Bank dan Lembaga Keuangan - Penghimpun dan Penyaluran Dana dan Kredit Bank

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan, penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus mengembangkan penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan perekonomian yang begitu pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran, hingga pengambilan dana yang semakin modern. Dari beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam penghimpunan dana (funding) yang ada di masyarakat menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Kemampuan bank untuk menghimpun dana dalam lingkup besar serta luas menjadikannya sangat efektif untuk menjalankan tugas keduanya yaitu penyaluran dana dari masyarakat tersebut kembali kepada masyarakat yang tujuannya tiada lain untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Transcript of Bank dan Lembaga Keuangan - Penghimpun dan Penyaluran Dana dan Kredit Bank

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank

yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan

fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan, penukaran,

penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus

mengembangkan penyediaan jasa-jasa tersebut guna

mengikuti tuntunan kemajuan perekonomian yang begitu

pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran,

hingga pengambilan dana yang semakin modern. Dari

beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam

penghimpunan dana (funding) yang ada di masyarakat

menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi

penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk

menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan

kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Kemampuan

bank untuk menghimpun dana dalam lingkup besar serta

luas menjadikannya sangat efektif untuk menjalankan

tugas keduanya yaitu penyaluran dana dari masyarakat

tersebut kembali kepada masyarakat yang tujuannya tiada

lain untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat

Indonesia.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

penyalur dana kepada masyarakat, bank memiliki salah

satu kegiatan penyaluran dana tersebut melalui kegiatan

pemberian kredit. Jika dilihat dari skema penghimpunan

dana hingga penyaluran dana tersebut, untuk bank

konvensional dalam penghimpunan dana, penabung

diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara

dalam pemberian kredit, penerima kredit (debitur)

dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya

administrasi.

Dari beberapa penjelasan dan perkembangan di

bidang perbankan tersebut timbullah suatu masalah yang

cukup rumit dikarenakan begitu pesatnya pertumbuhan dan

perkembangan perbankan di negara Indonesia ini. Masalah

tersebut berkutat pada beberapa masalah dasar yang

tidak diketahui masyarakat awam pada umumnya. Jika

masalah ini dibiarkan maka tujuan awal bank didirikan

sebagai salah satu lembaga keuangan yang bertujuan

untuk mensejahterakan rakyat dapat meleset karena tidak

seluruh masyarakatnya mengetahui mekanisme yang berlaku

dan keuntungan serta hal-hal apa saja yang harus

diperhatikan apabila mereka menggunakan jasa perbankan

ini. Masalah tersebut di antaranya: cara-cara yang

dilakukan oleh bank di dalam menghimpun dana dari

masyarakat luas, produk-produk dari perbankan, serta

bagaimana tujuan serta mekanisme dari kredit yang

diberikan oleh bank. Melihat permasalahan tersebut,

penulis ingin membahasnya di dalam makalah ini untuk

memberikan penjelasan lebih rinci bagi para pembaca

akan pentingnya perihal-perihal di atas di dalam

kehidupan perekonomian di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

            Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai

persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Bank dan

Lembaga Keuangan. Tujuan lainnya ialah sebagai bentuk

dari kepedulian penulis terhadap permasalahan-

permasalahan tentang tersendatnya arus informasi

mengenai perbankan di Indonesia yang membuat masyarakat

belum mengetahui secara jelas mengenai cara

penghimpunan, penyaluran dana dan kredit perbankan.

1.3 Rumusan Masalah         

            Dengan tujuan penulisan makalah di atas

maka penulis ingin memberikan informasi tentang

penghimpunan, penyaluran dana dan kredit perbankan

kepada pembaca. Agar makalah ini memiliki kepaduan

informasi yang baik maka penulis membuat rumusan

masalah di dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses penghimpunan dana oleh bank

konvensional dan dengan cara apa melakukannya?

2. Produk-produk seperti apakah yang ditawarkan oleh

bank konvensional?

3. Seperti apakah penyaluran dana yang dilakukan oleh

bank konvensional kepada masyarakat Indonesia?

4. Bagaimanakah deskripsi tentang kredit perbankan di

Indonesia?

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Dana Bank

Sumber dana bank adalah suatu usaha yang dilakukan

oleh bank untuk mencari atau menghimpun dana untuk

digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan bank.

Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan

maupun lembaga lain di luar perusahaan dan juga dan

dapat diperoleh dari masyarakat.

2.2 Pengertian Penyaluran Dana

Definisi penyaluran dana adalah menjual kembali

dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk

simpanan. Dalam penyaluran dana ini, pihak bank harus

memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan

dananya ke masyarakat melalui alokasi yang strategis

sehingga keuntungan yang didapat bisa dimaksimalkan.

Tujuan bank dari pengalokasian dana adalah memperoleh

keuntungan semaksimal mungkin. Dalam mengalokasikan

dana, pihak perbankan membaginya ke dalam prosentase-

prosentase tertentu sesuai dengan kondisi yang terjadi

di dalam perekonomian pada saat sekarang ini, misalnya

untuk bidang pertanian diberikan 20 % sedangkan untuk

bidang industri diberikan 40%. Dalam hal penyaluran

dananya ke masyarakat pihak perbankan membebankan bunga

dengan prosentasi tertentu sesuai dengan penetapan

harga bunga oleh BI. Untuk saat tahun 2007 BI

menetapkan suku bunga untuk pengalokasian dana

kemasyarakat berkisar 1% per bulan.

2.3 Pengertian Kredit dan Pembiayaan

Menurut Undang-Undang perbankan No 10 tahun

1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

atau bagi hasil.

Dalam pemberian kredit pihak perbankkan akan

mengadakan perjanjian terlebih dahulu dengan pihak

peminjam, namun sebelum hal terjadi pihak peminjam

mengajukan proposal terlebih dahulu kepada pihak

perbankan untuk dianalisa dalam hal latar belakang

nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang

diberikan. Hal ini dilakukan agar pihak perbankan

menjadi yakin serta bahwa nasabah adalah orang yang

tepat untuk diberikan pinjaman. Pemberian kredit yang

tanpa melalui tahap analisis akan dapat menyebabkan

kerugian bagi pihak perbankan itu sendiri karena akan

dapat menimbulkan kredit macet di kemudian hari, hal

inilah yang terjadi di banyak tubuh perbakkan pada

tahun 1997 dimana banyak bank umum yang dilikuidasi

oleh BI dikarenakan likuiditasnya berada dibawah

standar BI.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penghimpunan Dana Bank

Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang

(memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli

uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga yang

didapat maka bank mendapat keuntungan. Penghimpunan

dana ini terdapat pada sumber-sumber dana bank. Sumber

dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri.

Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para

pemegang sahamnya. Apabila saham dalam portepel belum

habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu,

maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham

kepada pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan

perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan

dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru

tersebut di pasar modal. Di samping itu, pihak

perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba

yang belum digunakan. Secara garis besar dapat

disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :

a. Setoran modal dari pemegang saham, maksudnya

adalah setoran para pemegang saham lama.

b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah

cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang

tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.

Cadangan ini sengaja disediakan untuk

mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba

yang memang belum dibagikan pada tahun yang

bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai modal untuk sementara waktu.

Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak

perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada

jika meminjam ke lembaga lain. Sumber yang kedua adalah

dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini

merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi

bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu

membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian

dana dari sumber ini relatif paling mudah jika

dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana

dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank dapat

memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan

tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif

lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun

sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam

bentuk :

1. Rekening giro (demand deposit) yaitu simpanan

yang penarikannya setiap saat dengan cek,

bilyet giro atau tunai.

2. Rekening tabungan (saving deposit) dana yang

penarikannya dengan syarat tertentu ( buku

tabungan, atm, dll) dan tidak dengan cek atau

bilyet giro.

3. Rekening deposito (time deposit) yaitu simpanan

yang penarikannya hanya saat jatuh tempo sesuai

kesepakatan, yang berasal dari nasabah atau

perorangan.

4. Deposito yang tidak ditransaksikan merupakan

sumber utama pendanaan bank. Pemilik tidak

dapat menuliskan cek pada deposito yang tidak

ditransaksikan. Ada dua jenis deposito yang

tidak dapat ditransaksikan yaitu tabungan dan

deposito berjangka

Di mana rekening giro merupakan dana murah bagi

bank karena bunga atau balas jasa yang dibayar paling

murah jika dibandingkan rekening tabungan dan rekening

deposito yang ditanggung oleh bank dengan bunga dan

pengembalian yang cukup tinggi. Dana-dana seperti

inilah yang ditargetkan oleh bank harus lebih tinggi

daripada beberapa sumber dana yang lain agar keuntungan

bank dapat dimaksimalkan tanpa mengecewakan nasabah.

Sumber dan yang ketiga adalah dana yang bersumber

dari lembaga lainnya. Sumber dana yang ketiga ini

merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam

pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas.

Pencarian dari sumber dana ini relatif mahal dan

sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang

diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai

atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan

dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :

a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia

Merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia

kepada bank-bank yang mengalami kesulitan

likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga

diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor

tertentu.

b. Pinjaman antar bank (call money)

Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-

bank yang kalah kliring sehingga membutuhkan

dana yang cukup besar dalam tempo yang mendesak

sehingga mengharuskan bank meminjam kepada bank

lain dengan jangka waktu pengembalian yang

pendek serta tingkat pengembalian bunga yang

cukup tinggi.

c. Pinjaman antar bank melalui interbank call money

market

Pinjaman ini bersifat jangka pendek berupa

pinjaman dari bank lain melalui interbank call money

market dengan bunga yang relatif tinggi.

Pinjaman antar bank ini berbeda dengan call

moneykarena pinjaman ini dilakukan bukan untuk

memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka

pendek, melainkan untuk memenuhi suatu

kebutuhan dana yang lebih terencana dalam

rangka pengembangan usaha atau meningkatkan

penerimaan bank.

d. Pinjaman dari luar negeri

Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh

perbankkan dari pihak luar negeri. Sebagai

contoh: Bank mendapatkan dana dari meminjam

kepada the Federal Reserve System (Bank Sentral AS), the

Federal Home Loan Bank, atau bank lain dan

perusahaan.

e. Surat berharga pasar uang (SBPU)

Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU

kemudian diperjualkan kepada pihak yang

berminat, baik perusahaan keuangan maupun

nonkeuangan.

3.2 Penyaluran Dana Bank

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi

beban apabila dibiarkan saja tanpa ada alokasi

penggunaan dana tersebut yang produktif. Bank berusaha

mengalokasikan dananya dalam bentuk beberapa aktiva

dengan berbagai macam pertimbangan.

Ada 3 hal yang yang selalu diperhatikan bank yaitu

; Resiko, hasil , jangka waktu dan likuiditas.Secara

lebih rinci alokasi dana yang telah berhasil dihimpun

oleh bank didapat dalam bentuk:

1. Cadangan Likuiditas yaitu aktiva yang ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka

pendek dan resiko dari aktiva ini tergolong

rendah bahkan terkadang aktiva ini disebut

aktiva yang tidak produktif (idle fund). Cadangan

likuiditas terdiri dari 2 kategori yaitu :

cadangan primer (primary reserves) dan cadangan

sekunder.

2. Penyaluran kredit merupakan salah satu dari

cara bank menyalurkan dana yang didapatnya.

Penyaluran kredit ini tergolong aktiva

produktif atau tingkat penerimaannya tinggi

tetapi resiko dari pernyaluran kredit ini juga

tergolong tinggi dibanding yang lain.

3.  Investasi yang dilakukan bank termasuk ke dalam

cara bank menyalurkan dananya ke beberapa

bidang atau proyek yang sedang berjalan maupun

yang akan dilakukan melalui keikutsertaan bank

di dalam kepemilikan saham. Investasi ini dapat

berupa penerimaan dana dalam bentuk surat-surat

berharga jangka pendek dan panjang, atau berupa

penyertaan langsung pada badan usaha lain

(saham). Bentuk surat berharga berupa saham dan

obligasi. Tentang penyertaan langsung

berdasarkan UU no 7 tahun 1992 bank hanya boleh

melakukan penyertaan pada dua jenis badan usaha

yaitu lembaga keuangan dan debitor yang

kreditnya macet dan penyertaannya bersifat

sementara. Resiko investasi tergolong tinggi

karena aktiva ini termasuk aktiva yang

produktif.

4. Bank dapat menyalurkan dananya untuk aktiva

tetap dan inventaris. Aktiva ini tergolong

aktiva yang tidak produktif tetapi beresiko

sangat tinggi namun bank harus tetap

mengalokasikan dananya pada aktiva ini karena

bank harus mempunyain inventaris kantor dan

dengan mengalokasikannya diharapkan gambaran

masyarakat terhadap bank dapat lebih baik.

Produk-Produk Bank Dalam Penyediaan Jasa

Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan

bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada

nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa.

Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian

jasa-jasa ini desebut fee-based income.

Bentuk- bentuk jasa yang ditawarkan bank antara

lain adalah :

1. Pengiriman uang,

2. Letter of credit,

3. Surat kredit yang diberikan kepada para

eksportir dan importir yang digunakan untuk

melakukan pembayaran atas transaksi ekspor-

impor yang mereka lakukan,

4. Bank garansi, jaminan bank yang diberikan

kepada nasabah dalam rangka membiayai suatu

usaha,

5. Kliring dan inkaso, penagihan warkat atau surat

berharga yang berasal dari dalam kota sedangkan

inkaso penagihan warkat dari luar kota,

6. Kartu kredit dan Kartu Debet(ATM),

7. Money changer

8. Traveller’s check, cek perjalanan yang biasa

digunakan oleh turis atau wisatawan. Cek wisata

ini dapat digunakan untuk pembayaran ditempat-

tempat tertentu seperi hotel, supermarket, dll.

9. Telebanking,

10. Custodian,

11. Wali amanat,

12. Standing order, dan

13. Safe deposit box, pemberian pelayanan

penyewaan box atau kotak pengaman tempat

penyimpanan surat-surat berharga milik nasabah.

3.3 Kredit Bank Di Indonesia

1. Kredit Bank Masa Kolonial Hingga Masa Kemerdekaan

Pada perkembangan awal penyediaan kredit oleh

bank, sebelum lahirnya “Algemene Volkscredietbank” (“A. V.

B.”), perkreditan rakyat mencakup kelompok-kelompok

lembaga sebagai berikut: lumbung desa, bank desa dan

bank kredit rakyat (volkscredietbank). Di atasnya, “Centrale

Kas” berfungsi sebagai instansi penilik dan pembina,

serta sebagai pusat keuangan.Fungsi bank-bank rakyat

adalah menyediakan kredit untuk kebutuhan-kebutuhan

penduduk petani. Yang dimaksudkan tidaklah pertama-

pertama kredit pertanian dalam arti yang sebenarnya,

melainkan kredit yang diberikan kepada petani. Sebab,

tidaklah banyak gunanya untuk mengadakan perbedaan

antara kredit produksi dan kredit konsumsi.

Sudah tentu, sebagian dari kredit yang diberikan

itu, dengan sendirinya digunakan untuk menutup biaya

menggarap lahan, membeli bibit padi, peralatan

pertanian dan pupuk, menyewa atau membeli tanah dan

ternak—semua pengeluaran yang berkaitan dengan usaha

tani. Tetapi, sebagian besar dari kredit itu juga

digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat konsumsi

semata-mata: untuk kebutuhan hidup pada masa paceklik,

membeli pakaian, perabot rumah, dan sebagainya.Selain

kredit untuk golongan petani, juga disediakan pinjaman

bagi mereka yang lebih terlibat dalam perdagangan dan

industri: baik mereka yang hidup dalam lingkungan desa

mau menyediakan apa yang dinamakan

“Middenstandscrediet” (kredit golongan menengah).

Secara relatif kredit ini lebih sering dijumpai di Luar

Jawa daripada di pulau Jawa sendiri pada masa itu.

Selanjutnya bank-bank rakyat (sesudah tahun 1934

menjadi kantor-kantor “A. V. B.” setempat) juga

menyediakan kredit bagi golongan amtenar (pegawai

negeri), kaum pensiunan, dan karyawan swasta.Bentuk-

bentuk kredit yang paling lazim diberikan oleh bank-

bank rakyat (di kemudian hari, dengan tampilnya

“A.V.B.”, bentuk-bentuk kredit itu juga menjadi lebih

beragam) adalah pinjaman musiman dan pinjaman angsuran.

Pinjaman musiman adalah pinjaman yang dibayar kembali

sesudah satu kali atau beberapa kali panen. Sebaliknya,

pinjaman angsuran pelunasannya dilakukan dalam 10

sampai 20 cicilan bulanan, Kredit yang diberikan oleh

bank rakyat pada pokoknya merupakan kredit pribadi

(persoonlijk crediet). Jaminan (agunan) hanya disyaratkan

bagi kredit-kredit yang lebih besar dengan jangka waktu

yang lebih lama.Seperti diketahui, ketika dulu orang

mendirikan lembaga-lembaga kredit desa, titik tolaknya

adalah pemikiran untuk menjadikannya sebagai lembaga-

lembaga kredit rakyat yang sesungguhnya didasarkan atas

asas-asas koperasi. Dalam pertumbuhan selanjutnya,

sifat koperatif itu harus terus dikembangkan. De Wolff

van Westerrode, Bapak dinas perkreditan rakyat, adalah

orang yang sangat mengagumi sistemRaiffeisen, dan ingin

menerapkannya dalam masyarakat Indonesia untuk

meringankan kesulitan kredit, yang jelas dirasakan oleh

penduduk. Tetapi, karena berbagai keadaan, organisasi

kredit itu telah mengalami suatu perubahan arti bagi

penduduk: badan-badan perkreditan rakyat itu lama-

kelamaan lebih merupakan “Popular banks” daripada “People’s

banks”.

Pemberian kredit murah itu dianggap sebagai suatu

cara yang ampuh untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia, dan orang ingin menerapkan cara

ini dengan segera dan pada skala yang besar. Untuk

tujuan itu maka dari pihak atas dibentuklah sebuah

organisasi perkreditan rakyat sebagai suatu lembaga

pemerintah. Keuntungannya, dengan demikian terbukalah

kemungkinan untuk memberi bantuan pada skala yang luas

dan untuk mencapai hasil-hasil yang besar (setidak-

tidaknya secara kualitatif) dalam waktu yang relatif

singkat; tetapi, di lain pihak ada hal-hal yang sangat

merugikan yang melekat pada suatu lembaga yang

dipaksakan di atas. Pimpinannya berada di tangan orang-

orang yang hidup di luar lingkungan sosial dan ekonomis

yang sebenarnya di mana organisasi itu harus bekerja;

bank-bank kredit bekerja secara massal dan kaku;

penduduk tidak merasakannya sebagai lembaga-lembaga

mereka sendiri di mana mereka dapat ikut bicara.

Cramer menutup tinjauannya dalam tahun 1929 dengan

kata-kata “Perkreditan rakyat masih jauh dari sempurna.

Dari segi kuantitatif, hasil-hasil yang telah dicapai

dapat dikatakan besar, dari segi kualitatif kita tidak

dapat mengetahuinya dengan tepat. Cita-cita yang telah

dibayangkan oleh para pendirinya, untuk meningkatkan

dengan nyata kesejahteraan penduduk melalui perkreditan

rakyat, tidak tercapai.” Memang ia menunjukkan bahwa,

bagaimanapun, kemunduran kesejahteraan telah dapat

dihindari, melalui pemberian kredit murah secara besar-

besaran. Namun demikian, ia menganggap lembaga-lembaga

kredit desa, meski bersifat lembaga pihak berwajib,

sangat penting bagi masa depan; peran badan-badan itu

akan semakin besar, dengan semakin besarnya

diferensiasi yang akan timbul nanti dalam masyarakat

Indonesia.

Dalam tahun-tahun depresi Indonesia di awal

kemerdekaan, Seorang tokoh ekonomi Indonesia, R. M.

Margono Djojohadikoesoemo dalam hubungannya dengan

bank-bank desa, menulis: “ Dari segi pemberian kredit

secara massal, organisasi yang sudah ada itu memang tak

banyak celanya, tetapi jika cara itu digunakan terus,

kita hanya akan menuju suatu perkembangan bank desa

dari segi kuantitatifnya saja, sedangkan kualitasnya,

jika tidak terdesak, akan tetap saja pada tingkat yang

sama”. Hampir dua dasawarsa setelah kata-kata itu

ditulis, dapat dilihat bahwa kualitas kredit yang

diberikan oleh bank-bank desa selama eksistensi mereka

tetap berada dalam batas-batas yang sempit dan menurut

skema-skema tertentu; kredit-kredit jangka pendek

dengan angsuran mingguan merupakan hidangan utamanya.

Dengan kata lain: kredit yang diberikan oleh bank

desa tetap saja merupakan kredit statis, artinya,

kredit yang bertujuan mempertahankan suatu tingkat

kesejahteraan yang sudah dicapai. Jadi, ia tidak

berkembang menjadi suatu kredit dinamis, artinya,

kredit yang bertujuan menaikkan tingkat kesejahteraan.

Prof. Gonggrijp merumuskannya sebagai

berikut: “Dengan pemberian kredit dalam arti statis

ini, mungkin saja lumbung-lumbung desa, bank-bank desa

yang kecil dan rumah-rumah gadai sudah merasa puas,

tetapi bank-bank rakyat tidak boleh. Mereka tidak hanya

harus memikirkan akibat-akibat dari kegiatan

perkreditannya yang aktif di dalam lingkungan pribumi

(dan Cina), tetapi juga harus berusaha menggiatkan

kehidupan ekonomi di dalam lingkungan itu, dengan kata

lain, harus bekerja dalam arti dinamis.”

Selain itu, tinjauan-tinjauan di atas mendukung

pernyataan penulis bahwa: “Kredit itu sendiri tidak

pernah menyebabkan dinamisasi kegiatan ekonomi, tetapi

kredit yang diorganisasi dengan baik memang merupakan

suatu syarat untuk itu”. Sebab, tidak dapat disangkal

lagi, bahwa dorongan yang pertama timbul dari golongan-

golongan industri yang bersangkutan itu sendiri

(walaupun dengan bantuan dan penyluhan dari dinas-dinas

pemerintah).

Akan tetapi, dari pihak lain, juga tidak dapat

disangkal bahwa perkembangan industri kerajinan dalam

berbagai cabang-cabangnya tak akan sampai mengalami

perkembangan secepat itu, seandainya “A. V. B.” dengan

seluruh organisasinya dan perlengkapan usahanya yang

baik tidak bersiap-siap untuk memberikan bantuan yang

diperlukan. Sebab, pemberian kredit untuk berbagai

tujuan yang khusus itu sering kali mempunyai sifat

eksperimental dan pada dasarnya merupakan suatu upaya

rintisan. Ia memungkinkan dinas-dinas lain melakukan

pekerjaan sosial-ekonomisnya yang penting, atau

setidak-tidaknya sangat mempermudahnya. Jelaslah bahwa

pemberian kredit seperti itu hanya dapat ditangani oleh

suatu usaha yang dipimpin secara sentral, yang dapat

mengandalkan pengalaman dalam berbagai bidang, dan

memiliki data yang lengkap untuk memilih jalan yang

tepat.

2. Kredit Bank Masa Modern

            Pada dasarnya dalam lingkup makro,

penyaluran kredit yang tepat akan dapat memperkuat

struktur perekonomian nasional. Penyaluran kredit

kepada pihak-pihak yang ingin mengembangkan usahanya

seperti halnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) dapat menghasilkan peluang-peluang baru bagi

banyak orang. Mulai dari terbukanya lapangan kerja

sampai dengan peningkatan keuntungan yang berdampak

kepada peningkatan penghasilan karyawan. Hal-hal inilah

yang dapat mendukung peningkatan pendapatan perkapita

nasional, dan tentunya dapat memperkuat struktur

perekonomian nasional.

Kredit yang dimaksud disini adalah pemberian

fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah)

kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai

(cash loan) maupun pinjaman non tunai (non cash loan).

Hal yang selalu diperhatikan oleh bank untuk memberikan

kredit kepada setiap nasabahnya di antaranya terdiri

dari beberapa aspek pertimbangan bank, seperti

perizinan dan legalitas. Contohnya : IMB (Izin

Mendirikan Bangunan), angka pengenal eksportir

terbatas, surat izin tempat usaha, surat izin usaha

jasa konstruksi, sertifikat tanah, dan tanda daftar

perusahaan.

Unsur-Unsur Kredit

Ada beberapa unsur yang terkandung dalam pemberian

suatu fasilitas kredit :

a. Kepercayaan

Dimana pihak perbankan memiliki kepercayaan

terhadap pihak peminjam, kepercayaan ini dapat

diperoleh pihak bank bila telah melakukan

analisis pada saat mengajukan proposal, sesuai

dengan prosedur terhadap pihak peminjam.

b. Kesepakatan

Pada saat proposal pengajuan kredit telah

disetujui oleh pihak bank yang bersangkutan

maka selanjutnya dilakukan kontrak kesepakatan

dan ditandatangani oleh pihak bank dan pihak

peminjam.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diajukan pasti terdapat

jangka waktu tertentu, hal ini akan disesuaikan

dengan jangka waktu yang telah disepakati pada

saat kontrak kesepakatan. Jangka waktu dapat

berbentuk jangka pendek, jangka menengah

ataupun jangka panjang.

d. Resiko

Semakin panjang waktu pinjaman maka akan

membuat pengembalian pokok dan bunganya jauh

lebih besar bila kita memilih jangka pendek

karena hal ini akan berkaitan dengan resiko

tidak tertagihnya kredit. Sebab sejauh ini yang

menanggung resiko adalah pihak bank.

e. Balas jasa

Balas jasa didalam bank umum adalah berupa

bunga dan biaya administrasi. Hal ini merupakan

keuntungan yang dapat diperoleh oleh pihak

bank.

3.4 Jenis-Jenis Kredit

Ada beberapa macam kredit yang di berikan oleh

bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat

terdiri dari beberapa jenis :

1. Dilihat dari jenis kegunaannya

a. Kredit investasi

Kredit investasi adalah kredit yang digunakan

untuk pengadaan barang modal jangka panjang

untuk kegiatan usaha nasabah yang sifatnya

jangka panjang. Kredit ini diberikan kepada

perusahaan yang baru akan berdiri atau memulai

bisnis baru. Contoh: untuk keperluan membangun

pabrik baru, membeli tanah untuk usaha, dan

membeli alat transportas serta alat berat.

b. Kredit modal kerja (KMK)

Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang

telah berdiri, namun membutuhkan dana unutk

meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau

untuk membeli bahan baku. KMK dibagi menjadi 2

yaitu :

KMK- Revolving, yaitu fasilitas KMK yang

ditujukan kepada nasabah didalam usaha yang

jangka panjang dan berkelanjutan jadi

apabila ingin meminjam tidak perlu

permohonan baru.

KMK- Einmaleg, yaitu kredit yang digunakan

nasabah hanya sekali dan bila bank tidak

percaya kepada debitor maka fasilitas ini

yang digunakan karena apabila ingin meminjam

debitor harus membuat permohonan baru.

c. Kredit Konsumsi

Kredit Konsumsi, adalah kredit yang digunakan

dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk

tujuan konsumsi dan bukan sebagai barang modal

dalam kegiatan usaha nasabah.

2. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, diberikan untuk membiayai

sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

b. Kredit peternakan, diberikan untuk jangka

pendek misalnya untuk peternakan ayam dan

jangka panjang misalnya untuk kambing ataupun

sapi

c. Kredit industri, diberikan untuk membiayai

industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit perumahan, diberikan untuk membiayai

pembangunan atau pembelian rumah.

e. Kredit usaha kecil dan mikro, kredit kepada

usaha kecil dan mikro Menurut paket kebijaksaan

29 mei 1993 dan didukung dengan surat keputusan

direksi BI no 26/24 /Kep/dir tanggal 29 mei

1993 yang dimaksud kredit untuk usaha kecil

adalah kredit yang diberikan kepada nasabah

usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp

250.000.000,00 untuk membiayai usaha yang

produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit

investasi maupun kredit modal kerja.

Karakteristik kredit kepada usaha kecil dan mikro

secara umum adalah :

1. Memerlukan persyaratan penyerahan anggunan yang

lebih lunak.

2. Memerlukan metode monitoring kredit yang

khusus.

3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit

yang relatif lebih tinggi.

4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang

lebih sederhana.

5. Kerjasama pemberian kredit kepada usaha kecil

dan mikro.

3. Berdasarkan Jangka Waktunya

a. Kredit Jangka Pendek >>  kredit yang jangka

waktunya hingga 1 tahun, atau tidak lebih dari

1 tahun.

b. Kredit Jangka Menengah >>  kredit yang jangka

waktunya antara 1 tahun hingga 3 tahun.

c. Kredit Jangka Panjang > kredit yang jangka

waktunya lebih dari 3 tahun.

4. Berdasarkan Cara Penggunaan

a. Kredit Rekening Koran Bebas >>  jenis kredit

ini memberikan kebebasan kepada nasabah dalam

melakukan jumlah kredit namun disesuaikan

dengan maksimum kredit yang diberikan oleh

pihak bank. Nasabah dapat melakukan kredit

selanjutnya tanpa harus menyelesaikan terlebih

dahulu kredit yang dilakukan sebelumnya.

b. Kredit Rekening Koran Terbatas >>  dalam kredit

ini nasabah hanya dapat melakukan penarikan

sesuai dengan kebutuhan usahanya. Nasabah

benar-benar diawasi oleh bank, pihak bank harus

tau secara pasti tujuan dari penarikan yang

dilakukan oleh nasabah.

c. Kredit Rekening Koran Aflopend >>  dalam kredit

ini penarikan dilakukan secara sekaligus dan

pembayaran dilakukan secara berangsur.

d. Kredit Revolving >>  dalam kredit ini hampir

sama dengan jenis Rekening Koran Bebas, namun

dalam jenis ini nasabah harus terlebih dahulu

melunasi kredit yang sebelumnya telah dilakukan

baru ia dapat melakukan penarikan selanjutnya.

Berbagai alternatif bentuk kerjasama yang dapat

dikembangkan oleh bank dalam penyaluran kredit kepada

usaha kecil dan mikro antara lain berupa:

Pinjaman langsung dari bank umum kepada BPR

Pembiayaan bersama (joint financing). Pembiayaan

bersama adalah pemberian kredit kepada sejumlah

nasabah oleh lebih dari satu bank dan salah

satu bank tersebut bertindak sebagai bank induk

yang bertugas mengadministrasikan kredit yang

berhubungan langsung dengan debitor.

Penyaluran kredit (channeling)

Anjak piutang (factoring)

Penerbitan SBPU Pinjaman Non Tunai (non cash loan)

3.5 Permasalahan Kredit Macet dan Cara

Menanggulangi

Untuk menghadapi permasalahan kredit macet, pihak

bank dapat menggunakan prinsip kehati-hatian sesuai

pada Bab II pasal 2 UU No.10/1998 : Perbankan Indonesia

dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi Indonesia

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

          Menurut Burhanudin Harahap, Gubernur Bank

Indonesia tahun 2005 untuk meminimalisir resiko dan

kredit macet Perbankan Nasional harus mengikuti standar

prosedur operasi yang telah ditentukan, yaitu :

1. Dalam penyaluran kredit bank harus mengikuti

standar prosedur yang disepakati

2. Bank melakukan penilaian kredit operasi secara

profesional

3. Bank tidak melanggar kebijakan yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia

4. Bank harus memiliki aturan internal yang baik

Beberapa hal yang dapat diterapkan oleh perbankan

nasional dalam mencapai kondisi perkreditan yang baik

dan sehat :

1. Perencanaan kredit bertujuan untuk :

Memberikan arah pertumbuhan kredit sehingga

portofolio kredit tidak terkonsentrasi pada

jenis industri, grup, geografis, atau segmen

bisnis tertentu.

Mengantisipasi kegiatan penyaluran kredit

tidak melanggar batasan-batasan yang telah

ditetapkan pemerintah dan internasional.

Dalam perencanaan kredit terdapat Hal-hal yang

harus dipersiapkan dan direncanakan :

a. Penetapan Pasar Sasaran (target market)

Pasar sasaran (target market) adalah sekelompok

nasabah dalam industri, segmen ekonomi, dan

daerah geografis tertentuu yang memiliki

karakteristik tertentu yang dinilai perlu untuk

dibiayai oleh bank. Sebelum melakukan penetapan

pasara sasaran, pihak bank perlu untuk

melakukan penelitian terhadap potensi ekonomi

kelompok nasabah tertentu yang akan dijadikan

sasaran.

b. Kriteria Resiko

Dalam perencanaan kredit salah satu hal ynag

sangat penting untuk dilakukan adalah

menetapkan resiko yang mungkin terjadi di

setiap pasar sasaran yang telah ditetapkan.

Penetapan resiko ini juga merupakan pedoman

bagi operasi bagi seluruh karyawan dalam

melaksanakan pemberian kredit.

Criteria resiko mencakup :

Aktifitas pemasaran, dengan penetapan

standar minimal nasabah.

Tanda-tanda peringatan dini atas kondisi

keuangan nasabah yang mungkin memburuk.

Seleksi awal dalam permohonan kredit.

Penyediaan standar penerimaan yang

diharapkan dari setiap nasabah.

c. Kriteria Nasabah

Dalam penerimaan permohonan kredit pihak bank

harus dapat menentukan nasabah yang dapat

diberikan kredit, hal ini sangat penting karna

pada akhirnya nasabah inilah yang akan

menghasilkan pendapatan terhadap bank. Pihak

perbankan akan melakukan penilaian pada calon

peminjam dengan kriteria 7P, berikut

penjelasannya :

1. Personality

Personality mencakup sikap, emosi, tingkah

laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi

suatu masalah.

2. Party

Menggolongkan nasabah berdasarkan

klasifikasinya masing-masing, misalnya

nasabah yang loyal secara karakter dan

memiliki modal yang tinggi untuk penjamin

pengembalian dana kredit.

3. Purpose

Hal ini untuk mengetahui tujuan nasabah dalam

mengambil kredit, tujuan pengambilan kredit

misalnya untuk modal kerja atau investasi.

4. Prospect

Pihak bank dalam hal ini akan menilai

seberapa menguntungkan prospek usaha nasabah

yang mengajukan kredit dengan

mempertimbangkan gambaran keuntungan di masa

depan dan dengan memikirkan hal-hal apa saja

yang kemungkinan dapat menghambat

pengembalian kredit.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

mengembalikan kredit yang telah diambil atau

dari mana saja dana untuk pengembalian

kredit.

6. Profitabilitas

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba, apakah setiap

periode mengalami peningkatan atau tidak.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha

dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau

jaminan asuransi.

d. Proses analisis kredit

Proses ini harus dilakukan secara menyeluruh

dan lengkap dari informasi yang nyata dan

relevan. Analisis lain yang harus dilakukan

adalah :

1. Analisis atas nasabah perorangan atau badan

usaha yaitu informasi mengenai manajemen

perusahaan, kondisi produk, kondisi

persaingan usaha sejenis, kondisi eksternal

(kebijakan pemerintah dan peraturan yang

mengikat), penilaian agunan, dan reputasi

bisnis.

2. Analisis atas kondisi keuangan yaitu

informasi mengenai neraca, laporan rugi laba,

cash flow, dan rasio-rasio keuangan lainnya.

3. Analisis resiko berupa resiko manajemen,

resiko produk dan jasa, resiko keuangan, dan

resiko eksternal.

4. Analisis kemampuan pembayaran kewajiban

kepada pihak bank berupa net operating cash,

keuntungan perusahaan, penerimaan lain-lain,

penjualan jaminan, dan asuransi.

e. Penetapan jenis dan struktur kredit

Penetapan struktur dan jenis kredit dibuat

berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dari

internal (pihak bank sendiri) maupun pihak

eksternal (Bank Indonesia, BPK, dll).

Pada dasarnya belum ada struktur kredit yang tetap

namun pada umumnya struktur kredit mencakup beberapa

hal berikut ini :

Nama peminjam

Jumlah kredit

Jenis kredit

Tujuan pengajuan kredit

Jangka waktu

Agunan

Ketersediaan dana

Tingkat suku bunga dan denda

Provisi

Commitment fee

3.6 Syarat dan Ketentuan serta Alur Pemberian

Kredit

Syarat dan ketentuan kredit ini digunakan bank

untuk mengamankan dana yang diserahkan kepada nasabah,

dan tentu saja untuk meminimalisir resiko yang mungkin

terjadi. Umumnya syarat dan ketentuan kredit terbagi

menjadi 2, yaitu :

Sebelum Pencairan Kredit : penyerahan agunan,

asuransi, dan sebagainya

Setelah Pencairan Kredit :  pengiriman laporan

keuangan, dan sebagainya.

a. Pelaksanaan perjanjian kredit

Perjanjian kredit biasa disebut juga akad

kredit yaitu merupakan bentuk kesepakatan

antara nasabah dengan pihak bank dan

dilakukan setelah terjadi keputusan pemberian

kredit. Perjanjian kredit dilakukan secara

tertulis dengan bentuk dan format sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

b. Pengawasan kredit

Pengawasan kredit selain merupakan tuntutan

bisnis, juga bertujuan untuk memenuhi

informasi kredit yang dibutuhkan oleh pihak

intern. Pihak intern adalah pihak didalam

bank itu sendiri. Pihak ekstern adalah pihak

diluar bank, seperti Bank Indonesia,

fungsinya untuk menilai tingkat kesehatan

bank dan pengawasan. Pihak ekstern lainnya

seperti Departemen Keuangan, Badan Pemeriksa

Keuangan, audit, dan pihak-pihak lain yang

berkaitan dengan perbankan.

Pengertian Pengawasan Kredit : Usaha

penjagaan dan pengamanan dalam usaha

pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk

perkreditan yang lebih  baik dan efisien,

guna menghindarkan terjadinya penyimpangan

dengan cara mematuhi kebijakan perkreditan

yang telah ditetapkan serta mengusahakan

penyusunan administrasi yang  benar.

Fungsi Pengawasan Kredit : Berfungsi

mengetahui secara dini penyimpangan yang

terjadi atas pemberian kredit pada

nasabah. Dengan adanya pengawasan bank

dapat melakukan langkah-langkah yang tepat

dan cepat dalam perbaikannya.

Cara Melakukan Pengawasan :

1) Secara administratif : monitoring yang

dilakukan dengan menggunakan segala informasi

yang tersedia, baik catatan yang tersedia

maupun informasi lainnya.

2) Secara Fisik : monitoring yang dilakukan

dengan kunjungan langsung ke lokasi usaha atau

tempat lain yang berkaitan dengan fasilitas

kredit yang diberikan oleh bank. Pengawasan ini

biasanya dilakukan secara berkala.

1. Jaminan Kredit

Dalam melakukan peminjaman, pihak peminjam

dapat memberikan jaminan atau tanpa jaminan.

Namun di Indonesia pihak bank selama ini masih

memberikan pinjaman dengan jaminan sedangkan

untuk pinjaman tanpa jaminan belum lazim

diterapkan di Indonesia. Adapun jaminan yang

dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon bank

yang akan memberikan pinjaman adalah sebagai

berikut :

a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang

yang dapat dijadikan jaminan seperti :

Tanah

Bangunan

Kendaraan bermotor

Mesin-mesin

Barang dagangan

Tanaman

b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda

yang merupakan surat-surat yang dijadikan

jaminan seperti :

Sertifikat Saham

Sertifikat Obligasi

Sertifikat Deposito

Wesel

c. Jaminan Orang

Orang atau lembaga yang memberikan jaminan

kepada seseorang yang akan melakukan

pinjaman. Dimana orang atau lembaga yang

memberikan jaminan memiliki nama baik atau

perusahaan yang bonafit, sehingga bank

menjadi percaya untuk memberikan pinjaman

kepada orang yang diberi jaminan tersebut.

2. Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan kepada perusahaan yang

telah loyal kepada bank yang akan mengeluarkan

pinjaman selain itu perusahaan tersebut adalah

perusahaan yang bonafit.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penghimpunanan dana adalah kegiatan usaha yang

utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan

penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk

memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana

telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu

dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien

dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana

tersebut.

Sedangkan definisi penyaluran dana adalah menjual

kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana

dalam bentuk simpanan. Dalam penyaluran dana ini, pihak

bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk

menyalurkan dananya ke masyarakat melalui alokasi yang

strategis sehingga keuntungan yang didapat bisa

dimaksimalkan. Tujuan bank dari pengalokasian dana

adalah memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.

4.2.............................................S

aran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran kami perlukan dari pembaca agar

makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA            Arthesa, Ade dan Handiman Edia, Bank danLembaga Keuangan, Jakarta: Indeks, 2009

Djojohadikusumo, Sumitro. Kredit Rakyat Di MasaDepresi, Jakarta: LP3ES, 1989.

Kasmir. Pemasaran Bank, Edisi 2, Jakarta: Kencana,2004

Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan PasarKeuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2010

Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. Bank danLembaga Keuangan, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat, 2006