Makalah Permasalahan Pendidikan
Transcript of Makalah Permasalahan Pendidikan
MAKALAH PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Disusun oleh :
1.Mardijah Nim. 201210060311016
2.Dwi Rizkiono Nim. 201210060311019
3.Maylia Murni Nim. 201210060311036
4.Karimah Mabrukah Nim. 201210060311046
Kelas : Matkom 2 A
Matakuliah : Pengantar Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa
pula shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada bu Ika
Rahmawati, selaku dosen pembimbing Matakuliah Pengantar
Pendidikan yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan tepat waktu.
Makalah ini mengupas “Permasalahan Pokok Pendidikan di
Indonesia”, melalui makalah ini kami mencoba menguak berbagai
permasalahan pendidikan di Indonesia, serta menggali bagaimana
solusi untuk mengatasinya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun
pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik
khususnya.
Malang, 10 Mei 2013
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................i
DAFTAR ISI..................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................1
1.1. Latar Belakang.........................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................1
1.4. Manfaat Penulisan......................................1
Bab II PEMBAHASAN...........................................3
1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya......3
2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan......................3
2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan........................4
2.2. Masalah Mutu Pendidikan..............................6
2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan.........................7
2.4. Masalah Relevansi Pendidikan.........................7
2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan..................8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
Pendidikan.................................................9
4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya....15
4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia.........15
4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di
Indonesia................................................18
Bab III PENUTUP.............................................20
ii
1. Kesimpulan..............................................20
2. Saran...................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangPendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan
seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya sering
tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis,
pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas,
pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk
misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke
hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh daya
ramal manusia. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan-rumusan
masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pendidik dalam
mengemban tugasnya.
1.2. Rumusan Masalah1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?
2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?
3. Apa pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan penduduk,
dan aspirasi masyarakat terhadap perkembangan masalah
pendidikan ?
4. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia dan upaya
penanggulangannya ?
1
1.3. Tujuan Penulisan1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan
dan menjelaskannya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-
masalah pokok pendidikan tersebut.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh perkembangan iptek,
pertumbuhan penduduk, dan aspirasi masyarakat terhadap
perkembangan masalah pendidikan.
4. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan
pendidikan di Indonesia serta upaya penanggulangannya.
1.4. Manfaat Penulisan1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai
permasalahan yang terjadi di Indonesia
2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya
penanggulangan berbagai permasalahan pendidikan di
Indonesia
2
Bab II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan PenanggulangannyaSistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan
kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem.
Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa
jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan erat
yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan
sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana
sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar
sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil
belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi
sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana
murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi
faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan
masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak
komponen dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh
dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini, yaitu :
a. Bagaimana semua warga negara dan menikmati kesempatan
pendidikan
3
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke
dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
2. Jenis Permasalahan Pokok PendidikanSeperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pada
bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang
telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu :
1. Masalah pemerataan pendidikan
2. Masalah mutu pendidikan
3. Masalah efisiensi pendidikan
4. Masalah relevansi pendidikan
Keempat permasalahan tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut :
2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan. Sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak
warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat
ditampung di dalam sistem aatau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
4
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang
penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh
kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar
berupa kemampuan membaca menulis, dan berhitung. Sehingga
mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai
media masa dan sumber belajar yang tesedia, baik, mereka
nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan
demikian merka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap
pembangunan
Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan
tersebut yaitu, menyiapkan masyarakat untuk dapat
berfartisipasi dalam pembangunan
Khususnya pendidikan formal atau pendidikan persekolahan
yang berjenjang, dan tiap jenjang memiliki fungsinya masing-
masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan
pada tiap jenjang di atur dengan memperhitungkan faktor-faktor
kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu di
tentukan froyeksinya secara terus menerus dengan seksama, pada
jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian memperoleh
kes4empatan pendidikan di dasarkan atas pertimbangan faktor
kuantitatif. Karna pada seluruh warga negara perlu di berikan
bekal dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan
terutama pada jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan
di dasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu
minat dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan
keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan dan ilmu
teknologi.
5
Khusus melalui jalur pendidikan di luar sekolah usaha
pemerintahan pendidikan mengalami perkembangan pesat ada dua
faktor yang menunjang yaitu perkemabngan IPTEK yang menawarkan
berbagai macam alternatif perkembangan IPTEK, menawarkan
beraneka ragam alternative model pendidikan yang dapat
memperluas pelayanan kesempatan belajar
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang
ditempuh melalui cara-cara konvensional dan cara inovatif :
Cara konvensional antara lain :
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau
ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya
untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar
bagi masyarakat / keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain :
a. Sistem Pamong (Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua dan
Guru) atau Inpact Sistem (Instructional Management by
Parent, Community and Teacher). Sistem ini dirintis di
Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi)
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem Guru Kunjung6
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)
e. Kejar paket A dan B
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka
2.2. Masalah Mutu Pendidikan
Jika hasil pendidikan belum tercapai, taraf seperti yang
di harapkan penetapan mutu hasil pendidikan pertama di lakukan
oleh lembaga penghasil pertama di lakukan oleh lembaga
penghasil sebagai produsen tenaga kerja terhadap calon luaran,
dengan sistem sertifikasi, selanjutnya jika luaran tersebut
terjun ke lapangan karja penilaian di lakukan oleh lembaga
pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes untuk kerja
(performance test) hasil belajar yang bermutu jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit di harakan terjadinya hasil
belajar yang bermutu . jika terjadi belajar yang tidak optimal
menghasilkan skor hasil ujian yang baik , maka hampir dapat di
pastikan bahwa hasil belajar tersebut adlah semu.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan
mutu. kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukan
bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih
rendah dari pada di daerah perkotaan, acuan usaha pemerataan
mutu pendidikan barmaksud agar system pendidikan khususnya
system persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di
seluruh pelosok tanah air (kota atau desa ) mengalami
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan
kondisinya masing-masing.
7
Pemecahan masalah mutu pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat
lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :
a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah
untuk SLTA dan PT
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui
studi lanjut
c. Penyempurnaan kurikulum
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan
yang tentram untuk belajar
e. Penyempurnaan sarana belajar
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang
mengenai anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan –
kegiatan :
1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh
semua lembaga pendidikan
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan
pengawas
3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti
EBTANAS, Sipenmaru atau UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk
menetapkan status suatu lembaga
2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana
suatu sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat8
sasaran dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya
efisiensinya berarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah
:
a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara
stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang
sangat terbatas. Masalah penempatan studi sering mengalai
kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
b) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak
efisiensien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang
matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan
kurikulum.
Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam
penggunaan sarana pendidikan yaitu diadakannya dan
didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan
pembekalan kemampuan sikap dan keterampilan calon pemakai
ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.
2.4. Masalah Relevansi Pendidikan
Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia.
Untuk pembangunan relevansi pendidikan mencakup sejauh mana
sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai,
dengan kebutuhan pembangunan.9
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor
pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi sektor
jasa, dll. Relevansi merupakan masalah berat untuk dipecahkan,
utamanya masalah-masalah relevansi kualitas.
Dari keempat macam pendidikan tersebut dikatakan teratasi jika pendidikan :
1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya
semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung
dalam satuan pendidikan.
2. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya, perencanaan
pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
3. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan
pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis
dalam rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan.
Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab
mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada
saat demikian.
1. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan
kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.
10
2. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena, jumlah murid
dalam kelas terlalu banyak, pengarahan, tenaga kerja
pendidik yang tidak memadai dan seterusnya.
2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan
Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan dilapangan, ada
keterkaitan diantara masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan
mungkin muncul kepermukaan dengan bobot yang tidak sama.
Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu
menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan
yang bermutu sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan
sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diusahakan pada saat demikian, yaitu:
Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani
pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan
penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.
Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam
kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang
kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak
memadai.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat
diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat suatu
bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu
disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu
memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima
11
informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan
diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.
Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan
berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan.
Bertolak dari gambaran tersebut terlihat juga kaitannya
dengan masalah efisiensi. Karena kondisi pelaksanaan
pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya pelaksanaan
pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung tidak
efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan relevan
dengan kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah
PendidikanPermasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah
diutarakan pada butir B dan C di atas merupakan masalah
pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di
dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut
berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di
luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhatikan di
dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini
berupa antara lain masalah perkembangan internasoinal, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta
masalah perkembangan regional.
Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro
yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
masalah pendidikan, yaitu :
12
1. Perkembangan iptek dan seni
2. Laju pertumbuhan penduduk
3. Aspirasi masyarakat
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
1. Perkembangan iptek dan seni
a. Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan
hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai
alam semesta, dan teknologi, adalah penerapan yang
direncanankan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat.
Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan
dengan iptek itu, misalnya seiring suatu teknologi baru yang
digunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi
ekonomi social baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan
mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja,
kebutuhanbahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai
kepada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersuebut
minimal dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan
metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan,
otomatis juga sarana juga sarana penunjangnya seperti searana
laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu
membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit
memakan biaya. Hal ini disinggung dalam butir 3 masalah
efisiensi pendidikan tentang perubahan kurikulum.
13
Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung
iptek terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak
langsung, juga banyak pengaruh yang langsung terhadap sistem
pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan
dengan aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang
bertujuan untuk mengatasi kekurangan gurudan gedung sekolah
seperti system pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif
cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan
perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta
mengajar. Selain itu diadakan juga program menghemat waktu
belajar (RIT: Reduce Instructional Time), memperluas jangkauan
peserta didik denga biaya relatif murah seperti sistem belajar
jarak jauh (BIJ), efektifitas proses belajar dan kualitas
hasil seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara
lain konselor, teknisi sumber belajar,dan lain-lain.
Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena
belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita
sudah banyak mendapatkan pengalamandalam hal ini. Kedua, orang
merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih
suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin
dan ragu menerima hal baru yang belum dikenal.
Masalahnya adalah bagaimana cara memperkenalkan suartu inovasi
agar orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek
yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan prinsip-
prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik
pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu diperkenalkan
aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan manfaatnya
serta motif yang mendasarinya. 14
Lazimnya suatu inovasi baru disebarluaskan setelah lebih
dahulu diujicobakan dalam ruang lingkup terbatas. Masalah
pertama muncul pada tahap uji coba, karena biasanya memerlukan
biaya (contoh PPSP: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan pada 8
IKIP sekitar tahun 80-an).
Selanjutnya masalah muncul pada tahap penyebarluasan
pelaksanaan hasil uji coba (diseminasi). Pada tahap ini
masalah mencakup banyak hal. Seperti dana, penyediaan
prasarana dan sarana, ketenagaan, kurikulum beserta perangkat
penunjangnya, dan seterusnya yang merupakan faktor –faktor
yang dapat menimbulkan masalah. Bahkan jika seandainya suatu
inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru,
misalnya antara lajn kurang cermatnya rancangan yang dibuat.
Contoh program diploma yang berhasil dan dapat memproduksi
tenaga baru yang diharapkan, tetapi berakibat alumni S1 tidak
terangkat karena ketiadaan jatah.
b. Perkembangan seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara
individual ataupun kelompok yang mengahasilkan sesuatu yang
indah.
Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian
manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang
bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas
dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia
seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar
karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya
emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di15
samping kognitif yang sudah digarap melalui program/bidang
studi yang lain.
Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan
segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan
semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas maka sudah
seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem
pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan
kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana
pendidikan tersendiri di samping program-program yang lain
dalam sistem pendidikan. Di sinilah timbulnya masalah
pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting
tetapi di sekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua.
Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang
lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian
tidak termasuk Ebtsnas, di samping juga sulit menyediaakan
tenaga pendidiknya. Lagipula sarana penunjang umumnya tidak
tersedia secara memadai karena mahal.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal,
yaitu :
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk
a. Petambahan penduduk16
Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) gambaran
pertambahan penduduk adalah sebagai berikut:
Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan
akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB
berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun lebih cepat
yaitu sebesar 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu
sebesar 3,5%. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya
susunan umur penduduk. Tentang pertumbuhan penduduk itu Bank
Dunia memperkirakan gambaran seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana
dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang pembangunan
nasional menjadi bertambah.
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia
rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan
berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia
sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia
sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua
meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan
demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas
pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih
meningkat dibanding dengan permintaaan akan fasilitas sekolah
dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke
perguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia
tua yang yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan
nonformal.
b. Penyebaran penduduk
17
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata.
Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar
dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pedalaman
khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan
di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu
menimbulkan kesultan dalam penyediaan sarana pendidikan.
Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani
kebutuhan akanpendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di
samping SD regular. Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan
dan penempatan guru. Disamping sebaran penduduk seperti
digambarkan itu denganpola yang statis (di kota padat, di desa
jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus menerus
terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil
yang lebih menyulitkan perncanaan penyediaan sarana
pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran
kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga
kerja.
3. Aspirasi masyarakat
Dalam dua darsa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam
banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan
hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini
mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang
mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan
sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan
memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan
menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi18
peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga social. Sebagai
akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka
orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya
anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada
orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat
pada anak-anak sendiri.
Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat
rintangan dalam bersekolah dan melanjutkan studi. Mungkin ini
dapat dipandang sebagai indicator tentang betapa besarnya
aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.
Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala
yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah.
Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping
pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan
nonformal.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi
penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan
menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas
melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah
membengkak, diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan
sore dengan penguranganjam belajar, kekurangan sarana belajar,
kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak
langsung dari kondisi sebagaimana digambarkan itu ialah
terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan kata lain,
massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu
pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat perusahaan konveksi
pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium,
small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.19
Namun demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap
pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap
dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang
belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi
menjadi motor penggerak roda kemajuan.
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan
oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah
maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi
masyarakat pendukung budaya, kebudayaanya pasti dipandang
sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari
kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah
ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar
ini dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan
harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian
kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai
dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan
terbelakang.
Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis,
apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya
bagian unsur-unsurnya berubah. Berubahnya unsur-unsur
kebudayaan tersebut tidak selalu bersamaan satu dengan yang
lain. Ada unsur yang lebih cepat dan ada yang lambat laun
brubah, namu yang jelas terjadinya perubahan tidak pernah
terhenti sepanjang masa, bahkan meskipun perubahan yang baru
itu kea rah negative.apalagi pada abad ke-20 ini, dimana
20
perkembangan iptek demikian pesat dan merambah ke seluruh
bidang kehidupan.
Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang
telekomunikasi/televise dan transportasi yang menimbulkan
revolusi informasi yang menembus batas-batas antarnegara dan
bangsa danmembuat bumi menjadi terasa kecil yang dikenal
dengan era globalisasi, maka mudah terjadi pertukaran
kebudayaan antarbangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur
kebudayaan baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang
lambat berubah maka terjadilah apa yang disebut kesenjangan
kebudayaan (cultural lag).
Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari
luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri.
Kebudayaan baru itu baik bersifat material seperti peralatan-
peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi,
telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial seperti paham
atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,
penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan
budaya terjadi karena:
Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misalnya
terpencil).
Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya
baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan
merusak sendi masyarakat.
Ketidakampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur
kebudayaan tersebut.
21
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan
budaya umumnya dialami oleh:
Masyaakat daerah terpencil.
Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang
terbelakang kebudayaanya tidak ikut berperan serta dalam
pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju.
Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan
ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana
kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan
mereka. Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai
transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan
nasional). Sebab system pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu
berkembang dengan bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah
ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat menggapai
masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka
untuk berperan serta dalam pembangunan.
4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya
4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari
proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu
ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan
meliputi masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran,22
kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan
pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep
dan mengenai pelaksanaannya. Misalnya, munculnya kurikulum
baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah kurikulum
tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis
ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau
masalah operasional.
Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :
a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas secara rinci di dalam
GBHN butir 2a dan b, tentang arah dan tujuan pendidikan bahwa
yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang
sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan
secara vertikal (dengan Tuhan Yang Maha Esa), horizontal
(dengan lingkungan masyarakat), dan konsentris (dengan diri
sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Jadi
konsepnya sudah cukup baik. Tetapi didalam pelaksanaannya
pendidikan afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan
mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif.
Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional,
yaitu diantaranya :
Beban kurikulum sudah terlalu sarat
Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit,
karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi23
yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran
dan pengalaman guru.
Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu,
sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.
b. Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah
pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah
bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik
untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan
sekolah) dan memberi bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan
tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut). Kedua macam bekal
tersebut harus sudah ditanam dan diberikan sejak masa
prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya sudah diperkuat
pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar kedua macam
bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal kerja)
sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar
lanjut maupun yang langsung akan terjun ke masyarakat.
Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain
sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984
lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu
kurikulum 1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan
keterampilan proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler
dengan memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai
akhir.
Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain :24
Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk
persatuan nasional. Memuat pengetahuan minimal dan
program khusus yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan
dan minat siswa.
Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).
Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa
sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk
beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan
tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak.
Selain itu, ada pula masalah pada program muatan lokal,
misalnya :
Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat
Penyusunan program
Koordinasi pelaksanaan
Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan
pembina pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai
tim dengan ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad
bersama.
c. Masalah Peranan Guru
Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan
realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan,
maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus
berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang
diri melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia25
dibantu oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru
BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses
pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan
pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan
pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan
berbagai sumber belajar ( komunikator), menyediakan dan
memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan
memberikan dorongan belajar (stimulator).
d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak
warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan
pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar
merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan
6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3
memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal
kemampuan dasar pada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN
1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain
mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan
pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan
dassar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju26
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib
belajar hanya 6 tahun. Secara konseptual dan acuan yang
diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah
sejalan dengan kebutuhan pembangunan.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9
tahun, antara lain :
Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28
Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP
No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai
bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum
dicabut.
Kurikulum yang belum siap
Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan
perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan,
penataran, dan lain-lain.
4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan
di Indonesia
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi
masalah-masalah aktual pendidikan, antara lain :
a) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram
tidak cukup berlangsung hanya secara insidental.
b) Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan
penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam
menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan. Untuk itu perlu
dikaitkan dengan pemberian insentif pada guru.
c) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan
belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke 27
masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada
dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar
di perguruan tinggi.
d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam
jabatan) perlu diberi perhatian khusus. Karena tenaga
kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama
lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk
pemmbangunan.
e) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika
dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan
penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan
faktor penunjang dan utamanya faktor penghambatnya.
28
Bab III
PENUTUP1. Kesimpulan
Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi
masalah. Itulah sebabnya, karena pembangunan sendiri selalu
mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang
dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama,
karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk
misteri yang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus
mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak
pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari depan itu penting
karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat
ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat
dipecahkan, maka diperlukan rumusan tentang masalah-masalah
pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan
bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dilapangan.
Dengan dikemukakan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan
masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangannya, dll. Diharapkan para
pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang dihadapi
dilapangan, merumuskannya serta mencari alternatif
pemecahannya.
2. SaranSebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus
menyadari dan memahami berbagai macam permasalahan pendidikan
29