MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DAN MATA UANG TUNGGAL ASEAN

35
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN MATA UANG TUNGGAL ASEAN makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Moneter Internasional yang diampu oleh bapak M. Al Musadieq, DR.MBA Kelompok V Della Andini (125030300111039) Nirmaya Candra K. (125030306111001) Pregnandia Ladina (125030300111032) Yuni Eko S. (125030307111018) 1

Transcript of MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DAN MATA UANG TUNGGAL ASEAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN MATA UANG TUNGGAL ASEAN

makalah

disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Moneter Internasional

yang diampu oleh bapak M. Al Musadieq, DR.MBA

Kelompok V

Della Andini

(125030300111039)

Nirmaya Candra K.

(125030306111001)

Pregnandia Ladina

(125030300111032)

Yuni Eko S.

(125030307111018)

1

PROGRAM STUDI BISNIS INTERNASIONAL

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Oktober 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah krisis ekonomi yang mengguncang Asia tahun 1997-1998

membawa dampak yang besar terhadap tatanan perekonomian negara

– negara di kawasan Asia Tenggara. Setelah lebih dari sepuluh

tahun pasca krisis, beberapa negara sudah berhasil membangun

kembali stabilitas perekonomian. Meski dalam kenyataanya

tingkat pertumbuhan perekonomian tiap – tiap negara berbeda.

Oleh sebab itu maka kebutuhan akan integrasi ekonomi di ASEAN

saat

ini menjadi sebuah perhatian khusus. Integrasi ekonomi ASEAN

disini dapat berupa penciptaan komunitas perekonomian sesama

ASEAN, Yang mana diharapkan dengan terjadinya komunitas

perekonomian sesama anggota  ASEAN ini akan meningkatkan

perdagangan setiap negara anggota, efisiensi dalam produksi,

pembenahan sIstem finansial, dan membantu negara-negara yang

terlambat pertumbuhannya. Dalam rangka menjaga stabilitas

2

politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing

kasawasan secara menyeluruh di pasar dunia, mendorong

pertumbuhan ekomi dan meningkatkan standar hidup penduduk

negara anggota ASEAN maka seluruh anggota sepakat untuk

mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata yaitu ASEAN

Economic Community (AEC). AEC merupakan bentuk integrasi

Ekonomi negara – negara ASEAN yang dirancang akan tercapai

pada tahun 2015. Dimana apabila AEC tercapai maka ASEAN akan

menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana

terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang

bebas. Dengan mempersatukan potensi dari beberapa negara dalam

satu kawasan maka diharapkan semua negara tersebut memperoleh

dampak positif dari integrasi regional tersebut. Hingga pada

akhirnya, ketika negara anggota ASEAN mampu mencapai integrasi

ekonomi bukan tidak mungkin kedepanya akan mampu menerapkan

mata uang tunggal dan menjadi basis perekonomian dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang dibentuknya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA)?

2. Elemen – Elemen apa saja yang nantinya akan terintegrasi

secara regional ?

3

3. Bagaimana peluang dan tantangan untuk Indonesia dalam

menghadapi MEA ?

4. Bagaimana penetapan mata uang tunggal ASEAN ?

1.3 Manfaat Pembahasan

1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang dibentuknya

MEA.

2. Untuk mengetahui elemen – elemen apa saja yang akan

terintegrasi

3. Untuk mengetahui peluang Indonesia dalam menghadapi MEA

4. Untuk mengetahui impelementasi mata uang tunggal ASEAN

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH SINGKAT ASEAN DAN MEA

ASEAN yang merupakan singkatan dari Association of South East

Asia Nation berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967. Merupakan

perserikatan negara – negara di kawasan asia tenggara untuk

menggalang kerjasama regional untuk mencapai tujuan – tujuan

yang telah tertuang dalam deklarasi Bangkok yang mana masih

ditandatangani oleh lima menteri luar negeri dari Indonesia,

Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Disusul oleh

Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Tujuan

dibentuknya ASEAN itu sendiri antara lain untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi, meningkatka perdamaian dan stabilitas

regional, meningkatkan kerjasama yang aktif.

Dan sebagai langkah nyata untuk mencapai tujuan – tujuan

terbentuknya ASEAN salah satunya adalah dengan adanya ASEAN

Economic Community atau masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Krisis

keuangan dan ekonomi yang terjadi di Asia pada tahun 1997-1998

memicu kesadaran negara – negara anggota ASEAN tentang

pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra-kawasan.

Dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali Oktober 2003.

5

Ini merupakan bagian dari upaya untuk mempererat integrasi,

menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih tebuka dalam

membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan

tanpa meninggalkan prisip – prinsip utama ASEAN yaitu saling

menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri, konsesnsus,

dialog, dan konsultasi.

Pada KTT ke-10 di Vientien Laos tahun 2004 disepakati tentang

realisasi ASEAN Economic Community pada 2020 dengan membentuk

komite High Level Tasks Force (HLTF) yang memiliki kewenangan

dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun pada KTT ke-

12 di Cebu Filipina tahun 2007 menyepakati percepatan

realisasi MEA dari tahun 2020 menjadi 2015. Keputusan untuk

mempercepat ini ditetapkan dalam rangka memperkuat daya saing

ASEAN dalam menghadapi kompetisi global. Untuk itulah disusun

ASEAN Charter sebagai payung hukum, panduan terwujudnya MEA

serta menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong

kerjasama negara anggota ASEAN.

2.2 ELEMEN – ELEMEN YANG TERINTEGRASI

A. Arus Bebas Barang

Arus barang bebas merupakan salah satu elemen dalam mewujudkan

Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar tunggal dan

diharapkan mekanisme tesebut dapat membentuk jaringan produksi

regional ASEAN. MEA merupakan salah satu langkah komprehensif

dari pedagangan bebas ASEAN. Untuk mewujudkanya anggota ASEAN

telah menyepakati ASEAN Trade in Good Agreement (ATIGA) pada

6

KTT ASEAN ke-14 tahun 2008 di Thailand. Yang mana ATIGA

merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam

liberalisasi dan fasilitas perdagangan. Dimana tujuan dari

ATIGA tersebut antara lain untuk :

- Mewujudkan kawasan arus barang bebas sebagai salah satu

pronsip untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi

dari MEA.

- Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara

negara – negara anggota ASEAN.

- Menurunkan biaya produksi.

- Meningkatkan perdagangan dan investasi dan efisiensi

ekonomi.

- Menciptakan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan

skala ekonomi yang lebih besar.

- Menciptakan kawasan investasi yang kompetitif.

Manfaat dan tantangan ATIGA bagi Indonesia :

- Terciptanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha di

bidang perdagangan barang.

- Terbukanya peluang untuk meningkatkan volume ekspor

barang dari Indonesia ke negara – negara anggota ASEAN

lainya.

- Iklim usaha yang semakin kondusif dengan diterapkanya

penyederhanaan perizinan.

- Terciptanya lapangan kerja baru dan terbukanya peluang

pemanfaatan teknologi antar negara anggota.

7

Penghapusan Non Tariff Barriers (Ntbs)

Negara anggota ASEAN sepakat dalam mewujudkan integrasi

ekonomi tahun 2015 seluruh hambatan non tariff akan

dihapuskan. Untuk itu masing – masing negara anggota

diwajibkan untuk meningkatkan transparansi dengan mematuhi

prosedur dan melakukan pengapusan hambatan non-tarif yang

dilakukan dalam tiga tahap.

Trade Facilitator

Fasilitas perdagangan yang memiliki mekanisme perdagangan,

kepabeanan, proses, prosedur dan arus informasi guna

menigkatkan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi

ASEAN menuju pasar tunggal. Dengan adanya fasilitas

perdagangan ini diharapkan akan tercipta lingkungan regional

yang konsisten, transparan, dan dapat diprediksi.

Custom Integration(Integrasi Kepabeanan)

Terdapat beberapa rencana strategis dalam pengembangan

kepabeanan agar terintegrasi yang mana fokus pada :

pengintegrasian struktur, merancang ASEAN e-customs

(modernisasi klasifikasi tariff penilaian penentuan asal

barang), penguatan sumberdaya manusia, peningkatan kerjasama

internasional terkait, pengurangan perbedaan sistem kepabeanan

antar negara anggota, dan penerapan teknik pengelolaan resiko

serta kontrol berbasis audit.

Asean Single Window

8

ASEAN single window merupaan sistem elektronik yang akan

mengitegrasikan informasi berkaitan dengan proses penanganan

dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang yang menjamin

keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses

antar sistem internal yang secara otomatis meliputi sitem

kepabeanan, perizinan, kepelabuhan dan sistem – sistem lainya.

B. Arus Bebas Investasi

Untuk meningkatkan daya saing negara anggota ASEAN agar

menarik penanam modal asing adalah menciptakan iklim investasi

yang kondusif. Sebelumnya ASEAN telah menciptakan kerangka

terkait dengan penanaman modal asing dan dengan adanya

Masyarakat Ekonomi ASEAN ini, ASEAN telah memiliki

persetujuan di bidang investasi yang lebih konprehensif dengan

4 pilar antara lain :

- Perlindungan investasi, bertujuan untuk menyediakan

perlindungan kepada investor. Yang didalamnya sudah

mencangkup tentang mekanisme sengketa, aturan transfer

dan repatriasi modal, serta perlakuan kompensasi atas

kerugian akibat adanya sengketa.

- Fasilitas dan kerjasama bertujuan untuk menyediakan

peraturan, ketentuan, kebijakan, prosedur investasi yang

transparan. Yang didalamnya mencangkup tindakan

mengharmonisasikan kebijakan investasi.

- Promosi dan awareness yang bertujuan untuk mempromosikan

ASEAN sebagai kawasa investasi yang terpadu dan

menciptakan iklim investasi yang kondusif.

9

- Liberalisasi investasi secara progresif dengan menerapkan

perlakuan non-diskriminasi.

C. Arus Modal Yang Lebih Bebas

Arus modal yang lebih bebas adalah untuk mendukung transaksi

keuangan yang lebih efisien. Arus modal antar negara merupaan

salah satu indikator adanya transaksi perdagangan asset.

Liberalisas arus modal dalam konteks ASEAN adalah suatu proses

menghilangkan peraturan yang bersifat menghambat arus modal

atau mengontrol dalam berbagai bentuk. Upaya untuk

mengembangkan dan meningkatkan integrasi pasar modal ASEAN

maka diciptakan program utama antara lain :

- Harmonisasi berbagai standar pasar modal ASEAN, khususnya

dalam hal ketentuan penawaran harga;

- Adanya fleksibilitas dalam ketentuan hukum untuk

penerbitan sekuritas;

- Memfasilitasi usaha yang bersifat market driven untuk

membentuk hubungan antar pasara saham dan pasar obligasi;

- Memperkuat struktur mekanisme pemungutan pajak

penghasilan, untuk memperkuat basis investasi bagi

penerbitan surat utang.

D. Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil

Dengan adanya MEA maka akan terbuka kesempatan kerja seluas-

luasnya bagi warga negara anggota ASEAN. Para warga negara

dapat keluar masuk dari satu negara ke negara lainya guna

mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang

10

dituju.Untuk mendukung upaya tersebut maka dibentuklah Mutual

Recognition Arrangement (MRA) sebagai kesepakatan yang diakui

bersama oleh seluruh negera anggota ASEAN untuk mengakui atau

menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti

hasil tes maupun sertifikat. Pembentukan MRA tersebut untuk

menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk

mendapatkan kesetaraan.

2.3 . PROSES MENUJU KESEPAKATAN MEA

A. Asean Vision 2020

Pada KTT ke- 2 Asean tanggal 15 Desember 1997 di Kuala Lumpur

Malaysia, para pemiimpin ASEAN mengesahkan visi ASEAN 2020

dengan tujuan :

- Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur,

dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus

lalu lintas barang, jasa, dan investasi yang bebas.

Pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.

- Mempercepat liberalisasi perdagangan dibidang jasa.

- Meningkatkan pergerakan tenaga profesional dan jasa

lainnya secara bebas di kawasan ASEAN.

B. Hanoi Plan Of Action

Pada KTT ke-6 ASEAN tanggal 16 Desember 1998 di Hanoi –

Vietnam, para pemimpin ASEAN mengesahkan rencana aksi Hanoi

( Hanoi Plan Of Action / HPA ) yang merupakan langkah awal

untuk merealisasikan tujuan dari Visi 2020 ASEAN. Rencana ini

memiliki batasan waktu 6 tahun yakni 1999-2004. Pada KTT

11

tersebut para pemimpin ASEAN mengeluarkan Statement on Bold

Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku

usaha, mempercepat pemulihan ekonomi, dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan financial.

C. Roadmap for Intergration of ASEAN (RIA)

Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri

Bengawan – Brunei Darusalam dibentuk roadmap for intergration

of ASEAN ( RIA). Di bidang perdagangan jasa sejumlah aksi

telah dipetakan, antaralain :

- Mengembangkan dan menggunakan pendekatan alternative

untuk liberalisasi

- Mengupayakan penerapan kerangka regulasi yang sesuai

- Menghapuskan semua halangan yang menghambat pergerakan

bebas perdagangan jasa di kawasan ASEAN

- Menyelesaikan kesepakatan pengakuan timbale balik (MRA)

di bidang jasa professional

D. Bali Corcord II

Krisis keuangan dan ekonomi pada 1997-1998 di Asia Tenggara

memicu kesadaran negara-negara ASEAN mengenai pentingnya

peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan. ASEAN

Economic Community merupakan konsep yang mulai digunakan dalam

Bali Concord II bulan Oktober 2003 kemudian ASEAN mengadopsi

Bali Concord II pada KTT ke-9. ASEAN di Bali tahun 2003 yang

menyetujui pembentukan komunitas ASEAn. Pembentukan komunikasi

ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih

mempererat intergrasi ASEAN. Komunitas ASEAN mengalami

12

kemajuan di KTT ke-10. ASEAN di Vientianie Laos 2004 dengan

disetujuinya Vientianie Action Program (VAP) 2004-2010 yangf

merupakan strategi & program kerja untuk mewujudkan ASEAN

vision. Pencapaian ASEAN community semakin menguat dengan

ditanda tanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of

the Estabilishmen of on ASEAN Comunnity by 2015 oleh para

pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 di Cebu, Filipina 13 january

2007.

E. ASEAN Charter (piagam ASEAN)

Guna mempercepat langkah kesepakatan intergrasi ekonomi

tersebut, ASEAN menyusun ASEAN Charter sebagai payung hokum

yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong

kerjasama diantara Negara-negara ASEAN.

F. ASEAN Economic Community (AEC)

ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan paduan untuk

terwujudnya MEA. Bluprint merupakan pedoman bagi Negara-negara

ASEAN untuk mencapai AEC 2015. MEA Blueprint memuat 4 kerangka

utama :

- ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi

internasional dengan element aliran bebas barang, jasa

investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang

lebih bebas

- ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang

tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan

konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan

infrastruktur , perpajakan dan e-commerce.

13

- ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang

merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah

dan prakarsa intergrasi ASEAN untuk Negara-negara CMLV

(cambodja, Myanmar , laos dan Vietnam)

- ASEAN sebagai kawasan yang terintregasi secara penuh

dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang

koheren dalam hubungan ekonomi diluar kawasan dan

meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

G. Roadmap For An Asean Community ( 2009-2015)

Sebuah gagasan baru untuk mengimplementasikan secara tepat

waktu tiga blueprint ASEAN community, yaitu :

- ASEAN political – Security Community Blueprint

- ASEAN Economic Community Blueprint

- ASEAN sosio Culture Community Blueprint

2.4 STRUKTUR KELEMBAGAAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

Sesuai dengan piagam ASEAN dibentuk struktur kelembagaan

ASEAN yang terdiri dari :

a. ASEAN Summit merupakan pertemuan tingkat kepala Negara

yang berlangsung 2x dalam setahun dan di selenggarakan

secara bergiilir berdasarkan alphabet dari Negara-negara

yang menjabat sebagai ketua ASEAN

b. ASEAN Coordinating Council

Dewan yang dibentuk untuk mengkoordinasi seluruh

pertemuan tingkat menteri ASEAN

c. ASEAN Economic Community Council (AEC Council)

14

Merupakan dewan yang mengkoordinasi semua economic

sektoral seperti bidanh perdagangan, keuangan, pertanian

dan kehutanan energy perhubungan, pariwisata dan

telekomunikasi. Pertemuan dilaksanakan sekurang-kurangnya

2x setahun

d. ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan menteri

yang mengkoordinasikan negoisasi dan proses implementasi

intergrasi ekonomi

e. ASEAN Free Trade Area Council ( AFTA Council )

Dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh

menteri ekonomi masing-masing Negara anggota.

Bertanggunng jawab atas proses negoisasi dan implementasi

komitmen dari bidang perdagangan barang ASEAN

f. ASEAN investemen Area Council (AIA Council)

Dewan menteri ASEAN yang bertanggung jawab atas proses

negoisasi dan implementasi komitmen di bidang investasi

ASEAN.

g. Senior Economic Official Meeting (SEOM)

Merupakan pertemuan ASEAN di tingkat pejabat eselon yang

menangani ekonomi. Pertemuan diadakan di emnpat kali

dalam setahun

h. Coordinating Commites

Merupakan pertemuan teknis setingkat pejabat eselon 2

atau pejabat eselon 3 di instansi terkait masing-masing

Negara anggota ASEAN .

2.5 PELUANG DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH INDONESIA DALAM

MENGHADAPI MEA 2015

15

a. PELUANG

- Manfaat Integrasi Ekonomi

Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 Negara ASEAN

membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015

tentu saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang

secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam

mewujudan AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan

pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi

dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga

kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan

seluruh negara di kawasan.

- Pasar Potensial Dunia

Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN

sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia setelah

China dan India. Pada tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN

sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community

Chartbook, 2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk

yang terus meningkat dan usia mayoritas berada pada usia

produktif. Pertumbuhan ekonomi individu Negara ASEAN juga

meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup

terjaga dengan inflasi sekitar 3,5%. Jumlah penduduk

Indonesia yang terbesar di kawasan (40% dari total

penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat

besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang

produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di

masa depan.

- Negara Pengekspor

16

Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai

negara-negara pengekspor baik produk berbasis sumber daya

alam (seperti agro-based product) maupun berbagai produk

elektronik. Dengan mingkatnya harga komoditas

internasional, sebagian besar Neagara ASEAN mencatat

surplus pada transaksi berjalan. Prosepek perekonomian

yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat

tujuan investasi (penanaman modal).

Pada umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan

dunia meskipun cenderung menurun dan beralih ke intra-

ASEAN. Data perdagangan ASEAN menunjukkan bahwa share

perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari 80,8%

pada tahun 1993 turun menjadi 73,2% pada tahun 1993

menjadi 26,8% pada tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi

dengan Indonesia dalam 5 tahun terakhir, namun

perubahannya tidak signfikan. Nilai ekspor Indonesia ke

intra-ASEAN hanya 18-19% sedangan ke luar ASEAN berkisar

80-82% dari total ekspornya, hal ini berarti peluang

untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus

ditingkatkan agar laju peningkatkan ekspor ke intra-ASEAN

berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.

Indonesia sudah mencatat 10 komoditi unggulan ekspornya

baik ke dunia maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun

terakhir ini (2004-2008) dan 10 komoditi ekspor yang

potensial untuk semakin ditingkatan. Komoditi unggulan

ekspor ke dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil &

produk tekstil, elektronik produk hasil hutan, karet &

produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi

17

sedangkan omoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak

petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined

copper, batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping

itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya

peluang untuk ditingkatkan nilai ekspor ke dunia adalah

perlatan kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan,

ikan & produk perikanan, minyak atsiri, makanan olahan,

tanaman obat, perlatan medis, sert kulit & produk kulit.

Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi

tujuan pasar sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi

dan kualitas produk yang dihasilkan.

- Negara Tujuan Investor

Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan

bahwa ASEAN merupakan pasar dan memiliki basis produksi.

Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang mendorong

meningkatnya investasi di dalam negeri masing-masing

anggota dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke

kawasan. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar

(40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia diharapkan

akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat

peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota

ASEAN lainnya.

Dari segi peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN

mengalami penurunan rasio investasi terhadap PDB sejak

krisis, antara lain akibat berembangnya regional hub-

production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab

penting penurunan rasio investasi ini adalah belum

membaiknya iklim investasi dan keterbatasan infrastruktur

18

(pipa gas, teknologi informasi) maupun dari sisi

pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka

peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui

pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam

melancarkan program perbaikan infrastruktur domestic.

Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan regional

menjadi prakondisi untuk menyesuaikan peraturan investasi

sesuai standar kawasan

- Daya Saing

Liberalisasi perdagangan barang ASEAN aakan menjamin

kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun

bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tariff non-

tarif yang berarti sudah tidak lagi. Kondisi pasar yang

sudah bebas di kawasan sendirinya akan mendorong pihak

produsen dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan

mendistribusikan barang yang berualitas secara efisien

sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara

lain. Di sisi lain, pasa konsumen juga mempunyai

alternative pilihan yang beragam yang dapat dipilih

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling

murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah

satu Negara besar yang juga memiliki tingat integrasi

tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif

pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar

untuk mengembangkan industry di sektor-sektor tersebut di

dalam negeri.

- Sektor Jasa yang Terbuka

19

Di bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang

memungkinkan agar pengembangan sektor jasa dapat dibuka

seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah

ditetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan

e-ASEAN dan kemudian akan disusul dengan logistic. Namun,

perkembangan jasa prioritas di ASEAN belum merata, hanya

beberapa negara ASEAN yang mempunyai perkembangan jasa

yang sudah berkembang seperti Singapura, Malaysia dan

Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk

perembangan liberalisasi jasa di ASEAN. Lebih lanjut,

untuk liberalisasi aliran modal dapat berpengaruh pada

peningkatan sumber dana sehingga memberikan manfaat yang

positif baik pada pengembangan system keuangan, alokasi

sumber daya yang efisien serta peningkatan kinerja

perekonomian secara keseluruhan.

Dari sisi jumlah tenaga kerja, Indonesia yang mempunyai

penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga kerja

yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat

industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN

sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang

dilakukan dalam rangka AEC 2015. Standarisasi yang

dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs)

dapat memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.

- Aliran Modal

Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai

kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global,

termasuk CLMV khususnya Vietnam. AEC membuka peluang bagi

20

Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke

kawasan yang kemudian ditempatkan di asset berdenominasi

rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dan

portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal

langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas

dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber

daya manusia, berbagai program kerja sama regional yang

dilakukan tidak terlepas dari eharusan melakukan

harmonisasi, standarisasi, mauoun mengikuti MRA yang

telah disetujui bersama. Artinya aan terjadi proses

perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun

peraturan terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN

Single Window yang seharusnya dilakukan pada tahun 2008

(hingga saat ini masih adalah dalam proses) untuk ASEAN-6

mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NSW) di

masing-masing negara.

b. TANTANGAN

- Laju Peningkatan Ekspor dan Impor

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi

ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal didalam

negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara

sesame ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China

dan India. Kinerja ekspor selama periode 2004-2008 yang

berada di urutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia, dan

Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura

dan Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke

depan karena telah mengakibatkan neraca perdagangan

21

Indonesia yang deficit terhadap beberapa Negara ASEAN

tersebut.

Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah

perdagangan bebas ASEAN dengan China. Hingga tahun 2007,

nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami

surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami

deficit ± US$ 3600 juta. Kondisi daya saing Indonesia

tidak segera diperbaiki, nilai deficit perdagangan dengan

China akan semakin meningat. Akhir-akhir ini para pelaku

usaha khususnya yang bergerak di sektor industry

petrokimis hulu, baja, tekstil, alas kaki serta

elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan masuknya

produk-produk sejenis dari China dengan harga yang

relative lebih murah dari produsi dalam negeri (Media

Indonesia, 26 Nopember 2009).

- Laju Inflasi

Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang

masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Negara

lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi

endala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat

kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan

negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN

membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan

pendapatan, 3 negara ASEAN yang lebih baik dalam menarik

PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi

dari Indonesia.

- Dampak Negatif Arus Modal yang Lebih Bebas

22

Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi

keuangan yang lebih efisien, merupakan salah satu sumber

pembiayaan pembangunan,memfasilitasi perdagangan

internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan

akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun demikian, proses liberalisasi arus modal dapat

menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya

pada kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba

maupun dampak tidak langsungnyapada peningkatan

permintaan domestic yang akhirnya berujung pada tekanan

inflasi. Selain itu, aliran modal yang lebih bebas di

kawasan dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran

modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi

keuntungan lebih menarik. Hal ini kemudian dapat

menimbulkan resiko tersendiri bagi stabilitas

makrekonomi.

- Kesamaan Produk

Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan

komparatif kawasan ASEAN, khususnya di sektor pertanian,

perikanan, produk aret, produk berbasis kayu, dan

eletronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini

merupakan salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-

ASEAN yang hanya berkisar 20-25% dari total perdagangan

ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan

nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai

23

karakteristi tersendiri dengan produk dari Negara-negara

ASEAN lainnya.

- Daya Saing Sektor Prioritas Integrasi

Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah

peningkatan keunggulan komparatif di setor prioritas

integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di

sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian,

minyak sawit, perikanan, produk karet dan elektronik,

sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga,

batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dank

etas masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.

- Daya Saing SDM

Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus

ditingkatkan baik secara formal maupun informal.

Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi

ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun

2008-2009, mode 3 pendirian perusahaan (commercial

presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja

(Movement of Natural Persons) intra ASEAN akan

diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu,

Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga

erjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri

maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja

terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena

memerlukan adanya ceta baru sistem pendidikan secara

menyeluruh, dan sertifikasi berbagai proses terkait.

- Kepentingan Nasional

24

Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi,

kepentingan nasional merupakan yang utama yang harus

diamanan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan kawasan,

apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional,

merupakan prioritas kedua. Hal ini berdampak pada

sulitnya mencapai dan melaksanaan komitmen liberalisasi

AEC Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat

secara politik serta masalah kepemimpinan di kawasan akan

menghambat integrasi kawasan. Selama ini ASEAN selalu

menggunakan pendekatan voluntary approach dalam berbagai

inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN sehingga

group pressure diantara sesame Negara Aggota lemah. Tentu

saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan integrasi

ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.

c. STRATEGI UMUM MENUJU MEA 2015

Indonesia harus segera menyusun langkah strategis yang dapat

diimplementasikan secara target specific agar peluang pasar

yang terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal. Langkah

strategis tersebut disusun secara terpadu diantara sektor

mulai dari hulu hingga ke hilir dibawah koordinasi suatu

Badan Khusus atau Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian.

Langkah-langkah strategis setiap sektor kemudian dijabarkan

kedalam tindakan-tindakan yang mengarah pada upaya perbaikan

dan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik di setiap

sektor dan linie dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

mendorong kinerja ekspor harus dilakukan secara terkoordinasi

dengan seluruh sektor Pembina dan pelaku usaha. Koordinasi

25

antar sektor dan instansi terkait, terutama dalam menyusun

kesamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan

harmonisasi (reformasi) kebijakan di tingkat pusat dan daerah

harus dilakukan.

Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan

antara lain adalah melakukan:

- Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara

kolektif maupun individual (reformasi regulasi)

- Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam

birokrasi maupun dunia usaha ataupun profesional

- Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil, dan usaha

pada umumnya

- Penguatan kemitraan antara public dan sektor wisata

- Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi

ekonomi biaya tinggi (juga merupapkan tujuan utama

pemerintah dalam program reformasi komprehensif di

berbagai boding seperti perpajakan, kepabeanan, dan

birokrasi)

- Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas

dan komoditi unggulan

- Peningatan partisipasi instituisi pemerintah maupun

swasta untu mengimplementasikan AEC Blueprint

- Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakekatnya

AEC Blueprint juga merupakan program reformasi bersama yang

dapat dijadikan referensi bagi reformasi di Negara

Anggota ASEAN termasuk Indonesia

- Penyediaan elembagaan dan permodalan yang mudah diakses

oleh pelaku usaha dari berbaga skala

26

- Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau

perbaikan infrastruktur seperti transportasi,

telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi dan

restrukturisasi industri dan lain-lain

2.6 PENETAPAN MATA UANG TUNGGAL

A. Mata Uang Tunggal Euro

Sejak tahun 2002 Uni Eropa telah melakukan bentuk integrasi

yang dapat dikatakan sebagai suatu terobosan dalam

perekonomian dunia dengan memberlakukan mata uang tunggal

(single currency) yang mana kini telah digunakan oleh 17

negara anggota Uni Eropa. Pemberlakuan Euro juga mendorong

pertumbuhan ekonomi karena biaya transaksi yang lebih rendah

sehingga menarik kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi

laainnya. Penggunaan Euro juga memberikan efisiensi karena

hilangnya biaya tambahan yang muncul dari perbedaan nilai

tukar mata uang. Dalam konteks perdagangan internasional Euro

diharapkan meningkatkan prospek ekonomi Eropa di pasar global,

di samping itu Euro diharapkan dapat menjadi standar mata uang

internasional dalam investasi global.

Penggunaan mata uang Euro sebagai Single Currency Unit (satuan

mata uang tunggal) telah berhasil diterapkan sebagai suatu

sistem moneter diantara negara-negara anggota Uni Eropa. Euro

sebagai mata uang tunggal dari negara-negara anggota Uni Eropa

telah menjadi simbol bagi adanya kepercayaan, penerapan

ideologi liberal dan kepentingan bersama.

Pembentukan mata uang Euro dan Perjanjian Maastricht terkait

dengan adanya suatu kesepakatan dalam pertemuan negara-negara

27

Eropa di Roma pada taun 1957 yang merencanakan terbentuknya

pasar bersama dan penyatuan militer. Perencanaan ini

diharapkan dapat berfungsi ganda yaitu, meningkatkan

perdagangan dan usaha perlindungan terhadap negara-negara

Eropa dari kerugian hasil Dollar dalam sistem moneter

internasional.

Euro dari satu negara boleh dipakai di Negara Eropa yang

bergabung dalam mata uang tunggal euro yang lain.Walaupun

uang kertas Euro rupanya sama, tetapi ada juga perbedaan kecil

yaitu nomornya, sehingga bisa diketahui asalnya dari negara

yang mana. Di Jerman nomornya mulai dengan X, Irlandia

nomornya mulai dengan T, Belanda nomornya mulai dengan P,

Yunani nomornya mulai dengan Y, Perancis nomornya mulai dengan

U, Austria nomornya mulai dengan N, Finlandia nomornya mulai

dengan L, Belgia nomornya mulai dengan Z, Italia nomornya

mulai dengan S, Portugal nomornya mulai dengan M. dan Spanyol

nomornya mulai dengan V.

Negara-negara pengguna mata uang ini adalah : 1. Jerman

2. Irlandia 3. Belanda 4. Perancis 5. Luxemburg 6. Austria 7.

Finlandia 8. Belgia 9. Italia 10. Portugal 11. Spanyol 12.

Yunani 13. Slovenia 14. Siprus 15. Malta 16. Slowakia. 17

Estonia. Selain itu beberapa negara kecil juga memakai Euro:

1. Andorra 2. Monako 3. San Marino 4. Vatikan. Beberapa daerah

juga diperbolehkan memakai Euro sebagai mata uang: 1.

Montenegro 2. Kosovo.

B. Mata Uang Tunggal Asean

28

Dewasa ini ASEAN tumbuh sebagai wadah integrasi ekonomi dengan

pasar potensial, yang pengaruhnya berdampak pada peningkatan

kerjasama ekonomi yang semakin luas. Sistem ekonomi,

pendapatan per kapita, infrastruktur, tingkat pertumbuhan

ekonomi dan institusi serta kondisi sosial yang berbeda dan

heterogen merupakan beberapa alasan yang menjadi kendala pada

realisasi integrasi ekonomi yang salah satunya hendak

diwujudkan dengan penggunaan mata uang tunggal ASEAN.

Pada dasarnya penggunaan mata uang tunggal memiliki beberapa

manfaat yang mampu membawa peningkatan perekonomian negara –

negara pengguna mata uang tersebut agar lebih mapan. Melalui

penetapan mata uang tunggal dapat menciptkan efisiensi dan

efektivitas dalam upaya peningkatan perekonomiannegara yang

tercermin melalui : berkurangnya biaya transaksi perdagangan

antar negara anggota melalui hilangnya ongkos transaksi mata

uang dan risiko nilai tukar yang umumnya mengikuti proses

pembayaran dalam transaksi perdagangan antar negara, serta

meningkatnya transparansi harga dari sebuah produk yang

dihasilkan oleh Negara-negara berbeda yang ada di kawasan mata

uang tunggal yang bersangkutan. Selain itu akan berkurangnya

biaya transaksi perdagangan antar negara anggota negara

anggota serta memberikan kredibilitas dan disiplin pengelolaan

kebijakan ekonomi makro bagi negara-negara anggotanya.

Dengan adanya mata uang tunggal di suatu regional tentunya

membuka peluang besar kepada para investor untuk menanamkan

modalnya di kawasan tersebut karena tidak harus cemas terhadap

fluktuasi kurs. Disisi lain untuk negara Negara dengan

29

produktivitas lemah akan selalu menjadi negara konsumen tanpa

pernah bisa menjual barangnya akibat tingkat harga yang

tinggi. Idealnya, penerapan mata uang tunggal hanya akan

relevan jika kawasan yang bersangkutan telah memenuhi syarat-

syarat yang digariskan oleh teori kawasan mata uang tunggal

optimum (optimum currency area/OCA) Mundell (1961) yang meliputi

kecukupan prakondisi politik dan standar kriteria ekonomi

tertentu.Namun layak tidaknya sebuah sistem nilai tukar yang

akan dipakai tergantung dari kesiapan perekonomian kawasan

tersebut untuk memenuhisyarat-syarat yang tertera pada

kriteria utama OCA. Karena itu perlu beberapa analisis yang

memberikan gambaran tentang kelayakan kawasan ASEAN untuk

diterapkannya sistem OCA). Dari teori kawasan mata uang

tunggal optimum tersebut memiliki keuntungan dan kelebihanya

antara lain :

- Hilangnya ketakuatan investor asing terhadap perubahan

kurs.

- Arus distribusi perdagangan yang cepat

- Sistem nilai tukar yang lebih stabil. Nilai tukar akan

lebih stabil dikarenakan negara-negara secarabersama-sama

dalam mengatur kebijakan moneternya, sehingga

ketahanannstabilitas moneter terutama nilai tukarnya

lebih baik.

- Pemerataan pertumbuhan ekonomi.

Kerugian diterapkanya Optimum Currency Area :

- Hilangnya kebebasan moneter ( Bank Sentral )

Bank sentral di masing-masing negara tidak dapat

menjalankan kebijakan

30

moneternya hal ini dikarenakan dalam OCA kebijaksanaan

moneter diambil secara bersama-sama dan dibawahi oleh

suatu lembaga yang dipilih.

- Hilangnya mata uang nasional suatu bangsa.

Dengan penggunaan mata uang tunggal maka negara – negara

yang menerapkanya harus bersedia memakai mata uang

tunggal sebagai alat tukar yang sah dan melepaskan

kemungkinan penyesuaian nilai tukar nominal sebagai

respon terhadap gejolak perekonomian makro.

Ketika kita berbicara tentang integrasi ekonomi, diperlukan

kepastian nilai tukar yang menjadi sangat penting di era

global saat ini. Sehingga kebutuhan integrasi ekonomi bukan

hanya berupa integrasi perdagangan tetapi juga berkaitan erat

dengan integrasi keuangan. Ada dua syarat mutlak yang harus

dipenuhi oleh seluruh negara anggotauntuk merealisasikan mata

uang tunggal ASEAN yaitu harus memiliki sistem ekonomi yang

sejenis dan juga tingkat perkembangan yang tidak boleh terlalu

jauh. Selain komitmen, transparansi dan informasi terkait

perkembangan perekonomian masing – masing negara. Komitmen dan

transparansi inilah yang menjadi beberapa penyebab keruntuhan

perekonomian negara – negara di kawasan Eropa. Pada tahun

1998, kesepakatan syarat bergabung bukan berdasarkan pada

aspek ekonomi melainkan pada aspek politik sehingga terjadi

kelonggaran pemenuhan persyaratan.

Selain menimbang kesiapan secara internal, tentu ASEAN harus

belajar banyak dengan Uni Eropa yang mana Uni Eropa dijadikan

sebagai model percontohan penerapan mata uang tunggal untuk

31

kawasan lain. Dimana otoritas kebijakan moneter Uni Eropa

dikelola oleh Bank Sentral Eropa (Europian Central Bank / ECB)

dengan demikian tugas pengelolaan kebijakan moneter setiap

negara hilang. Bank sentral di setiap negara hanya berfungsi

layaknya kantor cabang. Hilangnya kendali negara atas

kebijakan moneter bisa dikatakan sebagai ongkos yang harus

dibayar untuk penetapan sistem mata uang tunggal yang

berimplikasi pada berkurangnya instrument untuk melakukan

intervensi dalam pengelolaan ekonomi domestik negaranya.

Bahkan penerapan kebijakan moneter tersebut secara kolektif

bisa menimbulkan hambatan pengelolaan kebijakan fiskal tiap

negara anggota. Yang mana kebijakan fiskal negara – negara

anggota Uni Eropa tidak diakomodasi oleh Uni Eropa. Sehingga

dalam pengambilan suatu kebijakan fiskal suatu negara harus

memperhatikan tidak mengganggu kestabilan moneter regional.

Jika nantinya ASEAN sudah mampu merealisasikan intergrasi

perdagangan dan perekonomian bukan tidak mungkin penggunaan

mata uang tunggal yang mana hal itu merupakan bentuk kerjasama

integrasi regional yang paling tinggi. Utuk dapat

merealisasikanya perlu usaha untuk memperkecil kesenjangan

pembangunan, pembangunan infrastruktur regional. Penyatuan

mata uang merupakan sesuatu yang baik, namun perwujudannya

harus melalui tahapan-tahapan yang memungkinkan hal itu

diwujudkan.Meskipun memiliki berbagai keuntungan, namun

perwujudan pembentukan mata uang tunggal ASEAN masih memiliki

berbagai kendala, di antaranya masih amat beragamnya kondisi

perekonomian negara-negara ASEAN. Upaya untuk perwujudan

penyatuan mata uang ini harus didahului oleh maksimalisasi

32

peran dari pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean. Selain itu

untuk dapat mewujudkannya, harus terdapat kesatuan kesatuan

tekad antara negara-negara anggota ASEAN sehingga

infrastruktur untuk terbentuknya mata uang tunggal ASEAN dapat

terwujud.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

ASEAN sebagai organisasi regional negara – negara Asia

Tenggara di era globalisasi ini mampu bertransformasi menjadi

wadah negara anggotanya untuk mempercepat pertumbuhan

perekonomian dan untuk dapat bersaing secara global. Kebutuhan

integrasi semakin besar, terlihat dari betapa antusiasnya

negara anggota ASEAN untuk menciptakan suatu regional yang

mampu mengakomodasi kegiatan perdagangan dan perekonomian

antar negara. Ini terlihat dari percepatan realisasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dulunya dicanangkan tahun 2020

menjadi 2015. Seluruh negara anggota tentu harus mempersiapkan

diri secara matang tak terkecuali Indonesia agar nantinya

33

bukan hanya sekedar bertahan tetapi juga mampu bersaing dengan

negara anggota ASEAN. Bukan tidak mungkin jika integrasi

perdagangan terealisasi dengan baik, ASEAN akan mampu

mengintegrasikan mata uang tunggal yang merupakan bentuk

integrasi regional tertinggi. Untuk dapat merealisasikanya

diperlukan kerja keras seluruh pihak dan dengan terealisasinya

MEA tahun 2015 ini tentunya diharapkan mampu meningkatkan

kesejahteraan kawasan terutama dalam bidang keamanan, sosial,

dan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Blue Print Asean Economic Community. Departemen Perdagangan

Republik Indonesia

34

http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/08/30/wacana-

penerapan-mata-uang-tunggal-asean-sebuah-komentar/diakses

pada12 Oktober 2014

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/28/mea-dan-mata-

uang-tunggal-asean-691249.htmldiakses pada12 Oktober 2014

35