Makalah Pengaruh Perilaku Merokok terhadap Uang Saku Siswa SMK N 2 Purbalingga
-
Upload
universitasjenderalsoedirman -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Makalah Pengaruh Perilaku Merokok terhadap Uang Saku Siswa SMK N 2 Purbalingga
PENGARUH KONSUMSI ROKOK
TERHADAP UANG SAKU SISWA SMK NEGERI 2 PURBALINGGA
MAKALAH
Disusun oleh
Fajar Dwi Pamuji
D1E014026
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
i
PENGARUH KONSUMSI ROKOK
TERHADAP UANG SAKU SISWA SMK NEGERI 2 PURBALINGGA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Dosen Pengampu Mata Kuliah
M. Riyanton, S.S., M.Pd.
Disusun oleh
Fajar Dwi Pamuji
D1E014026
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
ii
RANCANGAN KARANGAN
A. Tema : Ekonomi.
B. Topik : Konsumsi rokok dan uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga.
C. Judul : Pengaruh Konsumsi Rokok Terhadap Uang Saku Siswa SMK
Negeri 2 Purbalingga.
D. Tujuan : Mengetahui pengaruh konsumsi rokok terhadap uang saku siswa
SMK Negeri 2 Purbalingga.
E. Rumusan masalah :
a) Berapa jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga ?
b) Bagaimana tingkat konsumsi rokok siswa SMK Negeri 2
Purbalingga ?
c) Bagaimana hubungan jumlah uang saku dengan konsumsi rokok
siswa SMK Negeri 2 Purbalingga ?
d) Bagaimana pengeluaran rinci uang saku siswa SMK Negeri 2
Purbalingga sebagai perokok dan bukan perokok ?
F. Aspek yang diteliti :
a) Jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga.
b) Tingkat konsumsi rokok siswa SMK Negeri 2 Purbalingga.
c) Hubungan jumlah uang saku dengan konsumsi rokok siswa SMK
Negeri 2 Purbalingga.
d) Pengeluaran rinci uang saku bagi siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
sebagai perokok maupun bukan perokok.
iii
G. Metode :
a) Studi pustaka.
b) Survei melalui kuesioner terhadap 57 responden dari kelas XII ATU
1 dan XII ATU 2, serta wawancara kepada beberapa sampel dari
pengisi kuesioner.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul " Pengaruh Konsumsi Rokok Terhadap Uang Saku Siswa
SMK Negeri 2 Purbalingga". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. M. Riyanton, S.S., M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
yang memberikan dorongan serta masukan kepada penulis.
2. Rekan-rekan kelas, yang banyak memberikan masukan kepada penulis.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca.
Purwokerto, Desember 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
RANCANGAN KARANGAN.............................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
1. Latar Belakang..............................................................................................
2. Identifikasi Masalah......................................................................................
3. Rumusan Masalah..........................................................................................
4. Tujuan...........................................................................................................
5. Kajian teori....................................................................................................
6. Metode dan teknik penelitian.......................................................................
7. Lokasi penelitian..........................................................................................
8. Jumlah uang saku siswa SMK N 2 Purbalingga..........................................
9. Tingkat konsumsi rokok siswa SMK N 2 Purbalingga...............................
10. Hubungan jumlah uang saku dengan perilaku merokok..............................
11. Pengeluaran uang saku siswa perokok dan bukan perokok.........................
12. Kesimpulan...................................................................................................
13. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
Halaman
i
ii
iv
v
1
2
3
3
3
7
7
7
8
9
10
13
14
15
16
1
1. Latar Belakang
Merokok jika dilihat dari beberapa aspek merupakan suatu perbuatan yang
merugikan, baik bagi perokok maupun lingkungan sekitarnya. Seperti pendapat
Kendal & Hamen (dalam Komasari, 2000) dari segi kesehatan, pengaruh bahan-
bahan kimia seperti nikotin, CO (Karbon monoksida) dan tar akan memacu kerja
dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga tekanan darah
meningkat dan detak jantung bertambah cepat. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok
pada dasarnya “membakar uang” apalagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang
belum mempunyai penghasilan sendiri. Sementara itu Safarino dalam Komasari
(2000) menyebutkan jika dilihat dari segi lingkungan sekitar, perokok pasif
memiliki risiko lebih berbahaya daripada perokok aktif.
Merokok sudah menjadi gaya hidup di Indonesia saat ini. Ironisnya hal ini
sudah terjadi pada remaja tanggung usia belasan. Survei Sosial Ekonomi Badan
Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
anak-anak usia 15-19 tahun yang merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7%, tahun
2004 meningkat menjadi 17,3%. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey
2006 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia terbukti jika 24,5% anak
laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah
perokok, dengan 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan
atau kecanduan (Messwati, 2009).
Data survei tersebut sesuai dengan kondisi realita saat ini. Khususnya di
lingkungan sekitar, remaja usia belasan tanggung banyak yang merokok yaitu saat
mereka masih berstatus sebagai pelajar SLTP maupun SLTA. Seperti yang terjadi
2
di SMK Negeri 2 Purbalingga perilaku merokok sudah bukan lagi menjadi hal
yang aneh, walaupun sebagian besar dilakukan tidak di sekolah. Namun, sebagian
siswa berani melakukannya di sekolah dengan cara sembunyi-sembunyi. Bagi
siswa perokok hampir seluruhnya memiliki sumber dana atau uang saku dari
orang tua. Besarnya uang saku mereka tergantung kemampuan sosial ekonomi
masing-masing orang tuanya. Siswa bukan perokok pun memiliki uang saku
berasal dari orang tuanya yang jumlahnya tergantung kemampuan sosial ekonomi.
Uang saku perokok dan bukan perokok tentunya memiliki perbedaan dari
beberapa aspek. Namun, untuk mendapatkan kebenaran di lapangan, perlu adanya
penelitian lebih lanjut.
2. Identifikasi Masalah
Siswa perokok di SMK Negeri 2 Purbalingga memiliki jumlah uang saku
yang beragam. Apalagi jika dibandingkan dengan siswa bukan perokok. Namun,
untuk saat ini belum diketahui seberapa uang saku rata-rata siswa SMK Negeri 2
Purbalingga.
Siswa di SMK Negeri 2 Purbalingga berjumlah tidak kurang dari 1000 siswa.
Diantara jumlah tersebut ada sebagian yang merupakan perokok. Namun, belum
diketahui tingkat konsumsi rokok siswa di SMK Negeri 2 Purbalingga.
Jumlah uang saku antarsiswa berbeda-beda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Namun, belum ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan
antara jumlah uang saku dengan perilaku merokok siswa.
3
Bentuk pengeluaran dari uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
beragam, apalagi jika dibandingkan antara siswa perokok dengan bukan perokok.
Hal ini karena kebutuhan masing-masing siswa berbeda. Namun, belum diketahui
prosentase pengeluaran siswa secara detail untuk kebetuhannya baik bagi perokok
maupun bukan perokok.
3. Rumusan masalah
a) Berapa jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga ?
b) Bagaimana tingkat konsumsi rokok siswa SMK Negeri 2 Purbalingga ?
c) Bagaimana hubungan jumlah uang saku dengan konsumsi rokok siswa
SMK Negeri 2 Purbalingga ?
d) Bagaimana pengeluaran rinci uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
sebagai perokok dan bukan perokok.
4. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi rokok
terhadap uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga.
5. Kajian teori
Berdasarkan pendapat Komasari (2000) bahwa perilaku merokok dilihat dari
berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang
di sekelilingnya. Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada beberapa riset
yang mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-
4
bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbon monoksida) dan
tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis
sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah
cepat (Kendal & Hammen dalam Komasari, 2000). Rokok menstimulasi penyakit
kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah,
tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan, dkk
dalam Komasari, 2000). Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan kelahiran prematur,
berat badan bayi rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dalam keadaan
cacat, dan mengalami gangguan dalam perkembangan (Davidson & Neale dalam
Komasari, 2000). Hasil riset Larson, dkk (dalam Komasari, 2000) menemukan
bahwa sensivitas ketajaman penciuman dan pengecapan para perokok berkurang
bila dibandingkan dengan nonperokok. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada
dasarnya “membakar uang” apalagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang belum
mempunyai penghasilan sendiri. Dilihat dari sisi orang disekelilingnya, merokok
menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif. Risiko yang ditanggung
perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap
zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Safarino dalam Komasari, 2000). Tidak
ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi
perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang
“fenomenal”. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif dari merokok
tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia
merokok semakin bertambah muda. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah
Merokok (Republika dalam Komasari, 2000) melaporkan bahwa anak-anak di
5
Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. Smet (dalam
Komasari, 2000) mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya
berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum
usia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah
perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja (Republika dalam
Komasari, 2000). Bahkan hampir 50% perokok di Amerika Serikat termasuk usia
remaja (Theodorus dalam Komasari, 2000).
Penelitian Nokadianti (2013) terhadap siswa SMA di Kota Madiun tentang
status sosial ekonomi orang tua menggunakan komponen uang saku siswa. Pada
komponen ini sebagian besar siswa mendapat uang saku antara Rp5.000,00-
Rp10.000,00 sebanyak 72,3%, sebesar 16,2% mendapat uang saku antara
Rp3.000,00-Rp5.000,00 dan selebihnya mendapat uang saku antara Rp10.000,00-
Rp15.000,00 (11,5%) setiap harinya. Pada komponen pekerjaan orang tua
sebanyak 54,6% orang tua siswa memiliki pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri,
disamping itu sebesar 40,8% orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta dan
sebesar 4,6% bekerja pada sektor pertanian dan perdagangan. Ditinjau dari
komponen pendapatan/penghasilan orang tua siswa sebesar 54,6% berpenghasilan
antara Rp3.000.000,00-Rp4.500.000,00, sebesar 40,8% berpenghasilan antara
Rp1.500.000,00-Rp2.500.000,00 dan sebesar 2,3% berpenghasilan antara
Rp500.000,00-Rp1.000.000,00 dan <Rp500.000,00 dalam satu bulan. Untuk
variabel lingkungan diperoleh bahwa persepsi siswa tinggi terhadap
lingkungannya, yaitu sebesar 57% dan sangat tinggi sebesar 49%. Bila didalami
lebih lanjut berdasarkan indikator yang dijadikan dasar untuk mengukur persepsi
6
siswa terhadap lingkungannya, terbukti bahwa keluarga dan saudara kandung
merupakan orang yang paling memberikan pengaruh terbesar kepada siswa,
sebagian besar siswa selalu meminta pendapat orang tua atau saudara kandung
dalam menentukan pilihan konsumsinya. Demikian pengaruh teman atau sahabat
juga mendapatkan porsi yang cukup dalam perilaku konsumsi siswa. Namun
ketika ada teman atau sahabat yang memiliki suatu barang baru respon siswa
terhadapnya digolongkan kurang.
Rachiotis, dkk dalam Rohman (2010) menemukan bahwa usia yang semakin
tua, jenis kelamin pria, tingkat pendidikan orang tua yang semakin rendah, dan
ketersediaan uang saku yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara
signifikan dengan perilaku merokok saat ini. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan
bahwa anak-anak dari ayah yang mengenyam pendidikan lebih tinggi lebih kecil
kemungkinannya untuk merokok dibanding anak-anak dari ayah yang hanya
mengenyam pendidikan dasar. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang ayah, semakin jarang anak mereka yang menjadi perokok.
Penelitian Scragg, dkk dalam Rohman (2010) yang dilakukan terhadap para
remaja di Selandia Baru menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok
berkorelasi positif dengan jumlah uang saku yang diterima, namun tergantung
pada status sosial ekonomi. Kelompok remaja dengan status sosial ekonomi
rendah yang menerima uang saku lebih dari 30 dolar dalam 30 hari terakhir
merupakan kelompok yang paling besar kemungkinannya untuk merokok. Lewin
(dalam Rohman, 2010) berpendapat bahwa perilaku merokok merupakan fungsi
dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-
7
faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Dalam konteks ini,
maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok selain disebabkan oleh stres
juga disebabkan oleh status sosial ekonomi orang tua secara bersama-sama.
6. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Purbalingga. Sekolah tersebut
berada di Jalan Raya Bobotsari km 7, kecamatan Mrebet, kabupaten Purbalingga.
SMK Negeri 2 Purbalingga yang memiliki luas sekitar 2 ha terletak di dekat
dengan jalan raya dan pemukiman penduduk serta sawah penduduk.
7. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah survei melalui kuesioner dan wawancara.
Kuesioner dilakukan kepada siswa SMK Negeri 2 Purbalingga sebanyak 57
responden dari dua kelas yaitu XII ATU 1 dan XII ATU 2. Sementara wawancara
dilakukan kepada beberapa sampel dari pengisi kuesioner. Teknik penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional. Variabel yang dikorelasikan
dalam penelitian ini adalah konsumsi rokok siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
sebagai variabel bebas dan uang saku siswa sebagai variabel terikat.
8. Jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
Jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga beragam. Hasil survei
didapatkan besarnya rata-rata jumlah uang saku siswa perokok Rp7.514,71 per
hari. Sedangkan bagi bukan perokok memiliki rata-rata Rp9.056,25 per hari.
8
Sehingga selisih keduanya adalah Rp1.541,54. Jumlah tersebut menunjukkan
bahwa jumlah uang saku rata-rata siswa bukan perokok lebih besar daripada siswa
perokok.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa rata-rata jumlah uang saku keseluruhan
adalah Rp8.285,48 per hari. Jumlah uang saku terendah adalah Rp2.500,00 per
hari. Sedangkan jumlah uang saku siswa tertinggi per hari adalah Rp17.500,00.
Jumlah uang saku tersebut dapat dibandingkan dengan penelitian dari Nokadianti
(2013) kepada siswa SMK Negeri 5 Madiun dengan hasil sebagian besar siswa
mendapat uang saku antara Rp5.000,00-Rp10.000,00 (tingkat sedang) sebanyak
72,3%, sebesar 16,2% mendapat uang saku antara Rp3.000-Rp5.000,00 (tingkat
rendah) dan selebihnya mendapat uang saku antara Rp10.000,00-Rp15.000,00
(tingkat tinggi) (11,5%) setiap harinya. Sehingga jumlah uang saku rata-rata siswa
SMK Negeri 2 Purbalingga masih berada di tingkat sedang yaitu antara
Rp5.000,00-Rp10.000,00 (Rp8.285,48).
9. Tingkat konsumsi rokok siswa
Hasil kuesioner dari siswa SMK Negeri 2 Purbalingga terhadap banyaknya
siswa yang mengonsumsi rokok masih berada di level rendah. Kuesioner
menunjukkan dari 57 siswa terdapat 17 siswa yang merokok. Artinya, di SMK
Negeri 2 Purbalingga ada 30% siswa yang merokok. Dari 30% siswa tersebut nilai
kuesioner hanya terdapat dua jenis tingkat konsumsi rokok siswa berdasarkan
pemakaian uang saku, yaitu 21%-40% dari uang saku per hari sebanyak 18%
siswa dan 10%-20% dari uang saku per hari sebanyak 82% siswa. Sehingga dapat
9
diambil rata-rata konsumsi rokok adalah 18% dari uang saku siswa. Jika
dikonversi terhadap jumlah uang saku rata-rata siswa perokok maka didapat
Rp1.352,65 untuk merokok per hari. Tingkat merokok ini digunakan acuan yaitu
1%-25% (rendah), 26%-50% (sedang), 51%-75% (tinggi) dan 76%-100% (sangat
tinggi).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rohman (2010) yaitu
dari 83 subyek penelitian ditemukan siswa dengan tingkat perilaku merokok
sangat tinggi sebanyak 5 siswa 6,02%, tinggi 23 siswa 27,71%, sedang 30 siswa
36,14%, rendah 20 siswa 24,10% dan sangat rendah 5 siswa 6,02%. Perbedaan di
sini terletak pada tingkat konsumsi rendah yang dominan di SMK Negeri 2
Purbalingga sebanyak 82%, sedangkan penelitian Rohman (2010) hanya terdapat
6,02%. Selain itu pada penelitian Rohman (2010) terdapat siswa pengonsumsi
rokok tingkat sedang sebanyak 36,14% sementara di SMK Negeri 2 Purbalingga
hanya 18% siswa.
10. Hubungan tingkat konsumsi rokok dengan jumlah uang saku
Uang saku dengan konsumsi rokok di SMK Negeri 2 Purbalingga terjadi
korelasi negatif. Uang saku perokok yang jumlah rata-ratanya Rp7.514,71 justru
lebih sedikit daripada jumlah rata-rata uang saku siswa bukan perokok yaitu
Rp9.056,25. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan penelitian Scragg, dkk. (dalam
Rohman, 2010) yang dilakukan terhadap para remaja di Selandia Baru
menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok berkorelasi positif dengan jumlah
uang saku yang diterima, namun tergantung pada status sosial ekonomi.
10
Kelompok remaja dengan status sosial ekonomi rendah yang menerima uang saku
lebih dari 30 dolar dalam 30 hari terakhir merupakan kelompok yang paling besar
kemungkinannya untuk merokok. Sehingga, karena tidak terjadi korelasi positif
antara jumlah uang saku dengan konsumsi rokok, maka merokok tidak
berpengaruh terhadap besarnya jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2
Purbalingga. Walaupun dalam penelitian ini tidak dikaitkan dengan status sosial
ekonomi orang tua siswa.
11. Pengeluaran rinci siswa perokok dan bukan perokok
Pengeluaran antara siswa perokok dan bukan perokok memiliki beberapa
perbedaan. Bagi perokok memiliki rata-rata pengeluaran untuk selain merokok
82% (Rp6.188,58) dari uang sakunya. Namun, bagi siswa bukan perokok
memiliki rata-rata uang saku Rp9.056,25 per hari dan seluruhnya (100%)
digunakan untuk jajan dan kebutuhan lain (tidak untuk merokok). Sementara, dari
perokok sendiri terdiri dari dua tingkatan. Bagi perokok tingkat sedang memiliki
rata-rata pengeluaran untuk merokok Rp2.254,41 atau 30% dari uang saku per
hari. Sedangkan siswa perokok tingkat rendah memiliki pengeluaran untuk
merokok Rp1.127,21 atau 15 % dari uang saku per hari. Sehingga bagi perokok
tingkat sedang hanya memiliki uang saku untuk jajan dan kebutuhan lain
Rp5.260,29 per hari atau 70% dari uang saku, sementara tingkat rendah
Rp6.387,50 atau 85% dari uang saku per hari.
Jumlah rata-rata pengeluaran uang saku untuk jajan, transportasi, dan
merokok bagi perokok adalah 57% atau Rp4.287,80 dari uang saku dan
11
selebihnya untuk kebutuhan lain seperti menabung, keperluan sekolah dan
sebagainya. Sementara itu, rata-rata pengeluaran uang saku untuk jajan dan
transportasi bagi bukan perokok adalah 54% Rp4.867,73 dari uang saku dan
selebihnya untuk kebutuhan lain seperti menabung, keperluan sekolah dan
sebagainya.
Pengeluaran selain untuk jajan dan transportasi serta merokok (bagi siswa
perokok) adalah untuk memenuhi kebutuhan sekolah, menabung dan kebutuhan
lain selain kebutuhan yang telah disebutkan. Namun, antara siswa perokok dengan
siswa bukan perokok memiliki kecenderungan masing-masing. Bagi siswa
perokok cenderung kurang dalam pengeluaran untuk membeli kebutuhan sekolah.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa hanya 12% siswa perokok memilih
menggunakan sisa uang sakunya untuk kebutuhan sekolah. Sedangkan bagi siswa
bukan perokok terdapat 30% siswa yang memilih menggunakan sisa uang
sakunya untuk kebutuhan sekolah. Bagi perokok rata-rata mengeluarkan uang
saku untuk kebutuhan sekolah Rp379,64. Sementara bagi bukan perokok rata-rata
mengeluarkan uang saku untuk kebutuhan sekolah Rp1.256,55. Sehingga bagi
siswa bukan perokok dalam menggunakan sisa uang saku untuk kebutuhan
sekolah lebih tinggi daripada siswa perokok. Sehingga konsumsi rokok
berpengaruh terhadap kecenderungan penggunaan sisa uang saku siswa untuk
kebutuhan sekolah karena perbedaan signifikan.
Selain kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan sekolah kuesioner juga
menunjukkan adanya kecenderungan dalam hal menabung. Bagi siswa bukan
perokok, ada kecenderungan bahwa mereka kurang suka dalam menabung. Hal ini
12
ditunjukkan dari data bahwa hanya 28% siswa bukan perokok menggunakan sisa
uang sakunya untuk ditabung. Sementara itu bagi siswa perokok memiliki
kemauan untuk menabung juga cukup rendah, hasil survei menunjukkan bahwa
35% siswa perokok memiliki kemauan untuk menabuang. Bagi perokok rata-rata
menyisihkan Rp1.138,91 dari sisa uang sakunya untuk ditabung. Sementara bagi
bukan perokok rata-rata menyisihkan Rp1.151,84 dari sisa uang sakunya untuk
ditabung. Sehingga kecenderungan konsumsi rokok tidak berpengaruh terhadap
pola pengeluaran uang saku siswa dalam menabung karena perbedaan tidak
signifikan.
Selain kecenderungan untuk menabung dan memenuhi kebutuhan sekolah,
antara siswa perokok dan bukan perokok juga memiliki kecenderungan yang lain
yaitu dalam penyisihan sisa uang saku untuk kebutuhan lain-lain. Sejumlah 53%
siswa perokok menyatakan memilih untuk menyisihkan sisa uang saku untuk
keperluan lain-lain. Jika dikonversikan dalam jumlah uang saku maka rata-rata
Rp1.708.36 untuk keperluan tersebut. Sementara sejumlah 43% siswa bukan
perokok menyatakan memilih untuk menyisihkan sisa uang saku untuk keperluan
lain-lain. Sehingga jika dikonversikan dalam jumlah uang saku maka rata-rata
Rp1.780.12 untuk keperluan tersebut. Sehingga kecenderungan konsumsi rokok
tidak berpengaruh terhadap pola pengeluaran uang saku siswa dalam pemenuhan
kebutuhan lain-lain karena perbedaan tidak signifikan.
13
12. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi rokok berpengaruh terhadap
uang saku siswa dari beberapa aspek. Aspek tersebut diantaranya sebagai berikut :
(a) Jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga rata-rata dalam level
sedang yaitu antara Rp5.000,00-Rp10.000,00 (Rp8.285,48).
(b) Tingkat konsumsi rokok siswa SMK Negeri 2 Purbalingga masih berada
di level rendah, yaitu ada 30% siswa merupakan perokok, mereka
menghabiskan uang rata-rata 18% dari uang sakunya atau Rp1.352,65
untuk merokok per hari.
(c) Antara jumlah uang saku dengan konsumsi rokok berbanding terbalik
atau berkolerasi negatif. Sehingga, merokok tidak mempengaruhi
besarnya jumlah uang saku siswa SMK Negeri 2 Purbalingga.
(d) Pengeluaran uang saku dipengaruhi oleh konsumsi rokok terhadap
beberapa hal. Bagi perokok, hanya dapat menggunakan uang saku untuk
kebutuhan selain merokok 82% dari uang saku atau (Rp6.188,58),
sedangkan bukan perokok 100% atau Rp9.056,25 per hari. Konsumsi
rokok juga berpengaruh terhadap kecenderungan pengeluaran uang saku
untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena terjadi perbedaan signifikan
antara perokok dengan bukan perokok. Namun tidak berpengaruh
terhadap kemauan menabung siswa dan pemenuhan kebutuhan selain
kebutuhan sekolah.
14
13. Saran
Saran berdasarkan temuan penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian
sejenis dengan cakupan dan wilayah yang lebih luas, menggali informasi lebih
dalam dari responden dengan menggunakan beberapa teknik pengambilan data
yang lebih lengkap. Selain itu, bagi guru hasil penelitian ini sebaiknya menjadi
acuan dalam pembelajaran sehingga dalam pembelajaran guru lebih mengarah
kepada pengendalian diri dan pembentukan karakter siswa yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mendorong siswa untuk selalu berperilaku
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Messwati, Elok Dyah. 2009. “Prevalensi Merokok pada Anak Terus Meningkat”.
Kompas, 21 Januari. Tersedia pada: <http://kesehatan.kompas.com/read/
2009/01/21/>.[diakses pada 04 Desember 2014].
Komasari , Dian dan Avin Fadilla Helmi. 2000. “Faktor-faktor Penyebab Perilaku
Merokok pada Remaja”, Jurnal Psikologi. (online) (1) : 37 – 47. Tersedia
pada: <http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/> [diakses pada 24 November
2014].
Rohman , Abdur. 2010. “Hubungan antara Tingkat Stres dan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Merokok pada Remaja”. Artikel
Ilmiah. (online). Tersedia pada : <http://psikologi.or.id>[Accessed 24
November 2014].
Nokadianti,Sari Mei. 2013. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua,
Lingkungan dan Pengetahuan Dasar Ekonomi terhadap Rasionalitas
Perilaku Konsumsi”, Jurnal Pendidikan Humaniora. (online). 1 (1) : 55-60.
Tersedia pada: <http://journal.um.ac.id/index.php/jph/article> [diakses pada
05 Desember 2014].
Hasil Survei Kuesioner
Kelas XII ATU 1 dan XII ATU 2
SMK Negeri 2 Purbalingga
No Siswa Merokok
Klasifikasi Nilai Nilai Tengah f (%) Jumlah
1
uang saku 2500-5000 Rp 3.750,00 1 6% 3750
5000-7000 Rp 6.000,00 8 47% 48000
7000-10000 Rp 8.500,00 6 35% 51000
10000-15000 Rp 12.500,00 2 12% 25000
15000-20000 Rp 17.500,00 0 0% 0
jumlah 17 100% 127750
average Rp 7.514,71
2
transport 10%-20% 15% 8 47% 120
dan jajan 21%-40% 30% 1 6% 30
41%-60% 50% 3 18% 150
61%-80% 70% 4 24% 280
81%-100% 90% 1 6% 90
jumlah 17 100% 670
average 39%
jumlah Rp 2.961,68
3
sisa untuk tabung 6 35% Rp 1.138,91
kebutuhan sekolah 2 12% Rp 379,64
lain-lain 9 53% Rp 1.708,36
jumlah 17 100% Rp 3.226,90
average 43%
4 tanggapan dimarahi 15 88%
orang tua tidak dimarahi 2 12%
jumlah 17 100%
5
konsumsi 10%-20% 15% 14 82% Rp 1.127,21
rokok 21%-40% 30% 3 18% Rp 2.254,41
41%-60% 50% 0 0%
61%-80% 70% 0 0%
81%-100% 90% 0 0%
jumlah 17 100% Rp 3.381,62
average 18%
average Rp 1.326,12
Lampiran 1
17
No Siswa tidak merokok
Klasifikasi Nilai Nilai tengah f (%) Jumlah
1
uang saku 2500-5000 Rp 3.750,00 1 3% 3750
5000-7000 Rp 6.000,00 14 35% 84000
7000-10000 Rp 8.500,00 12 30% 102000
10000-15000 Rp 12.500,00 11 28% 137500
15000-20000 Rp 17.500,00 2 5% 35000
jumlah 40 100% 362250
average Rp 9.056,25
2
transport 10%-20% 15% 6 15% 90
dan jajan 21%-40% 30% 6 15% 180
41%-60% 50% 8 20% 400
61%-80% 70% 16 40% 1120
81%-100% 90% 4 10% 360
jumlah 40 100% 2150
average 54%
jumlah Rp 4.867,73
3
sisa tabung 11 28% Rp 1.151,84
kebutuhan sekolah 12 30% Rp 1.256,55
lain-lain 17 43% Rp 1.780,12
jumlah 40 100% Rp 4.188,52
average 46%
4 hanya pernah merokok 15 38%
tidak pernah merokok 25 63%
40 100%