Proposal PTK
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Proposal PTK
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan potensi yang dimiliki manusia. Dalam UU
No. 20 Tahun 2003 BAB 1 pasal 1 ayat I tentang
sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Hasbullah :2011: 4).
Salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang
terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27
Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah,
tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan
anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan,
sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar
dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar
yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
2
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-
Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau
pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak
tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina
kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca
dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik
atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab
utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan
terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman
Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia.
Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan
skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak
terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan
maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali
mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan
menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti
ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan
“berkualitas dan bonafide”.
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak
terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak
warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak
dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia
dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan
kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan
di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar
3
anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia
berikutnya.
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah.
Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat
1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan
pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6
tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan TK
dan SD, pada tahun 2007 sebagian besar pendidikan
anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh
masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Sedangkan
masalah utamanya adalah angka partisipasi kasar
(APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68%. Selain itu,
masalah yang timbul dalam penyelenggaraan PAUD
adalah “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi
terhadap aspek kemampuan kognitif siswa, padahal
4
PAUD adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak usia dini, sehingga
ia siap melaksanakan pendidikan di jenjang yang
formal. Hal itu menunjukan bahwa pengembangan PAUD
harus lebih ditingkatkan agar tujuan pendidikan
secara umum dapat dicapai. Oleh karena itu peran
serta masyarakat harus dipertahankan dan peran
pemerintah dalam membina dan mengembangkan berbagai
kebijakan tentang PAUD harus dioptimalkan.
Kajian terhadap keberadaan PAUD dalam sistem
pendidikan nasional perlu banyak dilakukan, baik
kajian terhadap aspek-aspek filosofisnya maupun
aspek-aspek teknis, berupa kuirkulum maupun proses
pembelajaran PAUD di lapangan. Melalui hal tersebut
diharapkan pengembangan PAUD dapat lebih meningkat,
demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas,
2007).
5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai
pengkajian terhadap masalah program PAUD perlu
dilakukan berdasarkan kajian kepustakaan maupun
pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan lembaga
pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah
dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak
usia ini merupakan golden age (usia emas) yang
didalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang
sekali. Masa peka merupakan suatu masa yang menuntut
perkembangan anak perkembangan anak dikembangkan
secara optimal. Upaya pengembangan ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui
permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak
hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena
itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di TK PERMATA BUNDA
Penulis menemukan adanya masalah yaitu rendahnya
minat anak didik belajar berhitung dengan benda –
benda yang ada di lingkungan, lebih menyukai
pembelajaran mewarnai, motorik halus dan bermain di
luar.
Dengan memberikan motivasi kepada anak karena
motivasi merupakan proses internal yang
6
mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku anak
secara terus menerus. Contoh motivasi Intrinsik
adalah rasa ingin tahu anak untuk menghitung benda
yang ada di sekitarnya, sehingga anak mau mengulangi
apa yang sudah dipelajari.
Di TK pembelajaran berhitung dengan benda–
benda, menggunakan alat yang sederhana. Para
pendidik menggunakan media yang ada di dalam
lingkungan sekolah misalnya pensil, kapur, buku,
jepitan baju. Hal ini membuat anak merasa bosan.
Di dalam persiapan menyususn model pembelajaran
berhitung ini disesuaikan dengan karakteristik anak,
perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan
lingkungan sekitar dan ketersediaan saran dan
prasarana pendidikan sangat mendukung keberhasilan
pembelajaran. Kegiatan berhitung ini untuk
meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.
Permainan berhitung merupakan bagian dari
matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan
keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari– hari,terutama konsep bilangan yang
merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar
7
Dari ketidak berhasilan tersebut guru berupaya
untuk menuntaskan pembelajaran dalam berhitung
dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung
Anak Melalui Permainan Memancing Ikan Kelompok B di
TK PERMATA BUNDA Kota Bengkulu” sebagai upaya
meningkatkan keaktifan siswa, yang berdampak positif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana alat peraga yang digunakan, apakah
sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak?
2. Apakah guru sudah menggunakan alat peraga dengan
baik sesuai dengan minat anak?
C. Rencana Pemecahan Masalah
Untuk mengoptimalkan kegiatan dalam
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung maka
penulis mengaplikasikan permainan yang nantinya akan
disenangi anak yaitu permainan memancing ikan .
8
Sebab dengan cara memberi alat permainanlah anak
akan tertarik dengan materi yang diberikan guru.
Permainan memancing ikan merupakan sejenis permainan
yang melibatkan benda yang berbentuk menyerupai ikan
yang mampu menarik minat anak untuk berimajinasi
sambil bermain matematika seperti penambahan dan
pengurangan. Anak tidak akan merasa jenuh atau bosan
dengan kegiatan ini sebab permainan ini menggunakan
air yang pada dasarnya setiap anak menyenangi
kegiatan yang berhubungan dengan air.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah :
1. Meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung
melalui permainan memancing ikan.
2. Anak dapat berfikir logis dan sistematis.
3. Memotivasi anak untuk mengenal konsep bilangan
dengan benar.
E. Manfaat Penelitian
9
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
dengan perbaikan pembelajaran, banyak sekali
manfaatnya bagi anak TK, guru dan sekolah.
1. Manfaat bagi anak TK:
a. Dapat belajar berhitung pemulaan dari berbagai
media atau alat peraga.
b. Meningkatkan inisiatif anak untuk belajar
berhitung permulaan melalui kegiatan bermain
sambil belajar.
c. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan
benda-benda dengan lambing bilangannya.
2. Manfaat bagi guru:
a. Menambah wawasan tentang rangsangan yang tepat
dalam meningkatkan kemampuan berhitung
permmulaan.
b. Menambah pengetahuan dalam memilih dan
menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan materi berhitung.
c. Mampu melakukan perencanaan, melaksanakan dan
mengevaluasi kemampuan siswa.
10
3. Manfaat bagi sekolah:
a. Dapat menambah wawasan bagaimana memfasilitasi
anak yang ada hubungannya dengan kemampuan
leognitif anak usia TK.
b. Memberikan kesempatan bagi guru untuk
berkembang membuat inovasi baru.
c. Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung
sekolah karena mutunya sangat bagus.
F. Ruang Lingkup Paud
Ruang lingkup PAUD meliputi aspek perkembangan:
1. Moral dan Nilai-nilai Agama.
2. Sosial, Emosional dan Kemandirian.
3. Kemampuan Berbahasa.
4. Kognitif.
5. Fisik/motorik, dan
6. Seni.
a) Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku melalui
Pembiasaan
Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-
11
menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak
sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang
pengembangan pembentukan perilaku melalui
pembiasaan meliputi pengembangan moral dan nilai-
nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional
dan kemandirian. Dari program pengembangan moral
dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan
ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar
agar anak menjadi warga negara yang baik. Program
pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan
untuk membina anak agar dapat mengendalikan
emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi
dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan
baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam
rangka kecakapan hidup.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Berhitung
12
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan
berhitung di TK adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya
belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas
baik fisik maupun psikis.
Selain itu kegiatan belajar pada anak harus
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental
anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari
anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan
pre-operasional kongret dan berfikir intuitif
dimana anak maupun mempertimbangkan tentang besar,
bentuk dan benda – benda didasarkan pada
interprestasi dan pengalamannya ( persepsi
sendiri).
2.Masa Peka Berhitung Pada Anak.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Apabila anak sudah
menunjukkan masa peka ( kematangan ) untuk
13
berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus
tanggap, untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi
dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju
perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis
untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika,
karena anak TK sangat peka terhadap rangsangan
yang diterima dari lingkungan.
Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50 %
dan potensi intelektual anak sudah terbentuk usia
4 tahun kemudian mencapai sekitar 80 % pada usia 8
tahun.
3.Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan
Selanjutnya.
Hurlock ( 1993:2 ) mengatakan bahwa lima tahun
pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak
dasar bagi perkembangan selajutnya. Piaget juga
mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan
mental adalah melalui pengalaman – pengalaman
14
aktif dengan menggunakan benda-benda disekitarnya.
Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai
keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan
selanjutnya.
Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari
bagaimana belajar ( learning to learn ) yang
terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh
menjadi kebiasaan ditingkat pendidikan
selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses
pelatihan agar anak maupun membaca, menulis dan
berhitung tetapi merupakan cara belajar mendasar
yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi untuk
menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan
konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri)
melatih kedisiplinan, keberminatan, inisiatif dan
apresiatif.
Sejalan dengan beberapa teori yang telah
dikemukakan diatas. Permainan berhitung di TK
seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan
penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu:
15
1) Penguasaan Konsep.
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu
dengan menggunakan benda dan peristiwa
kongkret.
2) Masa Transisi.
Proses berfikir yang merupakan masa
peralihan dan pemahaman kongkrit itu masih ada
dan mulai di kenalkan bentuk lambangnya. Hal
ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai
dengan tingkat perkembangan anak yang secara
individual berbeda.
3) Lambang
Merupakan visualisasi dan beberapa konsep,
misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep
bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan
konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep
ruang dan persegi empat untuk menggambarkan
konsep bentuk.
16
Konsep berhitung seperti apa yang harus di
kenalkan pada anak? Pada anak usia pra-sekolah,
matematika hanya pengalaman dan bentuk
penguasaan. Ikutilah konsep yang harus
diperkenalkan pada anak dengan memulai :
1. Korespondensi, satu – satu.
Pertama mulailah dengan mencoba-coba
membilang dari tingkatan yang sangat
sederhana. Contoh: satu buku, satu pensil,
satu bola dan seterusnya.
2. Pola.
Pola merupakan kemampuan untuk
memunculkan pengaturan sehingga anak mampu
memperkirakan urutan berikutnya.Setelah
melihat bentuk dua sampai tiga pola yang
berurutan.
3. Memilih atau klasifikasi.
17
Anak belajar klasisfikasi
materibpengelompokan berdasarkan bentuk,
ukuran, warna dan lain-lain.
4. Membilang.
Menghafal bilangan merupakan kemampuan
mengulang angka-angka yang akan membantu
pemahaman anak tentang arti sebuah angka.
Contoh: 1 2 3 4 5 ……..dst.
5. Makna Angka dan Pengenalannya.
Setiap angka memiliki makna dan benda-
benda atau simbol-simbol angka dan gambar
berikut adalah:
+
= 2 ikan
+ + = 3
ikan , dst
6. Bentuk.
18
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang
sama / tidak sama, besar-kecil, panjang-
pendek.
7. Ukuran.
Anak perlu pengalaman akan mengukur benda
meliputi berat, isi, panjang dengan cara
mengukur langsung sehingga proses menemukan.
8. Waktu dan ruang.
Dua hal ini merupakan bagian dari
kehidupan sehari –hari :
a. Waktu: 1 hari, 2 hari.
b. Ruang: sempit, luas.
9. Penambahan dan pengurangan.
Dua hal ini dapat dikenalkan pada pra-
sekolah dengan memanipulasi benda:
a. Contoh penambahan:
+
= .....
19
+
= .....
b. Contoh pengurangan:
= ...
= ...
Kecerdasan matematis-logis adalan
kemampuan menggunakan angka dengan baik dan
melakukan penalaran benar. Kemampuan ini
meliputi kemampuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan masalah, dan menciptakan
sesuatu dengan angka dan penalaran
( Armstrong,1999 ).
Lobus parietal adalah pusat sensorik,
dengan rasa, seseorang dapat meraskan
tangan, kaki, kepala, serta mengetahui
20
posisi diri dalam ruang, seperti kanan –
kiri, depan – belakang. Inilah yang menjadi
dasar pengertian yang sangat diperlukan
dalam berhitung, penulisan bulangan, dan
bentuk geometri ( Markam, 2003 ).
Pengembangan matematika permulaan yaitu
:
1. Mengklasifikasi benda
2. Kita dapat meminta anak untuk
mengelompokkan benda berdasarkan ciri-
ciri tertentu.
3. Membuat pola.
4. Merangkai sesuatu benda yang disusun
berulang – ulang.
5. Mengenali konsep angka ( mengenali arti
angka, menghitung, konsponden satu –
satu ).
6. Kegiatan mengukur.
7. Mengenal bentuk geometri.
21
Pengalaman langsung anak-anak dengan
bahan-bahan yang berkaitan dengan
matematika mempunyai banyak manfaat
( pratl, 1995 ). Dengan menggunakan
manipulasi kecerdikan mendorong anak-anak
untuk berfikir dan bereaksi menghitung
benda-benda dilingkungan mereka.
Salah satu konsep matematika yang
paling penting dipelajari anak usia diri
adalah pengembangan kepekaan pada bilangan.
Berarti lebih dari sekedar menghitung.
Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan
rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian
satu lawan satu (Gelman, 1998).
Ketika kepekaan terhadap bilangan anak
– anak berkembang, mereka menjadi semakin
tertarik pada hitung – menghitung,
menghitung ini menjadi landasan bagi
pererjaan diri anak – anak dengan bilangan
(NCTM, 2000).
22
B. Karakteristik Anak Taman Kanak-Kanak
Menurut ( Hartati, 2005 ) untuk menunjang
perkembangan anak harus diketahui berbagai ciri khas
atau karakteristik anak didik tersebut
yaitu:
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia
sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala sesuatu
yang terjadi di sekelilingnya.Pada masa bayi
sering memasukan benda pada mulutnya. Di usia 3-4
tahun sering membongkar pasang segala sesuatu
untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
2) Merupakan pribadi yang unik.
Setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan
masing-masing. Misalnya dalam hal gaya belajar,
minat dan latar belakang keluarga.keunikan dapat
berasal dari factor genetis atau berasal dari
lingkunganya, sehingga keunikan setiap anak dapat
terakomodir dengan baik.
3) Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan
baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada
dari dalam dirinya.
Imajinasi adalah kemampuan anak untuk
menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa
23
didukung adanya data yang nyata ( ayah bunda,
1992). Salah satu imajinasi anak dapat berupa
orang , hewan, atau benda yang diciptakan dalam
khyalan untuk berperan sebagai seorang teman
(harlock,1993).
4) Masa Paling Potensi Untuk Belajar.
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat pada berbagai aspek
serta menjadi masa yang paling peka dan potensial
bagi anak untuk mempelajari sesuatu. Peneliti
( galahue, 1993 ) menyatakan bahwa usia pra
sekolah merupakan waktu yang paling optimal untuk
perkembangan motorik anak.
5) Menunjukkan Sikap Egosentris.
Sikap egosentris artinya anak usia dini pada
umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri. Anak yang egosentis lebih
banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri
dari pada orang lain dan tindakannya bertujuan
menguntungkan dirinya. (Harlock, 1993).
6) Memiliki Rentang DayaKonsentrasi Yang Pendek.
Anak usia dini cepat sekali berpindah dari
suatu kegiatan ke kegiatan yang lain. Di usia ini
anak mulai suka bergaul dan bermain dengan teman–
teman sebayanya. Bermain Merupakan Dunia Masa
kanak–kanak Bermain bagi anak merupakan proses
24
mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia
orang dewasa.
C. Bermain Dan Alat Permainan
1. Pengertian bermain
Prinsip barmain di TK adalah bermain sambil
belajar.Ketika bermain anak mengekspresikan diri
dengan bebas tanpa merasakan paksaan. Mayke ( 1993
) menyatakan bahawa belajar dengan bermain,
memberikan kesempatan kepada anak untuk
memanipulasai, mempraktekkan konsep serta
pengertian yang tidak terkira banyaknya.
Dalam kegiatan bermain anak menggunakan
seluruh panca indranya, penglihatan, suara, rasa
dan yang akan mempercepat kualitas hubungan anak.
Karena anak usia TK belajar dalam situasi holistic
dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, maka
jenis, bentuk, ukuran serta kepentingan kegiatan
pendidikan bagi anak. Ini berarti dalam memilih
alat-alat bermain harus disesuaikan dengan umur,
25
minat serta taraf pekembangan fisik dan psikis
anak didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih alat peraga adalah:
a. Alat bermain hendaknya multiguna artinya alat
tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan yang lain.
b. Alat bermain dapat menimbulkan kreatifitas,
daya imajinasi dan daya khayal.
c. Alat bermain disesuaikan dengan tingkat usia
perkembangan anak.
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti
bermain dengan memisahkan aspek – aspek tingkah
laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan
sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain
( Dworetzky, 1990 : 395 – 396 ) yaitu :
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain di
motivasi dari dalam diri anak. Pengaruh positif
tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
26
b. Bukan dikerjakan sambil lalu. karena itu tidak
mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya,
melainkan lebih bersifat pura – pura.
c. Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan
dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada
tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran
yang dihasilkan.
d. Kelenturan. Bermain itu perlu yang lentur.
Kelenturan di tunjukkan baik dalam bentuk
maupun dalam hubungan serta berlaku dalam
setiap situasi.
2. Fungsi bermain
Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan
mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif
dan sosial. Langkah - langkah sikap yang baik
ketika anak bermain adalah :
a. Jangan di ganggu.
b. Memberi kesempatan yang cukup.
c. Memberi ruang yang cukup.
d. Memberi kesempatan bermain dengan kreatif.
27
e. Materi mudah dibentuk dengan ber ubah-ubah.
f. Tambahkan dimensi kerja.
3. Alat Permainan
a. Pengertian Alat Permainan.
Pengertian alat permainan semua alat
permainan yang digunakan anak untuk memenuhi
naluri bermainnya. Peralatan tersebut tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhan anak. Macam
alat permainan sebagai pelengkap untuk bermain
sangat beragam. Ada yang bersifat bongkar
pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari
padanannya, merangkai, membentuk, mengetok,
menyempurnakan suatu desain, menyusun suatu
bentuk utuhnya dan lain-lain. Sewaktu bermain
dengan alat permainan anak akan mendapatkan
masukan pengetahuan untuk ia ingat.
b. Fungsi Alat Permainan.
Fungsi alat permainan adalah untuk mengenal
lingkungan dan juga mengajar anak mengenal
kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan alat
28
permainan anak akan melakukan kegiatan yan jelas
dan menyenangkan ini juga akan meningkatkan sel
otaknya dan menyuburkan proses pembelajaran.
c. Macam-macam Permainan.
Permainan dapat di bedakan sebagai berikut:
1. Permainan gerak.
2. Permainan fantasi.
3. Permainan menerima.
4. Permainan bentuk.
D. Hipotesis Tindakan
Permainan memancing ikan ini dapat meningkatkan
kemampuan berhitung peserta didik di TK PERMATA
BUNDA Kota Bengkulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
29
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajr siswa menjadi meningkat. Tidak berbeda
dengan pengertian tersebut, Mills (2000).
Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai
“sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk
mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya.
B. Latar Penelitian
Latar penelitian ini adalah TK PERMATA BUNDA
kec.Selebar Kota Bengkulu.TK Negeri ini mempunyai 4
kelas yaitu TK A, B1, B2, B3. Kelompok A yang
terdiri dari 8 perempuan dan 6 laki-laki, kelompok
B1 yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 5 siswa
laki-laki,Kelompok B2 yang terdiri dari 5 siswa
30
perempuan dan 8 siswa laki-laki dan kelompok B3 yang
terdiri dari 7 siswa perempuan dan 5 laki-laki.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian.
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester
ganjil tahun pelajaran 2013 / 2014.
Pra siklus : Desember 2013
Siklus I : Desember 2013
Siklus II : Desember 2013
2. Tempat penelitian.
TK PERMATA BUNDA kec.Selebar Kota Bengkulu.
D. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya,
peneliti menyiapkan dan merencanakan kegiatan yang
31
dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH)
dengan tahapan sebagai berikut :
SIKLUS I
Skenario Pembelajaran:
1. Menggunakan alat peraga bentuk mainan ikan-
ikanan.
2. Menggunakan kolam kecil-kecilan dari balon
bentuk kolam.
3. Guru mendemonstrasikan cara-cara memancing
ikan.
4. Anak disuruh menghitung ikan-ikanan yang telah
di pancing tadi.
5. Guru memberi bimbingan pada anak yang belum
mampu berhitung dengan bentuk ikan tersebut .
6. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan
tersebut.
SIKLUS II
Skenario Pembelajaran:
32
1. Dengan prinsip bermain sambil belajar anak diajak
mengurutkan bilangan 1-10 dengan bentuk-bentuk
mainan-mainan ikan.
2. Anak mendengarkan petunjuk dan penjelasan guru
dengan tertib.
3. Dengan metode pemberian tugas anak melaksanakan
tugas secara mandiri.
4. Guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan
tersebut.
5. Guru memberi penguatan pada anak yang sudah
berhasil dan membantu anak yang belum mampu.
E. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas( PTK) dilakukan saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
SIKLUS I
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif.
33
Kegiatan : membilang bilangan 1-10 dengan konsep
benda.
1. Pada kegiatan awal berdo’a bersama,salam.
Guru bertanya tentang keadaan siswa :
a. Benda apa saja yang ada di lingkungan sekolah ?
b. Dapatkah menyebutkan bendanya?
c. Siapa yang menciptakan ?
2. Guru menunjukan alat peraga untuk pembelajaran
hari itu.
3. Guru menunjukan bentuk mainan ikan-ikanan.
4. Guru mendemonstrasikan cara membilang bilangan 1-
10 dengan bentuk ikan.
5. Guru meminta anak melaksanakan kegiatan membilang
satu persatu tanpa ada terlewatkan.
6. Anak melaksanakan tugas dan yang mengalami
kesulitan guru mengadakan pendekatan dan memberi
motivasi.
SIKLUS II
Perbaikan : bidang pengembangan kognitif 33.
34
Kegiatan : mengurutkan bilangan 1-10 dengan
benda.
1. Kegiatan awal berdo’a salam dan Tanya jawab
kepada anak.
2. Guru memperkenalkan sejumlah bentuk mainan
ikan-ikanan,dengan bermacam ukuran ,bentuk dan
warna yang berbeda.
3. Guru menjelaskan kepada anak dan anak-anak
memperhatikan.
4. Guru mengajak anak membilangan berapa ikan yang
didapat saat anak mancing ikan dan anak–anak
disuruh menaruh ikan yang didapat saat mancing
tadi kedalam baskom masing-masing anak,setelah
itu diberi jumlah benda yang sesuai urutan
bilanganya.
5. Demikian kegiatan dilaksanakan secara klasikal
dan individu.
6. Guru menanyakan pada anak, apakah anak-anak
sudah jelas dengan kegiatan ini ?
35
7. Guru memberi pendekatan pada anak yang kurang
mampu dan kurang jelas dalam melaksanakan
kegiatan tersebut.
8. Guru memberi penguatan pada anak yang berhasil.
F. Observasi Dan Evaluasi
Pada tahap ini, pengamat dengan bantuan teman
sejawat mengamati semua proses kegiatan pembelajaran
dengan mengacu pada lembar observasi. Hal-hal yang
perlu diamati adalah sebagai berikut :
1. Persiapan sarana.
2. Pengusaan materi.
3. Pemanfaatan dan penggunaan alat peraga.
4. Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan.
5. Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan diskusi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti
melakukan observasi sehingga diperoleh hasil dari
pengamatan tersebut berupa data yang nantinya akan
dianalisis sehingga peneliti dapat melakukan
tindakan perbaikan di siklus berikutnya.
36
G. Refleksi
Dalam refleksi, peneliti bersama teman sejawat
telah mengadakan pengamatan, mengadakan diskusi
mengenai hasil penerapan yang sudah dilaksanakan.
Jika ada kegagalan harus ada penjelasan secara
konkret. Data, informasi dan penjelasan ini sangat
bermanfaat untuk melaksanakan tindakan berikutnya
apabila hasilnya belum signifikan. Hasil kerja
kolaborasi dalam kegiatan ini sebagai bahan untuk
menyusun tindakan berikutnya dalam siklus II,dst.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan
data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian
tugas.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap
sikap perilaku guru dan anak.
37
2. Penugasan atau pemberian tugas
Tugas yang diberikan dapat diberikan secara
perseorangan atau secara kelompok. Tujuannya ialah
untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak
selama dalam mengikuti proses belajar mengajar
atau menerima materi (Diah Harwanti, 1994;160).
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari nontes berupa hasil
wawancara yang berupa hasi berbicara peserta didik.
Data kualitatif berupa informasi yang berisi
kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat
pemahaman peserta didik mengenai ketrampilan
berbicara.
J. Jadwal Penelitian
No KegiatanBulan Ke:
1 2 3 4 5 6 7 8 9
38
1
PERSIAPAN
Menyusun konsep
perencaan
Menyusun Instrumen
2
PELAKSANAAN
Melakukan Tindakan
Siklus I
Melakukan Tindakan
Siklus II
Melakukan Tindakan
Siklus III,dst
3
PENYUSUNAN LAPORAN
Menyusun konsep laporan
Penyempurnaan laporan
39
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................. iKATA PENGANTAR................................. iiDAFTAR ISI..................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................. 1A. Latar Belakang............................ 1B. Rumusan Masalah........................... 5C. Rencana Pemecahan Masalah................. 5D. Tujuan Penelitian......................... 5E. Manfaat Penelitian........................ 6F. Ruang Lingkup PAUD........................ 7G. Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku
Melalui Pembiasaan........................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................... 8A. Landasan Berhitung ....................... 8
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak....... 82. Masa Peka Berhitung Pada Anak ......... 83. Perkembangan Awal Mennetukan
Perkembangan Selanjutnya......................................................9
B. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak...... 14C. Bermain dan Alat Permainan................ 15D. Hipotesis Tindakan........................ 18
BAB III METODE PENELITIAN..................... 19A. Pendekatan Penelitian .................... 19B. Latar Penelitian.......................... 19C. Waktu dan Tempat Penelitian............... 20D. Perencanaan Tindakan...................... 20E. Pelaksanaan Tindakan...................... 21F. Observasi dan Evaluasi.................... 23G. Refleksi.................................. 23H. Teknik Pengumpulan Data................... 24I. Teknik Analisis Data...................... 24J. Jadwal Penelitian......................... 25
40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan.Jakarta : Rineka Cipta
Anggani, Sudono, MA.1995. Alat Permainan dan Sumber BelajarTK.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi ProyekPendidikan Tenaga Akademik.
Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. 2008. PendidikanAnak usia Dini .Cetakan 1.Di cetak dan dijilid diIndonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Catharina Tri Ani. 2004 Psikologi Belajar.Semarang : UPTUNES Press
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian TindakanKelas.Jakarta :
Martini Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan AnakTaman Kanak- kanak. Jakarta. PPS UniversitasNegeri.Jakarta :
Moeslichatoen, R. 1999.Metode Pengajaran di Taman Kanak –kanak.Jakarta :Rineka
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di TamanKanak-Kanak.Jakarta:Departement PendidikanNasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
iii
41
Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan TamanKanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran BidangPengembangan Kognitif.Jakarta : Direktorat JendralManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak danSekolah Dasar.
Siti Aisyah, DKK.2008. Perkembangan dan Konsep DasarPengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : UniversitasTerbuka
Sugiono. 2005. Jakarta : Metode Penelitian Pendidikan . jilid1.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. PengembanganKecerdasanMajemuk.Jakarta : Universitas Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk. 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta :Universitas Terbuka
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2008 MetodePengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.Jakarta : Universitas Terbuka.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat AllahSWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayangyang telah memberikan rahmat dan karunia-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan TugasProposal PTK ini yang berjudul “UpayaMeningkatkan Kemampuan Berhitung Anak melaluiPermainan Memancing Ikan Kelompok B di TK PermataBunda Kota Bengkulu”.
42
Dengan pembuatan tugas proposal PTK inikami menyadari dan mengakui masih banyakterdapat kekurangan dalam pembuatan tugasproposal PTK ini, karena kesempurnaanhanyalah milik Allah SWT semata. Karena itulahkami mengharapkan adanya keritikan dan saran-saran perbaikan dari para pembaca demikesempurnaan proposal ini.
Demikianlah, kepada Allah jua kami memohonampun dan kepada Allah SWT jualah kitaberharap, semoga makalah ini bermanfaatkhususnya bagi diri kami sendiri dan bagipembaca sekalian umumnya.
Bengkulu, Juni2014
Penulis
Ii
43
“UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MELALUIPERMAINAN MEMANCING IKAN KELOMPOK B DI TK
PERMATA BUNDA KOTA BENGKULU”
Disusun Oleh :Riasti AndariNPM. A1I012002