faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi di klub ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YIELD TO ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YIELD TO ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YIELD TO
MATURITY OBLIGASI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
DEWI RATIH PERMATA ALMI
B200160261
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YIELD TO MATURITY
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
yield to maturity obligasi secara signifikan. Dalam penelitian ini terdapat lima faktor
yang akan diteliti yaitu corporate governance, peringkat obligasi, debt to equity ratio,
likuiditas dan suku bunga SBI. Variabel corporate governance diproxykan menjadi
empat yaitu, kepemilikan institusional, kepeilikan manajerial, ukuran dewan komisaris
dan komite audit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi korporasi yang
diperdagangkan pada periode 2016-2017 sebanyak 325 obligasi, dengan sampel 274
obligasi yang sesuai dengan kriteria purposive sampling. Data dianalisis dengan metode
regresi berganda dengan menggunakan SPSS 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity
obligasi. Sedangkan kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komite audit,
peringkat obligasi, debt to equity ratio, likuiditas dan suku bunga SBI berpengaruh
signifikan terhadap yield to maturity.
Kata kunci: yield to maturity; corporate governance; peringkat obligasi; debt to equity
ratio; likuiditas; suku bunga SBI.
Abstract
The aim of this study is to determine the significant influence factors on the yield to
maturity of the bond. There are five factors to be examined in this study, those are
corporate governance, bond rating, debt to equity ratio, liquidity and SBI interest rate.
Corporate governance variable is proxied into four, those are institutional ownership,
managerial ownership, board size and audit committee. The population in this study
was all corporate bond that traded in the period of 2016-2017, there were 325 bond with
274 bond through purposive sampling technique. Data were analyzed using multiple
linier regressions of SPSS 26. The result of this study shows that institutional ownership
is not significantly affect the yield of maturity of the bond. While managerial
ownership, board size, audit committee, bond rating, debt to equity ratio, liquidity and
SBI interest rate are significantly affect the yield of maturity of the bond.
Keywords: yield to maturity; corporate governance; bond rating; debt to equity ratio;
liquidity; SBI interest rate.
1. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan suatu tempat jual beli berbagai sekuritas jangka panjang dan
berbagai instrument keuangan. Baik dalam bentuk saham maupun hutang, yang
diterbitkan oleh perusahaan swasta, perusahaan pemerintah, maupun pemerintah itu
sendiri. Pasar ini memiliki fungsi yang sama dengan pasar pada umumnya yaitu tempat
bertemunya penjual dan pembeli (Situmorang, 2017). Salah satu instrumen investasi
yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi. Menurut Ibrahim (2008), obligasi
2
adalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan swasta atau pemerintah kepada kreditor
sebagai dokumen pengakuan utang, yang akan diayar sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditetapkan. Obligasi dibagi menjadi dua jenis yaitu, obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan (corporate bond) dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu
(government bond) (Manurung et al, 2008).
Dalam Faerber (2000) menyatakan bahwa investor cenderunng berinvestasi pada
obligasi dibandingkan dengan saham. Hal ini terjadi karena harga saham cenderung
lebih fluktuatif sehingga memiliki resiko lebih tinggi dibanding obligasi, selain itu
obligasi memiliki tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap.
Meskipun demikian obligasi juga memiliki resiko bagi investor. Resiko yang dimiliki
oleh setiap obligasi akan berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi tingkat
pengembalian atau return obligasi tersebut atau disebut juga dengan yield obligasi (Sari
dan Abudanti, 2015). Ada beberapa ukuran yield yang dapat digunakan oleh investor
yaitu yield to maturity dan current yield. Yield to maturity merupakan tingkat
keuntungan yang akan diterima investor jika membeli dan menahan obligasi tersebut
hingga waktu jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo investor akan menerima yield to
maturity tersebut (Brigham dan Houston, 2010).
Untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang maksimal investor harus
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi yield to maturity. Jensen dan
William (1976) menyatakan bahwa penerbitan obligasi juga dapat menimbulkan
masalah keagenan antara manager dengan stakeholders. Oleh karena itu perlu adanya
mekanisme perlindungan terhadap pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan
perusahaan yaitu coorperate governace. Sebelum membeli obligasi investor tentunya
akan mempertimbangkan peringkat dari obligasi tersebut. Karena peringkat obligasi
merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi resiko tak
bayar oleh penerbit obligasi (Wirakusuma et al, 2017).
Peringkat obligasi yang rendah mengharuskan penerbit obligasi menawarkan
yield yang tinggi agar dipertimbangkan oleh investor. Selain menggunakan peringkat
obligasi investor juga dapat menggunakan debt to equity ratio sebagai indikator untuk
mendeteksi resiko obligasi. Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini bernilai tinggi ada indikasi perusahaan
tidak bisa membayar hutang-hutangnya dimasa yang akan datang (Ratih, 2006:58).
3
Investor juga dapat mempertimbangkan likuiditas obligasi sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi. Jika obligasi tersebut semakin likuid dapat
diasumsikan bahwa banyak investor yang menginginkan obligasi tersebut (Indarsih,
2013). Tingkat suku bunga SBI dipandang memiliki dampak terhadap perekonomian hal
ini disebabkan karena pergerakan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap efek
pendapatan tetap. Oleh karena itu investor dapat menjadikan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) sebagai patokan sebelum membeli obligasi (Situmorang, 2017).
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai sumber
literasi. Penelitian yang dilakukan oleh I Gede Agung Pramesthi Dwi Putri, Ni Ketut
Rasmini, Ni Putu Sri Harta Mimba, dan Made Gede Wirakusuma (2017) mengenai
pengaruh corporate governance, peringkat obligasi dan yield to maturity obligasi.
Dengan hasil kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan komite audit
berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi. Sedangkan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Bornok Situmorang (2017) yang menyatakan peringkat obligasi, ukuran
perusahaan dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to
maturity obligasi. Sedangkan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap yield to
maturity obligasi.
Penelitian yang dilakukan Hendaryadi, Meina Wulansari Yusniar dan Abdul
Hadi yang menganalisis mengenai pengaruh tingkat suku bunga, bond rating, ukuran
perusahaan dan debt to equity ratio. Dengan hasil variabel tingkat suku bunga dan debt
to equity ratio tidak berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi. Variabel bond
rating dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity
obligasi. Penelitian yang dilakukan oleh Neneng Susanti dan Muhammad Ruri Permana
(2017) mengenai pengaruh likuiditas obligasi, kupon obligasi dan maturitas obligasi
terhadap yield obligasi. Hasil penelitian ini menyatakan variabel kupon, peringkat dan
maturitas obligasi berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Sedangkan likuiditas
obligasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi.
Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Yield To Maturity Obligasi” karena hasil penelitian terdahulu
yang tidak konsisten atau research gap dalam pasar obligasi. Selain itu penelitian ini
juga bertujuan untuk bisa menjadi referensi atau literature bagi akademisi yang akan
4
melakukan penelitian dengan topik serupa. Serta diharapkan mampu memberi masukan
serta menjadi bahan pertimbangan bagi investor atau pihak-pihak yang membutuhkan
informasi dalam pengambilan keputusan dan melakukan investasi obligasi.
2. METODE
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder. Data
penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu laporan keuangan perusahaan,
website BEI, website resmi perusahaan, website PT. PEFINDO dan website Indonesia
Bond Pricing Agency (IBPA). Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen
yield to maturity obligasi. Dan variabel independen corporate governance, peringkat
obligasi, debt to equity ratio, likuiditas dan suku bunga SBI. Variabel corporate
governance diproxykan menjadi kepemilikan, institusional, kepemilikan manajerial,
ukuran dewan komisaris serta komite audit. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. 26. Tahapan dalam
penelitian ini meliputi uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji t, uji f serta
koefisien determinasi (R2).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 274
Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,64174254
Most Extreme
Differences
Absolute 0,041
Positive 0,037
Negative -0,041
Test Statistic 0,041
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
Berdasarkan tabel diatas nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.
5
Tabel 2. Uji Multikolinieritas
Variabel Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
Kepemilikan Institusional 0,647 1,545 Tidak terjadi multikolinieritas
Kepemilikan Manajerial 0,846 1,182 Tidak terjadi multikolinieritas
Ukuran Dewan Komisaris 0,584 1,712 Tidak terjadi multikolinieritas
Komite Audit 0,504 1,985 Tidak terjadi multikolinieritas
Peringkat Obligasi 0,704 1,421 Tidak terjadi multikolinieritas
Debt to Equity Ratio 0,824 1,214 Tidak terjadi multikolinieritas
Likuiditas 0,933 1,071 Tidak terjadi multikolinieritas
Suku Bunga SBI 0,940 1,064 Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas dan model regresi layak
digunakan.
Tabel 3. Uji Autokorelasi
Unstandardized Residual
Test Valuea 0,00936
Cases < Test Value 137
Cases >= Test Value 137
Total Cases 274
Number of Runs 128
Z -1,210
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,226
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji run-test. Hasil
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,226 lebih besar dari 0,5. Hasil tersebut menunjukkan
tidak terdapat autokorelasi sehingga model regresi layak digunakan.
Tabel 4. Uji Heterokedastisitas
Variabel Sig. Kesimpulan
Kepemilikan Institusional 0,941 Tidak terjadi heterokedastisitas
Kepemilikan Manajerial 0,188 Tidak terjadi heterokedastisitas
Ukuran Dewan Komisaris 0,066 Tidak terjadi heterokedastisitas
Komite Audit 0,130 Tidak terjadi heterokedastisitas
Peringkat Obligasi 0,073 Tidak terjadi heterokedastisitas
Debt to Equity Ratio 0,771 Tidak terjadi heterokedastisitas
Likuiditas 0,209 Tidak terjadi heterokedastisitas
Suku Bunga SBI 0,604 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
6
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser. Pada
tabel diatas semua variabel independen memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari masalah heterokedasitisitas.
Tabel 5. Uji Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 8,425 0,418 20,154 0,000
Kepemilikan Institusional 0,000 0,001 0,015 0,323 0,747
Kepemilikan Manajerial 0,067 0,030 0,091 2,272 0,024
Ukuran Dewan Komisaris -0,046 0,022 -0,097 -2,030 0,043
Komite Audit 0,121 0,046 0,134 2,602 0,010
Peringkat Obligasi -0,213 0,017 -0,545 -12,487 0,000
Debt to Equity Ratio -0,036 0,017 -0,083 -2,063 0,040
Likuiditas -0,002 0,001 -0,096 -2,540 0,012
Suku Bunga SBI 0,694 0,057 0,458 12,110 0,000
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki
nilai signifikansi 0,747 lebih besar 0,05 serta nilai t hitung 0,323 lebih kecil dari t tabel
1,969. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Kepemilikan institusional
merupakan alat yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meminimalisir masalah keagenan
dalam suatu perusahaan dengan adanya kepemilikan institusional dianggap menjadi
mekanisme pengawasan pada keputusan yang dibuat oleh manager. Meskipun demikian
pemilik institusional tidak ikut manajemen perusahaan secara langsung. Sehingga dapat
disimpulkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
yield to maturity obligasi.
3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Managerial terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa variabel kepemilikan managerial memiliki
nilai signifikansi 0,024 lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung 2,72 lebih besar dari t
tabel 1,969. Hal ini menujukkan bahwa kepemilikan managerial berpengaruh signifikan
secara positif terhadap yield to maturity obligasi. Dengan adanya kepemilikan
managerial dapat membuat kinerja perusahaan lebih cenderung memihak kepada
7
kepentingan manager dan mengabaikan kepentingan diluar pihak-pihak manajemen.
Asumsi ini berdasarkan salah satu asumsi dari teori keagenan yang menyatakan bahwa
setiap individu lebih mementingkan dirinya sendiri. Meningkatnya kepemilikan
managerial juga meningkatkan kemungkinan tidak adnya transparansi oleh pihak
manajemen sehingga perusahaan memilik resiko yang tinggi. Hal tersebut menuntut
perusahaan untuk memberikan tingkat pengembalian atau yield yang lebih tinggi.
3.2.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa variabel ukuran dewan komisaris memiliki
nilai signifikasi 0,043 lebih kecil dari 0,05 serta t hitung negative 2,030 lebih besar t
tabel 1,969. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dewankomisaris berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap yield to maturity obligasi. Ukuran dewan komisaris
yang tinggi dapat menjadi pengendalian manajemen yang efektif hal tersebut
meminimalisir kesempatan manajer untuk bertindak oportunistik dengan
menyembunyikan informasi-informasi penting mengenai kondisi perusahaan. Selain itu
ukuran dewan komisaris juga meningkatkan fungsi pengawasan serta meminimalisir
terjadinya gagal bayar. Hal tersebut memungkinkan perusahaan memberikan yield yang
rendah karena resiko yang dimiliki juga rendah.
3.2.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa variabel komite audit memiliki nilai
signifikasi 0,010 lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung 2,602 lebih besar dari t tabel
1,969. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komite audit berpengaruh signifikan secara
positif terhadap yield to maturity obligasi. Hal terebut menunjukkan bahwa adanya
komite audit dapat menigkatkan kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki
anggota komite audit yang tinggi dapat diasumsikan bahwa kinerja perusahaan tidak
dalam kondisi yang baik. Kinerja yang kurang baik akan menurunkan kerpercayaan dari
investor dan kreditor. Oleh karenanya perusahaan memberikan tingkat pengembalian
atau yield yang lebih tinggi untuk menarik perhatian investor atau kreditor.
3.2.5 Pengaruh Peringkat Obligasi terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa variabel peringkat obligasi memiliki nilai
signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05 serta t hitung -12,487 lebih besar dari t tabel
1,969. Hal ini menunjukkan bahwa variabel peringkat obligasi berpengaruh signifikan
8
secara negatif terhadap variabel yield to maturity obligasi. Hal ini dapat diartikan
semakin tinggi obligasi maka yield to maturity obligasi semakin rendah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa peringkat obligasi merupakan faktor yang dipertimbangkan
oleh investor. Obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang memiliki
yang beresiko tinggi. Oleh karena itu obligasi dengan peringkat rendah harus
memberikan tingkat pengembalian atau yield yang tinggi agar menarik investor atau
kreditor.
3.2.6 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa variabel debt to equity ratio memiliki nilai
signifikasi 0,040 lebih kecil daripada 0,05 serta nilai t hitung -2,063 lebih besar dari t
tabel 1,969. Hal ini menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap yield to maturity obligasi. Debt to equity ratio
menggambarkan resiko tak bayar dari hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
tingkat hutang perusahaan akan lebih kredibel dalam membayar hutang-hutangnya. Hal
ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan investor dan kreditor terhadap perusahaan.
Perusahaan yang sudah kredibel atau sudah mendapat kepercayaan dari investor dan
kreditor cenderung memberikan yield atau tingkat pengembalian yang rendah.
3.2.7 Pengaruh Liquiditas terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa variabel liquiditas memiliki nilai signifikasi
0,012 lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung -2,450 lebih besar dari t tabel 1,969. Hal
ini menunjukkan variabel liquiditas berpengaruh signifikan secara negatif terhadap
variabel yield to maturity obligasi. Liquiditas dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
frequensi perdagangan obligasi. Semakin tinggi tingkat perdagangan obligasi tersebut
dapat diartikan bahwa obligasi semakin likuid. Obligasi yang likuid menandakan
obligasi tersebut diminati banyak investor atau kreditor. Dengan demikian perusahaan
cenderung memberikan yield yang lebih kecil sebaliknya jika obligasi tidak terlalu
diminati atau kurang likuid perusahaan cenderung memberikan yield yang lebih tinggi.
3.2.8 Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Yield to Maturity Obligasi
Berdasarkan tabel 8 bahwa variabel suku bunga SBI memiliki nilai signifikasi 0,000
lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung 12,110 lebih besar dari t tabel 1,969. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara positif
9
terhadap yield to maturity obligasi. Sebelum berinvestasi pada obligasi investor akan
membandingkan tingkat suku bunga deposito atau suku bunga SBI dengan yield
obligasi. Hal ini dilakukan agar investasi mendapat keuntungan maksimal dengan resiko
yang minimal, karena resiko dari deposito dan surat berharga bank Indonesia (SBI)
lebih rendah daripada resiko obligasi. Apabila tingkat suku bunga SBI meningkat maka
tingkat pengembalian atau yield yang diinginkan oleh investor juga mengalami
kenaikan.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap yield to
maturity obligasi. Kepemilikan manajerial, komite audit, likuiditas dan suku bunga SBI
berpengaruh signifikan secara positif terhadap yield to maturity obligasi. Ukuran dewan
komisaris, peringkat obligasi dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan secara
negatif terhadap yield to maturity obligasi.
Penelitian ini hanya menggunakan data obligasi dalam periode 2016-2017 yang
akan lebih baik jika menggunakan periode yang lebih lama agar hasil yang didapatkan
semakin akurat. Selain itu variabel yang diteliti hanya meliputi corporate governance,
peringkat obligasi, debt to equity ratio, likuiditas dan suku bunga SBI. Untuk penelitian
selanjutnya dapat menambah variabel-variabel baru yang mempengaruhi yield to
maturity obligasi seperti tingkat inflasi atau rasio-rasio keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba 4.
Faerber, Esme. 2000. Fundamental of the Bond Market. McGraw Hill Proffesional.
Favero et al. 2007. How Does Liquidity Affect Government Bond Yields?. Working
Paper No.181.
Gill, Amarjit dan Obradovich, John. 2012. The Impact of Corporate Governance and
Financial Leverage on the Value of American Firms. International Rsearch
Journal of Finance and Economic. ISSN 1450-2887 Issue 91.
Horrne V. James dan John M Wachowicz. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
(Fundamental of Financial Managemen). Edisi 12. Diterjemahkan Oleh Dewi
Fitriasari. Jakarta: Salemba 4: 209.
Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran
Perusahaan dan DER terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa
10
Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006. Tesis Magister Manajemen
Universitas Diponegoro, Semarang.
Indarsih, Nanik.2013. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Rating, Likuiditas dan
Maturitas terhadap Yield to Maturity Obligasi. Jurnal Ekonomi Manajemen
Vol.1 No.1
Isnurhadi dan Dwiyanti. 2011. The Effect of Good Corporate Governance Practices and
Bond Rating on Bond Yield to Maturity. MIICEMA 12th
University of
Bengkulu: 1513-1543.
Jensen, M.C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial and
Economic 3: 305-360.
Manurung, et Al. 2008. Hubungan Rasio-Rasio Keuangan dengan Rating Obligasi.
Working Paper.
Ratih, Sulistiastuti Dyah. 2006. Saham dan Obligasi, Edisi Pertama, Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Penerbit UAJ.
Sari, Ni Wayan Linda Naluritha dan Nyoman Abudanti. 2015. Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Yield Obligasi pada Perusahaan yang Terdaftar di bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Manajemen
Susanti, Neneng dan Muhamad Ruri Permana. 2017. Pengaruh Peringkat, Likuiditas,
Kupon dan Maturitas terhadap Yield Obligasi pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2013-2014. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis Vol. 1, No.
1, April 2017: 1-10.
Situmorang, Bornok. 2017. Pengaruh Peringkat Obligasi, Debt to Equity Ratio dan
Ukuran Perusahaan terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi dengan
Tingkat Suku Bunga SBI sebagai Variabel Moderating. Jurnal Terapan
Manajemen dan Bisnis (3/1: 42-58).
Wirakusuma, et al. 2017. Struktur Corporate Govarnance, Yield t Maturity, Peringkat
Obligasi. Simposium Nasional Akuntansi XVII Jember.