pada aktivitas
yang inovatif dan spontan melebihi persepsi-persepsi perannya. Kategori
terakhir itulah yang sering disebut juga sebagai OCB.
Para karyawan yang bekerja di PT. Utec Industries Indonesia Cikarang
saat ini kurang memiliki OCB terhadap perusahaan hal ini dikarenakan banyak
karyawan yang diambil dari outsourcing ataupun kontrak sehingga rasa
memiliki perusahaan kurang yang pada akhirnya karyawan hanya bekerja
sesuai yang telah ada dalam kontrak, dan tidak berusaha untuk melalukan peran
exstra-role saat bekerja.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2015), menyimpulkan bahwa
organizational citizenship behavior berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan dan kepuasan konsumen. Semakin tinggi
organizational citizenship behavior, maka semakin tinggi pula kinerja
karyawan dan kepuasan konsumen. Kinerja karyawan juga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, semakin tinggi kinerja karyawan
maka konsumen akan semakin puas.
Kenyataan di PT. Utec Industries Indonesia Cikarang tersebut di atas
menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara peraturan yang ada dengan
pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu, PT. Utec Industries Indonesia
Cikarang perlu melalukan perbaikan di bidang yang berhubungan dengan gaya
kepemimpinan, transformasional dan organizational citizenship behavior.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan menariknya gaya
kepemimpinan transformasional dan organizational citizenship behavior,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Organizational Citizenship
Behavior Terhadap Kinerja Karyawan PT. Utec Industries Indonesia Cikarang.
1.2 Perumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa faktor
yang menjadi rumusan masalahnya, diantaranya adalah:
1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja karyawan?
2. Apakah organizational citizenship behavior berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan?
3. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh secara
signifikan terhadap organizational citizenship behavior?
1.3 Batasan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti membatasi penelitian
agar peneliti lebih fokus pada judul pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional dan organizational citizenship behavior terhadap kinerja
karyawan PT. Utec Industries Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja karyawan pada PT. Utec Industries
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara signifikan organizational citizenship
behavior terhadap kinerja karyawan pada PT. Utec Industries Indonesia.
6
3. Untuk mengetahui pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap organizational citizenship behavior pada PT.
Utec Industries Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang berkepentingan antara lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan perusahaan untuk lebih
meningkatkan kinerja karyawan, melalui gaya kepemimpinan
transformasional dan organizational citizenship behavior dalam
meningkatkan kinerja karyawan untuk saat ini maupun untuk masa yang
akan datang.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
memperdalam mengenai masalah pengembangan sumber daya manusia di
masa yang akan datang .
3. Memberikan informasi kepada peneliti lainnya yang ingin mengkaji dalam
bidang yang sama. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh hasil yang
baik dalam menyusun skripsi program studi manajemen sumber daya
manusia.
7
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
sehingga pembahasan suatu permasalahan akan lebih teratur dan terarah.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang, perumusan
masalah, batasan penelitian, tujuan, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori penelitian,
penelitian terdahulu dan hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, kerangka konsep, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah obyek penelitian,
struktur organisasi obyek penelitian, visi dan misi obyek
penelitian, kegiatan operasional obyek penelitan.
BAB V : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis data penelitian dan
interprrestasi data/pembahasan.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Persaingan organisasi/perusahaan harus memiliki sumber daya
yang tangguh. Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan
perusahaan tidak dapat dilihat sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi
harus dilihat sebagai satu ke satuan yang tangguh membentuk suatu
sinergi.
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi atau perusahaan peranan manajemen sumber daya
manusia sangatlah penting. Hal ini dapat kita mengerti karena tanpa
sumber daya manusia, suatu organisasi tidak mungkin berjalan. Manusia
merupakan penggerak dan pengelola faktor-faktor produksi lainnya
seperti modal, bahan mentah, peralatan, dan lain-lain untuk mencapai
tujuan organisasi.
Semakin berkembangnya suatu organisasi maka makin sulit pula
perencanaan dan pengendalian pegawainya, oleh karena itu, sangatlah
dibutuhkan manajemen personalia yang mengatur dan mengatasi
masalah masalah yang berhubungan dengan kepegawaian, baik dalam
hal administrasi, pembagian tugas maupun pada kegiatan personalia
8
9
lainnya. Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Handoko
dalam Turnip, (2010: 4) “Manajemen sumber daya manusia adalah
penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu
maupun organisasi.”
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah menyediakan
tenaga kerja yang efektif bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan ini, maka
manajemen personalia mempelajari bagaimana memperoleh,
mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasikan dan
mempertahankan tenaga kerja dalam baik jumlah dan tipe yang tepat.
Manajemen personalia dapat berhasil bila mampu menyediakan tenaga
kerja yang berkompeten untuk melaksanakan pekerjaan yang harus
dilakukan.
2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan
fungsi-fungsi manajemen dan fungsi operasional. (Flippo dalam Turnip
(2010: 5-7). Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia ada dua,
yakni:
1) Fungsi manajemen
a. Perencanaan (Planning)
10
Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program
tenaga kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang
mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik
sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi
staffing adalah menempatkan orang-orang dalam struktur
organisasi, sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan
sumber daya manusia agar karyawan bekerja sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.
d. Pengawasan (Controlling)
Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan
dapat diketahui dan segera dilakukan perbaikan.
2) Fungsi Operasional
Fungsi ini terdiri dari:
a. Pengadaan (Procurement)
Usaha memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
perusahaan, terutama yang berhubungan penentuan kebutuhan
tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan penempatan.
11
b. Pengembangan (Development)
Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui
program pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau
pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini
penting dan akan terus berkembang karena adanya perubahan
teknologi, penyesuaian dan meningkatnya kesulitan tugas manajer.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan
balas jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai sesuai
dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan atau
organisasi.
d. Integrasi (Integration)
Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu,
organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus
dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, maka
diharapkan organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang
baik. Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-
sikap pegawai yang menguntungkan perusahaan.
f. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation)
Usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung
jawab perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke lingkungan
12
masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila organisasi atau
perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja. Jadi fungsi
sumber daya manusia menurut uraian di atas terdiri dari fungsi
manajemen dan fungsi operasi yang masing-masing terdiri dari
mengatur, merencanakan, pengorganisasian, memimpin serta
mengendalikan manusia yang merupakan asset penting bagi
perusahaan. Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan
termasuk pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja.
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Transformasional
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat diperlukan bagi suatu organisasi dalam
menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi, serta tidak ada
organisasi yang dapat maju tanpa kepemimpinan yang baik (Mas’ud
dalam Abdilah, 2011: 19). Tanpa kepemimpinan, organisasi hanyalah
merupakan kumpulan orang-orang yang tidak teratur dan kacau balau.
Kepemimpinan akan merubah sesuatu yang potensial menjadi
kenyataan. Dengan demikian keberadaan kepemimpinan dalam
organisasi adalah sangat penting dalam mencapai tujuan dan kemajuan
organisasi.
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen,
karena kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan
13
sasaran (Sholeha dalam Abdilah, 2011: 20) Handoko dalam Abdilah
(2011: 20), mengemukakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran.
Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah bagian yang dianggap penting
dalam manajemen organisasi, yang dimana melekat pada diri seorang
pemimpin dalam bentuk kemampuan dan atau proses untuk
mempengaruhi orang lain atau bawahan perorangan atau kelompok,
agar bawahan perorangan atau kelompok itu mau berperilaku seperti apa
yang dikehendaki pemimpin, dan memperbaiki budayanya, serta
memotivasi perilaku bawahan dan mengarahkan ke dalam aktivitas-
aktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
2. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin
perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan kepada pegawainya. Gaya kepemimpinan atasan dapat
mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprsetasi, dan akan
berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya
(Suranta dalam Abdilah, 2011: 24). Pemimpin perlu memikirkan gaya
kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang
paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan
14
kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi dalam
organisasi (Mulyadi dalam Abdilah, 2011: 24).
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang
sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan
tujuan individu untukmencapai suatu tujuan tertentu. Mulyadi dalam
Abdilah (2011: 35), menerangkan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan
oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu
pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin,
dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau
pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi
komitmen bersama.
3. Macam-macam Jenis Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kharismatik/non kharismatik
Para pemimpin kharismatik bergantung pada kepribadian,
kualitas pemberi semangat serta aura-auranya. Mereka adalah pemimpin
yang visioner, memiliki orientasi presentasi mengambil resiko yang
penuh perhitungan, dan juga merupakan komunikator yang baik.
Adapun pemimpin non kharismatik sangat bergantung pada
pengetahuan mereka, kepercayaan diri dan ketenangan diri, serta
pendekatan analitis dalam menangani permasalahan.
b. Otokratis/demokratis
15
Para pemimpin otokratis cenderung membuat keputusan sendiri,
mengunakan posisinya untuk memaksa karyawan agar melaksanakan
perintahnya. Adapun cara pemimpin demokratis mendorong karyawan
untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan.
c. Pendorong/pengawas
Pemimpin yang memiliki sifat mendorong, member semangat
kepada karyawan mengunakan visinya dan membudayakannya untuk
mencapai tujuan kelompok. Adapun pemimpin bergaya pengawas
memanipulasi karyawan agar patuh.
d. Transaksional/transformasional
Pemimpin transaksional memanfaatkan uang, pekerjaan dan
keamanan pekerja untuk memperoleh kepatuhan dari karyawan. Para
pemimpin transformasioan memberikan motivasi kepada karyawan
untuk bekerja keras mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. (Sunarto
dalam Wirawan, 2015: 24).
4. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan model gaya
kepemimpinan dengan cara mengevaluasi dan potensi masing-masing
bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat
kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan
bawahan dimasa mendatang (Ismail, et al., 2011).
16
5. Pengukuran Indikator Gaya Kepemimpinan Transformasional
Bass, et al. dalam Meriam (2009: 84), menjelaskan kemampuan
pemimpin transformasional mengubah sistem nilai bawahan demi
mencapai tujuan diperoleh dengan mengembangkan salah satu atau
seluruh faktor yang merupakan dimensi kepemimpinan
transformasional, yaitu: karisma (kemudian diubah menjadi pengaruh
ideal atau idealized influence), inspirasi (inspirational motivation),
pengembangan intelektual (intellectual stimulation), dan perhatian
pribadi (individualized consideration).
Idealized influence menurut Sarros dan Santora dalam Mariam
(2009: 97), merupakan perilaku (behavior) yang berupaya mendorong
bawahan untuk menjadikan pemimpin mereka sebagai panutan (role
model). Pada mulanya, dimensi ini dinamakan karisma, namun karena
mendapat banyak kritik maka istilah karisma diubah menjadi pengaruh
ideal atau visi.
Aspek kritikal karisma adalah kekuatan spiritual (transcendent
power) yang diyakini oleh bawahan dimiliki oleh pemimpinnya,
sehingga bawahan percaya sepenuhnya dan mau melakukan apa saja
demi pemimpinnya (true believer). Aspek tersebut tidak dimiliki oleh
setiap orang dan selama ini tidak tercakup dalam kajian kepemimpinan
transformasional, sehingga dimensi ini tidak tepat disebut karisma.
Kajian mengenai dimensi ini lebih terpusat pada pemimpin yang
17
memiliki visi jauh kedepan dan mampu menanamkan visi tersebut
dalam diri bawahan (Rafferty dan Griffin dalam Meriam, 2009: 105).
Lebih jauh, pemimpin yang mempunyai idealized influence
selain mampu mengubah pandangan bawahan tentang apa yang penting
untuk dicapai pada saat ini maupun masa mendatang (visi), juga mau
dan mampu berbagi resiko dengan bawahan, teguh dengan nilai, prinsip,
dan pendiriannya, sehingga bawahan percaya,loyal, dan
menghormatinya (Meriam, 2009: 112).
Idealized influence merupakan dimensi terpenting
kepemimpinan transformasional karena memberikan inspirasi dan
membangkitkan motivasi bawahan (secara emosional) untuk
menyingkirkan kepentingan pribadi demi pencapaian tujuan bersama
(Meriam, 2009: 113).
Inspirational motivation menurut Humphreys dalam Meriam
(2009: 117), memiliki kolerasi yang erat dengan idealized influence.
Seperti dijelakan sebelumnya, inspirasi pemimpin transformasional
kepada bawahan untuk memusatkan perhatian pada tujuan bersama dan
melupakan kepentingan pribadi. Inspirasi dapat diartikan sebagai
munculnya pandangan untuk untuk menyatukan kedua dimensi ini
dalam satu konstruk.
Namun dalam penelitian ini, idealized influence dan
inspirational motivation diposisikan sebagai dua konstruk yang berbeda
dimana idealized influence mempunyai makna lebih dalam daripada
18
inspiration motivation, atau dengan kata lain, inspiration motivation
merupakan sisi luar atau perwujudan idealized influence (Meriam, 2009:
120).
Inspirational motivation menurut Humphreys dalam Meriam
(2009: 121), berbentuk komunikasi verbal atau penggunaan simbol-
simbol yang ditujukan untuk memacu semangat bawahan. Pemimpin
memotivasi bawahan akan arti penting visi dan misi organisasi sehingga
seluruh bawahannya terdorong untuk memiliki visi yang sama.
Kesamaan visi memacu bawahan untuk bekerja sama mencapai tujuan
jangka panjang dengan optimis. Sehingga pemimpin tidak saja
membangkitkan semangat individu tapi juga semangat tim.
Intellectual stimulation, merupakan faktor penting
kepemimpinan transformasional yang jarang memperoleh perhatian.
Intellectual stimulation merupakan perilaku yang berupaya mendorong
perhatian dan kesadaran bawahan akan permasalahan yang dihadapi.
Pemimpin kemudian berusaha mengembangkan kemampuan bawahan
untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan pendekatan atau
perspektif baru. Dampak intellectual stimulation dapat dilihat dari
peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan menganalisis
permasalahan ditawarkan (Meriam, 2009: 122).
Bass, et al. dalam Mariam (2009: 125), berpandangan bahwa
intellectual stimulation pada prinsipnya memacu bawahan untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam memahami dan memecahkan
19
masalah. Bawahan didorong untuk meninggalkan cara-cara atau
metode-metode lama dan dipacu untuk memberikan ide dan solusi
baru. Bawahan bebas menawarkan metode baru dan setiap ide baru
tidak akan mendapat kritikan atau celaan. Sebaliknya, pemimpin
berusaha meningkatkan moral bawahan untuk berani berinovasi.
Pemimpin bersikap dan berfungsi membina dan mengarahkan inovasi
dan kreativitas bawahan.
Individualized consideration atau perhatian pribadi.
Individualized consideration mengarah pada pemahaman dan perhatian
pemimpin pada potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
bawahannya. Pemimpin menyadari perbedaan kemampuan, potensi, dan
juga kebutuhan bawahan. Pemimpin memandang setiap bawahannya
sebagai aset organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman pemimpin akan
potensi dan kemampuan setiap bawahan memudahkannya membina dan
mengarahkan potensi dan kemampuan terbaik setiap bawahan (Meriam,
2009: 126).
Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional adalah tipe kepemimpinan
yang menginspirasi para bawahannya untuk mengesampingkan
kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi
yang luar biasa, yang terbagi menjadi empat dimensi, yaitu Idealized
Influence (pengaruh ideal), inspirational motivation (motivasi
inspirasional), intellectual stimulation (stimulasi Intelektual), dan
individualized consideration (pertimbangan individual).
20
2.1.3 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior
Elemen penting yang diperhatikan dalam organisasi adalah
perilaku extrarole. Organ dan Batemen dalam Saragih dan Joni (2011:
41) menamakan kinerja extra-role dengan organizational citizenship
behavior (OCB). OCB adalah kontribusi pekerja “di atas dan lebih dari”
deskripsi kerja formal. OCB melibatkan beberapa perilaku, meliputi
perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas
ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur ditempat
kerja. Perilaku-perilaku ini prosedur menggambarkan “nilai tambah
karyawan” dan merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu
perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu.
Organ, et al. dalam Saragih dan Joni (2011: 45), mendefinisikan
OCB sebagai perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual,
tidak berkaitan dengan sistem reward formal porganisasi tetapi secara
agregat meningkatkan efektivitas organisasi. Hal ini berarti perilaku
tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja
karyawan sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak diberikan
hukuman.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
organizational citizenship behavior (OCB) merupakan:
a. Perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang
terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan
organisasi.
21
b. Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan
performance, tidak diperintah secara formal.
c. Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem
reward secara formal.
2. Faktor yang mempengaruhi organizational citizenship behavior
Siders, et al. dalam Djati (2008: 97), perilaku OCB dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
karyawan (internal) seperti moral, rasa puas, sikap positif, dsb
sedangkan faktor yang berasal dari luar karyawan (eksternal) seperti
sistem manajemen, sistem kepeminpinan, budaya perusahaan.
Faktor-faktor dalam OCB antara lain budaya dan iklim organisasi,
kepribadian dan suasana hati, komitmen organisasi, tipe
kepemimpinan, persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi
antara kualitas antara atasan-bawahan, masa kerja, jenis kelamin
(gender), latar belakang pendidikan, dan usia.
Selain beberapa faktor yang disebut diatas masih ada faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi OCB seperti yang dikemukakan
oleh Podsakoff, et al. dalam Burton (2011: 164), mengidentifikasikan 4
elemen yang memiliki hubungan dengan OCB, yaitu:
a. Karakteristik individual karyawan/anggota organisasi
Konovsky dan Organ dalam Sinuraya (2008: 73) mengatakan
bahwa faktor bawaan dan karakteristik psikologis individu seperti
kepribadian, kebutuhan psikologis, dan sikap merupakan prediktor
22
OCB. Diketahui bahwa karyawan yang sabar, optimis, ekstrovert,
empatik, dan berorientasi tim lebih cenderung berorientasi
menunjukkan perilaku OCB.
b. Karakteristik tugas/pekerjaan
Studi-studi yang berfokus pada karakteristik tugas/ pekerjaan
membedakan berdasarkan lima area, yaitu: (1) Task Feedback (2) Task
Rutinization (3) Intinsically Satisfying Task (4) Task Interdependence
dan (5) Employee Involvement. Hasil penelitian tersebut ditemukan
bahwa employee involvement memperlihatkan signifikasni dengan
OCB, dimana ketika karyawan mendapatkan tugas yang menarik yang
mampu membuat karyawan terserap dalam pekerjaannya, maka
karyawan akan cenderung untuk melakukan tugas ekstra. Sedangkann
task rutinization menjadi satusatunya variabel yang memiliki hubungan
negatif dengan OCB. Kemudian ditemukan juga bahwa task
interdependence tidak langsung berhubungan dengan OCB, melainkan
melalui variabel lain seperti perasaan tanggung jawab terhadap rekan
kerja dan suatu pekerjaan.
c. Karakteristik kepemimpinan
Secara keseluruhan, perilaku kepemimpinan memiliki hubungan
yang signifikan dengan OCB. Transformasional Leadership,
Leadership dan Substitute for Leadership memiliki hubungan dengan
OCB. Namun, ”super” leadership tidak memiliki hubungan dalam
23
menampilkan OCB dalam organisasi. Oleh karena itu daapat
disimpulakn bahwa karyawan akan bersedia melakukan pekerjaan/
tugas tambahan jika mereka bekerja pada manajer/atasan yang
inspirsional dan suportif.
d. Karakteristik organisasi
Penelitian sebelumnya bahwa organizational formalization,
organization flexibility, dan advisory/staff suppor tidak menunjukkan
signifikansi yang konsisten terhadap OCB. Disisi lain percieved
organizational support (POS) menunjukkan hubungan yang signifikan
terhadap OCB. Penghubung yang kuat tersebut ada pada dimensi
altruisme yang dikemukakan oleh Setton, Bennett, dan Liden sebagai
OCB I, dimana ”I” menunjukkan interaksi dengan individu bukan
dengan organisasi (Burton, 2013: 41).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa OCB
bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga faktor eksternal
yaitu seperti karakteristik tugas, karakteristik kepemimpinan, dan
karakteristik organisasi.
e. Keuntungan OCB
Keuntungan OCB dapat dirasakan oleh organisasi itu sendiri
dan para karyawan yang berada di organisasi tersebut. OCB (terutama
altruism, conscientiousness, dan spotrmanship) dapat menurunkan
tingkat turnover karyawan. OCB dapat membuat karyawan lebih
lama berada di dalam organisasi, memiliki kualitas perusahaan yang
24
tinggi, dan membantu kesuksesan peusahaan. Jadi OCB dapat
membentuk lingkungan kerja organisasi yang baik sehingga
memunculkan dedikasi karyawan, tingkat turnover yang rendah, dan
kualitas yang baik.
3. Pengukuran Indikator Organization Citizenship Behavior
Organ, et al. (2011: 2), mengatakan bahwa orang yang melakukan
organizational citizenship behavior dikenal sebagai “tentara yang baik
”terdapat lima dimensi OCB sebagai berikut:
a. Altruism
Perilaku karyawan dalam menolong rekan kerjanya yang
mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai
tugas dalam organisasi maupun masalah pribadi orang lain. Dimensi ini
mengarah kepada member pertolongan yang bukan merupakan
kewajiban yang ditanggungnya.
b. Conscientiousness
Perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang
diharapkan perusahaan. Perilaku sukarela yang bukan merupakan
kewajiban atau tugas karyawan. Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan
jauh ke depan dari panggilan tugas
c. Sportmanship
Perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang
kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan-
keberatan. Seseorang yang mempunyai tingkatan yang tinggi dalam
25
sportmanship akan meningkatkan iklim yang positif diantara
karyawan, karyawan akan lebih sopan dan bekerja sama dengan yang
lain sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih
menyenangkan.
d. Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari
masalah-masalah interpersonal. Seseorang yang memiliki dimensi ini
adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain.
e. Civic Virtue
Perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada kehidupan
organisasi (mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil inisiatif
untuk merekomendasikan bagaimana operasi atau prosedur-prosedur
organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi sumber-sumber yang
dimiliki oleh organisasi). Dimensi ini mengarah pada tanggung jawab
yang diberikan organisasi kepada seorang untuk meningkatkan kualitas
bidang pekerjaan yang ditekuni.
Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa organizational citizenship behavior merupakan perilaku
karyawan yang bersifat sukarela bukan merupakan tindakan yang
terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi
serta tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem
reward yang formal, dengan dimensi yang membangun yaitu: altruism,
conscientiousness, courtesy, sportsmanship, dan civic virtue.
26
2.1.4 Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja
Menurut Amstrong dan Baron yang dikutip oleh Fahmi, (2011:
2) bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
Wibowo (2011: 47), menyatakan bahwa kinerja merupakan
kegiatan pengelolaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Tujuan adalah tentang arah secara umum, sifatnya luas,
tanpa batasan waktu tertentu.
Menurut Mathis dan Jackson (2011: 17), bahwa kinerja
organisasi dapat dilihat dari betapa efektif produk tersebut dan
bagaimana pelayanan organisasi diteruskan pada para pelanggan.
Hasibuan (2011: 94), menyatakan bahwa kinerja merupakan
suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.
Kinerja dapat ditingkatkan dengan umpan balik yang diperoleh
para manajemen puncak dari yang dihasilkan pekerja, dan dapat
menempatkan pekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
pengalaman para pekerja tersebut, dan berdasarkan umpan balik
tersebut manajemen puncak juga dapat membayar gaji para pekerja
27
sesuai dengan keahliannya, serta dapat mengambil keputusan promosi,
penempatan rotasi, dalam memberdayakan sumberdaya manusia,
dengan umpan balik tersebut.
Kinerja lebih menekankan pada hasil kerja seseorang. Hasil
kerja yang diperoleh diukur dengan melihat standar aturan yang telah
ditetapkan pada suatu organisasi. Standar kerja yang ditetapkan
organisasi merupakan dasar dalam melakukan penilaian kinerja
seseorang. Setiap organisasi mempunyai standar tersendiri sesuai
dengan objek kerja yang dilakukan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Pada suatu organisasi, antara karyawan yang satu dengan yang
lainnya mempunyai kinerja yang berbeda. Menurut Davis (2010: 484),
perbedaan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation), yaitu:
a. Faktor kemampuan, diterangkan bahwa kemampuan (ability)
karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan
realiti (knowledge + skill). Artinya, jika karyawan memiliki IQ di
atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka
akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor motivasi, motivasi ini terbentuk dari sikap (attitude) seorang
karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan, yang terarah
28
untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sedangkan sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan
untuk berusaha mencapai kinerja secara maksimal.
c. Faktor komunikasi. Menurut Dwidjowijoto, (2012: 26) komunikasi
adalah perekat dalam organisasi, menjadi penghubung mempererat
rantai-rantai manajemen untuk pergerakan organisasi dalam
mencapai tujuannya serta meningkatkan kinerja.
Jadi bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi
fisiknya. Seseorang yang memiliki kondisi yang baik, mempunyai daya
tahan tubuh yang tinggi, yang pada gilirannya tercermin pada kegairahan
bekerja dengan tingkat kinerja yang tinggi dan sebaliknya. Di samping
itu kinerja individu juga berhubungan dengan kemampuan yang harus
dimiliki oleh individu agar ia berperan dalam lingkungan organisasi.
3. Pengukuran Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Simamora (2012: 118), menyatakan bahwa penilaian
kinerja adalah suatu proses dengannya suatu organisasi mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu. Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan dapat memberikan umpan balik
kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka serta
memungkinkan perusahaan untuk mengetahui seberapa baik seseorang
29
karyawan bekerja jika dibanidngkan dengan standar-standar organisasi.
Terdapat beberapa indikator penilaian kinerja yaitu:
a. Loyalitas
Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi pada
perusahaan-perusahaan dimana mereka akan diberikan posisi yang
baik. hal ini dapat dilihat melalui tingkat absensi ataupun kinerja
yang mereka miliki.
b. Semangat kerja
Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang
kondusif. Hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan
dalam menjalankan tugas pada suatu organisasi.
c. Kepemimpinan
Pimpinan merupakan leader bagi setiap bawahannya, bertanggung
jawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu
tujuan. Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan dalam
mengambil keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk
mengeluarkan ide, pendapat, dan gagasan demi keberhasilan
perusahaan.
d. Kerjasama
Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan
kekeluargaan antara karyawan sehingga memungkinkan karyawan
untuk bekerjasama dalam lingkungan perusahaan.
e. Prakarsa
Prakarsa perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan
ataupun dalam lingkungan perusahaan.
30
f. Tanggung jawab
Tanggung jawab harus dimiliki oleh setiap karyawan baik bagi
mereka yang berada pada level jabatan yang tinggi atau pada level
yang rendah.
g. Pencapaian target
Dalam pencapaian target biasanya perusahaan mempunyai
strategi-strategi tertentu dan masing-masing.
Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kinerja karyawan adalah unjuk kerja dari
seorang karyawan berkaitan dengan tugas yang diembannya, dengan
indikator: loyalitas, semangat kerja, kepemimpinan, kerjasama,
prakarsa, tanggung jawab, dan pencapaian target.
2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari peneliti terdahulu,
penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul
penelitian penulis. Namum penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai
referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut
beberapa penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian
yang dilakukan penulis.
Tabel 2.01
Penelitian Terdahulu
31
No. Nama, Thn,
Institusi Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
Tempat/
Jurnal
Publikasi
1. Agustina dan
Kriwangko/
2016/
Universitas
Kristen Petra
Surabaya
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
dan Transaksional
Terhadap
Organizational
Citizenship
Behavior di Sushi
Tei Galaxy Mall
Surabaya
Gaya
Kepemim-
pinan
Transfor-
masional,
Organi-
zational
Zitizenship
Behavior
Gaya kepemimpinan
transformasional
mempunyai pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
Organizational
Citizenship Behavior
Gaya kepemimpinan
transaksional
mempunyai pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
Organizational
Citizenship Behavio.
Gaya kepemimpinan
transformasional
mempunyai pengaruh
lebih dominan
dibandingkan dengan
kepemimpinan
transaksional terhadap
Organizational
Citizenship Behavior
Jurnal
Univ.
Kristen
Petra
Surabaya
2 Indra Kharis/
2015/
Universitas
Brawijaya
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
Terhadap Kinerja
Karyawan dengan
dengan Motivasi
Kerja sebagai
Variabel
Intervening
Gaya
kepemim-
pinan
Transfor-
masional,
Kinerja,
Motivasi
Kerja
Pengaruh gaya
kepemimpinan
transformasional
terhadap motivasi
kerja 0.587
Pengaruh gaya
kepemimpinan
transformasional
terhadap kinerja
karyawan 0.597.
Pengaruh motivasi
kerja terhadap kinerja
karyawan 0.357
Jurnal
Adminis-
trasi
Bisnis
3 Johana Susanti
Gunawan,
Pinkan Datum
Solang, Endo
Iwjaya Kartika/
2015/
Universitas
Kristen Petra
Organizational
Citizenship
Behavior yang
Berpengaruh Pada
Kinerja Karyawan
dan Kepuasan
Konsumen di
Hotel Sheraton
Surabaya
Organiza-
tional
Citizen-
ship
Behavior,
kinerja
karyawan,
kepuasan
konsumen
Organizational
citizenship behavior
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan dan
kepuasan konsumen.
Semakin tinggi
organizational
citizenship behavior,
maka semakin tinggi
pula kinerja
karyawan dan
kepuasan konsumen.
Selain itu, kinerja
karyawan juga
Jurnal
Mana-
jemen
Univ.
Kristen
Petra
32
No. Nama, Thn,
Institusi Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
Tempat/
Jurnal
Publikasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepuasan
konsumen, semakin
tinggi kinerja
karyawan maka
konsumen akan
semkain puas.
4 Vivin Maharani,
2013, Brawijaya
University
Organizational
Citizenship
Behavior Role in
Mediating the
Effect of
Transformational
Leadership, Job
Satisfaction on
Employee
Performance:
Studies in PT.
Bank Syariah
Mandiri Malang
East Java
Organiza-
tional
Citizenship
Behavior,
Transor-
mational
leadership,
job satis-
faction,
employee
performan-
ce
Prove
transformational
leadership does not
affect on OCB, OCB
affects directly on
employee
performance,
transformational
leadership affects
directly on employee
performance, job
satisfaction affects
directly on employee
performance, OCB
does not mediate the
effect of
transformational
leadership on
employee
performance, OCB
mediates effect of job
satisfaction on
employee
performance. Based
on these results, it
can be interpreted
that transformational
leadership, job
satisfaction and OCB
is valuable
component of an
organization. This
component can
become a core
competency to
improve
organizational
performance. It is a
source of
organizational
competitive
advantage to face
rapid business
environment change
Canadian
Center of
Science
and
Education
ISSN
1833-
3850,
DOI:
10.5539/ij
bm.v8n17
pl
33
2.1 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara atau pendapat yang
masih lemah sehingga perlu dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang
digunakan adalah:
2.1.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Kinerja Karyawan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
dalam mempengaruhi sekelompok orang atua bawahan untuk bekerjasama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun karyawan
untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur dan bertanggung jawab penuh
atas tugas yang diembannya sehingga meraih pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik. Hubungan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian
pekerja terhadap gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan
membina para bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan.
Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun sebagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu sangat tergantung pada efektivitas
kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat
dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi
memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi
tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya, terutama dalam
kinerja para karyawannya (Siagian, 2013: 67).
34
Salah satu bentuk gaya kepemimpinan adalah kepemimpinan yang
bersifat transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai
karakteristik kharismatik, stimulus intelektual, konsiderasi individual, serta
motivasi inspirasional. Jika pemimpin berhasil memenuhi bawahan dengan
visinya, menanamkan karismanya, memotivasi dan menjadi inspirator,
menstimulasi intelektual, kreativitas dan menghargai karyawannya maka dapat
dipastikan karyawan akan bekerja dengan baik, sungguh-sungguh dan loyal
pada perusahaan sehingga kinerjanya meningkat (Robbins, 2010: 263).
Berdasarkan uraian tersebut maka diduga bahwa kepemimpinan
transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Rumusan
hipotesis penelitian pengaruh variabel kepemimpinan transformasional
terhadap kinerja karyawan dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja karyawan PT. Utec Industries
Indonesia.
2.1.2 Pengaruh Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja
Karyawan
Organizational citizenship behavior merupakan perilaku yang tergolong
bebas tidak sesuai dengan tugas formal yang ditetapkan organisasi, bersifat
sukarela, tidak untuk kepentingan diri sendiri, bukan tindakan yang terpaksa
dan mengedepankan pihak lain (rekan kerja, lembaga atau organisasi).
Organizational citizenship behavior merupakan perilaku individu sebagai
wujud dari kepuasan berdasarkan performance (kinerja) dan tidak
35
diperintahkan secara formal namun manfaatnya sangat penting bagi efektifitas
pencapaian tujuan organisasi. Organizational citizenship behavior tidak
berkaitan secara langsung dengan kompensasi atau sistem reward karena
karakteristik perilakunya yang sukarela.
Berdasarkan uraian tersebut maka diduga bahwa organizational
citizenship behavior berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Rumusan
hipotesis penelitian pengaruh variabel organizational citizenship behavior
terhadap kinerja karyawan dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh secara signifikan organizational citizenship
behavior terhadap kinerja karyawan PT. Utec Industries Indonesia.
2.1.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Organizational Citizenship Behavior
Perilaku kepemimpinan mempengaruhi bawahan untuk menghasilkan
kinerja melebihi apa yang seharusnya atau melebihi level minimum yang
diharapkan dari organisasi. Kepemimpinan transformasional mempunyai
pengaruh signifikan terhadap perilaku extra-role. Perilaku karyawan dapat
lebih ditingkatkan karena kepemimpinan transformasional akan memotivasi
bawahannya untuk mencapai hasil yang lebih besar daripada yang
direncanakan sebelumnya.
Setiap individu akan merasa termotivasi dan lebih giat dalam bekerja,
sehingga dalam bekerja mereka tidak hanya bekerja pada apa yang menjadi
tugasnya saja (in-role) tetapi diharapkan mampu juga menyelesaikan pekerjaan
secara kelompok (extra-role) sehingga jalinan kerjasama tim semakin kuat dan
dapat bekerja secara optimal untuk memajukan organisasi atau perusahaan.
36
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan lebih mampu
memotivasi dan menstimulus bawahannya untuk mencapai level yang lebih
tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut maka diduga bahwa gaya kepemimpinan
transformasional berpengaruh positif terhadap organizational citizenship
behavior. Rumusan hipotesis penelitian pengaruh variabel gaya kepemimpinan
transformasional terhadap organizational citizenship behavior dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap organizational citizenship behavior pada PT.
Utec Industries Indonesia.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif.
Sugiyono (2010: 14) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survei. Sugiyono (2010: 12) berpendapat bahwa penelitian survei yaitu jenis
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara
terstruktur, dan sebagainya (perlakuannya tidak seperti dalam eksperimen).
34
38
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Utec Industries Indonesia yang
berlokasi di Jl.Kenari Raya Blok G6-01 Kav.06A Delta Silicon
6,Jayamukti,Cikarang Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret sampai
Agustus 2017.
Tabel 3.01
Jadwal Penelitian
No Uraian Mar Apr Mei Jun Jul Agst
1 Menentukan tema dan judul
2 Menentukan tempat dan waktu
penelitian
3 Menyusun proposal penelitian
4 Mengajukan proposal penelitian
kepada pembimbing
5 Proses penelitian
6 Mengumpulkan data penelitian
7 Menyusun hasil penelitian
8 Menyampaikan hasil penelitian
kepada pembimbing
3.3 Kerangka Konsep
3.3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian menggambarkan proses, alur, peta, dan rancang atau
konstelasi penelitian. Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
sebagai berikut:
39
Gambar 3.01
Desain Penelitian
3.3.2 Deskripsi Operasional Variabel Penelitian
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional adalah tipe kepemimpinan yang
menginspirasi para bawahannya untuk mengesampingkan kepentingan pribadi
mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa, terbagi empat
dimensi, yaitu Idealized Influence (pengaruh ideal), inspirational motivation
(motivasi inspirasional), intellectual stimulation (stimulasi Intelektual), dan
individualized consideration (pertimbangan individual).
2. Organizational Citizenship Behavior
Organizational citizenship behavior merupakan perilaku karyawan
yang bersifat sukarela bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-
hal yang mengedepankan kepentingan organisasi serta tidak berkaitan secara
H1
H2
Gaya Kepemimpinan
Transformasional
(X1)
Organizational
Citizenship Behavior
(X2)
Kinerja
Karyawan
(Y)
Idealized
influence
Inspirational
motivation
Intellectual
Stimulation
Individualized
Consideration
Altruism
Conscientious-
ness
Courtesy
Sportsmanship
Civic virtue
Loyalitas
Semangat kerja
Kepemimpinan
Kerjasama
Prakarsa
Tanggung
jawab
Pencapaian
target
H3 Sumber: Meriam (2009: 84)
Sumber: Organ, et al. (2011: 2)
Sumber: Simamora (2012: 118)
40
langsung dan terang-terangan dengan sistem reward yang formal, dengan
dimensi yang membangun yaitu: altruism, conscientiousness, courtesy,
sportsmanship, dan civic virtue.
3. Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah unjuk kerja dari seorang karyawan berkaitan
dengan tugas yang diembannya, dengan indikator: loyalitas, semangat kerja,
kepemimpinan, kerjasama, prakarsa, tanggung jawab, dan pencapaian target.
Berdasarkan definisi operasional dari ketiga variabel penelitian tersebut
dapat disusun kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.02
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Keterangan
Gaya
kepemimpinan
transformasional
Sumber: Meriam
(2009: 84)
Idealized
Influence
(pengaruh ideal)
1. Atasan mampu menyampaikan visi dan
misi perusahaan secara jelas.
2. Atasan mampu membuat karyawan
merasa bangga menjadi rekan kerjanya.
3. Karyawan memiliki kepercayaan
penuh pada atasan.
Inspirational
motivation
(motivasi
inspirasional)
4. Atasan membangkitkan semangat kerja
bawahan.
5. Atasan mampu menginspirasi bawahan
untuk selalu antusias dalam mencapai
tujuan-tujuan perusahaan.
6. Atasan mampu menginspirasi bawahan
untuk selalu optimis dalam mencapai
tujuan-tujuan perusahaan.
Intellectual
stimulation
(stimulasi
Intelektual)
7. Atasan mampu merangsang inovasi
bawahan.
8. Atasan menghargai ide-ide bawahan.
41
Variabel Dimensi Keterangan
9. Atasan mampu merangsang kreativitas
bawahan.
Individualized
consideration
(pertimbangan
individual)
10. Atasan melatih dan memberi
pengarahan kepada bawahan.
11. Atasan menghargai perbedaan
individual, memperlakukan setiap
bawahan sebagai seorang individu
dengan kebutuhan dan kemampuan
yang berbeda.
12. Atasan memberikan perhatian pada
kebutuhan bawahan.
Organizational
Citizenship
Behavior
Sumber: Organ,
et al (2011: 2)
Altruism 1. Karyawan bersedia membantu rekan
kerja yang beban kerjanya berlebih.
2. Karyawan bersedia menggantikan
peran atau pekerjaan rekan kerja yang
berhalangan hadir.
3. Karyawan dengan senang hati
membantu rekan kerja yang memiliki
masalah dengan pekerjaan.
Conscientiousness 4. Karyawan berusaha melakukan kerja
lebih dari apa yang seharusnya
dilakukan.
5. Karyawan melakukan sesuatu yang
bermanfaat secara sukarela bagi
perusahaan di samping tugas utama.
6. Karyawan tidak biasa membuang-
buang waktu kerja.
42
Variabel Dimensi Keterangan
Courtesy 7. Karyawan menghormati hak-hak dan
privasi rekan kerja.
8. Karyawan mencoba untuk tidak
membuat masalah dengan rekan kerja.
9. Karyawan mempertimbangkan dampak
terhadap rekan kerja dari setiap
tindakan yang dilakukan.
Sportsmanship 10. Karyawan tidak membesar-besarkan
permasalahan yang terjadi dalam
pekerjaan.
11. Karyawan menerima setiap kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan oleh
perusahaan.
12. Karyawan mentolerir ketidak-
nyamanan yang terjadi di tempat kerja.
Civic virtue 13. Karyawan peduli terhadap
perkembangan dan perubahan yang
terjadi dalam perusahaan.
14. Karyawan turut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh perusahaan.
15. Karyawan mengambil inisiatif untuk
memberikan masukan atau saran
inovatif untuk meningkatkan kualitas
perusahaan secara keseluruhan.
Kinerja
Karyawan
Sumber:
Simamora
(2012: 118)
Loyalitas 1. Karyawan senang dapat bekerja di
perusahaan.
2. Karyawan ingin tetap bekerja di
perusahaan walaupun ada penawaran
pekerjaan di tempat lain.
Semangat kerja 3. Karyawan dapat mengerjakan
pekerjaan dengan efektif dan efisien
sehingga tidak perlu banyak instruksi
dan umpan balik dari atasan.
4. Karyawan hadir tepat waktu sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan di
tempat kerja.
43
Variabel Dimensi Keterangan
Kepemimpinan 5. Karyawan mampu memberikan contoh
melaksanakan pekerjaan.
6. Karyawan fokus menyelesaikan
pekerjaan walaupun tidak ada atasan
yang mengawasi.
Kerjasama 7. Karyawan mampu bekerjasama dengan
rekan kerja.
8. Karyawan lebih mengutamakan
kepentingan kelompok daripada
pribadi.
44
Variabel Dimensi Keterangan
Prakarsa 9. Karyawan memberikan gagasan-
gagasan untuk kemajuan perusahaan.
10. Kreativitas yang tinggi dapat
membantu karyawan mencapai hasil
kerja yang lebih baik.
Tanggung jawab 11. Karyawan dapat mempertang-
gungjawabkan tugas yang diberikan.
12. Karyawan berusaha untuk
menyelesaikan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Pencapaian target 13. Karyawan mampu menyelesaikan
setiap pekerjaan.
14. Karyawan bekerja sesuai dengan
prosedur dan jadwal.
15. Karyawan berusaha mencapai target
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013: 117).
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
penelitian akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
PT. Utec Industries Indonesia Cikarang yang berjumlah 150 orang.
3.4.2 Sampel
45
Menurut Arikunto (2010: 118), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian,
maka perlu perhitungan besar kecilnya populasi. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk menentukan ukuran
sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n = )1( 2Ne
N
dimana n : jumlah sampel
n : jumlah populasi
e : tingkat kesalahan diambil 10%
n = )1( 2Ne
N
= )%)10(1501(
1502
= 60,00
Jadi sampel penelitian ini diambil sebanyak 60 karyawan PT. Utec
Industries Indonesia Cikarang.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik metode yang digunakan
dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
3.5.1 Metode kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan serangkaian pertanyaan tertulis kepada responden untuk
46
dijawab. Kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner
tertutup peneliti berikan untuk memberi kemudahan para respoden dalam
menjawab karena sudah disediakan jawabannya. Kuesioner yang digunakan
berbentuk Skala Likert yang bersifat langsung dan tertutup.
3.5.2 Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu
yang berkaitan dengan penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data adalah suatu cara pemecahan masalah dengan
menggunakan metode-metode untuk menarik kesimpulan dari data-data yang
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setaip variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini ada dua yaitu analisis statistik
dekriptif dan analisis statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk
mendiskripsikan data sampel. Termasuk dalam statistik deskriptif dalam
penelitian ini adalah perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil,
persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan
standar deviasi, perhitungan persentase. Statistik inferensial yaitu teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasil
diperlakukan untuk populasi. Karena kesimpulan yang diberlakukan untuk
47
populasi berdasarkan data sampel maka kesimpulanya bersifat peluang
(probability). Suatu kesimpulan data sampel yang akan diberlakukan untuk
populasi mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang
dinyakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf
kepercayaan 95% bila peluang kesalahan 1% maka taraf kepercayaan 99%,
peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi. Jenis
pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling dan
menggunakan skala interval sehingga data yang didapat adalah data interval
dengan tahap:
3.6.1 Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas angket yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Sebuah angket dikatakan memiliki validitas isi apabila
penyusunan angket disesuaikan indikator-indikator. Pengujian validitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan analis butir. Cara pengukuran
analisa butir tersebut adalah mengkorelasikan skor butir dengan skor total
dengan rumus produk moment dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Hasil analisis perhitungan validitas butir (hitung r) dikonsultasikan
dengan harga kritik r product momen, pada taraf signifikan 5 %. Jika rhitung >
rtabel maka butir tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka
butir tersebut dikatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
48
Suatu angket dikatakan reliabel atau handal ketika jawaban responden
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Maka
semakin tinggi tingkat reliabilitas suatu alat pengukur maka semakin stabil pula
alat pengukur tersebut.Untuk mengetahui reliabilitas angket dengan rumus
alpha chonbach dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Harga reliabilitas yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel
product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r alpha positif atau > dari rtabel
maka pertanyaan reliable. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pertanyaan
tidak reliable.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian persyaratan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen dapat diperhatikan secara visual dari hasil analisis
atau uji normalitas yang ditunjukkan dengan penyebaran atau pencaran titik-
titik data yang membentuk pola garis lurus. Dalam hal ini, Uji Normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan
independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji
Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva penyebaran P-Plot.
49
Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji K-S > dibandingkan taraf signifikansi
0,05 maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva normalnya itu uji
normalitas. Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik histogram,
yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat dikatakan data
berdistribusi normal.
2. Uji Heterokedaktisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke
pengamatan yang lain tetap, atau disebut homo skedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah untuk menguji ada tidaknya hubungan linear yang
”sempurna” (pasti) diantara beberapa atau semua variabel independen dari model
regresi. Bila hubungan antara variabel independen sangat tinggi, umumnya akan
terjadi multi kolinearitas. Pada umumnya jika VIF (Variance Inflation Factor)
kurang dari 5, maka variabel independen tersebut mempunyai persoalan dengan
variabel independen lainnya. Jika terjadi multi kolinearitas pada variabel-variabel
independen, maka akan berakibat koefisien regresi linier berguna tidak dapat
ditentukan, dan standar deviasi akan memiliki nilai tak terhingga, sehingga model
regresi dapat digunakan. Atau, Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka tidak
terjadi gejala nulti kolinieritas.
3.6.3 Analisis Regresi Linear
50
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya
digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier.
Pengujian linieritas dalam penelitian ini digunakan uji F. Dalam prakteknya,
akan digunakan bantuan program SPSS 20.0 menghitung uji linieritas, dengan
melihat nilai koefisien sig. pada Deviation from Liniearity.
Untuk melihat ada tidaknya tingkat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi. Analisis
Regresi digunakan oleh peneliti dengan maksud melakukan prediksi seberapa
jauh nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dirubah.
1. Perhitungan persamaan garis regresi
Hasil perhitungan garis regresi bisa dilihat dari output program SPSS
melalui analisis regresi yakni pada tabel Coefficientsa. Koefisien persamaan
garis regresi ditunjukkan oleh bilangan pada kolom B untuk Unstandardized
Coefficients. Persamaan regresinya ditulis: Y = a0 + a1x1
2. Pengujian signifikansi regresi
Pengujian signifikansi regresi parsial dilakukan dengan memperhatikan
nilai pada kolom t atau kolom sig. pada tabel Coefficients. Untuk regresi parsial
pengaruh X1 terhadap Y digunakan baris nilai t dan sig. pada baris variabel X1,
sedangkan untuk regresi parsial pengaruh X2 terhadap Y digunakan baris nilai t
dan sig. pada baris variabel X2.
Jika digunakan kolom sig., maka kriteria signifikansinya adalah:
”Jika sig. < 0,05 maka regresi tersebut signifikan
Jika digunakan kolom t, maka kriteria signifikansinya adalah:
51
”Jika thitung > ttabel maka regresi tersebut signifikan
ttabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada distribusi t, yaitu taraf
nyata dan dk = n – 2, dimana n adalah banyaknya anggota sampel.
3.6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi. Uji korelasi
antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y, penulis menggunakan analisis
korelasi parsial dan ganda. Perhitungan koefisien korelasi parsial bisa dilihat
dari output program SPSS melalui analisis korelasi yakni pada tabel
correlations. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda bisa dilihat dari output
program SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel Model Summaryb.
Signifikansi dari koefisien korelasi tersebut diuji secara manual atau dengan
bantuan komputer.
52
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Sejarah PT. Utec Industries Indonesia
PT. Utec Industries Indonesia berlokasi di Jalan Kenari Raya Blok G6-
01, Kav. 06A, Kawasan Industri Delta Silicon 6, Lippo Cikarang, Kabupaten
Bekasi. PT. Utec Industries Indonesia asal mula terletak di pabrik USUKI yang
sebelumnya OITA KIKAI KOGYO Co. Ltd. Pada Desember 2001, KYOTO
SEISAKUSHO Co Ltd dan OITA KIKAI NISSHIMBO Mec. bermaksut
memindahkan operasi mereka ke kantor pusat perusahaan di kota KUNISAKI,
perfektur OITA.
Manajer Direktur OITA KIKAI KOGYO pada saat itu ialah Tadayuki
Hatano, dimana sekarang menjabat sebagai Presiden PT. Utec Industries
Indonesia. Hatano memutuskan untuk membeli saham di Pabrik Usuki
sendiri dan melanjutkan tradisi manufaktur mesin di Usuki. Beberapa
insinyur juga memilih untuk tetap tinggal di Usuki daripada pindah ke
kantor pusat baru di Kunisaki dan bergabung dengan Hatano dalam
peluncuran sebuah perusahaan baru PT. Utec Industries Indonesia
kependekan dari “Usuki Techhnique”
4.2 Struktur Organisasi PT. Utec Industries Indonesia
Struktur organisasi PT. Utec Industries Indonesia dapat digambarkan
dalam bagan sebagai berikut:
47
53
Gambar 4.01
Struktur Organisasi PT. Utec Industries Indonesia
4.3 Kegiatan Operasional PT. Utec Industries Indonesia
PT. Utec Industries Indonesia berdiri pada Januari 2002. PT. Utec
Industries Indonesia menyatukan keahlian di bidang manufaktur mesin yang
dibangun selama bertahun-tahun dengan slogannya membuat pekerjaan yang
menarik. Sampai hari ini, perusahaan terus menerapkan sendiri untuk misi
dasar manufacture yang terinspirasi didedikasikan untuk kenyamanan dan
utilitas
PT. Utec Industries Indonesia bekerja terus menerus untuk menjaga
standar kenyamanan dan kualitas yang diminta oleh pengguna. Kebanyakan
pengguna memiliki permintaan yang tidak standar; alami, ide baru dan
pengulangan uji coba dibutuhkan sebelum penyelesaian produk dapat
54
diproduksi. Bukan suatu tugas mudah, tapi ini sangat tepat mengapa PT. Utec
Industries Indonesia harus melakukannya. Pengalaman PT. Utec Industries
Indonesia yang terdahulu dalam uji coba menghasilkan pengalaman keahlian
yang sekarang menjadi aset utama perusahaan PT. Utec Industries Indonesia.
Moto PT. Utec Industries Indonesia adalah mengasah kemampuan kami
untuk kepuasan pelangan. PT. Utec Industries Indonesia berpedoman dengan
kosakata bahasa jepang “BENRI DAIKU” yang menunjukan sebagai penyedia
solusi bagi pengguna yang kesulitan, pelayanan praktis dan nyaman yang
mudah dijangkau konsumen. PT. Utec Industries Indonesia bangga dengan
“BENRI DAIKU” dan akan melanjutkan seperti itu. PT. Utec Industries
Indonesia akan selalu bekerja untuk lebih mengembangkan skill dan memberi
produk yang bernilai tambah untuk semua pengguna.
55
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Data Penelitian
5.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Instrumen Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kelayakan instrumen penelitian variabel gaya kepemimpinan
transformasional menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil
pengujian validitas menggunakan program SPSS 20.0 diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 5.01
Hasil Uji Validitas Instrumen
Gaya Kepemimpinan Transformasional
No Butir rhitung rtabel Status
1 0,616 0,444 Valid
2 0,522 0,444 Valid
3 0,506 0,444 Valid
4 0,674 0,444 Valid
5 0,662 0,444 Valid
6 0,570 0,444 Valid
7 0,514 0,444 Valid
8 0,470 0,444 Valid
9 0,163 0,444 Tidak Valid
10 0,454 0,444 Valid
11 0,605 0,444 Valid
12 0,601 0,444 Valid
Hasil uji perhitungan reliabilitas instrumen gaya kepemimpinan
transformasional menggunakan program aplikasi SPSS diperoleh data sebagai
berikut:
51
56
Tabel 5.02
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.755 12
Berdasarkan tabel di atas, bahwa uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Jika dinilai alpha di atas 0,50 maka dikatakan bahwa
instrumen yang terdiri dari sejumlah butir-butir tersebut adalah reliabel. Hasil
ujicoba instrumen gaya kepemimpinan transformasional diperoleh nilai Alpha
Cronbach sebesar 0,755 > 0,50, berarti instrumen gaya kepemimpinan
transformasional dinyatakan reliabel.
2. Instrumen Organizational Citizenship Behavior
Kelayakan instrumen penelitian variabel organizational citizenship
behavior menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil
pengujian validitas menggunakan program SPSS 20.0 diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 5.03
Hasil Uji Validitas Instrumen
Organizational Citizenship Behavior
No Butir rhitung rtabel Status
1 0,481 0,444 Valid
2 0,385 0,444 Tidak Valid
3 0,637 0,444 Valid
4 0,528 0,444 Valid
5 0,584 0,444 Valid
6 0,560 0,444 Valid
7 0,445 0,444 Valid
8 0,494 0,444 Valid
9 0,553 0,444 Valid
57
No Butir rhitung rtabel Status
10 0,329 0,444 Tidak Valid
11 0,504 0,444 Valid
12 0,504 0,444 Valid
13 0,502 0,444 Valid
14 0,433 0,444 Tidak Valid
15 0,447 0,444 Valid
Hasil uji perhitungan reliabilitas instrumen organizational citizenship
behavior menggunakan program aplikasi SPSS diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.04
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Organizational Citizenship Behavior
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.771 15
Berdasarkan tabel di atas, bahwa uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Jika dinilai alpha di atas 0,50 maka dikatakan bahwa
instrumen yang terdiri dari sejumlah butir-butir tersebut adalah reliabel. Hasil
ujicoba instrumen organizational citizenship behavior diperoleh nilai Alpha
Cronbach sebesar 0,771 > 0,50, berarti instrumen organizational citizenship
behavior dinyatakan reliabel.
3. Instrumen Kinerja Karyawan
Kelayakan instrumen penelitian variabel kinerja karyawan
menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil pengujian
validitas menggunakan program SPSS 20.0 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.05
Hasil Perhitungan Validitas Butir Instrumen Kinerja Karyawan
58
No Butir rhitung rtabel Status
1 0,538 0,444 Valid
2 0,524 0,444 Valid
3 0,604 0,444 Valid
4 0,499 0,444 Valid
5 0,522 0,444 Valid
6 0,507 0,444 Valid
7 0,564 0,444 Valid
8 0,730 0,444 Valid
9 0,018 0,444 Tidak Valid
10 0,564 0,444 Valid
11 0,652 0,444 Valid
12 0,630 0,444 Valid
13 0,535 0,444 Valid
14 0,550 0,444 Valid
15 0,336 0,444 Tidak Valid
Hasil uji perhitungan reliabilitas instrumen kinerja karyawan
menggunakan program aplikasi SPSS diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.06
Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kinerja Karyawan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.806 15
Berdasarkan tabel di atas, bahwa uji reliabilitas dengan
menggunakan Alpha Cronbach. Jika dinilai alpha di atas 0,50 maka
dikatakan bahwa instrumen yang terdiri dari sejumlah butir-butir tersebut
adalah reliabel. Hasil ujicoba instrumen kinerja karyawan diperoleh nilai
Alpha Cronbach sebesar 0,806 > 0,50, berarti instrumen kinerja karyawan
dinyatakan reliabel.
5.1.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian
59
Deskripsi statistik dari hasil perhitungan dan pengujian yang dilakukan
dengan bantuan komputer melalui program aplikasi SPSS 20.0 dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Variabel gaya kepemimpinan transformasional dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket yang
terdiri dari 11 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skala skor
(rating scale) 1 sampai 5. Dengan demikian, rentang skor teoretis gaya
kepemimpinan transformasional berkisar antara 11 sampai 55. Data hasil
penelitian angket gaya kepemimpinan transformasional menggunakan teknik
statistik deskriptif menggunakan SPSS 20.00 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.07
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Gaya Kepemimpinan
Transformasional (Variabel X1)
Statistics
Gaya Kepemimpinan Transformasional
N Valid 60
Missing 0
Mean 42.2000
Median 42.0000
Mode 37.00a
Std. Deviation 5.16113
Variance 26.637
Range 21.00
Minimum 32.00
Maximum 53.00
Sum 2532.00
Percentiles 25 38.0000
50 42.0000
75 45.7500
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
60
Perolehan data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram
hasil perhitungan menggunakan uji SPSS sebagai berikut:
Gambar 5.01
Histogram Gaya Kepemimpinan Transformasional
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil perhitungan rata-rata skor
variabel gaya kepemimpinan transformasional sebesar 42,20, median 42,00,
dan modus 37,00. Keragaman data atau variasi skor diperlihatkan dengan nilai
simpangan baku 5,16 dan varians 26,64.
2. Organizational Citizenship Behavior
Variabel organizational citizenship behavior dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket yang
terdiri dari 12 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skala skor
(rating scale) 1 sampai 5. Dengan demikian, rentang skor teoretis
organizational citizenship behavior berkisar antara 12 sampai 60. Data hasil
61
penelitian angket organizational citizenship behavior menggunakan teknik
statistik deskriptif menggunakan SPSS 20.00 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.08
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Organizational Citizenship
Behavior (Variabel X2)
Statistics
Organizational Citizenship Behavior
N Valid 60
Missing 0
Mean 47.3833
Median 49.0000
Mode 44.00
Std. Deviation 6.02844
Variance 36.342
Range 24.00
Minimum 33.00
Maximum 57.00
Sum 2843.00
Percentiles 25 42.5000
50 49.0000
75 52.0000
Perolehan data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram
hasil perhitungan menggunakan uji SPSS sebagai berikut:
Gambar 5.02
Histogram Organizational Citizenship Behavior
62
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil perhitungan rata-rata skor
variabel organizational citizenship behavior sebesar 47,38, median 49,00, dan
modus 44,00. Keragaman data atau variasi skor diperlihatkan dengan nilai
simpangan baku 6,03 dan varians 36,34.
3. Kinerja Karyawan
Variabel kinerja karyawan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket yang terdiri dari 13
butir pernyataan. Masing-masing pernyataan memiliki skala skor (rating scale)
1 sampai 5. Dengan demikian, rentang skor teoretis kinerja karyawan berkisar
antara 13 sampai 65. Data hasil penelitian angket kinerja karyawan
menggunakan teknik statistik deskriptif menggunakan SPSS 20.00 diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 5.09
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Kinerja Karyawan (Variabel Y)
Statistics
Kinerja Karyawan
N Valid 60
Missing 0
Mean 44.2667
Median 43.0000
Mode 36.00a
Std. Deviation 7.81321
Variance 61.046
Range 30.00
Minimum 33.00
Maximum 63.00
Sum 2656.00
Percentiles 25 37.2500
50 43.0000
75 49.0000
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
63
Perolehan data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk histogram
hasil perhitungan menggunakan uji SPSS sebagai berikut:
Gambar 5.03
Histogram Kinerja Karyawan
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil perhitungan rata-rata skor
variabel kinerja karyawan sebesar 44,27, median 43,00, dan modus 36,00.
Keragaman data atau variasi skor diperlihatkan dengan nilai simpangan baku
7,81 dan varians 61,05.
5.1.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian
normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas, menggunakan bantuan
program SPSS 2.0.
1. Uji Normalitas
Kriteria dari normalitas data adalah “jika p value (sig) > 0.05 maka Ho
diterima”, yang berarti data pada sampel berdistribusi normal. Nilai p value
64
(sig) adalah bilangan yang tertera pada kolom sig. dalam tabel output
perhitungan pengujian normalitas oleh program SPSS. Dalam hal ini digunakan
metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Gaya Kepemimpinan
Transformasional
Organizational Citizenship Behavior
Kinerja Karyawan
N 60 60 60
Normal Parametersa,,b
Mean 42.2000 47.3833 44.2667
Std. Deviation 5.16113 6.02844 7.81321
Most Extreme Differences
Absolute .092 .139 .105
Positive .092 .089 .105
Negative -.070 -.139 -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .714 1.077 .816
Asymp. Sig. (2-tailed) .689 .196 .518
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig. untuk semua
sampel yaitu gaya kepemimpinan transformasional sebesar 0,689,
organizational citizenship behavior sebesar 0,196, dan kinerja karyawan
sebesar 0,518. Ketiga variabel tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga Ho
diterima, dengan kata lain bahwa data dari semua sampel pada penelitian ini
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi dan menguji
apakah persamaan yang dibentuk terjadi gejala multikolinearitas. Hasil
pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
65
Tabel 5.11
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Gaya Kepemimpinan Transformasional
.714 1.401
Organizational Citizenship Behavior
.714 1.401
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dari kedua variabel bebas terhadap variabel terikat kurang dari
10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat (tidak terjadi)
multikolinearitas antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Terpenuhinya
asumsi kolinearitas adalah jika pada model persamaan regresi ganda tidak
memiliki masalah multikolinieritas yang dibuktikan dengan nilai tolerance
seluruh variabel independen mendekati angka 1 dan atau lebih besar daripada
0,2 atau nilai VIF seluruh variabel independen berada di seputar angka 1 dan
tidak boleh dari dari 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menggunakan metode grafik plot regression
standarized predicted value dengan regression studentised residual. Hasil
pengujian heteroskedastisitas data penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
66
Gambar 5.04
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini seperti terlihat
pada gambar di atas, diketahui bahwa titik-titik (data) menyebar secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas dengan demikian berarti
terjadi homoskedastisitas.
5.1.4 Uji Regresi Linear
Pengujian regresi linear dilakukan dengan bantuan komputer melalui
program aplikasi SPSS 20.0. Menurut ketentuan yang ada pada program
tersebut, maka kriteria dari normalitas data adalah “jika p value (Sig.)< 0.05
maka Ho diterima”, yang berarti bahwa sampel-sampel tersebut berasal dari
67
populasi yang homogen. Nilai p value (Sig.) adalah bilangan yang tertera pada
kolom Sig. baris Linierity dalam tabel ANOVA hasil perhitungan pengujian
linieritas garis regresi oleh program SPSS.
1. Regresi linear gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap
kinerja karyawan (variabel Y)
Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi pengaruh variabel
X1 terhadap variabel Y dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.12
Uji Linearitas Regresi Variabel X1 Terhadap Variabel Y
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Kinerja Karyawan * Gaya Kepemimpinan Transformasional
Between Groups
(Combined) 2342.867 20 117.143 3.629 .000
Linearity 1612.260 1 1612.260 49.948 .000
Deviation from Linearity
730.607 19 38.453 1.191 .313
Within Groups
1258.867 39 32.279
Total 3601.733 59
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig. baris
Deviation from Linierity = 0,313 untuk semua sampel lebih dari 0.05, sehingga
Ho diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi pengaruh antara variabel X1
dan variabel Y linier. Linearitas garis regresi pengaruh variabel gaya
kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan dapat digambarkan
dalam bentuk diagram sebagai berikut:
68
Gambar 5.05
Garis Regresi Pengaruh Variabel X1 dengan Y
Grafik di atas menggambarkan bahwa semakin tinggi skor gaya
kepemimpinan transformasional maka makin tinggi pula skor kinerja
karyawan. Artinya, bahwa semakin tepat dan baiknya gaya kepemimpinan
transformasional yang diterapkan oleh seorang pemimpin, maka semakin
tinggi kinerja karyawannya.
2. Regresi linear organizational citizenship behavior (X2) terhadap kinerja
karyawan (variabel Y)
Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi pengaruh variabel
X2 terhadap variabel Y dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
69
Tabel 5.13
Uji Linearitas Regresi Variabel X2 Terhadap Variabel Y
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Kinerja Karyawan * Organizational Citizenship Behavior
Between Groups
(Combined) 2007.067 18 111.504 2.867 .003
Linearity 1204.198 1 1204.198 30.961 .000
Deviation from Linearity
802.869 17 47.228 1.214 .297
Within Groups
1594.667 41 38.894
Total 3601.733 59
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig. baris
Deviation from Linierity = 0,297 untuk semua sampel lebih dari 0.05, sehingga
Ho diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi pengaruh antara variabel X2
dan variabel Y linier. Linearitas garis regresi pengaruh variabel organizational
citizenship behavior terhadap kinerja karyawan dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 5.06
Garis Regresi Pengaruh Variabel X2 dengan Y
70
Grafik di atas menggambarkan bahwa semakin tinggi skor
organizational citizenship behavior maka makin tinggi pula skor kinerja
karyawan. Artinya, bahwa semakin baik organizational citizensihp behavior,
maka semakin tinggi kinerja karyawannya.
3. Regresi linear gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap
organizational citizenship behavior (X2)
Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi pengaruh variabel
X1 terhadap variabel X2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.14
Uji Linearitas Variabel X1 Terhadap Variabel X2
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Organizational Citizenship Behavior * Gaya Kepemimpinan Transformasional
Between Groups
(Combined) 1256.717 20 62.836 2.761 .003
Linearity 614.094 1 614.094 26.987 .000
Deviation from Linearity
642.623 19 33.822 1.486 .145
Within Groups
887.467 39 22.756
Total 2144.183 59
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig. baris
Deviation from Linierity = 0,145 untuk semua sampel lebih dari 0.05, sehingga
Ho diterima, dengan kata lain bahwa garis regresi pengaruh antara variabel X1
dan variabel X2 linier. Linearitas garis regresi pengaruh variabel gaya
kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship behavior
dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
71
Gambar 5.07
Garis Regresi Pengaruh Variabel X1 dengan X2
Grafik di atas menggambarkan bahwa semakin tinggi skor gaya
kepemimpinan transformasional maka makin tinggi pula skor organizational
citizenship behavior. Artinya, bahwa semakin tepat dan baiknya gaya
kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh seorang pemimpin maka
makin baik organizational citizensihp behavior.
5.1.5 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis digunakan untuk menguji rumusan hipotesis penelitian
yang diajukan. Berikut ini dipaparkan uji hipotesis dari keempat rumusan
hipotesis penelitian ini, sebagai berikut:
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) Terhadap
Kinerja Karyawan (Y)
Pengujian hipotesis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
72
1. Uji r (product moment pearson)
Hasil uji r pengaruh variabel gaya kepemimpinan transformasional
terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.15
Hasil Uji r (Product Moment) Pengaruh Variabel X1 Terhadap Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .669a .448 .438 5.85673 1.791
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transformasional
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa koefisien pengaruh
variabel bebas gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap variabel
terikat kinerja karyawan (Y) adalah sebesar 0,669.
2. Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar nilai variabel gaya kepemimpinan transformasional (X1)
terhadap kinerja karyawan (Y). Berdasarkan tabel perhitungan uji r (product
moment) di atas dapat diketahui R square sebesar 0,448 sehingga koefisien
determinan dapat dicari sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,448 x 100%
= 44,8%
Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya kontribusi gaya
kepemimpinan transformasional (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah
sebesar 44,8%, sedangkan sisanya 55,2% karena pengaruh faktor lain.
73
3. Uji t
Hasil perhitungan pengujian signifikansi korelasi regresi pengaruh
variabel gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap variabel kinerja
karyawan (Y) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.16
Uji t Pengaruh Variabel X1 Terhadap Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.524 6.280 .243 .809
Gaya Kepemimpinan Transformasional
1.013 .148 .669 6.856 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah dengan memperhatikan
nilai bilangan yang tertera pada kolom t atau kolom Sig. Baris gaya
kepemimpinan transformasional (X1). Menurut ketentuan yang ada, kriteria
signifikansi regresi tersebut adalah “jika thitung> ttabel maka Ho ditolak” atau
“jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak”, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y. Nilai Sig. adalah
bilangan yang tertera pada kolom Sig. untuk baris dalam di atas. Nilai thitung
adalah bilangan yang tertera pada kolom t untuk baris gaya kepemimpinan
transformasional (X1). Sedangkan nilai ttabel adalah nilai tabel distribusi t untuk
taraf nyata 5% dengan derajat kepercayaan (df = n – 2) = 58 dengan n adalah
banyaknya responden.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung = 6,856
sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig.< 0,05 dan thitung> ttabel maka Ho
74
ditolak yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel bebas
gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap variabel terikat kinerja
karyawan (Y).
2. Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (X2) Terhadap Kinerja
Karyawan (Y)
Pengujian hipotesis pengaruh organizational citizenship behavior
terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1. Uji r (product moment pearson)
Hasil uji r pengaruh variabel organizational citizenship behavior
terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.17
Hasil Uji r (Product Moment) Pengaruh Variabel X2 Terhadap Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .578a .334 .323 6.42937 1.372
a. Predictors: (Constant), Organizational Citizenship Behavior
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa koefisien pengaruh
variabel bebas organizational citizenship behavior (X2) terhadap variabel
terikat kinerja karyawan (Y) adalah sebesar 0,578.
2. Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar nilai variabel organizational citizenship behavior (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y). Berdasarkan tabel perhitungan uji r (product moment) di
75
atas dapat diketahui R square sebesar 0,334 sehingga koefisien determinan
dapat dicari sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,334 x 100%
= 33,4%
Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya kontribusi organizational
citizenship behavior (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah sebesar 33,4%,
sedangkan sisanya 66,6% karena pengaruh faktor lain.
3. Uji t
Hasil perhitungan pengujian signifikansi korelasi regresi pengaruh
variabel organizational citizenship behavior (X2) terhadap variabel kinerja
karyawan (Y) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.18
Uji t Pengaruh Variabel X2 Terhadap Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 8.757 6.631 1.321 .192
Organizational Citizenship Behavior
.749 .139 .578 5.397 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah dengan memperhatikan
nilai bilangan yang tertera pada kolom t atau kolom Sig. Baris organizational
citizenship behavior (X2). Menurut ketentuan yang ada, kriteria signifikansi
regresi tersebut adalah “jika thitung> ttabel maka Ho ditolak” atau “jika Sig. < 0,05
76
maka Ho ditolak”, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y. Nilai Sig. adalah bilangan yang
tertera pada kolom Sig. untuk baris dalam di atas. Nilai thitung adalah bilangan
yang tertera pada kolom t untuk baris organizational citizenship behavior (X2).
Sedangkan nilai ttabel adalah nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata 5% dengan
derajat kepercayaan (df = n – 2) = 58 dengan n adalah banyaknya responden.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung = 5,397
sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig.< 0,05 dan thitung> ttabel maka Ho
ditolak yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel bebas
organizational citizenship behavior (X2) terhadap variabel terikat kinerja
karyawan (Y).
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) Terhadap
Organizational Citizenship Behavior (X2)
Pengujian hipotesis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap organizational citizenship behavior dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1) Uji r (product moment pearson)
Hasil uji r pengaruh variabel gaya kepemimpinan transformasional
terhadap organizational citizenship behavior dapat dilihat pada tabel berikut:
77
Tabel 5.19
Hasil Uji r (Product Moment) Pengaruh Variabel X1 Terhadap X2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .535a .286 .274 5.13623 1.913
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transformasional
b. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa koefisien pengaruh
variabel gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap organizational
citizenship behavior (X2) adalah sebesar 0,535.
2) Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar nilai variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap
organizational citizenship behavior. Berdasarkan tabel perhitungan uji r
(product moment) di atas dapat diketahui R square sebesar 0,286 sehingga
koefisien determinan dapat dicari sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,286 x 100%
= 28,6%
Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya kontribusi gaya
kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship
behavior adalah sebesar 28,6%, sedangkan sisanya 71,4% karena pengaruh
faktor lain.
78
3) Uji t
Hasil perhitungan pengujian signifikansi korelasi regresi pengaruh
variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap organizational
citizenship behavior dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.20
Uji t Pengaruh Variabel X1 Terhadap X2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 21.004 5.508 3.814 .000
Gaya Kepemimpinan Transformasional
.625 .130 .535 4.825 .000
a. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2017
Untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah dengan memperhatikan
nilai bilangan yang tertera pada kolom t atau kolom Sig. Baris gaya
kepemimpinan transformasional (X1). Menurut ketentuan yang ada, kriteria
signifikansi regresi tersebut adalah “jika thitung> ttabel maka Ho ditolak” atau
“jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak”, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variabel bebas X1 terhadap variabel terikat X2. Nilai Sig. adalah
bilangan yang tertera pada kolom Sig. untuk baris dalam di atas. Nilai thitung
adalah bilangan yang tertera pada kolom t untuk baris gaya kepemimpinan
transformasional (X1). Sedangkan nilai ttabel adalah nilai tabel distribusi t untuk
taraf nyata 5% dengan derajat kepercayaan (df = n – 2) = 58 dengan n adalah
banyaknya responden.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung = 4,825
sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig.< 0,05 dan thitung> ttabel maka Ho ditolak
79
yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel gaya
kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship behavior.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang menguji hipotesis
penelitian ini, maka dapat diuraikan pembahasan tiap hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
1. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
karyawan
Hasil analisis data, diperoleh data koefisien korelasi antara gaya
kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan sebesar 0,669
setelah dilakukan pengujian dengan program SPSS terbukti bahwa koefisien
korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh variabel
bebas X1 (gaya kepemimpinan transformasional) terhadap variabel Y (kinerja
karyawan). Pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung =
6,856 sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig. < 0,05 dan thitung > ttabel maka
Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel bebas
X1 (gaya kepemimpinan transformasional) terhadap variabel terikat Y (kinerja
karyawan).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra
Kharis (2015) yang berjudul: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Kinerja Karyawan dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel
Intervening. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif
80
dan signifikan gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja
sebesar 0,587, pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
karyawan sebesar 0,597 dan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan 0,357.
Menurut Terry dan Rue (2008: 192) menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi perilaku
orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu.
Kepemimpinan adalah suatu tujuan dalam suatu kelompok. Beberapa orang
akan memimpin dan sebahagian besar akan mengikutinya. Seorang pemimpin
melaksanakan rencana-rencana dan memberikan sumbangannya untuk
menjadikan sebuah rencana menjadi suatu kenyataan. Pemimpin
menyampaikan rencana itu kepada bawahannya, menjelaskan maksud dari
kegiatan itu, mengatakan apa yang akan dibuat oleh setiap anggota, berusaha
untuk membangkitkan kegembiraan, dan berusaha untuk menyelesaikan setiap
perselisihan di kalangan anggota-anggotanya. Pada dasarnya, seorang
pemimpin memotivasi dan membimbing perilaku anggotanya.
Kepemimpinan dalam organisasi memegang peranan sentral dan vital
dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal
ini, pimpinan yang benar-benar mampu memimpin bawahan dalam
pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya tidak lepas dari bantuan bawahannya. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menciptakan hubungan baik dengan
bawahannya. Hubungan yang baik ini akan menimbulkan rasa hormat,
81
melaksanakan tugas dengan senang hati dan bertanggung jawab serta berusaha
untuk selalu bekerja sesuai dengan program yang ada.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin perusahaan yang baik dan
berorientasi bawahan lebih mampu menumbuhkembangkan kesadaran disiplin
dari karyawannya. Kepemimpinan yang berorientasi bawahan adalah
menempatkan karyawan sebagai faktor utama yakni sebagai manusia yang
mempunyai martabat, citra rasa dan karsa seperti dirinya. Dalam
kepemimpinannya selalu saling bahu membahu, bekerjasama, saling
menghormati dan menghargai, dapat memberikan keteladanan, selalu memberi
bimbingan, pengawasan yang dilakukan secara korektif, serta mampu
berkomunikasi dan menempatkan diri di antara karyawan tanpa harus
kehilangan kewibawaannya sebagai pemimpin. Karyawan merupakan
bawahan dari seorang atasan. Karyawan akan merasa puas dalam bekerja
apabila pimpinannya melaksanakan kepemimpinan dengan memperhatikan
faktor-faktor yang bersangkutan dengan sistem nilai yang berlaku dari
karyawan.
2. Pengaruh Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja
Karyawan
Hasil analisis data, diperoleh data koefisien korelasi antara
organizational citizenship behavior terhadap kinerja karyawan sebesar 0,578
setelah dilakukan pengujian dengan program SPSS terbukti bahwa koefisien
korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh variabel
bebas X2 (organizational citizenship behavior) terhadap variabel Y (kinerja
karyawan). Pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung =
82
5,397 sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig. < 0,05 dan thitung > ttabel maka
Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel bebas
X2 (organizational citizenship behavior) terhadap variabel terikat Y (kinerja
karyawan).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan, Solang dan Kartika (2015) yang berjudul: Organizational
Citizenship Behavior yang Berpengaruh Pada Kinerja Karyawan dan Kepuasan
Konsumen di PT U.tec Industries Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa organizational citizenship behavior berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan dan kepuasan konsumen. Semakin tinggi
organizational citizenship behavior, maka semakin tinggi pula kinerja
karyawan dan kepuasan konsumen. Selain itu, kinerja karyawan juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, semakin
tinggi kinerja karyawan maka konsumen akan semkain puas.
Keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan tugas ditentukan oleh
kemampuan dalam bekerjasama. Menurut Wibowo (2011: 81) bahwa faktor
yang perlu diperhatikan pada organisasi yang mempunyai kinerja tinggi
diantaranya adalah kerjasama. Oleh sebab itu kinerja organisasi dan interaksi
para karyawan dalam hal bekerjasama sangat menentukan tujuan organisasi.
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Organizational Citizenship Behavior
Hasil analisis data, diperoleh data koefisien korelasi antara gaya
kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship behavior
83
sebesar 0,535 setelah dilakukan pengujian dengan program SPSS terbukti
bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh variabel X1 (gaya kepemimpinan transformasional) terhadap variabel
X2 (organizational citizenship behavior). Pengujian hipotesis diperoleh bahwa
nilai Sig. = 0,000 dan thitung = 4,825 sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig.
< 0,05 dan thitung > ttabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh positif
dan signifikan variabel X1 (gaya kepemimpinan transformasional) terhadap
variabel X2 (organizational citizenship behavior).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Agustina dan Kriwangko (2016) yang berjudul: Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Organizational
Citizenship Behavior di PT U.tec Industries Indonesia. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap organizational citizenship
behavior. Gaya kepemimpinan transaksional mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap organizational citizenship behavior. Gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh lebih dominan
dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional terhadap organizational
citizenship behavior.
84
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dibuktikan
perolehan data koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja karyawan sebesar 0,669. Pengujian
hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung = 6,856 sedangkan
ttabel = 1,672. Karena nilai Sig. < 0,05 dan thitung > ttabel maka Ho ditolak.
Koefisien determinasi sebesar 0,448 menunjukkan bahwa besarnya
kontribusi gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan
adalah sebesar 44,8.%.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan organizational citizenship
behavior terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dibuktikan perolehan data
koefisien korelasi antara organizational citizenship behavior terhadap
kinerja karyawan sebesar 0,578. Pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai
Sig. = 0,000 dan thitung = 5,397 sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig. <
0,05 dan thitung > ttabel maka Ho ditolak. Koefisien determinasi sebesar 0,334
menunjukkan bahwa besarnya kontribusi organizational citizenship
behavior terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 33,4%.
79
85
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap organizational citizenship behavior. Hal tersebut
dibuktikan perolehan data koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan
transformasional terhadap organizational citizenship behavior sebesar
0,535. Pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig. = 0,000 dan thitung =
4,825 sedangkan ttabel = 1,672. Karena nilai Sig. < 0,05 dan thitung > ttabel maka
Ho ditolak. Koefisien determinasi sebesar 0,286 menunjukkan bahwa
besarnya kontribusi gaya kepemimpinan transformasional terhadap
organizational citizenship behavior adalah sebesar 28,6%.
6.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas, peneliti
dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan
transformasional memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan
PT. Utec Industries Indonesia. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin harus
memberikan perhatian khusus pada para karyawan dan lebih bertanggung
jawab terhadap pekerjaan dan jabatan yang diembannya. Keberhasilan
kinerja karyawan adalah salah satu unsur dalam meningkatkan kinerja
organisasi. Diharapkan dengan tercapainya gaya kepemimpinan yang baik
maka kinerja karyawan PT. Utec Industries Indonesia pun akan semakin
baik.
2. Perlunya meningkatkan peran dari seorang pimpinan dalam meningkatkan
kinerja karyawan. Diharapkan pimpinan PT. Utec Industries Indonesia
86
dapat lebih cermat dalam memilih gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan di perusahaan, sehingga dengan gaya kepemimpinan yang tepat
dapat mengembangkan semangat kebersamaan dan memotivasi karyawan
untuk bekerja keras dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Diharapkan PT. Utec Industries Indonesia hendaknya senantiasa
menciptakan organizational citizenship behavior yang lebih baik lagi agar
kinerja karyawan semakin baik dalam mengerjakan tugas dan tanggung
jawah, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal.
4. Karyawan PT. Utec Industries Indonesia perlu meningkatkan kinerja
terutama dalam hal mencapai target kerja serta kemampuan dalam
menyelesaikan pekerjaan dan sikap kerjasama karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
5. Penelitian ini masih bersifat umum, karena terlihat masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi kinerja karyawan, maka penulis menyarankan bagi
peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel dalam penelitian ini
untuk diteliti di masa yang akan datang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Agustina dan Kriwangko. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional
dan Transaksional Terhadap Organizational Citizenship Behavior di Sushi
Tei Galaxy Mall Surabaya. Jurnal Univ. Kristen Petra Surabaya
Bernardin, John and Joyce E.A. Russel. 2010. Human Resource Management.
Alih Bahasa Diana Hertati. Singapura: Mc-Graw Hill Inc.
Carter, M.Z., Armenakis, A.A., Feild, H.S. and Mossholder, K.W., 2013.
Transformasional leadership, relationship quality, and employee
performance during continuous incremental organizational change. Journal
of Organizational Behavior, 34(7),942-958.
Colquitt, Jason A., at al. 2009. Organizational Behavior, Improving Performance
and Commitment in The Workplace. New York: Mc-Graw Hill.
Danim, Sudarwan. 2008. Kinerja Staf dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Davies, K. & J.W. Newstrom. 2008. Human Behavior at. Work: Organizational
Behavior. Singapura: Mc-Graw Hill Book Company.
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Gibson, Invancevich, and Donnely. 2008. Organization and Management
Behavior, Structure Process. 4th ed terjemahan oleh Djoerban Wahid,
cetakan kedelapan Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Gunawan, Johana Susanti. 2015. Organizational Citizenship Behavior yang
Berpengaruh Pada Kinerja Karyawan dan Kepuasan Konsumen di Hotel
Sheraton Surabaya. Jurnal Mana-jemen Univ. Kristen Petra.
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kharis, Indra. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Kinerja Karyawan dengan dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Adminis-trasi Bisnis.
Maharani, Vivin. 2013. Organizational Citizenship Behavior Role in Mediating the
Effect of Transformational Leadership, Job Satisfaction on Employee
Performance: Studies in PT. Bank Syariah Mandiri Malang East Java.
Canadian Center of Science and Education ISSN 1833-3850, DOI:
10.5539/ijbm.v8n17pl
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2011. Manajemen Sumber Daya Manuasia.
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
82
88
Modassir, A. and Singh, T., 2008. Relationship of emotional intelligence with
transformasional leadership and organizational citizenship behavior.
International journal of leadership studies, 4(1),3-21.
Nahum-Shani, I. and Somech, A. 2011. Leadership, OCB and individual
differences: Idiocentrism and allocentrism as moderators of the
relationship between transformasional and transactional leadership and
OCB. The leadership quarterly, 22(2), 353-366.
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
________. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Timpe, A. Dale. 2008. Kinerja. terjemahan Sofyan Cikmat. Jakarta: Alex Media
Computindo.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.