EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN KECURANGAN...

23
EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN KECURANGAN PAJAK (TAX EVASION) YESI MUTIA BASRI Universitas Riau ABSTRACT The objective of the study therefore is to examine the relationship between money ethics and tax evasion as well as investigating the moderating effect of religiosity (intrinsic and extrinsic) and gender on this relationship. The results of the hierarchical regression analyses showed that money ethics was related to tax evasion. Additionally, intrinsic religiosity was also found to moderate the relationship between money ethics and tax evasion. However, the result indicated that extrinsic religiosity was not a moderator in this relationship. Gender was also moderate the relationship money ethic and tax evasion. Keyworld: money ethisc, tax evasion, intrinsic religiosity, Extrinsik religiosity, gender SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014 1 File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Transcript of EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN KECURANGAN...

EFEK MODERASI RELIGUISITAS DAN GENDER TERHADAP HUBUNGAN ETIKA UANG ( MONEY ETHICS) DAN

KECURANGAN PAJAK (TAX EVASION)

YESI MUTIA BASRI Universitas Riau

ABSTRACT

The objective of the study therefore is to examine the relationship between money ethics and tax evasion as well as investigating the moderating effect of religiosity (intrinsic and extrinsic) and gender on this relationship. The results of the hierarchical regression analyses showed that money ethics was related to tax evasion. Additionally, intrinsic religiosity was also found to moderate the relationship between money ethics and tax evasion. However, the result indicated that extrinsic religiosity was not a moderator in this relationship. Gender was also moderate the relationship money ethic and tax evasion. Keyworld: money ethisc, tax evasion, intrinsic religiosity, Extrinsik

religiosity, gender

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

1 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai kasus kecurangan pajak yang terjadi di Indonesia seperti kasus

kecurangan pajak yang dilakukan oleh petugas pajak Gayus Tambunan serta Dana

Widyatmika telah menarik perhatian peneliti untuk meneliti mengenai penyebab

terjadinya kecurangan pajak. Berbagai teori telah dikemukakan untuk merespon

kejahatan pajak. Pendekatan ekonomi klasik menyatakan bahwa pemeriksaan pajak,

sanksi dan denda yang berat muncul sebagai strategi yang paling ampuh untuk

memerangi kejahatan pajak (Allingham & Sandmo, 1972). Wajib Pajak berperilaku

sebagai agen rasional yaitu keputusan untuk melakukan kecurangan pajak tergantung

pada besarnya risiko yang dihadapi. Selain pendekatan ekonomi klasik faktor psikologi

juga mendorong terjadinya perilaku kecurangan pajak. Etika dan perilaku seseorang

akan mendorong individu untuk membayar pajak atau malah bersikap negatif dengan

melakukan kecurangan pajak (Kirchler et al., 2008)

Tang (2002) melaporkan bahwa etika uang (money ethisc) atau cinta uang

seseorang memiliki pengaruh yang signifikan dan langsung pada perilaku yang tidak

etis . Ini berarti bahwa orang-orang dengan perilaku etika uang yang tinggi (cinta uang)

yang menempatkan kepentingan yang besar pada uang akan kurang etis dan sensitif

daripada orang dengan etika uang yang rendah. Dalam sebuah studi oleh Mitchell dan

Mickel (1999) , uang berhubungan dengan kepribadian individu dan merupakan

variabel sikap . Selain itu, beberapa peneliti juga mengusulkan bahwa cinta uang adalah

akar dari segala kejahatan (Tang & Chiu , 2003; Vitell , Paolillo & Singh , 2006; Vitell ,

Singh & Paolillo , 2007) .

Etika Uang (money Ethic) juga ditemukan secara langsung berkaitan dengan

perilaku yang tidak etis dan tidak langsung terkait dengan perilaku tidak etis melalui

kepuasan terhadap gaji. Hal ini disimpulkan dari Tang dan Chiu (2003) yang

melakukan penelitian pada karyawan profesional Hongkong . Dalam studi lain Tang

(2007) menguji hubungan antara etika uang (money ethic) dan perilaku yang tidak etis

di tiga tingkat pembangunan ekonomi . Hasil temuan menunjukkan bahwa bagi manajer

penuh waktu, etika uang secara signifikan berhubungan dengan perilaku yang tidak etis

untuk kelompok GDP tinggi dan kelompok PDB rata-rata tetapi tidak untuk Kelompok

GDP rendah. Kesimpulannya adalah bahwa etika uang secara positif berhubungan

dengan perilaku yang tidak etis untuk semua kelompok PDB . Dengan demikian , etika

uang (money ethic) akan terkait dengan perilaku yang tidak etis , pada umumnya .

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

2 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Lau, Choe & Tan (2013) melakukan pengujian pengaruh etika uang (money

ethics) terhadap perilaku kecurangan pajak (tax evasion) pada mahasiswa bisnis pada

Universitas swasta di Malaysia. Hasil penelitiannya menunjukkan etika uang

berhubungan positif dengan kecurangan pajak. Hasil penelitian juga menunjukkan

religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak, namun

religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh etika uang (money ethic)

terhadap kecurangan pajak (tax evasion) dengan menggunakan religiusitas dan gender

sebagai variabel moderasi. Studi terdahulu Lau, Choe dan Tan (2013) hanya menguji

religiusitas sebagai variabel yang ikut mempengaruhi hubungan etika uang (money

ethic) dengan kecurangan pajak (tax evasion). Tang et al (2002) menemukan bahwa

perbedaan gender menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap sikap cinta uang.

Hasil penelitian Tang (2002) menunjukkan bahwa laki-laki lebih mementingkan uang

dibandingkan perempuan. Penelitian ini juga memisahkan efek religiusitas intrinsik dan

ekstrinsik untuk memperjelas hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan

pajak (tax evasion).

II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Tax Evasion (kecurangan pajak)

Penelitian tentang kecurangan pajak dari perspektif filosofis dimulai dari Crowe (

1944) dan kemudian ditinjau kembali dan diperluas oleh McGee (2006) . Pada dasarnya

ada tiga pandangan mendasar pada kecurangan pajak. Pandangan pertama menyatakan

bahwa kecurangan pajak tidak etis setiap saat . Dasar di balik keyakinan ini adalah

bahwa semua orang memiliki tanggung jawab kepada pemerintah untuk membayar

pajak yang ditetapkan oleh pemerintah (Cohn, 1998 ; Smith & Kimball, 1998 ; Tamari,

1998) . Perspektif ini adalah lazim di negara-negara dengan keyakinan yang kuat dari

sesuai dengan aturan mayoritas. Selanjutnya seperti yang dinyatakan oleh Cohn (1998)

dan Tamari (1998), warga berkewajiban untuk anggota lain dari masyarakat dan karena

itu harus memberikan kontribusi untuk membayar jasa yang pemerintah menyediakan

dan bukan hanya menjadi freeloaders . Terakhir, ada alasan bahwa seseorang berutang

kewajiban kepada Allah untuk membayar pajak (Smith & Kimball , 1998) sesuai

dengan perintah Allah . akhir ini perspektif dipegang kuat oleh orang-orang yang

percaya pada Tuhan dan tidak dipatuhi oleh ateis .

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

3 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Pandangan kedua pada kecurangan pajak dikenal sebagai pandangan anarkis

(Block,1989;1993) yang menyatakan bahwa individu tidak berkewajiban untuk

membayar pajak karena sebagian besar pemerintah adalah tidak sah tanpa kekuatan

moral untuk mengambil apa pun dari siapa pun. Perspektif ketiga pada etika kecurangan

pajak mengambil sikap yang lebih netral di mana mungkin sah dan karena itu etika

dalam beberapa keadaan , tetapi mungkin tidak berlaku dalam keadaan lain, pendukung

pandangan ini adalah peneliti seperti McGee ( 1998a , 1999a , 2005) .

Kecurangan pajak juga telah dipelajari dari sudut pandang berbagai negara serta

demografi dan agama . Salah satu studi baru-baru melihat kecurangan pajak dari

perspektif teologi siswa bisnis di Armenia (McGee & Marajyan, 2006) . Mereka

menemukan hasil yang agak mengejutkan di mana mahasiswa bisnis menentang

penghindaran pajak lebih kuat dibandingkan dengan mahasiswa teologi . Alasan di balik

ini menunjukkan bahwa kecurangan pajak dapat dibenarkan dalam dua situasi : pertama

ketika individu percaya bahwa pemerintah tidak melakukan apa pun untuk mendukung

pengumpulan pajak dari mereka, dan kedua ketika mekanisme pemungutan pajak tidak

bekerja dengan baik .

Dalam penelitian lain, McGee dan Bernal (2006) mempelajari pendapat

mahasiswa ekonomi di Polandia dan hasil temuan mereka menunjukkan bahwa ketika

sistem pajak dianggap tidak adil atau pemerintah dianggap korup, kecurangan pajak

dibenarkan. Kemudian McGee et.al (2008) melakukan studi banding di AS dan Hong

Kong dan menemukan bahwa siswa terlepas dari mana siswa berasal, mereka tidak

menganggap kecurangan pajak untuk menjadi etis . Namun demikian , di bawah kondisi

tertentu seperti ketika pemerintah korup atau ketika sistem pajak yang membedakan ,

pajak penghindaran tampaknya diterima secara etis . Dalam studi lain oleh McGee dan

Gupta (2008) pada 620 akuntansi, bisnis, ekonomi dan hukum siswa di Selandia Baru ,

mereka menemukan bahwa pembayaran pajak dianggap kewajiban tetapi siswa juga

percaya bahwa hal itu tidak mutlak .

Dari perspektif agama survei McGee (1998b) pada sudut pandang Kristen

menemukan bahwa mereka percaya kecurangan pajak menjadi tidak bermoral dalam

setiap peristiwa dan situasi apa pun . Namun, ini bukan pendapat mutlak dimiliki oleh

semua . Oleh karena itu, tidak ada satu koheren dan pendapat tunggal dalam hal ini .

Dari perspektif Yahudi ( McGee & Cohn, 2008) berpendapat bahwa kecurangan pajak

dianggap selalu tidak etis . Ini adalah pandangan absolut . Murtuza dan Ghanzanfar

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

4 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

(1998) membahas etika kecurangan pajak dari perspektif Islam dan studi mereka lebih

lanjut berkomentar oleh McGee ( 1999b ) .

2.2. Etika Uang (Money Ethics)

Tang (1992) memperkenalkan konsep cinta uang yang mengukur perasaan

subjektif seseorang tentang uang. etika uang yang tinggi disebut juga dengan cinta uang

yaitu seseorang yang menempatkan kepentingan yang besar pada uang dan menganggap

uang adalh segal-galanya dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki etika uang yang

tinggi akan kurang etis dan sensitif daripada orang dengan etika uang yang rendah.

Penelitian menunjukkan bahwa cinta uang terkait dengan beberapa perilaku

organisasi yang diinginkan seperti tingkat kepuasan kerja yang tinggi, tingkat

pergantian karyawan yang rendah maupun perilaku organisasi yang tidak diinginkan

seperti tindakan kecurangan akuntansi dan lain-lain.

Tang et al., (2000) menemukan bahwa kesehatan mental seorang profesional

dengan tingkat cinta uang terendah memiliki kepuasan kerja yang rendah. Tang dan

Chiu (2003) berteori bahwa cinta uang sangat terkait dengan konsep "ketamakan."

Mereka menemukan bahwa karyawan Hong Kong dengan tingkat cinta uang yang lebih

tinggi kurang puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka.

Chen dan Tang (2006) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan

perilaku yang tidak etis. Bahkan, Tang dan Chiu (2003) juga menemukan hubungan

yang langsung antara cinta uang dan perilaku tidak etis di antara karyawan Hong Kong.

2.3. Gender

Tang et al., (2000) menemukan bahwa karyawan laki-laki lebih mementingkan

uang dibandingkan perempuan. Beberapa penelitian menemukan bahwa perempuan

lebih memiliki sikap etis dibandingkan dengan pria. Namun, beberapa studi lain

mengemukakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap etik yang dimiliki oleh

perempuan dan laki-laki.

Dalam sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stoneback (2004) menganalisis respon

siswa dari delapan negara yang berbeda, termasuk Kanada dan China, untuk pertanyaan

tentang tindakan kemungkinan mereka untuk suatu dilema etis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa di Ukraina siswa laki-laki akuntansi memiliki tingkat etika yang

lebih tinggi dibandingkan mahasiswa akuntansi perempuan. Di Cina mahasiswa

akuntansi perempuan memiliki tingkat etika yang lebih tinggi daripada rekan-rekan pria

mereka. Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan dengan negara lain: Amerika

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

5 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Serikat, Australia, Filipina, Jerman, Kanada dan Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa

jenis kelamin berpengaruh pada etika.

Berdasarkan Coate dan Frey (2000), terdapat dua pendekatan yang biasa

digunakan untuk memberikan pendapat mengenai pengaruh gender terhadap perilaku

etis maupun persepsi individu terhadap perilaku tidak etis, yaitu pendekatan struktural

dan pendekatan sosialisasi. Pendekatan struktural, menyatakan bahwa perbedaan antara

pria dan wanita disebabkan oleh sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan-

kebutuhan peran lainnya. Sosialisasi awal dipengaruhi oleh reward dan insentif yang

diberikan kepada individu di dalam suatu profesi. Karena sifat dan pekerjaan

yangsedang dijalani membentuk perilaku melalui sistem reward dan insentif, maka pria

dan wanita akan merespon dan mengembangkan nilai etis dan moral secara sama

dilingkungan pekerjaan yang sama. Dengan kata lain, pendekatan struktural

memprediksi bahwa baik pria maupun wanita di dalam profesi tersebut akan memiliki

perilaku etis yang sama.

Berbeda dengan pendekatan struktural, pendekatan sosialisasi gender

menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai dan yang berbeda ke

dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan belajar. Perbedaan

nilai dan sifat berdasarkan gender ini akan mempengaruhi pria dan wanita dalam

membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan

dan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena mereka memandang

pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan. Berkebalikan dengan pria yang

mementingkan kesuksesan akhir atau relative performance, para wanita lebih

mementingkan self-performance. Wanita akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan

tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh

terhadap peraturan yang ada dan mereka akan lebih kritis terhadap orang-orang yang

melanggar peraturan tersebut.

2.4. Religiusitas

Definisi religiusitas seperti yang didefinisikan oleh McDaniel dan Burnett

(1990) adalah kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti

prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan. Religiusitas berebeda dengan

spiritualitas. Spritualitas menyediakan makna, kesatuan, keterkaitan dengan alam,

manusia dan transenden. Sedangkan religiusitas menyediakan ajaran dan narasi yang

mendorong moralitas individu (Emmons, 1999 )

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

6 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Glover (1997) menyatakan bahwa penalaran moral individu akan membentuk

karakter yang ditimbulkan oleh keyakinan pada agama mereka . Allport (1950)

mengemukakan bahwa agama berperan dalam kehidupan individu. Dia percaya bahwa

karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior agama untuk dukungan sosial atau

bahkan kepuasan individu, sedangkan peran intrinsik merupakan jaminan internal yang

kuat untuk agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari seseorang . Oleh karena itu,

religiusitas ekstrinsik adalah sugestif memiliki agama untuk mendukung berbagai

kepentingan seperti kepentingan bisnis. Sedangkan religiusitas intrinsik merupakan

indikasi memiliki komitmen keagamaan, tujuan rohani. Donahue (1985) lebih lanjut

menyatakan bahwa religiusitas intrinsik terkait lebih tinggi dari religiusitas ekstrinsik

dengan komitmen agama .

Keyakinan agama yang kuat diharapkan mencegah perilaku ilegal melalui

perasaan bersalah terutama dalam hal penghindaran pajak (Grasmick, Bursik, &

Cochran, 1991). Grasmick, Kinsey dan Cochran (1991) tidak hanya mengeksplorasi

efek dari kehadiran kecurangan pajak di gereja, tetapi juga mengukur afiliasi sebagai

indeks pentingnya agama. Mereka menemukan bahwa mereka yang tidak berafiliasi

lebih cenderung untuk menipu.

2.5 Etika Uang (Money Ethics) dan Kecurangan pajak (Tax Evasion)

Tang (2002) melaporkan bahwa seseorang dengan etika uang (money etics) yang

tinggi memiliki perilaku cinta uang yang berpengaruh langsung terhadap perilaku yang

tidak etis . Ini berarti bahwa orang-orang dengan perilaku cinta uang yang tinggi akan

menempatkan kepentingan yang besar pada uang akan kurang etis dan sensitif daripada

orang dengan etika uang (money ethics) yang rendah . Dalam sebuah studi oleh

Mitchell dan Mickel (1999) , uang berhubungan dengan kepribadian individu dan

merupakan variabel sikap . Selain itu, beberapa peneliti juga mengusulkan bahwa cinta

uang adalah akar dari segala kejahatan ( Tang & Chiu , 2003; Vitell , Paolillo & Singh ,

2006; Vitell , Singh & Paolillo , 2007) .

Hubungan antara perilaku cinta uang dan persepsi etis telah diteliti lebih lanjut di

beberapa negara. Elias (2010) menguji hubungan sikap cinta uang dikaitkan dengan

persepsi etis. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif sikap cinta uang

dengan etika seseorang . Hal ini didukung oleh Tang dan Chiu (2003) yang memiliki

pendapat bahwa etika uang seseorang memiliki dampak yang signifikan dan langsung

pada perilaku yang tidak etis. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat cinta uang

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

7 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

atau money ehics yang dimiliki seseorang, maka akan semakin rendah persepsi etis yang

dimilikinya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena apabila seseorang

memiliki kecintaan uang yang tinggi, maka ia akan berusaha untuk melakukan segala

cara agar kebutuhannya terpenuhi namun tidak sesuai dengan etika.

Hasil penelitian Lau, Tan & Choe (2013) menunjukkan bahwa etika uang

(money ethics) berhubungan negatif dengan tax evasion. Semakin tinggi etika uang

(money ethics) maka semakin besar kemungkinan individu untuk berperilaku tidak etis

dan melakukan kecurangan pajak. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan

adalah :

H1 : Money ethics berpengaruh negatif terhadap tax evasion

2.6. Money ethic, Religiusitas dan Tax Evasion

Definisi religiusitas seperti yang didefinisikan oleh McDaniel dan Burnett

(1990) adalah kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti

prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan oleh Allah. Allport (1950) mengemukakan

bahwa agama dianggap peran khas dalam kehidupan individu. Dia percaya bahwa

karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior agama untuk dukungan sosial atau

bahkan kepuasan individu, sedangkan peran intrinsik merupakan jaminan internal yang

kuat untuk agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari seseorang. Oleh karena itu,

religiusitas ekstrinsik adalah sugestif memiliki agama untuk alasan sebagai individu

seperti untuk kepentingan bisnis. sedangkan religiusitas intrinsik merupakan indikasi

memiliki komitmen keagamaan dan untuk tujuan rohani (menggunakan iman untuk

mempromosikan kepentingan rakyat dan menemukan cara untuk melayani agama

seseorang).

Agama dipercaya dapat mengontrol perilaku individu dari sikap yang tidak etis.

Seseorang yang memiliki sikap money ethics yang tinggi menunjukkan etika yang

rendah. Money ethics merupakan sikap individu negatif yang lebih mengutamakan

uang. Penelitian menunjukkan bahwa sikap money ethics berakibat pada perilaku seperti

ketidak kepuasan dan kecurangan (Tang,1992). Seseorang dengan money ethics yang

tinggi memiliki tingkat kepuasan yang rendah sehingga perilaku money ethics ini

dikatakan sebagai ketamakan ( Tang & Chiu,2003). Religiusitas dapat mengontrol

perilaku seseorang untuk bertindak lebih etis, terutama religiusitas instrinsik. Seseorang

yang memiliki religiusitas instrinsik yang tinggi mampu mengendalikan perilaku yang

tidak etis termasuk perilaku untuk tidak melakukan kecurangan pajak. Keyakinan

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

8 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

agama yang kuat diharapkan mencegah perilaku ilegal melalui perasaan bersalah

terutama dalam hal penghindaran pajak (Grasmick, Bursik, & Cochran, 1991).

Hasil penelitian Lau, Choe dan Tan (2013) menunjukkan bahwa religiusitas

intrinsik memoderasi hubungan money ethic dengan tax evasion, namun ekstrinsik

religiusitas tidak memoderasi hubungan money ethic dengan tax evasion. Berdasarkan

uraian diatas maka dihipotesiskan :

H2 : Religiusitas instrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)

terhadap kecurangan pajak (tax evasion)

H3 : Religiusitas ekstrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)

dengan kecurangan pajak (tax evasion)

2.7. Etika Uang (Money Ethic), Gender dan Kecurangan Pajak (Tax Evasion)

Salah satu faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku etis seseorang

serta kencendurungan kecintaannya terhadap uang adalah jenis kelamin. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat keyakinan yang lebih

tinggi terhadap etika, sedangkan laki-laki memiliki tingkat keyakinan lebih rendah

terhadap etika. Dengan kata lain, perempuan sering dianggap lebih etis daripada laki-

laki. Salah satu penjelasan yang sering digunakan untuk menjelaskan perbedaan tersebut

adalah sosialisasi laki-laki dan perempuan yang beragam, laki-laki diajarkan untuk

menekankan persaingan sedangkan wanita diajarkan untuk menekankan hubungan

sosial (Beutell & Brenner, 1984).

Berdasarkan Coate dan Frey (2000) Pendekatan struktural menyatakan bahawa

perilaku etis wanita dan pria tidak berbeda. Namun pendekatan sosialisasi gender

menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai dan yang berbeda ke

dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan belajar. Perbedaan

nilai dan sifat berdasarkan gender ini akan mempengaruhi pria dan wanita dalam

membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan

dan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena mereka memandang

pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan. Berkebalikan dengan pria yang

mementingkan kesuksesan akhir atau relative performance, para wanita lebih

mementingkan self-performance. Wanita akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan

tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh

terhadap peraturan yang ada dan mereka akan lebih kritis terhadap orang-orang yang

melanggar peraturan tersebut. pelaksanaan tugas dengan baik dan hubungan kerja yang

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

9 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada dan mereka

akan lebih kritis terhadap orang-orang yang melanggar peraturan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa pria memiliki sikap money ethic yang tinggi dan

cendrung melanggar etika, sehingga pria akan memiliki persepsi etika tax evasion yang

lebih rendah dibandingkan pria. Berdasarkan hal diatas maka dihipotesiskan :

H4 : Gender memoderasi pengaruh etika uang (money ethic) terhadap

kecurangan pajak ( tax evasion)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan

yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru Riau . Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 23.682.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

incidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2007).

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner secara

langsung kepada wajib pajak yang menjadi sampel dalam penelitian. Kuisioner

langsung dikumpulkan pada saat itu juga atau kuisioner dijemput kembali sesuai dengan

kesepakatan.

3.3. Pengukuran Variabel

Kecurangan pajak

Kecurangan pajak menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh McGee

(2006). Secara umum terdapat 3 pandangan dasar mengenai etika kecurangan pajak.

Pertama pandangan bahwa kecurangan pajak tidak etis, kedua, kecurangan pajak

kadang-kadang etis dan ketiga, kecurangan pajak etis. Variabel diukur dengan

menggunakan 15 item pertanyaan yang diukur dengkan skala likert dengan poin 1 s/d 5

yaitu sangat tidak setuju s/d sangat setuju. Skor rendah menunjukkan penerimaan tax

evasion dan skor yang tinggi menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tax evasion.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

10 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Etika Uang (Money ethics)

Etika uang (money ethics) maksudnya adalah pandangan seseorang terhadap

uang. Seseorang yang memiliki etika uang ( money ethic) yang tinggi atau disebut juga

dengan cinta uang maka mereka akan meletakkan kepentingan yang lebih tinggi

terhadap uang dan secara etika kurang peka dibandingkan orang yang memiliki money

ethics yang rendah. Etika uang diukur dengan Money Ethic Scale (MES) yang

dikembangkan oleh Tang (1992) digunakan untuk mengukur cinta uang. Skala ini

mengukur makna etis bagaimana seseorang menilai uang. Responden mencatat

kesepakatan mereka atau ketidaksetujuan dengan pernyataan masing- masing pada skala

lima poin, berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skor yang

tinggi menunjukkan kepentinagn uang dalam kehidupan.

Religiusitas

Allport (1950 ) mengemukakan bahwa agama dianggap peran khas dalam

kehidupan individu . Dia percaya bahwa karakter ekstrinsik merupakan peran eksterior

agama untuk dukungan sosial atau bahkan kepuasan individu, sedangkan peran

intrinsik merupakan jaminan internal yang kuat untuk agama sebagai bagian dari

kehidupan sehari-hari seseorang . Oleh karena itu , religiusitas ekstrinsik adalah sugestif

memiliki agama untuk mendukung kepentingan bisnis atau sebagai cara untuk

berfungsi sebagai individu.

Sedangkan religiusitas intrinsik merupakan indikasi memiliki komitmen

keagamaan dan koneksi untuk lebih , tujuan rohani ( menggunakan iman untuk

mempromosikan kepentingan rakyat dan menemukan cara untuk melayani agama

seseorang ) . Donahue ( 1985) lebih lanjut menyatakan bahwa religiusitas intrinsik

terkait lebih tinggi dari religiusitas ekstrinsik dengan komitmen agama . Untuk

mengukur religiusitas instrinsik dan ekstrinsik menggunakan 6 item pertanyaan yang

mengukur religiusitas intrinsik dan 12 item pertanyaan mengukur religiusitas ekstrinsik.

Instrumen di adipsi dari Alport dan Ross (1967). Pertanyaan diukur dengan skala likert

5 point yaitu 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Skor yang tinggi

menunjukkan religiusitas yang tinggi.

Gender

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

11 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Dalam penelitian ini, jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

dalam penelitian ini hanya digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

berbeda terhadap tingkat etika uang (money ethic) dengan persepsi kecurangan pajak

berdasarkan perbedaan jenis kelamin wajib pajak. Untuk laki-laki diberi kode 1 dan

perempuan diberi kode 0

3.4. Metode analisis

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode analisis regresi sederaha

dan moderate regression analysis (MRA) dengan bantuan program SPSS dengan

persamaan :

Y = a + b1 X1 ...........................................................H1

Y= a +b1X1 +b2X2 + b3X1.X3 +e...........................H2

Y= a +b1X1 +b4X3 + b5X1.X3 +e...........................H3 Y= a +b1X1 +b6X4 + b7X1.X4 +e...........................H4

Keterangan :

Y = Kecurangan pajak

X1 = Etika Uang (Money Ethics)

X2 = Religiusitas Intrinsik

X3 = Religiusitas Extrinsik

X4 = Gender

X1 X2 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas intrinsik

X1 X3 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas extrinsik

X1.X4 = Interaksi Etika uang dan gender

Pengujian menggunakan uji t dengan tingkat kesalahan (α) 5%, dan confidence

interval 95%. Kriteria penolakan hipotesis adalah jika signifikansi t > 5% atau T

statistik kecil dari T table. Sebaliknya jika signifikansi t < 5% atau T statistic lebih besar

dari T table maka hipotesis diterima.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Profile Responden

Kuisioner yang terkumpul adalah sebanyak 48 kuisioner dan seluruhnya dapat

diolah. Profil responden adalah sebagai berikut ( tabel 4.1)

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

12 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Dari 48 responden, sebanyak 26 orang berjenis kelamin laki-laki dan 22 orang

perempuan. Responden yang beragama Katolik sebanyak 2 orang, Protestan 1 orang,

Budha 3 orang dan Islam 42 Orang. Responden yang berumur < 25 tahun sebanyak 8

orang dan berumur ≥ 25 tahun sebanyak 40 orang.

4.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. Money Ethic memiliki nilai rata-

rata 48 dengan nilai minimum 30 dan maksimum 64 dengan standar deviasi 9.8.

Religiusitas instrinsik memiliki rata-rata 27 dengan nilai minimum 14 dan maksimum

38 dengan standar deviasi 7. Religiusitas ekstrinsik memiliki rata-rata 38 dengan nilai

minimum 25 dan maksimum 75 dengan standar deviasi 13. Etika Tax evasion

memiliki rata-rata 49 dengan nilai minimum 15 dan maksimum 75 dengan standar

deviasi 13.

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil uji validitas dengan menggunakan peorson correlation menunjukkan beberapa

item memiliki nilai yang tidak valid dan dikeluarkan dari analisis. Hasil korelasi

peorson dapat dilihat pada tabel 4.3 Sedangkan Uji reliabilitas reliabilitas

menunjukkan nilai cronbach alpha > dari 0.7 yang menunjukkan reliabilitas bai (Tabel

4.4)

4.4. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil Pengujian Hipotesis 1

H1 : Etika uang (money ethics) berpengaruh negatif terhadap kecurangan

pajak ( tax evasion)

Hasil pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.5 niali t statistik -4.920 >

titik kritis 1,64 (1 tailed) dengan signifikansi 0.000 yang berarti hipotesis diterima. Hasil

analisis membuktikan bahwa etika uang memiliki pengaruh terhadap kecurangan pajak.

Nilai korelasi adalah -0.5 yang menunjukkan hubungan yang negatif yaitu makin tinggi

etika uang menunjukkan tingkat cinta uang yang tinggi maka etika makin rendah. Hasil

penelitian konsisten dengan Lau, Choe dan Tan (2013) yang menunjukkan nahwa

seseorang yang memiliki etika uang yang tinggi memandang kecurangan pajak adalah

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

13 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

etis sehingga akan meningkatkan kecurangan pajak. Hasil penelitian ini juga

menudukung penelitian sebelumnya Tang & Chiu (2003); Vitell, Paolillo & Singh

(2006) dan Vitell, Singh & Paolillo (2007) bahwa etika uang atau cinta uang

berhubungan dengan perilaku tidak etis seseorang.

Hasil Pengujian Hipotesis 2a

H2 : Religiusitas instrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic)

terhadap kecurangan pajak ( tax evasion)

Hasil pengujian hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.6 niali t statistik interaksi

antara money ethic dengan religiusitas intrinsik sebesar -2.72 > titik kritis 1,96 dengan

signifikansi 0.010 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima. Nilai beta sebesar -0.43

menunjukkan bahwa meningkatnya level religiusitas intrinsik menurunkan etika uang

tau sikap cinta uang. Hasil analisis membuktikan bahwa religiusitas intrinsik

memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak (tax evasion). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa religiusitas intrinsik memiliki dampak positif terhadap

perilaku kecurangan pajak, yang berarti semakin tinggi religiusitas intrinsik maka

semakin tinggi etika seseorang sehingga menurunkan kecurangan pajak. Interaksi etika

uang (money ethics) dengan rendahnya religiusitas menyebabkan perilaku yang semakin

tidak etis. Hasil penelitian konsisten dengan Lau, Choe dan Tan (2013) yang

menunjukkan bahwa religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang dan

kecurangan pajak.

Hasil Pengujian Hipotesis 3

H3 : Religiusitas ekstrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethics)

terhadap kecurangan pajak ( tax evasion)

Hasil pengujian hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.7 niali t statistik 0.429<

titik kritis 1,96 dengan signifikansi 0.87 yang berarti hipotesis ditolak. Hasil analisis

tidak dapat membuktikan membuktikan bahwa religiusitas ekstrinsik memoderasi

hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak (tax evasion). Studi

sebelumnya yang menunjukkan bahwa dimensi ekstrinsik dikaitkan dengan kehidupan

negatif (Smith, McCullough & Poll, 2003). Allport dan Ross (1967, p. 434) bahkan

menyimpulkan bahwa seseorang secara ekstrinsik dimotivasi untuk menggunakan

agamanya sedangkan intrinsik memotivasi orang untuk hidup dengan agamanya. Hasil

penelitian menunjukkan Hasil penelitian mendukung dengan Lau, Choe dan Tan (2013)

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

14 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Hasil Pengujian Hipotesis 4

H4 : Gender memoderasi pengaruh etika uang (money ethics) terhadap

kecurangan pajak (tax evasion)

Hasil pengujian hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.7 nialai t statistik -2.193 >

titik kritis 1,96 dengan signifikansi 0.034 yang berarti hipotesis diterima. Hasil analisis

membuktikan membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin memoderasi hubungan

etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak. Hasil analisis menunjukkan

bahwa sikap cinta uang seseorang juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Beutell &

Brenner (1986) menemukan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang berbeda

dengan perilaku etis mereka.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis adalah :

1. Etika Uang (Money ethics) berpengaruh terhadap kecurangan pajak. Etika uang yang tinggi atau sikap cinta uang cendrung menyebabkan seseorang memiliki perilaku etika yang rendah dan berpandangan bahwa kecurangan pajak adalah etis.

2. Religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang (money ethisc) dengan kecurangan pajak. Komitmen penerapan agama dalam kehidupan memiliki pengaruh yang positif dengan etika, yang berarti religiusitas intrinsik yang tinggi menyebabkan etika lebih tinggi sehingga menurunkan kecurangan pajak, sebaliknya religiusitas intrinsik yang rendah berhubungan negatif dengan etika yang akan meningkatkan kecurangan pajak.

3. Religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak.

4. Gender memoderasi hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak. Laki-laki dan perempuan menunjukkan perilaku etis yang berbeda sehingga memiliki perbedaan dalam memandang kecurangan pajak. Laki-Laki akan cendrung melakukan kecurangan pajak dibandingkan dengan perempuan.

5.2. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya :

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

15 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

1. Jumlah sampel yang sangat sedikit. Hal ini disebabkan jangka waktu penelitian yang pendek sehingga peneliti tidak dapat mengumpulkan sampel yang lebih banyak.

2. Lingkup penelitian hanya pada satu wilayah dengan populasi yang terbatas 3. Variabel yang digunakan masih terbatas sehingga penelitian ini tidak dapat

mengeksplorasi berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan pajak.

5.3. Implikasi dan Saran Implikasi

Penelitian ini penting untuk pengembangan teori perpajakan terutama dalam mengetahui faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor perilaku individu smerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Oleh sebab itu penting untuk melakukan pendidikan moral dan agama untuk membentuk perilaku seseorang.

Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Penelitian selanjutnya disarankan memperbanyak sampel dan menggunakan wilayah yang lebih luas sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel moderasi religiusitas dan gender. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel seperti materialisme etc

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

16 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Allingham, M. G., & Sandmo, A. 1972. Income kecurangan pajak: A theoretical analysis. Journal of Public Economics, 1, 323–338.

Allport, G. W. 1950. The Individual and His Religion. New York: MacMillan. Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.

Journal of Personality and Social Psychology, 5, 447-457. Beutell, N.J & Brenner ,O.C (1984) Birth order, sex and geographical region as

influences on WARM Scores : Are There Difference ? Paper present at annual convention of Academy of Management. Boston

Coate, C and Frey, K. 2000. “Some Evidence on the Ethical Disposition of Accounting

Students : Context and Gender Implications”. Teaching Business Ethis. Vol 4 No 4, pp 379-404

Grasmick, H. G., Kinsey, K., & Cochran, J. K. (1991). Denomination, Religiosity and

Compliance with the Law: A Study of Adults. Journal for the Scientific Study of Religion, 30(1), 99-107.

Elias,RZ dan Faraq, M, 2010. The relationship between accounting students’ love of

money and their ethical perception, Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 3, pp. 269-281

Glover, R. J. 1997. Relationships in moral reasoning and religion among members of

conservative, moderate, and liberal religious groups. The Journal of Social Psychology, 137, 247-254.

Kirchler, E., Hoelzl, E., and Wahl, I. 2008. Enforced versus voluntary compliance: The

“slippery slope” framework. Journal of Economic Psychology, 29, 210-55 Lau T C , Choe K L & Tang L P 2013. The Moderating Effect of Religiosity in the

Relationship between Money Ethics and Kecurangan pajak. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation 17 (2008) 67–78

McDaniel, S. W., & Burnett, J. J. 1990. Consumer religiosity and retail store evaluative

criteria. Journal of the Academy of Marketing Science, 18(2), 101-112. McGee, R. W., Ho, S. S. M., & Li, A. Y. S. 2008. A comparative study on perceived

ethics of tax evasion: Hong Kong vs. the United States. Journal of Business Ethics, 77(2), 147-158.

Mitchell, T. R., & Mickel, A. 1999. The meaning of money: an individual difference

perspective. The Academy of Management Review, 24, 568-578. Salsman, J. M., Brown, T. L., Brechting, E. H., & Carlson, C. R. 2005. The link

between religion and spirituality and psychological adjustment: the mediating role of optimism and social support. Personality and Social Psychology Bulletin, 31(4), 522-535.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

17 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Smith, T. B., McCullough, M. E., & Poll, J. 2003. Religiousness and depression:

evidence for a main effect and the moderating influence of stressful life events. Psychological Bulletin, 129(4), 614-636.

Tang, T. L. P. 2002 . Is the love of money the root of all evil? Or different strokes for

different folks: lessons in 12 countries. Paper presented to the International Conference on Business Ethics in the Knowledge Economy. Hong Kong, China.

Tang, T. L. P., & Chiu, R. K. 2003. Income, money ethic, pay satisfaction, commitment,

and unethical behavior: is the love of money the root of evil for Hong Kong employees? Journal of Business Ethics, 46, 13-30.

Vitell, S. J., Paolillo, J. G. P., & Singh, J. 2006. The role of money and religiosity in

determining consumers’ ethical beliefs. Journal of Business Ethics, 64(March II), 117-124.

Vitell, S. J., Singh, J., & Paolillo, J. G. P. 2007. Consumers’ ethical beliefs: The roles of

money, religiosity and attitude toward business. Journal of Business Ethics, 73, 369-379.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

18 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Lampiran

Tabel 4.1 : Profil Responden

Jumlah Persentase Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan

26 22

54% 46%

Agama Katolik Protestan Budha Muslim/Islam

2 1 3 42

4% 2% 6% 88%

Umur < 25 ≥ 25

8 40

17% 83%

Sumber : Data diolah peneliti tahun 2014

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Gender 48 .00 1.00 .5417 .50353 ME 48 30 64 48.71 9.880 RI 48 14 38 27.40 7.246 RE 48 25 60 38.96 7.822 ET 48 15 75 49.71 13.558 Valid N (listwise)

48

Tabel 4.3 Hasil uji Peorson Correlation

Item pertanyaan ME RI RE ET

1 .646** .838** .548** .793**

2 .510** .719** .594** .817**

3 .639** .781** .657** .851**

4 .464** .819** .492** .713**

5 .408** .877** .387** .700**

6 .646** .695** .456** .829**

7 .733** .878** .462** .823**

8 .713** .879** .436** .724**

9 .651** .492** .843**

10 .774** ,272 .818**

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

19 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Item pertanyaan ME RI RE ET

11 .460** .477** .817**

12 .497** .431** .790**

13 .592** .829**

14 .295* .817**

15 .380** .858**

Tabel 4.4 : Hasil Uji reliabilitas.

Variabel Cronbach Alpha Money Ethic 0.850 Religiusitas Instrinsik 0.926 Religiusitas Ekstrinsik 0.839 Etika Tax Evasion 0.956

Tabel 4.5 Model 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 88.959 8.136 10.934 .000

ME -.806 .164 -.587 -4.920 .000 a. Dependent Variable: ET

Tabel 4.6 Model 2 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 67.643 10.889 6.212 .000

ME -.240 .215 -.175 -1.116 .270 RI .476 .214 .254 2.220 .032 Interaksi1 -.010 .004 -.438 -2.702 .010

a. Dependent Variable: ET

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

20 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Tabel 4.7 Model 3

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 123.803 37.768 3.278 .002

ME -1.112 .752 -.810 -1.478 .146 RE -.885 .912 -.530 -.970 .337 Interaksi2 .008 .018 .332 .429 .670

a. Dependent Variable: ET

Tabel 4.7 Model 4

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 81.880 8.536 9.592 .000

ME -.650 .175 -.474 -3.707 .001 Gender 13.900 6.740 .516 2.062 .045 Interaksi3 -.298 .136 -.571 -2.193 .034

a. Dependent Variable: ET

Instrumen

Money Ethics

No Pernyataan 1 Uang merupakan faktor yang penting bagi kehidupan saya 2 Uang itu penting 3 Saya menghargai uang itu sangat tinggi 4 Uang adalah akar dari segala kejahatan 5 Uang yang dikeluarkan adalah kerugian 6 Uang melambangkan prestasi seseoran 7 Uang adalah simbol kesuksesan 8 Uang dapat memberi saya segalanya 9 Uang membuat saya dihormati dalam sebuah komunitas 10 Uang membantu saya mengekspresikan kompetensi dan kemampuan 11 Uang dapat membuat saya memiliki banyak teman 12 Uang memberi saya kekuasaan dan kebebasan 13 Uang memberi saya kesempatan untuk menjadi apa yang saya inginkan 14 Saya menggunakan uang saya dengan sangat berhati-hati 15 Saya mengalokasikan uang saya dengan sangat baik

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

21 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Religiusitas Intrinsik

No Pernyataam 1 Penting bagi saya menghabiskan waktu untuk menyendiri merenung

memperdalam ilmu agama 2 Jika tidak ada kondisi darurat yang menghalangi saya ketempat ibadah,

saya akan pergi ketempat ibadah 3 Saya berusaha membawa nilai-nilai agama ke dalam kehidupan saya 4 Saya mencurahkan seluruh perasaan saya ketika berdoa 5 Saya merasa Tuhan sering hadir dalam hidup saya 6 Saya lebih memilih untuk bergabung di grup pengajian dibandingkan

kelompok sosial 7 Saya menggunakan pendekatan agam dalam menjalankan kehidupan 8 Agama sangat penting, karena agama menjawab semua pertanyaan

hidup

Religiusitas Ekstrinsik

No Pernyataan 1 Meskipun saya yakin dengan agama saya, saya merasa ada banyak hal

lain yang lebih penting dalam hidup 2 Tidak peduli seberapa besar keyakinan saya selama saya masih

menjalani hidup dengan moral 3 Tujuan utama dari berdoa adalah mendapatkan pertolongan dan

perlindungan 4 Tempat ibadah adalah tempat paling penting untuk membentuk

hubungan sosial 5 Agama menawarkan rasa nyaman saat sedih atau ditimpa musibah 6 Saya berdoa terutama karena saya telah diajarkan untuk berdoa 7 Meskipun saya orang religius saya menolak memasukkan

pertimbangan agama dalam mempengaruhi urusan saya 8 Pergi ke tempat ibadah adalah sebuah kegiatan sosial yang

menyenangkan, inilah alasan terpenting dari agama 9 Menjadikan tempat ibadah sebagai tempat yang cocok untuk aktivitas

sosial, itulah manfaat utama dari agama 10 Adakalanya saya merasa perlu mempertimbangkan keyakinan agama

saya untuk melindungi kesejahteraan sosial dan ekonomi sara 11 Salah satu alasan untuk saya menjadi anggota keagamaan adalah

bahwa keanggotaan tersebut membantu untuk membentuk seseorang di masyarakat

12 Tujuan beribadah adalah untuk hidup bahagia dan damai 13

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

22 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Etika Tax Evasion

No Pernyataan 1 Kecurangan pajak adalah etis jika tarif pajak terlalu tinggi 2 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika tarif pajak yang tidak terlalu

tinggi 3 Kecurangan pajak adalah etis jika sistem pajak tidak adil 4 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang

dikumpulkan terbuang 5 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika sebagian besar uang yang

dikumpulkan dihabiskan dengan bijaksana 6 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang

dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang secara moral saya setuju

7 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang layak

8 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang tidak menguntungkan saya

9 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika sebagian besar uang yang dikumpulkan dihabiskan untuk proyek-proyek yang menguntungkan saya

10 Kecurangan pajak adalah etis jika semua orang melakukannya 11 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian besar uang yang terkumpul

di kantongi politisi korup atau keluarga dan teman-teman mereka 12 Kecurangan pajak adalah etis jika kemungkinan tertangkap aparat

hukum rendah 13 Kecurangan pajak adalah etis jika sebagian hasil digunakan untuk

mendukung sebuah negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Negara kita

14 Kecurangan pajak adalah etis jika saya tidak mampu untuk membayar 15 Kecurangan pajak adalah etis bahkan jika jika saya membayar lebih

sedikit, orang lain harus membayar lebih banyak

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

23 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id