perencanaan perpipaan

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi makhluk hidup. Jumlah air sendiri di bumi tidak akan pernah berkurang, namun penyediaan air bersih menjadi masalah serius. Padatnya penduduk di dunia salah satunya di Indonesia adalah menjadi salah satu faktor berkurangnya penyediaan air bersih. Selain itu, pertambahan penduduk yang sangat padat akan berbanding lurus dengan bertambah padatnya pemukiman masyarakat, mulai dari apartemen, gedung bertingkat, hingga rumah susun. Fenomena tersebut membuat kita berpikir pada pembangunan vertikal yang tidak lagi horisontal. Pembangunan vertikal di dasarkan karena sedikitnya ruang terbuka hijau dan juga daerah resapan. Salah satu pembangunan vertikal adalah pembangunan apartemen sebagai hunian yang nyaman serta menjadi solusi dari keterbatasan area luas lahan pemukiman. Namun dalam kenyataanya pembangunan gedung bertingkat tidak sesederhana seperti pembangunan pada gedung tak bertingkat. Ada teknik-teknik khusus yang harus diperhatikan dalam pembangunan gedung bertingkat terutama sistem plambing. Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem penyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung. Karena sistem plambing tersebut berhubungan dengan kesehatan manusia yang pada akhirnya berujung pada kesejahteraan lingkungan. ELSITA OCTARINA 3312100024

Transcript of perencanaan perpipaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi makhluk

hidup. Jumlah air sendiri di bumi tidak akan pernah berkurang,

namun penyediaan air bersih menjadi masalah serius. Padatnya

penduduk di dunia salah satunya di Indonesia adalah menjadi

salah satu faktor berkurangnya penyediaan air bersih. Selain

itu, pertambahan penduduk yang sangat padat akan berbanding

lurus dengan bertambah padatnya pemukiman masyarakat, mulai

dari apartemen, gedung bertingkat, hingga rumah susun.

Fenomena tersebut membuat kita berpikir pada pembangunan

vertikal yang tidak lagi horisontal. Pembangunan vertikal di

dasarkan karena sedikitnya ruang terbuka hijau dan juga daerah

resapan. Salah satu pembangunan vertikal adalah pembangunan

apartemen sebagai hunian yang nyaman serta menjadi solusi dari

keterbatasan area luas lahan pemukiman.

Namun dalam kenyataanya pembangunan gedung bertingkat

tidak sesederhana seperti pembangunan pada gedung tak

bertingkat. Ada teknik-teknik khusus yang harus diperhatikan

dalam pembangunan gedung bertingkat terutama sistem plambing.

Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem

penyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat dan

perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung.

Karena sistem plambing tersebut berhubungan dengan kesehatan

manusia yang pada akhirnya berujung pada kesejahteraan

lingkungan.

ELSITA OCTARINA3312100024

Perencanaan dan perancangan sistem plambing pada gedung

bertingkat ini dikerjakan bersamaan dengan perencanaan

gedung, karena keduanya merupakan bagian yang menyatu. Gedung

bertingkat membutuhkan perencanaan sistem plambing yang baik

dan teliti. Selain untuk memenuhi fungsi utama sistem

plambing, yaitu untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat

tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya, sistem

plambing yang baik akan memudahkan suplai air ke setiap lokasi

fire hydrant, sehingga pada saat kebakaran, tiap-tiap fire

hydrant dapat mengeluarkan air yang cukup untuk memadamkan

api.

Terdapat 3 hal penting dalam mengerjakan sistem plambing,

yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Ketiga hal

tersebut saling berkaitan sehingga bila terjadi kesalahan baik

dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan akan

berdampak buruk pada kesehatan lingkungan dan kesehatan

manusia. Perencanaan sistem plambing yang

teliti akan meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi,

sebab perbaikan akan sulit dilakukan jika gedung telah selesai

dibangun. Karena itu, perencanaan dari sistem plambing

haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan

perencanaan gedung itu sendiri.

Pada era seperti ini, sistem plambing tidak hanya

menyediakan air bersih yang cukup namun juga pertimbangan

penghematan energi dan adanya keterbatasan sumber daya air.

Selain itu, pembuangan air buangan tidak selalu langsung masuk

ke dalam saluran pembuangan oleh karena itu perlu ada sistem

plambing yang sesuai. Dengan adanya sistem plambing yang baik,

ELSITA OCTARINA3312100024

air bersih tidak akan terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan penghuni gedung tersebut selama

pendistribusian. Kesalahan dalam hal perancangan peralatan

plambing serta pemasangan dan perawatannya yang tidak benar

atau tidak bekerja sebagaimana semestinya akan menimbulkan

gangguan atau pencemaran. Misalnya kebocoran pada salah satu

pipa pembuangan akan mengakibatkan pencemaran. Begitu juga

kesalahan pada penentuan fluktuasi pemakaian air dan kebutuhan

air menyebabkan sistem plambing tidak dapat menyediakan air

bersih yang layak baik dari segi kualitas maupun kuantitas di

dalam bangunan tersebut. Apabila perencanaan sistem plambing

ini diterapkan dengan benar maka diharapkan sistem ini dapat

beroperasi dengan baik untuk memberikan jaminan kenyamanan dan

keamanan bagi para penghuninya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Sistem plambing dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan

air bersih di dalam bangunan bertingkat secara kontinu serta

penyaluran air buangan hasil dari aktivitas manusia. Selain

memberikan pelayanan pada masyarakat, secara tidak langsung

sistem plambing juga bermaksud untuk meningkatkan taraf hidup

yang layak terutama dalam hal kualitas lingkungan dan

penyediaan fasilitas akan kebutuhan mendasar manusia terhadap

air.

Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan sistem

plambing ini adalah:

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pemenuhan

kebutuhan air bersih.

ELSITA OCTARINA3312100024

2. Membuang air buangan atau kotor dengan sistem yang aman

tanpa menyebabkan pencemaran.

3. Untuk menyediakan air bersih yang memenuhi kualitas,

kuantitas maupun kontinuitas ke tempat-tempat yang

dikehendaki.

4. Penyediaan fire protection system, salah satu yang ada di dalamnya

adalah fire hydrant sehingga gedung tersebut memenuhi

kriteria safety building.

Sehingga menjadikan bangunan yang layak untuk ditempati

dengan memenuhi standar kesehatan sehubungan dengan fasilitas

penyediaan dan penyaluran air, dan syarat lingkungan yang

menyangkut segi etika dan estetika.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam sistem plambing untuk gedung

berlantai enam belas ini adalah sebagai berikut :

1. Dasar teori yang mendukung perencanaan sistem plambing ini

antara lain :

Sistem dan peralatan plambing.

Perencanaan sistem plambing air bersih.

Perencanaan sistem plambing air buangan.

Perencanaan sistem vent.

Perencaan fire hydrant.

Pompa.

Perpipaan sistem plambing.

2. Prosedur perencanaan sistem plambing, yaitu :

ELSITA OCTARINA3312100024

Perencanaan perpipaan untuk air bersih dan fire hydrant

yang terdiri dari kebutuhan air bersih dan dimensi

pipanya.

Perencanaan perpipaan untuk air buangan dan untuk sistem

vent yang juga mencakup dimensi pipanya.

Kapasitas ground reservoar dan roof tanknya.

3. Dalam laporan ini direncanakan sistem plambing untuk gedung

apartemen berlantai enam belas dengan bangunan yang

berbentuk ( U ) yang tiap lantainya terdiri dari 4 kamar 1

bedroom dan 28 kamar 2 bedroom.

4. Perhitungan meliputi :

Jumlah kebutuhan air.

Dimensi pipa air bersih, pipa air buangan, dan pipa vent.

Headloss dan pompa.

Kelengkapan lain yang menunjang sistem plambing, antara

lain ground reservoir, roof tank, dan lain-lain.

5. Gambar-gambar meliputi:

Denah gedung

Lay out type 1 bedroom dan type 2 bedroom

Isometri perpipaan

6. Bill of Quantity dan Rekapitulasi Anggaran Biaya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem dan Peralatan Plambing

2.1.1 Definisi dan Fungsi Peralatan Plambing

ELSITA OCTARINA3312100024

Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di

dalam maupun di luar gedung untuk menyediakan air panas atau

air dingin, dan untuk menyalurkan air buangan (Noerbambang dan

Morimura, 2000).

Fungsi dari peralatan plambing adalah :

Sistem Penyediaan air bersih, menyediakan air bersih ke

tempat-tempat yang dikehendaki dengan kualitas, kuantitas,

dan tekanan yang cukup.

Penyaluran air buangan, membuang air kotor dari tempat-

tempat tertentu tanpa mencemari sistem yang lain serta

mencegah masuknya udara tidak sedap dan air kotor ke dalam

ruangan.

Penyediaan air untuk pemadam kebakaran, menyediakan air

dengan kuantitas yang cukup dan mudah operasinya apabila

terjadi kebakaran.

Penyediaan air panas, menyediakan air panas yang cukup dan

tidak mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

2.1.2 Prinsip Dasar Instalasi Plambing

Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plambing ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dasar

tersebut adalah :

1. Konsep denah alat plambing

Konsep denah alat plambing selain mempertimbangkan pemakaian

energi secara keseluruhan, yang perlu dijadikan dasar

peletakan alat plambing adalah segi arsitektural bangunan

atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang

bangunan.

ELSITA OCTARINA3312100024

2. Perlindungan konstruksi gedung

Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya

pembebanan akibat pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk

keperluan tersebut pipa tidak boleh langsung dipasang

menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok atau

dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve)

yang terpasang pada tempat dimana pipa menembus.

3. Perlindungan pipa dari kerusakan

Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan

karena dapat mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan.

Beberapa kerusakan yang dapat terjadi adalah korositas, yang

menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada pipa besi. Hal

ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat

untuk menahan karat.

4. Perancangan sistem plambing yang baik

Perancangan sistem plambing yang baik adalah dengan

memperhatikan pemasangan katup untuk pengeluaran udara,

sehingga tidak menimbulkan penyumbatan. Pipa mendatar pada

sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke

atas (searah aliran), sedang pada sistem pengaliran ke bawah

sekitar 1/300. Perpipaan yang tidak merata, misalnya

melengkung, hendaknya dipasang katup pelepas udara. Selain

itu juga harus dihindarkan membaliknya arah aliran.

5. Perencanaan sistem pembuangan

Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya

pipa dan kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka

ELSITA OCTARINA3312100024

kemiringan pipa dibuat sama atau lebih dari diameter pipa.

Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2 m/detik.

2.1.3 Kualitas Alat Plambing

Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi

syarat-syarat berikut :

Tidak menyerap air (atau, sedikit sekali)

Mudah dibersihkan

Tidak berkarat dan tidak mudah aus

Relatif mudah dibuat

Mudah dipasang

Bahan yang sering digunakan adalah porselen, besi atau

baja yang dilapisi email, berbagai jenis plastik dan baja

tahan karat. Untuk bagian alat plambing yang tidak atau jarang

kena air, ada juga yang menggunakan kayu sebagai bahannya.

Alat Plambing yang tergolong mahal dan mewah menggunakan

marmer berkualitas tinggi. Sedangkan bahan lain yang saat ini

mulai banyak digunakan terutama untuk membuat bak mandi

(bathtub) adalah FRP atau resin poliester yang diperkuat dengan

anyaman serat gelas.

2.1.4Jenis – Jenis Peralatan Plambing

Dalam artian khusus, istilah peralatan plambing

meliputi :

1. Peralatan untuk penyediaan air bersih atau air minum

2. Peralatan untuk penyediaan air panas

3. Peralatan untuk pembuangan dan ven

4. Peralatan saniter (plumbing fixtures)

ELSITA OCTARINA3312100024

Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan-peralatan

tersebut di atas, istilah “peralatan plambing” seringkali

digunakan untuk mencakup :

1. Peralatan pemadaman kebakaran

2. Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)

3. Peralatan penyediaan gas

4. Peralatan dapur

5. Peralatan untuk mencuci (laundry)

6. Peralatan pengolah sampah

7. Berbagai instalasi pipa lainnya

Hal tersebut terakhir meliputi instalasi pipa untuk

menyediakan zat asam, zat lemas, udara kempa, air murni, air

steril, dsb, juga perpipaan vakum (untuk menyedot).

2.1.5Peralatan Saniter

Menurut Townsend, AL, 1986, peralatan saniter secara umum

dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

Peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan membuang

barang yang sudah tidak dipergunakan lagi, misalnya

peralatan saniter pada WC.

Peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan membuang

air pada pekerjaan mencuci dan memasak. Sebagai contoh bak

lavatory digunakan pada tempat mandi, sedang sink digunakan

pada dapur.

Beberapa peralatan saniter yang digunakan pada

perencanaan sistem plambing adalah:

1. Bak mandi

ELSITA OCTARINA3312100024

Bak mandi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

Indonesia adalah jenis bak penampung air. Dimana bak mandi

memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.

2. Peturasan (urinoir)

Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti

halnya kloset. Yang paling banyak digunakan adalah tipe

wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang

peturasan berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen,

plastik atau baja tahan karat, dan memenuhi persyaratan

berikut :

Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih.

Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi

saringan.

Pipa penggelontor harus diberi lubang untuk menyiram

bidang belakang “talang” dengan lapisan air.

Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan

menganggap setiap 45 cm panjang “talang” ekivalen dengan

satu peturasan biasa.

3. Lavatory

Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan

untuk mencuci tangan dan biasanya sering disebut sebagai

wastafel.

4. Kloset

Menurut Noerbambang (2000), kloset dapat dibagi dalam

beberapa golongan menurut konstruksinya yaitu :

Tipe washout

Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk.

Kotoran tidak jatuh ke dalam air yang merupakan “sekat”,

ELSITA OCTARINA3312100024

melainkan pada suatu permukaan penampung yang agak luas

dan sedikit berair, sehingga pada waktu penggelontoran

tidak bisa bersih betul, akibatnya sering menimbulkan bau

yang tidak sedap.

Tipe washdown

Tipe ini mempunyai konstruksi sedemikian hingga kotoran

jatuh langsung atau tidak langsung ke dalam air “sekat”,

sehingga bau yang timbul akibat sisa kotoran tidak

terlalu menyengat dibandingkan dengan tipe wash out.

Tipe siphon

Tipe ini memiliki konstruksi jalannya air buangan yang

lebih rumit dibandingkan tipe wash down, dimana sedikit

menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek

siphon. Jumlah air yang ditahan dalam mangkuk sebagai

“sekat” lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi

dibanding tipe wash down. Oleh karena itu bau lebih

berkurang lagi pada tipe ini.

Tipe siphon jet

Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih

kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu

lubang kecil searah aliran air buangan. Dibandingkan

dengan tipe siphon, tipe siphon jet akan menggunakan air

penggelontor lebih banyak.

Tipe blowout

Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor dengan

cepat air kotor dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya

membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan

menimbulkan suara berisik.

ELSITA OCTARINA3312100024

2.1.6Fitting Sanitair

Beberapa jenis fitting saniter antara lain :

1. Keran air, ada beberapa macam yaitu :

a. Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan

mudah.

b. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup

sendiri, misalnya untuk cuci tangan.

c. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian

muka air, yaitu keran atau katup pelampung.

2. Katup gelontor dan tangki gelontor

a. Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air

penggelontor, untuk kloset dan peturasan.

b. Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang

otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh

orang.

3. Perangkap

a. Perangkap yang dipasang alat plambing

1. Perangkap jenis “P”. Perangkap ini banyak digunakan

dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven.

2. Perangkap jenis ”S”. Perangkap jenis ini dapat

digunakan pada dinding gedung yang tidak cukup

tebal.

b. Perangkap yang dipasang pada alat pembuangan

1. Perangkap jenis ”U”. Perangkap ini dipasang pada

pipa pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuanagn

air hujan.

2. Perangkap jenis ”tabung”

ELSITA OCTARINA3312100024

c. Perangkap yang mejadi satu dengan alat plambing.

Perangkap ini merupakan bagian dari alat plambing

itu sendiri misalnya terdapat pada kloset dan

peturasan.

d. Bak perangkap

4. Lain-lain

a. Pancuran mandi

b. Pancuran minum

2.1.7Jenis Pipa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem perpipaan

selain pemasangan pipa, juga jenis dan macam pipa yang

digunakan. Untuk sistem perpipaan air bersih, jenis pipa yang

sering digunakan antara lain :

1. Cast Iron pipe

Pipa ini terbuat dari bahan grew cost iron yang merupakan

logam kuat dan juga tahan terhadap erosi.

2. Galvanized Steed Pipe

Pipa ini terbuat dari bahan mild karbon baik berupa welded

pipe maupun stainless pipe.

3. PVC (Poly Vinil Clorida)

Bahan ini berasal dari salah satu bahan plastik (sintetik

resin) yang diolah secara polimerisasi.

2.2 Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih

2.2.1 Kualitas Air dan Pencegahan Pencemaran Air

ELSITA OCTARINA3312100024

Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem yang

dirancang dan dipasang untuk menyalurkan air bersih dalam

suatu gedung untuk mendukung kelangsungan aktivitasnya.

Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik

merupakan prioritas yang utama.

Pencegahan pencemaran lebih ditekankan pada sistem

penyediaan air bersih, yang merupakan faktor terpenting

ditinjau dari segi kesehatan. Beberapa langkah pencegahan

pencemaran yang dapat dilakukan :

1. Larangan hubungan pintas

Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik

antara dua sistem pipa yang berbeda, sistem pipa untuk air

bersih dan sistem pipa lain yang berisi air yang diragukan

kualitasnya, dimana air akan mengalir dari satu sistem

lainnya. Sistem perpipaan air minum tidak boleh dihubungkan

dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air minum

dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau

bahan lain yang tercemar.

2. Pencegahan Aliran Balik

Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan

lain, zat atau campuran ke dalam sistem perpipaan air

bersih, yang berasal dari sumber lain. Aliran balik

berkaitan dengan hubungan pintas dan ini disebabkan oleh

terjadinya aliran masuk dalam pipa air bersih dari air

bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki,

ELSITA OCTARINA3312100024

disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.

Peralatan yang dapat menimbulkan efek siphon-balik, antara

lain :

a. Peralatan yang menyimpan air (tangki air, menara

pendingin, kolam renang, dan kolam lainnya).

b. Peralatan yang dapat menampung air (bak cuci tangan, bak

cuci dapur, dan lainnya).

c. Peralatan khusus (peralatan dapur, kedokteran, mesin

cuci, dan sebagainya).

Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan

celah udara atau memasang penahan aliran-balik, yaitu

sebagai berikut :

Celah Udara

Celah udara dalam suatu sistem penyediaan air adalah

ruang bebas berisi udara bebas, antara bagian terendah

dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi air ke

dalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka

air meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing

lainnya.

Pencegah Aliran Balik

Alat pencegah aliran balik yang banyak dipasang adalah

yang disebut “pemecah vakum”, yang mencegah efek siphon-

balik dengan secara otomatik memasukkan udara ke dalam

pipa penyediaan air apabila terjadi tekanan negatif di

dalam sistem pipa tersebut. Peralatan-peralatan plambing

yang harus dipasangkan pemecah vakum adalah : katup-

gelontor (flush valve) untuk kloset dan peturasan, katub

bola untuk tangki-gelontor, bidet, pancuran mandi yang

ELSITA OCTARINA3312100024

tidak terpasang tempat (hand showers), keran air untuk

selang, mesin cuci untuk pakaian dan piring, penyiram

taman. Pemecah vakum yang sekarang banyak digunakan dari

dua jenis, yaitu jenis pemecah vakum tekanan atmosfer

(dipasang pada sisi sekunder), dan jenis pemecah vakum

tekanan-positif (dipasang pada sisi primer).

Peralatan Pemecah Vakum Tekanan-Atmosferik

Pemecah vakum ini mencegah efek siphon-balik dengan

secara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa penyediaan

air bila terjadi tekanan negatif dalam sistem pipa,

dimana pemasangannya pada alat-alat yang mengalami

tekanan hanya jika ada pada sisi tidak mendapat tekanan

air terus-menerus.

Gbr. 2.1 Contoh pelepas vakum jenis atmosferik

Peralatan Pemecah Vakum Tekanan-Positif

Pemecah vakum ini dipasang pada sisi yang bertekanan

terus-menerus. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :

(a) Melalui sebuah lubang kecil tekanan air masuk

rongga diafram untuk menekan katup, mencegah air keluar

melalui lubang udara.

(b) Apabila oleh sesuatu sebab terjadi tekanan negatif

didalam pipa, rongga diafram juga akan mempunyai

ELSITA OCTARINA3312100024

tekanan negatif, dan tekanan atmosfer dibawah diafram

akan mendorong katup terbuka untuk memasukkan udara.

Gbr. 2.2 Contoh pelepas vakum jenis bertekanan.

Gbr. 2.3 Tampak luar dari pelepas vakum jenis bertekanan.

3.Pencegahan pukulan air

Bila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak

oleh katup, tekanan air pada sisi atas (up stream) akan

meningkat dengan tajam, dan menimbulkan tekanan yang

merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat

dipantulkan kembali ketempat semula. Gejala ini

menyebabkan kenaikan tekanan yang tajam sehingga

menyerupai suatu pukulan yang disebut “gejala pukulan

air” (water hammer).

2.2.2 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air

ELSITA OCTARINA3312100024

Tujuan utama sistem penyediaan air adalah menyediakan air

bersih. Sistem penyediaan air meliputi beberapa peralatan

seperti tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap,

pompa-pompa, perpipaan, dan lain sebagainya. Dalam peralatan-

peralatan ini, air minum harus dapat dialirkan ke tempat-

tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran. Hal-hal yang

dapat menyebabkan pencemaran antara lain, masuknya kotoran,

tikus, serangga ke dalam tangki ; terjadinya karat dan

rusaknya bahan tangki dan pipa ; terhubungnya pipa air minum

dengan pipa lainnya ; tercampurnya air minum dengan air dari

jenis kualitas lainnya ; aliran-balik (backflow) air dari jenis

kualitas lain ke dalam pipa air minum.

2.2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

a) Sistem sambungan langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung

dengan pipa utama penyediaan air bersih (misalnya : pipa

utama dibawah jalan dari perusahaan air minum). Karena

terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran

pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini

terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung

kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang biasnya diatur /

ditetapkan oleh perusahaan air minum. Tangki pemanas air

biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi,

dan di beberapa daerah tidak diizinkan memasang katup

gelontor (flush valve).

ELSITA OCTARINA3312100024

b)

Gbr. 2.4 Sistem sambungan langsung.

b) Sistem tangki atap

Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan

tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali

digunakan sistem tangki atap, terutama di negara Amerika

Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air ditampung lebih

dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah

bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke

ELSITA OCTARINA3312100024

suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau

di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki atap ini

diterapkan seringkali dengan alasan-alasan berikut :

a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada

alat plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini

hanyalah akibat muka air dalam tangki atap.

b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja

otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil

sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya

dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka

dalam tangki atap.

c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan

dengan tangki tekan.

Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat

langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam

tangki bawah dan dipompa.

Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat

dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam

pipa utama.

ELSITA OCTARINA3312100024

Gbr. 2.5 Sistem dengan tangki atap.

Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah

menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di

dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap

dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus.

Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang

dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja

yang tinggi.

c) Sistem tangki tekan

Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana

suatu kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan

langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut :

Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke

dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di

dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke

dalam suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara

otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang

menutup / membuka saklar motor listrik penggerak pompa.

Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai

suatu batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi

tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg /

cm2. Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi pompa karena

ELSITA OCTARINA3312100024

memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi

seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan

plambing.

Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air

ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali

mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan berkurang,

karena larut dalam air atau ikut terbawa keluar tangki.

Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar volume udara

tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume

tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki berisi

udara pada tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan

antara 1,0 sampai dengan 1,5 kg/cm2, maka sebenarnya volume

efektif air yang mengalir hanyalah sekitar 10% dari volume

tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan

diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini

maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari

tekanan atmosfer (dengan memasukkan udara kempa ke dalam

tangki).

Gbr. 2.6 Sistem tangki tekan.

ELSITA OCTARINA3312100024

Kelebihan sistem tangki tekan yaitu :

1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak

terlalu mencolok dibandingkan dengan tangki atap.

2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang

mesin bersama pompa-pompa lainya.

3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang

harus dipasang di atas menara.

Sedangkan kekurangannya yaitu :

1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar

dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak

ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini dapat

menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada

alat plambing, dan pada alat pemanas gas dapat

menghasilkan air dengan temperatur yang berubah-ubah.

2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap

beberapa hari sekali harus ditambahkan udara kempa dengan

kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki

tekan.

3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem

pengaturan otomatik pompa penyediaan air saja dan bukan

sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.

4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki

tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja

sehingga menyebabkan keausan pada saklar yang lebih

cepat.

d) Sistem tanpa tangki (booster system)

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik

tangki bawah, tangki tekan, ataupun tangki atap. Air

ELSITA OCTARINA3312100024

dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa

penghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama

perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini

dapat dilakukan kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm

atau kurang. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia,

baik oleh Perusahaan Air minum maupun pada pipa-pipa utama

dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum). Secara singkat

dapat disimpulkan ciri-ciri sistem tanpa tangki :

1) Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena

menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas.

2) Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air

dengan udara relatif singkat.

3) Kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit

akan mengurangi beban struktur bangunan.

4) Untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air.

5) Penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya.

6) Pemakaian daya besar dibandingkan dengan sistem tangki

atap.

7) Harga awal tinggi karena harga sistem pengaturannya.

2.2.4 Penentuan Kebutuhan Air Bersih

Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir

besarnya kebutuhan air yang diperlukan, yaitu :

1. Berdasarkan jumlah pemakai

Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari

dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan

demikian pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun

jenis maupun alat plumbing belum ditentukan. Metoda ini

ELSITA OCTARINA3312100024

praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan.

Apabila jumlah penghuni diketahui, untuk suatu bangunan

gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung

pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian

air per orang per hari untuk penggunaan gedung tersebut.

Tetapi kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui, biasanya

ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan

hunian perluas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan

adalah luas lantai efektif, yang besarnya bervariasi

berdasarkan jenis gedung. Luas lantai efekif dan pemakaian

air rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari

No Jenis gedung

Pemakaian

rata-rata

sehari

(liter)

Jangka

waktu

pemakaian

air rata-

rata

sehari

(jam)

Perbandinga

n luas

lantai

efektif/to

tal (%)

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Perumahan mewah

Rumah biasa

Apartemen

Asrama

Rumah sakit

Sekolah dasar

SLTP

250

160-250

200-250

120

Mewah

>1000

Menengah

500-1000

Umum 350-

500

40

8-10

8-10

8-10

8

8-10

5

6

42-45

50-53

45-50

45-48

58-60

58-60

Setiap penghuni

Setiap penghuni

Mewah : 250 liter

Menengah : 180

liter

Bujangan : 120

liter

Bujangan

(Setiap tempat

tidur pasien)

Pasien luar : 8

liter

Staf/pegawai :

120 liter

ELSITA OCTARINA3312100024

8.

9.

10

11

12

13

14

15

16

17

18

SLTA dan lebih

tinggi

Rumah-toko

Gedung kantor

Toserba (Toko

serba ada,

department

store)

Pabrik/industri

Stasiun/

terminal

Restoran

Restoran umum

Gedung

pertunjukan

Gedung bioskop

Toko pengecer

Hotel/

50

80

100-200

100

3

Buruh

pria : 60

Wanita :

100

3

30

15

30

10

40

250-300

6

8

8

7

8

15

5

7

5

3

6

10

2

60-70

55-60

53-55

Keluarga pasien :

160 liter

Guru : 100 liter

Guru : 100 liter

Guru/dosen : 100

liter

Penghuninya :160

liter

Setiap pegawai

Pemakaian air

hanya untuk

kakus, belum

termasuk untuk

bagian

restorannya

Per orang, setiap

giliran (kalau

kerja lebih dari

8 jam sehari)

Setiap penumpang

(yang tiba

maupun

berangkat)

Untuk penghuni :

160 liter

Untuk penghuni :

160 liter;

Pelayan : 100

liter; 70% dari

jumlah tamu perlu

15 liter/orang

untuk kakus, cuci

tangan dsb

Kalau digunakan

siang dan malam,

pemakaian air

dihitung per

ELSITA OCTARINA3312100024

19

20

21

22

23

24

25

26

penginapan

Gedung

peribadatan

Perpustakaan

Bar

Perkumpulan

sosial

Kelab malam

Gedung

perkumpulan

Laboratorium

10

25

30

30

120-350

150-200

100-200

6

6

8

penonton.

Jam pemakaian air

dalam tabel

adalah untuk

satu kali

pertunjukan

-idem-

Pedagang besar :

30 liter/ tamu,

150 liter/staf

atau 5 liter per

hari tiap m2

luas lantai

Untuk setiap

tamu, untuk

staf : 120-150

liter; penginapan

: 200 liter

Didasarkan jumlah

jamaah per hari

Untuk setiap

pembaca yang

tinggal

Setiap tamu

Setiap tamu

Setiap tempat

duduk

Setiap tamu

Setiap staf

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 48 hal.

Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metoda ini

biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,

tangki atap, pompa, dsb. Sedangkan ukuran pipa yang

diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air

ELSITA OCTARINA3312100024

bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh

jaringan.

Pemakaian air rata-rata dapat diketahui dengan

menggunakan perhitungan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

Menentukan luas total bangunan lima lantai

Menentukan luas efektif total

Luasefektiftotal=%Luasefektif×LuasTotallantai Dihitung jumlah penghuni total

Jumlahpenghuni=LuaslantaiefektifKepadatanhunian

Pemakaian air dalam satu hari (Q1) adalah :

Q1=Jumlahpenghuni×PemakaianAir

Diperkirakan tambahan pemakaian air untuk menyiram

tanaman, mengatasi kebocoran, untuk mesin pendingin, dan

lain-lain sehingga untuk pemakaian air rata-rata perhari

(Qd) :

Qd=(100%+Tambahanpemakaianair % )×Q1

Rumus-rumus yang digunakan selanjutnya adalah:

Pemakaian air rata-rata

Qh=Qdt

Dimana:

Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)

Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3/hari)

t = Jangka waktu pemakaian air dalam 1 hari

(jam)

ELSITA OCTARINA3312100024

Pemakaian air pada jam puncak

Qh−max=Qh×C1Dimana:

Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)

C1 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0

Pemakaian air pada hari puncak

Qd−max=Qd×C2

Dimana:

Qd-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)

C2 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0

Pemakaian air pada menit puncak

Qm−maks=Qh

60×C3

Dimana:

Qm-maks = Pemakaian air pada menit puncak (m3/jam)

C3 = Konstanta → berkisar antara 3,0 – 4,0

2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian air

dapat diketahui. Juga harus diketahui pula jumlah dari

setiap jenis alat plumbing yang digunakan dalam gedung

tersebut. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya faktor

pemakaian serentak daripada alat-alat plumbing yang dipakai

secara bersamaan, karena apabila ada saat tertentu alat-

alat plumbing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan

maka debit air yang dikeluarkan semakin besar, apabila

alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar suplai air

yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plumbing dapat

ELSITA OCTARINA3312100024

terpenuhi. Oleh karena itu adapun tabel yang memuat

prosentase pemakaian air serentak alat plumbing (faktor

pemakaian (%)) dan jumlah alat-alat plumbing dapat dilihat

pada tabel 2.2. Sedangkan pemakaian air tiap alat plumbing,

laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air dapat

dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.2. Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambingJumlah Alat

Plambing

Jenis Alat Plambing

1 2 3 40 50 70

10

0

Kloset dengan

katup gelontor

5

0

S

a

t

u

5

0

2

4

0

3

3

4

2

5

2

6

19

7

17

7

15

8

12

9

1

1

Alat plambing

biasa

1

0

0

D

u

a

7

5

3

5

5

5

4

6

4

7

4

1

40

13

39

16

38

19

35

25

3

33

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 66 hal.

Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus

berikut ini :

Yn=Y1−[(Y1−Y2 )×(Xn−X1 )(X2−X1 ) ]

ELSITA OCTARINA3312100024

Dimana : Yn = Faktor pemakaian (%)

Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1

Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2

X1 = Jumlah alat plambing 1

X2 = Jumlah alat plambing 2

Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari

Untuk mencari pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat

digunakan tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3. Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran

pipa cabang pipa airNo

Nama alat

plambing

Pemakaian

air untuk

penggunaan

satu kali

(liter)

Pengg

unaan

per

jam

Laju

aliran

air

(liter/me

nit)

Waktu

untuk

pengis

ian

(deti

k)

Pipa

sambun

gan

alat

plambi

ng

(mm)

Pipa cabang

air bersih ke

alat plambing

(mm)

Pipa

baja

Tembag

a4)

1

2

3

4

5

6

Kloset

(dengan

katup

gelontor)

Kloset

(dengan

tangki

gelontor)

Peturasan

(dengan

katup

gelontor)

Peturasan,

2-4 orang

(dengan

tangki

gelontor)

Peturasan,

13,5-16.51)

13-15

5

9-18

(@4,5)

22,5-31,5

(@4,5)

3

6-12

6-12

12-20

12

12

12-20

110-180

15

30

1,8-3,6

4,5-6,3

10

8,2-10

60

10

300

300

18

24

13

13

13

13

13

322)

20

203)

20

20

20

25

13

13

13

13

13

ELSITA OCTARINA3312100024

7

8

9

10

11

12

5-7 orang

(dengan

tangki

gelontor)

Bak cuci

tangan kecil

Bak cuci

tangan biasa

(lavatory)

Bak cuci

dapur (sink)

dengan keran

13 mm

Bak cuci

dapur (sink)

dengan keran

22 mm

Bak mandi

rendam

(bathtub)

Pancuran

mandi

(shower)

Bak mandi

gaya Jepang

10

15

25

125

24-60

Tergantung

ukurannya

6-12

6-12

6-12

3

3

15

15

25

30

12

30

40

60

60

250

120-

30

0

13

13

20

20

13-20

20

20

20

20

20

20

20

13

13

20

20

13-20

20

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 49 hal.

Catatan :1) Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali

penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik.2) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi

untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm.3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi

untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm.4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja,

maka ukurannya bisa lebih kecil.

Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga.

ELSITA OCTARINA3312100024

Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode

ini sama seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah

pemakai (penghuni).

3. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plumbing

Dalam metode ini, untuk setiap alat plumbing ditetapkan

suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa

dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing

yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran

dengan gambar 2.7 dan gambar 2.8 dengan cara memplotkan

antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.

Gbr. 2.7. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.

(untuk unit beban sampai 3000).

Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup

gelontor.

Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki

gelontor.

ELSITA OCTARINA3312100024

Gbr. 2.8. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran

(untuk unit beban sampai 250 – skala diperbesar).

Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup

gelontor.

Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki

gelontor

Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban

plumbing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor

kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing.

Untuk jumlah unit beban alat plambing dapat dapat dilihat

pada tabel 2.4, sebagai berikut.

Tabel 2.4. Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin.1)

Jenis alat plambing2) Jenis penyediaan

air

Unit alat

plambing3)

Keterangan

Untuk

pri

bad

i4)

Untuk

umum5)

Kloset

Kloset

Katup gelontor

Tangki gelontor

6

3

10

5

ELSITA OCTARINA3312100024

Peturasan, dengan tiang

Peturasan terbuka (urinal

stall)

Peturasan terbuka (urinal

stall)

Bak cuci (kecil)

Bak cuci tangan

Bak cuci tangan, untuk

kamar operasi

Bak mandi rendam (bath

tub)

Pancuran mandi (shower)

Pancuran mandi tunggal

Satuan kamar mandi dengan

bak mandi rendam

Satuan kamar mandi dengan

bak mandi rendam

Bak cuci bersama

Bak cuci pel

Bak cuci dapur

Bak cuci piring

Bak cuci pakaian (satu

sampai tiga)

Pancuran minum

Pemanas air

Katup gelontor

Katup gelontor

Tangki gelontor

Keran

Keran

Keran

Keran pencampur

air dingin

dan panas

Keran pencampur

air dingin

dan panas

Keran pencampur

air dingin

dan panas

Kloset dengan

katup

gelontor

Kloset dengan

tangki

gelontor

(untuk tiap

keran)

Keran

Keran

Keran

Keran

Keran air minum

Katup bola

-

-

-

0,5

1

-

2

2

2

8

6

-

3

2

-

3

-

-

10

5

3

1

2

3

4

4

-

-

-

2

4

4

5

-

2

2

Gedung kantor,

dsb

Untuk umum :

hotel atau

restoran,

dsb

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta,68 hal.

Catatan : 1) Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung

secara terpisah, dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing.2) Alat plambing yang tidak ada di daftar dapat diperkirakan, dengan

membandingkan dengan alat plambing yang mirip/terdekat.

ELSITA OCTARINA3312100024

3) Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Kalau

digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masing-

masing untuk air dingin dan air panas diambil tigaperempatnya.4) Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi

atau apartment, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering.5) Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam

gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering.

Adapun rumus untuk mencari debit pada metode ini sama

seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah pemakai.

ELSITA OCTARINA3312100024