Makalah Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Transcript of Makalah Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Profesi sebagai guru bukanlah suatu hal yang jarang ditemui.
Banyak orang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah keguruan
sehingga bisa menjadi seorang guru. Ada beberapa alasan mengapa
sebagian besar orang, terutama di Indonesia, memilih menjadi
guru. Mulai dari honor yang cukup besar, keinginan di dalam hati,
atau hanya karena ikut-ikutan semata. Namun, tak jarang juga ada
orang-orang tertentu yang memandang profesi guru dengan sebelah
mata. Mereka meremehkannya karena tidak mengetahui apa hakikat
seorang guru yang sebenarnya.
Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Benar begitu kah? Tidak
juga. Sebenarnya, menjadi seorang guru itu mudah. Namun, menjadi
seorang guru yang hebat itu sulit. Guru yang hebat bukanlah guru
yang menguasai materi yang akan diajarkannya, ataupun yang dapat
memecahkan soal-soal ujian dengan mudah. Seorang guru yang hebat
adalah guru yang dapat menginspirasi para muridnya, guru yang
dapat mengerti permasalahan muridnya sehingga dapat membantu
memecahkannya. Lebih jauh lagi, guru yang hebat mampu mengetahui
apa isi kepala murid-muridnya, yaitu apa yang mereka pikirkan.
Untuk itu, untuk menjadi guru yang hebat, calon-calon guru
harus mempelajari tentang karakteristik muridnya khususnya pada
usia sekolah. Memahaminya secara mendalam, sehingga dapat
1 | P a g e
membantu mengembangkan minat dan bakat murid agar menjadi suatu
poin emas yang dapat membuat murid itu sendiri berhasil dan
sukses. Selain itu juga, seorang guru harus mengetahui
permasalahan perkembangan muridnya pada usia sekolah dan juga
dapat membantu mengatasinya atau mencari solusinya. Kebanyakan
guru hanya terfokus pada materi atau subjek pembelajaran tanpa
memedulikan objek kajiannya, yaitu murid. Profesi guru bukanlah
hanya mengenai mengajarkan dan meluluskan murid saja. Namun,
lebih berat lagi, tugas seorang guru yang harus tercapai ialah
membentuk kepribadian yang baik dalam diri murid dan
menjadikannya mampu untuk menjadi individu yang berkompeten dalam
kehidupannya kelak tanpa harus bergantung kepada orang lain.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah karakteristik anak usia sekolah?
2. Apakah permasalahan perkembangan yang sering menimpa anak
usia sekolah?
3. Jelaskan perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu!
1.3. Tujuan Penulisan
Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan Universitas Lampung yang
merupakan calon-calon guru masa depan, penting sekali untuk
berkembang bukan hanya sekedar menjadi guru yang datang, memberi
materi, lalu pergi. Namun, sebagai pembentuk karakter bangsa,
2 | P a g e
kita harus mampu membuat kesan yang baik dengan para murid dan
menginspirasi mereka. Itu semua tidak dapat kita lakukan jika
kita sendiri tidak mengenal anak-anak murid dengan baik. Maka
dari itu dibutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai pembahasan
karakteristik anak usia sekolah, permasalahan perkembangannya dan
juga cara perkembangan pribadi anak menjadi individu yang mampu
berdiri sendiri.
BAB IIPEMBAHASAN
3 | P a g e
1.1. Karakteristik Anak Usia Sekolah
Karakter bisa diartikan sebagai temperamen, tabiat,
watak, atau akhlak, yang memberinya sebuah definisi sesuatu
yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan
pendidikan dan konteks lingkungan. Menurut beberapa bahasa,
karakter memiliki berbagai sebagai berikut : “kharacter”
(latin) berarti instrument of marking, “charessein”
(Prancis) berarti (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri
wanci, “watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang
mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan
peringai.
Menurut Ditjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan
Nasional, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki
arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain ataupun bermakna huruf.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Hal ini menggambarkan
4 | P a g e
bahwa karakter bisa dilihat dari tingkah laku sehari-hari
seorang manusia dan bagaimana dia berinteraksi dengan
sesamanya.
W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter
adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Maksudnya, karakter nyata yaitu bisa dilihat, dirasakan
ataupun diketahui keberadaannya. Sedangkan berbeda
maksudnya, kebanyakan setiap manusia memiliki karekter
pribadi yang berbeda.
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Setiap manusia, pada tingkatan usia yang berbeda
memiliki perbedaan karakter pula. Selain itu, karakter
manusia cenderung berubah ketika ia telah melewati fase
tertentu. Misalkan, dari anak-anak menjadi remaja lalu
menjadi dewasa. Pada tahap-tahap perubahan fase tersebut
biasanya terjadi perubahan karakter. Contohnya, ketika masih
anak-anak, ia cenderung penurut dan patuh. Ketika menginjak
masa remaja, karakternya pun berubah menjadi agak sedikit
pembangkang ataupun egois. Lalu ketika dewasa, ia menjadi
orang yang lebih mandiri dan dapat mengontrol emosinya
sendiri.
5 | P a g e
Perubahan-perubahan karakter itu biasanya dipengaruhi
oleh lingkungan. Jika ada kesalahan dalam pergaulannya di
lingkungan, maka perkembangan karakternya pun akan
terganggu. Terganggunya perkembangan karakter ini pun dapat
menyebabkan efek negatif dalam diri si anak tadi.
Anak usia sekolah dibagi menjadi tiga, antara lain usia
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, umumnya karakteristik
ketiga usia sekolah itu masih sama karena ketiganya masih
masuk dalam kategori anak-anak sampai remaja. Adapun
beberapa macam karakteristik umum anak usia sekolah yang
biasa kita temukan di sekitar kita, antara lain :
1. Emosi masih labil
Kebanyakan anak-anak pada usia ini belum bisa mengontrol
emosinya. Pada suatu saat anak usia sekolah bisa tiba-
tiba sangat gembira, meledak-ledak karena marah, menangis
karena sedih atau bahkan memisahkan diri dari kawanannya
karena merasakan kekecewaan. Hal ini biasa terjadi dan
tidak harus terlalu dipersoalkan karena anak usia ini
memang belum bisa mengatur kondisi hatinya.
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Anak pada usia ini belum banyak mengetahui informasi
sehingga ketika dia menemukan suatu hal baru, dia akan
sangat antusias untuk mencaritahunya. Disinilah peran
orangtua dan guru dibutuhkan, guna untuk mengarahkan hal-
hal yang belum diketahui sang anak.
6 | P a g e
3. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain
Ketika seorang anak melihat anak lain memiliki kelebihan
dibandingkan dirinya, dia akan mulai bertanya-tanya.
Kenapa? Kenapa berbeda? Hal ini akan membuat sang anak
membandingkan dirinya dengan anak lainnya. Contohnya,
ketika seorang anak melihat anak lainnya lebih tinggi
darinya, dia akan mulai bertanya-tanya. Kenapa dia lebih tinggi
dariku ataupun pertanyaan lain sebagainya. Orangtua dan
guru dibutuhkan pula disini untuk member jawaban yang
diinginkan sang anak.
4. Menganggap sesuatu tidak penting
Seorang anak biasanya akan asik dengan dunianya sendiri,
dimana dia dapat merasakan kebahagiaan dan keberadaannya.
Ketika seorang anak sedang dalam kondisi seperti ini,
biasanya dia tidak akan terlalu memerdulikan hal lain
disekitarnya yang mungkin saja penting namun dia tidak
menganggap bahwa hal tersebut penting.
5. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas, tugas itu tidak
dianggap penting
Biasanya ketika mengerjakan suatu hal yang berat lalu
gagal, seorang anak akan meninggalkannya dan mencari hal
lain yang bisa dilakukannya dan dapat membuatnya senang.
6. Anak sekolah suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain
bersama
Hal ini masih terjadi pada orang dewasa, namun lebih
cenderung terjadi pada anak-anak. Anak-anak suka
7 | P a g e
membentuk kelompok dan lebih cenderung untuk bermain
bersama dan membela kelompoknya.
7. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah. Hal ini terjadi karena
pikiran anak dari awal terbentuk seperti itu. Ini dapat
menyebabkan sang anak takut dalam melaksanakan ujian.
Akibatnya, anak lebih mementingkan hasil daripada ilmu
yang dia dapatkan. Inilah yang harus bisa diubah oleh
para guru.
Secara khusus, karakteristik anak usia sekolah dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu SMP dan SMA. Berikut ini adalah
karakteristik anak usia sekolah secara khusus:
A. Karakteristik anak usia sekolah menengah (SMP)
Dilihat dari taapan perkembangan yang disetujui oleh
banyak ahli, anak usia sekolah menengah (smp) berada pada
tahpan perkembangan pubertas ( 10 -14 tahun ).terdapat
sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia smp ini,
yaitu:
1. Terjadinya ketidakseimbangan proposi tinggi dan berat
badan.
2. Mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder
3. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan untuk bebas
dari dominasi dengan keinginan bergaul, serta keinginan
untuk bebas dari dominasi kebutuhan bimbingan dan
bantuan dari orang tua
8 | P a g e
4. Senang membandingkan kaedah – kaedah, nilai – nilai
etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan orang dewasa.
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi
dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan
6. Reaksi dan ekspesi emosi masih labil.
7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap
perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial
8. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah
lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang
demikian, maka guru diharapkan untuk :
1. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa
pria dan wanita ketika membahas topik – topik yang
berkenaan dengan anatomi dan fisiologi
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
hobi dan minatnya melalui kegiatan – kegiatan yang
positif.
3. Menerapkana pendekatan pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individu atau kelompok kecil.
4. Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat
untuk mengembangkan potensi siswa
5. Tampil mejadi teladan yang baik bagi siswa
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
bertanggung jawab
9 | P a g e
B. Karakteristik anak usia remaja (Smp/ Sma)
Masa remaja (12 – 21 tahun ) merupakan masa peralhan
anata masa kehidupan anak – anak dan masa kehidupan orang
dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian
jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu :
1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria
atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat.
3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara
efektif
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
5. Memilih dan mempersiapakn karier di masa depan sesuai
dengan minat dan kemampuan
6. Mengembangkan sikap positif terhapdap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak.
7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep –
konsep yang diperlukan sebagai warga negara.
10 | P a g e
8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara
sosial
9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai
pedoman dalam bertingkah laku.
10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan masa
remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang
mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru,
di antaranya :
1. Memeberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan
penyalahgunaan narkotika.
2. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap
postur tubuh atau kondisi dirinya.
3. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa
mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan
bakatknya, seperti saran olahraga, kesenian dan
sebagainya.
4. Melatih siswa untuk mengembangkan resiliensi, kemampuan
bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan
5. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk berfikir kritis, refleksi, dan positif.
6. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan11 | P a g e
7. Membantu siswa mnegmbangkan etos kerja yang tinggi dan
sikap wiraswasta
8. Memupuk semanga keberagamaan siswa melalui pembelajaran
agama terbuka dan lebih toleran.
9. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan
bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang
dihadapinya.
C. Karakteristik hubungan remaja dengan teman sebaya
Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai
dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam
kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan
untuk berhubungan atau bergaul dengan teman – teman
sebaya mereka.
Studi – studi kontemporer tentang remaja, juga
menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan teman
sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang
positif (santrock, 1998 ). Hartup (1982) misalnay
mencatat bahwa pengaruh teman sebaya yang harmonis
selama masa remaja, dihubungkan dengan kesehatan mental
yang positif pada usia setengah baya (Hightower; 1990).
Secara lebih rinci, kelly dan hasnen (1987) menyebutkan
6 fungsi positif dari teman sebaya, yaitu :
1. Mengontrol impuls – impuls agresif. Melalui
interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar
bagaimana memecahkan pertengahan – pertengahan
12 | P a g e
dengan cara – cara yang lain selain dengan tindakan
agresi langsung.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta
menjadi lebih independen. Teman – teman dan kelompok
teman sebaya memeberikan dorongan bagi remaja untuk
mengambil peran dan tenggung jawab baru mereka.
Dorongan yang diperoleh remaja dari teman – teman
sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya
ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
3. Meningkatkan keterampilan – keterampilan sosial,
mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk
mengekspresikan perasaan – perasaan dengan cara –
cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar
mengekspresikan ide – ide dan perasaan – perasaan
serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan
masalah.
4. Mengembangkan sikap – sikap seksual dan tingkah laku
peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui
interaksi dengan teman sebaya. Remeja belajar
mengenai tingkah laku dan sikap – sikap yang mereka
asosiasikam dengan menjadi laki – laki dan perempuan
muda
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai – nilai.
Umunya orang dewasa menhajarkan kepada anak – anak
mereka tentang apa yang benar dan apa yangb salah.
13 | P a g e
Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba
mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja
mencoba mengambil keputusan atas diri mereka
sendiri. Remaja mngevaluasi nilai – nilai yang
dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya,
serta memutuskan mana yang benar. Proses
mengavaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan
kemampuan penalaran moral
6. Meningkatkan harga diri. Menjadi orang yang disukai
oleh sejumlah besar teman – teman sebayanya membuat
remaja merasa enak atau senang tentang dirinya.
Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif
dari teman sebaya terhadap perkembangan anak – anak dan
remaja. Bagi sebagian remaja, ditolak atau diabaikan
oleh teman sebaya, menyebabkan munculnya perasaan
kesepian atau permusuhan. Disamping itu, penolakan oleh
teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental dan
problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga telah
menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu
bentuk kejahatan yang merusak nilai – nilai dan kontrol
orang tua. Lebih dari itu, teman sebaya dapat
memperkenalkan remaja pada alkohol, obat – obatan
(narkoba), kenakan]lan, dan berbagai bentuk perilaku
yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif
(santrock, 1998)
14 | P a g e
Meskipun selama masa remaja kelompok teman sebaya
memberikan pengaruh yang besar, namun orangtua tetap
memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja.
Hal ini adalah karena antara hubungan dengan oang tua
dan hubungan dengan teman sebaya memberikan pemenuhan
akan kebutuhan – kebutuhan yang berbeda dalam
perkembangan remaja ( Savin – William & Berndt, 1990).
Dalam hal kemajuan sekolah dan rencana karir misalnya,
remaja sering bercerita dengan orangtuanya. Orangtua
menjadi sumber pentig yang mengarahkan dan menyetujui
dalam pembentukan tata nilai dan tujuan – tujuan masa
depan. Sedangkan dengan teman sebaya, remaja belajar
tentang hubungan – hubungan sosial di luar keluarga.
Mereka berbicata tentang pengalaman – pengalaman dan
minat – minat yang lebih bersifat pribadi, seperti
masalah pacaran dan pandangan – pandangan tentang
seksualitas. Dalam masalah – masalah yang menjadi minat
pribadinya ini umumnya remaja merasa lebih enak
berbicara dengan teman – teman sebayanya, mereka
percaya bahwa teman sebaya akan memahani perasaan –
perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan
orang – orang dewasa.
15 | P a g e
1.2. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Masalah akan terjadi ketika terdapat kesalahan atau
ketidaksesuaian dalam suatu proses. Proses perkembangan
anak usia sekolah juga sering kali diwarnai dengan berbagai
macam permasalahan, mulai dari yang simple sampai yang
kompleks. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang
sering terjadi pada perkembangan anak usia sekolah
1. Gangguan Tingkah Laku
Definisi gangguan tingkah laku memfokuskan pada
perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan
norma-norma sosial utama. Tipe perilaku yang dianggap
sebagai simptom gangguan tingkah laku mencakup agresi dan
kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak
kepemilikan, berbohong, dan mencuri. Gangguan tingkah laku
merujuk pada berbagai tindakan yang kasar dan sering
dilakukan yang jauh melampaui kenakalan dan tipuan praktis
yang umum dilakukan anak-anak dan remaja usia sekolah.
2. Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas (ADHD)
ADHD merupakan satu dari kelainan yang terbanyak pada
anak usia sekolah. Ditemukan sekitar 3-5% usia anak
sekolah. Penyebab pasti ADHD belum diketahui sampai
sekarang. Diperkirakan beberapa faktor seperti herediter,
neurologik, faktor pre dan post natal dan toksin
berpengaruh terhadap kejadian ADHD. Penelitian oleh
16 | P a g e
Linstrom dkk bahwa pada anak sekolah dengan ADHD ternyata
didapatkan sebagian besar dengan riwayat kelahiran
prematur.
Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas
yang dikerjakan dalam waktu tertentu yang wajar sehingga
mengalami penurunan dalam hal akademik. Anak dengan ADHD
mengalami kesulitan mengendalikan aktifitas dalam berbagai
situasi yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak anak
ADHD mengalami kesulitan besar untuk bermain dengan anak
seusia mereka dan menjalin persahabatan, hal ini mungkin
karena mereka cenderung agresif saat bermain sehingga
membuat teman-temannya merasa tidak nyaman.
3. Disabilitas Belajar
Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak
memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik
tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik
yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme,
gangguan fisik yang dapat terlihat, atau kurangnya
kesempatan pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan
ini umumnya memiliki intelegensi rata-rata atau di atas
rata-rata, namun mengalami kesulitan mempelajari beberapa
keterampilan tertentu (misal aritmatika atau membaca)
sehingga kemajuan mereka di sekolah menjadi terhambat.
Disabilitas belajar untuk menggabungkan tiga gangguan
yaitu : gangguan perkembangan belajar, gangguan
berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.
17 | P a g e
4. Kecemasan dan Depresi
Kecemasan dianggap tidak normal apabila berlebihan dan
menghambat fungsi akdemik dan soaial atau menjadi
menyusahkan atau persisten. Beberapa gangguan kecemasan
yang dapat dialami oleh anak dan remaja antara lain fobia
spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh,
PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan
gangguan bipolar. Diperkirakan 8%-9% anak-anak usia 10-13
tahun pernah mengalami depresi mayor selama setahun.
Perbedaan gender yang jelas yampak setelah usia 15 tahun,
dimana jumlah remaja perempuan yang mengalami depresi dua
kali lebih banyak dari pada laki-laki.
5. Retardasi Mental
Retardasi mental ialah keterlambatan yang mencakup
rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan
social.
Kriteria Retardasi Mental :
a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah
rata-rata, IQ kurang dari 70
b. Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua
bidang berikut : komunikasi, mengurus diri sendiri,
kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal,
pengguanaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk
mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik
fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan kemanan.
18 | P a g e
1.3. Perkembangan Kehidupan Pribadi Sebagai Individu
Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan
yang utuh dan lengkap, serta memiliki ciri khusus dan unik.
Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan
dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-
masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu yang lain.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan pribadi, khususnya yang menyangkut psiko fisis,
antara lain:
1. status sosial ekonomi
2. filsafat hidup keluarga
3. pola hidup keluarga
4. Selain itu, perkembangan kehidupan seseorang ditentukan
pula oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula
sesuai dengan lingkungan dimana mereka dibesarkan. Biasanya
tergantung dari cara mereka dibesarkan di masing-masing
keluarga. Hal ini menunjukan bahwa peran orang tua sangatlah
vital terhadap perkembangan kehidupan seorang anak.
19 | P a g e
Selain itu, terdapat pula pengaruh perkembangan pribadi
terhadap tingkah laku. Tingkah laku seseorang dipengaruhi
oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam
perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat
sekarang. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang
anak akan berperilaku mantap. Dengan demikian dibutuhkan
upaya untuk menangani pengembangan kehidupan pribadi seorang
anak, antara lain:
1. Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara
baik
2. Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara
mandiri dan tanggung jawab
3. Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan
sesama
4. Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi
5. Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung
jawab dan disiplin
6. Melakukan peran dan tanggung jawab dalam keluarga
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kelompok kami menyimpulkan bahwa
berbagai gangguan perkembangan yang ditemukan selama masa sekolah
20 | P a g e
akan lebih mudah diintervensi bila ditemukan sejak dini. Deteksi
dini kelainan perkembangan sangat berguna agar diagnosis maupun
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang
anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Di usia sekolah, dalam
perkembangannya anak memerlukan penambahan pengetahuan melalui
belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan mengembangkan
sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian
dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik di
rumah maupun di sekolah.
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia
https://atikanurul22.wordpress.com/2013/10/31/makalah-karakteristik-siswa-smp-dan-sma/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD%20%287-12%20tahun%29.pdf
http://wikipedia.com/perkembangananak
22 | P a g e