tipikus pencucian uang

26
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA DOSEN PENGAMPU : NURHIDAYATULOH,SHI.,S.Pd.,SH.,LL.M.,MH DISUSUN OLEH : 1. BURHAN NUR HAKIM 2. DIAN RUDI HARTONO 3. SARA ISNAWATI

Transcript of tipikus pencucian uang

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI

INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :

NURHIDAYATULOH,SHI.,S.Pd.,SH.,LL.M.,MH

DISUSUN OLEH :

1. BURHAN NUR HAKIM

2. DIAN RUDI HARTONO

3. SARA ISNAWATI

UNIVERSITAS SUNAN KALI JAGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN JINAYAH SIYASAHA. Latar Belakang Masalah

Perbuatan pencucian uang di samping sangat merugikan

masyarakat, juga sangat merugikan Negara karena dapat

mempengaruhi atau merusak stabilitas perekonomian nasional

atau keuangan Negara dengan meningkatkan berbagai kejahatan.1

Praktik pencucian uang kotor, uang tunai atau kekayaan

lain yang berasal dari aktivitas criminal termasuk hasil

korupsi guna menghilangkan asal-usul merupakan suatu bisnis

yang menggiurkan.2

Berdasarkan statistic IMF, hasil kejahatan yang dicuci

melalui bank-bank diperkirakan hamper mencapai nilai sebesar

US$1.500 miliar pertahun. Sementara itu menurut Associated Press,

kegiatan pencucian uang hasil perdagangan obat bius,

prostitusi, korupsi dan kejahatan lainnya sebagian besar

diproses melalui perbankan untuk kemudian dikonversikan

menjadi dana legal dan diperkirakan kegiatan ini mampu

1 Redaksi Grhatama, UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI, Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2009, hal 135.

2 Boy Leon dan Sonny Ericson, MANAJEMEN AKTIVA PASIVA BANK NONDEVISA: Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan, Jakarta: Grasindo, (tanpa tahun), hal 122.

menyerap nilai US$ 600 miliar per tahun. Ini berarti sama

dengan GDP seluruh dunia. Namun Micheal Camdessus (Managing

Director IMF), memperkirakan dari folume dari cross-border money

laundering adalah 2 % sampai dengan 5 % dari Gross Domestic Product

(GDP) dunia. Bahkan, batas terbawah dari kisaran tersebut,

yaitu jumlah yang dihasilkan dari kegiatan narcotics, trafficking,

arms trafficking, bank fraud, counterfeiting, dan kejahatan yang sejenis

itu, yang di cuci di seluruh dunia setiap tahun mencapai

jumlah hamper US$ 600 miliar.3

Sebuah data yang disebutkan oleh FATF (Financial Action

Task Force) pada tanggal 22 Juni 2001 menyebut ada 17 negara

yang masuk dalam daftar hitam, diantatanya Kepualauan Cook,

Dominica, Kepulauan Marshall, Israel, Lebanon Filipina, Rusia,

Mesir, Guatemala, Hungaria, Myanmar, Nigeria, dan Indosesia.

Negara itu dianggap tidak kooperatif (Non-cooperative

countries and territories-NCCT) dalam memberantas pencucian

uang.4

Walau akhirnya nasib Indonesia membaik di mata dunia,

dengan di keluarkannya dari daftar hitam negera yang tidak

kooperatif (Non Cooperative Countries and Teritories/NCCT) terhadap

tindakan pencucian uang pada siding Financial Action Task

Force (FATF) di paris, 9-11 Februari 2005. Hal itu

3 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 18.

4 Anif Punto Utomo, NEGARA KULI: Apa Lagi Yang Kita Punya?, Jakarta: Republika, 2004, hal 38.

menggembirakan, namun bukan berarti Indonesia dapat berbangga

diri sebagai Negara yang bersih dan bebas dari tindak pidana.5

B. Pembahasan

1. Sejarah dan Pengertian Pencucian Uang (Money Laundering)

a. Sejarah Pencucian Uang

Istilah pencucian uang atau money loundering ini telah

dikenal sejak dekade tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu

ketika seorang mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi

sebagai strateginya.6 Investasi terbesar adalah perusahaan

pencucian pakaian atau disebut Laundromat yang saat itu

terkenal di Amerika Serikat.Pada dekade 1920-1930 ada

kelompok penjahat yang dipimpin Al Capone adalah seorang

penjahat terkenal dari Amerika Serikat. Ia melakukan money

laundry terhadap uang haram yang didapatnya dengan

menggunakan jasa seorang akuntan cerdas bernama Meyer

Lansky. Money laundry yang dilakukannya adalah melalui usaha

binatu (laundry). Itulah asal muasal nama money loundering.7

Usaha binatu milik Al Capone ini ternyata berkembang maju

dengan berbagai perolehan hasil uang haram dari proses

5 Rrans H. Winarta, SUARA RAKYAT HUKUM TERTINGGI, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009, hal 235.

6 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG, Bandung :PT Citra Aditya Bakti Bandung, 2008, hal. 1

7 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 17.

kejahatan lain yang berpa cabang usaha yang ditanamkan ke

perusahaan pencucian pakaian ini, seperti uang hasil proses

minuman keras illegal, hasil perjudian, dan hasil perusahaan

pelacuran.

Al Capone pun dijebloskan ke dalam penjara berdasarkan

pelanggaran terhadap Volsted Act. Suatu hal yang sangat luar

biasa pada saat mana kepolisian yang bersenjata tidak pernah

berhasil menangkapnya. Bahkan konfrontasi bersenjata yang

dilakukan polisi untuk menghancurkan kelompok Al Capone dan

menangkapnya selalu gagal, karena kelompok itu pun memiliki

persenjataan yang sama lengkap dan mematikan dengan yang

dimiliki polisi.8

Charlie Lucky Luciano, seorang gembong kejahatan

Amerika yang memiliki spesialisasi dalam menyelundupkan

alcohol dan perjudian gelap, mengirim rekannya, Meyer Lansky

untuk mengambil bagian dalam emas Nazi. Lansky berangkat ke

Swiss dan membantu mentransfer lebih dari US$300 juta ke

dalam rekening-rekening lain hingga sampai ke tangan bosnya

yang licik, Al Capone.9

Pada saat yang bersamaan karena pemberlakuan prinsip

rahasia bank di swiss pada awal tahun 1930 an, pencucian

uang memperoleh pijakah kokoh. Petinggi –petinggi militer

nazi Jerman melakukan pencurian uang dengan memanfaatkan8 Ivan Yustiavandana, Arman Nefi dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN

UANG DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 7.9 Jamie King, 111, KONSPIRASI MENGHEBOHKAN DUNIA terjamahan dari CONSPIRACY

THEORIES, Depok: Raih Asa Sukses, hal 210.

prinsip rahasia di bank swiss. Pada saat itu swiss tidak

mengkatagorikan penggelapan dan pengelakan pajak sebagai

suatu kejahatan, sehingga siapapun yang menyimpan uang

dibank –bank swiss tidak akan ditanya soal itu. Identitas

nasbah hanya menjadi otoritas direktur bank. Hanya direktur

bank yang mengetahui sipa nasabah pemilik nomor tersebut.

Oleh karena itu, identitas nasabah hanya berupa nomor

kode.10

Bagi organisasi kejahatan, Harta Kekayaan sebagai hasil

kejahatan ibarat darah dalam satu tubuh, dalam pengertian

apabila aliran Harta Kekayaan melalui system perbankan

internasional yang dilakukan diputuskan, maka organisasi

kejahatan tersebut lama-kelamaan akan menjadi lemah,

berkurang aktivitasnya, bahkan menjadi mati. Oleh karena

itu, harta kekayaan merupakan bagian yang sangat penting

bagi suatu organisasi kejahatan. Untuk itu, terdapat suatu

dorongan bagi organisasi kejahatan melakukan pencucian uang

agar asal-usul Harta Kekayaan yang sangat dibutuhkan

tersebut sulit atau tidak dapat dilacak oleh penegak

hukum.11

b. Pengertian Pencucian Uang

Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang

bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul10 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN

DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 7.11 Tim New Merah Putih, UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA ANTI

KORUPSI, Yogyakarta: New Merah Putih, 2008, hal 196.

uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak

pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang

seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.12

Dalam buku kitab Blak’s Law Dictiniory, istilah money

laundering di artikan dengan, term applied to taking money gotten

illegally and washing or laundering it so it appears to have been gotten legall

(istilah yang diterapkan untuk mengambilan uang yang didapat

secara ilegal dan mencucinya atau pencucian sehingga tampaknya

didapatkan secara legall).13

Sedangkan menurut para ahli hukum, pencucian uang atau

money laundering memiliki berbagai pengertian dari masing-

masing ahli hokum tersebut. Seperti pengertian dari ahli

hukum Sarah N. Welling, the process by which one conceals the existence,

illegal source, or illegal application of income, and than disguises that income to

make it appear legitimate (sebuah proses dimana untuk menyembunyikankeberadaan, sumber ilegal, atau cara ilegal pendapatan, dan juga

penyamaran hingga pendapatan untuk menjadi tampak sah).14

Kemudian Sarah N welling mengemukakan pengertian money

laundering sebagai proses yang dilakukan oleh seseorang

menyembunyikan keberadaan ,seumber ilegal atau aplikasi

ilegal dari pendapatan yang kemudian menyamarkan pendapatan

itu menjadi sah.Welling menekankan bahwa pencucian uang

12 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007,Hal 19.

13 thelawdictionary.org/money-laundering/, diakses pada 10 September 2013, pukul 15.00.

14 Jimmy Gurule, UNFUNDING TERROR: The Legal Response to The Financing of Global Terrorism, Chelthemham: Edward ElgarPublishing Limited, 2008, hal 104.

adalah suatu proses mengaburkan ,menyembunyikan uang- uang-

ilegal melalui sistem keuangan sehingga ia akan meuncul

kembali sebagai uang yang sah.15

Selanjutnya menurut ahli hukum Fraser, money laundering

dimaknai sebagai, money laundering is quite simply the process through

which “dirty” money (proceeds of crime), is washed through “clean” or legitimate

sources and enterprises so that the “bad guys” may more safely enjoy their ill

gotten gains (pencucian uang adalah proses sederhana dimana uang"kotor" (hasil kejahatan), dicuci melalui sumber "bersih" atau

sah dan perusahaan, sehingga "orang jahat" akan lebih aman

menikmati keuntungan kotor mereka).16

Begitu juga dengan pengertian dari Pamela H. Bucy dalam

bukunya yang berjudul white Collar Crime: Cases and Materials. Bahwa

Money laundering adalah sebagai berikut, Money laundering is the

concealment of the existence, nature of illegal source of illicit funds in such a

manner that the funds will appear legitimate if discovered.17 Maknanya

adalah Pencucian uang sebagai penyembunyian keberadaan,

sifat atau sumber illegal, pergerakan atau kepemilikan uang

demi alasan apapun.18

Pengertian pencucian uang dalam UU no. 25 Tahun 2003

adalah perbuatan menempatkan, menstranfer, membayarkan,15 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN

DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 7.16 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 19.17 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 20.18 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN

DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 11.

membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya

atas harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga

merupakan hasil tindakan pidana dengan maksud untuk

menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan

sehingga seolah-olah menjadi harta Kekayaan yang sah (Pasal

1 angka 1 Undang-undang No. 25 Tahun 2003 tentang perubahan

atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang). Sedangkan dalam UU No. 8 Tahun 2010 tantang

Pencegahan dan pembarantasan tindak Pidana Pencucian uang,

pengertian pencucian uang mengalami perluasan menjadi segala

perbuatan yang memenuhi unsure-unsur tindak pidana sesuai

dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.19

2. Tahap-Tahap atau Mekanisme Pencucian Uang.

Secara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan

usaha pencucian uang, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Penempatan (Placement)

Tahap Placement merupakan tahap pengumpulan dan

penempatan uang hasil kejahatan disuatu Bank atau tempat

tertentu yang diperkirakan aman guna mengubah bentuk uang

tersebut agar tidak terindentifikasi. Biasanya dana yang

ditempatkan berupa uang tunai dalam jumlah besar yang19 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 49.

dibagi ke dalam jumlah yang lebih kecil dan ditempatkan

di beberapa rekening di beberapa tempat.20

Tahap ini merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang

tersebut mendepositkan uang haram tersebut ke dalam

system keuangan (financial system). Karena uang itu sudah

masuk ke dalam system keuangan berarti uang itu telah jua

masuk kedalam system keuangan Negara yang bersangkutan.

Oleh karena itu uang yang telah ditempatkan di suatu bank

selanjutnya dapat lagi dipindahkan ke bank lain, baik di

Negara tersebut maupun di Negara lain, maka uang tersebut

bukan saja telah masuk ke dalam system keuangan Negara

yang bersangkutan, tetapi juga telah masuk ke dalam

system keuangan global atau internasional.Jadi placement

(penempatan) adalah upaya menempatkan dana yang

dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam

system keuangan.21 Bentuk kegiatan ini antara lain sebagai

berikut:

a. Menempatkan dana pada bank. Kadang kegiatan ini diikuti

dengan pengajuan kredit/pembiayaan.

b. Menyetorkan uang pada bank atau perusahaan jasa

keuangan lain sebagai pembayaran kredit untuk

mengaburkan audit trail.

c. Menyelundupkan uang dari suatu Negara ke Negara lain.

20 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 45.

21 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 24.

d. Membiayai suatu usaha yang seola-olah sah atau terkait

dengan usaha yang sah berupa kredit/pembiayaan sehingga

mengubah kas menjadi kredit pembiayaan.

e. Membeli barang-barang berharga yang bernila tinggi

untuk keperluan pribadi, membelikan hadiah yang

nilainya mahal sebagai penghargaan atau hadiah kepada

pihak lain yang pmbayarannya dilakukan melalui bank

atau perusahaan jasa keuangan lain.22

Tahap Placement, memindahkan uang haram dari

sumbernya untuk menghindarkan jejak dengan metode

smurfing. Metode ini mengelabui ketentuan untuk melaporkan

transaksi uang tunai sesuai dengan peraturan yang

berlaku.23 Dalam tahap ini bisa juga penempatan uang hasil

criminal itu dimasukkan dalam sisten keuangan, baik

dengan cara memasukkan ke deposito, saham, atau

mengonversikannya ke dalam mata uang lain.24

2. Tahap Pelapisan atau Layering

Tahap Layering merupakan upaya untuk mengurangi jejak

asal uang tersebut atau cirri-siri asli dari uang hasil

kejahatan tersebut atau nama pemilik uang hasil tindak

pidana, dengan melibatkan tempat-tempat atau bank di

Negara-negara dimana kerahasiaan bank akan menyulitkan22 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal 24.23 Ismanthono, Henricus W., KAMUS ISTILAH EKONOMI DAN BISNIS, Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2010, Hal 199.24 Elvyn, G. Masassya, CARA CERDAS MENGELOLA KEUANGAN PRIBADI, Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2006, hal 125.

pelacakan jejak uang. Tindakan ini dapat berupa transfer

dana ke Negara lain dalam bentuk mata uang asing,

pembelian property, pembelian saham pada bursa efek

menggunakan deposit di bank A untuk meminjam uang di bank

B dan sebagainya.25

Layering (pelapisan) adalah suatu proses pemindahan

dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai

hasil upaya placement ke tempat lainnya melalui

serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk

menyamarkan/mengelabui sumber uang haram tersebut,

misalnya bearer bonds, forex market, stocks. Disamping cara

tersebut, langkah lain yang digunakan adalah dengan

menciptakan sebanyak mungkin account dari perusahaan

fiktif/semu dengan memanfaatkan aspek kerahasiaan bank

dan keistimewaan hubungan antara nasabah bank dengan

pengacara. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan jejak

atau usaha audit sehingga seolah-olah merupakan transaksi

finansial yang legal.26

3. Tahap Penggabungan atau Tahap Integration

Tahap Integration merupakan tahap pengumpulan dan

menyatukan kembali uang hasil kejahatan yang telah

melalui tahap pelapisan dalam suatu proses arus keuangan

25 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 45.

26 Adrian Sutedi ,S.H.,MH “TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG” Bandung :PT Citra Aditya Bakti Bandung, 2008 hal 19.

yang sah. Pada tahap ini uang hasil kejahatan benar-benar

telah bersih dan sulit dikenali hasil tindak pidana, dan

muncul kembali sebagai asset investasi yang tampaknya

legal.27

Integration (penggabungan) adalah proses pengalihan

uang yang diputihkan hasil kegiatan placement maupun

layering ke dalam aktivitas-aktivitas atau performa

bisnis yang resmi tanpa ada hubungan/links ke dalam

bisnis haram sebelumnya. Pada tahap ini uang haram yang

telah diputihkan dimasukkan kembali ke dalam sirkulasi

dalam bentuk yang sesuai dengan aturan hukum, dan telah

berubah menjadi legal. Ada tulisan yang menyebutkan bahwa

cara tersebut juga disebut spin dry yang merupakan gabungan

antara repatriation dan integration. 28

3. Alasan Memerangi Pencucian Uang

Pencucian uang secara potensial dapat menghancurkan

ekonomi, keamanan dan membawa dampak sosial. Pencucian uang

menyediakan bahan bakar bagi penyelundupan narkoba, penyapan

dan lainnya untuk menjalankan dan memperluas perusahaan

mereka. Secara faktual kegiatan pencucian uang sulit untuk

ditindak dan diberantas, tetapi pencucian uang harus di

persempit ruang geraknya /diperangi, karena kegiatan itu27 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s.,

PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 46.

28 Adrian Sutedi ,S.H.,MH “TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG” Bandung :PT Citra Aditya Bakti Bandung, 2008 hal 21.

telah mengganggu sistem ekonomi suatu bangsa dan sistem-

sistem lainnya. Adapun dampak buruk pencucian uang antara

lain :

A. Melemahkan sektor swasta yang sah

Pencucian uang dapat mendirikan perusahaan topeng

yang bergerak dalam kegiatan bisnis. Misalnya di Amerika

serikat ,misalnya kejahan terorganisasi menggunakan

kedai-kedai pissa untuk menopengi hasil penyelundupan

heroin dan kedai pizza tersebut menjual pissa dengan

haraga murah yang membuat pengusaha pissa dan perusahaan

lainnya yang bersih akan akan kalah saing. Bila keadaan

ini bertahan lama perusahaaan yang sah tidak bertahan

lama dan kejahatan akan semakin sulit diberantas.29

B. Merusak intregitas Pasar keuangan

Jika pencucian uang hasil kejahatan masuk kedalam

ranah negara (yang biasanya masuk dalam jumlah besar maka

hampir dipastikan akan menimbulkan likuiditas .Institusi

keuangan yang menerima hasil kejahatan memiliki tantangan

tambahan dalam mengelola aset ,liabilitas dan operasi

mereka .Contoh sejumlah besar uang hasil kejahatan yang

telah dicuci mungkin ada di institusi keuangan ,tetapi

menghilang tiba-tiba tanpa pemberitahuan ,melalui

transfer elektronek sebagai respons terhadap faktor non

29 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 14.

pasar mseperti penegakan hukum .Hal ini dapat berdampak

pada bank itu sendiri yag menimbulkan masalah

likuiditas .Penarikan uang yang telah dicuci menyebabkan

krisis likuiditas dan kegaglan bannk ,karena bank

mengelola sebagian besar hasil kejahatan .Hal ini akan

menimbulakan krisis keuangan dan bank akan tutup sperti

Europa Bank union dan BCCI.30

C. Berisiko Pada Reputasi Negara

Pencucian uang dapat merudsak reputasi negara .Tidak

stu negara pun di dunia ,terlebih di era global saat

ini ,yang bersedia kehilangan reputasinya akibat

pencucian uang. Kepercayaan pasar akan terkikis karena

kegiatan jahat tersebut . Kemudian negara akan kehilangan

kexempatan yang sah untuk memperoleh keuntungan dari

industri keuangannya.31

D. Menimbulakan Biaya Sosial

Pencucian uang merupakan proses yang paling penting

dalam organisasi sehingga dapat melaksanakan kejahatan

mereka .Pencucian uang memungkinkan para penjua dan

pengedar narkoba ,penyelundup dan lainnya akan memperluas

kegiatannya .Hal ini dapat berakibat pada pemberantasan

kejahatan tersebut /penanganan dan penegakan

30 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 15.31 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 20.

hukum .Pencucian uang bisa-bisa memindahkan ekonomi pasar

,pemerintah ,dan warga negar kepada para penjahat .Tidak

mustahil ,bila terus menerus meluas ,dalam kasus ekstrim

hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pengambilalihan

kekuasaan pemerintah yang sah .32

4. Undang-Undang Pencucian Uang

Penanganan tindak pidana pencucian uang di Indonesia

yang dimulai sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian uang sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian uang, telah menunjukkan arah

positif. Hal itu, tercermin dari meningkatnya kesadaran dari

pelaksana Undang-Undang tentang tindak Pidana Pencucian

Uang, seperti penyedia jasa keuangan dalam melaksanakan

kewajiban pelaporan, lembaga Pegawas dan Pengatur dalam

pembuatan peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) dalam kegiatan analisis, dan penegak hukum

dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga penjatuhan

sanksi pidana dan/atau sanksi administrative (UU No. 8 Tahun

2010).33

32 Ivan Yustiavandana ,Arman Nefi , dan Adiwarman, TINDAK PIDANA PENCUCIAN DI PASAR MODAL, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 21.33 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 48.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 memuat materi

muatan, yaitu:

1. Redefinisi pengertian hal yang terkait dengan tindak

pidana Pencucian uang.

2. Penyempurnaan Kriminalisasi tindak pidana Pencucian

uang.

3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan

sanksi administrative.

4. Pengukuran penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa.

5. Perluasan pihak Pelapor.

6. Penetapan mengenai jenis pelaporan oleh penyedia

barang dan/atau jasa lainnya.

7. Penataan mengenai Pengawasan Kepatuhan.

8. Pemberian kewenangan kepada Pihak Pelapor untuk

menunda transaksi.

9. Perluasan kewenangan Direktorat jenderal Bea dan

Cukai terhadap pembawaan uang tunai dan instrument

pembayaran lain ke dalam atau ke luar daerah pabean.

10. Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana

asal untuk menyidik dugaan tindak pidana Pencucian

uang.

11. Perluasan instasi yang berhak menerima hasil

analisis atau pemeriksaan PPATK.

12. Penataan kembali kelembagaan PPATK.

13. Penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan

untuk menghentikan sementara Transaksi.

14. Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak

pidana Pencucian uang, dan

15. Pengaturan mengenaii penyitaan Harta Kekayaan yang

berasal dati tindakan pidana.34

Di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tersebut

pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana:

A. Pertama

Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap

Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan

dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain

atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut

diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan.

(Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).35

Berdasarkan UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian uang, perbbuatan pencucian uang dapat

dikelompokkan menjadi aktif dan pasif (Husein 2010).

Tindak pidana pencucian uang yang aktif melibatkan orang

yang sengaja melakukan pencucian uang sebagaimana diatur

dalam Pasal 3 dan Pasal 4 yaitu:34 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 49.35 Undang-Undang No.8 tahun 2010

Pasal 3

Setiap orang yang menempatkan, mentranfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,

menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,

menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau

perbuatan lain atas Harta kekayaan yang diketahui atau

perlu diduganya merupakan hasil tindak pidana…

Pasal

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan

asal-usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-

hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana…

Berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU Pencegahan

Pemberantasan Tindak Pidana pencucian uang, yang dimaksud

dengan harta kekayaan adalah semua benda bergerak maupun

benda tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak

berwujud, yang diperoleh baik secara langsung maupun

tidak langsung.36

B. Kedua

Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan

kepada setiap Orang yang menerima atau menguasai

penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

36 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 51.

penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1). Hal tersebut dianggap juga sama dengan melakukan

pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor

yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun

2010).37

Berdasarkan Pasal 5 pelaku tindak pidana pasis adalah

setiap orang yang menerima atau menguasai harta kekayaan

yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak

pidana melalui: a. Penempatan, b. Pentransferan, c.

Pembayaran, d. Hibah, e. Sumbangan, f. penitipan, g.

Penukaran atau h. Menggunakan harta kekayaan.

Unsure obyektif dalam Pasal 5 di atas adalah

perbuatan penempatan, pentranferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta

kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan

hasil tindak pidana. Sedangkan unsure subyektifnya adalah

mengetahui, atau patut diduga, bahwa harta kekayaan yang

didapat merupakan hasil tindak pidana.38

C. Ketiga

37 Undang-Undang No.8 tahun 201038 Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., PANDUAN INVESTIGASI DAN PENUNTUTAN DENGAN PENDEKATAN HUKUM TERPADU, Bogor: Cifor, 2011, hal 51.

Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi

mereka yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang

yang dikenakan kepada setiap Orang yang menyembunyikan

atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan,

pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas

Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan

melakukan pencucian uang.39

5. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang

Mengenai sanksi terhadap orang yang telah melakukan

pencucian uang telah diatur sedemikian rupa dalam UU

TPPU. Seperti halnya dalam Pasal 3 dalam UU TPPU Setiap

Orang yang menempatkan, mentransfer mengalihkan,

membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,

menitipkan,membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,

menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau

perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan

dapat dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan

pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda

39 Undang-Undang No.8 tahun 2010

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah).

Dengan demikian, disinilah peran Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai lembaga

independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan

memberantas tindak pidana Pencucian Uang dengan cara

menyediakan informasi inteligen yang dihasilkan dari

analisis terhadap laporan-laporan yang disampaikan kepada

PPATK .40 Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai

fungsi sebagai berikut (Pasal 40 UU No. 8 Tahun 2010):

1. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian

uang;

2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh ppatk

3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor

4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi

transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana

pencucian uang dan/atau tindak pidana lain .41

Selain itu PPATK sendiri sudah memiliki banyak mitra

dalam membantu menelusuri aliran dana mencurigakan

tersebut seperti Kejaksaan, Kepolisian, Bea Cukai,

Direktorat Pajak bahkan Koperasi Simpan Pinjam serta BNN.

40 Adrian Sutedi ,S.H.,MH, HUKUM PERBANKAN: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 200741 http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan

Di indonesia sendiri yang saat ini menjadi pusat

perhatian media mengenai kasus Pencucian uang salah

satunya adalah kasus Irjen Djoko susilo untuk kasus

pencucian uang terkait korupsi simulator SIM, Djoko

didakwa Pasal 3 dan atau 4 Undang-undang nomor 8 tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pencucian Uang.Kemudian, dia juga didakwa atas pencucian

uang selama 2003 hingga 2010, Djoko didakwa melanggar

Pasal 3 dan atau 4 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

dan Pasal 3 ayat 1 dan atau Pasal 6 ayat 1 UU 15/2002

tentang TPPU dengan pidana penjara paling lama 20 tahun

dan denda paling banyak Rp 10 miliar.42

Hal ini terbukti dengan di sitanya beberapa rumah

milik Djoko Susilo di antaranya di Yogyakarta, Solo, dan

Semarang.Dia memakai hasil tindak pidana korupsi dalam

simulator sim dengan melakukan pencucian uang dengan

mengubahnya dengan menyamarkan hasil uang haram itu

dengan membeli beberapa rumah. Selain itu Komisi

Pemberantasan Korupsi bisa menjerat istri-istri Inspektur

Jenderal Polisi Djoko Susilo dengan pasal tindak pidana

pencucian uang (TPPU) selama ditemukan dua alat bukti

yang cukup. Menurut surat dakwaan, istri-istri Djoko ikut

menguasai aset yang diduga berasal dari tindak pidana

42 http://news.liputan6.com/read/569213/kpk-berwenang-usut-kasus-pencucian-uang-djoko-susilo

korupsi. Terdapat sejumlah aset Djoko yang diatasnamakan

istri-istrinya.

"Ya, bisa, sepanjang memenuhi unsur-unsur seperti

yang tertuang dalam Pasal 3 Pasal 4 UU TPPU dan dengan

dukungan bukti-bukti," ujar Juru Bicara KPK Johan Budi,

Rabu (24/4/2013).43Dengan pasal TPPU, KPK sedianya bisa

menjerat kerabat, keluarga, atau teman dekat Djoko yang

diduga menerima atau menguasai asetnya. Pasal 5 Ayat 1

Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang menyebutkan

bahwa penerima hasil korupsi dapat dikenakan pidana serta

denda.

"Setiap orang yang menerima atau menguasai

penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan

denda paling banyak Rp 1 miliar," demikian bunyi pasal

tersebut.

Surat dakwaan Djoko menyebutkan, jenderal bintang dua

itu diduga menyamarkan beberapa hartanya tahun 2010

dengan menggunakan nama Djoko Waskito (ayah kandung Dipta

Anindita, istri muda Djoko). Djoko membeli tanah lengkap

dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di

Jakarta Utara. Harga di akta Rp 5,3 miliar, harga

43 http://jateng.tribunnews.com/2013/04/24/istri-istri-djoko-susilo-bisa-dijerat-kasus-pencucian-uang

sebenarnya Rp 11,5 miliar.Pada tahun 2012, Dipta

dibelikan tanah senilai Rp 7,1 miliar di Semarang. Ia

juga dibelikan tanah di Surakarta senilai Rp 6

miliar.44Pada tahun 2011, mengatas namakan istri kedua,

Mahdiana, terdakwa Djoko Susilo membeli sebidang tanah di

Jakarta Selatan senilai Rp 46 juta dan Rp 6,1 miliar.

Pembelian Rp 6,1 miliar menggunakan perantara Erick

Maliangkay. Mahdiana juga dibelikan tanah senilai Rp 5

miliar pada 2012. Terdakwa membeli tanah dengan

menggunakan nama lain, yaitu Mudjiharjo. Empat bidang

tanah dibeli di Yogyakarta tahun 2011 dan 2012 senilai Rp

3 miliar dan Rp 389 juta.

Untuk pembelian kendaraan, terdakwa menggunakan nama

Sudiyono. Selain itu, Djoko diduga menyamarkan hartanya

dengan menggunakan nama Eva Handayani. Wanita ini diduga

sebagai istri mudanya yang lain. Aset yang disamarkan

atas nama Eva di antaranya berupa SPBU, tanah beserta

bangunannya di daerah Depok, Jawa Barat, dan tanah di

Jagakarsa seluas 200 meter persegi. Djoko juga diduga

membeli sebidang tanah di Subang untuk istri pertamanya,

Suratmi.

4. LATAR BELAKANG MASALAH (MAKS 2 HLM)44 Ibid http://jateng.tribunnews.com/2013/04/24/istri-istri-djoko-susilo-bisa-dijerat-kasus-pencucian-uang

5. PEMBAHASAN (MAKS 15 HLM)

6. KESIMPULAN (1-2 HLM)

7. DAFTAR PUSTAKA