Tesis Manajemen Estate
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Tesis Manajemen Estate
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perumahan adalah kegiatan yang terkait dengan
aspek yang cukup luas dan mencakup berbagai bidang, sehingga
pengembang didalam mengelola perumahan harus mengikuti kajian
Manajemen Pengelolaan Kawasan atau Estate Management. Untuk itu
diperlukan kemampuan untuk melihat dan mengantisipasi timbulnya
perkembangan dan perubahan terutama dalam hal pemenuhan
pelayanan serta fasilitas pendukung pengembangan kawasan
perumahan.
Di sebagian besar pengembang, tugas pokok Manajemen Estat
pada dasarnya berkutat mengurusi masalah-masalah utama seperti
keamanan, kebersihan, dan penataan lingkungan. Manajemen Estat
pada dasarnya adalah pengelolaan suatu kawasan perumahan atau
estat yang mencakup ketersediaan berbagai fasilitas dan layanan
meliputi fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti lapangan
olahraga, sekolah, dan tempat ibadah. Lebih jauh lagi, hal yang
menjadi kewenangan manajemen estat adalah ketersediaan
fasilitas keamanan, kebersihan, dan sampah, pengendalian banjir
dan kebakaran, infrastruktur, air minum dan lainnya untuk
kepentingan penghuninya.
1
Dalam membangun kepercayaan dan nama baik Pengembang
perumahan, di depan lokasi perumahan biasanya dibangun gerbang
Utama yang megah sebagai Ciri khas Suatu Perumahan dan
sekaligus sebagai daya tarik pembeli. Pemebagunan Gerbang utama
tersebut mendapat perhatian serius dari para Pengembang
perumahan karena merupakan suatu bentuk dari manajemen estate yang
berhubungan dengan security atau keamanan, menjadi symbol
keindahan yang mencerminkan kualitas perumahan yangada di
dalamnya, juga menyampaikan pesan lematis terhadap konsep
perumahan itu sendiri (“Hidup Nyaman,” December 4, 2005).
Pengembang perumahan yang menciptakan suatu hunian dengan
harga terjangkau dan kualitas yang lebih, maka akan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan perumahan lain. Itulah sebabnya,
Estate Management yang sudah dimulai dan dikerjakan oleh
Pengembang perumahan suatu perumahan, nantinya akan ditawarkan
kepada warga perumahan apakah bersedia meneruskan
pengelolaannya atau masih tetap ingin mempercayakan kepada
pihak Pengembang perumahan. Di berbagai kota, tidak sedikit
pengelolaan tidak ditangani oleh estate management melainkan oleh
warga perumahan sendiri, di mana ketua RW (Rukun Warga) sebagai
koordinator puncak dan masing-masing Ketua RT (Rukun Tetangga)
sebagai koordinator tingkat bawah. Segala pembiayaan untuk
mendukung operasional pengelolaan lingkungan dipikul seluruh
warga perumahan. Dalam hal ini Pengembang perumahan tidak
bertanggung jawab sedikitpun atas berhasil atau tidaknya
pengelolaan lingkungan perumahan tersebut. Sebaliknya, warga
perumahan saling bahu membahu mensukseskan pengelollan
lingkungan secra mandiri,
2
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa perumahan
yang pengelolaan lingkungannya ditangani oleh estate mangement
dari Pengembang perumahan yang bersangkutan memiliki tingkatan
keamanan yang dapat diandalkan dari pada yang ditangani oleh
warga sendiri. Demikian halnya dengan perawatan dan kebersihan
jalan, penerangan, dan pengadan fasilitas umum dan fasilitas
sosial. Warga perumahan merasa aman, nyaman, dan tidak perlu
kuatir akan keselamatannya. Sebaliknya, di perumahan yang
pengelolaan lingkungannya ditangani oleh warga sendiri, warga
cenderung merasa tidak aman, tidak nyaman, kondisi jalan tidak
bersih, penerangan dan jalan-jalan tidak terawat, papan nama
jalan-jalan usang bahkan tidak sedikit yang tidak dapat dibaca.
Realitas tersebut menunjukkan nilai (value) perumahan antara yang
ada estate management dan tidak ada estate management, maka berikut
ini diadakan penelitian dengan judul,”Analisa Perbandingan Estate
Management terhadap nilai (value) perumahan di Balikpapan.”
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perbedaan nilai
(value) perumahaan?
2. Apakah ada perbedaan signifikan nilai (value) perumahan
estate management dengan yang tidak ada estate management?
1.3. Tujuan Penelitian
3
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang akan dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan nilai (value) perumahan
2. Mengetahui perbedaan signifikan nilai (value) perumahan
estate management dengan tidak ada estate management.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung berkembangnya dunia
ilmu pengetahuan dewasa ini, khusunya manajemen real estate dan
property untuk topik dan nilai (value) perumahan, sehingga
nantinya dapat dijadikan acauan bagi para peneliti lain yang
akan mengembangkan hasil penelitian ini di waktu-waktu yang
akan datang.
2. Manfaat Bagi Pimpinan Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai alternatif untuk
meningkatkan nilai
3. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagi bentuk nyata dalam mengaplikasikan
teori manajamen real estate dan property yang diperoleh di bangku
kuliah pada dunia usaha dan melatih diri untuk menganalisis
serta memecahkan masalah real estate dan property
4. Manfaat bagi Institut Teknologi Nasional Malang
4
Penelitian ini sebgai wujud nyata memberikan sumbangan
literatur di perpustakaan, baik dalam bentuk hard copy dan soft
copy, sehingga dapat dibaca atau diacu oleh para mahasiswa lain
yang hendak mengadakan penelitian dan mengembangkan topik
serupa pada waktu yang akan datang.
1.5. Batasan MasalahGuna tercapainya tujuan dari penelitian perlu dilakukan
batasan-batasan atau lingkup pembahasan,sebagai berikut :
1. Obyek penelitian kawasan estate managemen yaitu perumahan
Citra Bukit Indah Balikpapan, Balikpapan Regency, dan
Sepinggan Pratama kota Balikpapan.
2. Obyek penelitian non estate managemen yaitu perumahan Batu
Ampar Lestari, Kota Citra Graha dan Wahana Asri kota
Balikpapan.
3. Dasar analisa Penilaian serta hasil penelitian terbatas
pada kondisi properti pada saat survai lapangan.
4. Data pendukung yang digunakan pada penelitian didapatkan
dari instansi terkait serta nara sumber yang berkecimpung
dalam lingkungan kegiatan penilaian serta pengembangan
properti.
5. Dasar analisa penilaian berpedoman pada standar penilaian
dan analisa yang berlaku di Indonesia.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Kasus Sebelumnya2.1.1. Imago Liliana (2001)
Perkembangan manajemen properti di Indonesia membawa
perubahan dalam sistem pengelolaan gedung. Kemungkinan
penerapan fungsi manajemen properti sangat luas bahkan tidak
terbatas pada saat suatu properti telah ada secara fisik.
Rencana pembangunan Student Center Universitas Kristen Petra
memberikan dorongan kepada penulis untuk membuat suatu
kernungkinan penerapan manajemen properti. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan keadaan manajemen properti yang
sudah ada dan meneliti alternatif yang lebih baik dalam
penerapan fungsi manajemen properti di Universitas Kristen
Petra, khususnya yang dapat diterapkan pada pengelolaan Student
Center nantinya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi
6
kasus dengan studi pembanding dan studi literatur sebagai
pendukungnya. Hasil akhir penelitian berupa beberapa usulan
yang dapat digunakan dalam pengelolaan manajemen properti
nantinya. Usulan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan
yang timbul pada pengelolaan properti di Universitas Kristen
Petra saat ini. Usulan hasil tesis dibuat berdasarkan masukan
dari properti pembanding dan literatur.
2.1.2. Erik Sianto ( 2003)
Manajemen property pada perumahan sering disebut “ Estate
Management ”, fungsinya tidak hanya sebatas pengelolaan fisik
lingkungan tetapi juga mengelola lingkungan secara psikologis,
seperti rasa aman, nyaman, dan ketertiban. Pengelolaan secara
psikologis meliputi keamanan lingkungan, penerangan di dalam
lingkungan, dan tersedianya fasilitas di kompleks perumahan,
baik fasilitas social maupun fasilitas umum. Pengembang yang
mengembangkan estate management, pada akhirnya akan membuat suatu
keputusan apakah estate management tersebut akan diserahkan
pada warga di perumahan untuk mengendalikannya lebih lanjut
atau tetap dikelola sendiri oleh manajemen property. Keberadaan
estate management itu penting, karena dapat berdampak pada nilai
(value) perumahan itu sendiri. Nilai (value) perumahan dapat
terjadi karena penilaian konsumen dan masyarakat sehubungan
dengan kinerja, konsistensi dan lingkungan perumahan tersebut
yang diciptakan oleh pihak pengembang maupun oleh warga pada
perumahan tersebut sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan nilai (value) perumahan yang ada estate
management dengan yang tidak ada estate management, dengan
7
mendasarkan pada variable keamanan, kebersihan, jalan,
penerangan, dan fasilitas.
Jenis penelitian yang dilakukan dalah hypothesis teting. Sampel
penelitian adalah perumahan-perumahan yang ada di Balikpapan
Timur, baik yang da estate management maupun tidak ada estate
management. Data yang digunakan adalah data primer, yang
diperoleh dari jawaban responden atas kuesioner yang diedarkan,
yaitu warga yang berdomisili di kompleks perumahan dan mudah
dijumpai. Model analisis menggunakan analisis diskriminan, di
mana data terlebih dahulu harus diuji kelayakannya dengan uji
asumsi analisis diskriminan.
Hasil penelitian atas menunjukkan bahwa nilai perumahan
yang ada estate management terbukti berbeda secara signifikan, di
mana variable yang benar-benar mampu membedakan nilai kedua
perumahan tersebut adalah keamanan perumahan. Itulah sebabnya,
perumahan-perumahan yang ada estate management dan yang tidak ada
estate management hendaknya memberikan perhatian utama pada factor
keamanan, di samping factor kebersihan, jalan, penerangan, dan
fasilitas.
2.1.3. Patricia Harmi Kartika ( 2006 )
Pada pengembangan rumah sederhana ada beberapa factor yang
harus diperhatikan diantaranya lokasi yang strategis, harga
yang terjangkau, dan sarana prasarana yang memadai. Saat ini
penghuni perumahan mulai peka akan kualitas dan kepuasan
terhadap produk perumahan. Berangkat dari permaslahan di atas
peneliti berusaha mengetahui lebih jauh mengenai salah satu
factor yaitu sarana dan prasarana. Dipilihnya factor sarana dan
8
prasarana pada Perumahan Permata ALam Permai (PAP), Sidoarjo
karena dari penelitian sebelumnya Perumahan PAP mempunyai rata-
rata kepuasan terkecil pada factor sarana dan prasarana.
Permasalahan yang diangkat pada tugas akhir ini adalah
menentukan atribut sarana dan prasarana apa saja yang di
prioritaskan dan di pentingkan oleh konsumen dan bagaimana
kepuan konsumen terhadap sarana dan prasarana yang ada apada
Perumahan PAP. Permaslahan ini akan diselesaikan dengan metode
Quality Function Deployment (QFD) dengan merancang House of
Quality.
Dari hasil analisa data yang dilakukan, didapatkan bahwa
semua atribut-atribut sarana dan prasaran yang ada belum dapat
memuaskan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari nilai Gap yang
menunjukkan kesenjangan antara atribut kepuasan yang dirasakan
dengan atribut kepuasan yang diharapkan, sehingga berharga
negative. Atribut yang diprioritaskan dan dipentingkan oleh
konsumen terhadap kualitas sarana dan prasarana Perumahan Alam
Permai (PAP) menurut 10 peringkat utama nilai Raw Weight adalah
tersedianya air bersih, tersedianya septic tank, penerangan
lampu jalan utama, aliran air selokan depan rumah di musim
hujan, listrik sudah terpasang saat realisasi, lebar jalan
perumahan, kebersihan selokan utama, pelayanan petugas
keamanan, aliran air selokan di musim hujan, pos jaga untuk
petugas keamanan.
2.1.4. Rahmawati,Aliya (2007)
Manajemen properti adalah suatu upaya untuk menangani dan
mengatur properti secara tepat dengan maksud bahwa semua
tindakan yang dilakukan adalah untuk memelihara kondisi 9
properti sesuai dengan spesifikasi semula, sehingga properti
tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu,
efisiensi pemakaian ruangan merupakan tujuan utama pada
manajemen properti perguruan tinggi. Sampai saat ini, menjelang
berlakunya otonomi kampus pengelolaan pemakaian ruang kuliah di
ITS dilakukan sendiri-sendiri oleh setiap jurusan. Jurusan
seolah-olah berkuasa penuh atas pemakaian ruang kuliah. Biro
Administrasi dan Akademik Kemahasiswaan (BAAK) hanya sebagai
fungsi administrasi dari pemakaian ruang kuliah tersebut. Hal
ini menyulitkan dalam evaluasi efisiensi pemakaiannya.
Penelitian ini membahas tentang pengaturan pemakaian ruang
kuliah dan organisasi pengelolaan pemeliharaan di ITS dari data
pemakaian ruang kuliah selama satu tahun. Kemudian data
tersebut disimulasi sampai mendapatkan kemungkinan pemakaian
ruang kuliah yang efisien, yaitu dengan utility ruang kuliah
yang optimal (> 75%). Pembahasan selain dilakukan menurut
kajian pustaka yang ada, juga berdasarkan hasil observasi ke
perguruan tinggi lain yang telah otonomi. Akhirnya, dari hasil
analisa data dan pembahasan, penelitian ini dapat menghasilkan
peningkatan utility ruang kuliah rata-rata ITS sebesar 20.11%.
Dari efisiensi ruang kuliah dapat diketahui bahwa masih banyak
ruang kuliah yang belum optimal pemakaiannya, dan dimungkinkan
pemakaian bersama ruang kuliah di ITS. Sehingga seluruh ruang
kuliah dapat digunakan oleh semua jurusan di ITS. Untuk itu
dihasilkan suatu Sistem Manajemen Properti untuk mengelola
pemakaian ruang kuliah tersebut dan mengelola serta
mengembangkan seluruh aset ITS.
10
2.2. Konsep Hunian PerumahanSuatu perumahan harus memiliki konsep hunian antara lain :
1. Fasilitas Infrastrukur yang baik untuk ukuran
perumahan kelas menengah.
2. Failitas Umum dan fasilitas sosial yang lengkap.
3. Perawatan lingkungan yang terencana dengan konsep
lingkungan yang terintegrasi antara tempat tinggal.
4. Lingkungan yang nyaman serta kelengkapan fasilitas
hidup.
5. Sistem keamanan dan pemubuangan sampah yang
terorganisasi dengan baik.
6. Aturan pembuangan atau renovasi dan pengalihan fungsi
rumah yang dikelola dengan baik.
Berdasarkan konsep hunian tersebut, maka Pengembang
perumahan memandang perlu membentuk suatu wadah yang dinamakan
“ Esteta manajementt” untuk mengelola konsep-konsep hunian
tersebut dengan baik. “ estate management” fungsinya tidak hanya
sebatas pengelolaan fisik lingkungan, tetapi juga mengelola
lingkungn secara psikologis, seperti rasa aman, nyaman,
keindahan, dan ketertiban” (Wiyono, 1996, p48). Estate Management
harus tetap bekerja dan tidak boleh berkesan lepas tanggung
jawab. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh rumah beserta
fasilitas umum dan fasilitas sosial (jalan, trotoar saluran,
taman, rumah ibadah, sekolah, sampai sitem keamanan dan
pembuangan sampah) berfungsi dengan semestinya dan juga tetap
menjaga atau mempertahankan citra ekskutif perumahan tersebut
di mata konsumen.
11
Estate Management yang memilikui kinerja yang baik atas
pengelolla lingkungan fisik dan lingkungan psikologis akan
dapat melahirkan persepsi positif dari masyarakat atau warga.
Menurut Kotler (1997, p.185), “persepsi adalah proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi atau stimulti untuk menciptakan
gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi yang positif dari
masyarakat pada akhirnya dapat melahirkan nilai (value) tersendiri
bagi perumahan. Masyarakat atau warga memandang bahwa perubahan
yang memiliki estate mangement yang bagus berarti perumahan
tersebut bagus atau bernilai, jadi, Nilai (value) suatu perumahan
dapat terbentuk karena persepsi masyarakat atas keberhasilan
Pengembang perumahan mengembangkan kinerja estate management. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa suatu perumahan yang
dipersepsikan baik oleh masyarakat akan mempunyai nilai atau
citra yang baik, yang pada gilirannya nantinya akan dapat
mempengaruhi harga jual produk perumahan.
2.3. Pengertian Real EstatePengertian Real Estate Ada beberapa pengertian dari real
estate, di antaranya adalah :
1. Maksudnya, real estate dapat berbentuk fisik tanah seperti
struktur dan pengembangan lainnya yang melekat secara permanen
(Wurtzebach, 1991, p.7).
2. Maksudnya, real estate adalah tanah dan seluruh pengembangan
di atasnya maupun pada tanah tersebut. Dimana pengembangan
diatasnya dapat berupa gedung, sedangkan pengembangan pada
12
tanah tersebut dapat berupa pembangunan jalan, tanah terbuka
(misalnya pembukaan hutan) dan selokan. Dengan demikian, real
estate dapat diartikan sebagai tanah dan semua pengembangan
terhadap tanah tersebut, baik yang ada di atas maupun pada
tanah tersebut. (Tosh, 1992, p.388).
3. Dalam Asosiasi Ikatan Real Estate, dijelaskan arti Real
Estate yaitu yaitu tanah fisik dan segala sesuatu yang melekat
di atas tanah. Structures real estate bersifat tidak bergerak
dan berwujud. Pengertian hukum (Amerika) Real Estate adalah
semua benda yang termasuk di dalam dan di atas tanah yang
merupakan bagian alam dari tanah (misal: pohon dan mineral) dan
juga semua benda yang dibuat dan dibangun oleh manusia (misal:
bangunan, sumur dan jaringan pipa air bersih) dan sesuai pula
dengan pengertian “inaedificatu solo, solo credit” yang berarti
apa yang melekat pada tanah, termasuk bagian dari tanah
(Hidayati & Harjanto, 2003, p.8). Definisi dari sumber lain,
Maksudnya, real estate terdiri dari tanah ditambah apa saja
yang tumbuh di atas tanah, ditambah dengan segala sesuatu yang
secara permanen di atasnya (misalnya bangunan). (Wurtzebach,
1991, p.90). Real estate juga dapat berupa ruangan yang berada
di atas dan di bawah permukaan bumi.
2.4. Pengertian Real Property Beberapa pengertian dari real property, di antaranya adalah:
1. Pengertian real property (harta tak bergerak) pada umumnya
adalah tanah termasuk barang-barang yang karena alam tumbuh di
atasnya dan karena perbaikan-perbaikan pada tanah itu, termasuk
13
bangunan-bangunan dari semua jenis dan semua yang tetap atau
tak terpisahkan terletak pada bangunan- bangunan itu
(Abdurrachman, 1991).
2. Definisi real property menurut Kyle (2005, p.4), suatu tanah
atau lahan yang secara fisik ada, beserta semua benda yang
secara alami melekat pada tahun itu, termasuk juga semua benda
yang secara sengaja diletakkan manusia di atas atau di
bawahnya.
3. Real property dapat diartikan sebagai kumpulan atas berbagai
macam hak dan interest yang ada dikarenakan kepemilikan atas
satuan real estate. Hak tersebut terdiri dari hak untuk
menggunakan real estate tersebut, menyewakannya, memberikan
kepada orang lain, atau tidak sama sekali (Hidayati & Harjanto,
2003). Kedua istilah, real estate dan real property, berbeda
dalam arti penerapannya, tergantung referensi, mana yang akan
digunakan, Australia atau Amerika. Sedangkan di Indonesia,
lebih mengacu ke Amerika, menggunakan istilah Real Estate untuk
bentuk fisik dari tanah beserta pengolahan dan pembangunannya
dan Real Property menunjuk pada kumpulan hak (bundle of rights)
untuk menggunakan, menyewa, memindahkan, dan sebagainya dari
tanah beserta pengolahan dan pembangunannya Kemudian istilah
Real Property di Indonesia mengalami perubahan menjadi Properti
(Hidayati & Harjanto, 2003).
2.5. Klasifikasi Real Property Real properti dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1.
Residential Property (Properti Rumah Tangga) Properti rumah
tinggal selain termasuk kediaman milik pribadi juga perumahan 14
pemerintah dan institusional yang berguna untuk memuaskan
kebutuhan pokok dari masyarakat sebagai tempat berlindung.
Residential real estate merupakan sumber terbesar akan
permintaan keterlibatan atau layanan dari manajer property yang
profesional. Berikut ini adalah badan pembagian residential
real estate secara lengkap.
Gambar 3.1. Kategori residensial real estate
Properti rumah tinggal ini dibagi menjadi:
a. Single-Family Homes
Dapat berupa:
15
1) Freestanding Homes (Rumah Satuan) Bentuknya seperti
perumahan yang ada di Balikpapan saat ini. Jenis properti
rumah tinggal ini paling banyak diminati karena rumah ini
ditempati sendiri oleh pemiliknya, sehingga manajer properti
kurang berperan.
2) Town Homes
Bentuknya seperti apartemen Dibagi menjadi:
a) Cluster Homes.
b) Row Homes.
b. Multi-Family Residence Dapat berupa:
1) Apartments.
2) Condominiums.
3) Cooperatives.
4) Planned unit developments.
2. Commercial Properly (Properti Komersial)
Merupakan income-producing properties yaitu properti yang
dapat menghasilkan keuntungan. Properti komersial ini
terbagi menjadi:
a. Office Property (properti perkantoran).
b. Retail Property (property retail)
3. Industrial Property (Properti Industri)
Properti industri meliputi tanah dan fasilitas yang
digunakan untuk industri berat
dan ringan, untuk penyimpanan dan distribusi barang.
Properti industri dibagi menjadi: 16
a. Industri berat dan industri ringan.
b. Industrial park (kawasan industri).
4. Special Purpose Property (Properti dengan Kegunaan
Khusus).
2.6. Properti Rumah Tinggal
Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada properti rumah
tinggal (residential properly). Berikut ini adalah bagan
mengenai pembagian residential real estate yang berkaitan
dengan peranan estate management dan manajemen properti:
Gambar 3.2. Residensial real estateBerdasarkan bagan di alas, dapat dilihat pembagian peranan
antara estate management untuk single family homes yang
meliputi town house dan free standing homes dan manajemen
properti untuk multi family homes yang meliputi apartments,
condominiums, dan cooperatives.
2.6.1. Pengertian PerumahanFreestanding homes (rumah satuan) adalah single family
homes yang paling
17
banyak di Balikpapan dan biasanya terdapat dalam suatu kawasan
perumahan.
Beberapa pengertian perumahan, di antaranya yaitu:
1. Berdasarkan Undang - Undang No 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman, “Perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.”
2. Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota
(Departemen Pekerjaan Umum, 1987), “Lingkungan perumahan adalah
sekelompok rumah dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya.”
3. Perumahan adalah salah satu sarana human yang erat kaitannya
dengan tata cara kehidupan masyarakat Dengan demikian, kawasan
perumahan merupakan suatu lingkungan hunian yang bebas dari
gangguan-gangguan, seperti gangguan suara, kotoran udara, bau
dan lain-lain, dan harus aman serta nyaman. Oleh karena itu,
dalam kawasan perumahan harus disediakan sarana lain seperti
taman serta fasilitas umum dan fasilitas social lainnya.
2.6.2. Pembagian Perumahan Perumahan terbagi menjadi perumahan kelas atas, kelas
menengah, dan kelas bawah. Pengelompokan tersebut berdasarkan
“Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 648-384 Tahun 1992, No.
739/KPTS/1992, No. 09/KPTS/tentang Pedoman Pembangunan
Perumahan dan Pemukiman dengan Lingkungan Berimbang,” maka
kriteria yang ditetapkan adalah:
1. Kapling rumah mewah dengan luas tanah antara 600 - 2000 m2
dan/atau biaya pembangunan per m2 di atas harga satuan per m2
18
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas A
yang berlaku.
2. Kapling rumah menengah dengan luas tanah antara 200 - 600 m2
dan/atau biaya pembangunan per m2 di atas harga satuan per m2
tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C
sampai kelas A yang berlaku.
3. Kapling rumah sederhana dengan luas antara 54 - 200 m2 dan
biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan
dinas pemerintah kelas C yang berlaku. Dalam membangun
perumahan ada konsep lain yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Pembangunan tipe rumah menengah sebanyak 900 unit atau lebih
misalnya, pada setiap lokasi diwajibkan membangun 2 (dua) tipe
rumah sederhana untuk setiap 1 (satu) tipe rumah menengah yang
dapat dibangun di lokasi lain.
b. Pembangunan tipe rumah mewah lebih dari 100 unit atau lebih
pada satu lokasi diharuskan membangun 6 (enam) unit tipe rumah
sederhana untuk setiap 1 (satu) rumah mewah dan dianjurkan
membangun 3 (tiga) tipe rumah menengah yang dapat dibangun di
lokasi lain.
c. Persyaratan Dasar Sesuai dengan “Petunjuk Perencanaan
Kawasan Perumahan Kota” (Departemen Pekerjaan Umum, 1987, p.
34), kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1) Aksesibilitas Yaitu kemungkinan pencapaian dan ke kawasan.
Dalam kenyataannya, aksesibilitas ini berwujud jalan dan
transportasi.
2) Kompatibilitas
Yaitu keseharian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi
lingkungannya. 19
3) Fleksibelita Yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran
kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan
keterpaduan prasarana.
4) Ekologi
Yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang
mewadahinya. Persyaratan-persyaratan di atas berkaitan erat
dengan tujuan pembangunan perumahan, yaitu agar setiap orang
dapat menempati perumahan yang sehat, untuk mendukung
kelangsungan dan peningkatan kesejahteraan sosialnya.
2.7. Pengembang Perumahan 2.7.1. Pengertian Pengembang/Pengembang perumahan
Pengembang adalah seseorang atau sebuah tim yang memiliki
keahlian dalam hal pembangunan, yang meliputi segi arsitektur,
teknis, konstruksi, keuangan, pemasaran, dan manajemen
properti.
2.7.2. Tipe-tipe Pengembang/Pengembang perumahanMenurut Zuckerman, Howard A. dan George D. Blevins
(1991), Pengembang perumahan dibagi menjadi beberapa tipe
berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Land Pengembang perumahan
Adalah Pengembang perumahan (pengembang) yang mengembangkan
sebidang lahan kemudian membaginya menjadi beberapa daerah dan
20
mendirikan infrastruktur yang diperlukan kemudian menjualnya
kepada Pengembang perumahan lain atau pengguna akhir.
2. Speculative Pengembang perumahans (membangun untuk pribadi)
Adalah Pengembang perumahan atau pengembang yang membangun
untuk dirinya pribadi dan mencari keuntungan, baik berupa
kenaikan equity jangka panjang maupun penghargaan atas properti
tersebut. Biasanya, properti yang dibangun di desain dengan
biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah.
3. Merchant Builders
Adalah orang yang membangun sebuah properti untuk dengan segera
dijual kembali sebelum memulai konstruksi, selama masa
konstruksi atau segera setelah konstruksi.
4. Fee Pengembang perumahan
Adalah Pengembang perumahan yang dikontrak oleh pemilik untuk
membangun sebuah properti dengan bayaran tertentu. Pengembang
perumahan juga menyewakan dan mengatur properti tersebut dengan
biaya tambahan.
5. Renovators and Converters
Merupakan Pengembang perumahan yang memberi sebuah properti dan
memperbaiki nilainya melalui kreativitas dan kerja keras dengan
syarat kondisi pasar baik atau ada kesempatan.
Berdasarkan tipe pengembang di atas, sebagian pengembang yang
ada di Indonesia saat ini merupakan campuran dari tipe land
Pengembang perumahan, speculative Pengembang perumahan, dan fee
Pengembang perumahan. Di mana pengembang di Indonesia pada
umumnya bertindak selaku pihak yang membebaskan dan
mengembangkan (membangun) suatu lahan menjadi suatu kawasan
perumahan, menjualnya kepada konsumen atau pengguna akhir
21
mencari keuntungan pribadi, serta mengelola kawasan perumahan
tersebut.
2.7.3. Kewajiban Pengembang/Pengembang perumahanPengembang sebagai pihak yang membangun suatu kawasan
perumahan, selain mempunyai kesempatan memperoleh keuntungan
juga memiliki tanggung jawab terhadap kawasan perumahan yang
dibangunnya. Beberapa kewajiban pengembang di antaranya adalah:
1. Pengembang wajib menyediakan tanah untuk keperluan fasilitas
sosial, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 3 Tahun 1987 Pasal l3 angka huruf 1 b, di mana luas
lahan minimum yang telah ditetapkan sebagai prasarana
lingkungan dan lahan utilitas umum dan fasilitas sosial adalah
sebesar 40% dari luas lahan total yang dibangun/dikelola.
Ketentuan ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No. 20/KPTS/86 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan
Sederhana Tidak Bersusun.
2. Pengembang wajib membangun dan memelihara selama waktu yang
ditentukan
prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial
yang diperlukan oleh masyarakat dan sebagainya, sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 angka 1 dan
angka 6 huruf c dan d. Maksudnya, pengembang wajib membangun
prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial,
dan memeliharanya selama suatu kawasan perumahan belum
sepenuhnya selesai.
3. Pengembang yang telah menyelesaikan pembangunan suatu
kawasan perumahan mempunyai kewajiban untuk menyerahkan
22
prasarana lingkungan kawasan tersebut kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota setempat. Ini berdasarkan pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 1 Tahun 1978 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada
Pemerintah Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Pemberian Hak Atas Tanah
untuk Keperluan Perusahaan Pembangunan Perumahan. Adapun
penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas
sosial dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Perumahan Kepada Pemerintah Daerah, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk prasarana lingkungan, tanah dan bangunan telah selesai
dibangun dan dipelihara.
b. Untuk utilitas umum, tanah dan bangunan telah selesai
dibangun dan dipelihara.
c. Untuk fasilitas sosial, tanah telah siap untuk dibangun.
Walaupun demikian, pada kenyataannya banyak pengembang yang
belum melakukan penyerahan prasarana lingkungan perumahannya
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.
2.8. Manajemen Properti2.8.1. Pengertian Manajemen Properti
Manajemen properti adalah suatu proses yang mengatur
keuangan, kondisi fisik dan dari segi administrasi pada proses
operasi suatu properti. Sedangkan Kyle, Robert C. dan Floyd M.
Bair menyatakan, “Manajemen properti sebagai sebuah cabang dan
23
profesi real estate yang memelihara atau meningkatkan nilai
dari sebuah investasi properti sambil membangkitkan atau
menambah penghasilan bagi para pemiliknya” (2005, p.1). Istilah
“Manajemen Properti’ biasanya digunakan untuk high rise
building seperti gedung perkantoran, hotel dan pusat
perbelanjaan. Sedangkan untuk residential property dipakai
istilah “Estate Management”, yang fungsinya tidak hanya sebatas
pengelolaan fisik lingkungan tetapi juga mengelola lingkungan
secara psikologis, seperti rasa aman, nyaman dan ketertiban
(Properti Indonesia, 2001). Berdasarkan pengelolaan psikologis
inilah akan membentuk suatu opini atau persepsi dari masyarakat
atau warga pada perumahan tersebut terhadap lingkungan
perumahan tersebut. Pengelolaan psikologis misalnya lingkungan
dan taman yang terawat akan ‘sedap’ dipandang sehingga
memberikan rasa nyaman bagi penghuninya.
2.8.2. Pemeliharaan yang dilakukan Manajemen
Properti Sebagai manajer properti, seseorang harus dapat
melaksanakan fungsi pemeliharaan secara efektif dan efisien
dalam tingkatan operasional perawatan yang berbeda-beda, yaitu
(Wiyono, 1996, p.62-63):
1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) Perawatan ini
ditujukan untuk mempertahankan keutuhan fisik, rencana dasar
dan menekan seminimal mungkin biaya perawatan korektif.
Melaksanakan kegiatan perawatan secara teratur dan inspeksi
secara periodik akan dapat diketahui sedini mungkin gangguan-
24
gangguan struktural, mekanikal dan elektrikal, sebelum
perbaikan besar terjadi.
2. Perawatan Rutin (Routine Maintenance)
Merupakan jenis perawatan yang paling banyak dikerjakan.
Tempat-tempat dan daerah-daerah dasar yang sering dilalui dan
digunakan, harus dibersihkan dan dikontrol setiap hari.
Beberapa kegiatan seperti membersihkan jalan umum, aman dan
fasilitas lainnya termasuk ke dalam perawatan rutin. Perawatan
ini harus dijadwalkan dan dilaksanakan secara benar dan teliti,
karena akan dapat dengan mudah menjadikan biaya perawatan yang
sangat mahal. Perawatan rutin mencakup antara lain:
a. Pembersihan (cleaning)
b. Inspeksi (inspection)
c. Penyetelan (adjustment)
d. Pelumasan (lubrication)
3. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)
Dalam perawatan ini melibatkan pelaksanaan perbaikan-perbaikan
dengan tujuan mempertahankan fungsi peralatan, fungsi utilitas
dan fungsi fasilitas bangunangedung seperti yang dibutuhkan
oleh pemakai atau pengguna gedung. Sesuatu yang termasuk dalam
kegiatan perawatan korektif antara lain memperbaiki sebuah
keran atau unit AC yang rusak Dengan demikian seorang properti
manajer merupakan orang yang dapat menjalankan fungsi-fungsi
dan manajemen properti yang ada. Salah satu tugas dari
manajemen properti adalah dalam hal pemeliharaan yang dapat
meliputi perbaikan, operasional, perencanaan pemeliharaan
maupun pemeliharaan fisik. Pemeliharaan- pemeliharaan yang
dilakukan oleh manajer properti seperti yang tersebut di atas
diantaranya adalah pemeliharaan rutin. Di mana pemeliharaan 25
rutin ini merupakan pemeliharaan yang paling banyak dikerjakan.
Pemeliharaan ini biasanya dilakukan secara terjadwal karena
akan dapat mengurangi pembengkakan biaya pemeliharaan pada
waktu tertentu. Pemeliharaan rutin ini mencakup antara lain:
1. Keamanan
Masalah keamanan perlu diperhatikan oleh pihak pengembang
karena konsumen perumahan lebih menginginkan tempat tinggal
yang aman dari tindak kejahatan. Dimana dengan adanya krisis
ekonomi yang terjadi dan tingginya angka pengangguran, membuat
banyak bermunculan penjahat-penjahat baru. Sasaran mereka
terutama adalah kawasan perumahan kelas menengah ke atas,
apalagi bila kawasan tersebut belum memiliki sistem keamanan
yang baik. Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh pengelola
kawasan perumahan untuk memperkecil tingkat kejahatan,
misalnya: gerbang masuk dijaga oleh Satpam, diberi portal atau
pintu besi setinggi 5 meter, diberi aliran listrik, system
pengamanan berlapis dan diberlakukannya pintu gerbang tunggal
(one gate system).
2. Kebersihan
Kebersihan kawasan perumahan meliputi pengambilan sampah dari
setiap rumah secara rutin, membersihkan jalan dan selokan dari
sampah dan dedaunan.
3. Jalan
Adapun pengertian jalan menurut Departemen Pekerjaan Umum (DPU)
adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas
kendaraan dan orang. Jalan yang terdapat di kawasan perumahan
terbagi menjadi:
26
a. Jalan Primer (jalan penghubung lingkungan perumahan) Adalah
jalan yang menghubungkan lingkungan perumahan dengan jalan
lokal terdekat.
b. Jalan Sekunder (jalan poros lingkungan perumahan) Adalah
jalan yang menghubungkan masing-masing satuan pemukiman atau
lingkungan perumahan.
c. Jalan Tersier (jalan lingkungan perumahan) Adalah jalan yang
ada dalam satuan pemukiman atau lingkungan perumahan.
4. Penerangan Jalan Diperlukan penerangan jalan yang cukup
untuk memerangi jalan yang ada di dalam kawasan perumahan,
sehingga jalan tidak gelap dan rawan kejahatan.
5. Saluran Adalah tempat pembuangan air hujan/limbah. Fungsi
dari saluran ini adalah untuk menampung air hujan supaya
jalanan tidak digenangi air/banjir, oleh karena pembuatan
saluran harus direncanakan sedemikian rupa (Djasrain, 1995).
6. Taman Fungsi utama dari taman adalah untuk memberikan
kesegaran di kawasan perumahan (cahaya dan udara segar) dan
netralisasi polusi udara.
7. Fasilitas Umum Adalah sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan (Djasriain, 1995, p.44). Fasilitas umum dapat berupa
lapangan olah raga dan taman bermain anak-anak.
2.9. Persepsi Konsumen dan Nilai Perumahan 2.9.1. Persepsi Konsumen
Seseorang yang termotivasi adalah siap untuk bertindak
(Kotler, 1997). Bagaimana seseorang benar-benar bertindak
dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Menurut
27
Engel et al. (2004), “Persepsi merupakan informasi yang
disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total
yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut
persepsi konsumen.” Pengertian persepsi lebih mendalam
dijelaskan oleh Kotler (1997) sebagai berikut: “Perception is
the process by which an individual selects, organizes, and
interprets information (stimuli) inputs to create a meaningful
picture of the world.” Maksudnya, persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi atau stimuli
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan
bahwa, “Preception is the process by which and individuals
selects, organize, and interprets stimuli into a meaning full
and coherent picture of the world.” Maksudnya, persepsi adalah
suatu proses di mana seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan
menginterprestasi stimuli yang diterima menjadi suatu gambaran
keadaan dunianya yang utuh dan penuh arti. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa persepsi adalah suatu
proses di mana seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan
menginterprestasi stimuli atau rangsangan-rangsangan yang masuk
melalui panca indra dan diolah oleh data sensoris di otak
menjadi suatu gambaran yang berarti atau bermakna bagi dirinya
atau orang lain. Seseorang individu memandang suatu obyek
stimuli melalui sensasi-sensasi yang mengalir melalui lima
indra (sensory receptors), yaitu mata, telinga, hidung, kulit,
dan lidah. Stimuli yang masuk melalui panca indra dapat berupa
produk, kemasan, nama merek, iklan, dan komersial (Schiffman &
Kanuk, 2000). Namun demikian, setiap orang mengikuti, mengatur, 28
dan menginterpretasikan data sensoris ini menurut cara masing-
masing. Persepsi tidak hanya tergantung pada stimuli fisik
tetapi juga pada stimuli yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan keadaan individu tersebut (Kotler, 1997). Persepsi
seseorang atau konsumen tidak lepas dari sensasi. “Sensation is
the immediate and direct response of the sensory organs to
simple stimuli” (Schiffman & Kanuk, 2000). Maksudnya, sensasi
adalah respon segera atau langsung dari organ sensori atas
stimuli sederhana yang diterima, misalnya iklan, kemasan, dan
nama merek. Sensitifnya seseorang menunjukkan kepada
pengalamannya atas sensasi. Sensitifnya seseorang atas sejumlah
stimuli atau intensitas stimuli bergantung kepada kualitas
panca indra yang dimiliki, dan itulah yang dapat dinyatakan.
Misalnya, orang buta akan memiliki pendengaran yang lebih
sensitif dari pada rata-rata orang yang dapat melihat, bahkan
mampu mendengar bunyi yang rata- rata orang tidak dapat
mendengarnya. Cara pandang seseorang atas sesuatu stimulus yang
berbeda bisa menghasilkan perbedaan. Namun demikian perbedaan
persepsi bisa saja terjadi pada stimulus yang sama dari dua
orang atau lebih. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Kotler
(1997) bahwa orang-orang memandang situasi atau stimuli yang
sama dengan cara yang berbeda. Kenyataannya adalah bahwa
manusia memandang suatu obyek atau stimuli melalui sensasi-
sensasi yang mengalir melalui lima indra. Namun demikian,
setiap orang mengikuti, mengatur, dan menginterpretasikan data
sensoris ini menurut cara masing-masing. Dengan kata lain, ada
perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang yang lain
atas sesuatu stimuli yang sama. “No two people see the world in
preciesly the same way” Schiffman & Kanuk, (2000). Kotler 29
(1997) menjelaskan bahwa, “People can emerge with different
perceptions of the same object because of three processes:
selective attention, selective distortion, and selective
retention.” Maksudnya, orang-orang dapat memunculkan persepsi
yang berbeda atas sesuatu obyek yang sama dikarenakan tiga hal,
yaitu selective attention (perhatian selektif), selective
distortion (distorsi selektif), dan selective retention
(retensi selektif). Ketiga hal tersebut secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Selective attention (perhatian selektif)
Merupakan perilaku seseorang yang hanya mampu memperhatikan
sesuatu yang sangat selektif dari sejumlah stimuli yang
diterima. Misalnya, tidak semua iklan yang dilihat dapat
diingat oleh seseorang, tetapi hanya iklan yang benar-benar
menarik perhatian yang akan diingat, sebagian besar stimuli
akan tersaring keluar. Adapun stimuli yang akan diingat atau
diperhatikan oleh seseorang adalah:
(1) Stimuli yang berhubungan dengan kebutuhan saat ini.
(2) Stimuli yang telah diantisipasi sebelumnya.
(3) Stimuli yang memberikan
rangsangan dengan deviasi yang besar dalam kaitan dengan ukuran
normal stimul, misalnya adanya potongan harga yang lebih besar.
Adanya perhatian selektif di dalam diri manusia membuat para
pemasar harus bekerja keras untuk dapat menarik perhatian
konsumen potensial, misalnya melalui pembuatan iklan yang
sangat menarik, menawarkan discount yang menarik, membuat
produk dengan desain dan kinerja yang bagus serta menawarkan
harga yang wajar. 30
b. Selective distortion (distorsi selektif)
Distorsi selektif menjelaskan kecenderungan orang untuk
mengolah informasi menjadi suatu pengertian pribadi. Setiap
orang memasukkan informasi positif dan negatif yang diterima ke
dalam pikiran. Seseorang akan cenderung mengambil informasi
yang positif suatu produk yang diinginkan dan mengabaikan
informasi yang negatif. Dengan demikian, seseorang akan
mengintrepretasikan informasi positif dengan cara yang akan
mendukung dan bukan yang akan menentang persepsinya.
c. Selective retention (retensi/ingatan selektif)
Orang-orang akan melupakan kebanyakan dari hal yang dipelajari.
Orang-orang akan cenderung mempertahankan informasi yang
mendukung pendirian dan kepercayaan yang dimiliki. Oleh karena
retensi selektif, seseorang hanya mengingat-ingat hal-hal
positif dari suatu produk yang mendukung pendirian dan
kepercayaan yang dimiliki, dan sebaliknya melupakan segala
sesuatu pendirian dan kepercayaannya. hal-hal yang baik dari
produk lain yang tidak mendukung pendirian dan kepercayaannya.
2.9.2. Nilai ( Value) Perumahan Nilai perumahan tidak saja dapat diartikan sebagai harga
jual rumah yang berbentuk numerik (angka), tetapi juga dapat
diartikan sebagai value (customer perceived value). Dua
pengertian nilai di atas dapat dijelaskan secara singkat
sebagai berikut:
1. Harga jual rumah Produk, baik berupa barang dan jasa yang
dijual di pasar pasti mempunyai harga, di mana besar harga
tersebut yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan untuk
31
mengganti hak milik atas barang dan jasa kepada perusahaan.
Menurut Nitisemito (2000), “Harga adalah nilai suatu produk
(barang dan jasa) yang diukur dengan sejumlah uang di mana
berdasarkan nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan produk
yang dimiliki kepada pihak lain.” Dengan demikian, pengertian
dari harga rumah adalah sejumlah uang dan konsepsi lainnya
(dapat berupa barang dan jasa) yang digunakan untuk mengganti
hak milik sebuah rumah yang dibeli konsumen kepada Pengembang
perumahan.
2. Customer perceived value
Menurut Kotler (2003), “Customer perceived value (CPV) is the
difference between the prospective customer’s evaluation of all
the benefit and all the cost of an offering and the perceived
alternatives.” Secara bebas pernyataan tersebut dapat
diartikan, bahwa customer perceived value adalah perbedaan
antara evaluasi atas semua manfaat yang konsumen harapkan
dengan semua biaya yang dikeluarkan berikut alternatif-
alternatif yang diamati. Singkatnya, customer perceived value
adalah perbandingan antara semua manfaat yang dirasakan dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan konsumen. Suatu perumahan akan
memiliki value, apabila manfaat rumah yang dikonsumsi melebihi
dari biaya-biaya yang dikeluarkan konsumen. Sebaliknya, suatu
perumahan tidak akan memiliki value, apabila manfaat rumah yang
dikonsumsi lebih kecil dari biaya-biaya yang dikeluarkan
konsumen.
2.10. Hubungan Antar Konsep
32
Manajemen properti pada perumahan sering disebut “Estate
Management”, fungsinya tidak hanya sebatas pengelolaan fisik
lingkungan tetapi juga mengelola lingkungan secara psikologis,
seperti rasa aman, nyaman dan ketertiban. Pengelolaan
psikologis, misalnya lingkungan dan taman yang terawat akan
‘sedap’ dipandang mata, sehingga memberikan rasa nyaman bagi
penghuni. Pengelolaan secara psikologis meliputi:
1. Keamanan lingkungan perumahan.
2. Kebersihan lingkungan perumahan.
3. Terpeliharanya jalan di dalam lingkungan perumahan.
4. Penerangan di dalam lingkungan perumahan.
5. Tersedianya fasos (fasilitas sosial) dan fasum (fasilitas
umum).
Pemeliharaan-pemeliharaan yang dilakukan oleh manajer properti
seperti tersebut di atas adalah pemeliharaan rutin. Di mana
pemeliharaan rutin ini merupakan pemeliharaan yang paling
banyak dikerjakan. Diharapkan dengan adanya pemeliharaan, baik
secara fisik maupun non fisik atau pengelolaan secara psikologi
akan dapat meningkatkan nilai atau persepsi masyarakat atau
perumahan tersebut. Suatu perumahan yang mampu memberikan
manfaat lebih besar dari sejumlah biaya yang dikeluarkan akan
memberikan value kepada konsumen atau warga masyarakat yang
menempati rumah tersebut. Value yang diberikan Pengembang
perumahan kepada warga akan menciptakan image tersendiri di
benak warga masyarakat. Banyak Pengembang perumahan perumahan
menyadari akan hal terserbut, sehingga berlomba- lomba
menciptakan brand image melalui estate management. Apabila
seseorang mempunyai persepsi yang bagus mengenai kinerja estate
management perumahan, maka perumahan tersebut dinilai bagus. 33
Sebaliknya, apabila seseorang mempunyai persepsi yang tidak
bagus mengenai kinerja estate management perumahan, maka
perumahan tersebut dinilai tidak bagus. Jadi, nilai perumahan
lebih mengarah customer perceived value yang diberikan
Pengembang perumahan kepada warga, yang pada akhirnya dapat
melahirkan citra atau image yang baik bagi perumahan tersebut.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi
Penelitian
4.1.1. Jenis PenelitianBerdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian
yang akan dicapai, maka penalitian ini termasuk jenis
penelitian hypothesis testing, yaitu jenis penelitian yang
menjelaskan suatu hubungan, atau menentukan perbedaan diantara
dua kelompok variable pada situasi tertentu (Efferin et al.,
2004)
4.1.2. Gambaran Populasi PenelitianPopulasi adalah jumlah dari statu obyek penelitian yang
karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto & Subagyo, 2000).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga kawasan
perumahan (real estate) yang ada di Balikpapan, baik yang ada atau
memiliki estate management maupun yang tidak ada estate management
4.2. Sampel dan Teknis Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto & Subagyo, 2000). Dipilihnya kawasan
perumahan di Balikpapandengan suatu asumsi bahwa perumahan di
35
Balikpapan dipandang memadai untuk dijadikan obyek penelitian
guna mendapatkan data penelitian, baik untuk perumahan dengan
segmen atas, menengah, dan sedang. Namun demikian., tidak semua
perumahan Balikpapan akan dijadikan sampel penelitian,melainkan
hanya perumahan-perumahan tertentu yang memenuhu kriteria.
Perumahan di Balikpapan dibagi menjadi 2 kelompok
(grup), yaitu:
1. Kelompok satu, yaitu kawasan perumahan yang memiliki
atau ada estate management
2. Kelompok dua, yaitu kawasan perumahan yang tidak ada
estate management.
Kelompok perumahan yang memiliki estate management diambil
beberapa perumahan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Termasuk dalam kategori kawasan perumahan.
b. Umur perumahan kurang dari 10 tahun.
c. Perumahan masih memiliki pengembangan.
d. Perumahan harus sudah ada yang menempati.
e. Perumahan menyediakan fasilitas, baik fasilitas
sosial maupun fasilitas umum yang dikelola oleh estate
management.
Kelompok perumahan yang tidak memiliki estate
management diambil beberapa perumahan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Termaksud dalam kategori kawasan perumahan.
b. Umur perumahan kurang dari 10 tahun.
c. Perumahan harus sudah ada yang menempati.
d. Perumahan terdapat fasilitas, baik fasilitas
umum maupun fasilitas sosial, tetapi tidak
36
dikelola oleh estate management melainkan oleh
warga masyarakat setempat.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposif convenience sampling, yaitu mengambil sejumlah sampel
penelitian yang mudah ditemui (convenienc) dan memenuhi kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan (Singarimbun & Effendi, 2005).
Jumlah sampel yang akan diteliti ditetapkan 160 orang (80 orang
dari kelompok satu dan 80 orang dari kelompok dua), yang
dianggap cukup memadai untuk analisis multivariat karena berada
antara 100-200 orang ( Hair et al.,1998). Bahkan sangat memadai
( lebih dari 100) karena sesuai saran dari banyak peneliti
yaitu 20 sampel untuk setiap variabel bebas ( Hair et al., 1998).
4.3. Definisi Operasional VariabelOperasional atau pengukuran variabel penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai (value) perumahan, dalam penelitian ini sebagai
variabel terikat ( Y ) , yaitu keseluruhan persepsi konsumen
atau warga masyarakat atas sesuatu obyek perumahan yang
dibentuk melalui pengolahan informasi yang berasal dari
berbagai sumber dan waktu. Nilai perumahan dalam penelitian ini
dibedakan menjadi dua, yaitu perumahan yang mamiliki estate
management dan yang tidak memiliki estate management. Dengan
demikian variabel terikat ( Y ) diukur dengan data
kategori, yaitu :
a. Kelompok satu ( 1 ) untuk nilai perumahan yang ada
estate management .
37
b. Kelompok dua ( 2 ) untuk nilai perumahan yang tidak
ada estate management.
2. Estate management, dalam penelitian ini sebagai
variabel bebas ( X ), yaitu suatu persepsi warga perumahan
mengenai pengelolaan fisik lingkungan perumahan dimana warga
bertempat tinggal, yang dapat membangkitkan rasa aman,
nyaman, keindahan, ketertiban, dan kedamaian,. Dalam
penelitian ini estate management diukur melalui persepsi warga
perumahan mengenai variabel-variabel yang dipertanyakan, yang
terdiri dari :
a. Keamanan ( X1 ), yang diindikasikan oleh :
1) Kinerja satpam.
2) Kontrol pada akses masuk perumahan.
3) Fasilitas bagi satpam dalam hal ini adalah pos-pos
keamanan.
4) Kinerja pergantian satpam dalam perumahan.
b. Kebersihan ( X2 ), yang diindikasikan oleh:
1) Pengambilan sampah pada perumahan.
2) Kebersihan pada jalan-jalan perumahan.
3) Kebersihan selokan.
4) Kebersihan fasilitas ( umum dan sosial )
c. Jalan ( X3 ), yang diindikasikan oleh:
1) Pemeliharaan jalan-jalan pada perumahan.
2) Kondisi papan nama jalan pada perumahan.
3) Papan penunjuk arah atau rambu-rambu lalu lintas.
4) Aksesbilitas jalan pada perumahan.
d. Penerangan ( X4 ), yang diindikasikan oleh:
1) Penerangan pada fasilitas umum.
2) Penerangan pada fasilitas sosial. 38
3) Penerangan pada jalan utama perumahan.
4) Penerangan pada jalan bukan utama perumahan.
e. Fasilitas ( X5 ), yang diindikasikan oleh:
1) Program penghijauan jalan.
2) Program pertamanan komplek perumahan.
3) Pemeliharaan fasilitas umum.
4) Pemeliharaan fasilitas sosial.
Semua data penelitian, khususnya variabel-
variabel bebas (X1 s.d X5 )
Diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu skala yang
mempunyai jarak (interval) yang sama pada semua tingkat (rank)
dengan suatu atribut yang hendak diukur ( Malhotra, 2004,
p.275). Metode penyusunan skala menggunakan skala Likert 7 point,
yang lazim disebit a seven point Likert Scale, yang diaplikasikan
sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
1 -- 2 -- 3 -- 4 -- 5 -- 6 -- 7
Rata-rata nilai (mean) < 4,0, menunjukkan responden kurang
setuju dengan pertanyaan yang diajukan, yang berarti lingkungan
fisik perumahan warga kurang baik atau kurang bernilai.
Sebaliknya, mean > 4,0 menunjukkan responden setuju dengan
pertanyaan yang diajukan, yang berarti lingkungan fisik
perumahan warga baik atau bernilai.
4.4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian dibedakan
menjadi dua:
39
1. Data primer, yaitu data yang didapat dari sumber
pertama, baik dari individu atau perseorangan, seperti
hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner oleh
responden (Sugiarto et al., 2001). Dalam penelitian ini,
data primer adalah nilai jawaban kuesioner dari responden
terpilih dan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari media
massa atau data yang sudah dipublikasikan, baik melalui
jurnal-jurnal penelitian terdahulu maupun data dari
internet atau majalah bisnis
4.5. Metode Pengumpulan
Data yang diperlukan untuk penyusunan penelitian ini
diperoleh dengan metode sebagai berikut:
1. Penyebaran kuesioner, yaitu metode pengumpulan data
melalui daftar pertanyaan yang disusun secara sistematik
dan dibagikan kepada responden terpilih untuk di-isi
sesuai petunjuk
2. Studi literatur, yaitu metode pengumpulan data dari
literatur-literatur untuk mendapatkan pemahaman mengenai
konsep dan teori-teori yang relevan dengan penelitian.
3. Penelitian lapangan, yaitu metode pengumpulan data
melalui terjun langsung di lapangan menemui pengembangan-
pengembangan untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan, baik dengan cara wawancara langsung maupun
dokumentasi.
40
4.6. Teknik Analisis DataUji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur (Kuesioner)
Sebelum kuesioner disebarkan secara formal untuk mendapatkan
data penelitian guna pembuatan analisis dan uji hipotesis, maka
terlebih dahulu dilakukan uji awal (pretest) terhadap 30 orang
responden agar dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya
( Singarimbun & Efendi, 2005).
1. Uji Validitas Alat Ukur ( Kuesioner)
Uji validitas menunjukkan sejauh mana status alat ukur yang
digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas
menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang diaplikasikan
dengan SPSS (V.11.5), di mana rumusnya ditunjukkan sebagai
berikut (Singarimbun & Efendi, 2005):
Keterangan:
r = Koefisien korelasi Pearson.
n = Jumlah responden.
X = Nilai pertanyaan (nilai butir).
Y = Nilai total jawaban (nilai factor).
Hasil perhitungan korelasi (r) selanjutnya dibandingkan dengan
0,361 (rkritis untuk α sebesar 5% dan n sebanyak 30). Apabila
korelasi (r) > 0,361, maka butir pertanyaan dinyatakan valid
(sahih). Butir pertanyaan yang tidak valid dapat dilakukan
revisi atau dapat diabaikan.
41
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur (Kuesioner)
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat diandalkan dalam mendapatkan data penelitian,
baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Uji
reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yang
diaplikasikan dengan SPSS (v.11.5), di mana rumus manualnya
ditunjukkan sebagai berikut (Supranto, 2005):
Keterangan:
rxx’ = Korelasi Cronbach’s Alpha.
Xii dan Xij = Merupakan elemen dalam matriks korelasi
K = Banyaknya butir dalam suatu dimensi
tertentu.
X∑ ii = Numerator, jumlah elemen
dalam diagonal matriks korelasi.
( X∑ ii + X∑ ij ) = Denominator, yaitu semua elemen dari
matriks korelasi.
Apabila r-Alpha > 0,60 (Hair et al., 1998), maka alat
ukur dinyatakan reliabel (andal) atau dapat dikatakan
bahwa hasil pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan
pengukuran ulang pada waktu berlainan. Alat ukur yang
tidak reliabel perlu diuji coba ulang untuk kurun waktu
15-30 hari lagi pada responden yang sama (Singarimbun &
Effendi, 2005).
42
4.6. Analisis Statistik Deskriptif : Crosstab
dan Total NilaiSetelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel, maka
kuesioner layak untuk disebarkan kepada 160 orang responden
terpilih yang memenuhi kriteria. Jawaban responden kemudian
ditabulasi atau disusun ke dalam bentuk tabel pada program
bantu SPSS (v.11.5), selanjutnya dianalisis:
1. Crosstab ( Cross Tabulation)
Crosstab adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas
satu baris atau lebih dari satu kolom atau lebih (Santoso,
2005). Crosstab membantu memahami sebuah variabel, misalnya
persepsi responsen mengenai keamanan, kebersihan jalan,
penerangan, fasilitas (umum dan sosial) berhubungan dengan
variabel lainnya seperti usia atau jenis kelamin. Crosstab
menghasilkan tabel-tabel yang mencerminkan distribusi
gabungan dua atau lebih variabel dengan jumlah kategori
atau nilai pembeda yang terbatas. Crosstab juga disebut tabel
kontingensi (contingency tables) (Malhotra, 2005). Crosstab atau
tabel kontingensi ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 4.1. Tabel Ketergantungan (Contingency Table)
43
Keterangan :
nij = Individu dari baris i kolom j.
i = 1,2,3, ....................r.
j = 1,2,3, ....................k.
n = Banyaknya individu dalam semua sampel.
r = Row (baris)
k = Colom (kolom)
A = Parameter variabel I.
B = Parameter variabel II.
2. Total Nilai
Total nilai merupakan jumlah nilai jawaban responden untuk
masing-masing indikator variabel penelitian, mulai dari
responden pertama sampai respondenTerakhir. Perhitungan
total nilai dimaksudkan untuk mengetahui nilai yang paling
besar dari setiap indicator variable penelitian, apakah
total nilai pada perumahan yang ada estaste management
ataukah total niali pada perumahan yangh tidak ada estaste
mmanagement. Total nilai dari setiap indicator vatiabel
penelitian yang lebih besat menunjukan indicator tersebut
lebih baik (Bagus).
44
4.6.1. Analisis Diskriminan
Analisis disktiminan adalah sebuah teknik untuk
menganalisis data, dimana data variable dependen (tergantung)
berbentuk kategoris (non-metrik, nominal, atau ordinal,
bersifat kualitif) sedangkan variable bebas sebagai prediktot
berbentuk metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatf atau
numeric) (Supranto,2004; Malhotra,2005).
4.6.1.1. Asumsi-Asumsi dalam analisis DiskriminanAnalisis diskriminan menuntut adanya uji asumsi agar
diperoleh hasil data yang akurat (tepat). Uji asumsi dalam
analisis diskriminan meliputi (Hair et al., 1998;Malhotra,2005):
1. uji normalitas sebatan data dan deteksi outler data
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah adata
penelitian (variable-variabel bebas) berdistribusi normal,
sedangkan data outlier adalah data yang secara nyata berbeda
dengan data-data yang lain (Santoso, 2002). Data penelitian
yang dikehendaki adalah berdistribusi normal, atau
terdistribusi seperti lonceng dan bebas outlier.
Uji normalitas sebaran data menggunakan skewness test dan
kurtosis test, di mana nilai ZSkewnes dan nilai ZKurtosis dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hair et al.,1998) :
45
Keterangan:
Skewness = Nilai Skewness Statistic print out SPSS
Kurtosis = Nilai Kurtosis Statistic print out SPSS
N = Jumlah data yang dianalisis.
Apabila nilai ZSkewnes dan nilai ZKurtosis berbeda diantara +
2,58 (a = 1%), maka disimpulkan data penelitian berdistribusi
normal,sedangkan deteksi outlier data penelitian menggunakan
skewness score (Z-score). Apabila nilai minimum dan maksimu z-Score
berbeda diantara + 2,58 (a = 1%), maka data disimpulkan
berdistribusi normal (Hair et al.,1998, p. 72-77) data yang tidak
normal harus ditranformasikan kedalam bentuk logaritma(log)
atau logaritma natural (Ln), kemudian dilakukan pengujian ulang
(Santoso, 2002a, p. 214; Zulganef,2002).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menumnjukkan ada-
tidaknya hubungan yang kuat antara variable-vriabel dalam model
penelitia. Data penelitian yang tidak dikehendaki dalam anaisis
diskriminan adalah tidak terjadi multiko. Uji mutikolineritas
dalam penelitian ini menggunakan korelasi matriks Antar
variable bebas penelitian. Apabila nilai korelasi matriks
(Pearson Correlation) < 0,08), maka disimpulkan antar variabel bebas
tidak terjadi hubungan kuat atau tidak terjasi
multikolinearitas (Gujarati, 2003). Apabila terjadi
multikolinearitas, maka salah satu data (variabel bebas)
penelitian dibuang (tidak dipakai) kemudian dilakukan pengujian
ulang.
46
3. Uji Matriks Konvarians (Menilai Variabel Yang Layak Untuk
Dianalisis)
Matriks Konvarians dari semua variabel bebas yang
dekehendaki pada analisis diskriminan aadalah sama (equal).
Hipotesis statistic yang diajukan:
Ho: Group convarience matrices adalah relatif sama.
Hi: Group convarience matrices adalah berbeda secara nyata.
Uji matriks konvarians dalam penelitian ini menggunakan Box’s
M. Apabila nilai sig. (Box’s M) > 0,05, maka Ho tidak dapat
ditolak (diterima).
Sama tidaknya group covariace matrices juga bisa dilihat dari table
output SPSS Log determinat.Bila Nilai Log determinant pada maing-
masingkelompok tidak berbeda banyak, maka group covariace matrices
akan relative sama untuk beberapa kelompok yang dianalisis.
Apabila group covariace matrices berbeda secara nyata, maka proses
pengolahan data seharusnya tidak bisa dilakukan (Santoso,
2002a, p. 152-153).
4.6.1.2. Tahapan Pada Analisis DIskriminanTahapan yang harus dilakukan pada analisis diskriminan
dapat dijelskan sebagai berikut:
1. Memformulasikan Masalah
a. Langlkah pertama dari memformulasikan masalah
aadalkah menetapkan variabel-variabel penelitian berikut sakala
yang digunakan. Model analisis diskriminan terdiri dari
kombinasi linier dari bentuk berikut (Hair et al.,1998):
47
Zjk = a + W1X1k = W2X2k+ … + WnXnk (5)
(non matrik) (matrik)
Dimana:
Zjk = Skor Z dikriminan dari fungsi diskriminan j untuk objek
k.
(Variabel tergantung berupa data non matrik).
A = Konstanta
Wi Bobot atau koevisien diskriminan untuk variabel bebas i.
Xjk = variabel Bebas, yang terdiri dari keamanan, kebersihan,
jalan,
penerangan dan fasilitas (data matrik atau
interval).
b. Langkah kedua adalah membagi sampel penelitian menjadi dua
bagian dengan proposi tertentu,yaitu:
1) Satu bagian dari sampel estimasi (sampel analisis),digunakan
untuk mengestimasikan fungsi diskriminan (missal 75%).
2) Satu bagian yang lain disebut sampel holdout atau sampel
validasi, digunakan untuk memvalidasi fungsidiskriminan (misal
25%)
Proposi jumlah sampel penelitian untuk sampel estimasi dan
holdout tidak ada suatu ketetapan khusus, sehingga besarnya bebas
ditentukan oleh peneliti atau penelitian lain yangv diacu.
2. Megestimasi Koefisien Fungsi Diskriminan
Megestimasi koefisien fungsi diskriminan mempunyai dua
metode, yaitu metode langsung (direct method) dimana seluruh
variabel predictor (bebas) disertakan bersama-sama, dan metode
bertahap (stepwhise method) diman variable predictor dimasukkan
satu demi satu (Malhotra, 2005). metode yang digunakan dalam 48
penelitian ini yaitu metode stepwise karena penelitian ini banyak
menggunkan variabel bebas dan akan melakukan seleksi variabel-
variabel bebas mana saja yang mempunyai disciminant power tinggi
Hair et al.,1998: Supranto, 2004).
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS (v.11.5),
maka akan dihasilkan:
a. print out (output) SPSS “Group Statistics”, yang berisi mean dan
SD (Standart Deviation) masing-masing predictor (variabel bebas),
dimana predictor dengan mean paling besar dan biasanya di
ikiuti SD (paling kecil)
menunjukkan predictor tersebut sebagai pembeda utama nilai
perumahan, baik pada kelompok satu (ada estate management) atau
pada kelompok dua (tidak ada estate management).
b. berdsarkan nilai sig. f pada print out SPSS “Variables not in the
analysis”,
Prediktor-prediktor yang mempunyai Sig. F < 0,05 akan dikeluarkan
dan masuk pada “Variables In The Analysis”. Sebaliknya, predictor-
prediktor yang mempunyai Sig. F > 0,05 akan dipertahankan dan
tidak dianalisis. Dengan demikian, pada print out SPSS “Variables
Entered/Removed” atau “Variables In The Analysis” hanya akan
diotampilkan predictor-prediktor yang benar-benar membedakan
antara kelompok satu dan kelompo dua, yang nantinya akan
dianalisis.
c. Masing-masing predictor yang masuk dalam kategori “Variables
In The Analysis” akan menghasilkan nilai Wilks’ lambda, yang
ditunjukan pada print out SPSS “Wilks Lambada”. Wilks’ lambda pada
prinsipnya adalah varians total dalam discriminant score yang
tidak bisa dijelaskan oleh perbedaan diantara grup-grup yang
ada (santoso, 2002b, p. 162). Misalnya, Wilks’ lambda pada step-1, 49
variabel keamanan (X1) sebesar 0,894 dan Sig. F <0,05 menunjukkan
bahwa 89,4% varians tidak dapat dijelaskan oleh
Perbedaan antar kelompok dan keberadaanya signifikan. Wilks’
lambda pada beberapa predicator (misalnya X2, X3 dan seterusnya)
nilai akan bertambah kecil, atau varians yang tidak dapat
dijelaskan semakin kecil. Nilai varians yang semakin kecil
berarti baik bagi model diskriminan, karena jumlah varians yang
tidak dapat dijelaskan semakin kecil.
3. Menentukan Signifikan Fungsi Diskriminan
a. Oleh karena terdapat dua kelompok yang dianalisis, maka
hanya ada satu fungsi diskriminan yang diestimasi, yang
ditunjukkan pada output SPSS “Canonical Discriminant Funcion Coefficients”.
Beedasarkan output tersebut,maka fungsi diskriminan dapat
disusun,yaitu:
Zjk = a + W1X1k + W2W2k + … + WnWnk (6)
Kegunaan fungsi diskriminan tersebut untuk mengetahui sebuah
case(dalam sebuah kasus ini adalah nilai perumahan) masuk pada
kelompok satu atau kelompok dua.
b. Ukuran-ukuran statistik yang berkaitan dengan fungsi
diskriminan, yaitu (Zulganef, 2002; Santoso, 2002; Malhotra,
2005):
1) Eigenvalue, yaitu rasio antara jumlah kuadrat antar
kelompok dengan
Jumlah kuadrat dalam kelompok. Eigenvalue yang lebih besar
(besar) menyiratkan fungsi yang superior.
2) % of varience, menunjukan kemampuan fungsi diskriminan
memprediksi perbedaan kelompokyang ada pada variabel
dependen. 50
3) Canocical correlations, menunjukan tingkatan asosiasi antara
skor diskriminan dengan kelompok. Ukuran skala asosiasi
berbeda antara os.d 1, semakin besar nilai korelasi
menunjukan hubungan semakin kuat.
4) Wilks’ lambda, menunjukkan resiko jumlah kuadrat dalam
kelompok dengan jumlah kuadrat total. Nilai Wilks’ lambda yang
besar (mendekati 1) mengindikasikan bahwa rata-rata
kelompk tidak berbeda. Sebaliknya, nilai Wilks’ lambda yang
kecil (mendekati 0) mengidentifikasi bahwa rata-rata
kelompok berbeda.
5) Chi square dan Sig., digunakan untuk melihat signifikan-
tidaknya fungsi diskriminan yang terbentuk. Di mana
hipotesis statistic yang diajukan, yaitu:
H0: Tidak ada perbedaan nilai perumahan yang ada estate
management dengan yang tidak ada estate management
H1: Ada perubahan nilai perumahan yang ada estate management
dengan yang tidak ada estate management.
Nilai Wilks’ lambda yang kecil (mendekati 0) yang
ditransformasi menjadi nilai Chi Squere yang besar dan
diikuti dengan Sig. < 0,05, menunjukan H0 ditolak, artinya
ada perbedaan yang signifikan antar kelompok (kelompok
satu dan kelompok dua).
4. Menentukan Validitas dan Akurasi Fungsi Diskriminan
a. Analisis Groups Centroids
sebelum menentukan validitas dan akurasi fungsi
diskriminan, maka terlebih dahulu akan dianalisis Group centroids,
karena hasil akhir dari pembahasan tersebut akan menghasilkan
“Casewise Statistics”, dan dari “Casewise Statistics” akan menghasilkan
“Classification Result”. 51
1) Group centroids, yaitu nilai rata-rata untuk skor diskriminan
pada sebuah kelompok, di mana sejumlah Centroids sesuai
dengan jumlah kelompok (masing-masing kelompok
menghasilkan satu centroids). Nilai centroids Z kritis (ZCU),
dimana formula menghitung ZCU ditunjukan sebagai berikut
(hair et al.. 1998)
Dimana :
ZCU = Angka Z kritis
NA = Banyaknya kelompok A
NB = banyaknya kelompok B
ZA = centroids Kelompok A
ZB = centroids Kelompok B
Angka Z kritis digunakan sebagai cut off score (nilai halus )
untuk menentukan apakah case (jawaban responden) Masuk pada
kelompok satu atau dua pada Predicted Group di output SPSS
“casewise Statistics”, dimana ketentuannya adalah sebagai berikut:
a) Apabila Discriminant Score > ZCU,maka case masuk kelompok
satu pada predicted Group Membership. Pada tabel
tersebutr akan diketahui Number Correctly Classified (n)
atau jumlah kelompok (misalnya kelompok 1) yang
beralih ke posisi kelompok lain (yaitu kelompok 2).
Berdasarkan jumlah kelompok yang tetap pada posisi
semula (baik kelompok 1 dan2). Maka dapat di hitung
Percent Coreectly Classified dengan formulasi:
Number Correctly Classfied
52
Percent Correctly Classified = x 100%(8) Total Number of Observation
Keterangan:
Percent Correctly Classified= Persentase ketepatan klasifikasi
Number Correctly Classfied = Jumlah anggota kelompok
yang tetap
berada pada kelompoknya
Total Number of Observation = Jumlah keseluruhan sampel
analisis
(kelompok satu dan kelompok
dua).
Sebagai contoh: jumlah kelompok 1 = 37, yang tetap pada
kelompok 1 = 27 (beralih ke kelompok 2 = 11). Jumlah kelompok 2
= 37, yang tetap pada kelompok 2 = 24 (beralih ke kelompok 1 =
13 ) maka Percent Correctly Classified = ( 27 + 24 ) / ( 3 8 + 37 ) x
100% = 68.0% Percent Correctly Classified sebesar 68,0% (suatu jumlah
yang Optimum).
b. menentukan Validitas Fungsi Diskriminan
validitas fungsi Diskriminan dilakukan melalui
perbandingan keakuratan Klasifikasi, yaitu perbandingan
antara matriks klasifikasi sampel
Estim,asi ( contoh di atas 75%, ini disebut Maximum Chance
Criterion atau CMAX) dan matriks klasifikasi sampel holdout
(contoh di atas 25%) dengan Proportional Change Criterion (CPRO)
Formulasi menghitung Proportional Change Criterion (Hair et al., 1998.)
ditunjukkan sebagai berikut :
CPRO = p² + ( l - p)²
53
Dimana :
CPRO = Proportional Change Criterion
/ P = Prosentase kelompok pertama ( misal 75%)
l – p = Prosentase kelompok kedua (yaitu 25%)
Berdasarkan data di atas, yaitu 75% dan 25%, maka CPRO
sebesar 62,5% dan kemudian dibandingkan dengan 75% (CMAX).
Oleh karena 75% (CMAX) > 62,5%
(CPRO) menunjukkan bahwa fungsi diskriminan terbukti valid
atau dapat diterima (acceptable).
c. Menetukan Akurasi Fungsi Diskriminan
Akurasi fungsi diskriminan dapat diketahui melalui
perbandingan nilai Press’s Q statistic dengan nilai kritis pada
level 1% yaitu 6,63. Press’s Q yaitu nilai yang mencerminkan
signifikan akurasi klasifikasi secara statistik. Bila Press’s
Q > 6,63 maka fungsi diskriminan terbukti signifikan, atau
fungsi diskriminan yang diperoleh mempunyai tingkat
akurasi (nilai prediksi) yang cukup baik,. Sehingga layak
untuk diinterpretasikan lebih lanjut.
Formulasi menghitung Press’s Q ( Hair et al., 1998):
Dimana :
Press’s Q = Nilai akurasi klasifikasi.
N = Total sampel.
n = Number Correctly Classified (jumlah sampel
pengamatan
54
yang diklasifikasi dengan benar )
K = Jumlah kelompok
Nilai n dapat diketahui dari output SPSS, baik
“ClassificationResult “ maupun “ClassificationResult (Holdout) “, di
mana keduanya adalah ringkasan hasil dari output SPSS
“Casewise Statistics”
5. Mengetahui Variabel Bebas yang Dominan
Untuk mengetahui salah satu variable bebas
(predictor) yang mempunyai kontribusi dominan terhadap
kelompok yang ada pada variable tergantung dapat digunakan
Descriminant Weights ( pada print uot SPSS “ Standardized Canonocal
Discriminat Function Coefficients “) dan Discriminant Loading (pada print
uot SPSS “ Structure Matrix”) (Hair et al., 1998).
Prediktor atau variable bebas yang memiliki Weights
dan/atau Loading yang paling besar menunjukkan bahwa
predictor tersebut yang paling mampu membedakan kelompok
(nilai perumahan dengan dan tanpa estate management).
4.7. Diagram alir Penelitian
Arus kegiatan penelitian secara keseluruhan harus
dirangcang sebaik baiknya, karena arus kegiatan penelitian
adalah sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian dan
mengetahui prestasi yang telah dicapai dalam penelitian
ini. Adapun arus kegiatan penelitian secara keseluruhan
adalah sebagai berikut :
55
56
Ada EstateManajemen
Nilai Perumahan
Tidak MemilikiEstate
Manajemen
Data Perumahan Balikpapan
Estate Manajemen
Keamanan 2. Kebersihan 3. Jalan4. Penerangan 5. Fasilitas
Mulai
Perbedaan nilaiperusahaan
Kesimpulansaran
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian.
Di Balikpapan terdapat 14 perumahan (real estate) yang
pengelolahan lingkungan ditangani pihak pengembang atau
memiliki estate management (EM) dari 31 perumahan yang tidak
memiliki estate management Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
(lihat Bab 5), dari 14 perumahan yang memiliki estate management
diambil 3 perumahan, demikian halnya dengan perumahan yang
tidak memiliki estate management juga diambil 3 perumahan,
sebagai mana ditunjukan pada table 4.1. Hal ini berarti,
pengambilan sampel penelitian, baik untuk uji validitas dan
rehabilitas alat ukur maupun untuk analisis penelitian hanya
difokuskan pada 6 lokasi perumahan tersebut.
Tabel 5.1. Perumahan Yang Memenuhi Kriteria UntukDijadikan Sampel Penelitian.
Kelompok
Ada/ Tidak Ada EstateManagement
No Nama Perumahan
1 Ada Estate Management 1 Citra BukitIndah
2 Balikpapan
57
Regency3 Sepinggan
Pratama2 Tidak Ada Estate
Management1 Batu Ampar
Lestari2 Kota Citra Graha3 Wahana Asri
Sumber : hasil pengamatan
5.2. Hasil Uji Validitas dan Rehabilitas Alat
Ukur (Kuesioner).Dalam usaha memperoleh informasi yang akurat mengenai alat
ukur, maka seluruh pertanyaan yang digunakan sebagai alat ukur
(Lampiran 2) dilakukan uji awal (pretest), yaitu uji validitas
dan rehabilitas kepada 30 orang responden yang menempati 12
lokasi perumahan (lihat Tabel 5.1). Tabulasi data jawaban 30
orang responden ditunjukan pada Lampiran 3. Hasil pengelolahan
data validitas dan relianilitas ditunjukan pada Lampiran 4 dan
untuk keperluan analisis disajikan kembali di bawah ini.
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keamanan.
Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas Variabel Keamanan.Kode Pertanyaan Korelas
iValidit
as
Putusan
MAN1Satpam dapat menjaga keamananperumahan dengan baik, yangdiindikasikan dengan tidakadanya pencurian di komplekperumahan.
0,6265 Valid
MAN2 Satpam selalu memeriksasetiap tamu/ orang lain yangmasuk ke kompleks perumahan
0,8008 Valid
MAN3 Pos satpam dan sarana yang 0,9493 Valid
58
dibutuhkan oleh satpamtersedia dengan baik
MAN4 Pergantian jadwal kerjasatpam sesuai dengan waktuyang ditetapkan
0,7804 Valid
Sumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.1).Keterangan : Korelasi validitas ≥ 0,361 Alat ukur dinyatakan valid.
Tabel 5.2 menunjukan bahwa seluruh butir alat ukur
variable keamanan perumahan adalahan valid, karena memiliki
korelasi (r) validitas > 0,361, sehingga memenuhi kriteria
validitas yang disyaratkan.
Tabel 5.3. Hasil Uji Validitas Variabel Keamanan.Pernyataan Reliability Coefficients Putusan
r-Alpha 0,7941 ReliabelSumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.1).Keterangan : r-Alpha ≥ 0,6 Alat ukur dinyatakan valid.
Tabel 5.3 menunjukan bahwa variabel keamanan reliabel,
karena memiliki Reliability Coefficients > 0,60, sehingga memenuhi
kriteria reliabilitas yang disyaratkan.
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kebersihan.
Tabel 5.4 menunjukan bahwa seluruh butir alat ukur
variable kebersihan perumahan adalahan valid, karena memiliki
korelasi (r) validitas > 0,361, sehingga memenuhi kriteria
validitas.
Tabel 5.4. Hasil Uji Validitas Variabel Kebersihan.Kod Pertanyaan Korela Putusa
59
e siValiditas
n
SIH2
Petugas pengangkut sampahmengambil sampah warga sesuaidengan jadwal yang ditetapkan.
0,6641 Valid
SIH2
Jalan – Jalan di dalam komplekperumahaan tiap haridibersihkan.
0,7771 Valid
SIH3
Selokan got di komplekperumahan dibersihkan, baikpada musim hujan atau kemarau.
0,7379 Valid
SIH4
Kebersihan fasilitas umum danfasilitas social dijalankandengan tahnggung jawab.
0,6237 Valid
Sumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.2).Keterangan : Korelasi validitas ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan reliabel.
Tabel 5.5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kebersihan.Pernyataan Reliability Coefficients Putusan
r-Alpha 0,6405 ReliabelSumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.2).Keterangan : r - Alpha ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan reliabel.
Tabel 5.5 menunjukan bahwa variable kebersihan perumahan
reliabel, karena memiliki Reliability Coefficients > 0,60, sehingga
memenuhi kriteria reliabilitas yang disyaratkan.
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jalan.
Tabel 5.6. Hasil Uji Validitas Variabel Jalan.
Kode
Pertanyaan
Korelasi Validitas
Putusan
LAN2 Jalan – jalan di dalam kompleksperumahan dirawat dengan baik, dan bilaada kerusakan cepat diperbaiki.
0,7784 Valid
LAN2 Papan nama jalan di dalam kompleksperumahan berada pada posisi yang mudahterbaca.
0,7537 Valid
60
LAN4 Di komplek perumahan terdapat papanpenunjuk arah dan rambu – rambu lalulintas yang memadai
0,7020 Valid
LAN4 Lebar jalan di dalam komplek perumahanmemadai untuk dua kendaraan yangbersimpangan (masuk dan keluar).
0,7341 Valid
Sumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.3).Keterangan : Korelasi validitas ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan valid.
Tabel 5.6 menunjukan bahwa seluruh butir alat ukur
variable jalan perumahan valid, karena memiliki korelasi (r)
validitas > 0,361, sehingga memenuhi kriteria reliabilitas yang
disyaratkan.
Tabel 5.7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Jalan.Pernyataan Reliability Coefficients Putusan
r-Alpha 0,7162 ReliabelSumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.3).Keterangan : r - Alpha ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan reliabel.
Tabel 5.7 menunjukan bahwa variable Jalan perumahan
reliabel, karena memiliki Reliability Coefficients > 0,60, sehingga
memenuhi kriteria reliabilitas yang disyaratkan.
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penerangan.
Tabel 5.8. Hasil Uji Validitas Variabel Penerangan.Kode Pertanyaan Korela
siValiditas
Putusan
TER1 Penerangan pada lokasifasilitas umum memadai
0,8075 Valid
TER2 Penerangan pada lokasifasilitas sosial memadai
0,8675 Valid
TER3 Penerangan pada jalan utamakomplek perumahan memadai
0,8455 Valid
TER4 Penerangan pada jalan utamakomplek perumahan memadai
0,7937 Valid
61
Sumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.4).Keterangan : Korelasi validitas ≥ 0,361 Alat ukur dinyatakan valid.
Tabel 5.8 menunjukan bahwa seluruh butir alat ukur
variable penerangan perumahan valid, karena memiliki korelasi (r)
validitas > 0,361, sehingga memenuhi kriteria validitas yang
disyaratkan.
Tabel 5.9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Jalan.Pernyataan Reliability Coefficients Putusan
r-Alpha 0,8446 ReliabelSumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.4).Keterangan : r - Alpha ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan reliabel.
Tabel 5.9 menunjukan bahwa variable penerangan perumahan
reliabel, karena memiliki Reliability Coefficients > 0,60, sehingga
memenuhi kriteria reliabilitas yang disyaratkan.
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fasilitas.
Tabel 5.10 menunjukan bahwa seluruh butir alat ukur
variable fasilitas perumahan valid, karena memiliki korelasi (r)
validitas > 0,361, sehingga memenuhi kriteria validitas yang
disyaratkan.
Tabel 5.10. Hasil Uji Validitas Variabel Fasilitas.Kode Pertanyaan Korela
siValiditas
Putusan
FAS1 Di komplek perumahan adaprogram penghijauan kiri –kanan jalan yang dikerjakan/dirawat dengan baik
0,8685 Valid
FAS2 Di komplek perumahan adaprogram pertamanan yang
0,9206 Valid
62
dikerjakan/ dirawat dengan baikFAS3 Pemeliharaan fasilitas umum di
lakukan secara berkala danpenuh tanggung jawab
0,9189 Valid
FAS4 Pemeliharaan fasilitas sosialdi lakukan secara berkala danpenuh tanggung jawab
0,8718 Valid
Sumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.5).Keterangan : Korelasi validitas ≥ 0,361 Alat ukur dinyatakan valid.
Tabel 5.11. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Fasilitas.Pernyataan Reliability Coefficients Putusan
r-Alpha 0,9166 ReliabelSumber : Data primer, jawaban responden sesudah diolah (Lampiran 4.5).Keterangan : r - Alpha ≥ 0,60 Alat ukur dinyatakan reliabel.
Tabel 5.11 menunjukan bahwa variable fasilitas perumahan
reliabel, karena memiliki Reliability Coefficients > 0,60, sehingga
memenuhi kriteria reliabilitas yang disyaratkan.
5.3. Analisis Deskriptif5.3.1. Tabulasi Silang Antar Demografi Perumahan.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas di atas,
maka kuesioner diputuskan layak disebarkan kepada responden
untuk mendapatkan data penelitian . Jumlah responden , yaitu
penghuni perumahan yang mudah ditemui (convenience) ditetapkan 80
orang responden dari kelompok satu dan 80 orang dari kelompok
dua. di 6 lokasi perumahan yang memenuhi kriteria. Jumlah
masing-masing responden pada setiap kompleks perumahan
bervariasi antara 7 s.d 18 orang, sebagai mana ditunjukan pada
Tabel 5.12.
Jawaban 160 orang responden (80 orang kelompok satu dan 80
orang responden kelompok dua) yang terkumpul selanjutnya
ditabulasi, di mana tabulasi jawaban responden selengkapnya
63
ditunjukan pada lampiran 5. Pada lampiran 5 ditunjukan bahwa
nilai jawaban setiap variable dirata-rata (mean), yaitu mean
keamanan (m_man), mean kebersihan (m_sih), mean jalan (m_lan)
mean penerangan (m_ter), mean fasilitas (m_fas), dan nilai
keseluruhan (a_II).
Tabel 5.12. Jumlah Sampel dari Setiap Nama Perumahan.Kelompok Ada/ tidak
Ada Estatemanagement
NamaPerusahaan
JumlahSampel
SubTotal
1 Ada EstateManagement
Citra BukitIndah
27
80BalikpapanRegency
26
SepingganPratama
27
2 Tidak AdaEstateManagement
Batu AmparLestari
30
80Kota CitraGraha
30
Wahana Asri 20Total 160 160
Sumber : Lampiran 7.
Selanjutnya masing – masing mean dan nilai keseluruahn
dideskripsikan ke dalam 2 katagori , yaitu “kurang baik” (mean
< 4,0) dan “ baik” (mean > 4,0), sehingga dapat dibuat Tabulasi
Silang, di mana hasilnya ditunjukan pada Lampiran 8, dan untuk
keperluan analisis akan dideskripsikan secara runtut di bawah
ini.
1. Tabulasi Silang Antar Luas Tanah dan Luas bangunan.
64
Tabel 5.13. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan LuasBangunan
CountEstateManagement
Luas Bangunan (m2)
Total <100
101 <= 200
201–<=300
301–<=400
>400
Ada Luas <=150estate Tanah 151- <= 200Mgm (m2) 201- <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
12000012
09140023
06201027
003
10
5 18
12153711580
Tidak Luas <=150Ada Tanah 151 -<= 200estate (m2)mgm201 - <= 250 Total
61
07
254
561
09
312
864
880
Sumber : Lampiran 8.1
Tabel 5.13 menunjukan bahwa perumahan yang ada estate
management maupun tidak ada estate management cenderung mempunyai
luas bangunan lebih besar dari luas tanah yang ada. Hal ini
menunjukan bahwa perumahan pada dua kelompok perumahan tersebut
cenderung memiliki dua lantai, tentunya dengan pertimbangan 65
lebih memadai untuk keluarga besar atau perabot rumah tangga
yang banyak.
2. Tabulasi Silang Antar Luas Tanah dan Iuran PemeliharanLingkungan
Tabel 5.14. Tabulasi Silang Antara Luas tanah denganIuran Pemeliharaan Lingkungan.
Count
EstateManagement
Iuran Pemeliharaan Lingkungan (Rp)
Total
Gratis
1-<=100000
100001 -<=
200000
200001 -<=
300000
>300000
Ada Luas <=150estate Tanah 151- <= 200Mgm (m2)201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
0660012
122120026
0777223
003137
0093012
12 15 37 11 5 80
Tidak Luas <=150Ada Tanah 151- <= 200estate (m2)mgm201 - <= 250 Total
864
880
8 64
8 80
Sumber : Lampiran 8.2
Tabel 5.14 menunjukan bahwa perumahan yang ada estate
management menetapkan iuran pemeliharaan lingkungan setiap bulan
sangat bervariatif (gratis s.d > Rp 300 Ribu) untuk setiap 66
kelompok luas tanah. Iuran gratis hanya ada pada komplek
perumahan dikarenakan perumahan tersebut baru di huni. Luas
tanah yang lebih besar cenderung mempunyai iuran pemeliharaan
lingkungan relative besar. Sebaliknya, perumahan yang tidak ada
estate management berapa pun luas tanahnya iuran pemeliharaan
lingkungan maksimal Rp 100 Ribu setiap bulan (Rp 30 ribu s.d Rp
65 ribu). Besar kecilnya iuran pemeliharaan lingkungan tersebut
diasumsikan didasarkan atas kesepakatan warga dengan suatu
catatan tidak memberatkan warga. Hal ini berbeda dengan iuran
pemeliharaan linkungan yang ada estate management , di mana
besarnya iuran ditetapkan oleh pengelola perumahan.
3. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan IuranPemeliharaan Lingkungan.
Tabel 5.15. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganIuran Pemeliharaan Lingkungan.
Count
EstateManagement
Iuran Pemeliharaan Lingkungan (Rp)
Total
Gratis
1 -<=100000
100001 -<=
200000
200001 -<=
300000
>300000
Ada Luas<= 100estate Bangunan201 - <= 300Mgm (m2)301 - <= 400 > 400 Total
0210012
1277026
01301023
01247
008412
1223271880
Tidak Ada Luas<= 150Ada Tanah
864
864
67
151 - <= 200estate (m2)mgm201 - <= 250 Total
880 8
80
Sumber : Lampiran 8.3
Tabel 5.15 menunjukan bahwa perumahan yang ada estate
management menetapkan iuran pemeliharaan lingkungan setiap bulan
sangat bervariatif (gratis s.d > Rp 300 Ribu) untuk setiap
kelompok luas Bangunan. Iuran gratis hanya ada pada komplek
perumahan dikarenakan perumahan tersebut relative baru di huni
Luas bangunan yang lebih besar cenderung mempunyai iuran
pemeliharaan lingkungan relative besar. Sebaliknya, perumahan
yang tidak ada estate management berapa pun luas bangunannya iuran
pemeliharaan lingkungan maksimal Rp 100 Ribu setiap bulan (Rp
30 ribu s.d Rp 65 ribu). Dengan asumsi yang sama seperti
dijelaskan pada table 5.14.
5.3.2. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan
variable PenelitianKelompok perumahan sengaja tak dipisahkan, karena hasil
penelitian hanya untuk melihat apakah luas bangunan pada semua
variable penelitian (keamanan, kebersihan, jalan, penerangan,
fasilitas, dan keseluruhan nilai perumahan) dipersepsikan baik
atau kurang baik oleh responden.
1. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan KeamananPerumahan.
Tabel 5.16. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganKeamanan Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurang Baik 68
BaikLuas<= 100Bangunan101 - <= 200(m2)201 - <= 300 301 - <= 400 > 400Total
720443
38
1241312315
122
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.4
Tabel 5.16 menunjukan bahwa meskipun keamanan perumahan
dari berbagai luas bangunan ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya keamanan perumahan baik.
2. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan KebersihanPerumahan.
Tabel 5.17. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganKebersihan Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas<= 100Bangunan101 - <= 200(m2)201 - <= 300 301 - <= 400 > 400Total
613321
25
1348322517
135
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.4
69
Tabel 5.17 menunjukan bahwa meskipun kebersihan perumahan
dari berbagai luas bangunan ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya kebersihan perumahan baik.
3. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan JalanPerumahan.
Tabel 5.18 menunjukan bahwa meskipun jalan perumahan dari
berbagai luas bangunan ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya jalan perumahan baik.
Tabel 5.18. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganJalan Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas<= 100Bangunan101 - <= 200(m2)201 - <= 300 301 - <= 400 > 400Total
910731
30
105128241730
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.5
4. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan PeneranganPerumahan.
Tabel 5.19. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganPenerangan Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
70
Luas<= 100Bangunan101 - <= 200(m2)201 - <= 300 301 - <= 400 > 400Total
816613
34
1145292615
126
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.5
Tabel 5.19 menunjukan bahwa meskipun penerangan perumahan
dari berbagai luas bangunan ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya penerangan perumahan baik.
5. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan FasilitasPerumahan.
Tabel 5.20. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganFasilitas Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas<= 100Bangunan101 - <= 200(m2)201 - <= 300 301 - <= 400 > 400Total
913523
32
1048302515
128
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.6
71
Tabel 5.20 menunjukkan bahwa meskipun fasilitas perumahan
dari berbagai luas bangunan ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya fasilitas perumahan yang baik.
6. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan dengan Keseluruhan Nilai Perumahan
Tabel 5.21. Tabulasi Silang Antara Luas Bangunan denganKeseluruhan Nilai Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas Bangunan (m2)<=100 101 - <= 200 201 - <= 300 301 - <= 400 >400 Total
915644
38
1046292314
122
1961352718
160
Sumber : Lampiran 8.6
Tabel 5.21 menunjukkan bahwa meskipun keseluruhan nilai
perumahan dari berbagai luas bangunan ada yang kurang baik,
tetapi pada umumnya keseluruhan nilai perumahan baik.
5.3.3. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah Perumahan
dengan Variabel-Variabel Penelitian 1. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan Keamanan
Perumahan
Tabel 5.22 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan KeamananPerumahan
Count
72
Keamanan PerumahanTotalKurang
BaikBaik
Luas Bangunan (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
822620
38
12573995
122
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.7.
Tabel 5.22 menunjukkan bahwa meskipun keamanan perumahan
dari berbagai luas tanah ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya keamanan perumahan baik.
2. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan KebersihanPerumahan
Tabel 5.23 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah denganKebersihan Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas Tanah (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
71440038
136541115
135
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.7.
73
Tabel 5.23 menunjukkan bahwa meskipun Kebersihan perumahan
dari berbagai luas tanah ada yang kurang baik, tetapi pada
umumnya Kebersihan perumahan baik.
3. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan Jalan Perumahan
Tabel 5.24 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan JalanPerumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas Tanah (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
81561030
126439105
130
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.8.
Tabel 5.24 menunjukkan bahwa meskipun Jalan perumahan dari
berbagai luas tanah ada yang kurang baik, tetapi pada umumnya
Jalan perumahan baik.
4. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan Penerangan
Perumahan
Tabel 5.25 menunjukkan bahwa meskipun penerangan
perumahan dari berbagai luas tanah ada yang kurang baik,
tetapi pada umumnya penerangan perumahan baik.
Tabel 5.25 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan PeneranganPerumahan
CountKeamanan Perumahan
74
TotalKurangBaik
Baik
Luas Tanah (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
82033034
12594285
126
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.8.
5. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan FasilitasPerumahan
Tabel 5.26 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan FasilitasPerumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas Tanah (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
91373032
11663885
128
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.8.
Tabel 5.26 menunjukkan bahwa meskipun penerangan
fasilitas dari berbagai luas tanah ada yang kurang baik,
tetapi pada umumnya fasilitas perumahan baik.
6. Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan Keseluruhan NilaiPerumahan.
75
Tabel 5.27 Tabulasi Silang Antara Luas Tanah dengan KeseluruhanNilai Perumahan
CountKeamanan Perumahan
TotalKurangBaik
Baik
Luas Tanah (m2)<=150 151 - <= 200 201 - <= 250 251 - <= 300 > 300 Total
92063038
11593985
122
207945115
160
Sumber : Lampiran 8.9.
Tabel 5.27 menunjukkan bahwa meskipun keseluruhan nilai
perumahan dari berbagai luas tanah ada yang kurang baik,
tetapi pada umumnya keseluruhan nilai perumahan baik.
5.3.3. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan dengan Variabel-Variabel Penelitian 1. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Keamanan Perumahan.
Tabel 5.28 Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan dengan Keamanan Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran PemeliharaanGratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000
232301
1074207
11
20106237
12 76
100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
38 122 160
Sumber : Lampiran 8.10.
Tabel 5.28 menunjukkan bahwa meskipun keamanan perumahan
dari berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada yang kurang
baik, tetapi pada umumnya keamanan perumahan baik.
2. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Kebersihan Perumahan.
Tabel 5.29 Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan dengan Kebersihan Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran PemeliharaanGratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000 100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
123001
25
1183237
11135
20106237
12160
Sumber : Lampiran 8.10.
Tabel 5.29 menunjukkan bahwa meskipun kebersihan perumahan
dari berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada yang kurang
baik, tetapi pada umumnya kebersihan perumahan baik.
77
3. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Jalan Perumahan.
Tabel 5.30 Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan dengan Jalan Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran PemeliharaanGratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000 100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
224400
30
1082197
12130
12106237
12160
Sumber : Lampiran 8.10.
Tabel 5.30 menunjukkan bahwa meskipun jalan perumahan dari
berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada yang kurang baik,
tetapi pada umumnya jalan perumahan baik.
4. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Jalan Perumahan
Tabel 5.31 Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan dengan Penerangan Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran Pemeliharaan 0 12 12 78
GratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000 100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
30400
34
76197
12126
106237
12160
Sumber : Lampiran 8.11.
Tabel 5.31 menunjukkan bahwa meskipun penerangan perumahan
dari berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada yang kurang
baik, tetapi pada umumnya penerangan perumahan baik.
5. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Fasilitas Perumahan.
Tabel 5.32 Tabulasi Silang Antara Iuran PemeliharaanLingkungan dengan Fasilitas Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran PemeliharaanGratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000 100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
128300
32
1178207
12128
12106237
12160
Sumber : Lampiran 8.12.
79
Tabel 5.32 menunjukkan bahwa meskipun fasilitas perumahan
dari berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada yang kurang
baik, tetapi pada umumnya fasilitas perumahan baik.
6. Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan Lingkungan
dengan Jalan Perumahan.
Tabel 5.33 Tabulasi Silang Antara Iuran Pemeliharaan
Lingkungan Keseluruhan Nilai Penerangan Perumahan
CountKeamananPerumahan Total
KurangBaik
Baik
Iuran PemeliharaanGratisLingkungan (Rp) 1- <= 1000000 100001 - <= 200000 200001 - <= 300000 > 300000 Total
132401
38
1174197
11122
12106237
12160
Sumber : Lampiran 8.12.Tabel 5.33 menunjukkan bahwa meskipun keseluruhan nilai
perumahan dari berbagai iuran pemeliharaan lingkungan ada
yang kurang baik, tetapi pada umumnya keseluruhan nilai
perumahan baik.
5.3.4. Deskripsi Perbedaan Nilai Total pada Dua
Kelompok Perumahan Analisis di bawah ini disajikan untuk mengetahui adanya
perbedaaan nilai total masing-masing indikator variabel 80
penelitian pada dua kelompok perumahan yang dianalisis,
sehinggan akan dapat diketahui mana indikator variable
penelitian yang lebih baik, untuk kelompok satu (ada estate
management) atau kelompok dua (tidak ada estate management),
lihat Tabel 5.34.
Tabel 5.34. Nilai Total Masing-Masing Indikator VariabelPenelitian
No. Pernyataan Ada EM Tanpa EM (ada EM-Tanpa EM)*
Sig.(2-tailed)Δ
Keamanan 1
Satpam dapat menjaga keamanan perumahan dengan baik, yang didedikasikan dengan tidak adanya pencurian di komplek perumahan
377 376 1 0,001
Keamanan 2Satpam selalu memeriksa setiap tamu/orang lain yang masuk ke komplek perumahan
393 347 46 0,040
Keamanan 3Pos satpam dan sarana yang dibutuhkan oleh satpam tersediadengan baik
399 343 56 0,048
Keamanan 4Pergantian jadwal kerja satpam sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
395 362 33 0,028
Keseluruhan Keamanan 1564 1428 136 0,029
Kebersihan 1Petugas pengangkut sampah mengambil sampah warga sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
386 384 2 0,002
Kebersihan 2 Jalan-jalan di komplek perumahan tiap hari dibersihkan 394 376 18 0,015
Kebersihan 3Selokan got di komplek perumahan diersihkan, baik padamusim hujan atau kemarau
376 362 14 0,012
Kebersihan 4Kebersihan fasilitas umum dan fasilitas sosial dijalankan dengan tanggung jawab
387 343 44 0,038
Keseluruhan Kebersihan 1543 1465 78 0,017
Jalan 1
Jalan-jalan di komplek perumahan dirawat dengan baik, dan bila ada kerusakan cepat diperbaiki380
379 377 2 0,002
Jalan 2Papan nama jalan di dalam kompkek perumahan berada pada posisi yang mudah dibaca
403 380 23 0,019
Jalan 3Di komplek perumahan terdapat papan peetunjuk arah dan rambu-rambu lalu lintas yang memadahi
394 359 35 0,030
Jalan 4
Lebar jalan di komplek perumahan memadahi untuk dua kendaraan yang bersimpangan (masuk dan keluar)
402 390 12 0,010
Keseluruhan Jalan 1578 1506 72 0,015
Penerangan 1 Penerangan pada lokasi fasilitas umum memadahi 379 365 14 0,012
81
Penerangan 2 Penerangan pada lokasi fasilitas sosial memadahi 389 366 23 0,019
Penerangan 3 Penerangan pada jalan utama komplek perumahan memadahi 395 362 33 0,028
Penerangan 4Penerangan pada jalan bukan utama komplek perumahan memadahi
387 352 35 0,030
Keseluruhan Penerangan 1550 1445 105 0,022
Fasilitas 1
Di komplek perumahan ada program penghijauan kiri-kanan jalan yang dikerjakan/dirawat baik
378 365 13 0,011
Fasilitas 2Di komplek perumahan ada program pertanaman yang dikerjakan/dirawat dengan baik
375 343 32 0,028
Fasilitas 3Pemeliharaan fasilitas umum dilakukan secara berkala dan penuh tanggung jawab
382 346 36 0,031
Fasilitas 4Pemeliharaan fasilitas social dilakukan secara berkala dan penuh tanggung jawab
380 353 27 0,023
Keseluruhan Fasilitas 1515 1407 108 0,024
KeseluruhanSecara keseluruhan, pengelolahan lingkungan yang ada di komplek perumahan bagus
357 325 32 0,030
Sumber : Lampiran 9.1, 9.2, dan 9.3.Keterangan : * Apabila nilai (Ada EM-Tanpa EM) Positif, makanilai perumahan
yang ada estate management lebih bagus dari padaperumahan yang tidak ada estate management.
Δ Sig. (2-tailed) < 0,05, perbedaan tersebutsignifikan.
Tabel 5.34 menunjukkan bahwa nilai total masing-masing
indikator variabel ( Keamanan 1 s.d Fasilitas 4), variabel
penelitian ( keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, fasilitas
), dan nilai keseluruhan perumahan untuk perumahan yang ada
estate management lebih besar dari perumahan yang tidak ada estate
management . Realitas tersebut menunjukkan bahwa nilai perumahan
yang ada estate management untuk setiap indikator yang diteliti
adalah lebih baik dari pada nilai perumahan yang tidak ada estate
management. Hal ini dapat dimungkinkan karena perumahan yang ada
estate management, penanganan pemeliharaan lingkungannya mulai
dari keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan
82
pemeliharaan fasilitas lebih terkontrol dan efektif, sehingga
hasilnya lebih baik. Perbedaan nilai tersebut setelah diuji
terbukti segnifikan (Sig. < 0,05). Dengan demikian dapat
dikatakan, bahwa perumahan yang pemeliharaanya dikelolah oleh
estate management adalah lebih baik dari pada perumahan yang
tidak ada estate management .
5.4. Uji AsumsiUji Asumsi dimaksudkan agar diperoleh hasil pengolahan data
yang akurat, sehingga data penilitian layak dianalisis lebih
lanjut dengan menggunakan analisis diskriminasi. Data
penelitian yang meliputi keamanan, kebersihan, jalan,
peneranagan, dan fasilitas ditunjukkan pada Lampiran 5 (Data
Entry SPSS) dan Lampiran 6 (Data Zscore untuk uji Outlier).
Selanjutnya, data penilitian tersebut diolah dengan SPSS untuk
diuji asumsi klasik, Hasil uji asumsi klasik, yang meliputi uji
normalitas, Outlier data, uji multikolinieritas, dan matriks
konvarians ditunjukkan pada Lampiran 10, untuk keperluan
analisis disajikan kembali secara runtut dibawah ini.
1. Uji Normalitas Data Penelitian.
Tabel 5.35. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Variabel NSkweness Kurtosis
Statistic
√(6/N)
ZSkweness Statistic
√(24/N)
Zkurtosis
Keamanan 160 -0,211
0,194
-1,090 -0,346
0,387
-0,893
83
Kebersihan
160 -0,322
0,194
-1,663 -0,312
0.387
-0,806
Jalan 160 -0,438
0,194
-2,262 -0,288
0,387
-0,744
Penerangan
160 0,399 0,194
2,060 0,110 0,387
0,284
Fasilitas 160 0,425 0,194
2,195 0,014 0,387
0,036
Sumber : Lampiran 10.1 diolahKeterangan : ZSkewness dan ZKurtosis berada pada ± 2,58, data disimpulkan normal.
Tabel 5.35 menunjukkan bahwa semua data penelitian yang
terdiri dari keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan
fasilitas berdistribusi normal, karena nilai Zskewness dan Zkurtoris
berada pada ± 2,58, sehingga memenuhi asumsi normalitas yang
disyaratkan dan layak untuk diolah lebih lanjut.
2. Uji Outlier Data Penelitian
Tabel 5.36. Hasil Uji Outlier Data PenelitianVariabel N Minimum Maximum
Zscore: Keamanan 160 -2,45161 2,33545Zscore:Kebersihan
160 -2,50473 2,25039
Zscore: Jalan 160 -2,13515 2,56071Zscore:Penerangan
160 -2,40576 2,00911
Zscore: Fasilitas 160 -2,46612 2,32634Sumber : Lampiran 10.1 diolahKeterangan : Nilai Minimum dan Maximum berada pada ± 2,58, data disimpulkan
normal.
84
Tabel 5.36 menunjukkan bahwa semua data penelitian yang
terdiri dari keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan
fasilitas bebas outlier, karena nilai Minimum dan Maximum berada
pada ± 2,58, sehingga memenuhi asumsi bebas outlier yang
disyaratkan dan layak untuk diolah lebih lanjut.
3. Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian
Tabel 5.37. Hasil Uji Multikolinieritas VariabelPenelitian
CorrelationsKeamanan Kebersih
anJalan
Penerangan
Fasilitas
KemananPearsonCorrelation Sig- (2-Tailed) N
1 - 160
.614**
.000 160
.567*
*
.000 160
.575**
.000 160
.491**
.000
160
KebersihanPearsonCorrelation Sig- (2-Tailed) N
.614**
.000
160
1 - 160
.610*
*
.000 160
.589**
.000 160
.518**
.000
160
JalanPearsonCorrelation Sig- (2-Tailed) N
.567**
.000 160
610**
.000 160
1 - 160
576**
.000 160
.530**
.000 160
PeneranganPearsonCorrelation Sig- (2-Tailed) N
.575**
.000
160
.589**
.000 160
576**
.000 160
1 - 160
.598**
.000 160
FasilitasPearson
.491**
..518**
.530*
*.598**
1
85
Correlation Sig- (2-Tailed) N
000
160
.000 160
.000 160
.000 160
- 160
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)Sumber : Lampiran 10.1Keterangan : Nilai korelasi < 0,80, variable penelitian bebas multikolinearitas.
Tabel 5.37 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian yang
terdiri dari keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan
fasilitas bebas multikolinieritas, karena nilai korelasi <
0,80, sehingga memenuhi asumsi bebas multikolinieritas yang
disyaratkan dan layak untuk diolah lebih lanjut.
4. Uji Matriks Kovarians Variabel Bebas Penelitian
Tabel 5.38. Hasil Uji Matriks Kovarians Variabel BebasPenelitian
Test ResultsBox’s MFApprox df1 df2 Sig.
21.7151.382
1556062.421
.146
Tests null hypothesis of equal population covariance matricesSumber : Lampiran 10.2Keterangan : Sig. > 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak (diterima).
Hipotensi statistik yang diajukan, yaitu H0 : group covariance
matrices relatif sama. Tabel 4.38 menunjukkan bahwa Sig. 0.146 >
0,05, sehingga H0 tidak dapat ditolak, atau dapat diartikan group
covariance matrices untuk dua kelompok yang dianalisis adalah
relatif sama. Dengan demikian data penelitian sudah memenuhi
asumsi analisis diskriminan, sehingga proses analisis bisa
86
dilanjutkan. Sama dan tidaknya group covariance matrices juga bisa
dilihat dari Output Log Determinant sebagai mana ditunjukkan pada
tabel 5.39.
Tabel 5.39. Log DeterminantLog Determinants
E_MGM Rank Log Determinant
Ada estate mgmTidak ada estate mgmPoled within-groups
555
-4.390-3.435-3.728
The ranks and natural logarithms of determinantsPrinted are those of the group covariance matricesSumber : Lampiran 10.2
Tabel 5.39 menunjukkan Log Determinant untuk satu kelompok
satu (perumahan yang ada estate management ) (-4,390) dan kelompok
dua (perumahan yang tidak ada estate management ) (-3,435) tidak
berbeda banyak, hanya 0,955, sehingga group covariance matrices akan
relatif sama untuk kedua kelompok perumahan tersebut.
5.5. Analisis DiskriminanAnalisis diskriminan mensyaratkan data penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu untuk sampel estimasi dan holdout. Dalam
penelitian ini, data sebanyak 160 dibagi menjadi dua, dalam hal
ini 120 data (75%) sebagai sampel estimasi yaitu untuk
mengestimasi fungsi/model diskriminan (60 sampel dari kelompok
satu dan 60 sampel untuk kelompok dua) dan sisanya 40 data
(25%) sebagai holdout untuk memvalidasi fungsi diskriminan.
Pembagian dta dilakukan secara acak/random dengan memperhatikan
masing-masing kompleks perumahan terwakili secara proposional.
Data sampel estimasi sebanyak 120 (75%) ditunjukkan pada
lampiran (stepwise method) selengkapnya ditunjukkan pada lampiran
12. Hasil pengolahan data secara runtut dijelaskan pada sub-sub
bab berikut ini. 87
5.5.1. Analisis Mean Variabel-Variabel PenelitianAnalisis Mean dimaksudkan untuk mengetahui faktor pembeda
utama nilai perumahan, baik yang ada estate management maupun yang
tidak ada estate management.
Tabel 5.40 menunjukkan bahwa pada kelompok satu (perumahan
yang ada estate management) mean yang terbesar adalah mean Jalan
(4,9417). Hal ini juga menunjukkan bahwa faktor pembeda utama
nilai perumahan yang tidak ada estate management adalah faktor
jalan. Jadi, jalan merupakan nilai pembeda utama perumahan,
baik yang ada estate management maupun tidak ada estate management.
E_MGM Mean
Std
Deviation
Valid N(listwise)
Unweight
Weighted
88
Ada estate mgmKEAMANAN
KEBERSIHAN
JALAN
PENERANGAN
FASILITAS
4.8542
4.8167
4.9417
4.7917
4.7250
.81990
.76173
.82128
.87596
.91330
60
60
60
60
60
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
Tidak ada estate mgm KEAMANAN
KEBERSIHAN
JALAN
PENERANGAN
FASILITAS
4.3625
4.4458
4.6542
4.3958
4.3042
.91645
.88429
.87466
.98859
.96451
60
60
60
60
60
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
TOTALKEAMANAN
KEBERSIHAN
JALAN
PENERANGAN
FASILITAS
4.6083
4.6313
4.7979
4.5938
4.5146
.90036
.84264
.85706
.95104
.95887
120
120
120
120
120
120.000
120.000
120.000
120.000
120.000
Sumber : Lampiran 12.1.Keterangan : Perumahan yang ada estate management sebanyak 60 sampel.
Perumahan yang tidak ada estate management sebanyak 60 sampel.
Secara keseluruhan, perumahan yang ada estate management
mempunyai nilai mean keamanan, kebersihan, jalan, peneranagan,
89
dan fasilitas lebih besar dari pada peruamahan yang tidak ada
estate management. Hal ini berarti, perumahan yang estate management
nilainya relatif lebih baik dari pada perumahan yang tidak ada
estate management. Ditinjau dari Standart Deviation (SD), perumahan
yang ada estate management mempunyai nilai SD lebih renda dari
pada SD perumahan yang tidak ada estate management. Hal ini
menunjukkan jawaban responden untuk perumahan yang ada estate
management relatif lebih homogen, artinya jawaban responden
antara satu responden yang lain relatif mendekati sama (tidak
jauh berbeda).
5.5.2. Analisis dari “Variabel in the Analysis”
Analisis dari “Variabel in the Analysis” dimaksudkan untuk
menampilkan prediktor-prediktor (keamanan, kebersiahan,
jalan, penerangan, dan fasilitas) yang benar-benar
membedakan antara kelompok satu dan kelompok dua yang akan
dianalisis.
Tabel 5.41. Variables in The AnalyisisVaiables Entered/Removed a,b,c,d
Step
Entered
Min. D SquaredExact F
Statistic
BetweeGroups
Statistic
df1
df2 Sig
1 KEAMANAN
.320
AdaestateMgm andTidakadaestatemgm
9.591
1 118 .002
At each step, the variable that maximizes the Mahalanobis distance between the two closest groups is entered
a. Maximum number of steps is 10.b. Maximum significance of F to enter is. 05.
90
c. Minimum signification of F to remove is. 10.d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further
compulation.
Analisas diskriminan dalam penelitian ini menggunakan
metode stepwise atau metode bertahap, karena variabel bebas yang
dibahas relatif banyak. Hasil pengolahan data yang disajikan
pada Tabel 5.42 menunjukkan bahwa pada step 1 analisis telah
berhenti. Hasilnya adalah dari lima variabel bebas yang
dianalisis (keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan
fasilitas) hanya satu variabel yang benar-benar membedakan
antara kelompok satu dan kelompok dua yang akan dianalisis,
yaitu variabel keamanan, yang didukung oleh nilai Sig. 0,002 <
0,05. Artinya hanya keamanan perumahan yang benar-benar mampu
membedakan antara nilai perumahan yang ada estate management dan
nilai perumahan yang tidak ada estate management. Pernyataan
tersebut didukung oleh nilai Wilks Lambda sebesar 0.925 yang
menunjukkan 92,50% varians tidak dapat dijelaskan oleh
perbedaan antar kelompok dan keberadaanya signifikan secara
statistik (Sig. < 0,05). Dengan demikian, variabel keamanan
benar-benar mampu membedakan nilai perumahan yang ada estate
management dan nilai perumahan yang tidak ada estate management.
Pernyataan tersebut didukung oleh nilai Chi-Square sebesar 9,183
(Lampiran 12.3) dengan tingkat signifikan yang tinggi (Sig.
0.002).
Fungsi diskriminan yang terbentuk, yaitu Zscore = -
5,300+1,150 Keamanan (lihat Lampiran 12.4). Ketepatan prediksi
(Percent Correctly Classified) dari fungsi diskriminan tersebut relatif
tinggi yaitu sebesar 63,33%, sehingga fungsi atau model
diskriminan di atas dapat digunakan untuk analisis diskriminan.
91
Hal ini didukung oleh hasil pembuktian bahwa fungsi diskriminan
adalah valid, karena Cmax 75% > 62,50% (0,752 + 0,252), dan akurat
karena Press’s Q (Estimasi) sebesar 8,35 > 6,63 (Press’s Q Statistic).
5.6. PembahasanSuatu perumahan, baik yang ada estate management maupun yang
tidak ada estate management, keberadaannya tidak terlepas dari
faktor lingkungan, yang meliputi faktor keamanan, kebersihan,
jalan, penerangan, dan fasilitas. Untuk mendukung keberhasilan
pemeliharaan lingkungan tersebut, terkecuali pengolala
perumahan yang bersangkutan sedang melakukan promosi.
Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif dapat diketahui
bahwa :
1. Terdapat ketergantungan (asosiasi) yang signifikan antara
luas tanah dengan luas bangunan pada perumahan yang ada
estate management dan yang tidak ada estate management.
Maksudnya, orang cenderung membangun rumah melebihi luas
tanah yang ada dengan cara membangun rumah bertingkat, yang
dirasa sangat sesuai untuk keluarga besar atau menyimpan
perabot rumah tangga yang banyak.
2. Terdapat ketergantungan yang signifikan antara luas tanah
dengan iuran pemeliharaan pada perumahan yang ada estate
management tetapi tidak pada peruamahan yang tidak ada estate
management. Demikian juga, terdapat ketergantungan yang
segnifikan antara luas bangunan dengan iuran pemeliharaan
pada perumahan yang ada estate management, tetapi tidak pada
perumahan yang tidak ada estate management. Hasil analisis
terdapat membuktikan bahwa iuran pemeliharaan lingkungan, di
samping ditetapkan berdasarkan luas tanah juga didasarkan 92
pada luas bangunan (meskipun pernyataan tersebut tidak dapat
digeneralisasi). Dengan suatu asumsi, bahwa bangunan yang
luas (misalnya rumah dengan lantai dua) pengamanan yang
dilakukan oleh satpam cenderung lebih ekstra hati-hati
(biaya satpam relatif bertambah), rumah yang luas cenderung
jumlah penduduknya banyak, di mana jumlah penduduk yang
banyak cenderung produksi sampah rumah tangga juga banyak,
hal ini akan berpengaruh terhadap biaya kebersihan
pengangkutan sampah.
3. Terdapat ketergantungan yang signigfikan antara luas
bangunan, luas tanah, dan iuran pemeliharaan lingkungan
dengan faktor-faktor lingkungan, yang meliputi keamanan,
kebersihan, jalan, penerangan, dan fasilitas secara parsial
(sendiri-sendiri). Hal ini menunjukkan bahwa demografi
perumahan sangat berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan
dapat diaplikasikan untuk menunjang nilai suatu perumahan
4. Perumahan yang ada estate management mempunyai keamanan,
kebersihan, jalan, penerangan, dan fasilitas lebih baik dari
pada perumahan yang tidak ada estate management. Hal ini dapat
dipahami, karena pihak pengelola perumahan mempunyai beban
moral untuk bekerja lebih baik dalam mewujudkan faktor-
faktor lingkungan yang indah, aman, nyaman agar penghuni
perumahan puas dan mendapatkan nilai yang diharapkan.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan dapat dikatakan bahwa
nilai perumahan yang ada estate management dan nilai perumahan
yang tidak ada estate management terbukti berbeda secara
signifikan. Oleh karena hanya ada dua kelompok yang dianalisis,
maka hanya diperoleh satu fungsi diskriminan, yaitu : 93
Zscore = -5,300 + 1,150 KEAMANAN
Fungsi diskriminan tersebut valid atau sahih (75% [CMAX] >
62,5%[CPRO]) dan mempunyai tingkat akurasi prediksi yang
baik/tinggi (63,35), sehingga layak untuk diinterpretasikan
lebih lanjut atau dapat digunakan untuk menganalisis kasus
nilai perumahan yang ada estate management dan tidak ada estate
management pada sampel penelitian yang lain. Di antara lima
variabel bebas yang dianalisis, yaitu keamanan, kebersihan,
jalan, penerangan, dan fasilitas, ternyata hanya variabel
keamanan yang bener-bener mampu membedakan nilai perumahan yang
ada estate management dan nilai perumahan yang tidak ada estate
management. Bahkan keamanan merupakan variabel kebersihan,
jalan, penerangan, dan fasilitas. Hasil penelitian tersebut
dapat dipahami, karena sebagian besar responden mengaku bahwa
yang diutamakan di dalam kompleks perumahan adalah keamanan.
Keamanan bagi sejumlah besar penghuni perumahan merupakan hal
yang sangat utama karena menyangkut keselamatan orang dan harta
benda, yang dapat menunjang kenyamanan, sedangkan faktor-faktor
lingkungan yang lain merupakan faktor sekunder bahkan tersier.
94
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif dapat
diketahui bahwa :
a. Total nilai keamanan dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 1,564 dibanding 1,428. Menunjukan
keamanan perumahan yang ada estate management lebih baik
daripada yang tidak ada estate management
95
b. Total nilai kebersihan dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 1,563 dibanding 1,465. Menunjukan
kebersihan perumahan yang ada estate management lebih baik
daripada yang tidak ada estate management
c. Total nilai jalan dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 1,578 dibanding 1,506. Menunjukan
jalan perumahan yang ada estate management lebih baik
daripada yang tidak ada estate management
d. Total nilai penerangan dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 1,550 dibanding 1,445. Menunjukan
penerangan perumahan yang ada estate management lebih baik
daripada yang tidak ada estate management
e. Total nilai fasilitas umum dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 1,515 dibanding 1,407. Menunjukan
fasilitas umum perumahan yang ada estate management lebih
baik daripada yang tidak ada estate management
f. Keseluruhan nilai dari perumahan yang ada estate
management lebih besar dari pada yang tidak ada estate
management, yaitu 357 dibanding 325. Menunjukan secara
keseluruhan nilai perumahan yang ada estate management
lebih baik daripada yang tidak ada estate management
2. Berdasarkan hasil analisis diskriminan dapat dikatakan
bahwa :
96
a. Nilai perumahan yang ada estate management dan nilai
perumahan yang tidak ada estate management terbukti
berbeda secara signifikan (sig,< 0,05).
b. Oleh karena hanya ada dua kelompok yang dianalisis, maka
hanya diperoleh satu fungsi diskriminan, yaitu : Z score
= -5,300 + 1,150 KEAMANAN. Fungsi diskriminan tersebut
valid (sahih) dan mempunyai tingkat akurasi prediksi
yang baik/tinggi, sehingga layak untuk
diinterprestasikan lebih lanjut atau dapat digunakan
untuk menganalisis kasus nilai perumahan yang ada estate
management dan tidak ada estate management pada sampel
sampel penelitian lain.
c. Diantara lima variable bebas yang dianalisis, yaitu :
keamanan, kebersihan, jalan, penerangan, dan fasilitas,
ternyata hanya variable keamanan yang benar benar mampu
membedakan nilai perumahan yang ada estate management dan
nilai perumahan yang tidak ada estate management. Bahkan
keamanan merupakan variable yang dominan mempengaruhi
nilai perumahan. Bila dibandingkan dengan variable
kebersihan, jalan, penerangan, dan fasilitas.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini terkait
dengan perumahan yang memiliki estate management dan tidak ada
estate management, yaitu :
Pengelolaan lingkungan pada perumahan yang ada estate
management dan tidak ada estate management adalah 97
baik, meskipun pengelolaan lingkungan yang
dikoordinir estate management sedikit lebih baik,
itulah sebabnya, setiap pengelola perumahan hendaknya
tetap memperhatikan dan memelihara lingkungan fisik
perumahan, yang meliputi : keamanan, kebersihan,
jalan, penerangan, dan fasilitas, karena
keberadaannya dapat meningkatkan nilai perumahan.
Kontribusi pemeliharaan lingkungan hendaknya
didasarkan pada luas tanah dan luas bangunan rumah,
karena secara logika, tanah dan bangunan rumah yang
semakin luas tingkat keamanannya semakin kompleks,
jalan semakin lebar dan semakin menuntut tenaga
kebersihan bekerja ekstra berat, dan produksi sampah
rumah relative lebih banyak
Hendaknya memberikan perhatian utama pada factor
keamanan, karena terbukti benar benar mampu secara
signifikan membedakan nilai perumahan yang ada estate
management dengan tidak ada estate management
98