Implikasi politik uang terhadap perilaku pemilih?

47
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Semenjak gelombang reformasi pada tahun 1998 melanda Indonesia, proses demokratisasi berlangsung secara cepat dan besar-besaran. Setelah lebih dari tiga puluh tahun Indonesia berada dalam rezim otoriter yang menjalankan demokrasi semu, lalu sejak masa pemerintahan Presiden BJ Habibie proses demokratisasi lewat pemilihan umum memberikan sebuah harapan baru. Pemilihan umum presiden dilaksanakan untuk pertama kalinya pada tahun 2004, sedangkan pemilihan umum kepala daerah setahun setelahnya, lalu berangkat dari hal tersebut berbagai pemilihan umum jamak dilakukan dalam masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) memegang peranan sentral dalam sebuah sistem demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa terselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin politiknya yang meliputi wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen baik di tingkat pusat ataupun daerah dan juga kepala pemerintahan daerah atau pusat secara langsung. Dalam perspektif demokrasi, pemilu memiliki beberapa manfaat. Pertama, pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Sistem demokrasi mempunyai asumsi bahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil- wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan. Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil- wakilnya yang dapat memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih 1

Transcript of Implikasi politik uang terhadap perilaku pemilih?

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Semenjak gelombang reformasi pada tahun 1998 melandaIndonesia, proses demokratisasi berlangsung secara cepatdan besar-besaran. Setelah lebih dari tiga puluh tahunIndonesia berada dalam rezim otoriter yang menjalankandemokrasi semu, lalu sejak masa pemerintahan Presiden BJHabibie proses demokratisasi lewat pemilihan umummemberikan sebuah harapan baru. Pemilihan umum presidendilaksanakan untuk pertama kalinya pada tahun 2004,sedangkan pemilihan umum kepala daerah setahunsetelahnya, lalu berangkat dari hal tersebut berbagaipemilihan umum jamak dilakukan dalam masyarakat.

Pemilihan umum (pemilu) memegang peranan sentral dalamsebuah sistem demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpaterselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Pemilumerupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimanarakyat dapat memilih pemimpin politiknya yang meliputiwakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen baik di tingkatpusat ataupun daerah dan juga kepala pemerintahan daerahatau pusat secara langsung.

Dalam perspektif demokrasi, pemilu memiliki beberapamanfaat. Pertama, pemilu merupakan implementasi perwujudankedaulatan rakyat. Sistem demokrasi mempunyai asumsibahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyatyang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsungmaka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukansiapa yang akan memegang tampuk pemerintahan.

Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilanpolitik. Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dapat memperjuangkan aspirasi dankepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakinbaik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih

1

dalam lembaga perwakilan rakyat ataupun kepala Negaraatau daerah.

Ketiga, pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantianpemimpin secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkanpemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkanreformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yangaspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembalidan sebaliknya jika rakyat tidak percaya makapemerintahan itu akan berakhir dan diganti denganpemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.

Keempat, pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politikuntuk memperoleh legitimasi. Pemberian suara para pemilihdalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandatrakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankanroda pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berartimendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.

Kelima, pemilu merupakan sarana partisipasi politikmasyarakat untuk turut serta menetapkan kebijakan publik.Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkankebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestanyang memiliki program-program yang dinilai aspiratifdengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karenadidukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya ituketika telah memegang tampuk pemerintahan.

Pemilu di Indonesia tak hanya berlangsung untuk memilihanggota perwakilan di parlemen, ataupun kepala daerahsaja. Sistem pemilihan umum sudah jamak digunakan olehmasyarakat mulai dari memilih pimpinan pada tingkatpaling kecil, seperti ketua RT/RW, dan kepala desa.Fenomena ini tak lepas dari kuatnya pengaruh gelombangdemokratisasi yang melanda Indonesia semenjak tahun 1998.

Salah satu tantangan dalam pemilu adalah maraknya praktekpolitik uang (money politic) yang berlangsung hampir diseluruh tingkatan pemilihan umum. Ari Dwipayana (2009)menyebutkan bahwa politik uang adalah salah satu faktor

2

penyebab demokrasi berbiaya tinggi. Wahyudi Kumotomo(2009) menyatakan bahwa setiap orang tahu bahwa kasus-kasus politik uang merupakan hal yang jamak dalam pemilusetelah reformasi. Kendatipun semua calon jika ditanyaakan selalu mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalampolitik uang, warga akan segera bisa menunjuk bagaimanapara calon itu menggunakan uang untuk “membeli suara” didaerah pemilihan mereka. Menurut Daniel Dhakidae (2011)politik uang ini merupakan mata rantai dari terbentuknyakartel politik. Demokrasi perwakilan yang mengandalkanvotes (suara) dengan mudah diubah menjadi sebuahkomoditas, yang akan dijual pada saat sudah diperoleh dandibeli saat belum diperoleh. Dibeli waktu pemilihan umumdengan segala teknik dan dijual pula dengan segalateknik.

Fenomena negatif ini muncul dalam transisi demokrasi diIndonesia. John Markoff (2002: 206) mengindikasikan bahwafenomena ini sebagai hybrid dalam demokrasi masatransisi. Fenomena hybrid demokrasi ini merupakanpercampuran elemen-elemen demokratis dengan elemen-elemennon demokratis yang dapat ditemui secara bersamaan dalamsebuah sistem politik.Larry Diamond memberikan sinyalemenyang tidak jauh berbeda. Ada fenomena yang dia sebutsebagai demokrasi semu (pseudo-democracy). Indikatornya,mekanisme demokrasi tidak menjamin adanya demokrasihakiki. Politik uang (money politics) merupakan salah satufenomena negative mekanisme elektoral di dalam demokrasi.Dalam demokrasi yang belum matang, seperti di Indonesia,politik uang dijadikan alat untuk memobilisasi dukungan.

B. Rumusan masalah 

3

Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah Bagaimanaimplikasi politik uang terhadap perilaku pemilih?

C.Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implikasipolitik uang terhadap perilaku pemilih serta bagaimanaproses terjadinya politik uang pada pemilu 9 April 2014.

D.Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui implikasipolitik uang terhadap perilaku pemilih.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi masyarakat yang akan melakukan penelitian terkait dengan politik uang.

3. Hasil penelian ini diharapkan dapat mencegah ataumeminimalisir terjadinya politik uang pada pemiluselanjutnya.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.    Pengertian Politik Uang (money politics)

Istilah politik uang (money politics) merupakan sebuahistilah yang dekat dengan istilah korupsi politik (politicalcorruption). Apabila penggunaan uang pribadi dalam kampanyedisebut sebagai money politics, maka tidak ada orang ataupartai politik yang bersih dari korupsi. Indra J. Piliang(2011) menyatakan bahwa dalam sejumlah penelitian tentangpemilihan umum, penggunaan uang untuk mengadakanperhelatan, makan bersama, dan lain-lainnya sudah menjadikebiasaan untuk memperoleh dukungan. Kalau kepala desaitu terpilih, lalu dianggap melakukan politik uang, tentuakan menghadapi krisis multilevel dari tingkat rendahsampai tingkat tinggi atas pemerintahan atau pimpinanformal. Pada titik inilah terjadi bias antara politikuang (money politics) dengan biaya politik (cost politics).

Karena itulah belum ada kesimpulan tegas mengenai moneypolitics. Tidak ada batas-batas jelas antara praktik jualbeli suara dan pengeluaran uang dari partai untukkeperluan yang kongkrit. Garis demarkasi antara moneypolitics (politik uang) dan political financing ataupembiayaan kegiatan politik masih sangat kabur. IndraIsmawan (1999: 5-10) dalam bukunya Pengaruh Uang DalamPemilu, menyatakan bahwa politik uang biasa diartikansebagai upaya mempengaruhi perilaku orang denganmenggunakan imbalan tertentu. Ada pula yang mengartikanpolitik uang sebagai tindakan jual beli suara pada sebuahproses politik dan kekuasaan. Tindakan itu dapat terjadidalam jangkauan (range) yang lebar, dari pemilihan kepaladesa sampai pemilihan umum di suatu negara.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebenarnya telah menerbitkanaturan tentang politik uang ini. Politik uang yangdimaksud mempunyai pengertian tindakan membagi-bagi uangbagi sebagai milik partai atau pribadi untuk membelisuara. Melalui Peraturan Nomor 1 tahun 2013 tentang

5

Pedoman Kampanye, KPU telah dengan tegas melarang setiappeserta pemilu menjanjikan atau memberikan uang ataumateri lainnya kepada peserta kampanye.

Selain itu dalam pasal 49 dijelaskan pula bahwa ancamanpelanggaran atas praktek politik uang dapat dibatalkanketerpilihanya, apabila:

(1) terbukti pelaksana kampanye menjanjikan ataumemberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalankepada peserta kampanye Pemilu secara langsung ataupuntidak langsung untuk :

1. tidak menggunakan hak pilihnya;2. menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta

Pemilu dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;

3. memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu;4. memilih calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota tertentu; atau5. memilih calon anggota DPD tertentu, dikenai sanksi

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

(2) Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnyasebagai imbalan kepada peserta kampanye secara langsungatau tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),inisiatifnya berasal dari pelaksana kampanye untukmempengaruhi pemilih. (3) Materi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), tidak termasuk barang-barang yangmerupakan alat peraga atau bahan kampanye pemilu.

Praktik politik uang paling marak terjadi pada saatkampanye. Menurut Robi Cahyadi Kurniawan (2009), kampanyemerupakan bagian penting dalam proses pemilihan umum yangmelibatkan dua unsur penting, yaitu: peserta pemilihanumum dan warga yang mempunyai hak pilih. Analoginyaadalah peserta pemilu merupakan penjual, dan warga adalahpembeli yang dapat melakukan deal politik berkatketertarikan visi, program, dan/atau janji berupa uangdan barang. Politik uang dapat dilakukan oleh aktor

6

secara lansung ataupun tidak langsung, misalnya melaluitim sukses.

2.    Dampak Politik Uang

Sabilal (2009) menyatakan bahwa praktek politik uang padaproses demokrasi level akar rumput (grass root) tumbuhsubur karena dianggap suatu kewajaran, masyarakat tidaklagi peka terhadap bahayanya. Mereka membiarkannya,karena tidak merasa bahwa money politics secara normatifharus dijauhi. Segalanya berjalan dengan wajar. Kendatijelas terjadi money politics, dan hal itu diakui olehkalangan masyarakat, namun tidak ada protes.

Fuji Hastuti (2012) berpendapat bahwa disadari atautidak, penggunaan politik uang sebagai alat mencapaitujuan politik telah mengesampingkan uang dari posisisebagai tujuan utama pelaku transaksi politik uangakhirnya mendapatkan uang sebagai konsekuensi darikekuasaan. Tetapi ketika mereka bertransaksi focus tidaktilakukan pada uang itu sendiri melainkan pada“kekuasaan”. Persoalan yang terkesan remeh namun memilikiimplikasi negatif yang sangat besar bagi perkembangandemokrasi dan penegakan hukum  di Indonesia. Politik uangmembuat proses politik menjadi bias. Akibatpenyalahgunaan uang, pemilu sulit menampakkan cirikejujuran, keadilan serta persaingan yang fair. Pemiluseperti itu akhirnya menciptakan pemerintah yang tidakmemikirkan nasib dan kesejahteraan rakyat. PresidenSusilo Bambang Yudhoyono pun menegaskan bahwa politikuang dapat merusak demokrasi, mengkhianati kepercayaanpublik dan akan melahirkan demokrasi palsu.

Selain itu, politik uang adalah mata rantai dariterbentuknya kartel politik. Kartel hanya terjadi bilakontrol keuangan dalam sistem kapitalistik tidakberlangsung dan praktek money politics berlangsung liar.Pada tahap selanjutnya, hal tersebut akan memicumunculnya praktek korupsi politik. Hamdan Zoelva (2013)menyebutkan bahwa political corruption sendiri melibatkanpembentuk undang-undang (raja, diktator, legislatif) yang

7

berperan sebagai pembentuk peraturan dan standar-standaryang diberlakukan negara, para pejabat menerima suap ataudana untuk kepentingan politik dan pribadi mereka danmemberikan bantuan kepada pendukung mereka denganmengorbankan kepentingan publik yang lebih besar

3.    Pengaruh Politik Uang Terhadap Pemilih

Sejauh mana politik uang mempengaruhi perilaku politiktidak dapat diukur secara pasti. Perilaku politikmasyarakat dapat berubah-ubah sesuai dengan prefensi yangmelatarinya. Kejadian itu sangat memungkinkan karenasetiap manusia dan masyarakat hidup dalam suatu ruangyang bergerak. Leo Agustino (2009) menyebutkan berbagaiperubahan perilaku politik masyarakat, khususnya dalamkonteks partisipasi politik, banyak ditunjukan olehmereka diantaranya disebabkan oleh perubahan systempolitik, tumbuhnya kesadaran kelas, termasuk orang yangberpengaruh pada suatu partai politik, berkurangnyatingkat ketergantungan seseorang, program yang ditawarkanpasangan calon, dan masih banyak lagi.

Menurut John Markoff (2002), Indonesia saat ini mengalamihybrid demokrasi. Yang dimaksud hybrid demokrasi adalahmekanisme demokrasi berlangsung secara bersama-samadengan praktek-praktek non-demokratis. Pemilihan umumsebagai salah satu pilar demokrasi politik berjalanberiringan dengan perilaku money politics yang sejatinyamerusak demokrasi itu sendiri. Maka rasionalitas pemilihmenjadi layak untuk dipertanyakan. Pemilih tidak memilihcalon berdasarkan program dan visi yang ditawarkan tapihanya berdasar jumlah uang yang diterima menjelangpemilihan. Dalam hal ini maka menurut teori John Markoffmaka perilaku pemilih di Indonesia sangat dipengaruhioleh faktor-faktor non-demokratis.

Partisipasi politik yang ditunjukkan dalam angkapenggunaan hak pilih tersebut adalah partisipasi semu.Halili mengutip Larry Diamond menyebutkan bahwaartisipasi demikian akan melahirkan sebagai demokrasisemu (pseudo democracy), dimana keberadaan mekanisme

8

demokrasi tidak menjamin adanya demokrasi sebenarnya(hakiki). Simbol-simbol demokrasi (misalnya prosedurelectoral) mengandung elemen-elemen yang hakikatnyapenyelewengan terhadap demokrasi.

9

Daftar Pustaka :

AAGN Ari Dwipayana. 2009. Demokrasi Biaya Tinggi.Yogyakarta: Jurnal FISIPOL UGM.

Berita dari antara.com dengan judul “Praktek Politik UangMerusak Demokrasi” tertanggal 28 Juli 2010.

Burhanudin Muhtadi 2013. Laporan Survey Sikap danPerilaku Pemilih Terhadap Money Politics. Jakarta:Indikator

Daniel Dakhidae. 2011. Melawan Politik Kartel DalamDemokrasi di Indonesia. Makalah Ilmiah, Yogyakarta:FISIPOL UGM.

Fuji Hastuti. 2012. Politik Uang dalam Pemilu Kades tahun2012. Semarang: UNDIP.

Halili. 2009. Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan KepalaDesa. Yogyakarta: Jurnal Humaniora FIS UNY

Hamdan Zoelva. 2013. Memberantas Electoral Corruption.Jakarta: Jurnal Pemilu dan Demokrasi.

Indra J. Pilliang. 2011. Korupsi dan Demokrasi. ArtikelOpini Kompas November 2011.

Indra Ismawan. 1999. Pengaruh Uang Dalam Pemilu.Yogyakarta: Media Pressindo.

John Markoff. 2002. Gelombang Demokrasi Dunia, GerakanSosial dan Perubahan Politik. Yogyakarta: CCSS

Kazuhisa Matsui. ___. Regional Development Polcy andLocal-Head Elections.

Leo Agustino. 2009. Pilkada dan Dinamika Politik Lokal,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurus Shobah. 2013. Politik Uang Dalam Pemilu Kada.

10

Peraturan KPU Nomor 1 tahun 2013 tentang Pedoman Kampanyedan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.

Robi Cahyadi Kurniawan. 2009. Kampanye Politik: Idealisdan Tantangan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM2009.

Sabilal Rosyad. 2009. Praktek Money Politic Dalam PemiluLegislatif di Kabupaten Pekalongan 2009.

Tim IDEA. 2000. Laporan Penilaian Demokratisasi diIndonesia. Jakarta: IDEA.

Tim KPU. 2009. Pemilihan Umum dan Demokrasi. Jakarta: KPURI.

Wahyudi Kumorotomo. 2009. Intervensi Parpol, Politik Uangdan Korupsi. Makalah Ilmiah: UNDIP.

[1] Nurcholis Majid, dalam Pengantar Laporan PenilaianDemokratisasi di Indonesia oleh IDEA tahun 2000.

[2] Kazuhisa Matsui dalam Regional Development Polcy andLocal-Head Elections.

[3] Dalam buku pegangan KPU “Pemilihan Umum danDemokrasi” tahun 2009 halaman 11-12.

[4] Dalam buku pegangan KPU “Pemilihan Umum danDemokrasi” tahun 2009 halaman 16-18.

[5] AAGN Ari Dwipayana. 2009. Demokrasi Biaya Tinggi.Yogyakarta: Jurnal FISIPOL UGM.

[6] Dalam makalah ilmiah yang ditulis oleh WahyudiKumorotomo yang berjudul “Intervensi Parpol, Politik Uangdan Korupsi” tahun 2009.

[7] Dalam makalah yang ditulis Daniel Dakhidae berjudul“Melawan Politik Kartel Dalam Demokrasi Indonesia” tahun2011.

11

[8] Dalam John Markoff. 2002. Gelombang Demokrasi Dunia,Gerakan Sosial dan Perubahan Politik. Yogyakarta: CCSSdan Pustaka Pelajar.

[9] Larry Diamond, seperti dikutip dari jurnal yangditulis oleh Halili berjudul “Praktik Politik Uang DalamPemilihan Kepala Desa”.

[10] Indra J. Pilliang dalam artikel opini yang dimuat diKompas November 2011 dengan judul “Korupsi danDemokrasi.”

[11] Indra Ismawan. 1999. Pengaruh Uang Dalam Pemilu.Yogyakarta: Media Pressindo.

[12] Definisi ini menurut Affan Gaffar yang dikutip daritesis Sabilal Rosyad berjudul Praktek Money Politic DalamPemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan 2009.

[13] Peraturan KPU Nomor 1 tahun 2013 tentang PedomanKampanye pasal 32.

[14] Peraturan KPU Nomor 1 tahun 2013 tentang PedomanKampanye pasal 49.

[15] Robi Cahyadi Kurniawan dalam Kampanye Politik:Idealis dan Tantangan. Jurnal Ilmu Sosial dan IlmuPolitik UGM 2009.

[16] Halili, dalam jurnal Humaniora 2009 dengan judul“Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa.”

[17] Sabilal Rosyad dalam tesisnya yang berjudul PraktekMoney Politic Dalam Pemilu Legislatif di KabupatenPekalongan 2009.

[18] Fuji Hastuti dalam penelitiannya yang berjudulPolitik Uang dalam Pemilu Kades tahun 2012.

[19] Sabilal Rosyad dalam tesisnya yang berjudul PraktekMoney Politic Dalam Pemilu Legislatif di KabupatenPekalongan 2009.

12

[20] Berita dari antara.com dengan judul “Praktek PolitikUang Merusak Demokrasi” tertanggal 28 Juli 2010.

[21] Dalam makalah yang ditulis Daniel Dakhidae berjudul“Melawan Politik Kartel Dalam Demokrasi Indonesia” tahun2011.

[22] Hamdan Zoelva. 2013. Memberantas ElectoralCorruption, dalam jurnal Pemilu dan Demokrasi.

[23] Leo Agustino dalam buku Pilkada dan Dinamika PolitikLokal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

[24] Halili, dalam jurnal Humaniora 2009 dengan judul“Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa.”

[25] Burhanudin Muhtadi dalam rilis laporan “Sikap danPerilaku Pemilih Terhadap Money Politics” pada tanggal 12Desember 2013.

[26] Halili, dalam jurnal Huamniora 2009 dengan judul“Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa.”

[27] Nurus Shobah. 2013. Dalam jurnal penelitiannya yangberjudul “Politik Uang Dalam Pemilu Kada.”

[28] Sabilal Rosyad. 2009. Praktik Money Politics DalamPemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

13

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalahmetodologi kuantitatif. Yakni sebuah metodologipenelitian dengan terlebih dahulu menetapkan rumusanmasalah dan landasan teori dari penelitian yang akandilaksanakan.

Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas,Penelitian Kuantitatif adalah penelitian ilmiah yangsitematis terhadap bagian-bagian dan fenomena sertahubungan-hubungannya.

Menurut Sugiyono (2003:14), Penelitian kuantitatifadalah penelitian dengan memperoleh data yangberbentuk angka atau data kualitatif yangdiangkakan.

Menurut Silalahi (2006:305), Metode kuantitatif inimenggunakan statistik sebagai alat analisis datanya.

Di dalam metodologi kuantitatif ada beberapa metodeyang dapat digunakan pada proses pengumpulan data.Yakni : metode deskriptif, metode survey, metodekomparatif, penelitian tindakan, metode korelasionaldan metode ekspos facto. Pada penelitian ini, timpeneliti mengfokuskan penelitian dengan menggunakanmetode survey. Metode survei adalah salah satu carapengumpulan data dan informasi dengan melakukanwawancara langsung kepada responden yang telahditentukan, dengan instrument kuisioner/angket.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah penelititetapkan yaitu : “Bagaimana Implikasi Politik UangTerhadap Perilaku Pemilih?” dengan fokus PemilihanUmum Calon Anggota Legislatif Tahun 2014, makametode yang paling tepat untuk memperoleh data yangakan menjadi dasar dan acuan dalam melakukan analisa

14

dalam upaya mencari sebuah kesimpulan terhadaprumusan masalah tersebut adalah metode survey.Mengapa metode survey? Sebab dengan menggunakanmetode survey sangat dimungkinkan akan adanyainteraksi langsung antara pengumpul data dan sumberdata. Interaksi langsung dalam bentuk wawancara dantatap muka dengan menggunakan instrumentkuisioner/angket antara pengumpul data dan sumberdata (responden) sangat penting dilakukan untukmendapatkan data yang benar-benar valid.

Pada penelitian ini, untuk menentukan lokasi surveydan calon responden survey di tentukan secara acak(sampling random) dan secara sengaja/denganpertimbangan tertentu (sampling purposive).

Sistem pengambilan sampel secara acak (samplingrandom).

Sistem pengambilan sampel secara acak (samplingrandom) digunakan untuk menentukan kecamatan dankelurahan mana saja yang akan menjadi lokasipenelitian dengan jumlah sampel sebanyak 30 % darijumlah kecamatan yang ada di kota Kendari dan 30 %dari jumlah kelurahan yang tersebar pada masing-masing kecamatan di kota Kendari.

Sistem pengambilan sampel secara sengaja/denganpertimbangan tertentu (sampling purposive).

Sistem pengambilan sampel secara sengaja/denganpertimbangan tertentu (sampling purposive) digunakanuntuk menentukan lokasi TPS yang akan menjadi lokasipenelitian dan untuk menentukan responden yang akandiwawancarai oleh tim pengumpul data. Jumlah TPSditentukan secara sengaja yakni 2 TPS untuk setiapkelurahan yang telah terpilih menjadi lokasi survey.

15

Jumlah responden ditentukan secara sengaja yakni 2responden untuk setiap TPS yang telah terpilih yangterbagi dalam 1 orang laki-laki dan 1 orangperempuan.

Persentasi lokasi survey dan jumlah responden secarasengaja ditetapkan 30 % untuk lokasi survey(kecamatan dan kelurahan), 2 TPS pada masing-masingkelurahan yang terpilih dan 2 orang (1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) untuk jumlah respondenpada TPS yang terpilih. Hal ini disesuaikan denganjumlah anggaran survey yang tersedia.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian inimenggunakan teknik survey. Teknik survey adalahsalah satu metode penelitian yang merupakan bagiandari metodologi kuantitatif. Dalam metode survey,peneliti menggunakan beberapa format instrumentyaitu : format 1A, format 1B, format 1C dan format1D.

- Format 1A adalah daftar urutan nama-nama kecamatandi kota Kendari.

- Format 1B adalah daftar urutan nama-nama kelurahandimasing-masing kecamatan.

- Format 1C adalah tabel acak.- Format 1D adalah kuisioner/angket.

Format-format tersebut digunakan oleh tim pengumpuldata survey dalam menentukan lokasi survey dan calonresponden survey. Jenis data yang akan dikumpulkandari penelitian ini adalah informasi dan jawabanresponden terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yangberkaitan dengan tujuan penelitian. Teknik

16

pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancaralangsung kepada responden dengan menggunakankuisioner/angket. Wawancara kepada respondendilaksanakan oleh tim pengumpul data yang telahdibentuk pada penelitian ini.

C. Teknik Analisa DataTeknik analisa data yang digunakan dalam survey iniadalah analisa data kuantitatif. Yaitu analisa datayang dilakukan oleh peneliti setelah seluruh datayang dibutuhkan terkumpul. Data-data yang dibutuhkandiperoleh dari tim pengumpul data yang bertugasmelakukan pengumpulan data dilapangan dengan carawawancara langsung terhadap responden yang dipilihsecara sengaja/pertimbangan tertentu denganmenggunakan instrument kuisioner/angket. Analisadata meliputi pengelompokan data, tabulasi data danperhitungan persentase. Analisa data dilakukan untukmenjawab rumusan masalah yang telah ada.

Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif :

17

LandasanTeori

RumusanMasalah

PenentuanPopulasi

Analisa Data PengumpulanData

PengambilanSampel

Kesimpulan data yang diperoleh dari hasil analisadisajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

D. Waktu Dan Tempat

Waktu Pelaksanaan PenelitianWaktu pelaksanaan penelitian, diawali dari masapersiapan penelitian, pelaksanaan penelitian danmengambil kesimpulan terhadap hasil penelitianadalah April 2015 sampai dengan Juli 2015.

Tempat/Lokasi Penelitian

No. Kecamatan Jumlah

Kelurahan

Jumlah TPS Pada

Pilcaleg Tahun

2014Kota Kendari

1. Kendari 9 602. Kendari Barat 9 943. Abeli 13 494. Poasia 4 565. Kambu 4 706. Baruga 4 457. Kadia 5 868. Wua-Wua 4 549. Mandonga 6 84

18

PenyajianData &

Kesimpulan

10. Puuwatu 6 66Total 64 664

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari hasil survey yang dilaksanakan sejak tanggal 20 Juni2015 sampai tanggal 28 Juni 2015, dan kemudian dilakukananalisa data dengan proses pengelompokam data, tabulasidata dan perhitungan persentase hasil tabulasi di perolehhasil sebagai berikut :

Tabel 1 : Motivasi Responden Menggunakan Hak Pilihnya

No. Motivasi Responden Persentase

1 Kesadaran Akan Pentingnya Demokrasi 92,86 %

2 Di Ajak Keluarga/Teman 3,57 %

3 Keluarga/Teman Adalah Peserta Pemilu 3,57 %

19

4 Politik Uang (Money Politic) 0%

Dari tabel dan grafik, terlihat dengan sangat jelas bahwakeberadaan politik uang (money politic) adalah bukan halyang mempengaruhi motivasi responden dalam menggunakanhak pilihnya. Responden yang mewakili populasi pemilih diKota Kendari dengan sangat sadar menggunakan hal pilihnyapada pemilihan umum anggota DPD, DPR dan DPRD Tahun 2014karena termotivasi akan pentingnya demokrasi, initerlihat dari tingkat persentase yakni 92,86 %. Kemudiansebanyak 3,57 % responden menggunakan hak pilihnya karenadiajak oleh teman atau keluarga dan 3, 57 % respondenmenggunkan hak pilihnya karena ada keluarga atau temanmereka yang menjadi peserta pemilu. Sementara politikuang (money politic) berada pada angka 0 %. Angka 0 %pada penelitian ini, bukan berarti tidak ada. Warga KotaKendari tetap ada yang termotivasi menggunakan hakpilihnya karena politik uang, tetapi dalam survey initidak nampak karena sampling random yang diambil hanya 30% mengingat keterbatasan dana pada penelitian ini.

Grafik I : Motivasi Responden Menggunakan Hak Pilihnya

20

Kesadaran Akan

Pentingnya Demokrasi

Di Ajak Keluarga/Teman

Keluarga/Teman Adalah Peserta Pemilu

Politik Uang (Money Politic)

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%100.00%

Series1

Tabel 2 : Pemahaman Responden Terhadap Politik Uang (MoneyPolitic)

No. Pemahaman Responden Persentase

1Adalah Pelanggaran Terhadap Undang-Undang

Pemilu 71, 43 %Dan Merusak Sistem Demokrasi

2 Adalah Sesuatu Yang Wajar Dan Sah-Sah Saja 28,57 %

Dari tabel dan grafik, terlihat bahwa responden yangmewakili populasi pemilih di Kota Kendari pada PemilihanUmum Anggota DPD, DPR dan DPRD Tahun 2014, mayoritas tahudan sadar bahwa politik uang (money politic) adalah

21

sesuatu yang salah, adalah pelanggaran terhadap undang-undang pemilu dan merusak sistem demokrasi. Ini terlihatdari persentase pemahaman mereka yakni 71, 43 %. Walaupunsangat disayangkan pula bahwa Kota Kendari sebagaiibukota provinsi, pusat pendidikan, pusat informasi masihterdapat pemilih yang menganggap bahwa politik uang(money politic) adalah sesuatu yang wajar dan sah-sahsaja. Ini terlihat dari angka persentase yang lumayantinggi yakni sebesar 28,57 %. Patut juga kita ketahuibahwa persentase 71,43 % yang menyatakan bahwa politikuang (money politic) adalah sesuatu yang salah, adalahpelanggaran terhadap undang-undang pemilu dan merusaksistem demokrasi bahwa mereka menolak keberadaan politikuang. Sebagian dari mereka ketika ada peserta pemilu yangmemberikan uang atau barang akan menerimanya dengan alasan tertentu dan sebagian dari mereka menolak denganalasan tertentu, walaupun dalam paradigma berpikir merekaitu adalah hal yang salah. Tetapi keadaan yang membuatmereka toleransi terhadap keberadaan politik uang (moneypolitik)

Grafik II : Pemahaman Responden Terhadap Politik Uang(Money Politic)

22

0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%

Series1

Tabel 3 : Sikap Responden Jika Politik Uang (MoneyPolitic)

Adalah Sesuatu Yang Wajar Dan Sah-Sah Saja

No. Sikap Responden Persentase

1 Menerima Pemberian Dan Memilih YangMemberikan 17,86 %

2 Menerima Pemberian Dan Tidak Memilih YangMemberikan 28,56 %

3 Menolak Pemberian Dan Memilih YangMemberikan 0 %

4 Menolak Pemberian Dan Tidak Memilih YangMemberikan 53,58 %

23

Bagaimana sikap/perilaku pemilih responden yang mewakiliwarga Kota Kendari, jika kita mengandaikan bahwa politiktransaksional, politik uang (money politic) adalahsesuatu yang wajar dan sah-sah saja.

Dalam penelitian ini, tim peneliti mencoba mengandaikanhal tersebut, dan diperoleh hasil yang terlihat padatabel dan grafik bahwa persentase responden yang menolakadanya transaksi dan jual beli suara cukup besar,terlihat 53,58 % responden bersikap menolak pemberian dantidak memilih yang memberikan. Selebihnya 17,86 %responden bersikap menerima pemberian dan memilih yangmemberikan dan 28,56 % responden bersikap menerimapemberian dan tidak memilih yang memberikan. Kemudian 0 %dari responden bersikap menolak pemberian dan memilihyang memberikan. 0 % responden bukan berarti tidak ada.Tetap ada sikap yang demikian, tetapi karenasurvey/penelitian ini hanya dilakukan dengan 30 % sampelacak, maka sikap yang demikian tidak terbaca dalam tabeldan grafik.

Grafik III : Sikap Responden Jika Politik Uang (MoneyPolitik)

Adalah Sesuatu Yang Wajar Dan Sah-Sah Saja

24

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%

Series1

BAB V

25

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yangdilakukan adalah ;

1. Praktek jual/beli suara atau lebih akrab kita dengardengan sebutan politik uang (money politic) bagiwarga Kota Kendari adalah sesuatu yang salah,melanggar undang-undang kepemiluan dan merusaksistem demokrasi Indonesia, walaupun ada jugasebagian warga Kota Kendari yang menganggap haltersebut adalah sesuatu yang wajar dan sah-sah saja.Ini dipengaruhi dari tingkat pendidikan danpemahaman warga Kota Kendari terhadap undang-undangpemilu. Bagi mereka yang berpendidikan menengah keatas menganggap bahwa hal tersebut adalah salah,tetapi bagi mereka yang berpendidikan menengah kebawah menganggap bahwa hal tersebut adalah biasa-biasa saja.

2. Mayoritas warga Kota Kendari dalam menyalurkan hakpilihnya tidak terpengaruh dengan politiktransaksional tetapi karena kesadaran akanpentingnya berdemokrasi. Ada atau tidak adanyapolitik transaksional yang bersentuhan langsungdengan mereka, mereka tetap akan menggunakan hakpilihnya, mereka tetap akan datang ke TPS untukmenyalurkan hak pilihnya.

3. Bagi warga Kota Kendari yang menganggap bahwapolitik transaksional, politik uang (money politic)adalah sesuatu yang wajar dan sah-sah sajadikarenakan peserta pemilu yang telah terpilihsangat jarang menepati janji kampanyenya sehinggamomen pemilu dijadikan oleh warga sebagai momentransaksional/jual beli suara.

26

4. Apabila diandaikan bahwa politik uang adalah sesuatuyang wajar dan sah-sah saja. Maka kita menemukanhasil bahwa responden yang melakukan penolakanterhadap politik uang dan tidak memilih pesertapemilu yang melakukan politik uang menempatipersentase tertinggi.

5. Dari pertanyaan terbuka yang peneliti tanyakankepada responden tentang tanggapan mereka terhadappolitik uang (money politic). Mayoritas respondensangat tidak sepakat dengan adanya politik uang, danmengharapkan sanksi bagi pelaku politik uang.

6. Yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah, padaPemilihan Umum Anggota DPD, DPR dan DPRD Tahun 2014Kota Kendari kita mendengar di Kota Kendari terjaditransaksional politik/jual beli suara, walaupunsecara langsung kita tidak menyaksikannya. Bahwa haltersebut adalah benar, dari hasil penelitian yangdilakukan ditemukan bahwa walaupun motivasi utamawarga Kota Kendari dalam menggunakan hak pilihnyaadalah karena kesadaran akan pentingnya demokrasi,karena ajakan keluarga dan teman, karena inginmembantu keluarga dan teman yang menjadi pesertapemilu tetapi mereka tidak akan menolak ketika adakeluarga/teman yang menjadi peserta pemilu yangmemberikan uang. Responden menganggap ini adalah halyang wajar sebagai ucapan terima kasih atau sebagaiuang traktiran karena telah membantu dukungan suara.Jadi sebenarnya yang salah adalah peserta pemiluyang telah menyuburkan politik transaksional. Karenaseandainya semua peserta pemilu sepakat bahwa merekaharusnya berpolitik secara ideal berdasarkanperaturan dan perundang-undangan yang berlaku tanpaadanya politik transaksional, maka tidak akanmempengaruhi motivasi responden dalam menggunakanhak pilihnya. Karena momen pemilu adalah momen lima

27

tahunan, tanpa ada embel-embel politik uang, wargatetap akan datang ke TPS.

B. SaranBeberapa hal yang perlu dilakukan untuk memberantaspraktek politik uang (money politic) adalah:

1. Sejak usia dini untuk ditanamkan nilai-nilaikejujuran dan keimanan kepada Allah SWT, Tuhan YangMaha Esa pada setiap individu. Karena hanya dengankejujuran dan keimanan yang dilandaskan rasa takutkepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, makaseseorang tidak akan berani melakukan hal-hal yangmelanggar norma dan hukum yang berlaku.

2. Harus ada sanksi yang keras dan tegas bagi parapelanggar undang-undang pemilu.

3. Lembaga penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU danBawaslu harusnya secara bersama merumuskan sebuahaturan baku dalam bentuk regulasi untuk menindakbagi para pelanggar undang-undang kepemiluan, salahsatunya adalah pelaku money politik.

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 TentangPenyelenggara Pemilu harus segera direvisi mengingatpilkada serentak sudah didepan mata. WewenangBawaslu dan seluruh jajarannya dalan Undang-Undangtersebut harusnya diubah, bukan hanya sekedarmemberikan rekomendasi tetapi sampai pada levelpenuntutan bagi pelaku pelanggar undang-undangkepemiluan.

5. Pendidikan politik dimasyarakat, khususnya generasimuda harus aktif dilaksanakan dan didukung olehsemua pihak, pemerintah (Kesbangpollinmas), partaipolitik, LSM yang fokus pada penyelenggaraan Pemiludan ormas.

6. Para petinggi partai harusnya duduk bersama untukmenyepakati sebuah kesepakatan untuk membangundemokrasi yang sehat, tanpa adanya transaksi politik

28

didalamnya. Kader partai yang terbukti melakukanpolitik uang harus disanksi tegas dari partai yaknidicabut keanggotaannya dari Partai.

7. Negara harusnya memberikan sanksi kepada partai yangkadernya terbukti melakukan politik uang. Sehinggabukan hanya Bawaslu yang mengawasi adanya politikuang tetapi partai politik harus bertanggungjawabmengawasi kadernya. Sanksi yang harus diberikanadalah dicabut keterangan terdaftarnya dariKementrian Hukum dan HAM. Dengan begitu partai yangkadernya terbukti melakukan politik uang, dengansendirinya akan tereliminasi sebagai peserta Pemilu.

29

LampiranDokumentasi Responden Survei

Kecamatan Kendari

Sardin Kelurahan Mangga Dua

30

Samsia Kelurahan Mangga Dua

Wa Sema Kelurahan Mangga Dua

31

Fisdaud KelurahanKendari Caddi

32

IrwansyahKelurahan Kendari

Caddi

Citra Kelurahan Mata

Dokumentasi Survei Kecamatan Kambu

33

Zuhri Restu Amalia Kelurahan Mokoau

Zulkifli Kelurahan Mokoau

34

WA Ode Minarti Kelurahan Kambu

Muh. Fahreza KelurahanKambu

Dokumentasi Survei Kecamatan Wua-Wua

35

Firaya Kelurahan Mataiwoi

Marfandi Kelurahan Mataiwoi

36

Rika Rahayu Kelurahan Mataiwoi

37

Wa Ode Sriana Putri Kelurahan Bonggoeya

Aan Sugiawan Kelurahan Bonggoeya

38

Siti Mardinah Kelurahan Bonggoeya

La Ode Sirafin Kelurahan Bonggoeya

39

Kuisioner/Angket

KPU Kota KendariBekerjasamaSuLTra DeMo

Kuesioner Survei

Implikasi Politik Uang Terhadap Perilaku Pemilih PadaPenyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD Dan DPRD

Tahun 2014 Di Kota Kendari

NomorKuesioner

Pengantar

Assalamu A’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

40

Kami Tim Pengumpul Data dari Lembaga Sultra Demobekerjasama dengan KPU Kota Kendari sedang mengadakanpenelitian bersama tentang “Implikasi Politik UangTerhadap Perilaku Pemilih Di Kota Kendari” PadaPenyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD Dan DPRDTahun 2014. Untuk keperluan tersebut kami memintakesediaan bapak/ibu/saudara(i) untuk kami wawancarai.Kami manjamin semua kerahasiaan jawaban atas pertanyaanyang kami ajukan. Semua data akan kami olah hanya untukkeperluan penelitian.

Atas partisipasi bapak/ibu/saudara(i) kami ucapakanterima kasih.

Petunjuk Pengisian Kuesioner ;

- Kuesioner nomor ganjil untuk responden laki-laki.- Kuesioner nomor genap untuk responden perempuan.- Berilah tanda silang atau lingkari jawaban yang

menjadi pilihan bapak/ibu/saudara(i).

Kendari, Juni 2015

………………………… Tim Pengumpul d

Karakteristik Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Alamat :

TPS :

Kecamatan :

41

Kota : Kendari

Provinsi : Sulawesi Tenggara

1. Berapa usia bapak/ibu/saudara(i) saat ini?

a. 17-25 Tahun

b. 26-35 Tahun

c. 36-45 Tahun

d. 46-55 Tahun

e. Lebih Dari 55 Tahun

2. Status perkawinan bapak/ibu/saudara(i)?

a. Belum Kawin

b. Kawin

c. Janda

d. Duda

3. Agama bapak/ibu/saudara(i)?

a. Islam

b. Katolik

c. Protestan

d. Hindu

e. Budha

f. Konghucu

4. Apa pendidikan terakhir bapak/ibu/saudara(i)?

a. Tidak Pernah Sekolah

b. Tidak Tamat SD

c. Tamat SD

d. Tamat SLTP

e. Tamat SLTA

42

f. Tamat Akademi/Diploma

g. Tamat S-1

h. Tamat S-2

i. Tamat S-3

5. Apa bapak/ibu/saudara(i) bekerja?

a. Ya, Bekerja

b. Tidak Bekerja

6. Jenis pekerjaan bapak/ibu/saudara(i) saat ini?

(Pilih salah satu jawaban)

a. Petani

b. Buruh

c. Pedagang

d. Wiraswasta

e. Pegawai Swasta

f. PNS

g. Pejabat Publik (Camat, Walikota, Gubernur, dll)

h. Profesional (Dokter, Pengacara, Peneliti, Guru,

Dosen, dll)

i. Pegawai BUMN

j. Pengrajin/Industri Kecil

k. Pelajar/Mahasiswa

l. Lainnya (Sebutkan)………………………………………………..

7. Berapa kisaran penghasilan bapak/ibu/saudara(i)

perbulan?

a. Kurang dari Rp.1.000.000,-

b. Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,-

c. Rp.2.000.000,- s/d Rp 3.000.000,-

43

d. Lebih dari Rp 3.000.000,-

Perilaku Memilih

8. Apakah bapak/ibu/saudara(i) menggunakan hak pilih

pada Pemilu Tahun 2014?

a. Ya

b. Tidak (jika tidak mengapa?)………………………………………………....

9. Jika Ya, sejak Pemilu tahun berapa

bapak/ibu/saudara(i) mulai menggunakan hak pilih?

a. Sebelum Pemilu Tahun 2009

b. Pemilu Tahun 2009

c. Pemilu Tahun 2014

10. Apa yang memotivasi bapak/ibu/saudara(i)

menggunakan hak pilih?

a. Kesadaran akan pentingnya demokrasi

b. Diajak oleh keluarga/teman

c. Ada keluarga/teman yang menjadi peserta Pemilu

d. Ada peserta pemilu yang memberikan barang berupa

sembako, sarung, dll.

e. Ada peserta pemilu yang memberikan sejumlah uang.

11. Apakah bapak/ibu/saudara(i) pernah mendengar

istilah money politik?

a. Ya

44

b. Tidak

12. Menurut bapak/ibu/saudara(i), apa itu money

politik?

a. Money politik adalah peserta pemilu memberikan

sejumlah uang kepada warga agar memilihnya.

b. Money politik adalah peserta pemilu memberikan

sejumlah barang (sembako, sarung, dll) kepada

warga agar memilihnya.

c. Money politik adalah seseorang menggunakan hak

pilihnya karena memperoleh sejumlah uang dari

kontestan pemilu.

d. Money politik adalah seseorang menggunakan hak

pilihnya karena memperoleh sejumlah barang

(sembako, sarung, dll) dari kontestan pemilu.

13. Bagaimana menurut pandangan

bapak/ibu/saudara(i), tentang money politk?

a. Sesuatu yang tidak dibolehkan/melanggar undang-

undang kepemiluan.

b. Sesuatu yang wajar dan sah-sah saja.

c. Sesuatu yang tidak dibolehkan karena merusak

sistem demokrasi.

14. Pada Pemilu Tahun 2014 apakah ada/pernah salah

seorang kontestan/tim sukses kontestan melakukan

money politik kepada bapak/ibu/saudara(i)?

a. Ada/Pernah

b. Tidak Ada/Tidak Pernah

45

15. Jika pernah, apa yang bapak/ibu/saudara(i)

lakukan terkait money politik yang dialami?

a. Menolak uang/barang yang diberikan

b. Menerima uang/barang yang diberikan

16. Bagaimana sikap bapak/ibu/saudara(i) terhadap

kejadian money politik yang di alami pada Pemilu

tahun 2014?

a. Saya menerima pemberian tersebut dan memilih

kontestan yang memberikan uang/barang yang

dimaksud.

b. Saya menerima pemberian tersebut dan tidak memilih

kontestan yang memberikan uang/barang yang

dimaksud.

c. Saya tidak menerima pemberian tersebut dan memilih

kontestan yang memberikan uang/barang yang

dimaksud.

d. Saya tidak menerima pemberian tersebut dan tidak

memilih kontestan yang memberikan uang/barang yang

dimaksud.

Pertanyaan Terbuka

Mohon berikan tanggapan/saran dan kritikan terhadap Money

Politik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat pada

hampir setiap perhelatan Pemilu di Indonesia!

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………

=======Selesai=======

46

Jangan Lupa Ucapkan Terima Kasih Kepada Responden

Wassalam

47