ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UANG BEREDAR DI INDONESIA PERIODE 2003-2013

48
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UANG BEREDAR DI INDONESIA PERIODE 2003-2013 ASEP MAULANA RACHMAN Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan FE UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA Email : [email protected] Pembimbing : Tony S. Chendrawan , ST., SE., M.Si ABSTRACT: This study aims to know the effect of inflation and exchange rate on the money supply in Indonesia for 2003-2013. This study uses multiple regression analysis and the data used in this study were secondary data inthe form of data time series from 2003 to 2013 obtained from bank indonesia.The result of this research is shown that exchange rate and inflation have a significant effect of money supply. So the government needs to maintain price stability and inflation as positive and significant impact onmoney supply. These findings conforms the necessity for bank Indonesia as monetary authority to take into account the external factors and support the integration of domestic and foreign financial market. Keyword : INFLATION, EXCHANGE RATE, MONEY SUPPLY

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UANG BEREDAR DI INDONESIA PERIODE 2003-2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UANGBEREDAR DI INDONESIA PERIODE 2003-2013

ASEP MAULANA RACHMANMahasiswa Ilmu Ekonomi Studi PembangunanFE UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Email : [email protected]

Pembimbing : Tony S. Chendrawan , ST., SE., M.Si

ABSTRACT: 

This study aims to know the effect of inflation and exchangerate on the money supply in Indonesia for 2003-2013. This study uses multiple regression analysis and the data used in this studywere secondary data inthe form of data time series from 2003 to 2013 obtained from bank indonesia.The result of this research is shown that exchange rate and inflation have a significant effect of money supply. So the government needs to maintain price stability and inflation as positive and significant impact onmoney supply. These findings conforms the necessity for bank Indonesia as monetary authority to take into account the externalfactors and support the integration of domestic and foreign financial market. 

Keyword : INFLATION, EXCHANGE RATE, MONEY SUPPLY

Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Uangmemiliki peranan strategis dalam perekonomian terutama karenafungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga padaawalnya sering diartikan bahwa uang adalah esuatu yang dapatditerima umum sebagai alat pembayaran. Namun sejalan denganperkembangan perekonomian, fungsi uang yang semula hanya sebagaialat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung dan sebagaialat penyimpan kekayaan.

Di Indonesia yang masih termasuk dalam negara berkembang yangdinamakan kesejahteraan rakyat masih jauh dari yang diharapkan. Upayadalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang mutlak dibutuhkanuntuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya partisipasiperusahaan swasta dalam pembangunan ekonomi, untuk itudibutuhkan peran pemerintah sebagai motor penggerak  pembangunanekonomi nasional.

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untukmeningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun adalahmelalui perkembangan sektor keuangan yang semakin pesat dewasa initetapi seiring berkembangnya sektor moneter menyebabkan hubunganantara jumlah uang yang beredar dan laju inflasi cenderung kurangstabil. Hal inidapat berlanjut pada krisis ekonomi danpolitik yang telah menyebabkan kerusakan terhadap perekonomiannasional.

Dalam perekonomian suatu negara, tabungan merupakanindikator yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pembangunanekonomi di negara-negara berkembang termasuk didalamnyapertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki dana yangcukup besar. Kondisi dunia perbankan di indonesia telah mengalamibanyak perubahan waktu ke wakti yang telah banyak mengalamiperubahan. Selain disebabkan oleh perkembangan internal duniaperbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luardunia perbankan, seperti sektor rill dalam perekonomian politik,sosial, pertahanan, hukum dan keamanan.

Pada saat krisis moneter melanda negeri indonesia berdampakpada kondisi secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomisaja. Nilai tukar rupiah yang terdeprisiasi sangat tajam, inflasiyang tinggi, suku bunga bank indonesia yang tinggi, menurunnyaminat menabung masyarakat di indonesia, merupakan beberapa akibatkrisis ekonomi tersebut. Akhirnya lambat laun, dengan beberapakali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakanoleh pemerintah, kondisi indonesia menunjukan perubahan yanglebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil.

Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yangberedar dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredardapat dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit uang beredarterdiri dari uang kartal dan deposito yang dapat digunakansebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit inidisebut dengan M.

Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2 dan M3adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yangjangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjamansemalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksuddengan M3 adalah M2 ditambah komponen-komponen lainnya terutamasertifitikat deposito. Uang beredar dalam artian luas disebutjuga dengan uang kuasi.

Uang beredar (Milyar Rupiah), 2003-2013.

Tahun M2 Inflasi Kurs2003 944 366 5.06 8.57

2004 1 033 877 6.4 8.985

2005 1 202 762 17.11 9.705

2006 1 382 493 6.6 9.2

2007 1 649 662 6.59 9.125

2008 1 895 839 11.06 9.666

2009 2 141 384 2.78 9.447

2010 2 471 206 6.96 9.036

2011 2 877 220 3.79 9.113

2012 3 304 645 4.3 9.718

2013 3 727 696 8.38 12.25

Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya uang yang beredardi Indonesia, antara lain tingkat suku bunga, inflasi, nilaitukar rupiah, dan cadangan devisa. Namun sesuai dengan tujuanpenelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruhyang di timbulkan dari besarnya tingkat nilai tukar rupiah danbesarnya inflasi terhadap uang yang beredar di Indonesia.

Nilai tukar memegang salah satu peran penting dalamperekonomian indonesia. Hal ini dilatar belakangi bahwa diindonesia, beberapa factor yang menutukan nilai tukar rupiahdiantaranya adalah perbedaan tingkat infasi antar 2 negara danperbedaan tingkat suku bunga antar 2 negara. Nilai tukar ataudikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjianyang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaransaat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

Sampai saat ini kondisi ekonomi Indonesia memang tengahdalam tekanan, salah satunya dilihat dari kurs dolar AS yang saatini nilainya mencapai Rp 11.700. Namun kondisi ini jauh berbedadengan kondisi ekonomi saat krisis 1997/1998. Gubernur BankIndonesia (BI) Agus Martowardojo menceritakan, dirinya tahu betulkondisi ekonomi Indonesia 1997/1998, karena saat itu sudahberkecimpung di dunia korporasi.

"Dulu utang kita banyak yang tak tercatat, bukan hanya utangswasta, namun juga utang pemerintahnya. Tapi setelah krisis(1997/1998), ada UU Keuangan negara, dan pemerintah mempunyaineraca. Jadi kita tahu berapa utang negara, utang daerah, swasta,dan bahkan BUMN. Kalau di 1997/1998 kita tidak tahu," tutur AgusMarto saat pertemuan dengan sejumlah pimpinan media di kantorpusat BI, Jalan Thamrin, Jakarta.

Penelitian yang dilakukan JYOTI KUMARI dan JITENDRA MAHAKUD (2012) menunjukan bahwa kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap uang beredar di India.

Selain Kurs, Inflasi merupakan salah satu faktor pentingyang dapat mempengaruhi tingkat tabungan. Inflasi selalu adadimana pun merupakan fenomena moneter jika hal ini terjadi prosestingkat harga yang meningkat terus menerus dan cepat ( Mishkin,2009:367). Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubunganyang signifikan positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnyanilai rupiah terhadap mata uang asing yang disebabkan oleh hutangluar negeri pemerintah maupun sektor swasta yang membengkak,berakibat pada menurunnya harga barang-barang ekspor kita diluarnegeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murahdibandingkan dengan barang-barang dari negara lain. 

Penelitian yang dilakukan Rajkumar A Waingade (2012)menunjukan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikanterhadap tabungan di India.

Secara umum uang beredar mencakup beberapa hal yangmempengaruhinya, mungkin antara lain yang berkaitan dengan temapenelitian ini adalah inflasi dan kurs.

Berdasarkan dengan latar belakang tersebut, maka penulistertarik untuk meneliti judul ”FAKTOR-FAKTOR YANG MENPENGARUHIUANG BEREDAR”

1.1 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapatmerumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh antara tingkat inflasi terhadap uangberedar?

2. Bagaimana pengaruh antara tingkat kurs terhadap uangberedar?

3. Bagaimana pengaruh antara tingkat inflasi dan tingkat kursterhadap uang beredar?

1.2 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat

inflasi terhadap uang beredar.2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat kurs

terhadap uang beredar.3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat inflasi dan tingkat

kurs terhadap uang beredar.

1.3 Manfaat Penelitian1. Bagi pihak manajer perusahaan.

Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai bahan evaluasibagi pihak perusahaan atau sebagai sumbangan pemikiran bagipihak-pihak terkait pada perusahaan.

2. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai bahan referensibagi para mahasiswa berikutnya sekaligus menjadi bahankomparasi untuk penelitian sejenis.

3. Bagi PenulisMelalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasanhasanah atau menambah pengalaman dan pengetahuan yang lebihluas mengenai masalah yang diteliti.

Tinjauan Pustaka2.1 Nilai Tukar Rupiah.

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is definedas theamount of one currency that can be exchange per unit ofanother currency, or the price of one currency in items ofanother currency.

Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiahadalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilaitukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yangditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilaitukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikatoryang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uangkarena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukaninvestasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asingkhususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi danpasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003)

2.1.2 Penentuan Nilai Tukar Rupiah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikatorekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatifpendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi BankSentral.

2. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran danpermintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila adakelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka hargavalas akan naik dan sebaliknya.

3. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atauberita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapatmendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalamjangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudahberlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2.1.3 Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs matauang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kursini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upayastabilisasi oleh otoritas moneter.

Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kursmengambang, yaitu:

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukansepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tanganpemerintah. Sistem ini sering disebut clean floatingexchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidakdiperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untukmenetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchangerate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalammenstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karenaotoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untukmempengaruhi pergerakan kurs.

2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistemini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengansuatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yangbiasanya merupakan mata uang negara partner dagang yangutama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai matauang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjaditambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkantidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadapmata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalamsistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalamnilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untukbergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapatmengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lamadibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem inidapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomianakibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyaknegara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilaimata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan

dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatunegara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjangmata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalammembiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yangberlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peranrelatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang matauang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uangyang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini,suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas namauangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjualatau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurstersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkanberfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

2.1.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:

1. Sistem kurs tetap (1970- 1978) Sesuai dengan Undang-UndangNo.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukartetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnyadihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untukmenjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan,Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valutaasing

2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini,nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang matauang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkanbersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi(pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar denganspread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bilakurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejakpertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$

semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalamrangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang makapemerintah memutuskan untukmenghapus rentang intervensi(sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulaimenganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floatingexchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusanrentang intervensi ini juga dimaksudkanuntuk mengurangikegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah danmemantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.

2.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi nilai mata uang.Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat inflasi. Negara-negaradengan tingkat kemakmuran ekonomi yang tinggi cenderung akankonsisten rendah tingkat inflasinya sehingga nilai matauangnya menjadi lebih kuat dibandingkan dengan negara lainyang tingkat inflasinya tinggi sebagaimana di Indonesia. Halitu akan menyebabkan purchasing power atau daya beli negara-negara maju tersebut lebih tinggi daripada negara lain.

2. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga. Nilai tukaruang, inflasi, dan suku bunga mempunyai korelasi yang kuat.Bank Indonesia misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasiinflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang denganmengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesiatinggi maka permintaan mata uang rupiah akan bertambah daninvestor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarikberinvestasi demi keuntungan yang lebih besar.

3. Nilai Tukar Mata Uang dan Neraca perdagangan. Pengertianneraca perdagangan adalah semua pembayaran dari hasil ekspordan impor barang ataupun jasa dari dua negara rekanandagang. Bila suatu negara mengeluarkan uang lebih banyakuntuk membayar negara rekan dagangnya daripada jumlah yang

diterima sebagai pembayaran atas produk ekspornya, makadikatakan negara tersebut mengalami defisit. Selanjutnyanegara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negarapartner dagangnya yang berakibat pada melemahnya nilai tukaruang negara tersebut terhadap mata uang negara rekanan.

4. Nilai Tukar Mata Uang dan Hutang public. Selain untukaktivitas perdagangan dengan negara lain, neraca anggaranlokal suatu negara juga digunakan untuk menunjang proyek-proyek dalam negeri untuk kepentingan pemerintahan danmasyarakat. Anggaran yang defisit akan menyebabkanmeningkatnya hutang publik atau public debt dan hal ini akanberakibat pada tingginya nilai inflasi. Defisit anggarandapat diatasi dengan menjual aset pemerintah atau mencetaklebih banyak uang. Jika keadaan terus memburuk, pemerintahbisa saja mengalami gagal bayar atau default sehinggaperingkat hutangnya turun. Salah satu faktor yang dapatmelemahkan nilai tukar uang suatu negara adalah hutangpublik yang tinggi.

5. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspor-Impor. Jika jumlah eksporbarang ataupun jasa suatu negara meningkat daripada nilaiekspornya, dapat dipastikan nilai tukar mata uang negaratersebut akan menguat. Dengan peningkatan komoditas eksporbaik barang atau jasa berarti permintaan mata uang akanmeningkat. Sebaliknya, bila nilai impor lebih tinggidaripada jumlah ekspor, bisa saja negara mengalami defisitsehingga nilai tukar melemah.

6. Nilai Tukar Mata Uang dan Kondisi Ekonomi dan Politik. Untukmenginvestasikan dananya, para investor tentu akan memilihnegara dengan kondisi ekonomi yang baik termasuk keadaanpolitik yang stabil dan aman. Ketidakstabilan kondisiekonomi secara otomatis akan mempengaruhi kepercayaaninvestor karena cenderung memiliki resiko tinggi sebagaitempat mengeluarkan dananya. Oleh karena itu dikatakan

keadaan politik akan berdampak pula pada nilai tukar uangsuatu negara.

7. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat pendapatan. Dalam pasarmata uang asing faktor yang berdampak pada permintaan danpenawaran adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga produkluar negeri. Laju peningkatan pendapatan riil domestikdiprediksi akan melemahkan nilai tukar mata uang asing,sementara pendapatan riil domestik akan menyebabkanpermintaan valuta asing bertambah bila dibandingkan stokyang tersedia.

8. Nilai Tukar Mata Uang dan Kontrol Pemerintah. Menurut ahliekonomi, Madura, Kebijakan pemerintah juga turut berperandalam mempengaruhi nilai tukar uang dalam berbagai bentuk,yaitu berusaha menghindari hambatan nilai tukar mata uangasing, berusaha untuk menghindari hambatan transaksiperdagangan internasional, dan melakukan campur tangan dalampasar uang untuk menyeimbangka atau menytabilkan nilai tukardengan membeli atau menjual mata uang. Alasan pemerintahuntuk melakukan campur tangan dalam pasar uang adalah, untukmemperlancar perubahan dari nilai tukar uang dalam negeri,membuat kondisi nilai tukar dalam negeri masih berada dalambatas yang ditentukan, dan respon pemerintah atas adanyakekacauan dalam pasar uang yang mungkin dalam jangka waktusesaat.

9. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspektasi. Faktor berikutnya yangjuga berperan dalam nilai tukar mata uang adalah harapanatau kemungkinan untuk mendapat nilai tukar tinggi di masayang akan datang. Sama seperti investasi sekuritas sepertisaham dan lainnya, pasar valuta asing akan merespon dengancepat setiap berita yang mempunyai pengaruh di masa depan.Sebagai contoh, rumor yang beredar bahwa inflasi di Amerikaakan meningkat akan membuat investor valas menjual mata uangdollarnya secepat mungkin karena menganggap nilai tukarnya

akan menurun di masa yang akan datang. Tindakan ini akanlangsung berpengaruh pada turunnya nilai tukar dollar dalammarket uang.

2.1.6 Hubungan Tingkat Nilai Tukar dengan Uang beradar

Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum.Persoalannya lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batasnegara. Karena pada umumnya perdagangan antar negara dapatberlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negaramenjadi mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu matauang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atauberbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggupbayar yang diperdagangkan.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas matauang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, iniberarti nilai relatif mata uang  dalam negeri merosot. Turunnyaharga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Matauang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif matauang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta asingdisebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawarandalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Banyaksebab yang melatarbelakangi perubahan ini, seperti: Neraca eksporimpor, aliran modal, perubahan struktur, neraca perdagangan danlain-lain.

Kurs rupiah dengan kurs mata uang asing akan mempengaruhiharga saham emiten. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut: kursrupiah akan mempengaruhi penjualan perusahaan (terutama untukemiten yang berorientasi bisnis ekspor), Cost Of Good Sold(mempengaruhi pembelian bahan baku apabila diperoleh dari impor),

dan rugi kurs. Khusus untuk rugi kurs, terutama bagi perusahaanyang memiliki kewajiban dalam mata uang asing, akan sangatterpengaruh oleh depresiasi maupun apresiasi rupiah. Menurunnyanilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dolar amerika)berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku danperalatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga mengakibatkanmeningkatnya biaya produksi, atau dengan kata lain melemahnyanilai tukar rupiah terhadap US Dollar memiliki pengaruh negatifterhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerjauang beredar.

2.2 Inflasi

2.2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikanharga-harga barang dan jasa secara tajam (absolute) yangberlangsung secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yangcukup lama. Nilai uang mengalami penurunan secara tajam sebandingdengan kenaikan harga tersebut. Sedangkan deflasi yaitu keadaandi mana harga-harga barang dan jasa terus menurun dengan tajam.Keduanya dapat mengancam dan merusak stabilitas perekonomiansuatu Negara.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga unutk menaik secaraumum dan terus menerus (Boediono. 1985:155).

Teory Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya.Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat inginhidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurutpandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezekidi antara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yanglebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut(Boediono. 1985:163). 

Menurut Tajul Khalwary (2000:6-9) Inflasi dan deflasidiukur dari keseluruhan harga-harga barang maupun jasa, jadi

bersifat aggregatif. Menurut Noripin (1998:25) Kenaikan yanghanya terjadi sekali saja meskipun dengan persentase yang cukupbesar bukan merupakan inflasi.

Menurut Sadono Sukirno (2004:333) Inflasi juga diartikansebagai kenaikan harga-harga barang dan jasa yang terjadi karenapermintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaranbarang di pasaran. Dengan kata lain terlalu banyak uang yangmemburu barang yang jumlahnya terbatas.

Menurut Noripin (1998:27) Inflasi dapat dibedakan menjadibeberapa jenis dilihat dari kondisinya Inflasi digolongkanmenjadi empat golongan, yaitu:

Inflasi ringan, inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun

Inflasi sedang, inflasi sedang antara 10% - 30% setahun Inflasi berat, inflasi berat antara 30% - 100% setahun Hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila

kenaikan harga berada di atas 100%

Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenaiinflasi .teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari(a) jumlah uang beredar dan (b) psikologi (harapan) masyarakatmengenai kenaikan harga-harga (exspectations). Inti teori ini adalahsebagai berikut:

(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volumeuang yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartalatau penambahan uang giral tidak menjadi soal).

(b) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlahuang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakatmengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang (Boediono.1985:161).

Definisi inflasi sepenuhnya didasarkan pada penelaahan yangcermat dan tepat terhadap fakta fenomena perkembangan hargabarang dan jasa. Dengan kata lain, definisi inflasi adalahberbicara fakta apa adanya, bukan berbicara apa yang seharusnya.

2.2.2 Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu antara lain:

1. Teori Kuantitas Uang

Teori ini menyoroti aspek-aspek dalam proses inflasiseperti: (a) Jumlah uang yang beredar, inflasi bisa terjadi jikaada penambahan volume uang yang beredar. Inflasi yang terjadikarena kegagalan panen, hanya akan menaikan harga-harga untuksementara waktu saja. (b) Psikologi atau harapan masyarakatmengenai

Kenaikan harga (expectation). Walaupun jumlah uang beredarbertambah namun masyarakat masih belum menduga bahwa harga-hargaakan naik, maka pertambahan uang hanya akan menambah simpananatau uang kas/ tunai mereka, tetapi jika masyarakat sudah mendugabahwa harga-harga barang akan naik maka mereka

Cenderung akan membelanjakan uangnya karena khawatir jikauang disimpan terus nilainya akan merosot. Jadi inflasiditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar danharapan masyarakat di masa mendatang

2. Teori Keynes

Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakatmemiliki keinginan hidup di luar batas kemampuan ekonominya.Proses inflasi ini ialah proses perebutan bagian rezeki di antarakelompok kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebihbesar dari yang bisa disediakan masyarakat tersebut. Keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihijumlah barang-barang yang tersedia (inflationary gap).

3. Teori Strukturalis

Teori inflasi yang didasarkan pada pengalaman negaranegaradi Amerika latin. Teori ini memberikan ketegaran (rigidities)dari struktur perekonomian negara-negara berkembang. Ada duaketegaran utama dalam perekonomian yang bisa menimbulkan inflasiseperti: a) Ketegaran yang berupa ketidak-elastisan dari

penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh secaralamban dibandingkan dengan sektor-sektor lain. b) Ketegaran yangberkaitan dengan ketidak-elastisan dari supply atau produksibahan makanan dalam negeri. Namun dalam kenyataannya prosesinflasi yang disebabkan karena ketidak-elastisan penerimaanekspor dan ketidakelastisan produksi dalam negeri jarang terjadisendiri-sendiri, melainkan bersama-sama bahkan sering kalimemperkuat satu sama lain.

2.2.3 Cara-cara Mengatasi InflasiCara mengatasi inflasi pada dasarnya harus diarahkan pada

faktor-faktor yang menyebabkan perubahan harga-harga menjadi naikatau dengan kata lain nilai uang menjadi turun. Dalam hal ini adabeberapa kebijakan (policy) yang dapat ditempuh antara lain:

1. Kebijakan Moneter (Monetary Policy). Kebijakan moneteradalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritasmoneter dengan menggunakan pengubah jumlah uang beredar(money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untukmempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mengurangi

ketidak-stabilan perekonomian. Kebijakan moneterdilaksanakan oleh bank sentral untuk menggurangi jumlah uangyang beredar dengan cara menaikkan cash reserve ratio/ cashratio/ persentase likuiditas/ giro wajib minimum, menjualsurat- surat berharga (open market operation) dan menaikkantingkat bunga kredit. Untuk mencegah laju inflasi makapemerintah dan bank sentral harus bekerjasama denganmenjamin bahwa uang cadangan yang tersedia pada sistemperbankan tidak berlebihan, namun cukup untuk memenuhikebutuhan masyarakat akan uang.

2. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy). Kebijakan fiskal adalahkebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasiinstrumen fiskal. Kebijakan fiskal dapat dibedakan kedalamkebijakan fiskal aktif (discretonary fiscal policy), yaitupemerintah melakukan perubahan tingkat pajak/ programpengeluaran, sedankan kebijakan fiskal pasif(nondiscreationary fiscal policy), yaitu kecenderunganmembelanjakan marginal dan pendapatan nasional. Kebijakanfiskal dapat dilakukan dengan mengurangi pengeluaranpemerintah, menaikkan pajak dan pemerintah melakukanpinjaman kepada masyarakat. Apabila pemerintah melaksanakankebijakan tersebut maka pemerintah telah campur tangan dalamperekonomian. Apabila suatu perekonomian mengalamiinflationary gap atau deflationary gap maka pemerintah akanmenaikkan atau menurunkan tingkat pendapatan nasional.

3. Kebijakan Non Moneter dan Non Fiskal. Kebijakan untukmengatasi inflasi diluar dari kebijakan moneter dan fiskal.Kebijakan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan hasilproduksi (production approach), kebijakan upah/gaji,pengawasan harga barang dan distribusinya dan kombinasi dariberbagai cara.

2.2.4 Hubungan Inflasi dengan Uang Beredar

Hubungan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi di Indonesia.Friedman dan Schwartz menulis dua makalah yang mendokumentasisumber dan pengaruh perubahan dalam kuantitas uang selama periode1867 – 1960 dan 1867–1975 di Amerika Serikat. Secara empiris,Friedman dan Schwartz berhasil memverifikasi hubungan antarainflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar. Hasil penelitianFriedman dan Schwartz menunjukkan bahwa di Amerika Serikatdecade-dekade dengan pertumbuhan uang tinggi cenderung memilikiinflasi yang tinggi, dan dekade-dekade dengan pertumbuhan uangrendah cenderung memiliki inflasi yang rendah.

Hasil yang sama diperoleh dari perbandingan tingkat rata-rata inflasi dan tingkat rata-rata pertumbuhan uang di lebih dari100 negara selama tahun 1990-an. Dalam kajian tersebut, terdapathubungan yang jelas antara pertumbuhan uang dan inflasi. Negara-negara dengan pertumbuhan uang tinggi cenderung memiliki inflasiyang tinggi, sementara negara-negara dengan pertumbuhan uangrendah cenderung memiliki inlfasi yang rendah.

Namun demikian, menurut Mankiw (2003), keeratan hubunganinflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat dalamjangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangkapanjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubunganantara pertumbuhan uang dan inflasi dalam data bulanan tidak akanseerat hubungan keduanya jika dilihat selama periode 10 tahun.

2.3Uang Beredar

2.3.1 Pengertian Uang Beredar

Pengertian pertama mengenai uang beredar adalah seluruh“uang kartal” dan “uang giral” yang tersedia untuk digunakan olehmasyarakat.tetapi ini bukan satu-satunya pengertian mengenaijumlah uang yang beredar. Pengertian lain mengenai uangberedar didasarkan atas anggapan bahwa sebenarnya bukan hanya uangtunai dan saldo giro (cek) saja yang bisa digunakan masyarakatuntuk memenuhi kebutuhannya (untuk tujuan transaksi, berjaga-jagadan spekulasi). Uang milik masyarakat yang disimpan di bankdalam bentuk deposito berjangka (time deposits) atau tabungan(misalnya, tabanas), juga mempunyai ciri yang mendekati uangtunai .kedua simpanan ini bisa diubah (tanpa banyak kesulitan)menjadi uang tunai untuk  pembayaran transaksi tersebut(Boediono.1985:86)

2.3.2 Jenis Uang Yang Beredar.

Jenis uang yang beredar dimasyarakat dapat dikelompokanmenjadi dua, yaitu uang kartal dan uang giral.

1. Uang Kartal

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uangkartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima olehmasyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari.Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun 1968 pasal 26ayat 1, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkanuang logam dan kertas. Hak tunggal untuk mengeluarkan uang yangdimiliki Bank Indonesia tersebut disebut hak oktroi.

Jenis Uang Menurut Lembaga Yang Mengeluarkannya:

Menurut Undang-Undang Pokok Bank Indonesia No. 11/1953, terdapatdua jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank.

Uang negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, terbuatdari plastik yang memiliki ciri-ciri:

i. Dikeluarkan oleh pemerintah

ii. Dijamin oleh undang undang

iii. Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya

iv. Ditanda tangani oleh mentri keuangan

Namun, sejak berlakunya Undang-undang No. 13/1968, uangnegara dihentikan peredarannya dan diganti dengan Uang Bank.

Uang Bank adalah uang yang dikeluarkan oleh Bank Sentralberupa uang logam dan uang kertas, Ciri-cirinya sebagai berikut.

Dikeluarkan oleh Bank Sentral

Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di banksentral

Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (diIndonesia : Bank Indonesia)

Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.

Jenis Uang Kartal Menurut Bahan Pembuatnya

A. Uang logam

Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak karena emasdan perak memenuhi syarat-syarat uang yang efesien. Karena hargaemas dan perak yang cenderung tinggi dan stabil, emas dan perakmudah dikenali dan diterima orang. Di samping itu, emas dan peraktidak mudah musnah. Emas dan perak juga mudah dibagi-bagi menjadiunit yang lebih kecil. Di zaman sekarang, uang logam tidakdinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilainominal itu merupakan pernyataan bahwa sejumlah emas dengan berattertentu terkandung di dalamnya.

Uang logam memiliki tiga macam nilai.

Nilai Intrinsik yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang,misalnya berapa nilai emas dan perak yang digunakan untukmata uang. Menurut sejarah, uang emas dan perak pernahdipakai sebagai uang. Ada beberapa alasan mengapa emas danperak dijadikan sebagai bahan uang antara lain: Tahan lamadan tidak mudah rusak (Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah(Rp. 500,00).

Nilai Tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapatditukarkan dengan suatu barang (daya beli uang). Misalnyauang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan dengan sebuah permen,sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkukbakso).

Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengangambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah.Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia,yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuklembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yangmenyerupai kertas).

Uang kertas mempunyai nilai karena nominalnya. Oleh karenaitu, uang kertas hanya memiliki dua macam nilai, yaitu nilainominal dan nilai tukar. Ada 2(dua) macam uang kertas :

I. Uang Kertas Negara (sudah tidak diedarkan lagi), yaitu uangkertas yang dikeluarkan oleh pemerintah dan alat pembayaranyang sah dengan jumlah yang terbatas dan ditandatanganimentri keuangan.

II. Uang Kertas Bank, yaitu uang yang dikeluarkan oleh banksentral.

Beberapa keuntungan penggunaan alat tukar (uang) dari kertas diantaranya :

i. Penghematan terhadap pemakaian logam mulia.ii. Ongkos pembuatan relatif murah dibandingkan dengan

ongkos pembuatan uang logam.iii. Peredaran uang kertas bersifat elastis (karena mudah

dicetak dan diperbanyak) sehingga mudah diseusaikan dengankebutuhan akan uang.

iv. Mempermudah pengiriman dalam jumlah besar.

B. Uang Giral

Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhanmasyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah,praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uanggiral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah tagihanyang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagaialat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atautelegrafic transfer.

Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah.Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral.

Terjadinya uang giral. Uang giral dapat terjadi dengan caraberikut:

Penyetoran uang tunai kepada bank dan dicatat dalam rekeningkoran atas nama penyetor, penyetor menerima buku cek danbuku giro bilyet. Uang tersebut sewaktu-waktu dapat diambilatau penyetor menerima pembayaran utang dari debitur melaluibank. Penerimaan piutang itu oleh bank dibukukan dalamrekening koran orang yang bersangkutan. Cara di atas disebutprimary deposit.

Karena transaksi surat berharga. Uang giral dapat diciptakandengan cara menjual surat berharga ke bank, lalu bankmembukukan hasil penjualan surat berharga tersebut sebagai

deposit dari yang menjual. Cara ini disebut derivativedeposit

Mendapat kredit dari bank yang dicatat dalam rekenin korandan dapat diambil sewaktu-waktu. Cara ini disebut denganloan deposit.

Simpanan uang di bank dapat berbentuk giro [rekening koran]yang boleh diambil sewaktu-waktu. Pembayaran dengan uang giraldapat dilakukan dengan menggunakan cek, giro bilyet, danpemindahan telegrafis [telegraphic transfer].

Keuntungan menggunakan uang giral

Keuntungan menggunakan uang giral sebagai berikut.

1. Memudahkan pembayaran karena tidak perlu menghitung uang2. Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak

terbatas, nilainya sesuai dengan yang dibutuhkan (yangditulis oleh pemilik cek/bilyet giro)

3. Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan bilahilang bisa segera dilapokan ke bank yang mengeluarkancek/bilyet giro dengan cara pemblokiran.

C. Uang Kuasi

Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikansebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atasdeposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milikswasta domestik.

2.2.3 Penetuan Uang Beredar

Menurut Boediono (1985) uang adalah uang kertas dan uanglogam yang ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini disebutdengan uang kartal atau dalam bahasa inggris disebut currency.

Menurut Frederic S.Mishkin (2008), uang memiliki arti khususbagi ekonom. Para ekonom membuat perbedaan antara uang dalambentuk mata uang, rekening koran (tabungan) dan dalam bentuklainnya yang digunakan untuk transaksi dan kekayaan. Dalammasyarakat, dianggap bahwa semakin kaya atau semakin makmurseseorang maka uang yang dimilikinya semakin banyak. Tetapi bagiekonom, uang tidaklah menjadi bagian dari seluruh kekayaan tetapisalah satu bentuk dari kekayaan atau asset yang digunakan untukproses transaksi. Masyarakat juga menganggap bahwa uang adalahpendapatan (income). Tetapi bagi seorang ekonom mendefenisikanuang (juga sering disebut sebagai uang beredar) sebagai sesuatuyang secara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa ataupembayaran atas utang berbeda dengan kekayaan dan pendapatan.

Berbeda dengan teori keuangan Keynes, teori kuantitas uangmengatakan perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahanyang sama tingkatnya ke atas harga-harga , perubahan kedua variabletersebut adalah kearah yang sama. Teori kuantitas uang dikenalsebagai golongan monetaris, mereka berpendapat bahwa pemerintahperlu mengatur penawaran uang agar inflasi dapat dihindari danperekonomian dapat berkembang dengan teguh. Teori inijuga berpendapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akanmenimbulkan perubahan hara-harga yang sama tingkatnya.

Analisis Keynes menunjukan bahwa pertambahan penawaran uangakan dapat menambah pendapatan nasional. Teori Keynes tidak menunjukanbagaimana perubahan penawaran uang akan mempengaruhi tingkat nialitukar rupiah penawaran uang ke atas kegiatan ekonomi negara dapatdibedakan kepada tiga tahap perubahan yang berikut:

i. Perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan keatas niali tukar rupiah

ii. Selanjutnya perubahan nial tukar rupiah akan mengubahjumlah investasi

iii. Perubahan invetasi mengubah pengeluaran dan akhirnyapendapatan nasional

Teori keuangan Keynes, teori keuangan Keynes terutama menerangkan tigahal,yaitu:

i. Tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan) uang.ii. Faktor-faktor yang menentukan tingkat harga.iii. Efek perubahan penawaran uang keatas kegiatan ekonomi

negara.

2.3.4 Penentu Faktor-faktor Lainnya

Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah uang yang beredarditentukan oleh kebijakan dari bank sentral untuk menambah ataumengurangi jumlah uang melalui kebijakan moneter. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar adalah:

1) Kebijakan Bank Sentral berupa hak otonom dan kebijakanmoneter (meliputi: politik diskonto, politik pasar terbuka,politik cash ratio, politik kredit selektif) dalam mencetakdan mengedarkan uang kartal.

2) Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan untuk menambahperedaran uang dengan cara mencetak uang logam dan uangkertas yang nominalnya kecil.

3) Bank umum dapat menciptakan uang giral melalui pembeliansaham dan surat berharga.

4) Tingkat pendapatan masyarakat5) Tingkat suku bunga bank6) Selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera

konsumen terhadap suatu barang maka harga barang tersebut

akan terdorong naik, sehingga akan mendorong jumlah uangyang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya)

7) Harga barang8) Kebijakan kredit dari pemerintah

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang yangberedar di masyarakat, maka kita dapat melihat hal apa saja yangmempengaruhi permintaan uang, yaitu:

besar kecilnya pembelanjaan negara yang berkaitan denganpendapatan nasional.

cepat lambatnya laju peredaran uang motif memiliki uang tunai, J.M Keynes dalam teori liquidity

preference: motif transaksi (transaction motive), motifberjaga-jaga (precautionary motive), motif spekulasi(speculative motive)

Bila ada hal yang mempengaruhi permintaan uang, berarti ada hal yang mempengaruhi penawaran uang juga, yaitu:

1. tinggi rendahnya tingkat bunga2. tingkat pendapatan masyarakat3. jumlah penduduk4. keadaan letak geografis5. struktur ekonomi masyarakat6. penguasaan iptek7. globalisasi ekonomi

Kebijakan pemerintah terhadap jumlah uang yang beredar di masyarakat dilakukan dengan cara:

a. pengendalian tingkat bunga melalui politik diskonto.

b. menarik atau menambah jumlah uang yang beredar melalui politik pasar terbuka dengan cara membeli atau menjual surat-surat berharga. SBI = Sertifikat Bank Indonesia

c. pemotongan nilai mata uang melalui kebijakan sanering yang dilakukan bank sentral

d. melakukan revaluasi/devaluasi.

Dari sisi politik kebijakan moneter dapat dibedakan atas:

1. Politik Uang Ketat (Tight Money Policy)* peningkatan suku bunga (discount policy)* penjualan SBI (open market policy)* peningkatan cadangan kas (cash ratio)* pengetatan pemberian kredit

2. Politik Uang Longgar ( Easy Money Policy)* penurunan tingkat suku bunga* pembelian SBI* penurunan cadangan kas* pemberian kredit longgar

2. 4 Penelitian Terdahulu

I. Femia Niken Susanti dan Ghozali Maski. Pengaruh Tingkat SukuBunga dan Pendapatan Nasional Rill Terhadap Jumlah UangBeredar: Implementasi Error Correction Model. Penelitian inibertujuan untuk melihat apakah antara tingkat suku bunga danpendapatan nasional riil berpengaruh terhadap jumlah uangberedar (Ml maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabletingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riilterhadap jumlah uang beredar. Disamping itu, penerapan ErrorCorrection Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untukmemperoleh gambaran pengaruh predictor variable (bunga danpendapatan) dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang.variabel jangka pendek yang dipilih (LYR) tidak mempunyaipengaruh terhadap jumlah M2 karena koefisiennya tidaksignifikan secara statistik.

II. Lily Prayitno dan Heny Sandjaya. Faktor-Faktor YangBerpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelumdan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika. Penelitianini menggunakan analisa regresi dengan model log untukmenganalisa pengaruh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa,serta angka pengganda uang (money multiplier) terhadap jumlahuang beredar di Indonesia untuk periode periode sebelumkrisis (1990-1997), sesudah krisis (1997-1999) dan secarakeseluruhan (1990-1999). Sebelum krisis hasil menunjukkanbahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruhpositif terhadap jumlah uang beredar (M2); cadangan devisatidak signifikan terhadap jumlah uang beredar; sedangkanangka pengganda uang berpengaruh negatif dan signifikanterhadap jumlah uang beredar. Sesudah krisis, pengeluaranpemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadapjumlah uang beredar sedangkan cadangan devisa dan moneymultiplier tidak signifikan. Untuk seluruh waktu analisa,pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa berpengaruh secarasignifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar sedangkanangka pengganda uang tidak signifikan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran Masalah:

- Meningkatnya uang beredar dari tahun ke tahun.

- Tidak stabilnya inflasi

Identifikasi:- Berapa besar pengaruh inflasi terhadap uang

beredar- Berapa besar pengaruh nilai tukar rupiah

terhadap uang beredar

Teori:

Frederic S.Mishkin (2008

Nilaitukarrupiah

Jurnal:Money Supply andInflation: A Historical Model dan Fungsi:

Fungsi : JUB = f (Inf,kurs)Regresi : JUB = β0 + β1 Inf +

The growth of government spending and themoney supplyEvidence and implications

RELATIONSHIP BETWEEN STOCK PRICES, EXCHANGERATEAND THE DEMAND FOR MONEY IN

Money Supply andVelocity of Money in Nigeria: A Test

Variabel:

UangberedarInflasi(X1)

Boediono.(1985:155)Fabozzi Dan

Franco,(1996:724)

JudulAnalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Paradigma

Inflasi (X1) (Boediono. 1985:155).

Uang beredar (Y)Frederic S.Mishkin (2008)

Nilai tukar rupiah (X2)(Fabozzi Dan Franco, 1996:724

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara ataudugaan saja. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaranobyektif tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi UangBeredar di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengemukakan bahwa hipotesissebagai berikut

H0 : β1 : β2 = 0 Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap uang beredar.

H1 : β1: β2 ≠ 0Adanya pengaruh positif dan signifikan antara tingkat nilai tukarrupiah dan tingkat inflasi terhadap uang beredar.

Metodologi Penelitian.

1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Uang Beredar.uang beredar adalah seluruh uang kartal dan uang giral yangtersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Data uang Beredardiperoleh langsung dari Bank Indonesia http://www.bps.go.id.

1.2 Variabel Independen

Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakandalam penelitian ini, yaitu:

1) Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secaraumum dan terus menerus berkaitan mekanisme pasar yangdisebabkan beberapa faktor. Data inflasi yang diperolehlansung dari Bank Indonesia www.bi.go.id

2) Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uangnegara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai darisatu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uangnegara lain. Data Kurs yang diperoleh lansung dari BankIndonesia www.bi.go.id

Operasional variabelVariabel

Definisi Skala Indikator Lambang

Uangberadar

uang beredar adalahseluruh uang kartal danuang giral yangtersedia untukdigunakan olehmasyarakat

Rasio Rp JUB

Inflasi Kenaikan dalam tingkatharga umum dengan

Rasio % INF

menggunakan IHK

Kurs Nilai tukar adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain

Rasio Rp Kurs

Sumber: Olahan Peneliti

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dariobyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaketristik tertentuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudianditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61). Sampel adalah bagian darijumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut(Sugiyono, 2008:62) Populasi yang digunakan dalam penelitian iniadalah data uang beredar yang ada di Bank Indonesia. Berdasarkandata yang tersedia di internet untuk semua variabel yangdigunakan dalam penelitian ini.

2.2 Sampel Penelitian

Teknik sampling yang probability digunakan adalah nonsampling dengan jenis purposive sampling yaitu berdasarkankriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan (JokoSulistyo,2012). Data yang digunakan sebagai sampel dalampenelitian ini adalah data Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Tukar,

yang dibatasi pada data penutupan tiap akhir-akhir tahun selamaperiode antara tahun 2002-2012. Alasan pemilihan periode tahunyang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akuratsesuai dengan keadaan sekarang ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan caradokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data Tabungandilakukan di Bank Indonesia. Selain itu pengumpulan data daninformasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel,jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukungproses penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

1. Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisisregresi linier berganda. Analisis regresi merupakan suatu alatstatistik yang digunakan untuk mengetahui atau memprediksibesarnya variabel respons berdasarkan variabel prediktor.Analisisregresi dapat menghadapi beberapa masalah serius oleh karena itu,peneliti harus melakukan beberapa pengujian untuk mendapatkanhasil yang terbaik. Pengujian tersebut antara lain: ujinormalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, ujimultikolinearitas (Sulistyo, 2002:146).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampeldiambil dari populasi yang berdistribusi normal (Sulistyo,2010:50). Menurut Gujarati (2003), asumsi normalitas gangguanpenting sekali, sebab uji eksistensi model (uji F) maupun ujivaliditas pengaruh variabel independen (uji t), dan estimasinilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Untuk menguji haltersebut dapat dipergunakan metode grafis Normal P-P Plot daristandartdized residual cumulative probability, dengan identifikasi apabila

sebarannya berada disekitar garis normal, maka asumsi kenormalandapat dipenuhi.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatumodel regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggupada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntung sepanjangwaktu, berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karenaresidual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasike observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data urutwaktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang ataukelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection(silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terhadap“gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu ataukelompok berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yangbebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalampenelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji ini hanyadigunakan untuk korelasi tingkat satu (first orderautocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (Konstanta)dalam model regresi dan tidak ada variabel lain diantara variabelbebas.

Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umumdiperlihatkan dalam tabel 3.2.

Tabel Durbin-Watson (D-W)

Dw Kesimpulan

Kurang dari 1,34(<dl) Ada autokorelasi

1,34 – 1,85 (dl – du) Tanpa kesimpulan

1,85 – 2.15(du – 4-du) Tidak ada autokorelasi

2,15 – 2.66 (4-du – 4-dl) Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2,66 (>4-dl) Ada autokorelasi

Sumber : Jalan Pintas Menguasai SPSS 10.0, Sulaiman Wahid 2002.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah asumsi yang menyatakan bahwaresidu atau deviasi dari garis yang paling tepat muncul secararandom sesuai dengan besarnya variabel-variabel independen. Bilakesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubunganyang sistematis sesuai dengan besarnya satu variabel independenatau lebih, berarti adanya heteroskedastisitas.Heteroskedastisitas mempengaruhi kesalahan baku koefisiensehingga memberikan indikasi yang salah dan menyebabkan koefisiendeterminasi menunjukkan daya menjelaskan yang terlampau besar(Arsyad, 1996:198).

Heteroskedastisitas dapat dihilangkan dengan menggunakanlogaritma dari variabel penjelas yang menyebabkan terjadinyaheteroskedastisitas tersebut atau dengan menggunakan regresidengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weighted least square).Untuk menjalankan regresi jenis ini, pertama harus membagi semuavariabel terikat dan variabel bebas yang menyebabkan terjadinyaheteroskedastisitas dan menjalankan regresi terhadap variabelyang sudah ditransformasikan tersebut (Salvatore, 2001:170).

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untk menguji apakah modelregresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas. Modelregresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantaravariable bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandungmultikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akancenderung meningkat dengan bertambahnya variable independent,tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nolakan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salahjuga akan semakin besar. Untuk mendeteksi ada tidaknyamultikolinearitas dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresiempiris sangat tingga, tetapi secara individual variabel-variabel indenpenden banyak yang tidak signifikanmempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel bebas. Jikaantar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi( umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasiadanya multikolinearitas

c. Mutikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance danlawannya, VIF ( Variance Inflation Factor ). Jika nilai toleranceyang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi, makamenunjukkan adanya kolinearitas yag tinggi. Multikol terjadibila nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance kurang dari0,1.

2. Uji F

Menurut Salvatore (2001:167) uji F digunakan untuk mengujihipotesis bahwa variasi dari semua variabel bebas (X) menerangkanproporsi yang signifikan dari variasi pada variabel terikat (Y).Hipotesis untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut:

H0: Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruhterhadap variabel dependen.

Ha: Variabel independen secara bersama-sama berpengaruhterhadap variabel dependen.

Untuk mengetahui apakah H0 ditolak atau gagal ditolak maka perludibandingkan antara nilai F-statistik dan nilai F-kritis daritabel distribusi F. Tolak H0, jika F-statistik > F-kritis MenurutSalvatore (2001:168) nilai statistik F dapat dirumuskan sebagaiberikut:

F =

3. Uji t

Uji statisik t adalah uji statistik yang menunjukkanseberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individualdalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2001:97).Hipotesis untuk melakukan uji t pada penelitian ini adalahsebagai berikut:

H0: Variabel independen X tidak berpengaruh terhadap variabeldependen.

Ha: Variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen.

Keputusan pengujiannya adalah sebagai berikut (Priyatno,2010:69):

H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel

H0 ditolak jika –t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel

Berdasarkan teori yang ada sebelumnya, maka hipotesis untukmasingmasing variabel independen adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan tingkat inflasiH01: β1 ≥ 0Ha1: β1 < 0

b. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan tingkat kurs H02: β2 ≥ 0H02: β2 < 0

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

R² dikenal dengan coefficient of determination atau coefficient ofexplanation. R² mengukur proporsi dari variasi total varabelterikat yang dijelaskan oleh variabel bebas atau variabelpenjelas dalam regresi (Salvatore, 2001:166).

Nilai R² adalah di antara 0 dan 1 yang kecil berartikemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasivariabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berartivariabel-variabel independen memberikan hampir semua informasiyang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen(Kuncoro, 2001:100).

Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakanbesarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya.Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuanvariabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabelterikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu biasterhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam modelregresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlahpengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipunvariabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangikelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yangtelah disesuaikan, Adjusted R Square (R2

adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2adj) berarti

bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah

variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakankoefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisiendeterminasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun olehadanya penambahan variabel baru dalam model.

5. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression)

Model yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah modelregresi linier berganda atau multiple regression untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan. Model regresi berganda yaituregresi yang pada saat variabel yang dicari untuk dijelaskan dihipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atauvariabel penjelas (Salvatore, 2001:164). Dengan rumus sebagaiberikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + µ

Dimana:

Y = Tabungana = KonstantaX1 = Suku Bunga X2 = Inflasib1, b2 = Koefisien Regresiµ = standar error

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapatdiukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur darinilai statistik t (uji t), nilai statistik F (uji F), dankoefisien determinasi (Kuncoro, 2001:97).

Hasil dan Pembahasan 

Analisa regresi berganda dilakukan untuk menentukan pengaruh dariinflasi dan kurs rupiah terhadap uang yang beredar

Tabel 1Dependent Variable: M2Method: Least SquaresDate: 06/11/14 Time: 16:15Sample: 2003 2013Included observations: 11

VariableCoefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.  

C -4391341. 1960773. -2.239597 0.0555INFLASI -109747.6 51152.35 -2.145505 0.0642KURS 759521.6 211100.9 3.597907 0.0070

R-squared 0.645793     Mean dependent var 2057377.Adjusted R-squared 0.557241     S.D. dependent var 941307.8

S.E. of regression 626347.3    Akaike info criterion 29.76020

Sum squared resid 3.148612     Schwarz criterion 29.86872Log likelihood -160.6811     F-statistic 7.292833Durbin-Watson stat 1.200328     Prob(F-statistic) 0.015741

Asumsi klasik:

Uji multiiko:Bila R2 diantara 0,50 sampai 0,77, maka tidak terdapat multiko. Pada penelitian ini R2 sebesar 0,64 maka tidak terdapat multiko

Uji auto:Bila durbin-watson diantara -2 sampai 2, maka tidak terdapat auto. Pada penelitian ini durbin-watson sebesar 1.20 maka tidak terdapat auto

Uji f: 7.292833 dan prob 0.015741 maka kurs berpengaruh terhadap uang beredar

Uji t: -2.145505 dan prob 0.0642 maka inflasi berpengaruh terhadap uang beradar

3,597907 dan prob 0.0070 maka kurs berpengaruh terhahadap uang beradar

R² : 0.645793 Maka pengaruh variable inflasi dan kurs terhadap uang beredar, sisanya 64%

dipengaruhi oleh faktor lain

Tabel 2

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic0.6666

37     Probability0.6664

08

Obs*R-squared4.3998

82     Probability0.4933

90

Uji heterobila probability F-stat lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapathetero, pada penelitian ini probability F-stat sebesar 0.66 maka tidak terdapat hetero

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel inflasi dan kurs rupiah terhadap uang beredar tahun 2003-2013. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inflasi dan kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap uang beredar di Indonesia. Sehingga hasil yang diambil adalah menerima Ha dan menolak Ho. Dengan kata lain, hipotesis yang berbunyi ”Ada pengaruh antara variable inflasi dan nilai tukar terhadap uang beredar diIndonesia. Sebab kurs akan mempengaruhi keinginan masyarakat dalam menentukan pilihannya untuk menggunakan uangnya, jika kurs rupiah rendah maka masyarakat lebih memilih menggunakan mata uangasing untuk bertransaksi sehingga uang yang beredar di masyarakatsedikit. Selain itu juga inflasi juga mempengaruhi uang beredar karena rendah tingginya tingkat harga maka akan mempengaruhi transaksi sehingga mempengaruhi uang beredar. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil regresiyang sudah dilakukan dengan program Eviews di atas

5.2 Saran

1. Saran untuk peneliti selanjutnya untuk bisa menambah data

yang bisa mempengaruhi uang beredar Indonesia.

2. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan

inflasi dan nilai tukar rupiah. untuk membandingkan uang

beredar Indonesia.

Daftar Pustaka:

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2003-2013. Laporan Tahunan BPS Uang Beredar.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2003-2013. Laporan Tahunan BPS Nilai Tukar Rupiah.

Boediono. 1982.Ekonomi Makro Edisi 4,Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta: 2005. Hlm. 188

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Yogyakarta.

Harinowo, C. 2001. Dilema Target Base Money.Jawa Pos, Senin, 10 September. hal. 4.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 8, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Mankiw, N. Gregory (2003). Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Terjemahan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Mankiw, N. Gregory. Principles of Macroeconomic edisi 3 (e-book)

Nilawati. 2000. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan DevisaDan Angka

Pengganda Uang Terhadap Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia”.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2. Agustus. Hal. 64-72.

Parkin, M. 1993. Economics. Second edition. Addison-Wesley Publishing Company. Massachussetts

Pratomo,Wahyu Ario.2006. Buku Ajar Teori Ekonomi Makro, Sumatera Utara:DepartemenEkonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Opcit., hlm.189-191

Subagyo, Sri Fatmawati, Rudy Badrudin, Astuti Purnamawati, Algifari, 1997.“Bank dan

Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi ke-1, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN, April.

Statistik Ekonomi keuangan Indonesia(SEKI).Perpustaakaan Bank Indonesia

Sukirno, Sadono.2010. Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta; Rajawali Pers.

Solikin dan Suseno, Penyusunan Statistik Uang Beredar, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta: 2002. Hlm. 1.

Schiller, B.R. 1996. Essentials of Economics. Second edition. McGraw Hill Companies.

New York.

Untoro, dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, 2007.

Tambunan, T.H. 2000. Perekonomian Indonesia Beberapa Isu Penting.Ghalia

Indonesia. Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah

http://www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=13&notab=14