Proposal PKL I

28
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian hingga saat ini menjadi komponen yang sangat strategis dari upaya pembangunan nasional karena sifatnya yang multidimensi. Pembangunan pertanian juga harus dapat memadukan secara optimal pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi. Selain itu, pembangunan pertanian haruslah selaras dengan arah kebijakan pembangunan nasional. Membangun pertanian tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata, tetapi lebih merupakan suatu rekayasa sosial (social engineering) , dimana petani, masyarakat dan seluruh stakeholders pembangunan pertanian merupakan fokus perhatian dalam proses perekayasaan tersebut (Suswono, 2012).

Transcript of Proposal PKL I

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian hingga saat ini menjadi

komponen yang sangat strategis dari upaya pembangunan

nasional karena sifatnya yang multidimensi. Pembangunan

pertanian juga harus dapat memadukan secara optimal

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, sumber

daya manusia dan sumber daya teknologi.

Selain itu, pembangunan pertanian haruslah selaras

dengan arah kebijakan pembangunan nasional. Membangun

pertanian tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik

semata, tetapi lebih merupakan suatu rekayasa sosial

(social engineering), dimana petani, masyarakat dan seluruh

stakeholders pembangunan pertanian merupakan fokus

perhatian dalam proses perekayasaan tersebut (Suswono,

2012).

2

Sejalan dengan kebijakan Kementerian Pertanian

dalam program “Swasembada Pangan Padi, Jagung dan

Kedelai” maka program tersebut diharapkan dapat dicapai

pada tahun 2017. Untuk mewujudkan program tersebut,

perlu percepatan program pada setiap tahunnya. Pada

tahun 2015, produksi padi ditargetkan 73,4 juta ton,

jagung 20 juta ton dan kedelai 1,2 juta ton.

Program swasembada padi, jagung dan kedelai

ditempuh melalui program ekstensifikasi (perluasan

areal tanam) dan intensifikasi (peningkatan

produktivitas dan peningkatan intensitas pertanaman)

dengan kegiatan antara lain : (1) Rehabilitasi Jaringan

Irigasi Tersier (RJIT) untuk menjamin ketersediaan air

yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman padi, jagung

dan kedelai yang optimal, (2) Penyediaan alat dan mesin

pertanian berupa traktor roda dua, alat tanam (rice

transplanter) dan pompa air untuk menjamin pengolahan

lahan, penanaman dan pengairan yang serentak dalam

3

areal yang luas, (3) Penyediaan dan penggunaan benih

unggul, untuk menjamin peningkatan produktivitas lahan

dan produksi, (4) Penyediaan dan penggunaan pupuk

berimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman padi,

jagung dan kedelai yang optimal, (5) Pengaturan musim

tanam dengan menggunakan Kalender Musim Tanam (KATAM),

untuk menjamin pertumbuhan tanaman padi, jagung dan

kedelai yang optimal, serta untuk mengantisipasi

dampakperubahan iklim yang menyebabkan gagal panen, (6)

Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (GPPTT).

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai

penyelenggara pendidikan tinggi keahlian di lingkungan

Kementerian Pertanian bertujuan menghasilkan penyuluh

pertanian/calon penyuluh pertanian yang akan bermitra

dengan petani dan memiliki kualitas dan kompetensi

sebagai penyuluh ahli. Dengan tujuan pendidikan

tersebut, maka proses pendidikan dirancang sedemikian

4

rupa sehingga dapat membantu mensukseskan program

Swasembada PJK 2017.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I merupakan

kegiatan yang dilaksanakan secara mandiri oleh

mahasiswa. Mereka harus mampu mengidentifikasi potensi

wilayah tingkat desa dan melaksanakan tugas sebagai

Penyuluh Pertanian pada situasi nyata di tengah

masyarakat pedesaan dan mampu melaksanakan kegiatan

penyuluhan pertanian.

Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah Tingkat

II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota

kabupaten ini terletak di Kota Barru. Kabupaten ini

memiliki luas wilayah 1.174,72 km² dan berpenduduk

sebanyak 159.235 jiwa (2006). Melihat potensi yang ada

di Kabupaten Barru maka pemilihan lokasi tersebut

sebagai lokasi Praktik Kerja Lapang (PKL) I sangatlah

cocok sebagai salah satu kabupaten pendukung dalam

mesukseskan program Swasembada PJK 2017.

5

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan PKL I, yaitu

mahasiswa :

1. Mampu menetapkan potensi dan permasalahan agribisnis

wilayah desa

2. Mampu membuat peta usahatani desa

3. Mampu menentukan komoditas agribisnis unggulan yang

bersifat

spesifik lokasi

4. Mampu menyusun program pertanian tingkat desa

5. Mampu menetapkan materi penyuluhan pertanian

berdasarkan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP)

yang ada

6. Mampu menyusun materi penyuluhan dalam bentuk

sinopsis dan media penyuluhan pertanian

7. Mampu menetapkan dan menggunakan metode penyuluhan

pertanian

8. Mampu melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian

C. Manfaat

6

Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) I adalah:

1. Dapat meminimalisir setiap permasalahan di lapangan

dengan mengenal kondisi-kondisi yang dihadapi oleh

sasaran.

2. Membantu pemerintah mensukseskan Program Swasembada

Padi, Jagung dan Kedelai

3. Menciptakan kerjasama yang baik dan saling

menguntungkan dibidang pemberdayaan sumber daya

manusia (SDM) pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

7

A. Identifikasi Potensi Wilayah

1. Pengertian identifikasi potensi wilayah

Identifikasi potensi wilayah adalah kegiatan

penggalian data dan informasi baik data sekunder maupun

data primer yag dilakukan secara partisipatif (BPK

Lenteng Sumenep, 2011).

2. Sumber identifikasi potensi wilayah

a. Data primer diperoleh di lapangan, baik dari petani

maupun masyarakat yang terkait

b. Data sekunder diperoleh dari monografi desa,

kecamatan atau BPP dan sumber-sumber lain yang

relevan (BPK Lenteng Sumenep, 2011)

3. Manfaat identifikasi potensi wilayah

a. Tersedianya data dan informasi yang memberikan

gambaran akurat mengenai potensi wilayah

b. Tersedianya data dan informasi yang kelak diperlukan

dalam proses pengambilan keputusan, baik bagi

8

pengembangan usaha tani maupun perancangan kegiatan

penyuluhan pertanian (BPK Lenteng Sumenep, 2011).

B. Aspek Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian penyuluhan pertanian

Menurut Undang-Undang SP3K No. 16. Tahun. 2006,

Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,

sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,

efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

2. Tujuan penyuluhan pertanian

9

Tujuan penyuluhan pertanian adalah upaya perbaikan

pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental,

ekonomi maupun sosial budaya. Terkait dengan pemahaman

tersebut, tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada

terwujudnya perbaikan teknis bertani, perbaikan usaha

tani dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakat

(Mardikanto, 2009).

3. Sasaran penyuluhan pertanian

Sasaran penyuluhan pertanian adalah orang yang

paling berhak mendapatkan manfaat penyuluhan yaitu

sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama

penyuluhan pertanian meliputi petani, pekebun,

peternak, baik individu maupun kelompok, dan pelaku

usaha lainnya. Sedangkan sasaran antara yaitu pemangku

kepentingan lainnya yang meliputi pemerhati pertanian,

perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh

masyarakat (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006).

4. Metode penyuluhan pertanian

10

Metode penyuluhan pertanian adalah cara

penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian

oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota

keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung

agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi

baru (Erwin, 2012). Berdasarkan jumlah sasaran dan

proses adopsi maka metode penyuluhan pertanian dapat

dibedakan menjadi tiga metode pendekatan, yaitu :

a. Metode pendekatan perorangan

Metode ini hanya dapat dilakukan atas dasar

hubungan langsung penyuluh dengan sasaran melalui

korespondensi, kunjungan rumah dan hubungan telepon.

b. Metode pendekatan kelompok

Melalui metode ini petani diajak, dibimbing dan

diarahkan secara produktif atas kerjasama. Dalam

pendekatan kelompok, metode yang dapat digunakan adalah

diskusi kelompok, temu-temu, demonstrasi, karyawisata

dan kursus tani.

11

c. Metode pendekatan massal

Metode ini dilakukan untuk menyadarkan dan

menimbulkan minat sasaran melalui siaran radio,

pertemuan, pemutaran film dan media cetak.

5. Media penyuluhan pertanian

Media penyuluhan merupakan alat bantu yang

diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar

proses mengajar selama kegiatan penyuluhan

dilaksanakan. Alat ini diperlukan untuk membantu

penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik

dalam menentukan materi penyuluhan atau menerangkan

inovasi yang disuluhkan. Tentang hal ini, alat bantu

penyuluhan terdiri dari kurikulum, lembar persiapan

penyuluhan, papan tulis atau papan penempel, alat

tulis, proyektor, dan perlengkapan ruangan (Mardikanto,

2009).

12

6. Materi penyuluhan pertanian

Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan

kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan

memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya

pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan

mengandung unsur pengembangan sumber daya manusia dan

peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan,

teknologi, informasi, manajemen, ekonomi, hukum dan

pelestarian lingkungan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2006).

C. Metodeologi PRA (Participatory Rural Appraisal)

Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu

metode pendekatan dalam proses pemberdayaan dan

peningkatan partisipasi masyarakat yang tekanannya pada

keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan

pembangunan.

13

Tujuan utama PRA yaitu untuk menjaring

rencana/program pembangunan pedesaan yang memenuhi

persyaratan. Syaratnya adalah diterima oleh masyarakat

setempat, secara ekonomi menguntungkan, dan berdampak

positif bagi lingkungan. Secara prinsip, metode ini

dapat membantub dalam menggerakkan sumberdaya alam dan

manusia untuk memahami masalah, mempertimbangkan

program yang telah sukses, menganalisis kapasitas

kelembagaan lokal, menilai kelembagaan modern yang

telah diintrodusir dan membuat rencana/program spesifik

yang operasional secara sistematis (Moehar D., dkk,

2006).

Tahapan yang akan ditempuh dalam pelaksanaan PRA

diawali dengan pembentukan tim pelaksanaan, kemudian

desk study, penetapan strategi pengumpulan data,

pengumpulan data dan penertapan kesepakatan bersama,

penyusunan rencana kerja yang dituangkan dalam laporan

hasil PRA. Pemahaman metode dan pelaksanaan PRA

14

dipertajam melalui data berupa instrumen PRA yang

memuat peta agroekosistem :

1. Transek desa dan peta dasar desa

Transek desa dan peta dasar desa dilakukan untuk

mengidentifikasi topografi, jenis tanah, vegetasi, tata

guna lahan dan informasi mengenai gambaran umum kondisi

desa.

2. Pola tanam

Pola tanam disusun berdasarkan hasil wawancara

dengan petani, penyuluhan dan kepala desa. Jadwal tanam

disusun untuk musim hujan (MH), musim kemarau I (MK I)

dan musim kemarau (MK II). Informasi yang dikumpulkan

dari petani meliputi varietas tanaman yang ditranam

pada setiap musim, hasil panen dan masalah yang

dihadapi.

3. Aliran sumberdaya (resource flow)

15

Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumberdaya

dan usaha yang ada di desa yang dapat dijual untuk

mendapatkan income untuk desa (aliran uang masuk). Pada

prinsipnya diagram ini harus mampu menunjukkan input-

output desa.

4. Topografi/peta hidrologi dan peta tanah

Peta ini dibuat berdasarkan pengamatan atau

observasi dilapangan, diskusi dengan petani dan

bedasarkan informasi yang ada.

5. Peta sumberdaya dan sosial ekonomi

Peta ini juga dibuat dari hasil observasi selama

transek dan wawancara dengan petani. Data yang diamati

adalah batas desa, karakteristik fisik desa, lokasi

perumahan dan kondisi sosial ekonomi petani.

6. Peta jenis usaha

Peta ini dibuat dari hasil pengamatan dilapangan

selama transek. Dan kemudian diinformasikan bersama

16

petani. Data yang dikumpulkan adalah jenis-jenis usaha

sektor pertanian, jasa dan industri pertanian.

7. Analisis kemajuan (trend analisis)

Analisis kemajuan ini dibuat untuk mengetahui

perkembangan sejarah desa. Informasi yang dikumpulkan

adalah sejarah mulai terbentuknyadesa, sistem pertanian

(rotasi tanaman, pola tanam, varietas tanaman, sarana

irigasi dan mekanisasi). Data ini dikumpulkan dari

catatan sejarah desa, wawancara dengan petani tua atau

tokoh-tokoh yang ada dalam masyarakat. Setelah

data/informasi ditabulasi kemudian dikonfirmasikan

kepada petani dan diskusi kelompok.

8. Venn diagram

Venn diagram ini dibuat bersama masyarakat untuk

menggambarkan keterkaitan dan keterlibatan (peranan)

berbagai lembaga pemerintah dan lembaga Swadaya

Masyarakat terhadap desa yang dikaji. Data yang

dikumpulkan adalah jenis lembaga atau instansi yang ada

didesa dan sekitar wilayah desa.

17

D. Agribisnis

Menurut Permentan Nomor 01 tahun 2014, agribisnis

adalah rangkaian usaha pertanian yang terdiri dari 4

(empat) subsistem yaitu :

1. Subsistem hulu

Subsistem hulu adalah kegiatan ekonomi

yangmenghasilkan sarana produksi (input).

2. Subsistem pertanian primer

Subsistem pertanian primer adalah kegiatan ekonomi

yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan

subsistem hulu.

3. Susbsistem agribisnis hilir

Subsistem agribisnis hilir adalah suatu subsistem

yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian.

4. Subsistem penunjang

18

Subsistem penunjang adalah kegiatan yang

menyediakan jasa penunjang antara laian permodalan,

teknologi, dan lain-lain.

E. Kegiatan Penyuluhan

a. Penyusunan RKTP

Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP)

adalah suatu rencana tertulis yang dibuat oleh penyuluh

pertanian untuk suatu wilayah kerja tertentu dalam

bentuk kegiatan penyuluhan pertanian. Rencana Kerja

Tahunan Penyuluh Pertanian merupakan salah satu tugas

pokok dan fungsi penyuluh pertanian yang harus dibuat

seorang penyuluh 2 kali dalam setahun atau paling

kurang sekali setahun. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh

Pertanian yang dibuat oleh seorang penyuluh pertanian

juga dapat membuat kegiatan dalam programa penyuluhan

Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) dan

programa penyuluhan kabupaten/kota, apabila ada

kegiatan dari kedua program tersebut yang di alokasikan

sesuai Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian yang

19

bersangkutan.

Dengan berlakunya Undang-Undang nomor 16 tahun

2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikatan dan

Kehutanan (SPPPK) maka Rencana Kerja Tahunan Penyuluh

Pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan

penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis

dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap

peningkatan produktifitas komoditas unggulan daerah dan

pendapatan petani ( Deptan, 2009 ).

b. Penyusunan LPM

LPM atau Lembar Persiapan Menyuluh adalah rencana

suatu desain kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan

untuk setiap kali sesi pertemuan. Adapun tujuan

penyusunan LPM yaitu (1) Agar memudahkan penyuluh dalam

penyampaian materi; (2) Agar penyuluhan dapat berjalan

lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan; (3)

Memudahkan dalam melakukan evaluasi baik pre-test

maupun post-test; (4) Memudahkan penyuluh dalam

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada

20

kegiatan penyuluhan; (5) Sebagai salah satu bukti

pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Sinopsis materi penyuluhan adalah ringkasan dari

materi penyuluhan yang akan disampaikan dalam

pelaksanaan penyuluhan. Sinopsis materi penyuluhan

berisi :

a. Judul: ditulis dengan menggunakan kalimat singkat

dan mudah dipahami yang menggambarkan inti dari

materi.

b. Bagian awal: bagian ini berisi ringkasan latar

belakang masalah “mengapa” sasaran perlu mengetahui

materi tersebut.

c. Bagian utama: bagian utama berisi ringkasan gambaran

isi materi “siapa, apa, mengapa, kapan, dimana,

bagaimana” menerapkan atau melaksanakan isi materi

tersebut.

d. Bagian akhir: bagian ini berisi ringkasan implikasi

(disugestikan) materi tersebut.

21

Tujuan dibuatnya sinopsis materi penyuluhan adalah

: (a) Untuk memberikan gambaran tentang masalah yang

akan dibahas dan bagaimana memecahkan masalah tersebut;

(b) Agar materi dapat disampaikan secara runtut;(c)

Bagi orang lain yang berkepentingan membacanya dapat

mengetahui inti dari materi yang disampaikan; (d)

Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

III. METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapangan (PKL) I bertempat di

Kelurahan Lipukasi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten

Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan akan dilaksanakan

selama 6 (enam) minggu dari tanggal 1 April sampai

dengan 14 Mei 2015.

B. Materi Kegiatan

Materi kegiatan yang akan dilaksanakan pada

Praktik Kerja Lapangan (PKL) I meliputi:

22

1. Menetapkan potensi dan permasalahan agribisnis

wilayah desa

2. Membuat peta usahatani desa

3. Menentukan komoditas agribisnis unggulan yang

bersifat

spesifik lokasi

4. Menyusun program pertanian tingkat desa

5. Menetapkan materi penyuluhan pertanian berdasarkan

Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) yang ada

6. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk sinopsis dan

media penyuluhan pertanian

7. Menetapkan dan menggunakan metode penyuluhan

pertanian

8. Melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I

yang akan dilaksanakan di Kelurahan Lipu’kasi,

23

Kecamatan Taneterilau, Kabupaten Barru, Provinsi

Sulawesi Selatan. (terlampir).

24

Daftar Pustaka

BPK Lenteng Sumenep, 2011 tentang Pengertian, Sumber Dan

Manfaat Identifikasi Potensi Wilayah. BPK Lenteng, Sumenep.

Erwin. 2012. Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian.

Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level

Supervisor. Bapeltan, Jambi.

Fuad Lukman. 2014. Konsep Umum Penyuluhan Pertanian.

http://kantinkuning.blogspot.com/2013/04/konsep-

umum-Penyuluhan-pertanian.html. Diakses pada

tanggal 08 Maret 2015.

Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga

Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT

Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).

Surakarta.

Moehar D. dkk. 2006. PRA (Participatory Rular Apraisal) Pendekatan

Efektivitas Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam

25

Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Bumi Aksara,

Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273 Tahun 2007/Kpts/OT.160/4/2007

tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Departemen

Pertanian, Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

01/Permentan/OT.140/I/2014 tentang Pedoman Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2014. Jakarta.

Reijntjes, C.B. Haverkort dan A.W. Baryer, 1999.

Pertanian Masa Depan. Kanisus, Yogyakarta

Sarti Patontongan. 2014. Praktik Kerja Lapangan (PKL) I.

Proposal. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Gowa.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Departemen Pertanian,

Jakarta.

26

L A M P I R A N

27

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) I di Kelurahan Lipu’kasi, Kecamatan

Taneterilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan

No UraianKegiatan

WaktuPelaksanaan

(bulan, minggu)APRIL MEI JUNI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Menerapkan potensi dan

permasalahan

agribisnis wilayah

28

desa.2 Membuat peta usahatani

3

Menetukan komoditas

agribisnis unggulan

yang bersifat spesifik

lokasi

4Menyusun programa

pertanian tingkat desa

5

Menerapkan materi

penyuluhan pertanian

berdasarkan rencana

kerja tahunan penyuluh

(RKTP) yang ada

6

Menyusun materi

penyuluhan dalam

bentuk synopsis dan

membuat media

penyuluhan pertanian

7

Menerapkan dan

menggunakan metode

penyuluhan pertanian

8Melaksanakan

penyuluhan pertanian.