EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN KECURANGAN...
Transcript of EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN KECURANGAN...
EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN
KECURANGAN PAJAK (TAX EVASION)
YESI MUTIA BASRI Universitas Riau
ABSTRACT
The objective of the study therefore is to examine the relationship between money ethics and tax evasion as well as investigating the moderating effect of religiosity (intrinsic and extrinsic) and gender on this relationship. The results of the hierarchical regression analyses showed that money ethics was related to tax evasion. Additionally, intrinsic religiosity was also found to moderate the relationship between money ethics and tax evasion. However, the result indicated that extrinsic religiosity was not a moderator in this relationship. Gender was also moderate the relationship money ethic and tax evasion. Keyworld: money ethisc, tax evasion, intrinsic religiosity, Extrinsik
religiosity, gender
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
1 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai kasus kecurangan pajak yang terjadi di Indonesia seperti kasus
kecurangan pajak yang dilakukan oleh petugas pajak Gayus Tambunan serta Dana
Widyatmika telah menarik perhatian peneliti untuk meneliti mengenai penyebab
terjadinya kecurangan pajak. Berbagai teori telah dikemukakan untuk merespon
kejahatan pajak. Pendekatan ekonomi klasik menyatakan bahwa pemeriksaan pajak,
sanksi dan denda yang berat muncul sebagai strategi yang paling ampuh untuk
memerangi kejahatan pajak (Allingham & Sandmo, 1972). Wajib Pajak berperilaku
sebagai agen rasional yaitu keputusan untuk melakukan kecurangan pajak tergantung
pada besarnya risiko yang dihadapi. Selain pendekatan ekonomi klasik faktor psikologi
juga mendorong terjadinya perilaku kecurangan pajak. Etika dan perilaku seseorang
akan mendorong individu untuk membayar pajak atau malah bersikap negatif dengan
melakukan kecurangan pajak (Kirchler et al., 2008)
Tang (2002) melaporkan bahwa etika uang (money ethisc) atau cinta uang
seseorang memiliki pengaruh yang signifikan dan langsung pada perilaku yang tidak
etis . Ini berarti bahwa orang-orang dengan perilaku etika uang yang tinggi (cinta uang)
yang menempatkan kepentingan yang besar pada uang akan kurang etis dan sensitif
daripada orang dengan etika uang yang rendah. Dalam sebuah studi oleh Mitchell dan
Mickel (1999) , uang berhubungan dengan kepribadian individu dan merupakan
variabel sikap . Selain itu, beberapa peneliti juga mengusulkan bahwa cinta uang adalah
akar dari segala kejahatan (Tang & Chiu , 2003; Vitell , Paolillo & Singh , 2006; Vitell ,
Singh & Paolillo , 2007) .
Etika Uang (money Ethic) juga ditemukan secara langsung berkaitan dengan
perilaku yang tidak etis dan tidak langsung terkait dengan perilaku tidak etis melalui
kepuasan terhadap gaji. Hal ini disimpulkan dari Tang dan Chiu (2003) yang
melakukan penelitian pada karyawan profesional Hongkong . Dalam studi lain Tang
(2007) menguji hubungan antara etika uang (money ethic) dan perilaku yang tidak etis
di tiga tingkat pembangunan ekonomi . Hasil temuan menunjukkan bahwa bagi manajer
penuh waktu, etika uang secara signifikan berhubungan dengan perilaku yang tidak etis
untuk kelompok GDP tinggi dan kelompok PDB rata-rata tetapi tidak untuk Kelompok
GDP rendah. Kesimpulannya adalah bahwa etika uang secara positif berhubungan
dengan perilaku yang tidak etis untuk semua kelompok PDB . Dengan demikian , etika
uang (money ethic) akan terkait dengan perilaku yang tidak etis , pada umumnya .
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
2 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Lau, Choe & Tan (2013) melakukan pengujian pengaruh etika uang (money
ethics) terhadap perilaku kecurangan pajak (tax evasion) pada mahasiswa bisnis pada
Universitas swasta di Malaysia. Hasil penelitiannya menunjukkan etika uang
berhubungan positif dengan kecurangan pajak. Hasil penelitian juga menunjukkan
religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak, namun
religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh etika uang (money ethic)
terhadap kecurangan pajak (tax evasion) dengan menggunakan religiusitas dan gender
sebagai variabel moderasi. Studi terdahulu Lau, Choe dan Tan (2013) hanya menguji
religiusitas sebagai variabel yang ikut mempengaruhi hubungan etika uang (money
ethic) dengan kecurangan pajak (tax evasion). Tang et al (2002) menemukan bahwa
perbedaan gender menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap sikap cinta uang.
Hasil penelitian Tang (2002) menunjukkan bahwa laki-laki lebih mementingkan uang
dibandingkan perempuan. Penelitian ini juga memisahkan efek religiusitas intrinsik dan
ekstrinsik untuk memperjelas hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan
pajak (tax evasion).
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Tax Evasion (kecurangan pajak)
Penelitian tentang kecurangan pajak dari perspektif filosofis dimulai dari Crowe (
1944) dan kemudian ditinjau kembali dan diperluas oleh McGee (2006) . Pada dasarnya
ada tiga pandangan mendasar pada kecurangan pajak. Pandangan pertama menyatakan
bahwa kecurangan pajak tidak etis setiap saat . Dasar di balik keyakinan ini adalah
bahwa semua orang memiliki tanggung jawab kepada pemerintah untuk membayar
pajak yang ditetapkan oleh pemerintah (Cohn, 1998 ; Smith & Kimball, 1998 ; Tamari,
1998) . Perspektif ini adalah lazim di negara-negara dengan keyakinan yang kuat dari
sesuai dengan aturan mayoritas. Selanjutnya seperti yang dinyatakan oleh Cohn (1998)
dan Tamari (1998), warga berkewajiban untuk anggota lain dari masyarakat dan karena
itu harus memberikan kontribusi untuk membayar jasa yang pemerintah menyediakan
dan bukan hanya menjadi freeloaders . Terakhir, ada alasan bahwa seseorang berutang
kewajiban kepada Allah untuk membayar pajak (Smith & Kimball , 1998) sesuai
dengan perintah Allah . akhir ini perspektif dipegang kuat oleh orang-orang yang
percaya pada Tuhan dan tidak dipatuhi oleh ateis .
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
3 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Pandangan kedua pada kecurangan pajak dikenal sebagai pandangan anarkis
(Block,1989;1993) yang menyatakan bahwa individu tidak berkewajiban untuk
membayar pajak karena sebagian besar pemerintah adalah tidak sah tanpa kekuatan
moral untuk mengambil apa pun dari siapa pun. Perspektif ketiga pada etika kecurangan
pajak mengambil sikap yang lebih netral di mana mungkin sah dan karena itu etika
dalam beberapa keadaan , tetapi mungkin tidak berlaku dalam keadaan lain, pendukung
pandangan ini adalah peneliti seperti McGee ( 1998a , 1999a , 2005) .
Kecurangan pajak juga telah dipelajari dari sudut pandang berbagai negara serta
demografi dan agama . Salah satu studi baru-baru melihat kecurangan pajak dari
perspektif teologi siswa bisnis di Armenia (McGee & Marajyan, 2006) . Mereka
menemukan hasil yang agak mengejutkan di mana mahasiswa bisnis menentang
penghindaran pajak lebih kuat dibandingkan dengan mahasiswa teologi . Alasan di balik
ini menunjukkan bahwa kecurangan pajak dapat dibenarkan dalam dua situasi : pertama
ketika individu percaya bahwa pemerintah tidak melakukan apa pun untuk mendukung
pengumpulan pajak dari mereka, dan kedua ketika mekanisme pemungutan pajak tidak
bekerja dengan baik .
Dalam penelitian lain, McGee dan Bernal (2006) mempelajari pendapat
mahasiswa ekonomi di Polandia dan hasil temuan mereka menunjukkan bahwa ketika
sistem pajak dianggap tidak adil atau pemerintah dianggap korup, kecurangan pajak
dibenarkan. Kemudian McGee et.al (2008) melakukan studi banding di AS dan Hong
Kong dan menemukan bahwa siswa terlepas dari mana siswa berasal, mereka tidak
menganggap kecurangan pajak untuk menjadi etis . Namun demikian , di bawah kondisi
tertentu seperti ketika pemerintah korup atau ketika sistem pajak yang membedakan ,
pajak penghindaran tampaknya diterima secara etis . Dalam studi lain oleh McGee dan
Gupta (2008) pada 620 akuntansi, bisnis, ekonomi dan hukum siswa di Selandia Baru ,
mereka menemukan bahwa pembayaran pajak dianggap kewajiban tetapi siswa juga
percaya bahwa hal itu tidak mutlak .
Dari perspektif agama survei McGee (1998b) pada sudut pandang Kristen
menemukan bahwa mereka percaya kecurangan pajak menjadi tidak bermoral dalam
setiap peristiwa dan situasi apa pun . Namun, ini bukan pendapat mutlak dimiliki oleh
semua . Oleh karena itu, tidak ada satu koheren dan pendapat tunggal dalam hal ini .
Dari perspektif Yahudi ( McGee & Cohn, 2008) berpendapat bahwa kecurangan pajak
dianggap selalu tidak etis . Ini adalah pandangan absolut . Murtuza dan Ghanzanfar
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
4 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
(1998) membahas etika kecurangan pajak dari perspektif Islam dan studi mereka lebih
lanjut berkomentar oleh McGee ( 1999b ) .
2.2. Etika Uang (Money Ethics)
Tang (1992) memperkenalkan konsep cinta uang yang mengukur perasaan
subjektif seseorang tentang uang. etika uang yang tinggi disebut juga dengan cinta uang
yaitu seseorang yang menempatkan kepentingan yang besar pada uang dan menganggap
uang adalh segal-galanya dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki etika uang yang
tinggi akan kurang etis dan sensitif daripada orang dengan etika uang yang rendah.
Penelitian menunjukkan bahwa cinta uang terkait dengan beberapa perilaku
organisasi yang diinginkan seperti tingkat kepuasan kerja yang tinggi, tingkat
pergantian karyawan yang rendah maupun perilaku organisasi yang tidak diinginkan
seperti tindakan kecurangan akuntansi dan lain-lain.
Tang et al., (2000) menemukan bahwa kesehatan mental seorang profesional
dengan tingkat cinta uang terendah memiliki kepuasan kerja yang rendah. Tang dan
Chiu (2003) berteori bahwa cinta uang sangat terkait dengan konsep "ketamakan."
Mereka menemukan bahwa karyawan Hong Kong dengan tingkat cinta uang yang lebih
tinggi kurang puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka.
Chen dan Tang (2006) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan
perilaku yang tidak etis. Bahkan, Tang dan Chiu (2003) juga menemukan hubungan
yang langsung antara cinta uang dan perilaku tidak etis di antara karyawan Hong Kong.
2.3. Gender
Tang et al., (2000) menemukan bahwa karyawan laki-laki lebih mementingkan
uang dibandingkan perempuan. Beberapa penelitian menemukan bahwa perempuan
lebih memiliki sikap etis dibandingkan dengan pria. Namun, beberapa studi lain
mengemukakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap etik yang dimiliki oleh
perempuan dan laki-laki.
Dalam sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stoneback (2004) menganalisis respon
siswa dari delapan negara yang berbeda, termasuk Kanada dan China, untuk pertanyaan
tentang tindakan kemungkinan mereka untuk suatu dilema etis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di Ukraina siswa laki-laki akuntansi memiliki tingkat etika yang
lebih tinggi dibandingkan mahasiswa akuntansi perempuan. Di Cina mahasiswa
akuntansi perempuan memiliki tingkat etika yang lebih tinggi daripada rekan-rekan pria
mereka. Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan dengan negara lain: Amerika
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
5 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Serikat, Australia, Filipina, Jerman, Kanada dan Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa
jenis kelamin berpengaruh pada etika.
Berdasarkan Coate dan Frey (2000), terdapat dua pendekatan yang biasa
digunakan untuk memberikan pendapat mengenai pengaruh gender terhadap perilaku
etis maupun persepsi individu terhadap perilaku tidak etis, yaitu pendekatan struktural
dan pendekatan sosialisasi. Pendekatan struktural, menyatakan bahwa perbedaan antara
pria dan wanita disebabkan oleh sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan-
kebutuhan peran lainnya. Sosialisasi awal dipengaruhi oleh reward dan insentif yang
diberikan kepada individu di dalam suatu profesi. Karena sifat dan pekerjaan
yangsedang dijalani membentuk perilaku melalui sistem reward dan insentif, maka pria
dan wanita akan merespon dan mengembangkan nilai etis dan moral secara sama
dilingkungan pekerjaan yang sama. Dengan kata lain, pendekatan struktural
memprediksi bahwa baik pria maupun wanita di dalam profesi tersebut akan memiliki
perilaku etis yang sama.
Berbeda dengan pendekatan struktural, pendekatan sosialisasi gender
menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai dan yang berbeda ke
dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan belajar. Perbedaan
nilai dan sifat berdasarkan gender ini akan mempengaruhi pria dan wanita dalam
membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan
dan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena mereka memandang
pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan. Berkebalikan dengan pria yang
mementingkan kesuksesan akhir atau relative performance, para wanita lebih
mementingkan self-performance. Wanita akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan
tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh
terhadap peraturan yang ada dan mereka akan lebih kritis terhadap orang-orang yang
melanggar peraturan tersebut.
2.4. Religiusitas
Definisi religiusitas seperti yang didefinisikan oleh McDaniel dan Burnett
(1990) adalah kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti
prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan. Religiusitas berebeda dengan
spiritualitas. Spritualitas menyediakan makna, kesatuan, keterkaitan dengan alam,
manusia dan transenden. Sedangkan religiusitas menyediakan ajaran dan narasi yang
mendorong moralitas individu (Emmons, 1999 )
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
6 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Glover (1997) menyatakan bahwa penalaran moral individu akan membentuk
karakter yang ditimbulkan oleh keyakinan pada agama mereka . Allport (1950)
mengemukakan bahwa agama berperan dalam kehidupan individu. Dia percaya bahwa
karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior agama untuk dukungan sosial atau
bahkan kepuasan individu, sedangkan peran intrinsik merupakan jaminan internal yang
kuat untuk agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari seseorang . Oleh karena itu,
religiusitas ekstrinsik adalah sugestif memiliki agama untuk mendukung berbagai
kepentingan seperti kepentingan bisnis. Sedangkan religiusitas intrinsik merupakan
indikasi memiliki komitmen keagamaan, tujuan rohani. Donahue (1985) lebih lanjut
menyatakan bahwa religiusitas intrinsik terkait lebih tinggi dari religiusitas ekstrinsik
dengan komitmen agama .
Keyakinan agama yang kuat diharapkan mencegah perilaku ilegal melalui
perasaan bersalah terutama dalam hal penghindaran pajak (Grasmick, Bursik, &
Cochran, 1991). Grasmick, Kinsey dan Cochran (1991) tidak hanya mengeksplorasi
efek dari kehadiran kecurangan pajak di gereja, tetapi juga mengukur afiliasi sebagai
indeks pentingnya agama. Mereka menemukan bahwa mereka yang tidak berafiliasi
lebih cenderung untuk menipu.
2.5 Etika Uang (Money Ethics) dan Kecurangan pajak (Tax Evasion)
Tang (2002) melaporkan bahwa seseorang dengan etika uang (money etics) yang
tinggi memiliki perilaku cinta uang yang berpengaruh langsung terhadap perilaku yang
tidak etis . Ini berarti bahwa orang-orang dengan perilaku cinta uang yang tinggi akan
menempatkan kepentingan yang besar pada uang akan kurang etis dan sensitif daripada
orang dengan etika uang (money ethics) yang rendah . Dalam sebuah studi oleh
Mitchell dan Mickel (1999) , uang berhubungan dengan kepribadian individu dan
merupakan variabel sikap . Selain itu, beberapa peneliti juga mengusulkan bahwa cinta
uang adalah akar dari segala kejahatan ( Tang & Chiu , 2003; Vitell , Paolillo & Singh ,
2006; Vitell , Singh & Paolillo , 2007) .
Hubungan antara perilaku cinta uang dan persepsi etis telah diteliti lebih lanjut di
beberapa negara. Elias (2010) menguji hubungan sikap cinta uang dikaitkan dengan
persepsi etis. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif sikap cinta uang
dengan etika seseorang . Hal ini didukung oleh Tang dan Chiu (2003) yang memiliki
pendapat bahwa etika uang seseorang memiliki dampak yang signifikan dan langsung
pada perilaku yang tidak etis. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat cinta uang
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
7 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
atau money ehics yang dimiliki seseorang, maka akan semakin rendah persepsi etis yang
dimilikinya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena apabila seseorang
memiliki kecintaan uang yang tinggi, maka ia akan berusaha untuk melakukan segala
cara agar kebutuhannya terpenuhi namun tidak sesuai dengan etika.
Hasil penelitian Lau, Tan & Choe (2013) menunjukkan bahwa etika uang
(money ethics) berhubungan negatif dengan tax evasion. Semakin tinggi etika uang
(money ethics) maka semakin besar kemungkinan individu untuk berperilaku tidak etis
dan melakukan kecurangan pajak. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan
adalah :
H1 : Money ethics berpengaruh negatif terhadap tax evasion
2.6. Money ethic, Religiusitas dan Tax Evasion
Definisi religiusitas seperti yang didefinisikan oleh McDaniel dan Burnett
(1990) adalah kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti
prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan oleh Allah. Allport (1950) mengemukakan
bahwa agama dianggap peran khas dalam kehidupan individu. Dia percaya bahwa
karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior agama untuk dukungan sosial atau
bahkan kepuasan individu, sedangkan peran intrinsik merupakan jaminan internal yang
kuat untuk agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari seseorang. Oleh karena itu,
religiusitas ekstrinsik adalah sugestif memiliki agama untuk alasan sebagai individu
seperti untuk kepentingan bisnis. sedangkan religiusitas intrinsik merupakan indikasi
memiliki komitmen keagamaan dan untuk tujuan rohani (menggunakan iman untuk
mempromosikan kepentingan rakyat dan menemukan cara untuk melayani agama
seseorang).
Agama dipercaya dapat mengontrol perilaku individu dari sikap yang tidak etis.
Seseorang yang memiliki sikap money ethics yang tinggi menunjukkan etika yang
rendah. Money ethics merupakan sikap individu negatif yang lebih mengutamakan
uang. Penelitian menunjukkan bahwa sikap money ethics berakibat pada perilaku seperti
ketidak kepuasan dan kecurangan (Tang,1992). Seseorang dengan money ethics yang
tinggi memiliki tingkat kepuasan yang rendah sehingga perilaku money ethics ini
dikatakan sebagai ketamakan ( Tang & Chiu,2003). Religiusitas dapat mengontrol
perilaku seseorang untuk bertindak lebih etis, terutama religiusitas instrinsik. Seseorang
yang memiliki religiusitas instrinsik yang tinggi mampu mengendalikan perilaku yang
tidak etis termasuk perilaku untuk tidak melakukan kecurangan pajak. Keyakinan
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
8 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
agama yang kuat diharapkan mencegah perilaku ilegal melalui perasaan bersalah
terutama dalam hal penghindaran pajak (Grasmick, Bursik, & Cochran, 1991).
Hasil penelitian Lau, Choe dan Tan (2013) menunjukkan bahwa religiusitas
intrinsik memoderasi hubungan money ethic dengan tax evasion, namun ekstrinsik
religiusitas tidak memoderasi hubungan money ethic dengan tax evasion. Berdasarkan
uraian diatas maka dihipotesiskan :
H2 : Religiusitas instrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)
terhadap kecurangan pajak (tax evasion)
H3 : Religiusitas ekstrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)
dengan kecurangan pajak (tax evasion)
2.7. Etika Uang (Money Ethic), Gender dan Kecurangan Pajak (Tax Evasion)
Salah satu faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku etis seseorang
serta kencendurungan kecintaannya terhadap uang adalah jenis kelamin. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat keyakinan yang lebih
tinggi terhadap etika, sedangkan laki-laki memiliki tingkat keyakinan lebih rendah
terhadap etika. Dengan kata lain, perempuan sering dianggap lebih etis daripada laki-
laki. Salah satu penjelasan yang sering digunakan untuk menjelaskan perbedaan tersebut
adalah sosialisasi laki-laki dan perempuan yang beragam, laki-laki diajarkan untuk
menekankan persaingan sedangkan wanita diajarkan untuk menekankan hubungan
sosial (Beutell & Brenner, 1984).
Berdasarkan Coate dan Frey (2000) Pendekatan struktural menyatakan bahawa
perilaku etis wanita dan pria tidak berbeda. Namun pendekatan sosialisasi gender
menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai dan yang berbeda ke
dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan belajar. Perbedaan
nilai dan sifat berdasarkan gender ini akan mempengaruhi pria dan wanita dalam
membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan
dan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena mereka memandang
pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan. Berkebalikan dengan pria yang
mementingkan kesuksesan akhir atau relative performance, para wanita lebih
mementingkan self-performance. Wanita akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan
tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh
terhadap peraturan yang ada dan mereka akan lebih kritis terhadap orang-orang yang
melanggar peraturan tersebut. pelaksanaan tugas dengan baik dan hubungan kerja yang
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
9 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada dan mereka
akan lebih kritis terhadap orang-orang yang melanggar peraturan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pria memiliki sikap money ethic yang tinggi dan
cendrung melanggar etika, sehingga pria akan memiliki persepsi etika tax evasion yang
lebih rendah dibandingkan pria. Berdasarkan hal diatas maka dihipotesiskan :
H4 : Gender memoderasi pengaruh etika uang (money ethic) terhadap
kecurangan pajak ( tax evasion)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan
yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru Riau . Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 23.682.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
incidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2007).
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner secara
langsung kepada wajib pajak yang menjadi sampel dalam penelitian. Kuisioner
langsung dikumpulkan pada saat itu juga atau kuisioner dijemput kembali sesuai dengan
kesepakatan.
3.3. Pengukuran Variabel
Kecurangan pajak
Kecurangan pajak menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh McGee
(2006). Secara umum terdapat 3 pandangan dasar mengenai etika kecurangan pajak.
Pertama pandangan bahwa kecurangan pajak tidak etis, kedua, kecurangan pajak
kadang-kadang etis dan ketiga, kecurangan pajak etis. Variabel diukur dengan
menggunakan 15 item pertanyaan yang diukur dengkan skala likert dengan poin 1 s/d 5
yaitu sangat tidak setuju s/d sangat setuju. Skor rendah menunjukkan penerimaan tax
evasion dan skor yang tinggi menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tax evasion.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
10 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Etika Uang (Money ethics)
Etika uang (money ethics) maksudnya adalah pandangan seseorang terhadap
uang. Seseorang yang memiliki etika uang ( money ethic) yang tinggi atau disebut juga
dengan cinta uang maka mereka akan meletakkan kepentingan yang lebih tinggi
terhadap uang dan secara etika kurang peka dibandingkan orang yang memiliki money
ethics yang rendah. Etika uang diukur dengan Money Ethic Scale (MES) yang
dikembangkan oleh Tang (1992) digunakan untuk mengukur cinta uang. Skala ini
mengukur makna etis bagaimana seseorang menilai uang. Responden mencatat
kesepakatan mereka atau ketidaksetujuan dengan pernyataan masing- masing pada skala
lima poin, berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skor yang
tinggi menunjukkan kepentinagn uang dalam kehidupan.
Religiusitas
Allport (1950 ) mengemukakan bahwa agama dianggap peran khas dalam
kehidupan individu . Dia percaya bahwa karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior
agama untuk dukungan sosial atau bahkan kepuasan individu, sedangkan peran
intrinsik merupakan jaminan internal yang kuat untuk agama sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari seseorang . Oleh karena itu , religiusitas ekstrinsik adalah sugestif
memiliki agama untuk mendukung kepentingan bisnis atau sebagai cara untuk
berfungsi sebagai individu.
Sedangkan religiusitas intrinsik merupakan indikasi memiliki komitmen
keagamaan dan koneksi untuk lebih , tujuan rohani ( menggunakan iman untuk
mempromosikan kepentingan rakyat dan menemukan cara untuk melayani agama
seseorang ) . Donahue ( 1985) lebih lanjut menyatakan bahwa religiusitas intrinsik
terkait lebih tinggi dari religiusitas ekstrinsik dengan komitmen agama . Untuk
mengukur religiusitas instrinsik dan ekstrinsik menggunakan 6 item pertanyaan yang
mengukur religiusitas intrinsik dan 12 item pertanyaan mengukur religiusitas ekstrinsik.
Instrumen di adipsi dari Alport dan Ross (1967). Pertanyaan diukur dengan skala likert
5 point yaitu 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skor yang tinggi
menunjukkan religiusitas yang tinggi.
Gender
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
11 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Dalam penelitian ini, jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin
dalam penelitian ini hanya digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
berbeda terhadap tingkat etika uang (money ethic) dengan persepsi kecurangan pajak
berdasarkan perbedaan jenis kelamin wajib pajak. Untuk laki-laki diberi kode 1 dan
perempuan diberi kode 0
3.4. Metode analisis
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode analisis regresi sederaha
dan moderate regression analysis (MRA) dengan bantuan program SPSS dengan
persamaan :
Y = a + b1 X1 ...........................................................H1
Y= a +b1X1 +b2X2 + b3X1.X3 +e...........................H2
Y= a +b1X1 +b4X3 + b5X1.X3 +e...........................H3 Y= a +b1X1 +b6X4 + b7X1.X4 +e...........................H4
Keterangan :
Y = Kecurangan pajak
X1 = Etika Uang (Money Ethics)
X2 = Religiusitas Intrinsik
X3 = Religiusitas Extrinsik
X4 = Gender
X1 X2 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas intrinsik
X1 X3 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas extrinsik
X1.X4 = Interaksi Etika uang dan gender
Pengujian menggunakan uji t dengan tingkat kesalahan (α) 5%, dan confidence
interval 95%. Kriteria penolakan hipotesis adalah jika signifikansi t > 5% atau T
statistik kecil dari T table. Sebaliknya jika signifikansi t < 5% atau T statistic lebih besar
dari T table maka hipotesis diterima.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Profile Responden
Kuisioner yang terkumpul adalah sebanyak 48 kuisioner dan seluruhnya dapat
diolah. Profil responden adalah sebagai berikut ( tabel 4.1)
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
12 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Dari 48 responden, sebanyak 26 orang berjenis kelamin laki-laki dan 22 orang
perempuan. Responden yang beragama Katolik sebanyak 2 orang, Protestan 1 orang,
Budha 3 orang dan Islam 42 Orang. Responden yang berumur < 25 tahun sebanyak 8
orang dan berumur ≥ 25 tahun sebanyak 40 orang.
4.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. Money Ethic memiliki nilai rata-
rata 48 dengan nilai minimum 30 dan maksimum 64 dengan standar deviasi 9.8.
Religiusitas instrinsik memiliki rata-rata 27 dengan nilai minimum 14 dan maksimum
38 dengan standar deviasi 7. Religiusitas ekstrinsik memiliki rata-rata 38 dengan nilai
minimum 25 dan maksimum 75 dengan standar deviasi 13. Etika Tax evasion
memiliki rata-rata 49 dengan nilai minimum 15 dan maksimum 75 dengan standar
deviasi 13.
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas dengan menggunakan peorson correlation menunjukkan beberapa
item memiliki nilai yang tidak valid dan dikeluarkan dari analisis. Hasil korelasi
peorson dapat dilihat pada tabel 4.3 Sedangkan Uji reliabilitas reliabilitas
menunjukkan nilai cronbach alpha > dari 0.7 yang menunjukkan reliabilitas bai (Tabel
4.4)
4.4. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil Pengujian Hipotesis 1
H1 : Etika uang (money ethics) berpengaruh negatif terhadap kecurangan
pajak ( tax evasion)
Hasil pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.5 niali t statistik -4.920 >
titik kritis 1,64 (1 tailed) dengan signifikansi 0.000 yang berarti hipotesis diterima. Hasil
analisis membuktikan bahwa etika uang memiliki pengaruh terhadap kecurangan pajak.
Nilai korelasi adalah -0.5 yang menunjukkan hubungan yang negatif yaitu makin tinggi
etika uang menunjukkan tingkat cinta uang yang tinggi maka etika makin rendah. Hasil
penelitian konsisten dengan Lau, Choe dan Tan (2013) yang menunjukkan nahwa
seseorang yang memiliki etika uang yang tinggi memandang kecurangan pajak adalah
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
13 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
etis sehingga akan meningkatkan kecurangan pajak. Hasil penelitian ini juga
menudukung penelitian sebelumnya Tang & Chiu (2003); Vitell, Paolillo & Singh
(2006) dan Vitell, Singh & Paolillo (2007) bahwa etika uang atau cinta uang
berhubungan dengan perilaku tidak etis seseorang.
Hasil Pengujian Hipotesis 2a
H2 : Religiusitas instrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)
terhadap kecurangan pajak ( tax evasion)
Hasil pengujian hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.6 niali t statistik interaksi
antara money ethic dengan religiusitas intrinsik sebesar -2.72 > titik kritis 1,96 dengan
signifikansi 0.010 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima. Nilai beta sebesar -0.43
menunjukkan bahwa meningkatnya level religiusitas intrinsik menurunkan etika uang
tau sikap cinta uang. Hasil analisis membuktikan bahwa religiusitas intrinsik
memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak (tax evasion). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa religiusitas intrinsik memiliki dampak positif terhadap
perilaku kecurangan pajak, yang berarti semakin tinggi religiusitas intrinsik maka
semakin tinggi etika seseorang sehingga menurunkan kecurangan pajak. Interaksi etika
uang (money ethics) dengan rendahnya religiusitas menyebabkan perilaku yang semakin
tidak etis. Hasil penelitian konsisten dengan Lau, Choe dan Tan (2013) yang
menunjukkan bahwa religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang dan
kecurangan pajak.
Hasil Pengujian Hipotesis 3
H3 : Religiusitas ekstrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethics)
terhadap kecurangan pajak ( tax evasion)
Hasil pengujian hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.7 niali t statistik 0.429<
titik kritis 1,96 dengan signifikansi 0.87 yang berarti hipotesis ditolak. Hasil analisis
tidak dapat membuktikan membuktikan bahwa religiusitas ekstrinsik memoderasi
hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak (tax evasion). Studi
sebelumnya yang menunjukkan bahwa dimensi ekstrinsik dikaitkan dengan kehidupan
negatif (Smith, McCullough & Poll, 2003). Allport dan Ross (1967, p. 434) bahkan
menyimpulkan bahwa seseorang secara ekstrinsik dimotivasi untuk menggunakan
agamanya sedangkan intrinsik memotivasi orang untuk hidup dengan agamanya. Hasil
penelitian menunjukkan Hasil penelitian mendukung dengan Lau, Choe dan Tan (2013)
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
14 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Hasil Pengujian Hipotesis 4
H4 : Gender memoderasi pengaruh etika uang (money ethics) terhadap
kecurangan pajak (tax evasion)
Hasil pengujian hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.7 nialai t statistik -2.193 >
titik kritis 1,96 dengan signifikansi 0.034 yang berarti hipotesis diterima. Hasil analisis
membuktikan membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin memoderasi hubungan
etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak. Hasil analisis menunjukkan
bahwa sikap cinta uang seseorang juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Beutell &
Brenner (1986) menemukan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang berbeda
dengan perilaku etis mereka.
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis adalah :
1. Etika Uang (Money ethics) berpengaruh terhadap kecurangan pajak. Etika uang yang tinggi atau sikap cinta uang cendrung menyebabkan seseorang memiliki perilaku etika yang rendah dan berpandangan bahwa kecurangan pajak adalah etis.
2. Religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang (money ethisc) dengan kecurangan pajak. Komitmen penerapan agama dalam kehidupan memiliki pengaruh yang positif dengan etika, yang berarti religiusitas intrinsik yang tinggi menyebabkan etika lebih tinggi sehingga menurunkan kecurangan pajak, sebaliknya religiusitas intrinsik yang rendah berhubungan negatif dengan etika yang akan meningkatkan kecurangan pajak.
3. Religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak.
4. Gender memoderasi hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak. Laki-laki dan perempuan menunjukkan perilaku etis yang berbeda sehingga memiliki perbedaan dalam memandang kecurangan pajak. Laki-Laki akan cendrung melakukan kecurangan pajak dibandingkan dengan perempuan.
5.2. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya :
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
15 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
1. Jumlah sampel yang sangat sedikit. Hal ini disebabkan jangka waktu penelitian yang pendek sehingga peneliti tidak dapat mengumpulkan sampel yang lebih banyak.
2. Lingkup penelitian hanya pada satu wilayah dengan populasi yang terbatas 3. Variabel yang digunakan masih terbatas sehingga penelitian ini tidak dapat
mengeksplorasi berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan pajak.
5.3. Implikasi dan Saran Implikasi
Penelitian ini penting untuk pengembangan teori perpajakan terutama dalam mengetahui faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor perilaku individu smerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Oleh sebab itu penting untuk melakukan pendidikan moral dan agama untuk membentuk perilaku seseorang.
Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Penelitian selanjutnya disarankan memperbanyak sampel dan menggunakan wilayah yang lebih luas sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel moderasi religiusitas dan gender. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel seperti materialisme etc
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
16 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Allingham, M. G., & Sandmo, A. 1972. Income kecurangan pajak: A theoretical analysis. Journal of Public Economics, 1, 323–338.
Allport, G. W. 1950. The Individual and His Religion. New York: MacMillan. Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.
Journal of Personality and Social Psychology, 5, 447-457. Beutell, N.J & Brenner ,O.C (1984) Birth order, sex and geographical region as
influences on WARM Scores : Are There Difference ? Paper present at annual convention of Academy of Management. Boston
Coate, C and Frey, K. 2000. “Some Evidence on the Ethical Disposition of Accounting
Students : Context and Gender Implications”. Teaching Business Ethis. Vol 4 No 4, pp 379-404
Grasmick, H. G., Kinsey, K., & Cochran, J. K. (1991). Denomination, Religiosity and
Compliance with the Law: A Study of Adults. Journal for the Scientific Study of Religion, 30(1), 99-107.
Elias,RZ dan Faraq, M, 2010. The relationship between accounting students’ love of
money and their ethical perception, Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 3, pp. 269-281
Glover, R. J. 1997. Relationships in moral reasoning and religion among members of
conservative, moderate, and liberal religious groups. The Journal of Social Psychology, 137, 247-254.
Kirchler, E., Hoelzl, E., and Wahl, I. 2008. Enforced versus voluntary compliance: The
“slippery slope” framework. Journal of Economic Psychology, 29, 210-55 Lau T C , Choe K L & Tang L P 2013. The Moderating Effect of Religiosity in the
Relationship between Money Ethics and Kecurangan pajak. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation 17 (2008) 67–78
McDaniel, S. W., & Burnett, J. J. 1990. Consumer religiosity and retail store evaluative
criteria. Journal of the Academy of Marketing Science, 18(2), 101-112. McGee, R. W., Ho, S. S. M., & Li, A. Y. S. 2008. A comparative study on perceived
ethics of tax evasion: Hong Kong vs. the United States. Journal of Business Ethics, 77(2), 147-158.
Mitchell, T. R., & Mickel, A. 1999. The meaning of money: an individual difference
perspective. The Academy of Management Review, 24, 568-578. Salsman, J. M., Brown, T. L., Brechting, E. H., & Carlson, C. R. 2005. The link
between religion and spirituality and psychological adjustment: the mediating role of optimism and social support. Personality and Social Psychology Bulletin, 31(4), 522-535.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
17 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Smith, T. B., McCullough, M. E., & Poll, J. 2003. Religiousness and depression:
evidence for a main effect and the moderating influence of stressful life events. Psychological Bulletin, 129(4), 614-636.
Tang, T. L. P. 2002 . Is the love of money the root of all evil? Or different strokes for
different folks: lessons in 12 countries. Paper presented to the International Conference on Business Ethics in the Knowledge Economy. Hong Kong, China.
Tang, T. L. P., & Chiu, R. K. 2003. Income, money ethic, pay satisfaction, commitment,
and unethical behavior: is the love of money the root of evil for Hong Kong employees? Journal of Business Ethics, 46, 13-30.
Vitell, S. J., Paolillo, J. G. P., & Singh, J. 2006. The role of money and religiosity in
determining consumers’ ethical beliefs. Journal of Business Ethics, 64(March II), 117-124.
Vitell, S. J., Singh, J., & Paolillo, J. G. P. 2007. Consumers’ ethical beliefs: The roles of
money, religiosity and attitude toward business. Journal of Business Ethics, 73, 369-379.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
18 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Lampiran
Tabel 4.1 : Profil Responden
Jumlah Persentase Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan
26 22
54% 46%
Agama Katolik Protestan Budha Muslim/Islam
2 1 3 42
4% 2% 6% 88%
Umur < 25 ≥ 25
8 40
17% 83%
Sumber : Data diolah peneliti tahun 2014
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Gender 48 .00 1.00 .5417 .50353 ME 48 30 64 48.71 9.880 RI 48 14 38 27.40 7.246 RE 48 25 60 38.96 7.822 ET 48 15 75 49.71 13.558 Valid N (listwise)
48
Tabel 4.3 Hasil uji Peorson Correlation
Item pertanyaan ME RI RE ET
1 .646** .838** .548** .793**
2 .510** .719** .594** .817**
3 .639** .781** .657** .851**
4 .464** .819** .492** .713**
5 .408** .877** .387** .700**
6 .646** .695** .456** .829**
7 .733** .878** .462** .823**
8 .713** .879** .436** .724**
9 .651** .492** .843**
10 .774** ,272 .818**
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
19 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Item pertanyaan ME RI RE ET
11 .460** .477** .817**
12 .497** .431** .790**
13 .592** .829**
14 .295* .817**
15 .380** .858**
Tabel 4.4 : Hasil Uji reliabilitas.
Variabel Cronbach Alpha Money Ethic 0.850 Religiusitas Instrinsik 0.926 Religiusitas Ekstrinsik 0.839 Etika Tax Evasion 0.956
Tabel 4.5 Model 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 88.959 8.136 10.934 .000
ME -.806 .164 -.587 -4.920 .000 a. Dependent Variable: ET
Tabel 4.6 Model 2 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 67.643 10.889 6.212 .000
ME -.240 .215 -.175 -1.116 .270 RI .476 .214 .254 2.220 .032 Interaksi1 -.010 .004 -.438 -2.702 .010
a. Dependent Variable: ET
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
20 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 4.7 Model 3
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 123.803 37.768 3.278 .002
ME -1.112 .752 -.810 -1.478 .146 RE -.885 .912 -.530 -.970 .337 Interaksi2 .008 .018 .332 .429 .670
a. Dependent Variable: ET
Tabel 4.7 Model 4
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 81.880 8.536 9.592 .000
ME -.650 .175 -.474 -3.707 .001 Gender 13.900 6.740 .516 2.062 .045 Interaksi3 -.298 .136 -.571 -2.193 .034
a. Dependent Variable: ET
Instrumen
Money Ethics
No Pernyataan 1 Uang merupakan faktor yang penting bagi kehidupan saya 2 Uang itu penting 3 Saya menghargai uang itu sangat tinggi 4 Uang adalah akar dari segala kejahatan 5 Uang yang dikeluarkan adalah kerugian 6 Uang melambangkan prestasi seseoran 7 Uang adalah simbol kesuksesan 8 Uang dapat memberi saya segalanya 9 Uang membuat saya dihormati dalam sebuah komunitas 10 Uang membantu saya mengekspresikan kompetensi dan kemampuan 11 Uang dapat membuat saya memiliki banyak teman 12 Uang memberi saya kekuasaan dan kebebasan 13 Uang memberi saya kesempatan untuk menjadi apa yang saya inginkan 14 Saya menggunakan uang saya dengan sangat berhati-hati 15 Saya mengalokasikan uang saya dengan sangat baik
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
21 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Religiusitas Intrinsik
No Pernyataam 1 Penting bagi saya menghabiskan waktu untuk menyendiri merenung
memperdalam ilmu agama 2 Jika tidak ada kondisi darurat yang menghalangi saya ketempat ibadah,
saya akan pergi ketempat ibadah 3 Saya berusaha membawa nilai-nilai agama ke dalam kehidupan saya 4 Saya mencurahkan seluruh perasaan saya ketika berdoa 5 Saya merasa Tuhan sering hadir dalam hidup saya 6 Saya lebih memilih untuk bergabung di grup pengajian dibandingkan
kelompok sosial 7 Saya menggunakan pendekatan agam dalam menjalankan kehidupan 8 Agama sangat penting, karena agama menjawab semua pertanyaan
hidup
Religiusitas Ekstrinsik
No Pernyataan 1 Meskipun saya yakin dengan agama saya, saya merasa ada banyak hal
lain yang lebih penting dalam hidup 2 Tidak peduli seberapa besar keyakinan saya selama saya masih
menjalani hidup dengan moral 3 Tujuan utama dari berdoa adalah mendapatkan pertolongan dan
perlindungan 4 Tempat ibadah adalah tempat paling penting untuk membentuk
hubungan sosial 5 Agama menawarkan rasa nyaman saat sedih atau ditimpa musibah 6 Saya berdoa terutama karena saya telah diajarkan untuk berdoa 7 Meskipun saya orang religius saya menolak memasukkan
pertimbangan agama dalam mempengaruhi urusan saya 8 Pergi ke tempat ibadah adalah sebuah kegiatan sosial yang
menyenangkan, inilah alasan terpenting dari agama 9 Menjadikan tempat ibadah sebagai tempat yang cocok untuk aktivitas
sosial, itulah manfaat utama dari agama 10 Adakalanya saya merasa perlu mempertimbangkan keyakinan agama
saya untuk melindungi kesejahteraan sosial dan ekonomi sara 11 Salah satu alasan untuk saya menjadi anggota keagamaan adalah
bahwa keanggotaan tersebut membantu untuk membentuk seseorang di masyarakat
12 Tujuan beribadah adalah untuk hidup bahagia dan damai 13
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
22 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Etika Tax Evasion
No Pernyataan 1 Kecurangan pajak adalah etis jika tarif pajak terlalu tinggi 2 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika tarif pajak yang tidak terlalu
tinggi 3 Kecurangan pajak adalah etis jika sistem pajak tidak adil 4 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang
dikumpulkan terbuang 5 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika sebagian besar uang yang
dikumpulkan dihabiskan dengan bijaksana 6 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang
dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang secara moral saya setuju
7 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang layak
8 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang tidak menguntungkan saya
9 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang menguntungkan saya
10 Kecurangan pajak adalah etis jika semua orang melakukannya 11 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
di kantongi politisi korup atau keluarga dan teman-teman mereka 12 Kecurangan pajak adalah etis jika kemungkinan tertangkap aparat
hukum rendah 13 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian hasil digunakan untuk
mendukung sebuah negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Negara kita
14 Kecurangan pajak adalah etis jika saya tidak mampu untuk membayar 15 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika jika saya membayar lebih
sedikit, orang lain harus membayar lebih banyak
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
23 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id