PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK

23
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK Landasan Filosofi Eksitensialisme: pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia, bukan merampasnya. a. Aliran Eksistensialisme Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensialisme berpandangan pendidikan vokasi/kejuruan mengembangkan eksistensi manusia, bukan merampasnya. Pragmatisme berpandangan bahwa philosophy pendidikan kejuruan adalah ”Matching”: what job was need and what was needed to do the job. Pendidikan kejuruan/vokasi harus Real-word situation, contextual and experience. Philosophy eksistensialisme menyatakan setiap individu manusia membentuk makna kehidupannya sendiri-sendiri. Memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri. Realitas Tugas Berat : Menjadikan diri eksis yang unik Realitas : hakekat manusia subyektif; Kesadaran diri : Kreatifitas; subyektifitas pengalaman; tindakan kongkrit; Rasionalisme ; pendidikan vokasi; tindakan bebas;

Transcript of PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PTKLandasan FilosofiEksitensialisme: pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia, bukan merampasnya.

a. Aliran Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalamanindividu. Secara umum, eksistensialisme menekankanpilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dantindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiapskema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper,Gabril Marcel, Paul Tillich Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.

Eksistensialisme berpandangan pendidikan vokasi/kejuruanmengembangkan eksistensi manusia, bukan merampasnya.Pragmatisme berpandangan bahwa philosophy pendidikankejuruan adalah ”Matching”: what job was need and whatwas needed to do the job. Pendidikan kejuruan/vokasiharus Real-word situation, contextual and experience.

Philosophy eksistensialisme menyatakan setiap individumanusia membentuk makna kehidupannya sendiri-sendiri.Memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri. Realitas

Tugas Berat : Menjadikan diri eksis yang unik

Realitas : hakekat manusia subyektif; Kesadaran diri : Kreatifitas; subyektifitas pengalaman; tindakan kongkrit;

Rasionalisme ; pendidikan vokasi; tindakan bebas;

kehidupan bersifat subjektif. Manusia selalu akanmenemukan dirinya dalam dunia, kontek utamanya adalahkesadaran diri siapakah aku. Soren Kierkegaard menulisalam manusia dan identitas manusia berbeda bergantungpada tata nilai dan keyakinan yang mereka pegang/anut.Tugas paling berat bagi setiap orang menurutnya adalahmenjadikan dirinya eksis sebagai individu yang unikbermakna (personal growth). Jean Paul Sartre meyakiniindividu menciptakan hakikat dirinya sendiri melaluipilihan dan tindakan secara bebas. Profesi dengan segalatindakan dan akibatnya adalah pilihan.

Dalam philosophy jawa perlu tatas, tutus, titis, titilan wibawa (mendasar, totalitas, satu visi, ketelitiandalam memandang hidup). Kemudian Friedrich Neitzschedengan prinsip fundamentalnya menyatakan bahwa setiapmanusia memiliki kehendak untuk berkuasa (will to power).Menurutnya ada dua jenis nilai dalam kehidupan manusiayaitu nilai yang diciptakan oleh golongan lemah(“moralitas budak”) dengan menjunjung tinggi keutamaan-keutamaan semacam belas kasih, cinta altruism, kelemahlembutan, serta nilai golongan kuat (“moralitas tuan”)dengan keutamaan semacam kekuatan dan keberanian.

Esensialisme : pendidikan kejuruan harus mengkaitkan dirinya dengan system sistem yang lain (ekonomi, ketenagakerjaan, politik, social dan moral).

b. EsensialismeEssensialisme merupakan aliran atau mazab pendidikan yangmenerapkan filsafat idealisme dan realisme secaraeklektis. Esesensialisme modern dalam pendidikan adalahgerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisismedan sinisme dari gerakan Progresisvisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. MenurutEsesensialisme, nilai-nilai yang tertanam dalam warisanbudaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang

terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerjakeras dan susah payah selama beratus tahun, dan didalamnya telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-citayang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai olehtata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinyadengan tiada cela pula. Esensialisme didukung olehidealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematismengenai alam semesta tempat manusia berada. Esensialismejuga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapathahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spiritdan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam artispiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilaitergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabiladihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantungpula pada subjek tersebut.

Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatifyang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik padatrend-trend progresif di sekolah-sekolah. Merekaberpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusakstandar-standar intelektual dan moral di antara kaummuda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley,Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

Menurut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunyastimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan.Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karenaadanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar.

Ciri-ciri Filsafat Pendidikan Esesensialisme, yangdisarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :1)   Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuhdari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarikperhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.2)  Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yangbelum dewasa adalah melekat dalam masa balita yangpanjang atau keharusan ketergantungan yang khusus padaspesies manusia.3)  Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harusmenjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplinadalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuantersebut. Di kalangan individu maupun bangsa, kebebasanyang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapaimelalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.4)  Esesensialisme menawarkan teori yang kokoh kuattentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya(progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.Apabila terdapat sebuah pertanyaan di masa lampau tentang

Aliran idealisme : pengetahuan hubungan dunia kecil dan dunia besar

Aliran Realisme : pengetahuan kesatuan stimulus dan tanggapan;

Aliran Esensialisme : pendidikan harus bertumpu nilai-nilai teruji sepanjang masa(liberal arts) spt bahasa, gramatika, sastra, filsafat, ilmu alam, matematika, sejarah dan seni; kritik terhadap progresivisme

jenis teori pendidikan yang diperlukan sejumlah kecilmasyarakat demokrasi di dunia, maka pertanyaan tersebuttidak ada lagi pada hari ini.

Tokoh filsafat ini Bagley (1874-1946), William C. Bagleylahir di Detroit. Ia memasuki Universitas NegeriMichigan, danUniversitas Wisconsin, dan menerima gelarDoktor dari Universitas Cornell tahun 1900. setelahmengajar di sekolah umum dan sekolah guru di Illinois danmengajar di Universitas Illinois, dalam tahun 1917 iamengajar di Sekolah Tinggi Guru (Teachers College) diUniversitas Columbia selama lebih dari 20 tahun, danpensiun dalam tahun 1940. Dalam perjalanan karirnya, iamenyunting Jurnal Asosiasi Pendidikan Nasional (Journalof the Nationa Education Assiation), dan penerbitanberkala serta menjabat sebagai Presiden Dewan Nasional(NEA’s Naitional Council of Education).

Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslahbertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. Esensialismeadalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan konservatifyang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik padatrend-trend progresif di sekolah-sekolah. Merekaberpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusakstandar-standar intelektual dan moral di antara kaummuda.Aliran pendidikan esensialisme secara umummenekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalamanmanusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusiaatas setiap skema rasional untuk hakekat manusia ataurealitas.

Esesensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpupada mazhab filsafat idealisme dan realisme. Meskipunkaum Idealisme dan kaum Realis berbeda pandanganfilsafatnya, mereka sepaham bahwa:

a. hakikat yang mereka anut memberi makna pendidikanbahwa anak harus menggunakan kebebasannya, dan iamemerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinyasebelum dia sendiri dapat mendisiplinkan dirinya; danb. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinyasendiri dan lingkungan hidupnya mengandung maknapendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untukmengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraansosial.

Mazab ini mengutamakan gagasan-gagasan yang terpilih,yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaituliberal arts. Yang termasuk the liberal arts adalahbahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmukealaman, matematika, sejarah dan seni. Esensialismeberpandangan pendidikan kejuruan/vokasi harus mengkaitkandirinya dengan sistem-sistem lainnya seperti sistemekonomi, politik, sosial, religi dan moral.  Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai olehtata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinyadengan tiada cela pula. Esensialisme didukung olehidealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematismengenai alam semesta tempat manusia berada.

Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme danrealisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifateklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagaipendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikanharus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkankestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuahtatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapatmencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhiadalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yangkorelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zamanRenaisans.

Pragmatism, yaitu pandangan yang melihat bahwa pendidik dan siswa unsur penting dalam proses pembelajaran.c. Aliran PragmatismeAliran filsafat ini disebut juga instrumentalisme  ataueksperimentalisme.  Disebut instrumentalisme  karenamemandang  bahwa  tujuan  pendidikan  bukanlah  terminal,akan tetapi alat atau instrumen untuk mencapai tujuanberikutnya. Dan dikatakan eksperimentalisme   karena  untuk   membuktikan   kebenaran digunakan metodeeksperimen. Tokoh aliran filsafat ini antara lain  JohnDewey dan Williams James.Pragmatisme adalah salah satu aliran filsafat yang antimetafisika. Kenyataan yang  sebenarnya  adalah  kenyataanfisik.  Segala  sesuatu  dalam  alam  dan  kehidupan  iniberubah  (becoming),  hakikat  segala  sesuatu  adalahperubahan  itu  sendiri.  Manusia adalah  hasil  evolusibiologis,  psikis  dan sosial.  

Manusia  dilahirkan  dalam  keadaan tidak dewasa dan takberdaya,  tanpa dibekali  dengan bahasa,  keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan  atau  norma-norma  sosial.Hal  ini  mengandung  arti  bahwa  setiap manusia tumbuhsecara berangsur-angsur mencapai kemampuan-kemampuanbiologis, psikologis, dan sosial. Sesuai denganpandangannya tentang hakikat realitas, manusia dipandangsebagai mahluk yang dinamis, tumbuh dan berkembang. Anakdipandang sebagai individu yang aktif.

Hakikat   pengetahuan   menurut   pragmatisme   terus   berkembang.   Pengetahuan bersifat hipotetis dan relatif yang kebenarannya tergantung pada kegunaannya dalam kehidupan  dan  praktek.  Pengetahuan  adalah  instrumenuntuk  bertindak  sedangkan dalam membahas hakikat nilai pragmatisme  menyatakan bahwa tidak ada nilai yang berlaku secara universal atau absolut. Etika tidak diturunkan dari hukum tertinggi yang bersumber   darizat  supernatural.   Standar  tingkah  lakuperseorangan   dan  sosial ditentukan   secara eksperimental   dalam   pengalaman   hidup.   Etika pragmatisme memiliki karakteristik: empiris, relatif, partikular (khusus), dan ada dalam proses.Pendidikan diartikan sebagai proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman sehingga dapat menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan  dan dengan demikian  mempunyai  nilai sosial untuk memajukan kehidupan masyarakat.

Tokoh aliran Pragmatisme  antara lain John Dewey dan Williams James. Dewey dalam bukunya Democracy and Education menekankan pentingnya pendidikan karena berdasarkan  tiga pokok pemikiran, yaiti (1) pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, (2) pendidikan sebagai pertumbuhan, dan (3) pendidikan sebagai fungsi sosial.

Realitas fisik; perubahan (becoming); evolusi biologis, psikis dan social; individu aktif;

Pengetahuan hipotetis, tergantung kegunaan dalam kehidupan dan praktek; kebenaran relative;

Tidak ada nilai absolute; etika pragmatis : empiris, relative, particular, dalam proses; pendidikan sbg proses reorganisasi dan rekontruksi pengalaman untuk meningkatkan efisiensi untuk memajukan kehidupan masyarakat; mengembangkan kehidupan demokratis

Yang menyebabkan pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup, adalah karena adanya anggapan bahwa selain pendidikan sebagai alat, melainkan juga berfungsi sebagaipembaharu hidup atau renewal of life. Hidup itu selalu berubah, selalu menuju kepada pembaharuan.   Hidup   itu ialah   a   self   renewing   process   through   action upon environment.

Pendidikan sebagai agen pertumbuhan terjadi bilamana mampu mengembangkan   potensi   anak   yang   tersembunyiyang   disebut   potensialitas pertumbuhan.   Pendidikan berfungsi   membantu   anak   untuk   mengaktualisasikan potensi-potensi  yang  tersembunyi  tersebut.  Pendidikanmemiliki  fungsi  sosial  jika mampu  mengembangkanjiwa  sosial  pada  anak  karena  sebagai  individuanak  juga sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksidengan individu lainnya. Oleh karena itu dalam hal ini pendidikan harus mampu memfasilitasi anak dalam melakukanproses sosialisasi sehingga dapat menjadi warga masyarakat yang diharapkan.

Di  samping  pandangan  di  atas,  sesuai  denganpandangannya  tentang  hakikat realitas yang terus mengalir, berubah, berkembang, Dewey mengemukakan bahwa pendidikan   berarti   perkembangan   sejak   lahir   hingga   menjelang   kematian.   Jadi pendidikan itu jugaberarti kehidupan, dengan lain perkataan, pendidikan adalah hidup itu sendiri. Bagi Dewey, education is growth, development,  and life. Artinya proses pendidikantidak mempunyai tujuan di luar dirinya tetatpi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan bersifat kontinu, reorganisasi dan rekonstruksi, dan pengubahanpengalaman  hidup.  Pragmatisme  tidak  mengenal  adanyatujuan  umum atau   tujuan   akhir   pendidikan,   yang ada   hanyalah   tujuan   instrumental   karena tercapainya tujuan yang satu adalah alat untuk mencapai tujuan berikutnya.

Setiap fase perkembangan   kehidupan,   masa  kanak-kanak.   Masa  pemuda  dan  masa  dewasa, semuanya adalahfase pendidikan, semua yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman belajar, pengalaman pendidikan. Dalam arti yang luas  pendidikanmenurut  pragmatisme  dapat  dikatakan  bahwa  pendidikanadalah segala bentuk pengalaman  belajar yang berlangsungdalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang.

Menurut Dewey, pendidikan yang benar hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-keunggulan anak yang timbul dari tuntutan situasi sosial di mana dia menemukan dirinya sendiri. Melalui tuntutan sosial ini anak dirangsang untuk mampu bertindak  sebagai  anggota  suatuunit  sosial  tertentu.  Beberapa  pandangan  Dewey tentang pendidikan dapat dirangkum sebagai berikut.1)  Insting dan potensi-potensi anak menjadi titik tolak untuk semua pendidikan.2)  Pendidikan adalah proses hidup itu sendiri dan bukan persiapan untuk hidup.3)  Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikankehidupan  nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994).

Tujuan pendidikan  diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis. Demokrasi bukan dalam arti politik, melainkan sebagai cara hidup bersama, sebagai way of life,  pengalaman  bersama  dan komunikasibersama.  Dewey  mengemukakan beberapa karakteristik tujuan pendidikan yang baik sebagai berikut.1)  Tujuan  pendidikan  hendaknya  ditentukanberdasarkan  kegiatan  dan  kebutuhan intrinsik peserta didik.

2)  Tujuan   pendidikan   harus   mampu   menimbulkan suatu   metode   yang   dapat mempersatukan aktifitas pengajaran yang sedang berlangsung.3)  Pendidik harus tetap menjaga jangan sampai ada tujuanumum dan tujuan akhir.Untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar terjadi padaanak didik, kita lihat bagaimana syarat-syarat  untuk pertumbuhan.  

Pendidikan sama dengan pertumbuhan. Syarat  pertumbuhanadalah   adanya   kebelumdewasaan atau  kebelum matangan(immaturity), yang berarti kemampuan untuk berkembang. Immaturity tidak berarti negatif tetapi positif, yaitu kemampuan, kecakapan, dan kekuatan untuk tumbuh. Ini menunjukkan  bahwa anak didik adalah hidup, ia memiliki  semangat  untuk berbuat. Pertumbuhan bukan sesuatu yang harus kita berikan, akan tetapi sesuatu yang harus merekalakukan sendiri. Ada dua sifat immaturity, yakni kebergantungan  dan plastisitas. Kebergantungan berartikemampuan  untuk  menyatakan  hubungan  sosial  dan ini akan  menyebabkan individu   itu   matang   dalam hubungan   sosial. Sebagai   hasilnya,   akan   tumbuh kemampuan  interdependensi  atau saling  kebergantunganantara anggota  masyarakat yang satu dengan yang lain. Plastisitas mengandung pengertian kemampuan untuk berubah. Plastisitas berarti juga habitat yaitu kecakapanmenggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan, bersifat aktif mengubah lingkungan.

Dalam proses belajar, Dewey menekankan pentingnya prinsiplearning by doing atau belajar dengan bekerja,  belajar melalui praktek,  karena belajar dengan bekerja adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahklan  seperti halnyapendidikan  dengan kehidupan atau seperti halnya anak dengan masyarakat. Learning by doing ini berlaku bagi semua tingkatan usia anak. Kapankah  proses  belajaritu  dimulai  dan  kapankah  berakhir.  Sesuai  dengan

pandangan  Dewey, bahwa pendidikan  adalah pertumbuhanitu sendiri,  maka proses belajar   pun berlangsung terus-menerus  sejak lahir dan berakhir pada saat kematian. Pendidikan adalah pengalaman, yaitu suatu proses yang berlangsung secara terus- menerus. Terdapat hubungan yang erat antara proses belajar, pengalaman dan berpikir.

Pengalaman  itu  bersifat  aktif  dan  pasif.  Pengalamanyang  bersifat  aktif  berarti berusaha, mencoba dan mengubah, sedangkan pengalaman pasif berarti menerima danmengikuti  saja. Kalau  kita mengalami  sesuatu  maka  kita berbuat,  sedangkan  kalau mengikuti sesuatu kita memperoleh akibat atau hasil belajar. Belajar dari pengalaman adalah menghubungkan pengalaman kita dengan pengalaman masa lalu dan yang akan datang. Belajar dari pengalaman berarti mempergunakan daya pikir reflektif (reflective thinking) dalam pengalaman kita.

Pengalaman yang efektif adalah pengalaman yang reflektif.Ada lima langkah berpikir reflektif menurut Dewey (1994),sebagai berikut.1)  merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah,2)  mengadakan interpretasi tentatif (merumuskan hipotesis),3)  mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat,4)  memperoleh hasil dari pengujian hipotesis tentatif, dan5)  hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasaruntuk berbuat

Metode   berpikir   reflektif   atau   problem   solving yang   dikemukakan   di  atas merupakan  metode  mengajarutama yang disarankan  Dewey. Langkah  pertama  dan keduabersumber dari berpikir deduktif, sedangkan langkah

ketiga dan keempat merupakan  tahap  berpikir  induktif.Dengan  demikian  dari  langkah  kesatu  sampai denganlangkah  keempat  terdapat  gabungan  berpikir  deduktifdan  induktif  yang kemudian  hasil  gabungan  berpikiritu  harus  diuji  kembali  dalam  implementasi. Pengujian   terakhir   inilah   yang  paling menentukan   karena  kebenaran   pragmatis ditentukan dalam realitas hidup manusia yang sebenarnya.

Pragmatisme tidak menolak metode mengajar lain selain problem solving sepanjang metode tersebut relevan dan dapat menimbulkan aktivitas serta inisiatif anak. Dengan demikian metode mengajar harus bersifat fleksibel. Dalam penyusunan bahan ajar menurut Dewey hendaknya memperhatikan syarat- syarat  sebagai  berikut:  (1) bahan  ajar hendaknya  kongkrit,  dipilih  yang  betul-betul berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetil, (2) pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti yang memungkinkan  dilaksanakannya  kegiatan baru dan kegiatan yang lebih menyeluruh.

Bahan  ajar  harus  berisi  pengalaman-pengalaman  yangtelah  teruji  serta  minat- minat dan kebutuhan-kebutuhan anak. Hal yang terakhir memberikan implikasibahwa sekolah perlu membuat kurikulum darurat untukmemenuhi minat dan kebutuhan anak. Bahan-bahan pelajaranbagi anak didik tidak bisa semata-mata diambil dari buku-buku pelajaran  yang  diklasifikasikan  dalam  bentukdisiplin  ilmu  yang  ketat,  akan  tetapi harus bersifatinterdisipliner, berisikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat, danmemberikan rangsangan kepada anak untuk bereksperimen.Bahan pelajaran harus merupakan kegiatan yang berkenaandengan sesuatu masalah (problem).

Peranan pendidik menurut pragmatisme bukanlah sebagai instruktur yang mendominasi  kegiatan  pembelajaran,akan  tetapi  sebagai  fasilitator.  Secara  rinci peranan pendidik menurut pragmatisme adalah sebagai berikut.1)  Pendidik  tidak  boleh  memaksakan  suatu  ide  ataupekerjaan  yang  tidak  sesuaidengan minat dan kebutuhan peserta didik.2)  Pendidik hendaknya menciptakan suatu situasi, sehingga anak merasakan adanya suatu masalah yang ia hadapi, sehingga timbul minat untukmemecahkan  masalah tersebut,3)  Untuk membangkitkan  minat anak, hendaknya  guru mengenal kemampuan  serta minat masing-masing atau peserta didik.4)  Pendidik  hendaknya  dapat  menciptakan  siatusiyang  menimbulkan  kerja  sama dalam belajar, antara murid dengan murid begitu pula natara guru dengan murid.

Lembaga pendidikan mempunyai fungsi-fungsi khusus sebagaiberikut.1)  Menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin kita memasuk-kan seluruh  peradaban  manusiayang sangat  kompleks  ke dalam  sekolah.  Demikian pula,anak didik tidak mungkin dapat memahami seluruh masyarakat yang sangat kompleks. Itulah sebabnya lembaga pendidikan merupakan masyarakat atau lingkungan hidup manusia yang disederhanakan2)  Membentuk  masyarakat  yang  akan  datang  yanglebih  baik.  Anak  didik  tidak belajar  dari masa  lampau  tetapi  belajar  dari  masa sekarang  untukmemperbaiki masa yang akan datang.3)  Mencari   keseimbangan   dari   bermacam-macam unsur   yang   ada   di   dalam lingkungan.  Lembagapendidikan  memberi  kesempatan  kepada  setiapindividu/ anak didik untuk memperluas lingkungan hidupnya.

Undang-undang yang melandasi penyelenggaraan PTK :

Pengaturan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Indonesia

Indonesia memiliki pengklasifikasian VET (vocationaleducation dan training) yang agak unik dan sedikitberbeda dengan yang diterapkan di negara lain. Secarakeseluruhan, jenis-jenis pendidikan di Indonesia diaturdalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, Pasal 15. Pasal ini berbunyi: “Jenis pendidikanmencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,vokasi, keagamaan, dan khusus.” Ada 3 jenis pendidikanyang masuk kedalam kategori PTK (pendidikan teknologi dankejuruan) yaitu kejuruan, profesi dan vokasi.

Pendidikan Kejuruan didefinisikan sebagai pendidikanmenengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untukbekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan Profesi adalahpendidikan tinggi setelah program sarjana yangmempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaandengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan Vokasiadalah pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didikuntuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentumaksimal setara dengan program sarjana. Berikut baganpendidikan vokasi di Indonesia. Lihat juga tulisan

Aliran esensialisme Aliran eksistensialisme

Aliran Pragmatisme = eksperimentalisme = instrumentalisme

lainnya tentang pembagian peran Kemdikbud danKemnakertrans,

Peran Kementerian Pendidikan 

Secara organisasional, ruang lingkup operasional dari kesemua jenis pendidikan dibawah Kemdikbud ada di Dirjen Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) untuk pendidikan  umum & kejuruan. Kemudian Dirjen Dikti (Pendidikan Tinggi) menangani pendidikan akademik, profesi dan vokasi.

Pendidikan kejuruan mencakup institusi SMK dan MAK, sertaada juga SMK 4 tahun dan community college. Pendidikan profesi adalah kegiatan yang dijalankan perguruan tinggi dengan organisasi profesi seperti kedokteran, hukum, akuntan, dll dalam mencetak tenaga profesi berbasis S1. Untuk pendidikan vokasi dijalankan oleh perguruan tinggi termasuk politeknik pada jenjang D1, D2, D3 dan D4, hingga SP1 dan SP2 (singkatan dari Spesialis yang setara S2 dan S3).

Kemudian dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan vokasional juga mencakup pendidikan nonformal berupa pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Lembaga

kursus dan lembaga pelatihan masuk dalam kategori ini dandibawah pengaturan Kementerian Pendidikan.

Masih dalam UU Sisdiknas, diatur juga mengenai pendidikankedinasan yang merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan ini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

Peran Kementerian Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja mengemban amanat UU Ketenagakerjaan tahun 2003 yang mengatur tentang pelatihan kerja dan pemagangan, dua hal yang sangat erat kaitannya dengan VET. Jadi Kementerian Pendidikan mengatur masalah "education" dan Kementerian Tenaga Kerjamengatur masalah "training", kesemuanya bersifat vocational atau berorientasi pada "pekerjaan".

Indonesia telah memiliki PP 31/2006 tentang Pelatihan Tenaga Kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja. Lembaga pelatihan kerja pemerintah termasuk bidang yang diatur dibawah Kementerian Tenaga Kerja. Lembaga yang menyelenggarakan pelatihan kerja ini seperti BLK (Balai Latihan Kerja) baik milik pemerintah maupun swasta serta kursus-kursus yang sebagian bersifat vokasional atau mempersiapkan peserta didik/latih untuk bekerja pada

bidang tertentu.

Kemudian, pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan. Dalam UU Ketenagakerjaan, definisi pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yangdiselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawahbimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat penyelenggaraan pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.

Yang menarik, pemagangan ini diatur cukup rinci dalam UU Ketenagakerjaan, namun tidak diatur dalam UU Sisdiknas. Padahal pemagangan adalah metode pembelajaran mutlak yangharus diterapkan dan diatur sebaik-baiknya dalam VET.

Daerah Abu-Abu (Grey Area)

Walau tampak jelas di tataran perundang-undangan, namun masih banyak hal yang masuk grey area dalam pengelolaan VET di Indonesia. Ada banyak contoh yang perlu diperhatikan, misalnya dimana setiap kementerian juga memiliki institusi pendidikan dan pelatihan sendiri. Ini membuat kompleks persoalan pendidikan dan pelatihan vokasional di negeri kita. Contoh seperti Kemdagri, Kemkeu, TNI, dll yang memiliki institusi pendidikan dan pelatihan sendiri, baik yang teritegrasi dengan sistem pendidikan nasional, maupun yang berdiri sendiri. Hal inidiatur oleh UU Sisdiknas, namun turunan peraturannya diatur lagi oleh masing-masing sektor.

Dalam UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa untuk memberikan saran dan pertimbangan dalam penetapan

kebijakan serta melakukan koordinasi pelatihan kerja dan pemagangan dibentuk lembaga koordinasi pelatihan kerja nasional. Pembentukan, keanggotaan, dan tata kerja lembaga koordinasi pelatihan kerja diatur dengan Keputusan Presiden. Namun dimana keterlibatan peran bidang pre-service (Kementerian Pendidikan) dalam lembagakoordinasi ini?

Potensi masalah berikutnya adalah pada standar kompetensidan sertifikasi kompetensi. UU Sisdiknas menyebut tentangstandar kompetensi lulusan uji kompetensi dan sertifikasikompetensi yang diatur oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. UU Ketenagakerjaan mengatur tentang standar kompetensi nasional yang diatur oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). BNSP sendiri diatur oleh PP 23/2004. Lalu dimana keterkaitan keduanya? Siapakah yang menentukan standar kompetensi? Bagaimana prosesnya?

Bagaimana koordinasi semua kegiatan ini? Bagaimana menjamin adanya sinkronisasi terhadap tujuan nasional dalam pembangunan SDM bangsa? Siapa saja pihak-pihak yangbertanggung jawab?

Masih banyak PR yang harus dikerjakan, ini tugas kita semua.

Update:Pemerintah mengeluarkan Perpres 8/2012 tentang Kerangka   Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) . KKNI adalah suatu kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1

(satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi.

Karena Perpres ini hanya "keragka", maka masih terlalu dini untuk bisa menilai apakah KKNI ini akan dapat sedikit mengurai benang yang mulai kusut dalam pendidikandan pelatihan vokasional Indonesia? Perlu adanya regulasiyang lebih detail  untuk dapat dioperasionalkan di lapangan dan mudah pelaksanaan enforcement kelak.

Berikut skema rancangan KKNI (dari Dikti.org), klik gambar untuk memperbesar.

Berikut skema keterkaitan antara dunia pendidikan dengan KKNI (dari Dikti.org), klik gambar untuk memperbesar.

Ringkasan :

Eksistensialisme berpandangan pendidikan

vokasi/kejuruan mengembangkan eksistensi manusia, bukan

merampasnya. Pragmatisme berpandangan bahwa philosophy

pendidikan kejuruan adalah ”Matching”: what job was need

and what was needed to do the job. Pendidikan

kejuruan/vokasi harus Real-word situation, contextual and

experience, dan Aliran Esensialisme dimana pendidikan

harus bertumpu pada nilai-nilai teruji sepanjang

masa(liberal arts) spt bahasa, gramatika, sastra,

filsafat, ilmu alam, matematika, sejarah dan seni; kritik

terhadap progresivisme.

Mengutip dari pernyataan diatas bahwa pragmatisme

merupakan philosophy yang paling efektif untuk education-

for-work. Karena philosophy pragmatisme menyeimbangkan

philosophy esensialisme dan eksistensialisme. Disamping

itu philosophy lainnya yang mendasari pendidikan

kejuruan/vokasi adalah philosophy humanisme dalam

kaitannya dengan personal growth dan philosophy

progressive dalam kaitannya dengan reformasi sosial.

Philosophy esensialisme merupakan akar dari idealisme dan

realisme. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat

yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu

sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur

menjadi satu dan tidak

Secara keseluruhan, jenis-jenis pendidikan di

Indonesia diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 15. Pasal ini berbunyi:

“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,

akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.”

Dari pernyataan di atas, maka peran guru adalah

memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bekerja

bersama-sama, menyelidiki dan mengamati sendiri, berpikir

dan menarik kesimpulan sendiri sesuai dengan minat yang

ada pada dirinya. Melalui cara ini anak akan belajar

dengan bekerja. Lembaga pendidikan  merupakan suatu

lingkungan khusus, bagian dari lingkungan manusia yang

mempunyai peranan dan fungsi khusus sebagai berikut.

Lembaga pendidikan khususnya sekolah dipandang sebagai

sebuah mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas. Di

sini para siswa dapat mengkaji masalah-masalah sosial

yang  pada  umumnya  sering  dihadapi  masyarakat.

Sekolah  harus  menjadi laboratorium   belajar   yang   

hidup   dan   suatu   model   kerja   demokrasi.   

Sumber :http://www.scribd.com/doc/45080023/Kolaborasi-Teori-Dalam-Pendidikan-Pragmatisme

http://1ptk.blogspot.com/2011/11/pengaturan-pendidikan-teknologi-dan.html