hukum jual beli dengan uang muka

55
HUKUM JUAL BELI MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN AKAN DIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELI DIBATALKAN MAKALAH Ditulis Sebagai Syarat Lulus Ma’had Al-Islam Surakarta Tingkat ‘Aliyah Oleh: Ahmad Musthofa bin Sehono NM : 26006 MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of hukum jual beli dengan uang muka

HUKUM JUAL BELI MENGGUNAKANUANG MUKA YANG DISYARATKANAKAN DIMILIKI PENJUAL JIKA

JUAL BELI DIBATALKAN

MAKALAHDitulis Sebagai Syarat LulusMa’had Al-Islam Surakarta

Tingkat ‘Aliyah

Oleh:Ahmad Musthofa bin Sehono

NM : 26006

MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA1436 H / 2015 M

PENGESAHAN

Makalah dengan judul HUKUM JUAL BELI MENGGUNAKAN UANG

MUKA YANG DISYARATKAN AKAN DIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELI

DIBATALKAN ini disetujui dan disahkan oleh Dewan Pembimbing

Penulisan Makalah Ma’had Al-Islam Surakarta, pada tanggal:

01 Rabi’ul Akhir 1436 H 22 Januari

2015 M

PEMBIMBING UTAMA

Al-Ustadz K.H. Mudzakir

PEMBIMBING I

Al-Ustadzah Ummi Mawaddah,Al.

PENAHKIK I

II

Al-Ustadzah ZakiyyatulUmmah, Al.

III

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Dimiliki Ahmad Musthofa 26006Penjual jika Jual Beli Dibatalkan

KATA PENGANTAR

م ي� ح� ال�ر من� ح� ب��سم ال�له ال�ره ب� ح له وص� � و ا ن� ي� م� ي� الأ ب� لي ال�ن% لأم ع� لأة/ و ال�س ن� و ال�ص مي� عال� ال� مد ل�له رب� ح عد: ال� ، و ب�� ن� معي� ح�� ا Dengan perkenan Allah Ta'ala, penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa terselesaikannya penulisan makalah ini bukan semata-

mata karena usaha penulis, melainkan dengan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada:

1. Al-Ustadz K.H. Mudzakir, selaku pendiri dan pengasuh

Ma’had Al-Islam yang telah mendidik penulis serta

memfasilitasi penulisan makalah ini.

2. Al-Ustadzah Ummi Mawaddah, Al., Al-Ustadzah Zakiyyatul

Ummah, Al., Al-Ustadzah Ayu Fathonah, Al., Al-Ustadz Abu

Bakar Faqihuddin, Al., serta Al-Ustadzah Fashihah Asy-

Syahirah, Al., selaku pembimbing, penahkik, dan para

editor naskah makalah ini sebelum dimunaqasyah.

3. Al-Ustadz Abu Abdillah, Al-Ustadz Rahmat Syukur, Al-

Ustadz Ahmad F., Al., Al-Ustadz Joko Wahyudi, Al., Al-

Ustadzah Nur Hayati, Al., dan Al-Ustadzah Fathimah

Shadiqin, Al., selaku dewan penguji yang telah memberikan

kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.

4. Segenap Asatidz Ma‘had Al-Islam, yang telah mendidik dan

menjadi perantara sampainya ilmu kepada penulis.

IV

5. Bapak, Ibu, kakak, serta adik-adik yang senantiasa

mendoakan, memberikan semangat dan nasihat kepada

penulis.

6. Segenap teman-teman Ma‘had Al-Islam, yang telah berkenan

membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

Semoga Allah menerima jerih payah mereka sebagai amal

shalih dan memberi balasan yang berlipat ganda, Amin.

مد و ح ن�ال� مي� عال� ال� ل�له رب�

V

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

DAFTAR ISIHALAMAN

HALAMAN JUDUL .............................................I

PENGESAHAN ...............................................II

KATA PENGANTAR ..........................................III

DAFTAR ISI ...............................................IV

BAB I : PENDAHULUAN .......................................1

1.Latar Belakang Masalah............................1

2.Rumusan Masalah...................................1

3.Tujuan Penelitian.................................1

4.Kegunaan Penelitian...............................1

5.Metodologi Penelitian.............................2

6.Sistematika Penulisan.............................4

BAB II : PENGERTIAN JUAL BELI DENGAN UANG MUKA.............5

BAB III : DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM JUAL

BELI MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN AKAN

DIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELI DIBATALKAN..........6

.....................................................

1.Surat An-Nisa` (4): 29............................6

2.Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang

Larangan Jual Beli Gharar.........................6

3.Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash

Radliyallahu ‘anhuma tentang Larangan Jual Beli

dengan Uang Muka..................................7

4.Hadits Zaid bin Aslam tentang Penghalalan Uang

Muka dalam Jual Beli..............................8

IV

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 V

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

5.Atsar ‘Umar bin Al-Khaththab Radliyallahu ‘anhu

tentang Pembelian Sebuah Rumah Tahanan oleh Nafi’

bin ‘Abdil Harits Radliyallahu ‘anhu..............8

BAB IV : PENDAPAT ULAMA TENTANG HUKUM JUAL BELI

MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN AKAN

DIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELI DIBATALKAN........10

1.Haram............................................10

...................................................

2.Mubah............................................10

...................................................

BAB V : ANALISIS..........................................11

1.Analisis Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan Hukum

Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan

akan Dimiliki Penjual jika Jual Beli Dibatalkan. .11

1.1Surat An-Nisa`(4): 29.........................11

1.2Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang

Larangan Jual Beli Gharar.....................12

1.3Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash

Radliyallahu ‘anhuma tentang Larangan Jual Beli

dengan Uang Muka..............................13

1.4Hadits Zaid bin Aslam tentang Penghalalan Uang

Muka dalam Jual Beli..........................14

1.5Atsar ‘Umar bin Al-Khattab Radliyallahu ‘anhu

tentang Pembelian Sebuah Rumah Tahanan oleh

Nafi’ bin ‘Abdil Harits Radliyallahu ‘anhu....15

2.Analisis Pendapat Ulama tentang Hukum Jual Beli

Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan

Dimiliki Penjual jika Jual Beli Dibatalkan.......16

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 VI

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

2.1Haram.........................................16

2.2Mubah.........................................17

BAB V : PENUTUP...........................................19

1.Simpulan.........................................19

...................................................

2.Saran............................................19

...................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................20

LAMPIRAN..................................................25

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Ayah salah seorang teman penulis pernah membeli

sebuah tanah dengan menggunakan uang muka. Dalam

transaksi tersebut, terdapat persyaratan bahwa uang muka

tidak dikembalikan jika pembeli membatalkan jual beli,

sedangkan jika pembeli tidak membatalkan jual beli, uang

muka dianggap bagian dari harga tanah.

Setelah membaca kitab Al-Fiqhul Islami 1, penulis

mendapati bahwa ulama berbeda pendapat tentang hukum

jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

diambil penjual ketika jual beli dibatalkan. Sebagian

mengatakan jual beli tersebut boleh dan yang lain

mengatakan tidak boleh.

Karena adanya fakta tersebut, penulis termotivasi

untuk meneliti masalah ini, kemudian menulisnya dalam

sebuah karya ilmiah dengan judul: HUKUM JUAL BELI

MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN AKAN DIMILIKI

PENJUAL JIKA JUAL BELI DIBATALKAN.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah: Apa hukum

jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan?

1 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 219-220.

1

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 2

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hukum

jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan.

4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

4.1 Memberikan wawasan kepada muslimin tentang hukum jual

beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan.

4.2 Untuk menambah khazanah perpustakaan islami dalam

bidang fiqh.

5. Metodologi Penelitian

5.1 Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian literatur

karena data-data yang ada dalam makalah ini diperoleh

dari perpustakaan.

5.2 Metode Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dengan cara membaca

kitab-kitab yang berkaitan dengan bahasan makalah

ini, kemudian mencatat data yang diperlukan.

5.3 Sumber Data

Data-data makalah ini diperoleh dari beberapa

macam kitab, antara lain: kitab-kitab tafsir, hadits,

syarah, dan fiqh.

5.4 Jenis Data

Data-data yang penulis kumpulkan terdiri dari

data primer dan data sekunder.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 3

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Data primer adalah data yang diperolehlangsung dari sumbernya; diamati dan dicatatuntuk pertama kalinya. 2

Data sekunder adalah data yang bukandiusahakan sendiri pengumpulannya olehpeneliti. 3

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan data

primer adalah data yang penulis peroleh dari kitab

asal, bukan nukilan seseorang dari kitab lain yang

kemudian dimuat dalam kitabnya sendiri. Contoh data

primer dalam makalah ini adalah hadits 4 yang

diriwayatkan oleh Malik, penulis menukilnya dari

kitab Al-Muwatha` susunan Malik (hlm. 7).

Adapun data sekunder adalah data yang penulis

peroleh bukan dari kitab asal. Contoh data sekunder

dalam makalah ini adalah pendapat Al-‘Utsaimin, yang

penulis nukil dari Tamamul Minnah susunan ‘Adil

Al-‘Azzazi (hlm. 10).

Data primer dan data sekunder dapat dibandingkan

dengan hadits ‘ali dan hadits nazil dalam ilmu

Mushthalah Hadits.

Hadits ‘ali adalah hadits yang sanadnya lebih

pendek daripada sanad lain pada hadits yang sama. 5

Sedangkan hadits nazil adalah hadits yang sanadnya

lebih panjang daripada sanad lain pada hadits yang

sama. 6 2 Marzuki, Metodologi Riset, hlm. 60. 3 Marzuki, Metodologi Riset, hlm. 60. 4 Hadits adalah perkataan, perbuatan, penetapan, atau sifat yang

disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat TaisiruMushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 14).

5 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 127.6 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 128.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 4

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Perbandingan antara hadits ‘ali dan hadits nazil

dengan data primer dan data sekunder adalah bahwa

jalan penukilan data primer lebih singkat daripada

jalan penukilan data sekunder, sebagaimana jalan

periwayatan hadits ‘ali lebih singkat daripada jalan

periwayatan hadits nazil.

5.5 Metodologi Analisis Data

Penulis menggunakan metode reflective thinking

dalam menganalisis data.

Reflective thinking adalah menerapkan cara

berpikir deduktif dan induktif secara bergantian. 7

Analisis deduksi ialah proses berpikir yang

menggunakan sesuatu yang umum sebagai dasar untuk

menetapkan sesuatu yang khusus. 8 Sedangkan analisis

induksi ialah proses berpikir yang berdasarkan atas

sesuatu yang khusus untuk menentukan sesuatu yang

umum. 9

Contoh penggunaan metode reflective thinking

dalam penelitian ini adalah dalam menganalisis hadits

Abu Hurairah tentang larangan jual beli gharar yang

diriwayatkan oleh Muslim. Dalam menentukan derajat

hadits tersebut, penulis menggunakan kaidah dalam

ilmu Mushthalah Hadits tentang shahihnya hadits

Muslim yang diriwayatkan dalam kitab shahihnya. 10.

Kemudian dalam menentukan definisi gharar pada

hadits tersebut penulis mengumpulkan beberapa

7 Lihat Metodologi Riset susunan Marzuki, hlm. 6.8 Lihat Keterampilan Dasar Menulis susunan Mohamad Yunus, hlm. 1.41.9 Lihat Keterampilan Dasar Menulis susunan Mohamad Yunus, hlm. 1.41.10 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 37.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 5

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

pernyataan ulama tentang makna gharar, kemudian dari

pernyataan-pernyataan tersebut penulis menyimpulkan

definisi gharar.

Langkah pertama (dalam menganalisis kedudukan

hadits) yang penulis tempuh itu termasuk cara

berfikir deduktif, sedangkan langkah kedua (dalam

menentukan definisi gharar pada hadits tersebut)

termasuk cara berfikir induktif.

Metode deduksi dan metode induksi hampir sama

dengan idkhalul khashsh ilal ‘amm dan idkhalul ‘amm

ilal khashsh dalam ilmu Ushul Fiqh.

Idkhalul khashsh ilal ‘amm maksudnya adalah

memahami lafal khusus berdasarkan lafal umum.

Pengambilan pemahaman dalam idkhalul khashsh ilal

‘amm hampir sama dengan pengambilan simpulan dalam

metode deduksi, karena berdasarkan data umum. Adapun

idkhalul ‘amm ilal khashsh maksudnya adalah memahami

lafal umum berdasarkan lafal khusus. Pengambilan

pemahaman dalam idkhalul ‘amm ilal khashsh hampir

sama dengan pengambilan simpulan dalam metode

induksi, karena berdasarkan data khusus.

6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut:

Bagian awal terdiri dari halaman judul, pengesahan,

kata pengantar, dan daftar isi.

Bagian tengah terdiri dari beberapa bab. Bab pertama

merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 6

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua

berisi pengertian uang muka dan pengertian jual beli

dengan uang muka. Bab ketiga berisi dalil-dalil yang

berkaitan dengan hukum jual beli menggunakan uang muka

yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan. Bab keempat berisi pendapat ulama tentang

hukum jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkan

akan dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan. Bab

kelima berisi analisis dalil-dalil dan pendapat ulama

tentang hukum jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan. Adapun bab keenam berisi simpulan dan saran.

Bagian akhir makalah ini terdiri dari daftar pustaka

dan lampiran.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB IIPENGERTIAN JUAL BELI DENGAN UANG MUKA

Dalam kitab Al-Mausu’atul Fiqhiyyah penulis

mendapatkan pengertian jual beli dengan uang muka sebagai

berikut:

ن� Cه ا DD%Eن لي ا ـDDثHر ، ع� Kك و ا ا ا DDم ع دره� Qئ ا DD ب� لى ال� Cع ا دف�% DD�Eي ـDDلعه/ ، و ث/ري� ال�س HDDش ن� ب�� ا ع . Qئ ا DD لب� و ل� DDه ـDDا ف�% ه� د% خ�% أ م ي�� ن� ل� Cوا ، مـDDن� Hن� ال�ث ه م� DDسب� ن�� ت/ ـلعه/ ، اخ� د% ال�س خ�% ا

11 Artinya:(Seseorang) membeli barang dagangan danmembayarkan satu dirham atau lebih kepadapenjual, atas dasar jika dia mengambil (jadimembeli) barang dagangan itu, dia menghitungnyasebagian dari harga; dan jika dia tidakmengambilnya (tidak jadi membelinya), (dirham)itu menjadi milik penjual.Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa pada jual beli

dengan uang muka terdapat hak pilih pembeli. Hak pilih

pembeli itu ialah jika pembeli jadi membeli, uang muka

terhitung sebagian dari harga, dan bila tidak, uang muka

tersebut hilang darinya. 12

Ibnul Jauzi menjelaskan, jika pembeli membatalkan

jual beli tersebut, pembeli tidak menagih uang muka dari

penjual. 13

11 Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah,jld. 9, hlm. 94.

12 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 219.13 Lihat Gharibul Hadits susunan Ibnul Jauzi, jld. 2, hlm. 79.

7

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 8

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

jual beli dengan uang muka adalah jual beli yang

dilakukan dengan membayarkan uang muka kepada penjual

dengan adanya hak pilih pembeli; jika pembeli meneruskan

pembelian, uang muka terhitung sebagian dari harga, dan

jika tidak, uang muka dimiliki penjual.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB IIIDALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM JUALBELI MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN

AKAN DIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELIDIBATALKAN

1.Surat An-Nisa` (4): 29

1.1Lafal dan Arti Ayat

ن� لأ ا Cل ا DDاط� ب� أل� م ي�� ك ن% oن qم ب� ك وال� DDم� لوا ا Qك أ DD/وا لأ ي� DD%ن م� ن� ا �Qي د% DDا ال� DDه �Eي أ ا DDي��ان� DDه ك�DDن� ال�ل Cم ا ك DDس ف% ب�% لوا ا ب/ ف/ م و لأ ب�/ ك ب% م� راض% ن� ت�/ ارة/ ع� ج� ون� ت�/ ك ي��

سـاء) ما. ]ال�ن% ث� م رح� ك [.29(:4ي��Artinya:Hai orang-orang beriman, janganlah kalianmemakan harta sesama kalian dengan bathil,kecuali dengan perniagaan atas dasar sama reladi antara kalian. Dan janganlah kalian bunuhdiri-diri kalian. Sesungguhnya Allah ituadalah Dia Maha Pengasih kepada kalian. (S.An-Nisa`(4): 29).

1.2Maksud ayat

Maksud ayat yang berkaitan dengan pembahasan dalam

makalah ini adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang

orang beriman untuk memakan harta sesama mereka dengan

cara yang bathil.

2.Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan

Jual Beli Gharar

2.1Lafal dan Arti Hadits

9

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 10

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

ن� م ع� ـDDل ه وس� لـDDب� ي ال�لDDه ع� ـDDل ص� ول اهلل ـهي رس� ـال ي�% رة/ ق�/ �Qت ر ى ه� �Eب ن� ا ع�غ%رر. ع ال� ي� qن� ب� اة/ وع� ص ح ع ال� ي� qسـلم.14 ب� رواة م�

Artinya:Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam melarang jualbeli (dengan lemparan) kerikil dan jual beligharar. Muslim telah meriwayatkannya.

2.2Maksud hadits

Maksud hadits yang berkaitan dengan pembahasan

dalam makalah ini adalah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar. Jual beligharar adalah jual beli yang mengandung risiko yang

akan menimpa salah satu dari dua orang yang

bertransaksi, dan menyebabkan hartanya hilang 15.

Jumhur ulama mengatakan bahwa jual beli

menggunakan uang muka yang disyaratkan akan dimiliki

penjual jika jual beli dibatalkan merupakan jual beli

yang mengandung gharar.16

3. Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radliyallahu

‘anhuma tentang Larangan Jual Beli dengan Uang Muka

3.1 Lafal dan Arti Hadits

14 Muslim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 333, k. 21, Al-Buyu’, b. 2Buthlanu Bai’il Hashati wal Bai’il Ladzi fihi Gharar, h. 4 (1513).

15 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 199.16 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 220.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 11

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

ي ـDل ول ال�لDه ص� �DDن� رس ة ا ـDد ن� خ�� ه ع� �Dب qب� ن� ا ب� ع� عي� H�Dس ن� Dرو ي�� م ن� ع� ع�. أن� �Qي غر ع ال� ي� qن� ب� هي ع� م ي�% ل ه وس� لب� ك¤ . 17 ال�له ع� أل� رواة م�

Artinya:Dari ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya darikakeknya, bahwasanya Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam melarang jual beli (dengan)uang muka.Malik telah meriwayatkannya.

Imam Malik menjelaskan bahwa أن� DDDDDDDDDDD�Qي غر adalah ال�seseorang membeli barang dagangan kemudian diamengatakan kepada penjual, “Aku memberimu satu dinaratau satu dirham, jika aku jadi membeli, maka dinaratau dirham ini termasuk dalam harga barang dagangandan jika aku membatalkan, maka dinar atau dirham iniuntukmu.” 18

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud 19, Al-

Baihaqi 20, dan Ibnu ‘Adi 21.

3.2Maksud Hadits

Maksud hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash

radliyallahu ‘anhuma ini adalah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli

17 Malik, Al-Muwaththa’, jld. II, hlm. 609, k. 31-Al-Buyu’, b. Ma Ja`a fiBai’il ‘Urban, h. 1.

18 Lihat Al-Muwaththa’ susunan Malik, jz. II, hlm. 609, k. 31-Al-Buyu’,b. Ma Ja`a fi Bai’il ‘Urban.

19 Lihat Sunanu Abi Dawud susunan Abu Dawud, jld. 3, hlm. 283, k. Al-Buyu’, b. Fil ‘Urban, h. 3502.

20 Lihat As-Sunanul Kubra susunan Al-Baihaqi, jld. 5, hlm. 559-560, k.Al-Buyu’, b. (87) An-Nahyu ‘an Bai’il ‘Urban, h. 10874-10877.

21 Lihat Al-Kamilu fi Dlu’afa`ir Rijal susunan Ibnu ‘Adi, jld. 4, hlm.153.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 12

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

dengan uang muka yang disyaratkan akan dimiliki

penjual jika jual beli dibatalkan. 22

4.Hadits Zaid bin Aslam tentang Penghalalan Uang Muka dalam

Jual Beli

4.1Lafal dan Arti Hadits

ي ال�لDDDDDDه ل �DDDDDDي� ص ب� ن� ال�ن% لم : ا �DDDDDDس ا ن� د ي�� DDDDDDoQي ن� ر% هع� DDDDDD لب� ـDDDDDDلع� خ� م ا ـDDDDDDل وس�أن� �Qي غر ع . ال� ي� qن ي� ال� ة/ . 23 ف% ب� oن Hس� ى� �Eب ن� ا رواة اي��

Artinya: Dari Zaid bin Aslam bahwasanya Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menghalalkanuang muka dalam jual beli.Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkannya.

4.2Maksud Hadits

Maksud hadits ini adalah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam menghalalkan adanya uang muka dalam

jual beli.

5.Atsar 24 ‘Umar bin Al-Khaththab Radliyallahu ‘anhu tentang

Pembelian Sebuah Rumah Tahanan oleh Nafi’ bin ‘Abdil

Harits Radliyallahu ‘anhu

5.1Lafal dan Arti Hadits

Hارب DDDDDDج د ال� DDDDDD ب� ن� ع� ع ي�� ـDDDDDDأف�% ن� ي�% : ا وخ% %DDDDDDر ف� ن� ي�� من� ح� ر �DDDDDDد ال DDDDDD ب� ن� ع� ع�م دره� لأف% ا ه/ DDع �Eب ر أ ة/ ي�� D ب� م� ا ن� وان� ي�� ف% ن� ص� م� ن� ح� لس ث/ـري دارا ل� Hاش

22 Lihat Al-Muwaththa’ susunan Malik, jld. 2, hlm. 609, k. 31- Al-Buyu’,b. Ma Ja`a fi Bai’il ‘Urban, h. 1.

23 Lihat Al-Mushannaf susunan Ibnu Abi Syaibah, jld 5, hlm. 7, k.-13-Al-Buyu’u wal Aqdliyyah, b.-552-fil ‘Urbani fil Bai’, h. 23185.

24 Atsar adalah perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada shahabat(lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 15).

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 13

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

ة/ عمب رب�� ا م ت��DDDDDDDرض% ق�% DDDDDDDر ل� م ن� ع� Cه ، وا DDDDDDDع ل ي� qن ال� DDDDDDD%ر ق�DDDDDDD م ي� ع� %DDDDDDDن� رض Cا DDDDDDD%ق� ،. وان� ف% ص . 25 ل� ة/ ب� oن Hس� ى� �Eب ن� ا رواة اي��

Artinya:Dari Abdurrahman bin Farrukh (dia berkata)bahwa Nafi’ bin Abdil Harits membeli rumahuntuk tahanan dari Shafwan bin Umayyah dengan(harga) empat ribu dirham. Jika ‘Umar rela,jual beli ini untuk ‘Umar, tetapi jika diatidak rela, empat ratus untuk Shafwan. Telahmeriwayatkannya Ibnu Abi Syaibah.Atsar ini juga diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq 26

dan Al-Baihaqi 27.

5.2Maksud Atsar

Maksud atsar ini adalah Nafi’ bin ‘Abdil Harits

membeli sebuah rumah untuk dijadikan penjara dari

Shafwan bin Umayyah dengan syarat jika ‘Umar rela,

Nafi’ membelinya, dan jika tidak rela, Nafi’ tidak

membelinya; dan Shofwan diberi empat ratus dirham.

Ahmad menggunakan atsar ini sebagai dalil tentang

bolehnya jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan. 28

25 Ibnu Abi Syaibah, Al-Kitabul Mushannaf , jld. 5, hlm. 7, k.-13-Al-Buyu’u wal Aqdliyyah, b.-552-Fil ‘Urbani fil Bai’, h. 23191.

26 Lihat Al-Mushannaf susunan ‘Abdur Razzaq, jld. 5, hlm. 147-148, k. Al-Manasik, b. Al-Kira’u fil Haram, h. 9213.

27 Lihat As-Sunanul Kubra susunan Al-Baihaqi, jld. 6, hlm. 57, k. Al-Buyu’, b. 153-Ma Ja`a fi Duri Makkata …, h. 11180.

28 Lihat I’lamul Muwaqqi’in susunan Ibnul Qayyim, jld. 3, hlm. 401.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB IVPENDAPAT ULAMA TENTANG HUKUM JUAL BELI

MENGGUNAKAN UANG MUKA YANG DISYARATKAN AKANDIMILIKI PENJUAL JIKA JUAL BELI DIBATALKAN

1.Haram

Pendapat ini dikemukakan oleh jumhur ulama, baik dari

kalangan madzhab Hanafi, Maliki, maupun madzhab Syafi’i,

dan Abul Khaththab dari madzhab Hanbali. Berikut ini

pernyataan mereka:

ن� اب� م� DDDDDط ح% و ال� DDDDD�Qب وا ة/ عب� اف�% HDDDDDوال�س ة/ DDDDD كب� مال� وال� ة/ DDDDD ب� ف% ي% ح ن� ال� م م� وره� DDDDDمه ح� ف�%ح . ص ه لأ ي�� %Eن رون� ا ت�� له/ اي�� ن% ح 29ال�

Artinya:Mayoritas mereka dari kalangan madzhab Hanafi,madzhab Maliki, dan madzhab Syafi’i, serta AbulKhaththab dari madzhab Hanbali berpendapat bahwa(jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkanakan dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan)itu tidak sah.Al-Qurthubi 30, As-Syaukani 31, dan Al-Jaza`iri 32 juga

berpendapat bahwa jual beli ini dilarang.

2.Mubah

Pendapat ini dikemukakan oleh Ahmad. Berikut

pendapatnya yang dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam karyanya

I’lamul Muwaqqi’in:

29 Wuzaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah,jld. 9, hlm. 94.

30 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Quran susunan Al-Qurthubi jld. 3, hlm. 131.31 Lihat Nailul Authar susunan Asy-Syaukani, jld. 5, hlm. 251.32 Lihat Minhajul Muslim susunan Al-Jaza`iri, hlm. 283.

14

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 15

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

عله . مر ف�% ن� ع� لأ ون� �Eب غر ع ال� ي� qن qس ب� أ مد لأ ي�� ح� أم ا م� Cال الأ 33ق�/Artinya: Al-Imam Ahmad berkata : Tidak ada larangan padajual beli dengan uang muka (yang disyaratkan akandimiliki penjual jika jual beli dibatalkan)karena ‘Umar melakukannya.Para ulama madzhab Hanbali 34 dan Al-‘Utsaimin 35 juga

berpendapat bahwa jual beli ini boleh.

33 Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqqi’in, jld. 3, hlm. 401.34 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 275.35 Lihat Tamamul Minnah susunan ‘Adil Al-’Azzazi, jld. 3, hlm. 340.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB VANALISIS

1.Analisis Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan Hukum Jual

Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Dimiliki

Penjual jika Jual Beli Dibatalkan

1.1Surat An-Nisa`(4): 29(hlm. 6)

Lafal ayat yang berkaitan dengan pembahasan dalammakalah ini ialah م ك ن% oن qم ب� ك وال� DDDم� لوا ا Qك أ DDD/وا لأ ي� DDD%ن م� ن� ا �Qي د% DDDا ال� DDDه �Eي أا لي�� DDDDDDDDاط� ب� أل� Hai) ي�� orang-orang beriman, janganlah kalianmemakan harta sesama kalian dengan bathil).

Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa yang dimaksuddengan لوا Qك أ DDDD/لأ ي� adalah وا د% DDDD%خ� أ janganlah kalian) لأ ي�/mengambil); dalam ayat ini, “mengambil” dinyatakandengan kata ل ك� (memakan) الأ karena tujuan terpentingdari mengambil adalah untuk memakan. 36

Adapun maksud ل اط� ب� أل� qي� (dengan bathil) adalah حرام أل� qي�(dengan cara haram), seperti riba, judi, dan semua carayang dilarang syariat. 37 Ath-Thabari 38, Al-Baghawi 39,Az-Zamakhsyari 40, Ibnu Katsir 41, An-Nasafi 42, dan AbuSu’ud 43 juga berpendapat demikian.

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa maknalafal ayat ل اط� ب� أل� qم ي� ك ن% oن qم ب� ك وال� DDDDم� لوا ا Qك أ DDDD/لأ ي� adalahjanganlah kalian mengambil harta sesama kalian dengan

36 Lihat At-Tafsirul Munir susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 5, hlm. 30.37 Lihat At-Tafsirul Munir susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 5, hlm. 30.38 Lihat Jami’ul Bayan susunan Ath-Thabari, jld. 4, hlm. 20.39 Lihat Ma’alimut Tanzil susunan Al-Baghawi, jld. 2, hlm. 53.40 Lihat Al-Kasysyaf susunan Az-Zamakhsyari, jld. 1, hlm. 521-522.41 Lihat Tafsirul Quranil ‘Adhim susunan Ibnu Katsir, jld. 1, hlm. 593.42 Lihat Madarikut Tanzili wa Haqa`iqut Ta`wil susunan An-Nasafi, jld. 1,

hlm. 248.43 Lihat Irsyadul ‘Aqlis Salimi ila Mazayal Kitabil Karim susunan Abus

Su’ud, jld. 1, hlm. 513.

16

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 17

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

cara haram seperti judi, riba, dan semua cara yangtelah dilarang.

Dalam kitab Al-Jami`u li Ahkamil Qur`an, Al-

Qurthubi menjelaskan bahwa jual beli menggunakan uang

muka yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual

beli dibatalkan termasuk dalam larangan ayat ini. 44

Penulis sependapat dengan Al-Qurthubi karena jual

beli tersebut merupakan jual beli yang mengandung

unsur judi 45 dan gharar. Hal ini sebagaimana yang

dinyatakan oleh mayoritas ulama Hijaz dan Iraq 46.

Unsur judi dalam jual beli tersebut adalah adanya uang

yang dijadikan sebagai taruhan, sebab uang muka dapat

hilang sehingga merugikan pembeli. Adapun unsur

ghararnya adalah juali beli tersebut ada unsur

ketidakjelasan yaitu ada kemungkinan terjadi pembelian

dan ada kemungkinan tidak terjadi pembelian yang dapat

menimbulkan hilangnya uang muka. Dengan demikian jual

beli ini termasuk dalam larangan ayat ini.

Dengan demikian ayat ini dapat dijadikan sebagai

dalil haramnya jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa jual

beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

44 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur’an susunan Al-Qurthubi, jld. 3I, hlm.131.

45 Judi adalah suatu akad yang berdasarkan atas pertaruhan (lihat Al-Mausu’atul Fiqhiyyah susunan Wuzaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah,jld. 16 hlm. 168).

46 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur’an susunan Al-Qurthubi, jld. 3, hlm.131.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 18

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan termasuk

dalam larangan ayat ini karena adanya unsur judi dan

gharar dalam jual beli tersebut.

1.2Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang

Larangan Jual Beli Gharar (hlm. 6)

Hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ini

berderajat shahih. 47 Hadits shahih dapat dijadikan

hujah. 48

Maksud hadits yang berkaitan dengan pembahasan

dalam makalah ini adalah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar.

Mushthafa Al-Bugha menjelaskan bahwa jual beli

gharar adalah setiap jual beli yang mengandung

ketidakjelasan yang menyebabkan jual beli tersebut ada

kemungkinan untung dan rugi. 49

Adapun menurut Wahbah Az-Zuhaili, jual beli gharar

adalah jual beli yang mengandung risiko yang akan

menimpa salah satu dari dua orang yang bertransaksi,

dan menyebabkan hilangnya harta salah satu dari

keduanya. 50

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung

risiko hilangnya harta pembeli atau penjual karena

ketidakjelasan jual beli tersebut dan ada kemungkinan

untung dan rugi.

47 Lihat lampiran, hlm. 25.48 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 31. 49 Lihat At-Tadzhib susunan Mushthafa Al-Bugha, hlm. 126.50 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 199.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 19

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Jumhur

ulama mengatakan bahwa jual beli menggunakan uang muka

yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan merupakan jual beli yang mengandung gharar.51

Dengan demikian, hadits ini dapat dijadikan

sebagai dalil haramnya jual beli menggunakan uang muka

yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan.

1.3Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radliyallahu

‘anhuma tentang Larangan Jual Beli dengan Uang Muka

(hlm. 7)

Maksud hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash

radliyallahu ‘anhuma ini adalah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli

dengan uang muka yang disyaratkan akan dimiliki

penjual jika jual beli dibatalkan. 52

Jumhur ulama menyatakan bahwa hadits ‘Abdullah bin

‘Amr bin Al-‘Ash radliyallahu ‘anhuma ini menunjukkan

pengharaman jual beli dengan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan. 53

Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa hadits tersebutdla’if karena sanadnya terputus. 54

51 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm.220.52 Lihat Al-Muwaththa’ susunan Malik, jld. 2, hlm. 609, k. 31-Al-Buyu’, b.

Ma Ja`a fi Bai’il ‘Urban, h. 1. 53 Lihat Nailul Authar susunan Asy-Syaukani, jld. 5, hlm. 251.54 Lihat Ma’alimus Sunan susunan Al-Khaththabi, jld. 3, hlm. 119.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 20

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Menurut Asy-Syaukani, hadits ‘Abdullah bin ‘Amr

bin Al-’Ash radliyallahu ‘anhuma ini memiliki

beberapa sanad yang dapat saling menguatkan. 55

Penulis sependapat dengan Asy-Syaukani karena

jalur-jalur periwayatan pada hadits ini merupakan

jalur-jalur periwayatan dla’if yang bukan disebabkan

oleh kefasikan atau kebohongan seorang rawi 56. Ath-

Thahhan menjelaskan bahwa jika suatu hadits mempunyai

jalur periwayatan yang berbilang sedang kedla’ifannya

bukan disebabkan oleh kefasikan atau kebohongan

seorang rawi, hadits tersebut adalah hadits hasan li

ghairihi. 57 Dengan demikian hadits ‘Abdullah bin ‘Amr

bin Al-’Ash radliyallahu ‘anhuma ini berderajat hasan

li ghairihi karena hadits ini mempunyai beberapa jalur

yang kedla’ifannya bukan disebabkan oleh kefasikan

atau kebohongan seorang rawi.

Dengan demikian hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin

Al-‘Ash radliyallahu ‘anhuma ini berderajat hasan li

ghairihi 58.

Hadits hasan li ghairihi dapat dijadikan sebagai

hujah. 59

Walhasil, hadits ini dapat dijadikan sebagai hujah

untuk melarang jual beli menggunakan uang muka yang

55 Lihat Nailul Authar susunan Asy-Syaukani jld. 5, hlm. 251.56 Lihat lampiran, hlm. 25-31.57 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 43.58 Hasan li ghairihi adalah hadits dlaif yang jalan periwayatannya

berbilang, dan sebab kedlaifannya bukan kefasikan atau kebohongan rawi(lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 43).

59 Lihat Taisirul Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 43.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 21

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan.

1.4Hadits Zaid bin Aslam tentang Penghalalan Uang Muka

dalam Jual Beli (hlm. 8)

Maksud hadits ini adalah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam menghalalkan adanya uang muka dalam

jual beli.

Dalam kitab Bidayatul Mujtahid disebutkan bahwa

hadits Zaid bin Aslam merupakan dalil yang membolehkan

jual beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan. 60

Pada hadits ini, Zaid bin Aslam meriwayatkan

langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Zaid

bin Aslam adalah rawi thabaqah ketiga (thabaqah para

tabi’i). 61 Dalam ilmu Mushthalah Hadits disebutkan

bahwa hadits yang diriwayatkan oleh tabi’i dari

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tanpa

perantara shahabat adalah hadits mursal 62. Dengan

demikian hadits Zaid bin Aslam ini merupakan hadits

mursal.

Menurut jumhur ahli hadits, hadits mursal termasuk

hadits dla’if. 63

Dengan demikian, hadits Zaid bin Aslam ini tidak

dapat dijadikan sebagai hujah tentang mubahnya jual

60 Lihat Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid susunan Ibnu Rusyd,jld. 5, hlm. 8-9.

61 Lihat Taqribut Tahdzib susunan Ibnu Hajar jld. 1, hlm. 326, no. 2123.62 Lihat Taisiru Musthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 59. 63 Lihat Taisiru Musthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 60.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 22

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan.

1.5Atsar ‘Umar bin Al-Khaththab Radliyallahu ‘anhu

tentang Pembelian Sebuah Rumah Tahanan oleh Nafi’ bin

‘Abdil Harits Radliyallahu ‘anhu (hlm. 8)

Maksud atsar ini adalah Nafi’ bin ‘Abdil Harits

membeli sebuah rumah untuk dijadikan penjara dari

Shafwan bin `Umayyah dengan syarat jika ‘Umar rela,

Nafi’ membelinya, dan jika tidak rela, Nafi’ tidak

membelinya dan Shafwan diberi empat ratus dirham.

Al-‘Utsaimin menyatakan bahwa empat ratus dirham

yang akan diberikan kepada Shafwan merupakan uang

muka; dan beliau menjadikan atsar ini sebagai dalil

bolehnya jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan. 64

Adapun Ibnu Hajar, beliau menjelaskan bahwa empat

ratus dirham yang akan diberikan kepada Shafwan bisa

jadi merupakan imbalan dari pemanfaatan rumah tersebut

selama penantian jawaban ‘Umar radliyallahu ‘anhu. 65

Berdasarkan penjelasan inilah, ‘Adil Al-‘Azzazi

mengatakan bahwa berdalil dengan atsar ini untuk

membolehkan jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan itu perlu diteliti ulang. 66

Selama penelitian, penulis tidak mendapati riwayat

yang mendasari penjelasan tentang empat ratus dirham64 Lihat Tamamul Minnah susunan ‘Adil Al-’Azzazi, jld. 3, hlm. 340.65 Lihat Fathul Bari susunan Ibnu Hajar, jld. 2, hlm. 5.66 Lihat Tamamul Minnah susunan ‘Adil Al-’Azzazi, jld. 3, hlm. 340.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 23

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

di atas, apakah merupakan uang muka atau imbalan dari

pemanfaatan rumah tersebut.

Dengan demikian, penjelasan tentang empat ratus

dirham di atas hanya merupakan kemungkinan, karena

tidak ada dalil yang mendasari keduanya.

Dalam ilmu Ushul Fiqh terdapat kaidah bahwa

peristiwa-peristiwa yang terkandung padanya suatu

hukum, sedang peristiwa tersebut masih mengandung dua

kemungkinan atau lebih, dan tidak ada riwayat yang

menjelaskan kemungkinan mana yang terjadi pada

peristiwa tersebut, maka hal tersebut merupakan

peristiwa yang masih mengandung kemujmalan 67 dan tidak

dapat dijadikan dalil. 68

Dengan demikian, atsar ini tidak dapat dijadikan

dalil.

Selain permasalahan di atas, atsar ini berderajat

dla’if 69.

Dengan demikian atsar ini tidak dapat dijadikan

sebagai dalil mubahnya jual beli menggunakan uang muka

yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan.

67 Mujmal adalah lafal yang masih mengandung dua pengertian atau lebihtanpa adanya dalil yang menguatkan salah satu dari dua pengertiantersebut (lihat Ma’alimu `Ushulil Fiqhi ‘inda Ahlis Sunnati wal Jama’ahsusunan Al-Jaizani, hlm. 388).

68 Lihat Kitabul Furuq susunan Al-Qarafi, jld. 2, hlm. 519, pada catatankaki yang ditulis oleh Prof. Dr. Muhammad Ahmad Saraj dan Prof. Dr.‘Ali Jum’ah Muhammad.

69 Lihat lampiran hlm. 31-32.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 24

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

2.Analisis Pendapat Ulama tentang Hukum Jual Beli

Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Dimiliki

Penjual jika Jual Beli Dibatalkan

2.1Haram (hlm. 10)

Pendapat ini dikemukakan oleh jumhur ulama dari

madzhab Hanafi, Maliki, maupun madzhab Syafi’i, dan

Abul Khaththab dari madzhab Hanbali. Al-Qurthubi, Asy-

Syaukani, dan Al-Jaza`iri juga berpendapat demikian.

Jumhur ulama dari madzhab Hanafi, Maliki, maupun

madzhab Syafi’i dan Abul Khaththab dari madzhab

Hanbali berdalil dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin

Al-‘Ash radliyallahu ‘anhuma (hlm. 7). Selain itu,

mereka menyatakan bahwa jual beli tersebut mengandung

gharar dan termasuk dalam hal memakan harta orang lain

dengan bathil. 70

Al-Jaza`iri juga berdalil dengan hadits ‘Abdullah

bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallahu ‘anhuma (hlm. 7). 71

Asy-Syaukani berpendapat bahwa pendapat jumhur

ulama yang mengharamkan jual beli menggunakan uang

muka yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual

beli dibatalkan itu lebih kuat daripada pendapat Ahmad

bin Hanbal yang membolehkannya karena hadits ‘Abdullah

bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallahu ‘anhuma (hlm. 7)

mempunyai sanad yang saling menguatkan, dan hadits

tersebut merupakan larangan, sedangkan larangan itu

lebih kuat daripada pembolehan. 72

70 Lihat Al-Mausu’atul Fiqhiyyah susunan Wuzaratul Auqafi wasy Syu`unilIslamiyyah, jld. 9, hlm. 94.

71 Lihat Minhajul Muslim susunan Al-Jaza`iri, hlm. 283. 72 Lihat Nailul Authar susunan Asy-Syaukani jld. 5, hlm. 251.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 25

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Penulis sependapat dengan ulama-ulama di atas

karena hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash

radliyallahu ‘anhuma dapat dijadikan hujah dan

menunjukkan haramnya jual beli menggunakan uang muka

yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan (lihat Analisis no. 1.3, hlm. 13-14). Selain

itu, penulis juga sependapat dengan mereka bahwa jual

beli tersebut mengandung unsur gharar, dan termasuk

dalam hal memakan harta orang lain dengan bathil

(lihat Analisis no. 1.1, hlm. 11-12).

Adapun Al-Qurthubi, beliau berdalil dengan ayat 29

surat An-Nisa’ (hlm. 6), menurut beliau jual beli

menggunakan uang muka yang disyaratkan akan dimiliki

penjual jika jual beli dibatalkan termasuk dalam

larangan ayat ini. 73

Penulis setuju dengan pendapat Al-Qurthubi di atas

karena:

Pertama, jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan mengandung unsur yang haram, yaitu unsur

judi dan gharar (lihat Analisis no. 1.1, hlm. 11-12).

Kedua, jual beli tersebut merupakan cara yang

diharamkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam pada hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah

bin ‘Amr radliyallahu ‘anhu (hlm. 7), dan hadits

tersebut dapat dijadikan hujah (lihat Analisis no.

1.3, hlm. 13-14).

73 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur’an susunan Al-Qurthubi, jld. 3, hlm.131.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 26

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Dengan demikian, pendapat tentang haramnya jual

beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan dapat

diterima, wallahu a’lam bi shawab.

2.2Mubah (hlm. 10)

Pendapat ini dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal,

para ulama madzhab Hanbali, dan Al-‘Utsaimin.

Ahmad bin Hanbal 74 dan Al-‘Utsaimin 75 berdalil

dengan atsar ‘Umar bin Al-Khaththab radliyallahu ‘anhu

(hlm. 8-9).

Penulis tidak sependapat dengan kedua ulama di

atas karena atsar ‘Umar bin Al-Khaththab radliyallahu

‘anhu mengandung kemujmalan dan atsar tersebut

berderajat dla’if (lihat Analisis, no. 1.5, hlm. 15-

16).

Adapun para ulama madzhab Hanbali, mereka

berdalil dengan hadits Zaid bin Aslam yang

menghalalkan jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan (hlm. 8). 76

Penulis tidak sependapat dengan mereka karena

hadits tersebut dla’if (lihat Analisis, no. 1.4, hlm.14-15). Selain itu, hadits tersebut bertentangan

dengan hadits yang lebih kuat darinya, yaitu hadits

‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radliyallahu ‘anhuma

(hlm. 7) yang berderajat hasan li ghairihi tentang

74 Lihat I’lamul Muwaqqi’in susunan Ibnul Qayyim, jld. 3, hlm. 401. 75 Lihat Tamamul Minnah susunan ‘Adil Al-‘Azzazi, jld. 3, hlm. 340. 76 Lihat Al-Fiqhul Islami susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 275.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 27

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

haramnya jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan, (lihat Analisis no. 1.3, hlm. 13-14).

Dengan demikian, pendapat tentang mubahnya jual

beli menggunakan uang muka yang disyaratkan akan

dimiliki penjual jika jual beli dibatalkan tidak dapat

diterima.

Berdasarkan analisis dalil-dalil dan pendapat ulama di

atas, dapat disimpulkan bahwa hukum jual beli menggunakan

uang muka yang disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual

beli dibatalkan adalah haram, wallahu a’lam bi shawab.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

BAB VPENUTUP

1.Simpulan

Hukum jual beli menggunakan uang muka yang

disyaratkan akan dimiliki penjual jika jual beli

dibatalkan adalah haram.

2.Saran

Setiap muslim yang melakukan jual beli menggunakan

uang muka hendaknya tidak mensyaratkan uang muka tersebut

menjadi milik penjual, jika jual beli dibatalkan.

28

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

DAFTAR PUSTAKA

A.Mushaf Al-Qur`an

B.Kitab Tafsir

1.Abus Su’ud, Al-Allamah, Irsyadul ‘Aqlis Salimi ila

Mazayal Kitabil Karim, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota,

Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.

2.Al-Baghawi, Al-Husain bin Mas’ud Al-Farra` Asy-Syafi’i,

Abu Muhammad, Al-Imam, Ma’alimut Tanzil, Darul Kutubil

‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1415 H / 1995 M.

3.Al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, Abu

‘Abdillah, Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an, Darul Fikr,

Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, 1414 H / 1993 M.

4.An-Nasafi, ‘Abdullah bin Ahmad bin Mahmud, Al-Imam,

Madarikut Tanzili wa Haqa`iqut Ta`wil, Darul Kutubil

‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1415 H / 1995 M.

5.Az-Zamakhsyari, Mahmud bin ‘Umar Al-Khawarizmi,

Jarullah, Abul Qasim, Al-Kasysyafu ‘an Haqa`iqit

Tanzili wa ‘Uyunil Aqawili fi Wujuhit Ta`wil, Darul

Ma’rifah, Beirut, Lebanon, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa

Tahun.

6.Ibnu Katsir, Abul Fida`, Al-Imam, Al-Hafidh, Ad-

Damsyiqi, Tafsirul Qur`anil Adzim, Darul Fikr, Beirut,

Libanon, Tanpa Nomor Cetakan, 1412 H / 1992 M.

7.Wahbatuz Zuhaili, Al-Ustadz, Dr., At-Tafsirul Muniru

fil ’Aqidati wasy Syari’ati wal Manhaj, Darul Fikr Al-

Mu’ashir, Beirut, Lebanon / Darul Fikr, Damsyik,

Suriah, Cetakan I, 1411 H / 1991 M.

29

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 30

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

8.Ath-Thabari, Muhammad bin Jarir, Abu Ja’far, Jami’ul

Bayani fi Tafsiril Qur`an, Darul Ma’rifah, Beirut,

Lebanon, Cetakan III, 1398 H / 1978 M.

C.Kitab Hadits

9.‘Abdurrazzaq, Abu Bakr bin Hammam Ash-Shan’ani, Al-

Kabir, Al-Hafidh, Al-Mushannaf, Al-Majlisul ‘Ilmi,

Tanpa Nama Kota, Cetakan I, 1390 H / 1970 M.

10. Abu Dawud, Sulaiman bin Asy’ats As-Sijistani Al-

Azdi, Al-Mutqin,

Al-Mushannif, Al-Hafidh, Al-Imam, Sunanu Abi Dawud,

Maktabatu Dahlan, Indonesia, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa

Tahun.

11. Al-Baihaqi, Ahmad bin Husain bin ‘Ali, Abu Bakr, Al-

Imam, As-Sunanul Kubra, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah,

Beirut, Lebanon, Cetakan III, 1424 H / 2003 M.

12. Muslim, Abul Husain, Muslim bin Al-Hajjaj, Al-

Qusyairi,

An-Naisaburi, Shahihu Muslim, Mu`assasatu ‘Izziddin,

Cetakan I, 1407 H / 1987 M.

13. Ibnu Abi Syaibah, Abu Bakr ‘Abdullah bin Muhammad

bin Abi Syaibah Al-Kufi Al-‘Abasi, Al-Hafidh, Al-Imam,

Al-Kitabul Mushannafu fil Ahaditsi wal Atsar, Darul

Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1416 H/

1995 M.

14. Malik bin Anas, ‘Alimul Madinah, Imamul A`immah, Al-

Muwaththa`, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,

Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.

D.Kitab Syarah

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 31

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

15. Al-Khaththabi, Abu Sulaiman Hamad bin Muhammad Al-

Busti, Al-Imam, Ma’alimus Sunani Syarhu Sunani Abi

Dawud, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Tanpa

Nomor Cetakan, 1416 H / 1996 M.

16. Al-Munawi, Muhammad ‘Abdurra`uf, Faidlul Qadiri

Syarhul Jami’is Shaghir, Darul Hadits, Kairo, Tanpa

Nomor Cetakan, 1431 H / 2010 M.

17. Asy-Syaukani, Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad, Al-

Imam, Nailul Authari Syarhu Muntaqal Akhbari min

Ahaditsi Sayyidil Akhyar, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota,

Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.

18. Ibnu ‘Abdil Barr, Yusuf bin ‘Abdillah bin Muhammad

An-Namri

Al-Qurthubi, Abu ‘Umar, Al-Hafidh, Al-Imam, Al-

Istidzkar, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,

Cetakan II, 1427 H / 2006 M.

19. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali Al-‘Asqalani, Al-Hafidh,

Al-Imam, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, Darul

Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1424 H /

2003 M.

E.Kitab Fiqh

20. Al-‘Azzazi, ‘Adil bin Yusuf, Abu ‘Abdirrahman,

Tamamul Minnati fi Fiqhil Kitabi wa Shahihis Sunnah,

Darul ‘Aqidah, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan,

Tanpa Tahun.

21. Al-Bugha, Mushthafa Dib, Dr., At-Tadzhibu fi

Adillati Matnil Ghayati wat Taqrib, Toko Kitab Al-

Hidayah, Surabaya, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 32

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

22. Al-Jaza’iri, Jabir, Abu Bakr, Minhajul Muslim, Darul

Fikr, Beirut, Lebanon, Tanpa Nomor Cetakan, 1424 H /

2003 M.

23. Ibnu Rusyd, Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin

Ahmad

Al-Qurthubi Al-Andalusi, Abul Walid, Al-Qadli, Al-Imam,

Bidayatul Mujtahidi wa Nihayatul Muqtashid, Darul

Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan IV, 1428

H / 2007 M.

24. Dawabih, Asyraf Muhammad, Dr., Al-Istitsmar fil

Islam, Darus Salam, Mesir, Kairo, Cetakan I, 1430 H /

2009 M.

25. Wahbatuz Zuhaili, Al-Ustadz, Dr., Al-Fiqhul Islami

wa Adillatuh, Darul Fikr, Damaskus, Cetakan VI, 1429

H / 2008 M.

26. Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, Al-

Mausu`atul Fiqhiyyah, Tanpa Nama Penerbit, Kuwait,

Cetakan IV, 1414 H / 1993 M.

F.Mushthalah Hadits

27. Al-‘Abdul Lathif, ‘Abdul ‘Aziz Muhammad bin Ibrahim,

Dr., Dlawabithul Jarhi wat Ta’dil, Al-Jami’atul

Islamiyyah, Arab Saudi, Madinah, Tanpa Nomor Cetakan,

Tanpa Tahun.

28. Al-Khumaisi, ‘Abdurrahman bin Ibrahim, Dr., Mu’jamu

‘Ulumil Haditsin Nabawi, Darubnu Hazm, Beirut, Lebanon,

Cetakan I, 1421 H / 2000 M.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 33

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

29. Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin, Qawa’idut Tahditsi

min Fununi Musthalahil Hadits, Darul ‘Aqidah, Tanpa

Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, 1425 H / 2004 M.

30. Ath-Thahhan, Mahmud, Dr., Taisiru Mushthalahil

Hadits, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor

Cetakan, Tanpa Tahun.

31. Ath-Thahhan, Mahmud, Dr., Ushulut Takhriji wa

Dirasatul Asanid, Maktabatul Ma’arif, Riyadl, Cetakan

III, 1417 H / 1996 M.

32. At-Tahanawi, Dhafar Ahmad Al-‘Utsmani, Al-Faqih, Al-

Muhaddits,

Al-Muhaqqiq, Al-Allamah, Qawa’idu fi ‘Ulumil Hadits,

Maktabul Mathbu’atul Islamiyyah, Beirut, Cetakan V,

1404 H / 1984 M.

33. Hasyisy, ‘Ali bin Ibrahim, ‘Ilmu Mushthalahil

Haditsit Tathbiqi, Darul ‘Aqidah, Kairo, Cetakan I,

1424 H / 2003 M.

34. Al-‘Auni, Hatim bin ‘Arif, Asy-Syarif, Al-Mursalul

Khafi wa ‘Alaqatuhu bit Tadlis, Darul Hijrah, Riyadl,

Cetakan I, 1418 H / 1997 M.

G.Kitab Ushul Fiqh

35. Al-Jaizani, Muhammad bin Husain bin Hasan, Ma’alimu

Ushulil Fiqhi ‘Inda Ahlis Sunnati wal Jama’ah, Darubnil

Jauzi, Tanpa Nama Kota, Cetakan 7, Tahun 1429 H.

36. Al-Qarafi, Ahmad bin Idris bin ‘Abdurrahman Ash-

Shanhaji, Abul ‘Abbas, Syihabuddin, Al-Allamah, Al-

Imam, Kitabul furuqi Anwarul Buruqi fi Anwa`il Furuq,

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 34

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Darus Salam, Mesir, Kairo, Cetakan III, 1431 H / 2010

M.

H.Kitab Rijal

37. Adz-Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin

‘Utsman,

Al-Hafidh, Al-Imam, Al-Mughni fidl Dlu’afa`, Darul

Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1418 H /

1997 M.

38. Adz-Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin

‘Utsman, Al-Imam, Siaru A’lamin Nubala`, Al-Maktabatut

Taufiqiyyah, Mesir, Kairo, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa

Tahun.

39. Adz-Dzahabi, Syamsuddin Muhammad, Abu ‘Abdillah, Al-

Imam, Tadzkiratul Huffadh, Daru Ihya’it Turatsil

‘Arabi, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa

Tahun.

40. Adz-Dzahabi, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin

‘Utsman, Mizanul I’tidali fi Naqdir Rijal, Darul

Ma’rifah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1382 H / 1923 M.

41. Ibnu ‘Adi, ‘Abdullah Al-Jarjani, Abu Ahmad, Al-

Hafidh, Al-Imam,

Al-Kamilu fi Dlu’afa`ir Rijal, Darul Fikr, Beirut,

Lebanon, Cetakan III,

1409 H / 1988 M.

42. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali Al-‘Asqalani, Abu Fadhl,

Al-Imam, Al-Hafidh, Tahdzibut Tahdzibi fi Rijalil

Hadits, Darul Kutubil ‘Ilmiyah, Beirut, Lebanon,

Cetakan I, 1425 H / 2004 M.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 35

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

43. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali Al-Asqalani, Abul Fadl,

Syihabuddin, Al-Hafidz, Al-Imam, Lisanul Mizan,

Mu`assasatul A’lami lil Mathbu’at, Beirut, Lebanon,

Cetakan II, 1390 H / 1971 M.

44. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali Al-‘Asqalani, Taqribut

Tahdzib, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,

Cetakan I, 1413 H / 1993 M.

45. Al-Manshuri, Nayif bin Shalah bin ‘Ali, Abuth

Thayyib, As-Salsabilun Naqiyyi fi Tarajimi Syuyukhil

Baihaqi, Darul ‘Ashimah, Riyadl,

Cetakan I, 1432 H / 2011 M.

46. Muhammad bin Thal’at, Mu’jamul Mudallisin, Daru

Adlwa`is Salaf, Riyadl, Cetakan I, 1426 H / 2005 M.

I.Kitab-Kitab Lain

47. Ibnul Jauzi, ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad bin

‘Ali, Abul Faraj, Syaikhul Islam, Al-‘Alimul Auhad, Al-

Imam, Asy-Syaikh, Gharibul Hadits, Darul Kutubil

‘llmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I,1405 H / 1985 M.

48. Ibnul Qayyim, Muhammad bin Abu Bakr, Abu ‘Abdillah,

Syamsuddin, I’lamul Muwaqqi’ina ‘an Rabbil ‘Alamin,

Darul Fikr, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 1397 H / 1977

M.

49. Marzuki M.M., Drs., Metodologi Riset, Ekonisia,

Yogyakarta, Cetakan I, 2005 M.

50. Suparno dan Mohammad Yunus, Keterampilan Dasar

Menulis, Universitas Terbuka, Jakarta, Cetakan XVIII,

2008 M.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 36

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa 26006Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

LAMPIRANDERAJAT HADITS DAN ATSAR

1.Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan

Jual Beli Gharar (hlm. 6)

Hadits Abu Hurairah ini diriwayatkan oleh Muslim

dalam kitab shahihnya. Ulama menyatakan bahwa hadits-

hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab

Shahihnya merupakan hadits-hadits shahih tingkat ketiga.77

2.Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radliyallahu ‘anhuma

tentang Larangan Jual Beli dengan Uang Muka (hlm. 7)

Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallahu

‘anhuma diriwayatkan oleh Malik dan Abu Dawud dengan

urutan sanad sebagai berikut:

Abu Dawud‘Abdullah bin Maslamah

Malik MalikOrang Tsiqat

‘Amr bin Syu’aib 78

Bapaknya (Syu’aib)Kakeknya (‘Abdullah bin ‘Amr radliyallahu ‘anhuma)Rawi-rawi sanad hadits ‘Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash

ini adalah rawi-rawi diterima kecuali seorang rawi yangmubham. Di samping itu, pada sanad ini juga terdapatpersoalan tentang jalur periwayatan: ‘Amr bin Syu’aibdari bapaknya dari kakeknya.

77 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 37.78 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. V, hlm. 43-48, no.

5940.

37

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 38

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Dalam kitab Al-Mu’jamul Mudallisin Amr bin Syu’aibtergolong mudallis peringkat kedua. 79 Rawi yang tergolongmudallis peringkat kedua, adalah rawi yang melakukantadlis akan tetapi ahli hadits masih memasukkanperiwayatannya dalam kitab shahih, meskipun dia tidakmeriwayatkan dengan lafal sima’ (yaitu ي� Áب Hب� د DDخ� atau معب/ �DDس)karena keahliannya dan sedikitnya melakukan tadlis dalamperiwayatannya. 80 Dengan demikian hal ini tidak dapatmenyebabkan periwayatannya ditolak, wallahu a’lam bishawab.

Ibnu Hibban mengatakan bahwa apabila yang dimaksuddenganة د DD tersebut adalah kakek Syu’aib (yaitu (kakeknya) خ��‘Abdullah), maka tergolong munqathi’, karena Syu’aibtidak bertemu dengan ‘Abdullah; dan jika yang dimaksuddenganة د DDDDD (kakeknya) خ�� tersebut adalah kakek ‘Amr (yaituMuhammad), maka tergolong mursal 81, karena Muhammad bukanseorang shahabat. 82 ‘Ali bin Al-Madini mengatakan bahwasanad ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknyamerupakan sanad muttashil 83 dan dapat dijadikan sebagaihujah. Hal ini disebabkan ‘Amr telah mendengar daribapaknya, Syu’aib, dan Syu’aib juga mendengar darikakeknya ‘Abdullah bin ‘Amr. 84 Adz-Dzahabi mengatakanbahwa maksud ة د DDDDD pada خ�� jalur-jalur periwayatan ‘Amr binSyu’aib dari bapaknya dari kakeknya, tidak lain hanyalah

79 Lihat Mu’jamul Mudallisin susunan Muhammad bin Thal’at, hlm. 352-353,no. 122.

80 Lihat Dlawabithul Jarhi wat Ta’dil susunan Al-‘Abdul Lathif, hlm. 122.81

Mursal adalah hadits yang akhir sanadnya gugur seorang rawi sesudahtabi’in (Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm.59).

82 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. V, hlm. 46-47, no.5940.

83 Muttashil adalah hadits yang sanadnya bersambung secara marfu’ ataumauquf (Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan,hlm. 111).

84 Lihat Al-Istidzkar susunan Ibnu ‘Abdil Barr, jld. VI, hlm. 433.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 39

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

buyut ‘Amr bin Syu’aib, yaitu ‘Abdullah bin ‘Amr; hal inisebagaimana telah disebutkan dengan jelas di banyakhadits ن� د ال�لDDDه ع� DDD ب� ة ع� د DDD خ�� (dari kakeknya, ‘Abdullah); selainitu beliau juga belum mendapati jalur ‘Amr bin Syu’aibdisebutkan secara jelas د DDDDDDDDDDم ح ة م� د DDDDDDDDDD ن� خ�� dari) ع� kakeknya,Muhammad). 85 Al-Munawi mengatakan bahwa maksud ة د DDDD pada خ��hadits ini adalah Ibnu ‘Amr bin Al-‘Ash (yaitu‘Abdullah). 86 Dengan demikian, maksud ة د padab sanad ‘Amr خ��bin Syu’aib ini adalah ‘Abdullah bin ‘Amr; dan sanad inibukan munqathi’ karena Syu’aib mendengar dari kakeknya‘Abdullah bin ‘Amr.

Ibnu Ma’in menjelaskan bahwa jika ‘Amr bin Syu’aib

meriwayatkan hadits dari bapaknya dari kakeknya maka

periwayatan itu merupakan periwayatan dari kitab. 87

Adz-Dzahabi mengategorikan periwayatan ‘Amr bin

Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya termasuk dalam hadits

hasan karena ‘Amr bin Syu’aib berkemungkinan meriwayatkan

dengan sima’ 88 atau

wijadah 89 . 90

85 Lihat Siaru A’lamin Nubala` susunan Adz-Dzahabi, jld. VI, hlm. 18, no.675.

86 LIhat Faidlul Qadir susunan Al-Munawi, jld. VIII, hlm. 462, h. 9479.87 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. V, hlm. 44.88 Sima’ adalah cara periwayatan hadits yang dilakukan dengan mendengar

ucapan guru baik dari hafalannya atau dari kitabnya seperti imla dansemisalnya (lihat Mu’jamu ‘Ulumil Haditsin Nabawi susunan Al-Khumaisi,hlm. 127).

89 Wijadah adalah seorang murid mendapatkan beberapa hadits yang ditulisoleh perawi hadits tersebut sementara perawi tidak hidup semasadengannya, atau perawi hidup semasa dengannya namun dia tidak pernahmendengar darinya, atau dia pernah mendengar darinya namun si muridtidak mendengar hadits-hadits khusus yang pada tulisan tersebut dantidak pula mendapat izin darinya (lihat Mu’jamu ‘Ulumil Haditsin Nabawisusunan Al-Khumaisi, hlm. 248).

90 Lihat Mizanul I'tidal susunan Adz-Dzahabi, jld. 3, hlm. 268, no. 6383.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 40

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Penulis sependapat dengan beliau karena periwayatan

secara wijadah adalah periwayatan yang diterima 91. Hanya

saja periwayatan secara wijadah tidak dikategorikan dalam

periwayatan yang shahih, namun dikategorikan dalam

periwayatan hasan 92.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwaperiwayatan Syu’aib dari kakeknya, yaitu ‘Abdullah bin‘Amr bin Al-‘Ash ini berderajat hasan dan dapat diterima,wallahu a’lam bi shawab.

Adapun rawi mubham pada sanad ini, Malik menyebutnyadengan lafal ه/ DDDDDDD/ق Hال�ي (seorang tsiqat), dan sesekali diamenggugurkannya dan meriwayatkan dari ‘Amr bin Syu’aibdengan lafal ن� ه ع� D%لع qه ي� D%Eن .(… telah sampai kepadanya dari) … ا Dalam kitab Taisiru Musthalahil Hadits disebutkan bahwarawi mubham yang dita’dil oleh muridnya, periwayatannyatidak dapat diterima, karena seorang rawi yang diniliaitsiqat oleh muridnya berkemungkinan tidak tsiqat dalampenilaian orang lain. 93

Dengan demikian sanad ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya

dari kakeknya di atas dla’if. Hanya saja sanad ini masih

dapat dijadikan mutabi’ 94 karena kedla’ifannya bukan

disebabkan oleh kebohongan atau kefasikan rawi.

Selain sanad di atas, hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin

Al-‘Ash ini mempunyai dua sanad yang bukan dari jalur

91 Lihat Al-Mursalul Khafi susunan Hatim bin ‘Arif Al-‘Auni, jld. 2, hlm.880.

92 Lihat Al-Mursalul Khafi susunan Hatim bin ‘Arif Al-‘Auni, jld. 2, hlm.882.

93 Lihat Taisiru mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 100.94 Mutabi’ adalah hadits yang matannya mencocoki matan hadits lain,

secara lafal ataupun makna dengan kesamaan sahabat (lihat TaisiruMushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan hlm. 115).

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 41

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Malik; sanad pertama diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 95 dan

yang kedua diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi 96.

Berikut urutan sanad yang diriwayatkan oleh Al-

Baihaqi :

1) Al-Baihaqi

2) Abu bakr bin Al-Harits 97

3) Abu Muhammad bin Hayyan, Abusy Syaikh 98

4) Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Wasithi

5) Abu Musa Al-Anshari (Ishaq bin Musa) 99

6) ‘Ashim bin ‘Abdul ‘Aziz

7) Al-Harits bin ‘Abdirrahman bin Abi Dzubab

8) ‘Amr bin Syu’aib

9) Bapaknya

10)Kakeknya

Rawi-rawi sanad hadits ini adalah rawi-rawi diterima,

hanya saja pada sanad ini masih terdapat persoalan

perihal Al-Harits bin ‘Abdirrahman, ‘Ashim bin ‘Abdul

‘Aziz dan Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Wasithi.

Ad-Dzahabi mengatakan bahwa Al-Harits bin‘Abdirrahman tsiqat. 100 Ibnu Ma’in mengatakan bahwa diaterkenal. Abu Hatim mengatakan bahwa dia وي� ف/ أل� ي�� س ـن� bukan) ل�orang yang kuat) dan Ad-Darawardi telah meriwayatkan

95 Lihat As-Sunanul Kubra susunan Al-Baihaqi, jld. 5, hlm. 559-560, k.Al-Buyu’, b. (87) An-Nahyu ‘an Bai’il ‘Urban, h. 10874-10877.

96 Lihat Al-Kamilu fi Dlu’afa`ir Rijal susunan Ibnu ‘Adi, jld. 4, hlm.153.

97 Lihat As-Salsabilun Naqiyyi fi Tarajimi Syuyukhil Baihaqi susunan Al-Manshuri, hlm. 227-229, no. 22.

98 Lihat Tadzkiratul Huffadz susunan Adz-Dzahabi, jld. 3, hlm. 945-947,no. 896.

99 Lihat Tahdzibut-Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 238-239, no.474.

100 Lihat Al-Mughni Fidl Dlu’afa` susunan Adz-Dzahabi, jld. 1, hlm. 224,no. 1237.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 42

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

darinya hadits-hadits munkar. Abu Zar’ah mengatakan bahwadia س أ DDDDه ي�� DDDDس ن�� ـDDDDن� Ibnu Hibban ,(bahaya tidak ada padanya) ل�menyebutkan namanya pada kitabnya At-Tsiqat danberkomentar bahwa dia termasuk dari orang-orang yangteliti. 101 Dalam hal ini terdapat kaidah bahwa jikaseorang rawi diperselisihkan dalam hal kedla’ifan atauketsiqatannya maka dia adalah rawi hasan. 102 Dengandemikian, penulis menyimpulkan bahwa Al-Harits bin‘Abdirrahman adalah rawi hasan.

Selanjutnya perihal ‘Ashim bin ‘Abdul ‘Aziz, Ma’n bin‘Isa mengatakan bahwa dia tsiqat dan dia menulishaditsnya serta memujinya. An-Nasa`i mengatakan bahwa diarawi وي� ف/ أل� DDDDDDس ي�� ـDDDDDDن� bukan) ل� orang yang kuat). Al-Bukharimengatakan bahwa dia ر Æظ ـه ي�% ب� 103.(ada tinjauan padanya) ف�%

Celaan Al-Bukhari bahwa seorang rawi itu ر DD Æظ ه ي�% ب� tidak ف�%menyebabkan periwayatannya ditinggalkan, hal inidisebabkan celaan tersebut hanya celaan yang ringan bukancelaan yang berat, sebagaimana dijelaskan oleh Hatim bin‘Arif Al-‘Aufi. 104 Ibnu Hajar menyatakan bahwa dia /دوق �DDهمص .(yang sangat jujur, akan tetapi ragu-ragu) ي�� 105 Rawiyang dinilai dengan هم دوق/ ي�� �DDDDص haditsnya dapat dijadikanmutabi’. 106 Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa‘Ashim bin ‘Abdul ‘Aziz adalah rawi dla’if yang haditsnyamasih dapat dijadikan sebagai mutabi’ karenakedla’ifannya bukan disebabkan oleh kebohongan ataukefasikan rawi.

101 Lihat Tahdzibut-Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 615, no.1213.

102 Lihat Qawa’idu fi ‘Ulumil Hadits susunan Dhafar Ahmad At-Tahanawi,hlm. 72.

103 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 3, hlm. 321-322, no.3562.

104 Lihat Al-Mursalul Khafi susunan Hatim bin ‘Arif Al-‘Aufi, jld. 1, hlm.440.

105 Lihat Taqribut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 457, no. 3075.106 Lihat Ilmu Mushthalahi Hadits Ath-Tathbiqi susunan Hasyisy, hlm. 216.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 43

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Adapun perihal Muhammad bin Muhammad Al-Wasithi,Muhammad bin Ahmad bin Abi Khaitsamah mengatakan bahwabeliau rawi tsiqat yang memiliki banyak hadits 107. Ad-Daraquthni mengatakan bahwa dia mudallis dan sukamencampurkan hadits. Dia mendengar dari temannya kemudianmenggugurkan dua orang rawi atau lebih; dan dia jugasering salah. Al-Khathib mengatakan bahwa tidak adacelaan yang benar terhadap Al-Baghindi (Muhammad binMuhammad Al-Wasithi) kecuali celaan bahwa dia berbuattadlis, dan semua guru-guru Al-Khathib berhujah dengannyadan memasukkannya dalam kitab yang shahih. 108 Ibnu Hajarmenyebutkannya dalam peringkat mudallis ketiga. 109 Rawiyang tergolong dalam peringkat mudallis ketigaperiwayatannya tidak dapat diterima kecuali jika diamenjelaskan periwayatnnya dengan lafal sama’ (yaitu /معب س�dan ا ب% ËEب د DDDDخ�). 110 Dalam sanad hadits ini dia meriwayatkandengan lafal ا ب% ËEب د DDDDخ�. Dengan demikian, periwayatannya inidapat diterima.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sanad

yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi ini dla’if. Hanya saja

sanad ini masih dapat dijadikan sebagai mutabi’ karena

kedla’ifannya bukan disebabkan oleh kebohongan atau

kefasikan rawi.

Adapun sanad yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi berikut

urutan sanadnya:

1) Abu Ahmad (Ibnu ‘Adi) 111

107 Lihat Siyarul A’lamin Nubala` susunan Adz-dzahabi, jld. 11, hlm. 381-382, no. 2736.

108 Lihat Siyarul A’lamin Nubala` susunan Adz-dzahabi, jld. 11, hlm. 382,no. 2736.

109 Lihat Al-Mu’jamul Mudallisin susunan Muhammad bin Thal’at, hlm. 403,no. 143.

110 Lihat Al-Mu’jamul Mudallisin susunan Muhammad bin Thal’at, hlm. 42.111 Lihat Tadzkiratul Huffadz susunan Adz-Dzahabi, jld. 3, hlm. 940-942,

no. 893.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 44

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

2) Muhammad bin Hafsh

3) Qutaibah 112

4) Ibnu Lahi’ah

5) Amr bin Syu’aib

6) Bapaknya

7) Kakeknya

Rawi-rawi sanad hadits ‘Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash

ini adalah rawi-rawi diterima kecuali Muhammad bin Hafsh

dan Ibnu Lahi’ah.

Perihal Muhmmad bin Hafsh, Ad-Daruquthni mengatakanbahwa dia %ف عي� 113 .(lemah) ص�%

Dalam ilmu Mushthalah Hadits, disebutkan bahwa celaan%ف عي� %�DDDص (lemah) termasuk lafal jarh tingkatan kedua. Rawiyang dicela dengan lafal ini haditsnya tidak dapatditerima, namun haditsnya masih ditulis dan dapatdilakukan i’tibar 114 pada haditsnya. 115

Adapun perihal Ibnu Lahi’ah, Al-Hakim mengatakan

bahwa riwayat Ibnu Lahi’ah ini dimuat oleh Muslim dalam

kitab Shahihnya sebagai syahid untuk riwayat lain. 116

Ibnu Khirasy mengatakan bahwa Ibnu Lahi’ah mencatat

hadits-hadits kemudian kitabnya terbakar, dan setelah itu

Ibnu Lahi’ah menerima apapun yang dinyatakan sebagai

haditsnya sekalipun itu maudlu’. Menurut Al-Khathib,

112 Lihat Tahdzibut-Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 5, hlm. 332-334, no.6506.

113 Lihat Mizanul I’tidal susunan Adz-Dzahabi, jld. 3, 526, no. 7436.114 I’tibar adalah pemeriksaan sanad suatu hadits yang diduga fard (hanya

mempunyai satu sanad) pada kitab-kitab jami’, musnad, dan juz’, agardiketahui apakah hadits tersebut mempunyai mutabi’ atau tidak (lihatQawai’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 129).

115 Lihat Ushulut Takhrij susunan Ath-Thahhan, hlm. 145-146.116 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 3, hlm. 624, no.

4134.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 45

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

karena sikap Ibnu Lahi’ah yang menggampangkan inilah

banyak didapati hadits-hadits munkar 117 dalam

periwayatannya. Al-Hakim menerangkan bahwa Ibnu Lahi’ah

tidak bermaksud berdusta, hanya saja dia meriwayatkan

hadits berdasarkan hafalannya setelah kitab-kitabnya

terbakar, sehingga dia berbuat salah. 118 Ahmad bin Hanbal

menyatakan bahwa hadits Ibnu Lahi’ah tidak dapat

dijadikan sebagai hujah, namun haditsnya masih ditulis

untuk i’tibar karena masih dapat menguatkan sanad

lainnya. 119 Ad-Dzahabi menyimpulkan bahwa Ibnu Lahi’ah

adalah rawi yang hanya dapat dijadikan sebagai mutabi’. 120

Berdasarkan pernyataan para ulama di atas, penulis

menyimpulkan bahwa Ibnu Lahi’ah adalah rawi dla’if yang

masih ditulis hadits-haditsnya sebagai mutabi’.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sanadyang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi ini dla’if. Hanya sajasanad ini masih dapat dijadikan sebagai mutabi’ karenakedla’ifannya bukan disebabkan oleh kebohongan ataukefasikan rawi.

3.Atsar ‘Umar bin Al-Khaththab Radliyallahu ‘anhu tentang

Pembelian Sebuah Rumah Tahanan oleh Nafi’ bin ‘Abdil

Harits Radliyallahu ‘anhu (hlm. 8-9)

117 Munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dla’if yangmenyelisihi riwayat rawi tsiqat (Lihat Taisiru Mushthalahil Haditssusunan Ath-Thahhan, hlm. 80).

118 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 3, hlm. 624, no.4134.

119 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 3, hlm. 622, no.4134.

120 Lihat Tadzkiratul Huffadz susunan Adz-Dzahabi, jld. 1, hlm. 239, no.224.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 46

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

Atsar ini diriwayatkan oleh ‘Abdur Razzaq, Ibnu Abi

Syaibah, dan

Al-Baihaqi dengan sanad sebagai berikut:

Al-BaihaqiAbu Bakr bin Al-

HaritsMuhammad bin Hayyan

‘Abdullah binBundar

Muhammad bin Al-Mughirah

‘Abdur Razzaq Ibnu AbiSyaibah

Nu’man bin‘Abdussalam

Ats-Tsauri Ibnu ‘UyainahBapaknya (Sa’id bin

Masruq)‘Amr bin Dinar

‘Abdurrahman bin FarukhNafi’ bin ‘Abdil Harits

Sanad ‘Abdurrazzaq di atas munqathi’, karena Sa’id

bin Masruq rawi thabaqah keenam 121 yang tidak pernah

bertemu dengan shahabat 122 meriwayatkan langsung dari

shahabat, yakni Nafi' bin Abdil Harits 123.

Adapun sanad Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi, ada

rawi bernama ‘Abdurrahman bin Farrukh.

Al-Hakim mengatakan bahwa tidak ada rawi yang

meriwayatkan hadits dari ‘Abdurrahman bin Farrukh kecuali

‘Amr bin Dinar. 124

Dalam kitab Taisiru Mushthalahil Hadits disebutkan

bahwa jika ada seorang rawi yang disebutkan namanya, dan

hanya ada seorang rawi saja yang meriwayatkan darinya,

121 Lihat Taqribut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 1, hlm. 364, no. 2400.122 Lihat Taqribut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 1, hlm.25.123 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 6, hlm. 516, no.

8327.124 Lihat Lisanul Mizan susunan Ibnu Hajar, jld. 7, hlm. 283, no. 3785.

Hukum Jual Beli Menggunakan Uang Muka yang Disyaratkan akan Diambil Ahmad Musthofa26006 47

Penjual ketika Jual Beli Dibatalkan

maka dia adalah rawi majhul ‘ain. Riwayat rawi majhul ‘ain

tidak dapat diterima kecuali jika dia ditsiqatkan. 125

Selama penelitian, penulis tidak mendapati ulama yang

mentsiqatkan ‘Abdurrahman bin Farukh kecuali Ibnu Hibban

yang hanya memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqat 126.

Berkaitan dengan pentsiqatan Ibnu Hibban di atas, Al-

Kattani menjelaskan bahwa pentsiqatan Ibnu Hibban terhadap

seorang rawi dengan hanya menyebut rawi tersebut dalam

kitab Ats-Tsiqat itu termasuk pentsiqatan yang paling

rendah derajatnya, karena menurut Ibnu Hibban, seorang

rawi itu tergolong rawi tsiqat jika tidak ada ulama yang

menyebutkan celanya. Cara ini menyelisihi mayoritas ulama.127

Dengan demikian, penyebutan ‘Abdurrahman bin Farrukh

dalam kitab Ats-Tsiqat oleh Ibnu Hibban tidak dapat

menghilangkan jahalahnya.

Walhasil, sanad atsar ‘Umar bin Al-Khattab

radliyallahu ‘anhu di atas dla’if.

125 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 99.126 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 4, hlm. 113-114, no.

4652. 127 Lihat Ushulut Takhrij susunan Ath-Thahhan, hlm. 174.