Pencucian uang

756
IKHTISAR KETENTUAN PENCUCIAN UANG TINDAK PIDANA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Transcript of Pencucian uang

IKH

TIS

AR

K

ETE

NTU

AN

IKHTISAR KETENTUAN

PENCUCIAN UANGP

EN

CU

CIA

N U

AN

GTINDAK PIDANA

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Dengan sistematisasi materi berdasarkan urutan proses pelaksanaan masing-masing tugas dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada, buku ikhtisar ini diharapkan dapat menjadi semacam “manual book” yang memuat rujukan normatif dan praktis bagi para pemangku kepentingan baik di sektor keuangan (financial sector) maupun di sektor penegak hukum (law enforcement sector) dalam melaksanakan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia.

Saya berharap, penyusunan Ikhtisar Ketentuan ini juga dapat memacu Kepolisian untuk melanjutkan dan/atau memutakhirkan proses pendokumentasian ketentuan-ketentuan di bidang anti pencucian uang dan pendanaan terorisme yang sangat dibutuhkan oleh Kepolisian dalam pelaksanaan tugas yang semakin berat, kompleks serta menuntut profesionalisme yang tinggi.

Kompilasi dan sistematisasi informasi mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas kejaksaan khususnya di bidang penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme mengingat masih banyak pemangku kepentingan (stakeholder) yang tidak menguasai berbagai peraturan perundang-undangan maupun ketentuan teknis tersebut secara utuh sekaligus praktis dalam pengunaannya.

Buku ini diyakini akan sangat membantu meningkatkan pemahaman Penyedia Jasa Keuangan khususnya industri perbankan dalam upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme. Buku ini menyajikan referensi yang akurat dan komprehensif mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme yang sangat diperlukan oleh industri perbankan.

Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang

YUNUS HUSEINKepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Bambang Hendarso DanuriKepala Kepolisian Negara RI (periode 2008-2010)

Hendarman SupandjiJaksa Agung RI (periode 2007-2010)

DARMIN NASUTIONGubernur Bank Indonesia

Setiabudi Building 2; 2nd floor, Suite 207DH.R. Rasuna Said Kav 62, Jakarta 12920Phone: [62-21] 5290 6813 | Fax: [62-21] 5290 6824www.nlrp.org

34608100147

IKHTISAR KETENTUANPENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANGDAN PENDANAAN TERORISME

IKHTISAR KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PenerbitThe Indonesia Netherlands National Legal Reform Program (NLRP)Setiabudi Building 2, 2nd floor, Suite 207CJl. H.R. Rasuna Said Kav 62, Jakarta 12920

Penyusun:Muhammad Yusuf Edi M YunusFithriadi MuslimRiono BudisantosoMohammad IrfanRachmawatiAzamul Fadhly NoorNella HendriyettySaid ImranFerti Srikandi SumanthiDini Rahayu

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Diterbitkan pertama kali oleh Nasional Legal Reform Program , Jakarta, 2011

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun (seperti cetak, fotokopi, mikrofilm, VCD, CD-ROM, dan rekaman suara) tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Editor:Sebastian PompeGregory ChurchillMardjono ReksodiputroBinziad KadafiFritz Edward Siregar

Design & Setting:Fruit IndonesiaPT Buah Karya [email protected]

KATA PENGANTARDengan hormat,

National Legal Reform Program (NLRP) dibentuk dengan tujuan mendukung pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam upaya memperkokoh Indonesia sebagai negara hukum, terutama upaya meningkatkan kepastian hukum dan memajukan lembaga-lembaga hukum. Peningkatan kepastian hukum serta kinerja, keterbukaan, dan akuntabilitas lembaga-lembaga hukum diharapkan menyumbang langsung kepada upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mencapai pengentasan kemiskinan, perbaikan iklim usaha, dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, NLRP bekerja sama dengan berbagai pihak, baik kalangan lembaga negara/pemerintah, maupun universitas dan masyarakat sipil, telah menyelenggarakan dan membantu kegiatan pembaruan hukum di Indonesia. Salah satu keluaran dari kegiatan tersebut merupakan suatu seri dokumen regulatory manual atau ikhtisar ketentuan pada bidang hukum tertentu yang memiliki dampak pada investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk tahap pertama NLRP bersama dengan Hukumonline, Pusat Kajian Regulasi dan Indonesia Working Group for Forestry Finance berhasil menyusun Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha dan Ikhtisar Ketentuan Pencegahan & Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Ikhtisar ketentuan dirancang sebagai suatu dokumen yang dapat dijadikan acuan untuk memperoleh informasi pokok terkait dengan peraturan perundang-undangan baik yang berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan presiden, maupun peraturan menteri, peraturan komisi atau lembaga, petunjuk teknis, peraturan pelaksanaan serta surat pada bidang yang bersangkutan.

Agar ikhtisar ketentuan ini mudah dimanfaatkan oleh siapa saja, maka tidak disusun berdasarkan alfabetis, namun disusun secara sistematis berdasarkan proses. Ikhtisar ketentuan tentu saja tidak dimaksudkan untuk menjadi landasan bagi pemberlakuan suatu peraturan atau sebagai rujukan penafsiran, tetapi lebih merupakan cara penerbitan yang memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memahami ketentuan hukum. Untuk mempermudah proses penelusuran, ikhtisar ketentuan ini juga dilengkapin dengan CD e-regulatory manual software berisi semua ketentuan yang diikhtisarkan serta perangkat lunak penemuan kembali yang dapat dipasang pada komputer atau notebook.

NLRP mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan serta seluruh jajaran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (BAPEPAMLK) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia yang secara proaktif mendukung terwujudnya Ikhtisar Ketentuan ini. Kami anggap bahwa penerbitan peraturan perundang-undangan dengan cara ikhtisar ketentuan merupakan terobosan besar dalam upaya penyediaan informasi hukum kepada publik dan kami berharap agar Ikhtisar Ketentuan serupa dapat disusun di lembaga Negara lainnya.

Kami persembahkan karya ini kepada Ibu Pertiwi Indonesia.

Hormat kami,

Sebastiaan PompeProgram Manager

SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISISTRANSAKSI KEUANGAN

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, TuhanYang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku Ikthisar KetentuanPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ini. Bukuini disusun dengan semangat dan idealisme yang kuat untuk menyajikansebuah referensi yang komprehensif, sistematis dan utuh sehingga dapatlangsung digunakan oleh setiap orang khususnya para pemangku kepentingan(stakeholders), baik di sektor industri/keuangan (financial sector), LembagaPengawas dan Pengatur (LPP) maupun di sektor penegakan hukum (lawenforcement sector) dalam memahami dan ikut serta dalam upayamenegakkan rezim anti-pencucian uang yang kokoh dan efektif di Indonesia.

Sebagai focal point, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) menjadi poros dalam mekanisme komunikasi dan koordinasi antarinstansi atau lembaga yang terlibat dalam upaya menegakkan rezim anti-pencucian uang di Indonesia. Berdasarkan pengalaman menjalankan fungsisebagai focal point tersebut, PPATK melihat masih terdapat berbagaipersoalan yang dihadapi baik oleh Pihak Pelapor, Penyedia Jasa Keuangan(PJK) maupun Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) dalam mendeteksi danmenyampaikan laporan yang diamanatkan Undang-Undang dan LPP dalammelakukan pengawasan kepatuhan Pihak Pelapor, maupun oleh aparatpenegak hukum dalam menindaklanjuti laporan hasil analisis atau pemeriksaanPPATK dan menangani perkara tindak pidana pencucian uang.

v

Salah satu kendala majemuk yang dihadapi oleh para pemangkukepentingan dalam menegakkan rezim anti-pencucian uang di Indonesiaadalah karena belum lengkap dan meratanya pengetahuan mengenai berbagaiperaturan perundang-undangan atau ketentuan yang mengatur tentangpencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Kendalatersebut antara lain disebabkan oleh beragamnya bentuk dan lingkup berbagaiketentuan yang ada. Selain itu, dalam beberapa kondisi ditemukan kendalaberupa sulitnya mendapatkan akses informasi terkait peraturan perundang-undangan maupun ketentuan teknis tertentu yang sangat dibutuhkan dalammelaksanakan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang yang semakin kompleks.

Penyusunan buku Iktisar Ketentuan Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme ini sesungguhnyamerupakan upaya untuk memecahkan persoalan tersebut di atas. Dengansistematisasi materi berdasarkan urutan proses pelaksanaan masing-masingtugas dari para pemangku kepentingan yang ada, buku ikthisar ini diharapkandapat menjadi semacam “manual book” yang memuat rujukan normatifdan praktis bagi para pemangku kepentingan baik di sektor industri/keuanganmaupun di sektor penegak hukum dalam melaksanakan rezim anti pencucianuang dan pendanaan terorisme di Indonesia.

Buku ikthisar ketentuan ini merupakan kompilasi mengenai berbagaiketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucianuang yang terdokumentasi secara sistematis dan utuh. Buku ini juga telahmenempatkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang disahkan dandiundangkan pada tanggal 22 Oktober 2010 sebagai salah satu sumber utamadalam penyusunan buku ikthisar ketentuan ini.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 telah mendorongkami untuk segera menyusun kembali buku serupa yang pertama kali telahdiluncurkan pada tanggal 14 April 2010 serta diterbitkan secara terbatas.Buku ikthisar ketentuan ini diharapkan tetap digunakan sebagai rujukan utamapara pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang sebagaimana tertuang dalam“Pernyataan Bersama” yang ditandatangani oleh Kepala Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, Jaksa Agung, Menteri Keuangan, Gubernur BankIndonesia, Kepala PPATK serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukumdan Keamanan.

Terlepas dari berbagai kelebihannya, tentu saja buku ikthisar ketentuanini masih memiliki berbagai kekurangan dan keterbatasan apalagi mengingat

vi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan tidaksebanding dengan pembangunan hukum khususnya penyusunan peraturanperundang-undangan. Oleh karena itu, masukan dan saran dari seluruhpemangku kepentingan sangat penting demi menjaga dan meningkatkankualitas dari buku Ikthisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada timpenyusun dari PPATK yang telah bekerja keras dalam menyusun buku ini.Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada National LegalReform Program (NLRP) yang telah mendukung dan membantu penyusunandan penerbitan buku ikthisar ketentuan ini. Semoga apa yang telah dilakukanbersama dapat dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT, Tuhan Yang MahaEsa serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak,demi terwujudnya Indonesia yang bersih dan bebas dari tindak pidanapencucian uang.

Jakarta, 22 November 2010

KepalaPusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan,

YUNUS HUSEIN

vii

SAMBUTANPJS GUBERNUR BANK INDONESIA

Penerbitan Buku IkhtisarKetentuan-Ketentuan di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Dalam kesempatan yang baik ini, Bank Indonesia sebagai RegulatorPerbankan, menyambut baik penerbitan Buku Ikhtisar Ketentuan-Ketentuandi Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang(TPPU) dan Pendanaan Terorisme. Buku ini diyakini akan sangat membantumeningkatkan pemehaman Penyedia Jasa Keuangan khususnya industriperbankan dalam upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU danPendanaan Terorisme. Buku menyajikan referensi yang akurat dankomprehensif mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan danpemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme yang sangat diperlukanoleh industri perbankan.

Dalam era dimana keterbukaan informasi begitu luas, kehadiran ikhtisarini sangat monumental. Ikhtisar ini menyajikan informasi-informasi yangtersebar dalam beberapa bentuk peraturan perundang-undangan sehinggamenjadi sistematis dan terdokumentasikan secara utuh. Sistematisasiinformasi mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan danpemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme sangat dibutuhkan dalampelaksanaan tugas kalangan pelaku pada industri keuangan khususnya yangmemiliki tanggung jawab terkait dengan pelaporan atas Transaksi KeuanganMencurigakan ataupun Transaksi Keuangan Tunai kepada Pusat Pelaporandan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Ikhtisar ini memuat juga

viii

ketentuan-ketentuan yang bersifat ”teknis-normatif” yang belum banyakdiketahui oleh para pemangku kepentingan (stakeholder). Ikhtisar ini akanmampu menyajikan informasi yang sistematis dan bermanfaat bagi parapraktisi di bidang industri keuangan dan para praktisi di bidang lainnya dalammelakukan pengkajian, analisa, dan proses hukum terhadap kasus-kasusTPPU dan tindak pidana asalnya (predicate crimes) untuk dapat memenuhikewajiban terkait pencegahan dan pemberantasan TPPU dan PendanaanTerorisme.

Saya berharap, penyusunan buku ikhtisar ini juga dapat memacukhususnya para praktisi di bidang industri perbankan dan para praktisi dibidang lainnya untuk melanjutkan dan/atau memutakhirkan prosespendokumentasian ketentuan-ketentuan di bidang anti pencucian uang danpendanaan terorisme yang sangat dibutuhkan oleh para praktisi di bidangindustri perbankan dalam pelaksanaan tugas yang semakin berat danmenuntut profesionalisme yang tinggi.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan selamat kepada PusatPelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang telahmengkkordinir penyusunan buku ikhtisar ini. Semoga harapan untukmewujudkan Indonesia yang bersih dan bebas dari TPPU dan PendanaanTerorisme dapat menjadi kenyataan.

Jakarta, April 2010

PJS GUBERNUR BANK INDONESIA

DARMIN NASUTION

~ salinan ~

ix

SAMBUTANJAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Penerbitan Buku IkhtisarKetentuan-Ketentuan di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Saya menyambut baik penerbitan buku Ikhtisar Ketentuan yang memuatrujukan Ketentuan di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang (TPPU) dan Pendanaan terorisme. Dengan materi yangterpilih dan disusun secara sistematis sesuai dengan proses atau tahapanpenanganan perkaranya, Ikhtisar Ketentuan ini diharapkan dapat menjadirujukan teoritis dan praktis dalam pelaksanan tugas sehari-hari, baik dikalangan praktisi perbankan, penyedia jasa keuangan lainnya, maupun aparatpenegak hukum khususnya di lingkungan Kejaksaan R.I.

Setelah saya teliti, Ikhtisar Ketentuan ini telah memuat berbagai sumberperaturan perundang-undangan maupun ketentuan teknis yang berserakandan luas sehingga menjadi suatu produk kompilasi yang sistematis danterdokumentasi secara utuh. Kompilasi dan sistematisasi informasi mengenaiketententuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme sangat dibutuhkan dalampelaksanaan tugas kejaksaan khususnya di bidang penuntutan Tindak PidanaPencucian Uang dan Pendanaan terorisme mengingat masih banyak pemangkukepentingan (stakeholder) yang tidak menguasai berbagai peraturanperundang-undangan maupun ketentuan teknis tersebut secara utuh sekaliguspraktis dalam penggunaannya.

x

Agar Ikhtisar Ketentuan ini dapat menjadi rujukan bagi para penegakhukum dan pemangku kepentingan lainnya, saya berharap terus dilaksanakanpemutakhiran ketentuan yang terdapat di dalamnya.

Semoga dengan terbitnya Ikhtisar Ketentuan ini tidak terjadi lagiperbedaan persepsi dalam penanganan perkara TPPU, sehingga harapanuntuk mewujudkan Indonesia yang bersih dan bebas dari TPPU danPendanaan Terorisme dapat menjadi kenyataan.

Jakarta, April 2010

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

HENDARMAN SUPANDJI

~ salinan ~

xi

xii

SAMBUTANKEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Penerbitan Buku IkhtisarKetentuan-Ketentuan di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Assalamu’alaikum Wr.Wb.Salam sejahtera bagi kita sekalian

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyambut baik penerbitan bukuIkhtisar Ketentuan di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang (TPPU) dan Pendanaan Terorisme. Buku ini hadir padasaat yang tepat dimana tuntutan terhadap profesionalisme Polisi begitu kuat,tidak hanya dari publik tetapi juga dari internal Kepolisian sendiri, yang akansangat membantu pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian secara profesional.Karena menyajikan referensi yang akurat dan komprehensif mengenaiketentuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU danPendanaan Terorisme.

Dalam era keterbukaan informasi saat ini, kehadiran Ikhtisar Ketentuansangat bermanfaat, karena menyajikan informasi-informasi yang masihberserakan dan luas kemudian disajikan secara sistematis danterdokumentasikan secara utuh. Sistematisasi informasi mengenai ketentuan-ketentuan di bidang di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU danPendanaan Terorisme sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas pokokPolri dalam rangka penegakan hukum, termasuk sebagai penyidik TPPUdan Pendanaan Terorisme, sebagaimana diatur dalam Pasal 30 Undang-

xiii

Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang TPPU, yang telah diubah denganUndang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. Ikhtisar Ketentuan ini juga memuatketentuan-ketentuan yang bersifat ”tehnis-normatif” yang belum banyakdiketahui oleh para pemangku kepentingan (stakeholder). Yang bermanfaatbagi aparat penegak hukum dalam melakukan pengkajian, analisa, dan proseshukum terhadap kasus-kasus TPPU dan tindak pidana asalnya.

Saya berharap, penyusunan Ikhtisar Ketentuan ini juga dapat memacuKepolisian untuk melanjutkan dan/atau memutakhirkan prosespendokumentasian ketentuan-ketentuan di bidang anti pencucian uang danpendanaan terorisme yang sangat dibutuhkan oleh Kepolisian dalampelaksanaan tugas yang semakin berat, kompleks serta menuntutprofesionalisme yang tinggi.

Saya mengucapkan selamat kepada Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan (PPATK) yang telah mengkoordinir penyusunan bukuIkhtisar Ketentuan ini. Semoga bermanfaat dalam upaya pencegahan,pemberantasan dan penegakan hukum TPPU maupun pendanaan terorismedi Indonesia.

Sekian dan terima kasih.Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Drs. H. BAMBANG HENDARSO DANURI, M.M.JENDERAL POLISI

~ salinan ~

xv

PERNYATAAN BERSAMAMenteri Keuangan, Jaksa Agung, KAPOLRI, Gubernur BI dan Kepala PPATK

Kami, Menteri Keuangan, Jaksa Agung, KAPOLRI, dan Gubernur BankIndonesia, pada hari ini, Rabu tanggal 14 April 2010, dalam rangka PeluncuranBuku Ijktisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang dan Pendanaan Teroris, dengan menyatakan:

1. bahwa tindak pidana pencucian uang tidak saja mengancam stabilitasperekonomian dan integritas sistem keuangan melainkan mengancamsendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara disebabkan maraknyatindak pidana yang terorganisir, bersifat transnasional dan menghasilkanharta kekayaan yang tidak sah dalam jumlah yang besar.

2. bahwa dalam menangani permasalahan tersebut diatas mutlakdiperlukan kerjasama antar lembaga yang dilandasi oleh semngatdan komitmen bersama yang kuat untuk menegakkan hukum dankeadilan serta dibingkai dalam suatu pemahaman bersama terhadappelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan tetapmemperhatikan tertib administrasi dan kepatuhan terhadap peraturanperundang-undangan yang berlaku.

3. sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap fungsimasing-masing lembaga dalam rezim anti pencucian uang danpendanaan terorisme, kami sepakat untuk menjadikan buku IkhtisarKetentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang dan Pendanaan Teroris sebagai rujukan utama dalam setiappelaksanaan tugas dalam rangka pencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.

xiv

DAFTAR ISI

Sambutan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan .. vSambutan PJS Gubernur Bank Indonesia .................................... viiiSambutan Jaksa Agung Republik Indonesia ................................. xSambutan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ............... xiiPernyataan Bersama Menteri Keuangan, Jaksa Agung, KAPOLRI,Gubernur BI dan Kepala PPATK ................................................. xiv

Daftar Isi ................................................................................ xvDaftar Singkatan ..................................................................... xix

PENGANTAR ......................................................................... 1A. Praktik Pencucian Uang ...................................................... 2B. Alasan Kriminalisasi Pencucian Uang .................................... 16

BAB I REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAANTERORISME ............................................................ 19

I.1 Lembaga-lembaga Terkait ............................................ 24I.1.1 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ........... 24I.1.2 Pihak Pelapor.............................................................. 24I.1.3 Lembaga Pengawas dan Pengatur ................................. 44I.1.4 Penegak Hukum ......................................................... 46I.1.5 Komite TPPU ............................................................. 49I.1.6 Dewan Perwakilan Rakyat ........................................... 52I.1.7 Presiden .................................................................... 53I.1.8 Masyarakat ............................................................... 53

xv

xvi

I.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK .... 53I.3 Kerjasama Domestik dan Internasional ......................... 58I.4 Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang ............................................... 61

BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN TINDAKPIDANA ASAL .......................................................... 85

II.1 Tindak Pidana Pencucian Uang ..................................... 96II.2 Tindak Pidana Asal ...................................................... 97II.3 Jenis-jenis Tindak Pidana Asal ...................................... 98II.4 Tindak Pidana Pendanaan Terorisme ............................. 292II.5 Tindak Pidana Lain Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang .. 297

BAB III PELAPORAN ............................................................ 301III.1 Definisi ..................................................................... 307III.1.1 Transaksi ................................................................... 307III.1.2 Transaksi Keuangan .................................................... 307III.1.3 Transaksi dengan Pihak Pelapor.................................... 307III.2 Jenis Laporan ............................................................. 308III.2.1 Transaksi Keuangan Mencurigakan ((TKM) ................... 308III.2.2 Transaksi Keuangan Tunai (TKT) ................................. 351III.2.3 International Fund Transfer Instruction (IFTI) .............. 363III.3 Sanksi Administratif terkait kewajiban pelaporan oleh pihak

pelapor....................................................................... 370III.4 Kerahasiaan Bank ........................................................ 379III.5 Sanksi Terkait Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai dan

BNI ......................................................................... 379

BAB IV PENGAWASAN KEPATUHAN..................................... 383IV.1 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Prinsip Mengenal

Pengguna Jasa ........................................................... 388IV.1.1 Pihak yang berwenang untuk mengeluarkan pedoman dan

melakukan pengawasan terhadap prinsip mengenalipengguna jasa ............................................................ 388

IV.1.2 Prinsip Mengenali Pengguna Jasa ................................. 388IV. 2 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Kewajiban Pelaporan ... 458IV.2.1 Pelaksanaan Audit ....................................................... 458IV.2.1.1 Audit Kepatuhan ......................................................... 458IV.2.1.2 Audit Khusus ............................................................. 459IV.2.2 Penyampaian hasil audit dan temuan TKM ..................... 461

xvii

IV.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Audit ......................................... 461IV.2.4 Pengecualian Kerahasiaan Bagi Auditor........................... 462IV.2.5 Lain-lain .................................................................... 462

BAB V PENEGAKAN HUKUM............................................... 463V.1. Ruang Lingkup Penanganan Perkara TPPU .................... 468V.1.1 Sistem Peradilan Pidana Terpadu .................................. 468V.1.2 Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang

pengadilan terhadap tindak pidana dilakukan berdasarkanperaturan perundang-undangan ..................................... 468

V.1.3 Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK .................. 470V.1.4 Tindak lanjut atas adanya laporan ................................. 471V.1.5 Pembuatan berita acara ................................................ 471V.1.6 Pemberitahuan kepada penuntut umum (SPDP)............... 472V.2 Penyidikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia .... 473V.3 Penyidikan oleh Kejaksaan ........................................... 546V.4 Penyidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).... 547V.5 Penyidikan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) ........... 560V.6 Penyidikan oleh Direktorat Jenderal Pajak ...................... 597V.7 Penyidikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .......... 627V.8 Pra Penuntutan ........................................................... 640V.8.1 Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

(SPDP) ..................................................................... 641V.8.2 Penyerahan Berkas Perkara .......................................... 642V.9 Penuntutan ................................................................. 654V.9.1 Penyusunan Surat Dakwaan ......................................... 656V.9.2 Pelimpahan perkara ke pengadilan ................................. 663V.9.2.1 Pembuktian ................................................................ 664V.9.2.2 Tuntutan Pidana.......................................................... 684V.9.2.3 Sanksi Pidana ............................................................. 690V.10 Pelaksanaan Putusan ................................................... 694V.10.1 Eksekusi terhadap badan .............................................. 695V.10.2 Denda........................................................................ 696V.10.3 Barang bukti ............................................................... 696V.10.4 Biaya perkara.............................................................. 697V.11 Perampasan hasil kejahatan tanpa tuntutan pidana ........... 698

BAB VI KERAHASIAAN DAN PELINDUNGAN ...................... 701VI.1 Kerahasiaan ................................................................ 703VI.1.1 Kewajiban merahasiakan .............................................. 703

VI.1.2 Sanksi sengaja membocorkan rahasia oleh direksi, pejabatatau pegawai penyedia jasa keuangan ............................ 706

VI.2 Pelindungan ............................................................... 706VI.2.1 Pelapor ...................................................................... 706VI.2.2 Saksi ......................................................................... 706VI.2.3 Imunitas..................................................................... 706VI.2.4 Perlindungan khusus.................................................... 707

KEPUSTAKAAN .................................................................... 712INDEKS ................................................................................. 721LAMPIRAN ........................................................................... 725

~o~

xviii

AADB ~ Asia Development BankAML ~ Anti-money LaunderingAMLAT ~ ASEAN Mutual Legal Assistance

TreatyAPG ~ Asia-Pacific GroupAPGML ~ Asia Pacific Group on Money

LaunderingAPU ~ Anti Pencucian UangARS ~ Alternative Remittance SystemASPAL ~ Asli Tapi Palsu

BB-10 ~ Label Barang BuktiB-11 ~ Kartu Barang BuktiB-17 ~ Berita Acara Penitipan Barang BuktiB-5 ~ Surat Perintah Penitipan Barang BuktiBA-15 ~ Berita Acara Penerimaan dan

Penelitian TersangkaBAPEPAM-LK ~ Badan Pengawas Pasar

Modal-Lembaga KeuanganBI ~ Bank IndonesiaBIN ~ Badan Intelijen NegaraBNI ~ Bearer Negotiable InstrumentsBNN ~ Badan Narkotika NasionalBPK ~ Badan Pemeriksa KeuanganBPR ~ Bank Perkreditan Rakyat

CCBCC ~ Cross Border Cash CarryingCDD ~ Consumer Due DiligenceCIF ~ Single Customer Identification FileCTED ~ Counter Terrorism Executive

Directorate

DDJBC ~ Direktorat Jenderal Bea dan CukaiDJKL ~ Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

DAFTAR SINGKATAN

DPD ~ Dewan Perwakilan DaerahDPNP ~DPR ~ Dewan Perwakilan RakyatDPRD ~ Dewan Perwakilan Rakyat DaerahFFATF ~ Financial Action Task ForceFIU ~ Financial Intelligent Unit

HHAM ~ Hak Asasi Manusia

IIATA ~ International Air Transport AssociationIFTI ~ International Fund Transfer

InstructionIMF ~ International Monetary FundIUP ~ Ijin Usaha Pertambangan

JJPU ~ Jaksa Penuntut Umum

KKomite TPPU ~ Komite Koordinasi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang dan PendanaanTerorisme

KPK ~ Komisi Pemberantasan KorupsiKTKLN ~ Kartu Tenaga Kerja Luar NegeriKTP ~ Kartu Tanda PendudukKUHAP ~ Kitab Undang-Undang Hukum

Acara PidanaKUHP ~ Kitab Undang-Undang Hukum

PidanaKUPU ~ Kegiatan Usaha Pengiriman UangKYC ~ Know Your Customer

LLKNB ~ Lembaga Keuangan Non Bank

xix

xx

LPP ~ Lembaga Pengawas dan PengaturLPS ~ Lembaga Penjamin SimpananLPSK ~ Lembaga Perlindungan Saksi dan

KorbanLPUT ~ Laporan Pembawaan Uang TunaiLSM ~ Lembaga Swadaya Masyarakat

MME ~ Mutual EvaluationMLA ~ Mutual Legal AssistanceMoU ~ Memorandum of UnderstandingMPR ~ Majelis Permusyawaratan Rakyat

NNIK ~ Nomor Induk KependudukanNKRI ~ Negara Kesatuan Republik IndonesiaNPO ~ Non Profit OrganizationNPWP ~ Nomor Pokok Wajib Pajak

OOPAC ~ The Office of Foreign Assets

Controls

PP-18 ~ Surat Pemberitahuan Hasil Penyidikan

belum LengkapP-19) berkas perkara dikembalikan disertai

dengan petunjuk guna melengkapi hasilpenyidikan

P-21 ~ Surat Pemberitahuan Hasil PenyidikanSudah Lengkap

PBB ~ Perserikatan Bangsa-BangsaPBI ~ Peraturan Bank IndonesiaPERPU ~ Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-UndangPERUM ~ Perusahaan UmumPJK ~ Penyedia Jasa KeuanganPMK ~ Peraturan Menteri KeuanganPMN ~ Prinsip Mengenal NasabahPNS ~ Pegawai Negeri SipilPOLRI ~ Polisi Republik IndonesiaPP ~ Peraturan PemerintahPPT ~ Pemberantasan Pendanaan TerorismePPATK ~ Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi KeuanganPPNS ~ Penyidik Pegawai Negeri SipilPPT ~ Pemberantasan Pendanaan TerorismePT ~ Perseroan TerbatasPVA ~ Pedagang Valuta Asing

RRB-2 ~ Pencatatan dalam Register Barang

BuktiRI ~ Republik IndonesiaRP-10 ~ Register Penerimaan Berkas Perkara

Tahap PertamaRP-12 ~ Register Perkara Tahap PenuntutanRT/RW ~ Rukun Tetangga/Rukun WargaRTGS ~ Real Time Gross SettlementRUTAN ~ Rumah Tahanan NegaraRUU ~ Rancangan Undang-Undang

SSDM ~ Sumber Daya ManusiaSIAK ~ Sistem Informasi Administrasi

KependudukanSIM ~ Surat Ijin MengemudiSIPPTKI ~ Surat Izin Pelaksana Penempatan

TKISKB ~ Surat Kesepakatam BersamaSKEP ~ Surat KeputusanSLTP ~ Sekolah Lanjutan Tingkat PertamaSPBU ~ Stasiun Pengisain Bahan Bakar

UmumSPDP ~ Penerimaan Surat Pemberitahuan

Dimulainya PenyidikanSPPT ~ Surat Pemberitahuan Pajak TahunanSR ~ Special Recommendation

TTC ~ Traveller’s ChequeTKI ~ Tenaga Kerja IndonesiaTKM ~ Transaksi Keuangan MencurigakanTKP ~ Tempat Kejadian PerkaraTKT ~ Transaksi Keuangan TunaiTNI ~ Tentara Nasional IndonesiaTPPU ~ Tindak Pidana Pencucian Uang

UUJPU ~ Usaha Jasa Pengiriman UangUU TPPU ~ Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang

WWIC ~ Walk In CustomerWNA ~ Warga Negara Asing

ZZEEI ~ Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

~o~

Pengantar 1

PENGANTAR

Bagian Pengantar ini menguraikan secara ringkas tentang sejarah,metode, tipologi, faktor-faktor yang membuat maraknya praktik pencucian uang,

dampak negatif yang ditimbulkannya dan beberapa alasan pengkriminalisasian praktik pencucian uang

2 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

A. Praktik Pencucian Uang ....................................................................... 2

1. Sejarah Ringkas ............................................................................... 22. Penyebab Maraknya Pencucian Uang ......................................... 73. Metode dan Tahapan Pencucian Uang ....................................... 14

B. Alasan Kriminalisasi Pencucian Uang ............................................... 16

Pengantar 3

A. Praktik Pencucian Uang

1. Sejarah Ringkas1

Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindakkejahatan telah menjadi pusat perhatian dunia barat, terutama dalamkonteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang (psikotropika dannarkotika). Perhatian yang cukup besar itu muncul karena besarnyahasil atau keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan obat-obatterlarang tersebut. Selain itu juga karena adanya kekhawatiran akandampak negatif dari penyalahgunaan obat-obat terlarang di masyarakatserta dampak lain yang mungkin ditimbulkannya. Keadaan ini kemudianmenjadi perhatian serius banyak negara untuk melawan para pengedarobat-obat terlarang melalui hukum dan peraturan perundang-undanganagar mereka tidak dapat menikmati uang haram hasil penjualan obat-obat terlarang tersebut. Sementara itu, pemerintah negara-negaratersebut juga menyadari bahwa organisasi kejahatan melalui uang haramyang dihasilkannya dari penjualan obat-obat terlarang tersebut bisamengkontaminasi dan menimbulkan distorsi di segala aspek kehidupanbaik pemerintahan, ekonomi, politik dan sosial. Sekarang ini faktamenunjukkan bahwa pencucian uang sudah menjadi suatu fenomenaglobal melalui infrastuktur finansial internasional yang beroperasi selama24 jam sehari.

Pengedar obat-obat terlarang di beberapa negara dan wilayahperbatasan internasional telah memberikan kontribusi yang besarterhadap internasionalisasi kejahatan. Negara-negara penghasil obatterlarang seperti kokain dan heroin umumnya bukanlah negara-negarayang mengkonsumsinya, melainkan mereka menjualnya ke negara laindengan menggunakan sarana transportasi baik darat, laut ataupun udara.Setiap pengangkutan barang atau pendistribusian obat-obat terlarangtersebut selalu berhadapan dengan petugas bea dan cukai di masing-masing negara. Kasus-kasus baru di AS, terutama di wilayah perbatasandengan Meksiko, mengungkapkan adanya jaringan-jaringan yangmenghubungan kedua negara tersebut. Penyelundupan melalui pesawatswasta merupakan cara yang umum untuk memindahkan obat-obatterlarang antara kedua negara, termasuk juga penggunaan jasa kuriruntuk mengangkut obat-obat terlarang sampai ke pesawat komersial.

1 Priyanto, dkk, Rezim Anti Pencucian Uang Indonesia: Perjalanan 5 Tahun, Jakarta:PPATK, 2007, hal. 14-30.

4 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dengan demikian pola-pola penyelundupan obat-obatan terlarangsebenarnya cukup mudah untuk dideteksi oleh petugas bea dan cukai.

Kesadaran akan berbagai dampak buruk yang ditimbulkan olehpraktik pencucian uang telah mengangkat persoalan pencucian uangmenjadi isu yang lebih penting daripada era sebelumnya. Kemajuankomunikasi dan transportasi membuat dunia terasa semakin sempit,sehingga penyembunyian kejahatan dan hasil-hasilnya menjadi lebihmudah dilakukan. Pelaku kejahatan memiliki kemampuan untukberpindah-pindah tempat termasuk memindahkan kekayaannya kenegara-negara lain dalam hitungan hari, jam, menit, bahkan dalamhitungan detik. Dana dapat ditransfer dari satu pusat keuangan duniake tempat lain secara real time melalui sarana online system.

Laporan PBB tahun 1993 mengungkapkan bahwa ciri khasmendasar pencucian harta kekayaan hasil kejahatan yang juga meliputioperasi kejahatan terorganisir dan transnasional adalah bersifat global,fleksibel dan sistem operasinya selalu berubah-ubah, pemanfaatanfasilitas teknologi canggih serta bantuan tenaga profesional, kelihaianpara operator dan sumber dana yang besar untuk memindahkan dana-dana haram itu dari satu negara ke negara lain. Namun selain itu, satukarakteristik yang jarang dicermati adalah deteksi secara terus-menerusatas profit dan ekspansi ke area-area baru untuk melakukan kegiatankejahatan. Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap arsip-arsip polisiKanada menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen dari semua skemapencucian uang memiliki dimensi internasional. ”Operation Green Ice”yang dilakukan pada tahun 1992 menunjukkan adanya sifat transnasionaldari praktik pencucian uang dalam dunia modern sekarang.

Di Amerika Serikat, investigasi tindak pidana yang berdimensipencucian uang mulai dilakukan pertama kali pada awal tahun 1920,yaitu terhadap kejahatan narkotika di Hawai yang pelakunya hanyadituntut tindak pidana penghindaran pajak. Pada saat itu, jutaan dolardicuci melalui beberapa lembaga keuangan, tidak membayar pajak dandigunakan untuk membeli asset. Tidak ada jejak dokumen yang tersediayang bisa diperoleh dari lembaga keuangan kecuali dari rekening bank.Hal ini dikarenakan pada masa itu bank tidak memiliki kewajiban untukmelapor atas transaksi-transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar.Baru pada tahun 1970 Kongres AS membuat Bank Secrecy Act (BSA).Berdasarkan BSA tersebut, pemerintah Amerika Serikat memberlakukanCurrency Transaction Report (CTR, Form 4789), Report ofInternational Transportation of Currency or Monetary Instruments

Pengantar 5

(CMIR, Form 4790) dan Report of Foreign Bank and FinancialAccounts (FBAR, Form TD F 90-22.1). Dengan adanya BSA tersebutmaka terdapat jejak dokumen bagi aparat penegak hukum untuk melacakuang-uang yang pajaknya tidak dibayarkan dan jutaan dolar yang dicucimelalui bank-bank Amerika. Dalam perkembangannya, IRS telah dapatmelakukan penelusuran jejak dokumen guna mengacaukan ataumemecah-belah organisasi kejahatan pencucian uang dan pengedar obatterlarang melalui investigasi, penuntutan, dan perampasan aset hasilkejahatan.

Upaya-upaya pemberantasan kejahatan dan terutama jaringanteroris memicu terjadinya saling kejar antara aparat penegak hukumdengan pelaku pencucian uang. Hingga kini, pelaku pencuci uangsepertinya menjadi pemenang. Di berbagai belahan dunia ada sejumlahnegara yang memiliki keterbatasan regulasi di bidang perbankan tetapimenerapkan undang-undang rahasia bank dan privasi dengan ketatsehingga bank-bank di negara-negara tersebut merupakan tempat idealbagi pencuci uang untuk melakukan kegiatannya. Meskipun adanyatekanan masyarakat internasional untuk memaksa bank-bank di duniauntuk lebih transparan, namun hal itu hanya akan memberikan progresyang terbatas, kecuali apabila payung hukumnya telah diciptakan secarakomprehensif.

Tidak dipungkiri lagi, bahwa organisasi kejahatan dan pelaku teroristelah mengembangkan berbagai macam “trik” untuk mengecohkan parainvestigator di bidang kejahatan finansial agar mereka kesulitanmengungkapnya. Salah satunya dengan cara “starburst”, yaitu suatubank menerima setoran uang dari kegiatan kejahatan dalam jumlah besardan kemudian secara otomatis uang didistribusikan dalam beberapa”parcel kecil” ke beberapa rekening bank yang berbeda-beda di lokasiyang berbeda pula sesuai instruksi pemilik uang. Cara lain adalah“boomerang”, yaitu uang dikirim melalui beberapa rekening yangberbeda-beda kepada rekening-rekening bank di seluruh dunia denganmelewati negara yang ketentuan rahasia banknya sangat ketat, sehinggainvestigasi atas transaksi keuangan sangat sulit dilakukan secara pastiuntuk dapat mengidentifikasi uang yang telah dikirim itu kembali kerekening semula.

Di samping isu pencucian uang, pendanaan teroris juga telah terangkatmenjadi isu global khususnya saat terjadi kasus runtuhnya gedung WorldTrade Centre (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Mulai sejak itu,tindak pidana pendanaan teroris telah “dipaksakan” masuk dalam konteks

6 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pencucian uang. Memang, pada tahap awal uang bisa terlihat “tidak haram”sama sekali, uang tetap akan “bersih” sampai uang tersebut digunakanuntuk melakukan suatu kegiatan teroris. Teroris lebih cenderungtergantung pada uang tunai karena itu lebih sulit dideteksi. Sudah menjaditradisi lama bahwa uang tunai dapat diperoleh dengan cara merampokatau melakukan kejahatan lain, atau berasal dari sumbangan partisipan.Josef Stalin, salah seorang teroris terkenal, memulai aksinya denganmerampok suatu bank untuk kepentingan Communist Party. Sebagiankecil uang dikirim ke para simpatisan yang kemudian menyimpannyadalam rekening koran untuk digunakan oleh jaringan organisasiberdasarkan permintaan. Sedangkan teroris tradisional tergantung padametode berteknologi rendah seperti cara Hawala agar mereka tidak perlumenyimpan uang tunai dalam jumlah besar. Dalam penggunaan jasapengiriman uang secara Hawala, yaitu praktek pendanaan model MiddleEastern kuno, di mana seorang pemilik usaha Hawala (undergroundbanking system) menyebarkan uang dengan ucapan verbal (janji) bahwauang telah disetorkan di tempat tertentu dan apabila diperlukan setiapsaat dapat diambil kembali baik di tempat yang sama maupun di tempatlain sesuai kesepakatan. Integritas Hawala telah lama diberlakukan secaratradisi, yang dalam prakteknya dilakukan dengan sangat hati-hati dankarena itu sangat sulit dilacak oleh aparat penegak hukum.

Kejahatan terorganisir dengan bentuk dan latar belakang etnik yangberbeda-beda juga merupakan suatu masalah tersendiri bagi negara-negara di dunia. Home-grown syndicate telah memberikan andil pentingbagi kelangsungan organisasi kejahatan dan kejahatan itu sendiri. Misalnya,mereka dapat memindahkan hasil kejahatan dari satu tempat ke tempatlain, dari satu kota ke kota lain, serta bisa menghubungi dan memberikanfasilitas di negara-negara asing seperti anggota Japan’s Boryokudan,Sicily’s Mafia, atau kartel obat terlarang Kolombia. Home-grown syndicatemenjadi tantangan serius bagi aparat penegak hukum di berbagai negara.Saat ini, seorang pencuri perhiasan di Perancis dapat menemui penadahnyadi New York pada hari kerja yang sama, dan dapat memperoleh uang diHong Kong sehari sebelumnya. Begitupun, bukanlah hal yang mustahillagi bagi apara penegak hukum untuk mengetahui pola-pola kejahatanterorganisir tersebut dan mengidentifikasi serta menangkap semua orangyang terlibat di dalamnya.

Istilah pencucian uang (money laundering) pertama kali munculpada tahun 1920-an ketika para mafia di Amerika Serikat mengakusisiatau membeli usaha Laundromats (mesin pencuci otomatis). Ketika ituanggota mafia mendapatkan uang dalam jumlah besar dari kegiatan

Pengantar 7

pemerasan, prostitusi, perjudian dan penjualan minuman beralkoholillegal serta perdagangan narkotika. Oleh karena anggota mafia dimintamenunjukkan sumber dananya agar seolah-olah sah atas perolehan uangtersebut maka mereka melakukan praktik pencucian uang. Salah satucara yang dilakukan adalah dengan seolah-olah membeli perusahaan-perusahaan yang sah dan menggabungkan uang haram dengan uangyang diperoleh secara sah dari kegiatan usaha (Laundromats) tersebut.Alasan pemanfaatan usaha Laundromats tersebut karena sejalan denganhasil kegiatan usaha laundromats yaitu dengan menggunakan uang tunai(cash). Cara seperti ini ternyata dapat memberikan keuntungan yangmenjanjikan bagi pelaku kejahatan seperti Alphonse Capone.

Jeffrey Robinson mengemukakan bahwa kasus Al Capone seolah-olah menggambarkan bahwa istilah pencucian uang muncul sejak kasustersebut ada, padahal itu hanya sebagai mitos belaka. Pencucian uangdikenal demikian karena dengan jelas melibatkan tindakan penempatanuang haram atau tidak sah melalui suatu rangkaian transaksi, atau dicuci,sehingga uang tersebut keluar menjadi seolah-olah uang sah atau bersih.Artinya, sumber dana yang diperoleh secara tidak sah disamarkan ataudisembunyikan melalui serangkaian transfer dan transaksi agar uangtersebut pada akhirnya terlibat menjadi pendapatan yang sah.

Pendapat lain mengatakan bahwa money laundering sebagai sebutansebenarnya belum lama dipakai. Billy Steel mengemukakan, istilah moneylaundering pertama kali digunakan pada surat kabar di Amerika Serikatsehubungan dengan pemberitaan skandal Watergate pada tahun 1973di Amerika Serikat. Sedangkan penggunaannya dalam kontekspengadilan atau hukum muncul pertama kali pada tahun 1982 dalamkasus US v $4.255.625,39 (1982) 551 F Supp, 314. Sejak itulah istilahmoney laundering diterima dan digunakan secara luas di seluruh dunia.

2. Penyebab Maraknya Pencucian Uang

Paling sedikit ada 9 (sembilan) faktor yang menjadi pendorongmaraknya kegiatan pencucian uang di suatu negara.

Pertama, globalisasi sistem keuangan, dimana Pino Arlacchi,Executive Director UN Offices for Drug Control and Crime Prevention,pernah mengungkapkan bahwa “globalisation has turned theinternational financial system into a money launderer’s dream, andthis criminal process siphons away billions of dollars per year fromeconomic growth at a time when the financial health of every country

8 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

affects the stability of the global marketplace”.2

Kedua, kemajuan di bidang teknologi-informasi. Dengan kemajuanteknologi informasi tersebut, seperti kemunculan internet di dunia maya(cyber space) pada era sekarang telah membuat batas-batas negaramenjadi tidak berarti lagi. Dunia menjadi satu kesatuan tanpa batas.Akibatnya, kejahatan-kejahatan terorganisir (organized crime) yangdiselenggarakan organisasi-organisasi kejahatan (criminal organizations)menjadi mudah dilakukan secara lintas batas negara. Kejahatan-kejahatantersebut kemudian berkembang menjadi kejahatan-kejahatantransnasional. Dalam hubungan ini, William C. Gilmore mengemukakan,bahwa “among the factors which have contributed to the growth ofcross border criminal activity pride of place must go to the technologicalrevolution witnessed since the end of the second world war”. Pada saatini, individu ataupun organisasi kejahatan dapat secara mudah dan cepatmemindahkan jumlah uang yang sangat besar dari satu yurisdiksi keyurisdiksi yang lain melalui Automated Teller Machines (ATMs),sehingga dimungkinkan untuk memindahkan dana (to wire funds) kerekening-rekening bank mereka di negara-negara lain. Penarikan uangmelalui ATMs di seluruh dunia dapat dilakukan seketika dan tanpadiketahui siapa pelakunya.3

Ketiga, ketentuan rahasia bank yang sangat ketat. Sehubungandengan reformasi di bidang perpajakan (tax reforms), Uni Eropa pernahmenghimbau negara-negara anggotanya untuk meniadakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut rahasia bank. Menurut delegasi Inggris,Uni Eropa hanya dapat secara serius memerangi tax evasion (sebagaikejahatan asal pencucian uang) apabila Uni Eropa mempertimbangkanmengenai dihapuskannya ketentuan rahasia bank. Gagasan ini telahditentang dengan keras oleh Luxembourg dan Austria. Perdana Menteridan Menteri Keuangan Luxembourg, Jean Claude Juncker,mengemukakan bahwa perdebatan mengenai hal ini tidak bernalar.Menteri Keuangan Austria, Karl-Heinz Grasser mengemukakan “Theproposal from Britain certainly will not meet with our approval”.4

Keempat, penggunaan nama samaran atau anonim. Di suatu negara

2 Lihat http://www.fas.org/irp/news/2000/04/20000414, diakses pada tanggal 15 April 2008.3 William C. Gilmore, Dirty Money: The Evolution of International Measures to Counter

Money Laundering and the Financing of Terrorism, third edition, Germany: Koelblin-Fortuna-Druck, 2004.

4 Priyanto, dkk, Op.Cit., hal. 30-42/

Pengantar 9

terdapat ketentuan perbankan yang memperbolehkan penggunaan namasamaran atau anonim bagi nasabah (indvidu dan korporasi) yangmenyimpan dana di suatu bank. Contoh misalnya negara Austria pernahditengarai sebagai salah satu negara yang banyak dijadikan pangkalanuntuk kegiatan pencucian uang dari para koruptor dan berbagaiorganisasi yang bergerak dalam perdagangan narkoba. Oleh sebab itu,The Financial Action Task Force on money laundering (FATF), telahmenyampaikan rekomendasinya agar Austria dibekukan (suspended)sebagai anggota FATF terhitung 15 Juni 2000, karena Austria tidakbertindak apa pun untuk meniadakan dilakukannya penyimpanan danatanpa nama (anonymous saving “passbook” accounts). Bertahun-tahunlamanya FATF sangat prihatin terhadap masalah anonymous passbookdi Austria dan telah menjadikan masalah ini sebagai agenda yang penting.Pembekuan (suspension) keanggotaan Austria tersebut akan terjadisecara otomatis kecuali apabila sebelum tanggal 20 Mei 2000 PemerintahAustria: (i) mengeluarkan pernyataan politik yang jelas bahwa pemerintahAustria akan melakukan semua langkah yang diperlukan untukmeniadakan sistem anonymous passbook sesuai dengan the 40 FATFRecommendations selambat-lambatnya Juni 2002; dan (ii) mengajukankepada Parlemen dan mendukung RUU untuk melarang pembukaananonymous passbook baru dan meniadakan anonymous passbook yangtelah ada sesuai dengan butir (i) tersebut. Selanjutnya, tidak bolehdilakukan tindakan-tindakan lain oleh Austria yang akan merongrongpemberantasan pencucian uang, misalnya memperketat ketentuan rahasiabank sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan the FortyRecommendations FATF. Delegasi Austria ke FATF meminta untukdicatat bahwa ketentuan yang diusulkan sehubungan dengan peniadaananonymous passbook tersebut berkaitan dengan putusan politik yanghanya dapat dipertimbangkan pada tingkat politik. Oleh karena itudelegasi Austria hanya dapat mencatat saja dan segeramengkomunikasikan hal tersebut kepada Pemerintah Austria. Ketentuanuntuk melarang pembukaan anonymous accounts di Swiss telahditiadakan pada Juli 1992 ketika otoritas Swiss mengeluarkan peraturanperbankan yang baru. Menurut ketentuan yang baru itu, nasabah bankatau kuasa hukumnya harus secara penuh disebut identitasnya. Kliendiharuskan pula untuk menyampaikan dokumen yang membuktikanasal-usul dana yang didepositokan dengan cara menunjukkan faktur-faktur (invoices) atau perjanjian-perjanjian bisnis yang mendasarinya.5

5 Lihat OECD News Release, 3 Februari 2000.

10 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Kelima, penggunaan electronic money (e-money).6 Munculnyajenis uang baru yang disebut electronic money (e-money), yang tidakterlepaskan dengan maraknya electronic commerce (e-commerce) melaluiinternet. Praktik pencucian uang yang dilakukan dengan menggunakanjaringan internet (Cyberspace) ini disebut Cyberlaundering. Produk-produk e-money yang telah dikembangkan terutama untuk digunakanmelalui jaringan komputer terbuka (open computer networks), tanpamelakukan face-to-face purchases (pembelian yang dilakukan denganlangsung hadirnya penjual dan pembeli di tempat berlangsungnyakegiatan jual-beli). Fasilitas ini baru tersedia secara terbatas di sebagiannegara-negara yang termasuk anggota G-10. Sistem tersebut dapatmenyediakan cara untuk membeli barang dan/atau jasa melalui internet.Peningkatan e-commerce yang dilakukan melalui jaringan komputer padagilirannya dapat pula mendorong pertumbuhan e-money. Para ahli FATFtelah menemukan beberapa contoh kegiatan pencucian uang denganmenggunakan on-line banking. Denmark pernah mengemukakanbahwa sebuah webside dalam dunia maya di yuridiksi lain digunakanuntuk menawarkan jasa-jasa pencucian uang dan menggunakan namalembaga keuangan tertentu sebagai samaran bagi kegiatan tersebut.Beberapa negara anggota FATF juga mengemukakan contoh-contohdigunakannya internet untuk melakukan kegiatan-kegiatan melanggarhukum (frauds). Mengingat perkembangan yang pesat dari jasa-jasaon-line banking sekarang ini, menurut FATF sulit sekali untuk dapatmengemukakan apakah berkurangnya kasus-kasus pencucian uangyang melibatkan on-line banking adalah karena memang kehadiranpraktik pencucian uang tidak ada lagi atau karena ketidakmampuanaparat penegakan hukum untuk mendeteksi kegiatan tersebut.

Keenam, praktik pencucian uang secara layering. Dengan caralayering, pihak yang menyimpan dana di bank (nasabah penyimpandana atau deposan bank) bukanlah pemilik yang sesungguhnya daridana itu. Deposan tersebut hanyalah sekedar bertindak sebagai kuasaatau pelaksana amanah dari pihak lain yang menugasinya untukmendepositokan uang di sebuah bank. Sering pula terjadi bahwa pihaklain tersebut juga bukan pemilik yang sesungguhnya dari dana itu, tetapihanya sekadar menerima amanah atau kuasa dari seseorang atau pihaklain yang menerima kuasa dari pemilik yang sesungguhnya. Dengankata lain, penyimpan dana tersebut juga tidak mengetahui siapa pemilik

6 Priyanto, dkk, Op.Cit., hal. 32-33.

Pengantar 11

yang sesungguhnya dari dana tersebut, karena dia hanya mendapatamanah dari kuasa pemiliknya. Bahkan sering terjadi bahwa orang yangmemberi amanat kepada penyimpan dana yang memanfaatkan uang itudi bank ternyata adalah lapis yang kesekian sebelum sampai kepadapemilik yang sesungguhnya. Dengan kata lain, terjadi estafet secaraberlapis-lapis. Biasanya para penerima kuasa yang bertindak berlapis-lapis secara estafet itu adalah kantor-kantor pengacara. Penegak hukumseringkali mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyembunyian hasil-hasil kejahatan secara layering. Dalam hal ini, uang yang telah ditempatkanpada sebuah bank dipindahkan ke bank lain, baik bank yang ada di negaratersebut maupun di negara lain. Pemindahan itu dilakukan beberapa kali,sehingga sangat sulit dilacak sekalipun telah ada kerjasama antar penegakhukum secara nasional, regional dan internasional.

Ketujuh, berlakunya ketentuan hukum terkait kerahasiaanhubungan antara lawyer dan akuntan dengan kliennya masing-masing.Dalam hal ini, dana simpanan di bank-bank sering diatasnamakan suatukantor pengacara. Menurut hukum di kebanyakan negara yang telahmaju, kerahasiaan hubungan antara klien dan lawyer dilindungi olehundang-undang. Para lawyer yang menyimpan dana simpanan di bankatas nama kliennya tidak dapat dipaksa oleh otoritas yang berwenanguntuk mengungkapkan identitas kliennya.

Kedelapan, pemerintah dari suatu negara kurang bersungguh-sungguh untuk memberantas praktik pencucian uang yang dilakukanmelalui sistem perbankan. Dengan kata lain, pemerintah yangbersangkutan memang dengan sengaja membiarkan praktik pencucianuang berlangsung di negaranya guna memperoleh keuntungan denganpenempatan uang-uang haram di industri perbankan guna membiayaipembangunan. Seperti negara Swiss, meskipun negara ini telah memilikiperaturan perbankan yang baru, tetapi otoritas Swiss sangat engganmengambil tindakan terhadap nasabah-nasabah yang dicurigai. Tindakanotoritas Swiss hanya akan dilakukan apabila pemerintah negara asingdapat menyampaikan fakta atau bukti yang kuat atas tuntutannya danmemenuhi prosedur yang sangat ketat berkenaan dengan tuntutantersebut.7

7 James Petras, “Dirty Money: Foundation of US Growth and Empire Size andScope of Money Laundering by US Bank”, http://www.globalresearch.ca/articles/ PET108A.html, diakses pada tanggal 15 April 2008.

12 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Kesembilan, tidak dikriminalisasinya perbuatan pencucian uang disuatu negara. Dengan kata lain, negara tersebut tidak memiliki undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana pencucian uang yangmenentukan perbuatan pencucian uang sebagai tindak pidana. Belumadanya undang-undang tentang pemberantasan tindak pencucian uangdi negara tersebut biasanya juga karena adanya keengganan dari negaratersebut untuk bersungguh-sungguh ikut aktif memberantas praktikpencucian uang secara internasional dan di negaranya sendiri.8

Praktik pencucian uang menimbulkan dampak negatif. MenurutJohn McDowell & Gary Novis (2001)9 , kegiatan pencucian uang dapatmerongrong sektor swasta yang sah. Untuk menyembunyikan danmengaburkan hasil-hasil kejahatannya, para pencuci uang seringkalimenggunakan perusahaan-perusahaan tertentu untukmencampuradukkan uang haram dengan uang yang sah. Perusahaan-perusahaan yang diciptakan untuk melakukan pencucian uang,mengelola dana dalam jumlah besar, yang digunakan untuk mensubsidibarang dan/atau jasa yang akan dijual di bawah harga pasar. Bahkan,perusahaan-perusahaan tersebut dapat menawarkan barang-barang padaharga di bawah biaya poduksi. Dengan demikian perusahaan-perusahaantersebut memiliki competitive advantage terhadap perusahaan-perusahaan sejenis yang bekerja secara sah. Sebagai konsekuensinyabisnis yang sah kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan tersebutsehingga dapat mengaki-batkan perusahaan-perusahaan yang sahmenjadi bangkrut atau gulung tikar.

Kegiatan pencucian uang juga dapat merongrong integritas pasar-pasar keuangan. Likuiditas dari lembaga-lembaga keuangan (financialinstitutions) seperti bank akan menjadi buruk apabila dalamoperasionalnya cenderung mengandalkan dana hasil kejahatan. Misalnya,hasil kejahatan pencucian uang dalam jumlah besar yang baru sajaditempatkan pada suatu bank, namun tiba-tiba ditarik dari bank tersebuttanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Akibatnya bank tersebut mengalamimasalah likuiditas yang cukup serius (liquidity risk).

Michel Camdessus, mantan Managing Director IMF,memperkirakan bahwa jumlah uang haram yang terlibat dalam kegiatanpencucian uang sekitar 2 hingga 5 persen dari gross domestic product

8 Sutan Remy Sjahdeini, Seluk-Beluk Pencucian Uang, Jakarta: Grafiti Press, 2007.9 John McDowell & Gary Novis, “The Consequences of Money and Financial

Crime”, May 2001, lihat www.usteas.gov, dikases pada tanggal 15 April 2008.

Pengantar 13

dunia, atau sekurang-kurangnya US$ 600.000 juta. Apabila uang haramdalam jumlah besar ini masuk dalam sirkulasi ekonomi dan perdagangansuatu negara, khususnya negara berkembang atau negara ketiga, halini akan mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakanekonominya. Selain itu, pencucian uang dapat pula menimbulkan dampaknegatif terhadap nilai mata uang dan tingkat suku bunga karena uangharam yang telah diinvestasikan secara cepat ditarik untuk ditempatkankembali di negara-negara yang tingkat keamanan atau kerahasiaannyacukup ketat. Dana investasi yang bersifat sementara itu akanmenyulitkan otoritas dalam mewujudkan nilai mata uang dan suku bungayang stabil. Dalam pada itu, praktik pencucian uang juga dapatmeningkatkan ancaman terhadap ketidakstabilan moneter sebagai akibatterjadinya misalokasi sumber daya (misallocation of resources) karenadistorsi-distorsi aset dan harga-harga komoditas banyak yangdirekayasa. Singkatnya, pencucian uang dan kejahatan di bidangkeuangan (financial crime) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya terhadap jumlahpermintaan terhadap uang (money demand) dan meningkatkan volatilitasdari arus modal internasional (international capital flows), suku bunga,dan nilai tukar mata uang. Sifat pencucian uang yang tidak dapat didugaitu menyebabkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakanekonominya, sehingga kebijakan ekonomi yang sehat sulit tercapai.

Ada tendensi bahwa penanaman dana hasil kejahatan untuk tujuanpencucian uang bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapipara pelaku lebih tertarik untuk melindungi hasil kejahatannya. Pencuciuang tidak pernah mempertimbangkan apakah dana yang diinvestasikantersebut bermanfaat bagi negara penerima dana atau investasi. Akibatsikap mereka seperti itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi suatunegara dapat terganggu. Misalnya, industri konstruksi dan perhotelandi suatu negara dibiayai oleh pelaku pencuci uang bukan karena adanyapermintaan yang nyata (actual demand) di sektor-sektor tersebut, tetapikarena terdorong oleh adanya kepentingan-kepentingan jangka pendek.Dalam hal pencuci uang merasa terganggu kepentingannya, setiap saatmereka dapat menarik investasinya yang pada akhirnya mengakibatkansektor-sektor usaha tersebut ambruk dan memperparah kondisi ekonominegara bersangkutan.

Pendapatan pajak pemerintah bisa berkurang karena kaburnya danahasil kejahatan. Biasanya pemerintah setiap tahun telah mentargetkanpendapatan pajaknya. Dalam hal harta kekayaan yang menjadi objekpajak dipindahkan ke luar yuridiksi mengakibatkan target perolehan

14 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pajak tidak tercapai. Untuk memenuhi target ini, pemerintah membuatkebijakan untuk meningkatkan tarif pengenaan pajak yang dapatmerugikan wajib pajak lainnya (higher tax rates).

Pelaku pencucian uang juga dapat mengancam upaya-upayaterencana pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi. Dengankepemilikan dana yang cukup besar, mereka dapat membeli saham-saham perusahaan negara yang diprivatisasi meskipun harganya jauhlebih tinggi daripada calon-calon pembeli yang lain. Hal ini dilakukansemata-mata untuk menyembunyikan atau menyamarkan hasilkejahatannya, dan bukan untuk memperoleh keuntungan melalui investasitersebut.

Maraknya kegiatan pencucian uang dan kejahatan di bidangkeuangan (financial crimes) di suatu negara dapat mengakibatkanterkikisnya kepercayaan pasar terhadap sistem dan institusi keuangannegara yang bersangkutan. Rusaknya reputasi tersebut dapatmengakibatkan hilangnya peluang-peluang bisnis yang sah. Hal tersebutpada gilirannya bisa mengganggu kesinambungan pembangunan danpertumbuhan ekonomi.

Hasil-hasil kejahatan yang telah dicuci oleh pelaku kejahatan, besarkemungkinan akan dimanfaatkan kembali untuk memperluas aksi-aksikejahatan mereka. Sebagai konsekuensinya, pemerintah akanmengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan penegakan hukum dandamak-dampak lain yang ditimbulkannya. Apabila hasil kegiatanpencucian uang itu jumlahnya besar, dapat dimanfaatkan oleh pelakupencuci uang mengalihkan kekuatan ekonomi, bahkan mengendalikanatau bahkan mengambil alih pemerintah berkuasa.

3. Metode dan Tahapan Pencucian Uang

Ada tiga metode pencucian uang yang telah cukup dikenal olehmasyarakat internasional, yaitu buy and sell conversions, offshoreconversions, dan Legitimate business conversions.10 Buy and sellconversions dilakukan melalui jual-beli barang dan jasa. Sebagai contoh,real estate atau aset lainnya dapat dibeli dan dijual kepada co-conspiratoryang menyetujui untuk membeli atau menjual dengan harga yang lebih

10 Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Bandung: Books Terrace &Library, 2007.

Pengantar 15

tinggi daripada harga yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperolehfee atau discount. Kelebihan harga dibayar dengan menggunakan uangi1egal dan kemudian dicuci melalui transaksi bisnis. Dengan cara inisetiap aset, barang atau jasa dapat diubah seolah-seolah menjadi hasilyang legal melalui rekening pribadi atau perusahaan yang ada di suatubank

Dalam offshore conversions dana ilegal dialihkan ke wilayah yangmerupakan tax haven money laundering centers dan kemudian disimpandi bank atau lembaga keuangan yang ada di wilayah tersebut. Danatersebut lalu digunakan antara lain untuk membeli aset dan investasi(fund investments). Di wilayah atau negara yang merupakan tax heaventerdapat kecenderungan hukum perpajakan yang lebih longgar, ketentuanrahasia bank yang cukup ketat dan prosedur bisnis yang sangat mudahsehingga memungkinkan adanya perlindungan bagi kerahasiaan suatutransaksi bisnis, pembentukan dan kegiatan usaha trust fund maupunbadan usaha lainnya. Kerahasiaan inilah yang memberikan ruang gerakyang leluasa bagi pergerakan ”dana kotor” melalui berbagai pusatkeuangan di dunia. Dalam metode offshore conversions ini, parapengacara, akuntan, dan pengelola dana biasanya sangat berperan denganmemanfaatkan celah yang ditawarkan oleh ketentuan rahasia bank danrahasia perusahaan.

Metode legitimate business conversions dipraktekkan melalui bisnisatau kegiatan usaha yang sah sebagai sarana untuk memindahkan danmemanfaatkan hasil kejahatan. Hasil kejahatan dikonversikan melaluitransfer, cek, atau instrumen pembayaran lainnya, yang kemudiandisimpan di rekening bank atau ditarik atau ditransfer kembali ke rekeningbank lainnya. Metode ini memungkinkan pelaku kejahatan menjalankanusaha atau bekerja sama dengan mitra bisnisnya dan menggunakanrekening perusahaan yang bersangkutan sebagai tempat penampunganuntuk hasil kejahatan yang dilakukan.

Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalumempertimbangkan hasil yang akan diperoleh, dan besarnya biaya yangharus dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkanatau menghilangkan asal-usul uang sehingga hasil akhirnya dapatdinikmati atau digunakan secara aman.

Sekalipun terdapat berbagai macam tipologi atau modus operandipencucian uang, namun pada dasarnya proses pencucian uang dapatdikelompokkan ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu placement, layering

16 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan integration.11 Dalam praktiknya ketiga kegiatan tersebut dapat terjadisecara terpisah atau simultan, namun pada umumnya dilakukan secaratumpang tindih.

Placement adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan darisuatu kegiatan tindak pidana ke dalam sistem keuangan. Bentuk kegiatanini antara lain : (a) menempatkan dana pada bank. Kadang-kadangkegiatan ini diikuti dengan pengajuan kredit/ pembiayaan; (b)menyetorkan uang pada PJK sebagai pemba-yaran kredit untukmengaburkan adit trail; (c) menyelundupkan uang tunai dari suatunegara ke negara lain; (d) membiayai suatu usaha yang seolah-olah sahatau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit/pembiayaan, sehinggamengubah kas menjadi kredit/pembiayaan; dan (e) membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi,membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghar-gaan/hadiahkepada pihak lain yang pemba-yarannya dilakukan melalui PJK.

Layering adalah upaya memisahkan hasil tindak pidana darisumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksikeuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana.Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberaparekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lainmelalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untukmenyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentukkegiatan ini antara lain: (a) transfer dana dari satu bank ke bank laindan atau antar wilayah/negara; (b) penggunaan simpanan tunai sebagaiagunan untuk mendukung transaksi yang sah; dan (c) memindahkanuang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sahmaupun shell company.

Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telahtampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalamberbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakanuntuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayaikembali kegiatan tindak pidana.

B. Alasan Kriminalisasi Pencucian Uang

Secara umum ada tiga alasan pokok mengapa praktik pencucian

11 Lihat Pedoman I: Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan TPPU BagiPJK, Jakarta: PPATK, 2003.

Pengantar 17

uang diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana.12

Pertama, karena pengaruhnya pada sistem keuangan dan ekonomidiyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia, misalnya dampaknegatif terhadap efektifitas penggunaan sumber daya dan dana. Denganadanya praktik pencucian uang maka sumber daya dan dana banyakdigunakan untuk kegiatan yang tidak sah dan dapat merugikanmasyarakat, di sam ping itu dana-dana banyak yang kurangdimanfaatkan secara optimal. Hal ini terjadi karena uang hasil tindakpidana terutama diinvestasikan pada negara-negara yang dirasakan amanuntuk mencuci uangnya, walaupun hasilnya lebih rendah. Uang hasiltindak pidana ini dapat saja beralih dari suatu negara yangperekonomiannya baik ke negara yang perekonomiannya kurang baik.Karena pengaruh negatifnya pada pasar finansial dan dampaknya dapatmengurangi kepercayaan publik terhadap sistem keuangan internasional,praktik pencucian uang dapat mengakibatkan ketidakstabilan padaperekonomian internasional, dan kejahatan terorganisir yang melakukanpencucian uang dapat juga membuat ketidakstabilan pada ekonominasional. Fluktuasi yang tajam pada nilai tukar dan suku bunga mungkinjuga merupakan akibat negatif dari praktik pencucian uang. Denganberbagai dampak negatif itu diyakini bahwa praktik pencucian uangdapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.

Kedua, dengan ditetapkannya pencucian uang sebagai tindakpidana akan lebih memudahkan bagi aparat penegak hukum untukmenyita hasil tindak pidana yang kadangkala sulit untuk disita, misalnyaaset yang susah dilacak atau sudah dipindahtangankan kepada pihakketiga. Dengan pendekatan follow the money, kegiatan menyembunyikanatau menyamarkan uang hasil tindak pidana dapat dicegah dandiberantas. Dengan kata lain, orientasi pemberantasan tindak pidanasudah beralih dari “menindak pelakunya” ke arah menyita “hasil tindakpidana”. Di banyak negara dengan menyatakan praktik pencucian uangsebagai tindak pidana merupakan dasar bagi penegak hukum untukmempidanakan pihak ketiga yang dianggap menghambat upayapenegakan hukum.

Ketiga, dengan dinyatakannya praktik pencucian uang sebagaitindak pidana dan dengan adanya kewajiban pelaporan transaksikeuangan yang mencurigakan bagi penyedia jasa keuangan, maka hal

12 Lihat Guy Stessen, Money Laundering, A New International Law Enforcement Model,Cambridge Studies in International and Comparative Law, Cambridge University Press, 2000.

18 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ini akan lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidikikasus pidana pencucian uang sampai kepada tokoh-tokoh yang adadibelakangnya. Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena padaumumnya mereka tidak kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana,tetapi banyak menikmati hasil-hasil tindak pidana.

~o~

Rezim AML & CFT 19

BAB IREZIM ANTI PENCUCIAN UANG

DAN PENDANAAN TERORISME

Bab I ini memberi gambaran mengenai rezim anti pencucian uang dankelembagaan terkait, kerjasama domestik dan internasional, serta Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang danPendanaan Terorisme

20 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

I.1 Lembaga-lembaga Terkait ............................................. 24I.1.1 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan .. 24I.1.2 Pihak Pelapor ......................................................... 24

I.1.2.1 Penyedia Jasa Keuangan ................................. 24I.1.2.1.1 Bank ......................................... 25I.1.2.1.1.1 Bank Umum ........................... 26I.1.2.1.1.2 Bank Perkreditam Rakyat ............. 26I.1.2.1.2 Non Bank .................................. 26I.1.2.1.2.1 Perusahaan Pembiayaan .............. 26I.1.2.1.2.2 Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Pialang Asuransi ........ 27I.1.2.1.2.3 Dana Pensiun Lembaga Keuangan . 28I.1.2.1.2.4 Perusahaan efek ......................... 29I.1.2.1.2.4.1 Pengertian Efek ......................... 29I.1.2.1.2.4.2 Pengertian Perusahaan Efek ......... 30I.1.2.1.2.5 Manajer investasi ........................ 31I.1.2.1.2.6 Kustodian .................................. 32I.1.2.1.2.7 Wali amanat ............................... 32I.1.2.1.2.8 Perposan sebagai penyedia jasa

giro ........................................... 32I.1.2.1.2.9 Pedagang Valuta Asing.................. 33I.1.2.1.2.10 Lembaga Penyimpan dan Pembi-

yaan .......................................... 33I.1.2.1.2.11 Modal Ventura ............................ 34I.1.2.1.2.12 Perusahaan Pembiyaan Infra-

struktur...................................... 34I.1.2.1.2.13 Kegiatan Usaha Pengiriman Uang .. 34I.1.2.1.2.14 Penyelenggara alat pembayaran

menggunakan kartu .................... 36I.1.2.1.2.15 Penyelenggara e-money dan/atau

e-wallet ..................................... 37I.1.2.1.2.16 Koperasi yang melakukan kegiatan

simpan pinjam ............................ 38I.1.2.1.2.17 Pegadaian .................................. 38I.1.2.1.2.18 Perusahaan yang bergerak di bidang

perdagangan berjangka komoditas.. 39

Rezim AML & CFT 21

I.1.2.2 Pengadaan Barang dan/atau Jasa ................. 41I.1.2.2.1 Perusahaan properti/agen properti.. 41I.1.2.2.2 Pedagang kendaraan bermotor ...... 42I.1.2.2.3 Pedagang permata dan perhiasan/

logam mulia ............................... 43I.1.2.2.4 Pedagang barang seni dan antik .... 43I.1.2.2.5 Balai lelang ................................ 43

I.1.3 Lembaga Pengawas dan Pengatur............................ 44I.1.3.1 Bank Indonesia .............................................. 101I.1.3.2 Bapepam-LK ................................................. 44I.1.3.3 Kementerian Komunikasi dan Informatika RI..... 45I.1.3.4 Bappebti ....................................................... 45I.1.3.5 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara ............... 45I.1.3.6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.................... 45

I.1.4 Penegak Hukum .................................................... 46I.1.4.1 Kepolisian ...................................................... 46I.1.4.2 Kejaksaan ..................................................... 47I.1.4.3 Komisi Pemberantasa Korupsi ......................... 48I.1.4.4 Badan Narkotika Nasional ............................... 48I.1.4.5 Direktorat Jenderal Pajak ................................ 49I.1.4.6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ................... 49I.1.4.7 Pengadilan .................................................... 49

I.1.5 Komite TPPU .......................................................... 49I.1.5.1 Susunan Keanggotaan Komite TPPU ................ 50I.1.5.2 Tugas Komite TPPU ...................................... 51I.1.5.3 Tim Kerja ..................................................... 51I.1.5.4 Tim Teknis.................................................... 52

I.1.6 Dewan Perwakilan Rakyat ...................................... 52I.1.7 Presiden ............................................................... 53I.1.8 Masyarakat ............................................................ 53

I.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK ....... 53I.2.1 Kedudukan ............................................................. 53I.2.2 Tugas ...................................................................... 54I.2.3 Fungsi dan Kewenangan .......................................... 54

I.2.3.1 Pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uan ............................................... 54

I.2.3.2 Pengelolaan data dan informasi yang diperolehPPATK ......................................................... 55

I.2.3.3 Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor.. 101

22 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.2.3.4 Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasiTransaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidanapencucian uang dan/atau tindak pidana lain ...... 56

I.2.4 Penghentian Transaksi berdasarkan permintaanPPATK .................................................................... 57

I.3 Kerjasama Domestik dan Internasional .......................... 58

I.4 Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang .................................................... 61I.4.1 Pembuatan Single Identity Number ......................... 61

I.4.1.1 Masalah yang dihadapi.................................... 61I.4.1.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............ 62I.4.1.3 Tujuan strategi .............................................. 63I.4.1.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 63I.4.1.5 Instansi yang terlibat ...................................... 63I.4.2 Penyelesaian Pembahasan RUU TPPU, Peraturan

Pelaksanaan dan Implementasinya ................... 64I.4.2.1 Masalah yang dihadapi ................................... 64I.4.2.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 65I.4.2.3 Tujuan strategi .............................................. 66I.4.2.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 67I.4.2.5 Instansi yang terlibat ...................................... 67

I.4.3 Pengelolaan Database secara Elektronis dan Keter-sam bungan (Connectivity) Database yang Dimilikioleh Beberapa Instansi Terkait ............................... 68I.4.3.1 Masalah yang dihadapi ................................... 68I.4.3.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 68I.4.3.3 Tujuan strategi .............................................. 69I.4.3.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 69I.4.3.5 Instansi yang terlibat ...................................... 69

I.4.4 Peningkatan Pengawasan Kepatuhan Penyedia JasaKeuangan (PJK) ..................................................... 69I.4.4.1 Masalah yang dihadapi .................................. 69I.4.4.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 70I.4.4.3 Tujuan strategi .............................................. 71I.4.4.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 7I.4.4.5 Instansi yang terlibat ..................................... 71

I.4.5 Pengefektifan Penerapan Penyitaan Aset (AssetForfeiture) dan Pengembalian Aset (Asset Recovery) .. 72

Rezim AML & CFT 23

I.4.5.1 Masalah yang dihadapi ................................... 72I.4.5.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 73I.4.5.3 Tujuan strategi .............................................. 73I.4.5.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 73I.4.5.5 Instansi yang terlibat ...................................... 74

I.4.6 Peningkatan Peran Serta Masyarakat MelaluiKampanye Publik ................................................... 74I.4.6.1 Masalah yang dihadapi ................................... 74I.4.6.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 74I.4.6.3 Tujuan strategi .............................................. 75I.4.6.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 75I.4.6.5 Instansi yang terlibat ...................................... 75

I.4.7 Peningkatan Kerjasama Internasional ................... 76I.4.7.1 Masalah yang dihadapi ................................... 76I.4.7.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 77I.4.7.3 Tujuan Strategi .............................................. 77I.4.7.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 77I.4.7.5 Instansi yang terlibat ...................................... 78

I.4.8 Penguatan Peraturan Tentang Pengiriman UangAlternatif (Alternative Remmitance System) danPengiriman Uang Secara Elektronis (WireTransfer) ................................................................. 78I.4.8.1 Masalah yang dihadapi ................................... 78I.4.8.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 79I.4.8.3 Tujuan strategi .............................................. 80I.4.8.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 80I.4.8.5 Instansi yang terlibat ...................................... 80

I.4.9 Penanganan Sektor Non Profit Organization secaraKomprehensif ......................................................... 80I.4.9.1 Masalah yang dihadapi.................................... 80I.4.9.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh ............. 82I.4.9.3 Tujuan strategi .............................................. 82I.4.9.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait ............ 83I.4.9.5 Instansi yang terlibat ...................................... 83

24 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.1 Lembaga-lembaga Terkait

I.1.1 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yangselanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga independen yangdibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidanaPencucian Uang.13

I.1.2 Pihak Pelapor

Pihak Pelapor adalah setiap orang yang menurut Undang-Undangini (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang) wajibmenyampaikan laporan kepada PPATK.14

Pihak Pelapor meliputi15 :

a. Penyedia Jasa Keuangan

1. Bank;2. Perusahaan Pembiayaan;3. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Pialang Asuransi;4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan;5. Perusahaan Efek;6. Manajer Investasi;7. Kustodian;8. Wali Amanat;9. Perposan sebagai Penyedia Jasa Giro;10. Pedagang Valuta Asing;11. Penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu;12. Penyelenggara e-money dan/atau e-wallet;13. Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;14. Pegadaian;15. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan

berjangka komoditi; atau16. Penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.

13 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

14 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

15 Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 25

b. Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain

1. Perusahaan properti/agen properti;2. Pedagang kendaraan bermotor;3. Pedagang permata dan perhiasan/logam mulia;4. Pedagang barang seni dan antik; atau5. Balai Lelang.

Ketentuan mengenai Pihak Pelapor selain sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.16

Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor dikecualikandari ketentaun kerahasiaan yang berlaku bagi Pihak Pelapor yangbersangkutan.17

I.1.2.1 Penyedia Jasa Keuangan (PJK)

Termasuk dalam pengertian “penyedia jasa keuangan”adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidangkeuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuanganbaik secara formal maupun nonformal.18

I.1.2.1.1 Bank

Bank adalah badan usaha yangmenghimpun dana dari masyarakat dalambentuk simpanan dan menyalur-kannyakepada masyarakat dalam bentuk kreditdan atau bentuk-bentuk lainnya dalamrangka meningkatkan taraf hidup rakyatbanyak.19

Bank adalah Bank Umum sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan sebagaimana telah diubah

16 Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

17 Pasal 28 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

18 Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

19 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

26 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 10 Tahun 1998.20

I.1.2.1.1.1 Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usahasecara konvensional dan atauberdasarkan Prinsip Syariah yang dalamkegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.21

I.1.2.1.1.2 Bank Perkreditam Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yangmelaksanakan kegiatan usaha secarakonvensional atau berdasarkan PrinsipSyariah yang dalam kegiatannya tidakmemberikan jasa dalam lalu lintaspembayaran.22

I.1.2.1.2 Non Bank

Lembaga Keuangan Non Bank antara lainadalah Perasuransian, Dana Pensiun, danLembaga Pembiayaan.23

I.1.2.1.2.1 Lembaga Pembiayaan

Lembaga Pembiayaan adalah badan usahayang melakukan kegiatan pembiayaandalam bentuk penyediaan dana atau barangmodal.24

Perusahaan Pembiayaan adalah badanusaha yang khusus didirikan untukmelakukan sewa guna usaha, anjak

20 Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

21 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

22 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

23 Peraturan Ketua Bapepam-LK No. V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah olehPenyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal.

24 Pasal 1 Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Rezim AML & CFT 27

piutang, pembiayaan konsumen, dan/atauusaha kartu kredit.25

I.1.2.1.2.2 Perusahaan Asuransi dan PerusahaanPialang Asuransi

Asuransi atau Pertanggungan adalahperjanjian antara dua pihak atau lebih,dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,denganmenerima premi asuransi, untukmemberikan penggantian kepadatertanggung karena kerugian, kerusakanatau kehilangan keuntungan yangdiharapkan, atau tanggung jawab hukumkepada pihak ketiga yang mungkin akandiderita tertanggung, yang timbul dari suatuperistiwa yang tidak pasti, atau untukmemberikan suatu pembayaran yangdidasarkan atas meninggal atau hidupnyaseseorang yang dipertanggungkan.(asuransi kerugian dan asuransi jiwa).26

a. Pengertian Usaha Asuransi

Usaha asuransi, yaitu usaha jasakeuangan yang dengan menghimpundana masyarakat melalui pengumpulanpremi asuransi memberikanperlindungan kepada anggotamasyarakat pemakai jasa asuransiterhadap kemungkinan timbulnyakerugian karena suatu peristiwa yangtidak pasti atau terhadap hidup ataumeninggalnya seseorang.27

1) Usaha asuransi kerugian yangmemberikan jasa dalampenanggu-langan risiko atas

25 Pasal 1 Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.26 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.27 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

28 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

kerugian, kehilangan manfaat, dantanggung jawab hukum kepadapihak ketiga, yang timbul dariperistiwa yang tidak pasti.28

2) Usaha asuransi jiwa yang membe-rikan jasa dalam penanggulanganrisiko yang dikaitkan dengan hidupatau meninggalnya seseorangyang diper-tanggungkan.29

b. Usaha Penunjang Usaha Asuransi

1) Usaha pialang asuransi yangmemberikan jasa keperantaraandalam penutupan asuransi danpenanganan penyelesaian gantirugi asuransi dengan bertindakuntuk kepentingan tertanggung.30

I.1.2.1.2.3 Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Dana Pensiun adalah badan hukum yangmengelola dan menjalankan program yangmenjanjikan manfaat pensiun.31

· Pengertian Dana Pensiun Pemberi Kerja

Dana Pensiun Pemberi Kerja adalahDana Pensiun yang dibentuk oleh orangatau badan yang mempekerjakankaryawan, selaku pendiri, untukmenyelenggarakan Program PensiunManfaat Pasti atau Program PensiunIuran Pasti, bagi kepentingan sebagianatau seluruh karyawannya sebagai

28 Pasal 3 huruf a angka 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang UsahaPerasuransian.

29 Pasal 3 huruf a angka 2 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang UsahaPerasuransian.

30 Pasal 3 huruf b angka 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang UsahaPerasuransian.

31 Pasal 1 Undang-Undang RI No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

Rezim AML & CFT 29

peserta, dan yang menimbulkankewajiban terhadap Pemberi Kerja.

· Pengertian Dana Pensiun BerdasarkanKeuntungan

Dana Pensiun Berdasarkan Keuntunganadalah Dana Pensiun Pemberi Kerjayang menyeleng-garakan ProgramPensiun Iuran Pasti, dengan iuran hanyadari pemberi kerja yang didasarkan padarumus yang dikaitkan dengankeuntungan pemberi kerja.

· Pengertian Dana Pensiun LembagaKeuangan

Dana Pensiun Lembaga Keuanganadalah Dana Pensiun yang dibentuk olehbank atau perusahaan asuransi jiwauntuk menyelenggarakan ProgramPensiun Iuran Pasti bagi perorangan,baik karyawan maupun pekerja mandiriyang terpisah dari Dana Pensiun pemberikerja bagi karyawan bank atauperusahaan asuransi jiwa yangbersangkutan.

Catatan: Hingga saat ini, Dana Pensiun yangdikenakan kewajiban terkait penerapan prinsipmengenali nasabah adalah dana pensiun lembagakeuangan.

I.1.2.1.2.4 Perusahaan Efek

· Pengertian Efek

Efek adalah surat berharga, yaitu suratpengakuan utang, surat berhargakomersial, saham, obligasi, tanda buktiutang, Unit Penyertaan kontrak investasikolektif, kontrak berjangka atas Efek,dan setiap derivatif dari Efek.32

32 Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

30 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

· Pengertian Perusahaan Efek.

Perusahaan Efek adalah Pihak yangmelakukan kegiatan usaha sebagaiPenjamin Emisi Efek, PerantaraPedagang Efek, dan atau ManajerInvestasi.33

a. Pengertian Perantara PedagangEfek

Perantara Pedagang Efek adalahPihak yang melakukan kegiatanusaha jual beli Efek untukkepentingan sendiri atau Pihak lain.34

b. Pengertian Manajer Investasi

Manajer Investasi adalah Pihak yangkegiatan usahanya mengelolaPortofolio Efek untuk para nasabahatau mengelola portofolio investasikolektif untuk sekelompok nasabah,kecuali perusahaan asuransi, danapensiun, dan bank yang melakukansendiri kegiatan usahanyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.35

c. Pengertian Penjamin Emisi Efek

Penjamin Emisi Efek adalah Pihakyang membuat kontrak denganEmiten untuk melakukan Pena-waran Umum bagi kepentinganEmiten dengan atau tanpa kewajibanuntuk membeli sisa Efek yang tidakterjual.36

33 Pasal 1 angka 21 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.34 Pasal 1 angka 18 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.35 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.36 Pasal 1 angka 17 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Rezim AML & CFT 31

I.1.2.1.2.5 Reksa Dana

Manajer Investasi adalah pihak yangmengelola Reksa Dana dan mendapatkanijin dari Badan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).

· Pengertian Reksa Dana

Reksa Dana adalah wadah yangdipergunakan untuk menghimpun danadari masyarakat pemodal untukselanjutnya diinvestasikan dalamPortofolio Efek oleh ManajerInvestasi.37

a. Pengertian Unit Penyertaan

Unit Penyertaan adalah satuanukuran yang menunjukkan bagiankepentingan setiap Pihak dalamportofolio investasi kolektif.38

b. Pengertian Kontrak Investasi Kolektif

Kontrak Investasi Kolektif adalahkontrak antara Manajer Investasidan Bank Kustodian yang mengikatpemegang Unit Penyertaan dimanaManajer Investasi diberi wewenanguntuk mengelola portofolio investasikolektif dan Bank Kustodian diberiwewenang untuk melaksanakanPenitipan Kolektif.39

c. Pengertian Penitipan Kolektif

Penitipan Kolektif adalah jasapenitipan atas Efek yang dimilikibersama oleh lebih dari satu Pihak

37 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.38 Pasal 1 angka 29 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.39 Penjelasan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal.

32 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

yang kepentingannya diwakili olehKustodian.40

I.1.2.1.2.6 Kustodian

Kustodian adalah Pihak yang memberikanjasa penitipan Efek dan harta lain yangberkaitan dengan Efek serta jasa lain,termasuk menerima dividen, bunga, danhak-hak lain, menyelesaikan transaksiEfek, dan mewakili pemegang rekeningyang menjadi nasabahnya.41

I.1.2.1.2.7 Wali Amanat

Wali Amanat adalah Pihak yang mewakilikepentingan pemegang Efek yang bersifatutang.42

I.1.2.1.2.8 Perposan sebagai Penyedia Jasa Giro

Pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket,layanan logistik, layanan transaksikeuangan, dan layanan keagenan pos untukkepentingan umum.43

Penyelenggara Pos adalah suatu badanusaha yang menyelenggarakan pos.44

Penyelenggaraan Pos adalah keseluruhankegiatan pengelolaan dan penatausahaanlayanan pos.45

Layanan transaksi keuangan berupakegiatan penyetoran, penyimpanan,pemindahbukuan, pendistribusian, danpembayaran uang dari dan/atau untuk

40 Pasal 1 Angka 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.41 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.42 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.43 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2009 tentang Pos.44 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2009 tentang Pos.45 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2009 tentang Pos.

Rezim AML & CFT 33

pengguna jasa sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.46

I.1.2.1.2.9 Pedagang Valuta Asing

Pedagang Valuta Asing (money changer),yang selanjutnya disebut PVA, adalahperusahaan yang melakukan jual beli UangKertas Asing dan pembelian Traveller’sCheque.47

PVA Bukan Bank adalah perusahaanberbadan hukum Perseroan Terbatas bukanbank yang maksud dan tujuan perseroanadalah melakukan kegiatan usaha jual beliUKA dan pembelian TC yang telahmemenuhi ketentuan dan persyaratandalam Peraturan Bank Indonesia ini.48

PVA Bank adalah bank umum bukan bankdevisa yang melaksanakan kegiatan usahasecara konvensional dan/atau berdasarkanprinsip syariah, Bank Perkreditan Rakyat,dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, yangmelakukan kegiatan usaha jual beli UKAdan pembelian TC yang telah memenuhiketentuan dan persyaratan dalam PeraturanBank Indonesia ini.49

I.1.2.1.2.10 Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaianadalah Pihak yang menyelenggarakankegiatan Kustodian sentral bagi BankKustodian, Perusahaan Efek, dan Pihaklain. (Misalnya dalam industri Pasar Modal

46 Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf d Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2009 tentangPos.

47 Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia No. 9/11/PBI/2007 tentang PedagangValuta Asing.

48 Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia No. 9/11/PBI/2007 tentang PedagangValuta Asing.

49 Pasal 1 angka 6 Peraturan Bank Indonesia No. 9/11/PBI/2007 tentang PedagangValuta Asing.

34 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

yang dikenal bertindak sebagai LembagaPenyimpanan dan Penyelesaian adalah: PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia).50

I.1.2.1.2.11 Modal Ventura

Perusahaan Modal Ventura (VentureCapital Company) adalah badan usahayang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatuperusahaan yang menerima bantuanpembiayaan (investee company) untukjangka waktu tertentu dalam bentukpenyertaan saham, penyertaan melaluipembelian obligasi konversi, dan/ataupembiayaan berdasarkan pembagian atashasil usaha.51

I.1.2.1.2.12 Perusahaan Pembiyaan Infrastruktur

Perusahaan Pembiyaan Infrastrukturadalah badan usaha yang didirikan khususuntuk melakukan pembiayaan dalambentuk penyediaan dana pada proyekinftrastruktur.

I.1.2.1.2.13 Kegiatan Usaha Pengiriman Uang

Pengiriman Uang adalah kegiatan yangdilakukan penyelenggara Pengiriman Uanguntuk melaksanakan perintah tidakbersyarat dari pengirim kepadapenyelenggara pengiriman uang untukmengirim uang kepada penerima.52

· Pengertian Penyelenggara PengirimanUang

Penyelenggara Pengiriman Uang, yangselanjutnya disebut Penyelenggara,

50 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.51 Pasal 1 Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.52 Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang Kegiatan

Usaha Pengiriman Uang.

Rezim AML & CFT 35

adalah perorangan, badan usahaberbadan hukum dan badan usaha tidakberbadan hukum di Indonesia yangbertindak sebagai agen pengirim dan/atau agen penerima Pengiriman Uang.53

· Pengertian Agen Pengirim

Agen Pengirim adalah perorangan,badan usaha berbadan hukum ataubadan usaha tidak berbadan hukumyang menerima sejumlah Uang daripengirim untuk disampaikan kepadapenerima melalui agen penerima.54

· Pengertian Agen Penerima

Agen Penerima adalah perorangan,badan usaha berbadan hukum ataubadan usaha tidak berbadan hukumyang menerima sejumlah Uang dariAgen Pengirim untuk disampaikankepada penerima.55

· Pengertian Pengirim

Pengirim adalah perorangan, badanusaha berbadan hukum atau badanusaha tidak berbadan hukum yangmemberikan perintah Pengiriman Uangkepada Agen Pengirim.56

· Pengertian Penerima

Penerima adalah perorangan, badanusaha berbadan hukum atau badan

53 Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

54 Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Iindonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

55 Pasal 1 angka 6 Peraturan Bank Iindonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

56 Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank Iindonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

36 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

usaha tidak berbadan hukum yangdisebut dalam perintah Pengiriman Uanguntuk menerima Uang hasil PengirimanUang.57

· Pengertian Money Transfer Operator

Money Transfer Operator, yangselanjutnya disebut Operator, adalahperorangan, badan usaha berbadanhukum atau badan usaha tidak berbadanhukum yang menyediakan sarana danprasarana, termasuk sistem, yangdigunakan sebagai media dalampenyelenggaraan kegiatan usahaPengiriman Uang, dan/atau melakukankegiatan penerimaan dan penerusan datadan/atau informasi terkait dari suatuPenyelenggara kepada Penyelenggaralain untuk disampaikan kepadaPenerima.58

I.1.2.1.2.14 Penyelenggara Alat PembayaranMenggunakan Kartu

I.1.2.1.2.14.1 Bank

Bank adalah Bank Umum dan BankPerkreditan Rakyat sebagaimanadimaksud dalam Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 10Tahun 1998, termasuk kantor cabangbank asing di Indonesia, dan BankUmum Syariah dan Bank PembiayaanRakyat Syariah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 21

57 Pasal 1 angka 8 Peraturan Bank Iindonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

58 Pasal 1 angka 9 Peraturan Bank Iindonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

Rezim AML & CFT 37

Tahun 2008 tentang PerbankanSyariah.59

I.1.2.1.2.14.2 Lembaga Selain Bank

Lembaga Selain Bank adalah badanusaha bukan Bank yang berbadanhukum dan didirikan berdasarkanhukum Indonesia.60

I.1.2.1.2.15 Penyelenggara e-money dan/atau e-wallet

I.1.2.1.2.15.1 Bank

Bank adalah Bank Umum dan BankPerkreditan Rakyat sebagaimanadimaksud dalam Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 10Tahun 1998 termasuk kantor cabangbank asing di Indonesia dan BankUmum Syariah dan Bank PembiayaanRakyat Syariah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 21Tahun 2008 tentang PerbankanSyariah.61

I.1.2.1.2.15.2 Lembaga Selain Bank

Lembaga Selain Bank adalah badanusaha bukan Bank yang berbadanhukum dan didirikan berdasarkanhukum Indonesia.62

59 Pasal 1 angka 1 Peraturan Bank Iindonesia No. 11/11/PBI/2009 tentangPenyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

60 Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Iindonesia No.11/11/PBI/2009 tentangPenyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

61 Pasal 1 angka 1 Peraturan Bank Iindonesia No.11/12/PBI/2009 tentang UangElektronik (Electronic Money).

62 Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Iindonesia No.11/12/PBI/2009 tentang UangElektronik (Electronic Money).

38 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.1.2.1.2.16 Koperasi yang melakukan kegiatansimpan-pinjam

Koperasi adalah badan usaha yangberanggotakan orang-seorang atau badanhukum Koperasi dengan melandaskankegiatannya berdasarkan prinsip Koperasisekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyatyang berdasar atas asas kekeluargaan.63

Kegiatan usaha simpan pinjam adalahkegiatan yang dilakukan untukmenghimpun dana dan menyalurkannyamelalui kegiatan usaha simpan pinjam daridan untuk anggota koperasi yangbersangkutan, calon anggota koperasi yangbersangkutan, koperasi lain dan atauanggotanya.64

Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasiyang kegiatannya hanya usaha simpanpinjam.65

Unit Simpan Pinjam adalah unit koperasiyang bergerak di bidang usaha simpanpinjam, sebagai bagian dari kegiatan usahaKoperasi yang bersangkutan.66

I.1.2.1.2.17 Pegadaian

Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian,yang selanjutnya dalam PeraturanPemerintah ini disebut Perusahaan, adalahBadan Usaha Milik Negara sebagaimanadiatur dalam Undang-undang Nomor 9Tahun 1969, yang bidang usahanya berada

63 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.64 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 9/95 tentang Kegiatan Usaha Simpan

Pinjam oleh Koperasi.65 Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah RI No. 9/95 tentang Kegiatan Usaha Simpan

Pinjam oleh Koperasi.66 Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah RI No. 9/95 tentang Kegiatan Usaha Simpan

Pinjam oleh Koperasi.

Rezim AML & CFT 39

dalam lingkup tugas dan kewenanganMenteri Keuangan, dimana seluruhmodalnya dimiliki Negara berupa kekayaanNegara yang dipisahkan dan tidak terbagiatas saham.67

I.1.2.1.2.18 Perusahaan yang bergerak di bidangperdagangan berjangka komoditas

Komoditi adalah barang dagangan yangmenjadi subjek Kontrak Berjangka yangdiperdagangkan di Bursa Berjangka.68

Bursa Berjangka adalah badan usaha yangmenyelenggarakan dan menyediakansistem dan/atau sarana untuk kegiatan jualbeli Komoditi berdasarkan KontrakBerjangka dan Opsi atas KontrakBerjangka.69

Lembaga Kliring dan PenjaminanBerjangka, yang selanjutnya disebutLembaga Kliring Berjangka, adalah badanusaha yang menyelenggarakan danmenyediakan sistem dan/atau sarana untukpelaksanaan kliring dan penjaminantransaksi di Bursa Berjangka.70

Anggota Bursa Berjangka adalah Pihakyang mempunyai hak untuk menggunakansistem dan/atau sarana Bursa Berjangka,sesuai dengan peraturan dan tata tertibBursa Berjangka.71

67 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 103 Tahun 2000 tentang PerusahaanUmum (PERUM) Pegadaian.

68 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan BerjangkaKomoditi.

69 Pasal 1 angka Undang-Undang RI No.32 Tahun 1997 tentang Perdagangan BerjangkaKomoditi.

70 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan BerjangkaKomoditi.

71 Pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

40 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Anggota Lembaga Kliring dan PenjaminanBerjangka, yang selanjutnya disebutAnggota Kliring Berjangka, adalah AnggotaBursa Berjangka yang mendapat hak dariLembaga Kliring Berjangka untukmelakukan kliring dan mendapatkanpenjaminan dalam rangka penyelesaiantransaksi Kontrak Berjangka.72

Pialang Perdagangan Berjangka, yangselanjutnya dis ebut Pialang Berjangka,adalah badan usaha yang melakukankegiatan jual beli Komoditi berdasarkanKontrak Berjangka atas amanat Nasabahdengan menarik sejumlah uang dan/atausurat berharga tertentu sebagai marginuntuk menjamin transaksi tersebut.73

Penasihat Perdagangan Berjangka, yangselanjutnya disebut Penasihat Berjangka,adalah Pihak yang memberikan nasihatkepada pihak lain mengenai jual beliKomoditi berdasarkan Kontrak Berjangkadengan menerima imbalan.74

Sentra Dana Perdagangan Berjangka, yangselanjutnya disebut Sentra Dana Berjangka,adalah wadah yang digunakan untukmenghimpun dana secara kolektif darimasyarakat untuk diinvestasikan dalamKontrak Berjangka.75

Pengelola Sentra Dana PerdaganganBerjangka, yang selanjutnya disebut

72 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

73 Pasal 1 angka 12 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

74 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

75 Pasal 1 angka 14 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

Rezim AML & CFT 41

Pengelola Sentra Dana Berjangka, adalahPihak yang melakukan usaha yangberkaitan dengan penghimpunan danpengelolaan dana dari peserta Sentra DanaBerjangka untuk diinvestasikan dalamKontrak Berjangka.76

Pedagang Kontrak Berjangka, yangselanjutnya disebut Pedagang Berjangka,adalah Anggota Bursa Berjangka yanghanya berhak melakukan transaksiKontrak Berjangka di Bursa Berjangkauntuk diri sendiri atau kelompokusahanya.77

I.1.2.2 Penyedia Barang dan/atau Jasa (PBJ)

Yang dimaksud dengan “penyedia barang dan/atau jasalainnya” meliputi baik berizin maupun tidak berizin.78

I.1.2.2.1 Perusahaan properti/agen properti

Perusahaan perantara perdagangan propertiyang selanjutnya disebut perusahaan adalahbadan usaha yang menjalankan kegiatansebagai perantara jual beli, perantara sewa-menyewa, penelitian dan pengkajian,pemasaran, serta konsultasi dan penyebaraninformasi yang berkaitan dengan propertiberdasarkan perintah pemberi tugas yangdiatur dalam perjanjian tertulis.79

Properti adalah harta berupa tanah dan/ataubangunan serta sarana dan prasarana lainyang merupakan bagian tidak terpisahkan

76 Pasal 1 angka 15 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi.

77 Pasal 1 angka 16 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang PerdaganganBerjangka Komoditi

78 Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

79 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Perdagangan No. 33/M-DAG/PER/8/2008 tentangPerusahaan Perantara Perdagangan Properti

42 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dari tanah dan/atau bangunan tersebut.80

Perantara perdagangan properti yangselanjutnya disebut tenaga ahli adalahseseorang yang memiliki keahlian khusus dibidang properti yang dibuktikan dengansertifikat yang diterbitkan oleh lembagasertifikasi yang terakreditasi.81

I.1.2.2.2 Pedagang kendaraan bermotor

Agen adalah perusahaan perdagangannasional yang bertindak sebagai perantarauntuk dan atas nama prinsipal berdasarkanperjanjian untuk melakukan pemasaran tanpamelakukan pemindahan hak atas fisik barangdan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai olehprinsipal yang menunjuknya.82

Distributor adalah perusahaan perdagangannasional yang bertindak untuk dan atasnamanya sendiri berdasarkan perjanjian yangmelakukan pembelian, penyimpanan,penjualan serta pemasaran barang dan/ataujasa yang dimiliki/dikuasai.83

Agen Tunggal adalah perusahaanperdagangan nasional yang mendapatkan hakeksklusif dari prinsipal berdasarkan perjanjiansebagai satu-satunya agen di Indonesia atauwilayah pemasaran tertentu.84

80 Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perdagangan No. 33/M-DAG/PER/8/2008 tentangPerusahaan Perantara Perdagangan Properti.

81 Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Perdagangan No. 33/M-DAG/PER/8/2008 tentangPerusahaan Perantara Perdagangan Properti.

82 Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentangKetentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barangdan/atau Jasa.

83 Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentangKetentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barangdan/atau Jasa.

84 Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentangKetentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barangdan/atau Jasa.

Rezim AML & CFT 43

Distributor Tunggal adalah perusahaanperdagangan nasional yang mendapatkanhak eksklusif dari prinsipal berdasarkanperjanjian sebagai satu-satunya distributordi Indonesia atau wilayah pemasarantertentu.85

Sub Agen adalah perusahaan perdagangannasional yang bertindak sebagai perantarauntuk dan atas nama prinsipal berdasarkanpenunjukan atau perjanjian dari agen atauagen tunggal untuk melakukan pemasaran.86

Sub Distributor adalah perusahaanperdagangan nasional yang bertindak sebagaiperantara untuk dan atas namanya sendiriberdasarkan penunjukan atau perjanjian daridistributor atau distributor tunggal untukmelakukan pemasaran.87

I.1.2.2.3 Pedagang permata dan perhiasan/ logammulia

I.1.2.2.4 Pedagang barang seni dan antik

I.1.2.2.5 Balai Lelang

Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesiaberbentuk Perseroan Terbatas (PT) yangkhusus didirikan untuk melakukan kegiatanusaha di bidang lelang.88

85 Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentangKetentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barangdan/atau Jasa.

86 Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentangKetentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barangdan/atau Jasa.

87 Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau DistributorBarang dan/atau Jasa.

88 Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.06/2010 tentangBalai Lelang.

44 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.1.3 Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP)

Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memilikikewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaansanksi terhadap Pihak Pelapor.89

I.1.3.1 Bank Indonesia

Merupakan pengawas industri perbankan (Bank Umumdan Bank Perkreditan Rakyat), Pedagang Valuta Asing,dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU). Terkaitdengan pelaksanaan rezim AML, Bank Indonesiamengeluarkan ketentuan penerapan PMN bagi industriperbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat),Pedagang Valuta Asing, dan Kegiatan Usaha PengirimanUang (KUPU). Bank Indonesia juga melakukan auditkepatuhan terkait penerapan KYC tersebut.90

I.1.3.2 BAPEPAM-LK

Merupakan pengawas di bidang Pasar Modal danLembaga Keuangan Non Bank. Terkait denganpelaksanaan rezim AML, Bapepam-LK mengeluarkanketentuan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) padaindustri pasar modal dan asuransi.91

Terkait dengan fungsi Bapepam-LK sebagai regulator,yang mengeluarkan kebijakan tidak hanya regulator dibidang pasar modal dan asuransi, tetapi juga regulatoruntuk dana pensiun dan lembaga pembiayaan danpenyelesaian.92

Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal antaralain adalah Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana,Kustodian.93

89 Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

90 Lihat Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan PeraturanBank Iindonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayarandengan Menggunakan Kartu.

91 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.92 Peraturan Ketua Bapepam-LK No. V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh

Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal.93 Peraturan Ketua Bapepam-LK No. V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh

Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal.

Rezim AML & CFT 45

I.1.3.3 Kementerian Komunikasi dan InformatikaRepublik Indonesia

Merupakan regulator/pengawas penyelenggaraan pos.94

I.1.3.4 Bapebbti

Merupakan regulator/pengawas perdagangan berjangkakomoditi.95

I.1.3.5 Direktorat Lelang, Direktorat Jenderal KekayaanNegara, Kementerian Keuangan RepublikIndonesia

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnyadisingkat DJKN, adalah unit Eselon I di lingkunganKementerian Keuangan yang mempunyai tugasmerumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutangnegara dan lelang sesuai dengan kebijakan yangditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.96

Direktur Lelang, yang selanjutnya disebut Direktur,adalah salah satu Pejabat unit Eselon II di lingkunganDirektorat Jenderal Kekayaan Negara yang mempunyaitugas melaksanakan penyiapan perumusan kegiatan,standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi sertapelaksanaan pembinaan perencanaan lelang,pemeriksaan, pengawasan, dan pembinaan kinerja dibidang lelang berdasarkan kebijakan teknis yangditetapkan oleh Direktur Jenderal.97

I.1.3.6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Merupakan salah satu unit di bawah DepartemenKeuangan yang juga bagian dari rezim anti pencucian

94 Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos.95 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.96 Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 176/PMK.06/2010 tentang Balai

Lelang97 Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Keuangan No. 176/PMK.06/2010 tentang Balai

Lelang

46 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

uang terkait dengan pelaporan Cross Border CashCarrying (CBCC). 98

Pengaturan lebih lanjut mengenai Pelaporan PembawaanUang Tunai (LPUT/CBCC) diatur dalam PeraturanDirjen Bea Cukai Nomor 1 Tahun 2005.99

I.1.4 Penegak Hukum

I.1.4.1 Kepolisian

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan denganfungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturanperundang-undangan.100

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalahpegawai negeri pada Kepolisian Negara RepublikIndonesia.101

Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalahanggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yangberdasarkan undang-undang memiliki wewenang umumKepolisian.102

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahannegara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertibanmasyarakat, penegakan hukum, perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.103

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untukmewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputiterpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranyaperlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepadamasyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakatdengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.104

98 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Cukai dan Undang-Undang RINomor 11 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

99 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Cukai dan Undang-Undang RINomor 11 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

100 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.101 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.101 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.103 Pasal 2 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.104 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.

Rezim AML & CFT 47

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alatnegara yang berperan dalam memelihara keamanan danketertiban masyarakat, menegakkan hukum, sertamemberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanankepada masyarakat dalam rangka terpeliharanyakeamanan dalam negeri.105

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah KepolisianNasional yang merupakan satu kesatuan dalammelaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat(1).106

I.1.4.2 Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenangoleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntutumum dan pelaksana putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lainberdasarkan undang-undang.107

Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenangoleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutandan melaksanakan penetapan hakim.108

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untukmelimpahkan perkara ke pengadilan negeri yangberwenang dalam hal dan menurut cara yang diaturdalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supayadiperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.109

Jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifatkeahlian teknis dalam organisasi kejaksaan yang karenafungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugaskejaksaan.110

Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalamUndang-Undang ini disebut kejaksaan adalah lembaga

105 Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.106 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.107 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.108 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.109 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.110 Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.

48 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkanundang-undang.111

Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan secara merdeka.112

Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahsatu dan tidak terpisahkan.113

Pelaksanaan kekuasaan negara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2, diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung,kejaksaan tinggi, dan kejaksaan negeri.114

I.1.4.3 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuanmeningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upayapemberantasan tindak pidana korupsi.115

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenangmelakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

b. supervisi terhadap instansi yang berwenangmelakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

c. melakukan penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindakpidana korupsi; dan

e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraanpemerintahan negara.116

I.1.4.4 Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasanpenyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

111 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.112 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.113 Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.114 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.115 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.116 Pasal 6 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Rezim AML & CFT 49

Prekursor Narkotika, dengan Undang-Undang inidibentuk Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnyadisingkat BNN.117

I.1.4.5 Direktorat Jenderal Pajak

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanyadapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipiltertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yangdiberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidanadi bidang perpajakan.118

I.1.4.6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Penyidikan terhadap tindak pidana di bidang Kepabeanandan Cukai dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri SipilDirektorat Jenderal Bea dan Cukai.119

I.1.4.7 Pengadilan120

Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidakmembeda-bedakan orang.

Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusahamengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapattercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biayaringan.

I.1.5 Komite Koordinasi Nasional Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang danPendanaan Terorisme (Komite TPPU)

Untuk meningkatkan koordinasi antarlembaga terkait dalampencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,dibentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 121

117 Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.118 Pasal 44 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.119 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan

Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai.120 Pasal 4 ayat (1), ayat (2) Undang-Undang RI No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.121 Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

50 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pembentukan Komite Koordinasi Nasional Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang diatur denganPeraturan Presiden.122

Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang yang dibentuk berdasarkanKeputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2004 tetap menjalankantugas, fungsi, dan wewenangnya sampai dibentuk KomiteKoordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang berdasarkan Undang-Undang ini.123

Untuk menunjang efektifnya pelaksanaan rezim anti pencucianuang di Indonesia, pemerintah RI membentuk Komite KoordinasiNasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang (Komite TPPU) yang diketuai oleh MenkoPolitik, Hukum dan Keamanan dengan wakil MenkoPerekonomian dan Kepala PPATK sebagai Sekretaris Komite.124

I.1.5.1 Susunan Keanggotaan Komite TPPU125 :

Ketua : Menteri Koordinator Bidang Politikdan Keamanan;

Wakil Ketua : Menteri Koordinator BidangPerekonomian

Sekretaris : Kepala PPATKAnggota : 1. Menteri Luar Negeri;

2. Menteri Kehakiman dan Hak AsasiManusia;

3. Menteri Keuangan;4. Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia;5. Jaksa Agung Republik Indonesia;6. Kepala Badan Intelijen Negara;7. Gubernur Bank Indonesia.

122 Pasal 92 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

123 Pasal 94 huruf e Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

124 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

125 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 51

I.1.5.2 Tugas Komite TPPU26 :

I.1.5.2.1 mengkoordinasikan upaya penangananpencegahan dan pemberantasan tindakpidana pencucian uang;

I.1.5.2.2 memberikan rekomendasi kepada Presidenmengenai arah dan kebijakan penangananpencegahan dan pemberantasan tindakpidana pencucian uang secara nasional;

I.1.5.2.3 mengevaluasi pelaksanaan penangananpencegahan dan pemberantasan tindakpidana pencucian uang;

I.1.5.2.4 melaporkan perkembangan penangananpencegahan dan pemberantasan tindakpidana pencucian uang kepada Presiden.

I.1.5.3 Tim Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, Komite TPPU dibantuoleh Tim Kerja yang terdiri dari127 :

I.1.5.3.1 Kepala Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan (sebagai Ketua).

I.1.5.3.2 Deputi Menteri Koordinator Bidang Politikdan Keamanan Bidang Keamanan Nasional(sebagai Wakil Ketua).

I.1.5.3.3 Deputi Menteri Koordinator Bidang Pereko-nomian Bidang Kerjasama EkonomiInternasional.

I.1.5.3.4 Direktur Jenderal Multilateral Politik SosialKeamanan-Departemen Luar Negeri.

I.1.5.3.5 Direktur Jenderal Administrasi HukumUmum-Departemen Kehakiman dan HAM.

I.1.5.3.6 Direktur Jenderal Imigrasi-DepartemenKehakiman dan HAM.

126 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

127 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

52 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.1.5.3.7 Direktur Jenderal Bea dan Cukai-Departemen Keuangan, Direktur JenderalPajak-Departemen Keuangan.

I.1.5.3.8 Direktur Jenderal Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan.

I.1.5.3.9 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Departemen Keuangan.

I.1.5.3.10 Kepala Badan Reserse Kriminal-KepolisianNegara Republik Indonesia.

I.1.5.3.11 Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.

I.1.9.3.12 Deputi Kepala Badan Intelijen Negara BidangPengamanan.

I.1.9.3.13 Deputi Gubernur Bidang Perbankan BankIndonesia.

I.1.5.4 Tim Teknis

Dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Bidang Politik,Hukum dan Keamanan. Tim Teknis bertugasmelaksanakan Keoutusan dan Rekomendasi TimKerja.128

I.1.6 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas,fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam)bulan.129

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikankepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.130

Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, DPR RIsewaktu-waktu berhak meminta laporan PPATK.131

128 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

129 Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

130 Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

131 Penjelasan Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 53

I.1.7 Presiden Republik Indonesia

PPATK bertanggung jawab kepada Presiden.132

I.1.8 Masyarakat

PPATK menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakatmengenai adanya dugaan tindak pidana pencucian uang.133

I.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPATK

I.2.1 Kedudukan

PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bersifatindependen dan bebas dari campur tangan dan pengaruhkekuasaan mana pun.134

PPATK bertanggung jawab kepada Presiden.135

Setiap orang dilarang melakukan segala bentuk campur tanganterhadap pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK.136

PPATK wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentukcampur tangan dari pihak mana pun dalam rangka pelaksanaantugas dan kewenangannya.137

PPATK berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan RepublikIndonesia.138

Dalam hal diperlukan, perwakilan PPATK dapat dibuka didaerah.139

132 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

133 Pasal 44 ayat (1) huruf f Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

134 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

135 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

136 Pasal 37 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

137 Pasal 37 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

138 Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

139 Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

54 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.2.2 Tugas

PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindakpidana pencucian uang.140

I.2.3 Fungsi dan Kewenangan

I.2.3.1 Pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang141

(1) Dalam melaksanakan fungsi pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a,PPATK berwenang:

a. meminta dan mendapatkan data dan informasidari instansi pemerintah dan/atau lembagaswasta yang memiliki kewenangan mengeloladata dan informasi, termasuk dari instansipemerintah dan/atau lembaga swasta yangmenerima laporan dari profesi tertentu;

b. menetapkan pedoman identifikasi TransaksiKeuangan Mencurigakan;

c. mengoordinasikan upaya pencegahan tindakpidana pencucian uang dengan instansi terkait;

d. memberikan rekomendasi kepada pemerintahmengenai upaya pencegahan tindak pidanapencucian uang;

e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalamorganisasi dan forum internasional yangberkaitan dengan pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang;

f. menyelenggarakan program pendidikan danpelatihan antipencucian uang; dan

g. menyelenggarakan sosialisasi pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(2) Penyampaian data dan informasi oleh instansipemerintah dan/atau lembaga swasta kepada

140 Pasal 39 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

141 Pasal 41 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 55

PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenyampaian data dan informasi oleh instansipemerintah dan/atau lembaga swasta sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a diatur denganPeraturan Pemerintah.

I.2.3.2 Pengelolaan data dan informasi yang diperolehPPATK142

Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data daninformasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 hurufb, PPATK berwenang menyelenggarakan sisteminformasi.

I.2.3.3 Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor143

Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasanterhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40 huruf c, PPATK berwenang:

a. menetapkan ketentuan dan pedoman tata carapelaporan bagi Pihak Pelapor;

b. menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensimelakukan tindak pidana pencucian uang;

c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada

lembaga yang berwenang melakukan pengawasanterhadap Pihak Pelapor;

e. memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yangmelanggar kewajiban pelaporan;

f. merekomendasikan kepada lembaga yangberwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan

g. menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsipmengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor yangtidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.

142 Pasal 42 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

143 Pasal 43 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

56 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.2.3.4 Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasiiTransaksi Keuangan yang berindikasi tindakpidana pencucian uang dan/atau tindak pidanaasal144

(1) Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis ataupemeriksaan laporan dan informasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat:

a. meminta dan menerima laporan dan informasidari Pihak Pelapor;

b. meminta informasi kepada instansi atau pihakterkait;

c. meminta informasi kepada Pihak Pelaporberdasarkan pengembangan hasil analisisPPATK;

d. meminta informasi kepada Pihak Pelaporberdasarkan permintaan dari instansi penegakhukum atau mitra kerja di luar negeri;

e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisiskepada instansi peminta, baik di dalam maupundi luar negeri;

f. menerima laporan dan/atau informasi darimasyarakat mengenai adanya dugaan tindakpidana pencucian uang;

g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor danpihak lain yang terkait dengan dugaan tindakpidana pencucian uang;

h. merekomendasikan kepada instansi penegakhukum mengenai pentingnya melakukanintersepsi atau penyadapan atas informasielektronik dan/atau dokumen elektronik sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. meminta penyedia jasa keuangan untukmenghentikan sementara seluruh atau sebagianTransaksi yang diketahui atau dicurigaimerupakan hasil tindak pidana;

144 Pasal 44 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 57

j. meminta informasi perkembangan penyelidikandan penyidikan yang dilakukan oleh penyidiktindak pidana asal dan tindak pidana PencucianUang;

k. mengadakan kegiatan administratif lain dalamlingkup tugas dan tanggung jawab sesuaidengan ketentuan Undang-Undang ini; dan

l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaankepada penyidik.

(2) Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf i harus segera menindaklanjuti setelahmenerima permintaan dari PPATK.

I.2.4 Penghentian Transaksi berdasarkan permintaan PPATK

PPATK dapat meminta penyedia jasa keuangan untukmenghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksisebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf i.145

Dalam hal penyedia jasa keuangan memenuhi permintaan PPATKsebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan penghentiansementara dicatat dalam berita acara penghentian sementaratransaksi.146

Penghentian sementara transaksi sebagaimana dimaksud dalamPasal 65 ayat (1) dilaksanakan dalam waktu paling lama 5 (lima)hari kerja setelah menerima berita acara penghentian sementaraTransaksi.147

PPATK dapat memperpanjang penghentian sementara transaksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu paling lama15 (lima belas) hari kerja untuk melengkapi hasil analisis ataupemeriksaan yang akan disampaikan kepada penyidik.148

145 Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

146 Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

147 Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

148 Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

58 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal tidak ada orang dan/atau pihak ketiga yang mengajukankeberatan dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak tanggalpenghentian sementara Transaksi, PPATK menyerahkanpenanganan Harta Kekayaan yang diketahui atau patut didugamerupakan hasil tindak pidana tersebut kepada penyidik untukdilakukan penyidikan.149

Dalam hal yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tidakditemukan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, penyidik dapatmengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untukmemutuskan Harta Kekayaan tersebut sebagai aset negara ataudikembalikan kepada yang berhak.150

Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memutusdalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari.151

I.3 Kerjasama Domestik dan Internasional

Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkaitdituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal.152

Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihakyang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung denganpencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang diIndonesia. 153

Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenisyang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait denganpencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.154

Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakandalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik

149 Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

150 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

151 Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

152 Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

153 Pasal 88 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

154 Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Rezim AML & CFT 59

atau prinsip resiprositas. 155

Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidanapencucian uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaraninformasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasidengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yangmeliputi:

a. instansi penegak hukum;b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap

penyedia jasa keuangan;c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara;d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lain terkait dengantindak pidana pencucian uang; dan

e. financial intelligence unit negara lain.156

Permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dalam pertukaraninformasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atasinisiatif sendiri atau atas permintaan pihak yang dapat meminta informasikepada PPATK.157

Permintaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadaPPATK diajukan secara tertulis dan ditandatangani oleh:

a. hakim ketua majelis;b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau kepala kepolisian

daerah;c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggi;d. pimpinan instansi atau lembaga atau komisi dalam hal permintaan

diajukan oleh penyidik, selain penyidik Kepolisian Negara RepublikIndonesia;

e. pemimpin, direktur atau pejabat yang setingkat, atau pemimpinsatuan kerja atau kantor di lembaga yang berwenang melakukanpengawasan terhadap penyedia jasa keuangan;

155 Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

156 Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

157 Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

60 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

f. pimpinan lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dantanggung jawab keuangan negara;

g. pimpinan dari lembaga lain yang terkait dengan pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang atau tindak pidanalain terkait dengan tindak pidana pencucian uang; atau

h. pimpinan financial intelligence unit negara lain.158

Dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucianuang, dapat dilakukan kerja sama bantuan timbal balik dalam masalahpidana dengan negara lain melalui forum bilateral atau multilateral sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.159

Kerja sama bantuan timbal balik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilaksanakan jika negara dimaksud telah mengadakan perjanjiankerja sama bantuan timbal balik dengan Negara Kesatuan RepublikIndonesia atau berdasarkan prinsip resiprositas. 160

Untuk dapat membangun rezim anti pencucian uang dan pendanaanterorisme yang kuat dan efektif di dalam negeri, PPATK sebagai nationalvocal point telah menjalin kerjasama dengan lembaga/instansi pemerintahterkait, perguruan tinggi/universitas, dan Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) berlandaskan Memorandum of Understanding (MoU).161

Meskipun Indonesia bukan anggota Financial Action Task Force (FATF),namun Indonesia telah bergabung dengan salah satu special body FATFuntuk kawasan Asia-Pasifik yaitu Asia-Pacific Group on MoneyLaundering (APG) pada tahun 2000, yang hingga saat ini APG memilikianggota sebanyak 32 negara, 13 negara peninjau dan 16 organisasipeninjau. APG didirikan pada tahun 1997 dalam the Fourth Asia/PacificMoney Laundering Symposium yang diselenggarakan di Bangkok,Thailand, sebagai suatu badan regional anti-pencucian yang bersifatotonom. Setelah pendirian APG dan menyelenggarakan pertemuanpertamanya di Tokyo, Jepang, untuk selanjutnya pertemuan APGdiselenggarakan setiap tahun. Adapun tujuan pembentukan APG adalahuntuk memastikan pengadopsian, pelaksanaan, dan ditegakkannya

158 Pasal 90 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

159 Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

160 Pasal 91 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

161 MoU antara PPATK dengan instansi terkait terlampir.

Rezim AML & CFT 61

standar internasional dan best practice anti-pencucian uang danpendanaan terorisme sebagaimana telah ditetapkan dalam 40+9recommendations FATF.

The Egmont Group adalah asosiasi dari Financial Intelligence Unit(FIU), yaitu suatu lembaga yang dibentuk oleh masing-masing negarasebagai focal point untuk mencegah dan memberantas tindak pidanapencucian uang, seperti Pusat Pelaporan dan Analisis TransaksiKeuangan (PPATK) di Indonesia. Sekarang anggota The Egmont Groupterdiri dari 117 negara dan teritori. The Egmont Group didirikan padatahun 1995 di Egmont-Arenberg Palace di Belgia. Maksud dari pendirianThe Egmont Group adalah menyediakan forum untuk FIU agar dukungandapat ditingkatkan antara satu sama lain dalam rangka mencegah danmemberantas TPPU. The Egmont Group juga menerbitkan kompilasiratusan kasus yang berkaitan dengan TPPU. Indonesia telah menjadianggota The Egmont Group, dan hubungan kerjasama dengan FIUnegara lain berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU),khususnya dalam hal pertukaran informasi intelijen di bidang keuangandalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU.162

I.4 Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaPencucian Uang163

I.4.1 Pembuatan Single Identity Number

I.4.1.1 Masalah yang dihadapi

Setiap individu di Indonesia dapat memiliki lebih daribeberapa data yang masing-masing punya nomoridentitas sendiri-sendiri, mulai dari identitas yangbersifat personal seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk)dan SIM (Surat Ijin Mengemudi), kemudian yangbersifat transactional seperti nomer rekening bank danasuransi, sampai pada nomer identitas yang sifatnyaspasial seperti sertifikat tanah, IMB, dan lain-lain. Halini ditambah lagi dengan adanya fenomena “mudah”nyaseseorang untuk memperoleh identitas personal lebihdari 1 (satu), seperti KTP dan SIM yang dapat diperolehdi wilayah yang berbeda-beda.

162 MoU antara PPATK dengan FIU negara lain terlampir.163 Komite TPPU, Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang, (PPATK: Jakarta, 2007).

62 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Mudahnya memperoleh identitas personal tersebut dapatmembuka peluang disalahgunakan untuk melakukantindak pidana, khususnya pencucian uang dan upayauntuk mengelabui otoritas yang berwenang. Individu-individu tersebut dapat menggunakan identitas “asli tapipalsu” (“aspal”) untuk pembukaan rekening di Bank,melakukan transaksi, baik dengan industri keuanganmaupun dengan industri jasa lainnya, mengurus passportdan dokumen-dokumen penting lainnya. Berdasarkanlaporan yang disampaikan oleh penyedia jasa keuangankepada PPATK, penggunaan “false identity” tersebuttermasuk yang cukup dominan. Belum lagi apabiladikaitkan dengan upaya pendanaan terorisme,penggunaan identitas palsu tersebut sangatdimungkinkan, yang mengakibatkan sulitnya bagi aparatpenegak hukum untuk menelusuri dan melakukanpenindakan.

I.4.1.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

Untuk mengatasi banyaknya identitas palsu, termasukpenyalahgunaan identitas tersebut, diperlukan adanyaSingle Identity Number bagi setiap warga negara.Dengan demikian, tidak ada lagi seorang individu yangmemiliki identitas pribadi lebih dari 1 (satu). Mulai dariKTP, SIM, asuransi kesehatan dan lain-lain cukupmenggunakan satu nomor identitas pribadi.

Berdasarkan Undang Undang No. 23 Tahun 2006Tentang Administrasi Kependudukan, sesuai Pasal 13ayat 1 dinyatakan bahwa setiap penduduk wajib memilikiNomor Induk Kependudukan (NIK) yang selanjutnyadalam pasal 13 ayat 3 disebutkan bahwa Nomor IndukKependudukan dicantumkan dalam setiap dokumenkependudukan dan dijadikan dasar penerbitan Passport,Surat Izin Mengemudi, Nomor Pokok Wajib Pajak, PolisAsuransi, Sertifikat Hak Atas Tanah dan penerbitandokumen identitas lainnya.

Selanjutnya Undang Undang No. 23 TentangAdministrasi Kependudukan dalam pasal 82 ayat 1 dan2 menyatakan bahwa pengelolaan informasi administrasikependudukan dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan

Rezim AML & CFT 63

dilakukan melalui pembangunan Sistem InformasiAdministrasi Kependudukan (SIAK).

Untuk mewujudkan amanat Undang-undang tersebutmaka langkah/ strategi yang sedang dan akan ditempuhadalah :

a. Pembangunan database penduduk tingkatKabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

b. Pemberlakuan NIK Nasional.c. Pemutakhiran data penduduk Kabupaten/ Kota.d. Pemutihan KTP dalam rangka penerapan KTP

berbasis NIK Nasional.e. Pengembangan data center dan jaringan komunikasi

data SIAK (Sistem Informasi AdministrasiKependudukan) di pusat dan daerah.

f. Penataan Sistem Koneksitas NIK denganDepartemen/Lembaga terkait untuk kepentinganlayanan publik.

I.4.1.3 Tujuan strategi.

Dengan dimilikinya 1 (satu) nomor identitas pribadi,maka sulit bagi individu untuk berhubungan denganindustri keuangan atau melakukan transaksi denganmenggunakan “identitas asli tapi palsu”. Dengandemikian penyalahgunaan identitas palsu untuk kejahatanpun dapat dieliminir seminim mungkin.

I.4.1.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentangKeimigrasian.

· Undang-Undang RI No. Nomor 16 Tahun 2000tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan.

· Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2006 tentangKewarganegaraan Republik Indonesia.

· Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan

I.4.1.5 Instansi yang terlibat

Departemen Dalam Negeri, Kantor Menteri Koordinator

64 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Politik, Hukum dan HAM, Departemen Keuangan,Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, danDepartemen Hukum dan HAM.

I.4.2 Penyelesaian Pembahasan RUU TPPU, PeraturanPelaksanaan dan Implementasinya

I.4.2.1 Masalah yang dihadapi

Dari aspek domestik, pelaksanaan rezim anti pencucianuang saat ini masih dihadapkan pada kendala adanyapermasalahan dalam UU TPPU, antara lain keterbatasandalam upaya pendeteksian TPPU, adanya beragampenafsiran atas beberapa rumusan norma peraturanperundang-undangan yang dapat menimbulkan “celahhukum”, terbatasnya instrumen formal untuk melakukanpentrasiran dan penyitaan aset hasil kejahatan, sertamasih terbatasnya kewenangan yang dimiliki olehbeberapa institusi terkait dalam penerapan UU TPPU.

Sementara itu dari aspek internasional, terdapatkebutuhan untuk menyelaraskan dan menyesuaikanperaturan perundang-undangan yang ada dengan normayang berlaku secara internasional, yaitu Revised 40+9FATF Recommendation. Masih terdapat beberapanorma dari recommendation tersebut yang belumdiadopsi dalam peraturan perundang-undangan diIndonesia. Hal ini tentunya akan menjadi beban yanglebih berat bagi Indonesia apabila dikaitkan denganMutual Evaluation yang akan dilakukan oleh FATF/APG pada triwulan IV tahun 2007 ini untuk mengetahuitingkat kepatuhan Indonesia terhadap FATFrecommendations tersebut.

Naskah RUU tentang Pencegahan dan PemberantasanTPPU telah disampaikan oleh Presiden Susilo BambangYudhoyono ke DPR pada tanggal 10 Oktober 2006.Sidang paripurna DPR tangggal 27 Pebruari 2007, jugatelah menyetujui untuk memasukkan RUU tentangPencegahan dan Pemberantasan TPPU dalam daftarRUU Prolegnas Prioritas Tahun 2007.

Secara umum, jangkauan atau arah pengaturan dariRUU ini mencakup 5 (lima) hal utama, yaitu:

Rezim AML & CFT 65

a. memperluas deteksi TPPU antara lain denganmemperluas pihak pelapor (reporting parties) danjenis pelaporan;

b. mengakhiri multi tafsir atau menutup celah hukum(loopholes) yang ada dalam UU-TPPU saat iniseperti dengan menyempurnakan rumusan delik danpengaturan mengenai hukum acara pemeriksaanTPPU;

c. memperluas jangkauan aparat penegak hukumdalam penanganan TPPU antara lain denganmemberikan kewenangan kepada penyidik tindakpidana asal untuk melakukan penyidikan TPPU;

d. menata kembali hubungan dan kewenangan daripihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan rezimanti pencucian uang, dan

e. memperkuat kelembagaan PPATK antara laindengan memberikan kewenangan untuk melakukanpenyelidikan, penelusuran dan penyitaan aset hasiltindak pidana guna dirampas sebagai aset negara.

Pembahasan RUU ini di DPR harus dapat berjalan secaraefektif. Pengesahan dan pengundangan RUU tersebutsedapat mungkin dilakukan sebelum “mutualevaluation” oleh FATF/APG yang direncanakan akandilakukan pada triwulan IV 2007. Apabila pengesahandan pengundangan RUU terhambat, maka Indonesiadapat dipandang sebagai negara yang tidak sepenuhnyamenggunakan standar internasional (partially comply)dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU.

Penyusunan berbagai peraturan yang merupakan amanatdari (R) UU juga harus segera dimulai dan diselesaikansehingga UU yang baru tersebut dapat diimplementasikansecara penuh dan efektif.

I.4.2.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

a. RUU TPPU yang telah diserahkan oleh PresidenRI kepada DPR-RI bulan Oktober 2006 yang laluharus segera dibahas oleh pemerintah dan parlemenserta dapat segera diundangkan pula.

b. Peraturan pelaksana yang menunjang pelak-sanaanUU TPPU harus segera dibuat pula, sehingga dapat

66 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

diimplementasikan dengan baik. Peraturanpelaksana yang mendesak untuk segera diselesaikanguna mendukung pengimplemen-tasian UU yangbaru adalah :

c. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintahtentang Manajemen SDM PPATK;

d. Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentangSusunan Organisasi dan Tata Kerja PPATK;

e. Penyusunan Rancangan Keputusan Bersama tentangPedoman Penyelidikan dan Penyidikan TPPU; dan

f. Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala PPATKtentang Pedoman Pelaporan bagi Pihak Pelapor Baru(Profesi dan Penyedia Barang dan/atau Jasa).

I.4.2.3 Tujuan strategi

Dengan diundangkannya RUU TPPU ini, diharapkanIndonesia dapat segera memiliki UU TPPU yang lebihkomprehensif, yang bukan saja mengakomodir norma-norma internasional, namun juga memenuhi kebutuhandomestik.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pengesahan RUU ini,yaitu (i) memperkokoh komitmen bangsa Indonesiauntuk menegakkan rezim anti tindak pidana pencucianuang; (ii) mendukung dan meningkatkan efektivitasupaya penegakan hukum dalam pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindakpidana asal; (iii) memberikan dasar yang kuat dankemudahan dalam penelusuran dan penyitaan aset hasiltindak pidana sehingga dapat menimbulkan efek jerabagi pelakunya, (iv) menyesuaikan pengaturan mengenaitindak pidana pencucian uang dengan standardinternasional yang telah mengalami perubahan sertaketentuan anti-money laundering regime yang berlakusecara internasional (international best practice); dan(v) untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakatbaik dalam maupun luar negeri terhadap penegakanhukum di Indonesia khususnya dalam kasus-kasus tindakpidana pencucian uang.

Rezim AML & CFT 67

I.4.2.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).· Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana.· Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika.· Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika.· Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999 Tentang

Bank Indonesia.· Undang-Undang RI No. 24 tahun 1999 tentang Lalu

Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.· Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun2001.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang No.25 Tahun 2003.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2003 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No.1 Tahun 2002 tentangPemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebagai UU.

· Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2006 tentangBantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana.

· Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2006 tentangpengesahan International Convention for theSuppression of the Financing of Terrorism, 1999(Konvensi Internasional Pemberantasan PendanaanTerorisme Tahun 1999).

· Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2006 tentangpengesahan United Nations Convention AgainstCorruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi).

· Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 tentangPerlindungan Saksi dan Korban.

I.4.2.5 Instansi yang terlibat

Departemen Hukum dan HAM, Departemen Keuangan,dan PPATK.

68 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.4.3 Pengelolaan Database secara Elektronis dan Ketersam-bungan(Connectivity) Database yang Dimiliki oleh Beberapa InstansiTerkait

I.4.3.1 Masalah yang dihadapi

Dalam menunjang pelaksanaan tugasnya, masing-masing instansi di Indonesia sudah barang tentu telahmemiliki database. Selain untuk pelaksanaan tugasinstansi itu sendiri, pada dasarnya database yang dimilikitersebut dapat berguna pula untuk kepentinganpelaksanaan tugas instansi lain yang terkait. Demikianpula dalam rangka pencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang (TPPU), database yangdimiliki oleh instansi terkait akan sangat membantupelaksanaan tugas instansi tertentu, seperti PPATK,Kepolisian RI, Kejaksaan RI, dan lain-lain.

Saat ini akses terhadap database instansi lain dapatdilakukan atas dasar permintaan (request basis) yangsebelumnya didahului dengan adanya Memorandum ofUnderstanding (MoU). Namun mekanisme ini dirasakanmembutuhkan waktu yang cukup lama, mengingatseluruhnya proses dilakukan dengan manual dan suratmenyurat, sehingga efektifitas ketersediaan informasidirasakan belum maksimal. Selain itu masih terdapatinstansi belum menerapkan pengelolaan database secaraelektronis dan tersentralisasi yang memungkinkan dapatmelihat seluruh data secara mudah dan cepat. Denganmempertimbangkan semakin kompleks dan cepatnyainformasi yang didapat maupun yang beredar,tampaknya eletronisasi dan sentralisasi database sertaakses secara elektronis kiranya sudah sangat diperlukan.

I.4.3.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

a. Untuk instansi yang belum mengelola databasesecara elektronis dan tersentralisasi, harus segeramembenahi pengelolaan database-nya menjadielektronis dan tersentralisasi.

b. Untuk instansi yang telah mengelola database secaraelektronis dapat dihubungkan satu dengan yang lain,sehingga suatu instansi dapat mempunyai akses

Rezim AML & CFT 69

langsung terhadap database instansi.Ketersambungan ini dapat dilakukan secara gradualsesuai dengan tingkat kebutuhan.

I.4.3.3 Tujuan strategi

Adanya pengelolaan database secara elektronis dantersentralisasi serta ketersambungan database diantarainstansi terkait diharapkan kebutuhan informasi diantarainstansi yang membutuhkan dapat dipenuhi dengancepat, sehingga dapat mengefektifkan upayapenanganan tindak pidana pencucian uang.

I.4.3.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 36 Tahun 1999 tentangTelekomunikasi.

· Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan.

· Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 2003 tentangStrategi Nasional Pembangunan e-Government.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang RI No. 25 Tahun2003.

I.4.3.5 Instansi yang terlibat

Departemen Komunikasi dan Informasi; PPATK;Kepolisian RI; Kejaksaan Agung RI; KPK; DepartemenDalam Negeri; Departemen Keuangan; DepartemenHukum dan HAM; dan Instansi teknis lain.

I.4.4 Peningkatan Pengawasan Kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan(PJK)

I.4.4.1 Masalah yang dihadapi

Peningkatan jumlah laporan ke PPATK hingga periodeakhir tahun 2006 telah mengalami kemajuan, namuntidak diikuti dengan peningkatan jumlah penyedia jasakeuangan (PJK) yang melaporkan. Dari keseluruhanjumlah PJK yang mencapai lebih dari 3.500, tercatatbaru sekitar 160 PJK yang telah menyampaikan laporan,sementara sisanya belum pernah mengirim. Di lihat dari

70 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

kelompok industri, PJK pelapor yang jumlah laporannyarelatif minim adalah BPR, industri pasar modal, asuransi,dana pensiun, dan Pedagang Valuta Asing (PVA).Sedangkan untuk PJK yang hingga akhir tahun 2006belum melaksanakan kewajiban pelaporan adalah kantorpos.

Salah satu kendala yang menyebabkan masih sedikitnyaPJK yang menyampaikan laporan yaitu belum semuaPJK menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)secara efektif dan benar, bahkan masih ada PJK yangbelum memiliki aturan PMN, seperti kantor pos.Sedangkan, untuk dapat mengetahui adanya transaksikeuangan yang mencurigakan, PJK harus mengetahuiprofil, karakteristik serta kebiasaan pola transaksinasabahnya yang merupakan cakupan dari PMN.

Apabila ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan olehregulator dapat diterapkan secara baik dan benar olehPJK, maka diharapkan tingkat kepatuhan PJK ataskewajiban pelaporan dapat dilaksanakan secara optimal.Dalam hal ini, peran aktif regulator sangat diperlukantermasuk di dalamnya upaya meningkatkan kepatuhanPJK yang diawasinya.

I.4.4.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

Regulator harus meningkatkan pengawasan untuk dapatmengidentifikasi PJK-PJK yang berada di bawahpengawasannya masih belum secara efektif menerapkanPMN. Selain itu, untuk menumbuhkan efek jera bagiPJK yang lalai dalam penerapan PMN dan kewajibanpelaporan kepada PPATK, regulator harus bersikap tegasberdasarkan kewenangan yang dimilikinya untukmemberikan sanksi administratif.

Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pulapelaksanaan program sosialisasi secara terencana danberkesinambungan untuk membangun kesadarankepatuhan PJK. Selanjutnya terhadap ketentuan yangsudah dikeluarkan, perlu dilakukan evaluasi secaraberkala untuk disesuaikan dengan ketentuan yangterkini.

Rezim AML & CFT 71

I.4.4.3 Tujuan strategi

Meningkatkan kepatuhan PJK dalam menerapkan PMNsecara optimal yang pada akhirnya akan memudahkanPJK dalam melaksanakan kewajiban pelaporan kepadaPPATK, khususnya bagi PJK yang jumlah pelaporannyamasih minim, seperti sebagian bank umum, BPR danindustri keuangan non-bank. Dengan meningkatnyakepatuhan dari PJK tersebut, maka jumlah pelaporandan informasi yang diterima oleh PPATK akan semakinbanyak pula yang pada akhirnya dapat mempermudahmelakukan pendeteksian adanya indikasi tindak pidanatertentu melalui pelacakan aliran dana yangmencurigakan.

I.4.4.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 TentangPasar Modal.

· Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999 TentangBank Indonesia.

· Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentangPerbanakan.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2003.

· Peraturan Menteri Keuangan RI No. 74/PMK. 012/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga KeuanganNon Bank.

· Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-02/PM/ 2003tanggal 15 Januari 2003 tentang Prinsip MengenalNasabah.

· PBI No. 3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagiBank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBINo. 2/23/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 danPBI No. 5/21/PBI/2003 tanggal 17 Oktober 2003.

· PBI No. 5/23/PBI/2003 tanggal 23 Oktober 2003tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi BPR.

· Surat Edaran No. 2/23/DPNP tanggal 13 Desember2001 tentang Pedoman Standar Penerapan Prinsip

72 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Mengenal Nasabah (PMN) sebagaimana telahdiubah dengan Surat Edaran No. 5/32/DPNP tanggal4 Desember 2003.

· Keputusan Kepala PPATK No. 2/4/KEP. PPATK/2003 tanggal 15 Oktober 2003 tentang PedomanIdentifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan bagiPenyedia Jasa Keuangan.

· Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/KEP. PPATK/2003 tanggal 9 Mei 2003 tentang Pedoman TataCara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakanbagi Penyedia Jasa Keuangan.

· Keputusan Kepala PPATK No. 3/1/KEP. PPATK/2004 tanggal 10 Februari 2004 tentang PedomanLaporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata CaraPelaporannya bagi Penyedia Jasa Keuangan.

· Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP. PPATK/2004 tanggal 25 Mei 2004 tentang TransaksiKeuangan Tunai yang Dikecua-likan dari KewajibanPelaporan.

I.4.4.5 Insatansi yang terlibat

Bank Indonesia, Bapepam-LK, PPATK, dan PT PosIndonesia.

I.4.5 Pengefektifan Penerapan Penyitaan Aset (Asset Forfeiture)Dan Pengembalian Aset (Asset Recovery)

I.4.5.1 Masalah yang dihadapi

Dapat dipahami bahwa pelaksanaan tugas penelusuran,penyitaan pengembalian dan pengelolaan harta hasiltindak pidana yang disita masih belum berjalan secaraefektif dan memberikan hasil yang maksimal bagibangsa Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan:

a. Belum adanya undang-undang yang mengatursecara komprehensif mengenai keseluruhanpelaksanaan penelusuran, pengambilalihan danpengelolaan harta hasil kejahatan yang telah disita.Memang benar bahwa masalah penyitaan danpengambilalihan telah diatur di beberapa undang-undang, seperti KUHAP, UU Korupsi, UU TPPUdan lainnya. Namun hal tersebut masih belum dapat

Rezim AML & CFT 73

dijalankan secara maksimal karena masih adanya“benturan” ketentuan dan belum adanya aturanmengenai acara untuk pembuktian terbalik.

b. Belum adanya unit khusus yang mengelola hasilkejahatan yang disita. Saat ini terdapat beberapainstansi yang mempunyai kewenangan untukmenyita hasil kejahatan dan melakukan pengelolaansendiri. Hal ini menyebabkan tidak suatu data yangkomprehensif atas seluruh harta kekayaan yangtelah disita yang berasal dari berbagai kejahatan danpengelolaannya.

I.4.5.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

a. Perlu dibuat undang-undang yang mengatur secarakomprehensif mengenai keseluruhan pelaksanaanpenelusuran, pengambilalihan dan pengelolaan hartahasil kejahatan yang telah disita.

b. Perlu dibentuk unit khusus yang menanganipengambilalihan dan pengelolaan harta kekayaan hasilkejahatan. Antara unit penelusuran dan pengambilalihan(asset tracing and asset forfeiture) dengan unitpengelolaan asset (asset management unit) dapatdibentuk secara terpisah. Mengingat adanyaketerkaitan tugas, maka asset tracing and assetforfeiture unit dapat dibentuk dengan beranggotakangabungan dari beberapa instansi terkait, sepertiKepolisian, Kejaksaan, KPK, dan PPATK.

I.4.5.3 Tujuan strategi

Strategi yang ditempuh ini bertujuan agar harta kekayaanhasil kejahatan yang kembali ke negara dapat lebihmaksimal dan sebisa mungkin dapat memberikankontribusi yang positif bagi perekonomian negara.

I.4.5.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana (KUHAP).

· Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun2001.

74 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003.

· Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentangKejaksaan.

I.4.5.5 Instansi yang terlibat

Kepolisian; Kejaksaan; KPK; PPATK; dan DepartemenHukum & HAM.

I.4.6 Peningkatan Peran Serta Masyarakat Melalui Kampanye Publik

I.4.6.1 Masalah yang dihadapi

Pengembangan rejim anti tindak pidana pencucian uangtidak dapat terlepas dari peran serta masyarakat danseluruh pihak terkait. Masyarakat perlu memahamidengan baik pentingnya upaya pencegahan danpemberantasan tindak pidana pencucian uang diIndonesia.

Kesadaran masyarakat Indonesia saat ini masih sangatminim terkait dengan rejim anti tindak pidana pencucianuang di Indonesia. Minimnya kesadaran akan rejim antitindak pidana pencuaian uang berdampak terhadap.Minimnya kesadaran masyarakat akan berdampakterhadap kesulitan bagi penyedia jasa keuangankhususnya ataupun upaya pemberantasan tindak pidanapencucian uang pada umumnya dalam membangun rejimanti tindak pidana pencucian uang.

Selain itu, minimnya kesadaran akan pemahaman antitindak pidana pencucian uang menimbulkan keengganandari penguna jasa keuangan untuk menyampaikan data-data dalam kaitannya kebutuhan dari Penyedia JasaKeuangan untuk menerapkan Prinsi Mengenal Nasabah(PMN).

I.4.6.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

Upaya membangun kesadaran hanya dapat ditempuhdengan upaya melaksanakan kampanye kepada publiksecara terus menerus, terarah dan berkesinambungan,yang dapat dilakukan baik terhadap seluruh masyarakatataupun pihak-pihak yang berkepentingan (stake

Rezim AML & CFT 75

holder). Kampanye publik antara lain dapat dilaksanakandengan cara:

a. Meningkatkan intensitas sosialisasi baik melaluikegiatan yang bersifat tatap muka langsung maupunmelalui media massa serta forum-forum khususlainnya.

b. Menjadikan topik tindak pidana pencucian uangsebagai materi pembelajaran pada pendidikan formaltingkat atas dan lanjutan di Indonesia termasukpendidikan kepega-waian di setiap lembagapemerintah.

c. Melakukan pembelajaran kepada masyarakat lewatmedia massa. Membuat iklan layanan masyarakatmelalui media cetak, media elektronik, radio, sertapenempelan poster-poster di fasilitas umum.

I.4.6.3 Tujuan strategi

Kampanye publik dirancang sepenuhnya untukmeningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat danmenjadi budaya masyarakat untuk ikut serta mencegahdan memberantas tindak pidana pencucian uang.

I.4.6.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun2001.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003.

· Keputusan Presiden RI No. 82 Tahun 2003 tentangTata Cara Pelaksanaan Kewenangan PPATK.

I.4.6.5 Instansi yang terlibat

PPATK; Bank Indonesia, Departemen Keuangan(Bapepam-LK, Ditjen Bea & Cukai, Ditjen Pajak),Kejaksaan; Kepolisian, Departemen Dalam Negeri,Departemen Hukum dan HAM (Ditjen AHU, DitjenImigrasi), dan Departemen Luar Negeri.

76 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.4.7 Peningkatan Kerjasama Internasional

I.4.7.1 Masalah yang dihadapi

Sebagai bagian dari komunitas internasional, Indonesiadituntut pula untuk turut aktif berpartisipasi dalamberbagai upaya internasional untuk pencegahan danpemberantasan berbagai kejahatan transnasional.Berbagai konvensi PBB (UN Convention) berkaitandengan upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatantelah dikeluarkan, antara lain : the 1988 United NationsConvention against Illicit Traffic in Narcotic Drugsand Psychotropic Substances (Vienna Convention), the2000 United Nations Convention on TransnationalOrganized Crime (Palermo Convention), the 2003 UNConvention against Corruption, dan InternationalConvention for the Suppression of the Financing ofTerrorism, 1999.

Di antara konvensi-konvensi PBB tersebut, masihterdapat 1 (satu) konvensi yang belum diratifikasi yaituthe 2000 United Nations Convention on TransnationalOrganized Crime (Palermo Convention). Dalam FATFrekomendasi 35 secara eksplisit dinyatakan bahwa setiapnegara diharapkan segera meratifikasi konvensi PBBdimaksud.

Selain UN Convention, juga terdapat berbagai perjanjianinternasional yang dilakukan baik secara bilateral,regional, maupun multilateral. Dalam hal ini, Indonesiatelah ikut berpartisipasi dengan menandatangani ASEANMutual Legal Assistance Treaty (AMLAT) padaNovember 2005 dan perjanjian MLA secara bilaterallainnya yaitu dengan Korea Selatan. Namun perjanjian-perjanjian tersebut tersebut belum diratifikasi hingga saatini.

Adanya konvensi ataupun treaty yang masih belumdiratifikasi tersebut, tentunya akan berpengaruh padapenerapannya di Indonesia, selain juga akan merugikanposisi Indonesia di kancah internasional. Dengan belummeratifikasi perjanjian MLA tersebut, Indonesia akanmengalami kesulitan dalam permintaan bantuan hukum

Rezim AML & CFT 77

timbal balik dengan negara-negara ASEAN. Selain itu,Indonesia dapat dinilai sebagai negara yang tidak“kooperatif” dalam penanganan tindak pidana tertentu.

Selain upaya-upaya tersebut di atas, dalam upayapencegahan dan pemberantasan tindak pidana uang yangsifatnya lintas batas negara, Indonesia dituntut pula untukdapat semakin mengembangkan kerjasamainternasionalnya, baik yang bersifat bilateral maupunmultilateral. Kerjasama formal antara PPATK denganFIU lain yang hingga saat ini telah berjalan dengan baik.

I.4.7.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

UN Convention Against Transnational Organized Crimedan ASEAN Mutual Legal Assistance Treaty (AMLAT)telah lama menjadi prioritas Pemerintah untuk segeradiratifikasi. Dengan telah diratifikasinya konvensi dantreaty tersebut maka diharapkan kerjasama internasionaldi bidang kejahatan lintas negara khususnya pencucianuang dapat lebih ditingkatkan utamanya dalam konteksbilateral (kerjasama antar financial intelligence unit),regional (Asia Pacific Group on Money Laundering)dan multilateral (Egmont Group).

I.4.7.3 Tujuan Strategi

Strategi ini ditempuh agar konvensi dan treaty yang telahditandatangani tersebut dapat segera diterapkan diIndonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantupenerapan rezim anti pencucian uang yang efektif diIndonesia sekaligus penanganan tindak pidana lainnya.

I.4.7.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 tentangPsikotropika.

· Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentangNarkotika.

· Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun2001.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang

78 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2003 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 1 Tahun 2002 tentangPemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebagaiUU.

· Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2006 tentangBantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana.

· Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2006 tentangpengesahan International Convention for theSuppression of the Financing of Terrorism, 1999(Konvensi Internasional Pemberantasan PendanaanTerorisme Tahun 1999).

· Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2006 tentangpengesahan United Nations Convention AgainstCorruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi).

I.4.7.5 Instansi yang terlibat

Departemen Luar Negeri, Departemen Hukum & HAM,dan PPATK.

I.4.8 Penguatan Peraturan Tentang Pengiriman Uang Alternatif(Alternative Remmitance System) Dan Pengiriman Uang SecaraElektronis (Wire Transfer)

I.4.8.1 Masalah yang dihadapi

Alternative Remittance System (ARS) dapat diartikansebagai jasa pengiriman uang (transfer) yang dilakukandiluar jasa keuangan resmi seperti bank. Pada dasarnyaARS ini dapat membantu proses pengiriman uang antarnegara yang dilakukan oleh orang yang mengalamikesulitan untuk memperoleh akses ke jasa keuanganresmi seperti bank. Dipilihnya ARS sebagai alternatifdalam pengiriman uang disebabkan oleh beberapa faktorantara lain relatif rendahnya biaya pengiriman dan relatiflebih cepatnya waktu penyampaian uang kepadapenerima dibandingkan dengan jasa transfer yangdisediakan secara resmi oleh industri keuangan.

Rezim AML & CFT 79

Dalam perkembangannya, jasa ARS dapatdisalahgunakan oleh sebagian orang untuk kegiatanpencucian uang atau pendanaan kegiatan terorisme,mengingat ARS tidak terdeteksi dalam sistem keuangan.Sebagai antisipasi dampak negatif yang ditimbulkannya,FATF mengeluarkan Special Recommendation (SR) 6dan 7 yaitu mengenai Alternative Remittance Systemdan Wire Transfer. Dalam SR 6 ditegaskan bahwa setiaporang atau badan usaha yang menyelenggarakan jasapengiriman uang harus memiliki ijin dan terdaftar diotoritas. Sementara itu untuk SR 7, setiap kegiatantransfer harus dilengkapi dengan informasi identitaspengirim dan penerima dana, termasuk penerapan KYC.

Di Indonesia dewasa ini cukup banyak perorangan ataubadan usaha non-keuangan yang menyediakan jasapengiriman uang, seperti jasa pengiriman barang(courier service) yang juga menyediakan jasa pengirimanuang pula. Selain itu, usaha jasa pengiriman tersebutkadangkala tidak dilengkapi dengan identitas pengirimmaupun penerima dana secara lengkap.

I.4.8.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

Untuk mengurangi atau mengeliminir dampak negatifyang ditimbulkan dari kegiatan jasa pengiriman uang,maka upaya yang telah dilakukan oleh Bank Indonesiaadalah memberikan dasar hukum yang kuat atas kegiatanpengiriman uang dalam bentuk Peraturan Bank Indonesiadan Surat Edaran Bank Indonesia. Tujuan utama daripengaturan kegiatan pengiriman uang tersebut antaralain untuk mendorong shifting kegiatan pengiriman uang(money remittances) dari kegiatan usaha informalmenjadi kegiatan formal. Dengan terjadinya shiftingkegiatan pengiriman uang tersebut diharapkan akantercipta transparansi dan kepastian hukum bagi parapihak dalam kegiatan pengiriman uang. Selain itu,dengan adanya kewajiban pelaporan atas kegiatanpengiriman uang, termasuk pula pelaporan atas transaksiyang mencurigakan kepada instansi yang berwenang,serta kewajiban penerapan prinsip KYC dalam ketentuankegiatan usaha pengiriman uang tersebut, diharapkan

80 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penggunaan ARS sebagai sarana untuk kejahatan moneylaundering dan financing of terrorism dapat dihindari.

Sedangkan untuk wire transfer, Bank Indonesia telahmenyusun draft RUU Transfer Dana yang saat ini draftRUU tersebut sedang dibahas pada level antardepartemen. Sementara itu, untuk transfer dana antarbank baik untuk kepentingan bank yang bersangkutanmaupun untuk kepentingan nasabah, Bank Indonesiatelah menerbitkan ketentuan Bank Indonesia mengenaisistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement(RTGS) dan sistem kliring nasional.

I.4.8.3 Tujuan strategi

Strategi ini ditempuh agar kegiatan jasa pengiriman uang,khususnya yang diselenggarakan oleh industri non-keuangan, dapat dikontrol dengan baik oleh otoritassehingga dapat negatif yang ditimbulkannya dapatdieliminir.

I.4.8.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999 tentangBank Indonesia.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2003 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 1 Tahun 2002 tentangPemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebagaiUU.

· Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2006 tentangpengesahan International Convention for theSuppression of the Financing of Terrorism, 1999(Konvensi Internasional Pemberantasan PendanaanTerorisme Tahun 1999).

I.4.8.5 Instansi yang terlibat

PPATK, Bank Indonesia, Departemen Hukum & HAM,dan Ditjen Postel.

I.4.9 Penanganan Sektor Non Profit Organization secaraKomprehensif

I.4.9.1 Masalah yang dihadapi

Rezim AML & CFT 81

Non Profit Organization (NPO), baik NPO domestikmaupun afiliasi dengan NPO luar negeri, yang ada diIndonesia saat ini cukup banyak dan tersebar di berbagaisektor dalam lingkup kewenangan beberapa instansiterkait dengan sektor yang dibidanginya. Namundemikian, terdapat indikasi bahwa banyaknya jumlahNPO tersebut belum diimbangi dengan pengaturan danpengawasan yang memadai dari berbagai pemangkukepentingan yang ada di Indonesia. Hal ini tercermindari hasil penilaian Tim Evaluator Asia Pacific Groupon Money Laundering (APGML) terhadap pelaksanaanFinancial Action Task Force on Money Laundering(FATF) 40+9 Rekomendasi dalam rangka pembangunanrezim anti pencucian uang dan pendanaan teroris diIndonesia dan Tim Counter Terrorism ExecutiveDirectorate (CTED) Dewan Keamanan PBB, yangkeduanya antara lain menyatakan bahwa Indonesiamasih dinilai lemah dalam pengaturan dan pengawasanNPO.

Pada Workshop on Non Profit Organization Sector yangdiselenggarakan di Bogor pada tanggal 17-18 November2008 dan diikuti oleh seluruh pemangku kepentinganyang terkait dengan NPO, dapat diidentifikasikansejumlah kelemahan utama dalam penanganan sektorNPO di Indonesia, yaitu:

a. belum adanya persamaan persepsi mengenaikeragaman sektor NPO.

b. regulasi yang bersifat tumpang tindih terkait dengansektor NPO antara lain yayasan, organisasimasyarakat, organisasi sosial, organisasikeagamaan, dan lain-lain.

c. lemahnya koordinasi di tingkat nasional baik pusatmaupun daerah.

d. lemahnya pengawasan dan pemantauan aliran danayang berisiko terhadap pencucian uang danpendanaan terorisme; dan

e. belum adanya pemetaan yang komprehensifterhadap sektor NPO yang beroperasi di Indonesia.

82 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

I.4.9.2 Langkah/Strategi yang harus ditempuh

a. Dalam jangka pendek (sampai dengan satu tahunke depan), melakukan pengkajian domestik(domestic review) terhadap sektor NPO di Indonesiayang dilakukan untuk memperoleh sejumlahgambaran umum, antara lain :

i) peraturan dan ketentuan terkait;ii) jenis, jumlah dan besar NPO;iii) pengawasan yang dilakukan;iv) kerentanan NPO terhadap tindak pidana.

b. Adapun langkah-langkah penyusunan pengkajiandomestik adalah sebagai berikut:

i) meningkatkan efektivitas kemitraan dengansektor NPO;

ii) mengumpulkan informasi-informasi menge-naiberbagai ragam NPO di Indonesia;

iii) membentuk suatu forum/tim kerja yang terdiridari pemangku kepen-tingan, baik dari sektorpemerintahan sektor NPO, maupunmasyarakat dengan tugas untuk memonitor danmemberikan arahan dalam tahap pelaksanaanpengkajian domestik;

iv) melaksanakan program outreach kepada sektorNPO;

v) melakukan penilaian (assessment) terhadapberbagai peraturan perundang-undangan yangterkait dengan sektor NPO

c. Dalam jangka menengah dan panjang, berdasarkanhasil Domestic Review, disusun strategi danlangkah-langkah yang paling tepat dalampenanganan sektor NPO.

I.4.9.3 Tujuan strategi

Penanganan yang komprehensif untuk sektor NPO inibertujuan agar peranan dan konstribusi NPO sebagaimitra Pemerintah dalam proses pembangunan diIndonesia dapat lebih ditingkatkan denganmengedepankan good governance (transparansi dan

Rezim AML & CFT 83

akuntabilitas) dan mengeliminir digunakannya NPOsebagai sarana dan sasaran pencucian uang danpendanaan terorisme.

I.4.9.4 Peraturan Perundang-undangan Terkait

· Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1982 tentang WajibDaftar Perusahaan

· Undang-Undang RI No.8 Tahun 1985 tentangOrganisasi Kemasyarakatan

· Undang-Undang RI No.8 Tahun 1997 tentangDokumen Perusahaan

· Undang-Undang RI No.31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun2001.

· Undang-Undang RI No. 16 tahun 2001 tentangYayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentangTindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003.

· Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2003 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No.1 Tahun 2002 tentangPemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebagai UU.

· Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2006 tentangpengesahan International Convention for theSuppression of the Financing of Terrorism, 1999(Konvensi Internasional Pemberantasan PendanaanTerorisme Tahun 1999).

· Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2006 tentangpengesahan United Nations Convention AgainstCorruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi Tahun 2003).

· Keputusan Presiden RI No. 82 Tahun 2003 tentangTata Cara Pelaksanaan Kewenangan PPATK.

I.4.9.5 Instansi yang terlibat

PPATK; Departemen Luar Negeri; Departemen DalamNegeri; Departemen Sosial; Departemen PendidikanNasional; Departemen Kesehatan; Departemen Agama;

84 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Departemen Perdagangan; Departemen Tenaga Kerjadan Transmigrasi; Departemen Hukum dan HAM;Sekretariat Negara; Badan Nasional PenanggulanganBencana; Desk Koordinasi Pemberantasan TerorismeKantor Kementerian Koordinator Politik Hukum danKeamanan; Kepolisian Negara Republik Indonesia danBadan Intelijen Negara (BIN).

~o~

TPPU & TPA 85

BAB IITINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DAN TINDAK PIDANA ASALBab II ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uangdan pendanaan terorisme serta berbagai jenis kejahatan asal (predicate crime)

sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

86 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

II.1 Tindak Pidana Pencucian Uang ......................................................... 96II.1.1 Definisi ...................................................................................... 96II.1.2 Kriminalisasi Pencucian Uang ............................................... 96

II.2 Tindak Pidana Asal ............................................................................... 97II.2. 1 Definisi ...................................................................................... 97II.2. 2 Pengertian Hasil Tindak Pidana ............................................ 97II.2. 3 Pengertian Harta Kekayaan ................................................... 98II.2. 4 Penggunaan Harta Kekayaan untuk Kegiatan Terorisme.. 98

II.3 Jenis-jenis Tindak Pidana Asal .......................................................... 98II.3.1 Korupsi ...................................................................................... 98

II.3.1.1 Kerugian Keuangan Negara .................................. 98II.3.1.2 Penggelapan dalam Jabatan .................................. 99

II.3.1.2.1 Penggelapan Uang atau Suratberharga ................................................ 99

II.3.1.2.2 Pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus .............................. 99

II.3.1.2.3 Menggelapkan atau merusakkanbarang, akta, surat, atau daftar ........... 100

II.3.1.3 Pemerasan ................................................................ 100II.3.1.3.1 Penyalahgunaan kekuasaan untuk

melakukan pemaksaan ......................... 100II.3.1.3.2 Meminta, menerima, atau memotong

pembayaran .......................................... 101II.3.1.3.3 Menjadikan seolah-olah hutang ........ 101

II.3.1.4 Perbuatan curang .................................................... 102II.3.1.4.1 Terkait bangunan dan barang TNI/

POLRI ..................................................... 102II.3.1.4.2 Terkait penggunaan tanah negara

oleh Pegawai Negeri/ Penyeleng-garaNegara .................................................... 103

II.3.1.5 Benturan kepentingan dalam pengadaan ............ 103II.3.1.6 Gratifikasi .................................................................. 104II.3.1.7 Tindak pidana lain terkait dengan korupsi .......... 105

II.3.1.7.1 Upaya mencegah, merintangi, ataumenggagalkan penyidikan, penuntu-tan, dan pemeriksaan di sidangpengadilan ............................................ 105

II.3.1.7.2 Sengaja tidak memberi keteranganatau memberi keterangan yang tidakbenar ...................................................... 105

TPPU & TPA 87

II.3.1.7.3 Terkait perkara korupsi ........................ 105II.3.1.7.4 Saksi yang tidak memenuhi

ketentuan ............................................... 106II.3.1.7.5 Percobaan perbantuan atau

permufakatan jahat ............................... 106II.3.1.7.6 Pemberian bantuan, kesempatan,

sarana, atau keterangan ...................... 106II.3.2 Penyuapan ............................................................................... 107

II.3.2.1 Definisi ..................................................................... 107II.3.2.2 Sanksi pidana .......................................................... 107II.3.2.3 Praktik suap dilakukan di luar wilayah RI ............ 107II.3.2.4 Kriminalisasi praktik suap ...................................... 108II.3.2.5 Terkait Pegawai Negeri atau Penyelenggara

Negara ...................................................................... 108II.3.2.6 Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

menerima pemberian atau janji ............................... 108II.3.2.7 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada

hakim dan advokat .................................................. 109II.3.2.8 Hakim yang menerima pemberian atau janji ......... 109II.3.2.9 Sanksi bagi Pegawai Negeri atau Penyelenggara

Negara yang menerima hadiah atau janji ............ 109II.3.2.9.1 Kewenangan sehubungan dengan

jabatan ................................................... 109II.3.2.9.2 Melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam jabatan ........................ 110II.3.2.9.3 Karena telah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu .............................. 111II.3.2.9.4 Hadiah atau janji yang mempengaruhi

putusan hakim ...................................... 111II.3.2.9.5 Hadiah atau janji untuk mempengaruhi

nasihat atau pendapat advokat ..........II.3.2.9.6 Hadiah atau janji yang diberikan kepada

Pegawai Negeri ..................................... 112II.3.2.9.7 Percobaan pembantuan atau

permufakatan jahat ............................... 112II.3.2.9.8 Pemberian bantuan, kesempatan,

sarana, atau keterangan ...................... 113II.3.3 Narkotika .................................................................................. 113

II.3.3.1 Definisi ...................................................................... 113II.3.3.2 Sanksi menanam memelihara, memiliki,

menyimpan atau menguasai narkotikGolongan I ................................................................ 114

88 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.3.3 Sanksi memiliki, menyimpan untuk dimiliki atauuntuk persediaan, atau menguasai narkotikaGolongan II .............................................................. 114

II.3.3.4 Sanksi memproduksi, mengolah, mengekstraksi,mengkonversi, merakit, atau menyediakannarkotika Golongan I .............................................. 116

II.3.3.5 Sanksi membawa, mengirim, mengangkut, ataumentransito narkotika Golongan I ........................ 117

II.3.3.6 Sanksi mengimpor, mengekspor, menawarkanuntuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli,menyerahkan, menerima, menjadi perantaradalam jual beli, atau menukar narkotikaGolongan I dan II .................................................... 119

II.3.3.7 Sanksi menggunakan narkotika terhadap oranglain atau memberikan narkotika Golongan I untukdigunakan orang lain ............................................. 121

II.3.3.8 Sanksi menggunakan narkotika Golongan Ibagi diri sendiri ........................................................ 122

II.3.3.9 Sanksi bagi pengurus pabrik obat yang tidakmelaksanakan kewajiban ........................................ 123

II.3.3.10 Perampasan narkotika dan hasil kejahatannarkotika .................................................................. 124

II.3.3.11 Pidana tambahan ..................................................... 124II.3.3.12 Sanksi menghalang-halangi atau mempersulit

penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaanperkara tindak pidana nakotika di sidangpengadilan ............................................................... 124

II.3.3.13 Sanksi bagi Nakhoda atau kapten penerbang,penyidik PPNS, Penyidik Polri, dan saksi ............ 124

II.3.3.14 Sanksi terhadap pengulangan tindak pidananarkotika ................................................................... 125

II.3.3.15 Sanksi bagi warga negara asing terkait tindakpidana narkotika ...................................................... 126

II.3.4 Psikotropika ............................................................................. 127II.3.4.1 Sanksi bagi yang menggunakan,

memproduksi dan/atau menggunakan dalamproses produksi, mengedarkan, mengimpor,secara tanpa hak memiliki, menyimpandan/atau membawa psikotropika golongan I ...... 127

II.3.4.2 Sanksi bagi yang melanggar ketentuan Pasal 5,Pasal 7, Pasal 19 ayat (1), Pasal 12 ayat (2),Pasal 14 ayat (1), (2), (3) dan (4) ............................ 128

TPPU & TPA 89

II.3.4.3 Ketentuan bagi pabrik obat yangmemproduksi psikotropika ..................................... 130

II.3.4.4 Ketentuan pengedaran dan penyaluranpsikotropika ............................................................. 130

II.3.4.5 Surat persetujuan ekspor atau impor ................... 131II.3.4.6 Pencantuman label .................................................. 134II.3.4.7 Pemusnahan psikotropika ...................................... 136II.3.4.8 Pengobatan dan perawatan penderita

psikotropika ............................................................. 136II.3.4.9 Pelaporan penyalahgunaan dan/atau

pemilikan psikotropika ............................................ 137II.3.4.10 Warga negara asing yang melakukan tindak

pidana psikotropika ................................................ 138II.3.4.11 Percobaan atau perbantuan melakukan tindak

pidana psikotropika ................................................ 138II.3.5 Penyeludupan Tenaga Kerja .................................................. 139

II.3.5.1 Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri ........................... 139II.3.5.2 Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI.................. 140II.3.5.3 Syarat-syarat perekrutan TKI ................................ 141II.3.5.4 Program Asuransi .................................................... 142II.3.5.5 Sanksi pidana .......................................................... 142II.3.5.6 Perdagangan wanita dan perdagangan anak

laki-laki yang belum dewasa .................................. 143II.3.5.7 Mempekerjakan tenaga kerja asing ...................... 143II.3.5.8 Sanksi Pidana .......................................................... 143

II.3.5.8.1 Umum .................................................. 143II.3.5.8.2 Penempatan TKI tanpa ijin ............... 144II.3.5.8.3 Eksploitasi orang di wilayah

Indonesia dan atau negara lain ....... 144II.3.5.8.3.1 Di wilayah Indonesia ........................ 144II.3.5.8.3.2 Di wilayah Indonesia atau negara

lain ...................................................... 145II.3.5.8.3.3 Pengekslpotasian anak .................... 146II.3.5.8.3.4 Penyalahgunaan kekuasaan oleh

penyelenggara negara ...................... 146II.3.5.8.3.5 Peran aktor intelektual ...................... 147

II.3.6 Penyelundupan Imigran ......................................................... 149II.3.6.1 Keluar atau masuk wilayah RI ............................... 149II.3.6.2 Orang asing yang melanggar ketetuan

keimigrasian ............................................................. 149II.3.6.3 Penggunaan surat perjalanan palsu ..................... 151II.3.6.4 Pemberian keterangan palsu pada dokumen

negara ...................................................................... 152

90 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.7 Di Bidang Perbankan .............................................................. 153II.3.7.1 Perizinan.................................................................... 153II.3.7.2 Rahasia bank ............................................................ 154II.3.7.3 Pembinaan dan pengawasan bank ....................... 155II.3.7.4 Kewajiban bank menjadi peserta penjaminan ..... 158II.3.7.5 Likuidasi bank .......................................................... 161II.3.7.6 Sanksi pidana atau denda ...................................... 161

II.3.8 Di Bidang Pasar Modal ........................................................... 163II.3.8.1 Kegiatan tanpa ijin, persetujuan atau

pendaftaran .............................................................. 163II.3.8.2 Kegiatan wakil perusahaan efek tanpa ijin .......... 163II.3.8.3 Kegiatan usaha sebagai bursa .............................. 163

II.3.8.3.1 Ijin Usaha dari Bapepam ...................... 163II.3.8.3.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan ... 164II.3.8.3.3 Kegiatan Usaha LKP dan LPP.............. 164II.3.8.3.3.1 Umum .................................................. 164II.3.8.3.3.2 Tata cara ............................................. 164

II.3.8.4 Reksa Dana .............................................................. 165II.3.8.4.1 Bentuk Reksa Dana ............................. 165II.3.8.4.2 Sifat Reksa Dana Perseroan ................ 165II.3.8.4.3 Reksa Dana Perseroan ......................... 165II.3.8.4.4 Reksa Dana Kontrak Investasi

Kolektif ................................................... 165II.3.8.4.5 Tata Cara Perijinan ............................... 165

II.3.8.5 Perusahaan Efek ...................................................... 166II.3.8.5.1 Ketentuan Umum ................................ 166II.3.8.5.2 Kegiatan Perusahaan Efek .................. 166II.3.8.5.3 Pengecualian ........................................ 166II.3.8.5.4 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan .. 167

II.3.8.6 Perijinan Wakil Perusahaan Efek ............................ 167II.3.8.6.1 Ketentuan umum ................................. 167II.3.8.6.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan .. 167

II.3.8.7 Penasihat Investasi ................................................ 168II.3.8.7.1 Ketentuan Umum ................................. 168II.3.8.7.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan .. 168

II.3.8.8 Kustodian ................................................................ 168II.3.8.8.1 Ketentuan Umum ................................ 168II.3.8.8.2 Persyaratan dan Tata Cara .................. 169

Pemberian Persetujuan ........................ 169II.3.8.9 Biro Administrasi Efek ........................................... 169

II.3.8.9.1 Ketentuan Umum ................................. 169II.3.8.9.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan .. 169

TPPU & TPA 91

II.3.8.10 Wali Amanat ............................................................. 170II.3.8.10.1 Ketentuan Umum ................................. 170II.3.8.10.2 Persyaratan dan Tata Cara

Pendaftaran ........................................... 170II.3.8.11 Profesi Penunjang Pasar Modal ........................... 171

II.3.8.11.1 Jenis Profesi Penunjang Pasar Modal 171II.3.8.11.2 Kewajiban Pendaftaran Profesi

Penunjang ............................................. 171II.3.8.11.3 Persyaratan dan Tata Cara

Pendaftaran ........................................... 171II.3.8.12 Penipuan ................................................................... 172II.3.8.13 Manipulasi Pasar ..................................................... 172II.3.8.14 Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)..... 173II.3.8.15 Sanksi bagi pihak yang melakukan kegiatan

di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, ataupendaftaran .............................................................. 175

II.3.8.16 Sanksi Pidana Penipuan, Manipulasi Pasardan Perdagangan Orang Dalam ............................ 175

II.3.8.17 Larangan Bagi Manajer Investasi atau Pihakterafiliasinya ............................................................ 176

II.3.8.18 Pelanggaran Larangan bagi Manajer Investasidan Pihak Terafiliasi ................................................ 176

II.3.8.19 Penawaran Umum ................................................... 176II.3.8.19.1 Ketentuan Umum ................................ 176II.3.8.19.2 Pengecualian ........................................ 177II.3.8.19.3 Pelanggaran dalam Penawaran

Umum ................................................... 177II.3.8.20 Pernyataan Pendaftaran ......................................... 177

II.3.8.20.1 Ketentuan Umum ................................. 177II.3.8.20.2 Sanksi Pidana ....................................... 178

II.3.8.21 Sanksi Pidana Lainnya ........................................... 178II.3.8.22 Ancaman pidana bagi pihak yang

mempengaruhi .......................................................... 178II.3.8.23 Sanksi bagi pihak yang tidak mematuhi atau

menghambat pemeriksaan ...................................... 179II.3.8.24 Pelanggaran ............................................................. 179II.3.8.25 Kriminalisasi ............................................................ 179II.3.8.26 Pemeriksaan Bapepam ............................................ 179

II.3.8.26.1 Ketentuan Umum .............................. 179II.3.8.26.2 Kewenangan dalam rangka

pemeriksaan ........................................ 180II.3.8.26.3 Tata Cara Pemeriksaan ...................... 180II.3.8.26.4 Larangan Bagi Pegawai Bapepam ... 181

92 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.9 Di Bidang Perasuransian ........................................................ 181II.3.9.1 Ketentuan Umum .................................................... 181II.3.9.2 Syarat-syarat permohonan izin usaha ................. 181II.3.9.3 Sanksi-sanksi .......................................................... 182

II.3.9.3.1 Perasuransian tanpa izin usaha ......... 182II.3.9.3.2 Penggelapan premi ............................... 182II.3.9.3.3 Penggelapan kekayaan asuransi ........ 183II.3.9.3.4 Penadah atau pembeli kekayaan

asuransi .................................................. 183II.3.9.3.5 Pemalsuan dokumen ........................... 183II.3.9.3.6 Sanksi adminsitratif, ganti rugi, atau

denda ..................................................... 183II.3.9.3.7 Kriminalisasi ......................................... 183

II.3.9.4 Tindak pidana yang dilakukan oleh atau atasnama suatu badan hukum atau badan usahayang bukan badan hukum ..................................... 184

II.3.9.5 Kepemilikan Asing .................................................. 184II.3.10 Kepabeanan ............................................................................. 184II.3.11 Cukai ......................................................................................... 188II.3.12 Perdagangan Orang ................................................................ 190

II.3.12.1 Definisi ...................................................................... 190II.3.12.2 Larangan perdagangan dan eksploitasi wanita

dan anak laki-laki yang belum dewasa ................. 191II.3.12.3 Pidana tambahan ..................................................... 194II.3.12.4 Percobaan, perbantuan dan permukatan jahat

dalam perdagangan manusia ................................. 194II.3.12.5 Tindak pidana perdagangan orang oleh

korporasi .................................................................. 195II.3.13 Perdagangan Senjata Gelap ................................................... 195II.3.14 Terorisme .................................................................................. 196

II.3.14.1 Definisi ...................................................................... 196II.3.14.2 Sanksi bagi setiap orang yang melakukan

teror .......................................................................... 196II.3.14.3 Sanksi terkait penggunaan bahan peledak .......... 200II.3.14.4 Sanksi terhadap setiap orang yang membantu

pelaku terorisme ...................................................... 202II.3.14.5 Sanksi terhadap setiap orang yang

merencanakan dan melakukan permufakatanjahat terkait terorime ............................................... 203

II.3.14.6 Sanksi terhadap korporasi terkait terorisme ........ 203II.3.15 Penculikan................................................................................... 204

II.3.15.1 Membawa pergi seseorang dari tempattinggalnya ................................................................ 204

TPPU & TPA 93

II.3.15.2 Menarik dan menyembunyikan seseorangyang belum cukup umur ........................................ 205

II.3.16 Pencurian .................................................................................. 205II.3.16.1 Sanksi terhadap seseorang yang mengambil

barang bukan miliknya .......................................... 205II.3.16.2 Sanksi terhadap pelaku pencurian yang disertai

dengan tindakan kekerasan dan mengakibatkankematian orang lain ................................................. 207

II.3.17 Penggelapan ............................................................................. 208II.3.18 Penipuan .................................................................................. 208

II.3.18.1 Sanksi terhadap seseorang yang secaramelawan hukum menguntungkan diri sendiriatau orang lain ......................................................... 208

II.3.18.2 Sanksi terhadap setiap orang yang menjadikanpraktek penipuan sebagai mata pencarian ataukebiasaan ................................................................. 209

II.3.18.3 Sanksi terhadap setiap orang yang melakukanpenipuan atas hasil kesusastraan, keilmuan,kesenian atau kerajinan ......................................... 209

II.3.18.4 Tindak pidana penipuan terkait asuransi ............ 209II.3.18.5 Perbuatan curang untuk menyesatkan publik

atau orang tertentu ................................................. 210II.3.18.6 Sanksi terkait makanan, minuman dan obat-

obatan yang dipalsukan ......................................... 213II.3.18.7 Sanksi terkait ahli dan barang bangunan............. 213II.3.18.8 Sanksi terkait barang keperluan Angkatan

Laut atau Angkatan Darat ..................................... 214II.3.18.9 Sanksi terkait pemindahan dan penghancuran

batas pekarangan .................................................... 214II.3.18.10 Sanksi terkait penyiaran kabar bohong ............... 214II.3.18.11 Sanksi terkait surat hutang sesuatu negara,

perkumpulan, yayasan atau perseroan ................ 215II.3.18.12 Sanksi terkait pengumuman daftar atau neraca

yang tidak benar ...................................................... 215II.3.18.13 Sanksi terkait pembungkus palsu ........................ 215

Pasal 393 Ayat (2) KUHPJika pada waktu melakukan kejahatan belurnlewat lima tahun sejak adanya pemidanaanyang menjadi tetap karena kejahatan semacamitu juga dapat dijatuhkan pidana penjarapaling lama sembilan bulan .................................... 216

II.3.18.14 Sanksi terkait pemberian keterangan yangtidak benar dalam surat atau dokumen ............... 216

94 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.19 Pemalsuan Uang ...................................................................... 216II.3.19.1 Larangan memalsukan uang dan

mengedarkannya ..................................................... 216II.3.19.2 Larangan mengurangi nilai mata uang ................. 217II.3.19.3 Larangan membuat dan memiliki persedian bahan

untuk meniru, memalsu atau mengurangi nilaimata uang ................................................................. 218

II.3.20 Perjudian ................................................................................... 218II.3.21 Prostitusi ................................................................................... 220

II.3.21.1 Larangan perbuatan cabul ..................................... 220II.3.21.2 Larangan memperdagangkan wanita dan anak

laki-laki yang belum dewasa .................................. 220II.3.22 Di Bidang Perpajakan ............................................................. 222

II.3.22.1 Sanksi terkait SPPT dan NPWP............................. 222II.3.22.2 Sanksi terkait kerahasiaan wajib pajak ................. 224II.3.22.3 Sanksi terkait penyelidikan, penyidikan dan

penuntutan ............................................................... 224II.3.23 Di Bidang Kehutanan ............................................................. 227

II.3.23.1 Sanksi terkait kelalaian dan pelanggaran dibidang kehutanan ................................................... 227

II.3.23.2 Tuntutan dan sanksi pidana terhadap pengurusbadan hukum atau badan usaha .......................... 230

II.3.23.3 Larangan dan sanksi pidana pengrusakanhutan ......................................................................... 230

II.3.23.4 Perlindungan terhadap satwa yang dilindungi ... 234II.3.24 Di Bidang Lingkungan Hidup ................................................ 235

II.3.24.1 Sanksi pidana terhadap pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup ................................. 235

II.3.24.2 Sanksi pidana terkait pemberian keteranganpalsu ......................................................................... 236

II.3.24.3 Sanksi pidana terkait badan hukum ..................... 237II.3.24.4 Tindakan penertiban .............................................. 239

II.3.25 Di Bidang Kelautan atau Perikanan ...................................... 239II.3.25.1 Larangan penggunaan bahan kimia, biologis,

atau peledak ............................................................. 239II.3.25.2 Ketentuan alat penangkap ikan dan alat-alat

bantunya ................................................................. 242II.3.25.3 Sanksi pidana terkait pencemaran dan/atau

pengrusakan sumber daya ikan dan/ataulingkungannya ........................................................ 243

II.3.25.4 Larangan melakukan rekayasa genetika danpenggunaan obat-obatan terlarang ..................... 244

TPPU & TPA 95

II.3.25.5 Sanksi pidana terkait rusaknya plasmanutfah ....................................................................... 245

II.3.25.6 Ketentuan penanganan dan pengolahan ikanII.3.25.7 Ketentuan memasukkan ke dan............................ 246

mengeluarkan ikan dari wilayah RepublikIndonesia................................................................. 246

II.3.25.8 Ketentuan penggunaan bahan makanan ikan ... 247II.3.25.9 Ketentuan pembudibudayaan ikan ..................... 247II.3.25.10 Ketentuan terkait kapal penangkap ikan dan

pengangkutannya ................................................. 248II.3.25.11 Ketentuan terkait penelitian di bidang

perikanan ................................................................ 251II.3.25.12 Ketentuan terkait usaha dan/atau

pengelolaan perikanan .......................................... 252II.3.25.13 Perampasan hasil kejahatan perikanan untuk

negara ..................................................................... 254II.3.25.14 Pemberian insentif kepada aparat penegak

hukum ...................................................................... 254II.3.26 Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana

penjara 4 (empat) tahun atau lebih ....................................... 254II.3.26.1 Paling lama 4 (empat) tahun ................................. 254II.3.26.2 Paling lama 5 (lima) tahun ..................................... 259II.3.26.3 Paling lama 6 (enam) tahun .................................. 273II.3.26.4 Paling lama 7 (tujuh) tahun .................................. 275II.3.26.5 Paling lama 8 (delapan) tahun .............................. 277II.3.26.6 Paling lama 10 (sepuluh) tahun ........................... 278II.3.26.7 Paling lama 12 (dua belas) tahun ......................... 283II.3.26.8 Paling lama 15 (lima belas) tahun ........................ 283II.3.26.9 Paling lama 20 (dua puluh) tahun ........................ 286II.3.26.10 Pidana mati, seumur hidup atau penjara

paling lama 25 (dua puluh lima) tahun ............... 289II.3.26.11 Pidana mati atau seumur hidup ............................ 290

II.4 Tindak Pidana Pendanaan Terorisme ................................................ 292II.4.1 Definisi ...................................................................................... 292II.4.2 Kriminalisasi Pendanaan Terorisme ...................................... 292II.4.3 Sansi Pidana ............................................................................. 296

II.5 Tindak Pidana Lain terkait TPPU ..................................................... 297

96 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.1 Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

II.1.1 Definisi

Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhiunsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalamUndang-Undang ini.164

II.1.2 Kriminalisasi Pencucian Uang

Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkandengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lainatas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindakpidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20(dua puluh) tahun dan denda paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).165

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asalusul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, ataukepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yangdiketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindakpidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidanakarena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjarapaling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).166

Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yangdiketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindakpidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda

164 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

165 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

166 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

TPPU & TPA 97

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).167

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlakubagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporansebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.168

II.2 Tindak Pidana Asal

II.2.1 Definisi

Tindak pidana asal (predicate crime) adalah tindak pidana yangmemicu (sumber) terjadinya tindak pidana pencucian uang.

II.2.2 Pengertian Hasil Tindak Pidana

Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperolehdari tindak pidana:

a. korupsi;b. penyuapan;c. narkotika;d. psikotropika;e. penyelundupan tenaga kerja;f. penyelundupan migran;g. di bidang perbankan;h. di bidang pasar modal;i. di bidang perasuransian;j. kepabeanan;k. cukai;l. perdagangan orang;m.perdagangan senjata gelap;n. terorisme;o. penculikan;p. pencurian;q. penggelapan;r. penipuan;s. pemalsuan uang;t. perjudian;u. prostitusi;v. di bidang perpajakan;

167 Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

168 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

98 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

w. di bidang kehutanan;x. di bidang lingkungan hidup;y. di bidang kelautan dan perikanan; atauz. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4

(empat) tahun atau lebih,

yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindakpidana menurut hukum Indonesia.169

II.2. 3 Pengertian Harta Kekayaan

Harta Kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidakbergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,yang diperoleh baik secara langsung maupun tidaklangsung.170

II.2. 4 Penggunaan Harta Kekayaan untuk Kegiatan Terorisme

Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akandigunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidaklangsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atauteroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.171

II.3 Jenis-jenis Tindak Pidana Asal

II.3.1 Korupsi

II.3.1.1 Kerugian Keuangan Negara

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukanperbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lainyang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangannegara atau perekonomian negara, dipidana denganpidana penjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.

169 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

170 Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

171 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

TPPU & TPA 99

200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).172

Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaantertentu pidana mati dapat dijatuhkan.173

II.3.1.2 Penggelapan dalam Jabatan

II.3.1.2.1 Penggelapan Uang atau Surat berharga

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahundan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawainegeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatanumum secara terus menerus atau untuk sementarawaktu, dengan sengaja menggelapkan uang atausurat berharga yang disimpan karena jabatannya,atau membiarkan uang atau surat berhargatersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain,atau membantu dalam melakukan perbuatantersebut.174

II.3.1.2.2 Pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yangkhusus

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun danpidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)pegawai negeri atau orang selain pegawai negeriyang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum

172 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

173 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

174 Pasal 8 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

100 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

secara terus menerus atau untuk sementara waktu,dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaanadministrasi.175

II.3.1.2.3 Menggelapkan atau merusakkan barang, akta,surat, atau daftar

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun danpidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)pegawai negeri atau orang selain pegawai negeriyang diberi tugas menjalankan suatu jabatanumum secara terus menerus atau untuksementara waktu, dengan sengaja:

a. menggelapkan, menghancurkan, meru-sakkan,atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,surat, atau daftar yang digunakan untukmeyakinkan atau membuktikan di muka pejabatyang berwenang, yang dikuasai karenajabatannya; atau

b. membiarkan orang lain menghilangkan,menghancur-kan, merusakkan, atau membuattidak dapat dipakai barang, akta, surat, ataudaftar tersebut; atau

c. membantu orang lain menghilangkan,menghancurkan, merusakkan, atau membuattidak dapat dipakai barang, akta, surat, ataudaftar tersebut.176

II.3.1.3 Pemerasan

II.3.1.3.1 Penyalahgunaan kekuasaan untuk melakukanpemaksaan

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

175 Pasal 9 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

176 Pasal 10 huruf a, b, atau c Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPenberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RINo. 20 Tahun 2001.

TPPU & TPA 101

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah): pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang dengan maksudmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, atau dengan menyalahgunakankekuasaan-nya memaksa seseorang memberikansesuatu, membayar, atau menerima pembayarandengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatubagi dirinya sendiri.177

II.3.1.3.2 Meminta, menerima, atau memotong pembayaran

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah): pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang pada waktu menjalankantugas, meminta, menerima, atau memotongpembayaran kepada pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang lain atau kepada kasumum, seolah-olah pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang lain atau kas umumtersebut mempunyai utang kepadanya, padahaldiketahui bahwa hal tersebut bukan merupakanutang.178

II.3.1.3.3 Menjadikan seolah-olah hutang

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

177 Pasal 12 huruf e Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

178 Pasal 12 huruf f Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

102 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah) pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang pada waktu menjalankantugas, meminta atau menerima pekerjaan, ataupenyerahan barang, seolah-olah merupakan utangkepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebutbukan merupakan utang.179

II.3.1.4 Perbuatan curang

II.3.1.4.1 Terkait bangunan dan barang TNI/POLRI

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun danatau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):

a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktumembuat bangunan, atau penjual bahanbangunan yang pada waktu menyerahkan bahanbangunan, melakukan perbuatan curang yangdapat membahayakan keamanan orang ataubarang, atau keselamatan negara dalam keadaanperang;

b. setiap orang yang bertugas mengawasipembangunan atau penyerahan bahan bangunan,sengaja membiarkan perbu-atan curangsebagaimana dimaksud dalam huruf a;

c. setiap orang yang pada waktu menyerahkanbarang keperluan Tentara Nasional Indonesia danatau Kepolisian Negara Republik Indonesiamelakukan perbuatan curang yang dapatmembaha-yakan keselamatan negara dalamkeadaan perang; atau

d. Setiap orang yang bertugas mengawasipenyerahan barang keperluan Tentara NasionalIndonesia dan atau Kepolisian Negara Republik

179 Pasal 12 huruf g Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

TPPU & TPA 103

Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatancurang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.180

e. Bagi orang yang menerima penyerahan bahanbangunan atau orang yang menerima penyerahanbarang keperluan Tentara Nasional Indonesia danatau Kepolisian Negara Republik Indonesia danmembiarkan perbuatan curang sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c,dipidana dengan pidana yang sama sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).181

II.3.1.4.2 Terkait penggunaan tanah negara oleh PegawaiNegeri/Penyelenggara Negara

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang pada waktu menjalankan tugas, telahmenggunakan tanah negara yang di atasnya terdapathak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturanperundang-undangan, telah merugikan orang yangberhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatantersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.182

II.3.1.5 Benturan kepentingan dalam pengadaan

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

180 Pasal 7 ayat (1) huruf a,b,c atau d Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPenberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RINo. 20 Tahun 2001.

181 Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

182 Pasal 12 huruf h Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

104 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah) pegawai negeri ataupenyelenggara negara baik langsung maupun tidaklangsung dengan sengaja turut serta dalampemborongan, pengadaan, atau persewaan, yangpada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atausebagian ditugaskan untuk mengurus ataumengawasinya.183

II.3.1.6 Gratifikasi

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri ataupenyelenggara negara dianggap pemberian suap,apabila berhubungan dengan jabatannya dan yangberlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,dengan ketentuan sebagai berikut :

1) yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh jutarupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasitersebut bukan merupakan suap dilakukan olehpenerima gratifikasi;

2) yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwagratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntutumum.184

Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaranegara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalahpidana penjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikitRp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) danpaling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).185

183 Pasal 12 huruf i Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

184 Pasal 12B ayat (1) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

185 Pasal 12B ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

TPPU & TPA 105

II.3.1.7 Tindak pidana lain terkait dengan korupsi

II.3.1.7.1 Upaya mencegah, merintangi, atau menggagalkanpenyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidangpengadilan

Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,merintangi, atau menggagalkan secara langsungatau tidak langsung penyidikan, penuntutan, danpemeriksaan disidang pengadilan terhadap tersangkaatau terdakwa ataupun para saksi dalam perkarakorupsi, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)tahun dan atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus jutarupiah).186

II.3.1.7.2 Sengaja tidak memberi keterangan atau memberiketerangan yang tidak benar

Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengansengaja tidak memberi keterangan atau memberiketerangan yang tidak benar dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 12 (dua belas) tahun dan atau denda palingsedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00(enam ratus juta rupiah).187

II.3.1.7.3 Terkait perkara korupsi

Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadapketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220,Pasal 231, Pasal 241, Pasal 422, Pasal 429 atauPasal 430 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan

186 Pasal 21 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

187 Pasal 22 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

106 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).188

II.3.1.7.4 Saksi yang tidak memenuhi ketentuan

Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 31, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau dendapaling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluhjuta rupiah).189

II.3.1.7.5 Percobaan perbantuan atau permufakatan jahat

Setiap orang yang melakukan percobaanpembantuan atau permufakatan jahat untukmelakukan tindak pidana korupsi, dipidana denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalamPasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.190

Permufakatan Jahat adalah perbuatan dua orangatau lebih yang bersepakat untuk melakukan tindakpidana pencucian uang. 191

II.3.1.7.6 Pemberian bantuan, kesempatan, sarana, atauketerangan

Setiap orang di dalam wilayah negara RepublikIndonesia yang memberikan bantuan, kesempatan,sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindakpidana korupsi dipidana dengan pidana yang samasebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampaidengan Pasal (7).192

188 Pasal 23 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

189 Pasal 24 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

190 Pasal 15 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

191 Pasal 1 angka 15 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

192 Pasal 16 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

TPPU & TPA 107

II.3.2 Penyuapan

II.3.2.1 Definisi

Yang dimaksud dengan tindak pidana suap di dalamundang-undang ini adalah tindak pidana suap di luarketentuan peraturan perundang-undangan yangsudah ada.193

II.3.2.2 Sanksi pidana

Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatukepada seseorang dengan maksud untuk membujuksupaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuatsesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengankewenangan atau kewajibannya yang menyangkutkepentingan umum, dipidana karena memberi suapdengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima)tahun dan denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000, 00 (lima belasjuta rupiah).194

Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkania mengetahui atau patut dapat menduga bahwapemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkansupaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatudalam tugasnya, yang berlawanan dengankewenangan atau kewajibannya yang menyangkutkepentingan umum, dipidana karena menerima suapdengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahunatau denda sebanyak-banyaknya Rp. 15.000.000.00(lima belas juta rupiah).195

II.3.2.3 Praktik suap dilakukan di luar wilayah RI.

Apabila tindak pidana tersebut dalam Pasal 2 danPasal 3 dilakukan di luar wilayah RepublikIndonesia, maka ketentuan dalam undang-undangini berlaku juga terhadapnya.196

193 Pasal 1 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.194 Pasal 2 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.195 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.196 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

108 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.2.4 Kriminalisasi praktik suap

Tindak pidana dalam undang-undang ini merupakankejahatan.197

II.3.2.5 Terkait Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun danatau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)setiap orang yang :

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepadapegawai negeri atau penyelenggara negara denganmaksud supaya pegawai negeri atau penyelenggaranegara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatudalam jabatannya, yang bertentangan dengankewajiban-nya; atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri ataupenyelenggara negara karena atau berhubungandengan sesuatu yang bertentangan dengankewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalamjabatannya.198

II.3.2.6 Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negaramenerima pemberian atau janji

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yangmenerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat(1).199

197 Pasal 5 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.198 Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang

Penberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RINo. 20 Tahun 2001.

199 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

TPPU & TPA 109

II.3.2.7 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim danadvokat

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun danpidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakimdengan maksud untuk mempengaruhi putusanperkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;atau

b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepadaseseorang yang menurut ketentuan peraturanperundang-undangan ditentukan menjadi advokatuntuk menghadiri sidang pengadilan denganmaksud untuk mempengaruhi nasihat ataupendapat yang akan diberikan berhubung denganperkara yang diserahkan kepada pengadilan untukdiadili.200

II.3.2.8 Hakim yang menerima pemberian atau janji.

Bagi hakim yang menerima pemberian atau janjisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atauadvokat yang menerima pemberian atau janjisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,dipidana dengan pidana yang sama sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).201

II.3.2.9 Sanksi bagi Pegawai Negeri atau PenyelenggaraNegara yang menerima hadiah atau janji

II.3.2.9.1 Kewenangan sehubungan denganjabatan

200 Pasal 6 ayat (1) huruf a atau b Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentangPenberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RINo. 20 Tahun 2001.

201 Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

110 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama5 (lima) tahun dan atau pidana dendapaling sedikit Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dan paling banyakRp 250.000.000,00 (dua ratus limapuluh juta rupiah) pegawai negeri ataupenyelenggara negara yang menerimahadiah atau janji padahal diketahui ataupatut diduga, bahwa hadiah atau janjitersebut diberikan karena kekuasaanatau kewenangan yang berhubungandengan jabatannya, atau yang menurutpikiran orang yang memberikan hadiahatau janji tersebut ada hubungandengan jabatannya.202

II.3.2.9.2 Melakukan atau tidak melakukansesuatu dalam jabatan

Dipidana dengan pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang menerima hadiah ataujanji, padahal diketahui atau patut didugabahwa hadiah atau janji tersebutdiberikan untuk menggerakkan agarmelakukan atau tidak melakukansesuatu dalam jabatannya, yangbertentangan dengan kewajibannya.203

202 Pasal 11 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

203 Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PenberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun2001.

TPPU & TPA 111

II.3.2.9.3 Karena telah melakukan atau tidakmelakukan sesuatu

Dipidana dengan pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun danpidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang menerima hadiah, padahaldiketahui atau patut diduga bahwahadiah tersebut diberikan sebagaiakibat atau disebabkan karena telahmelakukan atau tidak melakukansesuatu dalam jabatannya yangbertentangan dengan kewajibannya.204

II.3.2.9.4 Hadiah atau janji yang mempengaruhiputusan hakim

Dipidana dengan pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun danpidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)hakim yang menerima hadiah ataujanji, padahal diketahui atau patutdiduga bahwa hadiah atau janjitersebut diberikan untukmempengaruhi putusan perkara yangdiserahkan kepadanya untuk diadili.205

204 Pasal 12 huruf b Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

205 Pasal 12 huruf c Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

112 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.2.9.5 Hadiah atau janji untuk mempengaruhinasihat atau pendapat advokat

Dipidana dengan pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun danpidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)seseorang yang menurut ketentuanperaturan perundang-undanganditentukan menjadi advokat untukmenghadiri sidang pengadilan,menerima hadiah atau janji, padahaldiketahui atau patut diduga bahwahadiah atau janji tersebut untukmempengaruhi nasihat atau pendapatyang akan diberikan, berhubungdengan perkara yang diserahkankepada pengadilan untuk diadili.206

II.3.2.9.6 Hadiah atau janji yang diberikankepada Pegawai Negeri

Setiap orang yang memberikan hadiahatau janji kepada pegawai negeridengan mengingat kekuasaan atauwewenang yang melekat pada jabatanatau kedudukannya, atau oleh pemberihadiah atau janji dianggap melekatpada jabatan atau kedudukan tersebut,dipidana dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) dan atau denda palingbanyak Rp. 150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah).207

206 Pasal 12 huruf d Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

207 Pasal 13 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

TPPU & TPA 113

II.3.2.9.7 Percobaan pembantuan ataupermufakatan jahat

Setiap orang yang melakukanpercobaan pembantuan ataupermufakatan jahat untuk melakukantindak pidana korupsi, dipidana denganpidana yang sama sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal5 sampai dengan Pasal 14.208

II.3.2.9.8 Pemberian bantuan, kesempatan,sarana, atau keterangan.

Setiap orang di dalam wilayah negaraRepublik Indonesia yang memberikanbantuan, kesempatan, sarana, atauketerangan untuk terjadinya tindakpidana korupsi dipidana dengan pidanayang sama sebagai pelaku tindakpidana korupsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampaidengan Pasal (7).209

II.3.3 Narkotika

II.3.3.1Definisi

Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemulaatau bahan kimia yang dapat digunakan dalampembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabelsebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.210

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotikaadalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yangdilakukan secara tanpa hak atau melawan hukumyang ditetapkan sebagai tindak pidana Narkotika danPrekursor Narkotika.211

208 Pasal 15 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

209 Pasal 16 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Penberantasan TindakPidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001.

210 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.211 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

114 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.3.2 Sanksi menanam memelihara, memiliki, menyimpanatau menguasai narkotik Golongan I

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. menanam, memelihara, mempunyai dalampersediaan, memiliki, menyimpan, atau menguasainarkotika Golongan I dalam bentuk tanaman; atau

b. memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untukpersediaan, atau menguasai narkotika Golongan Ibukan tanaman, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).212

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) didahului dengan permufakatan jahat, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahundan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda palingsedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratuslima puluh juta rupiah).213

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan secara terorganisasi,dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan dendapaling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah)dan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (duamilyar lima ratus juta rupiah). 214

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan oleh korporasi, dipidana dendapaling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyarrupiah).215

II.3.3.3 Sanksi memiliki, menyimpan untuk dimiliki atauuntuk persediaan, atau menguasai narkotikaGolongan II

212 Pasal 78 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.213 Pasal 78 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.214 Pasal 78 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.215 Pasal 78 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 115

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untukpersediaan, atau menguasai narkotika GolonganII, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah);

b. memiliki, menyimpanuntuk dimiliki atau untukpersediaan, atau menguasai narkotika GolonganIII, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda palingbanyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).216

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a didahului dengan permufakatanjahat, dipidana dengan pidana penjara paling lama10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah);

b. ayat (1) huruf b didahului dengan permufakatanjahat, dipidana dengan pidana penjara paling lama7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluhjuta rupiah).217

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorga-nisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 12(dua belas) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua milyarrupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah).218

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tigamilyar rupiah);

216 Pasal 79 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.217 Pasal 79 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.218 Pasal 79 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

116 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b. ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah).219

II.3.3.4 Sanksi memproduksi, mengolah, mengekstraksi,mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotikaGolongan I.

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. memproduksi, mengolah, mengekstraksi,mengkonversi, merakit, atau menyediakannarkotika Golongan I, dipidana dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, ataupidanapenjara paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00(satu milyar rupiah);

b. memproduksi, mengolah, mengkonversi, merakit,atau menyediakan narkotika Golongan II, dipidanadenganpidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah);

c. memproduksi, mengolah,mengkonversi, merakit,atau menyediakan narkotika Golongan III,dipidana denganpidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan denda paling banyakRp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).220

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a didahului dengan permufakatanjahat, dipidana dengan pidana mati ataupidanapenjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b didahului dengan permufakatanjahat, dipidana dengan pidana penjara palinglama18 (delapan belas) tahun, dan denda paling

219 Pasal 79 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.220 Pasal 80 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 117

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);c. ayat (1) huruf c didahului dengan permufakatan

jahat, dipidana dengan pidana penjara palinglama10 (sepuluh) tahun, dan denda paling banyakRp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).221

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorga-nisasi,dipidana dengan pidana mati atau pidanapenjaraseumur hidup atau pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan paling lama20 (duapuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan secara terorga-nisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 20(duapuluh) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c dilakukan secara terorga-nisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).222

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 7.000.000.000,00 (tujuhmilyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empatmilyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tigamilyar rupiah).223

II.3.3.5 Sanksi membawa, mengirim, mengangkut, ataumentransito narkotika Golongan I

221 Pasal 80 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.222 Pasal 80 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.223 Pasal 80 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

118 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. membawa, mengirim, mengangkut, ataumentransito narkotika Golongan I, dipidanadengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun dan denda paling banyak Rp750.000.000,00(tujuh ratus lima puluh juta rupiah);

b. membawa, mengirim, mengangkut, ataumentransito narkotika Golongan II, dipidanadengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah);

c. membawa, mengirim, mengangkut, ataumentransito narkotika Golongan III, dipidanadengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahundan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah).224

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) didahului dengan permufakatan jahat, makaterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a, dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama18(delapan belas) tahun dan denda paling sedikitRp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah) dan palingbanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 12 (dua belas belas) tahun dandendapaling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 9 (sembilan) tahun dan dendapalingbanyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).225

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana mati atau pidana

224 Pasal 81 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.225 Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 119

penjaraseumur hidup, atau pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan palinglama 20 (duapuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp 4.000.000.000,00 (empat milyarrupiah).

b. ayat (1) huruf b dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua milyarrupiah).

c. ayat (1) huruf c dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyarrupiah).226

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 5.000.000.000,00(limamilyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 3.000.000.000,00(tigamilyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (duamilyar rupiah).227

II.3.3.6 Sanksi mengimpor, mengekspor, menawarkan untukdijual, menyalurkan, menjual, membeli,menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalamjual beli, atau menukar narkotika Golongan I dan II

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. mengimpor, mengekspor, menawarkan untukdijual, menyalurkan, menjual, membeli,menyerahkan, menerima,menjadi perantara dalamjual beli, atau menukar narkotika Golongan I,dipidanadengan pidana mati atau pidana penjara

226 Pasal 81 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.227 Pasal 81 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

120 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20(dua puluh) tahun dan denda paling paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);

b. mengimpor, mengekspor, menawarkan untukdijual, menyalurkan, menjual, membeli,menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalamjual beli, atau menukar narkotika Golongan II,dipidanadengan pidana penjara paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

c. mengimpor, mengekspor, menawarkan untukdijual, menyalurkan, menjual, membeli,menyerahkan, menerima,menjadi perantara dalamjual beli, atau menukar narkotika Golongan III,dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).228

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) didahului dengan permufakatan jahat, makaterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a,dipidana dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup atau pidanapenjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama20 (dua puluh) tahun dandenda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan dendapalingbanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyarrupiah);

b. ayat (1) huruf b,dipidana dengan pidana penjarapaling lama 18 (delapan belas) tahun dandendapaling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumilyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c,dipidana dengan pidana penjarapaling lama 12 (dua belas) tahun dan dendapalingbanyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluhjuta rupiah).229

228 Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.229 Pasal 82 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 121

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur hidup, atau pidana penjara paling singkat5 (lima) tahun dan paling lama20 (dua puluh) tahundan denda paling sedikit Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).

b. ayat (1) huruf b dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 20(duapuluh) tahun dan denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat milyarrupiah).

c. ayat (1) huruf c dilakukan secara terorganisasi,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).230

Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 7.000.000.000,00 (tujuhmilyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empatmilyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c dilakukan oleh korporasi, dipidanadenda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tigamilyar rupiah).231

Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukantindak pidana narkotika sebagaimana diatur dalamPasal 78, 79, 80, 81, dan Pasal 82, diancam denganpidana yang sama sesuai dengan ketentuansebagaimana diatur dalam pasal-pasal tersebut.232

II.3.3.7 Sanksi menggunakan narkotika terhadap orang lainatau memberikan narkotika Golongan I untukdigunakan orang lain

230 Pasal 82 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.231 Pasal 82 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.232 Pasal 83 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

122 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. menggunakan narkotika terhadap orang lain ataumemberikan narkotika Golongan I untuk digunakanorang lain, dipidana dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyakRp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah);

b. menggunakan narkotika terhadap orang lain ataumemberikan narkotika Golongan II untukdigunakan oranglain, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dandendapaling banyak Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah);

c. menggunakan narkotika terhadap orang lain ataumemberikan narkotika Golongan III untukdigunakan orang lain, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan dendapalingbanyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluhjuta rupiah).233

II.3.3.8 Sanksi menggunakan narkotika Golongan I bagi dirisendiri

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. menggunakan narkotika Golongan I bagi dirisendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama4(empat) tahun;

b. menggunakan narkotika Golongan II bagi dirisendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama2(dua) tahun;

c. menggunakan narkotika Golongan III bagi dirisendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama1(satu) tahun.234

Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umursebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) yangsengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana

223 Pasal 84 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.234 Pasal 85 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 123

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau dendapaling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).235

Pecandu narkotika yang belum cukup umur dan telahdilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) tidak dituntutpidana.246

Barang siapa menyuruh, memberi atau menjanjikansesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan,memberikan kemudahan, memaksa, memaksadengan ancaman, memaksa dengan kekerasan,melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yangbelum cukup umur untuk melakukan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, 79, 80,81,82, 83Â dan Pasal 84, dipidana dengan pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5(lima)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluhjuta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00(enam ratus juta rupiah).237

Pecandu narkotika yang telah cukup umur dandengan sengaja tidak melaporkan diri sebagaimanadimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) dipidana denganpidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan ataudenda paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua jutarupiah).238

Keluarga pecandu narkotika sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) yang dengan sengaja tidak melaporkanpecandu narkotika tersebut dipidana dengan pidanakurungan palinglama 3 (tiga) bulan atau denda palingbanyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).239

II.3.3.9 Sanksi bagi pengurus pabrik obat yang tidakmelaksanakan kewajiban

235 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.236 Pasal 86 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.237 Pasal 87 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.238 Pasal 88 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.239 Pasal 88 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

124 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pengurus pabrik obat yang tidak melaksanakankewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 danPasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama7 (tujuh) tahun dandenda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).240

II.3.3.10 Perampasan narkotika dan hasil kejahatan narkotika

Narkotika dan hasil-hasil yang diperoleh dari tindakpidana narkotika serta barang-barang atau peralatanyang digunakan untuk melakukan tindak pidananarkotika, dirampas untuk negara.241

II.3.3.11 Pidana tambahan

Penjatuhan pidana terhadap segala tindak pidananarkotika dalam Undang-undang ini kecuali yangdijatuhi pidana kurungan atau pidana denda tidak lebihdari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dapat puladipidana dengan pidana tambahan berupa pencabutanhak sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.242

II.3.3.12 Sanksi menghalang-halangi atau mempersulitpenyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan perkaratindak pidana nakotika di sidang pengadilan

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukummenghalang-halangi atau mempersulit penyidikan,penuntutan, atau pemeriksaan perkara tindak pidananakotika di muka sidang pengadilan, dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dandendapaling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus limapuluh juta rupiah).243

II.3.3.13 Sanksi bagi Nakhoda atau kapten penerbang,penyidik PPNS, Penyidik Polri, dan saksi

Nakhoda atau kapten penerbang yang tanpa hak danmelawan hukum tidak melaksanakan ketentuan

240 Pasal 89 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.241 Pasal 90 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.242 Pasal 91 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.243 Pasal 92 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 125

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau Pasal25, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyakRp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).244

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang secaramelawan hukum tidak melaksanakan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dan Pasal 71dipidana dengan pidanakurungan paling lama 6(enam) bulan atau denda Rp 1.000.000,00 (satu jutarupiah).245

Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesiayang secara melawan hukum tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 danPasal 71 dikenakan sanksi sesuai denganperaturanperundang-undangan yang berlaku.246

Saksi yang memberi keterangan tidak benar dalampemeriksaan perkara tindak pidana narkotika di mukasiding pengadilan, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dandenda palingbanyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).247

II.3.3.14 Sanksi terhadap pengulangan tindak pidana narkotika

Barang siapa dalam jangka waktu 5 (lima) tahunmelakukan pengulangan tindak pidana sebagaimanadimaksud dalamPasal 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85dan Pasal 87 pidananya dapat ditambahdengansepertiga dari pidana pokok, kecuali yang dipidanadengan pidana mati,seumur hidup atau pidana penjara20 (dua puluh) tahun.248

Barang siapa melakukan tindak pidana narkotikasebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, 79, 80,81,82, 83, 84 dan Pasal 87, di luar wilayah Negara

244 Pasal 93 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.245 Pasal 94 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.246 Pasal 94 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.247 Pasal 95 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.248 Pasal 96 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

126 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Republik Indonesia diberlakukan pula ketentuanUndang-undang ini.249

II.3.3.15 Sanksi bagi warga negara asing terkait tindak pidananarkotika

Terhadap warga negara asing yang melakukan tindakpidana narkotika dan telah menjalani pidananyasebagaimana diatur dalam Undang-undang ini,dilakukan pengusiran keluar wilayah Negara RepublikIndonesia.250

Warga negara asing yang telah diusir sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilarang masuk kembalikewilayah Negara Republik Indonesia.251

Warga negara asing yang pernah melakukan tindakpidana narkotika di luar negeri, dilarang memasukiwilayah Negara Republik Indonesia.252

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyakRp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), bagi :

a. pimpinan rumah sakit, puskesmas, balaipengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasimilik pemerintah, apotik, dan dokter yangmengedarkan narkotika Golongan II dan III bukanuntuk kepentingan pelayanan kesehatan;

b. pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yangmenanam, membeli, menyimpan, atau menguasaitanaman narkotika bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan;

c. pimpinan pabrik obattertentu yang memproduksinarkotika Golongan I bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan; atau

d. pimpinan pedagang besar farmasi yangmengedarkan narkotika Golongan I yang bukan

249 Pasal 96 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.250 Pasal 98 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.251 Pasal 98 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.252 Pasal 98 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

TPPU & TPA 127

untuk kepentingan pengembangan ilmupengetahuan atau mengedarkan narkotikagolonganII dan III bukan untuk kepentinganpelayanan kesehatan dan/atau bukan untukkepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.253

Apabila putusan pidana denda sebagaimana diaturdalam Undang-undang ini tidak dapatdibayar olehpelaku tindak pidana narkotika, dijatuhkan pidanakurunganpengganti denda sebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan yang berlaku.254

II.3.4 Psikotropika

II.3.4.1 Sanksi bagi yang menggunakan, memproduksidan/atau menggunakan dalam proses produksi,mengedarkan, mengimpor, secara tanpa hakmemiliki, menyimpan dan/atau membawapsikotropika golongan I

Barang siapa :

a. menggunakan psikotropika golongan 1 selaindimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); atau

b. memproduksi dan/atau menggunakan dalamproses produksi psikotropika golongan 1sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau

c. mengedarkan psikotropika golongan 1 tidakmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12 ayat (3); atau

d. mengimpor psikotropika golongan 1 selainuntuk kepentingan llmu Pengetahuan; atau

e. secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika golongan 1dipidana dengan pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas)tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah),

253 Pasal 99 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.254 Pasal 100 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

128 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan paling banyak Rp.750.000 000,00 (tujuhratus lima puluh juta rupiah).255

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan secara terorganisasi dipidanadengan pidana mati atau pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh)tahun dan pidana denda sebesar Rp.750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah).256

Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan olehkorporasi, maka di samping dipidananya pelakutindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidanadenda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyarrupiah).257

Psikotropika golongan 1 hanya dapat digunakanuntuk tujuan ilmu pengetahuan.258

Psikotropika golongan 1 dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi.259

Psikotropika golongan 1 hanya dapat disalurkanoleh pabrik obat dan pedagang besar farmasikepada lembaga penelitian dan/atau lembagapendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.260

II.3.4.2 Sanksi bagi yang melanggar ketentuan Pasal 5,Pasal 7, Pasal 19 ayat (1), Pasal 12 ayat (2), Pasal14 ayat (1), (2), (3) dan (4)

Barang siapa :

a. memproduksi psikotropika selain yangditetapkan dalam ketentuan Pasal 5; atau

255 Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.256 Pasal 59 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.257 Pasal 59 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.258 Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.259 Pasal 6 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.260 Pasal 12 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 129

b. memproduksi atau mengedarkan psikotropikadalam bentuk obat yang tidak memenuhistandar dan/atau persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7; atau

c. memproduksi atau mengedarkan psikotropikayang berupa obat yang tidak terdaftar padadepartemen yang bertanggung jawab di bidangkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (1); dipidana dengan pidana penjarapaling lama 15 (lima belas) tahun dan pidanadenda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah).261

Barang siapa menyalurkan psikotropika selainyang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).262

Barang siapa menerima penyaluran psikotropikaselain yang ditetapkan Pasal 12 ayat (2) dipidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana dendapaling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh jutarupiah).263

Barang siapa menyerahkan psikotropika selain yangditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat(2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat (4) dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahundan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00(enam puluh juta rupiah).264

Barang siapa menerima penyerahan psikotropikaselain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3),Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda palingbanyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta

261 Pasal 60 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.262 Pasal 60 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.263 Pasal 60 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.264 Pasal 60 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

130 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

rupiah). Apabila yang menerima penyerahan itupengguna, maka dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) bulan.265

II.3.4.3 Ketentuan bagi pabrik obat yang memproduksipsikotropika

Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrikobat yang telah memiliki izin sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.266

II.3.4.4 Ketentuan pengedaran dan penyaluranpsikotropika

Psikotropika yang diproduksi untuk diedarkanberupa obat, harus memenuhi standar dan/ataupersyaratan farmakope Indonesia atau bukustandar lainnya.267

Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran danpenyerahan.268

Psikotropika yang berupa obat hanya dapatdiedarkan setelah terdaftar pada departemen yangbertanggung jawab di bidang kesehatan.269

Penyaluran psikotropika sebagaimana dimaksudpada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh :

a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi,apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasiPemerintah, rumah sakit dan lembaga penelitiandan/atau lembaga pendidikan.

b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besarfarmasi lainnya, apotek, sarana penyimpanansediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan/atau lembaga penelitian dan/atau lembagapendidikan.

265 Pasal 60 Ayat (5) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.266 Pasal 5 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.267 Pasal 7 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.268 Pasal 8 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.269 Pasal 9 Ayat (1) U Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 131

c. Sarana penyimpanan sediaan farmasiPemerintah kepada rumah sakit Pemerintah,puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.270

Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapatdilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas,balai pengobatan, dan dokter.271

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapatdilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit,puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepadapengguna/pasien.272

Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit,puskesmas, dan balai pengobatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukankepada pengguna/pasien.273

Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit,puskesmas, dan balai pengobatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkanresep dokter.274

II.3.4.5 Surat persetujuan ekspor atau impor

Barang siapa :

a. mengekspor atau mengimpor psikotropikaselain yang ditentukan dalam Pasal 16, atau

b. mengekspor atau mengimpor psikotropikatanpa surat persetujuan ekspor atau suratpersetujuan impor sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17; atau

c. melaksanakan pengangkutan ekspor atauimpor psikotropika tanpa dilengkapi dengansurat persetujuan ekspor atau surat persetujuanimpor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

270 Pasal 12 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.271 Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.272 Pasal 14 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.273 Pasal 14 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.274 Pasal 14 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

132 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ayat (3) atau Pasal 22 ayat (4); dipidana denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahundan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).275

Barang siapa tidak menyerahkan surat persetujuanekspor kepada orang yang bertanggung jawab ataspengangkutan ekspor sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22 ayat (1) atau Pasal 22 ayat (2)dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).276

Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan olehpabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telahmemiliki izin sebagai eksportir sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.277

Impor psikotropika hanya dapat dilakukan olehpabrik obat pedagang besar farmasi yang memilikiizin sebagai importir sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku, serta lembagapenelitian atau lembaga pendidikan.278

Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaranguntuk mengedarkan psikotropika.279

Eksportir psikotropika sebagaimana dimaksud dalamPasal 16 ayat (1) harus memiliki surat persetujuanekspor untuk setiap kali melakukan eksporpsikotropika.280

Importir psikotropika sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 ayat (2) harus memiliki surat persetujuan impor psikotropika golongan 1 hanya

275 Pasal 61 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.276 Pasal 61 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.277 Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.278 Pasal 16 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.279 Pasal 16 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.280 Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 133

dapat diberikan untuk kepentingan ilmupengetahuan.281

Surat persetujuan impor psikotropika golongan Ihanya dapat diberikan untuk kepentingan ilmupengetahuan. 282

Eksportir psikotropika wajib memberikan suratpersetujuan ekspor psikotropika dari Menteri danSurat Persetujuan Impor Psikotropika dariPemerintah negara pengimpor kepada orang yangbertanggung jawab atas perusahaan pengangkutanekspor.283

Orang yang bertanggung jawab atas perusahaanpengangkutan ekspor wajib memberikan suratpersetujuan impor psikotropika dari pemerintahnegara pengimpor kepada penanggung jawabpengangkut.284

Penanggung jawab pengangkut eksporpsikotropika wajib membawa dan bertanggungjawab pengangkut.285

Penanggung jawab pengangkut imporpsikotropika yang memasuki wilayah RepublikIndonesia wajib membawa dan bertanggung jawabatas kelengkapan surat persetujuan imporpsikotropika dari Menteri dan surat persetujuanekspor psikotropika dari pemerintah negarapengekspor.286

Barang siapa secara tanpa hak, memiliki, menyimpandan/atau membawa psikotropika dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana

281 Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.282 Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.283 Pasal 22 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.284 Pasal 22 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.285 Pasal 22 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.286 Pasal 22 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

134 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).287

Barang siapa :

a. melakukan pengangkutan psikotropika tanpadilengkapi dokumen pengangkutansebagaimana dimaksud dalam pasal 10; atau

b. melakukan perubahan negara tujuan eksporyang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 24; atau

c. melakukan pengemasan kembali psikotropikatidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25; dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun danpidana denda paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).288

II.3.5.6 Pencantuman label

Barang siapa :

a. tidak mencantumkan label sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29; atau

b. mencantumkan tulisan berupa keterangandalam label yang tidak memenuhi ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1);atau

c. mengiklankan psikotropika selain yangditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal31 ayat (1); atau

d. melakukan pemusnahan psikotropika tidaksesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 53 ayat (2) atau Pasal 53 ayat (3):dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan pidana denda paling banyakRp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).289

287 Pasal 62 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.288 Pasal 63 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.289 Pasal 63 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 135

Setiap pengangkutan dalam rangka peredaranpsikotropika, wajib dilengkapi dengan dokumenpengangkutan psikotropika.290

Setiap perubahan negara tujuan eksporpsikoterapika pada transito psikoterapika hanyadapat dilakukan setelah adanya persetujuan dari

a. pemerintah negara pengekspor psikoterapika;b. pemerintah negara pengimpor atau tujuan

semua ekspor psikoterapika; danc. pemerintah negara tujuan perubahan ekspor

psikoterapika.291

Pengemasan kembali psikoterapika di dalamgedung penyimpanan atau sarana angkutan padatransito psikoterapika, hanya dapat dilakukanterhadap kemasan asli psikoterapika yangmengalami kerusakan dan harus dilakukan dibawah pengawasan dari pejabat yangberwenang.292

Pabrik obat wajib mencantumkan label padakemasan psikotropika.293

Label psikotropika adalah setiap keteranganmengenai psikoterapika yang dapat berbentuktulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuklain yang disertakan pada kemasan ataudimasukkan dalam kemasan, ditempelkan, ataumerupakan bagian dari wadah dan/ataukemasannya.294

Setiap tulisan berupa keterangan yang dicantumkanpada label psikoterapika harus lengkap dan tidakmenyesatkan.295

290 Pasal 10 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.291 Pasal 24 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.292 Pasal 25 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.293 Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.294 Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.295 Pasal 30 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

136 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Psikoterapika hanya dapat dijalankan pada mediacetak ilmiah kedokteran dan/atau media cetakilmiah farmasi.296

II.3.4.7 Pemusnahan psikotropika

Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud:

a. pada ayat (1) butir a dilakukan oleh suatu timyang terdiri dari pejabat yang mewakilidepartemen yang bertanggung jawab di bidangkesehatan, Kepolisian Negara RepublikIndonesia, dan Kejaksaan sesuai denganHukumAcaraPidanayangberlaku, dan ditambahpejabat dari instansi terkait dengan tempatterungkapnya tindak pidana tersebut, dalamwaktu tujuh hari setelah mendapat kekuatanhukum tetap;

b. pada ayat (1) butir a, khusus golongan 1, wajibdilaksanakan paling lambat tujuh hari setelahdilakukan penyitaan; dan

c. pada ayat (1) butir b, c dan d dilakukan olehPemerintah, orang, atau badan yangbertanggung jawab atas produksi dan/atauperedaran psikotropika, sarana kesehatantertentu, serta lembaga pendidikan dan/ataulembaga penelitian dengan disaksikan olehpejabat departemen yang bertanggung jawabdi bidang kesehatan, dalam waktu tujuh harisetelah mendapat kepastian sebagaimanadimaksud pada ayat tersebut.297

Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkanberita acara.298

II.3.4.8 Pengobatan dan perawatan penderita psikotropika

Barang siapa :

a. menghalang-halangi penderita sindroma

296 Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.297 Pasal 53 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.298 Pasal 53 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 137

ketergantungan untuk menjalani pengobatandan/atau perawatan pada fasilitas rehabilitasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 37;atau

b. menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi yangtidak memiliki izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 39 ayat (3); dipidana penjara palinglama 1 (satu tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp. 20.000.000.00 (dua puluh jutarupiah).299

Pengguna psikotropika yang menderita sindromaketergantungan berkewajiban untuk ikut sertadalam pengobatan dan/atau perawatan.300

Pengobatan dan/atau perawatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan pada fasilitasrehabilitasi.301

Penyelenggaraan fasilitas rehabilitasi medissebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)hanya dapat dilakukan atas dasar izin dariMenteri.302

II.3.4.9 Pelaporan penyalahgunaan dan/atau pemilikanpsikotropika

Barang siapa tidak melaporkan penyalahgunaandan/atau pemilikan psikotropika secara tidak sahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2)dipidana dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).303

Masyarakat wajib melaporkan kepada pihak yangberwenang bila mengetahui tentang psikotropikayang disalahgunakan dan/atau dimiliki secara tidaksah.304

299 Pasal 64 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.300 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.301 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.302 Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.303 Pasal 65 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.304 Pasal 54 ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

138 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Di depan pengadilan, saksi dan/atau orang laindalam perkara psikotropika yang sedang dalampemeriksaan, dilarang menyebut nama, alamat,atau hal-hal yang memberikan kemungkinan dapatterungkapnya identitas pelapor.305

Saksi dan orang lain yang bersangkutan denganperkara psikotropika yang sedang dalampemeriksaan di sidang pengadilan yang menyebutnama, alamat atau hal-hal yang dapatterungkapnya identitas pelapor sebagaimanadimaksud dalam Pasal 57 ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.306

II.3.4.10 Warga negara asing yang melakukan tindak pidanapsikotropika

Kepada warga asing yang melakukan tindak pidanapsikotropika dan telah selesai menjalani hukumanpidana dengan putusan pengadilan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagaimana diatur dalamUndang-Undang ini dilakukan pengusiran keluarwilayah negara Republik Indonesia.307

Warga negara asing sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat kembali ke Indonesia setelah jangkawaktu tertentu sesuai dengan putusan pengadilan.308

II.3.4.11 Percobaan atau perbantuan melakukan tindakpidana psikotropika

Percobaan atau perbantuan untuk melakukantindak pidana psikotropika sebagaimana diaturdalam Undang-Undang ini dipidana sama denganjika tindak pidana tersebut dilakukan.309

Jika tindak pidana psikotropika sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal

305 Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.306 Pasal 66 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.307 Pasal 67 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.308 Pasal 67 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.309 Pasal 69 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

TPPU & TPA 139

63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, makadi samping dipidananya pelaku tindak pidana,kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar2 (dua) kali pidana denda yang berlaku untuktindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidanatambahan berupa pencabutan izin usaha.310

Barang siapa bersekongkol atau bersepakat untukmelakukan, melaksanakan, membantu, menyuruhturut melakukan, menganjurkan atau mengor-ganisasikan suatu tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, atauPasal 63 dipidana sebagai permufakatan jahat.311

Pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) dipidana dengan ditambah sepertiga pidanayang berlaku untuk tindak pidana tersebut.312

Jika tindak pidana psikotropika dilakukan denganmenggunakan anak yang belum berumur 18(delapan belas) tahun dan belum menikah atau orangyang di bawah pengampunan atau ketika melakukantindak pidana belum lewat dua tahun sejak selesaimenjalani seluruhnya atau sebagian pidanapenjarayang dijatuhkan kepadanya, ancaman pidanaditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindakpidana tersebut.313

II.3.5 Penyeludupan Tenaga Kerja

II.3.5.1 Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri

Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang selanjutnyadisebut dengan KTKLN adalah kartu identitas bagiTKI yang memenuhi persyaratan dan prosedur untukbekerja di luar negeri.314

310 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.311 Pasal 71 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.312 Pasal 71 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.313 Pasal 72 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.314 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

140 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.5.2 Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI

Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yangselanjutnya disebut SIPPTKI adalah izin tertulis yangdiberikan oleh Menteri kepada Perusahaan yang akanmenjadi pelaksana penempatan TKI swasta.315

Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIPadalah izin yang diberikan Pemerintah kepadapelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrutcalon TKI dari daerah tertentu untuk jabatan tertentu,dan untuk dipekerjakan kepada calon Penggunatertentu dalam jangka waktu tertentu.316

Pelaksanaan penempatan TKI swasta dilarangmengalihkan atau memindahtangankan SIPTKI kepadapihak lain.317

Pelaksana penempatan TKI swasta dilarangmengalihkan atau memindahkan SIP kepada pihaklain untuk melakukan perekrutan calon TKI.318

Pelaksana penempatan TKI swasta dilarangmenempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam ujikompetensi kerja.319

Pelaksana penempatan TKI swasta dilarangmenempatkan calon TKI yang tidak memenuhi syaratkesehatan dan psikologi.320

Pelaksana penempatan TKI swasta wajibmenginstruksikan TKI yang diberangkatkan ke luar

315 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.316 Pasal 1 angka 14 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.317 Pasal 19 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.318 Pasal 33 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.319 Pasal 45 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.320 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

TPPU & TPA 141

negeri dalam program asuransi.321

II.3.5.3 Syarat-syarat perekrutan TKI

Perekrutan calon TKI oleh pelaksana penempatanTKI swasta wajib dilakukan terhadap calon TKI yangtelah memenuhi persyaratan :

a. berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas)tahun kecuali bagi calon TKI yang akandipekerjakan pada Pengguna perseorangansekurang-kurangnya berusia 21 (dua puluh satu)tahun;

b. sehat jasmani dan rohani;c. tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja

perempuan; dand. berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yangsederajat.322

Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKIharus memiliki dokumen yang meliputi :

a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir,akte kelahiran atau surat keterangan kenal lahir;

b. surat keterangan status perkawinan bagi yang telahmenikah melampirkan copy buku nikah;

c. surat keterangan izin suami atau istri, izin orangtua, atau izin wali;

d. surat keterangan sehat berdasarkan hasil hasilpemeriksaan kesehatan dan psikologi;

e. paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasisetempat;

f. visa kerja;g. perjanjian penempatan kerja;h. perjanjian kerja, dani. KTKLN.323

321 Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

322 Pasal 35 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

323 Pasal 51 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

142 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Selama masa penampungan, pelaksana penempatanTKI swasta wajib memperlakukan calon TKI secarawajar dan manusiawi.324

II.3.5.4 Program Asuransi

Jenis program asuransi yang wajib diikuti oleh TKIsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Menteri.325

II.3.5.5 Sanksi pidana

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/ataudenda paling sedikit Rp. 2.000.000.000,00 (duamilyar rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah), setiaporang yang:

a. mengalihkan atau memindahtangankan SIPPTKIsebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;

b. mengalihkan atau memindahtangankan SIP kepadapihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33;

c. melakukan perekrutan calon TKI yang tidakmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35;

d. menempatkan TKI yang tidak lulus dalam ujikompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal45;

e. menempatkan TKI tidak memenuhi persyaratankesehatan dan psikologi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 50;

f. menempatkan calon TKI/TKI yang tidak memilikidokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51;

g. menempatkan TKI di luar negeri tanpaperlindungan program asuransi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 68; atau

324 Pasal 70 ayat (3) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

325 Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

TPPU & TPA 143

h. memperlakukan calon TKI secara tidak wajar dantidak manusiawi selama masa di penampungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3).326

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan tindak pidana kejahatan.327

II.3.5.6 Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-lakiyang belum dewasa

Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki lakiyang belum dewasa, diancam dengan pidana penjarapaling lama enam tahun.328

II.3.5.7 Mempekerjakan tenaga kerja asing

Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenagakerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteriatau pejabat yang ditunjuk.329

Pemberi kerja orang perseorangan dilarangmempekerjakan tenaga kerja asing.330

II.3.5.8 Sanksi Pidana

II.3.5.8.1 Umum

Barang siapa melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 42ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat(1), Pasal 139, Pasal 143, dan Pasal 160ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 4 (empat) tahun dan/ataudenda paling sedikit Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah) dan paling banyak

326 Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

327 Pasal 102 ayat (2) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

328 Pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).329 Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.330 Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

144 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

331 Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.332 Pasal 102 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Rp400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah).331

II.3.5.8.2 Penempatan TKI tanpa ijin

Dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10(sepuluh) tahun dan/atau denda palingsedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua miliarrupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliarrupiah), setiap orang yang: menempatkanTKI tanpa izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12.332

II.3.5.8.3 Eksploitasi orang di wilayah Indonesia danatau negara lain

II.3.5.8.3.1 Di wilayah Indonesia

Setiap orang yang melakukanperekrutan, pengangkutan, penam-pungan, pengiriman, pemindahan, ataupenerimaan seseorang dengan ancamankekerasan, penggunaan kekerasan,penculikan, penye-kapan, pemalsuan,penipuan, penyalahgunaan kekuasaanatau posisi rentan, penjeratan utang ataumemberi bayaran atau manfaatwalaupun memperoleh persetujuan dariorang yang memegang kendali atasorang lain, untuk tujuan mengeksploitasiorang tersebut di wilayah negaraRepublik Indonesia, dipidana denganpidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 15 (lima belas)tahun dan pidana denda paling sedikitRp120.000.000, 00 (seratus dua puluh

TPPU & TPA 145

333 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

334 Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

335 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus jutarupiah).333

Jika perbuatan sebagaimana dimak-sudpada ayat (1) mengakibatkan orangtereksploitasi, maka pelaku dipidanadengan pidana yang sama sebagaimanadimaksud pada ayat (1).334

II.3.5.8.3.2 Di wilayah Indonesia atau negara lain

Setiap orang yang memasukkan orangke wilayah negara Republik Indonesiadengan maksud untuk dieksploitasi diwilayah negara Republik Indonesia ataudieksploitasi di negara lain dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp120.000.000, 00 (seratus duapuluh juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus jutarupiah).335

Setiap orang yang membawa warganegara Indonesia ke luar wilayah negaraRepublik Indonesia dengan maksud untukdieksploitasi di luar wilayah negaraRepublik Indonesia dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun danpidana denda paling sedikitRp120.000.000, 00 (seratus dua puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,

146 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

336 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

337 Pasal 6 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

338 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

00 (enam ratus juta rupiah).336

II.3.5.8.3.3 Pengekslpotasian anak

Setiap orang yang melakukanpengiriman anak ke dalam atau ke luarnegeri dengan cara apa pun yangmengakibatkan anak tersebuttereksploitasi dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun danpidana denda paling sedikitRp120.000.000, 00 (seratus dua puluhjuta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus jutarupiah).337

II.3.5.8.3.4 Penyalahgunaan kekuasaan olehpenyelenggara negara

• Penambahan 1/3 pidana

(1) Setiap penyelenggara negarayang menyalahgu-nakan kekuasaanyang mengakibatkan terjadinyatindak pidana perdagangan orangsebagai-mana dimak-sud dalamPasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5,dan Pasal 6 maka pidananyaditambah 1/3 (sepertiga) dariancaman pidana dalam Pasal 2, Pasal3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.338

• Pidana tambahan berupapemberhentian

Selain sanksi pidana sebagai-manadimaksud pada ayat (1) pelaku dapat

TPPU & TPA 147

339 Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

340 Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

341 Pasal 9 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

342 Pasal 11 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

dikenakan pidana tambahan berupapemberhen-tian secara tidak denganhormat dari jabatannya.339

• Pencatuman dalam Amar PutusanPengadilan

Pidana tambahan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dicantumkansekaligus dalam amar putusanpengadilan.340

II.3.5.8.3.5 Peran aktor intelektual

Setiap orang yang berusahamenggerakkan orang lain supayamelakukan tindak pidana perda-ganganorang, dan tindak pidana itu tidak terjadi,dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama6 (enam) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp40.000.000, 00 (empat puluhjuta rupiah) dan paling banyakRp240.000.000, 00 (dua ratus empatpuluh juta rupiah).341

Setiap orang yang merencanakan ataumelakukan permufakatan jahat untukmelakukan tindak pidana perdaganganorang, dipidana dengan pidana yangsama sebagai pelaku sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal4, Pasal 5, dan Pasal 6.342

148 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

343 Pasal 12 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

344 Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

345 Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

Setiap orang yang menggunakan ataumeman-faatkan korban tindak pidanaperdagangan orang dengan caramelakukan persetubuhan atauperbuatan cabul lainnya dengan korbantindak pidana perdagangan orang,mempekerjakan korban tindak pidanaperdagangan orang untuk meneruskanpraktik eksploitasi, atau mengambilkeuntungan dari hasil tindak pidanaperdagangan orang dipidana denganpidana yang sama sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal4, Pasal 5, dan Pasal 6.343

Tindak pidana perdagangan orangdianggap dilakukan oleh korporasiapabila tindak pidana tersebut dilakukanoleh orang-orang yang bertindak untukdan/atau atas nama korporasi atau untukkepentingan korporasi, baikberdasarkan hubungan kerja maupunhubungan lain, bertindak dalamlingkungan korporasi tersebut baiksendiri maupun bersama-sama.344

Dalam hal tindak pidana perdaganganorang dilakukan oleh suatu korporasisebagaimana dimaksud pada ayat (1),maka penyidikan, penuntutan, danpemidanaan dilakukan terhadapkorporasi dan/atau pengurusnya.345

TPPU & TPA 149

346 Pasal 48 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.347 Pasal 49 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.348 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.

II.3.6 Penyelundupan Imigran

II.3.6.1 Keluar atau masuk wilayah RI

Setiap orang yang masuk atau keluar wilayahIndonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh PejabatImigrasi di tempat Pemeriksaan Imigrasi dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun ataudenda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belasjuta rupiah).346

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)tahun dan denda paling banyak Rp. 30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah):

a. orang asing yang dengan sengaja membuat palsuatau memalsukan Visa atau izin keimigrasian; atau

b. orang asing yang dengan sengaja menggunakanVisa atau izin keimigrasian palsu atau yangdipalsukan untuk masuk atau berada di WilayahIndonesia.347

Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayahnegara Republik Indonesia dengan maksud untukdieksploitasi di wilayah negara Republik Indonesiaatau dieksploitasi di negara lain dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikitRp. 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah)dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratusjuta rupiah).348

II.3.6.2 Orang asing yang melanggar ketetuan keimigrasian

Orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakanatau melakukan kegiatan yang tidak sesuai denganmaksud pemberian izin keimigrasian yang diberikankepadanya, dipidana dengan pidana penjara paling

150 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).349

Orang asing yang izin keimigrasiannya habis berlakudan masih berada dalam wilayah Indonesiamelampaui 60 (enam puluh) hari batas waktu izinyang diberikan, dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).350

Orang asing yang berada diwilayah Indonesia secaratidak sah atau yang pernah diusir atau dideportasidan berada kembali di wilayah Indonesia secara tidaksah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).351

Setiap orang yang dengan sengaja menyembunyikan,melindungi, memberi pemondokan, memberipenghidupan atau pekerjaan kepada orang asing yangdiketahui atau patut diduga :

a. pernah diusir atau dideportasi dan berada kembalidi wilayah Indonesia secara tidak sah, dipidanadengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahundan/atau denda paling banyak Rp 30.000.000,-(tiga puluh juta rupiah);

b. berada di wilayah Indonesia secara tidak sah,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.,000.000,- (dua puluh lima juta rupiah);

c. izin keimigrasiannya habis berlaku, dipidana denganpidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau dendapaling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).352

349 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.350 Pasal 52 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.351 Pasal 53 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.252 Pasal 54 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

TPPU & TPA 151

II.3.6.3 Penggunaan surat perjalanan palsu

Setiap orang yang dengan sengaja:

a. menggunakan Surat Perjalanan RepublikIndonesia sedangkan ia mengetahui atausepatutnya menduga bahwa Surat Perjalanan itupalsu atau dipalsukan, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun atau dendapaling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh limajuta rupiah).

b. menggunakan Surat Perjalanan orang lain atauSurat Perjalanan Republik Indonesia yang sudahdicabut atau dinyatakan batal, atau menyerahkankepada orang lain Surat Perjalanan RepublikIndonesia yang diberikan kepadanya, denganmaksud digunakan secara tidak berhak, dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahunatau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (duapuluh lima juta rupiah).

c. memberikan data yang tidak sah atau keteranganyang tidak benar untuk memperoleh SuratPerjalanan Republik Indonesia bagi dirinya sendiriatau orang lain, dipidana dengan pidana penjarapaling lama (dua) tahun atau denda paling banyakRp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

d. memiliki atau menggunakan secara melawanhukum 2 (dua) atau lebih Surat Perjalanan RepublikIndonesia yang semuanya berlaku, dipidanadengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun ataudenda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah).353

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,-(tiga puluh juta rupiah).

a. setiap orang yang dengan sengaja dan melawanhukum mencetak, mempunyai, menyimpan blankoSurat Perjalanan Republik Indonesia atau blankodokumen keimigrasian; atau

353 Pasal 55 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

152 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawanhukum membuat, mempunyai atau menyimpancap yang dipergunakan untuk mensahkan SuratPerjalanan Republik Indonesia atau dokumenkeimigrasian.354

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawanhukum untuk kepentingan diri sendiri atau orang lainmerusak, menghilangkan atau mengubah baiksebagian maupun seluruhnya keterangan atau capyang terdapat dalam Surat Perjalanan RepublikIndonesia, dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).355

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawanhukum untuk kepentingan diri sendiri atau orang lainmempunyai, menyimpan, mengubah ataumenggunakan data keimigrasian baik secara manualmaupun elektronik, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun.356

Pejabat yang dengan sengaja dan melawan hukummemberikan atau memperjuangkan berlakunya SuratPerjalanan Republik Indonesia atau dokurnenkeimigrasian kepada seseorang yang diketahuinyatidak berhak, dipidana dengan pidana penjara palinglama 7 (tujuh) tahun.357

II.3.6.4 Pemberian keterangan palsu pada dokumen negara

Setiap orang yang memberikan atau memasukkanketerangan palsu pada dokumen negara ataudokumen lain atau memalsukan dokumen negara ataudokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindakpidana perdagangan orang, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama

354 Pasal 56 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.355 Pasal 57 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.356 Pasal 58 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.357 Pasal 59 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

TPPU & TPA 153

7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp40.000.000, 00 (empat puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp280.000.000, 00 (dua ratus delapanpuluh juta rupiah).358

II.3.7 Di Bidang Perbankan

II.3.7.1 Perizinan

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpundana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajibterlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai BankUmum atau Bank Perkreditan Rakyat dari PimpinanBank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpundana dari masyarakat dimaksud diatur denganUndang-undang tersendiri.359

Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan BankPerkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnyatentang :

a. susunan organisasi dan kepengurusanb. permodalanc. kepemilikand. keahlian di bidang Perbankane. kelayakan rencana kerja.160

Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Bank Indo-nesia.361

Barang siapa menghimpun dana dari masyarakatdalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dariPimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

358 Pasal 19 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

359 Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

360 Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

361 Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

154 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjarasekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah) dan paling banyak Rp. 20.000.000.000,00(dua puluh miliar rupiah).362

Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentukperseroan terbatas, perserikatan, yayasan ataukoperasi, maka penuntutan terhadap badan-badandimaksud dilakukan baik terhadap badan-badandimaksud dilakukan baik terhadap mereka yangmemberikan perintah melakukan perbuatan itu atauyang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatanitu atau terhadap kedua-duanya.363

II.3.7.2 Rahasia bank

Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atauizin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42,dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasiuntuk memberikan keterangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidanapenjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan pal-ing lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah) dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00(dua ratus miliar rupiah).364

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bankatau Pihak Terafiliasi lainnya dengan sengajamemberikan keterangan yang wajib dirahasiakanmenurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara

362 Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

363 Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

364 Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

TPPU & TPA 155

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta dendasekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00 (empatmiliar rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).365

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawaibank yang dengan sengaja tidak memberikanketerangan yang wajib dipenuhi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancamdengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua)tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta dendasekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00 (empatmiliar rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).366

II.3.7.3 Pembinaan dan pengawasan bank

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawaibank yang dengan sengaja tidak memberikanketerangan yang wajib dipenuhi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) danPasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidanapenjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan pal-ing lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah).367

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawaibank yang dengan lalai memberikan keterangan yangwajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) danayat (2), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua)tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp.

365 Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

366 Pasal 47A Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

367 Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

156 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).368

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawaibank yang dengan sengaja :

1) membuat atau menyebabkan adanya pencatatanpalsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan,maupun dalam dokumen atau laporan kegiatanusaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;

2) menghilangkan atau tidak memasukkan ataumenyebabkan tidak dilakukannya pencatatandalam pembukuan atau dalam laporan, maupundalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,laporan transaksi atau rekening suatu bank ;

3) mengubah, mengaburkan, menyembunyikan,menghapus, atau menghilangkan adanya suatupencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,maupun dalam dokumen atau laporan kegiatanusaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank,atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan,menghilangkan, menyem-bunyi-kan atau merusakcatatan pembukuan tersebut, diancam denganpidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun serta dendasekurang-kurangnya Rp. 10.000.000. 000,00(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).369

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawaibank yang dengan sengaja :

1) meminta atau menerima, mengizinkan ataumenyetujui untuk menerima suatu imbalan,komisi, uang tambahan, pelayanan, uang ataubarang berharga, untuk keuntungan pribadinyaatau untuk keuntungan keluarganya, dalam

368 Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

369 Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

TPPU & TPA 157

rangka mendapatkan atau berusahamendapatkan bagi orang lain dalammemperoleh uang muka, bank garansi, ataufasilitas kredit dari bank, atau dalam rangkapembelian atau pendiskontoan oleh bank atassurat-surat wesel, surat promes, cek, dankertas dagang atau bukti kewajiban lainnya,ataupun dalam rangka memberikan persetujuanbagi orang lain untuk melaksanakan penarikandana yang melebihi batas kreditnya pada bank;

2) tidak melaksanakan langkah-langkah yangdiperlukan untuk memastikan ketaatan bankterhadap ketentuan dalam Undang-undang inidan ketentuan peraturan perundang-undanganlainnya yang berlaku bagi bank, diancamdengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3(tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahunserta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan pal-ing banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah).370

Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidakmelaksanakan langkah-langkah yang diperlukanuntuk memastikan ketaatan bank terhadapketentuan dalam Undang-undang ini dan peraturanperundang-undangan lainnya yang berlaku bagibank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnyaRp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) danpaling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah).371

Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruhDewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank

370 Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

371 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

158 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakanyang mengakibatkan bank tidak melaksanakanlangkah-langkah yang diperlukan untukmemastikan ketaatan bank terhadap ketentuandalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturanperundang-undangan lainnya yang berlaku bagibank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) danpaling banyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratusmiliar rupiah).372

II.3.7.4 Kewajiban bank menjadi peserta penjaminan

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, LPSdapat meminta data, informasi, dan/atau dokumenkepada pihak lain.373

Setiap pihak yang dimintai data, informasi, dan/ataudokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajibmemberikannya kepada LPS.374

Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadipeserta Penjaminan.375

Kewajiban bank menjadi peserta Penjaminansebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasukBadan Kredit Desa.376

Sebagai peserta Penjaminan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8, setiap Bank wajib:

372 Pasal 50 A Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998.

373 Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

374 Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

375 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

376 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

TPPU & TPA 159

a. menyerahkan dokumen sebagai berikut:1) salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian

bank;2) salinan dokumen perizinan bank;3) surat keterangan tingkat kesehatan bank yang

dikeluarkan oleh LPP yang dilengkapi dengandata pendukung;

4) surat pernyataan dari direksi, komisaris, danpemegang saham bank, yang memuat:i. komitmen dan kesediaan direksi,

komisaris, dan pemegang saham bankuntuk mematuhi seluruh ketentuansebagaimana ditetapkan dalam PeraturanLPS;

ii. kesediaan untuk bertanggung jawab secarapribadi atas kelalaian dan/atau perbuatanyang melanggar hukum yangmengakibatkan kerugian ataumembahayakan kelangsungan usaha bank;

iii. kesediaan untuk melepaskan danmenyerahkan kepada LPS segala hak,kepemilikan, kepengurusan, dan ataukepentingan apabila bank menjadi BankGagal dan diputuskan untuk diselamatkanatau dilikuidasi;

b. membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1%(satu perseribu) dari modal sendiri (ekuitas) bankpada akhir tahun fiskal sebelumnya atau dari modaldisetor bagi bank baru;

c. membayar premi Penjaminan;d. menyampaikan laporan secara berkala dalam

format yang ditentukan;e. memberikan data, informasi, dan dokumen yang

dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraanPenjaminan; dan

f. menempatkan bukti kepesertaan atau salinannyadi dalam kantor bank atau tempat lainnya sehinggadapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat.377

377 Pasal 9 Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

160 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Premi Penjaminan sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 huruf c dibayarkan 2 (dua) kali dalam 1 (satu)tahun untuk:

a. pembayaran periode 1 Januari sampai dengan 30Juni; dan

b. pembayaran periode 1 Juli sampai dengan 31Desember.378

Premi untuk masing-masing periode sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibayarkan selambat-lambatnya tanggal:

a. 31 Januari untuk periode sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a;dan

b. 31 Juli untuk periode sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b;

berdasarkan rata-rata saldo bulanan total Simpananpada periode sebelumnya.379

LPS wajib menentukan Simpanan yang layak dibayar,setelah melakukan rekonsiliasi dan verifikasi atas datasebagaimana dimaksud pada ayat (2) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitungsejak izin usaha bank dicabut.380

Dalam rangka rekonsiliasi dan verifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (3), pemegang saham, dewankomisaris, direksi, dan pegawai bank yang dicabutizin usahanya, serta pihak lain yang terkait denganbank dimaksud, wajib membantu memberikan segaladata dan informasi yang diperlukan oleh LPS.381

378 Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

379 Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

380 Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

381 Pasal 16 ayat (5) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

TPPU & TPA 161

II.3.7.5 Likuidasi bank

Sejak terbentuknya tim likuidasi, direksi dan dewankomisaris bank dalam likuidasi menjadi non-aktif.382

Pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris sertapegawai dan mantan pegawai bank dalam likuidasiberkewajiban untuk setiap saat membantumemberikan segala data dan informasi yangdiperlukan oleh tim likuidasi.383

Pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris sertapegawai bank dalam likuidasi dilarang secara langsungatau tidak langsung menghambat proses likuidasi.384

Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, pegawai LPS,atau setiap pihak yang bertugas untuk dan atas namaLPS wajib merahasiakan semua dokumen, informasi,dan catatan yang diperoleh atau dihasilkan dalampelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakanberdasarkan peraturan perundang-undangan.385

II.3.7.6 Sanksi pidana atau denda

1) Direksi, komisaris, dan/atau pemegang sahambank yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 huruf a, huruf b, huruf e,dan huruf f dan/atau menyebabkan bank tidakmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f sertaPasal 92, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)tahun, serta denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00(dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

382 Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

383 Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

384 Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

385 Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

162 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

2) Direksi, komisaris, dan/atau pemegang sahambank yang menyebabkan bank tidak memenuhiketentuan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 9huruf c dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulansejak batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)tahun, serta denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00(dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).386

1) Pemegang saham, direksi, dewan komisaris,pegawai, dan/atau pihak lain yang terkait dengan bankyang dicabut izin usahanya atau bank dalam likuidasiyang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 ayat (5) dan/atau Pasal 47 ayat (2)atau ayat (3) dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun,serta denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00 (duamiliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

2) Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutifdan pegawai LPS, atau pihak lain yang ditunjuk ataudisetujui oleh LPS untuk melakukan tugas tertentu,yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 91 ayat (1), dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama3 (tiga) tahun, serta denda paling sedikitRp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan palingbanyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

3) Setiap orang atau badan yang memberikan data,informasi, dan/atau laporan, yang berkaitan denganpenjaminan simpanan sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 dan Pasal 7 yang tidak benar, palsu, dan/ataumenyesatkan, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun,serta denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua

386 Pasal 94 ayat (1) dan (2) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang LembagaPenjamin Simpanan.

TPPU & TPA 163

miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00(tiga miliar rupiah).

4) Setiap orang atau badan yang menolakmemberikan kepada LPS data, informasi, dan/ataudokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, sertadenda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua miliarrupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tigamiliar rupiah). 387

II.3.8 Di Bidang Pasar Modal

II.3.8.1 Kegiatan tanpa ijin, persetujuan atau pendaftaran

Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di PasarModal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50,dan Pasal 64 diancam dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).388

II.3.8.2 Kegiatan wakil perusahaan efek tanpa ijin

Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpamemperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal32 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).389

II.3.8.3 Kegiatan usaha sebagai bursa

II.3.8.3.1 Ijin Usaha dari Bapepam

Yang dapat menyelenggarakan kegiatanusaha sebagai Bursa Efek adalah

387 Pasal 95 Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga PenjaminSimpanan.

388 Pasal 103 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.389 Pasal 103 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

164 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Perseroan yang telah memperoleh izinusaha dari Bapepam.390

II.3.8.3.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan

Persyaratan dan tata cara perizinan BursaEfek sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.391

II.3.8.3.3 Kegiatan Usaha LKP dan LPP

II.3.8.3.3.1 Umum

Yang dapat menyelenggarakan kegiatanusaha sebagai Lembaga Kliring danPenjaminan atau Lembaga Penyimpanandan Penyelesaian adalah Perseroan yangtelah memperoleh izin usaha dariBapepam.392

II.3.8.3.3.2 Tata cara

Persyaratan dan tata cara perizinanLembaga Kliring dan Penjaminan sertaLembaga Penyimpanan dan Penyelesaiansebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

390 Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.391 Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.392 Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 165

diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.393

II.3.8.4 Reksa Dana

II.3.8.4.1 Bentuk Reksa Dana

Reksa Dana dapat berbentuk :

a. Perseroan; ataub. kontrak investasi kolektif.394

II.3.8.4.2 Sifat Reksa Dana Perseroan

Reksa Dana sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf a dapat bersifatterbuka atau tertutup.395

II.3.8.4.3 Reksa Dana Perseroan

Yang dapat menjalankan usaha ReksaDana sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) huruf a adalah Perseroan yang telahmemperoleh izin usaha dari Bapepam.396

II.3.8.4.4 Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Reksa Dana sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf b hanya dapatdikelola oleh Manajer Investasiberdasarkan kontrak.397

II.3.8.4.5 Tata Cara Perijinan

Persyaratan dan tata cara perizinan ReksaDana sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

393 Pasal 13 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.394 Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.395 Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.396 Pasal 18 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.397 Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

166 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.398

II.3.8.5 Perusahaan Efek

II.3.8.5.1 Ketentuan Umum

Yang dapat melakukan kegiatan usahasebagai Perusahaan Efek adalahPerseroan yang telah memperoleh izinusaha dari Bapepam.399

II.3.8.5.2 Kegiatan Perusahaan Efek

Perusahaan Efek yang telah memperolehizin usaha sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dapat melakukan kegiatan sebagaiPenjamin Emisi Efek, Perantara PedagangEfek, dan atau Manajer Investasi sertakegiatan lain sesuai dengan ketentuanyang ditetapkan oleh Bapepam.400

II.3.8.5.3 Pengecualian

Pihak yang melakukan kegiatan usahasebagai Penjamin Emisi Efek, PerantaraPedagang Efek, dan atau ManajerInvestasi hanya untuk Efek yang bersifatutang yang jatuh temponya tidak lebihdari satu tahun, sertifikat deposito, polisasuransi, Efek yang diterbitkan atau

398 Pasal 18 Ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.399 Pasal 30 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.400 Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 167

dijamin Pemerintah Indonesia, atau Efeklain yang ditetapkan oleh Bapepam tidakdiwajibkan untuk memperoleh izin usahasebagai Perusahaan Efek.401

II.3.8.5.4 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan

Persyaratan dan tata cara perizinanPerusahaan Efek diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.402

II.3.8.6 Perijinan Wakil Perusahaan Efek

II.3.8.6.1 Ketentuan umum

Yang dapat melakukan kegiatan sebagaiWakil Penjamin Emisi Efek, WakilPerantara Pedagang Efek, atau WakilManajer Investasi hanya orangperseorangan yang telah memperoleh izindari Bapepam.403

II.3.8.6.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan.

Persyaratan dan tata cara perizinan WakilPerusahaan Efek diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

401 Pasal 30 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.402 Pasal 30 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.403 Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

168 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.404

II.3.8.7 Penasihat Investasi

II.3.8.7.1 Ketentuan Umum

Yang dapat melakukan kegiatan sebagaiPenasihat Investasi adalah Pihak yangtelah memperoleh izin usaha dariBapepam.405

II.3.8.7.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan

Persyaratan dan tata cara perizinanPenasihat Investasi diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.406

II.3.8.8 Kustodian

II.3.8.8.1 Ketentuan Umum

404 Pasal 32 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.405 Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.406 Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 169

Yang dapat menyelenggarakan kegiatanusaha sebagai Kustodian adalah LembagaPenyimpanan dan Penyelesaian,Perusahaan Efek, atau Bank Umum yangtelah mendapat persetujuan Bapepam.407

II.3.8.8.2 Persyaratan dan Tata Cara PemberianPersetujuan

Persyaratan dan tata cara pemberianpersetujuan bagi Bank Umum sebagaiKustodian diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.408

II.3.8.9 Biro Administrasi Efek

II.3.8.9.1 Ketentuan Umum

Yang dapat menyelenggarakan kegiatanusaha sebagai Biro Administrasi Efekadalah Perseroan yang telah memperolehizin usaha dari Bapepam.409

II.3.8.9.2 Persyaratan dan Tata Cara Perijinan

Persyaratan dan tata cara perizinan BiroAdministrasi Efek sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

407 Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.408 Pasal 43 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.409 Pasal 48 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

170 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.410

II.3.8.10 Wali Amanat

II.3.8.10.1 Ketentuan Umum

Kegiatan usaha sebagai Wali Amanatdapat dilakukan oleh :

a. Bank Umum; danb. Pihak lain yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.411

Untuk dapat menyelenggarakan kegiatanusaha sebagai Wali Amanat, Bank Umumatau Pihak lain sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) wajib terlebih dahuluterdaftar di Bapepam.412

II.3.8.10.2 Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran

Persyaratan dan tata cara pendaftaranWali Amanat diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004

410 Pasal 48 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.411 Pasal 50 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.412 Pasal 50 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 171

Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.413

II.3.8.11 Profesi Penunjang Pasar Modal

II.3.8.11.1 Jenis Profesi Penunjang Pasar Modal

Profesi Penunjang Pasar Modal terdiridari:

a. Akuntan;b. Konsultan Hukum;c. Penilai;d. Notaris; dane. Profesi lain yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.414

II.3.8.11.2 Kewajiban Pendaftaran ProfesiPenunjang

Untuk dapat melakukan kegiatan di bidangPasar Modal, Profesi Penunjang PasarModal sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) wajib terlebih dahulu terdaftar diBapepam.415

II.3.8.11.3 Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran

Persyaratan dan tata cara pendaftaranProfesi Penunjang Pasar Modalditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2004

413 Pasal 51 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.414 Pasal 64 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.415 Pasal 64 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

172 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 45 Tahun 1995Tentang Penyelenggaraan Kegiatan DiBidang Pasar Modal.416

II.3.8.12 Penipuan

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiapPihak dilarang secara langsung atau tidaklangsung :

a. menipu atau mengelabui Pihak laindengan menggunakan sarana dan ataucara apa pun;

b. turut serta menipu atau mengelabuiPihak lain; dan

c. membuat pernyataan tidak benarmengenai fakta yang material atau tidakmengung-kapkan fakta yang materialagar pernyataan yang dibuat tidakmenyesatkan mengenai keadaan yangterjadi pada saat pernyataan dibuatdengan maksud untuk menguntungkanatau menghindarkan kerugian untukdiri sendiri atau Pihak lain atau dengantujuan mempengaruhi Pihak lain untukmembeli atau menjual Efek.417

II.3.8.13 Manipulasi Pasar

Setiap Pihak dilarang melakukantindakan, baik langsung maupun tidaklangsung, dengan tujuan untukmenciptakan gambaran semu ataumenyesatkan mengenai kegiatanperdagangan, keadaan pasar, atau hargaEfek di Bursa Efek.418

416 Pasal 64 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.417 Pasal 90 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.418 Pasal 91 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 173

Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupunbersama-sama dengan Pihak lain,dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efekatau lebih, baik langsung maupun tidaklangsung, sehingga menyebabkan hargaEfek di Bursa Efek tetap, naik, atau turundengan tujuan mempengaruhi Pihak lainuntuk membeli, menjual, atau menahanEfek.419

Setiap Pihak dilarang, dengan cara apapun, membuat pernyataan ataumemberikan keterangan yang secaramaterial tidak benar atau menyesatkansehingga mempengaruhi harga Efek diBursa Efek apabila pada saat pernyataandibuat atau keterangan diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahuiatau sepatutnya mengetahui bahwapernyataan atau keterangan tersebutsecara material tidak benar ataumenyesatkan; atau

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukupberhati-hati dalam menentukankebenaran material dari pernyataanatau keterangan tersebut.420

II.3.8.14 Perdagangan Orang Dalam (InsiderTrading)

Orang dalam dari Emiten atau PerusahaanPublik yang mempunyai informasi orangdalam dilarang melakukan pembelian ataupenjualan atas Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publikdimaksud; atau

419 Pasal 92 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.420 Pasal 93 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

174 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b perusahaan lain yang melakukantransaksi dengan Emiten atauPerusahaan Publik yangbersangkutan.421

Orang dalam sebagaimana dimaksuddalam Pasal 95 dilarang:

a. mempengaruhi Pihak lain untukmelakukan pembelian atau penjualanatas Efek dimaksud; atau

b. memberi informasi orang dalamkepada Pihak mana pun yang patutdiduganya dapat menggunakaninformasi dimaksud untuk melakukanpembelian atau penjualan atas Efek.422

Setiap Pihak yang berusaha untukmemperoleh informasi orang dalam dariorang dalam secara melawan hukum dankemudian memperolehnya dikenakanlarangan yang sama dengan larangan yangberlaku bagi orang dalam sebagaimanadimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.423

Setiap Pihak yang berusaha untukmemperoleh informasi orang dalam dankemudian memperolehnya tanpamelawan hukum tidak dikenakan laranganyang berlaku bagi orang dalamsebagaimana dimaksud dalam Pasal 95dan Pasal 96, sepanjang informasi tersebutdisediakan oleh Emiten atau PerusahaanPublik tanpa pembatasan.424

Perusahaan Efek yang memiliki informasiorang dalam mengenai Emiten atau

421 Pasal 95 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.422 Pasal 96 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.423 Pasal 97 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.424 Pasal 97 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 175

Perusahaan Publik dilarang melakukantransaksi Efek Emiten atau PerusahaanPublik tersebut, kecuali apabila:

a. transaksi tersebut dilakukan bukan atastanggungannya sendiri, tetapi atasperintah nasabahnya; dan

b. Perusahaan Efek tersebut tidakmembe-rikan rekomendasi kepadanasabahnya mengenai Efek yangbersangkutan.425

II.3.8.15 Sanksi bagi pihak yang melakukankegiatan di Pasar Modal tanpa izin,persetujuan, atau pendaftaran

Setiap Pihak yang melakukan kegiatan diPasar Modal tanpa izin, persetujuan, ataupendaftaran sebagaimana dimaksud dalamPasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal64 diancam dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).426

Setiap Pihak yang melakukan kegiatantanpa memperoleh izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 32 diancam denganpidana kurungan paling lama 1 (satu)tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).427

II.3.8.16 Sanksi Pidana Penipuan, Manipulasi Pasardan Perdagangan Orang Dalam

Setiap Pihak yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,

425 Pasal 98 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.426 Pasal 103 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.427 Pasal 103 Ayat (2 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

176 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95,Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98diancam dengan pidana penjara palinglama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp15.000.000.000,00 (lima belasmiliar rupiah).428

II.3.8.17 Larangan Bagi Manajer Investasi atauPihak terafiliasinya

Perusahaan Efek yang bertindak sebagaiManajer Investasi atau Pihakterafiliasinya dilarang menerima imbalandalam bentuk apa pun, baik langsungmaupun tidak langsung, yang dapatmempengaruhi Manajer Investasi yangbersangkutan untuk membeli ataumenjual Efek untuk Reksa Dana.429

II.3.8.18 Pelanggaran Larangan bagi ManajerInvestasi dan Pihak Terafiliasi

Manajer Investasi dan atau Pihakterafiliasinya yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 42diancam dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun dan denda palingbanyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).430

II.3.8.19 Penawaran Umum

II.3.8.19.1 Ketentuan Umum

Yang dapat melakukan Penawaran Umumhanyalah Emiten yang telahmenyampaikan Pernyataan Pendaftarankepada Bapepam untuk menawarkan ataumenjual Efek kepada masyarakat dan

428 Pasal 104 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.429 Pasal 42 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.430 Pasal 105 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 177

Pernyataan Pendaftaran tersebut telahefektif.431

II.3.8.19.2 Pengecualian

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) tidak berlaku bagi Pihak yangmelakukan:

a. penawaran Efek yang bersifat utangyang jatuh temponya tidak lebih darisatu tahun;

b. penerbitan sertifikat deposito;c. penerbitan polis asuransi;d. penawaran Efek yang diterbitkan dan

dijamin Pemerintah Indonesia; ataue. penawaran Efek lain yang ditetapkan

oleh Bapepam.432

II.3.8.19.3 Pelanggaran dalam Penawaran Umum

Setiap Pihak yang melakukanpelanggaran atas ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 70 diancam denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan denda paling banyakRp15.000.000.000,00 (lima belas miliarrupiah).433

II.3.8.20 Pernyataan Pendaftaran.

II.3.8.20.1 Ketentuan Umum

Setiap Perusahaan Publik wajibmenyampaikan Pernyataan Pendaftarankepada Bapepam.434

431 Pasal 70 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.432 Pasal 70 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.433 Pasal 106 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.434 Pasal 73 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

178 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.8.20.2 Sanksi Pidana

Setiap Pihak yang melakukan pelanggaranatas ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 73 diancam dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dendapaling banyak Rp5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah).435

II.3.8.21 Sanksi Pidana Lainnya

Setiap Pihak yang dengan sengajabertujuan menipu atau merugikan Pihaklain atau menyesatkan Bapepam,menghilangkan, memusnahkan,menghapuskan, mengubah, menga-burkan, menyembunyikan, ataumemalsukan catatan dari Pihak yangmemperoleh izin, persetujuan, ataupendaftaran termasuk Emiten danPerusahaan Publik diancam denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahundan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).436

II.3.8.22 Ancaman pidana bagi pihak yangmempengaruhi

Ancaman pidana penjara atau pidanakurungan dan denda sebagaimanadimaksud dalam Pasal 103, Pasal 104,Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107berlaku pula bagi Pihak yang, baiklangsung maupun tidak langsung,mempengaruhi Pihak lain untukmelakukan pelanggaran Pasal-Pasaldimaksud.437

435 Pasal 106 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.436 Pasal 107 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.437 Pasal 108 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 179

II.3.8.23 Sanksi bagi pihak yang tidak mematuhiatau menghambat pemeriksaan

Setiap Pihak yang tidak mematuhi ataumenghambat pelaksanaan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 100diancam dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun dan denda palingbanyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).438

II.3.8.24 Pelanggaran

Setiap Pihak yang melakukan kegiatan diPasar Modal tanpa izin, persetujuan, ataupendaftaran sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal50, dan Pasal 64 diancam dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyak Rp5.000.000.000,00(lima miliar rupiah).439

II.3.8.25 Kriminalisasi

Setiap Pihak yang melakukan kegiatantanpa memperoleh izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 32 diancam denganpidana kurungan paling lama 1 (satu)tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).440

II.3.8.26 Pemeriksaan Bapepam

II.3.8.26.1 Ketentuan Umum

Bapepam dapat mengadakan pemeriksaanterhadap setiap Pihak yang diduga

438 Pasal 109 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.439 Pasal 110 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.440 Pasal 110 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

180 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

melakukan atau terlibat dalampelanggaran terhadap Undang-undang inidan atau peraturan pelaksanaannya.441

II.3.8.26.2 Kewenangan dalam rangka pemeriksaan

Dalam rangka pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), Bapepammempunyai wewenang untuk:

a. meminta keterangan dan ataukonfirmasi dari Pihak yang didugamelakukan atau terlibat dalampelanggaran terhadap Undang-undangini dan atau peraturan pelaksanaannyaatau Pihak lain apabila dianggap perlu;

b. mewajibkan Pihak yang didugamelakukan atau terlibat dalampelanggaran terhadap Undang-undangini dan atau peraturan pelaksanaannyauntuk melakukan atau tidak melakukankegiatan tertentu;

c. memeriksa dan atau membuat salinanterhadap catatan, pembukuan, danatau dokumen lain, baik milik Pihakyang diduga melakukan atau terlibatdalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturanpelaksanaannya maupun milik Pihaklain apabila dianggap perlu; dan atau

d. menetapkan syarat dan ataumengizinkan Pihak yang didugamelakukan atau terlibat dalampelanggaran terhadap Undang-undangini dan atau peraturan pelaksanaannyauntuk melakukan tindakan tertentu yangdiperlukan dalam rangka penyelesaiankerugian yang timbul.442

441 Pasal 100 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.442 Pasal 100 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

TPPU & TPA 181

II.3.8.26.3 Tata Cara Pemeriksaan

Pengaturan mengenai tata carapemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.443

• Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 46 Tahun 1995Tentang Tata Cara Pemeriksaan DiBidang Pasar Modal.

II.3.8.26.4 Larangan Bagi Pegawai Bapepam

Setiap pegawai Bapepam yang diberi tugasatau Pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepamuntuk melakukan pemeriksaan dilarangmemanfaatkan untuk diri sendiri ataumengungkapkan informasi yang diperolehberdasarkan Undang-undang ini kepadaPihak mana pun, selain dalam rangka upayamencapai tujuan Bapepam atau jikadiharuskan oleh Undang-undang lainnya.444

II.3.9 Di Bidang Perasuransian

II.3.9.1 Ketentuan Umum

Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransianwajib mendapat izin usaha dari Menteri, kecuali bagiperusahaan yang menyelenggarakan ProgramAsuransi Sosial.445

II.3.9.2 Syarat-syarat permohonan izin usaha

Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) harus dipenuhi persyaratanmengenai:

a. Anggaran dasar;

443 Pasal 100 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.444 Pasal 100 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.445 Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

182 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b. Susunan organisasi;c. Permodalan;d. Kepemilikan;e. Keahlian di bidang perasuransian;f. Kelayakan rencana kerja;g. Hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung

pertumbuhan usaha perasuransian secara sehat.446

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan izin usahasebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)diatur dengan Peraturan Pemerintah.447

II.3.9.3Sanksi-sanksi

II.3.9.3.1 Perasuransian tanpa izin usaha

Barang siapa menjalankan atau menyuruh menjalankankegiatan usaha perasuransian tanpa izin usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diancam denganpidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dandenda paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua milyarlima ratus juta rupiah).448

II.3.9.3.2 Penggelapan premi

Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancamdengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun dan denda paling banyak Rp2.500.000.000(dua milyar lima ratus juta rupiah).449

II.3.9.3.3 Penggelapan kekayaan asuransi

Barang siapa menggelapkan dengan caramengalihkan, menjaminkan, dan atau mengagunkantanpa hak, kekayaan Perusahaan Asuransi Jiwa atauPerusahaan Asuransi Kerugian atau PerusahaanReasuransi, diancam dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

446 Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.447 Pasal 9 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.448 Pasal 21 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.449 Pasal 21 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

TPPU & TPA 183

Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus jutarupiah).450

II.3.9.3.4 Penadah atau pembeli kekayaan asuransi

Barang siapa menerima, menadah, membeli, ataumengagunkan, atau menjual kembali kekayaanperusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwabarang-barang tersebut adalah kekayaan PerusahaanAsuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwaatau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).451

II.3.9.3.5 Pemalsuan dokumen

Barang siapa secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan pemalsuan atas dokumenPerusahaan Asuransi Kerugian atau PerusahaanAsuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancamdengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan denda paling banyak Rp250.000.000,- (dua ratuslima puluh juta rupiah).452

II.3.9.3.6 Sanksi adminsitratif, ganti rugi, atau denda

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, terhadapperusahaan perasuransian yang tidak memenuhiketentuan Undang-undang ini dan peraturanpelaksanaannya dapat dikenakan sanksi administratip,ganti rugi, atau denda, yang ketentuannya lebih lanjutakan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

II.3.9.3.7 Kriminalisasi

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal21 adalah kejahatan.453

450 Pasal 21 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.451 Pasal 21 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.452 Pasal 21 Ayat (5) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.453 Pasal 23 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

184 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.9.4 Tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas namasuatu badan hukum atau badan usaha yang bukanbadan hukum

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 dilakukan oleh atau atas nama suatu badanhukum atau badan usaha yang bukan merupakanbadan hukum, maka tuntutan pidana dilakukanterhadap badan tersebut atau terhadap mereka yangmemberikan perintah untuk melakukan tindak pidanaitu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalammelakukan tindak pidana itu maupun terhadap kedua-duanya.454

II.9.8.5 Kepemilikan Asing

Dalam hal terdapat kepemilikan pihak asingsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) hurufb, maka untuk memperolch izin usaha sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) wajib dipenuhi persyaratansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) serta ketentuanmengenai batas kepemilikan dan kepengurusan pihakasing.455

II.3.10 Kepabeanan456

II.3.10.1 Kegiatan ekspor-impor tanpa mengindahkanundang-undang

Barangsiapa yang mengimpor atau mengeksporatau mencoba mengimpor atau mengekspor barangtanpa mengindahkan ketentuan Undang-undang inidipidana karena melakukan penyelundupan denganpidana penjara paling lama delapan tahun dan dendapaling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).

454 Pasal 24 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.455 Pasal 9 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.456 Pasal 102 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

TPPU & TPA 185

II.3.10.2 Pemberian keterangan palsu, mengeluarkan barangimpor dari wilayah pabean, dan memiliki barangimpor yang berasal dari tindak pidana.

Barangsiapa yang :

a. menyerahkan Pemberitahuan Pabean dan/ataudokumen pelengkap pabean dan ataumemberikan keterangan lisan atau tertulis yangpalsu atau dipalsukan yang digunakan untukpemenuhan kewajiban Pabean;

b. mengeluarkan barang impor dari KawasanPabean atau dari Tempat Penimbunan Berikat,tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai denganmaksud untuk mengelakkan pembayaran BeaMasuk dan/atau pungutan negara lainnya dalamrangka impor;

c. membuat, menyetujui, atau serta dalampenambahan data palsu ke dalam buku ataucatatan; atau

d. menimbun, menyimpan, memiliki, membeli,menjual, menukar, memperoleh, ataumemberikan barang impor yang berasal daritindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal102, dipidana dengan pidana penjara paling lamalima tahun dan/atau denda paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh jutarupiah).457

II.3.3.3 Pembongkaran barang impor tidak pada tempatnyadan pembukaan segel

Barangsiapa yang :

a. membongkar barang impor di tempat lain daritempat yang ditentukan menurut Undang-undangini;

b. tanpa izin membuka, melepas atau merusakkunci, segel, atau tanda pengaman yang telahdipasang oleh Pejabat Bea dan Cukai, dipidana

457 Pasal 103 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

186 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah).458

II.3.3.4 Sanksi bagi pengusaha yang tidak melaksanakanketentuan

Importir, eksportir, pengusaha Tempat PenimbunanSementara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat,pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, ataupengusaha pengangkutan yang tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49,Pasal 50, atau Pasal 51 dan perbuatan tersebutmenyebabkan kerugian keuangan negara dipidanadengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 125.000.000,00(seratus dua puluh lima juta rupiah).459

II.3.10.5 Tindak pidana yang dilakukan oleh badan hukum,perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasanatau koperasi.460

Dalam hal suatu tindak pidana yang dapat dipidanamenurut Undang-undang ini dilakukan oleh atau atasnama suatu badan hukum, perseroan atauperusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi,tuntutan pidana ditujukan dan sanksi pidanadijatuhkan kepada:

a. badan hukum, perseroan atau perusahaan,perkumpulan, yayasan atau koperasi tersebut; danatau

b. mereka yang memberikan perintah untukmelakukan tindak pidana tersebut atau yangbertindak sebagai pimpinan atau melalaikanpencegahannya.

Tindak pidana menurut Undang-undang inidilakukan juga oleh atas nama badan hukum,

458 Pasal 105 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.459 Pasal 106 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.460 Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

TPPU & TPA 187

perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasanatau koperasi, apabila tindak pidana tersebutdilakukan oleh orang-orang yang baik berdasarkanhubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lainbertindak dalam lingkungan badan hukum,perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasanatau koperasi tersebut tanpa memperhatikan apakahorang tersebut masing-masing telah melakukantindak secara sendiri-sendiri atau bersama-sama.461

II.3.10.6 Tuntutan pidana terhadap badan hukum, perseroanatau perusahaan, perkumpulan, yayasan ataukoperasi.

Dalam hal suatu tuntutan pidana dilakukan terhadapbadan hukum, perseroan atau perusahaan,perkumpulan, yayasan atau koperasi yang dipidanadengan pidana sebagaimana dimaksud dalamUndang-undang ini, pidana pokok yang dijatuhkansenantiasa berupa pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) jika atastindak pidana tersebut diancam dengan pidanapenjara, dengan tidak menghapuskan pidana dendaapabila atas tindak pidana tersebut diancam denganpidana penjara dan pidana denda.462

II.3.10.7 Tindakan pelanggaran lainnya

Barangsiapa yang :

a. mengangkut barang yang berasal dari tindakpidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102;

b. memusnahkan, mengubah, memotong,menyembu-nyikan, atau membuang buku ataucatatan yang menurut Undang-undang ini harusdisimpan;

c. menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalampenghilangan keterangan dari PemberitahuanPabean, dokumen pelengkap pabean, atau catatan;atau

461 Pasal 108 ayat (2) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.462 Pasal 108 ayat (3) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

188 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

d. menyimpan dan/atau menyediakan blangkofaktur dagang dari perusahaan yang berdomisilidi luar negeri yang diketahui dapat digunakansebagai kelengkapan Pemberitahuan Pabeanmenurut Undang-undang ini, dipidana denganpidana penjara paling lama dua tahun dan/ataudenda paling banyak Rp. 100.000.000,00(seratus juta rupiah).463

II.3.10.8 Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan

Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan yangmelakukan pengurusan Pemberitahuan Pabean ataskuasa yang diterimanya dari importir atau eksportir,apabila melakukan perbuatan yang diancam denganpidana berdasarkan Undang-undang ini, ancamanpidana tersebut berlaku juga terhadapnya.464

II.3.11 Cukai

II.3.11.1 Usaha pabrik dan tempat penyimpanan

Barangsiapa tanpa memiliki izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14, menjalankan usahaPabrik, Tempat Penyimpanan, atau mengimporBarang Kena Cukai yang pelunasan cukainyadengan cara pelekatan pita cukai yangmengakibatkan kerugian negara, dipidana denganpidana penjara paling lama empat tahun dan dendapaling banyak sepuluhkali nilai cukai yangseharusnya dibayar.465

Pengusaha Pabrik yang tidak melakukan pencatatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat(1)huruf a atau Pengusaha Tempat Penyimpananyang tidak melakukan pencatatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), yang

463 Pasal 104 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.464 Pasal 107 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.464 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

TPPU & TPA 189

mengakibatkan kerugian negara, dipidana denganpidana penjara paling lama empat tahun dan/ataudendapaling banyak sepuluh kali nilai cukai yangseharusnya dibayar.466

Pengusaha Pabrik wajib mencatat dalam BukuPersediaan mengenai Barang Kena Cukai yangdibuat di Pabrik, dimasukkan kePabrik ataudikeluarkan dari Pabrik; 467

Pengusaha Tempat Penyimpanan wajib mencatatdalam Buku Persediaan mengenai Barang KenaCukai yang dimasukkan ke atau dikeluarkan dariTempat Penyimpanan.468

Pengusaha Pabrik atau Pengusaha TempatPenyimpanan yang mengeluarkan Barang KenaCukai dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan Tanpamengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 25 ayat (1), yang mengakibatkankerugian negara, dipidana dengan pidana penjarapaling lama empat tahun dan denda paling banyaksepuluhkali nilai cukai yang seharusnya dibayar.469

Pemasukan atau pengeluaran Barang Kena Cukaiatau dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan, wajibdiberitahukan kepada Kepala Kantor dan dilindungidengan dokumen cukai.470

II.3.11.2 Barang kena pajak dan pita cukai

Barangsiapa menimbun, menyimpan, memiliki,menjual, menukar, memperoleh, atau memberikanBarang Kena Cukai yang berasal dari tindak pidanaberdasarkan Undang-undang ini, dipidana denganpidana penjara paling lama empat tahun dan/atau

466 Pasal 51 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.467 Pasal 16 Ayat (1) Huruf a Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.468 Pasal 16 Ayat (2) Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.469 Pasal 52 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.470 Pasal 25 Ayat (1) Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

190 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dendapaling banyak sepuluh kali nilai cukai yangseharusnya dibayar.471

Barangsiapa menawarkan, menjual, ataumenyerahkan pita cukai kepada tidak berhak, ataumembeli, menerima, atau menggunakan pita cukaiyang bukan haknya, dipidana dengan pidana penjarapaling lama empat tahun dan/atau denda palingbanyaksepuluh kali nilai cukai yang seharusnyadibayar.472

Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis kepadapengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan,importir barang kena cukai, penyalur, penggunabarang kena cukai yang mendapatkan fasilitaspembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalamPasal 9, dan/atau pihak lain yang terkait. 473

Setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkanatau menyerahkan buku, catatan, dan/atau dokumen,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) ataulaporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yangmenjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lainyang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk dataelektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatandi bidang cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal39 ayat (1b) yang palsu atau dipalsukan, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 6 (enam) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima jutarupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuhratus lima puluh juta rupiah).474

II.3.12 Perdagangan Orang

II.3.12.1 Definisi

474 Pasal 56 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.472 Pasal 58 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.473 Pasal 39 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.474 Pasal 53 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

TPPU & TPA 191

Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiaptindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhiunsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalamUndang-Undang ini.475

II.3.12.2 Larangan perdagangan dan eksploitasi wanita dananak laki-laki yang belum dewasa

Perdagangan wanita dan perdagangan anak lakilaki yang belum dewasa, diancam dengan pidanapenjara paling lama enam tahun.476

Setiap orang yang melakukan perekrutan,pengangkutan, penampungan, pengiriman,pemindahan, atau penerimaan seseorang denganancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,penjeratan utang atau memberi bayaran ataumanfaat walaupun memperoleh persetujuan dariorang yang memegang kendali atas orang lain,untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut diwilayah negara Republik Indonesia, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidanadenda paling sedikit Rp120.000.000, 00 (seratusdua puluh juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus juta rupiah).477

Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) mengakibatkan orang tereksploitasi, makapelaku dipidana dengan pidana yang samasebagaimana dimaksud pada ayat (1).478

Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayahnegara Republik Indonesia dengan maksud untuk

475 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

476 Pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).477 Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang.478 Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang.

192 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dieksploitasi di wilayah negara Republik Indonesiaatau dieksploitasi di negara lain dipidana denganpidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp120.000.000, 00 (seratus duapuluh juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus juta rupiah).479

Setiap orang yang membawa warga negaraIndonesia ke luar wilayah negara RepublikIndonesia dengan maksud untuk dieksploitasi diluar wilayah negara Republik Indonesia dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidanadenda paling sedikit Rp120.000.000, 00 (seratusdua puluh juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus juta rupiah).480

Setiap orang yang melakukan pengangkatan anakdengan menjanjikan sesuatu atau memberikansesuatu dengan maksud untuk dieksploitasidipidana dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahundan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah)dan paling banyak Rp. 600.000.00,00 (enam ratusjuta rupiah).481

Setiap orang yang melakukan pengiriman anak kedalam atau ke luar negeri dengan cara apa punyang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasidipidana dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahundan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,

479 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

480 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

481 Pasal 5 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

TPPU & TPA 193

00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan palingbanyak Rp600.000.000, 00 (enam ratus jutarupiah).482

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, danPasal 6 mengakibatkan korban menderita lukaberat, gangguan jiwa berat, penyakit menularlainnya yang membahayakan jiwanya, kehamilan,atau terganggu atau hilangnya fungsireproduksinya, maka ancaman pidananyaditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidanadalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5,dan Pasal 6.483

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, danPasal 6 mengakibatkan matinya korban, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahundan paling lama penjara seumur hidup dan pidanadenda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.5.00.000.000,00 (lima miyar rupiah).484

Setiap penyelenggara negara yangmenyalahgunakan kekuasaan yang mengakibatkanterjadinya tindak pidana perdagangan orangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3,Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 maka pidananyaditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidanadalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal6.485

482 Pasal 6 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

483 Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

484 Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

485 Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

194 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.12.3 Pidana tambahan

Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) pelaku dapat dikenakan pidana tambahanberupa pemberhentian secara tidak dengan hormatdari jabatannya.486

Pidana tambahan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dicantumkan sekaligus dalam amarputusan pengadilan.487

II.3.12.4 Percobaan, perbantuan dan permukatan jahatdalam perdagangan manusia

Setiap orang yang berusaha menggerakkan oranglain supaya melakukan tindak pidana perdaganganorang, dan tindak pidana itu tidak terjadi, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 6 (enam) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp40.000.000, 00 (empat puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp240.000.000, 00 (duaratus empat puluh juta rupiah).488

Setiap orang yang membantu atau melakukanpercobaan untuk melakukan tindak pidanaperdagangan orang, dipidana dengan pidana yangsama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.489

Setiap orang yang merencanakan atau melakukanpermufakatan jahat untuk melakukan tindak pidanaperdagangan orang, dipidana dengan pidana yangsama sebagai pelaku sebagaimana dimaksud dalamPasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.490

486 Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

497 Pasal 8 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

488 Pasal 9 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

489 Pasal 10 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

490 Pasal 11 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

TPPU & TPA 195

Setiap orang yang menggunakan ataumemanfaatkan korban tindak pidana perdaganganorang dengan cara melakukan persetubuhan atauperbuatan cabul lainnya dengan korban tindakpidana perdagangan orang, mempekerjakankorban tindak pidana perdagangan orang untukmeneruskan praktik eksploitasi, atau mengambilkeuntungan dari hasil tindak pidana perdaganganorang dipidana dengan pidana yang samasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3,Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.491

II.3.12.5 Tindak pidana perdagangan orang oleh korporasi

Tindak pidana perdagangan orang dianggapdilakukan oleh korporasi apabila tindak pidanatersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindakuntuk dan/atau atas nama korporasi atau untukkepentingan korporasi, baik berdasarkanhubungan kerja maupun hubungan lain, bertindakdalam lingkungan korporasi tersebut baik sendirimaupun bersama-sama.492

Dalam hal tindak pidana perdagangan orangdilakukan oleh suatu korporasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), maka penyidikan,penuntutan, dan pemidanaan dilakukan terhadapkorporasi dan/atau pengurusnya.493

II.3.13 Perdagangan Senjata Gelap

Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesiamembuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkanatau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalammiliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,

491 Pasal 12 Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TindakPidana Perdagangan Orang.

492 Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

493 Pasal 13 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2007 tentang PemberantasanTindak Pidana Perdagangan Orang.

196 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatusenjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukumdengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidupatau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluhtahun.494

Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia,membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkanatau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalammiliknya, menyimpan, mengangkut, menyem-bunyikan,mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatusenjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen), dihukum dengan hukuman penjarasetinggi-tingginya sepuluh tahun.495

II.3.14 Terorisme

II.3.14.1 Definisi

Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatanyang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuaidengan ketentuan dalam Peraturan PemerintahPengganti undang-undang ini.496

II.3.14.2 Sanksi bagi setiap orang yang melakukan teror

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakankekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkansuasana teror atau rasa takut terhadap orang secarameluas atau menimbulkan korban yang bersifatmassal, dengan cara merampas kemerdekaan atauhilangnya nyawa dan harta benda orang lain, ataumengakibatkan kerusakan atau kehancuranterhadap obyek-obyek vital yang strategis atau

494 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 tentang Mengubah“Ordonantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen” (STBL 1948 Nomor 17) dan Undang-Undang RI Dahulu No. 8 Tahun 1948.

495 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 tentang Mengubah“Ordonantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen” (STBL 1948 Nomor 17) dan Undang-Undang RI Dahulu No. 8 Tahun 1948.

496 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 197

lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitasinternasional, dipidana dengan pidana mati ataupenjara seumur hidup atau pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun.497

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakankekerasan atau ancaman kekerasan bermaksuduntuk menimbulkan suasana teror atau rasa takutterhadap orang secara meluas atau menimbulkankorban yang bersifat massal dengan caramerampas kemerdekaan atau hilangnya nyawaatau harta benda orang lain, atau untukmenimbulkan kerusakan atau kehancuranterhadap obyek-obyek vital yang strategis, ataulingkungan hidup, atau fasilitas publik, ataufasilitas internasional, dipidana dengan pidanapenjara paling lama seumur hidup.498

Dipidana karena melakukan tindak pidanaterorisme dengan pidana yang sama sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6, setiap orang yang :

a. menghancurkan, membuat tidak dapat dipakaiatau merusak bangunan untuk pengamanan lalulintas udara atau menggagalkan usaha untukpengamanan bangunan tersebut;

b. menyebabkan hancurnya, tidak dapatdipakainya atau rusaknya bangunan untukpengamanan lalu lintas udara, atau gagalnyausaha untuk pengamanan bangunan tersebut;

c. dengan sengaja dan melawan hukummenghancurkan, merusak, mengambil, ataumemindahkan tanda atau alat untuk pengamananpenerbangan, atau mengga-galkan bekerjanyatanda atau alat tersebut, atau memasang tandaatau alat yang keliru;

497 Pasal 6 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

498 Pasal 7 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

198 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

d. karena kealpaannya menyebabkan tanda ataualat untuk pengamanan penerbangan hancur,rusak, terambil atau pindah atau menyebabkanterpasangnya tanda atau alat untuk pengamananpenerbangan yang keliru;

e. dengan sengaja atau melawan hukum,menghancurkan atau membuat tidak dapatdipakainya pesawat udara yang seluruhnya atausebagian kepunyaan orang lain;

f. dengan sengaja dan melawan hukummencelakakan, menghancurkan, membuat tidakdapat dipakai atau merusak pesawat udara;

g. karena kealpaannya menyebabkan pesawatudara celaka, hancur, tidak dapat dipakai, ataurusak;

h. dengan maksud untuk menguntungkan dirisendiri atau orang lain dengan melawan hukum,atas penanggung asuransi menimbulkankebakaran atau ledakan, kecelakaankehancuran, kerusakan atau membuat tidakdapat dipakainya pesawat udara yangdipertanggungkan terhadap bahaya atau yangdipertanggungkan muatannya maupun upahyang akan diterima untuk pengangkutanmuatannya, ataupun untuk kepentingan muatantersebut telah diterima uang tanggungan;

i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yangmelawan hukum, merampas atau memperta-hankan perampasan atau menguasai pesawatudara dalam penerbangan;

j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atauancaman kekerasan atau ancaman dalambentuk lainnya, merampas ataumempertahankan perampasan atau menguasaipengendalian pesawat udara dalampenerbangan;

k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutanpermufakatan jahat, dilakukan dengandirencanakan terlebih dahulu, mengakibatkanluka berat seseorang, mengakibatkan kerusakan

TPPU & TPA 199

pada pesawat udara sehingga dapatmembahayakan penerbangannya, dilakukandengan maksud untuk merampas kemerdekaanatau meneruskan merampas kemerdekaanseseorang;

l. dengan sengaja dan melawan hukummelakukan perbuatan kekerasan terhadapseseorang di dalam pesawat udara dalampenerbangan, jika perbuatan itu dapatmembahayakan keselamatan pesawat udaratersebut;

m.dengan sengaja dan melawan hukum merusakpesawat udara dalam dinas atau menyebabkankerusakan atas pesawat udara tersebut yangmenyebabkan tidak dapat terbang ataumembahayakan keamanan penerbangan;

n. dengan sengaja dan melawan hukummenempatkan atau menyebabkanditempatkannya di dalam pesawat udara dalamdinas, dengan cara apapun, alat atau bahan yangdapat menghancurkan pesawat udara yangmembuatnya tidak dapat terbang ataumenyebabkan kerusakan pesawat udaratersebut yang dapat membahayakan keamanandalam penerbangan;

o. melakukan secara bersama-sama 2 (dua) orangatau lebih, sebagai kelanjutan dari permufakatanjahat, melakukan dengan direncanakan lebihdahulu, dan mengakibatkan luka berat bagiseseorang dari perbuatan sebagaimanadimaksud dalam huruf l, huruf m, dan hurufn;

p. memberikan keterangan yang diketahuinyaadalah palsu dan karena perbuatan itumembahayakan keamanan pesawat udaradalam penerbangan;

q. di dalam pesawat udara melakukan perbuatanyang dapat membahayakan keamanan dalampesawat udara dalam penerbangan;

r. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-

200 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

perbuatan yang dapat mengganggu ketertibandan tata tertib di dalam pesawat udara dalampenerbangan.499

II.3.14.3 Sanksi terkait penggunaan bahan peledak

Setiap orang yang secara melawan hukummemasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,mencoba memperoleh, menyerahkan ataumencoba menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya atau mempunyaidalam miliknya, menyimpan, mengangkut,menyembunyikan, mempergunakan, ataumengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatusenjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledakdan bahan-bahan lainnya yang berbahaya denganmaksud untuk melakukan tindak pidana terorisme,dipidana dengan pidana mati atau penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.500

Dipidana dengan pidana yang sama dengan pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiaporang yang dengan sengaja menggunakan senjatakimia, senjata biologis, radiologi, mikroorganisme,radioaktif atau komponennya, sehinggamenimbulkan suasana teror, atau rasa takutterhadap orang secara meluas, menimbulkankorban yang bersifat massal, membahayakanterhadap kesehatan, terjadi kekacauan terhadapkehidupan, keamanan, dan hak-hak orang, atauterjadi kerusakan, kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, lingkungan hidup,fasilitas publik, atau fasilitas internasional.501

499 Pasal 8 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

500 Pasal 9 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

501 Pasal 10 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 201

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun,setiap orang yang dengan sengaja menyediakan ataumengumpulkan dana dengan tujuan akan digunakanatau patut diketahuinya akan digunakan sebagianatau seluruhnya untuk melakukan tindak pidanaterorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10. 502

Dipidana karena melakukan tindak pidanaterorisme dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun,setiap orang yang dengan sengaja menyediakanatau mengumpulkan harta kekayaan dengan tujuanakan digunakan atau patut diketahuinya akandigunakan sebagian atau seluruhnya untukmelakukan :

a. tindakan secara melawan hukum menerima,memiliki, menggunakan, menyerahkan,mengubah, membuang bahan nuklir, senjatakimia, senjata biologis, radiologi,mikroorganisme, radioaktif atau komponennyayang mengakibatkan atau dapat mengakibatkankematian atau luka berat atau menimbulkankerusakan harta benda;

b. mencuri atau merampas bahan nuklir, senjatakimia, senjata biologis, radiologi,mikroorganisme, radioaktif, ataukomponennya ;

c. penggelapan atau memperoleh secara tidak sahbahan nuklir, senjata kimia, senjata biologis,radiologi, mikroorganisme, radioaktif ataukomponennya;

d. meminta bahan nuklir, senjata kimia, senjatabiologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif,atau komponennya secara paksa atau ancamankekerasan atau dengan segala bentuk intimidasi;

502 Pasal 11 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

202 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

e. mengancam :1) menggunakan bahan nuklir, senjata kimia,

senjata biologis, radiologi, mikroorganisme,radioaktif, atau komponennya untukmenimbulkan kematian atau luka berat ataukerusakan harta benda; atau

2) melakukan tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam huruf b dengan tujuanuntuk memaksa orang lain, organisasiinternasional, atau negara lain untukmelakukan atau tidak melakukan sesuatu.

f. mencoba melakukan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam huruf a, hurufb, atau huruf c; dan

g. ikut serta dalam melakukan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam huruf a sampaidengan huruf f.503

II.3.14.4 Sanksi terhadap setiap orang yang membantupelaku terorisme

Setiap orang yang dengan sengaja memberikanbantuan atau kemudahan terhadap pelaku tindakpidana terorisme, dengan :

a. memberikan atau meminjamkan uang ataubarang atau harta kekayaan lainnya kepadapelaku tindak pidana terorisme;

b. menyembunyikan pelaku tindak pidanaterorisme; atau

c. menyembunyikan informasi tentang tindakpidana terorisme, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 15 (lima belas) tahun.504

503 Pasal 12 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

504 Pasal 13 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 203

II.3.14.5 Sanksi terhadap setiap orang yang merencanakandan melakukan permufakatan jahat terkait terorime

Setiap orang yang merencanakan dan/ataumenggerakkan orang lain untuk melakukan tindakpidana terorisme sebagaimana dimaksud dalamPasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup.505

Setiap orang yang melakukan permufakatan jahat,percobaan, atau pembantuan untuk melakukantindak pidana terorisme sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidanayang sama sebagai pelaku tindak pidananya.506

Setiap orang di luar wilayah negara RepublikIndonesia yang memberikan bantuan, kemudahan,sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindakpidana terorisme, dipidana dengan pidana yangsama sebagai pelaku tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12.507

II.3.14.6 Sanksi terhadap korporasi terkait terorismeDalam hal tindak pidana terorisme dilakukan olehatau atas nama suatu korporasi, maka tuntutandan penjatuhan pidana dilakukan terhadapkorporasi dan/atau pengurusnya.508

Tindak pidana terorisme dilakukan oleh korporasiapabila tindak pidana tersebut dilakukan olehorang-orang baik berdasarkan hubungan kerjamaupun hubungan lain, bertindak dalam

505 Pasal 14 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

506 Pasal 15 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

507 Pasal 16 Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

508 Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

204 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupunbersama-sama.509

Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadapsuatu korporasi, maka korporasi tersebut diwakilioleh pengurus.510

Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadapkorporasi, maka panggilan untuk menghadap danpenyerahan surat panggilan tersebut disampaikankepada pengurus di tempat tinggal pengurus ataudi tempat pengurus berkantor.511

Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadapkorporasi hanya dipidana dengan pidana dendapaling banyak Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliunrupiah).512

Korporasi yang terlibat tindak pidana terorismedapat dibekukan atau dicabut izinnya dandinyatakan sebagai korporasi yang terlarang.513

II.3.15 Penculikan

II.3.15.1 Membawa pergi seseorang dari tempat tinggalnya

Barangsiapa membawa pergi seseorang daritempat kediamannya atau tempat-tinggal-sementaranya dengan maksud untukmenempatkan orang itu secara melawan hukumdi bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain,atau untuk menyengsarakan orang itu, diancamkarena penculikan dengan pidana penjara palinglama dua belas tahun.514

509 Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

510 Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

511 Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

512 Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

513 Pasal 18 Ayat (3) Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan PerpuNo. 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.

514 Pasal 328 KUHP.

TPPU & TPA 205

II.3.15.2 Menarik dan menyembunyikan seseorang yangbelum cukup umur.

Barangsiapa dengan sengaja menarik seseorangyang belum cukup umur dari kekuasaan yangmenurut undang-undang ditentukan atas dirinya,atau dati pengawasan orang yang berwenanguntuk itu, diancam dengan pidana penjara palinglama tujuh tahun.515

Bila dalam hal ini dilakukan tipu-muslihat, kekerasanatau ancaman kekerasan, atau bila anak itu belumberumur dua belas tahun, maka dijatuhkan pidanapenjara paling lama sembilan tahun.516

Barangsiapa dengan sengaja menyembunyikanorang yang belum dewasa yang ditarik ataumenarik diri dari kekuasaan yang menurutundang-undang ditentukan atas dirinya, atau daripengawasan orang yang berwenang untuk itu,atau dengan sengaja menariknya dari pengusutanpejabat kehakiman atau kepolisian, diancamdengan pidana penjara paling lama empat tahun,atau bila anak itu berumur di bawah dua belastahun, dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun.517

II.3.16 Pencurian

II.3.16.1 Sanksi terhadap seseorang yang mengambilbarang bukan miliknya

Barang siapa mengambil barang sesuatu, yangseluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,dengan maksud untuk dimiliki secara melawanhukum, diancam karena pencurian, dengan pidanapenjara paling lama lima tahun atau pidana dendapaling banyak sembilan ratus rupiah.518

515 Pasal 330 Ayat (1) KUHP.516 Pasal 330 Ayat (2) KUHP.517 Pasal 331 Kitab KUHP.518 Pasal 362 KUHP.

206 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun:

1) pencurian ternak;2) pencurian pada waktu terjadi kebakaran,

letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut,gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar,kecelakaan kereta api, huru-hara,pemberontakan atau bahaya perang;

3) pencurian pada waktu malam dalam sebuahrumah atau di pekarangan tertutup yang adarumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adadi situ tanpa diketahui atau tanpa dikehendakioleh yang berhak;

4) pencurian yang dilakukan oleh dua orang ataulebih dengan bersekutu; (KUHP 364, dst.)

5) pencurian yang untuk masuk ke tempatmelakukan kejahatan, atau untuk dapatmengambil barang yang hendak dicuri itu,dilakukan dengan merusak, memotong ataumemanjat, atau dengan memakai anak kuncipalsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.519

Bila pencurian tersebut dalam nomor 3 disertaidengan salah satu hal dalam nomor 4 dan 5, makaperbuatan itu diancam dengan pidana penjara palinglama sembilan tahun.520

Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 danpasal 363 nomor 4, demikian juga perbuatan yangditerangkan dalam pasal 363 nomor 5, bila tidakdilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangantertutup yang ada rumahnya, jika harga barangyang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluhrupiah, diancam karena pencurian ringan denganpidana penjara paling lama tiga bulan atau pidanadenda paling banyak sembilan ratus rupiah.521

519 Pasal 363 Ayat (1) KUHP.520 Pasal 363 Ayat (2) Kitab KUHP.521 Pasal 364 KUHP.

TPPU & TPA 207

II.3.16.2 Sanksi terhadap pelaku pencurian yang disertaidengan tindakan kekerasan dan mengakibatkankematian orang lain

Diancam dengan pidana penjara paling lamasembilan tahun pencurian yang didahului, disertaiatau diikuti dengan kekerasan atau ancamankekerasan terhadap orang dengan maksud untukmempersiapkan atau mempermudah pencurian itu,atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkandiri sendiri atau peserta lainnya untuk melarikandiri, atau untuk tetap menguasai barang yangdicuri.522

Diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas tahun:

1) bila perbuatan dilakukan pada waktu malamdalam sebuah rumah atau pekarangan tertutupyang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalamkereta api atau trem yang sedang berjalan;(KUHP 89, 363).

2) bila perbuatan dilakukan oleh dua orang ataulebih dengan bersekutu;

3) bila yang bersalah masuk ke tempat melakukankejahatan dengan merusak atau memanjat ataadengan memakai anak kunci palsu, perintahpalsu atau pakaian jabatan palsu;

4) bila perbuatan mengakibatkan luka berat. 423

Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, makayang bersalah diancam dengan pidana penjarapaling lama lima belas tahun.524

Diancam dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjara selama waktutertentu paling lama dua puluh tahun, bilaperbuatan itu mengakibatkan luka berat ataukematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih

522 Pasal 365 Ayat (1) KUHP.523 Pasal 365 Ayat (2) KUHP.524 Pasal 365 ayat (3) KUHP.

208 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satuhal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3.525

II.3.17 Penggelapan

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukummemiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalahkepunyaan orang lain, tetapi berada dalam kekuasaannya bukankarena kejahatan, diancam karena penggelapan, dengan pidanapenjara paling lama empat tahun atau pidana denda palingbanyak sembilan ratus rupiah.526

Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 372, bila yangdigelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari duaratus lima puluh rupiah, diancam sebagai penggelapan ringandengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana dendapaling banyak sembilan ratus rupiah.527

Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang menguasaibarang itu karena jabatannya atau karena pekerjaannya ataukarena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidanapenjara paling lama lima tahun.528

Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang kepadanyabarang itu terpaksa diberikan untuk disimpan, atau yangdilakukan oleh wali pengampu, pengurus atau pelaksana suratwasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadapbarang sesuatu yang dikuasainya selaku demikian diancamdengan pidana penjara paling lama enam tahun.529

II.3.18 Penipuan

II.3.18.1 Sanksi terhadap seseorang yang secara melawanhukum menguntungkan diri sendiri atau orang lain

Barang siapa dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, dengan memakai nama palsu

525 Pasal 365 ayat (4) KUHP.526 Pasal 372 KUHP.527 Pasal 373 KUHP.528 Pasal 374 KUHP.529 Pasal 375 KUHP.

TPPU & TPA 209

atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupunrangkaian kebohongan, menggerakkan orang lainuntuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,atau supaya memberi hutang rnaupunmenghapuskan piutang diancam karena penipuandengan pidana penjara paling lama empat tahun.530

Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 378, jikabarang yang diserahkan itu bukan ternak dan hargadaripada barang, hutang atau piutang itu tidak lebihdari dua puluh lima rupiah diancam sebagaipenipuan ringan dengan pidana penjara paling lamatiga bulan atau pidana denda paling banyak duaratus lima puluh rupiah.531

II.3.18.2 Sanksi terhadap setiap orang yang menjadikanpraktek penipuan sebagai mata pencarian ataukebiasaan

Barang siapa menjadikan sebagai mata pencarianatau kebiasaan untuk membeli barang-barang,dengan maksud supaya tanpa pembayaranseluruhnya memastikan penguasaan terhadapbarang-barang itu untuk diri sendiri maupun oranglain diancam dengan pidana penjara paling lamaempat tahun.532

II.3.18.3 Sanksi terhadap setiap orang yang melakukanpenipuan atas hasil kesusastraan, keilmuan,kesenian atau kerajinan

Diancam dengan pidana penjara paling lama duatahun delapan bulan atau pidana denda palingbanyak lima ribu rupiah:

1) barang siapa menaruh suatu nama atau tandasecara palsu di atas atau di dalam suatu hasilkesusastraan, keilmuan, kesenian ataukerajinan, atau memalsu nama atau tanda yang

530 Pasal 378 KUHP.531 Pasal 379 KUHP.532 Pasal 379a KUHP.

210 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

asli, dengan maksud supaya orang mengirabahwa itu benar-benar buah hasil orang yangnama atau tandanya ditaruh olehnya di atas ataudi dalamnya tadi;

2) barang siapa dengan sengaja menjualmenawarkan menyerahkan, mempunyaipersediaan untuk dijual atau memasukkan keIndonesia, hasil kesusastraan, keilmuan,kesenian atau kerajinan. yang di dalam atau diatasnya telah ditaruh nama at.au tanda yangpalsu, atau yang nama atau tandanya yang aslitelah dipalsu, seakan-akan itu benar-benar hasilorang yang nama atau tandanya telah ditaruhsecara palsu tadi. 533

Jika hasil itu kepunyaan terpidana, maka bolehdirampas.534

II.3.18.4 Tindak pidana penipuan terkait asuransi

Barang siapa dengan jalan tipu muslihatmenyesatkan penanggung asuransi mengenaikeadaan-keadaan yang berhubungan denganpertanggungan sehingga disetujui perjanjian, halmana tentu tidak akan disetujuinya atau setidak-tidaknya tidak dengan syarat- syarat yangdemikian, jika diketahuinya keadaan-keadaansebenarnya diancam dengan pidana penjara palinglama satu tahun empat bulan.535

Barang siapa dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum. atas kerugian penanggungasuransi atau pemegang surat bodemerij yang sah.menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatubarang yang dipertanggungkan terhadap bahayakebakaran, atau mengaramkan. mendamparkan.menghancurkan, merusakkan, atau membikin tak

533 Pasal 380 Ayat (1) KUHP.534 Pasal 380 Ayat (2) KUHP.535 Pasal 381 KUHP.

TPPU & TPA 211

dapat dipakai kapal yang dipertanggungkan atauyang muatannya maupun upah yang akan diterimauntuk pengangkutan muatannya yangdipertanggungkan, ataupun yang atasnya telahditerima uang bodemerij diancarn dengan pidanapenjara paling lama lima tahun.536

II.3.18.5 Perbuatan curang untuk menyesatkan publik atauorang tertentu

Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkanatau memperluas hasil perdagangan atauperusahaan milik sendiri atau orang lain,melakukan perbuatan curang untuk menyesatkankhalayak umum atau seorang tertentu, diancam,jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagikonkuren-konkurennya atau konkuren-konkurenorang lain, karena persaingan curang, denganpidana penjara paling lama satu tahun empat bulanatau pidana denda paling banyak tiga belas ribulima ratus rupiah.537

Diancam dengan pidana penjara paling lama satutahun empat bulan, seorang penjual yang berbuatcurang terhadap pembeli:

1) karena sengaja menyerahkan barang laindaripada yang ditunjuk untuk dibeli;

2) mengenai jenis, keadaan atau jumlah barangyang diserahkan, dengan menggunakan tipumuslihat.538

Seorang pemegang konosemen yang sengajamempergunakan beberapa eksemplar dari surattersebut dengan titel yang memberatkan, dan untukbeberapa orang penerima, diancam dengan pidanapenjara paling lama dua tahun delapan bulan.539

536 Pasal 382 KUHP.537 Pasal 382bis KUHP.538 Pasal 383 KUHP.539 Pasal 383bis KUHP.

212 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 383,diancam dengan pidana penjara paling lama tigabulan atau denda paling banyak dua ratus limapuluh rupiah, jika jumlah keuntungan yang diperoleh tidak lebih dari dua puluh lima rupiah.540

Diancam dengan pidana penjara paling lama empattahun:

1) barang siapa dengan maksud mengun-tungkandiri sendiri atau orang lain secara melawanhukum, menjual, menukarkan atau membebanidengan creditverband sesuatu hak tanah yangtelah bersertifikat, sesuatu gedung, bangunan,penanaman atau pembenihan di atas tanah yangbelum bersertifikat, padahal diketahui bahwayang mempunyai atau turut mempunyai hak diatasnya adalah orang lain;

2) barang siapa dengan maksud yang samamenjual, menukarkan atau membebani dengancredietverband, sesuatu hak tanah yang belumbersertifikat yang telah dibehani credietverbandatau sesuatu gedung bangunan. penanamanatau pembenihan di atas tanah yang juga telahdibebani demikian, tanpa mem beritahukantentang adanya heban itu kepada pihak yanglain;

3) barang siapa dengan maksud yang samamengadakan credietverband mengenai sesuatuhak tanah yang belum bersertifikat. denganmenyembunyikan kepada pihak lain bahwatanah yanr bezhubungan dengan hak tadi sudahdigadaikan;

4) barang siapa dengan maksud yang sama,menggadaikan atau menyewakan tanah denganhak tanah yang belum bersertifikat padahaldiketahui bahwa orang lain yang mempunyaiatau turut mempunyai hak atas tanah itu;

540 Pasal 384 KUHP.

TPPU & TPA 213

5) barang siapa dengan maksud yang sama,menjual atau menukarkan tanah dengan haktanah yang belum bersertifikat yang telahdigadaikan, padahal tidak diberitahukannyakepada pihak yang lain bahwa tanah itu telahdigadaikan;

6) barang siapa dengan maksud yang sama menjualatau menukarkan tanah dengan hak tanah yangbelum bersertifikat untuk suatu masa, padahaldiketahui, bahwa tanah itu telah disewakankepada orang lain untuk masa itu juga.541

II.3.18.6 Sanksi terkait makanan, minuman dan obat-obatanyang dipalsukan

Barang siapa menjual, menawarkan ataumenyerahkan barang makanan, minuman atauobat-obatan yang diketahuinya bahwa itu dipalsu,dan menyembunyikan hal itu, diancan denganpidana penjara paling lama empat tahun.542

Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itudipalsu jika nilainya atau faedahnya menjadikurang karena sudah dicampur dengan sesuatubahan lain.543

II.3.18.7 Sanksi terkait ahli dan barang bangunan

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun seorang pemborong atau ahli bangunan ataupenjual bahan-bahan bangunan, yang pada waktumembuat bangunan atau pada waktumenyerahkan bahan-bahan bangunan, melakukansesuatu perhuatan curang yang dapatmembahayakan keamanan orang atau barang,atau keselamatan negara dalam keadaan perang.544

541 Pasal 385 KUHP.542 Pasal 386 Ayat (1) KUHP.543 Pasal 386 Ayat (2) KUHP.544 Pasal 387 Ayat (1) KUHP.

214 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

545 Pasal 387 Ayat (2) KUHP.546 Pasal 388 Ayat (1) Kitab KUHP.547 Pasal 388 Ayat (2) KUHP.548 Pasal 389 KUHP.

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapayang bertugas mengawasi pemhangunan ataupenyerahan barang-barang itu, sengajamembiarkan perbuatan yang curang itu.545

II.3.18.8 Sanksi terkait barang keperluan Angkatan Lautatau Angkatan Darat

Barang siapa pada waktu menyerahkan barangkeperluan Angkatan Laut atau Angkatan Daratmelakukan perbuat.an curang yang dapatmembahayakan kesempatan negara dalam keadaanperang diancam dengan pidana penjara paling lamatujuh tahun.546

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapayang bertugas mengawasi penyerahan barang-barang itu, dengan sengaja membiarkan perbuatanyang curang itu.547

II.3.18.9 Sanksi terkait pemindahan dan penghancuranbatas pekarangan

Barang siapa dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, menghancurkan, memindahkan,membuang atau membikin tak dapat dipakaisesuatu yang digunakan untuk menentukan bataspekarangan, diancam dengan pidana penjara palinglama dua tahun delapan bulan.548

II.3.18.10 Sanksi terkait penyiaran kabar bohong

Barang siapa dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, dengan menyiarkan kabarbohong yang menyebabkan harga barang-barangdagangan, dana-dana atau surat-surat berhargamenjadi turun atau naik diancam dengan pidana

TPPU & TPA 215

549 Pasal 390 KUHP.550 Pasal 391 KUHP.551 Pasal 392 KUHP.

penjara paling lama dua tahun delapan bulan.549

II.3.18.11 Sanksi terkait surat hutang sesuatu negara,perkumpulan, yayasan atau perseroan

Barang siapa menerima kewajiban untuk, ataumemberi pertolongan pada penempatan surathutang sesuatu negara atau bagiannya, atausesuatu lembaga umum sero, atau surat hutangsesuatu perkumpulan, yayasan atau perseroan,mencoba menggerakkan khalayak umum untukpendaftaran atau penyertaannya, dengan sengajamenyembunyikan atau mengurangkan keadaanyang sebenarnya atau dengan membayang-bayangkan keadaan yang palsu, diancam denganpidana penjara paling lama empat tahun.550

II.3.17.12 Sanksi terkait pengumuman daftar atau neracayang tidak benar

Seorang pengusaha, seorang pengurus ataukomisaris persero terbatas, maskapai andilIndonesia atau koperasi, yang sengajamengumumkan daftar atau neraca yang tidakbenar, diancam dengan pidana penjara paling lamasatu tahun empat bulan.551

II.3.18.13 Sanksi terkait pembungkus palsu

Barang siapa memasukkan ke Indonesia tanpatujuan jelas untuk mengeluarkan lagi dariIndonesia, menjual, menamarkan, menyerahkan,membagikan atau mempunyai persediaan untukdijual atau dibagi-bagikan. barang-barang yangdiketahui atau sepatutnya harus diduganya bahwapada barangnya itu sendiri atau pada bungkusnyadipakaikan secara palsu, nama firma atau merekyang menjadi hak orang lain atau untukmenyatakan asalnya barang, nama sebuah tempattertentu, dengan ditambahkan nama atau firma

216 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

552 Pasal 393 KUHP.553 Pasal 393 Ayat (2) KUHP.554 Pasal 393bis Ayat (1) KUHP.555 Pasal 393bis Ayat (2) KUHP.

yang khayal, ataupun pada barangnya sendiri ataupada bungkusnya ditirukan nama, firma ataumerek yang demikian sekalipun dengan sedikitperubahan, diancam dengan pidana penjara palinglama empat bulan dua minggu atau pidana dendapaling banyak sembilan ribu rupiah.552

Jika pada waktu melakukan kejahatan belurn lewatlima tahun sejak adanya pemidanaan yang menjaditetap karena kejahatan semacam itu juga dapatdijatuhkan pidana penjara paling lama sembilanbulan.553

II.3.18.14 Sanksi terkait pemberian keterangan yang tidakbenar dalam surat atau dokumen

Seorang pengacara yang sengaja memasukkanatau menyuruh masukkan dalam suratpermohonan cerai atau pisah meja dan ranjang,atau dalam surat permohonan pailit, keterangan-keterangan tentang tempat tinggal atau kediamantergugat atau penghutang, padahal diketahui atausepatutnya harus diduganya bahwa keterangan-keterangan itu tertentangan dengan yangsebenarnya, diancam dengan pidana penjara palinglama satu tahun.554

Diancam dengan pidana yang sama ialah si suami(istri) yang mengajukan gugatan atau si pemiutangyang memasukkan permintaan pailit, yang sengajamemberi keterangan palsu kepada pengacara yangdimaksudkan dalam ayat pertama.555

II.3.19 Pemalsuan Uang

II.3.19.1 Larangan memalsukan uang dan mengedarkannya

Barang siapa meniru atau memalsu mata uangatau kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau

TPPU & TPA 217

556 Pasal 244 KUHP.557 Pasal 245 KUHP.558 Pasal 249 KUHP.559 Pasal 246 KUHP.

Bank, dengan maksud untuk mengedarkan ataumenyuruh mengedarkan mata uang atau uangkertas itu sebagai asli dan tidak dipalsu, diancamdengan pidana penjara paling lama lima belastahun.556

Barang siapa dengan sengaja mengedarkan matauang atau uang kertas yang dikeluarkan olehNegara atau Bank sebagai mata uang atau uangkertas asli dan tidak dipalsu, padahal ditiru ataudipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterimadiketahuinya bahwa tidak asli atau dipalsu, ataupunbarang siapa menyimpan atau memasukkan keIndonesia mata uang dan uang kertas yangdemikian, dengan maksud untuk mengedarkanatau menyuruh mengedarkan sebagai uang asli dantidak dipalsu, diancam dengan pidana penjarapaling lama lima belas tahun.557

Barang siapa dengan sengaja mengedarkan matauang yang tidak asli, dipalsu atau dirusak atau uangkertas Negara atau Bank yang palsu atau dipalsu,diancam, kecuali berdasarkan pasal 245 dan 247,dengan pidana penjara paling lama empat bulan duaminggu atau pidana denda paling banyak empat ribulima ratus rupiah.558

II.3.19.2 Larangan mengurangi nilai mata uang

Barang siapa mengurangi nilai mata uang denganmaksud untuk mengeluarkan atau menyuruhmengedarkan uang yang dikurangi nilainya itu,diancam karena merusak uang dengan pidanapenjara paling lama dua belas tahun.559

Barang siapa dengan sengaja mengedarkan matauang yang dikurangi nilai olehnya sendiri atau yangmerusaknya waktu diterima diketahui sebagai uang

218 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

yang tidak rusak, ataupun barang siapa menyimpanatau memasukkan ke Indonesia uang yang demikianitu dengan maksud untuk mengedarkan ataumenyuruh mengedarkannya sebagai uang yang tidakrusak, diancam dengan pidana penjara paling lamadua belas tahun.560

II.3.19.3 Larangan membuat dan memiliki persedian bahanuntuk meniru, memalsu atau mengurangi nilai matauang.

Barangsiapa membuat atau mempunyai persediaanbahan atau benda yang diketahuinya bahwa itudigunakan untuk meniru, memalsu ataumengurangi nilai mata uang, atau untuk meniruatau memalsu uang kertas negara atau bank,diancam dengan pidana penjara paling lama enamtahun atau pidana denda paling banyak empat ribulima ratus rupiah.561

Diancam dengan pidana penjara paling lama satutahun atau pidana denda paling banyak sepuluhribu rupiah, barang siapa dengan sengaja dan tanpaizin Pemerintah, menyimpan atau memasukkanke Indonesia keping-keping atau lembar-lembaranperak, baik yang ada maupun yang tidak adacapnya atau dikerjakan sedikit, mungkin dianggapsebagai mata uang, padahal tidak nyata-nyata akandigunakan sebagai perhiasan atau tandaperingatan.562

560 Pasal 247 KUHP.561 Pasal 250 KUHP.562 Pasal 251 KUHP.

II.3.20 Perjudian

Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahunatau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah,barang siapa tanpa mendapat izin:

1) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan

TPPU & TPA 219

untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai matapencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatuperusahaan perjudian;

2) dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatankepada umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turutserta dalam perusahaan perjudian, dengan tidak peduliapakah untuk menggunakan kesempatan itu diadakan suatusyarat atau dipenuhi suatu tata-cara;

3) turut serta pada permainan judi sebagai mata pencaharian.

Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalammenjalankan pekerjaannya, maka haknya untuk menjalankanpekerjaan itu dapat dicabut.563

Yang dimaksud dengan permainan judi adalah tiap-tiappermainan, di mana kemungkinan untuk menang padaumumnya bergantung pada peruntungan belaka,juga karenapemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Dalam pengertianpermainan judi termasuk juga segala pertaruhan tentangkeputusan perlombaan atau permainan lainnya yang tidakdiadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain,demikian juga segala pertaruhan lainnya.564

Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun ataupidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah:

1) barangsiapa menggunakan kesempatan main judi, yangdiadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303;

2) barangsiapa ikut serta main judi di jalan umum atau dipinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungiumum, kecuali kalau penguasa yang berwenang telahmemberi izin untuk mengadakan perjudian itu.565

Bila ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejakpemidanaannya yang menjadi tetap karena salah satu dari

563 Pasal 303 Ayat (2) KUHP jo. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

564 Pasal 303 Ayat (3) KUHP jo. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

565 Pasal 303bis Ayat (1) KUHP jo. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

220 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pelanggaran ini, maka ia dapat dikenakan pidana penjara palinglama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belasjuta rupiah.566

II.3.21 Prostitusi

II.3.21.1 Larangan perbuatan cabul

Barangsiapa dengan kekerasan atau denganancaman kekerasan memaksa seseorang untukmelakukan atau membiarkan dilakukan perbuatancabul, diancam karena melakukan perbuatan yangmenyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidanapenjara paling lama sembilan tahun.567

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun barangsiapa membujuk seseorang yangdiketahuinya atau sepatutnya harus diduganyabahwa umur orang itu belum lima belas tahun,atau kalau umurnya tidak jelas, yang bersangkutanbelum waktunya untuk dikawinkan, untukmelakukan atau membiarkan dilakukan perbuatancabul, atau bersetubuh di luar perkawinan denganorang lain.568

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan ataumemudahkan perbuatan cabul oleh orang laindengan orang lain dan menjadikannya sebagaipekerjaan atau kebiasaan, diancam dengan pidanapenjara paling lama satu tahun empat bulan ataupidana denda paling banyak lima belas riburupiah.569

II.3.21.2 Larangan memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa

Perdagangan wanita dan perdagangan anak lakilaki yang belum dewasa, diancam dengan pidana

566 Pasal 303bis Ayat (2) KUHP jo. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

567 Pasal 289 KUHP.568 Pasal 290 angka 3 KUHP.569 Pasal 296 KUHP.

TPPU & TPA 221

penjara paling lama enam tahun.570

Setiap orang yang melakukan perekrutan,pengangkutan, penampungan, pengiriman,pemindahan, atau penerimaan seseorang denganancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,penjeratan utang atau memberi bayaran ataumanfaat walaupun memperoleh persetujuan dariorang yang memegang kendali atas orang lain,untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut diwilayah negara Republik Indonesia, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidanadenda paling sedikit Rp120.000.000, 00 (seratusdua puluh juta rupiah) dan paling banyakRp600.000.000, 00 (enam ratus juta rupiah).571

Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) mengakibatkan orang tereksploitasi, makapelaku dipidana dengan pidana yang samasebagaimana dimaksud pada ayat (1).572

Setiap orang yang menggunakan ataumemanfaatkan korban tindak pidana perdaganganorang dengan cara melakukan persetubuhan atauperbuatan cabul lainnya dengan korban tindakpidana perdagangan orang, mempekerjakankorban tindak pidana perdagangan orang untukmeneruskan praktik eksploitasi, atau mengambilkeuntungan dari hasil tindak pidana perdaganganorang dipidana dengan pidana yang samasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3,Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.573

570 Pasal 297 KUHP.571 Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.572 Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.573 Pasal 12 Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang.

222 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.22 Di Bidang Perpajakan

II.3.22.1 Sanksi terkait SPPT dan NPWP

Setiap orang yang karena kealpaannya:

a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; ataub. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap, ataumelampirkan keterangan yang isinya tidakbenar sehingga dapat menimbulkan kerugianpada pendapatan negara dan perbuatan tersebutmerupakan perbuatan setelah perbuatan yangpertama kali sebagaimana dimaksud dalamPasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kalijumlah pajak terutang yang tidak atau kurangdibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlahpajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga)bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.574

Setiap orang yang dengan sengaja:

a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NomorPokok Wajib Pajak atau tidak melaporkanusahanya untuk dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak;

b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hakNomor Pokok Wajib Pajak atau

c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau

keterangan yang isinya tidak benar atau tidaklengkap;

e. menolak untuk dilakukan pemeriksaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;

f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, ataudokumen lain yang palsu atau dipalsukan

574 Pasal 38 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan PeraturanPengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Kerja PerpajakanMenjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 223

seolah-olah benar, atau tidak menggambarkankeadaan yang sebenarnya;

g. tidak menyelenggarakan pembukuan ataupencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkanatau tidak meminjamkan buku, catatan, ataudokumen lain;

h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumenyang menjadi dasar pembukuan atau pencatatandan dokumen lain termasuk hasil pengolahandata dari pembukuan yang dikelola secaraelektronik atau diselenggarakan secara programaplikasi on-line di Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau

i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotongatau dipungut sehingga dapat menimbulkankerugian pada pendapatan negara, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan dendapaling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutangyang tidak atau kurang dibayar dan palingbanyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutangyang tidak atau kurang dibayar.575

Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kalisanksi pidana apabila seseorang melakukan lagitindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalanipidana penjara yang dijatuhkan.576

Setiap orang yang melakukan percobaan untukmelakukan tindak pidana menyalahgunakan ataumenggunakan tanpa hak Nomor Pokok WajibPajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ataumenyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau

575 Pasal 39 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

576 Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

224 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

keterangan yang isinya tidak benar atau tidaklengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d, dalam rangka mengajukan permohonanrestitusi atau melakukan kompensasi pajak ataupengkreditan pajak, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 6 (enam) bulan dan palinglama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/ataukompensasi atau pengkreditan yang dilakukan danpaling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yangdimohonkan dan/atau kompensasi ataupengkreditan yang dilakukan”.577

Setiap orang yang dengan sengaja :

a. menerbitkan dan/atau menggunakan fakturpajak, bukti pemungutan pajak, buktipemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajakyang tidak berdasarkan transaksi yangsebenarnya; atau

b. menerbitkan faktur pajak tetapi belumdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2(dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun sertadenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalamfaktur pajak, bukti pemungutan pajak, buktipemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajakdan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalamfaktur pajak, bukti pemungutan pajak, buktipemotongan pajak, dan/atau bukti setoranpajak”.578

Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapatdituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejaksaat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak,berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya

577 Pasal 39 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

578 Pasal 39 A Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 225

Tahun Pajak yang bersangkutan.579

II.3.22.2 Sanksi terkait kerahasiaan wajib pajak

Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhikewajiban merahasiakan hal sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidanakurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dendapaling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh limajuta rupiah).580

Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhikewajibannya atau seseorang yang menyebabkantidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda palingbanyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).581

II.3.22.3 Sanksi terkait penyelidikan, penyidikan danpenuntutan

Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanyadilakukan atas pengaduan orang yangkerahasiaannya dilanggar.582

Setiap orang yang wajib memberikan keteranganatau bukti yang diminta sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidakmemberi keterangan atau bukti, atau memberiketerangan atau bukti yang tidak benar dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahundan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (duapuluh lima juta rupiah).583

579 Pasal 40 Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

580 Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

581 Pasal 41 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

582 Pasal 41 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

583 Pasal 41 A Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

226 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangiatau mempersulit penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).584

Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhikewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35Aayat (1) dipidana dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun atau denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).585

Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkantidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihaklain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat(1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyakRp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).586

Setiap orang yang dengan sengaja tidakmemberikan data dan informasi yang diminta olehDirektur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidanakurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan ataudenda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapanratus juta rupiah).587

Setiap orang yang dengan sengajamenyalahgunakan data dan informasi perpajakansehingga menimbulkan kerugian kepada negaradipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.588

584 Pasal 41 B Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

585 Pasal 41 C Ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

586 Pasal 41 C Ayat (2) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

587 Pasal 41 C Ayat (3) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

588 Pasal 41 C Ayat (4) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 227

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39dan Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa,pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yangmenyuruh melakukan, yang turut serta melakukan,yang menganjurkan, atau yang membantumelakukan tindak pidana di bidang perpajakan.589

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi yangmenyuruh melakukan, yang menganjurkan, atauyang membantu melakukan tindak pidana di bidangperpajakan.590

II.3.23 Di Bidang Kehutanan

II.3.23.1 Sanksi terkait kelalaian dan pelanggaran di bidangkehutanan

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1)atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan pidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dendapaling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyarrupiah).591

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dandenda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (limamilyar rupiah).592

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)

589 Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

590 Pasal 43 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

591 Pasal 78 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

592 Pasal 78 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

228 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

huruf d, diancam dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).593

Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) hurufd, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00(satu milyar lima ratus juta rupiah).594

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) hurufe atau huruf f, diancam dengan pidana penjara palinglama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).595

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4)atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dandenda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (limamilyar rupiah).596

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf h, diancam dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).597

593 Pasal 78 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

594 Pasal 78 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.2004

595 Pasal 78 Ayat (5) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

596 Pasal 78 Ayat (6) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

597 Pasal 78 Ayat (7) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 229

Barang siapa yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama3 (tiga) bulan dan denda paling banyakRp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).598

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).599

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf k, diancam dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).600

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).601

Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)huruf m, diancam dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).602

598 Pasal 78 Ayat (8) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

599 Pasal 78 Ayat (9) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

600 Pasal 78 Ayat (10) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

601 Pasal 78 Ayat (11) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

602 Pasal 78 Ayat (12) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

230 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6),ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalahkejahatan, dan tindak pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalahpelanggaran.603

II.3.23.2 Tuntutan dan sanksi pidana terhadap pengurusbadan hukum atau badan usaha

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabiladilakukan oleh dan atau atas nama badan hukumatau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananyadijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidanasesuai dengan ancaman pidana masing-masingditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yangdijatuhkan.604

II.3.23.3 Larangan dan sanksi pidana pengrusakan hutan

Semua hasil hutan dari hasil kejahatan danpelanggaran dan atau alat-alat termasuk alatangkutnya yang dipergunakan untuk melakukankejahatan dan atau pelanggaran sebagaimanadimaksud dalam pasal ini dirampas untukNegara.605

Setiap orang dilarang merusak prasarana dansarana perlindungan hutan.606

603 Pasal 78 Ayat (13) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

604 Pasal 78 Ayat (14) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

605 Pasal 78 Ayat (15 Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan AtasUndang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

606 Pasal 50 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 231

Setiap orang yang diberikan izin usahapemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasalingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutankayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasilhutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukankegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.607

Setiap orang dilarang:

a. mengerjakan dan atau menggunakan dan ataumenduduki kawasan hutan secara tidak sah;

b. merambah kawasan hutan;c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan

hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau

danau;2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan

kiri kanan sungai di daerah rawa;3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi

sungai;4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi

anak sungai;5. 2 (da) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang

tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.d. membakar hutan;e. menebang pohon atau memanen atau

memungut hasil hutan di dalam hutan tanpamemiliki hak atau izin dari pejabat yangberwenang;

f. menerima, membeli atau menjual, menerimatukar, menerima titipan, menyimpan, ataumemiliki hasil hutan yang diketahui atau patutdiduga berasal dari kawasan hutan yang diambilatau dipungut secara tidak sah;

g. melakukan kegiatan penyelidikan umum ataueksplorasi atau eksploitasi bahan tambang didalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;

607 Pasal 50 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

232 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

h. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasilhutan yang tidak dilengkapi bersama-samadengan surat keterangan sahnya hasil hutan;

i. menggembalakan ternak di dalam kawasanhutan yang tidak ditunjuk secara khusus untukmaksud tersebut oleh pejabat yang berwenang;

j. membawa alat-alat berat dan atau alat-alatlainnya yang lazim atau patut diduga akandigunakan untuk mengangkut hasil hutan didalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yangberwenang;

k. membawa alat-alat yang lazim digunakan untukmenebang, memotong, atau membelah pohon didalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yangberwenang;

l. membuang benda-benda yang dapatmenyebabkan kebakaran dan kerusakan sertamembahayakan keberadaan atau kelangsunganfungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan

m.mengeluarkan, membawa, dan mengangkuttumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidakdilindungi undang-undang yang berasal darikawasan hutan tanpa izin pejabat yangberwenang.608

Barangsiapa dengan sengaja melakukanpelanggaran terhadap ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palinglama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyakRp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).609

Barangsiapa dengan sengaja melakukanpelanggaran terhadap ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)

608 Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

609 Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

TPPU & TPA 233

serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah).610

Barangsiapa karena kelalaiannya melakukanpelanggaran terhadap ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 32ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).611

Barangsiapa karena kelalaiannya melakukanpelanggaran terhadap ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidanakurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dendapaling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah).612

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat(4) adalah pelanggaran.613

Setiap orang dilarang melakukatn kegiatan yangdapat mengakibatkan perubahan terhadapkeutuhan kawasan suaka alam.614

Setiap orang dilarang untuk :

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak,memusnahkan, memelihara, mengangkut, danmemperniagakan tumbuhan yang dilindungi

610 Pasal 40 Ayat (2) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

611 Pasal 40 Ayat (3) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

612 Pasal 40 Ayat (4) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

613 Pasal 40 Ayat (5) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

614 Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

234 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

atau bagianbagiannya dalam keadaan hidup ataumati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi ataubagian-bagiannya dalam keadaan hidup ataumati dari suatu tempat di Indonesia ke tempatlain di dalam atau di luar Indonesia.615

II.3.23.4 Perlindungan terhadap satwa yang dilindungi

Setiap orang dilarang untuk :

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,memiliki, memelihara, mengangkut, danmemperniagakan satwa yang dilindungi dalamkeadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara,mengangkut, dan meperniagakan satwa yangdilindungi dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatutempat di Indonesia ke tempat lain di dalamatau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memilikikulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yangdilindungi atau barang-barang yang dibuat daribagian-bagian satwa tersebut ataumengeluarkannya dari suatu tempat diIndonesia ke tempat lain di dalam atau di luarIndonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, mem-perniagakan, menyimpan atau memiliki telurdan/atau sarang satwa yang dilindungi.616

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yangdapat mengakibatkan perubahan terhadapkeutuhan zona inti taman nasional.617

615 Pasal 21 Ayat (1) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

616 Pasal 21 Ayat (2) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

617 Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

TPPU & TPA 235

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yangtidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan danzona lain dari taman nasional, taman hutan raya,dan taman wisata alam.618

II.3.24 Di Bidang Lingkungan Hidup

II.3.24.1 Sanksi pidana terhadap pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup

Barangsiapa yang secara melawan hukum dengansengaja melakukan perbuatan yangmengakibatkan pencemaran dan/atau perusakanlingkungan hidup, diancam dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).619

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat,pelaku tindak pidana diancam dengan pidanapenjara paling lama 15 (lima belas) tahun dandenda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuhratus lima puluh juta rupiah).620

Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukanperbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dendapaling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).621

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat,pelaku tindak pidana diancam dengan pidana

618 Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

619 Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

620 Pasal 41 Ayat (2) Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistemnya.

621 Pasal 42 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

236 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluhjuta rupiah).622

Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuanperundang-undangan yang berlaku, sengajamelepaskan atau membuang zat, energi, dan/ataukomponen lain yang berbahaya atau beracun masukdi atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atauke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor,memperdagangkan, mengangkut, menyimpanbahan tersebut, menjalankan instalasi yangberbahaya, padahal mengetahui atau sangatberalasan untuk menduga bahwa perbuatantersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup atau membahayakankesehatan umum atau nyawa orang lain, diancamdengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahundan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).623

II.3.24.2 Sanksi pidana terkait pemberian keterangan palsu

Diancam dengan pidana yang sama dengan pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (1), barang siapayang dengan sengaja memberikan informasi palsuatau menghilangkan atau menyembunyikan ataumerusak informasi yang diperlukan dalamkaitannya dengan perbuatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atausangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatantersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup atau membahayakankesehatan umum atau nyawa orang lain.624

622 Pasal 42 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

623 Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

624 Pasal 43 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

TPPU & TPA 237

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan orang matiatau luka berat, pelaku tindak pidana diancamdengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan)tahun dan denda paling banyak Rp.450.000.000,00 (empat ratus lima puluh jutarupiah).625

Barang siapa yang dengan melanggar ketentuanperundang-undangan yang berlaku, karenakealpaannya melakukan perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 43, diancam dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp. 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).626

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat,pelaku tindak pidana diancam dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluhjuta rupiah).627

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamBab ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badanhukum, perseroan, perserikatan, yayasan atauorganisasi lain, ancaman pidana denda diperberatdengan sepertiganya.628

II.3.24.3 Sanksi pidana terkait badan hukum

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamBab ini dilakukan oleh atau atas nama badanhukum, perseroan, perserikatan, yayasan atauorganisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan

625 Pasal 43 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

626 Pasal 44 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

627 Pasal 44 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

628 Pasal 45 Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

238 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimanadimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadapbadan hukum, perseroan, perserikatan, yayasanatau organisasi lain tersebut maupun terhadapmereka yang memberi perintah untuk melakukantindak pidana tersebut atau yang bertindak sebagaipemimpin dalam perbuatan itu atau terhadapkedua-duanya.629

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamBab ini, dilakukan oleh atau atas nama badanhukum, perseroan, perserikatan, yayasan atauorganisasi lain, dan dilakukan oleh orang-orang,baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarhubungan lain, yang bertindak dalam lingkunganbadan hukum, perseroan, perserikatan, yayasanatau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dansanksi pidana dijatuhkan terhadap mereka yangmemberi perintah atau yang bertindak sebagaipemimpin tanpa mengingat apakah orang-orangtersebut, baik berdasa hubungan kerja maupunberdasar hubungan lain, melakukan tindak pidanasecara sendiri atau bersama-sama.630

Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum,perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasilain, panggilan untuk menghadap dan penyerahansurat-surat panggilan itu ditujukan kepadapengurus di tempat tinggal mereka, atau di tempatpengurus melakukan pekerjaan yang tetap. 631

Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum,perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasilain, yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan

629 Pasal 46 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

630 Pasal 46 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

631 Pasal 46 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

TPPU & TPA 239

pengurus, hakim dapat memerintahkan supayapengurus menghadap sendiri di pengadilan. 632

II.3.24.4 Tindakan penertiban

Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksuddalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana danUndang-undang ini, terhadap pelaku tindak pidanalingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakantata tertib berupa:

a. Perampasan keuntungan yang diperoleh daritindak pidana; dan atau

b. Penutupan seluruhnya atau sebagianperusahaan; dan/atau

c. Perbaikan akibat tindak pidana; dan/ataud. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan

tanpa hak; dan/ataue. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/

atauf. Menempatkan perusahaan di bawah

pengampunan paling lama 3 (tiga) tahun.633

II.3.25 Di Bidang Kelautan dan/atau Perikanan

II.3.25.1 Larangan penggunaan bahan kimia, biologis, ataupeledak

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamelakukan penangkapan ikan dan/ataupembudidayaan ikan dengan menggunakan bahankimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapatmerugikan dan/atau membahayakan kelestariansumber daya ikan dan/atau lingkungannyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan denda paling banyak

632 Pasal 46 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.

633 Pasal 47 Undang-Undang RI No. 23 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

240 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Rp1.200.000.000, 00 (satu miliar dua ratus jutarupiah).634

Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, ahlipenangkapan ikan, dan anak buah kapal yangdengan sengaja di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia melakukan penangkapan ikandengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis,bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/ataubangunan yang dapat merugikan dan/ataumembahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (2), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp1.200.000.000, 00 (satu miliar dua ratusjuta rupiah).635

Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaanperikanan, penanggung jawab perusahaanperikanan, dan/atau operator kapal perikanan yangdengan sengaja di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia melakukan usaha penangkapanikan dengan menggunakan bahan kimia, bahanbiologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/ataumembahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (3), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp2.000.000.000, 00 (dua miliarrupiah).636

Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasapemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan/ataupenanggung jawab perusahaan pembudidayaanikan yang dengan sengaja melakukan usahapembudidayaan ikan di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia menggunakan bahan

634 Pasal 84 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.635 Pasal 84 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.636 Pasal 84 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 241

kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapatmerugikan dan/atau membahayakan kelestariansumber daya ikan dan/atau lingkungannyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4),dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyakRp2.000.000.000, 00 (dua miliar rupiah).637

Setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikandan/atau pembudidayaan ikan denganmenggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahanpeledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunanyang dapat merugikan dan/atau membahayakankelestarian sumber daya ikan dan/ataulingkungannya di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia.638

Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, ahlipenangkapan ikan, dan anak buah kapal yangmelakukan penangkapan ikan dilarangmenggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahanpeledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunanyang dapat merugikan dan/ atau membahayakankelestarian sumber daya ikan dan/ataulingkungannya di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia.639

Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaanperikanan, penanggung jawab perusahaanperikanan, dan/atau operator kapal perikanandilarang menggunakan bahan kimia, bahanbiologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/ataumembahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia.640

637 Pasal 84 Ayat (4) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.638 Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.639 Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.640 Pasal 8 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

242 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasapemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan/ataupenanggung jawab perusahaan pembudidayaanikan yang melakukan usaha pembudidayaan ikandilarang menggunakan bahan kimia, bahanbiologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/ataumembahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia.641

II.3.25.2 Ketentuan alat penangkap ikan dan alat-alatbantunya

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamemiliki, menguasai, membawa, dan/ataumenggunakan alat penangkapan ikan dan/atau alatbantu penangkapan ikan yang berada di kapalpenangkap ikan yang tidak sesuai dengan ukuranyang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang tidaksesuai dengan persyaratan, atau standar yangditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alatpenangkapan ikan yang dilarang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp2.000.000.000, 00 (dua miliarrupiah).642

Setiap orang dilarang memiliki, menguasai,membawa, dan/atau menggunakan di kapalpenangkap ikan di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia:

a. alat penangkapan ikan dan/atau alat bantupenangkapan ikan yang tidak sesuai denganukuran yang ditetapkan;

b. alat penangkapan ikan yang tidak sesuai denganpersyaratan atau standar yang ditetapkan untuktipe alat tertentu; dan/atau

641 Pasal 8 Ayat (4) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.642 Pasal 85 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 243

c. alat penangkapan ikan yang dilarang.643

II.3.25.3 Sanksi pidana terkait pencemaran dan/ataupengrusakan sumber daya ikan dan/ataulingkungannya

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamelakukan perbuatan yang mengakibatkanpencemaran dan/atau kerusakan sumber daya ikandan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12 ayat (1), dipidana dengan pidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dendapaling banyak Rp2.000.000.000, 00 (dua miliarrupiah).644

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamembudidayakan ikan yang dapat membahayakansumber daya ikan dan/atau lingkungan sumberdaya ikan dan/atau kesehatan manusia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana denganpidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dandenda paling banyak Rp1.500.000.000, 00 (satumiliar lima ratus juta rupiah).645

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamembudidayakan ikan hasil rekayasa genetikayang dapat membahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber daya ikan dan/ataukesehatan manusia sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 ayat (3), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan denda palingbanyak Rp1.500.000.000, 00 (satu miliar limaratus juta rupiah).646

643 Pasal 9 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.644 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.645 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.646 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

244 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamenggunakan obat-obatan dalam pembudidayaanikan yang dapat membahayakan sumber daya ikandan/atau lingkungan sumber daya ikan dan/ataukesehatan manusia sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 ayat (4), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan denda palingbanyak Rp1.500.000.000, 00 (satu miliar limaratus juta rupiah).647

Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yangmengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakansumber daya ikan dan/atau lingkungannya diwilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia.648

Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yangdapat membahayakan sumber daya ikan,lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatanmanusia di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia.649

II.3.25.4 Larangan melakukan rekayasa genetika danpenggunaan obat-obatan terlarang

Setiap orang dilarang membudidayakan ikan hasilrekayasa genetika yang dapat membahayakansumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan,dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia.650

Setiap orang dilarang menggunakan obat-obatandalam pembudidayaan ikan yang dapatmembahayakan sumber daya ikan, lingkungansumber daya ikan, dan/atau kesehatan manusia diwilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.651

647 Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.648 Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.649 Pasal 12 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.650 Pasal 12 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.651 Pasal 12 Ayat (4) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 245

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamerusak plasma nutfah yang berkaitan dengansumber daya ikan sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (4), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000, 00 (satu miliar rupiah).652

Setiap orang yang dengan sengaja memasukkan,megeluarkan, mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakat,pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, dan/ataulingkungan sumber daya ikan ke dalam dan/atauke luar wilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16ayat (1), dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) tahun dan denda paling banyakRp1.500.000.000, 00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).653

Setiap orang dilarang memasukkan, mengeluarkanmengadakan, mengedarkan, dan/atau memeliharaikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaanikan, sumber daya ikan, dan/atau lingkungansumber daya ikan ke dalam dan/atau ke luarwilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia.654

II.3.25.5 Sanksi pidana terkait rusaknya plasma nutfah

Setiap orang yang karena kelalaiannya di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamengakibatkan rusaknya plasma nutfah yangberkaitan dengan sumber daya ikan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (4), dipidana denganpidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dandenda paling banyak Rp500.000.000, 00 (limaratus juta rupiah).655

652 Pasal 87 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.653 Pasal 88 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.654 Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.655 Pasal 87 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

246 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap orang dilarang merusak plasma nutfah yangberkaitan dengan sumber daya ikan.656

II.3.25.6 Ketentuan penanganan dan pengolahan ikan

Setiap orang yang melakukan penanganan danpengolahan ikan yang tidak memenuhi dan tidakmenerapkan persyaratan kelayakan pengolahanikan, sistem jaminan mutu, dan keamanan hasilperikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20ayat (3), dipidana dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp800.000.000, 00 (delapan ratus juta rupiah).657

Setiap orang yang melakukan penanganan danpengolahan ikan wajib memenuhi dan menerapkanpersyaratan kelayakan pengolahan ikan, sistemjaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan.658

II.3.25.7 Ketentuan memasukkan ke dan mengeluarkan ikandari wilayah Republik Indonesia

Setiap orang yang dengan sengaja melakukanpemasukan atau pengeluaran ikan dan/atau hasilperikanan dari dan/atau ke wilayah RepublikIndonesia yang tidak dilengkapi sertifikatkesehatan untuk konsumsi manusia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda palingbanyak Rp800.000.000, 00 (delapan ratus jutarupiah).659

Setiap orang yang melakukan pemasukan ataupengeluaran ikan dan/atau hasil perikanan dari dan/atau ke wilayah Republik Indonesia harusmelengkapinya dengan sertifikat kesehatan untukkonsumsi manusia.660

656 Pasal 14 Ayat (4) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.657 Pasal 89 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.658 Pasal 20 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.659 Pasal 90 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.660 Pasal 21 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 247

II.3.25.8 Ketentuan penggunaan bahan makanan ikan

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakanbahan baku, bahan tambahan makanan, bahanpenolong, dan/atau alat yang membahayakankesehatan manusia dan/atau lingkungan dalammelaksanakan penanganan dan pengolahan ikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan denda paling banyakRp1.500.000.000, 00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).661

Setiap orang dilarang menggunakan bahan baku,bahan tambahan makanan, bahan penolong, dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusiadan/atau lingkungan dalam melaksanakanpenanganan dan pengolahan ikan.662

II.3.25.9 Ketentuan pembudibudayaan ikan

Setiap orang yang dengan sengaja di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiamelakukan usaha perikanan di bidangpenangkapan, pembudidayaan, pengangkutan,pengolahan, dan pemasaran ikan, yang tidakmemiliki SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal26 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara palinglama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyakRp1.500.000.000, 00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).663

Setiap orang yang melakukan usaha perikanan dibidang penangkapan, pembudidayaan,pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikandi wilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia wajib memiliki SIUP.664

661 Pasal 91 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.552 Pasal 23 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.663 Pasal 92 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.664 Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

248 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.25.10 Ketentuan terkait kapal penangkap ikan danpengangkutannya

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal penangkap ikan berbenderaIndonesia melakukan penangkapan ikan di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesia dan/ataudi laut lepas, yang tidak memiliki SIPIsebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan denda paling banyakRp2.000.000.000, 00 (dua miliar rupiah).665

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal penangkap ikan berbenderaasing melakukan penangkapan ikan di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesia, yangtidak memiliki SIPI sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 ayat (2), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan denda palingbanyak Rp20.000.000.000, 00 (dua puluh miliarrupiah).666

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal penangkap ikan berbenderaIndonesia yang dipergunakan untuk melakukanpenangkapan ikan di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia dan/atau laut lepaswajib memiliki SIPI.667

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal penangkap ikan berbenderaasing yang dipergunakan untuk melakukanpenangkapan ikan di wilayah pengelolaanperikanan Republik Indonesia wajib memilikiSIPI.668

665 Pasal 93 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.666 Pasal 93 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.667 Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.668 Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 249

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesia yangmelakukan pengangkutan ikan atau kegiatan yangterkait yang tidak memiliki SIKPI sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyak Rp1.500.000.000, 00 (satumiliar lima ratus juta rupiah).669

Setiap orang yang memiliki dan/ataumengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesia wajibmemiliki SIKPI.670

Setiap orang yang membangun, mengimpor, ataumemodifikasi kapal perikanan yang tidak mendapatpersetujuan terlebih dahulu sebagaimana dimaksuddalam Pasal 35 ayat (1), dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda palingbanyak Rp600.000.000, 00 (enam ratus jutarupiah).671

Setiap orang yang membangun, mengimpor, ataumemodifikasi kapal perikanan wajib terlebih dahulumendapat persetujuan Menteri.672

Setiap orang yang mengoperasikan kapalperikanan di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia yang tidak mendaftarkan kapalperikanannya sebagai kapal perikanan Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyakRp800.000.000, 00 (delapan ratus juta rupiah).673

Kapal perikanan milik orang Indonesia yang

669 Pasal 94 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.670 Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.671 Pasal 95 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.672 Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.673 Pasal 96 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

250 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dioperasikan di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia wajib didaftarkan terlebihdahulu sebagai kapal perikanan Indonesia.674

Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkapikan berbendera asing yang tidak memiliki izinpenangkapan ikan, yang selama berada di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesia tidakmenyimpan alat penangkapan ikan di dalam palkasebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1),dipidana dengan pidana denda paling banyakRp500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).675

Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkapikan berbendera asing yang telah memiliki izinpenangkapan ikan dengan 1 (satu) jenis alatpenangkapan ikan tertentu pada bagian tertentudi ZEEI yang membawa alat penangkapan ikanlainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat(2), dipidana dengan pidana denda paling banyakRp1.000.000.000, 00 (satu miliar rupiah).676

Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkapikan berbendera asing yang telah memiliki izinpenangkapan ikan, yang tidak menyimpan alatpenangkapan ikan di dalam palka selama beradadi luar daerah penangkapan ikan yang diizinkan diwilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3),dipidana dengan pidana denda paling banyakRp500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).677

Setiap kapal penangkap ikan berbendera asingyang tidak memiliki izin penangkapan ikan selamaberada di wilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia wajib menyimpan alat penangkapan ikandi dalam palka.678

674 Pasal 36 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.675 Pasal 97 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.676 Pasal 97 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.677 Pasal 97 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.678 Pasal 38 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 251

Setiap kapal penangkap ikan berbendera asingyang telah memiliki izin penangkapan ikan dengan1 (satu) jenis alat penangkapan ikan tertentu padabagian tertentu di ZEEI dilarang membawa alatpenangkapan ikan lainnya.679

Setiap kapal penangkap ikan berbendera asing yangtelah memiliki izin penangkapan ikan wajibmenyimpan alat penangkapan ikan di dalam palkaselama berada di luar daerah penangkapan ikan yangdiizinkan di wilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia.680

Nakhoda yang berlayar tidak memiliki surat izinberlayar kapal perikanan yang dikeluarkan olehsyahbandar sebagaimana dimaksud dalam Pasal42 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp200.000.000, 00 (dua ratus juta rupiah).681

Setiap kapal perikanan yang akan berlayar daripelabuhan perikanan wajib memiliki surat izinberlayar kapal perikanan yang dikeluarkan olehsyahbandar.682

II.3.25.11 Ketentuan terkait penelitian di bidang perikanan

Setiap orang asing yang melakukan penelitianperikanan di wilayah pengelolaan perikananRepublik Indonesia yang tidak memiliki izin dariPemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal55 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000, 00 (satu miliar rupiah).683

Setiap orang asing yang melakukan penelitianperikanan di wilayah pengelolaan perikanan

679 Pasal 38 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.680 Pasal 38 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.681 Pasal 98 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.682 Pasal 42 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.683 Pasal 99 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

252 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Republik Indonesia wajib terlebih dahulumemperoleh izin dari Pemerintah.684

Setiap orang yang melanggar ketentuan yangditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) dipidana dengan pidana denda palingbanyak Rp250.000.000, 00 (dua ratus lima puluhjuta rupiah).685

II.3.25.12 Ketentuan terkait usaha dan/atau pengelolaanperikanan

Setiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengenai:

a. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan;b. jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat

bantu penangkapan ikan;c. daerah, jalur, dan waktu atau musim

penangkapan ikan;d. persyaratan atau standar prosedur operasional

penangkapan ikan;e. sistem pemantauan kapal perikanan;f. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;g. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta

penangkapan ikan berbasis budi daya;h. pembudidayaan ikan dan perlindungan-nya;i. pencegahan pencemaran dan kerusakan

sumber daya ikan serta lingkungannya;j. ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh

ditangkap;k. suaka perikanan;l. wabah dan wilayah wabah penyakit ikan;m.jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan,

dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dariwilayah Republik Indonesia; dan

n. jenis ikan yang dilindungi.686

684 Pasal 55 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.685 Pasal 100 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.686 Pasal 7 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

TPPU & TPA 253

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 84 ayat (1), Pasal 85, Pasal 86, Pasal87, Pasal 88, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, dan Pasal 96dilakukan oleh korporasi, tuntutan dan sanksipidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya danpidana dendanya ditambah 1/3 (sepertiga) daripidana yang dijatuhkan.687

Ketentuan tentang pidana penjara dalam Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana dibidang perikanan yang terjadi di wilayahpengelolaan perikanan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)huruf b, kecuali telah ada perjanjian antaraPemerintah Republik Indonesia dengan pemerintahnegara yang bersangkutan.688

Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesiauntuk penangkapan ikan dan/atau pembudidayaanikan meliputi:

a. perairan Indonesia;b. ZEEI; danc. sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air

lainnya yang dapat diusahakan serta lahanpembudidayaan ikan yang potensial di wilayahRepublik Indonesia.689

Permohonan untuk membebaskan kapal dan/atauorang yang ditangkap karena melakukan tindakpidana di wilayah pengelolaan perikanan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (1) huruf b, dapat dilakukan setiap waktusebelum ada keputusan dari pengadilan perikanandengan menyerahkan sejumlah uang jaminan yanglayak, yang penetapannya dilakukan olehpengadilan perikanan.690

687 Pasal 101 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.688 Pasal 102 Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.689 Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.690 Pasal 104 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.

254 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

II.3.25.13 Perampasan hasil kejahatan perikanan untuknegara

Benda dan/atau alat yang dipergunakan dalam dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana perikanandapat dirampas untuk negara.691

Benda dan/atau alat yang dirampas dari hasil tindakpidana perikanan sebagaimana dimaksud dalamPasal 104 dilelang untuk negara.692

II.3.25.14 Pemberian insentif kepada aparat penegak hukum.

Kepada aparat penegak hukum di laut yang berhasilmenjalankan tugasnya dengan baik dan pihak-pihak yang berjasa dalam upaya penyelamatankekayaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan insentif yang disisihkan dari hasillelang.693

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentifdiatur dengan Peraturan Menteri.694

691 Pasal 104 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.692 Pasal 105 Ayat (1) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.693 Pasal 105 Ayat (2) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.694 Pasal 105 Ayat (3) Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.695 Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 11Tahun 1995 tentang Cukai.

II.3.26 Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidanapenjara 4 (empat) tahun atau lebih

II.3.26.1 Paling lama 4 (empat) tahun

a) Hak desain industri

Pemegang Hak Desain Industri memiliki hakeksklusif untuk melaksanakan Hak DesainIndustri yang dimilikinya dan untuk melarangorang lain yang tanpa persetujuannyamembuat, memakai, menjual, mengimpor,mengekspor, dan/atau mengedarkan barangyang diberi Hak Desain Industri.695

TPPU & TPA 255

696 Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.697 Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.698 Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.699 Pasal 130 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmelakukan perbuatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 4 (empat) tahun dan/atau dendapaling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratusjuta rupiah).696

Pemegang Hak Desain Industri memiliki hakeksklusif untuk melaksanakan Hak DesainIndustri yang dimilikinya dan untuk melarangorang lain yang tanpa persetujuannyamembuat, memakai, menjual, mengimpor,mengekspor, dan/atau mengedarkan barangyang diberi Hak Desain Industri.697

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) adalah pemakaianDesain Industri untuk kepentingan penelitiandan pendidikan sepanjang tidak merugikankepentingan yang wajar dari pemegang hakDesain Industri.698

b) Pelanggaran hak paten

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmelanggar hak Pemegang Paten denganmelakukan salah satu tindakan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 dipidana denganpidana penjara paling lama 4 (empat) tahundan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).699

Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untukmelaksanakan Paten yang dimilikinya danmelarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:

1) dalam hal Paten-produk: membuat,menggunakan, menjual, mengimpor,

256 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

menyewakan, menyerahkan, ataumenyediakan untuk dijual atau disewakanatau diserahkan produk yang diberi Paten;

2) dalam hal Paten-proses: menggunakanproses produksi yang diberi Paten untukmembuat barang dan tindakan lainnyasebagaimana dimaksud dalam huruf a.700

Dalam hal Paten-proses, larangan terhadappihak lain yang tanpa persetujuannyamelakukan impor sebagaimana dimaksudpada ayat (1) hanya berlaku terhadap imporproduk yang semata-mata dihasilkan daripenggunaan Paten-proses yang dimilikinya.701

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabilapemakaian Paten tersebut untuk kepentinganpendidikan, penelitian, percobaan, atau analisissepanjang tidak merugikan kepentingan yangwajar dari Pemegang Paten.702

e) Pelanggaran terkait merek.

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmenggunakan Merek yang sama padapokoknya dengan Merek terdaftar milik pihaklain untuk barang dan/atau jasa sejenis yangdiproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidanapenjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp 800.000.000,00(delapan ratus juta rupiah).703

c) Penggunaan tanda milik pihak lain

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmenggunakan tanda yang pada pokoknyadengan indikasi demografis milik pihak lain

700 Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.701 Pasal 16 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.702 Pasal 16 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.703 Pasal 91 Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

TPPU & TPA 257

untuk barang yang sama atau sejenis denganbarang yang terdafatra, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp 800.000.000,00(delapan ratus juta rupiah).704

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmenggunakan tanda yang dilindungiberdasarkan indikasi asal pada barang ataujasa sehingga dapat memperdaya ataumenyesatkan masyarakat mengenai asalbarang atau asal jasa tersebut, dipidana denganpidana penjara paling lama 4 (empat) tahundan / atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).705

d) Merubah peruntukan harta benda wakaf tanpaizin

Setiap orang yang dengan sengaja mengubahperuntukan harta benda wakaf tanpa izinsebagaimana dimaksud dalam Pasal 44,dipidana dengan pidana paling lama 4 (empat)tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp 400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah).706

Jika perbuatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) menimbulkan kerugian harta bendadipidana dengan pidana penjara paling lama 4(empat) tahun atau denda paling banyakRp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).707

Barang siapa melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat(2) dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137dan Pasal 138 ayat (1), dikenakan sanksipidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan

704 Pasal 92 ayat (2) Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.705 Pasal 93 Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.706 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf.707 Pasal 406 Undang-Undang RI No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

258 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan paling lama 4 (empat) tahun dan/ataudenda paling sedikit Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah) dan paling banyakRp400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah).708

e) Pencetakan surat suara Pemilu

Setiap perusahaan pencetak surat suara yangdengan sengaja mencetak surat suara melebihijumlah yang ditetapkan oleh KPUsebagaimana dimaksud dalam Pasal 146 ayat(1) dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 24 (dua puluh empat) bulan dan palinglama 48 (empat puluh delapan) bulan dandenda paling sedikit Rp500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) dan paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah).709

Setiap perusahaan pencetak surat suara yangtidak menjaga kerahasiaan, keamanan, dankeutuhan surat suara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 146 ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling singkat 24 (dua puluhempat) bulan dan paling lama 48 (empat puluhdelapan) bulan dan denda paling sedikitRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) danpaling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah).710

Barangsiapa melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat(1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2),Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal139, Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) danayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara

708 Pasal 186 ayat (1) Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.709 Pasal 284 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.710 Pasal 285 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

TPPU & TPA 259

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikitRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) danpaling banyak Rp400.000.000,00 (empatratus juta rupiah).711

II.3.26.2 Paling lama 5 (lima) tahun

a) Penyalahgunaan izin keimigrasian oleh orangasing

Orang asing yang dengan sengajamenyalahgunakan atau melakukan kegiatanyang tidak sesuai dengan maksud pemberianizin keimigrasian yang diberikan kepadanya,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun atau denda paling banyak Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).712

Orang asing yang izin keimigrasiannya habisberlaku dan masih berada dalam wilayahIndonesia melampaui 60 (enam puluh) hari daribatas waktu izin yang diberikan, dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahunatau denda paling banyak Rp 25.000.000,- (duapuluh lima juta rupiah).713

Setiap orang yang dengan sengajamenyembunyikan, melindungi, memberipemondokan, memberi penghidupan ataupekerjaan kepada orang asing yang diketahuiatau patut diduga: berada di wilayah Indonesiasecara tidak sah, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp 25.,000.000,- (duapuluh lima juta rupiah).714

711 Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.712 Pasal 50 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.713 Pasal 52 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.714 Pasal 54 huruf b Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

260 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b) Pemalsuan Surat Perjalanan RI

Setiap orang yang dengan sengaja:menggunakan Surat Perjalanan RepublikIndonesia sedangkan ia mengetahui atausepatutnya menduga bahwa Surat Perjalananitu palsu atau dipalsukan, dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun ataudenda paling banyak Rp 25.000.000,- (duapuluh lima juta rupiah);715

Setiap orang yang dengan sengaja:menggunakan Surat Perjalanan orang lain atauSurat Perjalanan Republik Indonesia yangsudah dicabut atau dinyatakan batal, ataumenyerahkan kepada orang lain SuratPerjalanan Republik Indonesia yang diberikankepadanya, dengan maksud digunakan secaratidak berhak, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun atau denda palingbanyak Rp 25.000.000,- (dua puluh lima jutarupiah);716

Setiap orang yang dengan sengaja danmelawan hukum untuk kepentingan diri sendiriatau orang lain merusak, menghilangkan ataumengubah baik sebagian maupun seluruhnyaketerangan atau cap yang terdapat dalam SuratPerjalanan Republik Indonesia, dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 25.000.000,- (duapuluh lima juta rupiah).717

c) Pencatutan usaha kecil

Barangsiapa dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lainsecara melawan hukum dengan mengaku ataumemakai nama usaha kecil sehingga

715 Pasal 55 huruf a Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.716 Pasal 55 huruf b Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.717 Pasal 57 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

TPPU & TPA 261

memperoleh fasilitas kemudahan dana,keringanan tarif, tempat usaha, bidang dankegiatan usaha, atau pengadaan barang dan jasaatau pemborongan pekerjaan Pemerintah yangdiperuntukan dan dicadangkan bagi Usaha Kecilyang secara langsung atau tidak langsungmenimbulkan kerugian bagi Usaha Kecildiancam dengan pidana penjara paling lama limatahun atau pidana denda paling banyakRp.2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).718

Pelaku usaha yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e,ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidanadenda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (duamiliar rupiah).719

d) Pemakaian merek milik pihak lain

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmenggunakan Merek yang sama padakeseluruhannya dengan Merek terdaftar milikpihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenisyang diproduksi dan/atau diperdagangkan,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).720

e) Pemakaian tanda milik pihak lain

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmenggunakan tanda yang sama padakeseluruhan dengan indikasi-geografis milikpihak lain untuk barang yang sama atau sejenisdengan barang yang terdaftar, dipidana dengan

718 Pasal 34 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.719 Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.720 Pasal 90 Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

262 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah).721

f) Pelanggaran hak cipta

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan, mengedarkan, atau menjualkepada umum suatu Ciptaan atau barang hasilpelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).722

g) Memperbanyak penggunaan programkomputer untuk kepentingan komersial

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmemperbanyak penggunaan untuk kepentingankomersial suatu Program Komputer dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan/atau denda paling banyak 723

Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal17 dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).724

Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal28 dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratusjuta rupiah).725

h) Diskriminasi dan penelantaran anak

Setiap orang yang dengan sengaja melakukantindakan :

721 Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.722 Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang RI No. 19 Tahuhn 2002 tentang Hak Cipta.723 Pasal 72 ayat (3) Undang-Undang RI No. 19 Tahuhn 2002 tentang Hak Cipta.724 Pasal 72 ayat (4) Undang-Undang RI No. 19 Tahuhn 2002 tentang Hak Cipta.725 Pasal 72 ayat (9) Undang-Undang RI No. 19 Tahuhn 2002 tentang Hak Cipta.

TPPU & TPA 263

1) diskriminasi terhadap anak yangmengakibatkan anak mengalami kerugian,baik materiil maupun moril sehinggamenghambat fungsi sosialnya; atau

2) penelantaran terhadap anak yangmengakibatkan anak mengalami sakit ataupenderitaan, baik fisik, mental, maupunsosial;

3) dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).726

Setiap orang yang mengetahui dan sengajamembiarkan anak dalam situasi daruratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yangberhadapan dengan hukum, anak dari kelompokminoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasisecara ekonomi dan/atau seksual, anak yangdiperdagangkan, anak yang menjadi korbanpenyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,dan zat adiktif lainnya (napza), anak korbanpenculikan, anak korban perdagangan, atau anakkorban kekerasan sebagaimana dimaksud dalamPasal 59, padahal anak tersebut memerlukanpertolongan dan harus dibantu, dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00(seratus juta rupiah).727

i) Pengangkatan anak secara tidak sah

Setiap orang yang melakukan pengangkatananak yang bertentangan dengan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1),ayat (2), dan ayat (4), dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp 100.000.000,00(seratus juta rupiah).728

726 Pasal 77 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.727 Pasal 78 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.728 Pasal 79 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

264 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalamayat (1) luka berat, maka pelaku dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).729

j) Membujuk anak untuk memilih agama tertentu

Setiap orang yang dengan sengajamenggunakan tipu muslihat, rangkaiankebohongan, atau membujuk anak untukmemilih agama lain bukan atas kemauannyasendiri, padahal diketahui atau patut didugabahwa anak tersebut belum berakal dan belumbertanggung jawab sesuai dengan agama yangdianutnya dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).730

k) Merekrut atau memperalat anak untukkepentingan militer

Setiap orang yang secara melawan hukummerekrut atau memperalat anak untukkepentingan militer sebagaimana dimaksuddalam Pasal 63 atau penyalahgunaan dalamkegiatan politik atau pelibatan dalam sengketabersenjata atau pelibatan dalam kerusuhan sosialatau pelibatan dalam peristiwa yangmengandung unsur kekerasan atau pelibatandalam peperangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).731

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak

729 Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.730 Pasal 86 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.731 Pasal 87 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

TPPU & TPA 265

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untukpenyiaran radio dan dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah) untuk penyiaran televisi,setiap orang yang:

1) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 ayat (3);

2) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 18 ayat (2);

3) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 30 ayat (1);

4) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (5);

5) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (6).732

l) Orang yang bukan advokat berpraktek sebagaiadvokat

Setiap orang yang dengan sengaja menjalankanpekerjaan profesi Advokat dan bertindakseolah-olah sebagai Advokat, tetapi bukanAdvokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta)rupiah.733

m) Membantu memberikan ijazah, sertifikatkompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atauvokasi dari satuan pendidikan kepada orangyang tidak memenuhi persyaratan

Setiap orang yang membantu memberikanijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik,profesi, dan/atau vokasi dari satuan pendidikanyang tidak memenuhi persyaratan dipidanadengan pidana penjara paling lama lima tahun

732 Pasal 57 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.733 Pasal 31 Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

266 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).734

Setiap orang yang menggunakan ijazah,sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi,dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuanpendidikan yang tidak memenuhi persyaratandipidana dengan pidana penjara paling lama limatahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).735

Setiap orang yang memperoleh dan/ataumenggunakan sebutan guru besar yang tidaksesuai dengan Pasal 23 ayat (1) dan/atau ayat(2) dipidana dengan pidana penjara paling lamalima tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).736

Setiap orang yang menggunakan ijazah,sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi,dan/atau vokasi yang terbukti palsu dipidanadengan pidana penjara paling lama lima tahundan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).737

Setiap orang yang dengan sengaja tanpa hakmenggunakan ijazah dan/atau sertifikatkompetensi sebagaimana dimaksud dalamPasal 61 ayat (2) dan ayat (3) yang terbuktipalsu dipidana dengan pidana penjara palinglama lima tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).738

n) Kekerasan dalam rumah tangga

734 Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak.

735 Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.736 Pasal 68 ayat (4) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.737 Pasal 69 Ayat (1) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.738 Pasal 69 Ayat (2) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.

TPPU & TPA 267

Setiap orang yang melakukan perbuatankekerasan fisik dalam lingkup rumah tanggasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf adipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun atau denda paling banyakRp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).739

o) Kesengajaan menggunakan identitas berupagelar atau bentuk lain

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakanidentitas berupa gelar atau bentuk lain yangmenimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olahyang bersangkutan adalah dokter atau doktergigi yang telah memiliki surat tanda registrasidokter atau surat tanda. registrasi dokter gigidan/atau surat izin praktik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 73, ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahunatau denda paling banyak Rp 150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah).740

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakanalat, metode atau cara lain dalam memberikanpelayanan kepada masyarakat yang menimbulkankesan seolah-olah yang bersangkutan adalahdokter atau dokter gigi yang telah memiliki surattanda registrasi dokter atau surat tanda registrasidokter gigi atau surat izin praktik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun ataudenda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah).741

p) Pengalihan hak atas harta benda wakaf

Setiap orang yang dengan sengajamenjaminkan, menghibahkan, menjual,

739 Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang PenghapusanKekerasam Dalam Rumah Tangga.

740 Pasal 77 Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.741 Pasal 78 Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

268 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

mewariskan, mengalihkan dalam bentukpengalihan hak lainnya harta benda wakaf yangtelah diwakafkan sebagaimana dimaksud dalamPasal 40 atau tanpa izin menukar harta bendawakaf yang telah diwakafkan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 41, dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).742

Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) menimbulkan kerusakan dan/ataugangguan keselamatan pihak lain, setiap orangdipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).743

q) Pengalihfungsian atau meniadakan prasaranaolahraga

Setiap orang yang mengalihfungsikan ataumeniadakan prasarana olahraga yang telah ada,baik sebagian maupun seluruhnya tanpa izinsebagaimana diatur dalam Pasal 67 ayat (7),dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp20.000.000.000,00 (dua puluh miliarrupiah).744

r) Penerapan Sistem Resi Gudang tanpapersetujuan pihak berwenang

Setiap orang yang melakukan kegiatan SistemResi Gudang tanpa memiliki persetujuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),Pasal 23 ayat (1), Pasal 28, dan Pasal 34,diancam dengan pidana penjara paling lama 5

742 Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf.743 Pasal 89 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.744 Pasal 89 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.

TPPU & TPA 269

(lima) tahun dan pidana denda paling banyakRp6.500.000.000, 00 (enam miliar lima ratusjuta rupiah).745

s) Pengoperasian pesawat udara yang tidakmempunyai tanda pendaftaran

Setiap orang yang mengoperasikan pesawatudara yang tidak mempunyai tanda pendaftaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahunatau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00(satu miliar rupiah).746

Barang siapa melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat(5), dikenakan sanksi pidana penjara palingsingkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)tahun dan atau denda paling sedikitRp100.000.000.00 (seratus juta rupiah) danpaling banyak Rp500.000.000.00 (lima ratusjuta rupiah).747

t) Pelanggaran terkait hak pekerja/buruh

Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakanpekerja/buruh yang mengalami pemutusanhubungan kerja karena usia pensiun padaprogram pensiun maka pengusaha wajibmemberikan kepada pekerja/buruh uangpesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) danuang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal156 ayat (4).748

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun

745 Pasal 43 Undang-Undang RI No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.746 Pasal 404 Undang-Undang RI No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.747 Pasal 184 (1) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.748 Pasal 167 (5) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

270 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan/atau denda paling sedikit Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah), setiap orang yang:

1) mengalihkan atau memindahtangankanSIPPTKI sebagaimana dimaksud dalamPasal 19;

2) mengalihkan atau memindahtangankan SIPkepada pihak lain sebagaimana dimaksuddalam Pasal 33;

3) melakukan perekrutan calon TKI yang tidakmemenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35;

4) menempatkan TKI yang tidak lulus dalamuji kompetensi kerja sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45;

5)menempatkan TKI tidak memenuhipersyaratan kesehatan dan psikologisebagaimana dimaksud dalam Pasal 50;

6) menempatkan calon TKI-TKI yang tidakmemiliki dokumen sebagaimana dimaksuddalam Pasal 51;

7) menempatkan TKI di luar negeri tanpaperlindungan program asuransi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 68; atau

8) memperlakukan calon TKI secara tidakwajar dan tidak manusiawi selama masa dipenampungan sebagaimana dimaksud dalamPasal 70 ayat (3).749

u) Perlindungan saksi dan/atau korban

Setiap orang yang memaksakan kehendaknyabaik menggunakan kekerasan maupun cara-cara tertentu, yang menyebabkan Saksi dan/atau Korban tidak memperoleh perlindungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)huruf a atau huruf d sehingga Saksi dan/atau

749 Pasal 103 ayat (1) Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan danPerlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

TPPU & TPA 271

Korban tidak memberikan kesaksiannya padatahap pemeriksaan tingkat mana pun, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 5 (lima) tahun danpidana denda paling sedikit Rp40.000.000,-(empat puluh juta rupiah) dan paling banyakRp200.000,000,- (dua ratus juta rupiah).750

v) Pelanggaran terkait pelaksanaan tugas BPK

Anggota BPK yang mempergunakanketerangan bahan data informasi dan/ataudokumen lainnya yang diperolehnya pada waktumelaksanakan tugas BPK dengan melampauibatas wewenangnya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 huruf b dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikitRp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp5.000.000.000 (lima miliarrupiah).751

w)Kelalaian terkait hasil pemungutan suara

Setiap orang yang karena kelalaiannyamenyebabkan rusak atau hilangnya berita acarapemungutan dan penghitungan suara dansertifikat hasil penghitungan suara yang sudahdisegel, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikitRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) danpaling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).752

Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkanpemungutan suara, dipidana dengan pidana

750 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

751 Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2006 tentang Badan PemeriksaKeuangan.

752 Pasal 297 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

272 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulandan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan dendapaling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh empatjuta rupiah) dan paling banyak Rp60.000.000,00(enam puluh juta rupiah).753

x) Menjalankan kegiatan Dana Pensiun tanpapengesahan Menteri dan pelanggaran ketentuan

Barangsiapa dengan sengaja, dengan atau tanpaiuran, mengelola dan menjalankan program uangmenjanjikan sejumlah uang yang pembayarannyadikaitkan dengan pencapaian usia tertentu, ataumenjalankan kegiatan Dana Pensiun, tanpamendapat pengesahan Menteri sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4, Pasal 6, dan Pasal 40,diancam dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).754

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) tidak berlaku bagi penyelenggaraan DanaPensiun dan Tabungan Hari Tua PegawaiNegeri Sipil, dan Anggota Angkatan BersenjataRepublik Indonesia, yang dikelola oleh BadanUsaha Milik Negara berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.755

Barangsiapa dengan sengaja melanggarketentuan Pasal 31 ayat (2) dan ayat (3),diancam denganpidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).756

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkanpembayaran suatu jumlah uang Dana Pensiunyang menyimpang dari peraturan Dana Pensiun

753 Pasal 291 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

754 Pasal 56 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.755 Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.756 Pasal 57 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

TPPU & TPA 273

atau ikut serta dalam transaksi-transaksi yangmelibatkan kekayaan Dana Pensiun yangbertentangan dengan ketentuan Undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya,diancam dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).757

Barangsiapa dengan sengaja :

a. membuat atau menyebabkan adanya suatulaporan palsu dalam buku catatan atau dalamlaporan, maupun dalam dokumen ataulaporan kegiatan usaha, atau laporantransaksi Dana Pensiun;

b. menghilangkan atau tidak memasukkan ataumenyebabkan dihapuskannya suatu laporandalam buku catatan atau dalam laporan,dokumen atau laporan kegiatan usaha, ataulaporan transaksi Dana Pensiun;

c. mengubah, mengaburkan, menyembu-nyikan, menghapus atau menghilangkanadanya suatu pencatatan dalam pembukuanatau dalam laporan, maupun dalam dokumenatau laporan kegiatan usaha, laporantransaksi atau merusak catatan pembukuanDana Pensiun tersebut diancam denganpidana penjara paling lama 6 (enam) tahundan denda paling banyak Rp 6.000.000.000,-(enam milyar rupiah).758

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 56, Pasal 57, Pasal 58, dan Pasal 59adalah kejahatan.759

II.3.26.3 Paling lama 6 (enam) tahun

a) Penggunaan Visa atau izin keimigrasian palsuoleh orang asing

757 Pasal 58 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.758 Pasal 59 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.759 Pasal 60 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

274 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dipidana dengan pidana penjara paling lama6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah):

1) orang asing yang dengan sengaja membuatpalsu atau memalsukan Visa atau izinkeimigrasian; atau

2) orang asing yang dengan sengajamenggunakan Visa atau izin keimigrasianpalsu atau yang dipalsukan untuk masukatau berada di wilayah Indonesia.760

b) Mencetak, mempunyai, menyimpan blankoSurat Perjalanan RI atau blanko dokumenkeimigrasian

Dipidana dengan pidana penjara paling lama6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyakRp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah):

1) setiap orang yang dengan sengaja danmelawan hukum mencetak, mempunyai,menyimpan blanko Surat PerjalananRepublik Indonesia atau blanko dokumenkeimigrasian; atau

2) setiap orang yang dengan sengaja danmelawan hukum membuat, mempunyaiatau menyimpan cap yang dipergunakanuntuk mensahkan Surat PerjalananRepublik Indonesia atau dokumenkeimigrasian.761

c) Pemalsuan dikumen cukai

Barangsiapa membuat, menggunakan, ataumenyerahkan buku sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 19, ataudokumen cukai yang palsu ataudipalsukan,dipidana dengan pidana penjara

760 Pasal 49 Undang-Undang RI No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.761 Pasal 56 Undang-Undang RI No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

TPPU & TPA 275

paling lama enam tahun dan denda palingbanyakRp 150.000.000,00 (seratus lima puluhjuta rupiah).762

d) Kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumitanpa IUP

Setiap orang yang melakukan kegiatan UsahaPertambangan Panas Bumi tanpa IUPsebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3)dipidana dengan pidana penjara paling singkat6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahundan/atau pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan palingbanyakRp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliarrupiah).763

e) Pemalsuan dokumen bakal calon DPR, DPDdan DPRD Provinsi

Setiap orang yang dengan sengaja membuatsurat atau dokumen dengan maksud untukmemakai atau menyuruh orang memakai, atausetiap orang yang dengan sengajamenggunakan surat atau dokumen yangdipalsukan untuk menjadi bakal calon anggotaDPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota atau calon Peserta Pemilu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 63 dan dalam Pasal 73,dipidana dengan pidana penjara paling singkat36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikitRp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuhpuluh dua juta rupiah).764

II.3.26.4 Paling lama 7 (tujuh) tahun

762 Pasal 53 Undang-Undang RI No.11 Tahun 1995 tentang Cukai.763 Pasal 35 Undang-Undang RI No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.764 Pasal 266 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

276 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a) Perpanjangan berlakunya Surat Perjalanan RIatau dokumen keimigrasian bagi orang yangtidak berhak

Pejabat yang dengan sengaja dan melawanhukum memberikan atau memperpanjangberlakunya Surat Perjalanan Republik Indonesiaatau dokumen keimigrasian kepada seseorangyang diketahuinya tidak berhak, dipidanadengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)tahun.765

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmelakukan perbuatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjaramasing-masing paling singkat 1 (satu) bulandan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), atau pidana penjara palinglama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).766

b) Perlindungan Saksi dan/atau Korban

Setiap orang yang melakukan pemaksaankehendak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sehingga menimbulkan luka berat pada Saksidan/atau Korban, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 2 (dua) tahun dan palinglama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp80.000.000,- (delapan puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,-(lima ratus juta rupiah).767

Setiap orang yang menghalang-halangi dengancara apapun, sehingga Saksi dan/atau Korbantidak memperoleh perlindungan atau bantuan,

765 Pasal 59 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.766 Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.767 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban.

TPPU & TPA 277

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)huruf a dan huruf d, Pasal 6, atau Pasal 7 ayat(1) dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)tahun dan pidana denda paling sedikitRp80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus jutarupiah).768

Setiap orang yang menyebabkan Saksi dan/atauKorban atau keluarganya kehilangan pekerjaankarena Saksi dan/atau Korban tersebutmemberikan kesaksian yang benar dalamproses peradilan, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 2 (dua) tahun dan palinglama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp80.000.000,- (delapan puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,-(lima ratus juta rupiah).769

Setiap orang yang memberitahukan keberadaanSaksi dan/atau Korban yang tengah dilindungidalam suatu tempat khusus yang dirahasiakanoleh LPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal5 ayat (1) huruf j, dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda palingsedikit Rp80.000.000,- (delapan puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,-(lima ratus juta rupiah).770

II.3.26.5 Paling lama 8 (delapan) tahun

a) Mengimpor pita cukai yang sudah dipakai

Barangsiapa secara melawan hukum: memper-gunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,

768 Pasal 38 Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.769 Pasal 39 Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban.770 Pasal 41 Undang-Undang RI No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban.

278 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pitacukai yang sudah dipakai, dipidana denganpidana penjara paling lama delapan tahun dandenda paling banyak dua puluh kali nilai cukaiyang seharusnya dibayar.771

b) Manipulasi data yang berkaitan dengan ResiGudang dan Derivatif Resi Gudang

Setiap orang yang melakukan manipulasi dataatau keterangan yang berkaitan dengan ResiGudang dan Derivatif Resi Gudangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diancamdengan pidana penjara paling lama 8 (delapan)tahun dan pidana denda paling banyakRp10.000.000.000, 00 (sepuluh miliarrupiah).772

c) Pengoperasian pesawat udara memasukikawasan udara terlarang

Setiap orang yang mengoperasikan pesawatudara Indonesia atau pesawat udara asing yangmemasuki kawasan udara terlarangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)dipidana dengan pidana penjara paling lama 8(delapan) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).773

II.3.26.6 Paling lama 10 (sepuluh) tahun

a) Anak Nakal yang diancam pidana mati ataupenjara seumur hidup

Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukantindak pidana yang diancam dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup, maka pidana

771 Pasal 55 c Undang-Undang RI No.11 Tahun 1995 tentang Cukai.772 Pasal 42 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.773 Pasal 401 Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

TPPU & TPA 279

penjara yang dapat dijatuhkan kepada anaktersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.774

Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalamayat (2) mati, maka pelaku dipidana denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahundan/atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).775

b) Pemanfaatan organ dan/atau jaringan tubuhanak untuk pihak lain dengan maksud untukmenguntungkan diri sendiri atau orang lain

Setiap orang yang secara melawan hukummelakukan transplantasi organ dan/atau jaringantubuh anak untuk pihak lain dengan maksuduntuk menguntungkan diri sendiri atau oranglain, dipidana dengan pidana penjara paling lama10 (sepuluh) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah).776

Setiap orang yang secara melawan hukummelakukan pengambilan organ tubuh dan/ataujaringan tubuh anak tanpa memperhatikankesehatan anak, atau penelitian kesehatan yangmenggunakan anak sebagai objek penelitiantanpa seizin orang tua atau tidak mengutamakankepentingan yang terbaik bagi anak, dipidanadengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan/atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).777

c) Melibatkan anak-anak dalam produksi dandistribusi alkohol dan zat adiktif lainnya

774 Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.775 Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.776 Pasal 84 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.777 Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.

280 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap orang yang dengan sengajamenempatkan, membiarkan, melibatkan,menyuruh melibatkan anak dalampenyalahgunaan, produksi, atau distribusialkohol dan zat adiktif lainnya dipidana denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahundan paling singkat 2 (dua) tahun dan dendapaling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratusjuta rupiah) dan denda paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).778

d) Pemalsuan Surat Utang Negara (SUN)

Setiap orang yang meniru Surat Utang Negaraatau memalsukan Surat Utang Negara denganmaksud memperdagangkan atau dengansengaja memper-dagangkan Surat UtangNegara tiruan atau Surat Utang Negara palsu,dipidana dengan pidana penjara paling singkat5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)tahun dan denda paling sedikitRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (duapuluh miliar rupiah).779

e) Pemberian ijazah, sertifikat kompetensi, gelarakademik, profesi, dan/ atau vokasi tanpa hak

Perseorangan, organisasi, atau penyelenggarapendidikan yang memberikan ijazah, sertifikatkompetensi, gelar akademik, profesi, dan/ atauvokasi tanpa hak dipidana dengan pidanapenjara paling lama sepuluh tahun dan/ataupidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).780

778 Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak.

779 Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2002 tentang Surat UtangNegara.

780 Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

TPPU & TPA 281

f) Pelanggaran oleh penyelenggara perguruantinggi

Penyelenggara perguruan tinggi yangdinyatakan ditutup berdasarkan Pasal 21 ayat(5) dan masih beroperasi dipidana denganpidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).781

Penyelenggara pendidikan yang memberikansebutan guru besar atau profesor denganmelanggar Pasal 23 ayat (1) dipidana denganpidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).782

Penyelenggara pendidikan jarak jauh yang tidakmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 31 ayat (3) dipidana dengan pidanapenjara paling lama sepuluh tahun dan/ataupidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).783

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikantanpa izin Pemerintah atau Pemerintah Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1)dipidana dengan pidana penjara paling lamasepuluh tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).784

g) Pelanggaran terkait perlindungan saksi dan/ataukorban

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh

781 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

782 Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

783 Pasal 67 ayat (4) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

784 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

282 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

sakit atau luka berat, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dendapaling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh jutarupiah).785

h) Mempekerjakan dokter atau dokter gigi yangtidak terdaftar

Setiap orang yang dengan sengajamempekerjakan dokter atau dokter gigisebagaimana dimaksud dalam Pasal 42,dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).786

i) Pelanggaran terkait perlindungan TKI

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)tahun dan/atau denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan palingbanyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belasmiliar rupiah), setiap orang yang: menempatkanwarga negara Indonesia untuk bekerja di luarnegeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;787

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)tahun dan/atau denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan palingbanyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belasmiliar rupiah), setiap orang yang: menempatkancalon TKI pada jabatan atau tempat pekerjaanyang bertentangan dengan nilai-nilaikemanusiaan dan norma kesusilaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.788

785 Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang RI No.23 Tahun 2004 tentang PenghapusanKekerasan Dalam Rumah Tangga.

786 Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.787 Pasal 102 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.788 Pasal 102 ayat (1) huruf c Undang-Undang RI No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

TPPU & TPA 283

j) Keterlambatan pelaporan hasil pemeriksaan olehanggota BPK kepada instansi yang berwenang

Anggota BPK yang memperlambat atau tidakmelaporkan hasil pemeriksaan yang mengandungunsur pidana kepada instansi yang berwenangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf adipidana dengan pidana penjara paling singkat 3(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahundan/atau denda paling sedikit Rp3.000.000.000(tiga miliar rupiah) dan paling banyakRp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).789

II.3.26.7 Paling lama 12 (dua belas) tahun

Barangsiapa yang secara melawan hukum di mukaumum dengan lisan, tulisan, dan atau melalui mediaapapun, menyebarkan atau mengembangkanajaran Komunisme/ Marxisme-Leninisme dalamsegala bentuk dan perwujudan, dipidana denganpidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.790

II.3.26.8 Paling lama 15 (lima belas) tahun

a) Larangan penggunaan media apapun untukmenyebarkan atau mengembangkan ajaranKumunisme (Marxisme-Leninisme)

Barangsiapa yang secara melawan hukum dimuka umum dengan lisan, tulisan dan ataumelalui media apapun, menyebarkan ataumengembangkan ajaran Komunisnie/Marxisme-Leninismce yang berakibattimbulnya kerusuhan dalam masyarakat, ataumenimbulkan korban jiwa atau kerugian hartabenda, dipidana dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun.791

789 Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2006 tentang Badan PemeriksaKeuangan.

790 Pasal 107 a Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

791 Pasal 107 c Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

284 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dipidana dcngan pidana penjara paling lama 15(lima belas tahun:

1) barang siapa yang mendirikan organisasiyang diketahui atau patut diduga menganutajaran Komunisme/Marxisme-Leninismeatas dalam segala bentuk danperwujudannya; atau

2) barang siapa yang mengadakan hubungandengan atau memberikan bantuan kepadaorganisasi, baik didalam maupun di luartiegeri, yang diketahuinya berasaskan ajaranKomunisme/Marxisme-Leninisme ataudalam segala, bentuk dan perwujudannyadengan maksud mengubah dasar negara ataumenggulingkan Pemerintah yang sah.792

Setiap orang yang melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 hurufc, dipidana dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat5 (lima).793

Setiap orang yang melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruff, dipidana dengan pidana penjara paling lama15 (lima belas) tahun dan paling singkat 5(lima) tahun.794

b) Perlindungan terhadap anak

Setiap orang yang dengan sengaja melakukankekerasan atau ancaman kekerasan memaksaanak melakukan persetubuhan dengannya ataudengan orang lain, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan

792 Pasal 107 e Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

793 Pasal 38 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak AsasiManusia.

794 Pasal 39 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak AsasiManusia.

TPPU & TPA 285

paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00(enam puluh juta rupiah).795

Setiap orang yang dengan sengaja melakukankekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,melakukan tipu muslihat, serangkaiankebohongan, atau membujuk anak untukmelakukan atau membiarkan dilakukanperbuatan cabul, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 15 (lima belas) tahun danpaling singkat 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00(enam puluh juta rupiah).796

Setiap orang yang memperdagangkan, menjual,atau menculik anak untuk diri sendiri atau untukdijual, dipidana dengan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) danpaling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluhjuta rupiah).797

Setiap orang yang melakukan jual beli organtubuh dan/atau jaringan tubuh anak dipidanadengan pidana penjara paling lama 15 (limabelas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).798

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) mengakibatkan matinya korban,dipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun atau denda paling banyak

795 Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak.

786 Pasal 82 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.797 Pasal 83 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.798 Pasal 85 ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

286 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Rp45.000.000,00 (empat puluh lima jutarupiah).799

c) Sanksi terhadap pelaku kekerasan dalam rumahtangga

Setiap orang yang memaksa orang yang menetapdalam rumah tangganya melakukan hubunganseksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8huruf b dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara palinglama 15 (lima belas) tahun atau denda palingsedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)atau denda paling banyak Rp300.000.000,00(tiga ratus juta rupiah).800

d) Kegiatan pengusahaan jalan tol

Setiap orang yang dengan sengaja melakukankegiatan pengusahaan jalan tol sebagaimanadimaksud dalam Pasal 54, dipidana denganpidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahunatau denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).801

II.3.25.9 Paling lama 20 (dua puluh) tahun

a) Larangan menggunakan media apapun untukmenyatakan keinginan meniadakan ataumengganti Pancasila sebagai dasar negaraNKRI

Barang siapa yang secara melawan hukum dimuka umum dengan lisan, tulisan dari ataumelalui media apapun, menyatakan keinginanuntuk meniadakan atau mengganti Pancasilasebagai dasar negara yang berakibat timbulnyakerusuhan dalam masyarakat, atau

799 Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang PenghapusanKekerasan Dalam Rumah Tangga.

800 Pasal 47 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KekerasanDalam Rumah Tangga.

801 Pasal 63 ayat (5) Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

TPPU & TPA 287

menimbulkan korban jiwa atau kerugian hartabenda, dipidana dengan pidana penjara palinglama 20 (dua puluh) tahun.802

Barangsiapa yang secara melawan hukum dimuka umum dengan lisan, tulisan dan ataumelalui media apapun, menyebarkan ataumengembangkan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dengan maksudmengubah atau mengganti Pancasila sebagaidasar Negara, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 20 (dua puluh) tahun.803

b) Melakukan sabotase terhadap NKRI

Dipidana karena sabotase dengan pidana penjaraseumur hidup atau paling lama 20 (dua puluh)tahun:

1) barangsiapa yang secara melawan hukummerusak, membuat tidak dapat dipakai, menghancurkan atau memusnahkaninstalasi negara atau militer; atau

2) barangsiapa yang secara melawan hukummenghalangi atau menggagalkan pengadaanatau distribusi bahan pokok yang mcnguasaihajat hidup orang hanyak sesuai dengankebijakan Pemerintah.8040

Setiap orang yang melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf g,h, atau i dipidana dengan pidana penjara palinglama 20 (dua puluh) tahun dan paling singkat10 (sepuluh) tahun.805

802 Pasal 107 b Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

803 Pasal 107 d Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

804 Pasal 107 f Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

805 Pasal 40 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak AsasiManusia.

288 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c) Larangan melibatkan anak dengan tindak pidananarkotika dan/atau psikotropika

Setiap orang yang dengan sengajamenempatkan, membiarkan, melibatkan,menyuruh melibatkan anak dalampenyalahgunaan, produksi atau distribusinarkotika dan/atau psikotropika dipidanadengan pidana mati atau pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana penjara paling singkat5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) danpaling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah).806

d) Sanksi pidana penerbitan Surat Utang Negara(SUN) secara tidak sah

Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkanSurat Utang Negara tidak berdasarkan Undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 10 (sepuluh) tahun dan palinglama 20 (dua puluh) tahun dan denda palingsedikit Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh miliarrupiah) dan paling banyakRp40.000.000.000,00 (empat puluh miliarrupiah).807

e) Larangan melakukan kekerasasan dalam rumahtangga

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkankorban mendapat luka yang tidak memberiharapan akan sembuh sama sekali, mengalamigangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus

806 Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak.

807 Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2002 tentang Surat UtangNegara.

TPPU & TPA 289

menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalamkandungan, atau mengakibatkan tidakberfungsinya alat reproduksi, dipidana denganpidana penjara paling singkat 5 (lima) tahundan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)tahun atau denda paling sedikitRp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)dan denda paling banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).808

II.3.25.10 Pidana mati, seumur hidup atau penjara paling lama25 (dua puluh lima) tahun

a) Pelanggaran terkait perlindungan saksi dan/ataukorban

Setiap orang yang melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,b, c, d, atau e dipidana dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahundan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.809

Setiap orang yang melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a,b, d, e, atau j dipidana dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahundan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.810

Setiap orang yang melakukan pemaksaankehendak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sehingga mengakibatkan matinya Saksi dan/atau Korban, dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 5 (lima) tahun dan paling lamaseumur hidup dan pidana denda paling sedikitRp80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) dan

808 Pasal 48 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KekerasanDalam Rumah Tangga.

809 Pasal 36 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.810 Pasal 37 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

290 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus jutarupiah).811

II.3.25.11 Pidana mati atau seumur hidup

a) Pidana terkait tindakan permusuhan atau terjadiperang

Bila tindakan permusuhan dilakukan atau terjadiperang, diancam dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara selama waktu tertentu paling lama duapuluh tahun.812

Pidana mati atau pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu paling lama duapuluh tahun dijatuhkan bila si pelaku:

1) memberitahukan atau menyerahkan kepadamusuh, menghancurkan atau merusak suatutempat atau pos yang diperkuat atau diduduki,suatu alat perhubungan, gudang, perbekalanperang, atau kas perang ataupun AngkatanLaut, Angkatan Darat atau bagiandaripadanya, merintangi, menghalang-halangiatau menggagalkan suatu usaha untukmenggenangi air atau karya tentara lainnyayang direncanakan atau diselenggarakanuntuk menangkis atau menyerang;

2) menyebabkan atau memperlancar terjadinyahuru-hara, pemberontakan atau desersi dikalangan Angkatan Bersenjata.813

b) Pidana terkait tindakan makar

Bila makar terhadap nyawa dilakukan denganrencana terlebih dahulu serta berakibatkematian, diancam dengan pidana mati ataupidana penjara seumur hidup atau pidana

811 Pasal 37 ayat (3) Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

812 Pasal 111 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.813 Pasal 124 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

TPPU & TPA 291

penjara selama waktu tertentu paling lama duapuluh tahun.814

c) Pidana terkait pembunuhan berencana

Barangsiapa dengan sengaja dan dengandirencanakan terlebih dahulu merampas nyawaorang lain, diancam karena pembunuhanberencana, dengan pidana mati atau pidanapenjara seumur hidup atau pidana penjaraselama waktu tertentu paling lama dua puluhtahun.815

d) Sanksi pidana terhadap nakhoda atau komandankapal dan orang yang turut membantu melakukankekerasan

Bila perbuatan kekerasan yang tersebut dalampasal 438-441 mengakibatkan seseorang dikapal yang diserang atau seseorang yangdiserang itu mati, maka nakhoda, komandanatau pemimpin kapal dan mereka yang turutserta melakukan perbuatan kekerasan itu,diancam dengan pidana mati, pidana penjaraseumur hidup, atau pidana penjara selama waktutertentu paling lama dua puluh tahun.816

e) Sanksi terkait terorisme

Jika perbuatan itu mengakibatkan matinyaseseorang atau hancumya pesawat udara itu,dipidana dengan pidana mati atau pidanapenjara seumur hidup atau pidana penjaraselama-lamanya dua puluh tahun.817

Jika perbuatan itu mengakibatkan matinyaseseorang atau hancurnya pesawat udara itu,dipidana dengan pidana mati atau pidana

814 Pasal 140 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.815 Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.816 Pasal 444 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.817 Pasal 479 k ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

292 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penjara seumur hidup atau pidana penjaraselama-lamanya dua puluh tahun. 818

II.4 Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

II.4.1 Definisi

Setiap orang yang dengan sengaja menyediakan ataumengumpulkan dana dengan tujuan akan digunakan atau patutdiketahuinya akan digunakan sebagian atau seluruhnya untukmelakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10.819

II.4.2 Kriminalisasi Pendanaan Terorisme

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasanatau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasatakut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korbanyang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaanatau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, ataumengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitaspublik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana matiatau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.820

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasanatau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkansuasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluasatau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan caramerampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau hartabenda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan ataukehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, ataulingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitasinternasional, dipidana dengan pidana penjara paling lamaseumur hidup.821

818 Pasal 479 o ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.819 Undang-Undang RI No 15 Tahun 2003 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme.120 Pasal 6 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang

Tindak Pidana Terorisme.821 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang

Tindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 293

Dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiaporang yang :

a. menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai ataumerusak bangunan untuk pengamanan lalu lintas udara ataumenggagalkan usaha untuk pengamanan bangunantersebut;

b. menyebabkan hancurnya, tidak dapat dipakainya ataurusaknya bangunan untuk pengamanan lalu lintas udara,atau gagalnya usaha untuk pengamanan bangunan tersebut;

c. dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan,merusak, mengambil, atau memindahkan tanda atau alatuntuk pengamanan penerbangan, atau menggagalkanbekerjanya tanda atau alat tersebut, atau memasang tandaatau alat yang keliru;

d. karena kealpaannya menyebabkan tanda atau alat untukpengamanan penerbangan hancur, rusak, terambil ataupindah atau menyebabkan terpasangnya tanda atau alatuntuk pengamanan penerbangan yang keliru;

e. dengan sengaja atau melawan hukum, menghancurkan ataumembuat tidak dapat dipakainya pesawat udara yangseluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;

f. dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan,menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai ataumerusak pesawat udara;

g. karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka,hancur, tidak dapat dipakai, atau rusak;

h. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atauorang lain dengan melawan hukum, atas penanggungasuransi menimbulkan kebakaran atau ledakan, kecelakaankehancuran, kerusakan atau membuat tidak dapatdipakainya pesawat udara yang dipertanggungkan terhadapbahaya atau yang dipertanggungkan muatannya maupunupah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya,ataupun untuk kepentingan muatan tersebut telah diterimauang tanggungan;

i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawanhukum, merampas atau memper-tahankan perampasanatau menguasai pesawat udara dalam penerbangan;

j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman

294 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

kekerasan atau ancaman dalam bentuk lainnya, merampasatau mempertahankan perampasan atau menguasaipengendalian pesawat udara dalam penerbangan;

k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan permufakatanjahat, dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu,mengakibatkan luka berat seseorang, mengakibatkankerusakan pada pesawat udara sehingga dapatmembahayakan penerbangannya, dilakukan denganmaksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskanmerampas kemerdekaan seseorang;

l. dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatankekerasan terhadap seseorang di dalam pesawat udaradalam penerbangan, jika perbuatan itu dapat membahayakankeselamatan pesawat udara tersebut;

m.dengan sengaja dan melawan hukum merusak pesawatudara dalam dinas atau menyebabkan kerusakan ataspesawat udara tersebut yang menyebabkan tidak dapatterbang atau membahayakan keamanan penerbangan;

n. dengan sengaja dan melawan hukum menem-patkan ataumenyebabkan ditempatkannya di dalam pesawat udara dalamdinas, dengan cara apapun, alat atau bahan yang dapatmenghan-curkan pesawat udara yang membuatnya tidak dapatterbang atau menyebabkan kerusakan pesawat udara tersebutyang dapat memba-hayakan keamanan dalam penerbangan;

o. melakukan secara bersama-sama 2 (dua) orang atau lebih,sebagai kelanjutan dari permufakatan jahat, melakukandengan direncanakan lebih dahulu, dan mengakibatkan lukaberat bagi seseorang dari perbuatan sebagaimana dimaksuddalam huruf l, huruf m, dan huruf n;

p. memberikan keterangan yang diketahuinya adalah palsudan karena perbuatan itu membahayakan keamananpesawat udara dalam penerbangan;

q. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan yang dapatmembahayakan keamanan dalam pesawat udara dalampenerbangan;

r. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatanyang dapat mengganggu ketertiban dan tata tertib di dalampesawat udara dalam penerbangan.822

659 Pasal 8 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 295

II.4.3 Sansi Pidana

Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan keIndonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh,menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyaidalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan/atau dariIndonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahanpeledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya denganmaksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidanadengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun.823

Dipidana dengan pidana yang sama dengan pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiap orang yangdengan sengaja menggunakan senjata kimia, senjata biologis,radiologi, mikroorganisme, radioaktif atau komponennya,sehingga menimbulkan suasana teror, atau rasa takut terhadaporang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifatmassal, membahayakan terhadap kesehatan, terjadi kekacauanterhadap kehidupan, keamanan, dan hak-hak orang, atau terjadikerusakan, kehancuran terhadap obyek-obyek vital yangstrategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitasinternasional.824

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun, setiap orang yang dengansengaja menyediakan atau mengumpulkan dana dengan tujuanakan digunakan atau patut diketahuinya akan digunakansebagian atau seluruhnya untuk melakukan tindak pidanaterorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal8, Pasal 9, dan Pasal 10.825

823 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

624 Pasal 10 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

825 Pasal 11 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

296 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme denganpidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas) tahun, setiap orang yang dengan sengajamenyediakan atau mengumpulkan harta kekayaan dengantujuan akan digunakan atau patut diketahuinya akan digunakansebagian atau seluruhnya untuk melakukan :

a. tindakan secara melawan hukum menerima, memiliki,menggunakan, menyerahkan, mengubah, membuangbahan nuklir, senjata kimia, senjata biologis, radiologi,mikroorganisme, radioaktif atau komponennya yangmengakibatkan atau dapat mengakibatkan kematian atauluka berat atau menimbulkan kerusakan harta benda;

b. mencuri atau merampas bahan nuklir, senjata kimia, senjatabiologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif, ataukomponennya ;

c. penggelapan atau memperoleh secara tidak sah bahannuklir, senjata kimia, senjata biologis, radiologi,mikroorganisme, radioaktif atau komponennya;

d. meminta bahan nuklir, senjata kimia, senjata biologis,radiologi, mikroorganisme, radioaktif, atau komponennyasecara paksa atau ancaman kekerasan atau dengan segalabentuk intimidasi;

e. mengancam :1) menggunakan bahan nuklir, senjata kimia, senjata

biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif, ataukomponennya untuk menimbulkan kematian atau lukaberat atau kerusakan harta benda; atau

2) melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamhuruf b dengan tujuan untuk memaksa orang lain,organisasi internasional, atau negara lain untukmelakukan atau tidak melakukan sesuatu.

f. mencoba melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, atau huruf c; dan

g. ikut serta dalam melakukan tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f.826

Setiap orang yang dengan sengaja memberikan bantuan ataukemudahan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, dengan:

826 Pasal 12 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

TPPU & TPA 297

a. memberikan atau meminjamkan uang atau barang tau hartakekayaan lainnya kepada pelaku tindak pidana terorisme;

b. menyembunyikan pelaku tindak pidana terorisme; atauc. menyembunyikan informasi tentang tindak pidana

terorisme, dipidana dengan pidana penjara paling singkat3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.827

Setiap orang yang merencanakan dan/atau menggerakkanorang lain untuk melakukan tindak pidana terorismesebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidanamati atau pidana penjara seumur hidup.828

Setiap orang yang melakukan permufakatan jahat, percobaan,atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorismesebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidanayang sama sebagai pelaku tindak pidananya.829

Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yangmemberikan bantuan, kemudahan, sarana, atau keteranganuntuk terjadinya tindak pidana terorisme, dipidana denganpidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,Pasal 11, dan Pasal 12.830

II.5 Tindak pidana lain terkait tindak pidana pencucian uang

Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dansetiap orang yang memperoleh Dokumen atau keterangan dalamrangka pelaksanaan tugasnya menurut Undang-Undang ini wajibmerahasiakan Dokumen atau keterangan tersebut, kecuali untukmemenuhi kewajiban menurut Undang-Undang ini.831

817 Pasal 13 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

828 Pasal 14 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

829 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

830 Pasal 16 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 TentangTindak Pidana Terorisme.

831 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

298 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.832

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagipejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, dan hakimjika dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.833

Direksi, komisaris, pengurus atau pegawai Pihak Pelapor dilarangmemberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik secaralangsung maupun tidak langsung, dengan cara apa pun mengenailaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atautelah disampaikan kepada PPATK.834

Ketentuan mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak berlaku untuk pemberian informasi kepada Lembaga Pengawasdan Pengatur.835

Pejabat atau pegawai PPATK atau Lembaga Pengawas dan Pengaturdilarang memberitahukan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yangakan atau telah dilaporkan kepada PPATK secara langsung atau tidaklangsung dengan cara apa pun kepada Pengguna Jasa atau pihak lain. 836

Ketentuan mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)tidak berlaku dalam rangka pemenuhan kewajiban menurut Undang-Undang ini. 837

Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danpidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).838

832 Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

833 Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

834 Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

835 Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

836 Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

837 Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

838 Pasal 12 ayat (5) Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

TPPU & TPA 299

Setiap orang yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia yang turut serta melakukan percobaan, pembantuan,atau Permufakatan Jahat untuk melakukan tindak pidana pencucianuang dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalamPasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.839

~o~

839 Pasal 10 Undang-Undang RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. (839)

300 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Halaman ini sengaja dikosongkan

Pelaporan 301

BAB IIIPELAPORAN

Bab III ini memberi gambaran mengenai transaski keuangan dan pelaporanoleh penyedia jasa keuangan kepada PPATK dalam hal jenis dan bentuk laporan,

tenggang waktu dan tata cara pelaporan, serta sanksi pelanggarankewajiban pelaporan

302 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

III.1 Definisi …….......................................................................................…. 307III.1.1 Transaksi ................................................................................... 307III.1.2 Transaksi Keuangan ............................................................... 307III.1.3 Transaksi dengan Pihak Pelapor ........................................... 307

III.2 Jenis Laporan ......................................................................................... 308III.2.1 Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) ..................... 308

III.2.1.1 Pengertian................................................................. 308III.2.1.2 Tindakan Pemutusan hubungan Usaha .............. 309III.2.1.3 Identifikasi TKM ..................................................... 310

III.2.1.3.1 Unsur-unsur TKM pada PJK .......... 310III.2.1.3.2 Indikator TKM pada PJK ................. 310III.2.1.3.3 Unsur-unsur TKM pada PVA dan

UJPU .................................................... 314III.2.1.3.4 Indikator TKM pada PVA dan UJPU 315

III.2.1.4 Laporan TKM untuk PJK-Bank ............................. 318III.2.1.4.1 Identitas Pelaku Transaksi ............... 318III.2.1.4.2 Pemegang Rekening Perusahaan .... 318III.2.1.4.3 Beneficial Owner/Perantara/ Peme-

gang Kuasa/Walk-in Customer ........ 319III.2.1.4.3.1 Perorangan ......................................... 321III.2.1.4.3.2 Perusahaan ......................................... 321III.2.1.4.4 Rincian Tentang TKM ...................... 322

III.2.1.4 Laporan TKM untuk PJK- Perasuransian ........... 323III.2.1.5.1 Identitas Pemegang Polis ................. 325III.2.1.5.1.1 Pemegang Polis Perorangan ............ 325III.2.1.5.1.2 Pemegang Polis Perusahaan ........... 325III.2.1.5.1.3 Pemegang Kuasa Polis ..................... 326III.2.1.5.1.3.1 Pemegang Kuasa Polis Perorangan 328III.2.1.5.1.3.2 Pemegang Kuasa Polis Perusahaan 329III.2.1.5.2 Rincian Tentang Transaksi Keuangan

Mencurigakan .................................... 330III.2.1.6 Laporan TKM untuk PJK-Dana Pensiun dan

Lembaga Pembiayaan .............................................. 332III.2.1.6.1 Identitas Pelaku Transaksi ................. 332III.2.1.6.1.1 Pemegang Rekening Perora-ngan ... 332III.2.1.6.2.2 Pemegang Rekening Peru-sahaan .. 333III.2.1.6.2.2.1 Beneficial Owner/Perantara/

Pemegang Kuasa ........................... 334

Pelaporan 303

III.2.1.6.2.2.2 Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa Perorangan ....... 334

III.2.1.6.3 Rincian Tentang TKM ......................... 337III.2.1.7 Laporan TKM untuk PJK-Perusahaan Efek,

Manejer Investasi dan Bank Kustodian ............... 338III.2.1.7.1 Identifikasi Pelaku Transaksi .............. 338III.2.1.7.1.1 Pemegang Rekening Perora-ngan.. 339III.2.1.7.1.2 Pemegang Rekening Perusa-haan 339III.2.1.7.1.3 Pemegang Kuasa/Perantara ........... 341III. 2.1.7.1.3.1 Pemegang Kuasa/Perantara

Perorangan ...................................... 341III. 2.1.7.1.3.2 Pemegang Kuasa/Perantara

Perusahaan ..................................... 342III.2.1.7.2 Rincian Tentang TK ............................ 344

III.2.1.8 Laporan TKM Bagi PJK-Pedagang Valuta Asingdan Usaha Jasa Pengiriman Uang ........................ 345III.2.1.8.1 Identifikasi Pelaku Transaksi .............. 345III.2.1.8.1.1 Perorangan .......................................... 345III.2.1.8.1.2 Perusahaan ......................................... 346III.2.1.8.2 Rincian Tentang TKM .......................... 348

III.2.1.9 Kewajiban Pelaporan oleh Usaha JasaPengiriman Uang ..................................................... 349

III.2.1.10 Tenggang Waktu dan Cara PenyampaianPelaporan ................................................................. 350III.2.1.8.1 Tenggang Waktu Pelaporan TKM..... 350III.2.1.8.2 Cara Penyampaian Pelaporan ............. 350III.2.1.8.2.1 Elektronis............................................ 350III.2.1.8.2.2 Manual ............................................... 350

III.2.2 Transaksi Keuangan Tunai (TKT) ........................................ 351III.2.2.1 Pengertian ................................................................ 352III.2.2.2 Pilihan Laporan ........................................................ 352III.2.2.3 Isi Laporan ............................................................... 352III.2.2.4 Pengecualian ............................................................ 355

III.2.2.4.1 TKT yang Dikecualikan ...................... 355III.2.2.4.2 Jenis-jenis Transaksi Tunai Yang

Dikecualikan .......................................... 356III.2.2.4.3 Jenis usaha atau pihak tertentu yang

dikecualikan .......................................... 357III.2.2.4.4 Cara Penetapan Transaksi Yang

Dikecualikan ......................................... 357

304 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.2.4.5 Permintaan Permohonan PengecualianLTKT....................................................... 359

III.2.2.4.5.1 Penetapan Transaksi YangDikecualikan ...................................... 359

III.2.2.4.5.2 PJK Dapat Mengajukan PermintaanPengecualian .................................... 360

III.2.2.4.6 Jawaban PPATK ................................... 361III.2.2.4.7 Alamat Permintaan ............................... 361III.2.2.4.8 Kriteria Transaksi Keuangan Tunai

Yang Dapat Diajukan UntukDikecualikan .......................................... 361

III.2.2.4.9 Kewajiban Menyimpan DaftarTransaksi Yang Dikecualikan ............. 362

III.2.3 International Fund Transfer Instruction (IFTI) ……….... 363

III.2.4 Laporan Transaksi oleh Penyedia Barang dan/atauJasa ........................................................................................... 363

III.2.5 Laporan Pembawaan Uang Tunai dan Bearer NegotiableInstruments (BNI) ................................................................... 363III.2.5.1 Pengertian Umum.................................................. 364III.2.5.2 Kewajiban Pelaporan ............................................ 366III.2.5.3 Kewajiban Pelaporan oleh Bea dan

Cukai Kepada PPATK .......................................... 366III.2.5.4 Permintaan Informasi oleh PPATK

Kepada Bea dan Cukai ............................................. 367III.2.5.5 Kewajiban Lainnya Terkait Pembawaan

Uang Tunai dan BNI............................................. 367III.2.5.5.1 Ijin Bank Indonesia .............................................. 367III.2.5.5.2 Wajib Memeriksa Keaslian Uang ....................... 368III.2.5.5.3 Penyampaian oleh Bea Cukai Kepada PPATK.. 368III.2.5.5.4 Jangka waktu Penyampaian Oleh Bea Cukai

Kepada PPATK ..................................................... 368III.2.5.6 Pencegahan oleh Bea dan Cukai ........................ 369III.2.5.7 Kewajiban Bea Cukai Terkait Pencegahan ....... 369III.2.5.8 Kewajiban Bea Cukai Menyampaikan Laporan

Kepada Bank Indonesia ...................................... 369

III.3 Sanksi Administratif terkait kewajiban pelaporan oleh pihakpelapor ..................................................................................................... 370III.3.1 Pihak yang berwenang ........................................................... 370

Pelaporan 305

III.3.1.1 Dilakukan oleh LPP.................................................. 370a. Bank ................................................................... 370

1) Bank Umum .............................................. 371i. Sanksi Bagi Bank yang Terlambat

Melaporkan........................................ 370ii. Sanksi Bagi Bank yang Belum

Menyampaikan Pedoman atauLTKM ................................................. 370

iii. Sanksi Bagi Bank yang TidakMelaksanakan Komitmen HasilTemuan BI .......................................... 371

iv. Sanksi Administratif Bagi Bank ...... 3712) Bank Prekreditan Rakyat ......................... 371

b. Pasar Modal ..................................................... 3711) Sanksi administratif .................................. 3712) Kemungkinan Pengenaan Sanksi

Pidana ....................................................... 373c. Lembaga Keuangan Non Bank

1) Ketentuan Umum ..................................... 3742) Tata Cara Pengenaan Sanksi

Administratif ............................................. 374d. Pedagang Valuta Asing .................................. 375

1) Ketentuan Umum ..................................... 3752) Pengenaan Sanksi Bagi PVA................... 375

e. Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU).... 3761) Kewajiban ................................................. 3762) Sanksi ........................................................ 377

III.3.1.2 Dilakukan oleh PPATK ........................................... 378

III.4 Kerahasiaan Perbankan ....................................................................... 379

III.5 Sanksi Terkait Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai dan BNI ... 379III.4.1 Sanksi Administratif ............................................................... 379

III.4.1.1 Pelanggaran Pasal 2 PBI No. 2/PBI/2002 ................ 379III.4.1.2 Pelanggaran Pasal 3 PBI No. 2/PBI/2002 ................ 380III.4.1.3 Pelanggaran Pasal 4 ayat (2) PBI No. 2/PBI/

2002 .............................................................................. 380III.4.1.4 Pengembalian Sisa Uang .......................................... 380III.4.1.5 Denda di Setor ke Kas Negara ................................ 381III.4.1.6 Sanksi Pembawaan Uang Tunai Tanpa Ijin Bank

Indonesia .................................................................... 381

306 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.4.1.7 Sanksi Jika Dana Yang Dibawa Lebih Besar dariyang Dimohonkan Ijin .............................................. 381

III.4.1.8 Sanksi Pembawaan uang Tunai tanpaPemeriksaan keaslian Uang ...................................... 381

III.4.1.9 Batas Maksimal Pengenaan Sanksi ........................... 382

Pelaporan 307

III.1 Defenisi

III.1.1 Transaksi

Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hakdan/atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubunganhukum antara dua pihak atau lebih.840

III.1.2 Transaksi Keuangan

Transaksi Keuangan adalah Transaksi untuk melakukan ataumenerima penempatan, penyetoran, penarikan, pemindahbukuan,pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah uang atau tindakan dan/ataukegiatan lain yang berhubungan dengan uang.841

III.1.3 Transaksi dengan Pihak Pelapor

Setiap orang yang melakukan Transaksi dengan PihakPelapor wajib memberikan identitas dan informasi yang benaryang dibutuhkan oleh Pihak Pelapor dan sekurang-kurangnya memuat identitas diri, sumber dana, dan tujuanTransaksi dengan mengisi formulir yang disediakan olehPihak Pelapor dan melampirkan Dokumenpendukungnya.842

Dalam hal Transaksi dilakukan untuk kepentingan pihaklain, setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemberikan informasi mengenai identitas diri, sumber dana,dan tujuan Transaksi pihak lain tersebut. 843

Pihak Pelapor wajib mengetahui bahwa Pengguna Jasa yangmelakukan Transaksi dengan Pihak Pelapor bertindak untukdiri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain. 844

840 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

841 Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

842 Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

843 Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

844 Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

308 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal Transaksi dengan Pihak Pelapor dilakukan untukdiri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain, PihakPelapor wajib meminta informasi mengenai identitas danDokumen pendukung dari Pengguna Jasa dan orang laintersebut. 845

Dalam hal identitas dan/atau Dokumen pendukung yangdiberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidaklengkap, Pihak Pelapor wajib menolak Transaksi denganorang tersebut. 846

Identitas dan Dokumen pendukung yang diminta oleh PihakPelapor harus sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang ditetapkan oleh setiap LembagaPengawas dan Pengatur. 847

Pihak Pelapor wajib menyimpan catatan dan Dokumenmengenai identitas pelaku Transaksi paling singkat 5 (lima)tahun sejak berakhirnya hubungan usaha dengan PenggunaJasa tersebut. 848

Pihak Pelapor yang tidak melakukan kewajiban sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan. 849

III.2 Jenis Laporan

III.2.1 Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM)

III.2.1.1 Pengertian

Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah850 :

845 Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

846 Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

847 Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

848 Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

849 Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

850 Pasal 1 ayat (5) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d Undang-Undang RI No. 10Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 309

a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dariprofil, karakteristik, atau kebiasaan polaTransaksi dari Pengguna Jasa yangbersangkutan.

b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yangpatut diduga dilakukan dengan tujuan untukmenghindari pelaporan Transaksi yangbersangkutan yang wajib dilakukan oleh PihakPelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau bataldilakukan dengan menggunakan HartaKekayaan yang diduga berasal dari hasil tindakpidana.

c. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATKuntuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karenamelibatkan harta kekayaan yang diduga berasaldari hasil tindak pidana.

III.2.1.2 Tindakan pemutusan hubungan usaha

Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajibmemutuskan hubungan usaha dengan PenggunaJasa jika: (a) Pengguna Jasa menolak untukmematuhi prinsip mengenali Pengguna Jasa; atau(b) Pihak Pelapor meragukan kebenaraninformasi yang disampaikan oleh PenggunaJasa.851

Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib melaporkannya kepadaPPATK mengenai tindakan pemutusan hubunganusaha tersebut sebagai Transaksi KeuanganMencurigakan. 852

851 Pasal 22 ayat (1) huruf d Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

852 Pasal 22 ayat (2) huruf d Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

310 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.1.3 Identifikasi TKM

III.2.1.3.1Unsur-unsur TKM pada PJK853

Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 UU PPTPPU, Transaksi KeuanganMencurigakan pada prinsipnyamemiliki unsur-unsur di bawah ini:

a. Transaksi yang menyimpang dari:profil;karakteristik; ataukebiasaan pola transaksi darinasabah yang bersangkutan.

b. Transaksi yang patut didugadilakukan dengan tujuan untukmenghindari pelaporan yang wajibdilakukan oleh PJK.

c. Transaksi keuangan yangdilakukan atau batal dilakukandengan menggunakan HartaKekayaan yang diduga berasal dariHasil Tindak Pidana.

d. Transaksi keuangan yangmelibatkan Harta Kekayaan yangyang diduga berasal dari hasiltindak pidana.

Apabila suatu transaksi keuangantelah memenuhi satu atau lebih dariunsur-unsur di atas maka PJK wajibmenetapkannya sebagai TransaksiKeuangan Mencurigakan danmelaporkannya kepada PPATK.

III.2.1.3.2Indikator TKM pada PJK854

Dalam mengidentifikasi apakah suatutransaksi keuangan memenuhi satu

853 Keputusan Kepala PPATK No. 2/4/Kep.PPATK/2003, Pedoman II: IdentifikasiTransaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

854 Keputusan Kepala PPATK No. 2/4/Kep.PPATK/2003, Pedoman II: IdentifikasiTransaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Pelaporan 311

atau lebih dari unsur-unsur tersebutdi atas, PJK dapat menggunakanindikator-indikator TransaksiKeuangan Mencurigakan, antara lain

a. Transaksi

1) Tunai :i. Transaksi yang dilakukan

secara tunai dalam jumlahdi luar kebiasaan yangdilakukan nasabah.

ii. Transaksi yang dilakukandalam jumlah relatif kecilnamun dengan frekuensiyang tinggi (structuring).

iii. Transaksi dilakukandengan menggunakanbeberapa rekening atasnama individu yangberbeda-beda untukkepentingan satu orangtertentu (smurfing).

iv. Pertukaran atau pembelianmata uang asing dalamjumlah relatif besar.

v. Pembelian travellerschecks secara tunai dalamjumlah relatif besar.

vi. Pembelian secara tunaibeberapa produk asuransidalam jangka waktuberdekatan atau bersamaandengan pembayaran premisekaligus dalam jumlahbesar yang kemudiandiikuti pencairan polissebelum jatuh tempo.

vii. Pembelian efek denganmenggu-nakan uang tunai,transfer atau cek atas namaorang lain.

312 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

2) Transaksi yang tidak rasionalsecara ekonomis :i. Transaksi-transaksi yang

tidak sesuai dengan tujuanpembukaan rekening;

ii. Transaksi yang tidak adahubungannya dengan usahanasabah;

iii. Jumlah dan frekuensitransaksi diluar kebiasaanyang normal.

3) Transfer dana :i. Transfer dana untuk dan

dari offshore financialcentre yang berisiko tinggi(high risk) tanpa alasanusaha yang jelas.

ii. Penerimaan transfer danadalam beberapa tahap dansetelah mencapaiakumulasi jumlah tertentuyang cukup besarkemudian ditransfer ke luarsecara sekaligus.

iii. Penerimaan dan pengirimandana dalam jumlah yangsama atau hampir samaserta dilakukan dalamjangka waktu yang relatifsingkat (pass-by).

iv. Pembayaran dana dalamkegiatan ekspor importanpa dokumen yanglengkap.

v. Transfer dana dari atau kenegara yang tergolongberisiko tinggi (high risk).

vi. Transfer dana dari atau kepihak yang tergolongberisiko tinggi (high risk).

Pelaporan 313

vii. Penerimaan/pembayarandana dengan menggunakanlebih dari 1 (satu) rekeningbaik atas nama yang samaatau atas nama yangberbeda.

viii. Transfer dana denganmenggunakan rekeningatas nama pegawai PJKdalam jumlah yang diluarkewajaran.

b. Perilaku Nasabah :

1) Perilaku nasabah yang tidakwajar pada saat melakukantransaksi (gugup, tergesa-gesa,rasa kurang percaya diri, dll)

2) Nasabah/calon nasabahmemberikan informasi yangtidak benar mengenai hal-halyang berkaitan dengan identitas,sumber penghasilan atauusahanya.

3) Nasabah/calon nasabahmengguna-kan dokumenidentitas yang diragukankebenarannya atau diduga palsuseperti tanda tangan yangberbeda atau foto yang tidaksama.

4) Nasabah/calon nasabah engganatau menolak untukmemberikan nformasi/dokumen yang diminta olehpetugas PJK tanpa alasan yangjelas.

5) Nasabah atau kuasanyamencoba mempengaruhipetugas PJK untuk tidak

314 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

melaporkan sebagai TransaksiKeuangan Mencurigakandengan berbagai cara.

6) Nasabah membuka rekeninghanya untuk jangka pendek saja.

7) Nasabah tidak bersediamemberikan informasi yangbenar atau segera memutuskanhubungan usaha/ menutuprekening pada saat petugas PJKmeminta informasi atastransaksi yang dilakukannya.

Apabila setelah melakukanproses identifikasi TransaksiKeuangan Mencurigakan PJKmasih merasa ragu, sebaiknyaPJK tetap melaporkannyakepada PPATK sebagaiTransaksi KeuanganMencurigakan agar terhindardari risiko yang tidak diharapkantermasuk kemungkinan terkenasanksi sebagaimana diatur dalamPasal 30 UU PP TPPU.

III.2.1.3.3 Unsur-unsur TKM pada PVA danUJPU

Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 UU PPTPPU, Transaksi KeuanganMencurigakan pada prinsipnyamemiliki unsur-unsur di bawah ini:

a. Transaksi yang menyimpang dari:profil;karakteristik; ataukebiasaan pola transaksi darinasabah yang bersangkutan.

b. Transaksi yang patut didugadilakukan dengan tujuan untukmenghindari pelaporan yang wajib

Pelaporan 315

dilakukan oleh PJK.c. Transaksi keuangan yang

dilakukan atau batal dilakukandengan menggunakan HartaKekayaan yang diduga berasal dariHasil Tindak Pidana.

d. Transaksi keuangan yangmelibatkan Harta Kekayaan yangyang diduga berasal dari hasiltindak pidana.

Apabila suatu transaksi keuangan telahmemenuhi satu atau lebih dari unsur-unsur di atas maka PVA dan UJPUwajib menetapkannya sebagaiTransaksi Keuangan Mencurigakandan melaporkannya kepada PPATK.

III.2.1.3.4 Indikator TKM pada PVA dan UJPU

Dalam mengidentifikasi apakah suatutransaksi keuangan memenuhi satuatau lebih dari unsur-unsur tersebutdi atas, PVA dan UJPU dapatmenggunakan indikator-indikatorTransaksi Keuangan Mencuri-gakan,antara lain :

a. Transaksi

1) Transaksi jual beli valuta asingi. Transaksi yang dilakukan

dalam jumlah di luarkebiasaan pengguna jasa(untuk pengguna jasa yangseringkali melakukantransaksi dengan PVA yangsama).

ii. Transaksi yang dilakukandalam jumlah relatif kecilnamun dengan frekuensiyang tinggi.

iii. Transaksi dilakukan

316 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan menggunakanbeberapa nama individuyang berbeda-beda untukkepentingan satu orangtertentu.

iv. Penjualan dan pembelianmata uang asing dalamjumlah relatif besar.

v. Pengguna jasa menjualtravellers checks dalamjumlah relatif besar.

vi. Transaksi yang tidak adahubungannya dengan usahapengguna jasa.

vii. Pengguna jasa memintapembayaran hasil penjualanvalas dengan menggunakancek.

viii. Pengguna jasa memintapembayaran hasilpenjualan/pembelian valasditransfer ke rekening bankyang bersangkutan ataupihak lain.

ix. Pengguna jasa meminta agarpembayaran hasil penjualan/pembelian valas diserahkankepada pihak lain.

x. Pengguna jasa memintapembayaran hasilpenjualan/pembelian valasdengan pecahan besar.

xi. Pengguna jasa bersediadikenakan nilai tukar yanglebih rendah dari nilai tukaryang berlaku.

2) Transaksi pengiriman danpenerimaan uang :

i. Pengiriman dan ataupenerimaan uang ke dan

Pelaporan 317

dari offshore financialcentre yang berisiko tinggi(high risk) tanpa alasanusaha yang jelas.

ii. Pengiriman dan ataupenerimaan uang dilakukandalam jumlah relatif kecilnamun dengan frekuensiyang tinggi.

iii. Pengiriman dan ataupenerimaan uang beberapatahap dalam jumlah yangrelatif besar.

iv. Pengiriman dan penerimaanuang dalam jumlah yangsama atau hampir samaserta dilakukan dalamjangka waktu yang relatifsingkat.

v. Pengiriman dan ataupenerimaan uang ke dandari negara yang tergolongberisiko tinggi (high riskcountries).

vi. Pengiriman dan ataupenerimaan uang ke dandari pihak yang tergolongberisiko tinggi (high riskcustomers).

b. Perilaku pengguna jasa PVA danUJPU

1) Perilaku pengguna jasa yangtidak wajar pada saat melakukantransaksi (gugup, tergesa-gesa,rasa kurang percaya diri, dll)

2) Pengguna jasa memberikaninformasi yang tidak benarmengenai hal-hal yang berkaitandengan identitas dirinya.

318 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

3) Pengguna jasa menggunakandokumen identitas yangdiragukan kebenarannya ataudiduga palsu seperti tandatangan yang berbeda atau fotoyang tidak sama.

4) Pengguna jasa enggan ataumenolak untuk memberikaninformasi/dokumen yangdiminta oleh petugas PVA danUJPU tanpa alasan yang jelas.

5) Pengguna jasa mencobamempengaruhi petugas PVAdan UJPU untuk tidakmelaporkan sebagai TransaksiKeuangan Mencurigakandengan berbagai cara.

Apabila setelah melakukan prosesidentifikasi Transaksi KeuanganMencurigakan PVA dan UJPUmasih merasa ragu, sebaiknya PVAdan UJPU tetap melaporkannyakepada PPATK sebagai TransaksiKeuangan Mencurigakan agarterhindar dari risiko yang tidakdiharapkan termasuk kemungkinanterkena sanksi sebagaimana diaturdalam Pasal 30 UU PP TPPU.

III.2.1.4 Laporan TKM untuk PJK-Bank855

III.2.1.4.1 Identitas Pelaku Transaksi

III.2.1.4.1.1 Pemegang RekeningPerorangan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perorangan maka yang

855 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/ 2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Pelaporan 319

diisi adalah isian No. 1 sampaidengan 11.

1. Nama Lengkap.Nama lengkap dari pemegangrekening perorangan sebagaipelaku transaksi.

2. Nama Panggilan/ Alias.3. Jenis Kelamin.4. Tempat dan Tanggal Lahir.5. Kewarganegaraan.6. Alamat lengkap domisili (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX) Alamat tempattinggal yang terkini daripemegang rekening.

7. No. Telp (dapat lebih dari satu).8. Pekerjaan. Termasuk peker-

jaan seperti pelajar, mahasiswadan ibu rumah tangga.

9. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/ mahasiswa diisi denganalamat sekolah/perguruantinggi. Apabila ibu rumahtangga diisi dengan alamatrumah yang bersangkutan.

10. NPWP.11. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.4.1.2 Pemegang Rekening Peru-sahaan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perusahaan maka yangdiisi adalah isian No. 12 sampaidengan 21.

12. Nama Perusahaan.

13. Jenis Badan Hukum/Badanlainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalah

320 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Perseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat (LSM),Partai Politik.

14. Domisili Badan Hukum/ Badanlainnya. Diisi negara asal badanhukum/badan lain pemegangrekening. Untuk badan hukum/badan lain yang berasal dariIndonesia tetap harus diiisidengan “Indonesia”.

15. NPWP.16. Alamat Perusahaan (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX).

17. No Telp (dapat lebih darisatu).

18. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

19. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang. DiisiJenis dan No. Izin sesuaidengan yang dimiliki olehperusahaan tersebut. Dapatlebih dari satu.

20. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkini yangada di Bank. Bank dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

21. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisi sesuaidengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang ada diBank. Bank dapat menam-bahkan jumlah isian Pemilik/Pemegang Saham Mayoritas

Pelaporan 321

sesuai dengan kebutuhan.

III.2.1.4.1.3 Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa/Walk-inCustomer.

Apabila transaksi keuanganmencurigakan melibatkanBeneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa/Walk-inCustomer.

III.2.1.4.3.3.1 Perorangan

Apabila Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa/ Walk-in Customer adalah Peroranganmaka yang diisi adalah isian No.22 sampai dengan 32.

22. Nama Lengkap. Nama lengkapdari Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa/Walk-in Customer.

23. Nama Panggilan.24. Jenis Kelamin.25. Tempat dan Tanggal Lahir.26. Kewarganegaraan.27. Alamat lengkap domisili (tidak

diperkenankan meng-gunakanP.O. BOX). Alamat tempattinggal dan no telepon yangterkini dari pemegangrekening.

28. No. Telp (dapat lebih dari satu).29. Pekerjaan. Termasuk peker-

jaan seperti pelajar, mahasiswadan ibu rumah tangga.

30. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/mahasiswa diisi denganalamat dan no telepon sekolah/perguruan tinggi. Apabila iburumah tangga diisi dengan

322 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

alamat dan nomor teleponrumah yang bersangkutan.

31. NPWP32. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.4.3.3.2 Perusahaan

Apabila Beneficial Owner/Perantara/ Pemegang Kuasa/Walk-in Customer adalahPerusahaan maka yang diisi adalahisian No. 33 sampai dengan 42.

33. Nama Perusahaan.

34. Jenis Badan Hukum/Badanlainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat (LSM),Partai Politik.

35. Domisili Badan Hukum/ Badanlainnya. Diisi negara asal badanhukum/badan lain pemegangrekening. Untuk badan hukum/badan lain yang berasal dariIndonesia tetap harus diiisidengan “Indonesia”.

36. NPWP. Khusus bagi yangtidak wajib memiliki NPWPdiisi dengan “Tidak wajibmemiliki NPWP”.

37. Alamat Perusahaan (tidakdiperkenankan mengguna-kanP.O.BOX)

38. No. Telp (dapat lebih dari satu).

39. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

Pelaporan 323

40. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang. DiisiJenis dan No. Izin sesuaidengan yang dimiliki olehperusahaan tersebut. Dapatlebih dari satu.

41. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkini yangada di Bank. Bank dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

42. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisi sesuaidengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang ada diBank. Bank dapat menam-bahkan jumlah isian Pemilik/Pemegang Saham Mayoritassesuai dengan kebutuhan.

III.2.1.4.2 Rincian tentang TKM

a. Jenis Transaksi (mis: penyetoran, penarikan,transfer, pembelian TC, dll). ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 54Formulir Pelaporan.

b. Tanggal Transaksi. Tanggal transaksi yangmemicu terjadinya kecurigaan atau yangmemiliki indikator Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 54 Formulir Pelaporan.

c. Nilai Transaksi (dalam Rupiah). Nilai (dalamrupiah) transaksi yang memicu terjadinyakecurigaan atau yang memiliki indikatorTransaksi Keuangan Mencurigakan. Apabila

324 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Transaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 54Formulir Pelaporan.

d. Instrument pembayaran yang digunakan.Contoh: Cek, Bilyet Giro, Traveller Chequeatau kas/tunai/ banknotes, dan lain-lain.Apabila Transaksi Keuangan Mencurigakanyang dilakukan terdiri dari rangkaianbeberapa transaksi, harap diuraikan pada No.54 Formulir Pelaporan.

e. Apakah menggunakan valuta asing? Pilih“Ya” atau “Tidak”.

e. Apakah transaksi menggunakan uang tunai?Pilih “Ya” atau “Tidak”.

f. Apakah walk-in customer? Pilih “Ya” atau“Tidak”.

g. Rekening yang digunakan bertransaksi.Contoh jenis rekening: Rekening Giro,Tabungan, Deposito dan lainnya.

h. Kantor Bank Pelapor tempat kejadiantransaksi. Adalah di kantor Bank tempatterjadinya Transaksi KeuanganMencurigakan.

i. Bank lain yang terkait dengan transaksi (bilaada). Bank lain sebagai pengirim ataupenerima dana. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan melibatkan beberapa bank,agar diuraikan pada No. 54 FormulirPelaporan.

j. Pihak ketiga yang terkait dengan transaksi(bila ada). Nama pihak yang mengirim danadari bank lain atau menerima dana pada banklain. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan melibatkan beberapa pihak,agar diuraikan pada No. 54 FormulirPelaporan.

Pelaporan 325

k. Rincian dan uraian Transaksi KeuanganMencurigakan. Uraian rinci mengenai latar-belakang, data pelaku dan transaksi sertaindikator-indikator dan unsur-unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdapat diidentifikasikan oleh bank. Termasukdalam uraian ini adalah hal-hal lain yangberkaitan dengan transaksi nasabah antaralain tujuan nasabah membuka rekening,profil nasabah, PJK lain, pihak lain daninformasi mengenai orang yang melakukantransaksi atas nama nasabah.

l. Kode Bank. Sesuai dengan kode (sandi)bank yang diberikan oleh PPATK kepadamasing-masing bank.

m.Nama Bank

n. Nama dan tandatangan Pejabat Bank

III.2.1.5 Laporan TKM untuk PJK-Perasuransian856

III.2.1.5.1Identitas Pemegang Polis

III.2.1.5.1.1 Pemegang Polis Perorangan

Apabila pelaku adalah pemegangpolis perorangan maka yang diisiadalah isian No. 1 sampai dengan11.

1. Nama Lengkap. Namalengkap dari pemegang polisperorangan sebagai pelakutransaksi.

2. Nama Panggilan/Alias.3. Jenis Kelamin.4. Tempat dan Tanggal Lahir.5. Kewarganegaraan.6. Alamat lengkap domisili

(tidak diperkenankan

856 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

326 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

menggunakan P.O. BOX).Alamat tempat tinggal yangterkini dari pemegang polis.

7. No. Telp (dapat lebih darisatu).

8. Pekerjaan. Termasukpekerjaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

9. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/mahasiswa diisidengan alamat sekolah/perguruan tinggi. Apabila iburumah tangga diisi denganalamat rumah yangbersangkutan.

10. NPWP.11. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.5.2.2 Pemegang Polis Perusahaan

Apabila pelaku adalah PemegangPolis Perusahaan maka yang diisiadalah isian No. 12 sampaidengan 21.

12. Nama Perusahaan.13. Jenis Badan Hukum/Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat(LSM), Partai Politik.

14. Domisili Badan Hukum/Badan lainnya. Diisi negaraasal badan hukum/badan lainpemegang rekening. Untukbadan hukum/badan lainyang berasal dari Indonesia

Pelaporan 327

tetap harus diiisi dengan“Indonesia”.

15. NPWP16. Alamat Perusahaan (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX).

17. No. Telp (dapat lebih darisatu).

18. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

19. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang.Diisi Jenis dan No. Izinsesuai dengan yang dimilikioleh perusahaan tersebut.Dapat lebih dari satu.

20. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Asuransi.Asuransi dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

21. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisisesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Asuransi.Asuransi dapatmenambahkan jumlah isianPemilik/Pemegang SahamMayoritas sesuai dengankebutuhan.

III.2.1.5.2.3 Pemegang Kuasa Polis

Adalah pihak yang diberi kuasaoleh Pemegang Polis untukmelakukan transaksi yang dalamhal ini diindikasikan sebagai

328 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Transaksi Keuangan Mencuri-gakan.

III.2.1.5.2.3.1 Pemegang Kuasa PolisPerorangan

22. Nama Lengkap. Namalengkap dari PemegangKuasa Polis.

23. Nama Panggilan.24. Jenis Kelamin.25. Tempat dan Tanggal Lahir.26. Kewarganegaraan.27. Alamat lengkap domisili

(tidak diperkenankanmenggunakan P.O. BOX).Alamat tempat tinggal dan notelepon yang terkini daripemegang kuasa polis.

28. No. Telp (dapat lebih darisatu).

29. Pekerjaan. Termasuk peker-jaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

30. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/mahasiswa diisidengan alamat dan no teleponsekolah/perguruan tinggi.Apabila ibu rumah tanggadiisi dengan alamat dan notelepon rumah yangbersangkutan.

31. NPWP.32. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.5.2.3.2 Pemegang Kuasa PolisPerusahaan.

Apabila Pemegang Kuasa Polisadalah Perusahaan maka yangdiisi adalah isian No. 33 sampai

Pelaporan 329

dengan 42.

33. Nama Perusahaan.34. Jenis Badan Hukum/Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat(LSM), Partai Politik.

35. Domisili Badan Hukum/Badan lainnya. Diisi negaraasal badan hukum/badan lainpemegang rekening. Untukbadan hukum/ badan lainyang berasal dari Indonesiatetap harus diiisi dengan“Indonesia”.

36. NPWP. Khusus bagi yangtidak wajib memiliki NPWPdiisi dengan “Tidak wajibmemiliki NPWP”.

37. Alamat Perusahaan (tidakdiperkenankan menggunakanP.O.BOX).

38. No. Telp (dapat lebih darisatu).

39. Bidang Usaha Utama.40. Sesuai dengan kegiatan usaha

utama dari perusahaan.41. Izin usaha/izin lainnya dari

instansi yang berwenang.Diisi Jenis dan No. Izinsesuai dengan yang dimilikioleh perusahaan tersebut.Dapat lebih dari satu.

42. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Asuransi.

330 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Asuransi dapat menam-bahkan jumlah isian PengurusPerusahaan sesuai dengankebutuhan.

43. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisisesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Asuransi.Asuransi dapat menam-bahkan jumlah isian Pemilik/Pemegang Saham Mayoritassesuai dengan kebutuhan.

III.2.1.5.2 Rincian Tentang TKM

a. Jenis Asuransi/Polis.

b. Tanggal Transaksi. Tanggal transaksi yangmemicu terjadinya kecurigaan atau yangmemiliki indikator Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 54 Formulir Pelaporan.

c. Nilai Transaksi (dalam Rupiah). Nilai (dalamrupiah) transaksi yang memicu terjadinyakecurigaan atau yang memiliki indikatorTransaksi Keuangan Mencurigakan. ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 54Formulir Pelaporan.

d. Instrument pembayaran yang digunakan.Contoh: Cek, Bilyet Giro, lalu lintas giral(transfer) atau kas/tunai/banknotes, dan lain-lain. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 54 Formulir Pelaporan.

Pelaporan 331

e. Apakah menggunakan valuta asing? Pilih “Ya”atau “Tidak”.

f. Apakah transaksi menggunakan uang tunai?Pilih “Ya” atau “Tidak”.

g. Rekening yang digunakan bertransaksi.Informasi mengenai rekening di bank yangdigunakan dalam melakukan transaksikeuangan mencurigakan yang terkait denganAsuransi.

h. Kantor Asuransi Pelapor tempat kejadiantransaksi. Adalah kantor pusat atau kantorcabang asuransi tempat terjadinya TransaksiKeuangan Mencurigakan. Apabila TransaksiKeuangan Mencurigakan yang dilakukanterdiri dari rangkaian beberapa transaksi,agar diuraikan pada No. 54 FormulirPelaporan.

i. Nama Penerima Manfaat

j. Alamat Penerima Manfaat

k. No. Rekening dan Bank Penerima Manfaat

l. Rincian dan uraian Transaksi KeuanganMencurigakan. Uraian rinci mengenai latar-belakang, data pelaku dan transaksi sertaindikator-indikator dan unsur-unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdapat diidentifikasikan oleh PerusahaanAsuransi. Termasuk dalam uraian ini adalahhal-hal lain yang berkaitan dengan transaksinasabah antara lain tujuan penutupan polis,profil nasabah, PJK lain, pihak lain daninformasi mengenai orang yang melakukantransaksi atas nama nasabah.

m. Kode Asuransi. Sesuai dengan kode (sandi)Asuransi yang diberikan oleh PPATK kepadamasing-masing Asuransi.

332 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

n. Nama Perusahaan Asuransi

o. Nama dan tandatangan Pejabat Asuransi

III.2.1.6 Laporan TKM untuk PJK-Dana Pensiun danLembaga Pembiayaan857

III.2.1.6.1 Identitas Pelaku Transaksi

III.2.1.6.1.1 Pemegang RekeningPerorangan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perorangan maka yangdiisi adalah isian No. 1 sampaidengan 11.

1. Nama Lengkap. Nama lengkapdari pemegang rekeningperorangan sebagai pelakutransaksi.

2. Nama Panggilan/Alias.3. Jenis Kelamin.4. Tempat dan Tanggal Lahir.5. Kewarganegaraan.6. Alamat lengkap domisili (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX). Alamat tempattinggal yang terkini daripemegang rekening.

7. No. Telp (dapat lebih dari satu).8. Pekerjaan. Termasuk

pekerjaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

9. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/ mahasiswa diisi denganalamat sekolah/ perguruantinggi. Apabila ibu rumahtangga diisi dengan alamat

857 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/ 2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Pelaporan 333

rumah yang bersangkutan.10. NPWP.11. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.6.1.2 Pemegang Rekening Perusa-haan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perusahaan maka yangdiisi adalah isian No. 12 sampaidengan 21.

12. Nama Perusahaan.13. Jenis Badan Hukum/Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat (LSM),Partai Politik.

14. Domisili Badan Hukum/ Badanlainnya. Diisi negara asal badanhukum/badan lain pemegangrekening. Untuk badan hukum/badan lain yang berasal dariIndonesia tetap harus diiisidengan “Indonesia”.

15. NPWP.16. Alamat Perusahaan (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX).

17. No Telp (dapat lebih darisatu).

18. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

19. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang. DiisiJenis dan No. Izin sesuaidengan yang dimiliki oleh

334 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

perusahaan tersebut. Dapatlebih dari satu.

20. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkini yangada di PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

21. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas Diisi sesuaidengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang ada diPJK. PJK dapat menambahkanjumlah isian Pemilik/Pemegang Saham Mayoritassesuai dengan kebutuhan.

III.2.1.6.1.2.1 Beneficial Owner/ Perantara/Pemegang Kuasa.

Apabila transaksi keuanganmencurigakan melibatkanBeneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa.

III.2.1.6.1.2.1.1 Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa Perorangan.

Apabila pelaku adalahBeneficial Owner/ Perantara/Pemegang Kuasa Peroranganmaka yang diisi adalah isianNo. 22 sampai dengan 32.

22. Nama Lengkap. Nama lengkapdari Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa.

23. Nama Panggilan.24. Jenis Kelamin.25. Tempat dan Tanggal Lahir.26. Kewarganegaraan.27. Alamat lengkap domisili (tidak

Pelaporan 335

diperkenankan menggunakanP.O. BOX). Alamat tempattinggal dan no telepon yangterkini dari Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa.

28. No. Telp (dapat lebih dari satu).29. Pekerjaan. Termasuk

pekerjaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

30. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/ mahasiswa diisi denganalamat dan no telepon sekolah/perguruan tinggi. Apabila iburumah tangga diisi denganalamat dan no telepon rumahyang bersangkutan.

31. NPWP.32. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.6.1.2.1.2 Beneficial Owner/Perantara/Pemegang Kuasa Perusahaan.Pelaku adalah BeneficialOwner/ Perantara/PemegangKuasa Perusahaan maka yangdiisi adalah isian No. 33sampai dengan 42.

33. Nama Perusahaan.34. Jenis Badan Hukum/Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat (LSM),Partai Politik.

35. Domisili Badan Hukum/Badanlainnya. Diisi negara asal badanhukum/badan lain pemegangrekening. Untuk badan hukum/

336 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

badan lain yang berasal dariIndonesia tetap harus diiisidengan “Indonesia”.

36. NPWP. Khusus bagi yangtidak wajib memiliki NPWPdiisi dengan “Tidak wajibmemiliki NPWP”

37. Alamat Perusahaan (tidakdiperkenankan menggunakanP.O.BOX).

38. No. Telp (dapat lebih dari satu).39. Bidang Usaha Utama. Sesuai

dengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

40. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang. DiisiJenis dan No. Izin sesuaidengan yang dimiliki olehperusahaan tersebut. Dapatlebih dari satu.

41. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkini yangada di PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

42. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisi sesuaidengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang ada diPJK. PJK dapat menambahkanjumlah isian Pemilik/Pemegang Saham Mayoritassesuai dengan kebutuhan.

III.2.1.6.2 Rincian Tentang Transaksi KeuanganMencurigakan

a. Jenis Transaksi. Antara lain transaksipelunasan dan transaksi pembayaran iuran.

Pelaporan 337

Apabila Transaksi Keuangan Mencurigakanyang dilakukan terdiri dari rangkaianbeberapa transaksi, agar diuraikan pada No.53 Formulir Laporan.

b..Tanggal Transaksi. Tanggal transaksi yangmemicu terjadinya kecurigaan atau yangmemiliki indikator Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 53 Formulir Laporan.

c. Nilai Transaksi (dalam Rupiah). Nilai (dalamrupiah) transaksi yang memicu terjadinyakecurigaan atau yang memiliki indikatorTransaksi Keuangan Mencurigakan. ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 53Formulir Laporan.

d. Instrument pembayaran yang digunakan.Contoh: Cek, Bilyet Giro, Traveller Chequeatau kas/tunai/banknotes, dan lain-lain.Apabila Transaksi Keuangan Mencurigakanyang dilakukan terdiri dari rangkaianbeberapa transaksi, agar diuraikan pada No.53 Formulir Laporan.

e. Apakah menggunakan valuta asing? Pilih “Ya”atau “Tidak”.

f. Apakah transaksi menggunakan uang tunai?Pilih “Ya” atau “Tidak”.

g. Rekening yang digunakan Bertransaksi. UntukLembaga Pembiayaan contohnya adalahConsumer, Leasing, Factoring dan Credit.Untuk Dana Pensiun contohnya adalahRekening Kepesertaan.

h. Kantor PJK Pelapor tempat kejadian transaksi.Adalah kantor pusat atau kantor cabang PJK

338 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tempat terjadinya Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 53 Formulir Laporan.

i. PJK lain yang terkait dengan transaksi (bilaada). PJK lain yang terkait dengan transaksi.

j. Pihak ketiga yang terkait dengan transaksi(bila ada). Nama individu lain yang terkaitdengan transaksi.

k. Rincian dan uraian Transaksi KeuanganMencurigakan. Uraian rinci mengenai latar-belakang, data pelaku dan transaksi sertaindikator-indikator dan unsur-unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdapat diidentifikasikan oleh PJK. Termasukdalam uraian ini adalah hal-hal lain yangberkaitan dengan transaksi nasabah antaralain, profil nasabah, PJK lain, pihak lain daninformasi mengenai orang yang melakukantransaksi atas nama nasabah.

l. Kode PJK. Sesuai dengan kode (sandi) PJKyang diberikan oleh PPATK kepada masing-masing PJK.

m. Nama PJK

n. Nama dan tandatangan Pejabat PJK

III.2.1.7 Laporan TKM untuk PJK-Perusahaan Efek,Manajer Investasi dan Bank Kustodian858

III.2.1.7.1 Identitas Pelaku Transaksi

III.2.1.7.1.1 Pemegang Rekening Perora-ngan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perorangan maka yang

858 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/ 2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Pelaporan 339

diisi adalah isian No. 1 sampaidengan 11.

1. Nama Lengkap. Namalengkap dari pemegangrekening perorangan sebagaipelaku transaksi.

2. Nama Panggilan/Alias.3. Jenis Kelamin.4. Tempat dan Tanggal Lahir.5. Kewarganegaraan.6. Alamat lengkap domisili

(tidak diperkenankanmenggunakan P.O. BOX).Alamat tempat tinggal yangterkini dari pemegangrekening.

7. No. Telp (dapat lebih darisatu).

8. Pekerjaan. Termasukpekerjaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

9. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/mahasiswa diisidengan alamat sekolah/perguruan tinggi. Apabila iburumah tangga diisi denganalamat rumah yangbersangkutan.

10. NPWP.11. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.7.1.2 Pemegang Rekening Perusa-haan

Apabila pelaku adalah PemegangRekening Perusahaan maka yangdiisi adalah isian No. 12 sampaidengan 21.

12. Nama Perusahaan.

340 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

13. Jenis Badan Hukum/Badanlainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat(LSM), Partai Politik.

14. Domisili Badan Hukum/Badan lainnya. Diisi negaraasal badan hukum/badan lainpemegang rekening. Untukbadan hukum/badan lainyang berasal dari Indonesiatetap harus diiisi dengan“Indonesia”.

15. NPWP.16. Alamat Perusahaan (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX).

17. No Telp (dapat lebih darisatu).

18. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

19. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang.Diisi Jenis dan No. Izinsesuai dengan yang dimilikioleh perusahaan tersebut.Dapat lebih dari satu.

20. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

21. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas Diisi sesuai

Pelaporan 341

dengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang adadi PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPemilik/Pemegang SahamMayoritas sesuai dengankebutuhan.

III.2.1.7.1.3 Pemegang Kuasa/Perantara

Adalah pihak yang diberi kuasaoleh atau Perantara PemegangRekening untuk melakukantransaksi yang dalam hal inidiindikasikan sebagai TransaksiKeuangan Mencurigakan.

III.2.1.7.1.3.1 Pemegang Kuasa/PerantaraPerorangan

Apabila pelaku adalahPemegang Kuasa/ PerantaraPerorangan maka yang diisiadalah isian No. 22 sampaidengan 32.

22. Nama Lengkap. Namalengkap dari PemegangKuasa/Perantara.

23. Nama Panggilan.24. Jenis Kelamin.25. Tempat dan Tanggal Lahir.26. Kewarganegaraan.27. Alamat lengkap domisili

(tidak diperkenankanmenggunakan P.O. BOX).Alamat tempat tinggal danno telepon yang terkini daripemegang rekening.

28. No. Telp (dapat lebih darisatu).

29. Pekerjaan. Termasukpekerjaan seperti pelajar,

342 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

mahasiswa dan ibu rumahtangga.

30. Alamat Tempat Kerja.Apabila pelajar/ mahasiswadiisi dengan alamat dan notelepon sekolah/perguruantinggi. Apabila ibu rumahtangga diisi dengan alamatdan no telepon rumah yangbersangkutan.

31. NPWP.32. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.7.1.3.2 Pemegang Kuasa/PerantaraPerusahaan.

Apabila pelaku adalahPemegang Kuasa/PerantarPerusahaan maka yang diisiadalah isian No. 33 sampaidengan 42.

33. Nama Perusahaan.34. Jenis Badan Hukum/ Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnyaadalah Perseroan Terbatas(PT), CV, Firma, UsahaDagang, Yayasan, Kope-rasi, Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM), PartaiPolitik.

35. Domisili Badan Hukum/Badan lainnya.Diisi negara asal badanhukum/badan lain peme-gang rekening. Untuk badanhukum/badan lain yangberasal dari Indonesia tetapharus diiisi dengan“Indonesia”.

Pelaporan 343

36. NPWP. Khusus bagi yangtidak wajib memiliki NPWPdiisi dengan “Tidak wajibmemiliki NPWP”

37. Alamat Perusahaan (tidakdiperkenankan mengguna-kan P.O.BOX).

38. No. Telp (dapat lebih darisatu).

39. Bidang Usaha Utama.Sesuai dengan kegiatanusaha utama dari peru-sahaan.

40. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang.Diisi Jenis dan No. Izinsesuai dengan yang dimilikioleh perusahaan tersebut.Dapat lebih dari satu.

41. Nama PengurusPerusahaan. Diisi sesuaidengan Anggaran Dasarperusahaan terkini yang adadi PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaansesuai dengan kebutuhan.

42. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisisesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di PJK. PJK dapatmenambahkan jumlah isianPemilik/ Pemegang SahamMayoritas sesuai dengankebutuhan.

III.2.1.7.2 Rincian tentang TKM

a. Jenis Transaksi. Antara lain transaksipembelian efek atau saham. Apabila TransaksiKeuangan Mencurigakan yang dilakukan

344 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

terdiri dari rangkaian beberapa transaksi,agar diuraikan pada No. 53 Formulir Laporan.

b. Tanggal Transaksi. Tanggal transaksi yangmemicu terjadinya kecurigaan atau yangmemiliki indikator Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 53 Formulir Laporan.

c. Nilai Transaksi (dalam Rupiah). Nilai (dalamrupiah) transaksi yang memicu terjadinyakecurigaan atau yang memiliki indikatorTransaksi Keuangan Mencurigakan. ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 53Formulir Laporan.

d. Instrument pembayaran yang digunakan.Contoh: Cek, Bilyet Giro, transfer, dan lain-lain. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 53 Formulir Laporan.

e. Apakah menggunakan valuta asing? Pilih “Ya”atau “Tidak”.

f. Apakah walk-in customer? Pilih “Ya” atau“Tidak”.

g. Rekening yang digunakan Bertransaksi.Contoh jenis rekening: Rekening EfekReguler atau Rekening Efek Margin.

h. Kantor PJK Pelapor tempat kejadian transaksi.Adalah di kantor pusat atau kantor cabangPJK tempat terjadi Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 53 Formulir Laporan.

Pelaporan 345

i. PJK lain yang terkait dengan transaksi (bilaada). PJK lain yang terkait dengan transaksikeuangan mencurigakan.

j. Pihak ketiga yang terkait dengan transaksi(bila ada). Nama pihak lain yang terkaitdengan transaksi keuangan mencurigakan.

k. Rincian dan uraian Transaksi KeuanganMencurigakan. Uraian lengkap mengenailatar-belakang, data-data pelaku dan transaksiserta indikator-indikator mengenai sebab-sebab digolongkannya transaksi tersebutmenjadi Transaksi Keuangan Mencurigakan.

l. Kode PJK. Sesuai dengan kode (sandi) PJKyang diberikan oleh PPATK kepada masing-masing PJK.

m.Nama PJK

n. Nama dan tandatangan Pejabat PJK

III.2.1.8 Laporan TKM untuk PJK-Pedagang ValutaAsing dan Usaha Jasa Pengiriman Uang859

III.2.1.8.1Identitas Pelaku Transaksi

III.2.1.8.1.1 Perorangan.

Apabila pelaku adalah PenggunaJasa Perorangan maka yang diisiadalah isian No. 1 sampai dengan11.

1. Nama Lengkap. Namalengkap dari Pengguna JasaPerorangan sebagai pelakutransaksi.

2. Nama Panggilan/Alias.3. Jenis Kelamin.4. Tempat dan Tanggal Lahir.5. Kewarganegaraan.

859 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

346 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

6. Alamat lengkap domisili(tidak diperkenankanmenggunakan P.O. BOX).Alamat tempat tinggal yangterkini dari pemegangrekening.

7. No. Telp (dapat lebih darisatu).

8. Pekerjaan. Termasukpekerjaan seperti pelajar,mahasiswa dan ibu rumahtangga.

9. Alamat Tempat Kerja. Apabilapelajar/mahasiswa diisidengan alamat sekolah/perguruan tinggi. Apabila iburumah tangga diisi denganalamat rumah yangbersangkutan.

10. NPWP.11. Bukti Identitas yang dimiliki

(dapat lebih dari satu).

III.2.1.8.1.2 Perusahaan

Apabila pelaku adalah PenggunaJasa Perusahaan maka yang diisiadalah isian No. 12 sampaidengan 21.

12. Nama Perusahaan.13. Jenis Badan Hukum/Badan

lainnya. Contoh jenis badanhukum/badan lainnya adalahPerseroan Terbatas (PT), CV,Firma, Usaha Dagang,Yayasan, Koperasi, LembagaSwadaya Masyarakat(LSM), Partai Politik.

14. Domisili Badan Hukum/Badan lainnya. Diisi negaraasal badan hukum/badan lain

Pelaporan 347

pemegang rekening. Untukbadan hukum/badan lainyang berasal dari Indonesiatetap harus diiisi dengan“Indonesia”.

15. NPWP.16. Alamat Perusahaan (tidak

diperkenankan menggunakanP.O. BOX).

17. No Telp (dapat lebih darisatu).

18. Bidang Usaha Utama. Sesuaidengan kegiatan usaha utamadari perusahaan.

19. Izin usaha/izin lainnya dariinstansi yang berwenang.Diisi Jenis dan No. Izinsesuai dengan yang dimilikioleh perusahaan tersebut.Dapat lebih dari satu.

20. Nama Pengurus Perusahaan.Diisi sesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Bank. Bank dapatmenambahkan jumlah isianPengurus Perusahaan sesuaidengan kebutuhan.

21. Nama Pemilik/PemegangSaham Mayoritas. Diisisesuai dengan AnggaranDasar perusahaan terkiniyang ada di Bank. Bank dapatmenambahkan jumlah isianPemilik/Pemegang SahamMayoritas sesuai dengankebutuhan.

III.2.1.8.2 Rincian tentang TKM

a. Jenis Transaksi. (misal: pembelian valas,penjualan valas, pembelian TC, pengiriman

348 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

uang, penerimaan uang, dll). ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 31Formulir Laporan.

b. Tanggal Transaksi. Tanggal transaksi yangmemicu terjadinya kecurigaan atau yangmemiliki indikator Transaksi KeuanganMencurigakan. Apabila Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan terdiri darirangkaian beberapa transaksi, agar diuraikanpada No. 31 Formulir Laporan.

c. Nilai Transaksi (dalam Rupiah). Nilai (dalamrupiah) transaksi yang memicu terjadinyakecurigaan atau yang memiliki indikatorTransaksi Keuangan Mencurigakan. ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, agar diuraikan pada No. 31.

d. Instrument pembayaran yang digunakan.Contoh: Cek, Bilyet Giro, Traveller Chequeatau kas/tunai/ banknotes, dan lain-lain. ApabilaTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdilakukan terdiri dari rangkaian beberapatransaksi, harap diuraikan pada No. 31.

e. Apakah menggunakan valuta asing? Pilih “Ya”atau “Tidak”.

f. Apakah transaksi menggunakan uang tunai?Pilih “Ya” atau “Tidak”.

g. Rekening yang digunakan bertransaksi (bilaada). Dicantumkan jenis rekening misalnyaRekening Giro atau Tabungan, nama pemilikrekening, No. rekening dan nama bank.

h. Kantor PVA atau UJPU tempat kejadiantransaksi. Adalah di kantor PVA atau UJPUtempat terjadinya Transaksi KeuanganMencurigakan.

Pelaporan 349

i. PJK lain yang terkait dengan transaksi (bilaada). PJK lain yang terkait dengan TransaksiKeuangan Mencurigakan.

j. Pihak ketiga yang terkait dengan transaksi(bila ada). Nama pihak lain yang terkaitdengan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

k. Rincian dan uraian Transaksi KeuanganMencurigakan. Uraian rinci mengenai latar-belakang, data pelaku dan transaksi sertaindikator-indikator dan unsur-unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan yangdapat diidentifikasikan oleh PVA dan UJPU.Termasuk dalam uraian ini adalah hal-hal lainyang berkaitan dengan transaksi penggunajasa diantaranya PJK lain, pihak lain daninformasi mengenai orang yang melakukantransaksi atas nama pengguna jasa.

l. Kode PVA dan UJPU. Sesuai dengan kode(sandi) masing-masing PVA dan UJPU yangdiberikan oleh PPATK.

m.Nama PVA dan UJPU.

n. Nama dan tandatangan Pejabat PVA atauPejabat UJPU.

III.2.1.8.3 Kewajiban Pelaporan oleh Usaha JasaPengiriman Uang

Dalam melakukan kegiatan usaha PengirimanUang, Penyelenggara wajib melakukan hal-halsebagai berikut:

“melaporkan transaksi yang mencurigakankepada lembaga yang berwenang sesuai denganperaturan perundang-undangan yang mengaturmengenai tindak pidana pencucian uang”.860

III.2.1.9 Tenggang Waktu dan Cara PenyampaianLaporan

860 Pasal 14 huruf g Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

350 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.1.9.1 Tenggang Waktu Pelaporan TKM

Penyampaian laporan Transaksi KeuanganMencurigakan sebagaimana dimaksud dalamPasal 23 ayat (1) huruf a dilakukan sesegeramungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja setelahPihak Pelapor mengetahui adanya unsurTransaksi Keuangan Mencurigakan.861

III.2.1.9.2 Cara Penyampaian Pelaporan TKM

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, jenis,dan tata cara penyampaian laporan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)diatur dengan Peraturan Kepala PPATK.862

Dalam menyampaikan laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan (TKM), PJK dapatmelakukannya dengan cara elektronis danmanual.863

III.2.1.8.2.1 Elektronis864

Yaitu menyampaikan LaporanTransaksi keuangan Mencu-rigakan secara on-line denganmengakses server PPATK denganmenggunakan user id danpassword yang ditentukan olehPPATK.

PJK yang akan menyampaikanLaporan Transaksi Keuangansecara elektronis, harus terlebihdahulu mengajukan ”Permoho-

861 Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

862 Pasal 25 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

863 Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/KEP. PPATK/ 2003, Pedoman III: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

864 Peraturan Kepala PPATK No. 2/7/KEP. PPATK/2003, Pedoman IIIA: Tata CaraPelaporan Transaksi Keuangan Bagi Pedagang Valuta Asing dan Usaha Jasa PengirimanUang.

Pelaporan 351

nan Pelaporan Secara Elektronis”melalui e-mail ke alamat :[email protected]

PPAK akan memberikan user iddan password dan alamat serverLaporan Transaksi KeuanganMencurigakan secara individualkepada masing-masing PJK.Sepanjang PJK belum menerimauser id dan password, makapenyampaian LTKM dilakukansecara Manual.

III.2.1.8.2.2 Manual

Yaitu mengirimkan hardcopyLTKM yang telah diisi oleh PJK(sesuai dengan contoh formulirLaporan Transaksi Keuanganyang terlampir dalam PedomanIII: Tata Cara PelaporanTransaksi KeuanganMencurigakan bagi PJK) kepadaPPATK dengan alamat: Jln. Ir. H.Juanda No. 35 Jakarta 10120.

III.2.2 Transaksi Keuangan Tunai (TKT)865

Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepadaPPATK antara lain TKT dalam jumlah paling sedikitRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan matauang asing yang nilainya setara yang dilakukan, baik dalamsatu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam1 (satu) hari kerja.866

III.2.2.1 Pengertian

865 Keputusan Kepala PPATK No. 3/1/Kep.PPATK/2004, Pedoman IV: PedomanLaporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi Penyedia JasaKeuangan.

866 Pasal 23 ayat (1) huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

352 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Transaksi Keuangan Tunai adalah TransaksiKeuangan yang dilakukan dengan menggunakanuang kertas dan/atau uang logam.867

III.2.2.2 Pilihan Laporan

Laporan terdiri dari pilihan :

a. Laporan Baru

Apabila laporan ini merupakan laporan TKTbaru yang disampaikan oleh PJK.

b. Laporan Koreksi

Apabila laporan ini merupakan koreksi darilaporan TKT yang pernah disampaikan olehPJK sebelumnya.

III.2.2.3 Isi Laporan

Isi laporan TKT terdiri dari beberapa bagiansebagai berikut:

a. Identitas Pemegang Rekening/PelakuTransaksi

1) Pelaku Transaksi Pemegang Rekening

i. Identitas pelaku transaksi yangsekaligus pemegang rekening di PJKtersebut. Apabila transaksi dilakukanoleh pesuruh/kurir/messenger makayang dilaporkan adalah data pemegangrekening

ii. Nama Lengkap atau Nama PerusahaanPemegang Rekening. Nama lengkap daripemegang perorangan atau perusahaansebagai pelaku transaksi.

iii. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).iv. Alamat.v. Kota.vi. Propinsi.

867 Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 353

vii. Tanggal Lahir (tgl/bln/thn). Hanya diisibagi pemegang rekening perorangan.

viii. Pekerjaan/Profesi/Bidang Usaha (bilaperusahaan). Termasuk pekerjaanseperti pelajar, mahasiswa dan iburumah tangga. Bagi Perusahaan diisisesuai dengan kegiatan usaha utama dariperusahaan.

ix. Jenis Identitas. Bagi perusahaan diisidengan No. Izin sesuai dengan yangdimiliki oleh perusahaan tersebut (dalamkolom “Lainnya”).

x. Data Rekening.(a) Jenis Rekening.

o Untuk Bank contohnyaRekening Giro, Tabungan,Deposito dan lainnya.

o Untuk Asuransi contoh-nyajenis asuransi/ polis.

o Untuk Lembaga Pem-biayaancontohnya Con-sumer, Leasing,Factoring dan Credit.

o Untuk Dana Pensiun contohnyaRekening Kepesertaan.

o Untuk Perusahaan Efek,Manajer Investasi dan BankKustodian contohnya RekeningEfek Reguler atau RekeningEfek Margin.

(b) Nomor Rekening.

2) Pelaku Transaksi yang merupakanPerantara, Pemegang Kuasa atau Walk-inCustomer.

Diisi apabila pelaku transaksi merupakanPerantara, Pemegang Kuasa atau Walk-inCustomer yang berbeda dengan pemegangrekening pada huruf A tersebut di atas.

i. Nama Pelaku Transaksi.

Nama lengkap orang atau perusahaan

354 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pelaku transaksi.ii. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).iii. Alamat.iv. Kota.v. Propinsi.vi. Propinsi.vii. Tanggal Lahir (tgl/bln/thn). Diisi bagi

pelaku transaksi perorangan.viii. Jenis Identitas. Bagi pelaku transaksi

perusahaan diisi dengan No. Izin sesuaidengan yang dimiliki oleh perusahaantersebut (dalam kolom “Lainnya”).

b. Transaksi

1) Kas Masuk (dalam Rupiah). Nominaltransaksi penyetoran/pembayaran tunaidalam rupiah.

2) Kas Masuk dalam valuta asing equivalendalam Rupiah Nominal transaksipenyetoran/pembayaran tunai dalam valutaasing disetarakan dalam Rupiah. Nilai tukaryang digunakan adalah nilai tukar yangditetapkan oleh PJK dalam bertransaksi.Disebutkan jenis valuta asing yangdigunakan.

3) Total Seluruh Kas Masuk.4) Kas Keluar (dalam Rupiah). Nominal

transaksi penarikan/penerimaan tunai dalamrupiah.

5) Kas Keluar dalam valuta asing eq. dlmRupiah. Nominal transaksi penarikan/pembelian tunai dalam valuta asingdisetarakan dalam Rupiah. Nilai tukar yangdigunakan adalah nilai tukar yang ditetapkanoleh PJK dalam bertransaksi. Disebutkanjenis valuta asing yang digunakan.

6) Total Seluruh Kas Keluar.7) Tanggal Transaksi (tgl/bln/thn).8) Sebutkan rekening yang terkait dengan

transaksi. Apabila transaksi keuangan tunaiyang dilakukan melibatkan rekening pihak

Pelaporan 355

lain dan PJK memiliki informasi tersebut.9) Sebutkan informasi lainnya (bila ada).

c. Tempat terjadinya Transaksi

1) Nama Kantor PJK tempat terjadinyatransaksi.

2) Alamat PJK tempat terjadinya transaksi.3) Nama dan Pejabat PJK yang Melaporkan.4) Tanda tangan Pejabat PJK.

III.2.2.4 Pengecualian

Kewajiban pelaporan TKT sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b tidak berlaku untukTransaksi yang dikecualikan.868

III.2.2.4.1 TKT yang dikecualikan869

a. Transaksi yang dilakukan olehpenyedia jasa keuangan denganpemerintah dan bank sentral;

b. Transaksi untuk pembayaran gajiatau pensiun; dan

c. Transaksi lain yang ditetapkan olehKepala PPATK atau ataspermintaan penyedia jasa keuanganyang disetujui oleh PPATK.

Yang dimaksud dengan “Transaksidengan pemerintah” adalah Transaksiyang menggunakan rekeningpemerintah, dan dilakukan untuk danatas nama pemerintah yaitupemerintah pusat, pemerintah daerah,kementerian, lembaga pemerintahnon-kementerian atau badan-badanpemerintah lainnya, namun tidak

868 Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

869 Pasal 23 ayat (4) huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

356 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

termasuk badan usaha milik negara/daerah. 870

Yang dimaksud dengan “Transaksilain” adalah transaksi-transaksi yangdikecualikan sesuai dengankarakteristiknya selalu dilakukan dalambentuk tunai dan dalam jumlah yangbesar, misalnya setoran rutin olehpengelola jalan tol atau pengelolasupermarket.

Selain berdasarkan jenis transaksi,Kepala PPATK dapat menetapkantransaksi lain yang dikecualikanberdasarkan besarnya jumlahtransaksi, bentuk atau wilayah kerjaPihak Pelapor tertentu. Pember-lakukan pengecualian tersebut dapatdilakukan baik untuk waktu yang tidakterbatas (permanen) maupun untukwaktu tertentu.871

III.2.2.4.2 Jenis-jenis TKT yang dikecualikan

III.2.2.4.2.1 Kewajiban pelaporan atasTransaksi Keuangan Tunaisebagaimana dimaksud pada pasal23 ayat (1) huruf b UU PP TPPUdikecualikan terhadap: 872

a. Transaksi yang dilakukan olehpenyedia jasa keuangan denganpemerintah dan bank sentral;

b. Transaksi untuk pembayarangaji atau pensiun; dan

870 Penjelasan Pasal 23 ayat (4) huruf a Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

871 Penjelasan Pasal 23 ayat (4) huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

872 Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 357

c. Transaksi lain yang ditetapkanoleh Kepala PPATK atau ataspermintaan penyedia jasakeuangan yang disetujui olehPPATK.

III.2.2.4.2.2 Kewajiban pelaporan sebagai-manadimaksud pada pasal 23 ayat (1)huruf b tidak berlaku untukTransaksi yang dikecualikan. 873

III.2.2.4.3 Jenis usaha atau pihak tertentuyang dikecualikan

Jenis usaha atau pihak tertentu yangdikecualikan dari kewajiban pelaporanTransaksi Keuangan Tunai :

a. Pengelola jalan tol;b. Supermaket, hypermarket,

department store dan usaha sejenisdengan nama lain;

c. Pengelola jasa perparkiran;d. Stasiun pengisain bahan bakar

umum (SPBU);e. International Air Transport

Association (IATA);f. Perwakilan negara asing;g. Organisasi organisasi internasional

yang anggotanya misalnya PBB,IMF, ADB, World Bank;

h. Maskapai penerbangan;i. Lembaga pendidikan formal;j. Operator telekomunikasi;k. Pengelola rumah sakit;l. Penyedia tenaga listrik

III.2.2.4.4 Cara Penetapan Transaksi YangDikecualikan

Penetapan Transaksi Yang

873 Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

358 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dikecualikan sebagaimana dimaksudpada angka 1 huruf e dilakukandengan cara:

a. Berdasarkan keputusan KepalaPPATK untuk menetapkan suatutransaksi dikecualikan dariLaporan Transaksi KeuanganTunai. Keputusan Kepala PPATKditentukan dengan berdasarkanpada besarnya jumlah transaksi,bentuk PJK tertentu, atau wilayahkerja PJK tertentu. Pemberlakuanpengecualian tersebut dapatdilakukan untuk seluruh PJK dan/atau PJK tertentu baik untuk jangkawaktu yang tidak terbatas(permanen) maupun untuk jangkawaktu tertentu.

b. Berdasarkan permohonan dari PJKkarena pertimbangan nasabah dariPJK tersebut secara rutinmelakukan transaksi tunai dandalam jumlah besar yang sesuaidengan profil nasabah dankarakteristik usahanya. KepalaPPATK dengan berbagai pertim-bangan dapat menyetujui ataumenolak permohonan pengecualianPelaporan Transaksi KeuanganTunai yang diajukan oleh PJK.

Transaksi Keuangan Tunai lainnyayang dikecualikan dari kewajibanpelaporan kepada PPATK adalah874 :

a. Transaksi antar PJK dalam rangkakegiatan usahanya masing-masing.

874 Keputusan Kepala PPATK No. 3/1/Kep.PPATK/2004, Pedoman IV: PedomanLaporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi Penyedia JasaKeuangan.

Pelaporan 359

b. Transaksi rutin yang dilakukansecara harian, mingguan, danbulanan dari jenis usaha atau pihaktertentu.

III.2.2.4.5 Permintaan Permohonan Penge-cualian TKT

III.2.2.4.5.1 Penetapan Transaksi YangDikecualikan sebagaimanadimaksud pada angka 1 huruf edilakukan dengan cara:

a. Berdasarkan keputusan KepalaPPATK untuk menetapkan suatutransaksi dikecualikan dariLaporan Transaksi KeuanganTunai. Keputusan KepalaPPATK ditentukan denganberdasarkan pada besarnyajumlah transaksi, bentuk PJKtertentu, atau wilayah kerja PJKtertentu. Pemberlakuanpengecualian tersebut dapatdilakukan untuk seluruh PJKdan/atau PJK tertentu baikuntuk jangka waktu yang tidakterbatas (permanen) maupununtuk jangka waktu tertentu.

b. Berdasarkan permohonan dariPJK karena pertimbangannasabah dari PJK tersebutsecara rutin melakukantransaksi tunai dan dalam jumlahbesar yang sesuai dengan profilnasabah dan karakteristikusahanya. Kepala PPATKdengan berbagai pertimbangandapat menyetujui atau menolakpermohonan pengecualianPelaporan Transaksi KeuanganTunai yang diajukan oleh PJK.

360 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.2.4.5.2 PJK Dapat Mengajukan PermintaanPengecualian.875

a. Ketentuan Umum

PJK dapat mengajukanpermintaan pengecualiankewajiban pelaporan TransaksiKeuangan Tunai kepada KepalaPPATK.876

b. Prosedur

Permintaan pengecualiankewajiban pelaporan TransaksiKeuangan Tunai disampaikanoleh PJK kepada KepalaPPATK.877

c. Dokumen pendukung

Permintaan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) disertaidokumen pendukung sebagaiberikut:

1) Profil lengkap nasabah sesuaidengan persyaratan minimalyang diatur dalam ketentuantentang Prinsip MengenalNasabah yang meliputiidentitas nasabah, pekerjaanatau bidang usaha, jumlahpenghasilan, rekening yangdimiliki, aktivitas transaksinormal dan tujuanpembukaan rekening;

2) Data salinan transaksi ataurekening koran 3 (tiga) bulanterakhir;

875 Pasal 8 ayat 2 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.876 Pasal 6 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.877 Pasal 8 ayat 1 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.

Pelaporan 361

3) Pertimbangan yang men-dasari permintaan penge-cualian Laporan TransaksiKeuangan Tunai yangdidasarkan kepada hasilanalisis dan due-dilligenceoleh PJK.

III.2.2.4.6 Jawaban PPATK

Jawaban terhadap permintaan PJKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8ayat (1) tidak diberikan kepadaindividual permohonan PJK, tetapidalam bentuk penyempurnaan Pasal5 Keputusan ini.878

Sebelum perubahan Keputusansebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dikeluarkan oleh PPATK, PJK tetapwajib melaporkan Transaksi KeuanganTunai lainnya kepada PPATK.879

III.2.2.4.7 Alamat Permintaan880

Permintaan pengecualian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 dikirimkankepada PPATK dengan alamat:

Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan (PPATK):

Jl. Ir. H. Juanda No. 35, Jakarta10120.

III.2.2.4.8 Kriteria Transaksi KeuanganTunai Yang Dapat Diajukan UntukDikecualikan

Kriteria Transaksi Keuangan Tunaiyang dapat diajukan oleh PJK kepada

878 Pasal 9 ayat 1 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.879 Pasal 9 ayat 2 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.880 Pasal 10 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.

362 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Kepala PPATK untuk dikecualikan darikewajiban pelaporan adalah sebagaiberikut:

a. Transaksi Keuangan Tunaidilakukan oleh nasabah yang telahmenjadi nasabah PJK sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan secaraterus menerus;

b. Transaksi Keuangan Tunai yangmerupakan transaksi rutin yaitutransaksi yang dilakukan secaraharian, mingguan atau bulanan; dan

c. Transaksi Keuangan Tunai yangterkait secara langsung dengankegiatan usaha nasabah dan sesuaidengan karakteristik usaha yangumumnya dilakukan secaratunai.881

III.2.2.4.9 Kewajiban Menyimpan DaftarTransaksi Yang dikecualikan.

Penyedia jasa keuangan wajibmembuat dan menyimpan daftarTransaksi yang dikecualikansebagaimana dimaksud dalam Pasal23 ayat (4). 882

Penyedia jasa keuangan yang tidakmembuat dan menyimpan daftarTransaksi yang dikecualikansebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenai sanksi administratif . 883

881 Pasal 7 Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.882 Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.883 Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 363

III.2.3 International Fund Transfer Iinstruction (IFTI)

Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan ke luar negeri. 884

Besarnya jumlah Transaksi Keuangan transfer dana dari dan keluar negeri yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada pasal23 ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Kepala PPATK. 885

Penyampaian laporan Transaksi transfer dana dari dan ke luar negerisebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c dilakukanpaling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggalTransaksi dilakukan.886

III.2.4 Laporan Transaksi oleh Penyedia Barang dan/atau Jasa

Penyedia barang dan/atau jasa lain sebagaimana dimaksud dalamPasal 17 ayat (1) huruf b wajib menyampaikan laporan Transaksiyang dilakukan oleh Pengguna Jasa dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara denganRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) kepada PPATK.887

Laporan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejaktanggal Transaksi dilakukan.888

Penyedia barang dan/atau jasa lain yang tidak menyampaikanlaporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) dikenai sanksi administratif.889

III.2.5 Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) dan BearerNegotiabel Instrument (BNI)

III.2.5.1 Pengertian Umum

884 Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

885 Pasal 23 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

885 Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

887 Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

888 Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

889 Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

364 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.5.1.1 Uang tunai

Adalah uang kertas maupun uang logam,baik berupa uang rupiah maupun mata uangasing yang dikeluarkan oleh suatu otoritastertentu yang berlaku sebagai alatpembayaran yang sah.890

III.2.5.1.2 Uang rupiah

Adalah uang kertas maupun uang logamyang merupakan alat pembayaran yang sahdi negara Republik Indonesia.

III.2.5.1.3 Mata uang asing

Adalah uang kertas maupun uang logamyang merupakan alat pembayaran yang sahdi negara asal mata uang bersangkutan.

III.2.5.1.4 Setiap orang

Adalah orang perseorangan atau korporasiyaitu kumpulan orang dan/atau kekayaanyang terorganisasi, baik merupakan badanhukum maupun bukan badan hukum.

III.2.5.1.5 Membawa uang tunai

Adalah mengeluarkan atau memasukkanuang tunai yang dilakukan dengan caramembawa sendiri atau melalui pihak lain,dengan atau tanpa menggunakan saranapengangkut.

III.2.5.1.6 Daerah pabean

Adalah wilayah Republik Indonesia yangmeliputi wilayah darat, perairan dan ruangudara di atasnya serta tempat-tempattertentu di zona ekonomi eksklusif danlandas kontinen yang di dalamnya berlaku

890 Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005 tentang TataLaksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

Pelaporan 365

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995tentang Kepabeanan.

III.2.5.1.7 Izin Bank Indonesia

Adalah surat izin tertulis dari BankIndonesia atas pembawaan uang rupiahdalam jumlah tertentu keluar Daerah Pabeansebagaimana diatur dalam Peraturan BankIndonesia Nomor 4/8/PBI/2002 tentangPersyaratan dan Tata Cara Membawa UangRupiah Keluar atau masuk Wilayah PabeanRepublik Indonesia.

III.2.5.1.8 Customs Declaration (BC 2.2)

Adalah pemberitahuan pabean oleh awaksarana pengangkut dan penumpang yangmasuk ke dalam Daerah Pabean.

III.2.5.1.9 Pemberitahuan Pembawaan Uang TunaiKeluar Daerah Pabean (BC 3.2)

Adalah dokumen yang wajib diisi oleh setiappemegang paspor yang pada saatkeberangkatannya membawa uang tunaiberupa rupiah sejumlah Rp. 100.000.000,00(seratus juta rupiah) atau lebih, atau matauang asing yang nilainya setara dengan itu,keluar dari Daerah Pabean.

III.2.5.1.10 Pejabat Bea dan Cukai

Adalah pegawai Diraktorat Jenderal Bea danCukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentuuntuk melaksanakan tugas tertentuberdasarkan Undang-undang Nomor 10Tahun 1995.

III.2.5.1.11 Bilyet giro

Adalah suatu alat pembayaran berbentuksurat perintah nasabah yang telahdistandarisir bentuknya, kepada bankpenyimpan dana untuk memindahbukukansejumlah dana dari rekening yang

366 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

bersangkutan kepada pihak penerima yangdisebutkan namanya pada bank yang samaatau pada bank lainnya.891

III.2.5.2 Kewajiban Pelaporan

Setiap orang yang membawa uang tunai dalam matauang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atauinstrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cekperjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro palingsedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau yangnilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerahpabean Indonesia wajib memberitahukannya kepadaDirektorat Jenderal Bea dan Cukai.892

III.2.5.3 Kewajiban Pelaporan oleh Bea dan Cukai KepadaPPATK

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai wajib membuat laporanmengenai pembawaan uang tunai dan/atau instrumenpembayaran lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan menyampaikannya kepada PPATK paling lama 5(lima) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan.893

PPATK dapat meminta informasi tambahan dari DirektoratJenderal Bea dan Cukai mengenai pembawaan uang tunaidan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimanadimaksud pada ayat (1).894

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus membuatlaporan mengenai pengenaan sanksi administratifsebagaimana dimaksud pada pasal 35 ayat (1) dan ayat(2) dan menyampaikannya kepada PPATK paling lama 5(lima) hari kerja sejak sanksi administratif ditetapkan.895

891 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir/1995 tentang BilyetGiro.

892 Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

893 Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

894 Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

895 Pasal 35 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 367

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai wajib menyampaikanlaporan tentang informasi pembawan uang tunai beruparupiah sejumlah Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)atau lebih, atau mata uang asing yang nilainya setaradengan itu, kepada Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan sebagaimana contoh dalamLampiran II Keputusan Direktur Jenderal ini.896

III.2.5.4 Permintaan Informasi oleh PPATK Kepada Bea danCukai

PPATK dapat meminta informasi tambahan dari DirektoratJenderal Bea dan Cukai mengenai pembawaan uang tunaidan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimanadimaksud pada pasal 34 ayat (1).897

III.2.5.5 Kewajiban Lainnya Terkait Pembawaan Uang Tunai

III.2.5.5.1 Ijin Bank Indonesia

Setiap orang yang membawa Uang Rupiahsebesar Rp.100.000.000,00 (seratus jutaRupiah) atau lebih keluar wilayah pabeanRepublik Indonesia, wajib terlebih dahulumemperoleh izin dari Bank Indonesia.898

Kewajiban pelaporan atas pembawaan UangRupiah keluar atau masuk wilayah RepublikIndonesia sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratusjuta Rupiah) atau lebih, sebagaimana diaturdalam Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana PencucianUang, tidak menghapuskan kewajiban untukmemperoleh izin Bank Indonesia, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 dan kewajiban untukmemeriksakan keaslian uang, sebagaimanadimaksud dalam pasal 3.899

896 Pasal 11 ayat 1 Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor : 01/BC/2005.897 Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.898 Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang Pemantauan Kegiatan

Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.899 Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang Pemantauan Kegiatan

Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

368 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.2.5.5.2 Wajib Memeriksa Keaslian Uang

Setiap orang yang membawa Uang Rupiahsebesar Rp.100.000.000,00 (seratus jutaRupiah) atau lebih masuk wilayah pabeanRepublik Indonesia, wajib terlebih dahulumemeriksakan keaslian uang tersebut kepadapetugas Bea dan Cukai di tempatkedatangan.900

III.2.5.5.3 Penyampaian oleh Bea Cukai Kepada PPATK

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai wajibmenyampaikan laporan tentang pelanggaranatas Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1)kepada Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan sebagaimana contohdalam Lampiran III Keputusan DirekturJenderal ini.901

III.2.5.5.4 Jangka waktu Penyampaian Oleh Bea CukaiKepada PPATK

Penyampaian laporan tentang informasipembawaan uang tunai, sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambatdalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja.902

Penyampaian laporan tentang adanyapelanggaran, sebagaimana dimaksud padaayat (2), dilakukan paling lambat 5 (lima) harikerja setelah terjadinya pelanggaran.903

III.2.5.6 Pencegahan oleh Bea dan Cukai

Pejabat Bea dan Cukai mencegah setiap uangtunai berupa rupiah sejumlah Rp.

900 Pasal 3 Peraturan Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

901 Pasal 11 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

902 Pasal 11 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

903 Pasal 11 ayat (5) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

Pelaporan 369

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ataulebih, atau mata uang asing yang nilainyasetara dengan itu, yang dimasukkan ke dalamatau dikeluarkan dari Daerah Pabean dengantidak mengikuti ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3.904

III.2.5.7 Kewajiban Bea Cukai Terkait Pencegahan

Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakanpencegahan wajib:

a. membuat Berita Acara Pencegahan;

b. menyampaikan Surat Bukti Pencegahankepada Pemberitahu dengan tandapenerimaan berupa pembubuhan tanggaldan tanda tangan setelah dilakukan tindakanpencegahan;

c. membuat catatan atau keteranganseperlunya dalam hal pemberitahu tidakbersedia membubuhkan tanda tangan;

d. menyerahkan uang dan pemberitahukepada Kepolisian Republik Indonesiadengan Berita Acara Serah Terima.905

III.2.5.8 Kewajiban Bea Cukai Menyampaikan LaporanKepada Bank Indonesia.

Kantor Pelayanan Bea dan Cukaimenyampaikan laporan tentang pengenaansanksi administrasi terhadap pembawaan uangtunai berupa rupiah, sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3) kepadaBank Indonesia yang wilayahnya meliputiKantor Pelayanan Bea dan Cukai yangbersangkutan sebagaimana contoh dalam

904 Pasal 10 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

905 Pasal 10 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

370 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Lampiran IV Keputusan Direktur JenderalNomor –01/Bc/2005.906

III.3 Sanksi Administratif terkait kewajiban pelaporan oleh pihakpelapor

III.3.1 Pihak yang berwenang

Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 25 ayat (4) dan Pasal 27 ayat (3) dilakukanoleh Lembaga Pengawas dan Pengatur sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.907

Dalam hal Lembaga Pengawas dan Pengatur sebagaimanadimaksud pada ayat (1) belum dibentuk, pengenaan sanksiadministratif terhadap Pihak Pelapor dilakukan olehPPATK.908

III.3.1.1 Dilakukan oleh Lembaga Pengawas danPengatur (LPP) terhadap :

a. Bank

1) Bank Umum

i. Sanksi Bagi Bank yang TerlambatMelaporkan

Bank yang terlambat menyampaikanpedoman sebagaimana dimaksud dalamPasal 45 huruf b serta laporanTransaksi Keuangan Mencurigakansebagaimana dimaksud dalam Pasal 46ayat (1), dikenakan sanksi kewajibanmembayar sebesar Rp1.000.000,00(satu juta rupiah) per hari keterlambatanper laporan.909

906 Pasal 11 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

907 Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

908 Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

909 Pasal 50 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pelaporan 371

ii. Sanksi Bagi Bank yang BelumMenyampaikan Pedoman atau LTKM

Bank yang belum menyampaikanpedoman atau laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dalam waktulebih 1 (satu) bulan sejak batas akhirwaktu penyampaian dikenakan sanksiberupa teguran tertulis dan kewajibanmembayar sebesar Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).910

iii. Sanksi Bagi Bank yang TidakMelaksanakan Komitmen Hasil TemuanBI

Bank yang:

(1) tidak melaksanakan komitmenpenyelesaian hasil temuanpemeriksaan Bank Indonesia dalamkurun waktu waktu 2 (dua) kalipemeriksaan; dan/atau

(2) tidak melaksanakan komitmenyang telah dituangkan dalamrencana kegiatan pengkinian datasebagaimana dimaksud dalamPasal 27 ayat (2) huruf b,dikenakan sanksi administratifberupa kewajiban membayar palingbanyak sebesar Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah).911

iv. Sanksi Administratif Bagi Bank

Bank yang tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6

910 Pasal 50 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

911 Pasal 50 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

372 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ayat (3), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal19, Pasal 21 ayat (1), ayat (4), dan ayat(6), Pasal 22 ayat (2), Pasal 23 ayat(1), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 24,Pasal 25 ayat (3), Pasal 26 ayat (1),Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29 ayat (1),ayat (2), dan ayat (4), Pasal 30, Pasal31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal35, Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39, Pasal40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal44, Pasal 45, Pasal 48, Pasal 49, dan/atau Pasal 51 Peraturan Bank Indonesiaini dan ketentuan pelaksanaan terkaitlainnya dapat dikenakan sanksiadministratif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 52 Undang-undang Nomor7 Tahun 1992 tentang Perbankansebagaimana telah diubah denganUndang-undang Nomor 10 Tahun 1998dan Pasal 58 Undang-undang Nomor21 Tahun 2008 tentang PerbankanSyariah, antara lain berupa:

a. teguran tertulis;b. penurunan tingkat kesehatan Bank;c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;d. pencantuman anggota pengurus,

pegawai Bank, dan/atau pemegangsaham dalam daftar pihak-pihak yangmendapat predikat tidak lulus dalampenilaian kemampuan dan kepatutanatau dalam catatan administrasi BankIndonesia sebagaimana diatur dalamketentuan Bank Indonesia yangberlaku; dan/atau

e. pemberhentian pengurus Bank.912

912 Pasal 50 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pelaporan 373

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

b. Pasar Modal

i. Sanksi administratif

Bapepam mengenakan sanksi administratifatas pelanggaran Undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya yangdilakukan oleh setiap Pihak yangmemperoleh izin, persetujuan, ataupendaftaran dari Bapepam.913

Sanksi administratif sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. peringatan tertulis;b. denda yaitu kewajiban untuk membayar

sejumlah uang tertentu;c. pembatasan kegiatan usaha;d. pembekuan kegiatan usahae. pencabutan izin usahaf. pembatalan persetujuang. pembatalan pendaftaran.914

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksiadministratif sebagaimana dimaksud dalampasal 102 ayat (1) dan ayat (2) ditetapkandengan Peraturan Pemerintah.915

ii. Kemungkinan Pengenaan Sanksi Pidana

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidanadi bidang Pasar Modal dan peraturanperundang-undangan terkait lainnya,Bapepam dan LK dapat mengenakansanksi terhadap setiap Pihak yangmelanggar ketentuan peraturan initermasuk Pihak yang menyebabkanterjadinya pelanggaran tersebut.

913 Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.914 Pasal 102 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.915 Pasal 102 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

374 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c. Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB)

1) Ketentuan Umum

Pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, Pasal9, Pasal 10, , Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15,Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19 ayat(I), Pasal 19 ayat (2) , Pasal 19 ayat (3),Pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal24, pasal 25, pasal 26, pasal 27, Pasal 28,Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, pasal33, pasal 34, dan pasal 40 Peraturan MenteriKeuangan ini dikenakan sanksiadministratif.916

Lembaga Pembiayaan dan PerusahaanPerasuransian yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan sanksi administratif secarabertahap berupa917 :

a. Peringatan;b. Pembatasan/Pembekuan Kegiatan Usaha;c. Pencabutan izin usaha

Dana Pensiun yang melanggar ketentuanketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) kecuali pasal 9 dan pasal 10 dikenakansanksi administratif berupa918 :

a. Peringatan;b. Penggantian pelaksana tugas pengurus.

2) Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif

Tata cara dan jangka waktu pengenaan

916 Pasal 36 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

917 Pasal 36 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

918 Pasal 36 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Pelaporan 375

setiap sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),disesuaikan dengan jenis LembagaKeuangan Non Bank dan jenispelanggarannya.919

Segala sanksi yang telah dikenakanberdasarkan Peraturan Menteri KeuanganNo.74/PMK.012/2006 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah bagi LembagaKeuangan Non Bank dinyatakan tetap sahdan berlaku.920

LKNB yang belum dapat mengatasipenyebab dikenankannya sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan sanksi lanjutan sesuai denganperaturan perundang-undangan.921

d. Pedagang Valuta Asing (PVA)

1) Sanksi Pelanggaran oleh PVA.

i. Ketentuan Umum

Dalam hal PVA bank melakukanpelanggaran terhadap ketentuan yangdiatur dalam Peraturan Bank Indonesiaini, Bank Indonesia mengenakan sanksisesuai peraturan perundang-undanganyang berlaku.922

ii. Pengenaan Sanksi Bagi PVA

PVA yang melakukan pelanggaranterhadap ketentuan sebagaimana

919 Pasal 36 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

920 Pasal 37 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

921 Pasal 37 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

922 Pasal 33 Peraturan Bank Indonesia No. 6/1/PBI/2004 tentang Pedagang ValutaAsing.

376 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dimaksud dalam Pasal 30 dikenakansanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.923

e. Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU)

1) Dalam melakukan kegiatan usahaPengiriman Uang, Penyelenggara wajibmelakukan hal-hal sebagai berikut:

a. melakukan pencatatan transaksiPengiriman Uang;

b. menyampaikan laporan secara berkalamaupun insidentil kepada BankIndonesia;

c. menyampaikan laporan secara tertuliskepada Bank Indonesia apabila terjadiperubahan pengurus, dengan dilengkapisurat pernyataan dari pengurus baru yangdituangkan dalam akta otentiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 10huruf b dan Pasal 11 huruf b;

d. menjamin bahwa Uang yang diserahkanoleh Pengirim disampaikan dan diterimaoleh Penerima yang berhak dalam waktuyang telah disepakati;

e. memberikan informasi kepada Pengirimsehubungan dengan Pengiriman Uangyang bersangkutan;

f. menyimpan dokumen yang terkaitdengan Pengiriman Uang sesuai denganperaturan perundang-undangan yangmengatur dokumen perusahaan; dan

g. melaporkan transaksi yang mencurigakankepada lembaga yang berwenang sesuaidengan peraturan perundang-undanganyang mengatur mengenai tindak pidanapencucian uang.924

923 Pasal 32 Peraturan Bank Indonesia No. 6/1/PBI/2004 tentang Pedagang Valuta Asing.924 Pasal 14 Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang Kegiatan Usaha

Pengirimann Uang.

Pelaporan 377

2) Sanksi Tidak Melakukan PencatatanTransaksi Pengiriman Uang (Pasal 14, Pasal26, 27).

Penyelenggara yang melanggar ketentuanPasal 13, Pasal 14 huruf a sampai denganhuruf f, dan Pasal 23 dikenakan sanksiberupa teguran tertulis.925

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)hari kalender sejak tanggal teguran tertulissebagaimana dimaksud pada ayat (1)Penyelenggara tetap tidak melaksanakanketentuan Pasal 13, Pasal 14 huruf a sampaidengan huruf f, dan Pasal 23,Penyelenggara dikenakan sanksi berupateguran tertulis kedua.926

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)hari kalendar sejak tanggal teguran tertuliskedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2)Penyelenggara tetap tidak memenuhiketentuan dalam Pasal 13, Pasal 14 huruf asampai dengan huruf f, dan Pasal 23,Penyelenggara dikenakan sanksi sebagaiberikut:

a. Dalam hal Penyelenggara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) hurufb berupa Bank maka dikenakan sanksidalam rangka pengawasan bank sesuaiketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal Penyelenggara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) hurufa, b, dan huruf c berupa selain Bankmaka dikenakan sanksi berupapencabutan izin kegiatan usaha

925 Pasal 26 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengirimann Uang.

926 Pasal 26 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengirimann Uang.

378 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pengiriman Uang dan penghapusan dariDaftar Penyelenggara.927

Penyelenggara yang melanggar ketentuanPasal 14 huruf g, dikenakan sanksi olehlembaga yang berwenang sesuai peraturanperundang-undangan yang mengaturmengenai tindak pidana pencucian uang.928

Bank Indonesia dapat mengenakan sanksipencabutan izin kegiatan usaha PengirimanUang terhadap Penyelenggara sebagaimanadimaksud pada ayat (1).929

3) Sanksi Tidak Memberikan Data atauKeterangan dalam rangka penagawasan

Penyelenggara yang tidak memberikanketerangan, data, hal-hal lain yangdiperlukan dalam rangka pengawasan, dan/atau tidak memberi kesempatan pengawasuntuk melakukan pengawasan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 ayat (2), dikenakansanksi penghentian kegiatan sebagaiPenyelenggara.930

III.3.1.2 Dilakukan oleh PPATK

Dalam hal Pengawasan Kepatuhan atas kewajibanpelaporan sebagaimana dimaksud pada pasal 30ayat (1) tidak dilakukan atau belum terdapatLembaga Pengawas dan Pengatur, PengawasanKepatuhan atas kewajiban pelaporan dilakukanoleh PPATK.931

927 Pasal 26 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengirimann Uang.

928 Pasal 27 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengirimann Uang.

929 Pasal 27 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengirimann Uang.

930 Pasal 29 Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang Kegiatan UsahaPengirimann Uang.

931 Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pelaporan 379

Hasil pelaksanaan Pengawasan Kepatuhan yangdilakukan oleh Lembaga Pengawas dan Pengatursebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (1)disampaikan kepada PPATK.932

Tata cara pelaksanaan Pengawasan Kepatuhansebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (1) danayat (2) diatur oleh Lembaga Pengawas danPengatur dan/atau PPATK sesuai dengankewenangannya.933

III.4 Kerahasiaan Perbankan

Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh Penyedia Jasa Keuangan yangberbentuk bank, dikecualikan dari ketentuan rahasia banksebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengaturmengenai rahasia bank.934

Penyedia Jasa Keuangan, pejabat, serta pegawainya tidak dapatdituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaankewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.935

III.5 Sanksi terkait Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai dan BNI.

III.5.1 Sanksi administratif

III.5.1.1 Pelanggaran Pasal 2 PBI No. 2/PBI/2002

Setiap orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dikenakansanksi administratif berupa denda sebesar 10%(sepuluh per seratus) dari jumlah Uang Rupiahyang dibawa, dengan batas maksimal pengenaansanksi sebesar Rp.300.000.000,00 (tiga ratusjuta Rupiah).936

932 Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

933 Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

934 Pasal 14 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

935 Pasal 15 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

936 Pasal 6 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

380 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

III.4.1.2 Pelanggaran Pasal 3 PBI No. 2/PBI/2002

Setiap orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dikenakansanksi administratif berupa denda sebesar 10%(sepuluh per seratus) dari jumlah Uang Rupiahyang dibawa, dengan batas maksimal pengenaansanksi sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratusjuta Rupiah).937

III.4.1.3 Pelanggaran Pasal 4 ayat (2) PBI No. 2/PBI/2002

Setiap orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)huruf c, dikenakan sanksi administratif berupadenda sebesar 10% (sepuluh per seratus) darijumlah yang dibawa setelah dikurangi denganjumlah yang diberikan izin, dengan batasmaksimal pengenaan sanksi sebesar Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta Rupiah).938

III.4.1.4 Pengembalian Sisa Uang

Sisa Uang Rupiah setelah dikenakan sanksiadministratif berupa denda sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 dikembalikan kepadapihak yang dikenakan sanksi.939

Uang Rupiah yang dikembalikan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) hanya dapat dibawakeluar wilayah pabean Republik Indonesiasetelah memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2.940

937 Pasal 6 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

938 Pasal 6 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

939 Pasal 7 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

940 Pasal 7 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang PemantauanKegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

Pelaporan 381

III.4.1.5 Denda di Setor ke Kas Negara

Sanksi administratif berupa denda sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 merupakan penerimaannegara yang harus disetor ke Kantor KasNegara.941

III.4.1.6 Sanksi Pembawaan Uang Tunai Tanpa IjinBank Indonesia

Setiap orang yang membawa uang tunai beruparupiah sejumlah Rp.100.000.000,00 (seratusjuta rupiah) atau lebih keluar Daerah Pabeantanpa dilengkapi dengan izin Bank Indonesiadikenai sanksi administrasi berupa dendasebesar 10% dari jumlah uang yang dibawa.942

III.4.1.7 Sanksi Jika Dana Yang Dibawa Lebih Besardari yang Dimohonkan Ijin

Setiap orang yang membawa uang tunai beruparupiah sejumlah Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah) atau lebih keluar Daerah Pabean yangdilengkapi dengan izin Bank Indonesia, tetapijumlah uang yang dibawa lebih besar daripadajumlah uang yang tertera dalam izin tersebut,dikenai sanksi administrasi berupa dendasebesar 10% dari jumlah selisih uang yangdibawa dengan jumlah uang yang tertera dalamizin Bank Indonesia.943

III.4.1.8 Sanksi Pembawaan uang Tunai tanpaPemeriksaan keaslian Uang

Setiap orang yang membawa uang tunai beruparupiah sejumlah Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah) atau lebih ke dalam Daerah Pabean yang

941 Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang Pemantauan KegiatanLalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

942 Pasal 7 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: 01/Bc/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

943 Pasal 7 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: 01/Bc/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

382 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tidak memeriksakan keasliannya kepada PejabatBea dan Cukai, sebagaimana dimaksud padaPasal 3 ayat (3), dikenai sanksi administrasiberupa denda sebesar 10% dari jumlah uangytang dibawa.944

III.4.1.9 Batas Maksimal Pengenaan Sanksi

Batas maksimal pengenaan sanksi administrasisebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan(3) adalah sebesar Rp. 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).945

~o~

944 Pasal 7 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: 01/Bc/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

945 Pasal 7 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: 01/Bc/2005tentang Tata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

Pengawasan Kepatuhan 383

BAB IVPENGAWASAN KEPATUHAN

Bab IV ini memberi gambaran mengenai pengawasan kepatuhan oleh LembagaPengawas dan Pengatur (LPP) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dalam penerapanprinsip mengenali pengguna jasa dan kewajiban pelaporan

384 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

IV.1 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Prinsip Mengenal PenggunaJasa ........................................................................................................ 388IV.1.1 Pihak yang berwenang untuk mengeluarkan pedoman dan

melakukan pengawasan terhadap prinsip mengenalipengguna jasa ......................................................................... 388IV.1.1.1 Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP).............. 388IV.1.1.2 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

keuangan (PPATK).................................................. 388IV.1.2 Prinsip mengenali pengguna jasa ....................................... 388

IV.1.2.1 Ketentuan Umum Mengenali Prinsip PenggunaJasa ........................................................................... 389IV.1.2.1.1 Identifikasi pengguna jasa ............... 389IV.1.2.1.1.1 Jika melakukan hubungan usaha,

setiap orang wajib memberikanidentintas lengkap kepada PJK ........ 389

IV.1.2.1.1.2 PJK wajib memastikan peng-gunajasa bertindak untuk siapa ............... 390

IV.1.2.1.1.3 PJK wajib menyimpan catatan dandokumen ............................................. 390

IV.1.2.1.2 Verifikasi pengguna jasa ................... 391IV.1.2.1.2.1 Bukti identitas nasabah .................... 391IV.1.2.1.2.2 Pemutusan hubungan usaha ........... 392IV.1.2.1.3 Pemantauan transaksi pengguna

jasa ...................................................... 392IV.1.2.1.3.1 Hal-hal pokok untuk menganalisis

suatu transaksi ................................... 392IV.1.2.1.3.2 Penundaan Transaksi oleh PJK atas

inisiatif sendiri .................................... 393IV.1.2.2 PJK-Industri Perbankan: Bank Umum .................. 395

IV.1.2.2.1 Identifikasi Nasabah .......................... 395IV.1.2.2.2 Identifikasi Transaksi ........................ 398IV.1.2.2.2.1 Pemantauan dan Penentuan transaksi

keuangan yang mencu-rigakan ....... 398IV.1.2.2.3 Kewajiban untuk membuat sistem

informasi ............................................. 403IV.1.2.2.4 Kewajiban pembentukan unit kerja

khusus/pejabat APU dan PPT.......... 407IV.1.2.2.5 Tanggung Jawab unit kerja khusus/

pejabat APU dan PPT ...................... 407

Pengawasan Kepatuhan 385

IV.1.2.2.6 Kewajiban Membuat Pedoman AntiPencucian Uang dan PencegahanPendanaan Tero-risme ........... 408

IV.1.2.2.7 Kewajiban Melaksanakan ProgramPelatihan Prinsip MengenalNasabah .............................................. 409

IV.1.2.3 PJK- Industri Perbankan: Bank PerkreditanRakyat ....................................................................... 413IV.1.2.3.1 Identifikasi Nasabah ......................... 413IV.1.2.3.2 Identifikasi Transaksi ........................ 416

1) Pemantauan dan Penentuantransaksi keuangan yangmencurigakan ............................... 416

2) Memperhatikan anti tipping-off 4173) Kewajiban untuk membuat sistem

pencatatan .................................... 4184) Kewajiban pembentukan unit kerja

khusus/pejabat APU dan PPT .. 4185) Tanggung Jawab unit kerja khu-

sus/pejabat APU dan PPT.......... 4206) Kewajiban Membuat Pedoman

Anti Pencucian Uang dan Pen-cegahan Pendanaan Terorisme.... 422

7) Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah ..................... 422

IV.1.2.4 PJK- Pasar Modal ................................................... 422IV.1.2.4.1 Identifikasi Nasabah ......................... 425IV.1.2.4.2 Identifikasi Transaksi ........................ 425

1) Penentuan transaksi keuanganyang mencurigakan ..................... 425

IV.1.2.4.3 Kewajiban untuk membuat sisteminformasi ............................................. 425

IV.1.2.4.4 Kewajiban Membentuk Unit kerjaatau Menugaskan Anggota Direksiatau Pejabat Setingkat di bawahDireksi ................................................ 426

IV.1.2.4.5 Upaya Kewajiban Membuat PedomanPengenal Mengenal Nasabah .......... 426

IV.1.2.4.6 Kewajiban Melaksanakan ProgramPelatihan Prinsip MengenalNasabah .............................................. 426

386 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IV.1.2.5 PJK- Lembaga Keuangan Non Bank .................... 428IV.1.2.5.1 Identifikasi Nasabah ........................ 428IV.1.2.5.2 Identifikasi Transaksi ....................... 439IV.1.2.5.2.1 Penentuan transaksi keuangan yang

mencurigakan ..................................... 439IV.1.2.5.3 Kewajiban untuk membuat sistem

informasi .............................................. 440IV.1.2.5.4 Kewajiban membentuk unit kerja

khusus atau menugaskan anggotadireksi atau pengurus atau pejabatsetingkat di bawah direksi ataupengurus ............................................. 441

IV.1.2.5.5 Upaya Kewajiban MembuatPedoman Pengenal MengenalNasabah .............................................. 442

IV.1.2.5.6 Kewajiban Melaksanakan ProgramPelatihan Prinsip MengenalNasabah .............................................. 443

IV.1.2.6 PJK – Pedagang Valuta Asing Bukan Bank(PVA Bukan Bank) ................................................... 444IV.1.2.6.1 Identifikasi Nasabah ............................ 444IV.1.2.6.2 Identifikasi Transaksi ........................ 445IV.1.2.6.2.1 Pemantauan dan Penentuan transaksi

keuangan yang mencurigakan ........ 445IV.1.2.6.3 Kewajiban untuk membuat

pencatatan transaksi ........................ 448IV.1.2.6.4 Penunjukan pegawai dalam rangka

pelaksanaan program APU danPPT ...................................................... 450

IV.1.2.6.5 Tanggung Jawab pegawai dalamrangka pelaksanaan program APUdan PPT .............................................. 452

IV.1.2.6.6 Kewajiban Membuat PedomanProgram APU dan PPT ...................... 454

IV.1.2.6.7 Kewajiban Melaksanakan ProgramPelatihan Prinsip MengenalNasabah .............................................. 454

IV.1.2.7 PJK – Kegiatan Usaha Pengiriman Uang............. 455IV.1.2.7.1 Identifikasi Nasabah .......................... 455IV.1.2.7.2 Pencatatan Transaksi ........................ 457IV.1.2.7.3 Contoh Transaksi Keuangan

Mencurigakan..................................... 458

Pengawasan Kepatuhan 387

IV. 2 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Kewajiban Pelaporan ............... 458IV.2.1 Pelaksanaan Audit ................................................................... 458

IV.2.1.1 Audit Kepatuhan..................................................... 458IV.2.1.1.1 Audit Kepatuhan yang memiliki

LPP ....................................................... 458IV.2.1.1.2 Audit Kepatuhan yang tidak

memiliki LPP/diserahkan kepadaPPATK ................................................ 459

IV.2.1.2 Audit Khusus .......................................................... 459IV.2.1.2.1 Audit khusus terkait pelaporan ....... 459IV.2.1.2.2 Audit khusus dalam rangka meminta

keterangan .......................................... 460IV.2.2 Penyampaian hasil audit dan temuan TKM ...................... 461IV.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Audit ............................................... 461IV.2.4 Pengecualian Kerahasiaan Bagi Auditor ........................... 462IV.2.5 Lain-lain ................................................................................... 462

388 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IV.1 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Prinsip Mengenali PenggunaJasa

IV.1.1 Pihak yang berwenang untuk mengeluarkan pedomandan melakukan pengawasan terhadap prinsipmengenali pengguna jasa

IV.1.1.1 Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP)

Lembaga Pengawas dan Pengatur menetapkanketentuan prinsip mengenali Pengguna Jasa.946

Lembaga Pengawas dan Pengatur wajibmelaksanakan pengawasan atas kepatuhan PihakPelapor dalam menerapkan prinsip mengenaliPengguna Jasa.947

IV.1.1.2 Pusat Pelaporan dan Analisis TransaksiKeuangan (PPATK)

Dalam hal belum terdapat Lembaga Pengawas danPengatur, ketentuan mengenai prinsip mengenaliPengguna Jasa dan pengawasannya diatur denganPeraturan Kepala PPATK.948

IV.1.2 Prinsip mengenali pengguna jasa

Kewajiban menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasadilakukan pada saat:

a. melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa;b. terdapat Transaksi Keuangan dengan mata uang rupiah dan/

atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setaradengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

c. terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkaittindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaanterorisme; atau

946 Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

947 Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

948 Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengawasan Kepatuhan 389

d. Pihak Pelapor meragukan kebenaran informasi yangdilaporkan Pengguna Jasa.949

Prinsip mengenali Pengguna Jasa sekurang-kurangnyamemuat:

a. identifikasi Pengguna Jasa;b. verifikasi Pengguna Jasa; danc. pemantauan transaksi Pengguna Jasa.950

IV.1.2.1 Ketentuan Umum Prinsip MengenaliPengguna Jasa

IV.1.2.1.1 Identifikasi pengguna jasa

IV.1.2.1.1.1 Jika melakukan hubungan usaha,setiap orang wajib memberikanidentitas lengkap kepada PJK.

Setiap Orang yang melakukanTransaksi dengan Pihak Pelaporwajib memberikan identitas daninformasi yang benar yangdibutuhkan oleh Pihak Pelapor dansekurang-kurangnya memuatidentitas diri, sumber dana, dantujuan Transaksi dengan mengisiformulir yang disediakan oleh PihakPelapor dan melampirkanDokumen pendukungnya.951

Dalam hal Transaksi dilakukanuntuk kepentingan pihak lain, setiaporang wajib memberikan informasimengenai identitas diri, sumber

949 Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

950 Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

951 Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

390 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dana, dan tujuan Transaksi pihaklain tersebut.952

IV.1.2.1.1.2 PJK wajib memastikan penggunajasa bertindak untuk siapa.

Pihak Pelapor wajib mengetahuibahwa Pengguna Jasa yangmelakukan Transaksi dengan PihakPelapor bertindak untuk diri sendiriatau untuk dan atas nama oranglain.953

Dalam hal Transaksi dengan PihakPelapor dilakukan untuk diri sendiriatau untuk dan atas nama oranglain, Pihak Pelapor wajib memintainformasi mengenai identitas danDokumen pendukung dariPengguna Jasa dan orang laintersebut.954

Dalam hal identitas dan/atauDokumen pendukung yangdiberikan tidak lengkap, PihakPelapor wajib menolak Transaksidengan orang tersebut.955

IV.1.2.1.1.3 PJK wajib menyimpan catatan dandokumen.

Pihak Pelapor wajib menyimpancatatan dan Dokumen mengenaiidentitas pelaku Transaksi paling

952 Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

953 Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

954 Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

955 Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengawasan Kepatuhan 391

singkat 5 (lima) tahun sejakberakhirnya hubungan usahadengan Pengguna Jasa tersebut.956

IV.1.2.1.2 Verifikasi pengguna jasa

IV.1.2.1.2.1 Bukti identitas nasabah

Identitas dan Dokumen pendukungyang diminta oleh Pihak Pelaporharus sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undanganyang ditetapkan oleh setiapLembaga Pengawas danPengatur.957

PJK harus memperoleh keyakinanmengenai identitas nasabah baikperorangan maupun perusahaan.Selain itu, PJK juga harusmelakukan verifikasi terhadapidentitas nasabah. Apabila nasabahbertindak untuk dan atas namapihak lain maka identitas pihak laintersebut juga wajib diminta dandiverifikasi.958

Prosedur pembuktian identitasnasabah berlaku sama untuk setiapproduk yang dikeluarkan oleh PJK.Hal yang perlu diperhatikan daridokumen pendukung bukti diricalon nasabah antara lain masaberlakunya dan instansi yang

956 Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

957 Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

958 Lampiran Keputusan Kepala PPATK Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentangPedoman Umum Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang BagiPenyedia Jasa Keuangan.

392 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

berwenang mengeluarkandokumen tersebut. PJK harusmemiliki salinan dokumen tersebutdan menatausahakannya denganbaik.959

IV.1.2.1.2.2 Pemutusan hubungan usaha

Penyedia jasa keuangan wajibmemutuskan hubungan usahadengan Pengguna Jasa jika:

a. Pengguna Jasa menolak untukmematuhi prinsip mengenaliPengguna Jasa; atau

b. Penyedia jasa keuanganmeragukan kebenaran informasiyang disampaikan oleh Peng-guna Jasa.

Penyedia jasa keuangan wajibmelaporkannya kepada PPATKmengenai tindakan pemutusanhubungan usaha tersebut sebagaiTransaksi Keuangan Mencu-rigakan.960

IV.1.2.1.3 Pemantauan transaksi peng-guna jasa

IV.1.2.1.3.1 Hal-hal pokok untuk menganalisissuatu transaksi961

a. Apakah jumlah nominal danfrekwensi transaksi konsisten

959 Lampiran Keputusan Kepala PPATK Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentangPedoman Umum Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang BagiPenyedia Jasa Keuangan.

960 Pasal 22 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

961 Lampiran Keputusan Kepala PPATK Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentangPedoman Umum Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang BagiPenyedia Jasa Keuangan.

Pengawasan Kepatuhan 393

dengan kegiatan normal yangselama ini dilakukan olehnasabah?

b. Apakah transaksi yang dilakukanwajar dan sesuai dengankegiatan usaha, aktivitas dankebutuhan nasabah?

c. Apakah pola transaksi yangdilakukan oleh nasabah tidakmenyimpang dari pola transaksiumum untuk nasabah sejenis?

d. Apabila transaksi yangdilakukan nsifatnyainternasional, apakahnasabahmemiliki alasan yang kuat untukmenjalin usaha dengan pihak diluar negeri.

e. Apakah nasabah melakukantransaksi dengan nasabah yangtergolong dalam nasabahberisiko tinggi (high riskcustomer)?

IV.1.2.1.3.2 Penundaan Transaksi oleh PJK atasinisiatif sendiri.962

Penyedia jasa keuangan dapatmelakukan penundaan Transaksipaling lama 5 (lima) hari kerjaterhitung sejak penundaanTransaksi dilakukan.963

Penundaan Transaksi dilakukandalam hal Pengguna Jasa:

a. melakukan Transaksi yang patutdiduga menggunakan Harta

962 Pasal Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

963 Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

394 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Kekayaan yang berasal dari hasiltindak pidana;

b. memiliki rekening untukmenampung Harta Kekayaanyang berasal dari hasil tindakpidana; atau

c. diketahui dan/atau patut didugamenggunakan Dokumen palsu.964

Pelaksanaan penundaan Transaksidicatat dalam berita acarapenundaan Transaksi.965

Penyedia jasa keuanganmemberikan salinan berita acarapenundaan Transaksi kepadaPengguna Jasa.966

Penyedia jasa keuangan wajibmelaporkan penundaan Transaksikepada PPATK denganmelampirkan berita acarapenundaan Transaksi dalam waktupaling lama 24 (dua puluh empat)jam terhitung sejak waktupenundaan Transaksi dilakukan.967

Setelah menerima laporanpenundaan Transaksi PPATK, wajibmemastikan pelaksanaan penundaanTransaksi dilakukan sesuai denganUndang-Undang ini.968

964 Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

965 Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

966 Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

967 Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

968 Pasal 26 ayat (6) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengawasan Kepatuhan 395

Dalam hal penundaan Transaksitelah dilakukan sampai dengan harikerja kelima, penyedia jasakeuangan harus memutuskan akanmelaksanakan Transaksi ataumenolak Transaksi tersebut.969

IV.1.2.2 PJK-Industri Perbankan: Bank Umum

IV.1.2.2.1 Identifikasi Nasabah

Bagi Penyedia Jasa Keuangan yangberbentuk bank umum, identitas dandokumen pendukung yang dimintadari pengguna jasa keuangan harussesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan

1. Bank wajib melakukan prosedurCDD (Consumer Due Diligence)pada saat 970 :

a. melakukan hubungan usahadengan calon Nasabah;

b. melakukan hubungan usahadengan WIC (Walk InCustomer);

c. Bank meragukan kebenaraninformasi yang diberikan olehNasabah, penerima kuasa,dan/atau Beneficial Owner;atau

d. terdapat transaksi keuanganyang tidak wajar yang terkaitdengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme

969 Pasal 26 ayat (7) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

970 Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

396 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

2. Pendekatan berdasarkan risiko(Risk Based Approached).971

Dalam melakukan penerimaanNasabah, Bank wajibmenggunakan pendekatanberdasarkan risiko denganmengelompokkan Nasabahberdasarkan tingkat risikoterjadinya pencucian uang ataupendanaan terorisme.

3. Pengelompokan Nasabah

Pengelompokan Nasabahberdasarkan tingkat risiko palingkurang dilakukan denganmelakukan analisis terhadap972 :

a. identitas Nasabah;b. lokasi usaha Nasabah;c. profil Nasabah;d. jumlah transaksi;e. kegiatan usaha Nasabah;f. struktur kepemilikan bagi

Nasabah perusahaan; dang. informasi lainnya yang dapat

digunakan untuk mengukurtingkat risiko Nasabah.

4. Bank wajib meminta informasi

Sebelum melakukan hubunganusaha dengan Nasabah, Bankwajib meminta informasi yangmemungkinkan Bank untuk dapatmengetahui profil calon

971 Pasal 10 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

972 Pasal 10 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pengawasan Kepatuhan 397

Nasabah.973

5. Identitas Nasabah dibuktikandengan dokumen

Identitas calon Nasabah harusdapat dibuktikan dengankeberadaan dokumen-dokumenpendukung.974

Bank wajib meneliti kebenarandokumen pendukung identitascalon Nasabah.975

6. Larangan rekening anonim.

Bank dilarang untuk membukaatau memelihara rekening anonimatau rekening yang menggunakannama fiktif.976

7. Pertemuan langsung (Face toFace)

Bank wajib melakukan pertemuanlangsung (face to face) dengancalon Nasabah pada awalmelakukan hubungan usaha dalamrangka meyakini kebenaranidentitas calon Nasabah.977

973 Pasal 11 ayat (1) Peraturan Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi BankUmum.

974 Pasal 11 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

975 Pasal 11 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

976 Pasal 11 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

977 Pasal 11 ayat (5) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

398 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

8. Bank wajib mewaspadai transaksiatau hubungan usaha denganNasabah yang berasal atau terkaitdengan negara yang belummemadai dalam melaksanakanrekomendasi FATF.978

IV.1.2.2.2 Identifikasi Transaksi

IV.1.2.2.2.1 Pemantauan dan Penentuantransaksi keuangan yangmencurigakan.

1. Bank wajib melakukanpemantauan secara berkesi-nambungan untuk meng-identifikasi kesesuaian antaratransaksi Nasabah dengan profilNasabah dan menatausahakandokumen.979

2. Bank wajib melakukan analisisterhadap seluruh transaksi yangtidak sesuai dengan profilNasabah.980

3. Bank dapat meminta informasitentang latar belakang dan tujuantransaksi terhadap transaksi yangtidak sesuai dengan profilNasabah, dengan memperha-tikan ketentuan anti tipping-offsebagaimana diatur dalamUndang-undang tentang TindakPidana Pencucian Uang.981

978 Pasal 11 ayat (6) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

979 Pasal 29 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

980 Pasal 29 ayat (2) Peraturan Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

981 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program AntiPencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pengawasan Kepatuhan 399

4. Bank wajib melakukanpemantauan yang berkesi-nambungan terhadap hubunganusaha/transaksi dengan Nasabahdan/atau Bank dari negara yangprogram APU dan PPT kurangmemadai.982

5. Bank wajib melakukan kegiatanpemantauan yang sekurang-kurangnya mencakup hal-halsebagai berikut983 :a. Dilakukan secara berkesi-

nambungan untuk meng-identifikasi kesesuaian antaratransaksi Nasabah denganprofil Nasabah dan mena-tausahakan dokumen ter-sebut, terutama terhadaphubungan usaha/transaksidengan Nasabah dan/atauBank dari negara yangprogram APU dan PPTkurang memadai.

b. Melakukan analisis terhadapseluruh transaksi yang tidaksesuai dengan profil Nasabah.Contoh transaksi, aktivitas,dan perilaku yang tidak sesuaidengan profil Nasabah adalahsebagaimana terlampir dalamLampiran III.

c. Apabila diperlukan, memintainformasi tentang latarbelakang dan tujuan transaksiterhadap transaksi yang tidak

982 Pasal 29 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

983 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

400 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

sesuai dengan profil Nasabah,dengan memperhatikanketentuan anti tipping-offsebagaimana diatur dalamUndang-undang tentangTindak Pidana PencucianUang.

6. Kegiatan pemantauan profil dantransaksi Nasabah yangdilakukan secara berkesi-nambungan meliputi kegiatan984 :

a. memastikan kelengkapaninformasi dan dokumenNasabah;

b. meneliti kesesuaian antaraprofil transaksi dengan profilNasabah;

c. meneliti kemiripan ataukesamaan nama dengan namayang tercantum dalamdatabase daftar teroris; dan

d. meneliti kemiripan ataukesamaan nama dengan namatersangka atau terdakwa yangdipublikasikan dalam mediamassa atau oleh otoritas yangberwenang.

7. Sumber informasi yang dapatdigunakan untuk memantauNasabah Bank yang ditetapkansebagai status tersangka atauterdakwa dapat diperoleh antaralain melalui985 :

984 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

985 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

Pengawasan Kepatuhan 401

a. database yang dikeluarkanoleh pihak berwenang sepertiPPATK; atau

b. media massa, seperti korandan majalah.

8. Pemantauan terhadap profil dantransaksi Nasabah harusdilakukan secara berkala denganmenggunakan pendekatanberdasarkan risiko.986

9. Apabila berdasarkan hasilpemantauan terdapat kemiripanatau kesamaan nama maka Bankharus melakukan klarifikasiuntuk memastikan kemiripantersebut.987

10. Dalam hal nama dan identitasNasabah sesuai dengan namatersangka atau terdakwa yangdiinformasikan dalam mediamassa dan/atau sesuai dengandaftar teroris maka Bank wajibmelaporkan Nasabah tersebutdalam LTKM .988

11. Pemantauan terhadap rekeningNasabah harus dipantau lebihketat apabila terdapat antaralain989 :a. transaksi pengiriman uang

yang terkait denganNasabah yang tinggal di

986 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

987 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

988 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

989 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

402 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Negara yang berisiko tinggi;b. kartu kredit dengan over

payment dengan nilai yangsignifikan;

c. debitur berbadan hukumasing menggunakanjaminan sepeti back to backLC dan/atau standby L/C.

12. Seluruh kegiatan pemantauandidokumentasikan dengantertib.990

13. Berdasarkan hasil pemantauanatas profil dan transaksiNasabah, Bank wajibmelaporkan dalam LTKMapabila991 :a. Nasabah memenuhi

ketentuan sebagaimanadimaksud pada huruf Bangka 6;

b. Nasabah yang ditutuphubungan usahanya karenatidak bersedia melengkapiinformasi dan dokumenpendukung dan berdasarkanpenilaian Bank transaksiyang dilakukan tidak wajaratau mencurigakan;

c. Nasabah/WIC yang ditolakatau dibatalkan transaksinyakarena tidak bersediamelengkapi informasi yangdiminta oleh Bank danberdasarkan penilaian Bank

990 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

991 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

Pengawasan Kepatuhan 403

transaksi yang dilakukantidak wajar ataumencurigakan; atau

d. Transaksi yang memenuhikriteria mencurigakansebagaimana dimaksuddalam Undang-undangtentang Tindak PidanaPencucian Uang.

IV.1.2.2.3 Kewajiban untuk membuatsistem informasi

Bank wajib memiliki sistem informasiyang dapat mengidentifikasi,menganalisa, memantau, danmenyediakan laporan secara efektifmengenai karakteristik transaksi yangdilakukan oleh Nasabah Bank.992

Bank wajib memiliki dan memeliharaprofil Nasabah secara terpadu(Single Customer IdentificationFile), yang meliputi informasisebagaimana dimaksud dalam Pasal13, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1).993

Untuk keperluan pemantauan profildan transaksi Nasabah, Bank wajibmemiliki sistem informasi yang dapatmengidentifikasi, menganalisa,memantau dan menyediakan laporansecara efektif mengenai karakteristiktransaksi yang dilakukan olehNasabah Bank.994

992 Pasal 41 Ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

993 Pasal 41 Ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

994 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

404 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Sistem informasi yang dimiliki harusdapat memungkinkan Bank untukmenelusuri setiap transaksi(individual transaction), baik untukkeperluan intern dan atau BankIndonesia, maupun dalam kaitannyadengan kasus peradilan.995

Tingkat kecanggihan sisteminformasi untuk mengidentifikasitransaksi keuangan yangmencurigakan disesuaikan dengankompleksitas, volume transaksi, danrisiko yang dimiliki Bank.996

Bank wajib dan melakukanpenyesuaian parameter secaraberkala terhadap parameter yangdigunakan untuk mengidentifikasitransaksi keuangan yangmencurigakan.997

Untuk memudahkan pemantauandalam rangka menganalisis transaksikeuangan yang mencurigakan, Bankwajib memiliki dan memelihara profilNasabah secara terpadu (SingleCustomer Identification File/CIF),paling kurang meliputi informasisebagaimana dimaksud dalam Tabel1 pada Bab V.998

995 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

896 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

997 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

998 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

Pengawasan Kepatuhan 405

Informasi yang terdapat dalam singleCIF mencakup seluruh rekeningyang dimiliki oleh Nasabah padasuatu Bank yaitu tabungan, deposito,giro dan kredit.999

Untuk rekening joint accountterdapat dua pendekatan, yaitu:

a. Apabila pemilik dari joint account(Rek A dan B) juga memilikirekening lainnya atas namamasing-masing (Rek. A dan Rek.B), maka CIF yang dibuat adalah2 (dua) CIF yaitu CIF atas namaA dan CIF atas nama B.Dalamsetiap CIF harusmenginformasikan bahwa baik Amaupun B memiliki rekening jointaccount.

b. Apabila pemilik dari joint account(Rek A dan B) tidak memilikirekening lainnya, maka CIF yangdibuat mencakup informasi A danB.1000

Untuk keperluan pemeliharaan singleCIF, Bank harus menetapkankebijakan bahwa untuk setiappenambahan rekening oleh Nasabahyang sudah ada, Bank wajibmengkaitkan rekening tambahantersebut dengan nomor informasiNasabah dari Nasabah yangbersangkutan. 1001

999 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

1000 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

1001 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

406 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal terdapat Nasabah yangselain tercatat sebagai Nasabah padaBank konvensional juga tercatatsebagai Nasabah pada Unit UsahaSyariah dari Bank yang sama, makaNasabah tersebut memiliki dua CIFyang berbeda.1002

IV.1.2.2.4 Kewajiban pembentukan unitkerja khusus/pejabat APU dan PPT

Bank wajib membentuk unit kerjakhusus dan/atau menunjuk pejabatBank yang bertanggungjawab ataspenerapan program APU dan PPT.1003

Unit kerja khusus dan/atau pejabatBank bertanggungjawab kepadaDirektur Kepatuhan.1004

Bank wajib memastikan bahwa unitkerja khusus dan/atau pejabat Bankyang bertanggungjawab ataspenerapan program APU dan PPTmemiliki kemampuan yang memadaidan memiliki kewenangan untukmengakses seluruh data Nasabahdan informasi lainnya yang terkait.1005

IV.1.2.2.5 Tanggung Jawab unit kerjakhusus/pejabat APU dan PPT

Pejabat unit kerja khusus atau pejabatyang bertanggungjawab terhadap

1002 Surat Edaran Ban Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.

1003 Pasal 6 Ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

1004 Pasal 6 Ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

1005 Pasal 6 Ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pengawasan Kepatuhan 407

program APU dan PPT wajib1006 :

a. memantau adanya sistem yangmendukung program APU danPPT;

b. memantau pengkinian profilNasabah dan profil transaksiNasabah;

c. melakukan koordinasi danpemantauan terhadap pelaksanaankebijakan program APU dan PPTdengan unit kerja terkait yangberhubungan dengan Nasabah;

d. memastikan bahwa kebijakan danprosedur telah sesuai denganperkembangan program APU danPPT yang terkini, risiko produkBank, kegiatan dan kompleksitasusaha Bank, dan volume transaksiBank;

e. menerima laporan transaksikeuangan yang berpotensimencurigakan (red flag) dari unitkerja terkait yang berhubungandengan Nasabah dan melakukananalisis atas laporan tersebut;

f. menyusun laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan danlaporan lainnya sebagaimanadiatur dalam Undang-UndangTindak Pidana Pencucian Uanguntuk disampaikan kepada PPATKberdasarkan persetujuan DirekturKepatuhan;

g. memantau bahwa:1) terdapat mekanisme

komunikasi yang baik dari

1006 Pasal 7 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

408 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

setiap unit kerja terkait kepadaunit kerja khusus atau kepadapejabat yang bertanggung-jawab terhadap penerapanprogram APU dan PPTdengan menjaga kerahasiaaninformasi;

2) Unit kerja terkait melakukanfungsi dan tugas dalam rangkamempersiapkan laporanmengenai dugaan TransaksiKeuangan Mencurigakansebelum menyampaikannyakepada unit kerja khusus ataupejabat yang bertanggung-jawab terhadap penerapanprogram APU dan PPT;

3) area yang berisiko tinggi yangterkait dengan APU dan PPTdapat teridentifikasi denganbaik dengan mengacu padaketentuan yang berlaku dansumber informasi yangmemadai; dan

h. memantau, menganalisis, danmerekomendasikan kebutuhanpelatihan program APU dan PPTbagi pegawai Bank.

IV.1.2.2.6 Kewajiban Membuat PedomanAnti Pencucian Uang danPencegahan Pendanaan Tero-risme1007

1. Dalam menerapkan program APUdan PPT, Bank wajib memilikikebijakan dan prosedur tertulisyang paling kurang mencakup:

1007 Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pengawasan Kepatuhan 409

a. permintaan informasi dandokumen;

b. Beneficial Owner;c. verifikasi dokumen;d. CDD yang lebih sederhana;e. penutupan hubungan dan

penolakan transaksi;f. ketentuan mengenai area

berisiko tinggi dan PEP;g. pelaksanaan CDD oleh pihak

ketiga;h. pengkinian dan pemantauan;i. Cross Border Correspondent

Banking;j. transfer dana; dank. penatausahaan dokumen.

2. Kebijakan dan prosedur wajibmempertimbangkan faktorteknologi informasi yangberpotensi disalahgunakan olehpelaku pencucian uang ataupendanaan terorisme.

3. Bank wajib menuangkankebijakan dan prosedur programAPU dan PPT dalam PedomanPelaksanaan Program APU danPPT.

4. Bank wajib menerapkan kebijakandan prosedur tertulis secarakonsisten dan berkesinambungan.

5. Pedoman Pelaksanaan ProgramAPU dan PPT wajib mendapatpersetujuan dari DewanKomisaris.

IV.1.2.2.7 Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah

1. Bank wajib menyelenggarakanpelatihan yang berkesinambu-

410 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ngan tentang 1008 :a. implementasi peraturan

perundang-undangan yangterkait dengan program APUdan PPT;

b. Teknik, metode, dan tipologipencucian uang ataupendanaan terorisme; dan

c. Kebijakan dan prosedurpenerapan program APU danPPT serta peran dantanggungjawab pegawai dalammemberantas pencucian uangatau pendanaan terorisme.

2. Peserta Pelatihana. Seluruh karyawan harus

mendapatkan pengetahuanmengenai kebijakan, prosedur,dan penerapan Program APUdan PPT.

b. Karyawan yang memenuhikriteria sebagai berikut:1) berhadapan langsung

dengan Nasabah (pelayananNasabah);

2) pelaksanaan tugas sehari-hari terkait denganpengawasan pelaksanaanpenerapan Program APUdan PPT; atau

3) pelaksanaan tugas sehari-hari terkait denganpelaporan kepada PPATKdan Bank Indonesia,

mendapatkan prioritas untukmemperoleh pelatihan.

1008 Pasal 43 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Pengawasan Kepatuhan 411

c. Karyawan yang mendapatkanprioritas harus mendapatkanpelatihan secara berkala,sedangkan karyawan lainnyayang tidak memenuhi kriteriaharus mendapatkan pelatihanpaling kurang 1 (satu) kalidalam masa kerjanya.

d. Karyawan yang berhadapanlangsung dengan Nasabah(front liner) harusmendapatkan pelatihansebelum penempatan.

3. Metode Pelatihan

a. Pelatihan dapat dilakukansecara elekronik (online base)maupun melalui pertemuan.

b. Pelatihan secara elektronik(online base) dapatmenggunakan media e-learningbaik yang disediakan olehotoritas berwenang sepertiPPATK atau yang disediakansecara mandiri oleh Bank.

c. Pelatihan melalui tatap mukadilakukan dengan meng-gunakan pendekatan antaralain:1) Tatap muka secara

interaktif (misal workshop)dengan topik pelatihandisesuaikan dengan kebu-tuhan peserta. Pendekatanini digunakan untukkaryawan yang menda-patkan prioritas dandilakukan secara berkala,misal setiap tahun.

2) Tatap muka satu arah (misalseminar) dengan topik

412 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pelatihan adalah berupagambaran umum daripenerapan Program APUdan PPT. Pendekatan inidiberikan kepada karyawanyang tidak mendapatkanprioritas dan dilakukanapabila terdapat perubahanketentuan yang signifikan.

4. Topik dan Evaluasi Pelatihana. Topik pelatihan paling kurang

mengenai:1) implementasi peraturan

perundang-undangan yangterkait dengan programAPU dan PPT;

2) Teknik, metode, dantipologi pencucian uang ataupendanaan terorismetermasuk trend danperkembangan profil risikoproduk perbankan; dan

3) Kebijakan dan prosedurpenerapan Program APUdan PPTserta peran dantanggungjawab pegawaidalam memberantaspencucian uang ataupendanaan terorisme,termasuk konsekuensiapabila karyawan mela-kukan tipping off.

b. Bank harus melakukan evaluasiterhadap setiap pelatihan yangtelah diselenggarakan untukmengetahui tingkat pema-haman peserta pelatihan dankesesuaian materi yangdiberikan.

Pengawasan Kepatuhan 413

c. Evaluasi dapat dilakukan secaralangsung melalui wawancaraatau tidak secara langsungmelalui penyediaan soal

d. Bank harus melakukan upayatindak lanjut dari hasil evaluasipelatihan melalui penyem-purnaan materi dan metodepelatihan.

IV.1.2.3 PJK-Industri Perbankan: Bank PerkreditanRakyat

IV.1.2.3.1 Identifikasi Nasabah

Bagi Penyedia Jasa Keuangan yangberbentuk BPR/BPRS, identitas dandokumen pendukung yang dimintadari pengguna jasa keuangan harussesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan

1. BPR/BPRS wajib melakukanprosedur CDD (Consumer DueDiligence) pada saat1009 :

a. melakukan hubungan usahadengan calon Nasabah;

b. melakukan hubungan usahadengan WIC (Walk InCustomer);

c. terdapat keraguan ataskebenaran informasi yangdiberikan oleh Nasabah,penerima kuasa, dan/atauBeneficial Owner; atau

d. terdapat transaksi keuanganyang tidak wajar yang terkait

1009 Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan PendanaanTerorisme (PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

414 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme

2. Pendekatan berdasarkan risiko(Risk Based Approached).1010

Dalam melakukan penerimaanNasabah, BPR/BPRS wajibmenggunakan pendekatanberdasarkan risiko denganmengelompokkan Nasabahberdasarkan tingkat risikoterjadinya pencucian uang ataupendanaan terorisme.

3. Pengelompokan Nasabah

Pengelompokan Nasabahberdasarkan tingkat risiko palingkurang dilakukan denganmelakukan analisis terhadap1011 :

a. identitas Nasabah;b. lokasi usaha Nasabah;c. profil Nasabah;d. nilai transaksi;e. kegiatan usaha Nasabah;f. struktur kepemilikan bagi

Nasabah perusahaan; dang. informasi lainnya yang dapat

digunakan untuk mengukurtingkat risiko Nasabah.

4. BPR/BPRS wajib memintainformasi dan dibuktikan dengandokumen meminta informasi

1010 Pasal 10 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagiBank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1011 Pasal 10 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagiBank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

Pengawasan Kepatuhan 415

calon Nasabah dan WIC sebelummelakukan hubungan usaha,termasuk identitas calon Nasabahyang dibuktikan dengankeberadaan dokumen pendu-kung;.1012

5. BPR/BPRS wajib menelitikebenaran dokumen pendukungidentitas calon Nasabah.1013

6. Larangan rekening anonim.

Bank dilarang untuk membukaatau memelihara rekening anonimatau rekening yang menggunakannama fiktif.1014

7. Pertemuan langsung (Face toFace)

BPR/BPR wajib melakukanpertemuan langsung/tatap mukadengan calon Nasabah padaawalmelakukan hubungan usaha dalamrangka meyakini kebenaranidentitas calon Nasabah.1015

Dalam hal pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabahtidak dapat dilakukan pada awal

1012 Pasal 11 ayat (1) huruf a Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme(PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1013 Pasal 11 ayat (1) huruf b Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme(PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1014 Pasal 11 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagiBank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1015 Pasal 11 ayat (1) huruf c Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme(PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

416 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

hubungan usaha, maka pertemuandapat dilakukan di kemudian harisepanjang memenuhi ketentuansebagai berikut:

a. calon Nasabah tergolongberisiko rendah; atau

b. dokumen pendukung yangmemuat identitas telahdilegalisir oleh pihak yangberwenang.116

8. BPR dan BPRS memberikanperhatian khusus terhadaptransaksi atau hubungan usahadengan Nasabah yang kegiatanusahanya terkait dengan negarayang belum memadai dalammelaksanakan rekomendasiFATF.117

IV.1.2.3.2 Identifikasi Transaksi

1. Pemantauan dan Penentuantransaksi keuangan yangmencurigakan.

BPR dan BPRS wajib melaku-kan1018 :

a. pemantauan secara berke-sinambungan untuk meng-identifikasi kesesuaian antaratransaksi Nasabah dengan

1016 Pasal 11 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagiBank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1017 Pasal 11 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang PenerapanProgram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagiBank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

1018 Pasal 22 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

Pengawasan Kepatuhan 417

profil Nasabah dan mena-tausahakan dokumen.

b. analisis terhadap seluruhtransaksi yang tidak sesuaidengan profil Nasabah.

2. BPR dan BPRS dapat memintainformasi tentang latar belakangdan tujuan transaksi terhadaptransaksi yang tidak sesuaidengan profil Nasabah, denganmemperhatikan ketentuan antitipping-off sebagaimana dimak-sud dalam Undang-Undang yangmengatur mengenai TindakPidana Pencucian Uang.

3. Kewajiban untuk membuat sistempencatatan1019

BPR dan BPRS wajib memilikisistem pencatatan yang dapatmengidentifikasi, menganalisa,memantau dan menyediakanlaporan secara efektif mengenaikarakteristik transaksi yangdilakukan oleh Nasabah.

BPR dan BPRS wajib memeliharaprofil Nasabah paling kurangmeliputi informasi mengenai:

a. pekerjaan atau bidang usaha;b. jumlah penghasilan;c. rekening lain yang dimiliki,

apabila ada;d. aktivitas transaksi normal; dane. tujuan pembukaan rekening.

1019 Pasal 23 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

418 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

4. Kewajiban pembentukan unitkerja khusus/pejabat APU danPPT

BPR dan BPRS wajib membentukunit kerja khusus dan/ataumenunjuk pegawai BPR danBPRS yang bertanggungjawabatas penerapan program APU danPPT.

Unit kerja khusus atau pegawaiBPR dan BPRS bertang-gungjawab kepada Direktur.

BPR dan BPRS memastikanbahwa pegawai di unit kerjakhusus atau pegawai yangbertanggungjawab atas penerapanprogram APU dan PPT memilikikemampuan yang memadai danmemiliki kewenangan untukmengakses seluruh data Nasabahdan informasi lainnya yang terkait.

Dalam hal BPR dan BPRS tidakdapat membentuk unit kerjakhusus atau menunjuk pegawaiyang bertanggungjawab ataspenerapan program APU dan PPTmaka fungsi dimaksuddilaksanakan oleh salah satuanggota Direksi.1020

5. Tanggung Jawab unit kerjakhusus/pejabat APU dan PPT

Unit kerja khusus atau pegawaiBPR dan BPRS yang

1020 Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

Pengawasan Kepatuhan 419

bertanggungjawab terhadapprogram APU dan PPT wajib1021 :

a. memantau adanya sistem yangmendukung program APU danPPT;

b. memantau pengkinian profilNasabah dan profil transaksiNasabah;

c. melakukan koordinasi danpemantauan terhadappelaksanaan kebijakan programAPU dan PPT dengan unitkerja/pegawai terkait yangberhubungan dengan Nasabah;

d. memastikan bahwa kebijakandan prosedur telah sesuaidengan perkembanganprogram APU dan PPT yangterkini, risiko produk BPR danBPRS, kegiatan dankompleksitas usaha BPR danBPRS, dan volume transaksiBPR dan BPRS;

e. menerima laporan transaksikeuangan yang berpotensimencurigakan dari unit kerjaatau pegawai terkait yangberhubungan dengan Nasabahdan melakukan analisis ataslaporan tersebut;

f. menyusun laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan danlaporan lainnya sebagaimanadiatur dalam Undang-Undangyang mengatur mengenai

1021 Pasal 7 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

420 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Tindak Pidana Pencucian Uanguntuk disampaikan kepadaPPATK berdasarkan perse-tujuan Direktur;

g. memantau bahwa:1) terdapat mekanisme

komunikasi yang baik darisetiap unit kerja ataupegawai terkait kepada unitkerja khusus atau pegawaiyang bertanggungjawabterhadap penerapanprogram APU dan PPTdengan menjaga keraha-siaan informasi;

2) unit kerja atau pegawaiterkait mempersiapkanlaporan mengenai dugaanTransaksi KeuanganMencurigakan sebelummenyampaikannya kepadaunit kerja khusus ataupegawai yang ditunjuk yangbertanggungjawab terhadappenerapan program APUdan PPT;

3) area yang berisiko tinggi,terkait dengan APU danPPT dengan mengacu padaketentuan yang berlaku dansumber informasi yangmemadai.

6. Kewajiban Membuat PedomanAnti Pencucian Uang danPencegahan Pendanaan Tero-risme

Dalam menerapkan program APUdan PPT, BPR dan BPRS wajibmemiliki kebijakan dan prosedur

Pengawasan Kepatuhan 421

tertulis yang paling kurangmencakup hal-hal sebagaiberikut1022 :

a. Pelaksanaan CDD, yang terdiridari:1) permintaan informasi dan

dokumen;2) verifikasi dokumen; dan3) pengkinian dan

pemantauan.b. penatausahaan dokumen;c. pemindahan dana;d. penutupan hubungan dan

penolakan transaksi;e. ketentuan mengenai Beneficial

Owner;f. ketentuan mengenai area

berisiko tinggi dan PEP;g. pelaksanaan CDD yang lebih

sederhana; danh. pelaksanaan CDD oleh pihak

ketiga.

Kebijakan dan prosedur tersebutwajib:

a. dituangkan ke dalam PedomanPelaksanaan Program APU danPPT;

b. mendapat persetujuan dariDewan Komisaris; dan

c. diterapkan secara konsistendan berkesinambungan.

Kebijakan dan prosedur tersebutharus mempertimbangkan faktorteknologi informasi yangberpotensi disalahgunakan oleh

1022 Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

422 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pelaku pencucian uang ataupendanaan terorisme.

7. Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah1023

BPR dan BPRS wajibmenyelenggarakan pelatihanmengenai program APU dan PPT.

Pelatihan tersebut dapat dilakukandengan cara antara lain:

a. menyelenggarakan in housetraining;

b. mengikutsertakan pegawaidalam pelatihan yangdiselenggarakan oleh pihaklain;

c. menyelenggarakan forumtukar-menukar informasi(knowledge sharing); dan/atau

d. melakukan pembelajarandengan menggunakan saranaelektronik (elearning).

IV.1.2.4 PJK- Industri Pasar Modal

IV.1.2.4.1 Identifikasi Nasabah

Penyedia Jasa Keuangan di bidangPasar Modal wajib melakukanidentifikasi dan verifikasi atasinformasi dan dokumen pendukungmengenai calon Nasabah (customerdue diligence) dengan melakukan hal-hal antara lain:

1023 Pasal 38 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi BankPerkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

Pengawasan Kepatuhan 423

(1) meneliti kebenaran informasi dandokumen dan mengidentifikasiadanya kemungkinan hal-halyang tidak wajar ataumencurigakan;

(2) dalam hal terdapat keraguan atasinformasi dan dokumen yangditerima, Penyedia JasaKeuangan di bidang Pasar Modalwajib memastikan kebenaranidentitas, informasi, dandokumen calon Nasabah, antaralain dengan cara:

(a) melakukan wawancaradengan calon Nasabahuntuk meneliti dan meyakinikeabsahan dan kebenarandokumen;

(b) meminta dokumen identitaslain yang dikeluarkan olehpihak yang berwenang;

(c) melakukan konfirmasimengenai kebenaranmengenai kewenanganPihak yang mewakili ataubertindak untuk dan atasnama Pihak lain (beneficialowner), jika calon Nasabahbertindak sebagai kuasa dariatau mewakili Pihak lain(beneficial owner);

(3) melakukan pemeriksaan silanguntuk memastikan adanyakonsistensi dari berbagaiinformasi yang disampaikan olehcalon Nasabah; dan

424 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(4) melakukan penelaahan mengenaipengendali calon Nasabah.1024

Penyedia Jasa Keuangan di bidangPasar Modal wajib melakukanverifikasi yang lebih ketat (enhanceddue diligence) terhadap calonNasabah dan pengendali calonNasabah yang dianggap dan/ataudiklasifikasikan mempunyai risikotinggi terhadap praktik pencucianuang dan/atau risiko tinggi terkaitdengan Pendanaan KegiatanTerorisme. Tingkat risiko tersebutdapat dilihat dari:

(1) latar belakang atau profil calonNasabah dan pengendali calonNasabah yang termasuk Orangyang Populer Secara Politis(politically exposed person) atauNasabah yang Berisiko Tinggi(high risk customer);

(2) bidang usaha calon Nasabah yangtermasuk Usaha yang BerisikoTinggi (high risk business);

(3) negara atau teritori asal calonNasabah, domisili calonNasabah, atau dilakukannyatransaksi yang termasuk Negarayang Berisiko Tinggi (high riskcountries); dan/atau

(4) pihak-pihak yang tercantumdalam daftar nama-namateroris.1025

1024 Peraturan Bapepam-LK V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh PenyediaJasa Keuangan di Bidang Pasar Modal, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No : Kep-476/BL/2009.

1025 Peraturan Bapepam-LK V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh PenyediaJasa Keuangan di Bidang Pasar Modal, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No : Kep-476/BL/2009.

Pengawasan Kepatuhan 425

IV.1.2.4.2 Identifikasi Transaksi

(1) Penentuan transaksi keuanganyang mencurigakan.

Penyedia Jasa Keuangan dibidang Pasar Modal wajibmelakukan pemantauan rekeningEfek dan transaksi Nasabahtermasuk pemantauan dananalisa terkait dengankemungkinan tindak pidana asal(predicate offense) danPendanaan Kegiatan Tero-risme.1026

Penyedia Jasa Keuangan dibidang Pasar Modal wajibmelakukan evaluasi terhadaphasil pemantauan rekening Efekdan transaksi Nasabah untukmemastikan ada tidaknyatransaksi yang mencurigakanyang tidak dapat dijelaskan olehNasabah secara meyakinkanserta melaporkan temuantersebut kepada PPATK.1027

IV.1.2.4.3 Kewajiban untuk membuatsistem informasi

Penyedia Jasa Keuangan di bidangPasar Modal wajib memiliki sisteminformasi yang dapat meng-identifikasi, menganalisa, memantau,dan menyediakan laporan secaraefektif mengenai karakteristik

1026 Butir ke 12 huruf c LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

1027 Butir ke 12 huruf d LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

426 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

transaksi yang dilakukan olehNasabah Penyedia Jasa Keuangan dibidang Pasar Modal.1028

Sistem informasi sebagaimanadimaksud pada huruf a harus dapatmemungkinkan Penyedia JasaKeuangan di bidang Pasar Modaluntuk menelusuri setiap transaksi,apabila diperlukan, termasuk untukpenelusuran atas identitas Nasabah,bentuk transaksi, tanggal transaksi,jumlah dan denominasi transaksi,serta sumber dana yang digunakanuntuk transaksi.1029

IV.1.2.4.4 Kewajiban Membentuk Unitkerja atau Menugaskan AnggotaDireksi atau Pejabat Setingkat dibawah Direksi

Dalam rangka pelaksanaan PrinsipMengenal Nasabah, Penyedia JasaKeuangan di bidang Pasar Modalwajib:

”membentuk unit kerja ataumenugaskan anggota direksi ataupejabat setingkat di bawah direksiyang menangani penerapan PrinsipMengenal Nasabah”.1030

IV.1.2.4.5 Kewajiban Membuat PedomanPengenal Mengenal Nasabah

Dalam rangka pelaksanaan Prinsip

1028 Butir ke 12 huruf a LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

1029 Butir ke 12 huruf b LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

1030 Butir ke 3 huruf a LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

Pengawasan Kepatuhan 427

Mengenal Nasabah, Penyedia JasaKeuangan di bidang Pasar Modalwajib:

“menetapkan kebijakan dan prosedurtertulis tentang:

1) penerimaan, identifikasi, danverifikasi Nasabah;

2) pemantauan rekening Efek dantransaksi Nasabah, pengkiniandata Nasabah, dan penatausahaandokumen;

3) manajemen risiko yang berkaitandengan penerapan PrinsipMengenal Nasabah; dan

4) pelaporan dalam rangkapemenuhan peraturan perundang-undangan yang terkait dengantindak pidana pencucian uangkhususnya pelaporan mengenaitransaksi keuangan mencurigakandan transaksi keuangan yangdilakukan secara tunai termasuktransaksi keuangan yang terkaitdengan Pendanaan KegiatanTerorisme,

yang dituangkan dalam PedomanPelaksanaan Penerapan PrinsipMengenal Nasabah”.1031

IV.1.2.4.6 Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah

Penyedia Jasa Keuangan di bidangPasar Modal wajib melaksanakanprogram pelatihan penerapan Prinsip

1031 Butir ke 2 huruf b LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

428 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Mengenal Nasabah kepada semuakaryawan yang terkait denganpenerapan Prinsip MengenalNasabah, yang dilakukan dengan carasebagai berikut:

1) menyusun program pelatihan;

2) menyampaikan program pelatihankepada Bapepam dan LK;

3) melaksanakan program pelatihansesuai dengan jadwal programyang telah disusun; dan

4) melaporkan pelaksanaan programpelatihan kepada Bapepam danLK.1032

IV.1.2.5 PJK-Lembaga Keuangan Non Bank(Perasuransian, Dana Pensiun, dan LembagaPembiayaan)

IV.1.2.5.1 Identifikasi Nasabah

Nasabah adalah pihak yangmenggunakan jasa LKNB, termasuktetapi tidak terbatas pada:

a. pemegang polis dan/atautertanggung pada perusahaanasuransi kerugian dan perusahaanasuransi jiwa;

b. klien pada perusahaan pialangasuransi;

c. peserta dan/atau pihak yangberhak atas manfaat pensiun padaDana Pensiun;

d. klien atau penjual piutang padakegiatan anjak piutang;

e. konsumen pada kegiatanpembiayaan konsumen;

1032 Butir ke 15 huruf b LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009

Pengawasan Kepatuhan 429

f. lessee atau penyewa guna usahapada kegiatan leasing atau sewaguna usaha;

g. pemegang kartu kredit pada usahakartu kredit;

h. perusahaan pasangan usaha padakegiatan modal ventura; dan

i. debitur pada perusahaanpembiayaan infrastruktur.1033

LKNB wajib menerapkan PrinsipMengenal Nasabah.1034

Dalam rangka menerapkan PrinsipMengenal Nasabah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, LKNBwajib:

a. menetapkan kebijakan danprosedur penerimaan Nasabah;

b. menetapkan kebijakan danprosedur dalam mengiden-tifikasiNasabah;

c. menetapkan kebijakan danprosedur pemantauan Rekeningdan pelaksanaan transaksiNasabah; dan

d. menetapkan kebijakan danprosedur manajemen risiko yangberkaitan dengan penerapanPrinsip Mengenal Nasabah.1035

(1) Dalam rangka pelaksanaanPrinsip Mengenal Nasabah,LKNB wajib:

1033 Pasal 1 Angka 6 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1034 Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1035 Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

430 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. membentuk unit kerja khususatau menugaskan anggotadireksi atau pengurus ataupejabat setingkat di bawahdireksi atau pengurus yangbertanggung jawab mena-ngani penerapan PrinsipMengenal Nasabah.

b. menetapkan kebijakan danprosedur tertulis tentangpenerimaan Nasabah,identifikasi dan verifikasiNasabah, pemantauanterhadap Rekening dantransaksi Nasabah, danmanajemen risiko yangberkaitan dengan penerapanPrinsip Mengenal Nasabah,yang dituangkan dalampedoman pelaksanaanpenerapan Prinsip MengenalNasabah.

c. menyampaikan pedomanpelaksanaan penerapanPrinsip Mengenal Nasabahsebagaimana dimaksud padahuruf b kepada MenteriKeuangan c.q. Ketua BadanPengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan.

d. menyampaikan setiapperubahan atas pedomanpelaksanaan penerapanPrinsip Mengenal Nasabahsebagaimana dimaksud padahuruf b kepada MenteriKeuangan c.q. Ketua BadanPengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan palinglama 7 (tujuh) hari kerja sejak

Pengawasan Kepatuhan 431

ditetapkannya perubahantersebut.

(2) Unit kerja khusus, anggotadireksi atau pengurus ataupejabat setingkat di bawahdireksi atau pengurus yangbertanggung jawab menanganipenerapan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a ditetapkansebagai bagian dari strukturorganisasi LKNB.

(3) Unit kerja khusus, anggotadireksi atau pengurus ataupejabat setingkat di bawahdireksi atau pengurus yangbertanggung jawab menanganipenerapan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf abertanggung jawab langsungkepada direktur utama, ketuapengurus atau yang setaradengan pimpinan tertinggiLKNB.

(4) LKNB yang melakukan kegiatanusaha di lokasi lain selain kantorpusat wajib menerapkankebijakan Prinsip MengenalNasabah yang ditetapkan olehkantor pusat di bawahkoordinasi unit kerja khusus,anggota direksi atau pengurusatau pejabat setingkat di bawahdireksi atau pengurus yangmenangani penerapan PrinsipMengenal Nasabah kantor pusatLKNB.

432 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(5) Ketentuan mengenai pedomanpelaksanaan penerapan PrinsipMengenal Nasabah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf bdiatur lebih lanjut denganPeraturan Ketua BadanPengawas Pasar Modal DanLembaga Keuangan.1036

LKNB wajib memastikan bahwa unitkerja khusus dan/atau anggotadireksi atau pengurus atau pejabatsetingkat di bawah direksi ataupengurus LKNB yang bertanggungjawab atas penerapan PrinsipMengenal Nasabah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)huruf a, memiliki kemampuan dankewenangan untuk mengaksesseluruh data Nasabah dan informasilainnya yang terkait.1037

Pihak yang mengajukan permohonanuntuk mendapatkan izin usaha bagiPerusahaan Perasuransian danLembaga Pembiayaan ataupengesahan peraturan Dana Pensiununtuk pertama kali bagi DanaPensiun, wajib menyampaikanpedoman pelaksanaan penerapanPrinsip Mengenal Nasabahsebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) huruf b, bersama denganpermohonannya.1038

1036 Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1037 Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1038 Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Pengawasan Kepatuhan 433

(1) Sebelum melakukan Perikatandengan Nasabah, LKNB wajibmeminta informasi mengenai:a. latar belakang dan identitas

calon Nasabah;b. maksud dan tujuan calon

Nasabah melakukan Peri-katan;

c. profil keuangan calonNasabah;

d. informasi lain yangmemungkinkan LKNB untukdapat mengetahui profil calonNasabah termasuk Perikatanyang telah dimiliki sebe-lumnya dengan LKNB yangbersangkutan; dan

e. identitas penerima kuasa yangbertindak untuk dan atasnama calon Nasabah.

(2) LKNB wajib melakukankonfirmasi mengenai kebenarankewenangan pihak yangmewakili atau bertindak untukdan atas nama pihak lain, jikacalon Nasabah diwakili pihaklain.

(3) Informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harusdapat dibuktikan dengankeberadaan dokumen-dokumenpendukung sebagai berikut:a. calon Nasabah perorangan

paling kurang terdiri dari:

1) identitas Nasabah yangmemuat:a) nama;b) alamat atau tempat

tinggal sesuai KTP/

434 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

SIM/Paspor dan nomortelepon;

c) alamat tempat tinggalterkini dan nomortelepon (jika ada);

d) tempat dan tanggallahir; dan

e) kewarganegaraan;2) keterangan mengenai

pekerjaan;3) spesimen tanda tangan;

dan4) keterangan mengenai

sumber dana dan tujuanpenggunaan dana;

5) rata-rata penghasilan;6) nama dan nomor rekening

bank calon Nasabah, jikaada; dan

7) dokumen-dokumen lainyang memungkin-kanLKNB untuk dapatmengetahui profil calonNasabah;

b. calon Nasabah yangberbentuk perusahaan palingkurang terdiri dari:

1) dokumen mengenaiperusahaan:a) keterangan mengenai

nama, alamat, dannomor teleponperusahaan;

b) akte pendirian atauanggaran dasar bagiperusahaan yangbentuknya diatur dalamperaturan perundang-undangan yang berlaku

Pengawasan Kepatuhan 435

berikut perubahananggaran dasar yangterakhir;

c) izin usaha atau izinlainnya dari instansiyang berwenang;

d) surat keterangandomisili;

e) laporan keuanganterkini; dan

f) Nomor Pokok WajibPajak (NPWP);

2) nama, spesimen tandatangan dan kuasa kepadapihak-pihak yang ditunjukmempunyai wewenangbertindak untuk dan atasnama perusahaan dalammelakukan hubunganusaha dengan LKNB;

3) dokumen identitas pihak-pihak yang ditunjukmempunyai wewenangbertindak untuk dan atasnama perusahaan;

4) keterangan mengenaisumber dana dan tujuanpenggunaan dana, bagicalon Nasabah padaLembaga Pembiayaan danPerusahaan Perasuran-sian; dan

5) dokumen-dokumen lainyang memungkinkanLKNB untuk dapatmengetahui profil calonNasabah.

(4) Ketentuan customer duediligence sebaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (2), dan ayat

436 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(3), tidak berlaku bagi calonNasabah berupa:a. Lembaga pemerintah; ataub. Lembaga keuangan multi-

lateral.1039

LKNB wajib melakukanidentifikasi dan verifikasi atasdokumen pendukung (customerdue diligence) dengan melaku-kan hal-hal antara lain:

a. meneliti kemungkinan adanyahal-hal yang tidak wajar ataumencurigakan.

b. memastikan kebenaran doku-men calon Nasabah, dalam halterdapat kecurigaan atasdokumen yang diterima,antara lain dengan cara:1) melakukan wawancara

dengan calon Nasabah;2) meminta dokumen lain

yang dikeluarkan olehpihak yang berwenang;

3) melakukan pemeriksaansilang dari berbagaiinformasi yang disam-paikan oleh calonNasabah.

c. melakukan penelaahanmengenai Beneficial owner.1040

(1) LKNB wajib memastikan bahwacalon Nasabah mewakiliBeneficial owner atau bertindakuntuk diri sendiri dalam

1039 Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1040 Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Pengawasan Kepatuhan 437

membuka hubungan usaha ataumelakukan transaksi.

(2) Dalam hal calon Nasabahmewakili Beneficial owneruntuk membuka hubunganusaha atau melakukan transaksi,LKNB wajib melakukanprosedur customer due diligenceterhadap Beneficial owner yangsama dengan prosedur customerdue diligence bagi calonNasabah.1041

(1) Dalam hal calon Nasabahmewakili Beneficial ownersebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (2), LKNB wajibmeminta dokumen atau buktiatas identitas dan/atau informasilain mengenai Beneficial owner.

(2) Dalam hal Beneficial ownermerupakan perorangan, identitasdan/atau informasi antara lainberupa:a. dokumen identitas sebagai-

mana dimaksud dalam Pasal7 ayat (3) huruf a;

b. hubungan hukum antar calonNasabah dengan Beneficialowner yang ditunjukkandengan surat penugasan,surat perjanjian, surat kuasa,atau bentuk lainnya; dan

c. pernyataan dari calonNasabah mengenai identitasmaupun sumber dana dariBeneficial owner.

1041 Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

438 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(3) Dalam hal Beneficial ownerberbentuk perusahaan, yayasanatau perkumpulan, identitas dan/atau informasi antara lain berupa:a. dokumen sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat(3) huruf b;

b. dokumen dan/atau informasiidentitas pemilik ataupengendali akhir perusahaan,yayasan, atau perkumpulan;dan

c. pernyataan dari calonNasabah mengenaikebenaran identitas maupunsumber dana dari Beneficialowner.

(4) Dalam hal calon Nasabahmerupakan bank atau LKNB laindi dalam negeri yang mewakiliBeneficial owner, LKNB wajibmeminta dokumen berupapernyataan tertulis dari bank atauLKNB lain dalam negeri yangtelah melakukan verifikasiterhadap identitas Beneficialowner.

(5) Dalam hal calon Nasabahmerupakan bank atau LKNB laindi luar negeri yang menerapkanPrinsip Mengenal Nasabah yangpaling kurang setara denganPeraturan Menteri Keuangan iniyang mewakili Beneficial owner,LKNB wajib meminta dokumenberupa pernyataan tertulis daribank atau LKNB lain luar negeriyang telah melakukan verifikasiterhadap identitas Beneficialowner.

Pengawasan Kepatuhan 439

(6) Dalam hal LKNB meragukanatau tidak dapat meyakinidokumen atau bukti atasidentitas dan/ atau informasi lainmengenai Beneficial owner,LKNB wajib menolak hubunganusaha atau transaksi dengancalon Nasabah.1042

IV.1.2.5.2 Identifikasi Transaksi

Penentuan transaksi keuangan yangmencurigakan.

Dalam rangka mengidentifikasi,menganalisis, memantau, danmenyediakan laporan secara efektifuntuk dapat memastikan bahwatransaksi yang dilakukan Nasabahkonsisten dengan profil, karakteristikdan pola transaksi Nasabah yangbersangkutan, LKNB wajib memilikisistem informasi yang memadai.1043

Sistem informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harusmemungkinkan LKNB untuk dapatmenelusuri setiap transaksi,termasuk untuk penelusuran atasidentitas Nasabah, bentuk transaksi,tanggal transaksi, jumlah dandenominasi transaksi, sumber danayang digunakan untuk transaksi, danPerikatan lain yang dimiliki Nasabahpada bank dan LKNB lain.1044

1042 Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1043 Pasal 23 Ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1044 Pasal 23 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

440 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

LKNB wajib melakukan evaluasiterhadap hasil pemantauan dan analisissebagaimana dimaksud dalam Pasal23 untuk memastikan ada tidaknyatransaksi yang mencurigakan sertamelaporkan temuan tersebut kepadaPusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan.1045

LKNB wajib menatausahakan hasilpemantauan dan evaluasisebagaimana dimaksud dalam Pasal24, baik yang dilaporkan maupunyang tidak dilaporkan kepada PusatPelaporan dan Analisis TransaksiKeuangan.1046

LKNB wajib memenuhi ketentuanpelaporan Transaksi KeuanganMencurigakan dan TransaksiKeuangan yang Dilakukan SecaraTunai termasuk transaksi keuanganyang terkait dengan PendanaanKegiatan Terorisme kepada PusatPelaporan dan Analisis TransaksiKeuangan sesuai dengan undang-undang mengenai tindak pidanapencucian uang dan peraturanpelaksanaannya.1047

IV.1.2.5.3 Kewajiban untuk membuatsistem informasi

Dalam rangka mengidentifikasi,menganalisis, memantau, dan

1045 Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1046 Pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1047 Pasal 28 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Pengawasan Kepatuhan 441

menyediakan laporan secara efektifuntuk dapat memastikan bahwatransaksi yang dilakukan Nasabahkonsisten dengan profil, karakteristikdan pola transaksi Nasabah yangbersangkutan, LKNB wajib memilikisistem informasi yang memadai.148

Sistem informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harusmemungkinkan LKNB untuk dapatmenelusuri setiap transaksi,termasuk untuk penelusuran atasidentitas Nasabah, bentuk transaksi,tanggal transaksi, jumlah dandenominasi transaksi, sumber danayang digunakan untuk transaksi, danPerikatan lain yang dimiliki Nasabahpada bank dan LKNB lain.1049

IV.1.2.5.4 Kewajiban membentuk unit kerjakhusus atau menugaskananggota direksi atau pengurusatau pejabat setingkat di bawahdireksi atau pengurus

Dalam rangka pelaksanaan PrinsipMengenal Nasabah, LKNB wajib :

a. membentuk unit kerja khususatau menugaskan anggota direksiatau pengurus atau pejabatsetingkat di bawah direksi ataupengurus yang bertanggung jawabmenangani penerapan PrinsipMengenal Nasabah.1050

1048 Pasal 23 Ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1049 Pasal 23 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1050 Pasal 4 Ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

442 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IV.1.2.5.5 Upaya Kewajiban MembuatPedoman Pengenal MengenalNasabah

Dalam rangka pelaksanaan PrinsipMengenal Nasabah, LKNB wajib :

b. menetapkan kebijakan danprosedur tertulis tentangpenerimaan Nasabah, identifikasidan verifikasi Nasabah,pemantauan terhadap Rekeningdan transaksi Nasabah, danmanajemen risiko yang berkaitandengan penerapan PrinsipMengenal Nasabah, yangdituangkan dalam pedomanpelaksanaan penerapan PrinsipMengenal Nasabah.

c. menyampaikan pedomanpelaksanaan penerapan PrinsipMengenal Nasabah sebagaimanadimaksud pada huruf b kepadaMenteri Keuangan c.q. KetuaBadan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan.

d. menyampaikan setiap perubahanatas pedoman pelaksanaanpenerapan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksudpada huruf b kepada MenteriKeuangan c.q. Ketua BadanPengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan paling lama 7(tujuh) hari kerja sejakditetapkannya perubahantersebut.1051

1051 Pasal 4 Ayat (1) huruf b, c, dan d Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Pengawasan Kepatuhan 443

IV.1.2.5.6 Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah

Program pelatihan mengenaipenerapan Prinsip MengenalNasabah bagi pejabat, karyawan,dan tenaga pemasar yang bukankaryawan LKNB.1052

(1) LKNB wajib menyusun danmelaksanakan program pelatihanpenerapan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 30 ayat (2) huruf e.

(2) Pelaksanaan program pelatihanPrinsip Mengenal Nasabahsebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib dilakukan palingsedikit 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun.

(3) Laporan pelaksanaan programpelatihan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memuat seluruhkegiatan pelatihan PrinsipMengenal Nasabah yangdilakukan untuk periode 1Januari sampai 31 Desembertahun yang bersangkutan.

(4) LKNB wajib menyampaikanlaporan pelaksanaan programpelatihan Prinsip MengenalNasabah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) kepada MenteriKeuangan c.q Ketua BadanPengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan pada

1052 Pasal 30 huruf e Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

444 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tanggal 15 Januari tahunberikutnya.1053

IV.1.2.6 PJK – Pedagang Valuta Asing Bukan Bank(PVA Bukan Bank)

IV.1.2.6.1 Identifikasi Nasabah

Bagi Penyedia Jasa Keuangan yangberbentuk PVA Bukan Bank, identitasdan dokumen pendukung yangdiminta dari pengguna jasa keuanganharus sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

PVA Bukan Bank wajib melakukanCDD pada saat1054 :

a. melakukan transaksi dengan dan/atau memberikan jasa kepadaNasabah dan/atau BeneficialOwner; atau

b. meragukan kebenaran informasiyang disampaikan oleh Nasabahdan/atau Beneficial Owner;

PVA Bukan Bank wajib melakukanCDD pada saat1055 :

a. melakukan transaksi dengan dan/atau memberikan jasa kepadaNasabah dan/atau BeneficialOwner yang tergolong berisikotinggi termasuk PEP; atau

b. terdapat transaksi yang tidak wajaryang diduga terkait dengan

1053 Pasal 33 Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang PenerapanPrinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

1054 Pasal 7 Peraturan Bank Indonesia No. 12/3/PBI/2010 tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang Valuta Asing.

1055 Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 12/3/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang ValutaAsing.

Pengawasan Kepatuhan 445

pencucian uang dan/ataupendanaan terorisme.

IV.1.2.6.2 Identifikasi Transaksi

a. Pemantauan dan Penentuantransaksi keuangan yangmencurigakan.

PVA Bukan Bank melakukanpengkinian informasi dandokumen terkait dengan profilNasabah dan profil transaksiNasabah sesuai hasil pemantauanterhadap informasi dan dokumenNasabah agar identifikasi danpemantauan transaksi keuanganyang mencurigakan dapat berjalansecara efektif. 1056

Pengkinian informasi dandokumen Nasabah dilakukansecara berkala berdasarkantingkat risiko Nasabah atautransaksi.

Untuk keperluan pemantauaninformasi terkait dengan profilNasabah dan profil transaksiNasabah, PVA Bukan Bank perlumemiliki prosedur pemantauandan pengkinian informasi yangdapat mengidentifikasi, meng-analisis, memantau danmenyediakan laporan secaraefektif.

Prosedur pemantauan danpengkinian informasi disesuaikan

1056 BAB III huruf E Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/10/DPM tentang PedomanStandar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorismepada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

446 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan kompleksitas, volumetransaksi, dan risiko yang dimilikiPVA Bukan Bank.

Kegiatan pemantauan oleh PVABukan Bank dilakukan palingkurang sebagai berikut:

a. Pemantauan terhadapkesesuaian antara transaksidengan profil transaksiNasabah, dengan cara:1) melakukan identifikasi atas

kesesuaian antara transaksiNasabah dengan profilNasabah; dan

2) melakukan analisis terhadapseluruh transaksi Nasabahyang tidak sesuai denganprofil transaksi Nasabahyang bersangkutan.

b. Pemantauan profil Nasabahterkait dengan daftar teroris,dengan cara:

1) Melakukan pengecekansecara berkala terdapat atautidaknya nama-namaNasabah PVA Bukan Bankyang memiliki kesamaanatau kemiripan dengannama yang tercantum dalamdatabase daftar teroris.

2) Dalam hal terdapatkemiripan nama Nasabahdengan identitas yangtercantum dalam databasedaftar teroris, PVA BukanBank melakukan penge-cekan lebih lanjut kemiripanidentitas Nasabah tersebut

Pengawasan Kepatuhan 447

dengan informasi lain yangterkait.

3) Dalam hal terdapatkesamaan nama Nasabahatau kesamaan informasilainnya dengan nama yangtercantum dalam databasedaftar teroris, PVA BukanBank melaporkan Nasabahtersebut dalam LaporanTransaksi KeuanganMencurigakan (LTKM)kepada PPATK.

c. Sumber informasi yang dapatdigunakan untuk memantauprofil Nasabah yang ditetapkansebagai status tersangka atauterdakwa terkait tindak pidanapencucian uang dan/atauterorisme, dapat diperolehantara lain melalui:

1) database yang dikeluarkanoleh pihak berwenangseperti PPATK; atau

2) media massa, seperti korandan majalah.

d. Sumber informasi mengenaidaftar teroris sebagaimanadimaksud pada huruf b antaralain dapat diperoleh melalui:

1) website PBB : http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml;

2) sumber lainnya yang lazimdigunakan oleh perbankandan merupakan data publikantara lain The Office ofForeign Assets Controls List

448 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(OFAC List) dengan alamatsitus internet:

http://www.treas.gov/offices/enforcement/ofac/index.shtml;

atau

3) pihak berwenang sepertiPPATK atau Kepolisian.

IV.1.2.6.3 Kewajiban untuk membuatpencatatan transaksi

Pada saat melakukan transaksidengan dan/atau memberikan jasakepada Nasabah, PVA Bukan Bankwajib meminta dan mencatatinformasi Nasabah. InformasiNasabah tersebut dicocokkanterhadap dokumen pendukung yangmemuat informasi Nasabah yangdimaksud. PVA Bukan Bank wajibmemperoleh informasi bahwaNasabah bertindak untuk diri sendiriatau untuk dan atas nama BeneficialOwner. Pada saat meragukankebenaran informasi yangdisampaikan oleh Nasabah dan/atauBeneficial Owner, PVA Bukan Bankwajib meminta informasi tambahanlain dari Nasabah untuk mendukungidentifikasi Nasabah.

a. Bagi Nasabah yang melakukantransaksi dengan dan/ataumenggunakan jasa dengan nilaikurang dari Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah) atau ekuivalendalam mata uang asing, palingkurang mencakup permintaaninformasi antara lain:

Pengawasan Kepatuhan 449

1) bagi Nasabah perorangan:a) identitas Nasabah yang

memuat:(1) nama lengkap terma-

suk alias apabila ada;(2) nomor dokumen

identitas yang dibuk-tikan dengan menun-jukkan dokumendimaksud; dan

(3) alamat tempat tinggalyang tercantum padakartu identitas;

b) informasi mengenaiBeneficial Owner, apabilaNasabah mewakiliBeneficial Owner; dan

c) nilai dan tanggal transaksi.

2) bagi Nasabah selain per-orangan:a) nama badan usaha;b) nomor izin usaha dari

instansi yang berwenang;c) alamat kedudukan badan

usaha;d) informasi mengenai

Beneficial Owner, apabilaNasabah mewakiliBeneficial Owner; dan

e) nilai dan tanggal transaksi.

b. Bagi Nasabah yang melakukantransaksi dengan dan/ataumenggunakan jasa dengan nilaiRp100.000.000,00 (seratus jutarupiah) atau lebih atau ekuivalendalam mata uang asing, yangdilakukan dalam 1 (satu) kalimaupun beberapa kali transaksidalam 1 (satu) hari kerja, paling

450 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

kurang mencakup:1) bagi Nasabah perorangan:

a) identitas Nasabah yangdisertai dengan fotokopidokumen yang memuat:(1) nama lengkap terma-

suk alias apabila ada; (2) nomor dokumen

identitas yang dibuk-tikan dengan menun-jukkan dokumendimaksud;

(3) alamat tempat tinggalyang tercantum padakartu identitas;

(4) alamat tempat tinggalterkini termasuk nomortelepon apabila ada;

(5) tempat dan tanggallahir;

(6) kewarganegaraan;(7) pekerjaan;(8) jenis kelamin; dan(9) NPWP apabila ada;

b) informasi mengenaiBeneficial Owner, apabilaNasabah mewakiliBeneficial Owner;

c) nilai dan tanggal transaksi;d) maksud dan tujuan

transaksi dan/ataupenggunaan jasa; dan

e) informasi lain yangmemungkinkan PVA BukanBank untuk dapatmengetahui profil Nasabah.

2) bagi Nasabah selain per-orangan:a) identitas badan usaha

disertai dengan fotokopi

Pengawasan Kepatuhan 451

dokumen pendukung yangmemuat:(1) nama badan usaha;(2) nomor izin usaha dari

instansi yangberwenang ;

(3) NPWP badan usaha;(4) alamat kedudukan

badan usaha;(5) jenis atau bidang usaha;

b) informasi mengenaiBeneficial Owner, apabilaNasabah mewakiliBeneficial Owner;

c) nilai dan tanggal transaksi;d) maksud dan tujuan

transaksi dan/atauhubungan usaha; dan

e) informasi lain yangmemungkinkan PVA BukanBank untuk dapatmengetahui profil Nasabah.

IV.1.2.6.4 Penunjukan pegawai dalamrangka pelaksanaan programAPU dan PPT1057

Penunjukan Pegawai yangMenangani Penerapan Program APUdan PPT

a. Dalam hal PVA Bukan Bankmembutuhkan pegawai yangsecara khusus menanganipenerapan program APU danPPT, Direksi dapat menunjukpegawai PVA Bukan dalam rangka

1057 BAB II huruf C angka 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/10/DPM tentangPedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

452 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

melaksanakan Program APU danPPT.

b. Dalam hal terdapat keterbatasansumber daya manusia, pegawaiyang ditunjuk dalam rangkapenerapan Program APU dan PPTdapat merangkap tugas lain.

c. Dalam menjalankan tugasnya,pegawai yang ditunjuk dalamrangka penerapan Program APUdan PPT melapor danbertanggung jawab kepadaDireksi.

d. PVA Bukan Bank yang memilikikantor cabang dapat jugamenunjuk pegawai dalam rangkapenerapan program APU dan PPTdi kantor cabang.

IV.1.2.6.5 Tanggung Jawab pegawai dalamrangka pelaksanaan programAPU dan PPT1058

Tugas pokok pegawai yang ditunjukuntuk menangani penerapanProgram APU dan PPT adalah:

a. memantau pelaksanaan kebijakandan prosedur penerapan programAPU dan PPT;

b. memantau pengkinian profilNasabah dan profil transaksiNasabah;

c. melakukan koordinasi pelak-sanaan kebijakan Program APUdan PPT dengan unit kerja terkaityang berhubungan denganNasabah;

1058 BAB II huruf C angka 2 Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/10/DPM tentangPedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Pengawasan Kepatuhan 453

d. memantau kesesuaian kebijakandan prosedur dengan perkem-bangan Program APU dan PPTterkini, kegiatan dan kompleksitasusaha PVA Bukan Bank, danvolume transaksi PVA BukanBank;

e. menerima laporan transaksikeuangan yang berindikasimencurigakan (red flag) daribagian/unit kerja terkait (misalnyateller atau kantor cabang) yangberhubungan dengan Nasabah;

f. mengidentifikasikan transaksiyang memenuhi kriteriamencurigakan;

g. menyusun Laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan,Laporan Transaksi KeuanganTunai dan laporan lainnyasebagaimana diatur dalamUndang-Undang Tindak PidanaPencucian Uang untukdisampaikan kepada PPATKberdasarkan persetujuan Direksi;

h. memantau, menganalisis, danmerekomendasi kebutuhanpelatihan penerapan Program APUdan PPT bagi pegawai PVA BukanBank secara berkala danberkesinambungan; dan

i. berperan sebagai contact personbagi otoritas yang berwenangterkait dengan kebijakanpenerapan Program APU dan PPTantara lain Bank Indonesia,PPATK, dan Penegak Hukum.

Persyaratan Pegawai yang Ditunjukuntuk Menangani PenerapanProgram APU dan PPT Pegawai

454 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

PVA Bukan Bank dimaksud harusmemenuhi persyaratan sebagaiberikut:

a. memiliki pengetahuan yangmemadai mengenai penerapanprogram APU dan PPT danperaturan lainnya; dan

b. memiliki kewenangan untukmengakses seluruh data Nasabahdan informasi lainnya yang terkaitdalam rangka pelaksanaan tugas.

IV.1.2.6.6 Kewajiban Membuat PedomanProgram APU dan PPT1059

Dalam menerapkan program APUdan PPT, PVA Bukan Bank wajibmemiliki kebijakan dan prosedurtertulis yang paling kurangmencakup:

a. pelaksanaan CDD;b. Beneficial Owner;c. pelaksanaan EDD;d. penolakan transaksi;e. pengkinian informasi dan

dokumen;f. penatausahaan dokumen; dang. pelaporan kepada PPATK.

PVA Bukan Bank wajib menerapkankebijakan dan prosedur tertulis

IV.1.2.6.7 Kewajiban MelaksanakanProgram Pelatihan PrinsipMengenal Nasabah

PVA Bukan Bank wajib memberikan

1059 Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia No. 12/3/PBI/2010 tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang Valuta AsingBukan Bank.

Pengawasan Kepatuhan 455

pengetahuan dan/atau memberikanpelatihan secara berkesinambunganmengenai penerapan program APUdan PPT bagi seluruh pegawai.1060

Seluruh pegawai harus mendapatkanpengetahuan mengenai kebijakan,prosedur, dan penerapan ProgramAPU dan PPT.1061

Pegawai-pegawai tertentu, yaitu:

1) pegawai yang berhadapanlangsung dengan Nasabah(pelayanan Nasabah);

2) pegawai yang melaksanakanfungsi pengawasan pelaksanaanpenerapan Program APU danPPT; atau

3) pegawai yang melaksanakantugas sehari-hari terkait denganpelaporan kepada PPATK,

wajib mendapatkan pelatihan secaraberkala/berkesinambungan baikmelalui seminar, workshop, training,yang diselenggarakan oleh pihakeksternal maupun internal PVA BukanBank mengenai kebijakan, prosedur,dan penerapan Program APU dan PPT.

IV.1.2.7 PJK – Kegiatan Usaha Pengiriman Uang

IV.1.2.7.1 Identifikasi Nasabah

Perorangan Warga Negara Indonesiayang telah memperoleh izin sebagai

1060 Pasal 18 Peraturan Bank Indonesia No. 12/3/PBI/2010 tentang Penerapan Pro-gram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang ValutaAsing Bukan Bank.

1061 Huruf B Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/10/DPM tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang Valuta AsingBukan Bank.

456 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penyelenggara kegiatan usahaPengiriman Uang harus mengetahuidan mengenal identitas pihak-pihakyang akan menggunakan jasanya.1062

Pengetahuan dan pengenalan identitaspihak-pihak yang menggunakan jasaPenyelenggara ini dimaksudkansebagai penerapan Prinsip MengenalNasabah. 1063

Pengenalan terhadap Nasabahmencakup hal-hal sebagai berikut1064 :

a. Penelitian identitas Nasabah

1) Perorangan

a) Meminta Nasabah untukmemperlihatkan identitas diriantara lain Kartu TandaPenduduk (KTP), Surat IzinMengemudi (SIM), atauPaspor.

b) Meneliti bahwa Nasabah telahsesuai dengan identitasNasabah, antara lainkesamaan wajah Pengirim/Penerima dengan foto yangada dalam identitas dan/atautanda tangan.

2) Perusahaan

a) Meminta Nasabah untukmemperlihatkan identitasseperti izin usaha atau NPWP.

1062 Pasal 9 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang KegiatanUsaha Pengiriman Uang.

1063 Penjelasan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentangKegiatan Usaha Pengiriman Uang.

1064 Lampiran Surat Edaran No. 8/32 /DASP tanggal 20 Desember 2006 perihalPendaftaran Kegiatan Usaha Pengiriman Uang.

Pengawasan Kepatuhan 457

b) Meneliti bahwa Nasabah telahsesuai dengan identitasNasabah.

Dalam hal Nasabah tidak dapatmenunjukkan bukti identitas atauidentitas Nasabah tidak sesuai dengandata yang tertulis dalam formulirpengiriman atau data penerimaan, dan/atau petugas Penyelenggara kegiatanusaha Pengiriman Uang meragukankeaslian atau kebenaran dari identitasNasabah maka transaksi denganNasabah tersebut tidak bolehdilakukan.

IV.1.2.7.2 Pencatatan Transaksi1065

Penyelenggara harus melakukanpencatatan transaksi setiap Nasabahyang sekurang-kurangnya meliputi :

1) Perorangan:

a) nama dan alamat Nasabah;b) tempat dan tanggal lahir;c) pekerjaan;d) kewarganegaraan;e) nomor bukti identitas;f) nilai transaksi; dang) tanggal transaksi.

2) Perusahaan:

a) nama dan alamat Nasabah;b) bidang usaha;c) nomor izin usaha;d) NPWP;e) nilai transaksi; danf) tanggal transaksi.

1065 Lampiran Surat Edaran No. 8/32 /DASP tanggal 20 Desember 2006 perihalPendaftaran Kegiatan Usaha Pengiriman Uang.

458 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IV.1.2.7.3 Contoh Transaksi KeuanganMencurigakan

a. Pengiriman Uang tanpa disertaiidentitas yang jelas dari Pengirimdan/atau Penerima.

b. Pengiriman Uang tidak sesuai ataumenyimpang dari profile,karakteristik, atau kebiasaan polatransaksi dari Nasabah yangbersangkutan.

c. Uang yang dikirim diduga berasaldari hasil tindak pidana.

IV. 2 Pengawasan Kepatuhan Terhadap Kewajiban Pelaporan

IV.2.1 Pelaksanaan Audit

IV.2.1.1 Audit Kepatuhan

IV.2.1.1.1 Audit Kepatuhan yang memiliki LPP

Pengawasan Kepatuhan ataskewajiban pelaporan bagi PihakPelapor dilakukan oleh LembagaPengawas dan Pengatur dan/atauPPATK.1066

Dalam hal Pengawasan Kepatuhan ataskewajiban pelaporan tidak dilakukanatau belum terdapat LembagaPengawas dan Pengatur, PengawasanKepatuhan atas kewajiban pelaporandilakukan oleh PPATK.1067

Tata cara pelaksanaan PengawasanKepatuhan diatur oleh LembagaPengawas dan Pengatur dan/atau

1066 Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1067 Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengawasan Kepatuhan 459

PPATK sesuai dengan kewena-ngannya.168

IV.2.1.1.2 Audit Kepatuhan yang tidak memilikiLPP/diserahkan kepada PPATK

Dalam melaksanakan tugas mencegahdan memberantas tindak pidanapencucian uang, PPATK mempunyaifungsi pengawasan terhadapkepatuhan Pihak Pelapor.1069

Pengawasan kepatuhan dilakukan olehPPATK terhadap Pihak Pelapor yangbelum memiliki Lembaga Pengawasdan Pengatur, atau terhadap PihakPelapor yang pengawasannya telahdiserahkan oleh Lembaga Pengawasdan Pengatur kepada PPATK.1070

Dalam rangka melaksanakan fungsipengawasan terhadap kepatuhan PihakPelapor, PPATK berwenangmelakukan audit kepatuhan atau auditkhusus.1071

IV.2.1.2 Audit Khusus

IV.2.1.2.1 Audit khusus terkait pelaporan

Dalam rangka melaksanakan fungsipengawasan terhadap kepatuhan PihakPelapor, PPATK berwenang

1068 Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1069 Pasal 40 huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1070 Penjelasan Pasal 40 huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1071 Pasal dan Penjelasan Pasal 43 huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

460 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

melakukan audit kepatuhan atau auditkhusus.1072

Audit khusus dapat dilakukan terhadap:

1. penyedia jasa keuangan yangpengawasan kepatuhan ataskewajiban pelaporan bagi penyediajasa keuangan tersebut dilakukanoleh Lembaga Pengawas danPengatur dan/atau PPATK;

2. penyedia jasa keuanganberdasarkan permintaan lembagaatau instansi yang berwenangmeminta informasi kepada PPATKsesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

IV.2.1.2.2 Audit khusus dalam rangka memintaketerangan

Dalam rangka melaksanakan fungsianalisis atau pemeriksaan laporan daninformasi PPATK dapat memintaketerangan kepada Pihak Pelapor danpihak lain yang terkait dengan dugaantindak pidana pencucian uang.1073

Meminta keterangan kepada PihakPelapor dan pihak lain yang terkaitdengan dugaan tindak pidanapencucian uang, dapat berupamelakukan audit khusus baik yangdilakukan sendiri oleh PPATK maupundilakukan bersama-sama denganLembaga Pengawas dan Pengatur.1074

1072 Pasal dan Penjelasan Pasal 43 huruf c Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1073 Pasal 44 huruf g Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1074 Penjelasan Pasal 44 huruf g Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengawasan Kepatuhan 461

IV.2.2 Penyampaian hasil audit dan temuan TKM

Hasil pelaksanaan Pengawasan Kepatuhan yang dilakukan olehLembaga Pengawas dan Pengatur disampaikan kepadaPPATK.1075

Dalam hal Lembaga Pengawas dan Pengatur menemukanTransaksi Keuangan Mencurigakan yang tidak dilaporkan olehPihak Pelapor kepada PPATK, Lembaga Pengawas danPengatur segera menyampaikan temuan tersebut kepadaPPATK.1076

Lembaga Pengawas dan Pengatur wajib memberitahukankepada PPATK setiap kegiatan atau Transaksi Pihak Pelaporyang diketahuinya atau patut diduganya dilakukan baiklangsung maupun tidak langsung dengan tujuan melakukantindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalamPasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 UU TPPU.1077

IV.2.3 Tata Cara Pelaksanaan audit

IV.2.3.1 Tujuan Audit

Tujuan audit kepatuhan adalah untuk memastikantingkat kepatuhan dan kemampuan dari penyediajasa keuangan dalam memenuhi kewajiban pelaporankepada Pusat Pelaporan dan Analisis TransaksiKeuangan sesuai dengan Undang Undang TindakPidana Pencucian Uang dan pedoman yangdikeluarkan oleh Pusat Pelaporan dan AnalisisTransaksi Keuangan.1078

1075 Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1076 Pasal 32 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1077 Pasal 33 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1078 Peraturan Kepala PPATK No. 4/1/PER.PPATK/2005/INTERN tentang AuditKepatuhan Terhadap Penyedia Jasa Keuangan.

462 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IV.2.4 Pengecualian Kerahasiaan Bagi Auditor

Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang ini, terhadap PPATK tidak berlakuketentuan peraturan perundang-undangan dan kode etik yangmengatur kerahasiaan.1079

IV.2.5 Lain-lain

Dalam rangka melaksanakan kewenangan tersebut, PPATKdapat:

o melakukan audit sewaktu-waktu apabila diperlukan;1080

o meminta dan mewajibkan Penyedia Jasa Keuangan untukmemberikan dokumen, data, keterangan, dan informasiyang dimiliki dan atau dikuasai oleh Penyedia JasaKeuangan;

o memasuki pekarangan, lahan, gedung atau properti yangdimiliki atau dikuasai oleh Penyedia Jasa Keuangan.

~o~

1079 Pasal 45 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1080 Pasal 5 ayat (1) Keputusan Presiden RI No. 82 Tahun 2003 tentang Tata CaraPelaksanaan Wewenang Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Penegakan Hukum 463

BAB VPENEGAKAN HUKUM

Bab V ini menguraikan tahapan atau proses penegakan hukumtindak pidana pencucian uang mulai dari penyampaian hasil pemeriksaan

dan analisis oleh PPATK kepada penegak hukum, penyelidikan dan penyidikan olehpenyidik, penuntutan oleh penuntut umum, pemeriksaan perkara di sidang pengadilan

dan putusan hakim. Dengan pendekatan seperti ini diharapkan semua pemangkukepentingan dapat lebih memahami tahapan atau proses penanganan perkara tindak

pidana uang sesuai hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

464 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

V.1 Ruang Lingkup Penanganan Perkara TPPU ................................... 468V.1.1 Sistem Peradilan Pidana Terpadu .......................................... 468V.1.2 Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang

pengadilan terhadap tindak pidana dilakukanberdasarkan peraturan perundang-undangan .................... 468

V.1.3 Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK .................... 470V.1.4 Tindak lanjut atas adanya laporan ........................................ 471V.1.5 Pembuatan berita acara ........................................................... 471V.1.6 Pemberitahuan kepada penuntut umum (SPDP).................. 472

V.2 Penyidikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia ............... 473V.2.1 Penyelidikan ............................................................................. 473

V.2.1.1 Pengertian penyelidikan ......................................... 473V.2.1.2 Pengertian penyelidik ............................................. 474V.2.1.3 Sasaran penyelidikan .............................................. 474V.2.1.4 Proses penyelidikan ................................................ 475V.2.1.5 Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidak

terhenti ...................................................................... 477V.2.1.6 Bukti permulaan yang cukup ................................. 477V.2.1.7 Pengumpulan dan pemeriksaan alat bukti

TPPU (catatan: termasuk dokumen yang harusdiuraikan) .................................................................. 478

V.2.2 Penyidikan ................................................................................ 479V.2.2.1 Pengertian penyidikan ........................................... 479V.2.2.2 Pengertian penyidik ................................................ 479V.2.2.3 Kewenangan penyidik ............................................ 480V.2.2.4 Dimulainya penyidikan ........................................... 481V.2.2.5 Penindakan dan Pemeriksaan ................................ 482

V.2.2.5.1 Penundaan Transaksi .......................... 482V.2.2.5.2 Pemblokiran ........................................... 483V.2.2.5.3 Permintaan keterangan dari

Penyedia Jasa Keuangan .................... 485V.2.2.5.4 Pemeriksaan Surat ................................ 487V.2.2.5.4.1 Pengertian surat ................................. 487V.2.2.5.4.2 Tata Cara Pemeriksaan Surat ............ 488V.2.2.5.5 Penggeledahan ..................................... 489V.2.2.5.6 Penyitaan ............................................... 493V.2.2.5.7 Penitipan Barang Bukti ....................... 503V.2.2.5.8 Pelelangan Barang Bukti ..................... 504

Penegakan Hukum 465

V.2.2.5.9 Pemusnahan Barang Bukti .................. 505V.2.2.5.10 Penangkapan ......................................... 506V.1.2.5.11 Penahanan .............................................. 508V.2.2.5.12 Pemanggilan saksi, tersangka, ahli,

juru bahasa, penterjemah .................... 512V.2.2.5.13 Pemeriksaan Alat Bukti ........................ 515V.2.2.5.13.1 Pemeriksaan Saksi ............................. 516V.2.2.5.13.2 Pemeriksaan Ahli ............................... 518V.2.2.5.13.3 Pemeriksaan Surat ............................. 519V.2.2.5.13.4 Alat Bukti Lain ................................... 521V.2.2.5.13.5 Petunjuk .............................................. 521V.2.2.5.13.6 Pemeriksaan Tersang-ka ................... 522V.2.2.5.13.7 Konfrontasi dan rekonstruksi ......... 528V.2.2.5.13.8 Evaluasi Hasil Peme-riksaan ............ 531V.2.2.5.14 Permintaan keterangan kepada

PPATK ........................................... 533V.2.2.5.15 Pemberkasan Perkara ..................... 542V.2.2.5.16 Penyerahan Berkas Perkara ............ 543V.2.2.5.17 Penghentian Penyidikan ................. 544

V.3 Penyidikan oleh Kejaksaan ................................................................. 546

V.4 Penyidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ........................... 547V.4.1 Penyelidikan ............................................................................ 548

V.4.1.1 Pengertian Penyelidik ............................................. 548V.4.1.2 Bukti Permulaan yang Cukup ................................ 548

V.4.2 Penyidikan ............................................................................... 549V.4.2.1 Pengertian Penyidik ................................................ 549V.4.2.2 Pemeriksaan ............................................................. 549

V.4.2.2.1 Penundaan Transaksi .......................... 549V.4.2.2.2 Pemblokiran ........................................... 551V.4.2.2.3 Permintaan Keterangan ....................... 553V.4.2.2.4 Penyadapan dan Merekam

Pembicaraan .......................................... 555V.4.2.2.5 Melarang seseorang berpergian ke

luar negeri ............................................. 555V.4.2.2.6 Memerintahkan untuk memberhen-

tikan Tersangka dari jabatannya ........ 556V.4.2.2.7 Meminta Data ....................................... 556V.4.2.2.8 Meminta Bantuan Instansi Lain ......... 556V.4.2.2.9 Pemeriksaan Tersangka ....................... 557V.4.2.2.10 Penyitaan ............................................... 558V.4.2.2.11 Penyampaian Hasil Penyidikan .......... 559

466 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.4.2.2.12 Tidak Berwenang Melakukan Peng-hentian Penyidikan ............................... 560

V.4.2.2.13 Koordinasi dengan instansi lain ........ 560

V.5 Penyelidikan dan Penyidikan oleh Badan Narkotika Nasional 560V.5.1 Penyelidikan ............................................................................. 561

V.5.1.1 Pejabat/Anggota BNN sebagai Penyelidik ......... 561V.5.1.2 Proses Penyelidikan ................................................ 561V.5.1.3 Sasaran Penyelidikan............................................... 561V.5.1.4 Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidak

terhenti ...................................................................... 564V.5.2 Penyidikan ................................................................................ 564

V.5.2.1 Penindakan dan Pemeriksaan ................................ 564V.5.2.2 Penundaan Transaksi ............................................. 564V.5.2.3 Pemblokiran .............................................................. 565V.5.2.4 Permintaan keterangan dari Penyedia Jasa

Keuangan ................................................................. 567V.5.2.5 Pemanggilan ............................................................. 568

V.5.2.5.1 Wewenang Pemanggilan ...................... 568V.5.2.5.1.1 Pemanggilan Saksi ............. 571V.5.2.5.1.2 Pemanggilan terhadap

Pejabat Tertentu ................. 571V.5.2.5.2 Penang................................. 574V.5.2.5.2.1 Wewenang Penangkapan 574V.5.2.5.3 Penahanan .......................... 575V.5.2.5.3.1 Wewenang Penahanan ..... 575V.5.2.5.3.2 Jenis Penahanan ................ 576V.5.2.5.3.3 Jangka Waktu Penahanan. 576V.5.2.5.4 Penggeledahan................... 577V.5.2.5.4.1 Wewenang Penggeleda-

han ................................. 577V.5.2.5.4.2 Sasaran Penggeledahan ... 577V.5.2.5.5 Penyitaa .............................. 579V.5.2.5.4.1 Wewenang Penyitaan ....... 579V.5.2.5.4.2 Sasaran Penyitaan ............. 581V.5.2.5.6 Pemeriksaan ........................ 582V.5.2.5.6.1 Wewenang Pemeriksaan ... 583V.5.2.5.6.2 Pemeriksaan Alat Bukti ..... 585V.5.2.5.6.2.1 Konfrontasi dan

rekonstruksi ..................... 585V.5.2.5.6.2.2 Evaluasi Hasil Pemerik-

saan .................................. 588

Penegakan Hukum 467

V.5.2.5.7 Pemusnahan BarangBukti .................................... 590

V.5.2.5.8 Pemanfaatan BarangBukti .................................... 593

V.5.2.6 Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara ... 594V.5.2.6.1 Pembuatan Berita Acara Pendapat/

Resume ................................................... 595V.5.2.6.2 Penyusunan Isi Berkas Perkara .......... 595V.5.2.6.3 Pemberkasan ......................................... 596V.5.2.6.4 Penyerahan Berkas Perkara ................ 596V.5.2.6.5 Penghentian Penyidikan ..................... 596

V.6 Penyidikan oleh Direktorat Jenderal Pajak .................................... 597V.6.1 Kewenangan Penyidikan ......................................................... 597V.6.2 Pemeriksaan Bukti Permulaan ................................................. 600V.6.3 Penyidikan.................................................................................. 616

V.7 Penyidikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .................... 627V.7.1 Pengertian Penyidik .................................................................. 627V.7.2 Pengertian Penyidikan.............................................................. 627V.7.3 Kewenangan Penyidikan ......................................................... 627

V.7.3.1 Penundaan Transaksi ............................................. 629V.7.3.2 Pemblokiran ............................................................. 630V.7.3.3 Permintaan keterangan dari Penyedia Jasa

Keuangan ................................................................. 631V.7.3.4 Menerima Laporan/Keterangan ............................ 632V.7.3.5 Memanggil Orang ................................................... 632V.7.3.6 Penangkapan ........................................................... 633V.7.3.7 Penahanan ................................................................ 633V.7.3.8 Memotret dan/atau Merekam Melalui Media

Audio Visual ............................................................ 634V.7.3.9 Memeriksa Catatan dan Pembukuan .................... 634V.7.3.10 Mengambil Sidik Jari ............................................... 635V.7.3.11 Penggeledahan .......................................................V.7.3.12 Penyitaan .................................................................. 635V.7.3.13 Mengamankan Barang Bukti ................................. 635V.7.3.14 Mendatangkan Tenaga Ahli .................................. 636V.7.3.15 Menyuruh Berhenti Tersangka ............................. 636V.7.3.16 Meneliti, Mencari, dan Mengumpulkan

Keterangan ............................................................... 637V.7.3.17 Meminta Keterangan .............................................. 637V.7.3.18 Tindakan Lain .......................................................... 637

468 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.7.3.19 Penghentian Penyidikan ........................................ 638V.7.3.20 Penyampaian Hasil Penyidikan ............................. 639

V.8. Pra Penuntutan ...................................................................................... 640V.8.1 Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

(SPDP) ....................................................................................... 641V.8.2 Penyerahan Berkas Perkara ................................................... 642

V.8.2.1 Penyerahan Berkas Perkara Tahap Pertama ........ 643V.8.2.2 Penyerahan Berkas Perkara Tahap Kedua ........... 650

V.9 Penuntutan ............................................................................................. 654V.9.1 Penyusunan Surat dakwaan .................................................. 656

V.9.1.1 Fungsi Surat Dakwaan ........................................... 656V.9.1.2 Dasar Pembuatan Surat Dakwaan ........................ 656V.9.1.3 Syarat-syarat Surat Dakwaan ................................ 657V.9.1.4 Bentuk Surat Dakwaan ........................................... 659V.9.1.5 Teknik Pembuatan Surat Dakwaan ....................... 659

V.9.2 Pelimpahan perkara ke pengadilan ....................................... 663V.9.2.1 Pembuktian .............................................................. 664V.9.2.1.1 Pemeriksaan Saksi ................................................... 666V.9.2.1.2 Pemeriksaan Ahli...................................................... 677

V.9.2.1.3 Pemeriksaan Surat ................................ 678V.9.2.1.4 Pemeriksaan Petunjuk ......................... 681V.9.2.1.5 Pemeriksaan Alat Bukti Lain .............. 681V.9.2.1.6 Pemeriksaan Terdakwa ........................ 682V.9.2.1.7 Pemeriksaan Barang Bukti .................. 686V.9.2.1.8 Pembuktian Terbalik ............................ 686

V.9.2.2 Tuntutan Pidana ...................................................... 689V.9.2.3 Sanksi Pidana ........................................................... 690

V.10 Pelaksanaan Putusan ........................................................................... 694V.10.1 Eksekusi terhadap badan ....................................................... 695V.10.2 Denda ........................................................................................ 696V.10.3 Barang bukti ............................................................................. 696V.10.4 Biaya perkara ............................................................................ 697

V.11 Perampasan hasil kejahatan tanpa tuntutan pidana ........................ 698

Penegakan Hukum 469

V.1 Ruang Lingkup Penanganan Perkara TPPU

V.1.1 Sistem Peradilan Pidana Terpadu1081

Dalam rangka penegakan hukum sesuai Sistem PeradilanPidana Terpadu, Polri bertugas melakukan penyidikan tindakpidana yang dilaksanakan oleh Penyidik/Penyidik Pembantupada Fungsi Reserse Kriminal Polri maupun Fungsi OperasionalPolri lainnya yang diberi wewenang untuk melakukan penyidikanserta melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap PPNS.

Penyidikan tindak pidana dilakukan dalam 3 (tiga) tahapankegiatan, yaitu: (1) penyelidikan; (2) penindakan danpemeriksaan; dan (3) penyelesaian dan penyerahan berkasperkara.

V.1.2 Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidangpengadilan terhadap tindak pidana dilakukan berdasarkanperaturan perundang-undangan

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilanserta pelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatanhukum tetap terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalamUndang-Undang ini.1082

Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaandi sidang pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uangtidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.1083

Penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan olehpenyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukumacara dan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecualiditentukan lain menurut Undang-Undang ini.1084

1081 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol.: SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

1082 Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1083 Pasal 69 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1084 Pasal 74 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

470 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukupterjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal,penyidik menggabungkan penyidikan tindak pidana asal denganpenyidikan tindak pidana pencucian uang danmemberitahukannya kepada PPATK.1085

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, danevaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukansecara independen, objektif, dan profesional untuk menilaidugaan adanya tindak pidana.1086

Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan sebelumberlakunya Undang-Undang ini, diperiksa dan diputus denganUndang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak PidanaPencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak PidanaPencucian Uang.1087

V.1.3 Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK

Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh prosesidentifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi KeuanganMencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, danprofesional yang disampaikan kepada penyidik.1088

Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaanlaporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40huruf d, PPATK dapat:

“meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik”.1089

PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi KeuanganMencurigakan terkait dengan adanya indikasi tindak pidana

1085 Pasal 75 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1086 Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1087 Pasal 95 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1088 Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1089 Pasal 44 huruf l Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 471

pencucian uang atau tindak pidana lain.1090

Dalam hal ditemukan adanya indikasi tindak pidana pencucianuang atau tindak pidana lain, PPATK menyerahkan HasilPemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. 1091

Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud padaayat (2), penyidik melakukan koordinasi dengan PPATK.1092

V.1.4 Tindak lanjut atas adanya laporan

Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduantentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakantindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyidikan yangdiperlukan.1093

V.1.5 Pembuatan berita acara

Berita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang :

a. pemeriksaan tersangka;b. penangkapan;c. penahanan;d. penggeledahan;e. pemasukan rumah;f. penyitaan benda;g. pemeriksaan surat;h. pemeriksaan saksi;i. pemeriksaan di tempat kejadian;j. pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan;k. pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang ini.1094

Berita acara dibuat oleh pejabat yang bersangkutan dalammelakukan tindakan tersebut pada ayat (1) dan dibuat ataskekuatan sumpah jabatan.1095

1090 Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1091 Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1092 Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1093 Pasal 106 KUHAP.1094 Pasal 75 ayat 1 KUHAP.1095 Pasal 75 ayat 2 KUHAP.

472 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat tersebutpada ayat (2) ditandatangani pula oleh semua pihak yang terlibatdalam tindakan tersebut pada ayat (1).1096

Penyidik membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakansebagaimana dimaksud dalam PasaI 75 dengan tidakmengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini. 1097

Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntutumum.1098

Penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dilakukan:

a. pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkasperkara;

b. dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidikmenyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barangbukti kepada penuntut umum.1099

V.1.6 Pemberitahuan kepada penuntut umum (SPDP)

Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatuperistiwa yang merupakan tindak pidana, penyidikmemberitahukan hal itu kepada penuntut umum. 1100

Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidakterdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukanmerupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demihukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntutumum, tersangka atau keluarganya. 1101

Dalam hal penghentian tersebut pada ayat (2) dilakukan olehpenyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) hurufb, pemberitahuan mengenai hal itu segera disampaikan kepadapenyidik dan penuntut umum.1102

1096 Pasal 75 ayat 3 KUHAP.1097 Pasal 8 ayat (1) KUHAP.1098 Pasal 8 ayat (2) KUHAP.1099 Pasal 8 ayat (3) KUHAP.1100 Pasal 109 ayat (1) KUHAP.1101 Pasal 109 ayat (2) KUHAP.1102 Pasal 109 ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 473

Sesuai ketentuan dalam Pasal 109 ayat (1) Undang-undangNomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, agar:

(1) Penyidik segera mengirimkan SPDP ke Jaksa PenuntutUmum.

(2) Sejak Kejaksaan menerima SPDP agar menunjuk JaksaPeneliti yang memantau perkembangan penyidikan.

(3) Penunjukan Jaksa Peneliti sekaligus sebagai petugas yangmelakukan koordinasi dan konsultasi dalam penangananpenyidikan perkara.

(4) Agar memperoleh kesempurnaan Berkas Perkara yangmemadai untuk dapat ditingkatkan ke tahap penuntutanmaka langkah koordinasi dan konsultasi perlu ditingkatkan.

(5) Perlu ditentukan waktu secara limitatif dalam pengirimanSPDP oleh Penyidik yaitu selambat-lambatnya 3 (tiga) harisejak diterbitkannya Surat Perintah Penyidikan dan untukdaerah terpencil selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari.1103

V.2 Penyidikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia

V.2.1 Penyelidikan

V.2.1.1 Pengertian penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikuntuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yangdiduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapatatau tidaknya dilakukan penyidikan menurut carayang diatur dalam undang-undang ini.1104

V.2.1.2 Pengertian penyelidik

Penyelidik adalah pejabat polisi negara RepublikIndonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.1105

1103 Lampiran Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Menteri Kehakiman RI,Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RINomor: KMA/003/ SKB/II/1998Nomor: M.02.PW.07.03.Th.1998Nomor: Kep/007/ JA/2/1998Nomor: Kep 02/11/1998Tanggal 5 Pebruari 1998.

1104 Pasal 1 butir 5 KUHAP.1105 Pasal 1 butir 4 KUHAP.

474 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RepublikIndonesia.1106

(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:

a. Karena kewajibannya mempunyaiwewenang:i. menerima laporan atau pengaduan dari

seorang tentang adanya tindak pidana;ii. mencari keterangan dan barang bukti;iii.. menyuruh berhenti seorang yang

dicurigai dan menanyakan sertamemeriksa tanda pengenal diri;

iv. mengadakan tindakan lain menuruthukum yang bertanggung jawab.

b. atas perintah penyidik dapat melakukantindakan berupa:i. penangkapan, larangan meninggalkan

tempat, penggeledahan dan penyitaan;ii. pemeriksaan dan penyitaan surat;iii. mengambil sidik jari dan memotret

seorang;iv. membawa dan menghadapkan seorang

pada penyidik.

(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporanhasil pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebutpada ayat (1) huruf a dan huruf b kepadapenyidik.1107

V.2.1.3 Sasaran penyelidikan

Sasaran Penyelidikan adalah1108 :

(1) Orang;(2) Benda/barang;(3) Tempat/lokasi;(4) Peristiwa/kejadian.

1106 Pasal 4 KUHAP.1107 Pasal 5 KUHAP.1108 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006

Penegakan Hukum 475

V.2.1.4 Proses penyelidikan

Proses penyelidikan sebagai berikut1109 :

(1) Kegiatan Penyelidikan, dilakukan untuk:

a. Mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan dan bukti guna menentukanapakah suatu peristiwa yang terjadi/diinformasikan, issue, dilaporkan ataudiadukan, merupakan tindak pidana ataubukan.

b. Melengkapi keterangan dan bukti-bukti yangtelah diperoleh, sebelum maupun selamadilakukan tindakan proses penyidikan.

c. Pemeriksaan/Pengolahan Tempat KejadianPerkara.

(2) Penyelidikan dilakukan dengan cara terbukasepanjang hal itu dapat menghasilkan keterangan-keterangan yang diperlukan dan dilakukan secaratertutup apabila keterangan yang diperlukan tidakmungkin diperoleh secara terbuka.

(3) Hasil Penyelidikan dituangkan di dalam laporanHasil Penyelidikan yang kemudian dipelajari,dianalisis/diolah sehingga merupakanketerangan-keterangan yang berguna untukkepentingan penyidikan.

(4) Dalam kasus-kasus tertentu penyelidikandilakukan dalam bentuk pemeriksaan/pengolahanTKP (Crime Scene Processing) yaitu:

a. Mencari keterangan, petunjuk, bukti sertaidentitas tersangka dan korban maupun saksidi dan sekitar TKP;

b. Pencarian, pengambilan, pengumpulan danpengawetan barang bukti dilakukan denganmetode-metode ilmiah tertentu/kriminalistik,melibatkan dukungan teknis Kepolisian,

1109 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

476 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Laboratorium Forensik, Identifikasi Polri,Kedokteran Foreksik dan bidang-bidangkeahlian lainnya.

5) Tindakan pemeriksaan/pengolahan TKP sesuaikebutuhan dapat dilakukan berulang kali/secaratidak terbatas, pelaksanaan dan hasilnyadituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan diTKP yang ditandatangani Penyidik.

6) Hal-hal yang harus diperhatikan:

a) Dalam melaksanakan penyelidikan, selainwewenang melakukan tindakan terbatasyang secara ilimitif diberikan kepadaPenyelidik, Penyelidik juga diberi keleluasaanuntuk melakukan ”tindakan lain”sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1)angka 4 KUHAP, sepanjang memenuhipersyaratan:

b) Penyelidikan yang dilakukan dalam rangkapengembangan atau menyertai kegiatanpenindakan dan pemeriksaan, harus selaluada koordinasi, pengawasan dan pemberianpetunjuk dari Penyidik sehingga penyelidikanterarah dan dapat dicegah timbulnyakekeliruan/bias dalam penyelidikan.

c) Dalam melaksanakan penyelidikan secaraterbuka, Penyidik wajib menunjukkan tandapengenal serta menggunakan tehnikwawancara yang benar (mengandung 7kah).

d) Dalam melaksanakan penyelidikan secaratertutup penyelidik menggunakan tehnik-tehnik observasi, under cover, surveilance,Penyelidik harus menghindari tindakan yangdapat merugikan penyelidikan maupuntindakan penyidikan selanjutnya.

e) Dalam kasus tertangkap tangan dan tertentulainnya yang sejak awal telah dapat diketahuibahwa peristiwa tersebut cukup bukti

Penegakan Hukum 477

merupakan tindak pidana, maka tindakanpenyidikan Tahap Kedua atau Penindakandan Pemeriksaan, dapat segera dilakukan.

V.2.1.5 Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidakterhenti

Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidak terhenti,mulai dari awal proses penyidikan, penindakan danpemeriksaaan, penyelesaian dan penyerahan berkasperkara kepada Penuntut Umum, pelaksanaanpersidangan pengadilan sampai putusan sidangpengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.1110

V.2.1.6 Bukti permulaan yang cukup

Bukti yang cukup ialah terdapat minimal 2 (dua) buktibaik berupa 2 (dua) barang bukti atau 2 (dua) alatbukti atau satu barang bukti dengan satu alat bukti.1111

Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidanapencucian uang ialah:a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum

Acara Pidana; dan/ataub. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan secaraelektronik dengan alat optik atau alat yang serupaoptik dan Dokumen.1112

Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yangdapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisikapa pun selain kertas maupun yang terekam secaraelektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. tulisan, suara, atau gambar;b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;

1110 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

1111 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

1112 Pasal 73 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

478 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yangmemiliki makna atau dapat dipahami oleh orangyang mampu membaca atau memahaminya.1113

V.2.1.7 Pengumpulan dan pemeriksaan alat bukti TPPU(catatan: termasuk dokumen yang harusdiuraikan)

Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidanapencucian uang ialah:a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum

Acara Pidana; dan/ataub. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan secaraelektronik dengan alat optik atau alat yang serupaoptik dan Dokumen.1114

Alat bukti pemeriksaan tindak pidana pencucian uangberupa:

a. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam HukumAcara Pidana meliputi ;1. keterangan saksi;2. keterangan ahli;3. surat;4. petunjuk;5. keterangan terdakwa

b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,dikirimkan, diterima, atau disimpan secaraelektronik dengan alat optik atau alat yang serupaoptik dan Dokumen.1115

Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yangdapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik

1113 Pasal 1 angka 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1114 Pasal 73 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1115 Pasal 38 UU Nomor 25 Tahun 2003 Jo Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 479

apa pun selain kertas maupun yang terekam secaraelektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. tulisan, suara, atau gambar;b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang

memiliki makna atau dapat dipahami oleh orangyang mampu membaca atau memahaminya.1116

V.2.2 Penyidikan

V.2.2.1 Pengertian penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikdalam hal dan menurut cara yang diatur dalamundang-undang ini untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuatterang tentang tindak pidana yang terjadi dan gunamenemukan tersangkanya.1117

V.2.2.2 Pengertian penyidik

Penyidik adalah pejabat polisi negara RepublikIndonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentuyang diberi wewenang khusus oleh undang-undanguntuk melakukan penyidikan.1118

(1) Penyidik adalah:a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang

diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) akan diatur Iebih lanjutdalam peraturan pemerintah. 1119

1116 Pasal 1 angka 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1117 Pasal 1 butir 2 KUHAP.1118 Pasal 1 butir 1 KUHAP.1119 Pasal 6 KUHAP.

480 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.2.2.3 Kewenangan penyidik

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyaiwewenang :

a. menerima Iaporan atau pengaduan dariseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka danmemeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan,penggeledahan dan penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;g. memanggil orang untuk didengar dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi;h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan

dalam hubungannya dengan pemeriksaanperkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan;j. mengadakan tindakan lain menurut hukum

yang bertanggung jawab.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuaidengan undang-undang yang menjadi dasarhukumnya masing-masing dan dalampelaksanaan tugasnya berada di bawahkoordinasi dan pengawasan penyidik tersebutdalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.

(3) Dalam melakukan tugasnya sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidikwajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.1120

Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidikpembantu berwenang melakukan penangkapan.1121

1120 Pasal 7 KUHAP.1121 Pasal 16 ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 481

V.2.2.4 Dimulainya penyidikan1122

Penyidikan tindak pidana berawal dari terjadinyasuatu peristiwa yang diketahui atau disampaikankepada Penyidik, melalui adanya:

a. Informasi;

b. Laporan atau Laporan Polisi;

Laporan adalah pemberitahuan yangdisampaikan oleh seseorang karena hak ataukewajiban berdasarkan Undang-Undang kepadapejabat yang berwenang tentang telah atausedang atau diduga akan terjadinya peristiwapidana.

Laporan Polisi adalah laporan tertulis yangdibuat oleh petugas Polri tentang adanyapemberitahuan yang disampaikan oleh seseorangkarena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-Undang, bahwa akan, sedang atau telah terjadiperistiwa pidana.1123

c. Pengaduan;

d. Keadaan tertangkap tangan;

e. Penyerahan tersangka dan atau barang bukti; darimasyarakat atau lembaga di luar Polri.

Setiap peristiwa yang diketahui, dilaporkan, diadukankepada Polri atau Penyidik belum pasti tindak pidana,untuk itu diperlukan proses penyelidikan yangmenetukan apakah peristiwa tersebut merupakantindak pidana atau bukan. Apabila merupakan tindakpidana, Penyidik sesuai kewajibannya, memilikikewenangan untuk melakukan tindakan penyidikanmenurut cara yang ditentukan di dalam KUHAP.Sebaliknyan apabila bukan tindak pidana, maka

1122 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

1123 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

482 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penyidik tidak mempunyai kewajiban melakukanpenyidikan dan secara bersamaan hukum/KUHAPtidak memberi kewenangan untuk bertindak selakuPenyidik.

V.2.2.5 Penindakan dan Pemeriksaan

V.2.2.5.1 Penundaan Transaksi

(1) Penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang memerintahkanPihak Pelapor untuk melakukanpenundaan Transaksi terhadap HartaKekayaan yang diketahui atau patutdiduga merupakan hasil tindakpidana.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum,atau hakim sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilakukan secaratertulis dengan menyebutkan secarajelas mengenai:

a. nama dan jabatan yang memintapenundaan Transaksi;

b. identitas setiap orang yangTransaksinya akan dilakukanpenundaan;

c. alasan penundaan Transaksi;dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Penundaan Transaksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanpaling lama 5 (lima) hari kerja.

(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakanpenundaan Transaksi sesaat setelahsurat perintah/permintaan penundaanTransaksi diterima dari penyidik,penuntut umum, atau hakim.

(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkanberita acara pelaksanaan penundaanTransaksi kepada penyidik, penuntut

Penegakan Hukum 483

umum, atau hakim yang memintapenundaan Transaksi paling lama 1(satu) hari kerja sejak tanggalpelaksanaan penundaan Transaksi.1124

V.2.2.5.2 Pemblokiran

Perintah pemblokiran oleh penyidik,penuntut umum dan hakim

(1) Penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang memerintahkanPihak Pelapor untuk melakukanpemblokiran Harta Kekayaan yangdiketahui atau patut didugamerupakan hasil tindak pidana dari:

a. setiap orang yang telahdilaporkan oleh PPATK kepadapenyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum,atau hakim sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilakukan secaratertulis dengan menyebutkan secarajelas mengenai:

a. nama dan jabatan penyidik,penuntut umum, atau hakim;

b. identitas setiap orang yang telahdilaporkan oleh PPATK kepadapenyidik, tersangka, atauterdakwa;

c. alasan pemblokiran;d. tindak pidana yang disangkakan

atau didakwakan; dane. tempat Harta Kekayaan berada.

1124 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

484 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(3) Pemblokiran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan paling lama30 (tiga puluh) hari kerja.

(4) Dalam hal jangka waktu pemblokiransebagaimana dimaksud pada ayat (3)berakhir, Pihak Pelapor wajibmengakhiri pemblokiran demihukum.

(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakanpemblokiran sesaat setelah suratperintah pemblokiran diterima daripenyidik, penuntut umum, atauhakim.

(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkanberita acara pelaksanaanpemblokiran kepada penyidik,penuntut umum, atau hakim yangmemerintahkan pemblokiran palinglama 1 (satu) hari kerja sejak tanggalpelaksanaan pemblokiran.

(7) Harta Kekayaan yang diblokir harustetap berada pada Pihak Pelapor yangbersangkutan.1125

Rekening yang diduga terkait tindakpidana

(1) Dalam hal Penyidik menemukanadanya suatu rekening yang didugaterkait dengan tindak pidana di bidangperbankan, Penyidik menyampaikansurat permintaan pemblokiranrekening kepada bank dengantembusan kepada Bank Indonesia;

(2) Simpanan rekening nasabah yangdiblokir sebagaimana dimaksud pada

1125 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 485

ayat (1) yang akan ditindaklanjutidengan penyitaan oleh Penyidik,tetap berada dan ditatausahakan padabank yang bersangkutan atas namapemilik rekening;1126

Rekening giro wajib Bank Umum

Khusus terhadap rekening giro wajibminimum milik Bank Umum yangditatausahakan pada Bank Indonesia,tidak dapat dilakukan pemblokirandan atau penyitaan karena terkaitdengan kepentingan stabilitas sistemperbankan.1127

V.2.2.5.3 Permintaan keterangan dariPenyedia Jasa Keuangan

(1) Untuk kepentingan pemeriksaandalam perkara tindak pidanapencucian uang, penyidik, penuntutumum, atau hakim berwenangmeminta Pihak Pelapor untukmemberikan keterangan secaratertulis mengenai Harta Kekayaandari:

a. orang yang telah dilaporkan olehPPATK kepada penyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Dalam meminta keterangansebagaimana dimaksud pada ayat (1),bagi penyidik, penuntut umum, atauhakim tidak berlaku ketentuanperaturan perundang-undangan yang

1126 Pasal 7 SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004tentang KerjasamaPenanganan Tindak Pidana Di Bidang Perbankan.

1127 Lampiran SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004tentang Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan tentang PetunjukPelaksanaan Tata Cara Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan.

486 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

mengatur rahasia bank dankerahasiaan Transaksi Keuangan lain.

(3) Permintaan keterangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harusdiajukan dengan menyebutkan secarajelas mengenai:

a. nama dan jabatan penyidik,penuntut umum, atau hakim;

b. identitas orang yang terindikasidari hasil analisis ataupemeriksaan PPATK, tersangka,atau terdakwa;

c. uraian singkat tindak pidana yangdisangkakan atau didakwakan;dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

(4) Permintaan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) harus disertai dengan:

a. laporan polisi dan surat perintahpenyidikan;

b. surat penunjukan sebagaipenuntut umum; atau

c. surat penetapan majelis hakim.

(5) Surat permintaan untuk memperolehketerangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (3) harusditandatangani oleh:

a. Kepala Kepolisian NegaraRepublik Indonesia atau kepalakepolisian daerah dalam halpermintaan diajukan olehpenyidik dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia;

b. pimpinan instansi atau lembagaatau komisi dalam hal permintaandiajukan oleh penyidik selainpenyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia;

Penegakan Hukum 487

c. Jaksa Agung atau kepalakejaksaan tinggi dalam halpermintaan diajukan oleh jaksapenyidik dan/atau penuntutumum; atau

d. hakim ketua majelis yangmemeriksa perkara yangbersangkutan.

Surat permintaan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) ditembuskankepada PPATK.1128

V.2.2.5.4 Pemeriksaan Surat

V.2.2.5.4.1 Pengertian surat

Berita acara dan surat lain dalam bentukresmi yang dibuat oleh pejabat umumyang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangantentang kejadian atau keadaan yangdidengar, dilihat atau yang dialaminyasendiri, disertai dengan alasan yang jelasdan tegas tentang keterangannya itu;1129

Surat yang dibuat menurut ketentuanperaturan perundang-undangan atausurat yang dibuat oleh pejabat mengenaihal yang termasuk dalam tata laksanayang menjadi tanggung jawabnya danyang diperuntukkan bagi pembuktiansesuatu hal atau sesuatu keadaan;1130

Surat keterangan dari seorang ahli yangmemuat pendapat berdasarkankeahliannya mengenai sesuatu hal atau

1128 Pasal 72 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1129 Pasal 187 angka a KUHAP.1130 Pasal 187 angka b KUHAP.

488 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

sesuatu keadaan yang diminta secararesmi dari padanya;1131

Surat lain yang hanya dapat berlaku jikaada hubungannya dengan isi dari alatpembuktian yang lain.1132

V.2.2.5.4.2 Tata Cara Pemeriksaan Surat

Penyidik berhak membuka, memeriksadan menyita surat lain yang dikirimmelalui kantor pos dan. telekemunikasi,jawatan atau perusahaan komunikasiatau pengangkutan jika benda tersebutdicurigai dengan alasan yang kuatmempunyai hubungan dengan perkarapidana yang sedang diperiksa, denganizin khusus yang diberikan untuk itu dariketua pengadilan negeri.1133

Untuk kepentingan tersebut penyidikdapat meminta kepada kepala kantor posdan telekomunikasi, kepala jawatan atauperusahaan komunikasi ataupengangkutan lain untuk menyerahkankepadanya surat yang dimaksud danuntuk itu harus diberikan surat tandapenerimaan.1134

Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) pasal ini, dapatdilakukan pada semua tingkatpemeriksaan dalam proses peradilanmenurut ketentuan yang diatur dalamayat tersebut.1135

1131 Pasal 187 angka c KUHAP.1132 Pasal 187 angka d KUHAP.1133 Pasal 47 Ayat (1) KUHAP.1134 Pasal 47 Ayat (2) KUHAP.1335 Pasal 47 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 489

V.2.2.5.5 Penggeledahan

Penggeledahan rumah adalah tindakanpenyidik untuk memasuki rumah tempattinggal dan tempat tertutup lainnyauntuk melakukan tindakan pemeriksaandan atau penyitaan dan ataupenangkapan dalam hal dan menurutcara yang diatur dalam undang-undangini.1136

Penggeledahan badan adalah tindakanpenyidik untuk mengadakanpemeriksaan badan dan atau pakaiantersangka untuk mencari benda yangdidup keras ada pada badannya ataudibawanya serta, untuk disita.1137

Untuk kepentingan penyidikan, penyidikdapat melakukan penggeledahan rumahatau penggeledahan pakaian ataupenggeledahan badan menurut tatacarayang ditentukan dalam undang-undangini.1138

Dengan surat izin Ketua PengadilanNegeri setempat penyidik dalammelakukan penyidikan dapatmengadakan penggeledahan yangdiperlukan.1139

Dalam hal yang diperlukan atas perintahtertulis dari penyidik, petugas kepolisiannegara Republik Indonesia dapatmemasuki rumah.1140

1136 Pasal 1 angka 17 KUHAP.1137 Pasal 1 angka 18 KUHAP.1138 Pasal 32 KUHAP.1139 Pasal 33 Ayat (1) KUHAP.1140 Pasal 33 Ayat (2) KUHAP.

490 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Setiap kali memasuki rumah harusdisaksikan oleh dua orang saksi dalamhal tersangka atau penghunimenyetujuinya.1141

Setiap kali memasuki rumah harusdisaksikan oleh kepala desa atau ketualingkungan dengan dua orang saksi,dalam hal tersangka atau penghunimenolak atau tidak hadir.1142

Dalam waktu dua hari setelah memasukidan atau -menggeledah rumah, harusdibuat suatu berita acara danturunannya disampaikan kepada pemilikatau penghuni rumah yangbersangkutan.1143

Dalam keadaan yang sangat perlu danmendesak bilamana penyidik harussegera bertindak dan tidak mungkinuntuk mendapatkan surat izin terlebihdahulu, dengan tidak mengurangiketentuan Pasal 33 ayat (5) penyidikdapat melakukan penggeledahan :

a. pada halaman rumah tersangkabertempat tinggal, berdiam atau adadan yang ada di atasnya;

b. pada setiap tempat lain tersangkabertempat tinggal, berdiam atau ada;

c. di tempat tindak pidana dilakukanatau terdapat bekasnya;

d. di tempat penginapan dan tempatumum lainnya.1144

Dalam hal penyidik melakukanpenggeledahan seperti dimaksud dalam

1141 Pasal 33 Ayat (3) KUHAP.1142 Pasal 33 Ayat (4) KUHAP.1143 Pasal 33 Ayat (5) KUHAP.1144 Pasal 34 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 491

ayat (1) penyidik tidak diperkenankanmemeriksa atau menyita surat, bukudan tulisan lain yang tidak merupakanbenda yang berhubungan dengan tindakpidana yang bersangkutan, kecualibenda yang berhubungan dengan tindakpidana yang bersangkutan atau yangdiduga telah dipergunakan untukmelakukan tindak pidana tersebut danuntuk itu wajib segera melaporkankepada Ketua Pengadilan Negerisetempat guna memperoleh persetu-juannya.1145

Kecuali dalam hal tertangkap tangan,penyidik tidak diperkenankan memasuki:

a. ruang di mana sedang berlangsungsidang Majelis PermusyawaratanRakyat , Dewan Perwakilan Rakyatatau Dewan Perwakilan RakyatDaerah;

b. tempat di mana sedang berlangsungibadah dan atau upacarakeagamaan;

c. ruang dimana sedang berlangsungsidang pengadilan.1146

Dalam hal Penyidik harus melakukanpenggeledahan rumah di luar daerahhukumnya, dengan tidak mengurangiketentuan tersebut dalam Pasal 33, makapenggeledahan tersebut harus diketahuioleh Ketua Pengadilan Negeri dandidampingi oleh Penyidik dari daerahhukum di mana penggeledahan itudilakukan.1147

1145 Pasal 34 Ayat (2) KUHAP.1146 Pasal 35 KUHAP.1147 Pasal 36 KUHAP.

492 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pada waktu menangkap tersangka,penyelidik hanya berwenangmenggeledah pakaian termasuk bendayang dibawanya serta, apabila terdapatdugaan keras dengan alasan yang cukupbahwa pada tersangka tersebut terdapatbenda yang dapat disita.1148

Pada waktu menangkap tersangka ataudalam hal tersangka sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dibawa kepadaPenyidik, Penyidik berwenangmenggeledah pakaian dan ataumenggeledah badan tersangka.1149

Dalam hal Penyidik melakukanpenggeledahan rumah terlebih dahulumenunjukkan tanda pengenalnyakepada tersangka atau keluarganya,selanjutnya berlaku ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 33dan Pasal 34.1150

Penyidik membuat berita acara tentangjalannya dan hasil penggeledahan rumahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 33ayat (5).1151

Penyidik membacakan lebih dahuluberita acara tentang penggeledahanrumah kepada yang bersangkutan,kemudian diberi tanggal dan ditanda-tangani oleh penyidik maupun tersangkaatau keluarganya dan atau Kepala Desaatau Ketua Lingkungan dengan duaorang saksi.1152

1148 Pasal 37 Ayat (1) KUHAP.1149 Pasal 37 Ayat (2) KUHAP.1150 Pasal 125 KUHAP.1151 Pasal 126 Ayat (1) KUHAP.1152 Pasal 126 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 493

Dalam hal tersangka atau keluarganyatidak mau membubuhkan tanda-tangannya, hal itu dicatat dalam beritaacara dengan menyebut alasannya.1153

Untuk keamanan dan ketertibanpenggeledahan rumah, Penyidik dapatmengadakan penjagaan atau penutupantempat yang bersangkutan.1154

Dalam hal ini Penyidik berhakmemerintahkan setiap orang yangdianggap perlu tidak meninggalkantempat tersebut selama penggeledahanberlangsung.1155

V.2.2.5.6 Penyitaan

Penyitaan adalah serangkaian tindakanpenyidik untuk mengambil alih dan ataumenyimpan di bawah penguasaannyabenda bergerak atau tidak bergerak,berwujud atau tidak berwujud untukkepentingan pembuktian dalampenyidikan, penuntutan dan peradilan.1156

Penyitaan hanya dapat dilakukan olehpenyidik dengan surat izin ketuapengadilan negeri setempat.1157

Dalam keadaan yang sangat perlu danmendesak bilamana Penyidik harussegera bertindak dan tidak mungkinuntuk mendapatkan surat izin terlebihdahulu, tanpa mengurangi ketentuanayat (1) Penyidik dapat melakukanpenyitaan hanya atas benda bergerak

1153 Pasal 126 Ayat (3) KUHAP.1154 Pasal 127 Ayat (1) KUHAP.1155 Pasal 127 Ayat (2) KUHAP.1156 Pasal 1 angka 16 KUHAP.1157 Pasal 38 Ayat (1) KUHAP.

494 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan untuk itu wajib segera melaporkankepada Ketua Pengadilan Negerisetempat guna memperoleh persetu-juannya.1158

Pejabat yang berwenang melakukanpenyitaan adalah:

a) Penyidik.b) Penyidik Pembantu.c) Penyelidik atas perintah Penyidik

melakukan penyitaan surat.1159

Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

a. benda atau tagihan tersangka atauterdakwa yang seluruh atausebagian diduga diperoleh daritindakan pidana atau sebagai hasildari tindak pidana;

b. benda yang telah dipergunakansecara langsung untuk melakukantindak pidana atau untukmempersiapkannya;

c. benda yang dipergunakan untukmenghalang-halangi penyidikantindak pidana;

d. benda yang khusus dibuat ataudiperuntukkan melakukan tindakpidana;

e. benda lain yang mempunyaihubungan lansung dengan tindakpidana yang dilakukan.1160

Benda yang berada dalam sitaan karenaperkara perdata atau karena pailit dapatjuga disita untuk kepentinganpenyidikan, penuntutan dan mengadili

1158 Pasal 38 Ayat (2) KUHAP.1159 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006.1160 Pasal 39 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 495

perkara pidana, sepanjang memenuhiketentuan ayat (1).1161

Sasaran penyitaan:

(1) benda atau tagihan tersangka atauterdakwa yang seluruh atausebagian diduga diperoleh daritindakan pidana atau sebagai hasildari tindak pidana;

(2) benda yang telah dipergunakansecara langsung untuk melakukantindak pidana atau untukmempersiapkannya;

(3) benda yang dipergunakan untukmenghalang-halangi penyidikantindak pidana;

(4) benda yang khusus dibuat ataudiperuntukkan melakukan tindakpidana;

(5) benda lain yang mempunyaihubungan lansung dengan tindakpidana yang dilakukan.

(6) Benda yang berada dalam sitaankarena perkara perdata atau karenapailit sepanjang memenuhiketentuan sebagaimana dimaksudbutir (1) sampai dengan (5)tersebut di atas.

(7) Surat, buku atau kitab, daftar dansebagainya yang diduga kuat dapatdiperoleh keterangan tentangsesuatu tindak pidana.1162

1161 Pasal 39 Ayat (2) KUHAP.1162 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006.

496 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal tertangkap tangan penyidikdapat menyita benda dan alat yangternyata atau yang patut diduga telahdipergunakan untuk melakukan tindakpidana atau benda lain yang dapatdipakai sebagai barang bukti.1163

Dalam hal tertangkap tangan penyidikberwenang menyita paket atau suratatau benda yang pengangkutannya ataupengirimannya dilakukan oleh kantor posdan telekomunikasi, jawatan atauperusahaan komunikasi ataupengangkutan, sepanjang paket, suratatau benda tersebut diperuntukkan bagitersangka atau yang berasal daripadanyadan untuk itu kepada tersangka dan ataukepada pejabat kantor pos dantelekomunikasi, jawatan atau perusahaankomunikasi atau pengangkutan yangbersangkutan, harus diberikan surattanda penerimaan.1164

Penyidik berwenang memerintahkankepada orang yang menguasai bendayang dapat disita, menyerahkan bendatersebut kepadanya untuk kepentinganpemeriksaan dan kepada yangmenyerahkan benda itu harus diberikansurat tanda penerimaan.1165

(a) Yang berwenang mengeluarkanSurat Perintah Penyitaan adalahPenyidik dan Penyidik Pembantu.(b) Dalam hal Kepala Kesatuan atauPejabat Struktural melakukan penyitaanmaka Surat Perintah Penyitaan tersebut

1163 Pasal 40 KUHAP.1164 Pasal 41 KUHAP.1155 Pasal 42 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 497

ditanda tangani yang bersangkutanselaku Penyidik.1166

Surat atau tulisan lain hanya dapatdiperintahkan untuk diserahkan kepadapenyidik jika surat atau tulisan itu berasaldari tersangka atau terdakwa atauditujukan kepadanya atau kepunyaannyaatau diperuntukkan baginya atau jikalaubenda tersebut merupakan alat untukmelakukan tindak pidana.1167

Penyitaan surat atau tulisan lain darimereka yang berkewajiban menurutundang-undang untuk merahasiakan-nya, sepanjang tidak menyangkutrahasia negara, hanya dapat dilakukanatas persetujuan mereka atau atas izinkhusus ketua pengadilan negerisetempat kecuali undang-undangmenentukan lain.1168

Dalam hal penyidik melakukanpenyitaan, terlebih dahulu iamenunjukkan tanda pengenalnyakepada orang dari mana benda itudisita.1169

Penyidik memperlihatkan benda yangakan disita kepada orang dari manabenda itu akan disita atau kepadakeluarganya dan dapat minta keterangantentang benda yang akan disita itudengan disaksikan oleh kepala desa atauketua lingkungan dengan dua orangsaksi.1170

1166 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

1167 Pasal 42 Ayat (2) KUHAP.1168 Pasal 43 KUHAP.1169 Pasal 128 KUHAP.1170 Pasal 129 Ayat (1) KUHAP.

498 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dokumen yang terkait dengan tindakpidana di bidang perbankan yangdiperlukan untuk pembuktian dan akandisita oleh Penyidik, tetap berada danditatausahakan pada bank yangbersangkutan sesuai dengan ketentuanyang berlaku.1171

1) Simpanan yang berasal dari rekeningdan atau bukti simpanan yang disita olehPenyidik dari pejabat bank yangberwenang guna dijadikan barang bukti,tetap berada pada rekening atas namapemegang rekening dan atau atas namapemegang bukti simpanan di bank yangbersangkutan dengan status barangsitaan yang dititipkan kepada bankdengan membuat Berita AcaraPenitipan.2) Dalam hal simpanan yang berstatussitaan sebagaimana dimaksud padaangka 8 diserahkan oleh Penyidikkepada Jaksa Penuntut Umum padatahap kedua (penyerahan tersangka danbarang bukti), simpanan tersebut tetapditatausahakan pada rekeningpenyimpanan dengan dibuat BeritaAcara Penitipan oleh Jaksa PenuntutUmum di bank yang bersangkutan.3) Hak dan kewajiban yang melekatpada dana simpanan yang disitamerupakan bagian yang tidakterpisahkan dari dana yang disita sesuaidengan ketentuan yang berlaku padabank.4) Khusus terhadap rekening giro milikBank Umum yang ditatausahakan padaBank Indonesia tidak dapat dilakukan

1171 Pasal 7 ayat (3) SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004 tentangKerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan.

Penegakan Hukum 499

pemblokiran dan atau penyitaan karenaterkait dengan kepentingan stabilitassistem perbankan.1172

Penyidik membuat berita acarapenyitaan yang dibacakan terlebihdahulu kepada orang dari mana bendaitu disita atau keluarganya dengan diberitanggal dan ditandatangani oleh penyidikmaupun orang atau keluarganya danatau kepala desa atau ketua lingkungandengan dua orang saksi.1173

Dalam hal orang dari mana benda itudisita atau keluarganya tidak maumembubuhkan tandatangannya hal itudicatat dalam berita acara denganmenyebut alasannya.1174

Turunan dari berita acara itudisampaikan oleh penyidik kepadaatasannya, orang dari mana benda itudisita atau keluarganya dan kepaladesa.1175

Benda sitaan sebelum dibungkus,dicatat berat dan.atau jumlah menurutjenis masing-masing, ciri maupun sifatkhas, tempat, hari dan tanggalpenyitaan, identitas orang dari manabenda itu disita dan lain-lainnya yangkemudian diberi lak dan cap jabatan danditandatangani oleh penyidik.1176

1172 Lampiran SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004 tentangKerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan tentang Petunjuk PelaksanaanTata Cara Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan.

1173 Pasal 129 Ayat (2) KUHAP.1174 Pasal 129 Ayat (3) KUHAP.1175 Pasal 129 Ayat (4) KUHAP.1176 Pasal 130 Ayat (1) KUHAP.

500 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal benda sitaan tidak mungkindibungkus, penyidik memberi catatansebagaimana dimaksud dalam ayat (1),yang ditulis di atas label yangditempelkan dan atau dikaitkan padabenda tersebut.1177

Dalam hal sesuatu tindak pidanasedemikian rupa sifatnya sehingga adadugaan kuat dapat diperoleh keterangandari berbagai surat, buku atau kitab,daftar dan sebagainya, penyidik segerapergi ke tempat yang dipersangkakanuntuk menggeledah, memeriksa surat,buku atau kitab, daftar dan sebagainyadan jika perlu menyitanya.1178

Penyitaan tersebut dilaksanakanmenurut ketentuan sebagaimana diaturdalam Pasal 129 undang-undang ini.1179

Benda sitaan disimpan dalam rumahpenyimpanan benda sitaan negara.1180

Penyimpanan benda sitaan dilaksanakandengan sebaik-baiknya dan tanggungjawab atasnya ada pada pejabat yangberwenang sesuai dengan tingkatpemeriksaan dalam proses peradilan danbenda tersebut di larang untukdipergunakan oleh-siapapun juga.1181

Memperhatikan klasifikasi benda sitaandan penanganan khusus, maka agartidak hilang atau rusak harusdiperhatikan pengawasannya, seperti:

1177 Pasal 130 Ayat (2) KUHAP.1178 Pasal 131 Ayat (1) KUHAP.1179 Pasal 131 Ayat (2) KUHAP.1180 Pasal 44 Ayat (1) KUHAP.1181 Pasal 44 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 501

(1) Benda-benda yang berbahaya(mudah terbakar, meledak).

(2) Benda-benda yang perlu pengamatan(seperti sperma, darah, dll).

(3) Benda-benda yang sangat berharga(perhiasan, uang, dan sebagai-nya).1182

Dalam hal benda sitaan terdiri atasbenda yang dapat lekas rusak atau yangmembahayakan, sehingga tidakmungkin untuk disimpan sampaiputusan pengadilan terhadap perkarayang bersangkutan memperolehkekuatan hukum tetap atau jika biayapenyimpanan benda tersebut akanmenjadi terlalu tinggi, sejauh mungkindengan persetujuan tersangka ataukuasanya dapat diambil tindakan sebagaiberikut:

a. apabila perkara masih ada ditanganpenyidik atau penuntut umum,.benda tersebut dapat dijual lelangatau dapat diamankan oleh penyidikatau penuntut umum, dengandisaksikan oleh tersangka ataukuasanya;

b. apabila perkara sudah ada ditanganpengadilan, maka benda tersebutdapat diamankan atau dijual lelangoleh penuntut umum atas izin hakimyang menyidangkan perkaranyadan disaksikan oleh terdakwa ataukuasanya.1183

1182 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

1183 Pasal 45 Ayat (1) KUHAP.

502 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Hasil pelelangan benda yangbersangkutan yang berupa uang dipakaisebagai barang bukti.1184

Guna kepentingan pembuktian sedapatmungkin disisihkan sebagian dari bendasebagaimana dimaksud dalam ayat(1).1185

Benda sitaan yang bersifat terlarangatau dilarang untuk diedarkan, tidaktermasuk ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), dirampasuntuk dipergunakan bagi kepentingannegara atau untuk dimusnahkan.1186

Benda yang dikenakan penyitaandikembalikan kepada orang atau kepadamereka dari siapa benda itu disita, ataukepada orang atau kepada mereka yangpaling berhak apabila :

a. kepentingan penyidikan danpenuntutan tidak memerlukan lagi;

b. perkara tersebut tidak jadi dituntutkarena tidak cukup bukti atauternyata tidak merupakan tindakpidana;

c. perkara tersebut dikesampingkanuntuk kepentingan umum atauperkara tersebut ditutup demihukum, kecuali apabila benda itudiperoleh dari suatu tindak pidanaatau yang dipergunakan untukmelakukan suatu tindak pidana.1187

Apabila perkara sudah diputus, makabenda yang dikenakan penyitaan

1184 Pasal 45 Ayat (2) KUHAP.1185 Pasal 45 Ayat (3) KUHAP.1186 Pasal 45 Ayat (4) KUHAP.1187 Pasal 46 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 503

dikembalikan kepada orang atau kepadamereka yang disebut dalam putusantersebut, kecuali jika menurut putusanhakim benda itu dirampas untuk negara,untuk dimusnahkan atau untukdirusakkan sampai tidak dapatdipergunakan lagi atau, jika bendatersebut masih diperlukan sebagaibarang bukti dalam perkara lain.1188

V.2.2.5.7 Penitipan Barang Bukti

Benda sitaan disimpan dalam rumahpenyimpanan benda sitaan negara.1189

Penyimpanan benda sitaan dilaksanakandengan sebaik-baiknya dan tanggungjawab atasnya ada pada pejabat yangberwenang sesuai dengan tingkatpemeriksaan dalam proses peradilan danbenda tersebut di larang untukdipergunakan oleh-siapapun juga.1190

Dalam hal benda sitaan terdiri atasbenda yang dapat lekas rusak atau yangmembahayakan, sehingga tidakmungkin untuk disimpan sampaiputusan pengadilan terhadap perkarayang bersangkutan memperolehkekuatan hukum tetap atau jika biayapenyimpanan benda tersebut akanmenjadi terlalu tinggi, sejauh mungkindengan persetujuan tersangka ataukuasanya dapat diambil tindakan sebagaiberikut1191 :

Apabila perkara masih ada ditanganpenyidik atau penuntut umum, benda

1188 Pasal 46 Ayat (2) KUHAP.1189 Pasal 44 Ayat (1) KUHAP.1190 Pasal 44 Ayat (2) KUHAP.1191 Pasal 45 Ayat (1) KUHAP.

504 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tersebut dapat dijual lelang atau dapatdiamankan oleh penyidik atau penuntutumum, dengan disaksikan olehtersangka atau kuasanya;1192

Apabila perkara sudah ada ditanganpengadilan, maka benda tersebut dapatdiamankan atau dijual lelang olehpenuntut umum atas izin hakim yangmenyidangkan perkaranya dandisaksikan oleh terdakwa ataukuasanya.1193

V.2.2.5.8 Pelelangan Barang Bukti

(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atasbenda yang dapat lekas rusak atauyang membahayakan, sehinggatidak mungkin untuk disimpansampai putusan pengadilanterhadap perkara yangbersangkutan memperolehkekuatan hukum tetap atau jikabiaya penyimpanan benda tersebutakan menjadi terlalu tinggi, sejauhmungkin dengan persetujuantersangka atau kuasanya dapatdiambil tindakan sebagai berikut:

a. apabila perkara masih adaditangan penyidik ataupenuntut umum, bendatersebut dapat dijual lelang ataudapat diamankan oleh penyidikatau penuntut umum, dengandisaksikan oleh tersangka ataukuasanya;

b. apabila perkara sudah adaditangan pengadilan, maka

1192 Pasal 45 Ayat (1) Huruf a KUHAP.1193 Pasal 45 Ayat (1) huruf b KUHAP.

Penegakan Hukum 505

benda tersebut dapatdiamankan atau dijual yangoleh penuntut umum atas izinhakim yang menyidangkanperkaranya dan disaksikan olehterdakwa atau kuasanya.

(2) Hasil pelelangan benda yangbersangkutan yang berupa uangdipakai sebagai barang bukti.

(3) Guna kepentingan pembuktiansedapat mungkin disisihkansebagian kecil dan bendasebagaimana dimaksud dalam ayat(1).

(4) Benda sitaan yang bersifat terlarangatau dilarang untuk diedarkan, tidaktermasuk ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), dirampasuntuk dipergunakan bagikepentingan negara atau untukdimusnahkan.1194

V.2.2.5.9 Pemusnahan Barang Bukti

(1) Benda yang dikenakan penyitaandikembalikan kepada orang ataukepada mereka dan siapa benda itudisita, atau kepada orang ataukepada mereka yang paling berhakapabila:

a. kepentingan penyidikan danpenuntutan tidak memerlukanlagi;

b. perkara tersebut tidak jadidituntut karena tidak cukupbukti atau ternyata tidakmerupakan tindak pidana;

1194 Pasal 45 KUHAP.

506 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c. perkara tersebut dikesam-pingkan untuk kepentinganumum atau perkara tersebutditutup demi hukum, kecualiapabila benda itu diperoleh dansuatu tindak pidana atau yangdipergunakan untuk melakukansuatu tindak pidana.

(2) Apabila perkara sudah diputus,maka benda yang dikenakanpenyitaan dikembalikan kepadaorang atau kepada mereka yangdisebut dalam putusan tersebutkecuali jika menurut putusan hakimbenda itu dirampas untuk negara,untuk dimusnahkan atau untukdirusakkan sampai tidak dapatdipergunakan lagi atau jika bendatersebut masih diperlukan sebagalbarang bukti dalam perkara lain.

V.2.2.5.10 Penangkapan

Penangkapan adalah suatu tindakanpenyidik berupa pengekangansementara waktu kebebasan tersangkaatau terdakwa apabila terdapat cukupbukti guna kepentingan penyidikan ataupenuntutan dan atau peradilan dalam halserta menurut cara yang diatur dalamundang-undang ini.1195

Untuk kepentingan penyelidikan,penyelidik atas perintah penyidikberwenang melakukan penangkapan.1196

Untuk kepentingan penyidikan, penyidikdan penyidik pembantu berwenangmelakukan penangkapan.1197

1195 Pasal 1 angka 20 KUHAP.1196 Pasal 16 ayat (1) KUHAP.1197 Pasal 16 ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 507

Perintah penangkapan dilakukanterhadap seorang yang diduga kerasmelakukan tindak pidana berdasarkanbukti permulaan yang cukup.1198

Bukti permulaan yang cukup ialah buktiyang ada minimal terdiri dari satu barangbukti atau satu bukti sehingga patutuntuk menduga seseorang adalah pelakutindak pidana.1199

Pelaksanaan tugas penangkapandilakukan oleh petugas kepolisian negaraRepublik Indonesia denganmemperlihatkan surat tugas sertamemberikan kepada tersangka suratperintah penangkapan yangmencantumkan identitas tersangka danmenyebutkan alasan penangkapan sertauraian singkat perkara kejahatan yangdipersangkakan serta tempat iadiperiksa.1200

Dalam hal tertangkap tanganpenangkapan-dilakukan tanpa suratperintah, dengan ketentuan bahwapenangkap harus segera menyerahkantertangkap beserta barang bukti yangada kepada penyidik atau penyidikpembantu yang terdekat.1201

Tembusan surat perintah penangkapansebagaimana dimaksud dalam ayat (1)harus diberikan kepada keluarganyasegera setelah penangkapandilakukan.1202

1198 Pasal 17 KUHAP.1199 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006.1200 Pasal 18 Ayat (1) KUHAP.1201 Pasal 18 Ayat (2) KUHAP.1202 Pasal 18 Ayat (3) KUHAP.

508 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penangkapan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17, dapat dilakukan untukpaling lama satu hari.1203

Terhadap tersangka pelaku pelanggarantidak diadakan penangkapan kecualidalam hal ia telah dipanggil secara sahdua kali berturut-turut tidak memenuhipanggilan itu tanpa alasan yang sah.1204

V.1.2.5.11 Penahanan

Penahanan adalah penempatantersangka atau terdakwa di tempattertentu oleh penyidik, atau penuntutumum atau hakim denganpenetapannya, dalam hal serta menurutcara yang diatur dalam undang-undangini.1205

Untuk kepentingan penyidikan, penyidikatau penyidik pembantu atas perintahpenyidik sebagaimana dimaksud dalamPasal 11 berwenang melakukanpenahanan.1206

Untuk kepentingan penuntutan,penuntut umum berwenang melakukanpenahanan atau penahanan lanjutan.1207

Untuk kepentingan pemeriksaan hakimdi sidang pengadilan denganpenetapannya berwenang melakukanpenahanan.1208

Perintah penahanan atau penahananlanjutan dilakukan terhadap seorang

1203 Pasal 19 Ayat (1) KUHAP.1204 Pasal 19 Ayat (2) KUHAP.1205 Pasal 1 angka 21 KUHAP.1206 Pasal 20 Ayat (1) KUHAP.1207 Pasal 20 Ayat (2) KUHAP.1208 Pasal 20 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 509

tersangka atau terdakwa yang didugakeras melakukan tindak pidanaberdasarkan bukti yang cukup, dalamhal adanya keadaan yang menimbulkankekhawatiran bahwa tersangka atauterdakwa akan melarikan diri, merusakatau menghilangkan barang bukti danatau mengulangi tindak pidana.1209

Bukti yang cukup ialah terdapat minimal2 (dua) bukti baik berupa 2 (dua) barangbukti atau 2 (dua) alat bukti atau satubarang bukti dengan satu alat bukti.1210

Penahanan atau penahanan lanjutandilakukan oleh penyidik atau penuntutumum terhadap tersangka atau terdakwadengan memberikan surat perintahpenahanan atau penetapan hakim yangmencatumkan identitas tersangka atauterdakwa dan menyebutkan alasanpenahanan serta uraian singkat perkarakejahatan yang dipersangkakan ataudidakwakan serta tempat ia ditahan.1211

Tembusan surat perintah penahanan ataupenahanan lanjutan atau penetapanhakim sebagaimana dimaksud dalamayat (2) harus diberikan kepadakeluarganya.1212

Penahanan tersebut hanya dapatdikenakan terhadap tersangka atauterdakwa yang melakukan tindak pidanadan atau percobaan maupun pemberianbantuan dalam tindak pidana tersebutdalam hal :

1209 Pasal 21 Ayat (1) KUHAP.1210 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 20061211 Pasal 21 Ayat (2) KUHAP.1212 Pasal 21 Ayat (3) KUHAP.

510 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. tindak pidana itu diancam denganpidana penjara lima tahun atau lebih;

b. tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 282 ayat (3),Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1),Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a,Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455,Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506Kitab Undang-undang HukumPidana, Pasal 25 dan Pasal 26Rechtenordonnantie (pelanggaranterhadap Ordonansi Bea dan Cukai,terakhir diubah dengan StaatsbladTahun 1931 Nomor 471), Pasal 1,Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undangTindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955,Lembaran Negara Tahun 1955Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 danPasal 48 Undang-undang Nomor 9Tahun 1976 tentang Narkotika(Lembaran Negara Tahun 1976Nomor 37, Tambahan LembaranNegara Nomor 3086).1213

Jenis penahanan dapat berupa :

a. penahanan rumah tahanan negara;b. penahanan rumah;c. penahanan kota. 1214

Penahanan rumah dilaksanakan dirumah tempat tinggal atau rumahkediaman tersangka atau terdakwadengan mengadakan pengawasanterhadapnya untuk menghindarkansegala sesuatu yang dapat menimbulkan

1213 Pasal 21 Ayat (4) KUHAP.1214 Pasal 22 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 511

kesulitan dalam penyidikan, penuntutanatau pemeriksaan di sidangpengadilan.1215

Penahanan kota dilaksanakan di kotatempat tinggal atau tempat kediamantersangka atau terdakwa, dengankewajiban bagi tersangka atau terdakwamelapor diri pada waktu yangditentukan.1216

Masa penangkapan dan atau penahanandikurangkan seluruhnya dari pidanayang dijatuhkan.1217

Untuk penahanan kota pengurangantersebut seperlima dari jumlah lamanyawaktu penahanan sedangkan untukpenahanan rumah sepertiga dari jumlahlamanya waktu penahanan.1218

Penyidik atau penuntut umum atau hakimberwenang untuk meng alihkan jenispenahanan yang satu kepada jenispenahanan yang lain sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22.1219

Pengalihan jenis penahanan dinyatakansecara tersendiri dengan surat perintahdari penyidik atau penuntut umum ataupenetapan hakim yang tembusannyadiberikan kepada tersangka atauterdakwa serta keluarganya dan kepadainstansi yang berkepentingan.1220

1215 Pasal 22 Ayat (2) KUHAP.1216 Pasal 22 Ayat (3) KUHAP.1217 Pasal 22 Ayat (4) KUHAP.1218 Pasal 22 Ayat (5) KUHAP.1219 Pasal 23 Ayat (1) KUHAP.1220 Pasal 23 Ayat (2) KUHAP.

512 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Perintah penahanan yang diberikan olehpenyidik sebagaimana dimaksud dalamPasal 20, hanya berlaku paling lama duapuluh hari.1221

Jangka waktu sebagaimana tersebutpada ayat (1) apabila diperlukan gunakepentingan pemeriksaan yang belumselesai, dapat diperpanjang olehpenuntut umum yang berwenang untukpaling lama empat puluh hari.1222

Ketentuan sebagaimana tersebut padaayat (1) dan ayat (2) tidak menutupkemungkinan dikeluarkannya tersangkadari tahanan sebelum berakhir waktupenahanan tersebut, jika kepentinganpemeriksaan sudah terpenuhi.1223

Setelah waktu enam puluh hari tersebut,penyidik harus sudah mengeluarkantersangka dari tahanan demi hukum.1224

V.2.2.5.12 Pemanggilan saksi, tersangka, ahli,juru bahasa, penterjemah

Penyidik yang melakukan pemeriksaan,dengan menyebutkan alasan pemanggilansecara jelas, berwenang memanggiltersangka dan saksi yang dianggap perluuntuk diperiksa dengan surat panggilanyang sah dengan memperhatikantenggang waktu yang wajar antaraditerimanya panggilan dan hari seorangitu diharuskan memenuhi panggilantersebut.1225

1221 Pasal 24 Ayat (1) KUHAP.1222 Pasal 24 Ayat (2) KUHAP.1223 Pasal 24 Ayat (3) KUHAP.1224 Pasal 24 Ayat (4) KUHAP.1225 Pasal 112 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 513

Orang yang dipanggil wajib datangkepada penyidik dan jika ia tidak datang,penyidik memanggil sekali lagi, denganperintah kepada petugas untukmembawa kepadanya.1226

Semua jenis pemberitahuan ataupanggilan oleh pihak yang berwenangdalam semua tingkat pemeriksaan kepadaterdakwa, saksi atau ahli disampaikanselambat-lambatnya tiga hari sebelumtanggal hadir yang ditentukan, ditempattinggal mereka atau di tempat kediamanmereka terakhir.1227

Petugas yang melaksanakan panggilantersebut harus bertemu sendiri danberbicara langsung dengan orang yangdipanggil dan membuat catatan bahwapanggilan telah diterima oleh yangbersangkutan dengan membubuhkantanggal serta tandatangan, baik olehpetugas maupun orang yang dipanggildan apabila yang dipanggil tidakmenandatangani maka petugas harusmencatat alasannya.1228

Sanksi dari tidak menghadiripemanggilan:

Barang siapa dipanggil sebagai saksi,ahli, atau juru bahasa menurut Undang-Undang dengan sengaja tidak memenuhikewajiban berdasarkan Undang-Undangyang harus dipenuhinya diancam:

1. dalam perkara pidana, denganpidana penjara paling lama sembilanbulan.

1226 Pasal 112 Ayat (2) KUHAP.1227 Pasal 227 ayat 1 KUHAP.1228 Pasal 227 ayat 2 KUHAP.

514 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

2. dalam perkara lain, dengan pidanapenjara paling lama enam bulan. 1229

Tersangka dan atau saksi yang diperiksaharus dalam keadaan sehat. Oleh karenaitu sebelum dimulainya pemeriksaanPenyidik terlebih dahulu menanyakankesehatan tersangka/saksi sertakesediaannya untuk diperiksa.1230

Pemeriksaan terhadap tersangka anakdibawah umur, agar diperhatikanketentuan-ketentuan mengenai peradilananak.1231

Pada dasarnya Bentuk Berita AcaraPemeriksaan tersangka, saksi dan ahliberisikan gambaran/konstruksi suatutindak pidana, dapat digolongkanmenjadi tiga macam, yaitu bentukcerita/pernyataan kronologis, tanyajawab dan gabungan antara bentukcerita dengan tanya jawab :

a) Bentuk cerita/pernyataan:

Berita Acara Pemeriksaan dalambentuk cerita/pernyataan adalahserangkaian jawaban atas pertanyaanlisan yang diajukan oleh pemeriksakepada yang diperiksa disusun dalamkalimat sehingga merupakan AcaraPemeriksaan yang memenuhijawaban-jawaban atas pertanyaan 7KAH serta memenuhi unsur-unsurtindak pidananya yang biasanyadigunakan dalam perkara-perkara/tindak pidana ringan.

1229 Pasal 224 KUHP.1230 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 20061231 Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Penegakan Hukum 515

b) Bentuk Tanya Jawab:

Berita Acara Pemeriksaan dalambentuk Tanya Jawab disusun dalambentuk Tanya Jawab antarapenyidik dengan yang diperiksasehingga memberikan gambarankejadian secara jelas dan memenuhijawaban-jawaban atas pertanyaan7 KAH serta unsur-unsur tindakpidananya.

c) Bentuk Gabungan Ceritera danTanya Jawab:

Berita Acara Pemeriksaan dalambentuk gabungan cerita dan TanyaJawab pada hakekatnya disusundalam bentuk Tanya Jawab dandalam hal tertentu diselingi denganbentuk cerita/pernyataan.1232

Tersangka dan atau saksi yang diperiksaharus dalam keadaan sehat. Oleh karenaitu sebelum dimulainya pemeriksaanPenyidik terlebih dahulu menanyakankesehatan tersangka/saksi sertakesediaannya untuk diperiksa.1233

V.2.2.5.13 Pemeriksaan Alat Bukti

Pemeriksaan alat bukti meliputi :

a. saksi;b. ahli;c. surat;d. petunjuk;e. tersangka (disesuaikan dengan

tingkatan pemeriksaan).1234

1232 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

1233 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

1234 Pasal 184 Ayat (1) KUHAP.

516 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.2.2.5.13.1 Pemeriksaan Saksi

Saksi adalah orang yang dapatmemberikan keterangan gunakepentingan penyidikan, penuntutan danperadilan tentang suatu perkara pidanayang ia dengar sendiri, ia lihat sendiridan ia alami sendiri.1235

Keterangan saksi adalah salah satu alatbukti dalam perkara pidana yang berupaketerangan dari saksi mengenai suatuperistiwa pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan ia alami sendiridengan menyebut alasan daripengetahuannya itu.1236

Berita acara dibuat untuk setiaptindakan tentang :

a. pemeriksaan tersangka;b. penangkapan;c. penahanan;d. penggeledahan;e. pemasukan rumah;f. penyitaan benda;g. pemeriksaan surat;h. pemeriksaan saksi;i. pemeriksaan di tempat kejadian;j. pelaksanaan penetapan dan putusan

pengadilan;k. pelaksanaan tindakan lain sesuai

dengan ketentuan dalam undang-undang ini.1237

Berita acara dibuat oleh pejabat yangbersangkutan dalam melakukan tindakantersebut pada ayat (1) dan dibuat ataskekuatan sumpah jabatan.1238

1235 Pasal 1 angka 26 KUHAP.1236 Pasal 1 angka 27 KUHAP.1237 Pasal 75 ayat 1 KUHAP.1238 Pasal 75 ayat 2 KUHAP.

Penegakan Hukum 517

Berita acara tersebut selainditandatangani oleh pejabat tersebutpada ayat (2) ditandatangani pula olehsemua pihak yang terlibat dalamtindakan tersebut pada ayat (1).1239

Saksi diperiksa dengan tidak disumpahkecuali apabila ada cukup alasan untukdiduga bahwa ia tidak akan dapat hadirdalam pemeriksaan di pengadilan.1240

Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapiboleh dipertemukan yang satu denganyang lain dan mereka wajib memberikanketerangan yang sebenarnya.1241

Dalam pemeriksaan tersangka ditanyaapakah ia menghendaki didengarnyasaksi yang dapat menguntungkanbaginya dan bilamana ada maka hal itudicatat dalam berita acara.1242

Dalam hal sebagaimana dimaksud dalamayat (3) penyidik wajib memanggil danmemeriksa saksi tersebut.1243

Keterangan tersangka dan atau saksikepada penyidik diberikan tanpa tekanandari siapa pun dan atau dalmn bentukapapun.1244

Dalam hal tersangka memberiketerangan tentang apa yangsebenarnya ia telah lakukan sehubungandengan tindak pidana yangdipersangkakan kepadanya, penyidik

1239 Pasal 75 ayat 3 KUHAP.1240 Pasal 116 Ayat (1) KUHAP.1241 Pasal Ayat (2) 116 KUHAP.1242 Pasal 116 Ayat (3) KUHAP.1243 Pasal 116 Ayat (4) KUHAP.1244 Pasal 117 Ayat (1) KUHAP.

518 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

mencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yangdipergunakan oleh tersangka sendiri.1245

Keterangan tersangka dan atau saksidicatat dalam berita acara yangditandatangani oleh penyidik dan olehyang memberi keterangan itu setelahmereka menyetujui isinya.1246

Dalam hal tersangka dan atau saksi tidakmau membubuhkan tanda-tangannya,penyidik mencatat hal itu dalam beritaacara dengan menyebut alasannya.1247

Dalam hal tersangka dan atau saksi yangharus didengar keterangannya berdiamatau bertempat tinggal di luar daerahhukum penyidik yang menjalankanpenyidikan, pemeriksaan terhadaptersangka dan atau saksi dapatdibebankan kepada penyidik di tempatkediaman atau tempat tinggal tersangkadan atau saksi tersebut.1248

V.2.2.5.13.2 Pemeriksaan Ahli

Keterangan ahli adalah keterangan yangdiberikan oleh seorang yang memilikikeahlian khusus tentang hal yangdiperlukan untuk membuat terang suatuperkara pidana guna kepentinganpemeriksaan.1249

Berita acara tersebut selainditandatangani oleh pejabat tersebutpada ayat (2) ditandatangani pula oleh

1245 Pasal 117 Ayat (2) KUHAP.1246 Pasal 118 Ayat (1) KUHAP.1247 Pasal 118 Ayat (2) KUHAP.1248 Pasal 119 KUHAP.1249 Pasal 1 angka 28 KUHAP.

Penegakan Hukum 519

semua pihak yang terlibat dalamtindakan tersebut pada ayat (1).1250

Dalam hal penyidik menganggap perlu,ia dapat minta pendapat orang ahli atauorang yang memiliki keahlian khusus1251

Ahli tersebut mengangkat sumpah ataumengucapkan janji di muka penyidikbahwa ia akan memberi keteranganmenurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karenaharkat serta martabat, pekerjaan ataujabatannya yang mewajibkan iamenyimpan rahasia dapat menolakuntuk memberikan keterangan yangdiminta.1252

V.2.2.5.13.3 Pemeriksaan Surat

Penyidik berhak membuka, memeriksadan menyita surat lain yang dikirimmelalui kantor pos dan. telekemunikasi,jawatan atau perusahaan komunikasiatau pengangkutan jika benda tersebutdicurigai dengan alasan yang kuatmempunyai hubungan dengan perkarapidana yang sedang diperiksa, denganizin khusus yang diberikan untuk itu dariketua pengadilan negeri.1253

Untuk kepentingan tersebut penyidikdapat meminta kepada kepala kantor posdan telekomunikasi, kepala jawatan atauperusahaan komunikasi ataupengangkutan lain untuk menyerahkankepadanya surat yang dimaksud danuntuk itu harus diberikan surat tanda

1250 Pasal 75 Ayat (3) KUHAP.1251 Pasal 120 Ayat (1) KUHAP.1252 Pasal 120 Ayat (2) KUHAP.1253 Pasal 47 Ayat (1) KUHAP.

520 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penerimaan.1254

Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) pasal ini, dapatdilakukan pada semua tingkatpemeriksaan dalam proses peradilanmenurut ketentuan yang diatur dalamayat tersebut.1255

Berita acara dan surat lain dalam bentukresmi yang dibuat oleh pejabat umumyang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangantentang kejadian atau keadaan yangdidengar, dilihat atau yang dialaminyasendiri, disertai dengan alasan yang jelasdan tegas tentang keterangannya itu;1256

Surat yang dibuat menurut ketentuanperaturan perundang-undangan atausurat yang dibuat oleh pejabat mengenaihal yang termasuk dalam tata laksanayang menjadi tanggung jawabnya danyang diperuntukkan bagi pembuktiansesuatu hal atau sesuatu keadaan;1257

Surat keterangan dari seorang ahli yangmemuat pendapat berdasarkankeahliannya mengenai sesuatu hal atausesuatu keadaan yang diminta secararesmi dari padanya;1258

Surat lain yang hanya dapat berlaku jikaada hubungannya dengan isi dari alatpembuktian yang lain.1259

1254 Pasal 47 Ayat (2) KUHAP.1255 Pasal 47 Ayat (2) KUHAP.1256 Pasal 187 angka a KUHAP.1257 Pasal 187 angka b KUHAP.1258 Pasal 187 angka c KUHAP.1259 Pasal 187 angka d KUHAP.

Penegakan Hukum 521

Dokumen sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1 angka 16. 1260

V.2.2.5.13.4 Alat Bukti Lain

Alat bukti lain berupa informasi yangdiucapkan, dikirimkan, diterima, ataudisimpan secara elektronik dengan alatoptik atau yang serupa dengan optik danDokumen;1261

Dokumen adalah data, rekaman, atauinformasi yang dapat dilihat, dibaca,dan/atau didengar, yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuansuatu sarana, baik yang tertuang di ataskertas atau benda fisik apa pun selainkertas maupun yang terekam secaraelektronik, termasuk tetapi tidakterbatas pada:

a. tulisan, suara, atau gambar;b. peta, rancangan, foto, atau

sejenisnya;c. huruf, tanda, angka, simbol, atau

perforasi yang memiliki makna ataudapat dipahami oleh orang yangmampu membaca atau mema-haminya.1262

V.2.2.5.13.5 Petunjuk

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian ataukeadaan, yang karena persesuaiannya,baik antara yang satu dengan yang lain,maupun dengan tindak pidana itusendiri, menandakan bahwa telah terjadi

1260 Pasal 73 huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1261 Pasal 73 huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1262 Pasal 1 angka 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

522 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

suatu tindak pidana dan siapapelakunya.1263

Petunjuk sebagaimana dimaksud dalamayat (1) hanya dapat diperoleh dari :

a. keterangan saksi;b. surat;c. keterangan terdakwa.1264

Penilaian atas kekuatan pembuktian darisuatu petunjuk dalam setiap keadaantertentu dilakukan oleh hakim denganarif lagi bidjaksana setelah iamengadakan pemeriksaan denganpenuh kecermatan dan kesaksamaanberdasarkan hati nuraninya.1265

V.2.2.5.13.6 Pemeriksaan Tersangka

Tersangka adalah seorang yang karenaperbuatannya atau keadaannyaberdasarkan bukti permulaan patutdiduga sebagai pelaku tindak pidana.186

Tersangka berhak segera mendapatpemeriksaan oleh penyidik danselanjutnya dapat diajukan kepadapenuntut umum.1267

Tersangka berhak perkaranya segeradimajukan ke pengadilan oleh penuntutumum.1268

Terdakwa berhak segera diadili olehpengadilan.1269

1263 Pasal 188 Ayat (1) KUHAP.1264 Pasal 188 Ayat (2) KUHAP.1265 Pasal 188 Ayat (3) KUHAP.1266 Pasal 1 butir 14 KUHAP.1267 Pasal 50 Ayat (1) KUHAP.1268 Pasal 50 Ayat (2) KUHAP.1269 Pasal 50 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 523

Untuk mempersiapkan pembelaan :

a. tersangka berhak untukdiberitahukan dengan jelas dalambahasa yang dimengerti olehnyatentang apa yang disangkakankepadanya pada waktupemeriksaan dimulai;

b. terdakwa berhak untukdiberitahukan dengan jelas dalambahasa yang dimengerti olehnyatentang apa yang didakwakankepadanya.1270

Dalam pemeriksaan pada tingkatpenyidikan dan pengadilan, tersangkaatau terdakwa berhak memberikanketerangan secara bebas keapadapenyidik atau hakim.1271

Dalam pemeriksaan pada tingkatpenyidikan dan pengadilan, tersangkaatau terdakwa berhak untuk setiapwaktu mendapat bantuan juru bahasasebagaimana dimaksud dalam Pasal177.1272

Dalam hal tersangka atau terdakwa bisudan atau tuli diberlakukan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal178.1273

Guna kepentingan pembelaan,tersangka atau terdakwa berhakmendapat bantuan hukum dari seorangatau lebih penasihat hukum selamadalam waktu dan pada setiap tingkat

1270 Pasal 51 KUHAP.1271 Pasal 52 KUHAP.1272 Pasal 53 Ayat (1) KUHAP.1273 Pasal 53 Ayaat (3) KUHAP.

524 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pemeriksaan, menurut tatacara yangditentukan dalam undang-undang ini.1274

Untuk mendapatkan penasihat hukumtersebut dalam Pasal 54, tersangka atauterdakwa berhak memilih sendiripenasihat hukumnya.1275

Dalam hal tersangka atau terdakwadisangka atau didakwa melakukan tindakpidana yang diancam dengan pidanamati atau ancaman pidana lima belastahun atau lebih atau bagi mereka yangtidak mampu yang diancam denganpidana lima tahun atau lebih yang tidakmempunyai penasihat hukum sendiri,pejabat yang bersangkutan pada semuatingkat pemeriksaan dalam prosesperadilan wajib menunjuk penasihathukum bagi mereka.1276

Setiap penasihat hukum yang ditunjukuntuk bertindak sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), memberikan bantuannyadengan cuma-cuma.1277

Tersangka atau terdakwa yangdikenakan penahanan berhakmenghubungi penasihat hukumnyasesuai dengan ketentuan undang-undangini.1278

Tersangka atau terdakwa yangberkebangsaan asing yang dikenakanpenahanan berhak menghubungi danberbicara dengan perwakilan negaranya

1274 Pasal 54 KUHAP.1275 Pasal 55 KUHAP.1276 Pasal 56 Ayat (1) KUHAP.1277 Pasal 56 Ayat (2) KUHAP.1278 Pasal 57 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 525

dalam menghadapi proses perka-ranya.1279

Tersangka atau terdakwa yangdikenakan penahanan berhakmenghubungi dan menerima kunjungandokter pribadinya untuk kepentingankesehatan baik yang ada hubungannyadengan proses perkara maupun tidak.1280

Tersangka atau terdakwa yangdikenakan penahanan berhakdiberitahukan tentang penahanan atasdirinya oleh pejabat yang berwenang,pada semua tingkat pemeriksaan dalamproses peradilan, kepada keluarganyaatau orang lain yang serumah dengantersangka atau terdakwa ataupun oranglain yang bantuannya dibutuhkan olehtersangka atau terdakwa untukmendapatkan bantuan hukum ataujaminan bagi penangguhannya.1281

Tersangka atau terdakwa berhakmenghubungi dan menerima kunjungandari pihak yang mempunyai hubungankekeluargaan atau lainnya dengantersangka atau terdakwa gunamendapatkan jaminan bagipenangguhan penahanan ataupun untukusaha mendapatkan bantuan hukum.1282

Tersangka atau terdakwa berhak secaralangsung atau dengan perantaraanpenasihat hukumnya menghubungi danmenerima kunjungan sanak keluarganyadalam hal yang tidak ada hubungannya

1279 Pasal 57 Ayat (1) KUHAP.1280 Pasal 58 KUHAP.1281 Pasal 59 KUHAP.1282 Pasal 60 KUHAP.

526 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan perkara tersangka atau terdakwauntuk kepentingan pekerjaan atau untukkepentingan kekeluargaan.1283

Tersangka atau terdakwa berhakmengirim surat kepada penasihathukumnya, dan menerima surat daripenasihat hukumnya dan sanak keluargasetiap kali yang diperlukan olehnya,untuk keperluan itu bagi tersangka atauterdakwa disediakan alat tulismenulis.1284

Surat menyurat antara tersangka atauterdakwa dengan penasihat hukumnyaatau sanak keluarganya tidak diperiksaoleh penyidik, penuntut umum, hakimatau pejabat rumah tahanan negarakecuali jika terdapat cukup alasan untukdiduga bahwa surat menyurat itudisalahgunakan.1285

Dalam hal surat untuk tersangka atautedakwa itu ditilik atau diperiksa olehpenyidik, penuntut umum, hakim ataupejabat rumah tahanan negara, hal itudiberitahukan kepada tersangka atauterdakwa dan surat tersebut dikirimkembali kepada pengirimnya setelahdibubuhi cap yang berbunyi ”telahditilik”.1286

Tersangka atau terdakwa berhakmenghubungi dan menerima kunjungandari rohaniwan.1287

1283 Pasal 61 KUHAP.1284 Pasal 62 Ayat (1) KUHAP.1285 Pasal 62 Ayat (2) KUHAP.1286 Pasal 62 Ayat (3) KUHAP.1287 Pasal 63 KUHAP.

Penegakan Hukum 527

Terdakwa berhak untuk diadi!i di sidangpengadilan yang terbuka untukumum.1288

Tersangka atau terdakwa berhak untukmengusahakan dan mengajukan saksidan atau seseorang yang memilikikeahlian khusus guna memberikanketerangan yang menguntungkan bagidirinya.1289

Dalam hal penyidik sedang melakukanpemeriksaan terhadap tersangka,penasihat hukum dapat mengikutijalannya pemeriksaan dengan caramelihat serta mendengar pemerik-saan.1290

Keterangan tersangka dan atau saksikepada penyidik diberikan tanpa tekanandari siapa pun dan atau dalmn bentukapapun.1291

Dalam hal tersangka memberiketerangan tentang apa yangsebenarnya ia telah lakukan sehubungandengan tindak pidana yangdipersangkakan kepadanya, penyidikmencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yangdipergunakan oleh tersangka sendiri.1292

Keterangan tersangka dan atau saksidicatat dalam berita acara yangditandatangani oleh penyidik dan olehyang memberi keterangan itu setelahmereka menyetujui isinya.1293

1288 Pasal 64 KUHAP.1289 Pasal 65 KUHAP.1290 Pasal 115 ayat (1) KUHAP.1291 Pasal 117 Ayat (1) KUHAP.1292 Pasal 117 Ayat (2) KUHAP.1293 Pasal 118 Ayat (1) KUHAP.

528 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal tersangka dan atau saksi tidakmau membubuhkan tanda-tangannya,penyidik mencatat hal itu dalam beritaacara dengan menyebut alasannya.1294

Dalam hal tersangka dan atau saksi yangharus didengar keterangannya berdiamatau bertempat tinggal di luar daerahhukum penyidik yang menjalankanpenyidikan, pemeriksaan terhadaptersangka dan atau saksi dapatdibebankan kepada penyidik di tempatkediaman atau tempat tinggal tersangkadan atau saksi tersebut.1295

V.2.2.5.13.7 Konfrontasi dan rekonstruksi1296

1) Apabila dalam pemeriksaan, antaratersangka yang satu dengantersangka yang lain, antaratersangka dengan saksi maupunantara saksi dengan saksi yang lainterdapat pertentangan atau ketidakcocokan keterangan yang diberikankepada pemeriksa, maka biladipandang perlu diadakankonfrontasi.

2) Demikian pula halnya untuk perkaratertentu, apabila dipandang perludalam pembuktiannya dapatdilakukan rekonstruksi.

3) Pelaksanaan Konfrontasi danrekonstruksi:

(a) Konfrontasi

(1) Maksud diadakannya

1294 Pasal 118 Ayat (2) KUHAP.1295 Pasal 119 KUHAP.1296 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006.

Penegakan Hukum 529

konfrontasi ialah untukmencari persesuaiandiantara beberapaketerangan yang berasalbaik dari tersangkamaupun saksi dengantujuan mendapatkankepastian manakahdiantara keterangan-keterangan tersebut yangbenar atau palingmendekati kebenaran.

(2) cara melakukan kon-frontasi

i. Langsung

Te r s a n g k a / p a r atersangka dan atausaksi/para saksi yangketerangannya salingtidak ada kecocokanatau tidak terdapatpersesuaian satu samalain, dipertemukansatu sama laindihadapan pemeriksaguna diuji manakahdiantara keterangan-keterangan tersebutyang benar atau palingmendekati kebenaran.

ii. Tidak Langsung

Te r s a n g k a / o r a n gyang dicari dicampurdengan beberapaorang (3 orang ataulebih) yang belumdikenal oleh saksi,berdiri atau duduk

530 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

berjajar dan masing-masing diberi nomor,ditempatkan didalamsuatu ruangan yangdapat dilihat saksi.Sedangkan saksibersama pemeriksaberada di luar ruangantersebut, dapatmelihat orang-orangtersebut. Manakahyang dimaksudkandalam keterangannyatersebut, cara ini biasadisebut dengan linkup.

iii. Hasil konfrontasisupaya dituangkandalam Berita AcaraKonfrontasi.

(b) Rekonstruksi

(1) Maksud diadakannyarekonstruksi ialah untukmemberikan gambarantentang terjadinya suatutindak pidana dengan jalanmemperagakan kembalicara tersangka melakukantindak pidana dengantujuan untuk lebihmeyakinkan kepadapemeriksa tentangkebenaran keterangantersangka atau saksi.

(2) Rekonstruksi dapatdilakukan di tempatkejadian perkara (TKP).

(3) Setiap peragaan perlu

Penegakan Hukum 531

diambil foto-fotonya danjalannya peragaandituangkan dalam BeritaAcara.

(4) Hasil rekonstruksi agardianalisa terutama padabagian-bagian yang samadan berbeda dengan isiBerita Acara Pemeriksaan.

V.2.2.5.13.8 Evaluasi Hasil Pemeriksaan1297

a) Agar memperoleh keterangan,petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, datayang cukup dan benar, maka hasilpemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahliyang dituangkan dalam Berita AcaraPemeriksaan baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhandievaluasi guna mengembangkandan mengarahkan pemeriksaanberikutnya ataupun untuk membuatsuatu kesimpulan dari pemeriksaansebagai salah satu kegiatanpenyidikan yang dilakukan.

Adapun proses dari evaluasimeliputi tahap-tahap sebagaiberikut:

(1) Tahap Inventarisasi

Penyidik/Penyidik Pembantuberusaha menarik danmengumpulkan semuaketerangan-keterangan yangbenar-benar yang mengarahkepada unsur-unsur Pasaltindak pidana sebanyakmungkin.

1297 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006.

532 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(2) Tahap Seleksi

Dari keterangan-keteranganyang telah dikumpulkantersebut kemudian diseleksiuntuk mencari keterangan-keterangan yang adarelevansinya dengan peristiwapidana yang terjadi danmempunyai hubungan yanglogis.

(3) Tahap Pengkajian

a) Dari keterangan-kete-rangan yang telah diseleksitersebut penyidik/penyidikpembantu mengkaji, danmenguji kebenarannyadengan bukti-bukti sertapetunjuk-petunjuk yangada, sehingga dapat ditariksuatu kesimpulan apakahketerangan tersebut betul-betul dapat dipercaya,dengan cara:

(1) Menilai adanya per-sesuaian untuk kete-rangan saksi.

(2) Menilai adanyapersesuaian ketera-ngan saksi denganketerangan ahli danbukti yang ada.

(3) Adanya alasan yanglogis dari setiapketerangan saksi.

b) Setelah diperoleh gam-baran atau konstruksiperkara pidanya secara

Penegakan Hukum 533

bulat, maka dapat dike-tahui:

(1) Bahwa benar peris-tiwa tindak pidanatelah terjadi.

(2) Peranan dari masing-masing tersangkayang terlibat.

(3) Siapa-siapa saksinya,baik yang mengun-tungkan maupunyang merugikan.

(4) Barang/benda yangmenjadi barang bukti.

c) Dari hasil-hasil evaluasitersebut, penyidik/penyidik pembantu dapatmenyusun resume.

V.2.2.5.14 Permintaan keterangan kepadaPPATK (berdasarkan informasiPPATK maupun hasil penyidikan)

(1) Dalam melakukan pencegahan danpemberantasan tindak pidanapencucian uang, PPATK dapatmelakukan kerja sama pertukaraninformasi berupa permintaan,pemberian, dan penerimaaninformasi dengan pihak, baik dalamlingkup nasional maupuninternasional, yang meliputi:

a. instansi penegak hukum;b. lembaga yang berwenang

melakukan pengawasanterhadap penyedia jasakeuangan;

c. lembaga yang bertugasmemeriksa pengelolaan dan

534 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tanggung jawab keuangannegara;

d. lembaga lain yang terkaitdengan pencegahan danpemberantasan tindak pidanapencucian uang atau tindakpidana lain terkait dengantindak pidana pencucian uang;dan

e. financial intelligence unitnegara lain.

(2) Permintaan, pemberian, danpenerimaan informasi dalampertukaran informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan atas inisiatif sendiri atauatas permintaan pihak yang dapatmeminta informasi kepada PPATK.

(3) Permintaan informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepadaPPATK diajukan secara tertulis danditandatangani oleh:

a. hakim ketua majelis;b. Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia atau kepalakepolisian daerah.

c. Jaksa Agung atau kepalakejaksaan tinggi;

d. pimpinan instansi atau lembagaatau komisi dalam halpermintaan diajukan olehpenyidik, selain penyidikKepolisian Negara RepublikIndonesia;

e. pemimpin, direktur atau pejabatyang setingkat, atau pemimpinsatuan kerja atau kantor dilembaga yang berwenangmelakukan pengawasan

Penegakan Hukum 535

terhadap penyedia jasakeuangan;

f. pimpinan lembaga yangbertugas memeriksa penge-lolaan dan tanggung jawabkeuangan negara;

g. pimpinan dari lembaga lainyang terkait dengan pence-gahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uangatau tindak pidana lain terkaitdengan tindak pidanapencucian uang; atau

h. pimpinan financial intelligenceunit negara lain.1298

Tata cara penyampaian informasi, jenisinformasi, dan pihak-pihak yang dapatmenerima informasi ditetapkan denganKeputusan Kepala PPATK.1299

Informasi adalah keterangan yangmeliputi data keuangan, harta kekayaan,dan keadaan diri setiap orang sertaketerangan lainnya yang menurutsifatnya wajib dirahasiakan.1300

Financial Intelligence Unit yangselanjutnya disebut FIU adalah lembagapemerintahan suatu negara yangmempunyai tugas pokok menerimaInformasi terkait dengan transaksi atauharta kekayaan yang mencurigakan,melakukan analisis dan meneruskanhasil analisis yang berindikasi tindak

1298 Pasal 90 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1299 Pasal 15 ayat (3) Keputusan Presiden RI 82 Tahun 2004 tentang Tata CaraPelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

1300 Pasal 1 angka 2 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

536 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pidana pencucian uang dan/ataupendanaan kegiatan terorisme dalamrangka pencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang sertapendanaan kegiatan terorismeberdasarkan peraturan perundang-undangan suatu negara.1301

Dalam rangka pelaksanaan fungsi,tugas dan wewenangnya, PPATK dapatmeminta Informasi kepada penegakhukum, lembaga lain, dan FIU negaralain.1302

Permintaan Informasi disampaikan olehKepala PPATK atau pejabat lain yangditunjuk.1303

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara permintaan Informasi sebagaimanadimaksdu pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dalam Standar Prosedur Operasiyang ditetapkan dengan PeraturanKepala PPATK.1304

Sumber Informasi yang digunakanPPATK dalam memberikan Informasiberasal dari:

a. Penyedia Jasa Keuangan dalambentuk laporan transaksi keuanganmencurigakan dan laporantransaksi keuangan tunai;

b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

1301 Pasal 1 angka 4 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1302 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1303 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1304 Pasal 3 ayat (3) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

Penegakan Hukum 537

dalam bentuk laporan pembawaanuang tunai;

c. hasil audit kepatuhan;d. Informasi publik dalam media cetak

dan elektronik; dan/ataue. Informasi dari pihak lain.1305

Pihak lain sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf e, meliputi:

a. instansi penegak hukum;b. lembaga yang berwenang

melakukan pengawasan terhadapPenyedia Jasa Keuangan;

c. Penyedia Jasa Keuangan;d. lembaga yang bertugas memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara;

e. lembaga lainnya;f. orang perseorangan; dang. FIU negara lain.1306

Pihak-pihak yang dapat memintaInformasi kepada PPATK meliputi:

a. instansi penegak hukum;b. lembaga yang berwenang

melakukan pengawasan terhadapPenyedia Jasa Keuangan;

c. lembaga yang bertugas memeriksapengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara;

d. lembaga lainnya yang terkait denganpencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang atautindak pidana lain terkait dengantindak pidana pencucian uang; dan

1305 Pasal 4 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1306 Pasal 4 ayat (2) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

226

538 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

e. FIU negara lain.1307

Pihak-pihak yang dapat menerimaInformasi dari PPATK meliputi:

a. instansi penegak hukum;b. lembaga yang berwenang

melakukan pengawasan terhadapPJK;

c. lembaga yang bertugas memeriksapengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara;

d. lembaga lainnya yang terkait denganpencegahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uang atautindak pidana lain terkait dengantindak pidana pencucian uang; dan

e. FIU negara lain.1308

PPATK dapat memberikan Informasiyang diminta oleh pihak-pihaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf a sampai dengan huruf d.1309

Pengajuan permintaan Informasi kepadaPPATK harus memenuhi syarat-syaratsebagai berikut :

a. permintaan diajukan secara tertulisdan ditandatangani oleh:

1) Hakim Ketua Majelis yangmenangani perkara;

2) Kepala Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, KepalaBadan Reserse Kriminal, KepalaKepolisian Daerah, atau pejabat

1307 Pasal 5 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentang Tata CaraPertukaran Informasi.

1308 Pasal 6 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentang Tata CaraPertukaran Informasi.

1309 Pasal 7 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

Penegakan Hukum 539

setingkat direktur yang terkaitdengan penanganan perkara;

3) Jaksa Agung RepublikIndonesia, Jaksa Agung Muda,pejabat setingkat direktur diKejaksaan Agung, KepalaKejaksaan Tinggi, atau pejabatsetingkat Asisten KejaksaanTinggi yang terkait denganpenanganan perkara;

4) Pimpinan Komisi Pembe-rantasan Korupsi;

5) Pimpinan, pejabat setingkatdirektur, atau pimpinan satuankerja atau kantor di lembagayang berwenang melakukanpengawasan terhadap PJK;

6) Pimpinan lembaga yangbertugas memeriksa penge-lolaan dan tanggung jawabkeuangan negara; atau

7) Pimpinan dari lembaga lainnyayang terkait dengan pence-gahan dan pemberantasantindak pidana pencucian uangatau tindak pidana lain terkaitdengan tindak pidana pen-cucian uang.

b. permintaan Informasi harusmencantumkan:

1) identitas, nomor rekeningnasabah dan/atau nama PJK;

2) tujuan dan alasan permintaanInformasi;

3) periode waktu dari Informasiyang diminta;

4) kasus posisi;5) hubungan Informasi yang

diminta dengan pencegahandan pemberantasan tindak

540 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pidana pencucian uang atautindak pidana lain yang terkaitdengan tindak pidanapencucian uang; dan

6) pernyataan untuk menjagakerahasiaan Informasi danmenggunakan Informasi yangditerima sesuai dengan tujuanyang telah disetujui olehPPATK.1310

Format permintaan Informasisebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b tercantum dalam lampiran yangtidak terpisahkan dari Peraturan ini.1311

Ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b dikecualikan bagilembaga yang berwenang melakukanpengawasan terhadap PJK.1312

Dalam hal persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) hurufb angka 5 tidak terpenuhi, PPATK dapatmemberikan Informasi apabilaInformasi yang diminta:

a. terkait dengan kasus yang menarikperhatian masyarakat;

b. melibatkan penyelenggara negara;c. menimbulkan kerugian negara; ataud. melibatkan transaksi dalam jumlah

yang besar.1313

1310 Pasal 7 ayat (2) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1311 Pasal 7 ayat (3) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1312 Pasal 7 ayat (3) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1313 Pasal 8 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

Penegakan Hukum 541

Pemberian Informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harusmendapatkan persetujuan dari KepalaPPATK setelah memperhatikanpertimbangan 1 (satu) orang WakilKepala PPATK.1314

Pertukaran Informasi dengan pihak luarnegeri dilakukan oleh PPATK hanyadengan FIU negara lain.1315

Pertukaran Informasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan syarat-syarat dan prinsipumum yang berlaku secara internasionalatau ketentuan yang diatur dalam notakesepahaman.1316

Permintaan atau pemberian Informasidibuat dalam bentuk tertulis atau dalambentuk surat elektronis.1317

PPATK dapat meminta Informasi kepadaFIU negara lain atas inisiatif sendiri ataudalam rangka memenuhi permintaanInformasi dari pihak lain sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) hurufa sampai dengan huruf f.1318

PPATK dapat memberi Informasikepada FIU negara lain atas inisiatifsendiri atau dalam rangka memenuhi

1314 Pasal 8 ayat (2) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1315 Pasal 9 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1316 Pasal 9 ayat (2) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1317 Pasal 9 ayat (3) Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentangTata Cara Pertukaran Informasi.

1318 Pasal 10 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentang Tata CaraPertukaran Informasi.

542 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

permintaan Informasi FIU tersebut.1319

V.2.2.5.15 Pemberkasan Perkara

Penyidik atas kekuatan sumpahjabatannya segera membuat berita acarayang diberi tanggal dan memuat tindakpidana yang dipersangkakan, denganmenyebut waktu, tempat dan keadaanpada waktu tindak pidana dilakukan,nama dan tempat tinggal dari tersangkadan atau saksi, keterangan mereka,catatan mengenai. akta dan atau bendaserta segala sesuatu yang dianggapperlu untuk kepentingan penyelesaianperkara.1320

Penyidikan koneksitas

1. Penyidikan koneksitas dilakukanapabila tersangka terdiri darianggota TNI dan masyarakat sipil;

2. Penyidikannya dilakukan bersama-sama oleh Penyidik Polri, PolisiMiliter dan Oditur Militer atauOditur Militer Tinggi;

3. Tim Penyidik tersebut dibentukdengan Surat Keputusan bersamaMenteri Pertahanan dan Keamanandan Menteri Kehakiman;

4. Untuk menetapkan PengadilanMiliter atau Pengadilan dalamlingkungan Peradilan Umum yangberhak menangani perkara itu,dilakukan penelitian bersama olehJaksa atau Jaksa Tinggi dan OditurMiliter atau Oditur Militer Tinggiberdasarkan berkas hasil Penyidikankoneksitas;

1319 Pasal 11 Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentang Tata CaraPertukaran Informasi.

1320 Pasal 121 KUHAP.

Penegakan Hukum 543

5. Pendapat tersebut dituangkan dalamBerita Acara, untuk selanjutnyadilaporkan oleh Jaksa atau JaksaTinggi kepada Jaksa Agung danoleh Oditur Militer atau OditurMiliter Tinggi kepada OditurJenderal TNI.1321

Pemberkasan merupakan kegiatanmenyusun hasil penyidikan dalambentuk tulisan dengan susunan dansyarat-syarat pengikatan, penjilidanserta penyegelan.1322

V.2.2.5.16 Penyerahan Berkas Perkara

Dalam hal penyidik telah selesaimelakukan penyidikan, penyidik wajibsegera menyerahkan berkas perkara itukepada penuntut umum.1323

Penyerahan Berkas Perkara merupakankegiatan pengiriman Berkas Perkaraberikut penyerahan tanggung jawab atastersangka dan barang buktinya kepadaPenuntut Umum yang dilakukan dalamdua tahap sebagai berikut:

a) Pada tahap pertama, penyidik hanyamenyerahkan Berkas Perkara.

b) Tahap kedua, penyidik menye-rahkan tanggung jawab tersangkadan barang buktinya kepadaPenuntut Umum/setelah berkasperkara dinyatakan lengkap olehPenuntut Umum.

c) Apabila dalam waktu 14 hari berkasperkara tidak dikembalikan oleh

1321 Pasal 89 sampai dengan Pasal 94 KUHAP.1322 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 20061323 Pasal 110 ayat (1) KUHAP.

544 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penuntut Umum, maka penyidikandianggap selesai dan penyidikmenyerahkan tanggung jawabtersangka dan barang buktinyakepada Penuntut Umum.1324

Di dalam surat pengantar pengirimanBerkas Perkara kepada Penuntut Umumagar dicantumkan permintaan:

(1) Dalam hal Penuntut Umummenghentikan penuntutan, SuratKetetapan mengenai Hal itudisampaikan kepada Penyidik.

(2) Dalam hal Penuntut Umummelimpahkan perkara ke PengadilanNegeri turunan surat pelimpahanperkara beserta dakwaandisampaikan kepada Penyidik.

(3) Dalam hal Penuntut Umummengubah surat dakwaan,disampaikan kepada Penyidik.

V.2.2.5.17 Penghentian Penyidikan

Dalam hal penyidik menghentikanpenyidikan karena tidak terdapat cukupbukti atau peristiwa tersebut ternyatabukan merupakan tindak pidana ataupenyidikan dihentikan demi hukum,maka penyidik memberitahukan hal itukepada penuntut umum, tersangka ataukeluarganya.1325

Dalam hal penghentian tersebut padaayat (2) dilakukan oleh penyidiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (1) huruf b, pemberitahuanmengenai hal itu segera disampaikan

1324 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

1325 Pasal 109 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 545

kepada penyidik dan penuntut umum.1326

Penghentian Penyidikan merupakansalah satu kegiatan penyelesaian perkarayang dilakukan apabila:

a) Tidak terdapat cukup bukti.

b) Peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak pidana.

c) Demi hukum karena:

(1) Tersangka meninggal dunia.(2) Tuntutan tindak pidana telah

kadaluarsa.(3) Pengaduan dicabut bagi delik

aduan.(4) Ne bis en Idem (Tindak Pidana

tersebut telah memperolehputusan Hakim yangmempunyai kekuatan hukumyang tetap dan pasti).

d) Dalam hal penghentian penyidikan,berkas perkara tidak diserahkankepada Penuntut Umum, tetapiPenyidik/Penyidik pembantu wajibmengirimkan Surat PemberitahuanPenghentian Penyidikan kepadaPenuntut Umum, tersangka danpelapor.

Dalam hal penghentian penyidikandinyatakan tidak sah oleh putusan Praperadilan dan atau ditemukan bukti barumaka penyidik harus melanjutkanpenyidikan kembali dengan menerbitkanSurat Ketetapan PencabutanPenghentian Penyidikan dan SuratPerintah Penyidikan Lanjutan.1327

1326 Pasal 109 Ayat (3) KUHAP.1327 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006

546 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.3 Penyidikan oleh Kejaksaan

Bahwa kewenangan melakukan Penyelidikan terhadap atau untukTindak Pidana, bagi Penyidik Kejaksaan didasarkan pada Pasal 30Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia. Selanjutnya dasar hukum untuk melaksanakan Penyidikanuntuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari tindak pidanayang penyidikannya ditangani oleh Penyidik Kejaksaan merujuk padaUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia dan selebihnya mengacu pada KUHAP.

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sertapelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undangini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.1328

(1) Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan;b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap;c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan

pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dankeputusan lepas bersyarat;

d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentuberdasarkan undang-undang;

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapatmelakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikandengan penyidik.

(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasakhusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilanuntuk dan atas nama negara atau pemerintah.

(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turutmeyelenggarakan kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

1328 Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 547

c. Pengawasan peredaran barang cetakan;d. Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan

masyarakat dan negara;e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.1329

V.4 Penyidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Bahwa kewenangan melakukan Penyelidikan terhadap atau untukTindak Pidana Korupsi, bagi Penyidik KPK didasarkan pada Pasal 6Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya dasar hukumuntuk melaksanakan Penyidikan untuk Tindak Pidana Pencucian Uangyang berasal dari tindak pidana Korupsi yang penyidikannya ditanganioleh Penyidik KPK merujuk pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi dan selebihnya mengacu pada KUHAP.

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sertapelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undangini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.1330

Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan,dan penuntutan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana berlaku juga bagi penyelidik,penyidik, dan penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi.1331

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tidakberlaku bagi penyidik tindak pidana korupsi sebagaimana ditentukandalam Undang-Undang ini.1332

1329 Pasal 30 Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.1330 Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.1331 Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.1332 Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3

548 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.4.1 Penyelidikan

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

“melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutanterhadap tindak pidana korupsi”.1333

V.4.1.1 Pengertian Penyelidik

Penyelidik adalah Penyelidik pada KomisiPemberantasan Korupsi yang diangkat dandiberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.1334

Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melaksanakan fungsi penyelidikan tindak pidanakorupsi.1335

V.4.2.2 Bukti Permulaan yang Cukup

(1) Jika penyelidik dalam melakukan penyelidikanmenemukan bukti permulaan yang cukupadanya dugaan tindak pidana korupsi, dalamwaktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerjaterhitung sejak tanggal ditemukan buktipermulaan yang cukup tersebut, penyelidikmelaporkan kepada Komisi PemberantasanKorupsi.

(2) Bukti permulaan yang cukup dianggap telah adaapabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2(dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbataspada informasi atau data yang diucapkan,dikirim, diterima, atau disimpan baik secarabiasa maupun elektronik atau optik.

(3) Dalam hal penyelidik melakukan tugasnya tidakmenemukan bukti permulaan yang cukupsebagaimana dimaksud pada ayat (1),penyelidik melaporkan kepada KomisiPemberantasan Korupsi dan Komisi

1333 Pasal 6 huruf c Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1334 Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1335 Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 549

Pemberantasan Korupsi menghentikanpenyelidikan.

(4) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsiberpendapat bahwa perkara tersebutditeruskan, Komisi Pemberantasan Korupsimelaksanakan penyidikan sendiri atau dapatmelimpahkan perkara tersebut kepada penyidikkepolisian atau kejaksaan.

(5) Dalam hal penyidikan dilimpahkan kepadakepolisian atau kejaksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), kepolisian ataukejaksaan wajib melaksanakan koordinasi danmelaporkan perkembangan penyidikan kepadaKomisi Pemberantasan Korupsi.1336

V.4.2 Penyidikan

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadaptindak pidana korupsi.1337

V.4.2.1 Pengertian Penyidik

(1) Penyidik adalah Penyidik pada KomisiPemberantasan Korupsi yang diangkat dandiberhentikan oleh Komisi PemberantasanKorupsi.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melaksanakan fungsi penyidikan tindak pidanakorupsi.1338

V.4.2.2 Pemeriksaan

V.4.2.2.1 Penundaan Transaksi

Dalam melaksanakan tugaspenyelidikan, penyidikan, dan

1336 Pasal 44 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1337 Pasal 6 huruf c Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1338 Pasal 45 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

550 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penuntutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 huruf c, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

menghentikan sementara suatutransaksi keuangan, transaksiperdagangan, dan perjanjian lainnyaatau pencabutan sementara perizinan,lisensi serta konsesi yang dilakukan ataudimiliki oleh tersangka atau terdakwayang diduga berdasarkan bukti awalyang cukup ada hubungannya dengantindak pidana korupsi yang sedangdiperiksa.1339

(1) Penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang memerintahkanPihak Pelapor untuk melakukanpenundaan Transaksi terhadapHarta Kekayaan yang diketahui ataupatut diduga merupakan hasiltindak pidana.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum,atau hakim sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis denganmenyebutkan secara jelasmengenai:

a. nama dan jabatan yangmeminta penundaanTransaksi;

b. identitas setiap orang yangTransaksinya akan dilakukanpenundaan;

c. alasan penundaan Transaksi;dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

1339 Pasal 12 huruf g Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 551

(3) Penundaan Transaksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanpaling lama 5 (lima) hari kerja.

(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakanpenundaan Transaksi sesaat setelahsurat perintah/permintaanpenundaan Transaksi diterima daripenyidik, penuntut umum, atauhakim.

(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkanberita acara pelaksanaan penundaanTransaksi kepada penyidik,penuntut umum, atau hakim yangmeminta penundaan Transaksipaling lama 1 (satu) hari kerja sejaktanggal pelaksanaan penundaanTransaksi.1340

V.4.2.2.2 Pemblokiran

Dalam melaksanakan tugaspenyelidikan, penyidikan, danpenuntutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 huruf c, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

memerintahkan kepada bank ataulembaga keuangan lainnya untukmemblokir rekening yang diduga hasildari korupsi milik tersangka, terdakwa,atau pihak lain yang terkait.1341

(1) Penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang memerintahkanPihak Pelapor untuk melakukanpemblokiran Harta Kekayaan yang

1340 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1341 Pasal 12 huruf d Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

552 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

diketahui atau patut didugamerupakan hasil tindak pidana dari:

a. setiap orang yang telahdilaporkan oleh PPATK kepadapenyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum,atau hakim sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis denganmenyebutkan secara jelasmengenai:

a. nama dan jabatan penyidik,penuntut umum, atau hakim;

b. identitas setiap orang yangtelah dilaporkan oleh PPATKkepada penyidik, tersangka,atau terdakwa;

c. alasan pemblokiran;d. tindak pidana yang disangkakan

atau didakwakan; dane. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Pemblokiran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanpaling lama 30 (tiga puluh) harikerja.

(4) Dalam hal jangka waktupemblokiran sebagaimanadimaksud pada ayat (3) berakhir,Pihak Pelapor wajib mengakhiripemblokiran demi hukum.

(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakanpemblokiran sesaat setelah suratperintah pemblokiran diterima daripenyidik, penuntut umum, atauhakim.

Penegakan Hukum 553

(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkanberita acara pelaksanaanpemblokiran kepada penyidik,penuntut umum, atau hakim yangmemerintahkan pemblokiran palinglama 1 (satu) hari kerja sejak tanggalpelaksanaan pemblokiran.

(7) Harta Kekayaan yang diblokir harustetap berada pada Pihak Pelaporyang bersangkutan.1342

V.4.2.2.3 Permintaan Keterangan

Dalam melaksanakan tugaspenyelidikan, penyidikan, danpenuntutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 huruf c, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

meminta keterangan kepada bank ataulembaga keuangan lainnya tentangkeadaan keuangan tersangka atauterdakwa yang sedang diperiksa.1343

(1) Untuk kepentingan pemeriksaandalam perkara tindak pidanapencucian uang, penyidik, penuntutumum, atau hakim berwenangmeminta Pihak Pelapor untukmemberikan keterangan secaratertulis mengenai Harta Kekayaandari:

a. orang yang telah dilaporkanoleh PPATK kepada penyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

1342 Pasal 71 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

1343 Pasal 12 huruf c Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

554 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(2) Dalam meminta keterangansebagaimana dimaksud pada ayat(1), bagi penyidik, penuntut umum,atau hakim tidak berlaku ketentuanperaturan perundang-undanganyang mengatur rahasia bank dankerahasiaan Transaksi Keuanganlain.

(3) Permintaan keterangan sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) harusdiajukan dengan menyebutkansecara jelas mengenai:

a. nama dan jabatan penyidik,penuntut umum, atau hakim;

b. identitas orang yang terindikasidari hasil analisis ataupemeriksaan PPATK,tersangka, atau terdakwa;

c. uraian singkat tindak pidanayang disangkakan ataudidakwakan; dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

(4) Permintaan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) harus disertai dengan:

a. laporan polisi dan suratperintah penyidikan;

b. surat penunjukan sebagaipenuntut umum; atau

c. surat penetapan majelis hakim.

(5) Surat permintaan untuk mem-peroleh keterangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat(3) harus ditandatangani oleh:

a. Kepala Kepolisian NegaraRepublik Indonesia atau kepalakepolisian daerah dalam halpermintaan diajukan olehpenyidik dari Kepolisian Negara

Penegakan Hukum 555

Republik Indonesia;b. pimpinan instansi atau lembaga

atau komisi dalam halpermintaan diajukan olehpenyidik selain penyidikKepolisian Negara RepublikIndonesia;

c. Jaksa Agung atau kepalakejaksaan tinggi dalam halpermintaan diajukan oleh jaksapenyidik dan/atau penuntutumum; atau

d. hakim ketua majelis yangmemeriksa perkara yangbersangkutan.

e. Surat permintaan sebagaimanadimaksud pada ayat (4)ditembuskan kepada PPATK.1344

V.4.2.2.4 Penyadapan dan MerekamPembicaraan

Dalam melaksanakan tugaspenyelidikan, penyidikan, danpenuntutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 huruf c, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

“melakukan penyadapan dan merekampembicaraan”.1345

V.4.2.2.5 Melarang seseorang berpergian keluar negeri

Dalam melaksanakan tugaspenyelidikan, penyidikan, danpenuntutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 huruf c, Komisi

1344 Pasal 72 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1345 Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

556 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pemberantasan Korupsi berwenang:

“memerintahkan kepada instansi yangterkait untuk melarang seseorangbepergian ke luar negeri”.1346

V.4.2.2.6 Memerintahkan untuk member-hentikan Tersangka dari jabatannya

Dalam melaksanakan tugas penye-lidikan, penyidikan, dan penuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsiberwenang:

“memerintahkan kepada pimpinan atauatasan tersangka untuk member-hentikan sementara tersangka darijabatannya”.1347

V.4.2.2.7 Meminta Data

Dalam melaksanakan tugas penye-lidikan, penyidikan, dan penuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsiberwenang:

“meminta data kekayaan dan dataperpajakan tersangka atau terdakwakepada instansi yang terkait”.1348

V.4.2.2.8 Meminta Bantuan Instansi Lain

Dalam melaksanakan tugas penye-lidikan, penyidikan, dan penuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsiberwenang:

1346 Pasal 12 huruf b Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1347 Pasal 12 huruf e Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1348 Pasal 12 huruf f Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 557

a) meminta bantuan InterpolIndonesia atau instansi penegakhukum negara lain untukmelakukan pencarian, penang-kapan, dan penyitaan barang buktidi luar negeri.1349

b) meminta bantuan kepolisian atauinstansi lain yang terkait untukmelakukan penangkapan,penahanan, penggeledahan, danpenyitaan dalam perkara tindakpidana korupsi yang sedangditangani.1350

V.4.2.2.9 Pemeriksaan Tersangka

Dalam hal seseorang ditetapkan sebagaitersangka oleh Komisi PemberantasanKorupsi, terhitung sejak tanggalpenetapan tersebut prosedur khususyang berlaku dalam rangka pemeriksaantersangka yang diatur dalam peraturanperundang-undangan lain, tidak berlakuberdasarkan Undang-Undang ini.1351

Pemeriksaan tersangka sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukandengan tidak mengurangi hak-haktersangka.1352

Untuk kepentingan penyidikan,tersangka tindak pidana korupsi wajibmemberikan keterangan kepadapenyidik tentang seluruh harta bendanya

1349 Pasal 12 huruf h Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1350 Pasal 12 huruf i Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1351 Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

1352 Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

558 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan harta benda istri atau suami, anak,dan harta benda setiap orang ataukorporasi yang diketahui dan atau yangdiduga mempunyai hubungan dengantindak pidana korupsi yang dilakukanoleh tersangka.1353

Untuk kepentingan penyidikan,tersangka wajib memberikanketerangan tentang seluruh hartabendanya dan harta benda istri atausuami, anak, dan harta benda setiaporang atau korporasi yang diketahui danatau yang diduga mempunyai hubungandengan tindak pidana korupsi yangdilakukan tersangka.1354

V.4.2.2.10 Penyitaan

(1) Atas dasar dugaan yang kuatadanya bukti permulaan yangcukup, penyidik dapat melakukanpenyitaan tanpa izin KetuaPengadilan Negeri berkaitandengan tugas penyidikannya.

(2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yangmengatur mengenai tindakanpenyitaan, tidak berlakuberdasarkan Undang- Undang ini.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib membuat beritaacara penyitaan pada hari penyitaanyang sekurang-kurangnya memuat:

a. nama, jenis, dan jumlah barang

1353 Pasal 48 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1354 Pasal 28 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 559

atau benda berharga lain yangdisita;

b. keterangan tempat, waktu,hari, tanggal, bulan, dan tahundilakukan penyitaan;

c. keterangan mengenai pemilikatau yang menguasai barangatau benda berharga laintersebut;

d. tanda tangan dan identitaspenyidik yang melakukanpenyitaan; dan

e. tanda tangan dan identitas daripemilik atau orang yangmenguasai barang tersebut.

(4) Salinan berita acara penyitaansebagaimana dimaksud pada ayat(3) disampaikan kepada tersangkaatau keluarganya.1355

Dalam hal diperoleh bukti yang cukupbahwa masih ada Harta Kekayaan yangbelum disita, hakim memerintahkanjaksa penuntut umum untuk melakukanpenyitaan Harta Kekayaan tersebut.1356

V.4.2.2.11 Penyampaian Hasil Penyidikan

Setelah penyidikan dinyatakan cukup,penyidik membuat berita acara dandisampaikan kepada Pimpinan KomisiPemberantasan Korupsi untuk segeraditindaklanjuti.1357

1355 Pasal 47 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1356 Pasal 81 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1357 Pasal 49 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

560 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.4.2.2.12 Tidak Berwenang MelakukanPenghentian Penyidikan

Komisi Pemberantasan Korupsi tidakberwenang mengeluarkan surat perintahpenghentian penyidikan dan penuntutandalam perkara tindak pidana korupsi.1358

V.4.2.2.13 Koordinasi dengan instansi lain

Komisi Pemberantasan Korupsi dapatmelaksanakan kerja sama dalampenyelidikan, penyidikan, danpenuntutan tindak pidana korupsidengan lembaga penegak hukum negaralain sesuai dengan peraturanperundangundangan yang berlaku atauberdasarkan perjanjian internasionalyang telah diakui oleh PemerintahRepublik Indonesia.1359

Komisi Pemberantasan Korupsiberwenang mengkoordinasikan danmengendalikan penyelidikan, penyi-dikan, dan penuntutan tindak pidanakorupsi yang dilakukan bersama-samaoleh orang yang tunduk pada peradilanmiliter dan peradilan umum.1360

V.5 Penyidikan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Bahwa kewenangan melakukan Penyelidikan terhadap atau untukTindak Pidana Narkotika, bagi Penyidik BNN didasarkan pada Pasal71 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Selanjutnya dasar hukum untuk melaksanakan Penyidikan untukTindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari tindak pidana

1358 Pasal 40 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1359 Pasal 41 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1360 Pasal 42 Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 561

Narkotika yang penyidikannya ditangani oleh Penyidik BNN merujukpada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika danselebihnya mengacu pada KUHAP.

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sertapelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undangini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.1361

V.5.1 Penyelidikan

V.5.1.1 Pejabat/Anggota BNN sebagai Penyelidik

Dalam melaksanakan tugas pemberantasanpenyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika, BNN berwenang melakukanpenyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika dan PrekursorNarkotika.1362

V.5.1.2 Sasaran Penyelidikan

Sasaran Penyelidikan adalah:

1) Orang.2) Benda/barang.3) Tempat/lokasi.4) Peristiwa/kejadian.1363

V.5.1.3 Proses Penyelidikan

Proses penyelidikan sebagai berikut :

1) Kegiatan Penyelidikan, dilakukan untuk:

a) Mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan dan bukti guna menentukanapakah suatu peristiwa yang terjadi/diinformasikan, issue, dilaporkan atau

1361 Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1362 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1363 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Narkotika.

562 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

diadukan, merupakan tindak pidana ataubukan.

b) Melengkapi keterangan dan bukti-buktiyang telah diperoleh, sebelum maupunselama dilakukan tindakan prosespenyidikan.

c) Pemeriksaan/Pengolahan Tempat KejadianPerkara.

2) Penyelidikan dilakukan dengan cara terbukasepanjang hal itu dapat menghasilkanketerangan-keterangan yang diperlukan dandilakukan secara tertutup apabila keteranganyang diperlukan tidak mungkin diperoleh secaraterbuka.

3) Hasil Penyelidikan dituangkan di dalam laporanHasil Penyelidikan yang kemudian dipelajari,dianalisis/diolah sehingga merupakanketerangan-keterangan yang berguna untukkepentingan penyidikan.

4) Dalam kasus-kasus tertentu penyelidikandilakukan dalam bentuk pemeriksaan/pengolahan TKP (Crime Scene Processing) yaitu:

a) Mencari keterangan, petunjuk, bukti sertaidentitas tersangka dan korban maupunsaksi di dan sekitar TKP;

b) Pencarian, pengambilan, pengumpulan danpengawetan barang bukti dilakukan denganmetode-metode ilmiah tertentu/kriminalistik, melibatkan dukungan teknisKepolisian, Laboratorium Forensik,Identifikasi Polri, Kedokteran Foreksik danbidang-bidang keahlian lainnya.

5) Tindakan pemeriksaan/pengolahan TKP sesuaikebutuhan dapat dilakukan berulang kali/secaratidak terbatas, pelaksanaan dan hasilnyadituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan diTKP yang ditandatangani Penyidik.

Penegakan Hukum 563

6) Hal-hal lain yang harus diperhatikan

a) Dalam melaksanakan penyelidikan,Penyelidik memperhatikan :1. Tidak bertentangan dengan suatu

aturan hukum2. Selaras dengan kewajiban hukum

yang mengharuskan dilakukannyatindakan jabatan

3. Tindakan itu harus patut dan masukakal serta termasuk dalam lingkunganjabatannya

4. Atas pertimbangan yang layakberdasarkan keadaan yang memaksa

5. Menghormati Hak Asasi Manusia

b) Penyelidikan yang dilakukan dalam rangkapengembangan atau menyertai kegiatanpenindakan dan pemeriksaan, harus selalukoordinasi, pengawasan dan pemberianpetunjuk dari Penyidik sehinggapenyelidikan terarah dan dapat dicegahtimbulnya kekeliruan/bias penyelidikan

c) Dalam melaksanakan penyelidikan secaraterbuka, Penyidik wajib menunjukkantanda pengenal serta menggunakan tehnikwawancara yang benar (mengandung 7kah).

d) Dalam melaksanakan penyelidikan secaratertutup penyelidik menggunakan tehnik-tehnik observasi, under cover, surveilance,Penyelidik harus menghindari tindakanyang dapat merugikan penyelidikanmaupun tindakan penyidikan selanjutnya.

Dalam kasus tertangkap tangan dantertentu lainnya yang sejak awal telah dapatdiketahui bahwa peristiwa tersebut cukupbukti merupakan tindak pidana, makatindakan penyidikan Tahap Kedua atau

564 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penindakan dan Pemeriksaan, dapat segeradilakukan.1364

V.5.1.4 Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidakterhenti

Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidakterhenti, mulai dari awal proses penyidikan,penindakan dan pemeriksaaan, penyelesaian danpenyerahan berkas perkara kepada PenuntutUmum, pelaksanaan persidangan pengadilan sampaiputusan sidang pengadilan mempunyai kekuatanhukum tetap.1365

V.5.2 Penyidikan

V.5.2.1 Penindakan dan Pemeriksaan

Setelah diketahui bahwa suatu peristiwa yangterjadi/dilaporkan/diadukan, menurut batasan buktipermulaan yang cukup merupakan tindak pidananarkotika, maka proses penyidikan ditingkatkan/dilanjutkan ke upaya pembuktian melalui tindakanTahap kedua yaitu pelaksanaan Penindakan danpemriksaan. Sebelum tahapan ini, Atasan Penyidikterlebih dahulu memilih/menunjuk Penyidik perkaradengan menerbitkan Surat Perintah Penyidikan.Berdasarkan perintah tersebut Penyidik perkaramenyusun dan mengajukan Rencana (Tindakan)Penyidikan untuk memperoleh persetujuan. SejakRencana Penyidikan disetujui, Penyidik perkerasegera melakukan tahapan Penindakan danPemeriksaan.1366

V.5.2.2 Penundaan Transaksi

(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakimberwenang memerintahkan Pihak Pelapor

1364 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1365 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1366 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 565

untuk melakukan penundaan Transaksiterhadap Harta Kekayaan yang diketahui ataupatut diduga merupakan hasil tindak pidana.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdilakukan secara tertulis dengan menyebutkansecara jelas mengenai:

a. nama dan jabatan yang meminta penundaanTransaksi;

b. identitas setiap orang yang Transaksinyaakan dilakukan penundaan;

c. alasan penundaan Transaksi; dand. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan paling lama 5 (lima)hari kerja.

(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakan penundaanTransaksi sesaat setelah surat perintah/permintaan penundaan Transaksi diterima daripenyidik, penuntut umum, atau hakim.

(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acarapelaksanaan penundaan Transaksi kepadapenyidik, penuntut umum, atau hakim yangmeminta penundaan Transaksi paling lama 1(satu) hari kerja sejak tanggal pelaksanaanpenundaan Transaksi.1367

V.5.2.3 Pemblokiran

(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakimberwenang memerintahkan Pihak Pelaporuntuk melakukan pemblokiran Harta Kekayaanyang diketahui atau patut diduga merupakanhasil tindak pidana dari:

1367 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

566 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. setiap orang yang telah dilaporkan olehPPATK kepada penyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdilakukan secara tertulis dengan menyebutkansecara jelas mengenai:

a. nama dan jabatan penyidik, penuntutumum, atau hakim;

b. identitas setiap orang yang telah dilaporkanoleh PPATK kepada penyidik, tersangka,atau terdakwa;

c. alasan pemblokiran;d. tindak pidana yang disangkakan atau

didakwakan; dane. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) harikerja.

(4) Dalam hal jangka waktu pemblokiransebagaimana dimaksud pada ayat (3) berakhir,Pihak Pelapor wajib mengakhiri pemblokirandemi hukum.

(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakan pemblokiransesaat setelah surat perintah pemblokiran diterimadari penyidik, penuntut umum, atau hakim.

(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acarapelaksanaan pemblokiran kepada penyidik,penuntut umum, atau hakim yangmemerintahkan pemblokiran paling lama 1 (satu)hari kerja sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran.

(7) Harta Kekayaan yang diblokir harus tetap beradapada Pihak Pelapor yang bersangkutan.1368

1368 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 567

V.5.2.4 Permintaan keterangan dari Penyedia JasaKeuangan

(1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkaratindak pidana pencucian uang, penyidik,penuntut umum, atau hakim berwenangmeminta Pihak Pelapor untuk memberikanketerangan secara tertulis mengenai HartaKekayaan dari:a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK

kepada penyidik;b. tersangka; atau

c. terdakwa.

(2) Dalam meminta keterangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), bagi penyidik, penuntutumum, atau hakim tidak berlaku ketentuanperaturan perundang-undangan yang mengaturrahasia bank dan kerahasiaan TransaksiKeuangan lain.

(3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus diajukan denganmenyebutkan secara jelas mengenai:a. nama dan jabatan penyidik, penuntut

umum, atau hakim;b. identitas orang yang terindikasi dari hasil

analisis atau pemeriksaan PPATK,tersangka, atau terdakwa;

c. uraian singkat tindak pidana yangdisangkakan atau didakwakan; dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

(4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat(3) harus disertai dengan:a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;b. surat penunjukan sebagai penuntut umum;

atauc. surat penetapan majelis hakim.

(5) Surat permintaan untuk memperolehketerangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (3) harus ditandatangani oleh:

568 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. Kepala Kepolisian Negara RepublikIndonesia atau kepala kepolisian daerahdalam hal permintaan diajukan olehpenyidik dari Kepolisian Negara RepublikIndonesia;

b. pimpinan instansi atau lembaga atau komisidalam hal permintaan diajukan olehpenyidik selain penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia;

c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggidalam hal permintaan diajukan oleh jaksapenyidik dan/atau penuntut umum; atau

d. hakim ketua majelis yang memeriksaperkara yang bersangkutan.

(6) Surat permintaan sebagaimana dimaksud padaayat (4) ditembuskan kepada PPATK.1369

V.5.2.5 Pemanggilan

V.5.2.5.1 Wewenang Pemanggilan

Penyidikan, penuntutan, danpemeriksaan di sidang pengadilanterhadap penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika dilakukanberdasarkan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan laindalam Undang- Undang ini.1370

Dalam rangka melakukan penyidikan,penyidik BNN berwenang:

a. melakukan penyelidikan ataskebenaran laporan sertaketerangan tentang adanyapenyalahgunaan dan peredarangelap Narkotika dan PrekursorNarkotika;

1369 Pasal 72 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1370 Pasal 73 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penegakan Hukum 569

b. memeriksa orang atau korporasiyang diduga melakukanpenyalahgunaan dan peredarangelap Narkotika dan PrekursorNarkotika;

c. memanggil orang untuk didengarketerangannya sebagai saksi;

d. menyuruh berhenti orang yangdiduga melakukan penyalah-gunaan dan peredaran gelapNarkotika dan PrekursorNarkotika serta memeriksa tandapengenal diri tersangka;

e. memeriksa, menggeledah, danmenyita barang bukti tindakpidana dalam penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika;

f. memeriksa surat dan/ataudokumen lain tentang penyalah-gunaan dan peredaran gelapNarkotika dan PrekursorNarkotika;

g. menangkap dan menahan orangyang diduga melakukan penyalah-gunaan dan peredaran gelapNarkotika dan PrekursorNarkotika;

h. melakukan interdiksi terhadapperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika di seluruhwilayah juridiksi nasional;

i. melakukan penyadapan yangterkait dengan penyalahgunaandan peredaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika setelahterdapat bukti awal yang cukup;

j. melakukan teknik penyidikanpembelian terselubung danpenyerahan di bawah penga-wasan;

570 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

k. memusnahkan Narkotika danPrekursor Narkotika;

l. melakukan tes urine, tes darah, tesrambut, tes asam dioksiribo-nukleat (DNA), dan/atau tesbagian tubuh lainnya;

m. mengambil sidik jari dan memotrettersangka;

n. melakukan pemindaian terhadaporang, barang, binatang, dantanaman;

o. membuka dan memeriksa setiapbarang kiriman melalui pos danalat-alat perhubungan lainnya yangdiduga mempunyai hubungandengan penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika;

p. melakukan penyegelan terhadapNarkotika dan PrekursorNarkotika yang disita;

q. melakukan uji laboratoriumterhadap sampel dan barang buktiNarkotika dan PrekursorNarkotika;

r. meminta bantuan tenaga ahli yangdiperlukan dalam hubungannyadengan tugas penyidikanpenyalahgunaan dan peredarangelap Narkotika dan PrekursorNarkotika; dan

s. menghentikan penyidikan apabilatidak cukup bukti adanya dugaanpenyalahgunaan dan peredarangelap Narkotika dan PrekursorNarkotika.1371

1371 Pasal 75 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penegakan Hukum 571

V.5.2.5.1.1 Pemanggilan Saksi

1) Pejabat yang berwenangmemanggil dengan mengeluarkanSurat Oenggilan adalah PenyidikBNN

2) Dalam hal melakukan pemang-gilan adalah Kepala Kesatuan ataupejabat struktural, surat panggilanditandatangani yang bersangkutanselaku Penyidik.1372

V.5.2.5.1.2 Pemanggilan terhadap PejabatTertentu

Pemanggilan terhadap pejabat-pejabattertentu (eksekutif/legislatif),dilakukan sesuai aturan yang berlaku

a. Terhadap anggota legislatif

Pemanggilan dan tindakan-tindakan lain dalam rangkapenyidikan, agar diperhatikanketentuan sebagaimana diaturdalam UU Nomor 22 Tahun 2003tentang Susunan dan KedudukanMPR, DPR, DPD dan DPRD.

(1) Dalam hal Anggota MPR,DPR, dan DPD didugamelakukan perbuatan pidana,pemanggilan, permintaanketerangan, dan penyi-dikannya harus mendapatpersetujuan tertulis dariPresiden.

(2) Dalam hal seorang AnggotaDPRD Provinsi didugamelakukan perbuatan pidana,

1372 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

572 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pemanggilan, permintaanketerangan, danpenyidikannya harusmendapat persetujuan tertulisdari Menteri Dalam Negeriatas nama Presiden.

(3) Dalam hal seorang AnggotaDPRD Kabupaten/Kotadiduga melakukan perbuatanpidana, pemanggilan,permintaan keterangan, danpenyidikannya harusmendapat persetujuan tertulisdari gubernur atas namaMenteri Dalam Negeri.

(4) Ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) tidak berlakuapabila Anggota MPR, DPR,DPD, DPRD Provinsi, danDPRD Kabupaten/Kotamelakukan tindak pidanakorupsi dan terorisme sertatertangkap tangan.

(5) Setelah tindakan pada ayat(4) dilakukan, harusdilaporkan kepada pejabatyang berwenang agarmemberikan ijin selambat-lambatnya dalam dua kali 24jam.

(6) Selama Anggota MPR, DPR,DPD, DPRD Provinsi, danDPRD Kabupaten/Kotamenjalani proses penyidikan,penuntutan, pemeriksaan didepan pengadilan, yangbersangkutan tetap menerimahak-hak keuangan danadministrasi sampai dengan

Penegakan Hukum 573

adanya putusan pengadilanyang mempunyai kekuatanhukum tetap.1373

(1) bahwa persetujuantertulis baik dari Presiden,Menteri Dalam Negeri atasnama Presiden, dan Gubernuratas nama Menteri DalamNegeri, adalah persetujuantertulis langsung tampa haksubstitusi(2) Pemanggilan sebagaisaksi, termasuk harusmendapat persetujuantertulis.1374

b. Terhadap Kepala Daerah

Agar diperhatikan ketentuansebagaimana diatur dalamUndang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang PemerintahanDaerah

(1) Tindakan penyelidikan danpenyidikan terhadap kepaladaerah dan/atau wakil kepaladaerah dilaksanakan setelahadanya persetujuan tertulisdari Presiden atas permintaanpenyidik.

(2) Dalam hal persetujuan tertulissebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak diberikan olehPresiden dalam waktu paling

1373 Pasal 106 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan Dan KedudukanMajelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

1374 Penjelasan Pasal 106 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan DanKedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

574 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

lambat 60 (enam puluh) hariterhitung sejak diterimanyapermohonan, prosespenyelidikan dan penyidikandapat dilakukan.

(3) Tindakan penyidikan yangdilanjutkan dengan penahanandiperlukan persetujuantertulis sesuai denganketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) danayat (2).

(4) Hal-hal yang dikecualikandari ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)adalah:a. tertangkap tangan

melakukan tindak pidanakejahatan; atau

b. disangka telah melakukantindak pidana kejahatanyang diancam denganpidana mati, atau telahmelakukan tindak pidanakejahatan terhadapkeamanan negara.

(5) Tindakan penyidikansebagaimana dimaksud padaayat (4) setelah dilakukanwajib dilaporkan kepadaPresiden paling lambat dalamwaktu 2 (dua) kali 24 (duapuluh empat) jam.1375

V.5.2.5.2 Penangkapan

V.5.2.5.2.1 Wewenang Penangkapan

Dalam rangka melakukan penyidikan,penyidik BNN berwenang:

1375 Pasal 36 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Penegakan Hukum 575

menangkap dan menahan orang yangdiduga melakukan penyalahgunaandan peredaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika.1376

(1) Pelaksanaan kewenanganpenangkapan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75 huruf gdilakukan paling lama 3 x 24 (tigakali dua puluh empat) jamterhitung sejak surat penangkapanditerima penyidik.

(2) Penangkapan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapatdiperpanjang paling lama 3 x 24(tiga kali dua puluh empat) jam.1377

Pejabat yang berwenang melakukanpenangkapan:

1) Penyidik BNN Pusat;

2) Penyidik BNN Daerah (Propinsi);

3) Penyelidik atas perintahPenyidik.1378

V.5.2.5.3 Penahanan

V.5.2.5.3.1 Wewenang Penahanan

Dalam rangka melakukan penyidikan,penyidik BNN berwenang:

menangkap dan menahan orang yangdiduga melakukan penyalahgunaandan peredaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika.1379

1376 Pasal 75 huruf g Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1377 Pasal 76 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1378 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Narkotika.1379 Pasal 75 huruf g Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

576 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.5.2.5.3.2 Jenis Penahanan

Jenis penahanan dapat berupa:

a) Penahanan di Rumah TahananNegara (RUTAN).

b) Penahanan di Rumah.c) Penahanan di Kota.1380

Penyidik berwenang untukmengalihkan jenis penahanan yangsatu ke jenis penahanan yang lain, haltersebut yang dinyatakan dengan SuratPerintah Penyidik.1381

V.5.2.5.3.3 Jangka Waktu Penahanan

a) Penyidik berwenang melakukanpenahanan paling lama 20 hari.

b) Apabila diperlukan untukkepentingan penyidikan/pemeriksaan, dapat diperpanjangselama 40 hari oleh JaksaPenuntut Umum atas permintaanPenyidikan yang bersangkutan.

c) Apabila pemeriksaan belumselesai, dalam hal adanya alasanyang patut dan tidak dapatdihindarkan karena tersangkamenderita gangguan fisik ataumentalberat yang dibuktikandengan Surat Keterangan Dokteratau tersangka diperiksa dalamperkara yang diancam denganpenjara 9 tahun atau lebih, makapenahanan terhadapnya dapatdiperpanjang lagi palng lama 2 x30 hari oleh ketua Pengadilan

1380 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1381 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 577

Negeri atas permintaan Penyidikyang bersangkutan yang disertaidengan laporan hasil penyidikan/pemeriksaan.1382

V.5.2.5.4 Penggeledahan

V.5.2.5.4.1 Wewenang Penggeledahan

Dalam rangka melakukanpenyidikan, penyidik BNNberwenang:

memeriksa, menggeledah, danmenyita barang bukti tindakpidana dalam penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika.1383

Pejabat yang memiliki wewenangpenggeledahan adalah:

1) Penyidik;2) Penyelidik, pada saat

menangkap tersangka hanyaberwenang menggeledahpakaian, tersangka bendayang dibawa apabila terdapatdugaan keras bahwa padatersangka terdapat bendayang dapat disita.1384

V.5.2.5.4.2 Sasaran Penggeledahan

Sasaran penggeledahan adalah:

a) rumah atau bangunan dantempat-tempat tertutuplainnya.

1382 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1383 Pasal 75 huruf e Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1384 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Narkotika.

578 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

b) pakaian.c) badan.d) sarana angkutan.1385

Kecuali dalam hal tertangkaptangan, Penyidik tidakdiperkenankan memasuki:

a) ruang dimana sedangberlangsung sidang MPR,DPR atau DPRD.

b) tempat dimana sedangberlangsung ibadah atauupacara keagamaan.

c) ruang dimana sedangberlangsung SidangPengadilan.1386

Dalam keadaan yang sangat perludan mendesak, bilamana Penyidikharus segera bertindak dan tidakmungkin untuk mendapatkansurat izin terlebih dahulu, Penyidikdapat melakukan penggeledahan:

a) pada halaman rumahtersangka bertempat tinggal,berdiam, atau berada danyang ada di atasnya.

b) Pada setiap tempat laintersangka bertempat tinggal,berdiam atau ada di tempattindak pidana dilakukan atauterdapat berkasnya. di tempatpenginapan dan tempatumum lainnya.1387

1385 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1386 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1387 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 579

V.5.2.5.5 Penyitaan

V.5.2.5.5.1 Wewenang Penyitaan

Dalam rangka melakukanpenyidikan, penyidik BNNberwenang:

memeriksa, menggeledah, danmenyita barang bukti tindakpidana dalam penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika.1388

(1) Untuk keperluan penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan, penyidikKepolisian Negara RepublikIndonesia, penyidik BNN, danpenyidik pegawai negeri sipilmenyisihkan sebagian kecilbarang sitaan Narkotika danPrekursor Narkotika untukdijadikan sampel guna pengujiandi laboratorium tertentu dandilaksanakan dalam waktu palinglama 3 x 24 (tiga kali dua puluhempat) jam sejak dilakukanpenyitaan.

(2) Ketentuan lebih lanjutmengenai syarat dan tata carapengambilan dan pengujiansampel di laboratorium tertentudiatur dengan PeraturanPemerintah.1389

(1) Penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia dan penyidikBNN wajib memusnahkan

1388 Pasal 75 huruf e Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1389 Pasal 90 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

580 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

tanaman Narkotika yangditemukan dalam waktu palinglama 2 x 24 (dua kali dua puluhempat) jam sejak saat ditemukan,setelah disisihkan sebagian keciluntuk kepentingan penyidikan,penuntutan, pemeriksaan di sidangpengadilan, dan dapat disisihkanuntuk kepentingan pengem-bangan ilmu pengetahuan danteknologi, serta untukkepentingan pendidikan danpelatihan.

(2) Untuk tanaman Narkotikayang karena jumlahnya dandaerah yang sulit terjangkaukarena faktor geografis atautransportasi, pemusnahandilakukan dalam waktu palinglama 14 (empat belas) hari.

(3) Pemusnahan dan penyisihansebagian tanaman Narkotikasebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan dengan pembuatanberita acara yang sekurang-kurangnya memuat:

a. nama, jenis, sifat, dan jumlah;b. keterangan mengenai tempat,

jam, hari, tanggal, bulan, dantahun ditemukan dandilakukan pemusnahan;

c. keterangan mengenai pemilikatau yang menguasaitanaman Narkotika; dan

d. tanda tangan dan identitaslengkap pelaksana danpejabat atau pihak terkaitlainnya yang menyaksikanpemusnahan.

Penegakan Hukum 581

(4) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disimpanoleh penyidik untuk kepentinganpembuktian.

(5) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disimpanoleh Menteri dan BadanPengawas Obat dan Makananuntuk kepentingan pengem-bangan ilmu pengetahuan danteknologi.

(6) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disimpanoleh BNN untuk kepentinganpendidikan dan pelatihan.1390

(7) Pejabat yang berwenangmelakukan penyitaan adalah:

1) Penyidik BNN.2) Penyidik BNN Daerah

(Propinsi).3) Penyelidik atas perintah

Penyidik melakukanpenyitaan.1391

V.5.2.5.5.2 Sasaran Penyitaan

Sasaran penyitaan adalah:

a) Benda atau tagihan tersangkayang seluruh atau sebagian

1390 Pasal 92 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1391 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Narkotika.

582 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

diduga diperoleh dari tindakpidana atau sebagai hasil daritindak pidana.

b) Benda yang telah diper-gunakan secara langsunguntuk melakukan tindakpidana atau untuk mem-persiapkannya.

c) Benda yang dipergunakanuntuk menghalang-halangipenyelidikan tindak pidana.

d) Benda yang khusus dibuatatau diperuntukkan melaku-kan tindak pidana.

e) Benda lain yang mempunyaihubungan langsung dengantindak pidana yang dilakukan.

f) Benda yang berada dalamsitaan kaena perkara perdataatau karena pailit sepanjangmemenuhi ketentuan seba-gaimana dimaksud padahuruf a sampai dengan huruff.

g) Surat, buku atau kitab, daftardan sebainya yang didugakuat dapat diperoleh kete-rangan tentang sesuatu tindakpidana.1393

V. 5.2.5.6 Pemeriksaan

Dalam rangka melakukanpenyidikan, penyidik BNNberwenang:

“memeriksa, menggeledah, danmenyita barang bukti tindakpidana dalam penyalahgunaan dan

1392 Lampiran SKEP Kepala BN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 583

peredaran gelap Narkotika danPrekursor Narkotika”.1393

V. 5.2.5.6.1 Wewenang Pemeriksaan

Penyidik BNN sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75, jugaberwenang:

a. mengajukan langsung berkasperkara, tersangka, danbarang bukti, termasuk hartakekayaan yang disita kepadajaksa penuntut umum;

b. memerintahkan kepada pihakbank atau lembaga keuanganlainnya untuk memblokirrekening yang diduga darihasil penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotikadan Prekursor Narkotika miliktersangka atau pihak lain yangterkait;

c. untuk mendapat keterangandari pihak bank atau lembagakeuangan lainnya tentangkeadaan keuangan tersangkayang sedang diperiksa;

d. untuk mendapat informasidari Pusat Pelaporan danAnalisis Transaksi Keuanganyang terkait denganpenyalahgunaan danperedaran gelap Narkotikadan Prekursor Narkotika;

e. meminta secara langsungkepada instansi yangberwenang untuk melarangseseorang bepergian ke luarnegeri;

1393 Pasal 75 huruf e Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

584 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

f. meminta data kekayaan dandata perpajakan tersangkakepada instansi terkait;

g. menghentikan sementarasuatu transaksi keuangan,transaksi perdagangan, danperjanjian lainnya ataumencabut sementara izin,lisensi, serta konsesi yangdilakukan atau dimiliki olehtersangka yang didugaberdasarkan bukti awal yangcukup ada hubungannyadengan penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotikadan Prekursor Narkotika yangsedang diperiksa; dan

h. meminta bantuan interpolIndonesia atau instansipenegak hukum Negara lainuntuk melakukan pencarian,penangkapan, dan penyitaanbarang bukti di luar negeri.1394

Penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia dan penyidikBNN berwenang melakukanpenyidikan terhadap penyalah-gunaan dan peredaran gelapNarkotika dan PrekursorNarkotika berdasarkan Undang-Undang ini.1395

Pejabat yang berwenangmelakukan pemeriksaan adalah:

1) Pejabat BNN.2) Penyidik BNN (Propinsi).

1394 Pasal 80 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1395 Pasal 81 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penegakan Hukum 585

3) Penyelidik atas perintahPenyidik.1396

V. 5.2.5.6.2 Pemeriksaan Alat Bukti

Selanjutnya dasar hukum untukmelaksanakan pemeriksaan alatbukti untuk tindak pidananarkotika dan tindak pidanapencucian uang yang penyi-dikannya ditangani oleh PenyidikBNN mengacu pada KUHAP.

V.5.2.5.6.2.1 Konfrontasi dan rekonstruksi

1) Apabila dalam pemeriksaan,antara tersangka yang satudengan tersangka yang lain,antara tersangka dengan saksimaupun antara saksi dengansaksi yang lain terdapatpertentangan atau ketidakcocokan keterangan yangdiberikan kepada pemeriksa,maka bila dipandang perludiadakan konfrontasi.

2) Demikian pula halnya untukperkara tertentu, apabiladipandang perlu dalampembuktiannya dapatdilakukan rekonstruksi.

3) Pelaksanaan Konfrontasi danrekonstruksi:

(a) Konfrontasi

(1) Maksud diadakannyakonfrontasi ialahuntuk mencari

1396 Lampiran SKEP Kepala BN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

586 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

persesuaian diantarabeberapa keteranganyang berasal baik daritersangka maupunsaksi dengan tujuanm e n d a p a t k a nkepastian manakahdiantara keterangan-keterangan tersebutyang benar atau palingmendekati kebenaran.

(2) cara melakukan kon-frontasi

i. Langsung

Tersangka/paratersangka dan atausaksi/para saksiyang keterangan-nya saling tidak adakecocokan atautidak terdapat per-sesuaian satu samalain, dipertemukansatu sama laindihadapan peme-riksa guna diujimanakah diantaraketerangan-kete-rangan tersebutyang benar ataupaling mendekatikebenaran.

ii. Tidak Langsung

Tersangka/orangyang dicari dicam-pur dengan bebe-rapa orang (3orang atau lebih)

Penegakan Hukum 587

yang belum dikenaloleh saksi, berdiriatau duduk berjajardan masing-masing diberinomor, ditem-patkan didalamsuatu ruangan yangdapat dilihat saksi.Sedangkan saksibersama peme-riksa berada di luarruangan tersebut,dapat melihatorang-orang terse-but. Manakahyang dimaksudkandalam ketera-ngannya tersebut,cara ini biasadisebut denganlink up.

iii. Hasil konfrontasisupaya dituangkandalam Berita AcaraKonfrontasi.

(b)Rekonstruksi

(1) Maksud diadakannyarekonstruksi ialahuntuk memberikangambaran tentangterjadinya suatu tindakpidana dengan jalanm e m p e r a g a k a nkembali cara ter-sangka melakukantindak pidana dengantujuan untuk lebihmeyakinkan kepada

588 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pemeriksa tentangkebenaran keterangantersangka atau saksi.

(2) Rekonstruksi dapatdilakukan di tempatkejadian perkara(TKP).

(3) Setiap peragaan perludiambil foto-fotonyadan jalannya peragaandituangkan dalamBerita Acara.

(4) Hasil rekonstruksiagar dianalisa teru-tama pada bagian-bagian yang sama danberbeda dengan isiBerita Acara Peme-riksaan.1397

V.5.2.5.6.2.2 Evaluasi Hasil Pemeriksaan

a) Agar memperoleh ketera-ngan, petunjuk-petunjuk,bukti-bukti, data yang cukupdan benar, maka hasilpemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahli yang dituangkandalam Berita Acara Peme-riksaan baik secara sendiri-sendiri maupun secarakeseluruhan dievaluasi gunamengembangkan dan menga-rahkan pemeriksaan beri-kutnya ataupun untukmembuat suatu kesimpulan

1397 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 589

dari pemeriksaan sebagaisalah satu kegiatanpenyidikan yang dilakukan.

Adapun proses dari evaluasimeliputi tahap-tahap sebagaiberikut:

(1) Tahap Inventarisasi

P e n y i d i k / P e n y i d i kPembantu berusahamenarik dan mengum-pulkan semua ketera-ngan-keterangan yangbenar-benar yangmengarah kepada unsur-unsur Pasal tindak pidanasebanyak mungkin.

(2) Tahap Seleksi

Dari keterangan-keterangan yang telahdikumpulkan tersebutkemudian diseleksi untukmencari keterangan-keterangan yang adarelevansinya denganperistiwa pidana yangterjadi dan mempunyaihubungan yang logis.

(3) Tahap Pengkajian

b) Dari keterangan-keteranganyang telah diseleksi tersebutpenyidik/penyidik pembantumengkaji, dan mengujikebenarannya dengan bukti-bukti serta petunjuk-petunjukyang ada, sehingga dapatditarik suatu kesimpulanapakah keterangan tersebut

590 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

betul-betul dapat dipercaya,dengan cara:

(1) Menilai adanya perse-suaian untuk keterangansaksi.

(2) Menilai adanyapersesuaian keterangansaksi dengan keteranganahli dan bukti yang ada.

(3) Adanya alasan yang logisdari setiap keterangansaksi.

c) Setelah diperoleh gambaranatau konstruksi perkarapidanya secara bulat, makadapat diketahui:

(1) Bahwa benar peristiwatindak pidana telah terjadi.

(2) Peranan dari masing-masing tersangka yangterlibat.

(3) Siapa-siapa saksinya,baik yang mengun-tungkan maupun yangmerugikan.

(4) Barang/benda yangmenjadi barang bukti.

Dari hasil-hasil evaluasi tersebut,penyidik/penyidik pembantudapat menyusun resume.1398

V.5.2.5.7 Pemusnahan Barang Bukti

(1) Kepala kejaksaan negerisetempat setelah menerimapemberitahuan tentang

1398 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 591

penyitaan barang Narkotikadan Prekursor Narkotika daripenyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia ataupenyidik BNN, dalam waktupaling lama 7 (tujuh) hariwajib menetapkan statusbarang sitaan Narkotika danPrekursor Narkotika tersebutuntuk kepentinganpembuktian perkara,kepentingan pengembanganilmu pengetahuan danteknologi, kepentinganpendidikan dan pelatihan,dan/atau dimusnahkan.

(2) Barang sitaan Narkotika danPrekursor Narkotika yangberada dalam penyimpanandan pengamanan penyidikyang telah ditetapkan untukdimusnahkan, wajibdimusnahkan dalam waktupaling lama 7 (tujuh) hariterhitung sejak menerimapenetapan pemusnahan darikepala kejaksaan negerisetempat.

(3) Penyidik wajib membuatberita acara pemusnahandalam waktu paling lama 1 x24 (satu kali dua puluh empat)jam sejak pemusnahantersebut dilakukan danmenyerahkan berita acaratersebut kepada penyidikBNN atau penyidik KepolisianNegara Republik Indonesiasetempat dan tembusan beritaacaranya disampaikan kepada

592 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

kepala kejaksaan negerisetempat, ketua pengadilannegeri setempat, Menteri, danKepala Badan PengawasObat dan Makanan.

(4) Dalam keadaan tertentu, bataswaktu pemusnahansebagaimana dimaksud padaayat (2) dapat diperpanjang 1(satu) kali untuk jangkawaktu yang sama.

(5) Pemusnahan barang sitaansebagaimana dimaksud padaayat (2) dilaksanakanberdasarkan ketentuan Pasal75 huruf k.

(6) Barang sitaan untukkepentingan pengembanganilmu pengetahuan danteknologi diserahkan kepadaMenteri dan untuk kepen-tingan pendidikan danpelatihan diserahkan kepadaKepala BNN dan KepalaKepolisian Negara RepublikIndonesia dalam waktu palinglama 5 (lima) hari terhitungsejak menerima penetapandari kepala kejaksaan negerisetempat.

(7) Kepala BNN dan KepalaKepolisian Negara RepublikIndonesia sebagaimanadimaksud pada ayat (6)menyampaikan laporankepada Menteri mengenaipenggunaan barang sitaanuntuk kepentingan pendi-dikan dan pelatihan.1399

1399 Pasal 91 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penegakan Hukum 593

V.5.2.5.8 Pemanfaatan Barang Bukti

(1) Penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia danpenyidik BNN wajibmemusnahkan tanamanNarkotika yang ditemukandalam waktu paling lama 2 x24 (dua kali dua puluhempat) jam sejak saatditemukan, setelah disisihkansebagian kecil untukkepentingan penyidikan,penuntutan, pemeriksaan disidang pengadilan, dan dapatdisisihkan untuk kepentinganpengembangan ilmupengetahuan dan teknologi,serta untuk kepentinganpendidikan dan pelatihan.

(2) Untuk tanaman Narkotikayang karena jumlahnya dandaerah yang sulit terjangkaukarena faktor geografis atautransportasi, pemusnahandilakukan dalam waktu palinglama 14 (empat belas) hari.

(3) Pemusnahan dan penyisihansebagian tanaman Narkotikasebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan denganpembuatan berita acara yangsekurang-kurangnya memuat:

a. nama, jenis, sifat, danjumlah;

b. keterangan mengenaitempat, jam, hari,tanggal, bulan, dan tahunditemukan dan dilakukanpemusnahan;

594 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c. keterangan mengenaipemilik atau yangmenguasai tanamanNarkotika; dan

d. tanda tangan danidentitas lengkappelaksana dan pejabatatau pihak terkait lainnyayang menyaksikanpemusnahan.

(4) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)disimpan oleh penyidik untukkepentingan pembuktian.

(5) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)disimpan oleh Menteri danBadan Pengawas Obat danMakanan untuk kepentinganpengembangan ilmupengetahuan dan teknologi.

(6) Sebagian kecil tanamanNarkotika yang tidakdimusnahkan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)disimpan oleh BNN untukkepentingan pendidikan danpelatihan.1400

V.5.2.6 Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara

Penyelesaian dan penyerahan berkas perkaramerupakan kegiatan akhir dari proses penyidikantindak pidana yang dilakukan oleh penyidik BNN

1400 Pasal 92 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penegakan Hukum 595

kepada Penuntut Umum1401

V.5.2.6.1 Pembuatan Berita Acara Pendapat/Resume

1) Pembuatan Berita Acara Pendapat/Resume merupakan kegiatanpenyidik untuk menyusun ikhtisardan kesimpulan berdasarkan hasilpenyelidikan tindak pidana yangterjadi.

2) Resume harus memenuhipersyaratan formal dan persyaratanmateril serta persyaratan penulisanyang telah ditentukan.1402

V.5.2.6.2 Penyusunan Isi Berkas Perkara

Susunan isi berkas meliputi:

1) Sampul Berkas Perkara

2) Daftar Isi Berkas Perkara

3) Isi Berkas Acara meliputi:a) Berita Acara Resumeb) Laporan Kejadian Narkotikac) Berita Acara (tindakan

Penyidik)d) Surat-surat meliputi:

~ surat-surat biasa~ surat-surat perintah

e) Daftar Saksif) Daftar Tersangkag) Daftar Barang Bukti1403

1401 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1402 Lampiran SKEP Kepala BNN No. SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

1303 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika

596 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.5.2.6.3 Pemberkasan

Pemberkasan merupakan kegiatanmenyusun hasil penyidikan dalambentuk tulisan dengan susunan dansyarat-syarat pengikatan, penjilidanserta penyegelan.

V.5.2.6.4 Penyerahan Berkas Perkara

Penyerahan Berkas Perkara merupakankegiatan pengiriman Berkas Perkaraberikut penyerahan tanggung jawab atastersangka dan barang buktinya kepadaPenuntut Umum yang dilakukan dalamdua tahap sebagai berikut:

a) Pada tahap pertama, penyidik hanyamenyerahkan Berkas Perkara.

b) Tahap kedua, penyidik menyerahkantanggung jawab tersangka danbarang buktinya kepada PenuntutUmum/setelah berkas perkaradinyatakan lengkap oleh PenuntutUmum.

c) Apabila dalam waktu 14 hari berkasperkara tidak dikembalikan olehPenuntut Umum, maka penyidikandianggap selesai dan penyidikmenyerahkan tanggung jawabtersangka dan barang buktinyakepada Penuntut Umum.1404

V.5.2.6.5 Penghentian Penyidikan

Penghentian Penyidikan merupakansalah satu kegiatan penyelesaian perkarayang dilakukan apabila:

a) Tidak terdapat cukup bukti.

1404 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika.

Penegakan Hukum 597

b) Peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak pidana.

c) Demi hukum karena:

(1) Tersangka meninggal dunia.(2) Tuntutan tindak pidana telah

kadaluarsa.(3) Pengaduan dicabut bagi delik

aduan.(4) Ne bis en Idem (Tindak Pidana

tersebut telah memperolehputusan Hakim yangmempunyai kekuatan hukumyang tetap dan pasti).

d) Dalam hal penghentian penyidikan,berkas perkara tidak diserahkankepada Penuntut Umum, tetapiPenyidik/Penyidik pembantu wajibmengirimkan Surat PemberitahuanPenghentian Penyidikan kepadaPenuntut Umum, tersangka danpelapor.

e) Dalam hal penghentian penyidikandinyatakan tidak sah oleh putusanPra peradilan dan atau ditemukanbukti baru maka penyidik harusmelanjutkan penyidikan kembalidengan menerbitkan SuratKetetapan Pencabutan PenghentianPenyidikan dan Surat PerintahPenyidikan Lanjutan.1405

V.6 Penyidikan Tindak Pidana di bidang Perpajakan olehDirektorat Jenderal Pajak

V.6.1 Wewenang Penyidikan

(1) Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanyadapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu

1405 Lampiran SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman PenyidikanTindak Pidana Narkotika

598 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberiwewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang perpajakan.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan menelitiketerangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana di bidang perpajakan agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaranperbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindakpidana di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidanadi bidang perpajakan;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lainberkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahanbukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain,serta melakukan penyitaan terhadap bahan buktitersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang, benda, dan/atau dokumen yangdibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindakpidana di bidang perpajakan;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang perpajakanmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Penegakan Hukum 599

memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntutumum melalui penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

(4) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik dapatmeminta bantuan aparat penegak hukum lain.1406

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DirektoratJenderal Pajak yang diangkat sebagai penyidik tindak pidanadi bidang perpajakan oleh pejabat yang berwenang adalahpenyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindakpidana di bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuanyang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yangberlaku.1407

Pada ayat ini diatur wewenang Pejabat Pegawai Negeri Sipiltertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sebagaipenyidik tindak pidana di bidang perpajakan, termasukmelakukan penyitaan. Penyitaan tersebut dapat dilakukan, baikterhadap barang bergerak maupun tidak bergerak, termasukrekening bank, piutang, dan surat berharga milik Wajib Pajak,Penanggung Pajak, dan/atau pihak lain yang telah ditetapkansebagai tersangka.1408

(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data,laporan, dan pengaduan berwenang melakukan pemeriksaanbukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidanadi bidang perpajakan.(2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidangperpajakan yang menyangkut petugas Direktorat JenderalPajak, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa in-ternal di lingkungan Departemen Keuangan untuk melakukanpemeriksaan bukti permulaan.

1406 Pasal 44 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1407 Penjelasan Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentangPerubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan.

1408 Penjelasan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang PerubahanAtas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

600 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(3) Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindakpidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak yangtersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum TindakPidana Korupsi.(4) Tata cara pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana dibidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan.1409

V.6.2 Pemeriksaan Bukti Permulaan

Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau buktiberupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikanpetunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadisuatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan olehsiapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatannegara.1410

Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yangdilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanyadugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.1411

Usul melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan oleh:

a. Sub Direktorat Intelijen Perpajakan berdasarkan laporanKegiatan Intelijen yang terdapat indikasi tindak pidana dibidang perpajakan, dan disampaikan kepada DirekturIntelijen dan Penyidikan;

b. Sub Direktorat Rekayasa Keuangan berdasarkanpengembangan dan analisis informasi, Data, Laporan,atau pengaduan dan disampaikan kepada Direktur Intelijendan Penyidikan;

c. Sub Direktorat Pemeriksaan Bukti Permulaan berdasarkanpengembangan Pemeriksaan Bukti Permulaan dandisampaikan kepada Direktur Intelijen dan Penyidikan;

1409 Pasal 43A Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1410 Pasal 1 angka 26 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1411 Pasal 1 angka 27 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Penegakan Hukum 601

d. Sub Direktorat Penyidikan berdasarkan pengembanganPenyidikan dan disampaikan kepada Direktur Intelijen danPenyidikan; dan

e. Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan PenagihanPajak berdasarkan pengembangan dan analisis informasi,Data, Laporan, atau Pengaduan (IDLP), pengembanganPemeriksaan Bukti Permulaan atau PengembanganPenyidikan, dan disampaikan kepada Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Pajak.1412

Instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan diterbitkanberdasarkan usul Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2.

Instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan diterbitkan oleh :

a. Direktur Jenderal Pajak dalam hal usul Pemeriksaan BuktiPermulaan ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4), danditujukan kepada Direktur Intelijen dan Penyidikan ataukepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

b. Direktur Intelijen dan Penyidikan dalam hal usulPemeriksaan Bukti Permulaan ditujukan kepada DirekturIntelijen dan Penyidikan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (2), dan ditujukan kepada Kepala SubDirektorat Pemeriksaan Bukti Permulaan DirektoratIntelijen dan Penyidikan atau Kepada Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Pajak; atau

c. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalamhal usul Pemeriksaan Bukti Permulaan ditujukan kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), danditujukan kepada Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan,dan Penagihan Pajak Kantor Wilayah Direktorat JenderalPajak.1413

1412 Pasal 2 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap wajib pajak yang dugamelakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

1413 Pasal 3 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

602 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan diterbitkanberdasarkan instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.1414

a). Pemeriksa Bukti Permulaan harus dilengkapi denganKartu Tanda Pengenal Pemeriksa Bukti Permulaan danwajib memperlihatkannya kepada Wajib Pajak pada saatpemeriksaan pertama.b).Tim Pemeriksa Bukti Permulaan wajibmemberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak tempatWajib Pajak terdaftar dengan menyampaikan SuratPemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan palinglambat 7 (tujuh) hari sejak Surat Perintah PemeriksaanBukti Permulaan diterima oleh Tim Pemeriksa BuktiPermulaan.c).Tim Pemeriksa Bukti Permulaan wajib meminjam danmengamankan berkas-berkas Wajib Pajak yangdiperlukan dalam Pemeriksaan Bukti Permulaan yang adadi Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.d).Tim Pemeriksa Bukti Permulaan wajib menyampaikanSurat Pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaankepada Wajib Pajak paling lambat 14 (empat belas) harisejak Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaanditerima Tim Pemeriksa Bukti Permulaan dan sejaktanggal itu Pemeriksaan Bukti Permulaan dimulai.e). Semua dokumen, catatan, pembukuan, dan dataelektronik yang berkaitan dengan Pemeriksaan BuktiPermulaan baik yang dikuasai Wajib Pajak ataupun pihakketiga wajib dipinjam dan diamankan oleh Tim PemeriksaBukti Permulaan.f). Dalam hal Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak menolakuntuk dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, TimPemeriksa Bukti Permulaan wajib membuat Berita AcaraPenolakan Pemeriksaan Bukti Permulaan yangditandatangani oleh kedua belah pihak dengan disaksikan2 (dua) orang saksi yang netral, antara lain Ketua RT,Ketua RW, atau Polisi

1414 Pasal 4 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 603

g).Dalam hal Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak menolakuntuk menandatangani Berita Acara sebagaimanadimaksud pada ayat (5), Tim Pemeriksa Bukti PermulaanWajib membuat Berita Acara Penolakan menandatanganiBerita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dengandisaksikan 2 (dua) orang saksi yang netral, antara lainKetua RT, Ketua RW, atau Polisi.1415

(1) Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat dilaksanakan dikantor Direktorat Jenderal pajak, tempat kegiatan usahaatau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal WajibPajak, atau di tempat lain yang dianggap perlu olehPemeriksa Bukti Permulaan.(2) Pemeriksaan Bukti Permulaan di tempat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan pada jam kerja sesuaidengan ketentuan yang berlaku di Direktorat JenderalPajak, dan dalam hal dipandang perlu dapat dilanjutkandi luar jam kerja.1416

(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak ada di tempat pada saatpertama kali Tim Pemeriksa Bukti Permulaan melakukanPemeriksaan Bukti Permulaan, Pemeriksaan BuktiPermulaan tetap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihakyang dapat mewakili Wajib Pajak.(2) Apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan dilanjutkanpada hari berikutnya, Tim Pemeriksa Bukti Permulaandalam hal dipandang perlu harus mengambil langkahpengamanan dengan melakukan penyegelan danmembuat Berita Acara Penyegelan terhadap tempat yangdiduga sebagai penyimpanan dokumen namun belumsempat dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan.(3) Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat dilanjutkan padahari berikutnya dengan pembukaan segel dan membuatBerita Acara Pembukaan Segel.(4) Dalam hal ditemukan bukti-bukti perusakan segel

1415 Pasal 5 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1416 Pasal 6 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

604 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

yang dimaksud pada ayat (2), Tim Pemeriksa BuktiPermulaan harus melaporkan kepada Polisi.1417

Penyegelan dilakukan dalam hal :

a). Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberi kesempatankepada Pemeriksa Bukti Permulaan untuk memasukitempat atau ruang serta barang bergerak dan/atautidak bergerak, yang diduga atau patut didugadigunakan untuk menyimpan buku atau catatan,dokumen, termasuk hasil pengolahan data daripembukuan yang dikelola secara elektronik atausecara program aplikasi on-line yang dapat memberipetunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebasWajib Pajak;

b). Wajib Pajak atau kuasanya menolak memberi bantuanguna kelancaran Pemeriksaan Bukti Permulaan yangantara lain berupa tidak memberi kesempatan kepadaPemeriksa Bukti Permulaan untuk mengakses datayang dikelola secara elektronik atau membuka barangbergerak dan/atau tidak bergerak;

c). Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada di tempatdan tidak ada pihak yang mempunyai kewenanganuntuk bertindak selaku yang mewakili Wajib Pajak,sehingga diperlukan upaya pengamanan PemeriksaanBukti Permulaan sebelum Pemeriksaan BuktiPermulaan ditunda; atau

d). Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada di tempatdan Pegawai Wajib Pajak yang mempunyaikewenangan untuk bertindak selaku yang mewakiliWajib Pajak menolak memberi bantuan gunakelancaran Pemeriksaan Bukti Permulaan.1418

(1) Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumentermasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yangdikelola secara elektronik atau secara program aplikasi

1417 Pasal 7 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1418 Pasal 8 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 605

on-line, catatan, dokumen, keterangan dan/atau bendalainnya yang menjadi dasar, sarana dan/atau hasilpembukuan, pencatatan, atau pembuatan dokumentermasuk dokumen perpajakan yang berhubunganlangsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan,kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objekyang yang terutang pajak yang diperlukan dan ditemukanpada saat pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan ditempat Wajib Pajak dipinjam/diperoleh pada saat itu jugadan Pemeriksa Bukti Permulaan membuat Tanda BuktiPeminjaman Buku, Catatan, Dokumen, dan Lain-lainKepada Wajib Pajak.(2) Atas sebagian atau seluruh bahan bukti yang belumdipinjam/diperoleh pada saat pelaksanaan PemeriksaanBukti Permulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemeriksa Bukti Permulaan dapat membuat SuratPermintaan Peminjaman/Perolehan Bahan Bukti dan/ataumencari Bahan Bukti di tempat Wajib Pajak atau di tempatlain.(3) Bahan Bukti yang diminta sebagaimana dimaksud padaayat (2) harus diserahkan kepada Pemeriksa BuktiPermulaan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak SuratPermintaan Peminjaman Bahan Bukti diterima oleh WajibPajak.(4) Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi jangka waktuyang dimaksud pada ayat (3), Pemeriksa Bukti Permulaanharus mengirim Surat Peringatan I, dan apabila dalamjangka waktu 7 (tujuh) hari Surat Peringatan I tidakdipenuhi, Surat Peringatan II segera diterbitkan.(5) Terhadap setiap penyerahan Bahan Bukti dari WajibPajak berkaitan dengan pemenuhan Surat PermintaanPeminjaman/Perolehan Bahan Bukti sebagaimanadimaksud pada ayat (3), baik yang diserahkan sebagianmaupun seluruhnya, Pemeriksa harus membuat BuktiPeminjaman/Perolehan Bahan Bukti.(6) Dalam hal data hasil pengolahan elektronik disimpandalam media disket, compact disk, tape backup, harddisk, atau media penyimpanan lainnya yang tidak dapatdiperiksa karena kendala teknis, Pemeriksa BuktiPermulaan dapat meminta bantuan Tenaga Ahli untuk

606 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

melakukan pengubahan media atau pengubahan teknislainnya sehingga data dimaksud dapat diperiksa, denganmenggunakan Surat Permintaan Bantuan Tenaga Ahli.(7) Dalam hal untuk mengakses dan/atau mengunduhdata yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatandan/atau keahlian khusus, Pemeriksa Bukti Permulaan:

a). dapat meminta bantuan kepada Wajib Pajak untukmenyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WajibPajak; ataub). meminta bantuan dari seorang atau lebih yangmemiliki keahlian tertentu yang bukan merupakanPemeriksa Bukti Permulaan, baik yang berasal dariDirektorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dariinstansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang telahditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak denganmenggunakan Surat Permintaan Bantuan Tenaga Ahli.1419

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan harus memanggil paracalon tersangka, calon saksi, dan/atau pihak-pihak lainyang berkaitan untuk memperoleh keterangan yangdiperlukan melalui Kepala Unit Pelaksana PemeriksaanBukti Permulaan.(2) Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan mengirimkan Surat Panggilan I.(3) Keterangan yang diperoleh dari calon tersangka, calonsaksi, dan/atau pihak-pihak lain yang berkaitansebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dituangkandalam bentuk Berita Acara Permintaan Keterangan.(4) Dalam hal para calon tersangka, calon saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang dipanggil dengan SuratPanggilan I tidak hadir, Pemeriksa Bukti Permulaanmengirimkan Surat Panggilan II dalam jangka waktu 3(tiga) hari setelah Surat Pemanggilan I.(5) Dalam hal para calon tersangka, calon saksi, dan/atau pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat yangdipanggil dengan Surat Panggilan II tidak hadir,

1419 Pasal 9 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 607

Pemeriksa Bukti Permulaan melakukan upaya lain sesuaidengan ketentuan yang berlaku.1420

(1)Pemeriksaan Bukti Permulaan harus diselesaikandalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak Surat PerintahPemeriksaan Bukti Permulaan diterima oleh Wajib Pajak.Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak dapat dipenuhi, Pemeriksa Bukti Permulaanpaling lambat 7 (tujuh) hari sebelum jatuh tempo wajibmenyampaikan permohonan perpanjangan jangka waktupenyelesaian kepada penerbit Surat Perintah PemeriksaanBukti Permulaan.(2) Setiap permohonan perpanjangan jangka waktupenyelesaian Pemeriksaan Bukti Permulaan wajibdilampiri dengan Laporan Kemajuan Pemeriksaan BuktiPermulaan.(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksudpada ayat (3), Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan penerbit Surat Perintah Pemeriksa BuktiPermulaan wajib memutuskan permohonan yangdimaksud dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejakpermohonan diterima.(4) Perpanjangan jangka waktu penyelesaianPemeriksaan Bukti Permulaan yang pertama paling lamadapat diberikan untuk 2 (dua) bulan dan yang kedua kalipaling lama dapat diberikan untuk 2 (dua) bulan.1421

(1) Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan harus dituangkandalam Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.(2) Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan antara lainharus mencantumkan hal-hal sebagai berikut:a. Instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan;b. Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan;c. Surat Tugas;d. identitas Wajib Pajak;

1420 Pasal 10 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1421 Pasal 11 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

608 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

e. pemenuhan kewajiban perpajakan Tahun Pajak yangdiperiksa;

f. alasan dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan (buktiawal);

g. tempat dan waktu kejadian;h. pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;i. data/informasi yang tersedia dari Kantor Pelayanan

Pajak;j. daftar buku dan dokumen yang dipinjam; dank. hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan, termasuk:

1) modus operandi;2) calon tersangka;3) calon saksi;4) kerugian negara;5) pasal-pasal yang dilanggar;6) bahan bukti yang diperoleh; dan

7) kesimpulan dan usul.1422

(1) Konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaandisampaikan kepada Direktur Intelijen dan Penyidikandalam hal instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaanditerbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau DirekturIntelijen dan Penyidikan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (2) huruf a dan b untuk ditelaah.(2) Konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaandisampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Pajak yang menerbitkan instruksi PemeriksaanBukti Permulaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat (2) huruf c untuk ditelaah.(3) Setelah konsep Laporan Pemeriksaan BuktiPermulaan diterima, selanjutnya Pejabat yangbersangkutan membuat resume atas konsep LaporanPemeriksaan Bukti Permulaan dan menjadwalkanpemaparan dengan Tim Pemeriksa Bukti Permulaandihadapan Tim Penelaah.(4) Tim Penelaah agar dibentuk dengan Surat KeputusanKepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan yang

1422 Pasal 12 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 609

bersangkutan, dengan jumlah anggota minimal 3 (tiga)orang, yang berasal dari sub direktorat/bidang yangmenangani Pemeriksaan Bukti Permulaan dan subdirektorat/bidang lainnya.(5) Tugas Tim Penelaah adalah mereview dan membahaskonsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan denganTim Pemeriksa Bukti Permulaan.

(6) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud ayat (5) dituangkandalam bentuk Berita Acara Penelaahan yang digunakan sebagaidasar penentuan tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan olehKepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan.(7) Tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud pada ayat (6) dapat berupa:a. usul penyidikan; ataub. tindakan lainnya, berupa:

1) penerbitan surat ketetapan pajak dalam hal WajibPajak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13A Undang-Undang KUP;

2) penerbitan surat ketetapan pajak dalam hal WajibPajak badan tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) dan ayat (3a)Undang-Undang KUP, tetapi tidak ditemukan BuktiPermulaan bahwa Wajib Pajak melakukan tindakpidana di bidang perpajakan;

3) pembuatan laporan kepada pihak lain yangberwenang apabila ditemukan Bukti Permulaan yangmengandung adanya unsur tindak pidana selain dibidang perpajakan;

4) pembuatan laporan sumir apabila Wajib Pajakmengungkapkan ketidakbenaran perbuatannyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)Undang-Undang KUP;atau

5) pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukanadanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan,Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan tidak ditemukan, Wajib Pajak orang pribadiyang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaanmeninggal dunia.1423

1423 Pasal 13 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

610 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(1) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapenyidikan, Direktur Intelijen dan Penyidikan membuat usulankepada Direktur Jenderal Pajak untuk diterbitkan instruksipenyidikan.(2) Usulan penyidikan dari Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Pajak disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajakmelalui Direktur Intelijen dan Penyidikan.(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiridengan konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan danBerita Acara Penelaahan sebagaimana dimaksud pada Pasal13 ayat (6) untuk dilakukan penelaahan oleh Tim PenelaahPenyidikan Direktorat Intelijen dan Penyidikan sebelumdibuatkan usulan kepada Direktur Jenderal Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1).(4) Dalam hal usul penyidikan disetujui, Laporan PemeriksaanBukti Permulaan segera ditutup dan dibuatkan LaporanKejadian.1424

(1) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapenerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 huruf a angka (1) Peraturan Menteri Keuangan 202/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan BuktiPermulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, PemeriksaBukti Permulaan menindaklanjuti Pemeriksaan Bukti Permulaantersebut dengan membuat Nota Perhitungan sebagai dasarpenerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 13A Undang-Undang KUP.(2) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapenerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 huruf a angka (2) Peraturan Menteri Keuangan 202/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan BuktiPermulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, PemeriksaBukti Permulaan menindaklanjuti hasil Pemeriksaan BuktiPermulaan sesuai dengan Pasal 14 sampai dengan Pasal 22Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ./2008tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

1424 Pasal 14 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 611

(3) Dalam hal berdasarkan hasil Pemeriksaan Bukti Permulaanditemukan Bukti Permulaan yang mengandung adanya unsurtindak pidana selain di bidang perpajakan, Pemeriksa BuktiPermulaan melaporkan kepada Kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan untuk ditelaah lebih lanjut, dandalam hal terdapat cukup bukti adanya tindak pidana lain makaKepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaanmeneruskan laporan ini kepada pihak lain yang berwenangdan Pemeriksaan Bukti Permulaan atas tindak pidanaperpajakannya tetap dilanjutkan.(4) Dalam hal Wajib Pajak menggunakan Pasal 8 ayat (3)Undang-Undang KUP dan hasil penelahaan Tim Penelaahmenyatakan bahwa pengungkapan ketidakbenaran perbuatanWajib Pajak telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalamPasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP serta telah mendapatpersetujuan dari Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan, Pemeriksa Bukti Permulaan menghentikanPemeriksaan Bukti Permulaan dengan membuat laporansumir.(5) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapembuatan laporan sumir karena di dalam Pemeriksaan BuktiPermulaan tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana dibidang perpajakan, namun terdapat pajak yang terhutang makaPemeriksa Bukti Permulaan membuat risalah temuan kepadaKantor Pelayanan Pajak tempat wajib Pajak terdaftar.(6) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapembuatan laporan sumir karena Wajib Pajak tidak ditemukan,Pemeriksa Bukti Permulaan membuat laporan sumir dengancatatan apabila di kemudian hari Wajib Pajak ditemukan makaPemeriksaan Bukti Permulaan dibuka kembali.(7) Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapembuatan laporan sumir karena Wajib Pajak orang pribadimeninggal dunia, namun terdapat pajak yang terutang makaPemeriksa Bukti Permulaan membuat laporan sumir danmengirimkan risalah temuan kepada Kantor Pelayanan Pajaktempat Wajib Pajak terdaftar.(8) Risalah temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) danayat (7) merupakan keterangan lain sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan KewajibanPerpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

612 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.1425

Dalam hal keputusan tindak lanjut yang diambil berupapembuatan laporan sumir karena di dalam Pemeriksaan BuktiPermulaan tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana dibidang perpajakan, namun terdapat permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 17B ayat (4) Undang-Undang KUP, Pemeriksa BuktiPermulaan mengirimkan laporan sumir kepada DirektoratPemeriksaan dan Penagihan.1426

Dalam hal hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan ditemukanadanya aparat pajak yang terkait dengan tindak pidana yangdilakukan oleh Wajib Pajak, Pemeriksa Bukti Permulaan wajibmelaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak berupa LaporanKeterlibatan Aparat Pajak untuk ditindaklanjuti danPemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak diteruskansebagaimana ketentuan yang berlaku.1427

(1) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan ditindaklanjutidengan tindakan penyidikan, Bahan Bukti yang diperoleh atauditemukan dalam Pemeriksaan Bukti Permulaan yangmenimbulkan dugaan kuat tentang terjadinya tindak pidana dibidang perpajakan dan/atau tindak pidana umum yangdilakukan oleh Wajib Pajak yang sedang diperiksa dan/atauoleh pihak lain yang berkaitan dengan Wajib Pajak harusdisimpan oleh Pemeriksa Bukti Permulaan untuk kepentinganpenyidikan.(2) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak dilanjutkanke tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal15 ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (7) maka

1425 Pasal 15 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1426 Pasal 16 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1427 Pasal 17 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 613

buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lainnyayang dipinjam oleh Pemeriksa Bukti Permulaan berdasarkanbukti Peminjaman, termasuk dokumen yang disimpan di mediapenyimpanan elektronik milik Wajib Pajak harus dikembalikankepada Wajib Pajak dengan menggunakan Bukti Pengembalianpaling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal LaporanPemeriksaan Bukti Permulaan.1428

Dalam hal dalam Pemeriksaan Bukti Permulaan ditemukanadanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang:

1) dilakukan oleh Wajib Pajak terperiksa dalam Tahun Pajakyang berbeda dengan Tahun Pajak yang sedang dilakukanPemeriksaan Bukti Permulaan, Pemeriksa Bukti Permulaansegera mengusulkan perluasan Pemeriksaan BuktiPermulaan kepada Kepala Unit Pelaksana PemeriksaanBukti Permulaan penerbit instruksi Pemeriksaan BuktiPermulaan.

2) dilakukan oleh Wajib Pajak lainnya, di mana Wajib Pajaktersebut terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak di lingkunganKantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang sama,Pemeriksa Bukti Permulaan membuat laporan kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak untukditindak lanjuti.

3) dilakukan oleh Wajib Pajak lainnya, di mana Wajib Pajaktersebut terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak di luarlingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajaknya,Pemeriksa Bukti Permulaan membuat laporan kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajaknya untukditindaklanjuti kepada Kantor Wilayah Direktorat JenderalPajak terkait.1429

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belumdilakukan tindakan penyidikan mengenai adanyaketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan

1428 Pasal 18 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

1429 Pasal 19 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang DidugaMelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

614 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabilaWajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkanketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertaipelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yangsebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa dendasebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajakyang kurang dibayar.1430

Wajib Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 38 selama belum dilakukan penyidikan, sekalipuntelah dilakukan pemeriksaan dan Wajib Pajak telahmengungkapkan kesalahannya dan sekaligus melunasi jumlahpajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasiberupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) darijumlah pajak yang kurang dibayar, terhadapnya tidak akandilakukan penyidikan.

Namun, apabila telah dilakukan tindakan penyidikan danmulainya penyidikan tersebut diberitahukan kepada PenuntutUmum, kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaranperbuatannya sudah tertutup bagi Wajib Pajak yangbersangkutan.1431

Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, ataudokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat olehsuatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untukmerahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluanpemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).1432

Untuk mencegah adanya dalih bahwa Wajib Pajak yang sedangdiperiksa terikat pada kerahasiaan sehingga pembukuan, catatan,dokumen serta keterangan-keterangan iain yang diperlukan tidakdapat diberikan oleh Wajib Pajak maka ayat ini menegaskanbahwa kewajiban merahasiakan itu ditiadakan.1433

1430 Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1431 Penjelasan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang PerubahanAtas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1432 Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1433 Penjelasan Pasal 29 Ayat (4) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentangPerubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan.

Penegakan Hukum 615

(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank,akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi,dan/atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan denganWajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak,atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, ataspermintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihaktersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terikat oleh kewajiban merahasiakan, untuk keperluanpemeriksaan, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidanadi bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebutditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakanditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan.(3) Tata cara permintaan keterangan atau bukti dari pihak-pihak yang terikat oleh kewajiban merahasiakan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.1434

Untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan, atas permintaan tertulis Direktur Jenderal Pajak,pihak ketiga yaitu bank, akuntan publik, notaris, konsultanpajak, kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya yangmempunyai hubungan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak yangdilakukan pemeriksaan pajak atau penagihan pajak ataupenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan harusmemberikan keterangan atau bukti-bukti yang diminta.

Yang dimaksud dengan ”konsultan pajak” adalah setiap orangyang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebasmemberikan jasa konsultasi kepada Wajib Pajak dalammelaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.1435

Untuk kepentingan perpajakan, pimpinan Bank Indonesia ataspermintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan

1434 Pasal 35 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1435 Penjelasan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentangPerubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan.

616 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangandan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-suratmengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentukepada pejabat pajak.1436

V.6. 3 Penyidikan

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalahserangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untukmencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itumembuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yangterjadi serta menemukan tersangkanya.1437

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang selanjutnyadisebut penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukanoleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yangdengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidangperpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanyasepanjang belum dilimpahkan ke pengadilan.1438

Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenangkhusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakpidana di bidang per pajakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.1439

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyakepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi NegaraRepublik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.1440

1436 Penjelasan Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang PerubahanAtas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1437 Pasal 1 angka 31 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1438 Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.03/2009 tentangTata Cara Penghentian Penyidikan di Bidang Perpajakan untuk Kepentingan PenerimaanNegara.

1439 Pasal 1 angka 32 Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1440 Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Penegakan Hukum 617

(1) Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dilakukanoleh Penyidik Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyidikan.(2) Saat dimulainya Penyidikan adalah pada saatdisampaikannya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikankepada Jaksa atau Penuntut Umum melalui Kepolisian NegaraRepublik Indonesia dan kepada Tersangka.(3) Penyidikan pajak dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaanbukti permulaan.1441

(1) Dalam melakukan Penyidikan, Penyidik Pajak wajibmemperhatikan asas-asas hukum yang berlaku, termasuk:

a. Asas praduga tak bersalah, yaitu bahwa setiap orangyang disangka, dituntut, dan atau dihadapkan di mukasidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalahsampai adanya putusan pengadilan yang menyatakankesalahannya dan memperoleh kekuatan hukumtetap;

b. Asas persamaan di muka hukum, yaitu bahwa setiaporang mempunyai hak dan kewajiban yang samadimuka hukum, tanpa ada perbedaan;

(2) Pada tahap pemeriksaan dalam proses penyidikan, setiapTersangka perkara tindak pidana di bidang perpajakan dapatdidampingi penasehat hukumnya.(3) Dalam hal diperlukan penangkapan dan atau penahanan,dilakukan dengan bantuan Kepolisian Negara RepublikIndonesia.1442

(1) Dalam melakukan tugasnya, Penyidik Pajak harusberlandaskan pada undang-undang hukum acara pidana,hukum pidana dan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan yang berlaku.(2) Untuk melindungi bahan bukti yang ditemukan dalamproses penyidikan, Penyidik Pajak berwenang untukmelakukan tindakan penyegelan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan yang berlaku.

1441 Pasal 7 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1442Pasal 8 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

618 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(3) Dalam melakukan tugasnya :a. Penyidik Pajak sebagai penegak hukum wajib

memelihara dan meningkatkan sikap terpuji sejalandengan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawabnya;

b. Penyidik Pajak wajib menunjukkan Tanda PengenalPenyidik Pajak dan Surat Perintah Penyidikan padasaat melakukan Penyidikan;

c. Penyidik Pajak dapat dibantu oleh petugas pajak lainatas tanggung jawabnya berdasarkan izin tertulis dariatasannya;

d. Penyidik Pajak dalam setiap tindakan penyidikanwajib membuat laporan dan berita acara;

e. Penyidik Pajak harus berpedoman pada kode etikyang berlaku. 1443

(1) Instruksi untuk melakukan penyidikan pajak diterbitkanoleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan Laporan PemeriksaanBukti Permulaan.(2) Surat Perintah Penyidikan ditandatangani oleh Pejabatyang berwenang sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 20,berdasarkan Instruksi Penyidikan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1).1444

Penyidik Pajak wajib memberitahukan secara tertulis saatdimulainya Penyidikan dan menyampaikan hasil Penyidikannyakepada Jaksa atau Penuntut Umum melalui penyidik KepolisianNegara Republik Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku.1445

Penundaan Transaksi(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang

memerintahkan Pihak Pelapor untuk melakukan

1443 Pasal 9 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1444 Pasal 10 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1445 Pasal 11 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002. tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 619

penundaan Transaksi terhadap Harta Kekayaan yangdiketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis dengan menyebutkan secara jelasmengenai:a. nama dan jabatan yang meminta penundaan

Transaksi;b. identitas setiap orang yang Transaksinya akan

dilakukan penundaan;c. alasan penundaan Transaksi; dand. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja.

(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakan penundaan Transaksisesaat setelah surat perintah/permintaan penundaanTransaksi diterima dari penyidik, penuntut umum, atauhakim.

(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaanpenundaan Transaksi kepada penyidik, penuntut umum,atau hakim yang meminta penundaan Transaksi palinglama 1 (satu) hari kerja sejak tanggal pelaksanaanpenundaan Transaksi.1446

Pemblokiran(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang

memerintahkan Pihak Pelapor untuk melakukanpemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patutdiduga merupakan hasil tindak pidana dari:a. setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK

kepada penyidik;b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis dengan menyebutkan secara jelasmengenai:

1446 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

620 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atauhakim;

b. identitas setiap orang yang telah dilaporkan olehPPATK kepada penyidik, tersangka, atau terdakwa;

c. alasan pemblokiran;d. tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan;

dane. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

(4) Dalam hal jangka waktu pemblokiran sebagaimanadimaksud pada ayat (3) berakhir, Pihak Pelapor wajibmengakhiri pemblokiran demi hukum.

(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakan pemblokiran sesaatsetelah surat perintah pemblokiran diterima dari penyidik,penuntut umum, atau hakim.

(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acara pelaksanaanpemblokiran kepada penyidik, penuntut umum, atau hakimyang memerintahkan pemblokiran paling lama 1 (satu)hari kerja sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran.

(7) Harta Kekayaan yang diblokir harus tetap berada padaPihak Pelapor yang bersangkutan.1447

Permintaan keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan(1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak

pidana pencucian uang, penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang meminta Pihak Pelapor untukmemberikan keterangan secara tertulis mengenai HartaKekayaan dari:a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada

penyidik;b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksud padaayat (1), bagi penyidik, penuntut umum, atau hakim tidakberlaku ketentuan peraturan perundang-undangan yangmengatur rahasia bank dan kerahasiaan TransaksiKeuangan lain.

1447 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 621

(3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus diajukan dengan menyebutkan secara jelasmengenai:a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau

hakim;b. identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis atau

pemeriksaan PPATK, tersangka, atau terdakwa;c. uraian singkat tindak pidana yang disangkakan atau

didakwakan; dand. tempat Harta Kekayaan berada.

(4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harusdisertai dengan:a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;b. surat penunjukan sebagai penuntut umum; atauc. surat penetapan majelis hakim.

(5) Surat permintaan untuk memperoleh keterangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) harusditandatangani oleh:a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau

kepala kepolisian daerah dalam hal permintaandiajukan oleh penyidik dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia;

b. pimpinan instansi atau lembaga atau komisi dalamhal permintaan diajukan oleh penyidik selain penyidikKepolisian Negara Republik Indonesia;

c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggi dalam halpermintaan diajukan oleh jaksa penyidik dan/ataupenuntut umum; atau

d. hakim ketua majelis yang memeriksa perkara yangbersangkutan.

Surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)ditembuskan kepada PPATK.1448

(1) Penyidik Pajak dalam melakukan penggeledahan dan ataupenyitaan harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis KetuaPengadilan Negeri setempat dan harus berdasarkan SuratPerintah Penggeledahan dan atau Penyitaan dari pejabat yangberwenang selaku Penyidik.

1448 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian uang.

622 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(2) Penyidik Pajak yang melakukan penggeledahan dan ataupenyitaan harus membuat berita acara dalam waktu 2 (dua)hari setelah melakukan penggeledahan dan atau penyitaan,dan tindasannya disampaikan kepada pihak atau wakil ataukuasa atau pegawai dari pihak yang menguasai tempat yangdigeledah dan atau bahan bukti yang disita.(3) Tindasan berita acara sebagaimana tersebut dalam ayat (2)yang dilengkapi daftar rincian bahan bukti yang disitadiserahkan dengan bukti penerimaan.(4) Penggeledahan dan penyitaan yang dilakukan olehPenyidik Pajak harus disaksikan sekurang-kurangnya oleh 2(dua) orang saksi.1449

Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak, apabilaPenyidik Pajak harus segera bertindak dan tidak mungkinuntuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, Penyidik Pajakdapat melakukan penggeledahan dan atau penyitaan atas benda-benda yang berkaitan dengan tindak pidana di bidangperpajakan dengan kewajiban segera melaporkan kepadaKetua Pengadilan Negeri setempat guna memperolehpersetujuannya, selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelahpelaksanaan penggeledahan dan atau penyitaan.1450

Prosedur dan tatacara pengurusan barang bukti yang disitadiatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Penyidikan.1451

(1) Pemanggilan tersangka atau saksi oleh Penyidik Pajakdalam rangka pemeriksaan untuk menambah atau melengkapipetunjuk dan bukti yang ada dilakukan dengan surat panggilanyang sah.(2) Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang dipanggilselambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yangditentukan.

1449 Pasal 12 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1450 Pasal 13 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1451 Pasal 14 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 623

(3) Dalam hal seseorang yang dipanggil tidak ada ditempatatau menolak untuk menerima, surat panggilan tersebut dapatdisampaikan kepada keluarganya atau Ketua Rukun Tetanggaatau Ketua Rukun Warga atau Ketua Lingkungan atau KepalaDesa atau orang lain yang dapat menjamin bahwa suratpanggilan tersebut akan disampaikan kepada yangbersangkutan, dengan disertai tanda terima.(4) Terhadap tersangka atau saksi yang tidak memenuhipanggilan tanpa alasan yang patut dan wajar, kepadanyaditerbitkan dan diberikan surat panggilan kedua.(5) Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil untukkedua kalinya tetap tidak memenuhi panggilan tanpa alasanyang patut dan wajar atau tetap menolak untuk menerimadan menandatangani surat panggilan kedua, Penyidik Pajakdapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indone-sia untuk menghadirkan yang bersangkutan.1452

(1) Sebelum pemeriksaan terhadap tersangka dimulai,kepadanya diberitahukan hak tersangka untuk mendapatkanbantuan hukum dari penasihat hukumnya.(2) Penasehat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaanpada saat Penyidik Pajak melakukan pemeriksaan terhadaptersangka dengan cara melihat atau mendengarkan pemeriksaan.(3) Tersangka atau Saksi yang diperiksa harus dalam keadaansehat jasmani dan rohani.(4) Kepada Tersangka diberitahukan tentang apa yangdisangkakan kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yangdimengerti.(5) Tersangka berhak didampingi penerjemah dalam hal tidakmengerti bahasa Indonesia.(6) Dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanadi bidang perpajakan, Penyidik Pajak dapat meminta bantuantenaga ahli.(7) Hasil pemeriksaan Tersangka, Saksi, serta keterangan Ahlidituangkan dalam berita acara pemeriksaan.1453

1452 Pasal 15 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1453 Pasal 16 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

624 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(1) Dalam hal Tersangka atau Saksi dikhawatirkan akanmeninggalkan wilayah Indonesia, Penyidik Pajak segerameminta bantuan Kejaksaan Agung untuk melakukanpencegahan.(2) Jika Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saatpersidangan, pemeriksaan terhadapnya dilakukan setelahterlebih dahulu diambil sumpahnya oleh Penyidik Pajak.1454

Dalam hal Tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri,merusak, atau menghilangkan barang bukti, Penyidik pajakdapat meminta bantuan kepada Kepolisian Negara RepublikIndonesia agar dilakukan penangkapan dan atau penahananterhadap Tersangka.1455

Laporan Kemajuan Pelaksanaan Penyidikan disampaikankepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.1456

1) Setelah proses penyidikan selesai Penyidik Pajak membuatBerita Acara Pendapat, dalam rangka penyusunan.(2) Penyidik Pajak menyerahkan berkas perkara, dan barangbukti kepada Penuntut Umum melalui Penyidik KepolisianNegara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yangberlaku.(3) Dalam hal berkas perkara dikembalikan oleh KepolisianNegara Republik Indonesia atau Penuntut Umum, PenyidikPajak harus segera menyempurnakan dan melengkapi sesuaidengan petunjuknya.1457

(1) Penyidik menghentikan penyidikan dalam hal peristiwanyamemenuhi ketentuan Pasal 44A Undang-Undang Nomor 6Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

1454 Pasal 17 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1455 Pasal 18 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1456 Pasal 19 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1457Pasal 20 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

Penegakan Hukum 625

Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000.(2) Penyidikan dihentikan atas perintah Jaksa Agung ataskuasa Pasal 44B Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun2000.(3) Penyidik Pajak memberitahukan penghentian penyidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Jaksa ataupenuntut Umum, Tersangka, atau keluarganya melaluiPenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.(4) Dalam hal penyidikan tindak pidana di bidang perpajakandihentikan, Penyidik Pajak menyampaikan laporan kemajuanatau berkas perkara kepada pejabat yang menerbitkan SuratPerintah Penyidikan untuk tindak lanjut penagihan pajak-pajakterutang, kecuali karena peristiwanya telah daluwarsa.(5) Penghentian penyidikan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuandari Direktur Jenderal Pajak.1458

Dalam hal penghentian penyidikan sebagaimana dimaksudPasal 21 ayat (2) Penyidik Pajak memberitahukan hal tersebutkepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.1459

Penyidik tindak pidana di bidang perpajakan memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyakepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi NegaraRepublik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.1460

(1) Administrasi penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan merupakan penata usahaan kegiatan penyidikan,pencatatan, pelaporan dan pendataan, baik untuk kepentinganperadilan, operasional maupun pengawasan.

1458 Pasal 21 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

159 Pasal 22 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1460 Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

626 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

(2) Rincian tindakan pelaksanaan, administrasi, bentuk, jenisformulir, dan laporan, serta buku-buku yang diperlukan untukmelaksanakan kegiatan Pengamatan, Pemeriksaan BuktiPermulaan, dan Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakandiatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Penyidikan.1461

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik dapat memintabantuan aparat penegak hukum lain.1462

(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaanMenteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikantindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangkawaktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan.(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidakatau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikandan ditambah dengan sanksi administrasi berupa dendasebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurangdibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. 1463

Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaanMenteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikanpenyidikan tindak pidana perpajakan sepanjang perkara pidanatersebut belum dilimpahkan ke pengadilan.1464

PasUntuk memperoleh penghentian penyidikan sebagaimanaPasal 2, Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertuliskepada Menteri Keuangan dengan memberikan tembusan kepadaDirektur Jenderal Pajak.1465

1461Pasal 23 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksanaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan TindakPidana di Bidang Perpajakan.

1462Pasal 44 ayat (4) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasUndang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1463Pasal 44B Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1464 Penjelasan Pasal 44B ayat (1) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2007 tentang PerubahanAtas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1465Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.03/2009 TentangTata Cara Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Untuk KepentinganPenerimaan Negara.

Penegakan Hukum 627

V.7 Penyidikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Bahwa kewenangan melakukan Penyelidikan terhadap atau untukTindak Pidana Kepabeanan dan Cukai, bagi Penyidik Bea dan Cukaididasarkan pada Pasal 63 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995tentang Cukai dan Pasal 112 Undang-Undang Nomor 10 Tahun1995 tentang Kepabeanan. Selanjutnya dasar hukum untukmelaksanakan Penyidikan untuk Tindak Pidana Pencucian Uangyang berasal dari tindak pidana Kepabeanan dan Cukai yangpenyidikannya ditangani oleh Penyidik Bea dan Cukai merujuk padaUndang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan selebihnyamengacu pada KUHAP.

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sertapelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.1466

V.7.1 Pengertian Penyidik

Penyidik adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil DirektoratJenderal Bea dan Cukai.1467

V.7.2 Pengertian Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untukmencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itumembuat terang tentang tindak pidana yang terjadi danguna menemukan tersangkanya.1468

V.7.3 Kewenangan Penyidikan

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganDirektorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusussebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

1466Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1467Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentangPelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

1468 Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentangPelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

628 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidangKepabeanan.1469

Pejabat Pengawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganDirektur Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusussebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidanauntuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidangcukai.1470

(1) Penyidikan terhadap tindak pidana di bidangKepabeanan dan Cukai dilakukan oleh Penyidik PegawaiNegeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.(2) Dalam situasi lertenlu penyidikan terhadap lindakpidana di bidang Kepabeanan dan Cukai dapat dilakukanoleh Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.1471

Yang dimaksud dengan «dalam situasi tertentu». adalahkeadaan yang tidak memungkinkan dilakukannyapenyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil DirektoratJenderal Bea dan Cukai karena hambatan geografis,keterbatasan sarana, atau tertangkap tangan oleh pejabatpolisi negara Republik Indonesia untuk barang-barang yangdikeluarkan di luar Kawasan Pabean.1472

(1) Pejabat Bea Dan Cukai Yang Mengetahui TerjadinyaTindak Pidana Wajib Melaporkannya Kepada Penyidik DiWilayah Kerja Tempat Terjadinya Tindak Pidana.(2) Komandan Patroli Bea Dan Cukai Melaporkan TindakPidana Yang Ditemukan Oleh Kapal Patroli Bea Dan CukaiKepada Penyidik :

a. Di Wilayah Kerja Terjadinya Tindak Pidana;b. Di Kantor Terdekat Dengan Tempat Terjadinya

Tindak Pidana; atau

1469 Pasal 112 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.1470 Pasal 63 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1471 Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak

Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.1472 Penjelasan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang

Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.

Penegakan Hukum 629

c. Di Pangkalan Kapal Patroli Bea Dan Cukai YangBersangkutan.1473

(1) Penyidik wajib segera melakukan penyidikan terhadaptindak pidana yang terjadi di wilayah kerjanya.(2) Dalam hal tindak pidana tidak memungkinkandilakukan penyidikan oleh penyidik karena hambatangeografis, keterbatasan sarana atau tertangkap tangan olehPejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia untukbarang-barang yang dikeluarkan di luar Kawasan Pabean,penyidikan dilakukan oleh Penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia.1474

V.7.3.1 Penundaan Transaksi

(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenangmemerintahkan Pihak Pelapor untuk melakukan penundaanTransaksi terhadap Harta Kekayaan yang diketahui ataupatut diduga merupakan hasil tindak pidana.(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai:

a. nama dan jabatan yang meminta penundaanTransaksi;

b. identitas setiap orang yang Transaksinya akandilakukan penundaan;

c. alasan penundaan Transaksi; dand. tempat Harta Kekayaan berada.

(3) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja.(4) Pihak Pelapor wajib melaksanakan penundaanTransaksi sesaat setelah surat perintah/permintaanpenundaan Transaksi diterima dari penyidik, penuntutumum, atau hakim.(5) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acarapelaksanaan penundaan Transaksi kepada penyidik,penuntut umum, atau hakim yang meminta penundaan

1463 Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang PelaksanaanPenyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

1474 Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang PelaksanaanPenyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

630 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Transaksi paling lama 1 (satu) hari kerja sejak tanggalpelaksanaan penundaan Transaksi.1475

V.7.3.2 Pemblokiran

(1) Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenangmemerintahkan Pihak Pelapor untuk melakukanpemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patutdiduga merupakan hasil tindak pidana dari:

a. setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATKkepada penyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakimsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukansecara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai:

1) nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atauhakim;

2) identitas setiap orang yang telah dilaporkan olehPPATK kepada penyidik, tersangka, atauterdakwa;

3) alasan pemblokiran;4) tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan;

dan5) tempat Harta Kekayaan berada.3) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.(4) Dalam hal jangka waktu pemblokiran sebagaimanadimaksud pada ayat (3) berakhir, Pihak Pelapor wajibmengakhiri pemblokiran demi hukum.(5) Pihak Pelapor wajib melaksanakan pemblokiran sesaatsetelah surat perintah pemblokiran diterima dari penyidik,penuntut umum, atau hakim.(6) Pihak Pelapor wajib menyerahkan berita acarapelaksanaan pemblokiran kepada penyidik, penuntut umum,atau hakim yang memerintahkan pemblokiran paling lama1 (satu) hari kerja sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran.

1475 Pasal 70 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 631

(7) Harta Kekayaan yang diblokir harus tetap berada padaPihak Pelapor yang bersangkutan.1476

V.7.3.3 Permintaan keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan

(1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindakpidana pencucian uang, penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang meminta Pihak Pelapor untukmemberikan keterangan secara tertulis mengenai HartaKekayaan dari:

a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepadapenyidik;

b. tersangka; atauc. terdakwa.

(2) Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), bagi penyidik, penuntut umum, atau hakimtidak berlaku ketentuan peraturan perundang-undanganyang mengatur rahasia bank dan kerahasiaan TransaksiKeuangan lain.(3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus diajukan dengan menyebutkan secara jelasmengenai:

a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atauhakim;

b. identitas orang yang terindikasi dari hasil analisisatau pemeriksaan PPATK, tersangka, atauterdakwa;

c. uraian singkat tindak pidana yang disangkakan ataudidakwakan; dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.(4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harusdisertai dengan:

a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;b. surat penunjukan sebagai penuntut umum; atauc. surat penetapan majelis hakim.

(5) Surat permintaan untuk memperoleh keterangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) harusditandatangani oleh:

1476 Pasal 71 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

632 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ataukepala kepolisian daerah dalam hal permintaandiajukan oleh penyidik dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia;

b. Pimpinan instansi atau lembaga atau komisi dalamhal permintaan diajukan oleh penyidik selainpenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggi dalamhal permintaan diajukan oleh jaksa penyidik dan/atau penuntut umum; atau

d. Hakim ketua majelis yang memeriksa perkara yangbersangkutan.

(6) Surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)ditembuskan kepada PPATK.1477

V.7.3.4 Menerima Laporan/Keterangan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“menerima laporan atau keterangan dari seseorangtentang adanya tindak pidana di bidang Kepabeanan”.1478

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“menerima laporan atau keterangan dari seorang tentangadanya tindak pidana di bidang cukai”.1479

V.7.3.5 Memanggil Orang

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi”.1480

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

1477 Pasal 72 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1478 Pasal 112 ayat (2) huruf a Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentangKepabeanan.

1479 Pasal 63 ayat (2) huruf a Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1480 Pasal 112 ayat (2) huruf b Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Penegakan Hukum 633

“memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi”.1481

V.7.3.6 Penangkapan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“melakukan penangkapan dan penahanan terhadaporang yang disangka melakukan tindak pidana di bidangKepabeanan”.1482

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“melakukan penangkapan dan penahanan terhadaporang yang disangka melakukan tindak pidana di bidangcukai”.1483

V.7.3.7 Penahanan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“melakukan penangkapan dan penahanan terhadaporang yang disangka melakukan tindak pidana di bidangKepabeanan”.184

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“melakukan penangkapan dan penahanan terhadaporang yang disangka melakukan tindak pidana di bidangcukai”.1485

(1) Tersangka yang ditahan oleh Penyidik ditempatkan diRumah Tahanan Negara.(2) Segala biaya yang timbul sebagai akibat daripada

1481 Pasal 63 ayat (2) huruf b Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1482 Pasal 112 ayat (2) huruf d Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1483 Pasal 63 ayat (2) huruf c Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1484 Pasal 112 ayat (2) huruf d Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1485 Pasal 63 ayat (2) huruf c Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

634 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

penahanan tersangka, dibebankan kepada anggaran RumahTahanan Negara.1486

V.7.3.8 Memotret dan/atau Merekam Melalui Media AudioVisual

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“memotret dan/atau merekam melalui media audiovisualterhadap orang, barang, sarana pengangkut, atau apasaja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana dibidang Kepabeanan”.1487

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“memotret dan/atau merekam melalui media audio visualterhadap orang, barang, sarana pengangkut, atau apasaja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana dibidang cukai”.1488

V.7.3.9 Memeriksa Catatan dan Pembukuan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkanmenurut Undang-undang ini dan pembukuan lainnyayang terkait”.1489

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkanmenurut Undang-undang ini dan pembukuanlainnya”.1490

1486 Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang PelaksanaanPenyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

1487 Pasal 112 ayat (2) huruf f Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentangKepabeanan.

1488 Pasal 63 ayat (2) huruf d Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1489 Pasal 112 ayat (2) huruf g Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1490 Pasal 63 ayat (2) huruf e Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

Penegakan Hukum 635

V.7.3.10 Mengambil Sidik Jari

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“mengambil sidik jari orang”.1491

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“mengambil sidik jari orang”.1492

V.7.3.11 Penggeledahan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“a) menggeledah rumah tinggal, pakaian, ataubadan.1493

b) menggeledah tempat atau sarana pengangkut danmemeriksa barang yang terdapat di dalamnyaapabila dicurigai adanya tindak pidana di bidangKepabeanan”.1494

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“a) menggeledah rumah tinggal, pakaian dan badan.1495

b) menggeledah tempat atau sarana pengangkut danmemeriksa barang yang terdapat di dalamnyaapabila dicurigai adanya tindak pidana di bidangcukai”.1496

V.7.3.12 Penyitaan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

1491Pasal 112 ayat (2) huruf h Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.1492 Pasal 63 ayat (2) huruf f Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1493 Pasal 112 ayat (2) huruf i Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.1494 Pasal 112 ayat (2) huruf j Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.1495 Pasal 63 ayat (2) huruf g Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1496 Pasal 63 ayat (2) huruf h Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

636 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

“menyita benda-benda yang diduga keras merupakanbarang yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungandengan tindak pidana di bidang Kepabeanan”.1497

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“menyita benda-benda yang diduga keras merupakanbarang yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindakpidana di bidang cukai”.1498

V.7.3.13 Mengamankan Barang Bukti

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“memberikan tanda pengaman dan mengamankan apasaja yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungandengan tindak pidana di bidang Kepabeanan”.1499

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“memberikan tanda pengaman dan mengamankan apasaja yang dapat dipakai sebagai bukti sehubungan dengantindak pidana di bidang cukai”.1500

V.7.3.14 Mendatangkan Tenaga Ahli

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalamhubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidanadi bidang Kepabeanan”.1501

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

1497 Pasal 112 ayat (2) huruf k Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentangKepabeanan.

1498 Pasal 63 ayat (2) huruf i Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1499 Pasal 112 ayat (2) huruf l Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1500 Pasal 63 ayat (2) huruf j Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1501Pasal 112 ayat (2) huruf m Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.

Penegakan Hukum 637

“mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalamhubungannya dengan pemeriksaan perkara”.1502

V.7.3.15 Menyuruh Berhenti Tersangka

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“menyuruh berhenti orang yang disangka melakukantindak pidana di bidang Kepabeanan serta memeriksatanda pengenal diri tersangka”.1503

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“menyuruh berhenti seorang tersangka pelaku tindakpidana di bidang cukai serta memeriksa tanda pengenaldiri tersangka”.1504

V.7.3.16 Meneliti, Mencari, dan Mengumpulkan Keterangan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangandengan tindak pidana di bidang Kepabeanan”.1505

V.7.3.17 Meminta Keterangan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangkamelakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan”.1506

V.7.3.18 Tindakan Lain

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

1502Pasal 63 ayat (2) huruf k Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1503Pasal 112 ayat (2) huruf a Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1504 Pasal 63 ayat (2) huruf l Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1505Pasal 112 ayat (2) huruf c Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1506Pasal 112 ayat (2) huruf e Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.

638 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

“melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaranpenyidikan tindak pidana di bidang Kepabeanan menuruthukum yang bertanggung jawab”.1507

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaranpenyidikan tindak pidana di bidang cukai menuruthukum yang bertanggung jawab”.1508

V.7.3.19 Penghentian Penyidikan

Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) karenakewajibannya berwenang :

“menghentikan penyidikan”.1509

(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaanMenteri, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikantindak pidana di Bidang Kepabeanan.(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidangKepabeanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadilakukan setelah yang bersangkutan melunasi Bea Masukyang tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan sanksiadministrasi berupa denda empat kali jumlah Bea Masukyang tidak atau kurang dibayar.1510

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karenakewajibannya berwenang:

“menghentikan penyidikan”.1511

(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaanMenteri, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikantindak pidana di bidang cukai.

1507 Pasal 112 ayat (2) huruf a Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentangKepabeanan.

1508 Pasal 63 ayat (2) huruf p Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1509 Pasal 112 ayat (2) huruf o Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1510 Pasal 113 ayat (2) huruf a Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan.1511 Pasal 63 ayat (2) huruf m Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

Penegakan Hukum 639

(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang cukaisebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dilakukansetelah yang bersangkutan melunasi cukai yang tidak dan/atau kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasiberupa denda sebesar empat kali nilai cukai yang tidakdan/atau kurang dibayar.1512

Penghentian penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri SipilDirektorat Jenderal Bea dan Cukai diberitahukan kepadaPenuntut Umum dan tembusannya disampaikan kepadaPenyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.1513

(1) Untuk kepentingan penerinlaan Negara, Jaksa Agungdapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidangKepabeanan dan Cukai atas permintaan Menteri Keuangan.(2) Tata cara penghentian penyidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (I) diatur lebih lanjut oleh MenteriKeuangan bersama Jaksa Agung.(3) Penghentian penyidikan oleh Jaksa Agung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diberitahukan oleh PenyidikPegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukaikepada Penuntut Umum dan tembusannya disampaikankepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesla.1514

Penyidik menghentikan penyidikan terhadap tindak pidana,dalam hal :

“a. tidak terdapat cukup bukti untuk melakukanpenyidikan; atau

b. perkara yang disidik ternyata bukan merupakantindak pidana; atau

demi hukum”.1515

V.7.3.20 Penyampaian Hasil Penyidikan

Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

1512 Pasal 64 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1513 Pasal 6 Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak

Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.1514 Pasal 7 Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak

Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.1515 Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan

Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

640 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai denganketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.1516

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikanhasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai denganketentuan yang diatur oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana.1517

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Beadan Cukai memberitahukan dimulainya penyidikan damenyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum.(2) Tembusan pemberitahuan dimulainya penyidikan dantembusan hasil penyidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) disampaikan kepada Penyidik Kepolisian NegaraRepublik Indonesia.1518

Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan, Berkas Perkara,dan Pemberitahuan Penghentian Penyidikan disampaikan/diserahkan kepada Penuntut Umum pada Kantor Kejaksaandi wilayah kerja Penyidik.1519

1516 Pasal 112 ayat (3) Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.1517 Pasal 63 ayat (3) Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.1518 Pasal 5 Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak

Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.1519 Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan

Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

V.8 Pra Penuntutan

(a) Dalam doktrin belum diperoleh kesepakatan tentang pengertiantugas prapenuntutan, hal ini disebabkan karena KUHAP tidakmemberikan penjelasan tentang arti dan makna istilah tersebut. Padaumumnya para pakar mengartikan tugas pra penuntutan sebagaipelaksanaan penelitian berkas perkara yang diterima dari Penyidikdan pemberian petunjuk oleh Penuntut Umum kepada Penyidik gunamelengkapi berkas perkara hasil penyidikan. Dikaitkan denganperkembangan hukum acara pidana dewasa ini, pengertian tersebutdirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan realitas pelaksanaan tugasprapenuntutan.

Penegakan Hukum 641

1520 Surat Edaran Jampidum No.: B 401/E/ 9/93.1521 Pasal 109 Ayat (1) KUHAP.

(b) Tugas Pra penuntututan mengandung arti, tidak saja mencakuptugas penelitian berkas perkara dan pemberian petunjuk gunamelengkapi berkas perkara, tetapi meliputi pula semua pelaksanaantugas yang berkenan dengan persiapan pelaksanaan tugas penuntutan.Dengan demikian dalam pengertian luas, prapenuntutan meliputipelaksanaan tugas-tugaas: Pemantauan perkembangan penyidikan,penelitian berkas berkara tahap pertama, Pemberian petunjuk gunamelengkapi hasil penyidikan, Penelitian ulang berkas perkara,Penelitian tersangka dan barang bukti pada tahap penyerahantanggungjawab atas tersangka dan barang bukti serta pemeriksaantambahan.1520

V.8.1 Penerimaan Surat Pemberitahuan DimulainyaPenyidikan (SPDP)

Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatuperistiwa yang merupakan tindak pidana, penyidikmemberitahukan hal itu kepada penuntut umum.1521

a. Penerimaan Surat Pemberitahuan DimulainyaPenyidikan (SPDP)

Setelah menerima SPDP segera diterbitkan SuratPerintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum untukmengikuti perkembangan penyidikan perkara (P-16)dengan ketentuan:

1) Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk minimal 2(dua) orang.

2) Segera mengintensifkan koordinasi dan keterpaduandengan penyidik guna mengarahkan penyidikan agardapat menyajikan segala data dan fakta yangdiperlukan pada tahap penuntutan. Koordinasitersebut diwujudkan dalam forum konsultasi danatau mendampingi penyidik guna menunjangkeberhasilan penyidikan secara efektif dan efisien.

3) Karena perkara-perkara tindak pidana pencucianuang termasuk perkara penting maka perludiingatkan bahwa tata cara pengendalian, penaganan

642 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dan penyelesaiannya dilaksanakan sesuai InstruksiJaksa Agung RI Nomor: INS-004/ JA/3/1994tanggal 9 Maret 1994 dan Surat Jaksa Agung MudaTindak Pidana Umum Nomor: R-16/E/3/1994tanggal 11 Maret 1994 dan Nomor: R-05/E/ES/2/1995 tanggal 9 Pebruari 1995.1522

Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidakterdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukanmerupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demihukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepadapenuntut umum, tersangka atau keluarganya.1523

Dalam hal penghentian tersebut pada ayat (2) dilakukan olehpenyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) hurufb, pemberitahuan mengenai hal itu segera disampaikankepada penyidik dan penuntut umum.1524

V.8.2 Penyerahan Berkas Perkara

Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan,penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepadapenuntut umum.1525

Penyerahan Berkas Perkara merupakan kegiatan pengirimanBerkas Perkara berikut penyerahan tanggung jawab atastersangka dan barang buktinya kepada Penuntut Umum yangdilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

a. Pada tahap pertama, penyidik hanya menyerahkanBerkas Perkara.

b. Tahap kedua, penyidik menyerahkan tanggung jawabtersangka dan barang buktinya kepada Penuntut Umum/setelah berkas perkara dinyatakan lengkap oleh PenuntutUmum.

c. Apabila dalam waktu 14 hari berkas perkara tidakdikembalikan oleh Penuntut Umum, maka penyidikandianggap selesai dan penyidik menyerahkan tanggung

1522 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1523 Pasal 109 Ayat (2) KUHAP.1534 Pasal 109 Ayat (3) KUHAP.1525 Pasal 110 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 643

jawab tersangka dan barang buktinya kepada PenuntutUmum.1526

V.8.2.1 Penyerahan Berkas Perkara Tahap Pertama

Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama.

a. Penerimaan berkas perkara tersebut dicatatdalam Register penerimaan Berkas PerkaraTahap Pertama (RP-10) dan pelaporannyamenggunakan LP-6. Penelitian berkas perkaratahap pertama difokuskan kepada:

1) Kelengkapan formal, yakni meliputi segalasesuatu yang berhubungan denganformalitas /persyaratan, tata carapenyidikan yang harus dilengkapi denganSurat Perintah, Berita Acara, Izin/Persetujuan Ketua Pengadilan. Disamping penelitian kuantitas kelengkapansyarat formal, perlu diteliti pula segikualitas kelengkapan tersebut, yaknikeabsahannya sesuai ketentuan Undang-undang;

2) Kelengkapan materiil, yakni kelengkapaninformasi, data, fakta dan alat bukti yangdiperlukan bagi kepentingan pembuktian.Kriteria yang dapat digunakan sebagaitolok ukur kelengkapan materiil antaralain:- Apa yang terjadi (tindak pidana

beserta kualifikasi dan pasal yangdilanggar);

- Siapa pelaku, siapa-siapa yangmelihat, mendengar, mengalamiperistiwa itu (tersangka, saksi-saksinya/ahli);

- Bagaimana tindak pidana itudilakukan (modus operandi);

1526 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal15 Desember 2006

644 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

- Dimana perbuatan dilakukan (locusdelicti);

- Bilamana perbuatan dilakukan(tempus delicti);

- Akibat apa yang ditimbulkannya(ditinjau secara victimologis);

- Apa yang hendak dicapai denganperbuatan itu (motivasi yangmendorong pelaku).

Kelengkapan materiil terpenuhi bila segalasesuatu yang diperlukan bagi kepentinganpembuktian telah tersedia sebagai hasilpenyidikan.

b. Pelaksanaan penelitian dimaksud butir 3,dilakukan oleh Jaksa Peneliti yangtercantum dalam P-16 dan hasilpenelitiannya dituangkan dalam check listsebagaimana terlampir.1527

Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama

1) Terhadap berkas perkara tahap pertama(I) yang diterima dari penyidik, supayadilakukan penelitian mengenaikelengkapan formal dan materiil;

2) Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang,agar lebih dicermati hal-hal sebagaiberikut:

a) Penelitian Saksi-saksi:- Dalam meneliti saksi-saksi agar

diperhatikan kriteria saksi danketerangan saksi (Pasal 1 butir26 dan 27 KUHAP), dan tolokukur penilaian urgensi, relevansidan bobotnya didasarkan padaketentuan Pasal 185 ayat (4 s/d7) dan hubungan saksi-saksidengan tersangka.

1527 Surat Edaran Jampidum Nomor: B 401/E/ 9/93.

Penegakan Hukum 645

- Aksentuasi penelitian saksiditekankan pada kuantitas dankualitas keterangan saksi.

b) Saksi Ahli:

Saksi ahli yang dimaksud ialahpejabat dari Pusat Pelaporan danAnalisis Transaksi Keuangan(PPATK) sepanjang saksi ahli darikalangan akademisi atau ahlikeuangan/perbankan lainnya tidakada. Perlu diperhatikan bahwa dalamperkara tindak pidana pencucianuang keterangan Ahli sangatberperan dalam membantupembuktian dakwaan, oleh karena itukonsultasi dan diskusi perludilakukan dengan saksi ahli yangbersangkutan sebelum memberikanketerangannya di pengadilan.

c) Penelitian Bukti Surat dan Dokumen:Surat-surat dan dokumen yang perluterlampir pada berkas perkara antaralain:- Formulir isian nasabah, bukti-

bukti transaksi, rekening koran,warkat-warkat transfer dansurat-surat atau dokumen lainyang berkaitan dengannya.

- Keabsahan surat-surat dandokumen tersebut perlu ditelitisecara cermat dan seksamadengan memperhatikan ketentuanPasal 184 dan Pasal 187 KUHAPdan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak PidanaPencucian uang dan peraturanterkait lainnya.

646 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

d) Keterangan Tersangka:Dituntut perhatian yang ekstra cermatdalam meneliti keterangan tersangkadalam BAP, disamping itu dituntutpula kemampuan menyusunkonstruksi yuridis denganmenghubungkan keterangantersangka dengan alat-alat buktilainnya, barang bukti dan segala dataserta fakta perbutan tersangka untukmengungkapkan fakta yangsesungguhnya apa benar tersangkayang tertuang dalam BAP sebagaipelaku, terutama mengingat bahwatindak pidana pencucian uang dapatdilakukan oleh Korporasi.1528

Dalam hal penuntut umum berpendapatbahwa hasil penyidikan tersebut ternyatamasih kurang lengkap, penuntut umumsegera mengembalikan berkas perkara itukepada penyidik disertai petunjuk untukdilengkapi.1529

c. Apabila menurut hasil penelitian ternyatahasil penyidikan telah lengkap, makadikeluarkan Surat Pemberitahuan HasilPenyidikan Sudah Lengkap (P-21), danbila sebaliknya, dikeluarkan SuratPemberitahuan Hasil Penyidikan belumLengkap (P-18) dan berkas perkaradikembalikan disertai dengan petunjukguna melengkapi hasil penyidikan (P-19);

d. Dalam P-19 agar diuraikan secaracermat, jelas dan lengkap tentang hal apayang harus dilengkapi oleh Penyidiksesuai ketentuan Pasal 138 ayat (2) joPasal 110 ayat (2) dan (3) KUHAP.

1528 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1529 Pasal 110 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 647

Petunjuk disusun dalam bahasa sederhanadengan penggunaan kalimat-kalimatefektif.

Untuk akuratnya aplikasi petunjuktersebut oleh Penyidik, sebaiknya Penyidikdiundang untuk bertemu dengan JaksaPeneliti guna membahas petunjuk-petunjuk dimaksud.

e. Pengembalian berkas perkara kepadaPenyidik dilakukan lewat kurir, atau dalamhal terlaksana pertemuan dimaksud hurufd, berkas perkara dapat diserahkanlangsung kepada Penyidik. Kedua bentukpenyerahan kembali berkas perkaratersebut dilengkapi dengan P-19 danTanda Terima Pengembalian BerkasPerkara;

f. Dalam hal SPDP tidak ditindak-lanjutidengan penyerahan berkas perkara dalambatas waktu 30 hari, Jaksa Peneliti yangbersangkutan meminta laporanperkembangan hasil penyidikan (P-17).1530

Pemberitahuan Hasil Penyidikan BelumLengkap:

Apabila ternyata hasil penyidikan belumlengkap, segera diterbitkan (P-18) dan (P-19)pemberian petunjuk kepada penyidik. Yangperlu mendapat penekanan agar petunjukdibuat dengan bahasa yang mudah dimengertidan berbobot dalam arti mengarah pada unsurtindak pidana yang bersangkutan.1531

Dalam hal penuntut umum mengembalikanhasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidikwajib segera melakukan penyidikan tambahan

1530 Surat Edaran Jampidum Nomor: B 401/E/ 9/93.1531 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.

648 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

sesuai dengan petunjuk dari penuntutumum.1532

Apabila Berkas Perkara dikembalikanPenuntut Umum, Penyidik berkewajibanmelengkapi sesuai petunjuk PenuntutUmum.1533

Penyidikan dianggap telah selesai apabiladalam waktu empat belas hari penuntut umumtidak mengembalikan hasil penyidikan atauapabila sebelum batas waktu tersebut berakhirtelah ada pemberitahuan tentang hal itu daripenuntut umum kepada penyidik.1534

Penuntut umum setelah menerima hasilpenyidikan dari penyidik segera mempelajaridan menelitinya dan dalam waktu tujuh hariwajib memberitahukan kepada penyidikapakah hasil penyidikan itu sudah lengkap ataubelum.1535

Dalam hal hasil penyidikan ternyata belumlengkap, penuntut umum mengembalikanberkas perkara kepada penyidik disertaipetunjuk tentang hal yang harus dilakukanuntuk dilengkapi dan dalam waktu empat belashari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidikharus sudah menyampaikan kembali berkasperkara itu kepada penuntut umum.1536

Namun bilamana petunjuk Jaksa Penelitimelalui P-19 tidak dipenuhi oleh Penyidik,dalam berkas belum diungkap/dipenuhi,penyidik sendiri tidak/belum menindaklanjuti

1532 Pasal 110 Ayat (3) KUHAP.1533 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 20061534 Pasal 110 Ayat (4) KUHAP.1535 Pasal 138 Ayat (1) KUHAP.1536 Pasal 138 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 649

hasil petunjuk, sedangkan waktu 14 hari telahdilampaui, maka melalui P-20 penyidikdiingatkan kembali agar menyerahkan berkasperkara kepada Kejaksaan sebagaimana diaturdalam Pasal 110 ayat (3) KUHAP.1537

Apabila penyidikan telah dilakukan secaramaksimal, namun Jaksa Penuntut Umummasih mengembalikan Berkas Perkara untukdilengkapi, Penyidik sebaiknya melaksanakangelar perkara bersama Jaksa PenuntutUmum.1538

Apabila berkas perkara yang dikirim penyidikkembali ke Kejaksaan dan Jaksa Peneliti menilaibahwa ternyata berkas perkara tersebut masihbelum lengkap maka Kejaksaan dapatmengirimkan surat ke penyidik dengan perihalPenyerahan Tersangka dan Barang Bukti (P-22), untuk dilakukan pemeriksaan tambahanoleh Kejaksaan sesuai Pasal 30 ayat (1) huruf(e) UU Nomor 16 Tahun 2004 jo. Pasal 139KUHAP.

Pelaksanaan pemeriksaan tambahan dimaksudpenting dilakukan untuk melengkapi berkas.Pelaksanaan pemeriksaan Tambahanberpedoman pada Surat Jaksa Agung MudaTindak Pidana Umum Nomor: B-536/E/E/11/1993 tanggal 1 Nopember 1993 perihalMelengkapi Berkas Perkara denganMelakukan Pemeriksaan Tambahan.1539

b. Penerbiitan Surat Pemberitahuan HasilPenyidikan Sudah Lengkap (P-21).

Penerbitan P-21 dilaksanakan setelah hasilpenelitian berkas perkara ternyata sudah

1537 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1538 Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal

15 Desember 2006.1539 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.

650 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

lengkap baik secara formal maupunmateriil.1540

Setelah penuntut umum menerima ataumenerima kembali hasil penyidikan yanglengkap dari penyidik, ia segera, menentukanapakah berkas perkara itu sudah memenuhipersyaratan untuk dapat atau tidakdilimpahkan ke pengadilan.1541

V.8.2.2 Penyerahan Penyerahan Berkas PerkaraTahap Kedua

Penyerahan Tanggung Jawab atas Tersangka danBarang Bukti

a. Penerimaan tanggung jawab atas tersangka.1) Penerimaan tanggung jawab atas

tersangka dilakukan per-Berita AcaraPenerimaan dan Penelitian Tersangka(BA-15);

2) Penelitian tersangka tersebutdimaksudkan untuk mengetahuisejauhmana kebenaran tentang:- Keterangan-keterangan tersangka

dalam BAP;- Identitas tersangka guna mencegah

terjadinya error in persona;- Status tersangka (ditahan/tidak);- Apakah tersangka pernah dihukum/

tidak (residivist/bukan);- Apakah ada keterangan yang perlu

ditambahkan.3) BA-15 berfungsi sebagai:

- bahan pertimbangan penahanan;- Bila terdakwa mungkir di

persidangan sedang pada tahappenyidikan dan prapenuntutan iamengakui terus terang perbuatannya,

1540 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1541 Pasal 139 KUHAP.

Penegakan Hukum 651

BAP tersangka dan BA-15 dapatdifungsikan sebagai alat bukti surat(sesuai ketentuan Pasal 187KUHAP), atau setidak-tidaknyasebagai petunjuk kesalahan terdakwa(sesuai ketentuan Pasal 188 KUHAPdan yurisprudensi tetap), atausebagai keterangan yang diberikan diluar sidang sesuai ketentuan Pasal189 (2) KUHAP;

4) Bila diperlukan penahanan, digunakandokumen-dokumen penahanan (T, RTdan LT).

b. Penerimaan tanggung jawab atas barangbukti:1) Penerimaan dan penelitian barang bukti

dilakukan per-Berita Penerimaan danPenelitian Barang Bukti (BA-18).

2) Hal-hal yang perlu diteliti meliputi:- Kuantitas (jumlah, ukuran, takaran/

timbangan atau satuan lainnya);- Kualitas (harga/nilai, mutu, kadar dan

lain-lain);- Kondisi (baik, rusak, lengkap/tidak);- Identitas/spesifikasi lainnya.

3) Tolok ukur penelitian menggunakan:- Daftar adanya Barang Bukti yang

terlampir pada berkas perkara;- Dokumen-dokumen penyitaan (SP,

BA, Izin/persetujuan penyitaan);4) Setelah penelitian dibuat Label Barang

Bukti (B-10), Kartu Barang Bukti (B-11),Pencatatan dalam Register Barang Bukti(RB-2);

5) Bila dalam penelitian tersebut diperlukanbantuan instansi lain, bantuan tersebutdimintakan dengan menggunakan B-12;

6) Bila diperlukan penitipan barang bukti,pelaksanaannya dilengkapi dengan SuratPerintah Penitipan Barang Bukti (B-5) dan

652 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Berita Acara Penitipan Barang Bukti (B-17);

c. Setelah tuntas proses penerimaan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti, berkasperkara dicatat dalam Register Perkara TahapPenuntutan (RP-12);1542

d. Penyerahan Tanggung Jawab Atas Tersangkadan Barang Bukti

Penyerahan tersangka dan barang bukti dapat terjadidalam 2 (dua) pengertian, yaitu pertama, penyerahantanggung jawab atas tersangka dan barang buktisesuai ketentuan Pasal 8 ayat (3) huruf b, KUHAPdan kedua, penyerahan tersangka dan barang buktiatas permintaan Jaksa PU (P-22) untuk kepentinganpemeriksaan tambahan.

1) Penelitian atas Tersangka:- Sejak Penelitian berkas perkara tahap

pertama hendaklah diteliti secara seksamaguna mencegah terjadinya error in persona.Kebenaran bahwa tersangka itulah yangharus bertanggung jawab secara pidana.

- Hasil penelitian dituangkan dalam BeritaAcara Penerimaan dan Penelitian Tersangka(BA-15).

2) Penelitian Barang Bukti:- Perlu diperhatikan alat bukti lain yang diatur

di luar Pasal 184 KUHAP, yaitu dalam Pasal73 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010tentang Pencegahan dan PemberantasanTPPU.

- Barang bukti dalam perkara tindak pidanapencucian uang terdiri dari berbagaidokumen (Pasal 1 ayat (16) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan TPPU dan

1542 Surat Edaran Jampidum Nomor: B 401/E/ 9/9.

Penegakan Hukum 653

barang bukti lainnya.- Dokumen penyitaan (Surat Perintah, Berita

Acara, Izin/persetujuan penyitaan).- Kelengkapan dokumen yang disita.- Tolok Ukur Kelengkapan adalah Daftar

Adanya Barang Bukti dan Dokumen-dokumen Penyitaan.

- Hasil Penelitian dituangkan dan Berita AcaraPenelitian Benda Sitaan (BA-18). Kemudiandibuatkan dan ditempel Label Barang Bukti(B-10) dan dilengkapi dengan Kartu BarangBukti (B-11).

- Mekanisme penerimaan, pengumpulan danpenataan barang bukti dilaksanakan sesuaidengan Keputusan Jaksa Agung RI Nomor:KEP-112/J.A/10/1989 Tanggal 13 Oktober1989.

3) Register Perkara dan Barang Bukti- Setelah penerimaan tanggung jawab atas

tersangka dan barang bukti berkas perkaradicatat dalam register perkara tahappenuntutan (RP-12).

- Barang bukti dicatat dalam register barangbukti (RB-2).

e. Kegiatan pra penuntutan sebagaimana disebutkanpada bagian a s/d e tersebut di atas dilaksanakantanpa mengurangi ketentuan-ketentuan sebagaidimaksud dalam Surat Jaksa Agung Muda TindakPidana Umum Nomor: B-401/E/9/1993 tanggal 8September 1993 perihal Pelaksanaan Tugas PraPenuntutan, beserta lampirannya.

f. Apabila dalam kegiatan pra penuntutan sebagaimanadisebutkan pada bagian a s/d e tersebut di atas JaksaPeneliti berpendapat bahwa terdapat indikasi dan atauterkait dengan tindak pidana korupsi maka agarpenangannya diserahkan ke bidang pidana khusus.1543

1543 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.

654 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Dalam hal simpanan yg berstatus sitaan (dst. –red.)diserahkan oleh Penyidik kepada JPU pada tahap kedua(penyerahan tersangka dan barang bukti), simpanan tsbtetap ditatausahakan pada rekening penyimpanan dengandibuat BA Penitipan oleh JPU di bank yangbersangkutan.1544

V.9 Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkanperkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal danmenurut cara yang diatur dalam undang-undang ini denganpermintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidangpengadilan.1545

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapanhakim.1546

Penuntut umum mempunyai wewenang :

a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan daripenyidik atau penyidik pembantu;

b. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan padapenyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat(3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangkapenyempurnaan penyidikan dari penyidik;

c. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahananatau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanansetelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;

d. membuat surat dakwaan;e. melimpahkan perkara ke pengadilan;f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang

ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertaisurat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;

1544 Lampiran SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004tentang Kerjasama Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Perbankan tentang PetunjukPelaksanaan Tata Cara Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan.

1545 Pasal 1 angka 7 KUHAP.1546 Pasal 13 KUHAP.

Penegakan Hukum 655

g. melakukan penuntutan;h. menutup perkara demi kepentingan hukum;i. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung

jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini;

j. melaksanakan penetapan hakim.1547

Penuntut umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalamdaerah hukumnya menurut ketentuan undang-undang.1548

Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapunyang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnyadengan’ melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenangmengadili.1549

Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikandapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuatsurat dakwaan.1550

Pembuatan surat ketetapan.

a. Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikanpenuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwatersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atauperkara ditutup demi hukum, penuntut umum menuangkanhal tersebut dalam surat ketetapan.

b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangkadan bila ia ditahan, wajib segera dibebaskan.

c. Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepadatersangka atau keluarga atau penasihat hukum, pejabat rumahtahanan negara, penyidik dan hakim.

d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umumdapat melakukan penuntutan terhadap tersangka.1551

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sertapelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapterhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

1547 Pasal 14 KUHAP.1548 Pasal 15 KUHAP.1549 Pasal 137 KUHAP.1550 Pasal 140 Ayat (1) KUHAP.1551 Pasal 140 Ayat (2) KUHAP.

656 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.1552

V.9.1 Penyusunan Surat dakwaan

Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasilpenyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktusecepatnya membuat surat dakwaan.1553

V.9.1.1 Fungsi Surat Dakwaan

Surat Dakwaan menempati posisi sentral danstrategis dalam pemeriksaan perkara pidana diPengadilan, karena itu Surat Dakwaan sangatdominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugaspenuntutan.

Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitandengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsiSurat Dakwaan dapat dikategorikan:

a. Bagi Pengadilan/Hakim, Surat Dakwaanmerupakan dasar dan sekaligus membatasiruang lingkup pemeriksaan, dasarpertimbangan dalam penjatuhan keputusan;

b. Bagi Penuntut Umum, Surat Dakwaanmerupakan dasar pembuktian/analisis yuridis,tuntutan pidana dan penggunaan upayahukum;

c. Bagi terdakwa/Penasihat hukum, SuratDakwaan merupakan dasar untukmempersiapkan pembelaan.

V.9.1.2 Dasar Pembuatan Surat Dakwaan

Penuntut Umum mempunyai wewenang membuatSurat Dakwaan.1554

Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutanterhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu

1552 Pasal 68 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1553 Pasal 140 Ayat (1) KUHAP.1554 Pasal 14 huruf d KUHAP.

Penegakan Hukum 657

Tindak Pidana dalam daerah hukumnya denganmelimpahkan perkara ke Pengadilan yangberwenang mengadili.1555

Pembuatan Surat Dakwaan dilakukan olehPenuntutan Umum bila ia berpendapat bahwa darihasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan.1556

Surat Dakwaan merupakan penataan konstruksiyuridis atas fakta-fakta perbuatan terdakwa yangterungkap sebagai hasil penyidikan dengan caramerangkai perpaduan antara fakta-fakta perbuatantersebut dengan unsur-unsur Tindak Pidana sesuaiketentuan Undang-Undang Pidana yangbersangkutan.

V.9.1.3 Syarat-syarat Surat Dakwaan

Pasal 143 ayat (2) KUHAP menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatanSurat Dakwaan, yaitu syarat-syarat yangberkenaan dengan tanggal, tanda tangan PenuntutUmum dan identitas lengkap terdakwa. Syarat-syarat dimaksud dalam praktek disebut sebagaisyarat formil.

Sesuai ketentuan Pasal 143 (2) huruf a KUHAP,syarat formil meliputi:a. Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan

tanda tangan Penuntut Umum pembuat SuratDakwaan;

b. Surat Dakwaan harus memuat secara lengkapidentitas terdakwa yang meliputi: namalengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jeniskelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama,dan pekerjaan.

Disamping syarat formil tersebut ditetapkan pulabahwa Surat Dakwaan harus memuat uraiansecara cermat, jelas dan lengkap mengenai Tindak

1555 Pasal 137 KUHAP.1556 Pasal 140 ayat (1) KUHAP.

658 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pidana yang didakwakan dengan menyebutkantempat dan waktu Tindak Pidana itu dilakukan.Syarat ini dalam praktek tersebut sebagai syaratmateriil.

Sesuai ketentuan Pasal 143 (2) huruf b KUHAP,syarat materiil meliputi:a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap

mengenai Tindak Pidana yang didakwakan;b. Uraian secara cermat, jels dan lengkap

mengenai waktu dan tempat Tindak Pidanaitu dilakukan.

Uraian secara cermat, berarti menuntut ketelitianJaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkanSurat Dakwaan yang akan diterapkan bagiterdakwa. Dengan menempatkan kata “cermat”paling depan dari rumusan Pasal 143 (2) huruf bKUHAP, pembuat Undang-Undang menghendakiagar Jaksa Penuntut Umum dalam membuat SuratDakwaan selalu bersikap korek dan teliti.

Uraian secara jelas, berarti uraian kejadian ataufakta kejadian yang jelas dalam Surat Dakwaan,sehingga terdakwa dengan mudah memahami apayang didakwakan terhadap dirinya dan dapatmempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.

Uraian secara lengkap, berarti Surat Dakwaan itumemuat semua unsur (elemen) Tindak Pidanayang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harusterlukis di dalam uraian fakta kejadian yangdituangkan dalam Surat Dakwaan.

Secara materiil suatu Surat Dakwaan dipandangtelah memenuhi syarat apabila Surat Dakwaantersebut telah memberi gambaran secara bulat danutuh tentang:1. Tindak Pidana yang dilakukan;2. Siapa yang melakukan Tindak Pidana

tersebut;3. Dimana tindak pidana dilakukan;

Penegakan Hukum 659

4. Bilamana/kapan Tindak Pidana dilakukan;5. Bagaimana Tindak Pidana tersebut dilakukan;6. Akibat apa yang ditimbulkan Tindak Pidana

tersebut (delik materiil);7. Apakah yang mendorong terdakwa

melakukan Tindak Pidana tersebut (delik-deliktertentu);

8. Ketentuan-ketentuan Pidana yang diterapkan.Komponen-komponen tersebut secara kasuistikharus disesuaikan dengan jenis Tindak Pidanayang didakwakan (apakah Tindak Pidana tersebuttermasuk delik formil atau delik materiil).

Dengan demikian dapat diformulasikan bahwasyarat formil adalah syarat yang berkenaan denganformalitas pembuatan Surat Dakwaan, sedangkansyarat materiil adalah syarat yang berkenaandengan materi/substansi Surat Dakwaan. Untukkeabsahan Surat Dakwaan, kedua syarat tersebutharus dipenuhi.

Tidak terpenuhinya syarat formil, menyebabkanSurat Dakwaan dapat dibatalkan (vernietigbaar),sedang tidak terpenuhinya syarat materiilmenyebabkan dakwaan batal demi hukum (absolutnietig).

V.9.1.4 Bentuk Surat Dakwaan

Undang-Undang tidak menetapkan bentuk SuratDakwaan dan adanya berbagai bentuk SuratDakwaan dikenal dalam perkembangan praktek,sebagai berikut:

1. Tunggal2. Alternatif3. Subsidair4. Kumulatif5. Kombinasi

V.9.1.5 Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

Teknik pembuatan Surat Dakwaan berkenaandengan pemilihan bentuk Surat Dakwaan dan

660 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

redaksi yang dipergunakan dalam merumuskanTindak Pidana yang didakwakan.

1. Pemilihan Bentuk

Bentuk Surat Dakwaan disesuaikan denganjenis Tindak Pidana yang dilakukan olehterdakwa. Apabila terdakwa hanya melakukansatu tindak pidana, maka digunakan dakwaantunggal. Dalam hal terdakwa melakukan satuTindak Pidana yang menyentuk beberapaperumusan Tindak Pidana dalam Undang-Undang dan belum dapat dipastikan tentangkualifikasi dan ketentuan pidana yangdilanggar, dipergunakan dakwaan alternatifatau subsidair. Dalam hal terdakwa melakukanbeberapa Tindak Pidana yang masing-masingmerupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri, dipergunakan bentuk dakwaankumulatif.

2. Teknis Redaksional

Hal ini berkenaan dengan cara merumuskanfakta-fakta dan perbuatan terdakwa yangdipadukan dengan unsur-unsur Tindak Pidanasesuai perumusan ketentuan pidana yangdilanggar, sehingga nampak dengan jelasbahwa fakta-fakta perbuatan terdakwamemenuhi segenap unsur Tindak Pidanasebagaimana dirumuskan dalam ketentuanpidana yang bersangkutan. Perumusandimaksud harus dilengkapi dengan uraiantentang waktu dan tempat Tindak Pidanadilakukan. Uraian kedua komponen tersebutdilakukan secara sistematis denganmenggunakan bahasa yang sederhana dankalimat-kalimat efektif.1557

1557 Surat Edaran Jaksa Agung RI No.: SE-004/ J.A/11/1993.

Penegakan Hukum 661

a. Penyusunan Surat Dakwaan

1) Sistematika pembuatan suratdakwaan dan penyusunannyaberpedoman pada Surat Edaran JaksaAgung RI Nomor: SE-004/JA/11/1993 tanggal 22 Nopember 1993perihal pembuatan Surat Dakwaan.

2) Perlu diingatkan agar sebelumpembuatan surat dakwaan terlebihdahulu disusun matrix dakwaan sesuailampiran Surat Jaksa Agung MudaTindak Pidana Umum butir 1).

3) Perlu diperhatikan terlebih dahuludefinisi Pencucian Uang yaitu”perbuatan menempatkan,mentransfer, membayarkan,membelanjakan, menghibahkan,menyumbangkan, menitipkan,membawa ke luar negeri,menukarkan atau perbuatan lainnyaatas Harta Kekayaan yangdiketahuinya atau patut didugamerupakan Hasil Tindak Pidanadengan maksud untuk menyem-bunyikan atau menyamarkan asal-usul Harta Kekayaan sehinggaseolah-olah menjadi Harta Kekayaanyang sah”, dari definisi tersebut dapatdikatakan bahwa perbuatanpencucian uang merupakanperbuatan yang terpisah, berdirisendiri dan tidak sejenis dengantindak pidana pokoknya misalnyatindak pidana penipuan. Oleh karenaitu, dakwaan dibuat dalam bentukkumulatif (Cumulative Ten LasteLegging) dengan konsekuensi bahwamasing-masing dakwaan harusdibuktikan sedang yang tidak

662 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

terbukti secara tegas harus dituntutbebas atau lepas dari tuntutanhukum. Dan sebaliknya, apabilasemua dakwaan, oleh Jaksa PenuntutUmum dianggap terbukti, makatuntutan pidananya sejalan denganketentuan Pasal 65 dan 66 KUHP.1558

Penuntut umum melimpahkan perkara kepengadilan negeri dengan permintaan agar. segeramengadili perkara tersebut disertai dengan suratdakwaan.1559

Penuntut umum membuat surat dakwaan yangdiberi tanggal dan ditandatangani serta berisi :a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal

lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempattinggal, agama dan pekerjaan tersangka;

b. uraian secara cermat, jelas dan lengkapmengenai tindak pidana yang didakwakandengan menyebutkan waktu dan tempat tindakpidana itu dilakukan.1560

Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf bbatal demi hukum.1561

Turunan surat pelimpahan perkara beserta suratdakwaan disampaikan kepada tersangka ataukuasanya atau penasihat hukumnya dan penyidik,pada saat yang bersamaan dengan penyampaiansurat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilannegeri.1562

Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaansebelum pengadilan menetapkan hari sidang, baik

1558 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1559 Pasal 143 ayat 1 KUHAP.1560 Pasal 143 ayat 2 KUHAP.1541 Pasal 143 ayat 3 KUHAP.1562 Pasal 143 ayat 4 KUHAP.

Penegakan Hukum 663

dengan tujuan untuk menyempurnakan maupununtuk tidak melanjutkan penuntutannya.1563

Pengubahan surat dakwaan tersebut dapatdilakukan hanya satu kali selambat-lambatnyatujuh hari sebelum sidang dimulai.1564

Dalam hal penuntut umum mengubah suratdakwaan ia menyampai kan turunannya kepadatersangka atau penasihat hukum dan penyidik.1565

V.9.2 Pelimpahan perkara ke pengadilan

Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadapsiapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalamdaerah hukumnya dengan’ melimpahkan perkara kepengadilan yang berwenang mengadili.1566

Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkaradan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila padawaktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerimabeberapa berkas perkara dalam hal:a. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang

yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidakmenjadikan halangan terhadap penggabungannya;

b. beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satudengan yang lain;

c. beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satudengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yanglain itu ada hubungannya, yang dalam hal inipenggabungan tersebut perlu bagi kepentinganpemeriksaan.1567

Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeridengan permintaan agar. segera mengadili perkara tersebutdisertai dengan surat dakwaan.1568

1563 Pasal 144 Ayat (1) KUHAP.1564 Pasal 144 Ayat (2) KUHAP.1565 Pasal 144 Ayat (3) KUHAP.1566 Pasal 137 KUHAP.1567 Pasal 141 KUHAP.1568 Pasal 143 Ayat (1) KUHAP.

664 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggaldan ditandatangani serta berisi :a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,

jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama danpekerjaan tersangka;

b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindakpidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktudan tempat tindak pidana itu dilakukan. 1569

Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.1570

Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaandisampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasihathukumnya dan penyidik, pada saat yang bersamaan denganpenyampaian surat pelimpahan perkara tersebut kepengadilan negeri.1571

V.9.2.1 Pembuktian

Sistim pembuktian yang dianut di Indonesiaadalah sistim negatif menurut undang-undang(Negatief Wettelijk Stelsel).

Menurut sistim ini, Hakim hanya dapatmenjatuhkan pidana kepada terdakwa apabilakesalahan terdakwa dapat dibuktikanberdasarkan alat bukti yang ditentukan dalamundang-undang, dan berdasarkan alat buktitersebut Hakim memperoleh keyakinan ataskesalahan terdakwa.1572

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepadaseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperolehkeyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yangbersalah melakukannya.1573

1569 Pasal 143 Ayat (2) KUHAP.1570 Pasal 143 Ayat (3) KUHAP.1671 Pasal 143 Ayat (4) KUHAP.1572 Surat Edaran Jampidum Nomor: B-69/E/ 02/1997.1573 Pasal 183KUHAP.

Penegakan Hukum 665

Alat bukti yang sah ialah :a. keterangan saksi;b. keterangan ahli;c. surat;d. petunjuk;e. keterangan terdakwa.1574

Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindakpidana pencucian uang ialah:

a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalamHukum Acara Pidana; dan/atau

b. alat bukti lain berupa informasi yangdiucapkan, dikirimkan, diterima, ataudisimpan secara elektronik dengan alat optikatau alat yang serupa optik dan Dokumen.1575

1. Dokumen adalah data, rekaman, atauinformasi yang dapat dilihat, dibaca,dan/atau didengar, yang dapatdikeluarkan dengan atau tanpa bantuansuatu sarana, baik yang tertuang di ataskertas atau benda fisik apa pun selainkertas maupun yang terekam secaraelektronik, termasuk tetapi tidakterbatas pada:a. tulisan, suara, atau gambar;b. peta, rancangan, foto, atau

sejenisnya;c. huruf, tanda, angka, simbol, atau

perforasi yang memiliki makna ataudapat dipahami oleh orang yangmampu membaca atau mema-haminya.1576

1574 Pasal 184 ayat (1) KUHAP.1575 Pasal 73 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.1576 Pasal 1 butir 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

666 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.9.2.1.1 Pemeriksaan Saksi (menjaga kerahasiaansumber informasi dari pelapor)

Saksi adalah orang yang dapat memberikanketerangan guna kepentingan penyidikan,penuntutan dan peradilan tentang suatu perkarapidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dania alami sendiri.1577

Keterangan saksi adalah salah satu alat buktidalam perkara pidana yang berupa keterangandari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yangia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alamisendiri dengan menyebut alasan daripengetahuannya itu.1578

Keterangan saksi yang tidak memenuhi kriteriatersebut, tidak mempunyai kekuatan sebagai alatbukti.

Keterangan saksi seperti itu disebut “Testimoniumdeautitu”.1579

(1) Di sidang pengadilan, saksi, penuntutumum, hakim, dan orang lain yang terkaitdengan tindak pidana pencucian uang yangsedang dalam pemeriksaan dilarangmenyebutkan nama atau alamat pelapor atau hallain yang memungkinkan dapat terungkapnyaidentitas pelapor.(2) Dalam setiap persidangan sebelum sidangpemeriksaan dimulai, hakim wajib mengingatkansaksi, penuntut umum, dan orang lain yangterkait dengan pemeriksaan perkara tersebutmengenai larangan sebagaimana dimaksud padaayat (1).1580

1577 Pasal 1 angka 26 KUHAP.1578 Pasal 1 angka 27 KUHAP.1579 Surat Edaran Jampidum Nomor: B-69/E/ 02/1997.1580 Pasal 86 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 667

Hakim ketua sidang selanjutnya meneliti apakahsamua saksi yang dipanggil telah hadir danmemberi perintah untuk mencegah jangansampai saksi berhubungan satu dengan yang lainsebelum memberi keterangan di sidang.1581

Dalam hal saksi tidak hadir, meskipun telahdipanggil dengan sah dan hakim ketua sidangmempunyai cukup alasan untuk manyangkabahwa saksi itu tidak.akan mau hadir, makahakim ketua sidang dapat memerintahkan supayasaksi tersebut dihadapkan ke persidangan.1582

a) Saksi dipanggil ke dalam ruang sidangseorang demi seorang menurut urutan yangdipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketuasidang setelah mendengar pendapat penuntutumum, terdakwa atau penasihat hukum;b) Yang pertama-tama didengar keterangannyaadalah korban yang menjadi saksi;c) Dalam hal ada saksi baik yangmenguntungkan maupun yang memberatkanterdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahanperkara dan atau yang diminta oleh terdakwaatau penasihat hukum atau penuntut umumselama berlangsungnya sidang atau sebelumdijatuhkannya putusan, hakim ketua sidang wajibmendengar keterangan saksi tersebut.1583

Hakim ketua sidang menanyakan kepada saksiketerangan tentang nama lengkap, tempat lahir,umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama danpekerjaan, selanjutnya apakah ia kenal terdakwasebelum terdakwa melakukan perbuatan yangmenjadi dasar dakwaan serta apakah iaberkeluarga sedarah atau semenda dan sampai

1581 Pasal 159 Ayat (1) KUHAP.1582 Pasal 159 Ayat (2) KUHAP.1583 Pasal 160 Ayat (1) KUHAP.

668 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

derajat keberapa dengan terdakwa, atau apakah iasuami atau isteri terdakwa meskipun sudah berceraiatau terikat hubungan kerja dengannya.1584

Sebelum memberi keterangan, saksi wajibmengucapkan sumpah atau janji menurut caraagamanya masing-masing, bahwa ia akanmemberikan keterangan yang sebenarnya dantidak lain daripada yang sebenarnya.1585

Jika pengadilan menganggap perlu, seorang saksiatau ahli wajib bersumpah atau berjanji sesudahsaksi atau ahli itu selesai memberi keterangan.1586

Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sahmenolak untuk bersumpah atau berjanjisebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (3)dan ayat (4), maka pemeriksaan terhadapnyatetap dilakukan, sedang ia dengan surat penetapanhakim ketua sidang dapat dikenakan sandera ditempat rumah tahanan negara paling lama empatbelas hari.1587

Dalam hal tenggang waktu penyanderaantersebut telah lampau dan saksi atau ahli tetaptidak mau disumpah atau mengucapkan janji,maka keterangan yang telah diberikan merupakanketerangan yang dapat menguatkan keyakinanhakim.1588

Jika saksi sesudah memberi keterangan dalampenyidikan meninggal dunia atau karena halanganyang sah tidak dapat hadir di sidang atau tidakdipanggil karena jauh tempat kediaman atautempat tinggalnya atau karena sebab lain yangberhubungan dengan kepentingan negara, maka

1584 Pasal 160 Ayat (2) KUHAP.1585 Pasal 160 Ayat (3) KUHAP.1586 Pasal 160 Ayat (4) KUHAP.1587 Pasal 161 Ayat (1) KUHAP.1588 Pasal 161 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 669

keterangan yang telah diberikannya itudibacakan.1589

Jika keterangan saksi di sidang berbeda denganketerangannya yang terdapat dalam berita acara,hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentanghal itu serta minta keterangan mengenaiperbedaan yang ada dan dicatat dalam beritaacara pemeriksaan sidang.1590

Setiap kali seorang saksi selesai memberikanketerangan, hakim ketua sidang menanyakankepada terdakwa bagaimana pendapatnyatentang keterangan tersebut.1591

Penuntut umum atau penasihat hukum denganperantaraan hakim ketua sidang diberikesempatan untuk mengajukan pertanyaankepada saksi dan terdakwa.1592

Hakim ketua sidang dapat menolak pertanyaanyang diajukan oleh penuntut umum ataupenasihat hukum kepada saksi atau terdakwadengan memberikan alasannya.1593

Hakim ketua sidang dan hakim anggota dapatminta kepada saksi segala keterangan yangdipandang perlu untuk mendapatkankebenaran.1594

- Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harusdifokuskan kepada pembuktian unsur-unsurtindak pidana yang didakwakan dan harusselalu ditanyakan alasan mengapa dapatmenerangkan demikian, hal ini seringdilupakan dalam persidangan.

1589 Pasal 162 KUHAP.1590 Pasal 163 KUHAP.1591 Pasal 164 Ayat (1) KUHAP.1592 Pasal 164 Ayat (2) KUHAP.1593 Pasal 164 Ayat (3) KUHAP.1594 Pasal 165 Ayat (1) KUHAP.

670 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

- Sejak tahap pra-penuntutan, harus sudahdapat diidentifikasikan dan diinventarisasikansaksi-saksi yang diperkirakan akanmencabut keterangannya, untuk itu dapatdipedomani Surat Jaksa Agung Muda TindakPidana Umum Nomor: R-584/PID-SUS/8/1984 tanggal 31 Agustus 1984 perihal ParaSaksi yang diperkirakan akan mnarikketerangannya di persidangan danmenggunakan Pasal 116 ayat (1) KUHAP.

- Perhatikan Pasal 15, 39 ayat (1), 41, 43 UUNo. 15 Tahun 2002 tentang Tindak PidanaPencucian Uang sebagaimana diubah denganUU Nomor 25 Tahun 2003 dan PeraturanPemerintah Nomor 57 Tahun 2003 tentangperlindungan khusus bagi saksi dan pihakpelapor tindak pidana pencucian uang,karena pentingnya perlindungan bagipelapor/saksi perkara tindak pidanapencucian uang, dan sumber keterangan/transaksi keuangan mencurigakan/identitaspelapor yang wajib dirahasaiakan.

- Bahwa berdasarkan PP Nomor 57 Tahun2003 segala biaya yang berkaitan denganperlindungan khusus terhadap pelapor dansaksi, dibebankan pada anggaran Polritersendiri.1595

Penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukumdengan perantaraan hakim ketua sidang diberikesempatan untuk mengajukan pertanyaankepada saksi.1596

Hakim ketua sidang dapat menolak pertanyaanyang diajukan oleh penuntut umum, terdakwaatau penasihat hukum kepada saksi denganmemberikan alasannya.1597

1695 Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.1596 Pasal 165 Ayat (2) KUHAP.1597 Pasal 165 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 671

Hakim dan penuntut umum atau terdakwa ataupenasihat hukum dengan perantaraan hakimketua sidang, dapat saling menghadapkan saksiuntuk menguji kebenaran keterangan merekamasing-masing.1598

Pertanyaan yang bersifat menjerat tidak bolehdiajukan baik kepada terdakwa maupun kepadasaksi.1599

Setelah saksi memberi keterangan, ia tetap hadirdi sidang kecuali hakim ketua sidang memberiizin untuk meninggalkannya.1600

Izin itu tidak diberikan jika penuntut umum atauterdakwa atau penasihat hukum mengajukanpermintaan supaya saksi itu tetap menghadirisidang.1601

Para saksi selama sidang dilarang salingbercakap-cakap.1602

Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini,maka tidak dapat didengar katerangannya dandapat mengundurkan diri sebagai saksi:a. keluarga sedarah atau semanda dalam garis

lurus ke atas atau ke bawah sampai derajatketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;

b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atausaudara bapak, juga mereka yangmempunyai hubungan karena parkawinandan anak-anak saudara terdakwa sampaiderajat ketiga;

1598 Pasal 165 Ayat (4) KUHAP.1599 Pasal 166 KUHAP.1600 Pasal 167 Ayat (1) KUHAP.1601 Pasal 167 Ayat (2) KUHAP.1602 Pasal 167 Ayat (3) KUHAP.

672 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

c. suami atau isteri terdakwa maupun sudahbercerai atau yang bersama-sama sebagaiterdakwa.1603

Dalam hal mereka sebagaimana dimaksud dalamPasal 168 menghendakinya dan penuntut umumserta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapatmemberi keterangan di bawah sumpah.1604

Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1), mereka diperbolehkan memberikanketerangan tanpa sumpah.1605

Yang boleh diperiksa untuk memberi keterangantanpa sumpah ialah:a. anak yang umurnya belum cukup lima belas

tahun dan belum pernah kawin;b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun

kadang-kadang ingatannya baik kembali.1606

Satelah saksi memberi keterangan makaterdakwa atau penasihat hukum atau penuntutumum dapat mengajukan permintaan kepadahakim ketua sidang, agar di antara saksi tersebutyang tidak mereka kehendaki kahadirannya,dikeluarkan dari ruang sidang, supaya saksilainnya di panggil masuk oleh hakim ketua sidanguntuk didengar katerangannya, baik seorangdemi seorang maupun bersama-sama tanpahadirnya saksi yang dikeluarkan tersebut.1607

Apabila dipandang perlu hakim karena jabatannyadapat minta supaya saksi yang telah didengarketerangannya ke luar dari ruang sidang untukselanjutnya mandengar keterangan saksi yanglain.1608

1603 Pasal 168 KUHAP.1604 Pasal 169 Ayat (1) KUHAP.1605 Pasal 169 Ayat (2) KUHAP.1606 Pasal 171 KUHAP.1607 Pasal 172 Ayat (1) KUHAP.1608 Pasal 172 Ayat (2) KUHAP.

Penegakan Hukum 673

Hakim ketua sidang dapat mendengar keterangansaksi mengenai hal tertentu tanpa hadirnyaterdakwa, untuk itu ia minta terdakwa ke luardari ruang sidang akan tetapi sesudah itupemeriksaan perkara tidak boleh diteruskansebelum kepada terdakwa diberitahukan semuahal pada waktu ia tidak hadir.1609

Apabila keterangan saksi di sidang disangkapalsu, hakim ketua sidang memperingatkandengan sungguh-sungguh kepadanya supayamemberikan keterangan yang sebenarnya danmengemukakan ancaman pidana yang dapatdikenakan kepadanya apabila ia tetapmemberikan keterangan palsu.1610

Apabila saksi tetap pada keterangannya itu, hakimketua sidang karena jabatannya atau ataspermintaan penuntut umum’atau terdakwa dapatmemberi perintah supaya saksi itu ditahan untukselanjutnya dituntut perkara dengan dakwaansumpah palsu.1611

Dalam hal yang demikian oleh panitera segeradibuat berita acara pememeriksaan sidang yangmemuat keterangan saksi dengan menyebutkanalasan persangkaan, bahwa keterangan saksi ituadalah palsu dan berita acara tersebutditandatangani oleh hakim ketua sidang sertapanitera dan segera diserahkan kapada penuntutumum untuk diselesaikan menurut ketentuanundang-undang ini.1612

Jika perlu hakim ketua sidang menangguhkansidang dalam perkara semula sampaipemeriksaan perkara pidana terhadap saksi ituselesai.1613

1609 Pasal 173 KUHAP.1610 Pasal 174 Ayat (1) KUHAP.1611 Pasal 174 Ayat (2) KUHAP.1612 Pasal 174 Ayat (3) KUHAP.1613 Pasal 174 Ayat (4) KUHAP.

674 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasaIndonesia, hakim ketua sidang menunjuk seorangjuru bahasa yang bersumpah atau berjanji akanmenterjemahkan dengan benar semua yang harusditerjemahkan.1614

Dalam hal seorang tidak boleh menjadi saksidalam suatu perkara ia tidak boleh pula menjadijuru bahasa dalam perkara itu.1615

Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli sertatidak dapat menulis, hakim ketua sidang.mengangkat sebagai penterjemah orang yangpandai bergaul dengan terdakwa atau saksi itu.1616

Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli tetapidapat menulis, hakim ketua sidangmenyampaikan semua pertanyaan atau tegurankepadanya secara tertulis dan kepada terdakwaatau saksi tersebut diperintahkan untuk menulisjawabannya dan selanjutnya semua pertanyaanserta jawaban harus dibacakan.1617

Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yangsaksi nyatakan di sidang pengadilan.1618

Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untukmembuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadapperbuatan yang didakwakan kepadanya.1619

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alatbukti yang sah lainnya.1620

Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat

1614 Pasal 177 Ayat (1) KUHAP.1615 Pasal 177 Ayat (2) KUHAP.1616 Pasal 178 Ayat (1) KUHAP.1617 Pasal 178 Ayat (2) KUHAP.1618 Pasal 185 ayat (1) KUHAP.1619 Pasal 185 ayat (2) KUHAP.1620 Pasal 185 ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 675

digunakan sebagai suatu alat bukti yang sahapabila keterangan saksi itu ada hubungannyasatu dengan yang lain sedemikian rupa, sehinggadapat membenarkan adanya suatu kejadian ataukeadaan tertentu.1621

Baik pendapat maupun rekaan, yang diperolehdari hasil pemikiran saja, bukan merupakanketerangan ahli.1622

Dalam menilai kebenaran keterangan seorangsaksi, hakim harus dengan sungguh-sungguhmemperhatikan:a. persesuaian antara keterangan saksi satu

dengan yang lain;b. persesuaian antara keterangan saksi dengan

alat bukti lain;c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh

saksi untuk memberi keterangan yangtertentu;

d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segalasesuatu yang pada umumnya dapatmempengaruhi dapat tidaknya keterangan itudipercaya;1623

Bahwa keterangan saksi yang telah memenuhikriteria dan persyaratan-persyaratan tersebut diatas hanya mempunyai kekuatan sebagai alatbukti yang sah apabila keterangan itu dinyatakandalam sidang pengadilan dengan disumpahterlebih dahulu.

Berikut ini dikemukakan beberapa Yurisprudensibaik sebelum maupun sesudah berlakunyaKUHAP, mengenai alat bukti keterangan saksi,untuk dipedomani, antara lain:

- Putusan M.A. tanggal 1 Desember 1956 No.137 K/Kr/1956 menentukan bahwa

1621 Pasal 185 ayat (4) KUHAP.1622 Pasal 185 ayat (5) KUHAP.1623 Pasal 185 ayat (6) KUHAP.

676 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

keterangan saksi yang diberikan di sidangPengadilan tanpa disumpah dapatdipergunakan sebagai tambahan upayapembuktian yang bersesuaian keterangansaksi itu.

- Putusan M.A. tanggal 15 Pebruari 1958No.202 K/Kr/1957 menentukan bahwaketerangan seorang saksi saja tidakmerupakan alat bukti yang sah, kecuali hanyauntuk membuktikan salah satu unsurdakwaan.

- Putusan M.A. tanggal 8 September 1983No. 932 K/Pid/1982, membatalkan putusanPengadilan Tinggi dan membebaskanterdakwa, dengan alas an saksi tidak sempatdidengar keterangannya, Walaupun visumet repertum ada dan telah dibacakan.

- Putusan M.A. tanggal 15 Agustus 1993 No.298 K/Pid/1982, membatalkan putusanPengadilan Tinggi, dan membebaskanterdakwa, karena tidak ada seorang saksi dibawah sumpah, maupun alat bukti lain yangmendukung keterbukaan kesalahanterdakwa baik perkosaan maupunperzinahan.

- Putusan M.A. tanggal 13 September 1983No. 391 K/Pid/1983, memerintahkanPengadilan Negeri membuka kembalipemeriksaan sidang guna mendengar saksi-saksi a decharge yang diajukan olehpembela, karena Pengadilan Negeri danPengadilan Tinggi Medan menolakmemeriksa saksi a decharge yang diajukanterdakwa.1624

Keterangan dari saksi yang tidak disumpahmeskipun sesuai satu dengan yang lain, tidakmerupakan alat bukti, namun apabila keteranganitu sesuai dengan keterangan dari saksi yang

1624 Surat Edaran Jampidum No.: B-69/E/02/1997.

Penegakan Hukum 677

disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahanalat bukti sah yang lain.1625

V.9.2.1.2 Pemeriksaan Ahli

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikanoleh seorang yang memiliki keahlian khusustentang hal yang diperlukan untuk membuatterang suatu perkara pidana guna kepentinganpemeriksaan.1626

Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksiberlaku juga bagi mereka yang memberikanketerangan ahli, dengan ketentuan bahwa merekamengucapkan sumpah atau janji akanmemberikan keterangan yang sebaik-baiknya danyang sebenarnya menurut pengetahuan dalambidang keahliannya.1627

Dalam hal diperlukan untuk menjernihkanduduknya persoalan yang timbul di sidangpengadilan, hakim ketua sidang dapat mintaketerangan ahli dan dapat pula minta agar diajukanbahan baru oleh yang berkepentingan.1628

Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dariterdakwa atau penasihat hukum terhadap hasilketerangan ahli sebagaimana dimaksud dalamayat (1) hakim memerintahkan agar hal itudilakukan penelitian ulang.1629

Hakim karena jabatannya dapat memerintahkanuntuk dilakukan penelitian ulang sebagaimanatersebut pada ayat (2).1630

Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat(2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula

1625 Pasal 185 ayat (7) KUHAP.1626 Pasal 1 angka 28 KUHAP.1627 Pasal 179 ayat 2 KUHAP.1628 Pasal 180 Ayat (1) KUHAP.1629 Pasal 180 Ayat (2) KUHAP.11630 Pasal 180 Ayat (3) KUHAP.

678 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dengan komposisi personil yang berbeda daninstansi lain yang mempunyai wewenang untukitu.1631

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahlinyatakan di sidang pengadilan.1632

V.9.2.1.3 Pemeriksaan Surat

Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan ataudikuatkan dengan sumpah, adalah :a. berita acara dan surat lain dalam bentuk

resmi yang dibuat oleh pejabat umum yangberwenang atau yang dibuat di hadapannya,yang memuat keterangan tentang kejadianatau keadaan yang didengar, dilihat atauyang dialaminya sendiri, disertai denganalasan yang jelas dan tegas tentangketerangannya itu

b. surat yang dibuat menurut ketentuanperaturan perundang-undangan atau suratyang dibuat oleh pejabat mengenai hal yangtermasuk dalam tata laksana yang menjaditanggung jawabnya dan yang diperuntukkanbagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatukeadaan;

c. surat keterangan dari seorang ahli yangmemuat pendapat berdasarkan keahliannyamengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaanyang diminta secara resmi dari padanya;

d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika adahubungannya dengan isi dari alatpembuktian yang lain.1633

Hakim ketua sidang memperlihatkan kepadaterdakwa segala barang bukti dan menanyakankepadanya apakah ia mengenal benda itu dengan

1631 Pasal 180 Ayat (4) KUHAP.1632 Pasal 186 KUHAP.1633 Pasal 187 KUHAP.

Penegakan Hukum 679

memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 undang-undang ini.1634

Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakimketua sidang kepada saksi.1635

Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakimketua sidang membacakan atau memperlihatkansurat atau berita acara kepada terdakwa atausaksi dan selanjutnya minta keteranganseperlunya tentang hal itu.1636

Dokumen adalah data, rekaman, atau informasiyang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar,yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpabantuan suatu sarana, baik yang tertuang di ataskertas atau benda fisik apa pun selain kertasmaupun yang terekam secara elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas pada:a. tulisan, suara, atau gambar;b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi

yang memiliki makna atau dapat dipahamioleh orang yang mampu membaca ataumemahaminya.1637

(1) Identitas dan Dokumen pendukung yangdiminta oleh Pihak Pelapor harus sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yangditetapkan oleh setiap Lembaga Pengawas danPengatur.(2) Pihak Pelapor wajib menyimpan catatan danDokumen mengenai identitas pelaku Transaksipaling singkat 5 (lima) tahun sejak berakhirnyahubungan usaha dengan Pengguna Jasa tersebut.

1634 Pasal 181 Ayat (1) KUHAP.1635 Pasal 181 Ayat (2) KUHAP.1636 Pasal 181 Ayat (3) KUHAP.1637 Pasal 1 angka 16 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

680 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Pihak Pelapor yang tidak melakukan kewajibansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenaisanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan. 1638

Hakim ketua sidang memperlihatkan kepadaterdakwa segala barang bukti dan menanyakankepadanya apakah ia mengenal benda itu denganmemperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 undang-undang ini.1639

Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakimketua sidang kepada saksi.1640

Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakimketua sidang membacakan atau memperlihatkansurat atau berita acara kepada terdakwa atausaksi dan selanjutnya minta keteranganseperlunya tentang hal itu.1641

Berikut ini dikemukan beberapa Yurisprudensimengenai alat bukti surat untuk dipedomani:- Putusan Mahkamah Agung No. 70 K/Kr/

1958 tanggal 17 Maret 1959 menentukanbahwa alat bukti surat dalam perdata berlakujuga dalam pidana.

- Putusan Mahkamah Agung No. 148/K/Kr/1959 tanggal 19 Agustus 1959 menentukanbahwa diindahkan atau tidaknya sesuatusurat adalah termasuk bidang kebijaksanaanjudex facti.

- Putusan Mahkamah Agung No. 47 K/Kr/1959 tanggal 19 Mei 1959 menentukanbahwa adanya surat perjanjian tidak berartibahwa perkara adalah merupakan suatuperkara perdata yang tidak bisa dituntut dimuka Hakim Pidana.

1638 Pasal 21 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1639 Pasal 181 Ayat (1) KUHAP.1640 Pasal 181 Ayat (2) KUHAP.1641 Pasal 181 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 681

- Putusan Mahkamah Agung No. 226 K/Kr/1959 tanggal 26 April 1959 menentukanbahwa surat-surat pemeriksaan penyidik(Polisi) yang tidak ditanda tangani terdakwa,tidak dapat menyebabkan batalnyapemeriksaan, karena yang menjadi dasarputusan Hakim adalah hasil pemeriksaanHakim di sidang Pengadilan.1642

V.9.2.1.4 Pemeriksaan Petunjuk

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian ataukeadaan, yang karena persesuaiannya, baik antarayang satu dengan yang lain, maupun dengantindak pidana itu sendiri, menandakan bahwatelah terjadi suatu tindak pidana dan siapapelakunya.1643

Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)hanya dapat diperoleh dari :a. keterangan saksi;b. surat;c. keterangan terdakwa.1644

Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatupetunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukanoleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah iamengadakan pemeriksaan dengan penuhkecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hatinuraninya.1645

V.9.2.1.5 Pemeriksaan Alat bukti lain

Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,dikirimkan, diterima, atau disimpan secaraelektronik dengan alat optik atau alat yang serupaoptik dan Dokumen.1646

1642 Surat Edaran Jampidum No.: B-69/E/ 02/1997.1643 Pasal 188 Ayat (1) KUHAP.1644 Pasal 188 Ayat (2) KUHAP.1645 Pasal 188 Ayat (3) KUHAP.1646 Pasal 73 huruf b Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

682 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.9.2.1.6 Pemeriksaan Terdakwa

Terdakwa adalah seorang tersangka yangdituntut, diperiksa dan diadili di sidangpengadilan.1647

Hakim dilarang menunjukkan sikap ataumengeluarkan penyataan di sidang tentangkeyakinan mengenai salah atau tidaknyaterdakwa.1648

Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolakuntuk menjawab pertanyaan yang diajukankepadanya, hakim ketua sidang menganjurkanuntuk menjawab dan setelah itu pemeriksaandilanjutkan.1649

Jika terdakwa bertingkah laku yang tidak patutsehingga mengganggu ketertiban sidang, hakimketua sidang menegurnya dan jika teguran itutidak diindahkan ia memerintahkan supayaterdakwa dikeluarkan dari ruang sidang,kemudian pemeriksaan perkara pada waktu itudilanjutkan tanpa hadirnya terdakwa.1650

Dalam hal terdakwa secara terus menerusbertingkah laku yang tidak patut sehinggamengganggu ketertiban sidang, hakim ketuasidang mengusahakan upaya sedemikian rupasehingga putusan tetap dapat dijatuhkan denganhadirnya terdakwa.1651

Jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasaIndonesia, hakim ketua sidang menunjuk seorangjuru bahasa yang bersumpah atau berjanji akanmenterjemahkan dengan benar semua yang harusditerjemahkan.1652

1647 Pasal 1 angka 15 KUHAP.1648 Pasal 158 KUHAP.1649 Pasal 175 KUHAP.1650 Pasal 176 Ayat (1) KUHAP.1651 Pasal 176 Ayat (2) KUHAP.1652 Pasal 177 Ayat (1) KUHAP.

Penegakan Hukum 683

Dalam hal seorang tidak boleh menjadi saksidalam suatu perkara ia tidak boleh pula menjadijuru bahasa dalam perkara itu.134

Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli sertatidak dapat menulis, hakim ketua sidang.mengangkat sebagai penterjemah orang yangpandai bergaul dengan terdakwa atau saksi itu.135

Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli tetapidapat menulis, hakim ketua sidangmenyampaikan semua pertanyaan atau tegurankepadanya secara tertulis dan kepada terdakwaatau saksi tersebut diperintahkan untuk menulisjawabannya dan selanjutnya semua pertanyaanserta jawaban harus dibacakan.136

Hakim ketua sidang memperlihatkan kepadaterdakwa segala barang bukti dan menanyakankepadanya apakah ia mengenal benda itu denganmemperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 undang-undang ini.137

Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakimketua sidang kepada saksi.138

Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakimketua sidang membacakan atau memperlihatkansurat atau berita acara kepada terdakwa atausaksi dan selanjutnya minta keteranganseperlunya tentang hal itu.139

Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwanyatakan di sidang tentang perbuatan yang ialakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alamisendiri.140

1653 Pasal 177 Ayat (2) KUHAP.1654 Pasal 178 Ayat (1) KUHAP.1655 Pasal 178 Ayat (2) KUHAP.1656 Pasal 181 Ayat (1) KUHAP.1657 Pasal 181 Ayat (2) KUHAP.1658 Pasal 181 Ayat (3) KUHAP.1659 Pasal 189 Ayat (1) KUHAP.

684 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Keterangan terdakwa yang diberikan di luarsidang dapat digunakan untuk membantumenemukan bukti di sidang, asalkan keteranganitu didukung oleh suatu alat bukti yang sahsepanjang mengenai hal yang didakwakankepadanya.1660

Keterangan terdakwa hanya dapat digunakanterhadap dirinya sendiri.1661

Keterangan terdakwa saja tidak cukup untukmembuktikan bahwa ia bersalah melakukanperbuatan yang didakwakan kepadanya,melainkan harus disertai dengan alat bukti yanglain.1662

Perlu diperhatikan bahwa dalam proses beracarapada perkara tindak pidana pencucian uangterdapat beberapa acara khusus di luar KUHAPmisalnya:- Sidang dapat dilakukan secara IN ABSEN-

TIA, artinya setelah terdakwa telah dipanggil3 (tiga) kali secara sah sesuai denganperaturan yang berlaku tidak hadir, makaMajelis hakim dengan putusan sela dapatmeneruskan pemeriksaan tanpa kehadiranterdakwa.

- Dalam hal terdakwa telah dipanggil secarasah dan patut tidak hadir di sidang pengadilantanpa alasan yang sah, perkara dapatdiperiksa dan diputus tanpa hadirnyaterdakwa. 1663

- Dalam hal terdakwa hadir pada sidangberikutnya sebelum putusan dijatuhkan,terdakwa wajib diperiksa dan segalaketerangan saksi dan surat yang dibacakan

1660 Pasal 189 Ayat (2) KUHAP.1661 Pasal 189 Ayat (3) KUHAP.1662 Pasal 189 Ayat (4) KUHAP.1663 Pasal 79 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 685

dalam sidang sebelumnya dianggap sebagaidiucapkan dalam sidang yang sekarang. 1664

- Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiranterdakwa diumumkan oleh penuntut umumpada papan pengumuman pengadilan, kantorpemerintah daerah, atau diberitahukankepada kuasanya. 1665

- Dalam hal terdakwa meninggal duniasebelum putusan dijatuhkan dan terdapatbukti yang cukup kuat bahwa yangbersangkutan telah melakukan tindak pidanapencucian uang, hakim atas tuntutanpenuntut umum memutuskan perampasanHarta Kekayaan yang telah disita. 1666

- Dalam hal terdakwa meninggal duniasebelum putusan pengadilan dijatuhkan,hakim dapat mengeluarkan penetapan bahwaHarta Kekayaan terdakwa yang telah disita,dirampas untuk negara dengan syarat untukitu terdapat bukti yang cukup kuat bahwaterdakwa telah melakukan tindak pidanapencucian uang, namun sebelumnya JaksaPenuntut Umum harus mengajukan tuntutanuntuk melakukan perampasan barang-barang yang telah disita. Barang-barangyang dapat disita tersebut terbatas sepanjangyang telah disita, artinya harta benda/kekayaan terdakwa dalam tahap penyidikan/penuntutan tidak disita maka harta kekayaantersebut tidak dapat dirampas untuknegara.1667

- Setiap orang yang berkepentingan dapatmengajukan keberatan kepada pengadilan

1664 Pasal 79 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1665 Pasal 79 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1666 Pasal 79 ayat (4) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1667 Surat Edaran Jampidum No.: B-689/E/ EJP/12/2004.

686 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

yang telah menjatuhkan penetapansebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalamwaktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggalpengumuman sebagaimana dimaksud padaayat (3). 1668

- Dalam hal hakim memutus sebagaimanadimaksud dalam Pasal 79 ayat (3), terdakwadapat mengajukan banding. 1669

- Pengajuan banding sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilakukan langsung olehterdakwa paling lama 7 (tujuh) hari setelahputusan diucapkan. 1670

V.9.2.1.7 Pemeriksaan barang bukti

Hakim ketua sidang memperlihatkan kepadaterdakwa segala barang bukti dan menanyakankepadanya apakah ia mengenal benda itu denganmemperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 undang-undang ini.1671

Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakimketua sidang kepada saksi.1672

Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakimketua sidang membacakan atau memperlihatkansurat atau berita acara kepada terdakwa atausaksi dan selanjutnya minta keteranganseperlunya tentang hal itu.1673

V.9.2.1.8 Pembuktian terbalik

Untuk kepentingan pemeriksaan di sidangpengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa

1668 Pasal 79 ayat (6) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1669 Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1670 Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1671 Pasal 181 Ayat (1) KUHAP.1672 Pasal 181 Ayat (2) KUHAP.1673 Pasal 181 Ayat (3) KUHAP.

Penegakan Hukum 687

Harta Kekayaannya bukan merupakan hasiltindak pidana.1674

(1) Dalam pemeriksaan di sidang pengadilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, hakimmemerintahkan terdakwa agar membuktikanbahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkarabukan berasal atau terkait dengan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).(2) Terdakwa membuktikan bahwa HartaKekayaan yang terkait dengan perkara bukanberasal atau terkait dengan tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dengan cara mengajukan alat bukti yangcukup.1675

(1) Terdakwa mempunyai hak untukmembuktikan bahwa ia tidak melakukan tindakpidana korupsi.(2)Dalam hal terdakwa dapat membuktikanbahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi,maka keterangan tersebut dipergunakan sebagaihal yang menguntungkan baginya.(3) Terdakwa wajib memberikan keterangantentang seluruh harta bendanya dan harta bendaisteri atau suami, anak, dan harta benda setiaporang atau korporasi yang disuga mempunyaihubungan dengan perkara yang bersangkutan.(4) Dalam hal terdakwa tidak dapatmembuktikan tentang kekayaan yang tidakseimbang dengan penghasilannya atau sumberpenambahan kekayaannya, maka keterangantersebut dapat digunakan untuk memperkuat alatbukti yang sudah ada bahwa terdakwa telahmelakukan tindak pidana korupsi.(5) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud

1674 Pasal 77 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1675 Pasal 78 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

688 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),penuntut umum tetap berkewajiban untukmembuktikan dakwaannya.1676

Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikanbahwa ia tidak melakukan tindak pidanakorupsi.1677

Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwaia tidak melakukan tindak pidana korupsi, makaketerangan tersebut dipergunakan sebagai halyang menguntungkan baginya.1678

Terdakwa wajib memberikan keterangantenntang seluruh harta bendanya dan harta bendaistri atau suami, anak, dan harta benda setiaporang atau korporasi yang diduga mempunyaihubungan dengan perkara yang bersangkutan.1679

Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikantentang kekayaan yang tidak seimbang denganpenghasilannya atau sumber penambahkekayaannya, maka keterangan tersebut dapatdigunakan untuk memperkuat alat bukti yangsudah ada bahwa terdakwa telah melakukantindak pidana korupsi.1680

Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalamayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 penuntut umumtetap berkewajiban untuk membuktikandakwaannya.1681

1676 Pasal 37 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi.

1677 Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1678 Pasal 37 ayat 2 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1679 Pasal 37 ayat 3 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1680 Pasal 37 ayat 4 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

1681 Pasal 37 ayat 5 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

Penegakan Hukum 689

V.9.2.2 Tuntutan Pidana

Sebagaimana halnya dengan surat dakwaan makadalam menyusun Surat Tuntutan Pidana supayadiungkapkan mengenai alat-alat bukti yangmendukung perbuatan pidana yang terbuktidalam pemeriksaan sidang pengadilan denganmemperhatikan hukum pembuktian sepertidiuraikan di atas.

Surat tuntutan pidana disusun secara sistematis,ilmiah dan rasional dengan menggunakanformulir P-24 tersebut dalam Surat Keputusanjaksa Agung RI Nomor: Kep-132/J.A/11/1994tanggal 7 Nopember 1995 tentang AdministrasiPerkara Tindak Pidana.

Meskipun Pasal 197 ayat (1) KUHAP mengaturtentang putusan pemidanaan, tetapi untukkecermatan/ kelengkapan penyusunan surattuntutan pidana supaya berpedoman pada pasal197 ayat (1) KUHAP dengan sistematika sebagaiberikut:

Identitas terdakwa.a. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat

dakwaan.b. Pertimabngan yang disusun secara ringkas

mengenai fakta dan keadaan beserta alatpembuktian yang diperoleh dari pemeriksaandi sidang yang menjadi dasar penentuankesalahan terdakwa.

c. Pasal peraturan perundang-undangan yangdilanggar terdakwa disertai keadaan yangmemberatkan dan meringankan terdakwa.

d. Pernyataan kesalahan terdakwa/ pernyataantelah terpenuhinya semua unsur dalamrumusan tindak pidana disertaikualifikasinya.

e. Tuntutan pidana.f. Ketentuan kepada siapa biaya perkara

dibebankan, dengan menyebutkan jumlahyang pasti.

690 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

g. Ketentuan mengenai barang bukti (apabilabarang bukti dituntut dikembalikan kepadayang berhak, supaya disebutkan secarategas siapa yang berhak itu).

h. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetapdalam tahanan atau dibebaskan (apabila tidakcukup bukti). 1682

V.9.2.3 Sanksi Pidana

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,menghibahkan, menitipkan, membawa ke luarnegeri, mengubah bentuk, menukarkan denganmata uang atau surat berharga atau perbuatanlain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya ataupatut diduganya merupakan hasil tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dengan tujuan menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidanakarena tindak pidana pencucian uang denganpidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah).1683

Setiap Orang yang menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul, sumber, lokasi,peruntukan, pengalihan hak-hak, ataukepemilikan yang sebenarnya atas HartaKekayaan yang diketahuinya atau patutdiduganya merupakan hasil tindak pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dipidana karena tindak pidana pencucian uangdengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).165

(1) Setiap Orang yang menerima ataumenguasai penempatan, pentransferan,

1682 Surat Edaran Jampidum No.: B-69/E/ 02/1997.1683 Pasal 3 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 691

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaanyang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah).(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak berlaku bagi Pihak Pelapor yang melaksanakankewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalamUndang-Undang ini.1684

(1) Dalam hal tindak pidana pencucian uangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4,dan Pasal 5 dilakukan oleh Korporasi, pidanadijatuhkan terhadap Korporasi dan/atau PersonilPengendali Korporasi.(2) Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabilatindak pidana pencucian uang:

a. dilakukan atau diperintahkan olehPersonil Pengendali Korporasi;

b. dilakukan dalam rangka pemenuhanmaksud dan tujuan Korporasi;

c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsipelaku atau pemberi perintah; dan

d. dilakukan dengan maksud membe-rikanmanfaat bagi Korporasi.1685

(3) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadapKorporasi adalah pidana denda paling banyakRp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).(4) Selain pidana denda sebagaimana dimaksudpada ayat (1), terhadap Korporasi juga dapatdijatuhkan pidana tambahan berupa:

1684 Pasal 4 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

1685 Pasal 5 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

692 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

a. pengumuman putusan hakim;b. pembekuan sebagian atau seluruh

kegiatan usaha Korporasi;c. pencabutan izin usaha;d. pembubaran dan/atau pelarangan

Korporasi;e. perampasan aset Korporasi untuk

negara; dan/atauf. pengambilalihan Korporasi oleh

negara.1686

Dalam hal harta terpidana tidak cukup untukmembayar pidana denda sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, pidana dendatersebut diganti dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.1687

(1) Dalam hal Korporasi tidak mampu membayarpidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal7 ayat (1), pidana denda tersebut diganti denganperampasan Harta Kekayaan milik Korporasi atauPersonil Pengendali Korporasi yang nilainya samadengan putusan pidana denda yang dijatuhkan.

(2) Dalam hal penjualan Harta Kekayaan milikKorporasi yang dirampas sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak mencukupi, pidana kurunganpengganti denda dijatuhkan terhadap PersonilPengendali Korporasi dengan memperhitungkandenda yang telah dibayar.1688

Setiap Orang yang berada di dalam atau di luarwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yangturut serta melakukan percobaan, pembantuan,atau Permufakatan Jahat untuk melakukan tindakpidana pencucian uang dipidana dengan pidana

1686 Pasal 6 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

1687 Pasal 7 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

1688 Pasal 8 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 693

yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,Pasal 4, dan Pasal 5.1689

Setiap orang adalah orang perseorangan ataukorporasi.1690

Korporasi adalah kumpulan orang dan/ataukekayaan yang terorganisasi, baik merupakanbadan hukum maupun bukan badan hukum.1691

Personil Pengendali Korporasi adalah setiap orangyang memiliki kekuasaan atau wewenang sebagaipenentu kebijakan Korporasi atau memilikikewenangan untuk melakukan kebijakanKorporasi tersebut tanpa harus mendapatotorisasi dari atasannya. 1692

Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yangharus dipandang sebagai perbuatan yang berdirisendiri sehingga merupakan beberapa kejahatanyang diancam dengan pidana pokok yang sejenismaka dijatuhkan satu pidana dengan jumlahmaksimum pidana tidak boleh lebih dari pidanaterberat ditambah sepertiganya.1693

Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yangharus dipandang sebagai perbuatan yang berdirisendiri sehingga merupakan beberapa kejahatanyang diancam dengan pidana pokok yang tidaksejenis maka dijatuhkan satu pidana dengan jumlahmaksimum pidana tidak boleh lebih dari pidanaterberat ditambah sepertiganya.1694

1689 Pasal 9 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang.

1690 Pasal 10 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1691 Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1692 Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1693 Pasal 1 ayat (914) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1694 Pasal 65 ayat 1 dan ayat 2 KUHP.

694 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

V.10 Pelaksanaan Putusan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang iniuntuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusanpengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.1695

Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatanhukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkansalinan surat putusan kepadanya.1696

Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudian dijatuhipidana yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yang dijatuhkanterdahulu, maka pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai denganpidana yang dijatuhkan lebih dahulu.1697

Jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, kepada terpidanadiberikan jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebutkecuali dalam putusan acara pemeriksaan cepat yang harus seketikadilunasi.1698

Dalam hal pengadilan menjatuhkan juga putusan ganti kerugiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, maka pelaksanaannyadilakukan menurut tatacara putusan perdata.1699

Jika putusan pengadilan juga menetapkan bahwa barang buktidirampas untuk negara, selain pengecualian sebagaimana tersebutpada Pasal 46, jaksa menguasakan benda tersebut kepada kantorlelang negara dan dalam waktu tiga bulan untuk dijual lelang, yanghasilnya dimasukkan ke kas negara untuk dan atas nama jaksa.1700

Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (3) dapat diperpanjanguntuk paling lama satu bulan.1701

Apabila lebih dari satu orang dipidana dalam satu perkara, maka biayaperkara dan atau ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal274 dibebankan kepada mereka bersama-sama secara berimbang.1702

1695 Pasal 66 KUHP.1696 Pasal 1 ayat (6) huruf a KUHAP.1697 Pasal 270 KUHAP..1698 Pasal 272 KUHAP.1699 Pasal 273 ayat (1) KUHAP.1700 Pasal 274 ayat (2) KUHAP.1701 Pasal 273 ayat (3) KUHAP.1702 Pasal 273 ayat (4) KUHAP.

Penegakan Hukum 695

(1) Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khususuntuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan danpengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidanaperampasan kemerdekaan.(2) Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang disebut hakimpengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua petigadilan untuk palinglama dua tahun.1703

Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusanpengadilan yang ditandatangani olehnya, kepala lembagapemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilan yang memutusperkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya dalam registerpengawasan dan pengamatan.1704

V.10.1 Eksekusi terhadap badan

Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itupanitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya.1705

Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudiandijatuhi pidana yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yangdijatuhkan terdahulu, maka pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih dahulu.1706

Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaanputusan pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepalalembaga pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilanyang memutus perkara pada tingkat pertama dan paniteramencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan.1707

(1) Perintah untuk membebaskan terdakwa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 191 ayat (3) segera dilaksanakan olehjaksa sesudah putusan diucapkan.(2) Laporan tertulis mengenai pelaksanaan perintah tersebutyang dilampiri surat penglepasan, disampaikan kepada ketua

1703 Pasal 275 KUHAP.1704 Pasal 277 KUHAP.1705 Pasal 278 KUHAP.1706 Pasal 270 KUHAP.1707 Pasal 272 KUHAP.1708 Pasal 278 KUHAP.

696 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pengadilan yang bersangkutan selambat-lambatnya dalamwaktu tiga kali dua puluh empat jam. 1709

(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalahmelakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, makapengadilan menjatuhkan pidana.(2) a. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika

terdakwa tidak ditahan, dapat memerintahkansupaya terdakwa tersebut ditahan, apabila dipenuhiketentuan Pasal 21 dan terdapat negara cukup untukitu.

b. Dalam hal terdakwa ditahan, pengadilan dalammenjatuhkan putusannya, dapat menetapkanterdakwa tetap ada dalam tahanan ataumembebaskannya, apabila terdapat negara cukupuntuk itu. 1710

V.10.2 Denda

Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itupanitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya.1711

Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudiandijatuhi pidana yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yangdijatuhkan terdahulu, maka pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih dahulu.1712

Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaanputusan pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepalalembaga pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilanyang memutus perkara pada tingkat pertama dan paniteramencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan.1713

V.10.3 Barang bukti

Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu

1709 Pasal 192 KUHAP.1710 Pasal 193 KUHAP.1711 Pasal 270 KUHAP.1712 Pasal 272 KUHAP.1713 Pasal 278 KUHAP.

Penegakan Hukum 697

panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya.1714

Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaanputusan pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepalalembaga pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilanyang memutus perkara pada tingkat pertama dan paniteramencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan.1715

(1) Dalam hal putusan pemidanaan atau bebas atau lepasdari segala tuntutan hukum, pengadilan menetapkan supayabarang bukti yang disita diserahkan kepada pihak yang palingberhak menerima kembali yang namanya tercantum dalamputusan tersebut kecuali jika menurut ketentuan undang-undang barang bukti itu harus dirampas untuk kepentingannegara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapatdipergunakan lagi.(2) Kecuali apabila terdapat alasan yang sah, pengadilanmenetapkan supaya barang bukti diserahkan segera sesudahsidang selesai.(3) Perintah penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertaisesuatu syarat apapun kecuali dalam hal putusan pengadilanbelum mempunyai kekuatan hukum yang tetap.1716

V.10.4 Biaya perkara

Surat putusan pemidanaan memuat :

Ketentuan kepada siapa berperkara dibebankan denganmenyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenaibarang bukti.1717

(l) Siapa pun yang diputus pidana dibebani membayar biayaperkara dan dalam hal putusan bebas atau lepas dari segalatuntutan hukum, biaya perkara dibebankan pada Negara.(2) Dalam hal terdakwa sebelumnya telah mengajukanpermohonan pembebasan dari pembayaran biaya perkaraberdasarkan syarat tertentu dengan persetujuan pengadilan,biaya perkara dibebankan pada Negara. 1718

1714 Pasal 270 KUHAP.1715 Pasal 278 KUHAP.1716 Pasal 194 KUHAP.1717 Pasal 197 huruf i KUHAP.1718 Pasal 222 KUHAP.

698 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

1) Biaya perkara yang harus dibayar oleh pihak yangberperkara harus dilaksanakan dengan transparan sesuaidengan ketetapan yang dibuat oleh Ketua Pengadilan TingkatI, Ketua Pengadilan Tingkat banding dan ketua MahkamahAgung.2) Pembayaran biaya perkara yang harus dibayar oleh pihakberperkara, diwajibkan melalui Bank, kecuali di daerahtersebut tidak ada Bank. Dengan demikian tidak lagidibenarkan pegawai menerima pembayaran biaya perkarasecara langsung dari pihak-pihak berperkara. Untuk itudiminta kepada Saudara untuk melakukan kerja sama denganBank yang Saudara tunjuk.3) Apabila ada kelebihan biaya perkara yang tidak terpakaidalam proses berperkara, maka biaya tersebut wajibdikembalikan kepada pihak yang berhak. Bilamana biayatersebut tidak diambil dalam waktu 6 (enam) bulan setelahpihak yang bersangkutan diberitahu, maka uang kelebihantersebut dikeluarkan dari buku jurnal yang bersangkutan dandicatat dalam buku tersendiri sebagai uang tak bertuan (1948KUHPerdata). Uang tak bertuan tersebut secara berkaladisetorkan ke Kas Negara.4) Apabila ada uang yang dikonsinyasikan oleh pihak-pihakyang berhubungan dengan Pengadilan, maka uang tersebutwajib disimpan di Bank. Apabila uang tersebut menghasilkanjasa giro, maka uang jasa giro tersebut wajib disetorkankepada Negara.1719

V.11 Perampasan hasil kejahatan tanpa tuntutan pidana

Dalam hal tidak ada orang dan/atau pihak ketiga yang mengajukankeberatan dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak tanggal penghentiansementara Transaksi, PPATK menyerahkan penanganan HartaKekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindakpidana tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan.1720

Dalam hal yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tidak ditemukandalam waktu 30 (tiga puluh) hari, penyidik dapat mengajukan

1719 Surat Edaran Mahkamah Agung No: 4 Tahun 2008.1720 Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penegakan Hukum 699

permohonan kepada pengadilan negeri untuk memutuskan HartaKekayaan tersebut sebagai aset negara atau dikembalikan kepadayang berhak.1721

Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memutusdalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari.1722

~o~

1721 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1722 Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

700 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kerahasiaan & Pelindungan 701

BAB VIKERAHASIAAN DAN PELINDUNGAN

Bab VI ini memberi gambaran mengenai kewajibanmerahasikan bagi pejabat/pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim dan

siapapun, serta pemberian pelindungan hukum kepada pihak pelapor danpelapor tindak pidana pencucan uang

702 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Daftar IsiHalaman

VI.1 Kerahasiaan ............................................................................................ 703VI.1.1 Kewajiban merahasiakan ........................................................ 703

VI.1.1.1 Kewajiban merahasiakan Pihak Pelapr danpelapor oleh Pejabat atau pegawai PPATK,penyidik, penuntut umum, hakim, dansiapapun ................................................................... 703

VI.1.1.2 Kewajiban merahasiakan Pihak Pelapor danpelapor dalam persidangan .................................... 703

VI.1.1.3 Kewajiban merahasiakan Dokumen atauketerangan oleh Direksi, pejabat, atau pegawaiPenyedia Jasa Keuangan ....................................... 704

VI.1.1.4 Merahasiakan LTKM kepada pengguna jasakeuangan .................................................................. 704

VI.1.2 Sanksi sengaja membocorkan rahasia oleh Direksi,pejabat, atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan ................ 706

VI.2 Pelindungan ............................................................................................ 706VI.2.1 Pelapor....................................................................................... 706VI.2.2 Saksi .......................................................................................... 706VI.2.3 Imunitas..................................................................................... 706VI.2.4 Pelindungan Khusus............................................................... 707

VI.2.4.1 Kerahasiaan Identitas ............................................. 707VI.2.4.2 Pemberian keterangan tanpa tatap muka di

persidangan.............................................................. 708VI.2.4.3 Bentuk Pelindungan .............................................. 708VI.2.4.4 Pelindungan oleh Polri .......................................... 709VI.2.4.5 Pelindungan oleh Lembaga Perlindungan Saksi

dan Korban (LPSK) ................................................. 710

Kerahasiaan & Pelindungan 703

VI.1 Kerahasiaan

VI.1.1 Kewajiban merahasiakan

VI.1.1.1 Kewajiban merahasiakan Pihak Pelapor danpelapor oleh Pejabat atau pegawai PPATK,penyidik, penuntut umum, hakim, dan siapapun.

(1) Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik,penuntut umum, atau hakim wajibmerahasiakan Pihak Pelapor dan pelapor.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberikan hak kepada pelapor atau ahliwarisnya untuk menuntut ganti kerugianmelalui pengadilan.1723

Yang dimaksud dengan “pelapor” adalah setiaporang yang beritikad baik dan secara sukarelamenyampaikan laporan terjadinya dugaan tindakpidana pencucian uang.1724

VI.1.1.2 Kewajiban merahasiakan Pihak Pelapor danpelapor dalam persidangan

(1) Di sidang pengadilan, saksi, penuntutumum, hakim, dan orang lain yang terkaitdengan tindak pidana pencucian uang yangsedang dalam pemeriksaan dilarangmenyebutkan nama atau alamat pelapor atauhal lain yang memungkinkan dapatterungkapnya identitas pelapor.

(2) Dalam setiap persidangan sebelum sidangpemeriksaan dimulai, hakim wajibmengingatkan saksi, penuntut umum, danorang lain yang terkait dengan pemeriksaanperkara tersebut mengenai larangansebagaimana dimaksud pada ayat (1).1725

1723 Pasal 83 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1724 Penjelasan Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1725 Pasal 85 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

704 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

VI.1.1.3 Kewajiban merahasiakan Dokumen atauketerangan oleh Direksi, pejabat, atau pegawaiPenyedia Jasa Keuangan.

(1) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik,penuntut umum, hakim, dan setiap orangyang memperoleh Dokumen atauketerangan dalam rangka pelaksanaantugasnya menurut Undang-Undang ini wajibmerahasiakan Dokumen atau keterangantersebut, kecuali untuk memenuhi kewajibanmenurut Undang-Undang ini.

(2) Setiap Orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1)dipidana dengan pidana penjara paling lama4 (empat) tahun.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak berlaku bagi pejabat atau pegawaiPPATK, penyidik, penuntut umum, dan hakimjika dilakukan dalam rangka memenuhikewajiban sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.1726

VI.1.1.4 Merahasiakan LTKM kepada pengguna jasakeuangan

(1) Direksi, komisaris, pengurus atau pegawaiPihak Pelapor dilarang memberitahukankepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baiksecara langsung maupun tidak langsung,dengan cara apa pun mengenai laporanTransaksi Keuangan Mencurigakan yangsedang disusun atau telah disampaikankepada PPATK.1727

Ketentuan ini dikenal sebagai “anti-tippingoff”. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkanagar Pengguna Jasa tidak memindahkan

1726 Pasal 11 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1727 Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kerahasiaan & Pelindungan 705

Harta Kekayaannya sehingga mempersulitpenegak hukum untuk melakukan pelacakanterhadap Pengguna jasa dan Harta Kekayaanyang bersangkutan.1728

(2) Ketentuan mengenai larangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untukpemberian informasi kepada LembagaPengawas dan Pengatur.1729

(3) Pejabat atau pegawai PPATK atau LembagaPengawas dan Pengatur dilarangmemberitahukan laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan yang akan atautelah dilaporkan kepada PPATK secaralangsung atau tidak langsung dengan caraapa pun kepada Pengguna Jasa atau pihaklain.1730

Ketentuan ”anti-tipping off” berlaku pulabagi pejabat atau pegawai PPATK sertapejabat atau pegawai Lembaga Pengawasdan Pengatur untuk mencegah PenggunaJasa yang diduga sebagai pelaku kejahatanmelarikan diri dan Harta Kekayaan yangbersangkutan dialihkan sehinggamempersulit proses penyidikan tindakpidana.1731

(4) Ketentuan mengenai larangan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) tidak berlaku dalamrangka pemenuhan kewajiban menurutUndang-Undang ini.1732

1728 Penjelasan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1729 Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1730 Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1731 Penjelasan Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1732 Pasal 15 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

706 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

VI.1.2 Sanksi sengaja membocorkan rahasia oleh direksi,pejabat, atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan

Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).1733

VI.2 Pelindungan

VI.2.1 Pelapor

Pelapor adalah setiap orang yang :

a. karena kewajibannya berdasarkan peraturan perundang-undangan menyampaikan laporan kepada PPATKtentang Transaksi Keuangan Mencurigakan atauTransaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunaisebagaimana dimaksud dalam Undang-undang; atau

b. secara sukarela melaporkan kepada penyidik tentangadanya dugaan terjadinya tindak pidana pencucian uangsebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.1734

VI.2.2 Saksi

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan gunakepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentangsuatu perkara pidana pencucian uang yang didengar sendiri,dilihat sendiri, dan dialami sendiri.1735

VI.2.3 Imunitas

Kecuali terdapat unsur penyalahgunaan wewenang, PihakPelapor, pejabat, dan pegawainya tidak dapat dituntut, baiksecara perdata maupun pidana, atas pelaksanaan kewajibanpelaporan menurut Undang-Undang ini.1736

1733 Pasal 12 ayat (5) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1734 Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003.1735 Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara

Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.1736 Pasal 29 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kerahasiaan & Pelindungan 707

Pelapor dan/atau saksi tidak dapat dituntut, baik secaraperdata maupun pidana, atas laporan dan/atau kesaksianyang diberikan oleh yang bersangkutan.1737

VI.2.4 Perlindungan Khusus

VI.2.4.1 Kerahasiaan Identitas

(1) Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik,penuntut umum, atau hakim wajib merahasiakanPihak Pelapor dan pelapor.(2) Pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberikan hak kepada pelapor atau ahliwarisnya untuk menuntut ganti kerugian melaluipengadilan.1738

(1) Setiap orang yang melaporkan terjadinyadugaan tindak pidana pencucian uang wajib diberipelindungan khusus oleh negara darikemungkinan ancaman yang membahayakandiri, jiwa, dan/atau hartanya, termasukkeluarganya.(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberianpelindungan khusus sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.1739

(1) Setiap orang yang memberikan kesaksiandalam pemeriksaan tindak pidana pencucian uangwajib diberi pelindungan khusus oleh negara darikemungkinan ancaman yang membahayakandiri, jiwa, dan/atau hartanya, termasukkeluarganya.(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberianpelindungan khusus sebagaimana dimaksud pada

1737 Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1738 Pasal 83 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1739 Pasal 84 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

708 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

ayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.1740

VI.2.4.2 Pemberian keterangan tanpa tatap muka dipersidangan

(1) Di sidang pengadilan, saksi, penuntutumum, hakim, dan orang lain yang terkaitdengan tindak pidana pencucian uang yangsedang dalam pemeriksaan dilarang menyebutkannama atau alamat pelapor atau hal lain yangmemungkinkan dapat terungkapnya identitaspelapor.(2) Dalam setiap persidangan sebelum sidangpemeriksaan dimulai, hakim wajib mengingatkansaksi, penuntut umum, dan orang lain yangterkait dengan pemeriksaan perkara tersebutmengenai larangan sebagaimana dimaksud padaayat (1).1741

VI.2.4.3 Bentuk Perlindungan

Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/ataukeluarga Pelapor dan Saksi dari ancaman fisikatau mental.

a. Perlindungan terhadap harta Pelapor danSaksi;

b. Perahasiaan dan penyamaran identitasPelapor dan Saksi; dan/atau

c. Pemberian keterangan tanpa bertatap mukadengan tersangka atau terdakwa padasetiap tingkat pemeriksaan perkara; 1742

d. Saksi adalah orang yang dapat memberikanketerangan guna kepentingan penyelidikan,penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

1740 Pasal 86 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1741 Pasal 85 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

1742 Pasal 5 Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara PerlindunganKhusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kerahasiaan & Pelindungan 709

sidang pengadilan tentang suatu perkarapidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri,dan/atau ia alami sendiri.1743

e. Korban adalah seseorang yang mengalamipenderitaan fisik, mental, dan/atau kerugianekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindakpidana.1744

f. Seorang Saksi dan Korban berhak:Memperoleh perlindungan atas keamananpribadi, keluarga, dan harta bendanya, sertabebas dari Ancaman yang berkenaan dengankesaksian yang akan, sedang, atau telahdiberikannya.1745

VI.2.4.4 Perlindungan oleh Polri

Perlindungan khusus adalah suatu bentukperlindungan yang diberikan oleh aparatKepolisain Negara Republik Indoneisiauntuk memberikan rasa aman terhadappelapor atau saksi dari emunkinan yangmembahayakan diri jiwa dan atau hartanyatermasuk keluarganya.

Pemohon perlindungan khusus adalahpelapor, saksi, PPATK, Penyidik, PenuntutUmum atau hakim.

Perlindungan khusus oleh Polridilaksanakan berdasarkan :

a. Laporan dari PPATK tentang adanyanTransaksi Keuangan Mencurigakan atautraksnaksi kekuangan ang diakukan secaratunai oleh pelapor atau dugaan terjadinya

1743 Pasal 1,angka 1 Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

1744 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

1745 Pasal 5 angka 1 Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

710 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

TPPU atau ditetapkannya seseirang sebagaisaksi dalam perkara TPPU.

b. Permohonan dari pelapor, saksi, penyidik,penuntut umum atau hakim.1746

VI.2.4.5 Perlindungan oleh Lembaga PerlindunganSaksi dan Korban (LPSK)

Seorang Saksi dan Korban berhak:

a. memperoleh perlindungan atas keamananpribadi, keluarga, dan harta bendanya, sertabebas dari Ancaman yang berkenaan dengankesaksian yang akan, sedang, atau telahdiberikannya;

b. ikut serta dalam proses memilih danmenentukan bentuk perlindungan dandukungan keamanan;

c. memberikan keterangan tanpa tekanan;d. mendapat penerjemah;e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;f. mendapatkan informasi mengenai

perkembangan kasus;g. mendapatkan informasi mengenai putusan

pengadilan;h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;i. mendapat identitas baru;j. mendapatkan tempat kediaman baru;k. memperoleh penggantian biaya

transportasi sesuai dengan kebutuhan;l. mendapat nasihat hukum; dan/ataum. memperoleh bantuan biaya hidup sementara

sampai batas waktu perlindungan berakhir.1747

Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan kepada Saksi dan/atau Korban tindak

1746 Peraturan Kapolri No. 17 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perlindungan KhususTerhadap Pelapor dan Saksi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang.

1747 Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

Kerahasiaan & Pelindungan 711

pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengankeputusan LPSK.1748

Setiap Pelapor dan Saksi dalam perkara tindakpidana pencucian uang wajib diberikanperlindungan khusus baik sebelum, selamamaupun sesudah proses pemeriksaan perkara.1749

Perlindungan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dilaksanakan oleh KepolisianNegara Republik Indonesia.1750

Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim wajibmemberikan perlindungan khusus kepada Saksipada setiap tingkat pemeriksaan perkara.1751

Pelapor dan Saksi tidak dikenakan biaya atasperlindungan khusus yang diberikankepadanya.1752

~o~

1748 Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksidan Korban.

1749 Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata CaraPerlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.

1750 Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2003 tentang Tata CaraPerlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.

1751 Pasal 3 Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara PerlindunganKhusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.

1752 Pasal 4 Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara PerlindunganKhusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.

712 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kepustakaan 713

UNDANG-UNDANGKitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Wetboek van Strafrecht),

(S. 1915-732 jis. S. 1917-497, 645, mb. 1 Januari 1918, s.d.u.t. dg.UU No. 1/1946).

Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 tentang Mengubah“Ordonantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen” (STBL 1948 Nomor17) dan Undang-Undang RI Dahulu No. 8 Tahun 1948.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980 tentang TindakPidana Suap.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang RI No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber DayaAlam dan Ekosistemnya.

Undang-Undang RI No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana

Pensiun.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun1998.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang UsahaKecil.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang PasarModal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentangKepabeanan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.Undang-Undang RI No.11 Tahun 1995 tentang Cukai.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika.

KEPUSTAKAAN

714 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang PengadilanAnak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1997 tentangPerdagangan Berjangka Komoditi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentangPsikotropika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan.

Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1999 tentang Bank IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang

Perubahan Kitab Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentangPerubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang BerkaitanDengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentangPenberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang DesainIndustri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahuhn 2002 tentang Hak

Cipta.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat

Utang Negara.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang

Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.

Kepustakaan 715

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Undang-Undang RI No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan

Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan RakyatDaerah.

Undang-Undang RI No.15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terosrisme.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentangKejaksaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1Tahun 2004 tentang Perbahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan Kekerasam Dalam Rumah Tangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang LembagaPenjamin Simpanan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang PraktekKedokteran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentangPenempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Undang-Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.Undang-Undang RI No.31Tahun 2004 tentang Perikanan.Undang-Undang RI No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf.Undang-Undang RI No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan.Undang-Undang RI No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.

716 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak PidanaPerdagangan Orang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentangPemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentangCukai.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentangPerubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentangPemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang PenetapanPeraturan Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 tentangPerubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Kerja Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentangNarkotika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANGPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang

Tindak Pidana Terorisme.

PERATURAN PEMERINTAHPeraturan Pemerintah RI No. 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum

(PERUM) Pegadaian.Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak

Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan

Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.Peraturan Pemerintah RI No. 9/95 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

oleh Koperasi

Kepustakaan 717

KEPUTUSAN PRESIDENKeputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.Keputusan Presiden RI 82 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.Keputusan Presiden RI No. 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

PERATURAN PRESIDENPeraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

PERATURAN MENTERIPeraturan Menteri Keuangan No. 176/PMK.06/2010 tentang Balai LelangPeraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara

Penghentian Penyidikan di Bidang Perpajakan untuk KepentinganPenerimaan Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai LelangPeraturan Menteri Keuangan Nomor: 30/2010 tentang Penerapan Prinsip

Mengenal Nasabag Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.Peraturan Menteri Perdagangan No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agenatau Distributor Barang dan/atau Jasa.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 33/M-DAG/PER/8/2008 tentangPerusahaan Perantara Perdagangan Properti.

KEPUTUSAN MENTERIKeputusan Menteri Keuangan RI No. 92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan

Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Kepabeanan dan Cukai.

PERATURAN BANK INDONESIAPeraturan Bank Iindonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Menggunakan KartuPeraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme BagiBank Umum.

Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme(PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat.

718 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Peraturan Bank Indonesia No. 12/3/PBI/2010 tentang Penerapan ProgramAnti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme PadaPedagang Valuta Asing.

Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2002 tentang Pemantauan KegiatanLalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan.

Peraturan Bank Indonesia No. 6/1/PBI/2004 tentang Pedagang Valuta Asing.Peraturan Bank Indonesia No. 8/28/PBI/2006 tentang Kegiatan Usaha

Pengiriman Uang.Peraturan Bank Indonesia No. 9/11/PBI/2007 tentang Pedagang Valuta Asing.

PERATURAN BAPEPAM-LKPeraturan Bapepam-LK V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh

Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal, Lampiran KeputusanKetua Bapepam-LK No : Kep-476/BL/2009.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2009 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap wajibpajak yang duga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: 01/BC/2005 tentangTata Laksana Pengeluaran dan Pemasukan Uang Tunai.

Peraturan Ketua Bapepam-LK No. V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabaholeh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Peraturan Presiden RINo. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Peraturan Ketua Bapepam-LK No. V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabaholeh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal.

KEPUTUSAN DIRJEN PAJAKKeputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan,dan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM-LKKeputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-476/BL/2009.

SURAT KEPUTUSAN BERSAMAKeputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Menteri Kehakiman RI,

Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RINomor: KMA/003/ SKB/II/1998Nomor: M.02.PW. 07.03.Th.1998Nomor: Kep/007/ JA/2/1998Nomor: Kep 02/11/1998Tanggal 5 Pebruari 1998.

SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004tentangKerjasama Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Perbankan.

Kepustakaan 719

SURAT KEPUTUSANSurat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir/1995 tentang

Bilyet Giro.SKEP Kabareskrim No.Pol.: SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15

Desember 2006.SKEP Kepala BNN Nomor SKEP/.../I/2010 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Narkotika.

SURAT EDARANSurat Edaran Bank Indonesia No. 11/31/DPNP tentang Pedoman Standar

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/10/DPM tentang Pedoman StandarPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan PendanaanTerorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Surat Edaran Jaksa Agung RI No.: SE-004/ J.A/11/1993.Surat Edaran Jampidum No.: B 401/E/ 9/93.Surat Edaran Jampidum No.: B-69/E/ 02/1997.Surat Edaran Jampidum Nomor B-689/E/ EJP/12/2004.Surat Edaran Jampidum Nomor: B 401/E/ 9/93.Surat Edaran Mahkamah Agung No: 4 Tahun 2008.Surat Edaran No. 8/32/DASP tanggal 20 Desember 2006 perihal Pendaftaran

Kegiatan Usaha Pengiriman Uang.

KEPUTUSAN KEPALA PPATKKeputusan Kepala PPATK No. 2/4/Kep.PPATK/2003, Pedoman II:

Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia JasaKeuangan.

Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/Kep.PPATK/2003, Pedoman III: TataCara Pelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Keputusan Kepala PPATK No. 3/1/Kep.PPATK/2004, Pedoman IV: PedomanLaporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara PelaporannyaBagi Penyedia Jasa Keuangan.

Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004.Keputusan Kepala PPATK Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman

Umum Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang Bagi Penyedia Jasa Keuangan.

Keputusan Kepala PPATK No. 2/7/KEP. PPATK/2003, Pedoman IIIA: TataCara Pelaporan Transaksi Keuangan Bagi Pedagang Valuta Asingdan Usaha Jasa Pengiriman Uang.

720 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

PERATURAN KEPALA PPATKPeraturan Kepala PPATK No. 4/1/PER.PPATK/2005/INTERN tentang Audit

Kepatuhan Terhadap Penyedia Jasa Keuangan.Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.1/11/2009 tentang Tata Cara

Pertukaran Informasi.

BUKU, MAKALAH DAN ARTIKELYunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Bandung: Books Ter-

race & Library, 2007.Sutan Remy Sjahdeini, Seluk-Beluk Pencucian Uang, Jakarta: Grafiti Press,

2007.Priyanto, dkk, Rezim Anti Pencucian Uang Indonesia: Perjalanan 5 Tahun,

Jakarta: PPATK, 2007.William C. Gilmore, Dirty Money: The Evolution of International Mea-

sures to Counter Money Laundering and the Financing of Terror-ism, third edition, Germany: Koelblin-Fortuna-Druck, 2004.

Guy Stessen, Money Laundering, A New International Law EnforcementModel, Cambridge Studies in International and Comparative Law,Cambridge University Press, 2000.

James Petras, “Dirty Money: Foundation of US Growth and Empire Sizeand Scope of Money Laundering by US Bank”, http://www.globalresearch.ca/articles/ PET1 08A.html, diakses padatanggal 15 April 2008.

John McDowell & Gary Novis, “The Consequences of Money and FinancialCrime”, May 2001, http://www.usteas.gov, dikases pada tanggal 15April 2008.

~o~

Indeks 713

INDEKS

Aabsolut nietig 659actual demand 13ADB 357advokat 109ahli penangkapan ikan 240akta otentik 376akta pendirian 159aktor intelektual 147akuntabilitas 83Akuntan 11, 171alamat tempat tinggal 450alasan pemblokiran 483alasan penangkapan 507alat bukti 477alat bukti sah yang lain 677Alat bukti yang sah 665alat optik 478alat penangkap ikan 242alkohol dan zat adiktif 279Alphonse Capone 7Alternative Remmitance System 78Amar Putusan Pengadilan 147AMLAT 78amunisi 200anak buah kapal 240anak kunci palsu 207Anak Nakal 278ancaman kekerasan 205, 220Anggaran Dasar perusahaan 159, 320Anggota BPK 271anggota direksi 431angka 478Angkatan Darat 214Angkatan Laut 214anjak piutang 428anonim 8anonymous passbook 9anti tipping-off 398, 417, 704Aparat Pajak 612aparat penegak hukum 5, 65, 626APG 60APGML 81apotik 126APU 399asal-usul uang 15ASEAN 78aset negara 58aspal 62asuransi kesehatan 62audit kepatuhan 458, 459, 537audit khusus 459

audit trail 16Austria 8Automated Teller Machines 8

BB-10 651, 653B-11 651, 653B-12 651B-5 651BA-15 650, 652BA-18 653back to back LC 402badan hukum 154, 336Badan Nasional Penanggulangan Bencana 84Badan Usaha Milik Negara 272, 356Bagian Tahun Pajak 224bahan baku 247bahan biologis 239bahan bukti 605bahan kimia 239bahan nuklir 296bahan peledak 200, 239bahan penolong 247bahan tambahan makanan 247Bahasa Indonesia 674bahaya perang 206Balai Pengobatan Pemerintah 131Bangkok 60banjir 206Bank 323, 553bank baru 159Bank Gagal 159bank garansi 157Bank Indonesia 79, 367, 410, 453, 615bank konvensional 406Bank Secrecy Act 4bank sentral 355Bank Umum 153, 395bantuan hukum 524bantuan timbal balik 58BAP 476, 562, 588, 646Bapepam dan LK 164, 373, 428barang berharga 156barang bukti 472, 477barang bukti dalam perkara lain 503Barang Kena Cukai 189Barang kena pajak dan pita cukai 190batas kepemilikan dan kepengurusan pihak asing

184batas maksimal pengenaan sanksi administrasi

382batas pekarangan 215

714 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Bea Masuk 185benda sitaan 500Beneficial Owner 321. 395, 436Bentuk Gabungan Ceritera 515bentuk pelindungan 708benturan kepentingan 103berita acara 588berita acara pemeriksaan sidang 669berita acara pemungutan dan penghitungan suara

271Berita Acara Pencegahan 369berita acara penghentian sementara transaksi 57berita acara penundaan transaksi 394Berita Acara Penyegelan 603Berita Acara Resume 595Berita Acara Serah Terima 370berkas perkara 472bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain

220best practice 61biaya perkara 689, 597bidang kehutanan 98bidang kelautan dan perikanan 98bidang lingkungan hidup 98bidang perasuransian 97bidang perpajakan 97Bidang Usaha Utama 336Billy Steel 7Bilyet Giro 365BIN 84Biro Administrasi Efek 169blangko faktur dagang 188blanko dokumen keimigrasian 151, 274BNN 561boomerang 5BPK 271BPR 373Bukti Identitas 322bukti pemotongan pajak 224bukti pemungutan pajak 224bukti permulaan yang cukup 470, 548, 558bukti-bukti tertulis 616buku nikah 141Bursa Efek 163buy and sell conversions 14

Ccatatan dan pembukuan 634CDD 409, 413, 435cek 15, 157celah hukum 64CMIR, Form 4790 4co-conspirator 14Communist Party 6compact disk 605competitive advantage 12courier service 79creditverband 212Crime Scene Processing 475, 562

criminal organizations 8Cross Border Correspondent Banking 409CTED 81CTR, Form 4789 4cukai 97Cumulative Ten Laste Legging 661Customs Declaration (BC 2.2) 365CV 320Cyberlaundering 10Cyberspace 8, 10

DDaerah Pabean 365daftar rincian bahan bukti 622daftar teroris 446dakwaan alternatif atau subsidair 660dakwaan kumulatif 660dana hasil kejahatan 12Dana Pensiun 272, 338, 374, 428danau 253darah 501dasar hukum 546, 585dasar negara 286data dan informasi perpajakan 226data elektronik 602data keuangan 535database 401delik formil 659delik materiil 659delik-delik tertentu 659denda 183Departemen Agama 84Departemen Dalam Negeri 83Departemen Hukum dan HAM 64Departemen Kesehatan 84Departemen Keuangan 599Departemen Luar Negeri 78Departemen Perdagangan 84Departemen Sosial 83Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 84department store 357deposan bank 10deposito 405Derivatif Resi Gudang 278Dewan Keamanan PBB 81Dewan Komisaris 154Dewan Komisioner 161Direksi 154Direktorat Jenderal Pajak 597direktur utama 431discount 15disket 605dokter 126, 267Dokumen 477, 704dokumen cukai 190dokumen kependudukan 62dokumen negara 152dokumen palsu 394dokumen pendukung identitas calon nasabah 397

Indeks 715

dokumen pengangkutan 134dokumen pengangkutan psikotropika 135dokumen perusahaan 376domestic review 82DPD 275, 571DPR 64, 275, 571DPRD 571DPRD kabupaten/kota 275, 572DPRD Provinsi 275due-dilligence 361

Ee-commerce 10efek 311eksekutif 571eksploitasi bahan tambang 231eksploitasi orang 144eksplorasi 231ekspor-impor 185, 312eksportir 132elektronik 152emiten 174e-money 10energi 236enhanced due diligence 424

FFace to Face 397face-to-face purchases 10fakta material 172faktur pajak 224false identity 62farmasi milik pemerintah 126fasilitas internasional 292fasilitas kredit 157fasilitas publik 292fasilitas rehabilitasi 137FATF 9FBAR, Form TD F 90-22.1 5fee 15fenomena global 3financial crime 13financial institutions 12financial intelligence unit 59, 534Firma 216, 320focal point 61follow the money 17Formulir Pelaporan 323forum bilateral atau multilateral 60forum konsultasi 641foto 477frauds 10front liner 411fund investments 15Fungsi Operasional Polri 469Fungsi Reserse Kriminal Polri 469

GG-10 10gambar 477gambaran semu 173ganti rugi 183, 694gelar akademik 266gempa bumi 206gempa laut 206giro 405good governance 82gratifikasi 104gross domestic product 12gulung tikar 12gunung meletus 206guru besar 281

Hhadiah 111Hak Asasi Manusia 563hak atas tanah 213hak desain industri 254hak eksklusif 255hak paten 255hak-hak tersangka 557HAKI 565hakim 109, 482, 551, 703hakim ketua majelis 59hakim ketua sidang 667, 678Hakim Pidana 680hard disk 605harta benda 558harta kekayaan 4, 58, 96, 201, 309, 393, 482,

551, 705Harta Kekayaan yang belum disita 559hasil analisis 56hasil analisis atau pemeriksaan 57hasil kejahatan 4Hasil Pemeriksaan 470hasil pemungutan suara 271hasil penyidikan 655hasil tindak pidana 56, 96Hawala 6hibah 307high risk 312high risk business 424high risk countries 317, 424high risk customer 317, 393, 424higher tax rates 14Home-grown syndicate 6Hong Kong 6hubungan usaha 391hukum acara pemeriksaan 65hukum Indonesia 98hukum pembuktian 689huruf 478huru-hara 206hypermarket 357

716 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

IIATA 357ibu rumah tangga 319identifikasi Pengguna Jasa 389Identifikasi Polri 476, 562identitas baru 710identitas berupa gelar 267identitas dan dokumen pendukung 308, 390identitas diri 307identitas lengkap 389identitas nasabah 360identitas pelapor 138, 703identitas personal 61identitas wajib pajak 608IFTI 363ijazah 266IMB 61imbalan 156IMF 357importir 132imunitas 706in absentia 684indikasi tindak pidana 612indikator TKM 323industri keuangan 78industri perbankan 11informasi 481informasi palsu 236informasi perkembangan penyelidikan 56Informasi publik 537informasi tambahan 448infrastuktur finansial internasional 3Inggris 8Insider Trading 173instalasi negara 287instansi peminta 56instansi penegak hukum 557Instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan 608integration 16internasionalisasi kejahatan 3international capital flows 13internet 8Interpol 557, 584intersepsi 56intimidasi; 202investasi 14invoices 9IRS 5istilah pencucian uang 7izin keimigrasian 274izin keimigrasian palsu 149izin penangkapan ikan 250izin tertulis 618izin usaha 153, 182

Jjabatan umum 99Jaksa Agung 59, 626

Jaksa Peneliti 473jalan tol 286jangka waktu pemblokiran 552janji 111Japan’s Boryokudan 6jaringan teroris 5jasa konsultasi 615jasa kurir 3jasa transfer 78jatuh tempo 311Jean Claude Juncker 8Jeffrey Robinson 7Josef Stalin 6judex facti 680jumlah nominal dan frekwensi transaksi 392juru bahasa 523, 683

Kkantor bank 159Kantor Pelayanan Pajak 602kantor pengacara 11kantor pos dan telekomunikasi 496kapal karam 206kapal penangkap ikan 248kapal penangkap ikan berbendera asing 250kapal terdampar 206kapten penerbang 124karakteristik 309Karl-Heinz Grasser 8kartel obat terlarang Kolombia 6kartu kredit 402, 429Kas Masuk 354Kas Negara 698kas umum 101kasus peradilan 404kasus posisi 540kawasan hutan 231Kawasan Pabean 185keamanan negara 574kebakaran 206kebenaran identitas calon nasabah 397kebenaran material 173kebiasaan pola transaksi 309kebijakan dan prosedur tertulis 408kebijakan ekonomi 13kebijakan Pemerintah 287kecanggihan sistem informasi 404kecelakaan kereta api 206Kedokteran Foreksik 476, 562kegiatan administratif 57kegiatan bisnis yang sah 16kejahatan finansial 5kejahatan terorganisir 4Kejaksaan 136kekayaan material 16kekayaan perusahaan 183kekeliruan/bias dalam penyelidikan 476kekerasan dalam rumah tangga 266kekuatan ekonomi 14kekuatan hukum tetap 136, 477, 503, 573

Indeks 717

kelalaian dan pelanggaran di bidang kehutanan227

kelangsungan fungsi hutan 232kelangsungan usaha bank 159kelayakan rencana kerja 153kelestarian sumber daya ikan 241kemasan 135Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara 64kepabeanan 97kepala desa 497Kepala Eksekutif 161kepala kejaksaan tinggi 59Kepala Kepolisian Negara RI 59Kepala Kesatuan 496, 571kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana

697Kepala PPATK 355kepemilikan 153kepemilikan pihak asing 184kepentingan bank 80kepentingan kekeluargaan 526kepentingan pekerjaan 526kepentingan pendidikan dan pelatihan 580kepentingan penelitian dan pendidikan 255kepentingan penerimaan negara 626kepentingan umum 107, 506kepercayaan pasar 14Kepolisian Negara RI 84kerahasiaan 703kerahasiaan Informasi 540kerahasiaan transaksi keuangan 554kerahasiaan transaksi keuangan lain 620kerajinan 210kerja sama formal 58kerja sama internasional 58kerja sama nasional 58kertas dagang 157kerugian harta benda 283kerugian keuangan negara 98, 186kerugian negara 541, 608kesehatan manusia 244keselamatan negara dalam keadaan perang 102kesenian 210kesinambungan pembangunan 14kesinambungan pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi 14kesusastraan 210ketentuan rahasia bank 8, 15, 379Ketentuan Umum 360keterangan ahli 478, 518, 678keterangan palsu 152, 185keterangan saksi 478keterangan terdakwa 478, 684keterangan tersangka 517ketertiban dan ketentraman umum 546ketertiban sidang 682ketua lingkungan 497Ketua Pengadilan Negeri 494, 497, 622ketua pengurus 431Ketua RT 602Ketua RW 602

keuangan negara 98keutuhan zona inti taman nasional 234kewajiban merahasiakan 703kewajiban merahasiakan pihak pelapor 703kewajiban pelaporan transaksi keuangan 17kewarganegaraan 319, 434knowledge sharing 422kode etik 462, 618komisi 156kompensasi pajak 224Komunisme/Marxisme-Leninisme 283konfrontasi 528, 585konsesi 584konstruksi yuridis 646Konsultan Hukum 171kontrak investasi kolektif 165koperasi 154, 320koran 401Korban 271, 709korban jiwa 283korban tindak pidana 148Korea Selatan 78korporasi 9, 116, 558korupsi 97koruptor 9kredit 405kriminalisasi 108kriminalistik 562KTKLN 139KTP 61KUHAP 473kunjungan dokter 525KUPU 376Kustodian 169KYC 79

Llabel psikotropika 135laboratorium 579Laboratorium Forensik 475, 562Laporan 481laporan dan/atau informasi dari masyarakat 56Laporan Hasil Penyelidikan 475, 577laporan kegiatan usaha 273laporan keuangan 190laporan keuangan terkini 435laporan palsu 273Laporan Polisi 481, 554, 631laporan transaksi keuangan mencurigakan 537laporan transaksi keuangan tunai 537larangan perbuatan cabul 220Laundromats 6lawyer 11layering 10, 11, 15legislatif 571Legitimate business conversions 14lembaga ilmu pengetahuan 126lembaga internasional 58lembaga keuangan 553lembaga keuangan multi-lateral 436

718 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

Lembaga Kliring dan Penjaminan 164Lembaga Pembiayaan 374lembaga pemerintah non-kementerian 355lembaga pendidikan 132lembaga pendidikan formal 357Lembaga Pengawas dan Pengatur 308, 705Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian 164lembaga sosial 209likuidasi bank 161liquidity risk 12lisensi 584LKNB 375, 428loopholes 65LPS 158LPSK 277, 710LSM 60, 320Luxembourg 8

Mmahasiswa 319Mahkamah Agung 698majalah 401manajemen risiko 427Manajer Investasi 166manipulasi pasar 172manual 152martabat palsu 209Masa Pajak 224maskapai penerbangan 357masyarakat sipil 542mata pencarian 209mata uang asing 311, 363, 448McDowell & Gary Novis 12media cetak ilmiah farmasi 136media cetak ilmiah kedokteran 136media e-learning 411media massa 400melawan hukum 115, 174memakai nama palsu 209membahayakan keamanan 102membahayakan keamanan penerbangan 199membahayakan kesehatan umum atau nyawa

orang lain 236membahayakan keselamatan pesawat udara 199membakar hutan 231membawa ke luar negeri 96membayarkan 96membelanjakan 96memberi keterangan di bawah sumpah 672memberi keterangan yang tidak benar 105memberikan keterangan secara bebas 523memberikan keterangan tanpa sumpah 672membongkar barang impor 186membuat terang suatu perkara pidana 677memperkaya diri sendiri atau orang lain 98mempersulit penyidikan tindak pidana 226memungut hasil hutan 231menempatkan 96menerima pembayaran dengan potongan 101mengakhiri pemblokiran demi hukum 552

mengalihkan 96menggunakan narkotika 122menghibahkan 96menghimpun dana dari masyarakat 153menguasai pengendalian pesawat udara dalam

penerbangan 199mengubah bentuk 96menguntungkan diri sendiri atau orang lain 209menitipkan 96menjunjung tinggi hukum 480Menteri Dalam Negeri 572Menteri Keuanga 430, 599mentransfer 96mentransito narkotika 118menukarkan dengan mata uang 96menyamarkan 14menyembunyika 14, 96menyembunyikan informasi 297menyembunyikan pelaku tindak pidana 297menyerang kehormatan kesusilaan 220merampas kemerdekaan seseorang 199merek 216merekam pembicaraan 555merugikan orang yang berhak 103Michel Camdessus 12mikroorganisme 201militer 287misallocation of resources 13mitra kerja di luar negeri 56MLA 78modal ventura 429modus operandi 608money demand 13money laundering 6money remittances 79MoU 60MPR 571Mutual Evaluation 64

Nnakhoda 124nama fiktif 397nama panggilan/alias 319narkotik Golongan I 114narkotika 3, 97narkotika Golongan II 114narkotika Golongan III 118nasabah 9Ne bis en Idem 545negara pengekspor psikoterapika 135negara tujuan ekspor 134Negatief Wettelijk Stelsel 664New York 6NIK 62nilai tukar 13, 316, 354NKRI 286nomor telepon 434Nota Perhitungan 610Notaris 171NPO 81

Indeks 719

NPWP 222, 319, 435NPWP 319NPWP 435

Oobat-obat terlarang 3objek penelitian 279Oditur Militer 542Oditur Militer Tinggi 542offshore conversions 14offshore financial centre 312on-line banking 10online base 411online system 4open computer networks 10Operation Green Ice 4operator kapal perikanan 240operator telekomunikasi 357orang asing 149organisasi internasional 296organisasi keagamaan 81organisasi masyarakat 81organisasi sosial 81organized crime 8over payment 402

PP-18 646, 647P-19 646P-21 646, 649P-22 652pabrik obat tertentu 126pailit 494pakaian jabatan palsu 207Palermo Convention 77Pancasila 286panitera 695Partai Politik 320partially comply 65Pasar Modal 97, 163, 373, 424paspor 62, 141, 434pass-by 312payung hukum 5PBB 357pedagang besar farmasi 126pegawai bank 154, 408Pegawai Bapepam 181pegawai LPS 161pegawai negeri 99pejabat atau pegawai PPATK 298, 703Pejabat Bea dan Cukai 185, 365pejabat polisi negara 473pejabat rumah tahanan negara 526pejabat setingkat di bawah direksi 431pejabat struktural 496, 571pekarangan tertutup 207pelajar 319pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan

471

pelaku pencucian uang 409pelaku tindak pidana 58, 699pelapor 706pelatihan secara berkesinambungan 455pelayanan kesehatan 126pelayanan nasabah 455pelelangan barang bukti 504pelindungan 706pelindungan khusus 707pemaksaan kehendak 276pemalsuan buku-buku 99pemalsuan dokumen 183pemalsuan uang 97pemantauan rekening 425pemantauan transaksi pengguna jasa 389pemasukan rumah 471pembatalan pendaftaran 373pembatalan persetujuan 373pembawaan uang tunai 366pembayaran 307pembekuan kegiatan usaha tertentu 372pembelian mata uang asing 311pemberhentian pengurus bank 372pemberi kerja orang perseorangan 143pemberian keterangan palsu 236pemberian keterangan tanpa tatap muka di

persidangan 708Pemberitahuan Pabean 188pemberontakan 206pembiayaan konsumen 428Pembinaan dan Pengawasan Bank 155pemblokiran harta kekayaan 551, 565pembubaran dan/atau pelarangan korporasi 692pembudidayaan ikan 239, 241pembukaan rekening 62pembukaan segel 186pembuktian terbalik 686pembungkus palsu 216pembunuhan berencana 291pemegang konosemen 212Pemegang Kuasa 321Pemegang Paten 255Pemegang Rekening Perusahaan 319Pemegang Saham Mayoritas 320pemerasan 6, 100pemeriksaan 105pemeriksaan administrasi 100pemeriksaan bukti permulaan 600pemeriksaan di tempat kejadian 471pemeriksaan kesehatan dan psikologi 141pemeriksaan pajak 615pemeriksaan perkara 480, 711pemeriksaan saksi 471pemeriksaan surat 471pemeriksaan tersangka 471, 557pemeriksaan/pengolahan TKP 475pemerintah daerah 355pemerintah pusat 355pemidanaan 196pemilik kapal perikanan 240pemilik perusahaan perikanan 240

720 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

pemindahbukuan 307pemusnahan barang bukti 505pemusnahan psikotropika 134pemutusan hubungan kerja 269pemutusan hubungan usaha 392penagihan pajak 615penahanan 471penahanan di kota 510, 576penahanan di rumah 510, 576penahanan rumah 510penahanan rumah tahanan negara 510penambahan data palsu 185penambahan rekening 405penanganan penyidikan perkara 473penangguhan penahanan 526penanggung jawab perusahaan perikanan 240penangkapan 471penangkapan ikan 239penarikan 307penasihat hukum 524, 655, 667penasihat investasi 168penatausahaan dokumen 409Penawaran Umum 176pencabutan izin usaha 373, 692pencantuman label 134pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup 236pencucian uang 3, 96penculikan 97pencuri perhiasan 6pencurian 97pendapat advokat 112penegak hukum 453, 618, 705penegakan hukum 14, 469penelitian berkas perkara 640penelitian dan pengembangan hukum 547penelitian ulang 677penempatan 307penempatan TKI swasta 140penempatan TKI tanpa ijin 144penerima kuasa 413penetapan hakim 509Pengadilan Negeri 58Pengadilan Tingkat Banding 698pengaduan 481pengalihan hak-hak 96pengalihan jenis penahanan 511pengamanan kebijakan penegakan hukum 546pengamanan penerbangan 198pengambilalihan korporasi oleh negara 692pengambilan organ tubuh 279pengangkatan anak 192pengaturan dan pengawasan 81pengawasan bank 377pengawasan kepatuhan 378, 388pengawetan barang bukti 475pengedaran dan penyaluran psikotropika 130pengekslpotasian anak 146pengelola jalan tol 356pengelola jasa perparkiran 357pengelola rumah sakit 357

pengelola supermarket 356pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

126, 580penggelapan 97penggelapan kekayaan asuransi 183penggelapan uang 99penggeledahan 471, 577penggeledahan dan penyitaan 622Pengguna Jasa 308, 704penggunaan tanah negara 103penghentian penyidikan 480, 544, 596pengkinian informasi dan dokumen 445pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi

nasabah 419pengkreditan pajak 224Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak 223pengumuman putusan hakim 692pengurus pabrik obat 123Pengurus Perusahaan 320Pengurusan Jasa Kepabeanan 186Pengusaha Pabrik 189pengusiran 126Penilai 171penindakan dan pemeriksaan 469peningkatan kesadaran hukum masyarakat 546penipuan 97penitipan 307Penjamin Emisi Efek 166penjara seumur hidup 103penjeratan utang 191penodaan agama 547penolakan transaksi 454penterjemah 674pentransferan 307pentrasiran dan penyitaan aset hasil kejahatan

64penukaran 307penundaan transaksi 393, 492, 551penuntut umum 472, 551, 565, 703penuntutan 105, 225penurunan tingkat kesehatan Bank 372penyadapan 555penyadapan atas informasi elektronik 56penyalahgunaan kekuasaan 100, 146penyedia jasa keuangan 17, 57, 309, 460. 704penyedia tenaga listrik 357penyekapan 191penyelenggara negara 101, 541penyelesaian dan penyerahan berkas perkara 469Penyelidik 474, 548penyelidikan 225, 469penyelidikan umum 231penyelundupan imigran 97, 149penyelundupan tenaga kerja 97penyempurnaan materi dan metode pelatihan 413Penyerahan Berkas Perkara Tahap Kedua 650penyetoran 307penyiaran kabar bohong 215penyidik 57, 470, 565, 703Penyidik Bea dan Cukai 627Penyidik BNN 560, 579

Indeks 721

Penyidik Kejaksaan 546Penyidik KPK 547Penyidik Pembantu 494Penyidik PPNS 124penyidikan 57, 105, 225penyidikan dihentikan demi hukum 472Penyidikan Tahap Kedua 477penyitaan barang bukti di luar negeri 557, 584penyitaan benda 471penyuapan 97PEP 409perairan Indonesia 253perampasan aset korporasi untuk negara 692perampasan barang-barang yang telah disita 685perampasan narkotika 124Perancis 6Perantara Pedagang Efek 166Peraturan Bank Indonesia 79, 375Peraturan Kepala PPATK 388Peraturan Menteri 142Peraturan Menteri Keuangan 375, 600peraturan pelaksanaan 180, 440peraturan perbankan 11peraturan perundang-undangan 3, 64, 308, 444,

707perbankan 97Perbankan Syariah 372perbuatan cabul 195perbuatan curang 102, 214percobaan perbantuan 106perdagangan orang 97, 195perdagangan senjata gelap 97perdagangan wanita dan anak laki laki 143peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika 561peredaran psikotropika 135perekonomian dunia 17perekonomian internasional 17perekonomian negara 98perekrutan calon TKI 140perforasi 478perguruan tinggi 319perilaku nasabah 313perintah palsu 207perintah penangkapan 507peristiwa pidana 481perjanjian kerja 141perjanjian penempatan kerja 141perjudian 6, 97, 218perkara ditutup demi hukum 655perkembangan hukum acara pidana 640perkembangan kasus 710perkosaan 676perkumpulan 186, 438Pelindungan Khusus 707Perlindungan Saksi dan/atau Korban 276perlindungan terhadap anak 284permintaan informasi 59permintaan keterangan 554, 536permodalan 153permufakatan jahat 106, 195, 692

Pernyataan Pendaftaran 177perserikatan 154Perseroan Terbatas 154, 320persetujuan tertulis dari Presiden 571Personil Pengendali Korporasi 692persyaratan dan tata cara perizinan bank 153persyaratan farmakope Indonesia 130Pertambangan Panas Bumi 275pertukaran informasi intelijen di bidang

keuangan 61perusahaan efek 163perusahaan pengangkutan ekspor 133Perusahaan Perasuransian 374perusahaan perjudian 219Perusahaan Publik 174perwakilan negara asing 357perzinahan 676pesawat udara 198peserta penjaminan 158peta 477petugas bea dan cukai 3petunjuk 478pidana denda 139pidana mati 99pidana penjara 96Pidana pokok 204, 693pidana tambahan 147pihak berwenang 401Pihak Pelapor 308, 389, 482, 551, 565Pihak Pelapor dan pelapor 703Pihak Terafiliasi 154Pimpinan Bank Indonesia 153pita cukai 190, 277PJK 16placement 15plasma nutfah 245pola transaksi 393polis asuransi 177, 311Polisi Militer 542politically exposed person 424politik 9POLRI 102PPATK 57, 102, 309, 388, 453, 554, 704PPNS 469PPT 399prapenuntutan 640prasarana dan sarana perlindungan hutan 230predicate offense 425Premi Penjaminan 160Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 64Prinsip Mengenal Nasabah 441Prinsip Mengenali Pengguna Jasa 309, 388prinsip resiprositas 59profesi 266Profesi Penunjang Pasar Modal 171profil 309program asuransi 141Program Asuransi Sosial 182program outreach 82program pelatihan 428prosedur pembuktian identitas nasabah 391

722 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

prostitusi 6, 97, 220psikotropika 3, 97pungutan negara 185puskesmas 131putusan hakim 111putusan pengadilan 504, 710putusan perkara 109PVA 315, 375, 444

Rradioaktif 201radiologi 201rahasia bank 554, 620rahasia perusahaan 15rancangan 477rangkaian kebohongan 209rawa 253RB-2 651, 653real estate 14real time 4red flag 407, 453register pengawasan dan pengamatan 695rekayasa genetika 243rekening anonim 397rekening bank 5, 15, 316rekening joint account 405Rekening Kepesertaan 338rekening koran 360, 645rekening perusahaan 15rekening pribadi 15rekomendasi FATF 398rekonsiliasi dan verifikasi 160rekonstruksi 528, 585Reksa Dana 165reporting parties 65resep dokter 131Revised 40+9 FATF Recommendation 64rezim anti pencucian uang dan pendanaan

terorisme 60Risk Based Approached 396rohaniwan 527RP-12 652, 653RTGS 80ruang lingkup pemeriksaan 656ruang sidang 682rumah penyimpanan benda sitaan negara 503rumah sakit pemerintah 131rumusan delik 65RUTAN 576RUU Transfer Dana 80

Ssabotase 287saham 14saksi 528, 598, 668, 703saksi bisu 674saksi yang netral 602saksi yang tidak memenuhi ketentuan 106

saksi-saksi a decharge 676salinan berita acara penundaan transaksi 394salinan berita acara penyitaan 559salinan dokumen 392sanksi administratif 183, 184, 362, 371, 626sanksi pidana 107sanksi sengaja membocorkan rahasia 706sasaran penggeledahan 577sasaran penyelidikan 474satuan pendidikan 266sehat jasmani dan rohani 141Sekretariat Negara 84sektor swasta 12semanda 671senjata api 200senjata biologis 201senjata kimia 201senjata pemukul 196senjata penikam 196senjata penusuk 196sertifikat deposito 166, 177sertifikat hasil penghitungan suara 271sertifikat kompetensi 266sertifikat tanah 61sewa guna usaha 429shell company 16SIAK 63Sicily’s Mafia 6sidang pengadilan 105, 469, 578, 703, 709sidik jari 474, 570SIKPI 249SIM 61, 434simbol 478simpanan wajib 153Single Customer Identification File 403, 404Single Identity Number 61SIP 140SIPPTKI 270sistem dan institusi keuangan 14sistem jaminan mutu 246sistem keuangan 16sistem keuangan internasional 17sistem kliring nasional 80sistem pencatatan 417Sistem Peradilan Pidana Terpadu 469sistem perbankan 11Sistem Resi Gudang 268SLTP 141smurfing 311SPBU 357SPDP 472special body FATF 60Special Recommendation 79sperma 501spesimen tanda tangan 434SPPT 222SR 6 79SR 7 79stabilitas sistem perbankan 499standar internasional 65Standar Prosedur Operasi 537

Indeks 723

standby L/C 402starburst 5structuring 311struktur kepemilikan 414suaka perikanan 252suap 104suara 477suku bunga 13sumbangan 307sumber dana 307sumber daya dan dana 17sumber informasi 537SUN 288sungai 253surat 478surat berharga 96, 99surat bodemerij 211Surat Dakwaan 656Surat Edaran Bank Indonesia 79surat izin praktik 267Surat Keterangan Dokter 576surat keterangan domisili 435surat ketetapan pajak 610Surat Ketetapan Pencabutan Penghentian

Penyidikan 597surat panggilan 204, 512, 571Surat Panggilan I 606Surat Panggilan II 607surat pelimpahan perkara 662surat penetapan majelis hakim 554surat penunjukan sebagai penuntut umum 554surat perintah penangkapan 507Surat Perintah Penyidik 576Surat Perintah Penyidikan 473, 554Surat Perintah Penyidikan Lanjutan 597Surat Perintah Penyitaan 496Surat Perintah/Permintaan Penundaan Transaksi

551Surat Perjalanan Republik Indonesia 151Surat Permintaan Bantuan Tenaga Ahli 606surat permohonan cerai 217surat permohonan pailit 217surat persetujuan ekspor 131surat persetujuan impor 131surat promes 157surat tanda penerimaan 496surat tanda registrasi dokter 267surat wasiat 209surveilance 563susunan organisasi dan kepengurusan 153Swiss 9syahbandar 251syarat dan tata cara pengambilan dan pengujian

sampel 579syarat formil 657

Ttabungan 405Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil 272tagihan tersangka 495

Tahap Inventarisasi 532Tahap Pengkajian 535Tahap Seleksi 534tahun fiskal 159taman hutan raya 235taman wisata alam 235tanda 478tape backup 605tatap muka satu arah 411tax evasion 8tax reforms 8teguran tertulis 372tehnik wawancara yang benar 476tembusan berita acara pelaksanaan putusan

pengadil 695tembusan surat perintah penahanan 509tempat khusus 277tempat penimbunan sementara 186tenaga ahli 570, 598tenaga kerja asing 143tenggang waktu penyanderaan 668terdakwa 483, 682terdakwa bisu 523teror 197teroris perseorangan 98terorisme 97, 197, 291tersangka 483, 598tertangkap tangan 207, 481, 574, 628tes asam dioksiribo-nukleat 570tes darah 570tes rambut 570tes urine 570The Egmont Group 61the Forty Recommendations 9tim likuidasi 161Tim Pemeriksa Bukti Permulaan 602tindak pidana 12tindak pidana asal 469tindak pidana di bidang perpajakan 227, 598tindak pidana korupsi 547tindak pidana pencucian uang 56, 376, 388, 469,

703, 707tindak pidana pendanaan terorisme 388tindak pidana yang disangkakan 483tindakan makar 290tindakan pemutusan hubungan usaha 309tingkat kesehatan bank 159tipologi atau modus operandi 15tipologi pencucian uang 410tipu musliha 209, 285TNI 102, 139, 542to wire funds 8tolok ukur kelengkapan materiil 643transaksi 307transaksi efek 173transaksi keuangan 307transaksi keuangan 584transaksi keuangan mencurigakan 308, 388, 704transaksi keuangan tunai 355transaksi keuangan yang tidak wajar 395transaksi perdagangan 584

724 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

transaksi yang tidak rasional 312transfer 15, 78transfer dana antar bank 80transito psikoterapika 135transparansi 82travellers checks 311treaty 78trend dan perkembangan profil risiko produk

perbankan 412trust fund 15tujuan dan alasan permintaan informasi 540tujuan transaksi 307tulisan 477tumbuh-tumbuhan dan satwa liar 232tumpang tindih 16tuntutan pidana 184

Uuang 307uang haram 7uang jasa giro 698uang kertas 217uang muka 157uang rupiah 364uang tambahan 156uang tunai 7, 364UJPU 315UN Convention 76under cover 563underground banking system 6Uni Eropa 8unit kerja khusus 408Unit Usaha Syariah 406universitas 60untuk dan atas nama orang lain 307upah 209uraian singkat perkara kejahatan 507, 554Usaha Dagang 320usaha perasuransian 182utang 102utang pajak 626

Vverifikasi pengguna jasa 389vernietigbaar 659Vienna Convention 77Visa 149, 274visa kerja 141

Wwabah penyakit ikan 252waduk 253wajib pajak 602wakaf 268wali pecandu 122wali pengampu 209walk-in customer 321, 395, 413warga negara asing 126warkat transfer 645Watergate 7wesel 157wilayah negara 106wilayah pabean 365, 380wilayah pengelolaan perikanan 241William C. Gilmore 8Wire Transfer 78workshop 411World Bank 357WTC 5

Yyayasan 154, 320, 438yuridiksi 13Yurisprudensi 675, 680

Zzat 236ZEEI 253

Indeks 725Lampiran

DAFTAR LEMBAGA/ORGANISASI DOMESTIK YANG TELAH MENJALINNOTA KESEPAHAMAN (MoU) DENGAN PPATK

Penandatanganan Nota Kesepahaman No. Nama Lembaga / Organisasi

Tempat Tanggal 1 Bank Indonesia Jakarta 5 Februari 2003 2 Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) Jakarta 20 Oktober 2003

3 Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 2003 4 Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober 2003 5 Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 2003 6 Center For International Forestry

Research (CIFOR) Jakarta 16 Januari 2004

7 Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April 2004 8 Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 2004 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 2004

10 Departemen Kehutanan Jakarta 28 Maret 2005 11 Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta 25 September 2006 12 Itjen Departemen Keuangan Jakarta 12 Januari 2007 13 Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari 2007 14 Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret 2007 15 Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret 2007 16 Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Jakarta 19 April 2007

17 Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 2007 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam Banda Aceh 15 Agustus 2007

19 Universitas Surabaya Jakarta 17 April 2008 20 STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli 2008 21 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September 2008 22 Badan Pengawas Pemilu Badan Jakarta 6 November 2008 23 Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi Jakarta 7 November 2008

24 Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari 2009 25 Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April 2009 26 Universitas Andalas Padang 18 Mei 2009 27 Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni 2009 28 Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni 2009 29 Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni 2009 30 Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus 2009 31 Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November 2009 32 Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 20 November 2009 33 Sekretariat Jenderal Departemen

Keuangan Jakarta 3 Desember 2009

34 Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember 2009 35 Universitas Jember Jakarta 7 Desember 2009 36 Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Jakarta 17 April 2010 37 Universitas Padjadjaran Bandung 22 Juni 2010 38 Direktorat Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli 2010 39 Universitas Mataram Mataram 27 Juli 2010 40 Universitas Syiah Kuala NAD 8 Oktober 2010

726 Ikhtisar Ketentuan AML & CFT

No. Countries (FI

1 Thailand 2 Malaysia 3 Korea 4 Australia 5 Philippines 6 Romania

7 Belgium

8 Italy 9 Poland

10 Spain

11 Peru

12 China 13 Mexico

14 Canada

15 Myanmar

16 South Africa

17 Cayman Island

18 Japan

19 Bermuda 20 Mauritius 21 New Zealand

22 Turkey

23 Finland 24 Georgia 25 Croatia 26 Moldova

27 United States of A

28 Brunei Darussalam

DAFTAR FIU YANG TELAH MEMILIKI MoU DENGAN PPATK

IKH

TIS

AR

K

ETE

NTU

AN

IKHTISAR KETENTUAN

PENCUCIAN UANG

PE

NC

UC

IAN

UA

NG

TINDAK PIDANA

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Dengan sistematisasi materi berdasarkan urutan proses pelaksanaan masing-masing tugas dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada, buku ikhtisar ini diharapkan dapat menjadi semacam “manual book” yang memuat rujukan normatif dan praktis bagi para pemangku kepentingan baik di sektor keuangan (financial sector) maupun di sektor penegak hukum (law enforcement sector) dalam melaksanakan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia.

Saya berharap, penyusunan Ikhtisar Ketentuan ini juga dapat memacu Kepolisian untuk melanjutkan dan/atau memutakhirkan proses pendokumentasian ketentuan-ketentuan di bidang anti pencucian uang dan pendanaan terorisme yang sangat dibutuhkan oleh Kepolisian dalam pelaksanaan tugas yang semakin berat, kompleks serta menuntut profesionalisme yang tinggi.

Kompilasi dan sistematisasi informasi mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas kejaksaan khususnya di bidang penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme mengingat masih banyak pemangku kepentingan (stakeholder) yang tidak menguasai berbagai peraturan perundang-undangan maupun ketentuan teknis tersebut secara utuh sekaligus praktis dalam pengunaannya.

Buku ini diyakini akan sangat membantu meningkatkan pemahaman Penyedia Jasa Keuangan khususnya industri perbankan dalam upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme. Buku ini menyajikan referensi yang akurat dan komprehensif mengenai ketentuan-ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan Pendanaan Terorisme yang sangat diperlukan oleh industri perbankan.

Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang

YUNUS HUSEINKepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Bambang Hendarso DanuriKepala Kepolisian Negara RI (periode 2008-2010)

Hendarman SupandjiJaksa Agung RI (periode 2007-2010)

DARMIN NASUTIONGubernur Bank Indonesia

Setiabudi Building 2; 2nd floor, Suite 207DH.R. Rasuna Said Kav 62, Jakarta 12920Phone: [62-21] 5290 6813 | Fax: [62-21] 5290 6824www.nlrp.org

34608100147