Makalah Permasalahan Pendidikan

34
MAKALAH PERMASALAHAN PENDIDIKAN Disusun oleh : 1.Mardijah Nim. 201210060311016 2. Dwi Rizkiono Nim. 201210060311019 3. Maylia Murni Nim. 201210060311036 4. Karimah Mabrukah Nim. 201210060311046 Kelas : Matkom 2 A Matakuliah : Pengantar Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Transcript of Makalah Permasalahan Pendidikan

MAKALAH PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Disusun oleh :

1.Mardijah Nim. 201210060311016

2.Dwi Rizkiono Nim. 201210060311019

3.Maylia Murni Nim. 201210060311036

4.Karimah Mabrukah Nim. 201210060311046

Kelas : Matkom 2 A

Matakuliah : Pengantar Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa

pula shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada bu Ika

Rahmawati, selaku dosen pembimbing Matakuliah Pengantar

Pendidikan yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini

dapat kami selesaikan tepat waktu.

Makalah ini mengupas “Permasalahan Pokok Pendidikan di

Indonesia”, melalui makalah ini kami mencoba menguak berbagai

permasalahan pendidikan di Indonesia, serta menggali bagaimana

solusi untuk mengatasinya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh

dari kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun

pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik

konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah

selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik

khususnya.

Malang, 10 Mei 2013

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................i

DAFTAR ISI..................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................1

1.1. Latar Belakang.........................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................1

1.3. Tujuan Penulisan.......................................1

1.4. Manfaat Penulisan......................................1

Bab II PEMBAHASAN...........................................3

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya......3

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan......................3

2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan........................4

2.2. Masalah Mutu Pendidikan..............................6

2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan.........................7

2.4. Masalah Relevansi Pendidikan.........................7

2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan..................8

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah

Pendidikan.................................................9

4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya....15

4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia.........15

4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di

Indonesia................................................18

Bab III PENUTUP.............................................20

ii

1. Kesimpulan..............................................20

2. Saran...................................................20

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia

untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan

seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu

memunculkan tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya sering

tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis,

pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.

Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas,

pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk

misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke

hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh daya

ramal manusia. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan-rumusan

masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pendidik dalam

mengemban tugasnya.

1.2. Rumusan Masalah1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?

2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?

3. Apa pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan penduduk,

dan aspirasi masyarakat terhadap perkembangan masalah

pendidikan ?

4. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia dan upaya

penanggulangannya ?

1

1.3. Tujuan Penulisan1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan

dan menjelaskannya.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-

masalah pokok pendidikan tersebut.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh perkembangan iptek,

pertumbuhan penduduk, dan aspirasi masyarakat terhadap

perkembangan masalah pendidikan.

4. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan

pendidikan di Indonesia serta upaya penanggulangannya.

1.4. Manfaat Penulisan1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai

permasalahan yang terjadi di Indonesia

2. Mahasiswa mampu menerapkan dan turut andil dalam upaya

penanggulangan berbagai permasalahan pendidikan di

Indonesia

2

Bab II

PEMBAHASAN

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan PenanggulangannyaSistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan

kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem.

Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa

jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan erat

yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan

sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana

sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi

sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem

pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar

sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil

belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi

sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana

murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi

faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang

berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan

masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak

komponen dan melibatkan banyak pihak.

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh

dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini, yaitu :

a. Bagaimana semua warga negara dan menikmati kesempatan

pendidikan

3

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan

keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke

dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

2. Jenis Permasalahan Pokok PendidikanSeperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pada

bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang

telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan

penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu :

1. Masalah pemerataan pendidikan

2. Masalah mutu pendidikan

3. Masalah efisiensi pendidikan

4. Masalah relevansi pendidikan

Keempat permasalahan tersebut akan dijabarkan sebagai

berikut :

2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana

sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh

pendidikan. Sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi

pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak

warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat

ditampung di dalam sistem aatau lembaga pendidikan karena

kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

4

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang

penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh

kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar

berupa kemampuan membaca menulis, dan berhitung. Sehingga

mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai

media masa dan sumber belajar yang tesedia, baik, mereka

nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan

demikian merka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap

pembangunan

Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan

tersebut yaitu, menyiapkan masyarakat untuk dapat

berfartisipasi dalam pembangunan

Khususnya pendidikan formal atau pendidikan persekolahan

yang berjenjang, dan tiap jenjang memiliki fungsinya masing-

masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan

pada tiap jenjang di atur dengan memperhitungkan faktor-faktor

kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu di

tentukan froyeksinya secara terus menerus dengan seksama, pada

jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian memperoleh

kes4empatan pendidikan di dasarkan atas pertimbangan faktor

kuantitatif. Karna pada seluruh warga negara perlu di berikan

bekal dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan

terutama pada jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan

di dasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu

minat dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan

keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan dan ilmu

teknologi.

5

Khusus melalui jalur pendidikan di luar sekolah usaha

pemerintahan pendidikan mengalami perkembangan pesat ada dua

faktor yang menunjang yaitu perkemabngan IPTEK yang menawarkan

berbagai macam alternatif perkembangan IPTEK, menawarkan

beraneka ragam alternative model pendidikan yang dapat

memperluas pelayanan kesempatan belajar

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan

Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan

oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang

ditempuh melalui cara-cara konvensional dan cara inovatif :

Cara konvensional antara lain :

a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau

ruangan belajar.

b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem

bergantian pagi dan sore)

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya

untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar

bagi masyarakat / keluarga yang kurang mampu agar mau

menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain :

a. Sistem Pamong (Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua dan

Guru) atau Inpact Sistem (Instructional Management by

Parent, Community and Teacher). Sistem ini dirintis di

Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi)

b. SD kecil pada daerah terpencil

c. Sistem Guru Kunjung6

d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)

e. Kejar paket A dan B

f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka

2.2. Masalah Mutu Pendidikan

Jika hasil pendidikan belum tercapai, taraf seperti yang

di harapkan penetapan mutu hasil pendidikan pertama di lakukan

oleh lembaga penghasil pertama di lakukan oleh lembaga

penghasil sebagai produsen tenaga kerja terhadap calon luaran,

dengan sistem sertifikasi, selanjutnya jika luaran tersebut

terjun ke lapangan karja penilaian di lakukan oleh lembaga

pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes untuk kerja

(performance test) hasil belajar yang bermutu jika proses

belajar tidak optimal sangat sulit di harakan terjadinya hasil

belajar yang bermutu . jika terjadi belajar yang tidak optimal

menghasilkan skor hasil ujian yang baik , maka hampir dapat di

pastikan bahwa hasil belajar tersebut adlah semu.

Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan

mutu. kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukan

bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih

rendah dari pada di daerah perkotaan, acuan usaha pemerataan

mutu pendidikan barmaksud agar system pendidikan khususnya

system persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di

seluruh pelosok tanah air (kota atau desa ) mengalami

peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan

kondisinya masing-masing.

7

Pemecahan masalah mutu pendidikan

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis

besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat

lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :

a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah

untuk SLTA dan PT

b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui

studi lanjut

c. Penyempurnaan kurikulum

d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan

yang tentram untuk belajar

e. Penyempurnaan sarana belajar

f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang

mengenai anggaran

g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan –

kegiatan :

1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh

semua lembaga pendidikan

2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan

pengawas

3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti

EBTANAS, Sipenmaru atau UMPTN

4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk

menetapkan status suatu lembaga

2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana

suatu sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat8

sasaran dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya

efisiensinya berarti rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah

:

a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan

b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan

d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara

stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang

sangat terbatas. Masalah penempatan studi sering mengalai

kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

b) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.

Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak

efisiensien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang

matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan

kurikulum.

Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam

penggunaan sarana pendidikan yaitu diadakannya dan

didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan

pembekalan kemampuan sikap dan keterampilan calon pemakai

ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.

2.4. Masalah Relevansi Pendidikan

Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia.

Untuk pembangunan relevansi pendidikan mencakup sejauh mana

sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai,

dengan kebutuhan pembangunan.9

Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor

pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi sektor

jasa, dll. Relevansi merupakan masalah berat untuk dipecahkan,

utamanya masalah-masalah relevansi kualitas.

Dari keempat macam pendidikan tersebut dikatakan teratasi jika pendidikan :

1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya

semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung

dalam satuan pendidikan.

2. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya, perencanaan

pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan.

3. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan

pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis

dalam rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

4. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil

pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

pembangunan.

Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab

mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada

saat demikian.

1. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan

kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan

peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.

10

2. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian

mempersulit upaya peningkatan mutu karena, jumlah murid

dalam kelas terlalu banyak, pengarahan, tenaga kerja

pendidik yang tidak memadai dan seterusnya.

2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan

Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan dilapangan, ada

keterkaitan diantara masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan

mungkin muncul kepermukaan dengan bobot yang tidak sama.

Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu

menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan

yang bermutu sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan

sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat

diusahakan pada saat demikian, yaitu:

Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani

pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan

penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.

Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian

mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam

kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang

kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak

memadai.

Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat

diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat suatu

bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu

disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu

memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima

11

informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan

diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.

Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan

berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan.

Bertolak dari gambaran tersebut terlihat juga kaitannya

dengan masalah efisiensi. Karena kondisi pelaksanaan

pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya pelaksanaan

pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung tidak

efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan relevan

dengan kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah

PendidikanPermasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah

diutarakan pada butir B dan C di atas merupakan masalah

pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di

dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut

berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di

luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhatikan di

dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini

berupa antara lain masalah perkembangan internasoinal, masalah

demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta

masalah perkembangan regional.

Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro

yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya

masalah pendidikan, yaitu :

12

1. Perkembangan iptek dan seni

2. Laju pertumbuhan penduduk

3. Aspirasi masyarakat

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

1. Perkembangan iptek dan seni

a. Perkembangan iptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek

(ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan

hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai

alam semesta, dan teknologi, adalah penerapan yang

direncanankan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat.

Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan

dengan iptek itu, misalnya seiring suatu teknologi baru yang

digunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi

ekonomi social baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan

mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja,

kebutuhanbahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai

kepada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersuebut

minimal dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan

metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan,

otomatis juga sarana juga sarana penunjangnya seperti searana

laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu

membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit

memakan biaya. Hal ini disinggung dalam butir 3 masalah

efisiensi pendidikan tentang perubahan kurikulum.

13

Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung

iptek terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak

langsung, juga banyak pengaruh yang langsung terhadap sistem

pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan

dengan aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang

bertujuan untuk mengatasi kekurangan gurudan gedung sekolah

seperti system pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif

cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan

perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta

mengajar. Selain itu diadakan juga program menghemat waktu

belajar (RIT: Reduce Instructional Time), memperluas jangkauan

peserta didik denga biaya relatif murah seperti sistem belajar

jarak jauh (BIJ), efektifitas proses belajar dan kualitas

hasil seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara

lain konselor, teknisi sumber belajar,dan lain-lain.

Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena

belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita

sudah banyak mendapatkan pengalamandalam hal ini. Kedua, orang

merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih

suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin

dan ragu menerima hal baru yang belum dikenal.

Masalahnya adalah bagaimana cara memperkenalkan suartu inovasi

agar orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek

yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan prinsip-

prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik

pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu diperkenalkan

aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan manfaatnya

serta motif yang mendasarinya. 14

Lazimnya suatu inovasi baru disebarluaskan setelah lebih

dahulu diujicobakan dalam ruang lingkup terbatas. Masalah

pertama muncul pada tahap uji coba, karena biasanya memerlukan

biaya (contoh PPSP: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan pada 8

IKIP sekitar tahun 80-an).

Selanjutnya masalah muncul pada tahap penyebarluasan

pelaksanaan hasil uji coba (diseminasi). Pada tahap ini

masalah mencakup banyak hal. Seperti dana, penyediaan

prasarana dan sarana, ketenagaan, kurikulum beserta perangkat

penunjangnya, dan seterusnya yang merupakan faktor –faktor

yang dapat menimbulkan masalah. Bahkan jika seandainya suatu

inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru,

misalnya antara lajn kurang cermatnya rancangan yang dibuat.

Contoh program diploma yang berhasil dan dapat memproduksi

tenaga baru yang diharapkan, tetapi berakibat alumni S1 tidak

terangkat karena ketiadaan jatah.

b. Perkembangan seni

Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara

individual ataupun kelompok yang mengahasilkan sesuatu yang

indah.

Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian

manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang

bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas

dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.

Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia

seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar

karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya

emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di15

samping kognitif yang sudah digarap melalui program/bidang

studi yang lain.

Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan

segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan

semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.

Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas maka sudah

seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem

pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan

kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana

pendidikan tersendiri di samping program-program yang lain

dalam sistem pendidikan. Di sinilah timbulnya masalah

pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting

tetapi di sekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua.

Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang

lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian

tidak termasuk Ebtsnas, di samping juga sulit menyediaakan

tenaga pendidiknya. Lagipula sarana penunjang umumnya tidak

tersedia secara memadai karena mahal.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal,

yaitu :

a. Pertambahan penduduk, dan

b. Penyebaran penduduk

a. Petambahan penduduk16

Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) gambaran

pertambahan penduduk adalah sebagai berikut:

Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan

akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB

berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun lebih cepat

yaitu sebesar 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu

sebesar 3,5%. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya

susunan umur penduduk. Tentang pertumbuhan penduduk itu Bank

Dunia memperkirakan gambaran seperti terlihat pada tabel di

bawah ini.

Dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana

dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang pembangunan

nasional menjadi bertambah.

Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia

rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan

berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia

sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia

sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua

meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan

demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas

pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih

meningkat dibanding dengan permintaaan akan fasilitas sekolah

dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke

perguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia

tua yang yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan

nonformal.

b. Penyebaran penduduk

17

Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata.

Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar

dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pedalaman

khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan

di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu

menimbulkan kesultan dalam penyediaan sarana pendidikan.

Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani

kebutuhan akanpendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di

samping SD regular. Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan

dan penempatan guru. Disamping sebaran penduduk seperti

digambarkan itu denganpola yang statis (di kota padat, di desa

jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan

penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus menerus

terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil

yang lebih menyulitkan perncanaan penyediaan sarana

pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran

kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga

kerja.

3. Aspirasi masyarakat

Dalam dua darsa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam

banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan

hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini

mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang

mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan

sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan

memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan

menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi18

peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga social. Sebagai

akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka

orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya

anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada

orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat

pada anak-anak sendiri.

Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat

rintangan dalam bersekolah dan melanjutkan studi. Mungkin ini

dapat dipandang sebagai indicator tentang betapa besarnya

aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.

Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala

yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah.

Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping

pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan

nonformal.

Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi

penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan

menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas

melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah

membengkak, diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan

sore dengan penguranganjam belajar, kekurangan sarana belajar,

kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak

langsung dari kondisi sebagaimana digambarkan itu ialah

terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan kata lain,

massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu

pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat perusahaan konveksi

pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium,

small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.19

Namun demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap

pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap

dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang

belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi

menjadi motor penggerak roda kemajuan.

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan

oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah

maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi

masyarakat pendukung budaya, kebudayaanya pasti dipandang

sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari

kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah

ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar

ini dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan

harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian

kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai

dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan

terbelakang.

Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis,

apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya

bagian unsur-unsurnya berubah. Berubahnya unsur-unsur

kebudayaan tersebut tidak selalu bersamaan satu dengan yang

lain. Ada unsur yang lebih cepat dan ada yang lambat laun

brubah, namu yang jelas terjadinya perubahan tidak pernah

terhenti sepanjang masa, bahkan meskipun perubahan yang baru

itu kea rah negative.apalagi pada abad ke-20 ini, dimana

20

perkembangan iptek demikian pesat dan merambah ke seluruh

bidang kehidupan.

Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang

telekomunikasi/televise dan transportasi yang menimbulkan

revolusi informasi yang menembus batas-batas antarnegara dan

bangsa danmembuat bumi menjadi terasa kecil yang dikenal

dengan era globalisasi, maka mudah terjadi pertukaran

kebudayaan antarbangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur

kebudayaan baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang

lambat berubah maka terjadilah apa yang disebut kesenjangan

kebudayaan (cultural lag).

Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari

luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri.

Kebudayaan baru itu baik bersifat material seperti peralatan-

peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi,

telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial seperti paham

atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,

penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan

budaya terjadi karena:

Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misalnya

terpencil).

Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya

baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan

merusak sendi masyarakat.

Ketidakampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur

kebudayaan tersebut.

21

Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan

budaya umumnya dialami oleh:

Masyaakat daerah terpencil.

Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.

Masyarakat yang kurang terdidik.

Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang

terbelakang kebudayaanya tidak ikut berperan serta dalam

pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju.

Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan

ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana

kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan

mereka. Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai

transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan

nasional). Sebab system pendidikan yang tangguh adalah yang

bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu

berkembang dengan bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah

ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat menggapai

masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka

untuk berperan serta dalam pembangunan.

4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya

4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara

apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari

proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu

ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan

meliputi masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran,22

kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan

pendayagunaan teknologi pendidikan.

Masalah aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep

dan mengenai pelaksanaannya. Misalnya, munculnya kurikulum

baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah kurikulum

tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis

ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau

masalah operasional.

Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :

a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa

tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas secara rinci di dalam

GBHN butir 2a dan b, tentang arah dan tujuan pendidikan bahwa

yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang

sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan

secara vertikal (dengan Tuhan Yang Maha Esa), horizontal

(dengan lingkungan masyarakat), dan konsentris (dengan diri

sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Jadi

konsepnya sudah cukup baik. Tetapi didalam pelaksanaannya

pendidikan afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan

mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif.

Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional,

yaitu diantaranya :

Beban kurikulum sudah terlalu sarat

Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit,

karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi23

yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran

dan pengalaman guru.

Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu,

sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.

Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.

b. Masalah Kurikulum

Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah

pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah

bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik

untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan

sekolah) dan memberi bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan

tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut). Kedua macam bekal

tersebut harus sudah ditanam dan diberikan sejak masa

prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya sudah diperkuat

pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar kedua macam

bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal kerja)

sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar

lanjut maupun yang langsung akan terjun ke masyarakat.

Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan

menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain

sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984

lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu

kurikulum 1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan

keterampilan proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler

dengan memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai

akhir.

Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain :24

Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke

perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.

Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk

persatuan nasional. Memuat pengetahuan minimal dan

program khusus yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan

dan minat siswa.

Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).

Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa

sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk

beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan

tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak.

Selain itu, ada pula masalah pada program muatan lokal,

misalnya :

Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat

Penyusunan program

Koordinasi pelaksanaan

Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.

Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan

pembina pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai

tim dengan ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad

bersama.

c. Masalah Peranan Guru

Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan

realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan,

maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus

berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang

diri melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia25

dibantu oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru

BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses

pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan

pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan

pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan

berbagai sumber belajar ( komunikator), menyediakan dan

memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan

memberikan dorongan belajar (stimulator).

d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun

UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak

warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya

tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan

pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar

merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan

6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3

memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal

kemampuan dasar pada peserta didik untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara

dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik

untuk mengikuti pendidikan menengah.

Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN

1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain

mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan

pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan

dassar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju26

dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib

belajar hanya 6 tahun. Secara konseptual dan acuan yang

diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah

sejalan dengan kebutuhan pembangunan.

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9

tahun, antara lain :

Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28

Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP

No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai

bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum

dicabut.

Kurikulum yang belum siap

Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan

perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan,

penataran, dan lain-lain.

4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan

di Indonesia

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi

masalah-masalah aktual pendidikan, antara lain :

a) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram

tidak cukup berlangsung hanya secara insidental.

b) Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan

penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam

menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan. Untuk itu perlu

dikaitkan dengan pemberian insentif pada guru.

c) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan

belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke 27

masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada

dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar

di perguruan tinggi.

d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam

jabatan) perlu diberi perhatian khusus. Karena tenaga

kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama

lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk

pemmbangunan.

e) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika

dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan

penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan

faktor penunjang dan utamanya faktor penghambatnya.

28

Bab III

PENUTUP1. Kesimpulan

Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia

untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi

masalah. Itulah sebabnya, karena pembangunan sendiri selalu

mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang

dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama,

karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk

misteri yang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus

mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak

pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari depan itu penting

karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat

ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat

dipecahkan, maka diperlukan rumusan tentang masalah-masalah

pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan

bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dilapangan.

Dengan dikemukakan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan

masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangannya, dll. Diharapkan para

pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang dihadapi

dilapangan, merumuskannya serta mencari alternatif

pemecahannya.

2. SaranSebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus

menyadari dan memahami berbagai macam permasalahan pendidikan

29

yang terjadi dilapangan sehingga dapat merumuskannya serta

mencari alternatif pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus

Calon Pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan

pendidikan. Tetap semangat

30