perencanaan perpipaan
Transcript of perencanaan perpipaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Jumlah air sendiri di bumi tidak akan pernah berkurang,
namun penyediaan air bersih menjadi masalah serius. Padatnya
penduduk di dunia salah satunya di Indonesia adalah menjadi
salah satu faktor berkurangnya penyediaan air bersih. Selain
itu, pertambahan penduduk yang sangat padat akan berbanding
lurus dengan bertambah padatnya pemukiman masyarakat, mulai
dari apartemen, gedung bertingkat, hingga rumah susun.
Fenomena tersebut membuat kita berpikir pada pembangunan
vertikal yang tidak lagi horisontal. Pembangunan vertikal di
dasarkan karena sedikitnya ruang terbuka hijau dan juga daerah
resapan. Salah satu pembangunan vertikal adalah pembangunan
apartemen sebagai hunian yang nyaman serta menjadi solusi dari
keterbatasan area luas lahan pemukiman.
Namun dalam kenyataanya pembangunan gedung bertingkat
tidak sesederhana seperti pembangunan pada gedung tak
bertingkat. Ada teknik-teknik khusus yang harus diperhatikan
dalam pembangunan gedung bertingkat terutama sistem plambing.
Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
penyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat dan
perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung.
Karena sistem plambing tersebut berhubungan dengan kesehatan
manusia yang pada akhirnya berujung pada kesejahteraan
lingkungan.
ELSITA OCTARINA3312100024
Perencanaan dan perancangan sistem plambing pada gedung
bertingkat ini dikerjakan bersamaan dengan perencanaan
gedung, karena keduanya merupakan bagian yang menyatu. Gedung
bertingkat membutuhkan perencanaan sistem plambing yang baik
dan teliti. Selain untuk memenuhi fungsi utama sistem
plambing, yaitu untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat
tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya, sistem
plambing yang baik akan memudahkan suplai air ke setiap lokasi
fire hydrant, sehingga pada saat kebakaran, tiap-tiap fire
hydrant dapat mengeluarkan air yang cukup untuk memadamkan
api.
Terdapat 3 hal penting dalam mengerjakan sistem plambing,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Ketiga hal
tersebut saling berkaitan sehingga bila terjadi kesalahan baik
dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan akan
berdampak buruk pada kesehatan lingkungan dan kesehatan
manusia. Perencanaan sistem plambing yang
teliti akan meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi,
sebab perbaikan akan sulit dilakukan jika gedung telah selesai
dibangun. Karena itu, perencanaan dari sistem plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan gedung itu sendiri.
Pada era seperti ini, sistem plambing tidak hanya
menyediakan air bersih yang cukup namun juga pertimbangan
penghematan energi dan adanya keterbatasan sumber daya air.
Selain itu, pembuangan air buangan tidak selalu langsung masuk
ke dalam saluran pembuangan oleh karena itu perlu ada sistem
plambing yang sesuai. Dengan adanya sistem plambing yang baik,
ELSITA OCTARINA3312100024
air bersih tidak akan terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan penghuni gedung tersebut selama
pendistribusian. Kesalahan dalam hal perancangan peralatan
plambing serta pemasangan dan perawatannya yang tidak benar
atau tidak bekerja sebagaimana semestinya akan menimbulkan
gangguan atau pencemaran. Misalnya kebocoran pada salah satu
pipa pembuangan akan mengakibatkan pencemaran. Begitu juga
kesalahan pada penentuan fluktuasi pemakaian air dan kebutuhan
air menyebabkan sistem plambing tidak dapat menyediakan air
bersih yang layak baik dari segi kualitas maupun kuantitas di
dalam bangunan tersebut. Apabila perencanaan sistem plambing
ini diterapkan dengan benar maka diharapkan sistem ini dapat
beroperasi dengan baik untuk memberikan jaminan kenyamanan dan
keamanan bagi para penghuninya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Sistem plambing dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan
air bersih di dalam bangunan bertingkat secara kontinu serta
penyaluran air buangan hasil dari aktivitas manusia. Selain
memberikan pelayanan pada masyarakat, secara tidak langsung
sistem plambing juga bermaksud untuk meningkatkan taraf hidup
yang layak terutama dalam hal kualitas lingkungan dan
penyediaan fasilitas akan kebutuhan mendasar manusia terhadap
air.
Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan sistem
plambing ini adalah:
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pemenuhan
kebutuhan air bersih.
ELSITA OCTARINA3312100024
2. Membuang air buangan atau kotor dengan sistem yang aman
tanpa menyebabkan pencemaran.
3. Untuk menyediakan air bersih yang memenuhi kualitas,
kuantitas maupun kontinuitas ke tempat-tempat yang
dikehendaki.
4. Penyediaan fire protection system, salah satu yang ada di dalamnya
adalah fire hydrant sehingga gedung tersebut memenuhi
kriteria safety building.
Sehingga menjadikan bangunan yang layak untuk ditempati
dengan memenuhi standar kesehatan sehubungan dengan fasilitas
penyediaan dan penyaluran air, dan syarat lingkungan yang
menyangkut segi etika dan estetika.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam sistem plambing untuk gedung
berlantai enam belas ini adalah sebagai berikut :
1. Dasar teori yang mendukung perencanaan sistem plambing ini
antara lain :
Sistem dan peralatan plambing.
Perencanaan sistem plambing air bersih.
Perencanaan sistem plambing air buangan.
Perencanaan sistem vent.
Perencaan fire hydrant.
Pompa.
Perpipaan sistem plambing.
2. Prosedur perencanaan sistem plambing, yaitu :
ELSITA OCTARINA3312100024
Perencanaan perpipaan untuk air bersih dan fire hydrant
yang terdiri dari kebutuhan air bersih dan dimensi
pipanya.
Perencanaan perpipaan untuk air buangan dan untuk sistem
vent yang juga mencakup dimensi pipanya.
Kapasitas ground reservoar dan roof tanknya.
3. Dalam laporan ini direncanakan sistem plambing untuk gedung
apartemen berlantai enam belas dengan bangunan yang
berbentuk ( U ) yang tiap lantainya terdiri dari 4 kamar 1
bedroom dan 28 kamar 2 bedroom.
4. Perhitungan meliputi :
Jumlah kebutuhan air.
Dimensi pipa air bersih, pipa air buangan, dan pipa vent.
Headloss dan pompa.
Kelengkapan lain yang menunjang sistem plambing, antara
lain ground reservoir, roof tank, dan lain-lain.
5. Gambar-gambar meliputi:
Denah gedung
Lay out type 1 bedroom dan type 2 bedroom
Isometri perpipaan
6. Bill of Quantity dan Rekapitulasi Anggaran Biaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem dan Peralatan Plambing
2.1.1 Definisi dan Fungsi Peralatan Plambing
ELSITA OCTARINA3312100024
Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di
dalam maupun di luar gedung untuk menyediakan air panas atau
air dingin, dan untuk menyalurkan air buangan (Noerbambang dan
Morimura, 2000).
Fungsi dari peralatan plambing adalah :
Sistem Penyediaan air bersih, menyediakan air bersih ke
tempat-tempat yang dikehendaki dengan kualitas, kuantitas,
dan tekanan yang cukup.
Penyaluran air buangan, membuang air kotor dari tempat-
tempat tertentu tanpa mencemari sistem yang lain serta
mencegah masuknya udara tidak sedap dan air kotor ke dalam
ruangan.
Penyediaan air untuk pemadam kebakaran, menyediakan air
dengan kuantitas yang cukup dan mudah operasinya apabila
terjadi kebakaran.
Penyediaan air panas, menyediakan air panas yang cukup dan
tidak mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
2.1.2 Prinsip Dasar Instalasi Plambing
Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plambing ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dasar
tersebut adalah :
1. Konsep denah alat plambing
Konsep denah alat plambing selain mempertimbangkan pemakaian
energi secara keseluruhan, yang perlu dijadikan dasar
peletakan alat plambing adalah segi arsitektural bangunan
atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang
bangunan.
ELSITA OCTARINA3312100024
2. Perlindungan konstruksi gedung
Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya
pembebanan akibat pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk
keperluan tersebut pipa tidak boleh langsung dipasang
menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok atau
dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve)
yang terpasang pada tempat dimana pipa menembus.
3. Perlindungan pipa dari kerusakan
Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan
karena dapat mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan.
Beberapa kerusakan yang dapat terjadi adalah korositas, yang
menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada pipa besi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat
untuk menahan karat.
4. Perancangan sistem plambing yang baik
Perancangan sistem plambing yang baik adalah dengan
memperhatikan pemasangan katup untuk pengeluaran udara,
sehingga tidak menimbulkan penyumbatan. Pipa mendatar pada
sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke
atas (searah aliran), sedang pada sistem pengaliran ke bawah
sekitar 1/300. Perpipaan yang tidak merata, misalnya
melengkung, hendaknya dipasang katup pelepas udara. Selain
itu juga harus dihindarkan membaliknya arah aliran.
5. Perencanaan sistem pembuangan
Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya
pipa dan kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka
ELSITA OCTARINA3312100024
kemiringan pipa dibuat sama atau lebih dari diameter pipa.
Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2 m/detik.
2.1.3 Kualitas Alat Plambing
Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
Tidak menyerap air (atau, sedikit sekali)
Mudah dibersihkan
Tidak berkarat dan tidak mudah aus
Relatif mudah dibuat
Mudah dipasang
Bahan yang sering digunakan adalah porselen, besi atau
baja yang dilapisi email, berbagai jenis plastik dan baja
tahan karat. Untuk bagian alat plambing yang tidak atau jarang
kena air, ada juga yang menggunakan kayu sebagai bahannya.
Alat Plambing yang tergolong mahal dan mewah menggunakan
marmer berkualitas tinggi. Sedangkan bahan lain yang saat ini
mulai banyak digunakan terutama untuk membuat bak mandi
(bathtub) adalah FRP atau resin poliester yang diperkuat dengan
anyaman serat gelas.
2.1.4Jenis – Jenis Peralatan Plambing
Dalam artian khusus, istilah peralatan plambing
meliputi :
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih atau air minum
2. Peralatan untuk penyediaan air panas
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven
4. Peralatan saniter (plumbing fixtures)
ELSITA OCTARINA3312100024
Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan-peralatan
tersebut di atas, istilah “peralatan plambing” seringkali
digunakan untuk mencakup :
1. Peralatan pemadaman kebakaran
2. Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
3. Peralatan penyediaan gas
4. Peralatan dapur
5. Peralatan untuk mencuci (laundry)
6. Peralatan pengolah sampah
7. Berbagai instalasi pipa lainnya
Hal tersebut terakhir meliputi instalasi pipa untuk
menyediakan zat asam, zat lemas, udara kempa, air murni, air
steril, dsb, juga perpipaan vakum (untuk menyedot).
2.1.5Peralatan Saniter
Menurut Townsend, AL, 1986, peralatan saniter secara umum
dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
Peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan membuang
barang yang sudah tidak dipergunakan lagi, misalnya
peralatan saniter pada WC.
Peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan membuang
air pada pekerjaan mencuci dan memasak. Sebagai contoh bak
lavatory digunakan pada tempat mandi, sedang sink digunakan
pada dapur.
Beberapa peralatan saniter yang digunakan pada
perencanaan sistem plambing adalah:
1. Bak mandi
ELSITA OCTARINA3312100024
Bak mandi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia adalah jenis bak penampung air. Dimana bak mandi
memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.
2. Peturasan (urinoir)
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti
halnya kloset. Yang paling banyak digunakan adalah tipe
wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang
peturasan berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen,
plastik atau baja tahan karat, dan memenuhi persyaratan
berikut :
Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih.
Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi
saringan.
Pipa penggelontor harus diberi lubang untuk menyiram
bidang belakang “talang” dengan lapisan air.
Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan
menganggap setiap 45 cm panjang “talang” ekivalen dengan
satu peturasan biasa.
3. Lavatory
Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan
untuk mencuci tangan dan biasanya sering disebut sebagai
wastafel.
4. Kloset
Menurut Noerbambang (2000), kloset dapat dibagi dalam
beberapa golongan menurut konstruksinya yaitu :
Tipe washout
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk.
Kotoran tidak jatuh ke dalam air yang merupakan “sekat”,
ELSITA OCTARINA3312100024
melainkan pada suatu permukaan penampung yang agak luas
dan sedikit berair, sehingga pada waktu penggelontoran
tidak bisa bersih betul, akibatnya sering menimbulkan bau
yang tidak sedap.
Tipe washdown
Tipe ini mempunyai konstruksi sedemikian hingga kotoran
jatuh langsung atau tidak langsung ke dalam air “sekat”,
sehingga bau yang timbul akibat sisa kotoran tidak
terlalu menyengat dibandingkan dengan tipe wash out.
Tipe siphon
Tipe ini memiliki konstruksi jalannya air buangan yang
lebih rumit dibandingkan tipe wash down, dimana sedikit
menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek
siphon. Jumlah air yang ditahan dalam mangkuk sebagai
“sekat” lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi
dibanding tipe wash down. Oleh karena itu bau lebih
berkurang lagi pada tipe ini.
Tipe siphon jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih
kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu
lubang kecil searah aliran air buangan. Dibandingkan
dengan tipe siphon, tipe siphon jet akan menggunakan air
penggelontor lebih banyak.
Tipe blowout
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor dengan
cepat air kotor dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya
membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan
menimbulkan suara berisik.
ELSITA OCTARINA3312100024
2.1.6Fitting Sanitair
Beberapa jenis fitting saniter antara lain :
1. Keran air, ada beberapa macam yaitu :
a. Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan
mudah.
b. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup
sendiri, misalnya untuk cuci tangan.
c. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian
muka air, yaitu keran atau katup pelampung.
2. Katup gelontor dan tangki gelontor
a. Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air
penggelontor, untuk kloset dan peturasan.
b. Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang
otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh
orang.
3. Perangkap
a. Perangkap yang dipasang alat plambing
1. Perangkap jenis “P”. Perangkap ini banyak digunakan
dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven.
2. Perangkap jenis ”S”. Perangkap jenis ini dapat
digunakan pada dinding gedung yang tidak cukup
tebal.
b. Perangkap yang dipasang pada alat pembuangan
1. Perangkap jenis ”U”. Perangkap ini dipasang pada
pipa pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuanagn
air hujan.
2. Perangkap jenis ”tabung”
ELSITA OCTARINA3312100024
c. Perangkap yang mejadi satu dengan alat plambing.
Perangkap ini merupakan bagian dari alat plambing
itu sendiri misalnya terdapat pada kloset dan
peturasan.
d. Bak perangkap
4. Lain-lain
a. Pancuran mandi
b. Pancuran minum
2.1.7Jenis Pipa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem perpipaan
selain pemasangan pipa, juga jenis dan macam pipa yang
digunakan. Untuk sistem perpipaan air bersih, jenis pipa yang
sering digunakan antara lain :
1. Cast Iron pipe
Pipa ini terbuat dari bahan grew cost iron yang merupakan
logam kuat dan juga tahan terhadap erosi.
2. Galvanized Steed Pipe
Pipa ini terbuat dari bahan mild karbon baik berupa welded
pipe maupun stainless pipe.
3. PVC (Poly Vinil Clorida)
Bahan ini berasal dari salah satu bahan plastik (sintetik
resin) yang diolah secara polimerisasi.
2.2 Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih
2.2.1 Kualitas Air dan Pencegahan Pencemaran Air
ELSITA OCTARINA3312100024
Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem yang
dirancang dan dipasang untuk menyalurkan air bersih dalam
suatu gedung untuk mendukung kelangsungan aktivitasnya.
Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik
merupakan prioritas yang utama.
Pencegahan pencemaran lebih ditekankan pada sistem
penyediaan air bersih, yang merupakan faktor terpenting
ditinjau dari segi kesehatan. Beberapa langkah pencegahan
pencemaran yang dapat dilakukan :
1. Larangan hubungan pintas
Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik
antara dua sistem pipa yang berbeda, sistem pipa untuk air
bersih dan sistem pipa lain yang berisi air yang diragukan
kualitasnya, dimana air akan mengalir dari satu sistem
lainnya. Sistem perpipaan air minum tidak boleh dihubungkan
dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air minum
dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau
bahan lain yang tercemar.
2. Pencegahan Aliran Balik
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan
lain, zat atau campuran ke dalam sistem perpipaan air
bersih, yang berasal dari sumber lain. Aliran balik
berkaitan dengan hubungan pintas dan ini disebabkan oleh
terjadinya aliran masuk dalam pipa air bersih dari air
bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki,
ELSITA OCTARINA3312100024
disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.
Peralatan yang dapat menimbulkan efek siphon-balik, antara
lain :
a. Peralatan yang menyimpan air (tangki air, menara
pendingin, kolam renang, dan kolam lainnya).
b. Peralatan yang dapat menampung air (bak cuci tangan, bak
cuci dapur, dan lainnya).
c. Peralatan khusus (peralatan dapur, kedokteran, mesin
cuci, dan sebagainya).
Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan
celah udara atau memasang penahan aliran-balik, yaitu
sebagai berikut :
Celah Udara
Celah udara dalam suatu sistem penyediaan air adalah
ruang bebas berisi udara bebas, antara bagian terendah
dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi air ke
dalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka
air meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing
lainnya.
Pencegah Aliran Balik
Alat pencegah aliran balik yang banyak dipasang adalah
yang disebut “pemecah vakum”, yang mencegah efek siphon-
balik dengan secara otomatik memasukkan udara ke dalam
pipa penyediaan air apabila terjadi tekanan negatif di
dalam sistem pipa tersebut. Peralatan-peralatan plambing
yang harus dipasangkan pemecah vakum adalah : katup-
gelontor (flush valve) untuk kloset dan peturasan, katub
bola untuk tangki-gelontor, bidet, pancuran mandi yang
ELSITA OCTARINA3312100024
tidak terpasang tempat (hand showers), keran air untuk
selang, mesin cuci untuk pakaian dan piring, penyiram
taman. Pemecah vakum yang sekarang banyak digunakan dari
dua jenis, yaitu jenis pemecah vakum tekanan atmosfer
(dipasang pada sisi sekunder), dan jenis pemecah vakum
tekanan-positif (dipasang pada sisi primer).
Peralatan Pemecah Vakum Tekanan-Atmosferik
Pemecah vakum ini mencegah efek siphon-balik dengan
secara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa penyediaan
air bila terjadi tekanan negatif dalam sistem pipa,
dimana pemasangannya pada alat-alat yang mengalami
tekanan hanya jika ada pada sisi tidak mendapat tekanan
air terus-menerus.
Gbr. 2.1 Contoh pelepas vakum jenis atmosferik
Peralatan Pemecah Vakum Tekanan-Positif
Pemecah vakum ini dipasang pada sisi yang bertekanan
terus-menerus. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
(a) Melalui sebuah lubang kecil tekanan air masuk
rongga diafram untuk menekan katup, mencegah air keluar
melalui lubang udara.
(b) Apabila oleh sesuatu sebab terjadi tekanan negatif
didalam pipa, rongga diafram juga akan mempunyai
ELSITA OCTARINA3312100024
tekanan negatif, dan tekanan atmosfer dibawah diafram
akan mendorong katup terbuka untuk memasukkan udara.
Gbr. 2.2 Contoh pelepas vakum jenis bertekanan.
Gbr. 2.3 Tampak luar dari pelepas vakum jenis bertekanan.
3.Pencegahan pukulan air
Bila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak
oleh katup, tekanan air pada sisi atas (up stream) akan
meningkat dengan tajam, dan menimbulkan tekanan yang
merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat
dipantulkan kembali ketempat semula. Gejala ini
menyebabkan kenaikan tekanan yang tajam sehingga
menyerupai suatu pukulan yang disebut “gejala pukulan
air” (water hammer).
2.2.2 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air
ELSITA OCTARINA3312100024
Tujuan utama sistem penyediaan air adalah menyediakan air
bersih. Sistem penyediaan air meliputi beberapa peralatan
seperti tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap,
pompa-pompa, perpipaan, dan lain sebagainya. Dalam peralatan-
peralatan ini, air minum harus dapat dialirkan ke tempat-
tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran. Hal-hal yang
dapat menyebabkan pencemaran antara lain, masuknya kotoran,
tikus, serangga ke dalam tangki ; terjadinya karat dan
rusaknya bahan tangki dan pipa ; terhubungnya pipa air minum
dengan pipa lainnya ; tercampurnya air minum dengan air dari
jenis kualitas lainnya ; aliran-balik (backflow) air dari jenis
kualitas lain ke dalam pipa air minum.
2.2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a) Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih (misalnya : pipa
utama dibawah jalan dari perusahaan air minum). Karena
terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini
terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung
kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang biasnya diatur /
ditetapkan oleh perusahaan air minum. Tangki pemanas air
biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi,
dan di beberapa daerah tidak diizinkan memasang katup
gelontor (flush valve).
ELSITA OCTARINA3312100024
b)
Gbr. 2.4 Sistem sambungan langsung.
b) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan
tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali
digunakan sistem tangki atap, terutama di negara Amerika
Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air ditampung lebih
dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah
bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke
ELSITA OCTARINA3312100024
suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau
di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki atap ini
diterapkan seringkali dengan alasan-alasan berikut :
a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada
alat plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini
hanyalah akibat muka air dalam tangki atap.
b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja
otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil
sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya
dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka
dalam tangki atap.
c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan
dengan tangki tekan.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat
langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam
tangki bawah dan dipompa.
Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat
dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam
pipa utama.
ELSITA OCTARINA3312100024
Gbr. 2.5 Sistem dengan tangki atap.
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah
menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di
dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap
dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus.
Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang
dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja
yang tinggi.
c) Sistem tangki tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana
suatu kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan
langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut :
Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke
dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di
dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke
dalam suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara
otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutup / membuka saklar motor listrik penggerak pompa.
Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai
suatu batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi
tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg /
cm2. Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi pompa karena
ELSITA OCTARINA3312100024
memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi
seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan
plambing.
Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air
ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali
mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan berkurang,
karena larut dalam air atau ikut terbawa keluar tangki.
Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar volume udara
tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume
tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki berisi
udara pada tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan
antara 1,0 sampai dengan 1,5 kg/cm2, maka sebenarnya volume
efektif air yang mengalir hanyalah sekitar 10% dari volume
tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan
diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini
maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari
tekanan atmosfer (dengan memasukkan udara kempa ke dalam
tangki).
Gbr. 2.6 Sistem tangki tekan.
ELSITA OCTARINA3312100024
Kelebihan sistem tangki tekan yaitu :
1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak
terlalu mencolok dibandingkan dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang
mesin bersama pompa-pompa lainya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang
harus dipasang di atas menara.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak
ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini dapat
menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada
alat plambing, dan pada alat pemanas gas dapat
menghasilkan air dengan temperatur yang berubah-ubah.
2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap
beberapa hari sekali harus ditambahkan udara kempa dengan
kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki
tekan.
3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem
pengaturan otomatik pompa penyediaan air saja dan bukan
sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.
4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki
tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja
sehingga menyebabkan keausan pada saklar yang lebih
cepat.
d) Sistem tanpa tangki (booster system)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik
tangki bawah, tangki tekan, ataupun tangki atap. Air
ELSITA OCTARINA3312100024
dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
penghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama
perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini
dapat dilakukan kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm
atau kurang. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia,
baik oleh Perusahaan Air minum maupun pada pipa-pipa utama
dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum). Secara singkat
dapat disimpulkan ciri-ciri sistem tanpa tangki :
1) Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena
menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas.
2) Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air
dengan udara relatif singkat.
3) Kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit
akan mengurangi beban struktur bangunan.
4) Untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air.
5) Penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya.
6) Pemakaian daya besar dibandingkan dengan sistem tangki
atap.
7) Harga awal tinggi karena harga sistem pengaturannya.
2.2.4 Penentuan Kebutuhan Air Bersih
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir
besarnya kebutuhan air yang diperlukan, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah pemakai
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari
dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan
demikian pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun
jenis maupun alat plumbing belum ditentukan. Metoda ini
ELSITA OCTARINA3312100024
praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan.
Apabila jumlah penghuni diketahui, untuk suatu bangunan
gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung
pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian
air per orang per hari untuk penggunaan gedung tersebut.
Tetapi kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui, biasanya
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan
hunian perluas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan
adalah luas lantai efektif, yang besarnya bervariasi
berdasarkan jenis gedung. Luas lantai efekif dan pemakaian
air rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
No Jenis gedung
Pemakaian
rata-rata
sehari
(liter)
Jangka
waktu
pemakaian
air rata-
rata
sehari
(jam)
Perbandinga
n luas
lantai
efektif/to
tal (%)
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perumahan mewah
Rumah biasa
Apartemen
Asrama
Rumah sakit
Sekolah dasar
SLTP
250
160-250
200-250
120
Mewah
>1000
Menengah
500-1000
Umum 350-
500
40
8-10
8-10
8-10
8
8-10
5
6
42-45
50-53
45-50
45-48
58-60
58-60
Setiap penghuni
Setiap penghuni
Mewah : 250 liter
Menengah : 180
liter
Bujangan : 120
liter
Bujangan
(Setiap tempat
tidur pasien)
Pasien luar : 8
liter
Staf/pegawai :
120 liter
ELSITA OCTARINA3312100024
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SLTA dan lebih
tinggi
Rumah-toko
Gedung kantor
Toserba (Toko
serba ada,
department
store)
Pabrik/industri
Stasiun/
terminal
Restoran
Restoran umum
Gedung
pertunjukan
Gedung bioskop
Toko pengecer
Hotel/
50
80
100-200
100
3
Buruh
pria : 60
Wanita :
100
3
30
15
30
10
40
250-300
6
8
8
7
8
15
5
7
5
3
6
10
2
60-70
55-60
53-55
Keluarga pasien :
160 liter
Guru : 100 liter
Guru : 100 liter
Guru/dosen : 100
liter
Penghuninya :160
liter
Setiap pegawai
Pemakaian air
hanya untuk
kakus, belum
termasuk untuk
bagian
restorannya
Per orang, setiap
giliran (kalau
kerja lebih dari
8 jam sehari)
Setiap penumpang
(yang tiba
maupun
berangkat)
Untuk penghuni :
160 liter
Untuk penghuni :
160 liter;
Pelayan : 100
liter; 70% dari
jumlah tamu perlu
15 liter/orang
untuk kakus, cuci
tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
pemakaian air
dihitung per
ELSITA OCTARINA3312100024
19
20
21
22
23
24
25
26
penginapan
Gedung
peribadatan
Perpustakaan
Bar
Perkumpulan
sosial
Kelab malam
Gedung
perkumpulan
Laboratorium
10
25
30
30
120-350
150-200
100-200
6
6
8
penonton.
Jam pemakaian air
dalam tabel
adalah untuk
satu kali
pertunjukan
-idem-
Pedagang besar :
30 liter/ tamu,
150 liter/staf
atau 5 liter per
hari tiap m2
luas lantai
Untuk setiap
tamu, untuk
staf : 120-150
liter; penginapan
: 200 liter
Didasarkan jumlah
jamaah per hari
Untuk setiap
pembaca yang
tinggal
Setiap tamu
Setiap tamu
Setiap tempat
duduk
Setiap tamu
Setiap staf
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 48 hal.
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metoda ini
biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,
tangki atap, pompa, dsb. Sedangkan ukuran pipa yang
diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air
ELSITA OCTARINA3312100024
bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh
jaringan.
Pemakaian air rata-rata dapat diketahui dengan
menggunakan perhitungan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Menentukan luas total bangunan lima lantai
Menentukan luas efektif total
Luasefektiftotal=%Luasefektif×LuasTotallantai Dihitung jumlah penghuni total
Jumlahpenghuni=LuaslantaiefektifKepadatanhunian
Pemakaian air dalam satu hari (Q1) adalah :
Q1=Jumlahpenghuni×PemakaianAir
Diperkirakan tambahan pemakaian air untuk menyiram
tanaman, mengatasi kebocoran, untuk mesin pendingin, dan
lain-lain sehingga untuk pemakaian air rata-rata perhari
(Qd) :
Qd=(100%+Tambahanpemakaianair % )×Q1
Rumus-rumus yang digunakan selanjutnya adalah:
Pemakaian air rata-rata
Qh=Qdt
Dimana:
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3/hari)
t = Jangka waktu pemakaian air dalam 1 hari
(jam)
ELSITA OCTARINA3312100024
Pemakaian air pada jam puncak
Qh−max=Qh×C1Dimana:
Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
C1 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0
Pemakaian air pada hari puncak
Qd−max=Qd×C2
Dimana:
Qd-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
C2 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0
Pemakaian air pada menit puncak
Qm−maks=Qh
60×C3
Dimana:
Qm-maks = Pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)
C3 = Konstanta → berkisar antara 3,0 – 4,0
2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian air
dapat diketahui. Juga harus diketahui pula jumlah dari
setiap jenis alat plumbing yang digunakan dalam gedung
tersebut. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya faktor
pemakaian serentak daripada alat-alat plumbing yang dipakai
secara bersamaan, karena apabila ada saat tertentu alat-
alat plumbing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan
maka debit air yang dikeluarkan semakin besar, apabila
alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar suplai air
yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plumbing dapat
ELSITA OCTARINA3312100024
terpenuhi. Oleh karena itu adapun tabel yang memuat
prosentase pemakaian air serentak alat plumbing (faktor
pemakaian (%)) dan jumlah alat-alat plumbing dapat dilihat
pada tabel 2.2. Sedangkan pemakaian air tiap alat plumbing,
laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air dapat
dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.2. Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambingJumlah Alat
Plambing
Jenis Alat Plambing
1 2 3 40 50 70
10
0
Kloset dengan
katup gelontor
5
0
S
a
t
u
5
0
2
4
0
3
3
4
2
5
2
6
19
7
17
7
15
8
12
9
1
1
Alat plambing
biasa
1
0
0
D
u
a
7
5
3
5
5
5
4
6
4
7
4
1
40
13
39
16
38
19
35
25
3
33
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 66 hal.
Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus
berikut ini :
Yn=Y1−[(Y1−Y2 )×(Xn−X1 )(X2−X1 ) ]
ELSITA OCTARINA3312100024
Dimana : Yn = Faktor pemakaian (%)
Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1
Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2
X1 = Jumlah alat plambing 1
X2 = Jumlah alat plambing 2
Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari
Untuk mencari pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat
digunakan tabel 2.3 sebagai berikut.
Tabel 2.3. Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran
pipa cabang pipa airNo
Nama alat
plambing
Pemakaian
air untuk
penggunaan
satu kali
(liter)
Pengg
unaan
per
jam
Laju
aliran
air
(liter/me
nit)
Waktu
untuk
pengis
ian
(deti
k)
Pipa
sambun
gan
alat
plambi
ng
(mm)
Pipa cabang
air bersih ke
alat plambing
(mm)
Pipa
baja
Tembag
a4)
1
2
3
4
5
6
Kloset
(dengan
katup
gelontor)
Kloset
(dengan
tangki
gelontor)
Peturasan
(dengan
katup
gelontor)
Peturasan,
2-4 orang
(dengan
tangki
gelontor)
Peturasan,
13,5-16.51)
13-15
5
9-18
(@4,5)
22,5-31,5
(@4,5)
3
6-12
6-12
12-20
12
12
12-20
110-180
15
30
1,8-3,6
4,5-6,3
10
8,2-10
60
10
300
300
18
24
13
13
13
13
13
322)
20
203)
20
20
20
25
13
13
13
13
13
ELSITA OCTARINA3312100024
7
8
9
10
11
12
5-7 orang
(dengan
tangki
gelontor)
Bak cuci
tangan kecil
Bak cuci
tangan biasa
(lavatory)
Bak cuci
dapur (sink)
dengan keran
13 mm
Bak cuci
dapur (sink)
dengan keran
22 mm
Bak mandi
rendam
(bathtub)
Pancuran
mandi
(shower)
Bak mandi
gaya Jepang
10
15
25
125
24-60
Tergantung
ukurannya
6-12
6-12
6-12
3
3
15
15
25
30
12
30
40
60
60
250
120-
30
0
13
13
20
20
13-20
20
20
20
20
20
20
20
13
13
20
20
13-20
20
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 49 hal.
Catatan :1) Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali
penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik.2) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi
untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm.3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi
untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm.4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja,
maka ukurannya bisa lebih kecil.
Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga.
ELSITA OCTARINA3312100024
Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode
ini sama seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah
pemakai (penghuni).
3. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plumbing
Dalam metode ini, untuk setiap alat plumbing ditetapkan
suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa
dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing
yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran
dengan gambar 2.7 dan gambar 2.8 dengan cara memplotkan
antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.
Gbr. 2.7. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.
(untuk unit beban sampai 3000).
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup
gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki
gelontor.
ELSITA OCTARINA3312100024
Gbr. 2.8. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran
(untuk unit beban sampai 250 – skala diperbesar).
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup
gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki
gelontor
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban
plumbing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor
kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing.
Untuk jumlah unit beban alat plambing dapat dapat dilihat
pada tabel 2.4, sebagai berikut.
Tabel 2.4. Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin.1)
Jenis alat plambing2) Jenis penyediaan
air
Unit alat
plambing3)
Keterangan
Untuk
pri
bad
i4)
Untuk
umum5)
Kloset
Kloset
Katup gelontor
Tangki gelontor
6
3
10
5
ELSITA OCTARINA3312100024
Peturasan, dengan tiang
Peturasan terbuka (urinal
stall)
Peturasan terbuka (urinal
stall)
Bak cuci (kecil)
Bak cuci tangan
Bak cuci tangan, untuk
kamar operasi
Bak mandi rendam (bath
tub)
Pancuran mandi (shower)
Pancuran mandi tunggal
Satuan kamar mandi dengan
bak mandi rendam
Satuan kamar mandi dengan
bak mandi rendam
Bak cuci bersama
Bak cuci pel
Bak cuci dapur
Bak cuci piring
Bak cuci pakaian (satu
sampai tiga)
Pancuran minum
Pemanas air
Katup gelontor
Katup gelontor
Tangki gelontor
Keran
Keran
Keran
Keran pencampur
air dingin
dan panas
Keran pencampur
air dingin
dan panas
Keran pencampur
air dingin
dan panas
Kloset dengan
katup
gelontor
Kloset dengan
tangki
gelontor
(untuk tiap
keran)
Keran
Keran
Keran
Keran
Keran air minum
Katup bola
-
-
-
0,5
1
-
2
2
2
8
6
-
3
2
-
3
-
-
10
5
3
1
2
3
4
4
-
-
-
2
4
4
5
-
2
2
Gedung kantor,
dsb
Untuk umum :
hotel atau
restoran,
dsb
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta,68 hal.
Catatan : 1) Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung
secara terpisah, dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing.2) Alat plambing yang tidak ada di daftar dapat diperkirakan, dengan
membandingkan dengan alat plambing yang mirip/terdekat.
ELSITA OCTARINA3312100024
3) Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Kalau
digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masing-
masing untuk air dingin dan air panas diambil tigaperempatnya.4) Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi
atau apartment, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering.5) Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam
gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering.
Adapun rumus untuk mencari debit pada metode ini sama
seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah pemakai.
ELSITA OCTARINA3312100024