Post on 13-May-2023
Halaman Judul......................................i
Kata Pengantar.....................................ii
Daftar Isi........................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................1
1.3 Tujuan..........................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia.............2
2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI....3
2.2.1 Hakikat Otonomi daerah...................3
2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI.......4
2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi
otonomi daerah......................................4
2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan
desentralisasi otonomi daerah
Adalah.....................................6
2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi
pada otonomi
Daerah.....................................7
2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam
Konteks Otonomi
Daerah.....................................7
2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah......9
2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.....10
2.4.....................Pembagian Urusan Pemerintahan
................................................11
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 1
2.4.1..................Urusan pemerintahan pusat
11
2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah
Propinsi.................................12
2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah
kabupaten/kota................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................14
3.2 Saran..........................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Judul pembahasan yang kita bahas adalah “ otonomi
daerah dalam kerangka NKRI”. Tema ini relevan untuk
dibahas ditengah upaya kita untuk memperkuat sistem
demokrasi dan sistem pemerintahan yang baik di daerah,
terutama sejak dimunculkannya semangat desentralisasi
pada masa reformasi 1998 lalu. Pada saat ini kita
tengah berada pada era pelaksanaan otonomi daerah,
dimana tujuannya adalah membuat daerah menjadi lebih
mandiri, maju dan sejahtera –dalam kerangka penguatan
pembangunan nasional.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 2
Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian
integral dari keberhasilan pembangunan nasional dalam
kerangka NKRI. Desentralisasi merupakan paradigma yang
memperkokoh pembangunan daerah dewasa ini. Paradigma
desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata
merupakan reaksi atas praktik pembangunan nasional yang
sentralistik, sebagaimana diterapkan sedemikian rupa
pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan
mendasar yang harus diterapkan dengan
mengimplementasikan konsep otonomi daerah secara luas.
1.2 Perumusan Masalah
1. Membahas tentang Otonomi daerah dalam kerangka NKRI?
2. Menjelaskan tentang kebijakan otonomi daerah ?
3. Menjelaskan sejarah tentang otonomi daerah di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah otonomi daerah di
indonesia
2. Memahami apa itu kebijakan otonomi daerah dalam
kerangka NKRI
3. Memahami tentang otonomi daerah dalam kerangka NKRI
BAB II
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 3
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
UU nomor 1 tahun 1945 tentang pemerintahan daerah
pasca proklamasi UU ini menekenken pada aspek cita-cita
kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan Badan
Perwakilan Rakyat Daerah. Ditetapkan 3 daerah otonom
(Karesidenan, Kabupaten dan Kota).
UU nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan
tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis.
Diletakkan 2 daerah otonom (otonom biasa dan otonom
istimewa), serta 3 tingkatan daerah otonom (propinsi,
kebupaten/kota besar dan desa/kota kecil).
Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu
ditandai dengan lahirnya suatu perundang-undangan yang
menggantikan produk sebelumnya.
Prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada
daerah bukan lagi “otonomi yang riil dan seluas-
luasnya” tetapi “otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab” alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluas-
luasnya dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang
dapat membahayakan keuruhan NKRI dan tidak serasi
dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada
daerah sesuai dengan prinsip-prinsip GBHN yang
berorientasi pada pembangunan dalam arti
luas.Pergantian UU no.5 tahun 1974 menjadi UU no.22
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 4
tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format
otonomi daerah dan substansi desentralisasi.Prinsip-
prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.1
1. Dilaksanakan denga aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman
daerah.
2. didasarkan pada otonomi luas dan bertanggung
jawab.
1 http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html
Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI selasa 9:31 am alfian kHaris
3. Pelaksanaan yang luas dan utuh diletakkan pada
daerah kebupaten dan daerah kota, pada daerah
propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
4. Harus sesuai dengan konastitusi negara (tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah serta antar-daerah).
5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom.
6. Lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislatif,
pengawasan maupun anggaran atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
7. Pelaksanaan asaz dekonsentrasi diletakkan pada
daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah
administrasi untuk melaksanakan kewenangan
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 5
pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah.
8. pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan,
tidak hanya dari pemerintahan kepada daerah desa
yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggung-jawabkan kepada yang menugaskan.
2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
2.2.1 Hakikat Otonomi daerah
Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak,
wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah adalah kepala daaerah beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan
eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah.
Sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 6
2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI
Implementasi paradigma desentralisasi di
Indonesia, selaras dengan konstitusi (UUD Negara RI
1945) dilakukan untuk memperkuat format negara kesatuan
(NKRI), bukan dalam format negara federal
(federalisme). Kerangka otonomi daerah secara luas di
Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat berjalan
secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di
berbagai bidang di daerah, dalam memperkuat NKRI.
Dengan implementasi otonomi daerah secara luas dalam
kerangka penguatan NKRI, maka diharapkan :
1. Akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh
kreativitas dan inovasi daerah dalam
mengoptimalisasikan berbagai potensi sumberdaya
yang ada, baik sumberdaya manusia maupun
sumberdaya alam, untuk kepentingan kemajuan dan
kesejahteraan daerah –dan dengan demikian otomatis
akan mendukung atau memperkokoh pembangunan
nasional dalam bingkai NKRI.
2. Tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan
menjadi lebih proporsional, harmonis dan produktif
dalam rangka penguatan integrasi (persatuan dan
kesatuan) bangsa dan pembangunan nasional. Dengan
demikian, tidak akan ada lagi keluhan-keluhan dari
daerah atas kebijakan pemerintah pusat yang
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 7
dinilai tidak adil. Demikian pula, tidak akan ada
lagi resistensi dan gejolak terkait dengan
hubungan pusat-daerah. Pergerakan pendulum antara
sentralisasi dan desentralisasi sangat jelas
terlihat dari rumusan Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah yang ada, baik sebelum dan
setelah era reformasi. Sebelum era reformasi,
berlaku UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan
Daerah. Pada saat itu, terjadi turbulensi di
bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, sampai
diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Setelah itu, kini telah
berlaku UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Membandingkan pokok-pokok pikiran antara
UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999
dan UU No. 32 tahun 2004, ada perbedaan mendasar.
Pertama, dari sisi filosofis. UU No. 32 tahun 2004
filosofinya adalah keseragaman atau uniformitas,
sedangkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004
filosofinya adalah keanekaragaman dalam kesatuan.
Kedua, dari aspek pembagian satuan pemerintahan.
UU No. 5 tahun 1974 menggunakan pendekatan tingkatan
(level approach), ada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat
II. Sedangkan, UU No 22 tahun 1999 menggunakan
pendekatan besaran dan isi otonomi (size and content
approach), ada daerah yang besar dan ada daerah yang
kecil berdasar kemandirian masingmasing, ada daerah
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 8
dengan isi otonomi terbatas dan ada daerah yang
otonominya luas. Sementara, UU No. 32 tahun 2004
menggunakan pendekatan besaran dan isi otonomi (size and
content approach), dengan menekankan pada urusan yang
berkeseimbangan dengan azas eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi.
Ketiga, fungsi utama pemerintahan daerah, menurut
UU No. 5 tahun 1975 adalah sebagai promotor
pembangunan, sedangkan menurut UU No. 22 tahun 1999
sama dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu sebagai pemberi
pelayanan masyarakat.
Keempat, terkait dengan penggunaan azas
penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut UU No. 5
tahun 1974 adalah seimbang antara desentralisasi,
dekonsetrasi dan tugas pembantuan pada semua tingkatan.
Sementara pada UU No. 22 tahun 1999, desentralisasi
terbatas pada daerah provinsi dan pada luas daerah
kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas pada
kebupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan
yang seimbang pada semua tingkatan pemerintahan sampai
ke desa. Sedangkan, menurut UU No. 32 tahun 2004,
desentralisasi diatur berkesimbangan antara daerah
provinsi, kabupaten/kota, desentralisasi terbatas pada
kabupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan
berimbang pada semua tingkatan pemerintahan.
Bagaimanapun, otonomi Daerah merupakan kewenangan untuk
membuat kebijakan (mengatur) dan melaksanakan kebijakan
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 9
(mengurus) berdasarkan perkara sendiri. Sehingga,
masyarakat yang berada pada satu teritori tertentu
adalah pemilik dan subyek Otonomi daerah. Hal ini,
membawa konsekwensi perlunya partisipasi aktif dari
masyarakat dalam setiap tahap penyelenggaraan otonomi.
Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk
pengejawantahan dari proses desentralisasi.
Kepentingannya adalah upaya untuk lebih mendekati
tujuan-tujuan diselenggarakannya pemerintahan untuk
mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, yang
adil dan makmur. Dua tema adil dan makmur dalam konteks
ini berarti terciptanya suatu tatanan yang demokratis
dan masyarakat yang sejahtera di daerah. Kebijakan
desetralisasi akan mendorong terciptanya tatanan yang
demokratis dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi
otonomi daerah
1. Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini
sangat terpusat di Jakarta, pembangunan wilayah
lain sebagian dilalaikan.
2. Pembagian kekayaan secara tidak adil dan tidak
merata.
3. Kesenjangan sosial sangat mencolok
2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi
otonomi daerah adalah:
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 10
1. Paradigma desentralisasi juga selaras dengan
prinsip pemerintahan yang demokratis, dengan
adanya pengaturan kewenangan yang seimbang antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Desentralisasi tidak menafikkan peran dan
kewenangan pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi
tetap harus Dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik,
seiring sejalan (sinergis) dengan laju
implementasi otonomi daerah.
2. Desentralisasi juga mencegah terjadinya pemusatan
kekuasaan, yang dapat menimbulkan munculnya
pemerintahan yang otoriter, serta mendorong
demokratisasi di tingkat lokal, karena rakyat
lebih mempunyai peluang untuk terlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya masing-
masing (grass roots democracy).
3. Desentralisasi menciptakan efisiensi pemerintahan,
karena sebagian urusanurusan pemerintahan
diselenggarakan oleh satuan-satuan pemerintahan
tingkat daerah, sehingga memperpendek rentang
birokrasi bila dibandingkan dengan pengendalian
dari Pusat.
4. Dari segi sosiokultural, desentralisasi
menyebabkan kepentingan rakyat di daerah-daerah
yang memiliki kekhususan-kekhususan tertentu dapat
tertangani dengan lebih baik.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 11
5. Desentralisasi membuat pembangunan dapat berjalan
dengan lebih baik dan terarah, karena dilakukan
langsung oleh satuan-satuan pemerintahan di
tingkat daerah.
2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada
otonomi daerah
Pelaksanan desentralisasi harus dilandasi
argumentasi yang kuat dan baik secara teoritik
atau empirik. Argumen dalam memilih desentralisasi
otonomi daerah:
1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan
Fungsi distributif (mengelola berbagai dimensi
kehidupan)
Fungsi regulatif (menyangkut penyediaan barang dan
jasa)
Fungsi Ekstraktif (memobilisasi sumberdaya
keuangan untuk aktivitas negara)
2. Sebagai sarana pendidikan politik
3. pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir
politik lanjutan terutama karir dibidang politik
dan pemerintah ditingkat nasional
4. stabilitas politik
5. kesetaraan politik, masyarakat tingkat lokal
mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam politik
6. Akuntabilitas public Demokrasi memberikan ruang
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 12
dan peluang kepada masyarakat, untuk
berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan
penyelenggaraan Negara.
2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks
Otonomi Daerah
1. Dekonsentrasi
Hanya berupa pergesran volume pekerjaan dari
parlemen pusat kepada perwakilannya yang ada
didaerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau
keleluasaan untuk membuat keputusan dapat ditempuh
melalui:
Transfer kewajiban dan bantuan keuangan dari
pemerintah pusat kepada propinsi, distrik dan
unit administratif lokal
Koordinasi unit-unit pada level sub-nasional
atau melalui insentif dan paraturan perjanjian
diantara pemerintah pusat dan daerah serta
unti-unit tersebut.
2. Delegasi
Adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan
kewenangan manajerial untuk melakukan tuga-tugas
khusus kepada organisasi yang tidak secara
langsuang berada dibawah pangawasan pemerintah
pusat .
3. Devolusi
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 13
Adalah kondisi dimana pemerintahan pusat
membentuk unit-unit pemerintahan diluar
pemerintahan pusat dengan menyerahkan sebagian
fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk
dilaksanakan secara mandiri. Menurut Rondinelli,
devolusi merupakam upaya memperkuat pemerinyahan
didaerah secara lelgal yang secara subtantif
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya diluar kendali
langsung pemerintah pusat.
Ciri yang melekat pada devolusi:
a. Adanya sebuah badan lokal yang secara
konstitusional terpisah dari pemerintah pusat dan
bertanggung jawab pada pelayanan lokal yang
signifikan.
b. Pemerinyah daerah harus memiliki kekayaan sendiri,
anggaran dan rekening seiring dengan otoritas
untuk meningkatkan pendapatannya.
c. Harus mengembangkan kompetensi staf.
d. Anggota Dewan yang terpilih, yang beroperasi pada
garis partai, harus menentukan kebijakan dan
prosedur internal.
e. Pejabat pemerintah pusat harus melayani sebagai
penasihat dan evaluator luar yang tidak memiliki
peranan apapun didalam otoritas local
4. Privatisasi
Adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 14
pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta dan
swadaya masyarakat, tetapi dapat pula merupakan
peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha
swasta. Misal: BUMN dan BUMD dilebur menjadi
Perseroan Terbatas (PT). Tugas Pembantuan
Merupakan pemberian kemungkinan dari pemerintah
pusat/pemerintah daerah yang lebih atas untuk
meminta bantuan kepada pemerintah daerah yang
tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan
tugas/urusan rumah tangga dari daerah yang
tingkatannya lebih atas.
2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah
Jadi pada intinya, tujuan dan kebijakan
desentralisasi otonomi daaerah dalam kerangka NKRI
adalah:
1. Pemerintahan otonomi daerah mewujudkan cita-cita
masyarakat yang lebih baik, yang adil dan makmur
yang berarti terciptanya suatu tatanan yang
demokratis dan masyarakat yang sejahtera di
daerah.
2. Desentralisasi atau otonomi daerah yang mampu
menumbuhkan modal sosial dan tradisi kewargaan di
tingkat lokal.
3. Penerapan Otonomi Daerah yang mendorong
peningkatan kesejahteraan rakyat daerah, khususnya
rakyat miskin.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 15
4. Otonomi daerah mempermudah mengakses sumberdaya
dan mengembangkan potensin untuk dapat
meningkatkan kemajuan daerah masing-masing,
sehingga kesenjangan antardaerah dan pusat dapat
diperkecil.
5. Otonomi daerah dapat menjawab akar tuntutan
politik yaitu tuntutan keadilan ekonomi yang
kurang adil antara pusat dan daerah.
6. otonomi daerah meningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah dan antar daerah.
7. Pembagian kebijakan kewenangan Daerah Otonomi
Propinsi dalam rangka desentralisasi mencakup:
a. a Kebijakan Yang meliputi lintas kabupaten
dan kota (bidang PU, Perhubungan, Perkebunan)
b. b) Kebijakan dalam Perencanaan dan
pengendalian pembangunan regional secara
makro
c. c) Kebijakan dalam hal kelautan yang
meliputi eksplorasi, akspluoitasi, konservasi
d. d) Daerah Otonom Kabupaten dan Daerah
Otonom Kota bertanggung jawab atas beberapa
bidang, misalnya Peternakan, Pertanian,
Pendidikan dan Kebudayaan, Tenaga Kerja,
Kesehatan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum,
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 16
Perhubungan, Pedagangan dan Industri,
Penanaman Modal, dan Koperasi.
8. Otonomi Daerah sebagai komitmen dan kebijakan
politik nasional merupakan langkah strategi yang
diharapkan akan mempercepat pertumbuhan dan
pembangunan Daerah, disamping menciptakan
keseimbangan pembangunan antar daerah di
Indonesia.
9. Otonomi daerah memfasilitasi bentuk kegiatan
didaerah dalam bidang ekonomi.
10. Pemerintahan daerah harus kreatif.
11. Otonomi daerah membentuk Politik lokal yang
stabil.
12. Pemerintahan Daerah harus menjamin
kesinambungan berusaha.
13. Pemerintahan Daerah harus komunikatif dengan
LSM, terutama dalam bidang perburuhan dan
lingkungan hidup.
2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang
dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah adalah :2
1. Penyelenggaraan Otonomi daerah dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan serta potensi dan keanekaragaman
daerah.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 17
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi
luas, nyata, dan bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh
diletakan pada daerah kabupaten dan daerah kota,
sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi yang
terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan
konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih
meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak
ada lagi wilayah administrasi.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih
meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif
daerah, baik fingsi legislasi, pengawasan maupun
fungsi anggaran.
7. Pelaksanan asas dekonsentrasi diletakan pada
daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah
administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan,
tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi
juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiyayaan, sarana dan prasarana.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 18
2.4Pembagian Urusan Pemerintahan
Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam
menangani urusannya. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat
dibagi ke dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan
daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II.
Pembagian tersebut meliputi;
2 http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-
kerangka-nkri.html
2.4.1 Urusan pemerintahan pusat
1) Politik luar negeri
2) Pertahanan
3) Keamanan
4) Yustisi
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 19
5) Moneter dan fiskal nasional
6) Agama
2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah propinsi
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata
ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang kesehatan
6) Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM
potensial
7) Penanggualangan masalah sosial lintas
kabupaten atau kota
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas
kabupaten/kota
9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil
dan menengah, termasuk lintas kabupaten/kota
10) Pengendalian lingkungan hidup
11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas
kabupaten/kota
12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14) Pelayanan administrasi peneneman modal
termasuk lintas kabupaten/kota
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 20
15) Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya
yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota
16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan
oleh peraturan perundang-undangan.
2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata
ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang pendidikan
6) Penanggulangan masalsah sosial
7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan
8) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil
dan menengah
9) Pengendalian lingkungan hidup
10) Pelayanan pertahanan
11) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
12) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
13) Pelayanan administrasi penanaman modal
14) Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya
15) Urusan wajib lainnya yang diamnatkan
oleh peraturan perundang-undangan.3
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 21
3 Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Salemba Empat.:pukul 15.30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak,
wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 22
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah adalah kepala daaerah beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan
eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah.
Sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Bentuk dan
Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah
yaitu Dekonsentrasi,Delegasi,Devolusi danPrivatisasi.
Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia,
selaras dengan konstitusi (UUD Negara RI 1945)
dilakukan untuk memperkuat format negara kesatuan
(NKRI), bukan dalam format negara federal
(federalisme). Kerangka otonomi daerah secara luas di
Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat berjalan
secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di
berbagai bidang di daerah, dalam memperkuat NKRI.
3.2 Saran
Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan
menjalankan urusan di beberapa sektor di tingkat
kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya
kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum
tambahan atas bidang-bidang tertentu danpenyelesaian
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 23
perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus
menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran
wilayah dengan lebih mengutamakan kelangsungan hidup
ekonomi kedua kawasan yang bertikai, demikian pula
tentang pertimbangan keamanan.
Kalau perlu, sebaiknya pemerintah pusat membuat
suatu lembaga independen ditingkat daerah untuk
mengawasi jalannya pemerintahan. Tidak hanya mengawasi
dan menindak pelanggaran korupsi seperti yang tengah
gencar dilakukan KPK, tetapi juga mengawasi setiap
kebijakan dan jalannya pemerintahan dimana lembaga ini
dapat melaporkan segala tidakan-tindakan pemeritah
daerah yang dianggap merugikan rakyat didaerah itu
sendiri.
Perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang
dilakukan oleh pemerintah pusat sehingga jangan sampai
terjadi berbagai kebijakan yang merusak lingkungan yang
terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di
Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam
melakukan pengawasan sehingga pembangunan yang
berwawasan lingkungan dapat dijalankan dengan baik oleh
pemerintah Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 24
DAFTAR PUSTAKA
http://www.marzukialie.com/upload/arsip/100_Tadulako.pdf
http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html
Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi. Jakarta: Salemba Empat
Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan.Yogyakarta: Pustaka
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 25
http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html
Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI
Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 26