Proposal 1

42
Tanggung Jawab Lingkungan Terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Jebolnya Tanggul Pengelolaan Limbah CV. Arjuna Di Kelurahan Makroman A. Latar Belakang Masalah Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa dalam pasal tersebut “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Pasal ini memberikan hak kepada negara untuk mengatur dan menggunakan sumber daya alam yang wajib ditaati oleh seluruh rakyat Indonesia, juga membebankan suatu kewajiban kepada negara untuk menggunakan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat. Sebagai kewajiban negara, maka pada sisi lain adalah merupakan hak bagi rakyat Indonesia untuk mendapat kemakmuran melalui penggunaan sumber daya alam. Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di Bumi ini, itulah 1

Transcript of Proposal 1

Tanggung Jawab Lingkungan Terhadap Kerusakan Lingkungan AkibatJebolnya Tanggul Pengelolaan Limbah CV. Arjuna Di Kelurahan

Makroman

A. Latar Belakang Masalah

Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa dalam pasal

tersebut “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Pasal ini memberikan

hak kepada negara untuk mengatur dan menggunakan sumber

daya alam yang wajib ditaati oleh seluruh rakyat

Indonesia, juga membebankan suatu kewajiban kepada negara

untuk menggunakan sumber daya alam untuk kemakmuran

rakyat. Sebagai kewajiban negara, maka pada sisi lain

adalah merupakan hak bagi rakyat Indonesia untuk mendapat

kemakmuran melalui penggunaan sumber daya alam.

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu

sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya

sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup

semua ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di Bumi ini, itulah

1

sebabnya lingkungan hidup termasuk manusia dan prilakunya

merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini

oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena

lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang

diperuntukkan bagi manusia, dengan kata lain manusia

merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan

hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai

subyek1. Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 28H ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang

merupakan landasan dalam bidang lingkungan didalam

konstitusi.2

Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat

hubungan timbal-balik. Manusia mempengaruhi lingkungan

hidupnya, dan sebaliknya manusia akan selalu dipengaruhi

oleh lingkungan hidupnya3. Semakin banyaknya kegiatan-

1 Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Bandunghalaman 22

2 Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhakmemperoleh pelayanan kesehatan”.

3 A. Tresna Sastrawijaya, 2000, Pencemaran Lingkungan , Rineka Cipta,Jakarta, Shalaman 6

2

kegiatan usaha yang bersinggungan langsung dengan

lingkungan juga ikut mempengaruhi kualitas lingkungan

khususnya usaha pertambangan (mining) yang dinilai memiliki

nilai jual yang tinggi baik didalam maupun diluar negeri.

Kota Samarinda yang merupakan ibu kota Provinsi

Kalimantan Timur yang melakukan upaya pembangunan sarana

dan prasarana, baik secara fisik maupun non fisik.

Pembangunan di Kota Samarinda ditekankan pada industri

sumber daya alam. Dari data Dinas Pertambangan dan Energi

Kota Samarinda, keadaan industrinya pada tahun 2009 untuk

industri hasil hutan, dengan tenaga kerja 3.949 dan total

investasi sebesar 101.532.149.540 rupiah, industri

pertambangan, dan perkebunan.4

Industri yang paling ditekankan di Kota Samarinda

saat ini ialah industri batubara. Secara umum penyebaran

endapan batubara di Samarinda cukup merata. Potensi

kuantitas bahan galian batu bara terdapat beberapa versi

yang berbeda. Kuantitas batubara dibedakan dalam kategori

sumber daya dan cadangan. Data dari Dinas Pertambangan

4 Dinas Pertambangan dan Energi Kota Samarinda Tahun 2010.

3

dan Mineral (Distamben) Kota Samarinda pada tahun 2010

menyebutkan, bahwa potensi kategori sumber daya untuk

tahun 2009 adalah sebesar 174,797,196 MT(Material

Tambang) dan kategori cadangan sebesar 14,804,293

MT(Material Tambang). Bahkan, data Distamben Samarinda

ini juga berbeda dengan data Distamben Propinsi

Kalimantan Timur yang menyebutkan potensi kategori sumber

daya batubara Samarinda tahun 2009 adalah sebesar

1,540,40 Juta Ton dan kategori cadangan sebesar 526,75

juta ton.5

Berlimpahnya cadangan sumber daya alam batu bara yang

ada di Kota Samarinda sudah barang tentu mendatangkan

para investor untuk membuka kegiatan usaha batubara. Dari

data Dinas Pertambangan dan Energi Kota Samarinda, sejak

tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 sedikitnya tercatat

44 perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di

Kota Samarinda yang telah melakukan penjualan produksi

batubara.6 Sehingga mengakibatkan banyaknya Perusahaan

5 Distamben Kota Samarinda Tahun 2010, Dikutip dari Penelitian Pokja 30 Tahun 2011.

6 Sumber data olahan pokja 30 dari Distamben Kota Samarinda ; 2012.

4

Tambang yang ada di Kota Samarinda dan berdampak kepada

lingkungan di Kota Samarinda.

Banyaknya perusahaan yang melakukan kegiatan usaha

pertambangan di Kota Samarinda menimbulkan dampak

lingkungan hidup.7 Dampak lingkungan dari kegiatan

pertambangan menurut Muhammad8 dapat positif bagi daerah

pengusaha pertambangan9. Sedangkan Noor mengatakan bahwa

kegiatan pertambangan bersifat negatif terhadap ekosistem

daerah setempat10.

Pendapat diatas menjadi kajian penting terhadap

dampak positif maupun dampak negatif tersebut, sejalan

dengan pendapat Pasaribu dimana munculnya dampak positif

7 Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Dampak lingkungan hidup adalah pengaruhperubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/ataukegiatan”.

8 Pendapat Mohammad dan Noor sebagaimana dikutip oleh Arman PasaribuDikutip Arman Pasaribu, (2010), Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap SosialEkonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan, Tesis, ProgramStudi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.

9 Dampak positif dari aktivitas pertambangan dapat berupa meningkatkanperekonomian rakyat, membuka lowongan pekerjaan, menambah devisa Negara, danmengundang investor-investor asing masuk ke Indonesia.

10 Dampak negatif dari aktivitas pertambangan ialah berupa pencemaranlingkungan, seperti kerusakan lahan bekas tambang, merusak lahan perkebunandan pertanian, membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan, dalamjangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat kritisyang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya, dan pencemaran baiktanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi dll.

5

maupun negatif dari usaha pertambangan, terjadi pada tahap

eksplorasi, eksploitasi termasuk pemrosesan serta

penjualan hasil tambang serta pasca tambang.11

Melihat timbulnya dampak yang terjadi akibat

aktivitas pertambangan, dampak negatif pada khususnya.

Sudah barang tentu akan timbulnya permasalahan yang

terjadi disekitar lokasi aktivitas pertambangan dilakukan.

Pemerintah melalui Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup menjelaskan Setiap usaha dan/atau kegiatan yang

berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki

amdal. Amdal adalah analisi mengenai dampak lingkungan

yang wajib ada untuk CV Arjuna.

CV. Arjuna adalah perusahaan yang bergerak dibidang

pertambangan, dalam hal ini wajib mempunyai Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL) sesuai dengan Pasal 14 huruf (e)

dan (f) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan

11 Op.Cit Arman Pasaribu hal 40

6

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas: Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) dan UKL-UPL dalam prosesnya, aktifitas

pertambangan yang dilakukan oleh CV Arjuna mengakibatkan

pencemaran ke sawah dan tambak milik warga. Hal tersebut

dikarenakan oleh jebolnya tanggul pengelolaan limbah CV

Arjuna.

Salah satu kasus pencemaran di lingkungan samarinda

adalah pencemaran yang dilakukan oleh CV Arjuna,

dikarenakan tanggul pengelolaan limbah CV Arjuna jebol dan

mencemari sawah milik petani di makroman. Dalam Pasal 87

Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan dan

Perlindungan Lingkungan hidup menjelaskan bahwa Setiap

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan

perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada

orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi

dan/atau melakukan tindakan tertentu. Hal tersebut sesuai

dengan Pasal 88 Undang –Undang 32 Tahun 2009 tentang

pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup Setiap orang

7

yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya

menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,

dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap

lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian

yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

Aktifitas pertambangan CV Arjuna, sejak tiga bulan

ini beroperasi mengakibatkan debit air untuk mengairi

sawah dan tambak sebagian warga berkurang, serta warnanya

coklat dan berbau tidak enak, padahal dulunya jernih,

Bapak Kateni menjelaskan, sebagai Ketua KelompoL Tani Desa

Karang Anyar Makroman di Samarinda12, sehingga para petani

di Kelurahan Makroman dapat mengajukan gugatan ganti rugi

sesuai dengan Pasal 91 Ayat (1) Undang-Undang 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

disebutkan Masyarakat berhak mengajukan gugatan

perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri

dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami

kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup. Berdasarkan latar belakang di atas, oleh karena itu

12 Keterangan Bapak Kateni, Sebagai Ketua Kelompok Tani Makroman 2013

8

penulis tertarik melakukan penelitian hukum ini yang

berjudul Tanggung Jawab Lingkungan Terhadap Kerusakan

Lingkungan Akibat Jebolnya Tanggul Pengelolaan Limbah CV.

Arjuna Di Kelurahan Makroman

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab lingkungan CV. Arjuna

terhadap kerusakan lingkungan akibat jebolnya tanggul

pengelolaan limbah yang mencemari sawah dan tambak

milik warga di Kecamatan Makroman ?

2. Bagaimana Peran Pemerintah terhadap pengawasan

Tanggung Jawab Lingkungan CV. Arjuna ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

9

1. Untuk mengetahui tanggung jawab lingkungan CV Arjuna

terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi akibat

jebolnya tanggul pengelolaan limbah CV Arjuna di

kelurahan Makroman

2. Untuk mengetahui peran pemerintah terhadap pengawasan

lingkungan bila terjadi pencemaran yang dilakukan oleh

CV Arjuna.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan harapan

dapat menjadi sarana ilmiah bagi mahasiswa untuk

mengembangkan wawasan akademik, terutama dalam

memahami dan memberikan analisis dan penalaran hukum

terhadap Tanggung Jawab lingkungan CV. Arjuna dengan

masyarakat Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan

akibat jebolnya tanggul CV Arjuna yang telah

mencemari sawah dan tambak masyarakat Makroman.

2. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan harapan

dapat digunakan sebagai salah satu informasi yuridis

10

bagi masyarakat, terutama masyarakat dalam proses

terhadap tanggung jawab lingkungan bila terjadi

kerusakan yang dilakukan oleh badan usaha

3. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan harapan

dapat menjadi masukan bagi pemerintah terhadap judul

yang terpadu dan sistematik yang menghasilkan

efektifitas dan efisiensi sesuai kebutuhan

masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Proposal penelitian ini berkaitan dengan penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Arman Pasaribu (2010), Analisis Dampak Pertambangan

Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di

Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan,

Tesis, Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

F. Teori dan Konsep

11

1. Hukum Lingkungan

St. Moenadjat Danusaputro membedakan antara hukum

lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkungan

atau environment-oriented law dan hukum lingkungan klasik

yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau use-

oriented law13. Hukum lingkungan modern menetapkan

ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindak

perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi

lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi

untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara

langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang

maupun generasi-generasi mendatang. Sebaliknya hukum

lingkungan klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma

dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan

dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan

berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai

hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang

sesingkat-singkatnya.

13 St. Moenadjat Danusaputro, 1977, Hukum Lingkungan, Buku I: Umum,Binacipta, Bandung, hal 98

12

Hukum lingkungan modern berorientasi kepada

lingkungan, sehingga sifat dan wataknya juga mengikuti

sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan

demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Dengan

orientasi kepada lingkungan ini, maka hukum lingkungan

modern memiliki sifat utuh-menyeluruh atau kompehensif-

integral. Selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan

wataknya yang luwes, sedang sebaliknya hukum lingkungan

klasik bersifat sektoral, serba kaku dan sukar

berubah.14

Di dalam pengelolaan lingkungan berasaskan

pelestarian kemampuan agar hubungan manusia dengan

lingkungannya selalu berada pada kondisi yang baik,

dalam arti manusia dapat memanfaatkan sumber daya

dengan dilakukan secara terkendali dan lingkungannya

mampu menciptakan sumbernya untuk dibudidayakan.

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

14 Ibid , hal 102

13

Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan tujuan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah :

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup;

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan

manusia;

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan

kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

lingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini

dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas

lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi

manusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara

bijaksana;

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

14

j. mengantisipasi isu lingkungan global.

Perusakan lingkungan dilakukan karena kurang

memperhatikan ekosistem, yang tidak jarang kita lihat

disebabkan krena pencemaran oleh limbah-limbah

industri. Pengertian pencemaran itu sendiri ialah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi

dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau

berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas

lingkungan tidak pada titik standarnya dan menyebabkan

lingkungan berubah menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.15

2. Penegakan Hukum Lingkungan

Adapun penegakan hukum lingkungan ialah sebagai berikut

:

a. Penegakan Hukum Lingkungan Melalui Sanksi

Administratif

Penegakan hukum lingkungan melalui sanksi

administratif berlaku apabila ditemukan pelanggaran

terhadap izin lingkungan. Pasal 76 ayat (2) Undang-15 P. Joko Subagyo, 1992, Hukum Lingkungan Masalah Dan

Penanggulangannya, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal 3

15

Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan sanksi

adsminitratif terdiri atas :

1) Teguran tertulis;

2) Paksaan Pemerintah;

3) Pembekuan izin lingkungan; dan

4) Pencabutan izin lingkungan.16

b. Penegakan Hukum Lingkungan Perdata

Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaian

sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan ada 4

cara melalui mediasi, negosiasi, arbitrase,

konsiliasi dan di dalam pengadilan melauli pengajuan

gugatan lingkungan ke pengadilan . Penyelesaian ganti

rugi lingkungan seperti yang tertuang dalam ayat (1)

Pasal 87 Undang- Undang 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan16 Pasal 76 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

16

kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib

membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan

tertentu.. Melalui cara tersebut diharapkan selain

akan menimbulkan efek jera juga akan meningkatkan

kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa

pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masa

depan.17 Dalam Perdata biasanya penyelesaian sengketa

lingkungan melalui ganti rugi terhadap pencemaran

yang terjadi.

Ganti kerugian adalah suatu kewajiban yang

dibebankan kepada orang yang telah bertindak melawan

hukum dan menimbulkan kerugian pada orang lain karena

kesalahannya tersebut.18 Ganti rugi juga ditemukan

dalam rumusan Pasal 1365 KUH Perdata. Bahwa ketentuan

Pasal 1365 menganut tanggung gugat berdasarkan

kesalahan dapat dilihat dari unsur-unsur rumusan

pasal tersebut yaitu:

17 Penjelasan Umum poin (5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

18 Muhammad Abdulkadir, 1993, Hukum Perdata Indonesia, Bandung:Citra Aditya Bakti Halaman 105.

17

a. Perbuatan tergugat harus bersifat melawan hukum;

b. Pelaku harus bersalah;

c. Ada kerugian; dan

d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan

kerugian.

Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata disebutkan bahwa ”tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.19 Dalam

hukum lingkungan, ganti rugi juga disebutkan di dalam

Pasal 85 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

yaitu tentang bentuk dan besarnya ganti rugi.20 Hal

ini juga diperjelas dengan Pasal 87 Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mewajibkan untuk

setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

19 Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.20 Pasal 85 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

18

melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran

dan/atau perusakan lingknugan hidup yang menimbulkan

kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib

membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan

tertentu.21

c. Penegakan Hukum Lingkungan Pidana

Penegakan hukum pidana lingkungan memperkenalkan

ancaman hukuman minimum di samping maksimum,

perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran

baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan

pengaturan tindak pidana korporasi, sesuai dengan

Pasal 97 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

menjelaskan Tindak Pidana dalam Undang-Undang ini

adalah kejahatan. Penegakan hukum pidana lingkungan

tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang

mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai

upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum

administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas21 Pasal 87 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

19

ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana

formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap

pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan

gangguan.22

3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Perlindungan Hukum Lingkungan

1) Hak atas Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat

Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan

bahwa lingkungan yanga baik dan sehat merupakan hak

asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga

Negara Indonesia. Oleh karena itu, Negara,

pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan

berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup

Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang

hidup lain.23

22 Penjelasan Umum poin (6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

23 Penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup.

20

2) Hak untuk berperan serta dalam langkah pengelolaan

lingkungan hidup.

Hak ini dituangkan dalam Pasal 70 ayat (1) Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi

masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama

san seluas-luasnya untuk berperan keputusan aktif

dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Arti yang terpenting dari hak asasi yang

sebenarnya adalah, bahwa setiap orang dijamin untuk

menuntut hak-haknya melalui prosedur hukum.

Masyarakat berperan secara aktif dalam proses

pengambilan keputusan dengan cara turut berfikir

sebelum keputusan dan dengan tidak mengajukan

keberatan sesudah keputusan diambil. Dengan

demikian, dalam lembaga inspraak terdapat kegiatan

nyata yang dapat memberikan pengaruh terhadap

kebijaksanaan lingkungan dan bertindak secara

21

berdiskusi dengan penguasa mengenai dampak kegiatan

terhadap lingkungan.24

b. Pengelolaan Hukum Lingkungan

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya dalam

pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,

pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan

hidup. Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan

dengan asas tanggung jawab Negara, asas keberlanjutan,

dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan berkekanjutan, yang berwawasan lingkungan

hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan

hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan

lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses

pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan,

dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.25

24 Siti Sundari rangkuti,1994,Hukum Tata Lingkungan, Raja Grafindo, Jakarta, Hal 283.

25 Ibid, hal 38

22

Pengelolaan lingkungan hidup menuntut

dikembangkannya suatu system dengan keterpaduan

sebagai ciri utamanya. Lingkungan hidup terdiri dari

tatanan kesatuan dengan berbagai unsur lingkungan yang

saling mempengaruhi. Oleh karena itu maka pengelolaan

lingkungan hidup memerlukan keterpaduan pelaksanaan di

tingkat nasional, koordinasi pelaksanaan secara

sektoral dan di daerah, sehingga semua ini terkait

secara mantap dengan kebijaksanaan nasional

pengelolaan lingkungan hidup, dengan kesatuan gerak

dan langkah mencapai tujuan pengelolaan lingkungan

hidup.26

4. Pencemaran Lingkungan

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

26 Koesnadi Hardjasoemantri dan Harry Supriyono, 1996, Hukum Lingkungan,Universitas Terbuka, Jakarta, Halaman 16.

23

manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup

yang telah ditetapkan”.27

Secara umum pencemaran yang terjadi adalah sebagai

akibat dari aktivitas manusia, pencemaran lingkungan

hidup dapat digolongkan dalam 3 bentuk:

a. Pencemaran Air

Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin

memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan

sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat

penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan

air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini

mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke

tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa

digunakan sesuai peruntukannya.28Seperti yang

terjadi di Kelurahan Makroman, CV Arjuna telah

melakukan pencemaran air disebabkan jebolnya

tanggul pengelolaan limbah. Mengakibatkan air yang

27 Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 TentanPerlindungan dan Pengelolaan lingkungan.

28 Jurnal Alamendah’s Blog, “Pencemaran Air Di Indonesia”http://alamendah.wordpress.com /2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/ diakses tanggal 3 Maret pukul 21.30 WITA

24

dibuat mengairi sawah dan tambak milik warga

menjadi tercemar karena berubah bau dan warna

airnya.

b. Pencemaran udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya

bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang

menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara

dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat

asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta

berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan

dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan

seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah

tercemar29

Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan

pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian

Pencemaran Udara30 :

“Pencemaran udara adalah masuknya ataudimasukkannya zat, energi, dari komponen lain

29 Artikel Putra Prabu Wordpress, “Pencemaran Udara”http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12 /pencemaran-udara/ diaksestanggal 24 Februari 2013 pukul 22.10 WITA

30 Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

25

ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,sehingga mutu udara turun sampai ke tingkattertentu yang menyebabkan udara ambien tidakdapat memenuhi fungsinya”.Dalam hal ini dapat kita lihat pencemaran

udara yang terjadi di kota-kota besar, meningkatnya

polusi akibat banyaknya kendaraan bermotor dan

industri tanpa diimbangi dengan hutan kota yang ada

c. Pencemaran Tanah

Secara pengertian, pencemaran tanah adalah keadaan

dimana polutan masuk kedalam lingkungan tanah

sehingga mengurangi kualitas tanah tersebut, dimana

polutan bisa berupa zat-zat bahan pencemar, baik

berupa zat kimia debu, panas, suara, radiasi, dan

mikroorganisme.31 Tanah yang telah ditambang

biasanya sudah tidak bisa lagi ditanami karena

tingkat asamnya yang tinggi.32

5. Dampak Pertambangan Batu Bara

31 Artikel Poztmo Media “Pencemaran Tanah”http://www.poztmo.com/2012/05/pencemaran-tanah.html diakses tanggal23 Februari 2013 pukul 22.30 WITA

32 Ibid hal 10

26

Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari,

menggali, mengolah, memanfaatkan dan menjual hasil dari

bahan galian berupa mineral, batu bara, panas bumi dan

minyak dan gas.Seharusnya kegiatan pertambangan

memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan

lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup tetap

terjaga.33

Batubara merupakan salah satu bahan galian

strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energy

yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu

memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta

ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta

ton diekspor ke Jepang. Indonesia memiliki cadangan

batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau

Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara

berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.34

33 Artikel Rini Rahmiati “Dampak Pertambangan Batu Bara terhadap LingkunganSekitar” http://rinirahmiati03.blogspot.com/2012/06/dampak-pertambangan-batu-bara-terhadap.html diakses tanggal 23 februari 2013 pukul 23.47 WITA

34 ibid.

27

Penambangan batubara menimbulkan beberapa dampak

yang merugikan penduduk sekitar dan lingkungan. Jika

permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide,

disebut juga dengan emas bodoh) berinteraksi dengan air

dan udara maka akan terbentuk asam sulfat. Jika terjadi

hujan di daerah pertambangan, maka asam sulfat tersebut

akan bergerak sepanjang aliran air, dan sepanjang

terjadinya hujan di daerah tailing pertambangan maka

produksi asam sulfat terus terjadi, baik selama

penambangan beroperasi maupun tidak. Jika batubara pada

tambang terbuka, seluruh lapisan yang terbuka

berinteraksi dengan air dan menghasilkan asam sulfat,

maka akan merusak kesuburan tanah dan pecemaran sungai

mulai terjadi akibat kandungan asam sulfat yang

tinggi , hal ini berdampak pada terbunuhnya ikan-ikan

di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitif

terhadap perubahan pH yang drastis.35

35 Jurnal Akhmad Kushyairi, “Dampak Pertambangan Batu Bara PadaLingkungan”, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14- id,27867-lang,id-c,teknologi-t,Dampak+Penambangan+Batubara+pada+Lingkungan-.phpx diakses tanggal 23februari 2013 pukul 23.58 WITA

28

6. Teori Tanggung Jawab Hukum

Hukum itu mengatur hubungan hukum antara subyek

hukum. Dan setiap subyek hukum mempunyai tanggung jawab

hukum yang harus dilaksanakan. Tanggung jawab hukum

terdiri atas :

a. Subyek Hukum

Subyek Hukum adalah segala sesuatu yang dapat

mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak dalam

hukum. Terdiri dari orang dan badan hukum.

a) Manusia sebagai subyek hukum

Manusia adalah pengertian biologis gejala dalam

alam, gejala biologika yaitu makhluk hidup yang

mempunyai panca indra dan mempunyai budaya. Sedangkan

orang adalah pengertian yuridis ialah gejala hidup

bermasyarakat menurut hukum modern, seperti hukum yang

sekarang berlaku di indonesia setiap manusia diakui

sebagai manusia pribadi artinya diakui sebagai orang

atau person karena itu manusia pendukung hak dan

kewajiban.

b) Badan hukum sebagai subyek hukum

29

Dalam pergaulan hukum ditengah-tengah masyarakat,

ternyata manusia bukan satu-satunya subyek hukum

(pendukung hak dan kewajiban), tetapi ada subyek lain

yang disebut “Badan Hukum”

Sebagaimana halnya subyek hukum manusia, badan hukum

ini pun dapat mempunyai hak-hak dan kewajiban-

kewajiban, serta dapat pula mengadakan hubungan-

hubungan hukum baik antara badan hukum yang satu

dengan badan hukum yang lain maupun antara badan hukum

dengan orang manusia. Karena itu, badan hukum dapat

mengadakan perjanjian-perjanjian jual-beli, tukar-

menukar, sewa – menyewa dan segala perbuatan di

lapangan harta kekayaan.

Dengan demikian, badan hukum ini adalah pendukung

hak dan kewajiban yang tidak berjiwa sebagai lawan

pendukung hak dan kewajiban yang berjiwa yakni

manusia. Dan sebagai subyek hukum yang tidak berjiwa,

maka badan hukum tidak dapat dan tidak mungkin

berkecimpung dilapangan keluarga seperti mengadakan

perkawinan, melahirkan anak dan sebagainya.

30

Adanya badan hukum disamping manusia tunggal adalah

suatu realita yang timbul sebagai suatu kebutuhan

hukum dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat.

Sebab, manusia selain mempunyai kepentingan individu

juga mempunyai kepentingan bersama pula. Karena itu

mereka berkumpul mempersatukan diri berkumpul

membentuk suatu organisasi dan memilih pengurusnya

untuk mewakili mereka. Mereka juga memasukan harta

kekayaan masing-masing menjadi milik bersama, dan

menetapkan peraturan-peraturan intern mereka yang

berlaku di organisasi itu. Dalam dalam pergaulan hukum

semua orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama

yang tergabung dalam kesatuan kerjasama tersebut

dianggap perlu sebagi kesatuan yang baru, yang

mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban angotanya

serta dapat bertindak hukum sendiri.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

31

Penelitian yang Penulis lakukan pada penelitian ini

dengan menggunakan yuridis empiris. Penelitian yuridis

empiris sering disebut socio yuridis (socio legal research)

yaitu suatu penelitian yang telaahnya pada pengaturan

dan penerapan hukum dalam konteks realitasnya di

masyarakat36. Penelitian di lapangan yang berkaitan

dengan proses kajian terhadap tanggung jawab lingkungan

CV. Arjuna akibat jebolnya tanggul pengelolaan limbah

dengan masyarakat Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan

Kota Samarinda.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan ialah yuridis

empiris, sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan.

Pendekatan Penelitian ialah penelitian hukum yang

mengkaji mengenai Tanggung Jawab Lingkungan CV Arjuna

terhadap kerusakan lingkungan akibat jebolnya tanggul

pengelolaan limbah CV Arjuna yang mencemari tambak dan

sawah warga Makroman.

3. Pendekatan Masalah 36 Rosmini, 2012, Metode Penelitian Program Legislas, Rabbani Press, Jakarta

Hal 194

32

Pendekatan masalah merupakan strategi untuk

menyelesaikan, memecahkan, dan mencari solusi yang

efektif dan efisien terhadap permasalahan mengenai

tanggung jawab lingkungan CV Arjuna terhadap kerusakan

lingkungan akibat jebolnya tanggul pengelolaan limbah

CV Arjuna yang mencemari sawah dan tambak warga

Makroman sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan, dalam penelitian ini pendekatan yang

digunakan adalah :

Pendekatan Undang-Undang

Dilakukan dengan menelaah semua peraturan

Perundang- Undangan dan regulasi yang terkait dengan

Tanggung jawab lingkungan dan pencemaranlingkungan

dalam penelitian ini, baik secara legislasi, regulasi,

maupun delegasi.

1. Pendekatan Kasus

Dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus dan peristiwa yang terjadi di masyarakat

33

berkaitan dengan tanggung jawab lingkungan CV

Arjuna terhadap kerusakan lingkungan akibat

jebolnya tanggul pengelolaan limbah CV Arjuna

yang mencemari sawah dan tambak warga Makroman,

dengan memperhatikan fakta materiil dan fakta

materiil tersebut dapat berupa orang, tempat,

waktu dan segala yang menyertainya.37

4. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan

Makroman Kecamatan Sambutan dan CV. Arjuna yang

beralamat di Jalan KH. Hasan Basri Komp. Merak Peramai

B-38 Kota Samarinda, dikarenakan adanya permasalahan

lingkungan hidup

5. Waktu Dan Jadwal Penelitian

Waktu Penelitian dari awal sampai akhir, dengan

jadwal penelitian dimulai sejak 20 Februari 2013 sampai

dengan 20 Agustus 2013.38

37 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum,Prendia Media Group, Jakarta, Halaman 93

38 Surat Keputusan Dekan Nomor 05/UN20.2/DT/2013 tentangPersetujuan dan Penunjukan Dosen Pembimbing Fakultas Hukum Universitas

34

6. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian dari

data primer dan data sekunder, bahwa jenis data terdiri

atas 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder.

Sumber data yang sebagaimana disampaikan diatas

penulis menerapkan sebagai berikut :

a. Data Primer, Data ini merupakan data yang diperoleh

oleh hasil penelitian lapangan yang berupa hasil

observasi, hasil wawancara, yaitu:

1) Kepala Dinas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

Samarinda.

2) Masyarakat di Kelurahan Makroman Kecamatan

Sambutan.

3) CV. Arjuna yang beralamat di Jalan. KH Hasan

Basri Komp. Merak Peramai B-38 Kota Samarinda.

Mulawarman Samarinda.

35

b. Data sekunder adalah sumber yang peneliti butuhkan

diperoleh dari studi pustaka terdiri dari buku-buku

dan Peraturan Perundang-Undangan terkait, yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 140).

2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012

tentang Izin Lingkungan

7. Teknik Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data yang penulis gunakan

dalam beberapa cara untuk memperoleh data serta

pemecahannya, antara lain :

1) Observasi/pengamatan langsung di lokasi penelitian

yaitu di Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan, dan

pada Kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

Samarinda;

36

2) Interview atau melakukan wawancara dengan pihak-

pihak yang terkait seperti karyawan CV. Ajuna,

masyarakat di Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan,

dan BLH Kota Samarinda.

3) Studi dokumen yaitu dengan mengkaji dokumen berupa

perundang-undangan; dan

4) Studi kepustakaan yaitu mengkaji perundang-

undangan, buku, skripsi, tesis, jurnal, makalah,

artikel dan dokumen hukum.

8. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif

kualitatif, artinya penelitian yang bermaksud untuk

membuat (deskripsi) mengenai situasi-situasi akan

kejadian-kejadian, selanjutnya dipisahkan berdasarkan

materi bab per bab sehingga memudahkan penyusun.39

Selanjutnya dianalisis dan dijadikan dasar dalam

membuat suatu kesimpulan terhadap tinjauan hukum

lingkungan mengenai tanggung jawab lingkungan CV.

39 Sumadi Suryabrata, 2003, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada,Jakarta, Halaman 76

37

Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman Kecamatan

Sambutan Di Kota Samarinda.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini Penulis

bagi dalam bab yang terdiri dari lima bab, maka disusun

sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini menjelaskan Tanggung Jawab

Lingkungan CV Arjuna terhadap pencemaran yang

dilakukan oleh CV Arjuna di Kelurahan Makroman

yang dijelaskan di latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, keaslian penelitian, teori dan

konsep, metode penelitian yang terdiri sebagai

berikut memuat mengenai jenis penelitian,

pendekatan penelitian, pendekatan masalah,

lokasi penelitian, waktu dan jadwal penelitian,

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

analisis data, dan sistematika penulisan yang

38

diapakai dalam penulisan skripsi ini, sehinggap

dapat memudahkan pembaca.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini memuat konsep dan teori tentang,

hukum lingkungan, pencemaran lingkungan, dampak

pertambangan batu bara, dan ganti rugi

lingkungan yang menjadi sumber dari penulisan

skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab ini memuat tentang jenis penelitian,

pendekatan masalah, lokasi penelitian, waktu

dan jadwal penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada Bab ini menguraikan proses kajian terhadap

penyelesaian tanggung jawab lingkungan CV.

Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman

Kecamatan Sambutan Kota Samarinda dan peran

pemerintah dalam mengawasi proses tanggung

jawab lingkungan yang dilakukan oleh CV Arjuna

39

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari

semua permasalahan yang telah dibahas pada bab

sebelumnya, dan saran yang kiranya dapat

bermanfaat dan berkontribusi bagi pembaca,

pemerintah, masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Sumadi Suryabrata, 2003, Metodologi Penelitian, Raja GrafindoPersada, Jakarta

Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Sastrawijaya, A. Tresna, 2000, Pencemaran Lingkungan , RinekaCipta, Jakarta

40

Danusaputro, St. Moenadjat 1977, Hukum Lingkungan, Buku I: Umum,Binacipta, Bandung.

Abdulkadir, Muhammad, (1993), Hukum Perdata Indonesia, Bandung:Citra Aditya Bakti

B. Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140)

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2012 Peraturan Pemerintah

C. Artikel, Jurnal dan Lain-Lain

Alamendah’s Blog, “pencemaran air di indonesia”http://alamendah.wordpress.com /2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/ diakses tanggal 23 februari 2013 pukul 21.30WITA

Putra Prabu Wordpress, “pencemaran udara”http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12 /pencemaran-udara/ diakses tanggal 23 februari 2013 pukul 22.10 WITA

Poztmo Media “pencemaran tanah”http://www.poztmo.com/2012/05/pencemaran-tanah.htmldiakses tanggal 23 februari 2013 pukul 22.30 WITA

Rini Rahmiati “Dampak Pertambangan Batu Bara terhadap LingkunganSekitar” http://rinirahmiati03.blogspot.com/2012/06/dampak-pertambangan-batu-bara-terhadap.html diakses tanggal 23februari 2013 pukul 23.47 WITA

Akhmad Kushyairi, “Dampak Pertambangan Batu Bara Pada Lingkungan”,http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,27867-lang,id-c,teknologi-

41

t,Dampak+Penambangan+Batubara+pada+Lingkungan-.phpxdiakses tanggal 23 februari 2013 pukul 23.58 WI

42