Makalah Perkembangan Manusia
Transcript of Makalah Perkembangan Manusia
Makalah Praktikum Struktur Perkembangan Hewan
PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MANUSIA
Disusun Oleh :
YULI HARDIYANTI
4122220013
BIOLOGI NONDIK A 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkah dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Perkembangan
Embrio pada Manusia” dalam kajian Biologi sebagai bentuk
pengajuan tugas dari mata kuliah Praktikum Struktur
Perkembangan Hewan oleh Ibu Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc
Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa
pendahuluan dari pembuatan makalah, Bab 2 beupa
pembahasan mengenai perkembangan embrio pada manusia
mulai dari organ reproduksi pada jantan dan betina,
fertilisasi, gametogenesis, organogenesis, kembar siam,
kembar normal dan kelainan perkembangan embrio, dan Bab 3
yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini. Akhir kata, semoga segala
informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
ii
Medan, 30 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
Bab II Pembahasan
2.1 Organ Reproduksi
2.1.1 Organ Reproduksi Pria 1
2.1.2 Organ Reproduksi Wanita 4
iii
2.2 Gametogenesis 7
2.2.1 Spermatogenesis 7
2.2.2 Oogenesis 8
2.3 Fertilisasi 11
2.4 Perkembangan Embrio 15
2.4.1 Morula 15
2.4.2 Blastula 16
2.4.3 Gastrula 17
2.4.4 Organogenesis 18
2.5 Kembar Normal dan Kembar Siam 19
2.6 Kelainan pada Embrio 22
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan 27
Daftar Pustaka 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Pria 1
Gambar 2.2 Saluran Reproduksi Pria 2
Gambar 2.3 Sebuah Sperma 3
Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita 4
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi 6
iv
Gambar 2.6 Spermatogenesis 8
Gambar 2.7 Oogenesis pada Manusia 8
Gambar 2.8 Tahapan Pra-Ovulasi 9
Gambar 2.9 Tahapan Ovulasi 10
Gambar 2.10 Tahapan Pasca-Ovulasi 11
Gambar 2.11 Fase Penembusan Zona Pelusida 12
Gambar 2.12 Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma 13
Gambar 2.13 Morula 15
Gambar 2.14 Blastula dan Bagian-bagiannya 16
Gambar 2.15 Gastrula 17
Gambar 2.16 Lapisan pada Gastrula 18
Gambar 2.17 Kembar Siam cephalothoraco omphalophagus 22
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hampir semua makhluk hidup suatu generasi baru
dimulai dari suatu telur yang telah difertilisasi
(dibuahi) atau zigot yaitu suatu sel yang dibentuk
sebagai hasil bersatunya sel telur induk betina dengan
spermatozoa dari yang jantan. Perkembangan merupakan
suatu totalitas proses dimana sifat ini akan dicapai dan
perubahan-perubahannya menjelang dan sepanjang fase
dewasa, tua dan akhirnya mati. Struktur utama yang dicpai
oleh organisme ini adalah yang berhubungan dengan ukuran,
bentuk dan konstruksi sel-sel, jaringan-jaringan, dan
organ-organnya secara keseluruhan membangun bentuk dari
organisme yang bersangkutan.
Makalah ini akan membicarakan masalah perkembangan
embrio khususnya pada manusia, dimulai dari sistem
reproduksi, gametogenesis dan sampai ke perkembangan
embrio mulai dari 0 hari sampai menjadi embrio dan
beberapa kelainan pada embrio.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana organ reproduksi manusia baik pria maupun
wanita?
1
2. Bagaimana mekanisme gametogenesis pada manusia?
3. Bagaimana tahapan perkembangan embrio pada manusia?
4. Bagaimana kelainan – kelainan yang terjadi pada
embrio?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui organ reproduksi manusia baik pria maupun
wanita.
2. Mengetahui mekanisme gametogenesis pada manusia.
3. Mengetahui tahapan perkembangan embrio pada manusia.
4. Mengetahui kelainan – kelainan yang terjadi pada
embrio.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organ Reproduksi
Kerja sistem reproduksi pada manusia, erat kaitannya
dengan proses kedewasaan, baik pada manusia atau
organisme lainnya. Anda juga dapat mengamati perubahan
yang terjadi pada diri Anda sendiri, yaitu perubahan yang
terjadi pada saat Anda memasuki masa kematangan seksual.
Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai pubertas.
Pubertas merupakan kejadian yang normal pada manusia.
Ketika memasuki tahap ini, Anda diberi isyarat bahwa Anda
telah memasuki masa subur atau aktif reproduksi. Adapun
sistem reproduksi terdiri atas organ reproduksi baik pria
maupun wanita.
2.1.1 Organ Reproduksi pada Pria
Organ reprduksi pria terdiri atas organ reproduksi
dalam dan luar. Sel sperma diproduksi di bagian testis
yang terlindung oleh sebuah jaringan ikat berbentuk
kantung yang disebut skrotum. Tempat tersebut cukup
nyaman bagi testis untuk melakukan perkembangan sel
sperma.
Gambar 2.1 Organ Reroduksi Pria
Di dalam testis, terdapat kumparan tempat sel sperma
diproduksi yang disebut tubulus seminiferus. Jika
direntangkan, panjang saluran tersebut dapat mencapai 20
meter. Di antara tubulus-tubulus tersebut, terdapat sel
interstitial (sel Leydig) yang menyintesis hormon
testosteron. Di dalam dinding tubulus seminiferus
terdapat bakal sel sperma yang disebut spermatogonia.
Selain itu, terdapat juga sel yang berukuran lebih besar
2
yang disebut dengan sel sertoli. Sel ini bertugas
memberikan pasokan nutrisi untuk pertumbuhan
spermatogonia. Untuk menjadi sel sperma, spermatogonia
yang diploid harus mengalami beberapa kali pembelahan sel
hingga akhirnya menghasilkan 4 sel sperma yang haploid,
proses ini disebut spermatogenesis
Gambar 2.2 Saluran Reproduksi Pria
Dalam perjalanan keluarnya sperma dari dalam tubuh
pria, terdapat beberapa struktur saluran. Struktur
dimulai dari epididimis yang merupakan gabungan dari
beberapa tubulus seminiferus. Epididimis akan bemuara di
sebuah saluran yang disebut vas deferens. Saluran vas
deferens membawa sel sperma keluar dari skrotum ke rongga
perut. Epididimis dan vas deferens ini merupakan salah
satu kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara
waktu dan tempat pendewasan sel sperma sebelum
dikeluarkan. Vas deferens akan berlanjut di saluran yang
sama dengan saluran ekskresi, yaitu uretra di kandung
kemih. Di pertemuan dua saluran tersebut, terdapat
mekanisme yang mengatur pembuangan urine dan berfungsi
juga dalam penyaluran sel sperma. Uretra berujung di
penis. Proses keluarnya sel sperma dari penis disebut
3
ejakulasi. Penis merupakan organ reproduksi eksternal
yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma
ke dalam tubuh wanita.
Gambar 2.3 Sebuah Sperma
Sperma keluar tidak hanya dalam bentuk sel sperma
saja, tetapi diikuti cairan yang mengakomodasi pergerakan
sel sperma di dalam saluran reproduksi pria ataupun
saluran reproduksi wanita. Sel sperma dan cairan yang
diejakulasikan ini disebut semen. Terdapat tiga buah
kelenjar aksesoris yang berfungsi dalam pembentukan
cairan dalam semen, yaitu sebagai berikut.
a. Vesikula seminalis, menghasilkan cairan sebagai sumber
energi untuk sperma.
b. Kelenjar prostat, memberikan suasana basa pada cairan
semen.
4
c. Kelenjar bulbo-uretralis, menyekresikan cairan seperti
lendir yang berfungsi melicinkan (lubrikasi) dalam
pergerakan sel sperma. Bagi sperma, cairan semen yang
dihasilkan mempunyai fungsi memberikan media dan energi
bagi sperma untuk pergerakannya di saluran vagina. Semen
juga akan menetralkan cairan asam vagina yang dapat
membunuh bakteri.
2.1.2 Organ Reproduksi pada Wanita
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ
reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Organ
reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran
reproduksi (saluran kelamin). Saluran reproduksi (saluran
5
kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
Sedangkan organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.
Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita dimulai dari tempat
pembentukan sel telur yang disebut ovarium. Ovarium ada
sepasang dan setiap bulannya bergantian menghasilkan sel
telur. Pada manusia, sel telur berkembang di sebuah
kantung khusus yang disebut folikel de Graaf. Di kantung
ini, sel telur mengalami pertumbuhan hingga akhirnya
dikeluarkan dari ovarium. Proses keluarnya sel telur dari
ovarium disebut ovulasi.
Sel telur yang diovulasikan akan bergerak menuju
dinding rahim melalui sebuah saluran yang dinamakan tuba
Fallopi. Di saluran inilah umumnya fertilisasi oleh
sperma terjadi. Sel telur yang dibuahi atau yang tidak
dibuahi akan mencapai uterus dalam jangka waktu satu
minggu. Dinding uterus mengandung banyak pembuluh darah
yang menyediakan suplai makanan dan oksigen bagi calon
bayi. Rahim mempunyai ukuran panjang sekitar 7 cm dan
lebar sekitar 4–5 cm. Namun, akan mampu menampung bayi
dengan panjang 45 cm dan berat hingga 4 kg. Jika tidak
terjadi pembuahan, dinding endometrium rahim akan meluruh
sehingga terjadilah menstruasi pada wanita. Proses
6
tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon yang saling
bekerja sama untuk mempersiapkan kehamilan.
Vagina merupakan saluran dengan dinding tebal,
tempat masuknya sperma dan keluarnya bayi ketika
dilahirkan. Proses masuknya sel sperma didahului dengan
masuknya penis pada lubang vagina. Proses ini dinamakan
dengan coitus atau senggama. Vagina memiliki beberapa
aksesoris yang terdiri atas klitoris, bagian kulit
penutup vagina, serta selaput dara (hymen). Bagian kulit
penutup bagian luar dengan kulit yang lebih tebal
dinamakan labia mayor dan bagian kulit penutup di bagian
dalam disebut labia minor. Selaput dara merupakan
jaringan kulit tipis yang melindungi vagina pada saat
membuka. Bagian tersebut mudah sekali terkoyak oleh
gesekan, baik oleh benda keras maupun proses senggama.
Sebelum memasuki rahim, terdapat saluran reproduksi yang
disebut leher rahim (cervix). Pada bagian ini,
disekresikan cairan yang berguna mencegah masuknya
bakteri dan kuman lainnya penyebab infeksi. Pada masa
ovulasi, cairan ini akan sangat kondusif terhadap
pergerakan sperma. Namun, setelah masa ovulasi cairan
tersebut biasanya akan mengental untuk mencegah masuknya
sel sperma.
7
Menstruasi
Pada siklus ovulasi, sel telur yang tidak dibuahi
harus dikeluarkan dari dalam tubuh bersamaan dengan
pendukung implantasi bayi di dinding rahim, yaitu
endometrium. Proses peluruhan dinding rahim dan
dibuangnya sel telur yang tidak dibuahi ini, disebut
menstruasi.
Secara hormonal, proses ini diawali dengan
diproduksinya hormone gonadotropin (gonadotropin releasing
hormone) yang akan memerintahkan pituitari untuk
menghasilkan hormon FSH (folikel stimulating hormone) dan LH
(luteinizing hormone). FSH dan LH ini akan menginisiasi
(merangsang) pembentukan folikel tempat pematangan sel
telur di dalam ovarium. Folikel yang berkembang akan
menghasilkan hormon estrogen. FSH, LH, dan hormon
estrogen akan berpengaruh terhadap pematangan sel telur
selama lebih kurang dua minggu hingga tiba waktu ovulasi.
Estrogen yang dihasilkan akan berpengaruh pada
perkembangan folikel, merangsang pembentukan endometrium,
serta merangsang diproduksinya FSH dan LH lebih banyak.
Hormon FSH dan LH yang melimpah di hari ke-12 siklus
menstruasi akan memengaruhi masa meiosis II hingga
terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi di hari ke-14 dan pada
waktu ini seorang wanita dikatakan berada dalam keadaan
8
subur. Masa subur tersebut berlangsung selama lebih
kurang 24 jam saja. Folikel yang telah ditinggalkan oleh
sel telur disebut badan kuning atau corpus luteum yang
menghasilkan hormon estrogen serta progesteron. Kedua
hormon ini bekerja menghambat sintesis FSH dan LH
sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit. Selain itu,
mengakibatkan penghambatan pematangan folikel lain di
ovarium. Estrogen dan progesteron bersama-sama
mempersiapkan kehamilan dengan mempertebal dinding
endometrium hingga mencapai ketebalan 5 mm. Jika tidak
terjadi kehamilan atau fertilisasi, corpus luteum akan
berdegenerasi sehingga produksi estrogen dan progesteron
menurun. Jika kedua hormon ini menurun, tidak ada lagi
yang mempertahankan keberadaan endometrium sehingga
endometrium mengalami degenerasi. Proses ini terjadi di
hari ke-27 atau 28 dan terjadilah menstruasi.
9
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi
2.2 Gametogenesis
Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah
plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi
untuk kemudian menjadi individu baru. Proses ini pada
individu jantan disebut spermatogenesis dan pada betina
disebut oogenesis.
Secara umum gametogenesis terdiri atas 4 tahapan yakni :
Asal dan migrasi bakal sel kelamin ke gonad.
Perbanyakan bakal sel kelamin secara mitosis didalam
gonad.
Reduksi jumlah kromosom sel kelamin menjadi setengah
secara meiosis di dalam gonad.
Pemasakan dan differensiasi gamet menjadi sperma
atau ovum.
2.2.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses sel sperma di dalam
testis. Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus
10
mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan
tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat
reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga setelah
pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid.
Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang
haploid. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada
spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi
spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi
pembelahan meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak
haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya,
terjadi pembelahan meiosis yang kedua dan menghasilkan
sel spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel
spermatid akan menjadi sel sperma. Produksi sel sperma di
tubuh pria dilakukan sepanjang hidupnya, siklus waktunya
adalah tiga hari. Proses pematangan sel sperma dipicu
oleh hadirnya hormon testosteron di testis, tepatnya di
bagian sel interstitial. Setiap hari, seorang pria dewasa
memproduksi 100 juta sel spermatid yang disimpan di
duktus epididimis, lalu menuju vas deferens untuk
mengalami pematangan. Pematangan sel spermatid pada
manusia, umumnya terjadi dalam waktu sekitar dua minggu.
11
Gambar 2.6 Spermatogenesis
2.2.2 Oogenesis
Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi.
Oogenesis adalah proses pembentukan ovum di dalam ovarium
dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung
telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau
23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri
dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian
oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan
oosit sekunder dan badan polar I (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder
meneruskan tahap meiosis II
dan menghasilkan satu sel
besar yang disebut ootid
dan satu sel kecil yang
12
disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar
pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua.
Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan
tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Gambar 2.7 Oogenesis pada Manusia
Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase pra-ovulasi
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel
telur. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan
perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga
terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan
folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu
oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh
sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau
disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
13
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut
sebagai fase poliferasi.
Gambar 2.8 Tahapan Pra-Ovulasi
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang
telah matang dari ovarium dan kemudian berjalan menuju
tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase
ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi egativ. Peningkatan kadar estrogen selama fase
pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik egative atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari
hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan
hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
14
disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-
14.
Gambar 2.9 Ovulasi
c. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang
ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan
FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan
hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung
kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus
atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi
15
lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada
payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen)
tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi)
zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15
sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak
terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi
korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan
produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga
konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada
kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH
dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Gambar 2.10 Pasca Ovulasi
2.3 Fertilisasi
16
Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa
nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel
tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus (kariogami). Fertilisasi atau
pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung
ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi
segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, pada fertilisasi mencakup 3 fase yakni
sebagai berikut :
o Fase 1: Penembusan korona radiata. Dari 200-300 juta
spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin
wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan.
Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk
pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya
membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus
sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang
mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
o Fase 2: Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah
sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim
akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida,
sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit.
17
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala
sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini
mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari
granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma
oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan
perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif
tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan
zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata
bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang
menembus oosit.
Gambar 2.11 Fase Penembusan Zona Pelusida
o Fase 3: Penyatuan oosit dan membrane sel sperma setelah
spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua
18
selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput
plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang
pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya
terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang
meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia,
baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma
oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan
oosit.
Gambar 2.12 Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik
sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim
dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung.
19
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada
korona radiata.
Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada
zona pelusida.
Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat
melekat pada oosit sekunder. Oosit sekunder juga
mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang
tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur
menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :
1. Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya
butir-butir kortikal oosit.
a. Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh
spermatozoa lain
b. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya
untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
20
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit
menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera
setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya
hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai
badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit
definitive. Kromosomnya (22 + X) tersusun di dalam
sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus
wanita.
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat
diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan
setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali
peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang
berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus
hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya
membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan
ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis,
pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan
sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan
selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik
pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus
menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam
zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh
dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA,
21
kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan
pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23
kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan
kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling
bergerak kearah kutub yang berlawanan, sehingga
menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah
kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan,
muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel,
berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
2.4 Perkembangan Embrio
Pertumbuhan dan perkembangan embrionik adalah fase
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa
embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
2.4.1 Morula
22
2.13 Morula
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah
sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah
menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk
menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel.
Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah
secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan
kedua secara samar pada kutup anima. Stadium morula
berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan
blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk
kecil membentuk dua lapis sel.
Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok
sel. Pertama kelompok sel-sel utama (blastoderm), yang
meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam
(inner mass cells),fungsinya membentuk tubuh embrio.
Kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap, yang meliputi
trophoblast, periblast, dan eepingu cells. Fungsinya
23
melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk
atau lingkungan luas.
Tropoblast melekat pada dinding uterus. Sel-selnya
memperbanyak diri dengan cepat dan memasuki eepingum
uterus pada tahap awal implantasi. Setelah 9 hari,
seluruh blastokista tertahan dalam dinding uterus.
Sewaktu ini berlangsung, sel-sel yang berada disebelah
bawah dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu
lapisan yang disebut endoderm primer yang akan
membentuk saluran pencernaan makanan. Sel-sel sisa dari
masa sel dalam memipihmembentuk suatu eeping yaitu eeping
embrio.Antara eeping embrio dantropoblast yang menutupi
timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi
carian.Dinding rongga yaitu amnion, menyebar mengelilingi
embrio dan dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.
2.4.2 Blastula
24
Gambar 2.14 Blastula dan Bagian-bagiannya
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula
yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga
penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi,
sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal,
notochordal,mesodermal, dan endodermal yang merupakan
bakal pembentuk organ-organ.Dicirikan dua lapisan yang
sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoeldan
blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi
sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat
daerah yang berdifferensiasi membentuk organ-organ
tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochord syaraf
eksoderm, ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pada manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola
padat (morulla).Lapisan luar dari blastula ini membentuk
lapisan yang mengelilingi embriosebenarnya, sedangkan
embrio dibentuk dari bagian morulla (inner cells mass
ataumasa sel dalam)./lapisan luar (tropoblast) pada satu
sisi masa sel dalammelepaskan diri, membentuk suatu
bentuk yang mirip suatu blastula dan struktur ini disebut
sebagai blastokista embrio akan menempel dan menetap pada
dinding uterus untuk periode waktu tertentu, ditempat
dimana embrio akan mendapatkan makanan sampai dilahirkan
25
2.4.3 Gastrula
Gambar 2.15 Gastrula
Gastrulasi merupakan proses dimana sel-sel
berkembang dan bermigrasi dalam embrio untuk mengubah
masa sel dalam tahap blastokista menjadi embrio yang
berisi tiga lapisan germinal primer. Migrasi sel-sel
tersebut terjadi secara terintegrasi yang dilakukan
melalui berbagai macam gerakan-gerakan morfogenik. Hasil
penting gastrulasi adalah bahwa beberapa sel pada atau
dekat permukaan blastula berpindah ke lokasi baru yang
lebih dalam.hal ini akan mentransformasikan blastula
menjadi embrio berlapis tiga yang disebut dengan
gastrula. Saat blastula terimplantasi di uterus, masa sel
26
bagian dalam membentuk cakram pipih dengan lapisan sel
bagian atas (epiblast) dan lapisan sel bagian bawah
(hipoblast). Lapisan-lapisan ini homolog dengan lapisan
pada cakram embrio burung.
Seperti pada burung, embrio manusia akan berkembang
secara keseluruhan dari sel-sel epiblast, sementara sel-
sel hipoblast membentuk kuning telur (yolk sac).
Gastrulasi terjadi melalui pergerakan ke arah dalam sel-
sel lapisan atas melalui primitive streak untuk membentuk
mesoderm dan endoderm.
Gambar 2.16 Lapisan pada Gastrula
2.4.4 Organogenesis
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang
27
dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding
tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor
(jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut
dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot,
rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan
ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti
ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat
pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi
seperti pulmo.
Pada mammalia, embrionya memiliki selaput embrio,
yaitu amnion, korion, sakus vitelinus, dan alantois.
Selaput embrio berfungsi melindungi embrio terhadap
kekeringan, goncangan, membantu pernapasan, ekskresi,
serta fungsi penting lainnya selama berada di dalam rahim
induknya.
2.5 Kembar Normal dan Kembar Siam
Kehamilan multifetus atau ganda atau kembar adalah
suatu kehamilan dengan dua janin atau embrio atau lebih
28
dalam satu gestasi. Kehamilan dengan dua janin disebut
kehamilan kembar, tiga janin disebut triplet, empat janin
disebut kuadriplet dan lima janin disebut quintuplet.
Janin yang kembar lebih sering terjadi akibat
fertilisasi dua buah ovum yang terpisah (ovum ganda,
kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar sepertiga
di antara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal yang
dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah
struktur serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk
berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri (kehamilan
monozigot atau kembar "identik"). Salah satu atau kedua
proses dapat terlibat dalam pembentukan fetus dengan
jumlah yang lebih besar. Faktor resiko untuk kemungkinan
terjadinya kehamilan kembar dapat dibagi menjadi secara
natural dan hasil induksi. Secara natural faktor resiko
tersebut adalah riwayat keluarga yang merupakan kembar
dizigotik, ras, bertambahnya paritas dan usia maternal,
dan ukuran fisik ibu. Sedangkan yang secara induksi
adalah induksi ovulasi dan fertilisasi in vitro.
Pada wanita dengan faktor risiko tertentu dapat
dicurigai sebagai kehamilan kembar. Sebagai faktbor
penentu kehamilan kembar, genotip ibu jauh lebih penting
daripada genotip ayah. Kehamilan kembar lebih sering
terjadi sebagai akibat fertilisasi dua ovum yang
29
terpisah, yang dikenal dengan kembar dizigot. Walaupun
beberapa ahli mengatakan bahwa kembar dizigot bukanlah
kembar sejati oleh karena berasal dari maturasi dan
fertilisasi dua buah ovum selama siklus ovulatoir
tunggal. Sedangkan sekitar sepertiga diantara kehamilan
kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan
selanjutnya membagi diri menjadi dua buah struktur
serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang
menjadi ovum tunggal tersendiri (kehamilan monozigot atau
kembar identik).
Kembar identik atau kembar monozigot terjadi saat 1
telur yang dibuahi membelah selama 2 minggu pertama
setelah konsepsi yang akan menghasilkan bayi dengan rupa
yang sama atau bayangan cermin dimana mata, kuping, gigi,
rambut, kulit dan ukuran antropologik pun sama. Satu bayi
kembar mungkin kidal dan yang lainnya kanan karena lokasi
daerah motorik di korteks serebri pada kedua bayi
berlawanan. Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan
waktu terjadinya faktor penghambat dalam segmentasi atau
pembelahan, misalnya hambatan dalam tingkat segmentasi
(2-4 hari), hambatan dalam tingkat blastula (4-7
hari)serta hambatan setelah amnion dibentuk tapi sebelum
primitif streak.
30
Kembar identik atau kembar monozigot timbul dari
pembelahan ovum yang sudah dibuahi pada berbagai tahap
perkembangan awal sebagai berikut :
1. Bila pembelahan terjadi sebelum inner cell mass
terbentuk. dan lapisan luar blastokist belum berubah
menjadi korion, yaitu dalam 72 jam pertama setelah
fertilisasi, maka akan terbentuk dua embrio dengan
dua amnion dan dua korion. Keadaan ini menghasilkan
kehamilan kembar monozigot dengan diamnion dan
dikorion. Bisa terdapat dua plasenta yang berbeda atau
satu plasenta. Sekitar sepertiga dari kembar
monozigotik memiliki 2 amnion 2 korion dan 2
plasenta yang kadangkadang 2 plasenta tersebut
menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan
dengan kembar dizigotik.
2. Jika pembelahan terjadi antara hari keempat dan
kedelapan setelah inner cell mass dibentuk dan sel-
sel yang akan menjadi korion sudah mengalami
differensiasi namun sel-sel yang akan menjadi amnion
belum, maka akan terbentuk dua buah embrio, masing-
masing dalam kantong ketuban yang terpisah. Kedua
kantong ketuban akhirnya akan diseubungi oleh satu
karion bersama, sehingga terjadi kehamilan kembar
31
identik diamnion, monokorion. Sekitar 70% kembar
indentik seperti itu cara pembelahannya.
3. Namun, jika amnion sudah terbentuk, yang terjadi
sekitar hari ke 8 sesudah fertilisasi, pembelahan
akan menghasilkan dua embrio di dalam satu kantong
ketuban bersama atau mengakibatkan kehamilan kembar
identik monoamnion, monokarion.
4. Bila pembelahan terjadi lebih belakangan lagi yaitu
sesudah diskus embrionik terbentuk, pada hari ke 9
sampai 12 setelah fertilisasi maka akan timbul 1
korion 1 amnion. Pembelahan berlangsung tidak
lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam
dapat dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan
lokasi anatomis menjadi satu bagian tubuh yakni
torakopagus (40%), sifoomfalopagus (34%), pigopagus
(18%), iskiopagus (6%) dan kraniopagus (2%).
Kembar siam biasanya diklasifikasikan berdasarkan
pada bagian tubuh yang menyatu dengan penambahan akhiran
pagus.5,6 Berdasarkan dari sisi tubuh dimana penyatuan
terjadi, maka secara garis besar kembar siam dibagi
menjadi tiga:
1. Penyatuan dari bagian ventral, misalnya thoracopagus
(menyatu dibagian dada).
32
2. Penyatuan dari bagian lateral, misalnya parapagus
(menyatu dibagian pelvis).
3. Penyatuan dari bagian dorsal, misalnya pygopagus
(menyatu dibagian bokong).
Gambar 2.17 Kembar Siam cephalothoraco omphalophagus
Pada kasus ini bayi menyatu dari bagian kepala,
thorax dan abdomen. Ada satu kepala yang menyatu dengan 2
pasang telinga (Sepasang dibagian belakang kepala, gambar
6A), sepasang ekstremitas superior dan sepasang
ekstremitas inferior. Pada literatur, disebutkan kembar
siam yang terjadi pada kepala dan thorax dapat disebut
33
dengan janiceps. Kasus ini berdasarkan anatomi bersatunya
bagian tubuh yang menyatu maka ini adalah kembar siam
cephalothoraco omphalophagus. Placenta pada kasus ini satu
placenta, dengan 2 tali pusat, dimana salah satunya
dengan insersi velamentosa, dan pada bagian umbilicus
janin ada 2, dengan letak yang bersebelahan.
2.6 Kelainan pada Embrio
Tidak semua janin dapat berkembang dengan sempurna,
ada kalanya terjadi kelainan-kelainan pada janin,
Kelainan-kelainan pada janin dapat terjadi melalui tiga
cara yaitu:
a. Pengaruh bahan berbahaya dari lingkungan luar selama
periode awal perkembangan
b. Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.
c. Aberasi kromosom yang terdapat pada salah satu gamet
atau yang timbul pada pembelahan pertama.
Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah :
a. Teratoma
Teratoma adalah tumor yang mengandung jaringan
derivat dua, tiga lapis benih. Terjadi saat janin masih
embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal
(tingkat clivage, blastula, awal grastula) lepas dari
34
kontrol organizer. Ia seperti tubuh yang kembar tidak
seimbang yang satu dapat tumbuh normal yang lain hanya
gumpalan jaringan yang tidak utuh atau tidak wajar.
Teratoma disebut juga fetus in fetu atau bayi dalam bayi.
b. Sindrom Down
Sindrom down merupakan kelainan fisik janin dengan
ciri - ciri yang khas seperti retardsi mental, kelainan
jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), leukimia,
hingga gangguan penglihatan dan pendengaran,. Kelainan
ini terjadi karena kelainan pada kromosom yaitu pada
kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga unting
kromosom 21 (Corebima, 1997).
c. Sindrom Edward
Sindrom Edward adalah kelainan pada janin karena
kromosom janin mengalami kelainan. Kelainan ini terjadi
karena kromosom 18 nya mengalami kelebihan yaitu terdapat
tiga untai kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah
retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan, ukuran
kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan dan kaki.
d. Sindrom Patau
35
Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi
13. hal ini karena terjadi kelainan pada kromosom ke13
dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai
kromosom 13. Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing,
ganggaun berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal,
tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat
janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
e. Talasemia
Talasemia adalah salah satu kelainan pada janin.
Talasemia ini memiliki ciri dimana tubuh kekurangan salah
satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita
mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah
seumur hidup.
f. Fenilketinoria
Fenilketinoria adalah gangguan metabolisme salah
satu jenis asam amino pembentuk protein yaitu fenilalanin
yang menyebabkan hambatan atau radiasi mental. Kelainan
ini jika dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan
cara memberi asupan fenilalanin yang banyak terdapat pada
keju, susu, telur, ikan, daging, pemberian obat atau
vitamin tertentu.
36
g. Hipotiroid Konginetal
Merupakan penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa
disebut dengan kelainan janin. Hal ni karena tubuh tidak
mampu atau hanya mampu sedikit memproduksi hormon tiroid.
Karena hormon tiroid adalah hormon petumbuhan maka jika
kekurangan hormon ini maka pertumbuhan fisik dan mental
akan terganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi
suplemen tiroid sejak dini.
h. Fokomelia
Cacat pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan
oleh Thalidomide. 10 % dari wanita hamil yang memakan
obat ini periode sensitive akan melahirkan bayi cacat
i. Selosomi
Kelainan pada waktu menutupnya dinding perut. Organ-
organ visceral dan terdapat di luar rongga perut
j. Kraniorakiskisis
Kegagalan bumbung neural untuk menutup. Tidak ada
rongga kepala, tidak berbentuk lengkung vertebra.
Faktor-Faktor Penyebab Kelainan pada Janin
37
1. Faktor Internal
a. Faktor genetic :
Mutasi : Perubahan pada susunan nukleutida gen
(DNA). Mutasi menimbulkan allel cacat, yang mungkin
dominant, kodominan atau resesif. Ada allel cacat yang
rangkai kelamin artinya diturunkan bersama-sama dengan
karakter jenis kelamin. Contoh : Polydactil, hemofili
Aberasi : Perubahan pada susunan kromosom. Contoh :
Sindrom Turner, Sindrom Down.
b. Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering
ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir
Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979,
secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08
per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif
sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau
lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk
kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok
ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu
berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu
berumur 45 tahun atau lebih. c. Faktor hormonal Faktor
hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian
38
kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih
besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
2. Faktor Eksternal
a. Infeksi Cacat dapat terjadi pada janin induk yang
terkena penyakit infeksi terutama oleh virus. Contoh
cacar air dan campak. Dikenal pula sitomegalovirus (CMV)
yang menginveksi ibu yang sedang hamil yang menyebabkan
bayinya menjadi tuli, gangguan hati dan mental
terbelakang.
b. Obat Berbagai macam obat yang diminum oleh ibu hamil
dapat menimbulkan cacat pada janinnya. Contoh obat yaitu
aminopterin yang mempunyai sifat antagonis terhadap asam
folat.
c. Radiasi Ibu hamil yang diradiasi sinar x akan
melahirkan bayi cacat pada otak. Ini disebabkan karena
mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat
dengan lahoir cacat bayi di daerah yang bersangkutan.
d. Defisiensi Ibu yang defisiensi vitamin atau hormone
dapat menimbulkan cacat pada janin. Contohnya devisiensi
vit. A akan menimbulkan cacat mata.
39
e. Emosi Sumbing dan Labio palatosciziz (ada celah di
langit – langit mulut), kalau terjadi pada minggu ke-7
sampai ke 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.
Emosi itu mungkkin lewat system hormone. Stress psikis
ibu membuat cortex adrenal hyperactive, sehingga
penggetahan hydrocortisone tinggi, hormone ini, dapat
menginduksi terjadinya langit-langit pecah. Pengaruh
emosi itu mungkin juga lewat otak dulu, terus ke
hypothalamus, dan ini merangsang penggetahan
adrenocoriticotropin dari hipofisa, yang akan mendorong
korteks adrenal menggetahkan hormon tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ reprroduksi jantan terdiri atas penis, yang
merupakan organ reproduksi eksternal yang berfungsi dalam
senggama untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh wanita.
40
Organ repduksi lainnya adalah skrotum, testis,
epididimis, vas deferens, urethra.
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ
reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Organ
reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran
reproduksi (saluran kelamin). Saluran reproduksi (saluran
kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
Sedangkan organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.
Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah
plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi
untuk kemudian menjadi individu baru, yang terdiri atas
oogenesis dan spermatogenesis.
Fertilisasi merupakan proses peleburan dua gamet,
antara gamet jantan dan gamet betina. Beberapa fase dalam
fertlisisasi adalah penembusan corona radiata, penembusan
zona pellusida, dan terakhir adalah penyautuan ovum dan
sel sperma.
Adapun tahapan perkembangan embrio setelah fertilisasi
adalah :
Morula – Blastula – Gastrula –Fetus
Kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau
embrio atau lebih dalam satu gestasi. Janin yang kembar
lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum
41
yang terpisah (ovum ganda, kembar dizigot atau kembar
"fraternal"). Sekitar sepertiga di antara kehamilan kembar
berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya
membagi diri menjadi dua buah struktur serupa, masing-
masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum
tunggal tersendiri. Apabila pembelahan berlangsung tidak
lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam dapat
dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan lokasi anatomis
menjadi satu bagian tubuh yakni torakopagus (40%),
sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%), iskiopagus (6%)
dan kraniopagus (2%).
Beberapa kelainan pada janin yakni : Teratoma,
Sindrom Down, Sindrom Edward, Sindrom Patau, Talasemia,
Fenilketinoria, Hipotiroid konginetal, Fokomelia,
Selosomi dan Kraniorakiskisis.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Embriologi. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Kurniawan, Harry. 2010. Bayi Kembar Siam Cephalothoraco
Omphalophagus. Denpasar : Fakultas Kedokteran Udayana
Sagi, Mammed. 1999. Embriologi dalam Model Biologi
Terapan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Tim Dosen. 2013. Perkembangan Hewan. Medan : FMIPA Unimed
43