Kreativitas, Permasalahan dan Perkembangan

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seni rupa mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebuayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya dan kepada peserta didik. Tujuan pendidikan seni rupa pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kreatif, empatik, dan imajinasi dalam kemampuan potensi yang dimilikinya, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan di lingkungan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan potensi yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan) potensi tersebut dalam diri siswa SD. 1

Transcript of Kreativitas, Permasalahan dan Perkembangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan seni rupa mempunyai peranan yang sangat

menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri

individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan

Negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada

cara kebuayaan tersebut mengenali, menghargai, dan

memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini

berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang

diberikan kepada anggota masyarakatnya dan kepada

peserta didik.

Tujuan pendidikan seni rupa pada umumnya

menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

untuk mengembangkan kreatif, empatik, dan imajinasi

dalam kemampuan potensi yang dimilikinya, sehingga

dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya

sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan di

lingkungan masyarakat.

Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan potensi

yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab

untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina)

serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan)

potensi tersebut dalam diri siswa SD.

1

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana lingkup proses kreatif dalam potensi

pengembangan?

2. Bagaimana lingkup proses empatik dalam potensi

pengembangan?

3. Bagaimana lingkup proses imajinasi dalam potensi

pengembangan?

4. Bagaimana potensi pengembangan pada anak?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui lingkup proses kreatif dalam

potensi pengembangan

2. Untuk mengetahui lingkup proses empatik dalam

potensi pengembangan

3. Untuk mengetahui lingkup proses imajinasi dalam

potensi pengembangan

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kreatif

Kreativitas menurut S.C Utami Munandar dapat

dibedakan menjadi tiga pengertian :

Pertama, diartikan sebagai kemampuan untuk membuat

kondisi baru, dan unsur-unsur yang ada. Biasanya

diartikan sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk

menciptakan hal-hal baru sama sekali. Sebenarnya yang

diciptakan itu tidak perlu yang baru sama sekali,

tetapi cukup merupakan gabungan dari hal-hal yang

sudah ada sebelumnya. Gagasan-gagasan yang kreatif

tidak muncul begitu saja, tetapi membutuhkan

persiapan. Pengalaman memungkinkan seseorang mencipta

dengan cara menata, menyusun, atau membaurkan unsur-

unsur menjadi sesuatu yang baru.

Kedua, diartikan sebagai kemampuan menggunakan

data atau informasi yang tersedia, yaitu menemukan

jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya

pada kualitas ketepatgunaan dan keragaman jawaban,

makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan

terhadap suatu masalah, makin kreatiflah seseorang.

Ketiga, diartikan sebagai kemampuan yang

mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian

(orisinil) dalam mengembangkan dan memperkaya

3

gagasan. Banyak kegiatan yang dapat

disiapkan/direncanakan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan anak.

1. Pembinaan Kreativitas Melalui Seni

Pada umumnya kreativitas diartikan sebagai daya

atau kemampuan untuk mencipta, tetapi sebenarnya

istilah ini mempunyai arti yang lebih yaitu

meliputi :

a. Kelancaran menganggapi suatu masalah, ide,

atau materi

b. Mudah menyesuaikan diri terhadap situasi

c. Memiliki keaslian, selalu dapat membuat

tanggapan yang lain daripada yang lain

d. Mampu berpikir secara integral, bisa

menghubungkan yang satu dengan yang lain, serta

dapat membuat analisis dengan tepat.

Kreativitas dalam pendidikan seni akan berperan

dalam mengembangkan kemampuan kognitif. Seni dapat

memancing tumbuhnya kemampuan kreatif, bila

kreativitas itu elah berkembang dan meningkat, maka

kemampuan kreatif akan berguna untukbidang ilmu

yang lain.

Jelaslah bahwa kreativitas tidak hanya diperlukan

dalam kesenian saja, tetapi juga diperlukan dalam

bidang lain guna membentuk kepribadian anak

4

seutuhnya. Dalam segala kehidupan anak sehari-hari

diperlukan kreativitas.

Harus berpikir cepat dan tepat, menyesuaikan

diri, menentukan sikap dan sebagainya. Kemampuan-

kemampuan inilah yang harus dikembangkan pada anak.

2. Pembinaan Kreativitas Melalui Pendidikan Kesenian

di SD

Anak usia SD merupakan masa “keemasan

berekspresi kreatif”. Kadar kreativitas anak masih

sangat tinggi. Anak dapat melakukan kegiatan

berolah seni rupa secara wajar dan spontan, karena

daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan

untuk berkarya secra murni dan lugu.

Berbagai bahan dan teknik dapat dicobakan pada

anak. Pengolahan bahan sederhana seperti limbah dan

bahan alam merupakan media yang memberi banyak

kemungkinan dalam upaya membina dan mengembangkan

kreativitas. Anak memiliki banyak alternatif

mengolah bahan. Teknik di dalam menghasilkan karya

dua dimensi sangat memungkinkan anak untuk

berkreasi dan menemukan sendiri. Seperti kegiatan

membutsir dengan tanah liat atau plastisin,

menggunting kertas dan kain, mencetak bahan alam

perlu untuk diperkenalkan pada anak SD.

Dalam dunia anak dikenal dua macam berpikir

kreatif. Pertama adalah berpikir konvergen dan kedua

5

berpikir divergen. Berpikir divergen biasanya

adalah hasil pertanyaan dengan satu jawaban atau

kesimpulan dari satu masalah. Contohnya jika anak

bertanya beberapa jumlah ikan di dalam satu

aquarium, hanya ada satu jawaban yang benar.

Sedangkan berpikir konvergen adalah beberapa

jawaban dari satu masalah. Contohnya anak

menanyakan banyak hal tentang aquarium, maka akan

ada beberapa kemungkinan jawaban.

Dalam pendidikan seni, anak diarahkan untuk

cenderung pada berpikir konvergen. Dengan berpikir

konvergen anak dilatih untuk menunjukkan diri,

memamerkan idenya, dan menunujukkan eksperimennya.

Mereka mendapat banyak keuntungan dari kreativitas

ini, antara lain :

a. Belajar menghargai diri sendiri

b. Belajar memecahkan masalah dengan berbgai

alternatif jawaban

c. Mengembangkan kemampuan berpikir

d. Mengembangkan kepribadian

e. Mengembangkan ketrampilan

Dengan memberi dorongan berkreatif, guru juga

memperoleh keuntungan, antara lain :

1) Mengembangkan dan meningkatkan

pembelajarannya

6

2) Belajar mengorganisasikan ketrampilan

spesifik dari anak

3) Meningkatkan hubungan yang lebih akrab dengan

anak

4) Tidak menjumpai banyak problem tingkah laku

anak

Untuk mengidentifikasi kreativitas diri anak,

perlu dicatat beberapa hal-hal sebagai berikut :

a) Semua anak memiliki kreativitas yang berbeda

tingkatannya

b) Sebagian anak lebih kreatif dari yang lain

c) Kreativitas anak lebih nampak disatu bidang

dibandingkan dengan bidang lain yang dimiliknya.

Contohnya seseorang anak lebih kreatif menggambar

dibandingkan dengan membuat patung.

d) Guru yang tidak mengenal kreativitas justru

akan menghancurkan kreativitas anak.

Pengembangan Kreativitas

Dalam membantu mewujudkan kreativitas anak,

mereka perlu dilatih keterampilan tertentu sesuai

dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk

mengembangkan bakat atau talenta mereka. Untuk

menumbuhkan motivasi intrinsic pada anak, sebaiknya

anak diberikan kebebasan berpikir dengan

menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang

7

minat anak, sehingga dorongan ke arah kreativitas

menjadi semakin kuat.

Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana

emosional yang mencerminkan rasa permusuhan,

penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan

emosional yang berlebih juga tidak menunjang

pengembangan kreativitas anak, mungkin karena

kurang memberi kebebasan kepada anak untuk tidak

tergantung kepada orang lain dalam menentukan

pendapat atau minat. Untuk mewujudkan kemampuan

potensial mereka diperlukan pelayanan khusus dari

guru yang memiliki karakteristik khusus dan

mendapat pelatihan khusus.

B. Pengertian Empatik

Teori Pemancaran Diri dikemukan oleh seorang

sarjana Jerman bernama F. T. Vischer. Kemudian teori

ini dikembangkan oleh Theodore Lipps dalam rangka

mencoba menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan

pengalaman estetik (seni).

Empati (einfuhlung) merupakan pengalaman dalam

peleburan perasaan (emosi) pengamat terhadap benda

seni. Dengan peleburan perasaannya secara mendalam

mengakibatkan jiwa (secara psikis) terhanyut dalam

kualitas intrinsik dan ekstrinsik seni. Sebagai

contoh : ketika penonton bioskop, kita seolah turut

bermain di dalamnya dan kadang kala berfihak secara

8

greget pada salah seorang tokoh (yang protagonis

misalnya). Hal ini terjadi karena pemusatan diri

(secara emosional) ke dalam kualitas intrinsik benda

seni tersebut. Sehingga “merasa diri kita di dalam”

(Read, 1972:38-39). Sebagai contoh lain, Herbert Read

dalam bukunya The Meaning of Art memberikan bagaimana

suatu karya seniman grafis Jepang yang terkenal

Katsuchika Hokusai (1760-1849) dapat menimbulkan

empati pengamat (publik seni). Perhatian kita

terhadap karya print Jepang bisa tertuju pada orang-

orang dalam perahu. Kemudian kita merasa simpati

kepada mereka dalam menempuh bahaya. Tetapi jika kita

menganggapnya sebagai hasil seni, maka perasaan kita

akan terpikat oleh lenggak-lenggok gelombang yang

maha besar itu. Kita seolah-olah berada dalam

gerakannya yang menarik. Kita akan merasa akan

tegangan antara kekuatannya yang menggulung ke atas

dengan gaya berat, dan setelah gelombang itu memukul

dan membuih maka kita sendiri akan merasakan seperti

dengan amarah menegangkan jari-jari untuk menerkam

korban yang ada di bawah kita (Read, 1972:36-38)

Proyeksi perasaan empati ini bersifat subjektif

dan sekaligus objektif. Hal tersebut disebut

subjektif karena pengamat menemukan kepuasan atau

kesenangan bentuk objek karya seni. Sedangkan disebut

9

objektif karena didasarkan pada nilai-nilai intrinsik

benda seni itu sendiri (Sumardjo, 1997).

Dalam empati terjadi pengalaman dalam aliran

dinamika kualitas seni yang mendatangkan berbagai

perasaan : puas, penuh, utuh, dan perasaan sempurna

dalam keselarasan. Rasa puas itu mengalir selama

proses pengalaman mengalir dalam alunnya. Oleh sebab

itu pengalaman seni selalu memiliki pola. Suatu

pengalaman itu terdiri dari berbagai unsur pengalaman

(visual, audio, rabaan, audio visual, berbagai rasa,

pikiran, dan hal-hal praktis) yang menyusun

hubungannya sendiri satu sama lain. Pola hubungan

antar inilah yang memberikan makna pada pengalaman

tersebut.

C. Pengertian Imajinasi

Sebagian orang menganggap imajinasi itu penting,

tetapi sebagian yang lain mungkin mengabaikannya.

Namun, siapaun yang mempunyai kreativitas, tentu akan

meningkatkan imajinasi sebagai hal yang penting.

Ibarat jendela, imajinasi mengantar kita untuk

membuka rumah pikiran kita dan kemudian menggapai

dalam-dalam dan jauh-jauh sebuah ide, fakta,

realitas, hinggan fenomena.

Imajinasi merupakan potensi yang dimiliki manusia

dan yang menggerakkan hidup manusia. Melalui

imajinasi, manusia memahami dan membentuk dirinya,

10

serta seluruh kehidupan ini. Begitu pentingnya

imajinasi Albert Einstein mengatakan bahwa imajinasi

lebih penting dari pada ilmu pengetahuan. Karena

dengan imajinasi yang ada dalam otak, akan menggugah

tubuh kuta untuk mencari tahu semua yang ada dalam

imajinasi. Sehingga muncullah ragam ilmu pengetahuan

Mengenai pentingnya imajinasi, Wass (Laily,

2009:83) sampai pada kesimpulan bahwa imajinasi

adalah cara berfikir alami yang menghasilkan

perubahan, bahkan sebelum kita menyadarinya. Berfikir

secara sadar melalui latihan berimajinasi memiliki

potensi untuk membantu seseorang meraih cita-cita

dalam dunia pendidikan dan dalam kehidupan pribadi.

a. Menggambar Imajinasi.

Untuk memahami apa sebenarnya menggambar itu,

kita harus menemukan maknanya lebih dalam karena

lain menggores-goreskan pensil atau kuas dengan

jari. Pada hakekatnya menggambar ini adalah

pengungkapan seseorang secara mental dan visual

dari apa yang dialaminya dalam bentuk garis dan

warna. Menggambar merupakan wujud pengeksplorasian

teknis dan gaya, penggalian gagasan dan

kreativitas, bahkan bisa menjadi ekspresi dan

aktualisasi diri.

Pada intinya, menggambar adalah perpaduan

keterampilan, kepekaan rasa, kreativitas, ide,

11

pengetahuan, dan wawasan. Menggambar bisanya

digunakan untuk mengungkapkan suatu ide. Tidak

hanya ide kreatif dari seorang seniman, setiap

orang juga seringkali menggunakan gambar untuk

menjelaskan buah pikirannya.

Ada beberapa metode dalam menggambar yang

tujuannya mengembangkan kreativitas dan imajinasi

anak, yaitu :

1) Menggambar dengan cara mengamati (observasi).

Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya

sendiri tanpa menjiplak atau dengan contoh pola.

Dengan demikian anak dapat melupakan observasi

dengan cara menciptakan, bereksperimen, dan

melampaui kemampuannya.

2) Menggambar berdasarkan pengalaman/kenangan.

Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi

anak untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan

pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru

harus banyak menggunakan pertanyaan untuk

membantu mereka mengingat detail yang berarti

dari pengalaman mereka.

3) Menggambar berdasarkan imajinasi.

Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa

diekspresikan dalam bentuk gambar, lukisan, dan

model. Menggambar dengan imajinasi menjadi lebih

efektif dengan latihan yang rutin.

12

Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara

manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau

perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar

merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan

pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan

kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk

bahasa. Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat

dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak

menggambar:

a) Tahap mencoret sembarangan. Tahap ini

biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap

ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas

motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih

berupa goresan-goresan tidak menentu seperti

benang kusut.

b) Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah

tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak

mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan

tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah

goresan menjadi garis panjang, kemudian

lingkaran-lingkaran.

c) Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun,

pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka

sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga

hasil goresannyapun sudah lebih.

Tujuan menggambar bagi anak :

13

(a) Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk

berekspresi.

(b) Mengembangkan daya kreativitas.

(c) Mengembangkan kemampuan berbahasa.

(d) Mengembangkan citra diri anak.

b. Mengembangkan Imajinasi Anak.

Mengembangkan imajinasi anak merupakan upaya

untuk menstimulasi, menumbuhkan dan meningkatkan

potensi kecerdasan juga kreativitasnya di masa

pertumbuhannya. Imajinasi anak berkembang seiring

dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan

berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga

merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia

anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka

berselancar dan belajar memahami realitas

keberadaan dirinya juga lingkungannya. Karena itu,

orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan

menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan

kemampuan imajinatif anak untuk diekspresikan

dengan efektif.

Sebuah imajinasi lahir dari proses mental yang

manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang

bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif

dalam merangsang pemikiran dan gagasan kreatif,

serta memberikan energi pada tindakan kreatif.

14

Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari

aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk

kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan

bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak

sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan

khayalannya dan bercerita membagi ide-ide

imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang

tuanya.

Karena itu, berimajinasi mampu membuat anak

mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala

“mencengangkan”. Hal ini sangat wajar karena

seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif

merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul

banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan

banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang

dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa

nyaman berada di dalam imajinasinya.

Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan

alaminya dan bukan bentuk kemalasan. Imajinasi anak

bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari

tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari

dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun,

imajinasi juga bisa muncul secara murni dan

orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil

mengolah dan memanfaatkan kelebihan dan kemampuan

otak yang dianugerahkan Tuhan.

15

Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan

mengelola imajinasi anak, maka berimajinasi akan

sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan

kreatifnya, serta membuatnya lebih produktif karena

potensi dan kemampuan imajinatif anak merupakan

proses awal tumbuhkembangnya daya cipta dalam diri

anak yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi

yang menarik dan bermanfaat untuk perkembangan

kepribadiannya.

Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan

tumbuh kembangnya kreativitas dalam diri anak.

Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi

perkembangan dan kepribadian anak sebagai berikut:

1) Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.

Dengan berimajinasi, anak melibatkan kapasitas

otaknya, sehingga kecerdasan otak lebih terasah.

Dalam berimajinasi, tentu saja ia sering kali

memainkan peran sebagai tokoh tertentu yang tidak

selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari,

ia lebih mudah berkomunikasi, memerankan perannya

sebagai anak, teman bahkan ibu atau guru.

2) Mahir menganalisa, aktif dan berpikir

kreatif.

Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan

kreatif. Imajinasi akan menstimulasi gerak tubuh,

16

emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan

sebuah tindakan kreatif.

3) Memperkaya pengetahuan anak.

Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak

semakin bermunculan dan berkembang. Hal ini akan

semakin mengasah dan mendorong rasa

keingintahuannya.

4) Lebih percaya diri, mandiri dan mampu

bersaing.

Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak

merasa nyaman, ketika ada dukungan dan dorongan

untuk mengekspresikannya, ia akan merasa percaya

diri. Kepercayaan diri ini akan membuatnya lebih

siap dan mampu bersaing di lingkungannya karena

secara tidak langsung keterlibatan emosi, gerak

tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi

membekalinya kesiapan mental untuk bersaing.

5) Memunculkan bakat anak.

Dengan berimajinasi, anak dapat menggali,

mengangkat dan memunculkan bakatnya yang mungkin

saja terpendam. Bakat merupakan ciri universal

yang khusus, pembawaan yang luar biasa sejak

lahir yang dapat berkembang dengan adanya

interaksi dari pengaruh lingkungan.

D. Pengembangan Potensi Pada Anak

17

Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapat bekal

berupa kemampuan siap, yang pelaksanaannya

berdasarkan insting. Disamping bekal berupa insting

itu, individu mendapat bekal juga berupa benih, bibit

atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang

pada waktunya dan apabila ada kesempatannya maupun

perangsangnya.Potensi inilah yang sekarang disebut

dengan istilah pembawaan. Jadi yang dimaksud dengan

anak atau siswa yang berpembawaan adalah siswa yang

memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang

baik, sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang

memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

M. Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi

adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau

kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu

individu dan selama masa perkembangannya benar-benar

dapat diwujudkan (direalisasikan)”.

Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat

dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan yang

terpendam yang ada dalam diri siswa, yang

memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam

bentuk kenyataan.

Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri

seorang siswa tidak sama dengan potensi yang dimiliki

orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus

Soejono (1980 : 36) “Potensi seseorang tidak sama

18

dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seorang

lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan,

atau lebih kuat kemauan atau lebih tegap, kuat

badannya daripada yang lain”.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu

beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi

seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan

tinggi rendahnya.

1. Jenis-jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri

Siswa

a. Potensi jasmaniah

Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat

dengan panca indra yang normal yang secara

fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan

kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan gizi

dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih

dan lingkungan yang sehat sebagai pra kondisi

hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak

tercukupi, maka tubuh orang yang bersankutan akan

lemah, bahkan dapat sakit.

b. Potensi rohaniah

Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir,

rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.

Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan

kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan,

dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita

19

sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani

kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai

orang lain, bahkan mencintai sesama manusia,

tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau

dendam dan sebagainya.

Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U.

Noorsyan (1980 : 131) membagi potensi kepada :

1) Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca

indra yang sehat (normal).

2) Potensi piker (akal, rasio, intelegensi,

intelektual).

3) Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan

eti-moral maupun perasaan estetis.

4) Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan,

hasrat atau kecenderungan-kecenderungan nafsu,

termasuk prakarsa).

5) Potensi cipta (daya cipta, kreativitas,

fantasi, khayal dan imajinasi).

6) Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).

7) Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati

nurani, kata hati).

Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan

kepada potensi jasmaniah dan potensi rohaniah

yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia

seutuhnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

yang dicita-citakan.

20

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi

potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut yaitu:

1. Faktor dari dalam (keturunan)

Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan

mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh anak

tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan

bermain musik, maka tidak khayal jika anak

tersebut berpotensi pula dalam bidang musik.

Contoh keturunan lain yaitu keturunan ilmu pasti,

keturunan bertubih tinggi, keturunan olahragawan,

dan lain sebagainnya.

2. Faktor dari luar (lingkungan)

Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali

pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah faktor

rumah tangga. Rumah tangga tempat anak

dibesarkan, pendidikan dalam keluarga, pertama

sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan

dari rumah tangga, oleh karena itu orang tua

disebut sebagai pendidik yang utama, karena

mereka lebih dekat dengan anak, terutama ibu yang

mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh

dewasa. Dengan demikian ibu memiliki kesempatan

yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan

pengajaran pada anak dalam bentuk contoh, sikap

dan petunjuk. Seperti kata pepatah “Bagaimana

21

cetak begitu bentuknya” yang artinya adalah

bagaimana anak itu dididik maka seperti itulah

anak akan tumbuh dan berkembang.

3. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi

Peserta Didik

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik.

Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan.

Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi

positif. Sebaliknya, tidak ada manusia yang hanya

memiliki sisi negatif.

Berdasarkan paradigma itulah seorang guru harus

senantiasa optimis bahwa peserta didiknya memiliki

potensi, bahkan memiliki banyak potensi. Kelemahan

kita adalah kurang cermat dalam mengenali potensi-

potensi yang terpendam dalam setiap peserta didik.

Dapat dikatakan demikian karena menurut

penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya

Password Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga

belas jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa,

logika, visual-ruang, raga, musik, sosial

(interpersonal), pribadi (intrapersonal), masak

(kuliner), alam (natural), emosi, spiritual,

keuletan, dan keuangan. Sembilan kecerdasan pertama

dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh

Howard Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat

dan diberi label multiple intelligences atau

22

kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan

oleh Daniel Goleman.

4. Mengembangkan Potensi Siswa SD

a. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar

Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai

sejak usia belajar, menurut Neisser (1976) ada

tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.

Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan

pendidik, orang tua dan guru memberikan

pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan

kognisi anak, namun demikian perkembangan

psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl,

Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto,

1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan

mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun

(disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak

sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.

Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan,

yang semu, dalam arti kata ia butuh bimbingan

rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan

guru mendapat kesempatan yang banyak memantapkan

keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan

membekali dengan pengetahuan, manakala ia sudah

dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan

yang sangat sukar untuk diubah oleh seorang

pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.

23

Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan

terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan pada

diri anak memungkingkan untuk dilakukan,

diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan

kepadanya.

Kita dapat memberi contoh, tauladan yang

banyak kepada anak, yang pada akhirnya dia dapat

menemui pengharapannya, namun pengharapan itu

dibekali dengan motivasi ekstinsik disamping

motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang

anak.

b. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi

Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang

memikili intellegensi yang tinggi akan dapat

berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional

yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang yang

memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu

memiliki kecakapan emosional yang tinggi

pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki

intellegensi yang tinggi dan kecakapan emosional

yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang

mampu berbuat, berkarya, aktif, kreatif, dan

mandiri.

Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan

terus menerus, ia ibarat sebilah pisau dari besi

yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia

24

tidak akan tajam. Pengasahannya tidak dilakukan

sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan.

Otak perlu selalu diasah dengan berfikir, seperti

menganalisa, memecahkan masalah, berhitung,

berdiskusi, bermain catur, mengisi teka teki

silang, dan lain sebagainnya.

5. Peran guru dalam Pengembangan Potensi Siswa

Guru memegang peranan yang sangat strategis

terutama dalam membentuk watak bangsa serta

mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak

tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam

masyarakat kita yang multikultural dan

multidimensional, dimana peranan teknologi untuk

menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.Guru

memiliki perana yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang

profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang

berkualitas.

Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di

dalam implementasi kurikulum di kelas yang

perlumendapat perhatian (Depdiknas, 2005). Dalam

proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas

belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru

mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala

25

sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu

proses perkembangan siswa.

Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan

salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar

sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase

dan proses perkembangan siswa. Secara lebih

terperinci tugas guru berpusat pada:

a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah

dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek

maupun jangka panjang.

b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui

pengalaman belajar yang memadai.

c. Membantu perkembangan aspek aspek pribadi

seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri,

demikianlah dalam proses belajar mengajar guru

tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan

akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab

akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa

ia harus mampu menciptakan proses belajar yang

sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa

muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi

kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)

Begitu pentingnya peranan guru dalam

keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru

mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang

ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada

26

saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga

sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai

orang yang mengelola proses belajar mengajar

tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam

membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan

pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil

belajar yang objektif, sekaligus memberikan

motivasi pada peserta didik dan juga membimbing

peserta didik terutama ketika peserta didik sedang

mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang

dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan

pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta

didik yang selaras dengan tujuan sekolah.

Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik

sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan

proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang

bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung

jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui

interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor

yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar

dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip

belajar di samping menguasai materi yang

disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan

suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi

poeserta didik, inilah yang tergolong kategori

peran guru sebagai pengajar.

27

Disamping peran sebagai pengajar, guru juga

berperan sebagai pembimbing artinya memberikan

bantuan kepada setiap individu untuk mencapai

pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap

sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H

(2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses

pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai

pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan

untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal

terhadap sekolah, keluarga serta

masyarakat.Sehubungan dengan perananya sebagai

pembimbing, seorang guru harus :

1) Mengumpulkan data tentang siswa.

2) Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi

sehariu-hari.

3) Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan

khusus.

4) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan

orang tua siswa, baik secara individu maupun

secara kelompok, untuk memperoleh saling

pengertian tentang pendidikan anak.

5) Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-

lembaga lainya untuk membantu memecahkan masalah

siswa.

28

6) Membuat catatan pribadi siswa serta

menyiapkannya dengan baik.

7) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau

individu.

8) Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan

lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.

9) Menyusun program bimbingan sekolah bersama-

sama dengan petugas bimbingan lainnya.

10) Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah

maupundi luar sekolah.

11) Peran guru sebagai pengajar dan sebagai

pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan

keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan

sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan

keterpaduan antara keduanya

6. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam

pengembangan potensi siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi,

sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang

dengan yang lain ialah:

a. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-

sifat dan ciri yang dibawah sejak lahir. Batas

kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan

suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan

kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang

bodoh. Sekalipun menerima latihan dan pelajaran

29

yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap

ada.

b. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia

mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap

organ(fisik maupun non fisik) dapat dikatakan

telah matang jika telah mencapai kesangupan

menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak

dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-

soal itu masih terlampau sukar baginya.Organ-

organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih

belum matang untuk mengenai soalitu dan

kematangan erat hubungannya dengan umur.

c. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan

diluar diri seseorang yang mempengaruhi

perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan

pembentukan sengaja seperti yang dilakukan

disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja

(pengaruh alam sekitar)

d. Minat dan pembawaan yang khas, Minat

mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri

manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif)

yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan

dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki

dunia luar (manipulate and exploring motivasi)

dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan

30

terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah

minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat

seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat

dan lebih baik

e. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia

itu dapat memilih metode-metode yang tertentu

dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia

mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas

dalam memilih masalah sesuati dengan

kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti

bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat

dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.)

Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan

bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan

kreativitas siswa, dan potensi guru dapat

menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1) Self esteem approach; guru memperhatikan

pengembangan self esteem (kesadaran akan harga

diri) siswa.

2) Creative approach; guru mengembangkan problem

solving, brain storming, inquiry, dan role

playing.

3) Value clarification and moral development

approach; guru mengembangkan pembelajaran

dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk

mengembangkan segenap potensi siswa menuju

31

tercapainya self actualization, dalam situasi

ini pengembangan intelektual siswa akan

mengiringi pengembangan seluruh aspek

kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan

moral.

4) Multiple talent approach; guru mengupayakan

pengembangan seluruh potensi siswa untuk

membangun self concept yang menunjang kesehatan

mental.

5) Inquiry approach; guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menggunakan proses mental

dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah

serta meningkatkan potensi intelektualnya.

6) Pictorial riddle approach; guru mengembangkan

metode untuk mengembangkan motivasi dan minat

siswa dalam diskusi kelompok kecil guna

membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis

dan kreatif.

7) Synetics approach; guru lebih memusatkan

perhatian pada kompetensi siswa untuk

mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk

membuka inteligensinya dan mengembangkan

kreativitasnya.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan

yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju

penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.

32

Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar

siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila

topik yang dipelajarinya menarik dan berguna

bagi dirinya;

b) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan

jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga

mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak

dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan

tersebut;

c) Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil

belajarnya;

d) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik

daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman

juga diperlukan;

e) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa

ingin tahu siswa;

f) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan

individual siswa, seperti : perbedaan

kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap

sekolah atau subyek tertentu;

g) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa

dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya,

rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli

terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar

33

sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh

kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan

pengalaman belajar kearah keberhasilan,

sehingga mencapai prestasi dan mempunyai

kepercayaan diri.

34

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk membuat

kondisi baru, dan unsur-unsur yang ada, sebagai

kemampuan menggunakan data atau informasi yang

tersedia, yaitu menemukan jawaban terhadap suatu

masalah, yang penekananny pada kualitas ketepatgunaan

dan keragaman jawaban, makin banyak kemungkinan

jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah,

makin kreatiflah seseorang, sebagai kemampuan yang

mencermiinkan kelancaran, keluwesan, kemurnian

(orisinil) dalam mengembangkan dan memperkaya

gagasan. Banyak kegiatan yang dapat

disiapkan/direncanakan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan anak.

Empati (einfuhlung) merupakan pengalaman dalam

peleburan perasaan (emosi) pengamat terhadap benda

seni. Dengan peleburan perasaannya secara mendalam

mengakibatkan jiwa (secara psikis) terhanyut dalam

kualitas intrinsik dan ekstrinsik seni.

Imajinasi merupakan potensi yang dimiliki manusia

dan yang menggerakkan hidup manusia. Melalui

imajinasi, manusia memahami dan membentuk dirinya,

serta seluruh kehidupan ini. Begitu pentingnya

35

imajinasi Albert Ainstein mengatakan bahwa imajinasi

lebih penting dari pada ilmu pengetahuan. Karena

dengan imajinasi yang ada dalam otak, akan menggugah

tubuh kuta untuk mencari tahu semua yang ada dalam

imajinasi. Sehingga muncullah ragam ilmu pengetahuan

M. Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi

adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau

kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu

individu dan selama masa perkembangannya benar-benar

dapat diwujudkan (direalisasikan)”. Potensi ini dapat

dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan yang

terpendam yang ada dalam diri siswa, yang

memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam

bentuk kenyataan.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini untuk para pengajar

bisa mengerti dan memperhatikan potensi belajar

siswa, meningkatkannya pengembangan potensi siswa SD

dalam proses kreatif, empatik, dan imajinasi yang

membuat siswa bisa menyerap materi dan lebih

terampil dalam pembelajaran seni rupa, semoga dengan

makalah ini para pengajar maupun siswa dapat mengerti

dan bisa meningkatkan pengembangan potensi yang ada

pada diri siswa SD dalam pendidikan seni rupa.

36

37

DAFTAR PUSTAKA

http://tysn-4.blogspot.com/2012/07/menggambar-

imajinasi.html

http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/11/pengertian-

apresiasi-seni-rupa.html

Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa.

Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak

Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

38