Makalah Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Profesi sebagai guru bukanlah suatu hal yang jarang ditemui. Banyak orang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah keguruan sehingga bisa menjadi seorang guru. Ada beberapa alasan mengapa sebagian besar orang, terutama di Indonesia, memilih menjadi guru. Mulai dari honor yang cukup besar, keinginan di dalam hati, atau hanya karena ikut-ikutan semata. Namun, tak jarang juga ada orang-orang tertentu yang memandang profesi guru dengan sebelah mata. Mereka meremehkannya karena tidak mengetahui apa hakikat seorang guru yang sebenarnya. Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Benar begitu kah? Tidak juga. Sebenarnya, menjadi seorang guru itu mudah. Namun, menjadi seorang guru yang hebat itu sulit. Guru yang hebat bukanlah guru yang menguasai materi yang akan diajarkannya, ataupun yang dapat memecahkan soal-soal ujian dengan mudah. Seorang guru yang hebat adalah guru yang dapat menginspirasi para muridnya, guru yang dapat mengerti permasalahan muridnya sehingga dapat membantu memecahkannya. Lebih jauh lagi, guru yang hebat mampu mengetahui apa isi kepala murid-muridnya, yaitu apa yang mereka pikirkan. Untuk itu, untuk menjadi guru yang hebat, calon-calon guru harus mempelajari tentang karakteristik muridnya khususnya pada usia sekolah. Memahaminya secara mendalam, sehingga dapat 1 | Page

Transcript of Makalah Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Profesi sebagai guru bukanlah suatu hal yang jarang ditemui.

Banyak orang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah keguruan

sehingga bisa menjadi seorang guru. Ada beberapa alasan mengapa

sebagian besar orang, terutama di Indonesia, memilih menjadi

guru. Mulai dari honor yang cukup besar, keinginan di dalam hati,

atau hanya karena ikut-ikutan semata. Namun, tak jarang juga ada

orang-orang tertentu yang memandang profesi guru dengan sebelah

mata. Mereka meremehkannya karena tidak mengetahui apa hakikat

seorang guru yang sebenarnya.

Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Benar begitu kah? Tidak

juga. Sebenarnya, menjadi seorang guru itu mudah. Namun, menjadi

seorang guru yang hebat itu sulit. Guru yang hebat bukanlah guru

yang menguasai materi yang akan diajarkannya, ataupun yang dapat

memecahkan soal-soal ujian dengan mudah. Seorang guru yang hebat

adalah guru yang dapat menginspirasi para muridnya, guru yang

dapat mengerti permasalahan muridnya sehingga dapat membantu

memecahkannya. Lebih jauh lagi, guru yang hebat mampu mengetahui

apa isi kepala murid-muridnya, yaitu apa yang mereka pikirkan.

Untuk itu, untuk menjadi guru yang hebat, calon-calon guru

harus mempelajari tentang karakteristik muridnya khususnya pada

usia sekolah. Memahaminya secara mendalam, sehingga dapat

1 | P a g e

membantu mengembangkan minat dan bakat murid agar menjadi suatu

poin emas yang dapat membuat murid itu sendiri berhasil dan

sukses. Selain itu juga, seorang guru harus mengetahui

permasalahan perkembangan muridnya pada usia sekolah dan juga

dapat membantu mengatasinya atau mencari solusinya. Kebanyakan

guru hanya terfokus pada materi atau subjek pembelajaran tanpa

memedulikan objek kajiannya, yaitu murid. Profesi guru bukanlah

hanya mengenai mengajarkan dan meluluskan murid saja. Namun,

lebih berat lagi, tugas seorang guru yang harus tercapai ialah

membentuk kepribadian yang baik dalam diri murid dan

menjadikannya mampu untuk menjadi individu yang berkompeten dalam

kehidupannya kelak tanpa harus bergantung kepada orang lain.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah karakteristik anak usia sekolah?

2. Apakah permasalahan perkembangan yang sering menimpa anak

usia sekolah?

3. Jelaskan perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu!

1.3. Tujuan Penulisan

Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan Universitas Lampung yang

merupakan calon-calon guru masa depan, penting sekali untuk

berkembang bukan hanya sekedar menjadi guru yang datang, memberi

materi, lalu pergi. Namun, sebagai pembentuk karakter bangsa,

2 | P a g e

kita harus mampu membuat kesan yang baik dengan para murid dan

menginspirasi mereka. Itu semua tidak dapat kita lakukan jika

kita sendiri tidak mengenal anak-anak murid dengan baik. Maka

dari itu dibutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai pembahasan

karakteristik anak usia sekolah, permasalahan perkembangannya dan

juga cara perkembangan pribadi anak menjadi individu yang mampu

berdiri sendiri.

BAB IIPEMBAHASAN

3 | P a g e

1.1. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakter bisa diartikan sebagai temperamen, tabiat,

watak, atau akhlak, yang memberinya sebuah definisi sesuatu

yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan

pendidikan dan konteks lingkungan. Menurut beberapa bahasa,

karakter memiliki berbagai sebagai berikut : “kharacter”

(latin) berarti instrument of marking, “charessein”

(Prancis) berarti (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri

wanci, “watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang

mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan

peringai.

Menurut Ditjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan

Nasional, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan 

negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu

yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan

tiap akibat dari keputusan yang ia buat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki

arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain ataupun bermakna huruf.

Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah

kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral, 

misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan

dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Hal ini menggambarkan

4 | P a g e

bahwa karakter bisa dilihat dari tingkah laku sehari-hari

seorang manusia dan bagaimana dia berinteraksi dengan

sesamanya.

W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter

adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh

individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.

Maksudnya, karakter nyata yaitu bisa dilihat, dirasakan

ataupun diketahui keberadaannya. Sedangkan berbeda

maksudnya, kebanyakan setiap manusia memiliki karekter

pribadi yang berbeda.

Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.

Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Setiap manusia, pada tingkatan usia yang berbeda

memiliki perbedaan karakter pula. Selain itu, karakter

manusia cenderung berubah ketika ia telah melewati fase

tertentu. Misalkan, dari anak-anak menjadi remaja lalu

menjadi dewasa. Pada tahap-tahap perubahan fase tersebut

biasanya terjadi perubahan karakter. Contohnya, ketika masih

anak-anak, ia cenderung penurut dan patuh. Ketika menginjak

masa remaja, karakternya pun berubah menjadi agak sedikit

pembangkang ataupun egois. Lalu ketika dewasa, ia menjadi

orang yang lebih mandiri dan dapat mengontrol emosinya

sendiri.

5 | P a g e

Perubahan-perubahan karakter itu biasanya dipengaruhi

oleh lingkungan. Jika ada kesalahan dalam pergaulannya di

lingkungan, maka perkembangan karakternya pun akan

terganggu. Terganggunya perkembangan karakter ini pun dapat

menyebabkan efek negatif dalam diri si anak tadi.

Anak usia sekolah dibagi menjadi tiga, antara lain usia

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan

Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, umumnya karakteristik

ketiga usia sekolah itu masih sama karena ketiganya masih

masuk dalam kategori anak-anak sampai remaja. Adapun

beberapa macam karakteristik umum anak usia sekolah yang

biasa kita temukan di sekitar kita, antara lain :

1. Emosi masih labil

Kebanyakan anak-anak pada usia ini belum bisa mengontrol

emosinya. Pada suatu saat anak usia sekolah bisa tiba-

tiba sangat gembira, meledak-ledak karena marah, menangis

karena sedih atau bahkan memisahkan diri dari kawanannya

karena merasakan kekecewaan. Hal ini biasa terjadi dan

tidak harus terlalu dipersoalkan karena anak usia ini

memang belum bisa mengatur kondisi hatinya.

2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Anak pada usia ini belum banyak mengetahui informasi

sehingga ketika dia menemukan suatu hal baru, dia akan

sangat antusias untuk mencaritahunya. Disinilah peran

orangtua dan guru dibutuhkan, guna untuk mengarahkan hal-

hal yang belum diketahui sang anak.

6 | P a g e

3. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain

Ketika seorang anak melihat anak lain memiliki kelebihan

dibandingkan dirinya, dia akan mulai bertanya-tanya.

Kenapa? Kenapa berbeda? Hal ini akan membuat sang anak

membandingkan dirinya dengan anak lainnya. Contohnya,

ketika seorang anak melihat anak lainnya lebih tinggi

darinya, dia akan mulai bertanya-tanya. Kenapa dia lebih tinggi

dariku ataupun pertanyaan lain sebagainya. Orangtua dan

guru dibutuhkan pula disini untuk member jawaban yang

diinginkan sang anak.

4. Menganggap sesuatu tidak penting

Seorang anak biasanya akan asik dengan dunianya sendiri,

dimana dia dapat merasakan kebahagiaan dan keberadaannya.

Ketika seorang anak sedang dalam kondisi seperti ini,

biasanya dia tidak akan terlalu memerdulikan hal lain

disekitarnya yang mungkin saja penting namun dia tidak

menganggap bahwa hal tersebut penting.

5. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas, tugas itu tidak

dianggap penting

Biasanya ketika mengerjakan suatu hal yang berat lalu

gagal, seorang anak akan meninggalkannya dan mencari hal

lain yang bisa dilakukannya dan dapat membuatnya senang.

6. Anak sekolah suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain

bersama

Hal ini masih terjadi pada orang dewasa, namun lebih

cenderung terjadi pada anak-anak. Anak-anak suka

7 | P a g e

membentuk kelompok dan lebih cenderung untuk bermain

bersama dan membela kelompoknya.

7. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai

prestasi belajarnya di sekolah. Hal ini terjadi karena

pikiran anak dari awal terbentuk seperti itu. Ini dapat

menyebabkan sang anak takut dalam melaksanakan ujian.

Akibatnya, anak lebih mementingkan hasil daripada ilmu

yang dia dapatkan. Inilah yang harus bisa diubah oleh

para guru.

Secara khusus, karakteristik anak usia sekolah dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu SMP dan SMA. Berikut ini adalah

karakteristik anak usia sekolah secara khusus:

A. Karakteristik anak usia sekolah menengah  (SMP)

Dilihat dari taapan perkembangan yang disetujui oleh

banyak ahli, anak usia sekolah menengah (smp) berada pada

tahpan perkembangan pubertas ( 10 -14 tahun ).terdapat

sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia smp ini,

yaitu:

1. Terjadinya ketidakseimbangan proposi tinggi dan berat

badan.

2. Mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder

3. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan untuk bebas

dari dominasi dengan keinginan bergaul, serta keinginan

untuk bebas dari dominasi kebutuhan bimbingan dan

bantuan dari orang tua

8 | P a g e

4. Senang membandingkan kaedah – kaedah, nilai – nilai

etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam

kehidupan orang dewasa.

5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi

dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan

6. Reaksi dan ekspesi emosi masih labil.

7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap

perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial

8. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah

lebih jelas.

Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang

demikian, maka guru diharapkan untuk :

1. Menerapkan model pembelajaran  yang memisahkan siswa

pria dan wanita ketika membahas topik – topik yang

berkenaan dengan anatomi dan fisiologi

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan

hobi dan minatnya melalui kegiatan – kegiatan yang

positif.

3. Menerapkana pendekatan pembelajaran yang memperhatikan

perbedaan individu atau kelompok kecil.

4. Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat

untuk mengembangkan potensi siswa

5. Tampil mejadi teladan yang baik bagi siswa

6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

bertanggung jawab

9 | P a g e

 

B. Karakteristik anak usia remaja (Smp/ Sma)

Masa remaja (12 – 21 tahun ) merupakan masa peralhan

anata masa kehidupan anak – anak dan masa kehidupan orang

dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian

jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah

karakteristik penting, yaitu :

1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria

atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat.

3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara

efektif

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya.

5. Memilih dan mempersiapakn karier di masa depan sesuai

dengan minat dan kemampuan

6. Mengembangkan sikap positif terhapdap pernikahan, hidup

berkeluarga dan memiliki anak.

7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep –

konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

10 | P a g e

8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara

sosial

9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai

pedoman dalam bertingkah laku.

10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiusitas.

                 Berbagai karakteristik perkembangan masa

remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang

mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru,

di antaranya :

1. Memeberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan

reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan

penyalahgunaan narkotika.

2. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap

postur tubuh atau kondisi dirinya.

3. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa

mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan

bakatknya, seperti saran olahraga, kesenian dan

sebagainya.

4. Melatih siswa untuk mengembangkan resiliensi, kemampuan

bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan

5. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk berfikir kritis, refleksi, dan positif.

6. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah dan mengambil keputusan11 | P a g e

7. Membantu siswa mnegmbangkan etos kerja yang tinggi dan

sikap wiraswasta

8. Memupuk semanga keberagamaan siswa melalui pembelajaran

agama terbuka dan lebih toleran.

9. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan

bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang

dihadapinya.

C. Karakteristik hubungan remaja dengan teman sebaya

Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai

dengan gejala meningkatnya pengaruh  teman sebaya dalam

kehidupan mereka.  Sebagian besar waktunya dihabiskan

untuk berhubungan atau bergaul dengan teman – teman

sebaya mereka.

Studi – studi kontemporer tentang remaja, juga

menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan teman

sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang

positif (santrock, 1998 ). Hartup (1982) misalnay

mencatat bahwa pengaruh teman sebaya yang harmonis

selama masa remaja, dihubungkan dengan kesehatan mental

yang positif pada usia setengah baya (Hightower; 1990).

Secara lebih rinci, kelly dan hasnen (1987) menyebutkan

6 fungsi positif dari teman sebaya, yaitu :

1. Mengontrol impuls – impuls agresif. Melalui

interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar

bagaimana memecahkan pertengahan – pertengahan

12 | P a g e

dengan cara – cara yang lain selain dengan tindakan

agresi langsung.

2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta

menjadi lebih independen. Teman – teman dan kelompok

teman sebaya memeberikan dorongan bagi remaja untuk

mengambil peran dan tenggung jawab baru mereka.

Dorongan yang diperoleh remaja dari teman – teman

sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya

ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.

3. Meningkatkan keterampilan – keterampilan sosial,

mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk

mengekspresikan perasaan – perasaan dengan cara –

cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan

perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar

mengekspresikan ide – ide dan perasaan – perasaan

serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan

masalah.

4. Mengembangkan sikap – sikap seksual dan tingkah laku

peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui

interaksi dengan teman sebaya. Remeja belajar

mengenai tingkah laku dan sikap – sikap yang mereka

asosiasikam dengan menjadi laki – laki dan perempuan

muda

5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai – nilai.

Umunya orang dewasa menhajarkan kepada anak – anak

mereka tentang apa yang benar dan apa yangb salah.

13 | P a g e

Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba

mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja

mencoba mengambil keputusan atas diri  mereka

sendiri. Remaja mngevaluasi nilai – nilai yang

dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya,

serta memutuskan mana yang benar. Proses

mengavaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan

kemampuan penalaran moral

6. Meningkatkan harga diri. Menjadi orang yang disukai

oleh sejumlah besar teman – teman sebayanya membuat

remaja merasa enak atau senang tentang dirinya.

Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif

dari teman sebaya terhadap perkembangan anak – anak dan

remaja. Bagi sebagian remaja, ditolak atau diabaikan

oleh teman sebaya, menyebabkan munculnya perasaan

kesepian atau permusuhan. Disamping itu, penolakan oleh

teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental dan

problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga telah

menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu

bentuk kejahatan yang merusak nilai – nilai dan kontrol

orang tua. Lebih dari itu, teman sebaya dapat

memperkenalkan remaja pada alkohol, obat – obatan

(narkoba), kenakan]lan, dan berbagai bentuk perilaku

yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif

(santrock, 1998)

14 | P a g e

Meskipun selama masa remaja kelompok teman sebaya

memberikan pengaruh yang besar, namun orangtua tetap

memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja.

Hal ini adalah karena antara hubungan dengan oang tua

dan hubungan dengan teman sebaya memberikan pemenuhan

akan kebutuhan – kebutuhan yang berbeda dalam

perkembangan remaja ( Savin – William & Berndt, 1990).

Dalam hal kemajuan sekolah dan rencana karir misalnya,

remaja sering bercerita dengan orangtuanya. Orangtua

menjadi sumber pentig yang mengarahkan dan menyetujui

dalam pembentukan tata nilai dan tujuan – tujuan masa

depan. Sedangkan dengan teman sebaya, remaja belajar

tentang hubungan – hubungan sosial di luar keluarga.

Mereka berbicata tentang pengalaman – pengalaman dan

minat – minat yang lebih bersifat pribadi, seperti

masalah pacaran dan pandangan – pandangan tentang

seksualitas. Dalam masalah – masalah yang menjadi minat

pribadinya ini umumnya remaja merasa lebih enak

berbicara dengan teman – teman sebayanya, mereka

percaya bahwa teman sebaya akan memahani perasaan –

perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan

orang – orang dewasa.

15 | P a g e

1.2. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Masalah akan terjadi ketika terdapat kesalahan atau

ketidaksesuaian dalam suatu proses. Proses perkembangan

anak usia sekolah juga sering kali diwarnai dengan berbagai

macam permasalahan, mulai dari yang simple sampai yang

kompleks. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang

sering terjadi pada perkembangan anak usia sekolah

1. Gangguan Tingkah Laku

Definisi gangguan tingkah laku memfokuskan pada

perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan

norma-norma sosial utama. Tipe perilaku yang dianggap

sebagai simptom gangguan tingkah laku mencakup agresi dan

kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak

kepemilikan, berbohong, dan mencuri. Gangguan tingkah laku

merujuk pada berbagai tindakan yang kasar dan sering

dilakukan yang jauh melampaui kenakalan dan tipuan praktis

yang umum dilakukan anak-anak dan remaja usia sekolah.

2. Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas (ADHD)

ADHD merupakan satu dari kelainan yang terbanyak pada

anak usia sekolah. Ditemukan sekitar 3-5% usia anak

sekolah. Penyebab pasti ADHD belum diketahui sampai

sekarang. Diperkirakan beberapa faktor seperti herediter,

neurologik, faktor pre dan post natal dan toksin

berpengaruh terhadap kejadian ADHD. Penelitian oleh

16 | P a g e

Linstrom dkk bahwa pada anak sekolah dengan ADHD ternyata

didapatkan sebagian besar dengan riwayat kelahiran

prematur.

Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas

yang dikerjakan dalam waktu tertentu yang wajar sehingga

mengalami penurunan dalam hal akademik. Anak dengan ADHD

mengalami kesulitan mengendalikan aktifitas dalam berbagai

situasi yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak anak

ADHD mengalami kesulitan besar untuk bermain dengan anak

seusia mereka dan menjalin persahabatan, hal ini mungkin

karena mereka cenderung agresif saat bermain sehingga

membuat teman-temannya merasa tidak nyaman.

3. Disabilitas Belajar

Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak

memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik

tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik

yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme,

gangguan fisik yang dapat terlihat, atau kurangnya

kesempatan pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan

ini umumnya memiliki intelegensi rata-rata atau di atas

rata-rata, namun mengalami kesulitan mempelajari beberapa

keterampilan tertentu (misal aritmatika atau membaca)

sehingga kemajuan mereka di sekolah menjadi terhambat.

Disabilitas belajar untuk menggabungkan tiga gangguan

yaitu : gangguan perkembangan belajar, gangguan

berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.

17 | P a g e

4.  Kecemasan dan Depresi

Kecemasan dianggap tidak normal apabila berlebihan dan

menghambat fungsi akdemik dan soaial atau menjadi

menyusahkan atau persisten. Beberapa gangguan kecemasan

yang dapat dialami oleh anak dan remaja antara lain fobia

spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh,

PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan

gangguan bipolar. Diperkirakan 8%-9% anak-anak usia 10-13

tahun pernah mengalami depresi mayor selama setahun.

Perbedaan gender yang jelas yampak setelah usia 15 tahun,

dimana jumlah remaja perempuan yang mengalami depresi dua

kali lebih banyak dari pada laki-laki.

5. Retardasi Mental

  Retardasi mental ialah keterlambatan yang mencakup

rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan

social.

Kriteria Retardasi Mental :

a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah

rata-rata, IQ kurang dari 70

b. Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua

bidang berikut : komunikasi, mengurus diri sendiri,

kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal,

pengguanaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk

mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik

fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan kemanan.

18 | P a g e

1.3. Perkembangan Kehidupan Pribadi Sebagai Individu

Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan

yang utuh dan lengkap, serta memiliki ciri khusus dan unik.

Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan

dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-

masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu yang lain.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan pribadi, khususnya yang menyangkut psiko fisis,

antara lain:

1. status sosial ekonomi

2. filsafat hidup keluarga

3. pola hidup keluarga

4. Selain itu, perkembangan kehidupan seseorang ditentukan

pula oleh faktor keturunan dan lingkungan.

Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula

sesuai dengan lingkungan dimana mereka dibesarkan. Biasanya

tergantung dari cara mereka dibesarkan di masing-masing

keluarga. Hal ini menunjukan bahwa peran orang tua sangatlah

vital terhadap perkembangan kehidupan seorang anak.

19 | P a g e

Selain itu, terdapat pula pengaruh perkembangan pribadi

terhadap tingkah laku. Tingkah laku seseorang dipengaruhi

oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam

perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat

sekarang. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang

anak akan berperilaku mantap. Dengan demikian dibutuhkan

upaya untuk menangani pengembangan kehidupan pribadi seorang

anak, antara lain:

1. Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara

baik

2. Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara

mandiri dan tanggung jawab

3. Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan

sesama

4. Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi

5. Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung

jawab dan disiplin

6. Melakukan peran dan tanggung jawab dalam keluarga

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, kelompok kami menyimpulkan bahwa

berbagai gangguan perkembangan yang ditemukan selama masa sekolah

20 | P a g e

akan lebih mudah diintervensi bila ditemukan sejak dini. Deteksi

dini kelainan perkembangan sangat berguna agar diagnosis maupun

pemulihannya dapat dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang

anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Di usia sekolah, dalam

perkembangannya anak memerlukan penambahan pengetahuan melalui

belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan mengembangkan

sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian

dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik di

rumah maupun di sekolah.

21 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia

https://atikanurul22.wordpress.com/2013/10/31/makalah-karakteristik-siswa-smp-dan-sma/

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD%20%287-12%20tahun%29.pdf

http://wikipedia.com/perkembangananak

22 | P a g e