Tindak Pidana Pencucian Uang di Perbankan

30
Hukum Perbankan Syariah Tindak Pidana Pencucian Uang di Perbankan Dosen: Prof. Dr. M. Amin Suma, SH., MA., MM. dan Hidayatulloh, SHI., MH. Oleh: Nailin Nafis (1112044100008) Konsentrasi Peradilan Agama Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

Transcript of Tindak Pidana Pencucian Uang di Perbankan

Hukum Perbankan SyariahTindak Pidana Pencucian Uang di Perbankan

Dosen:

Prof. Dr. M. Amin Suma, SH., MA.,MM.

dan

Hidayatulloh, SHI., MH.

Oleh:

Nailin Nafis (1112044100008)

Konsentrasi Peradilan Agama Jurusan Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2015

Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim, segala puji serta syukur

kepada Allah SWT, karena atas limpahan kasih sayang dan

rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis untuk Mata

Kuliah Hukum Perbankan Syariah, yang berjudul Tindak Pidana

Pencucian Uang di Perbankan. Tidak lupa ucapan terima kasih

yang Penulis haturkan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin

Suma, SH., MA., MM. beserta Bapak Hidayatulloh, SHI., MH.

sebagai Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Hukum Perbankan

Syariah ini.

Dalam penyelesaian Karya Tulis ini, Penulis menyadari

adanya banyak kekurangan, baik dari segi teknis penulisan

maupun isi materi, yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

yang Penulis miliki.

Akhirnya, Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa

menjadikan Ilmu ini bermanfaat bagi kita semua. Khususnya

bagi Penulis sendiri dalam mempelajari materi-materi mata

kuliah, terutama mata kuliah Hukum Perbankan Syariah, Amiin

ya Rabbal ‘Álamin.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PERBANKAN

Pencucian Uang merupakan tindakan yang amat ditakuti olehsemua instansi, pemerintahan dan badan-badan hukum lainnya.Dimana kejahatan ini hanya dapat terlihat jika indikasikejahatan telah terjadi. Dapat dikatan pula bahwa pencucianuang adalah kejahatan berbaju putih. Di Indonesia, dasarhukum tentang kejahatan ini jelas adanya, setelah beberapakali perubahan, yaitu Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang. Terlebih, Indonesia juga telah meratifikasi UnitedNations Convention Againts Corruption (UNCAC) pada tahun2006, yang sebelumnya indonesia sudah menandatangin Konvensitersebut pada tahun 2003. Selain itu, ada lembaga independenyang bertugas mencegah terjadinya Tindak Pidana PencucianUang, yaitu Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK). Walaupun terdapat beberapa kelemahan dari PPATK,tetapi tidak menutup kemungkinan banyaknya tujuan-tujuan baikyang telah tercapai. Serta, bentuk terakhir atas pencegahantindak pidana pencucian uang di perbankan ialah denganlahirnya Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012.

1. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang

Tidak ada definisi yang seragam dan komprehensif mengenaipencucian atau money laundering. Masing-masing negara memilikidefinisi mengenai pencucian uang sesuai dengan terminologikejahatan menurut hukum negara yang bersangkutan. Pihakpenuntut dan lembaga penyidikan kejahatan kalangan pengusahadan perusahaan, negara-negara yang telah maju dan negara-negara dari dunia ketiga, masing-masing mempunyai definisisendiri berdasarkan prioritasdan perspektif yang berbeda.1

Namun seluruh negara sepakat pada satu garis, yaknipemeberantasan tindak pidana pencucian uang harus dilakukandan terus digemborkan untuk melawan tindak pidana terorisme,penipuan, bisnis narkoba, atau bahkan korupsi.

Istilah pencucian uang atau money laundering telahdikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika AlCapone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu, mencuci uanghitam dari usaha kejahatannya dengan memakai Meyer Lansky,

1 Ivan Yustiavanda – Arman Nefi – Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian Uang,hal 10

orang Polansia, yaitu seorang akuntan, mencuci uang kejahatanAl Capone melalui usaha binatu (laundry). Al Capone membeliperusahaan yang sah dan resmi, yaitu perusahaan pencucianpakaian atau disebut laundromat yang ketika itu terkenal diAmerika Serikat sebagai salah satu strateginya, yang kemudianusaha pencucian pakaian ini berkembang maju, dan berbagaiperolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usahalainnya ditanamkan ke perusahaan pencucian pakaian ini,seperti uang hasil minuman keras ilegal, hasil perjudian danhasil usaha pelacuran.2

Kemudian, istilah money laundering popular pada tahun1984 tatkala Interpol Ameriika mengusut pemutihan uang MafiaAmerika Serikat yang terkenal dengan nama Pizza Connnection.Kasus demikian menyangkut dana sekitar US $ 600 juta, yangditranfer ke sejumlah bank di Swiss dan Italia. Carapencucian uang dilakukan dengan cara menggunakan restoranPizza yang berada di Amerika Serikat sebagai saranamengelabui sumber-sumber dana tersebut.3

Secara umum, pengertian mengenai pencucian uang (moneylaundering) tidak jauh berbeda dari satu sama lain. Black’s LawDictionary mendefinisikan dari pencucian uang atau moneylaundering adalah

term used to describe investment or other transfer of moneyflowing from racketeeting, drug transaction, and other illegalsources into legitimate channels so that is original source cannotbe traced.4

Welling mengemukakan bahwa2 B Nasution, “Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal HukumUniversitas Sumatra, hal 253 Nashriana – Dosen FH Universitas Sriwijaya, “Urgensi Penerapan KnowYour Customer Principles dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uangdari Perspektif Non Penal Policy” , Jurnal Hukum FH Universitas Sriwijaya,hal 74 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary(sixth edition), St. Paul Minn. WestPublishing Co., 1990, hal 884. [ suatu gambaran tentang tindakanmemindahkan, menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasildari suatu tindak pidana yang dilakukan oleh organisasi kejahatanmaupun individu yang melakukan tindak pidana korupsi, perdagangannarkotika/obat bius, illegal loging, dan tindak pidana lain sebagaikejahatan asal (predicate crime/predicate offense)]. Terjemahan dari Nashriana– Dosen FH Universitas Sriwijya.

Money laundering is the process by which one conceals theexistence, illegal source, or illegal application of income, andthen disguises that income to make it appear legitimate.5

Sedangkan Frazer mengemukakan bahwa

Money laundering is quite simply the process through which“dirty” money (proceeds of crime), is washed through “clean”or legitimate sources and enterprises so that the “bad guy” maymore safely enjoy their ill’gotten gains.6

Pengertian selanjutnya dikemukakan oleh Billy steal,yaitu

It seems to be a victimless crime. It has none of the dramaassociated with a robbery or any of the fear that violent crimeimprints upon people’s psyche and yet, money laundering canonly take place after a predicate crime (such as a robbery orhousebreaking or drug dealing) has taken place.7

Menurut Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H., FCBArb8,ahli Hukum Bisnis kelahiran Surabaya, menyatakan bahwa

Rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukanoleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram yaitu uangyang berasal dari kejahatan, dengan maksud untukmenyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang

5 Lihat, Jurnal ILMU HUKUM vol 3 no 1, Iwan Kurniawan, PerkembanganTindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) dan Dampaknya terhadap sektor Ekonomidan Bisnis, hal 8. [pencucian uang adalah proses dimana seseorangmenyembunyikan keberadaan, sumber ilegal, atau penggunaan pendapatansecara ilegal, dan kemudian menyamarkan pendapatan tersebut agartampak seperti pendapatan yang sah], terjemahan bebas dari penulis.6 Ibid. [pencucian uang pada dasarnya adalah proses dimana uang "kotor"(hasil kejahatan) dicuci melalui sumber dan perusahaan yang "bersih"atau sah sehingga "orang jahat" tersebut bisa lebih aman dalammenikmati keuntungan kotor mereka], terjemahan bebas dari penulis.7 Lihatwww.sid.in-berlin.de/nedkelly-world/moneylaunderingbriefhistory.html .[Pencucian uang adalah suatu tindakan yang tidak terlihat langsungsiapa korbannya. Tindakan pencucian uang tidak terlihat adanya sepertiperampokan atau kejahatan kriminal yang memang kontak badan langsungdengan korban. Tindakan pencucian uang ini hanya dapat terlihatsetelah tindakan kriminal (perampokan, pencurian dengan membongkarrumah, transaksi obat terlarang)tersebut diprediksi telah terjadi ]terjemahan bebas penulis.8 FCBArb (Fellow Certified BANI Arbiter).

tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenangmelakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan caraterutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistemkeuangan ( financial sistem) sehingga uang tersebut kemudiandapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang halal.9

Sebelum masuk pada pengertian Pencucian Uang di perubahanterakhir Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, ada baiknyamelihat definisi Pencucian Uang dari European Communities,yaitu

The conversion or transfer of property, knowing that suchproperty is derivied from serious crime, for the purpose ofconcealing or disguising the illict origin of the property ofassisting any person who is involved in committing such anoffence or offences to evade the legal consequences of his action,and

The concealment or disguise of the true nature, source, location,disposition, movement, right with respect to, or ownership ofproperty, knowing that such property is derived from seriouscrime.10

Pengertian Pencucian Uang dalam perubahan Undang-Undangterakhir, yakni Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uangadalah

9 Lihat, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Tinjauan Yuridis Hukum Acara Pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Syarifah Tigris,Prof. Dr. Syarifuddin kalo SH., M.Hum., Dr. Mahmud mulyadi, SH.,M.Hum., hal 3.10 Lihat, Article 1 of the draft European Communities (EC) Directive of March 1990.[Konversi atau pengalihan harta, dengan mengetahui bahwa propertitersebut dihasilkan dari kejahatan serius, dengan tujuanmenyembunyikan atau menyamarkan sumber ilegal dari properti itu ataumembantu orang yang terlibat dalam melakukan pelanggaran seperti ituuntuk menghindari konsekuensi hukum dari tindakannya; danpenyembunyian atau penyamaran sifat, sumber, lokasi, susunan, gerakan,hak yang sebenarnya sehubungan dengan properti itu ataukepemilikannya, dengan mengetahui bahwa properti tersebut berasal darikejahatan serius], terjemahan bebas dari penulis.

Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhiunsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalamUndang-Undang ini.11

Jika dilihat, pengertian di atas amat sangat singkat.Bagaimana jika kembali ke Undang-Undang sebelumnya, yakniUndang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak PidanaPencucian Uang. Pengertian pencucian uang lebih tersusun rapidan dapat langsung dipahami, yaitu

Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta kekayaan yangdiketahuinya atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Pidanadengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkanasal usul Harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Hartakekayaan yang sah.12

Secara kasat mata, perkembangan pengertian tersebut tidaklebih maju dari sebelumnya. Namun, pada sub bab kali inihanya dibahas tentang pengertiannya saja, tidak masuk padaseluk beluk kenapa perubahan pengertian tersebut terjadi.Karena sub bab dasar hukum akan dibahas setelah ini.

2. Dasar Hukum

Tindakan pencegahan dan pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang memang harus dilaksanakan dalam setiap sendikehidupan, dalam setiap sisi gerak gerik manusia. Untukmelegalkan tindakan tersebut, maka lahirlah Undang-UndangNomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uangsebagai awal gambaran apa, bagaimana, siapa, dan kapandisebut Pencucian Uang. Sebagai hukum yang berlaku diIndonesia, hal yang mendasari ketentuan tersebut tentuberasal dari :13

11 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.12 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak PidanaPencucian Uang.13 Dasar Hukum dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang TindakPidana Pencucian Uang.

Pertama, Pasal 5 ayat (1) berbunyi “Presidenberhak mengajukan rancangan undang-undang kepadaDewan Perwakilan rakyat” dan Pasal 20 berbunyi “Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan DewanPerwakilan Rakyat” Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Kedua, Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor VIII/MPR/2001 tentangRekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan danPencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.14

Sejalan dengan perkembangan hukum pidana di Indonesia,agar upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang dapat berjalan secara efektif, maka Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana PencucianUang perlu disesuaikan dengan Hukum pidana tentang TPPUdengan standar Internasional. Pertimbangan tersebutmelahirkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang. Perubahan Undang-Undang initentu memiliki dasar hukum sendiri, walaupun tidak jauhberbeda dari Undang-Undang sebelumnya, yakni :15

Pasal 5 ayat (1) berbunyi “Presiden berhakmengajukan rancangan undang-undang kepada DewanPerwakilan rakyat” dan Pasal 20 berbunyi “Tiap-tiapundang-undang menghendaki persetujuan Dewan PerwakilanRakyat” Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2002 Nomor 30,

14 Ketetapan tersebut mengacu pada Pasal 6 bahwa “Membentuk Undang-Undangbeserta peraturan pelaksanaannya untuk membantu percepatan dan efektivitas pelaksanaanpemberantasan dan pencegahan korupsi yang muatannya meliputi; a. Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi; b. Perlindungan Saksi dan Korban; c. Kejahatan Terorganisasi; d.Kebebasan Mendapatkan Informasi; e. Etika Pemerintahan; f. Kejahatan Pencucian Uang; g.Ombudsman”. Lihat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaNomor I/MPR/2003 tentang PENINJAUAN KEMBALI MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPANMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002.15 Dasar Hukum dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang TindakPidana Pencucian Uang.

Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4191).

Semakin jauh perjalanan yang telah dilewati oleh bangsaini, semakin jauh pula setiap sisi hukum yang terlewati. Haltersebut menuntut adanya pembaruan aturan-aturan yang telahberlaku. Dalam perkara Tindak Pidana Pencucian Uang pun jugaperlu adanya pembaharuan, maka Undang-Undang Nomor 25 tahun2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dirubah denganUndang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Nampaknya, jikadilihat pada konsideran atau dasar hukum dari lahirnyaUndang-Undang ini hanya mengrucut pada satu poin, yaitu :16

Pasal 5 ayat (1) berbunyi “Presiden berhakmengajukan rancangan undang-undang kepada DewanPerwakilan rakyat” dan Pasal 20 berbunyi “Tiap-tiapundang-undang menghendaki persetujuan Dewan PerwakilanRakyat” Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

Dari dua kali perubahan Undang-Undang tersebut, adabeberapa hal penting yang disorot dari perjalananperubahannya, yaitu sebagai berikut :17

16 Dasar Hukum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 TentangPencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang17 Sementara, di sisi lain tidak menutup kemungkinan ditemukannyabeberapa kelemahan. Secara de facto kelemahan mendasarnya adalah :Pertama, usulan revisi UU dimaksud belum sepenuhnya mengakomodasihal-hal penting yang tersebut di dalam UNCAC 2003 atau UU No 7Tahun 2006. Salah satu indikasinya, revisi UU tersebut tidakmengatur secara komprehensif hal- hal yang berkaitan denganassets recovery, padahal aturan pengembalian aset ini merupakansalah satu pilar dan terobosan utama yang dirumuskan dalamkonvensi antikorupsi dimaksud. Kedua, usulan revisi UU Tipikorjustru mengatur hal sebaliknya atas rumusan pasal yang sudahdiatur secara lebih tegas pada UNCAC 2003 atau UU No 7 Tahun2006, Ketiga, revisi UU mempunyai judul tentang pemberantasantindak pidana korupsi. Pemberantasan Tipikor didefinisikansebagai rangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindakpidana korupsi sesuai Pasal 1 angka 3 UU No 30/2002. Di dalamrevisi UU Tipikor tersebut justru tidak dirumuskan sama sekalihal ihwal mengenai tindakan-tindakan pencegahan tipikor yang didalam UNCAC 2003 justru dirumuskan secara lebih utuh. Lihat, SkripsiUmmi Kulsum – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasJember, KEBIJAKAN INDONESIA MERATIFIKASI United Nations Convention Againts Corruption,

Pertama, usulan revisi UU Tindak PidanaKorupsi semula ditujukan agar UU tersebutsenantiasa memiliki kemampuan untukmengantisipasi modus kejahatan korupsi yangterus makin berkembang. Lebih dari itu,dampak dari korupsi juga tidak hanyaberkenaan dengan kerugian keuangan negarasaja, tetapi juga telah melemahkan lembagadan nilai-nilai demokrasi, etika, dankeadilan serta membahayakan pembangunanberkelanjutan dan supremasi hukum, selainmengancam stabilitas dan keamananmasyarakat.

Kedua, revisi juga dimaksudkan agar UUtersebut diharmonisasikan agar sesuai denganUnited Nation Convention Against Corruption(UNCAC) 2003 yang telah diratifikasi18 menjadiUU No 7 Tahun 2006 sehingga dapatdigunakan sebagai akses untuk melakukankerja sama internasional dengan berbagainegara lainnya, karena tindak korupsisudah berkembang menjadi kejahatantransnasional.

3. Tugas dan Wewenang PPATK

2008, hal 61-62.18 Arti penting berkomitmen pada Ratifikasi Konvensi tersebut adalah;a. Untuk meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalammelacak, membekukan, menyita, dan mengembalikan aset-aset hasiltindak pidana korupsi yang ditempatkan di luar negeri; b.Meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan tatapemerintahan yang baik; c. Meningkatkan kerja sama internasionaldalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi, bantuan hukum timbalbalik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan kerjasama penegakan hukum; d. Mendorong terjalinnya kerja sama teknikdan pertukaran informasi dalam pencegahan dan pemberantasan tindakpidana korupsi di bawah payung kerja sama pembangunan ekonomi danbantuan teknis pada lingkup bilateral, regional, dan multilateral;e. Harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahandan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan Konvensi ini.Lihat, Skripsi Ummi Kulsum – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Jember, KEBIJAKAN INDONESIA MERATIFIKASI United Nations ConventionAgaints Corruption, 2008, hal 44-45.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK inimemiliki kelembagaan yang independen, yang bebas dari campurtangan yang bersifat politik seperti lembaga negara,penyelenggara negara dan pihak lainnya. PPATK dalammelaksanakan tugasnya diwajibkan untuk menolak campur tangandari pihak manapun. PPATK yang merupakan lembaga independenyang bertanggung jawab kepada Presiden, juga merupakanFinancial Intelligent Unit19 dengan model administratif (administrativemodel). Model administratif ini lebih banyak berfungsisebagai perantara antara masyarakat atau industri jasakeuangan dengan institusi penegak hukum. Laporan yang masukdianalisis dahulu oleh lembaga ini kemudian dilaporkan keinstitusi penegak hukum, yaitu Kepolisian dan Kejaksaan.20

Selain disebut sebagai lembaga Financial Intelligence Unit(FIU), PPATK juga dikenal sebagai Focal Point dalam membangunrezim anti pencucian uang yang efektif, yang memilikifungsi utama dalam menyediakan dan memberikan informasiintelijen keuangan kepada aparat penegak hukum tentang dugaantindak pidana pencucian uang atau dugaan tindak pidanaasal.21

19 Suatu Financial Intelligent Unit selalu melakukan beberapa tugas danwewenang, yaitu tugas pengaturan sebagai regulator, melakukankerjasama dalam rangka penegakkan hukum, bekerjasama dengan sektorkeuangan, menganalisa laporan yang masuk, melakukan pengamananterhadap seluruh data dan aset yang ada, melakukan kerjasamainternasional dan fungsi administrasi umum. PPATK sebagai suatufinancial intelligent unit juga melaksanakan fungsi yang demikian.Lihat, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, TinjauanYuridis Hukum Acara Pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Syarifah Tigris, Prof.Dr. Syarifuddin kalo SH., M.Hum., Dr. Mahmud mulyadi, SH., M.Hum., hal8.20 B Nasution, “Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal HukumUniversitas, hal 4021 Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah tindak pidana lanjutan(follow up crime) dari tindak pidana sebelumnya yang dilakukan sebagaiCore crime/tindak pidana asal yang menghasilkan “uang haram”.Tindak pidana sebagai core crime tersebut diatur dalam Pasal 2 UUTPPU, yaitu : a, korupsi; b. penyuapan; c. penyelundupan barang; d.penyelundupan tenaga kerja; e. penyelundupan imigran; f. di bidangperbankan; g. di bidang pasar modal; h. di bidang asuransi; i.narkotika; j. psikotropika; k. perdagangan manusia; l. perdagangansenjata gelap; m. penculikan; n. terorisme; o. pencurian; p.penggelapan; q. penipuan; r. pemalsuan uang; s. perjudian; t.prostitusi; u. di bidang perpajakan; v. di bidang kehutanan; w. di

Sedangkan fungsi PPATK seperti yang diatur dalam Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU antara lainadalah:22

1.Pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang;

2.Pengelolaan data dan informasi yang diperolehPPATK;

3.Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor;dan

4.Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasitransaksi keuangan yang berindikasi tindakpidana pencucian uang dan/atau tindak pidanalain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(1).

Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentangPemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang,menyebutkan dalam Pasal 39 bahwa

PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindakpidana Pencucian Uang.

Dan ternyata pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003,penjabaran tentang tugas PPATK lebih rinci. Sebagaiperbandingan, akan penulis sajikan

Pasal 26 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalammelaksanakan fungsinya PPATK mempunyai tugas sebagaisebagai berikut :

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasiinformasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-undang ini;

b. Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan TransaksiKeuangan Mencurigakan;

bidang lingkungan hidup; x. di bidang kelautan; atau y. tindakpidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara RepublikIndonesia atau di luar wilayah Negara Republik Indonesia22 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan DanPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 40

c. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yangberwenang tentang informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuaidengan ketentuan dalam Undang-undang ini;

d. Mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia JasaKeuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam Undang-undang ini atau dengan peraturan perundang-undangan lain,dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yangmencurigakan;

e. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucianuang;

f. Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasitindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan.

g. Membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisistransaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam)bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, danlembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadapPenyedia Jasa Keuangan;

h. Memberikan informasi kepada publik tentang kinerjakelembagaan sepanjang pemberian informasi tersebut tidakbertentangan dengan Undang-Undang ini;

i. Memberikan informasi kepada publik tentang kinerjakelembagaan sepanjang pemberian informasi tersebut tidakbertentangan dengan Undang-Undang ini.

Sementara, dalam melaksanakan fungsi dan tugas tersebut,kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Pencegahan danPemberantasan TPPU kepada PPATK adalah:23

1.Meminta dan mendapatkan data dan informasi dariinstansi pemerintah dan/atau lembaga swastayang memiliki kewenangan mengelola data daninformasi, termasuk dari instansi pemerintahdan/atau lembaga swasta yang menerima laporandari profesi tertentu;

2.Menetapkan pedoman identifikasi transaksikeuangan mencurigakan;

3.Mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidanapencucian uang dengan instansi terkait;

23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 41

4.Memberikan rekomendasi kepada pemerintahmengenai upaya pencegahan tindak pidanapencucian uang;

5.Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalamorganisasi dan forum internasional yangberkaitan dengan pencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang;

6.Menyelenggarakan program pendidikan danpelatihan anti pencucian uang; dan

7.Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang.

Walaupun secara yuridis PPATK telah ada sejakdiundangkannya Undang-undang No. 15 Tahun 2002.24 PPATK baruakan melaksanakan fungsinya pada akhir Juni tahun ini ataubertepatan dengan tenggang waktu enam bulan sejakditetapkannya Kepala dan Wakil Kepala PPATK.25 Sementara itukewajiban pelaporan transaksi yang mencurigakan dan laporantransaksi tunai baru akan sepenuhnya dilakukan oleh seluruhpenyedia jasa keuangan pada bulan Oktober 2003 (Delapan belasbulan sejak berlakunya Undang-undang No. 15 Tahun 2002.)Untuk industri perbankan laporan transaksi yang mencurigakantetap berjalan seperti biasa dengan melaporkannya kepada BankIndonesia (Unit Khusus Investigasi Perbankan). Hingga saatini Unit Khusus Investigasi Perbankan (UKIP) Bank Indonesiatelah menerima 156 (seratus lima puluh enam) STR dari 23bank. Atas STR yang diterima, UKIP melakukan analisismendalam dan klarifikasi atas dokumen yang disampaikan olehbank. Hingga saat ini UKIP telah menyerahkan 11 STR kepadapenyidik Polri dan terhadap sisanya UKIP masih melakukananalisis.

24 Pasal 18 ayat 1 diatur bahwa dalam rangka mencegah dan memberantastindak pidana pencucian uang, dengan Undang-Undang ini dibentuk PPATK.Lihat, Yunus Husein.25 Pasal 45 ayat 2 menyatakan bahwa PPATK harus sudah melaksanakanfungsinya paling lambat 6 (enam) bulan setelah Kepala dan Wakil KepalaPPATK ditetapkan, yang dihitung sejak pengucapan sumpah di hadapanKetua Mahkamah Agung RI pada tanggal 24 Desember. Lihat, yunus Husein.

4. Dampak yang Ditimbulkan dari Tindak Pidana Pencucian Uang

Sebelum membahas dampak yang ditimbulkan dari TindakPidana Pencucian Uang, ada baiknya mengetahui terlebih dahulubeberapa identifikasi penyebab adanya praktik moneylaundering. Menurut Sutan remy Sjahdeini faktor-faktortersebut adalah:26

1.Globalisasi. Dalam hal ini terjadinyaglobalisasi memang mengakibatkan para pelakupencucian uang dapat memanfaatkan sistemfinansial dan perbankan internasional untukmelakukan kegiatannya.

2.Cepatnya perkembangan teknologi. Perkembanganteknologi ini mungkin dapat dikatakan sebagaifaktor yang paling mendorong berkembangnyapencucian uang. Perkembangan teknologiinformasi seperti internet misalnya, dapatmengakibatkan hilangnya batas-batas antarnegara.

3.Ketentuan kerahasiaan bank. Ketentuan inimengakibatkan kesulitan bagi pihak berwenanguntuk menyelidiki suatu rekening yang merekacurigai dimiliki oleh atau dengan cara yangilegal.

4.Ketentuan perbankan di suatu negara untukseseorang dapat menyimpan dana di suatu bankdengan nama samaran atau tanpa nama atauanonim.

5.Munculnya jenis uang baru yaitu electronicmoney atau e-money, yaitu berhubungan eratdengan maraknya electronic commerce atau e-commerce melalui internet. Kegiatan pencucian

26 Lihat, Nashriana – Dosen FH Universitas Sriwijaya, “UrgensiPenerapan Know Your Customer Principles dalam Penanggulangan Tindak PidanaPencucian Uang dari Perspektif Non Penal Policy” , Jurnal Hukum FHUniversitas Sriwijaya.

uang yang dilakukan melalui jaringan internetini biasa disebut sebagai cyber-laundering.

6.Praktik pencucian uang dengan cara yang disebutlayering atau pelapisan. Dengan cara ini, pihakyang menyimpan dana di bank bukanlah pemiliksesungguhnya dari dana itu. Deposan tersebuthanyalah bertindak kuasa atau pelaksana amanahdari pihak lain yang menugasinya untukmendepositokan uang tersebut di sebuah bank.

7.Ketentuan hukum berkenaan dengan kerahasiaanhubungan antara lawyer dengan kliennya, danantara akuntan dengan kliennya.

8.Pemerintah yang bersangkutan tidak bersungguh-sungguh untuk memberantas praktik pencucianuang yang dilakukan melalui sistem perbankannegara tersebut.

9.Tidak adanya dikriminalisasi perbuatanpencucian uang di sebuah negara. Dengan katalain, negara yang bersangkutan tidak memilikiundang-undang tentang pencucian uang yangmenentukan perbuatan pencucian uang sebagaitindak pidana.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pencucian uangtidak hanya dapat merugikan tatanan kehidupan danperekonomian suatu negara tententu saja, tetapi jugaberpengaruh pada perkembangan perekonomian negara-negara diseluruh dunia. Hal ini disebabkan karena uang yang dicucidari tindak pidana kejahatan jumlahnya tidak sedikit.

Menurut Yunus Husein, secara makro, dampak dari moneylaundering dapat mempersulit pengendalian moneter,mengurangi pendapatan negara dan meningkatnya country risk,sementara secara mikro akan menimbulkan high cost economydan menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Selainitu, secara sosial politik dapat menimbulkan permasalahan

sosial politik yang terkait dengan banyaknya uang haram yangdipakai dalam interaksi sosial politik.27

Kegiatan pencucian uang secara langsung memangtidak merugikan orang tertentu atau perusahaan tertentu,atau dengan kata lain sepintas lalu tidak ada korbannya.Tidak seperti halnya perampokan, pencurian, atau pembunuhanyang ada korbannya dan sekaligus menimbulkan kerugian bagikorbannya itu sendiri. Oleh sebab itu, seperti padabagian pengertian di atas, Billy Steel mengemukakan bahwamoney laundering, “it seem to be a victimless crime”.

John McDowell dan Gary Novis dari Bureau of InternationalNarcotics and Law Enforcement Affairs, US Department of Statemengemukakan bahwa “Money laundering has potentially devastatingeconomic, security, and social consequences28”. Selanjutnya,dijelaskan pula beberapa dampak negatif pencucian uangsebagai berikut ;29

a.Undermining the Legitimate Private Sector (merongrongsektor swasta yang sah);

b.Undermining the Integrity of Financial Markets (merongrongintegritas pasar-pasar keuangan);

c.Loss of Control of Economic Policy (hilangnya kendalipemerintah terhadap kebijakan ekonomi);

d.Economic Distortion and Instability (timbulnya distorsidan ketidakstabilan ekonomi);

e.Loss of Revenue (hilangnya pendapatan negara darisumber pembayaran pajak);

f.Risks to Privatization Efforts (risiko pemerintahdalam melaksanakan program privatisasi);

27 Yunus Husein, “Pembangunan Rezim Anti Pencucian Uang DiIndonesia Dan Implikasinya Terhadap Profesi Akuntan”, Makalahdisampaikan pada Forum Ilmiah Ekonomi Study Akuntansi (FIESTA 2006)dan Temu Nasional Jaringan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (TN-JMAI,diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, diPadang. Hal 1-2.28 Pencucian Uang berpotensi untuk membinasakan perekonomian, keamanan,dan kerusakan tatanan masyarakat. Diterjemahkan bebas oleh penulis.29 Lihat, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Tinjauan Yuridis Hukum Acara Pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Syarifah Tigris,Prof. Dr. Syarifuddin kalo SH., M.Hum., Dr. Mahmud mulyadi, SH.,M.Hum., hal

g.Reputation Risk (merusak reputasi negara);h.Social Cost (menimbulkan biaya sosial yangtinggi).

Pada tahun 1996, IMF30 pun melalui kertas kerja berjudulMoney Laundering and The International Financial System, yang disusunoleh Vinto Tanzi, telah mengemukakan dampak dari pencucianuang adalah sebagai berikut31

The international laundering of money has the potentialto impose significant cost on the world economy by (a)harming the effective operations of the national economies andby promoting poorer economic policies, especially in somecountries; (b) slowly corrupting the financial market and reducingthe public’s confidence in the international financial system, thusincreasing risk and the instability of that system; and (c) as aconsequence (…reducing the rate of growth of the worldeconomic)32

Dampak-dampak dari tindak pidana pencucian uang di atasdapat saja terjadi di indonesia. Apalagi dengan kondisiIndonesia yang mendukung terjadinya TPPU tersebut, antaralain:33

30 The International Monetary Fund (IMF) is an organization of 188countries, working to foster global monetary cooperation, securefinancial stability, facilitate international trade, promote highemployment and sustainable economic growth, reduce poverty around theworld. [IMF merupakan suatu organisasi yang terdiri dari 188 negara,yang mana bekerja untuk membantu mengembangkan kerjasama keuangansecara global, stabilitas keamanan finansial, fasilitas perdaganganinternasional, promosi pekerjaan, dan perkembangan ekonomi yangberkelanjutan, serta mengurangi tingkat kemiskinan], terjemahan bebaspenulis. Lihat, www.imf.org.31 Lihat, Jurnal ILMU HUKUM vol 3 no 1, Iwan Kurniawan, PerkembanganTindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) dan Dampaknya terhadap sektor Ekonomidan Bisnis, hal 10.32 [pencucian uang internasional berpotensi untuk menimbulkan akibatyang signifikan pada perekonomian dunia dengan (a) merugikan kegiatanekonomi yang efektif dari suatu negara dan mendorong kebijakan ekonomiyang buruk, terutama di beberapa negara tertentu; (b) secara perlahan-lahan merusak pasar keuangan dan mengurangi kepercayaan masyarakatterhadap sistem keuangan internasional, sehingga meningkatkan risikodan ketidakstabilan sistem itu; dan (c) sebagai konsekuensi (...mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi dunia)], terjemahan bebaspenulis.

1.Ketatnya ketentuan mengenai rahasia bank,sehingga tidak mungkin sembarang orang untukmengetahui asal-usul uang tersebut, sehinggaamanlah uang tersebut dibersihkan oleh lembagakeuangan tersebut.

2.Sistem devisa bebas, sehingga otoritas monetersulit untuk mendeteksi lalu lintas modal, dana,dan uang dari mana pun datangnya.

3.Tidak adanya ketentuan pembatasan atau larangankepada orang asing yang masuk ke wilayahIndonesia dalam hal membawa valuta asing jugatidak adanya kewajiban pelaporannya, sehinggaorang bebas membawa uang ke luar masukberapapun besarnya.

4.Kebebasan yang diberikan Pemerintah dalam halperpajakan yang menyangkut deposita dansimpanan, yaitu asal-usul uang tersebut tidakdapat diusut.

5.Dan ketentuan lainnya.

5. Kebijakan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang

Konvensi United Nations Convention Against Corruption(UNCAC)34 tahun 2003 dalam pasal 14 meminta agar setiap

33 Lihat, B Nasution, “Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal HukumUniversitas Sumatra, hal 47.34 UNCAC adalah Konvensi Anti Korupsi (KAK) 2003 yang berlakusecara global, yang dirancang untuk mencegah dan memerangi korupsisecara komprehensif. KAK 2003 menetapkan secara eksplisit bahwakorupsi merupakan kejahatan transnasional dan membawa implikasi yangsangat luas. Korupsi meruntuhkan sendi-sendi demokrasi, menghambatpembangunan berkelanjutan, melanggar hak asasi manusia,menggoyahkan keamanan suatu negara, dan meminimalisasi kesejahteraanbangsa-bangsa. Lahirnya UNCAC ini ditandai dengan penandatanganan oleh140 negara di Merida, Meksiko, pada tanggal 9 sampai dengan 11Desember 2003. Sehingga tanggal 9 Desember ditetapkan sebagai hariAnti Korupsi Sedunia. Konvensi ini sendiri telah diterima secararesmi oleh Majelis Umum PBB berdasarkan resolusi No. 57/169. Setelahdiratifikasi sekurangnya oleh 30 negara, ia berlaku efektif 14Desember 2005. Jumlah negara yang meratifikasi UNCAC sampai dengantahun 2007 adalah 129 negara. Akhirnya, Indonesia juga ikutmeratifikasi UNCAC pada tanggal 18 April 2006 melalui Undang-Undang

negara peserta konvensi untuk dapat mengambil tindakan-tindakan dalam rangka mencegah terjadinya pratik pencucianuang (money laundering) dinegaranya masing-masing, terutamayang terkait tindak pidana korupsi, baik melalui pengaturandalam suatu produk perundang-undangan, penegakan hukum,pengawasan administratif terhadap lembaga perbankan danlembaga keuangan non Bank maupun tindakan-tindakan lainnyayang mendukung upaya pencegahan adanya tindak pidanapencucian uang (money laundering).35

Oleh karena itu, pembentukan lembaga khusus yangmenangani masalah pencucian uang telah dilakukan cukup lamadi beberapa negara. Australia misalnya memiliki AUSTRAC(Australian Transaction Reports and Analysis Centre) yangdidirikan pada tahun 1989. FINCEN (Financial CrimeIntelligence Network) kita kenal sebagai financialintelligence unit di Amerika Serikat yang didirikan padatahun 1990. Sementara itu kehadiran lembaga sejenis diwilayah Asia Tenggara relatif baru dikenal beberapa tahunbelakangan ini. Kita mengenal beberapa lembaga semacam AMLO(Anti Money Laundering Office) di Thailand yang didirikanpada tahun 1999, Unit Perisikan Kewangan di Malaysia yangberdiri pada tahun 2001, Suspicious Transaction ReportsOffice (STRO) Singapura pada tahun 2000 serta The Office ofAnti Money Laundering di Filipina sejak tahun 2001. DiIndonesia sendiri dalam rangka menjalankan misi di atas telahdidirikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) sejak 17 April 2002.36

Menyangkut kebijakan anti pencucian uang, dalam hukumpositif Indonesia terlihat pada kebijakan untuk melakukanupaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucianuang, sebagai salah satu kebijakan dasar (basic policy)

No.7 tahun 2006 pada tanggal 18 April 2006 sebagai tindak lanjutdari kesepahaman UNCAC. Lihat, Skripsi Ummi Kulsum – Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, KEBIJAKAN INDONESIAMERATIFIKASI United Nations Convention Againts Corruption, 200835 Galuh Indah Zatadini – S2 Teknologi Informasi UGM, “Money Loundering(cause and effect)”, Tugas Manajemen Proyek, hal 136 Lihat, Yunus Husein, Makalah PPATK: Tugas, Wewenang, dan Perannya dalamMemberantas Tindak Pidana Pencucian Uang, disampaikan pada Seminar PencucianUang yang diadakan bersama oleh Business Reform and ReconstructionCorporation-PPATK-Law Office of Remy and Darus dan Jurnal Hukum Bisnisdi Bank Indonesia, Jakarta, pada tanggal 6 Mei 2003

politik hukum di bidang perekonomian, yaitu denganditerbitkanya Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian UangNomor 15 tahun 2002 (selanjutnya disebut UU TPPU) yangkemudian diubah melalui UU No. 25 tahun 2003 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang. Kebijakan dasar yang berlaku diIndonesia, bisa saja sama dengan yang berlaku di Negara lainmengingat bahwa perbuatan pencucian uang bukan saja kejahatannasional tetapi juga kejahatan transnasional.37

Sedangkan, dalam dunia perbankan sendiri juga melahirkanPeraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan PencegahanPendanaan Terorisme bagi Bank Umum. Pertimbangan-pertimbanganyang dijadikan acuan dalam pembentukan aturan ini antaralain;38

a.Bahwa dengan adanya dinamika nasional, regional danglobal serta semakin kompleksnya produk, aktivitas,dan teknologi informasi bank maka resikopemanfaatan bank dalam pencucian uang dan pendanaanteroris semakin tinggi;

b.Bahwa peningkatan resiko yang dihadapi bank perludiimbangi dengan peningkatan kualitas penerapanmanajemen resiko yang terkait dengan program antipencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme;

37 Sebagai suatu kejahatan transnasional, pembicaraan pencucianuang bukan saja sebagai permasalahan nasional tetapi jugasebagai permasalahan internasional. Hal ini terbukti seringadanya pertemuan antar Negara membicarakan tentang pencucian uang,antara lain: Pertemuan Ekonomi Tingkat Tinggi di Paris pada tahun1989, juga dilajutkan pada tahun 1991 dalam Ministerial Meeting on theCreation of an Effective United Nation Crime Prevention and CriminalJustice Programme; di Jakarta dalam kegiatan Indonesia – UnafeiJoint Seminar ; di Amsterdam pada Konferensi Internasional AntiKorupsi pada tahun 1992; di Wina dalam Sidang United NationCommission on Crime Prevention and Criminal Justice, dll. Lihat,Nashriana – Dosen FH Universitas Sriwijaya, “Urgensi Penerapan KnowYour Customer Principles dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uangdari Perspektif Non Penal Policy” , Jurnal Hukum FH Universitas Sriwijaya,Footnote ke-4 hal 3.38 Lihat, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme bagi Bank Umum

c.Bahwa penerapan manajemen resiko yang terkaitdengan program anti pencucian uang dan pencegahanpendanaan terorisme perlu mengacu pada prinsip-prinsip umum yang berlaku secara internasional;

d.Bahwa dalam rangka penerapan program anti pencucianuang dan pencegahan pendanaan terorisme secaralebih efektif, telah ada penyempurnaan danpenerbitan peraturan perundang-undangan sertapenyempurnaan standar internasional mengenaipenerapan program anti pencucian uang danpencegahan pendanaan terorisme;

e.Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d di atas,perlu untuk menyempurnakan dan mengatur kembaliPeraturan Bank Indonesia tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaanterorisme Bagi Bank Umum.

Sementara, dasar-dasar yang menginstruksikan lahirnya PBIini tentunya berasal dari hirarki aturan yang lebih tinggidarinya, yaitu;

1.Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (LembaranNegara Republik Indonesia tahun 1998 Nomor 182,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3790);

2.Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang BankIndonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843)sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Keduaatas Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang BankIndonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2009 Nomor 7, tambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

3.Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak PidanaTerorisme menjadi Undang-Undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2003 Nomor 45 dan TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4284);

4.Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang PerbankanSyariah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4867);

5.Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5164);

6.Undang-Undang nomor 3 tahun 2011 tentang TransferDana (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2011Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5204).

Kemudian, adanya dinamika nasional, regional maupunglobal yang diiringi dengan perkembangan produk, aktivitasdan teknologi informasi bank yang semakin kompleks,berpotensi akan meningkatnya peluang bagi para pelakukejahatan untuk menyalahgunakan fasilitas dan produkperbankan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaanterorisme, dengan modus operandi39 yang lebih canggih. Selainitu, Rekomendasi Financial Action Task Force (FATF)40 juga

39 Beberapa modus operandi pencucian uang yang telah terjadi antaralain penggunaan pihak ketiga (nominee) sebagai perantara untuk mencuciuang (smurfing), penggunaan traveler cheque untuk menyuap pejabatpemerintah, penggunaan identitas palsu untuk membuka rekening di bank,penggunaan warkat/dokumen palsu untuk membobol rekening nasabah,memecah-mecah nilai transaksi (structuring). Selain pencucian uangmelalui lembaga keuangan, ada kecenderungan pelaku melakukan pencucianuang dengan cara menggunakan transaksi perdagangan internasional (tradebased money laundering). Lihat, Yunus Husein, “Pembangunan Rezim AntiPencucian Uang Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap ProfesiAkuntan”, Makalah disampaikan pada Forum Ilmiah Ekonomi StudyAkuntansi (FIESTA 2006) dan Temu Nasional Jaringan Mahasiswa AkuntansiIndonesia (TN-JMAI, diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi UniversitasBung Hatta, di Padang, hal 7.40 The Financial Action Task Force (FATF) is an intergovermental bodyestablished in 1989 by the minister of its member jurisdiction. Theobjectives of the FATF are to set standards and promote effectiveimplementation of legal, regulatory and operational measures for

mengalami penyesuaian sehingga menjadi lebih komprehensifdalam mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencucian uangdan pencegahan pendanaan terorisme.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ketentuan Bank Indonesiamengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan PencegahanPendanaan Terorisme Bagi Bank Umum yang selama iniditerapkan, dinilai perlu disesuaikan dalam rangkaharmonisasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlakudan standar internasional. Penyesuaian pengaturan tersebutantara lain meliputi :41

1.Pengaturan mengenai transfer dana.2.Pengaturan mengenai area berisiko tinggi.

combating money laundering, terrorist financing and other relatedthreats to the integrity of the international financial system. TheFAFT has developed a series of Recommendations that are recognised asthe international standard for combating of money laundering and thefinancing of terrorism and proliferation of weapons of massdestruction. The FAFT monitors the progress of its members inimplementing necessary measures, reviews money laundering andterrorist financing techniques and counter-measures, and promotes theadoption and implementation of appropriate measures globally. Incollaboration with other international stakeholders, the FATF works toidentify national-level vulnerabilities with the aim of protecting theinternational financial system from misuse. The FATF’s decision makingbody, the FATF Plenary, meets three times per year. [Financial ActionTask Force (FATF) adalah sebuah badan multilateral yang didirikan padatahun 1989 oleh menteri dari negara anggotanya. Tujuan dari FATFadalah untuk menetapkan standar dan mendorong pelaksanaan langkah-langkah hukum, peraturan dan operasional yang efektif untukmemberantas pencucian uang, pendanaan teroris dan ancaman terkaitlainnya, demi integritas sistem keuangan internasional. FAFT telahmengembangkan serangkaian Rekomendasi yang diakui sebagai standarinternasional untuk memberantas pencucian uang dan pendanaan terorismedan pengembangan senjata pemusnah massal. FAFT memonitor kemajuananggotanya dalam mengimplementasikan langkah-langkah yang diperlukan,memeriksa pencucian uang dan cara-cara pendanaan teroris dan langkah-langkah mengatasinya, serta mempromosikan pengadopsian dan pelaksanaantindakan yang tepat secara global. Bekerja sama dengan parastakeholder internasional lainnya, FATF bekerja untuk mengidentifikasikerentanan di tingkat nasional dengan tujuan untuk melindungi sistemkeuangan internasional dari penyalahgunaan. Badan pengambil keputusanFATF, yaitu sidang Paripurna FATF, bertemu tiga kali per tahun],terjemahan bebas penulis. Lihat, www.fatf-gafi.org41 Lihat, Pemaparan tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012,www.ojk.go.id.

3.Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD)sederhana khususnya dalam rangka mendukungdengan strategi nasional dan global keuanganinklusif (financial inclusion).

4.Pengaturan mengenai Cross Border CorrespondentBanking.

Namun, dalam kasus yang telah terjadi yakni PencucianUang. Maka, Tindakan-Tindakan dalam Penegakan Undang-UndangTindak Pidana Pencucian Uang juga harus dilakukan. Secaraumum, penegakan hukum atas tindak pidana pencucian uang,upaya penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam di sidangpengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang dilakukanberdasarkan ketentuan hukum acara pidana, kecuali beberapahal-hal lain yang ditentukan dalam Undang-Undang TindakPidana Pencucian Uang. Diantara pengecualian tersebut adalah;

1.Pemblokiran dan Penyitaan Aset.42

2.Permintaan Keterangan.43

3.Perlindungan Pelapor.44

42 Pasal 32 UU Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uangmenyebutkan bahwa, “Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkankepada Penyedia Jasa keuangan untuk melakukan pemblokiran terhadap harta kekayaansetiap orang ang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik, tersangkan, atau terdakwayang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana”. Perintahpemblokiran tersebut harus dilakuka secara tertulis dengan menyebutkansecara jelas mengenai : a. Nama dan jabatan penyidik, penuntut umum,atau hakim; b. Identitas setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATKkepada penyidik, tersangka, atau terdakwa; c. Alasan pemblokiran; d.Tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan e. Tempat hartakekayaan berada. Sementara, menurut PPATK mengenai penyitaan asetperlu dimasukkan dalam Revisi Undang-Undang terbarunya. Karena haltersebut merupakan terobosan dalam penegakan TPPU. Apalagi mengingatbetapa rumitnya proses dan tingkat pengembalian hasil kejahatan yangrendah. Karena memang, sistem hukum di indonesia belum mengenalmekanisme atau prosedur untuk melindungi harta kekayaan yang diambilalih, melikuidasi atau mencairkan harta kekayaan yang disita, danmengamankan hasil yang diperoleh dari penyitaan itu untuk kepentinganpemerintah. Lihat, Ivan Yustiavanda – Arman Nefi – Adiwarman, TindakPidana Pencucian Uang, hal 234.43 Pasal 33 ayat 1 UU Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak PidanaPencucian Uang menyebutkan bahwa, “Untuk kepentingan pemeriksaaan dalamperkara tindak pidana pencucian uang, maka penyidik, penuntut umum, atau hakimberwenang untuk meminta keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan mengenai hartakekayaan setiap orang yang telah dilaporkan PPATK, tersangka, atau terdakwa”.

Upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang di atas, hanya dapat dilakukan apabilaPenyedia Jasa Keuangan (PJK)45 melaksanakan kewajibannyadalam melaporkan setiap transaksi keuangan mencurigakan46 dantransaksi keuangan tunai sebagaimana dimaksud dalam ketentuanPasal 13 ayat 1 huruf a dan b. Laporan disampaikan kepadaPPATK sebagai lembaga yang memiliki tugas dan kewenangansesuai dengan ketentuan Undang-Undang Tindak Pidana PencucianUang. Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan danLaporan Transaksi Keuangan Tunai adalah metode terdepan dalamsistem anti pencucian uang. Laporan Transaksi KeuanganMencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai menjadibahan analisis PPATK. Hasil analisis tersebut akan menentukan

44 Ini merupakan hal yang paling berbeda dari acara pidana biasanya,dan hal ini juga telah jelas tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Yakni, Pasal 39menyatakan bahwa, “PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib merahasiakanidentitas pelapor”. Lihat lengkap, pada Bab VII Undang-Undang Nomor 25tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 39 sampai Pasal43.45 Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa dibidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangantermasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga pembiayaan,perusahaan efek, pengelola reksadana, custodian, wali amanat, lembagapenyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun,perusahaan asuransi, dan kantor pos. Lihat, Yunus Husein,“Pembangunan Rezim Anti Pencucian Uang Di Indonesia DanImplikasinya Terhadap Profesi Akuntan”, Makalah disampaikan padaForum Ilmiah Ekonomi Study Akuntansi (FIESTA 2006) dan Temu NasionalJaringan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (TN-JMAI, diselenggarakan olehFakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, di Padang. Hal 4, footnotenomor 4.46 Transaksi keuangan mencurigakan adalah transaksi keuangan yangmenyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksidari nasabah yang bersangkutan; transaksi keuangan oleh nasabah yangpatut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporantransaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh penyedia jasakeuangan; dan transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukandengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasiltindak pidana. Lihat, Yunus Husein, “Pembangunan Rezim AntiPencucian Uang Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap ProfesiAkuntan”, Makalah disampaikan pada Forum Ilmiah Ekonomi StudyAkuntansi (FIESTA 2006) dan Temu Nasional Jaringan Mahasiswa AkuntansiIndonesia (TN-JMAI, diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi UniversitasBung Hatta, di Padang. Hal 4, footnote nomor 5.

apakah laporan tersebut akan diserahkan kepada penyidik untukditindak lanjuti atau tidak.47

Dan ternyata, kepatuhan PJK sebagai ujung tombak dalamtindakan anti pencucian uang memang masih belum optimal,terutama bagi PJK non-bank. Berdasarkan statistik jumlah PJKyang menyampaikan laporan kepada PPATK baru 141 PJK (109 bankdan 32 non-bank), padahal kita tahu jumlah PJK di Indonesiamencapai sekitar empat ribuan. Guna telah meningkatkankepatuhan PJK, PPATK bekerjasama dengan otoritas lembagakeuangan (Bank Indonesia, Bapepam dan Departemen Keuangan)terus mendorong PJK untuk meningkatkan pelaksanaan PrinsipMengenal Nasabah (Know Your Customer)48 dan memperkuatinternal policy termasuk audit internal system. PPATK jugatelah mengeluarkan beberapa pedoman bagi PJK seperti PedomanUmum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang, Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan,Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakandan Transaksi Keuangan Tunai. PPATK juga melakukan auditatas kepatuhan melaksanakan kewajiban pelaporan dan terusmeng-encourage PJK untuk mau melaporkan transaksi keuanganmencurigakan.49

47 Ivan Yustiavanda – Arman Nefi – Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian Uang,hal 262.48 Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your CustomerPrinciple/KYCP) ini didasari pertimbangan bahwa KYCP tidak sajapenting dalam rangka pemberantasan pencucian uang, melainkan jugadalam rangka penerapan prudential banking untuk melindungi bankdari berbagai risiko dalam berhubungan dengan nasabah dancounter-party. Penerapan KYCP, juga sangat berkorelasi denganPelaporan LKTM. Karena dari penerapan KYCP dapat diketahui pergerakandana yang dilakukan oleh nasabah. Dari KYCP tersebutlah dapatdiketahui identitas nasabah sekaligus pergerakan uang yangdilakukannya

49 Yunus Husein, “Pembangunan Rezim Anti Pencucian Uang DiIndonesia Dan Implikasinya Terhadap Profesi Akuntan”, Makalahdisampaikan pada Forum Ilmiah Ekonomi Study Akuntansi (FIESTA 2006)dan Temu Nasional Jaringan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (TN-JMAI,diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, diPadang, hal 3.

REFERENSI

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional. Cet.III. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2007

Husein, Yunus. Pembangunan Rezim Anti Pencucian Uang di Indonesia

dan Implikasinya terhadap Profesi Akuntan. Makalah disampaikan

pada Forum Ilmiah Ekonomi Study Akuntansi (FIESTA

2006) dan Temu Nasional Jaringan Mahasiswa Akuntansi

Indonesia dengan tema ‘Meminimalisasi Money

Laundering Melalui Audit Investigasi dalam mewujudkan

Good Governance dan Implikasinya terhadap Profesi

Akuntan’. Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta,

Padang, 2006

Husein, Yunus. PPATK: Tugas, Wewenang dan Perannya dalam

Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang. Makalahdisampaikan pada Seminar Pencucian Uang yang diadakan

bersama oleh Business Reform and Reconstruction

Corporation-PPATK-Law Office of Remy and Darus dan Jurnal

Hukum Bisnis di Bank Indonesia, Jakarta, pada tanggal 6

Mei 2003

Kulsum, Ummi. Kebijakan Indonesia Meratifikasi United Nations

Convention Againts Corruption. Skripsi. Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Jember. 2008

Kurniawan, Iwan. Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang dan

Dampaknya terhadap sektor Ekonomi dan Bisnis. Jurnal Ilmu

Hukum. Vol.3.No.1

Nashriana. Urgensi Penerapan Know Your Customer Principles dalam

Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang dari Perspektif Non Penal

Policy, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Tigris, Syarifah. Tinjauan Yuridis Hukum Acara Pidana dalam Undang-

Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang, Jurnal Hukum Penelitian Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

Yustiavandana, Ivan. Arman Nefi. Adiwarman. Tindak Pidana

Pencucian Uang. Cet.I. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

www.academia.edu

www.faiunismuh.com

www.fatf-gafi.org

www.imf.org

www.ojk.go.id

www.sid.in-berlin.de/nedkelly-world/

moneylaunderingbriefhistory.html