Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

18
142 PERENCANAAN BISNIS JASA PELATIHAN PENDIDIKAN ENTREPRENEUR “SMART ENTREPRENEUR’ Ratna Sari Wongwa 1 Abstract : Business planning services entrepreneurship education training is intended to determine whether or not a service business entrepeneurship educational training is run. Data collection techniques used in business planning services entrepreneurship education training these by conducting surveys directly to the site by using a questionnaire that is, quantitative research, qualitative be concluded in the form of a bar chart, questionnaire submitted to the 119 students of the school, results showed that 55 students felt not satisfied with the educational training of entrepreneurs in the extracurricular activities of the school, 89 students expressed wish to open their own businesses, training 100 students stated entrepreneur education was important, 91 students expressed need for training entrepreneur education outside of school. This business planning services entrepreneurship education training have a business concept canvas models and unbundling pattern 3 in 1 education, explore, experience, equipped with the facilities and services. In capital investment of 1.5 M with a total net profit of Rp. 772.814..000, - and financial returns in a period of 9 months and 3 days Keywords : Business planning, services training education entrepreneur, business model canvas, pattern unbundling. PENDAHULUAN Dunia pendidikan yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa juga tersentak dengan segala kemajuan ini karena bagaimanapun dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara khusus dalam menghadapi abad 21 negara-negara di Eropa, USA dan sekitarnya melihat dan mempersiapkan generasi mereka dengan model pendidikan yang mampu menjawab tantangan ke depan yang sulit diprediksi dan model pendidikan tersebut adalah Pendidikan Entrepreneurship. Di Indonesia sendiri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengimplementasikan Pendidikan Entrepreneurship sebagai salah satu wujud nyata untuk menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha dalam metodologi pendidikan sebagai penjabaran dari pengembangan Ekonomi Kreatif Perpres Nomor 6 Tahun 2009. Dalam artikel www.okezone, Jakarta yang berjudul Wirausaha Mahasiswa padukan teori dan praktek, pendidikan entrepreneurship ini juga merupakan salah satu program yang digalakkan pemerintah, program ini bahkan telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tinggi oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Tujuan Pendidikan Entrepreneurship tersebut antara lain memberi bekal kemampuan dalam wujud kompetensi 1 Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara ([email protected])

Transcript of Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

142

PERENCANAAN BISNIS

JASA PELATIHAN PENDIDIKAN ENTREPRENEUR

“SMART ENTREPRENEUR’

Ratna Sari Wongwa 1

Abstract : Business planning services entrepreneurship education training is intended to

determine whether or not a service business entrepeneurship educational training is run. Data

collection techniques used in business planning services entrepreneurship education training

these by conducting surveys directly to the site by using a questionnaire that is, quantitative

research, qualitative be concluded in the form of a bar chart, questionnaire submitted to the

119 students of the school, results showed that 55 students felt not satisfied with the

educational training of entrepreneurs in the extracurricular activities of the school, 89

students expressed wish to open their own businesses, training 100 students stated

entrepreneur education was important, 91 students expressed need for training entrepreneur

education outside of school. This business planning services entrepreneurship education

training have a business concept canvas models and unbundling pattern 3 in 1 education,

explore, experience, equipped with the facilities and services. In capital investment of 1.5 M

with a total net profit of Rp. 772.814..000, - and financial returns in a period of 9 months and

3 days

Keywords : Business planning, services training education entrepreneur, business model

canvas, pattern unbundling.

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa

juga tersentak dengan segala kemajuan ini karena bagaimanapun dunia pendidikan tidak

dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara khusus dalam

menghadapi abad 21 negara-negara di Eropa, USA dan sekitarnya melihat dan

mempersiapkan generasi mereka dengan model pendidikan yang mampu menjawab

tantangan ke depan yang sulit diprediksi dan model pendidikan tersebut adalah Pendidikan

Entrepreneurship. Di Indonesia sendiri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah

mengimplementasikan Pendidikan Entrepreneurship sebagai salah satu wujud nyata untuk

menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha dalam metodologi pendidikan

sebagai penjabaran dari pengembangan Ekonomi Kreatif Perpres Nomor 6 Tahun 2009.

Dalam artikel www.okezone, Jakarta yang berjudul Wirausaha Mahasiswa padukan teori dan

praktek, pendidikan entrepreneurship ini juga merupakan salah satu program yang

digalakkan pemerintah, program ini bahkan telah dimasukkan ke dalam kurikulum

pendidikan tinggi oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Tujuan Pendidikan

Entrepreneurship tersebut antara lain memberi bekal kemampuan dalam wujud kompetensi

1Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara

([email protected])

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

143

dasar terkait dengan kemandirian lulusan agar mampu bekerja secara mandiri, di dalam

Perpres No. 5 tahun 2010 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional bahwa

substansi inti program aksi bidang pendidikan diantaranya adalah Penerapan Metodologi

yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian.

Sepanjang sepuluh tahun ini Ir. Ciputra juga memperkenalkan konsep Entrepreneur

biasa diartikan sebagai Pendidikan Entrepreneurship untuk diajarkan di sekolah. Tujuan

diperkenalkannya konsep Entrepreneur adalah untuk membuka wawasan peserta didik untuk

berusaha mencari dan menciptakan peluang usaha untuk dirinya sendiri serta menciptakan

lapangan kerja untuk orang lain di sekitarnya. Pendidikan Entrepreneurship itu sangat

penting. Menurut Global Entrepreunership Monitor, sepertiga pertumbuhan ekonomi

dihasilkan melalui kegiatan entrepreneur. Di Amerika Serikat (AS), setiap tahun

penduduknya menciptakan 600 sampai 800 ribu usaha baru dengan pegawai tetap dan kira-

kira 2 juta penduduk melalui usaha sendiri (self-employment ventures). Di sisi lain,

kurangnya Pendidikan Entrepreneurship di Indonesia masih kurang mendapat perhatian dari

pihak dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan

pertumbuhan sikap, karakter, dan perilaku wirausaha. Mereka hanya menyiapkan siswanya

untuk menjadi tenaga kerja.

Kenyataan yang ada di Indonesia banyak lulusan yang tidak mampu mengisi

lowongan pekerjaan karena tidak cocoknya kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan

yang dibutuhkan oleh dunia kerja serta belum mampu untuk menghasilkan dan memenuhi

kebutuhan sumber daya manusia berkompeten yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan,

yang kebanyakan hanya menunggu “diberi pekerjaan” oleh industri. Hal ini di tandai dengan

adanya kesulitan mencari kerja dengan masa tunggu yang cukup lama, over supplied lulusan

secara kuantitas tetapi under supplied lulusan secara kualitas, perilaku jiwa entrepreneur

lulusan masih rendah, relevansi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja masih kurang,

kecakapan hidup rendah ditandai dengan lemahnya komunikasi verbal dan memalui media

tulis, lemahnya penguasaan bahasa asing dan lemahnya peggunaan teknologi informasi,

kurang mampu bersaing dengan global, masih lemahnya jalinan kemitraan dengan dunia

industri. Ini memberi dampak jumlah pengangguran di Indonesia semakin banyak. Padahal

dengan Pendidikan Entrepreneurship dapat diperoleh mindset inovasi yang memberikan

peluang untuk sukses sehingga tercapailah kemajuan. McGrath dan MacMillan (2000)

mengatakan “Once entrepreneurial thinking becomes second nature, you will able to

continously identify uncertain yet high business opportunities, and exploir these opportunities

with speed and confidence”

Tilaar (2012) mengatakan bahwa salah satu kelebihan sistem pendidikan barat adalah

kemampuannya mendorong lahirnya kreativitas peserta didik, tidak hanya itu lembaga

pendidikan juga melahirkan peserta didik yang kritis dan kreatif, dua elemen inilah yang

paling penting didapatkan oleh setiap peserta didik begitu lepas dari lembaga pendidikan

formal, tak heran jika tanpa kurikulum entrepreneur pun, lembaga pendidikan secara aktif

menjadi pemasok pengusaha – pengusaha baru sesuai harapan. Sebaliknya strategi

pembelajaran di Indonesia tidak memungkinkan lahirnya entrepreneur baru sesuai harapan.

Penyebabnya, karena strategi pembelajaran kita masih condong pada strategi pedagogi.

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

144

Menurut www.infokampusonline.com pada sistem ini, hampir tidak mungkin dapat terlahir

peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi, sebab mereka sepenuhnya bergantung kepada

guru. Itu sebabnya tak mengherankan jika spektrum pikir peserta didik sepenuhnya

merupakan pantulan dari pengajaran satu arah yang diterima sekolah. Namun, pola pikir

konsep entrepreneur tampaknya harus terus ditanamkan agar peserta didik terus memiliki

pandangan lebih luas untuk menentukan karier sebagai pekerja atau pengusaha, dan dimulai

dengan masuknya pelajaran entrepreneurship dalam Kurikulum 2013 yang diajarkan pada

siswa SMA. Dalam hal ini, untuk perencanaan bisnis pendidikan entrepreneurship di sekolah

dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek yaitu pendidikan entrepreneurship terintegrasi

dalam mata pelajaran dan pendidikan entrepreneurship dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Pendidikan entrepreneurship dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang telah ada masih

hanya dalam sistem pedagogi bahkan ada yang belum berjalan, maka dari itu berdasarkan

latar belakang permasalahan ini. maka penulis membuat judul makalah “Perencanaan Bisnis

Jasa Pelatihan Pendidikan Entrepreneur” dan diperlukan sekali kegiatan pengembangan

model pembelajaran yang mengarah pada upaya perbaikan, melalui pengembangan model

pembelajaran kewirausahaan, sehingga peserta didik langsung dapat mengaplikasikan

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap-sikap dan perilaku bekerja

(employability). Cara berpikir yang sistematis dianggap sebagai pendekatan yang cukup

bagus dalam proses pembelajaran. Cara berpikir sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1: Cara Berpikir Sistematis

(Sumber: Jurnal Kependidikan, Vol. 42, No. 1 Mei 2012, Hal. 48)

Tujuan penulisan ini untuk menyusun dan menganalisis studi kelayakan Perencanaan

Bisnis Jasa Pelatihan Pendidikan Entrepreneur. Penulisan makalah ini mempunyai

manfaat sebagai perencana dan pemilik bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneurship

untuk sekolah, menjadi sumber inspirasi bagi pihak sekolah untuk terus mengembangkan

program pendidikan entrepreneurship dengan metode pembelajaran yang modern,

mengembangkan mindset dan jiwa entrepreneur untuk peserta didik sekolah level SMA

sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pasar, mempunyai manfaat bagi pengusaha

bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur.

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

145

TELAAH KEPUSTAKAAN

Pemahaman terhadap entrepreneurship perlu memperhatikan sejarah perkembangan

konsep entrepreneurship. Kuratko dan Hodgetts (2007) menjelaskan bahwa entrepreneuship

sebenarnya telah berkembang sejak abad ke 11 sebelum Masehi di Phoenicia kuno. Pada saat

itu telah terjadi arus perdagangan dari Syria sampai Spanyol yang dilakukan oleh orang-orang

yang telah berani mengambil resiko, menghadapi ketidakpastian, dan mengeksplorasi sesuatu

yang belum diketahui sebelumnya. Menurut Zimmerer, Scarborough dan Wilson (2008),

istilah entrepreneuship baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun 1980-an,

walaupun sejak abad 17 istilah Entrepreneurship pertama kali diperkenalkan oleh Richard

Cantilon ahli ekonomi Perancis pada tahun 1755, berasal dari kata Entreprende dalam bahasa

perancis, berarti berusaha. Dalam hal bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis.

Sedangkan di Indonesia istilah entrepreneurship baru dikenal pada akhir abad ke-20. Richard

Cantilon mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung resiko dalam perekenomian.

Pada tahun 1803, Jean Baptise Say juga memperkenalkan istilah entrepreneuship dalam

diskusi entrepreneur sebagai orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang

produktivitasnya rendah ke area yang produktivitasnya tinggi.

Menurut Hendro (2011) dari survei tentang sumber kekayaan orang-orang didunia,

dapat disimpulkan dari mana mereka bisa menjadi kaya. Berdasarkan hasil survei itu

disimpulkan kekayaan itu diperoleh karena mayoritas (80%) menjadi entrepreneur, sebagian

kecil menjadi top eksekutif dan hanya sedikit yang berasal dari warisan atau hibah dari orang

tua dan leluhurnya.

Penulisan makalah ini didukung dengan teori konsep model Bisnis Kanvas, teori

fungsi manajemen, analisis lingkungan eksternal menggunakan Porter’s Five Force, Matriks

TWOS, strategi dan rencana pengembangan bisnis.

konsep model Bisnis Kanvas menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) adalah bahasa yang

sama untuk menggambarkan, menvisualisasikan, menilai, dan mengubah model bisnis.

Osterwalder dan Pigneur membuat sebuah pendekatan model kanvas yaitu setiap dari “Nine

Building Blocks” dapat menjadi langkah awal yang memudahkan bagi para pebisnis untuk

membangun dan mengembangkan bisnis mereka. Nine Building Blocks terdiri dari : Value

Proportitions, Customer Segments, Customer Relationship, Channels, Key Activitiy, Key

Partnership, Cost Structure, Revenue Stream. Model ini berhasil mengubah konsep model

bisnis yang rumit menjadi sederhana. Pendekatannya, model bisnis ditampilkan dalam satu

lembar kanvas, berisi peta sembilan elemen (kotak). Lantaran dirancang sederhana, metode

kanvas dapat mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model

bisnis organisasinya.

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

146

Gambar 2. Template Model Bisnis Kanvas

(Sumber : Osterwalder dan Pigneur (2010). Business Model Generstion,)

Model yang dikembangkan Osterwalder dan Pigneur, secara terperinci dapat

digambarkan dalam suatu kerangka yang disebut dengan nama Business Model Canvas

(BMC) yang bertentuk kanvas dan terdiri dari sembilan blok ini berisikan elemen-elemen

penting yang menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan manfaat bagi dan

mendapat manfaat dari para pelanggannya.

Gambar 3. Komponen Model Bisnis kanvas

(Sumber : Osterwalder dan Pigneur (2010). Business Model Generstion,)

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

147

Pattern menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) adalah suatu gagasan untuk

menangkap ide-ide desain sebagai suatu pola dasar dan deskripsi yang dapat digunakan

secara berkesinambungan. Pattern atau pola membantu mendeskripsikan bisnis model yang

memiliki kesamaan karakteristik, kesamaan pengaturan building blocks, atau kesamaan

perilaku. Pola ini akan membantu dalam memperjelas dinamika dalam bisnis model dan akan

menjadi dasar inspirasi untuk berjalannya suatu bisnis model. Dengan mendefinisikan dan

menjelaskan pola bisnis model ini dapat ditetapkan format standar yang digunakan dalam

konsep bisnis yang terkenal saat ini agar berguna ketika mendesain suatu bisnis model.

Osterwalder dan Pigneur (2010) membuat sketsa lima pola bisnis model yaitu Unbundling

business models pelaku bisnis membagi bisnisnya secara terpisah sehingga masing-masing

fokus di pasarnya masing-masing. Ada tiga tipe bisnis dalam unbundling business model

yaitu (Customer relation business, Product Innovation business, Infrastructure business), The

long tail bisnis model mengenai fokus dalam menjual produk yang menjadi “hit” di pasaran,

yaitu fokus ke product line yang luas, tetapi masing-masing dijual dalam volume relatif kecil,

contohnya adalah Lego, Multi-side platform bisnis model yang terdiri dari dua atau lebih

group pelanggan yang saling tergantung, bisnis yang ada di fasilitasi oleh interaksi diantara

dua group yang berbeda tersebut, Free as a business model (freemium) menawarkan

penawaran yang gratis, pelanggan yang tidak membayar di subsidi oleh bagian lain bisnis

model atau oleh segmen pelanggan yang berbeda, Open business model menciptakan atau

menangkap values dengan kolaborasi yang sistematis dengan partner diluar bisnis. Penulis

memilih pola model bisnis Unbundling untuk digabungkan ke dalam konsep model bisnis

kanvas. Menurut Robbins dan Coulter (2007) fungsi manajemen terdiri dari merencanakan,

mengorganisasi, memimpin , mengendalikan.

Analisis lingkungan ini meliputi dari kegiatan memonitor, evaluasi, dan

mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Tujuannya yaitu

untuk mengidentifikasi faktor strategis, elemen eksternal dan internal akan memutuskan

strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan Wheelen dan Hunger (2010). Analisis

Eksternal merupakan langkah yang menentukan keberhasilan proses strategi, peluang yang

dapat digunakan organisasi, dan ancaman yang harus dihadapi. faktor-faktor strategis

eksternal perusahaan yang menjadi peluang dan ancaman yang harus dihadapi perusahaan,

lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dikaji yaitu melalui Analisis PESTLE

(Political, Economic, Social, Technological, Legal dan Environment Analysis). dan mikro

meliputi analisis industri dengan menggunakan analisis Five Force Porter (Porter’s Forces

Model of Industri Competition), analisis Internal membawa penilaian yang jelas tentang

sumber daya organisasi (seperti modal keuangan, keahlian teknis, karyawan yang ahli,

manajer yang berpengalaman dan sebagainya) dan kemampuan dalam melakukan berbagai

kegiatan fungsional yang berbeda seperti: Pemasaran (Marketing) diawali analisis STP

menurut Kotler dan Keller (2012) dalam bukunya yang berjudul “Marketing Management”

STP (Segmenting,Targetting, Postioning) merupakan esensi dari pemasaran yang strategis

dengan menggunakan 7p Marketing Mix Kotler dan Keller (2012) : product (brand merek,

citra merek), price, place, promotion, people, process, physical evidence, Menurut Duncan

(2007), menganalisa lingkungan internal dan eksternal merupakan hal penting dalam proses

perencanaan strategi faktor-faktor lingkungan internal di dalam perusahaan biasanya dapat

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

148

digolongkan sebagai strengths (S) atau Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan

dapat diklasifikasikan sebagai Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis SWOT menjadi

tidak berguna jika tidak diperluas menjadi matrix TOWS, Untuk dapat membangun strategi

yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks hanya

kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT mengilustrasikan bagaimana peluang dan

ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari

perusahaan, sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif

strategi Wheelen dan Hunger (2010).

Gambar 4. Analisis SWOT

(Sumber: Fred, R. David. (2009). Konsep Manajemen Strategis)

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

149

Gambar 5. TOWS Matrix

(Sumber : Lancaster, Geoff. Paul Reynolds (2013) Marketing Made Simple)

Merumuskan Strategi, mengevaluasi alternatif strategi, memilih strategi yang

menekankan pada kekuatan organisasi dan menggunakan peluang lingkungan atau yang

memperbaiki kelemahan organisasi dan penahan terhadap ancaman dengan Porter’s Five

Forces (2008) dibuat pada tahun 1979 oleh Michael Eugene Porter dari Harvard Business

School sebagai kerangka analisa untuk menjelaskan ketatnya kompetisi dan potensi pasar.

persaingan itu menurut Porter adalah sebagai berikut persaingan antar perusahaan pesaing,

Potensi masuknya pesaing baru, Potensi pengembangan produk pengganti, Daya tawar

pemasok, Daya tawar konsumen.

Gambar 6. Analisis Porter’s Five Forces

(Sumber: Hill, Charles. Gareth Jones (2009) Strategic Management Theory Book)

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

150

Setelah strategi dirumuskan, strategi harus diimplementasikan. Strategi hanya bagus

jika implementasinya bagus. Tanpa peduli betapa efektifnya perusahaan telah merencanakan

strateginya, perusahaan tersebut tidak dapat berhasil jika strategi itu tidak diimplementasikan

dengan semestinya Implementasi strategi adalah sebuah proses yang mana strategi dan

kebijakan diarahkan kedalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan

prosedur. Menurut Porter dalam buku management strategic karangan David (2010) ada tiga

landasan strategi yang dapat membantu organisasi dalam memperoleh keunggulan kompetitif,

yaitu:, berdasarkan skema yang dikembangkan oleh Michael E. Porter adalah strategi

keunggulan biaya, strategi diferensiasi, strategi fokus. strategi bersaing Porter merupakan

hierarki business level strategy yang memfokuskan bagaimana perusahaan bersaing dalam

industrinya dan bila perusahaan ingin menjadi produsen biaya rendah maka perusahaan dapat

menggunakan kepemimpinan biaya menyeluruh (overall cost leadership). Bila perusahaan

ingin menjadi unik dan berbeda dari pesaing, dapat menggunakan diferensiasi

(differentiation). Jika perusahaan ingin menggarap segmen pasar tertentu saja, perusahaan

dapat menggunakan fokus (focus).

Gambar 7. Strategi Generik Model Porter

(Sumber : Kreitner, Robert. Charlene Cassidy. Management, 2012)

Proses ini memerlukan perubahan dalam budaya, struktur, dan sistem manajemen

pada seluruh organisasi atau perusahaan Wheelen dan Hunger (2010) yaitu Program,

financial, Prosedur (SOP) Pengertian SOP menurut Puspitasari, Rosmawati dan Melfrina

(2012), “Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu standar / pedoman tertulis

yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai

tujuan organisasi”. Menurut Griffin (2011), “Standard Operating Procedure is a standard plan

that outlines the steps to be followed in particular circumstances”. menurut Puspitasari,

Rosmawati dan Yusniar (2012), terdapat beberapa tujuan dibuatnya SOP antara lain

mempertahankan konsistensi kerja karyawan, mengetahui peran dan fungi kerja di setiap

bagian, memperjelas langkah-langkah tugas, wewenang dan tanggung jawab, menghindari

kesalahan administrasi, menghindari kesalahan/kegagalan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi. Manfaat Standar Operasional Prosedur (SOP) Menurut Puspitasari, Rosmawati

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

151

dan Yusniar (2012), beberapa manfaat penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) antara

lain menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan secara konsisten,

sebagai alat komunikasi dan pengawasan, meningkatkan rasa percaya diri karyawan dalam

melakukan pekerjaan dan mengetahui jelas dengan pekerjaan yang harus dilakukan, dapat

digunakan sebagai salah satu alat pelatihan dan tolak ukur kinerja karyawan. Dari teori di

atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat Standar Operasinal Prosedur (SOP) adalah sebagai

landasan atau pedoman dalam melakukan tugas, alat ukur kinerja dan juga dapat memberikan

rasa percaya diri karyawan dalam melakukan setiap langkah kerja.

METODOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara, setting, dan sumber. Bila

dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan menggunakan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi

(pengamatan), dan gabungan dari ketiganya. Sedangkan bila dilihat dari segi setting-nya, data

dapat dikumpulkan dalam setting alamiah (natural setting), dalam laboratorium dengan

metode percobaan atau eksperimen, dalam suatu kantor dengan berbagai responden, dalam

suatu seminar, diskusi , di restoran, dll. Apabila dilihat dari segi sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua yaitu menggunakan sumber primer dan

menggunakan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang

secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.

\

Macam-macam teknik pengumpulan data interview (Wawancara) Sugiyono (2004)

mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan

metode interview dan juga kuisioner (angket) bahwa subyek (responden) adalah orang yang

paling tahu tentang dirinya sendiri, ahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peniliti

adala benar dan dapat dipercaya. bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Metode statistika adalah prosedur-prosedur atau langkah-langkah yang digunakan

dalam mengumpulkan, menyajikan, menganalisa dan menafsirkan data. Statistika deskriptif

adalah statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Menurut Walpole (2007), statistika

deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu

gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.Statistika deskriptif dapat

digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskriptifkan data sampel, dan tidak ingin membuat

kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil, untuk menampilkan hasil

data yang telah diperoleh berikut dengan diagram batang.

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

152

Diagram 1. Contoh Diagram Batang

(Sumber: Siregar, Sofyan Buku Statistika Deskriptif. 2010)

ANALISIS DAN BAHASAN TEMUAN

PT. Smart Entrepreneur Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa

pelatihan pendidikan entrepreneurship dan pengembangan bisnis serta konsultasi bisnis. PT

Smart Entrepreneur Indonesia memulai usahanya pada tahun 2016 dengan mengembangkan

sebuah tempat untuk jasa pelatihan pendidikan entrepreneurship dan konsultasi bisnis yang

berpusat di Jakarta konsep Education, Explore, Experience dengan nama “Smart

Entrepreneur”. Smart Entrepreneur menggunakan model bisnis yang dikembangkan oleh

Osterwalder dan Pigneur, yang secara terperinci dapat digambarkan dalam suatu kerangka

yang disebut dengan nama Business Model Canvas (BMC) yang bertentuk kanvas dan terdiri

dari sembilan blok atau kotak yang saling berkaitan. Kotak-kotak ini berisikan elemen-

elemen penting yang menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan manfaat bagi dan

mendapat manfaat dari para pelanggannya. Dengan menggunakan bisnis model kanvas

dengan pola model unbundling mempermudah, membantu melihat lebih akurat bagaimana

rupa bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur ini sebagai perusahaan yang baru

memetakan alur bisnisnya agar lebih efektif, lebih percaya diri dan matang dalam

menjalankan bisnis, serta dapat menciptakan strategi bisnis secara modern dan terarah,

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

153

Gambar 8. Bisnis Model Kanvas Pola bisnis Unbundling

(Sumber : Osterwalder dan Pigneur (2010), Business Model Generstion)

Analisis Lingkungan bisnis memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesuksesan

sebuah bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneurship, faktor-faktor lingkungan eksternal

secara mendalam mengenai lingkungan bisnis yang diperkirakan akan mempengaruhinya,

seperti ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, teknologi. Analisis lingkungan internal

bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur ini menggunakan analisis persaingan five

forces model yang menggambarkan bahwa perusahaan juga bersaing dengan pesaing

potensial perusahaan, ancaman masuk pendatang baru, kekuatan tawar menawar para

pemasok atau suplier,para pembeli atau konsumen, dan ancaman produsen produk-produk

pengganti.

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

154

Gambar 9. Analisis Porter untuk Bisnis Jasa Pelatihan Pendidikan Entrepreneur

(Sumber: Hill, Charles. Gareth Jones (2009) Strategic Management Theory Book)

Bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur dari hasil berbagai sumber yang dilakukan

penulis, maka ditemukan beberapa faktor eksternal berupa Peluang dan Ancaman yang

mempengaruhi perusahaan berupa analisis SWOT.

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

155

Gambar 10. Analisis SWOT

(Sumber: Fred, R. David. (2009). Konsep Manajemen Strategis

Dari tabel keadaan peserta didik SMAK 6 Penabur Jakarta tahun 2015-2016

menunjukkan bahwa SMAK 6 Penabur sangat menjaga kualitas mutu pendidikan sekolah, hal

ini dapat dibuktikan total jumlah siswa yang bertahan belajar di SMAK 6 Penabur, pada awal

bulan total jumlah peserta didik kelas X adalah 223 siswa, ada mutasi sebanyak 1 siswa dan

pada akhir bulan total jumlah peserta didik kelas X menjadi 222 siswa, jumlah peserta didik

kelas XI pada awal dan akhir bulan 119 siswa, jumlah peserta didik kelas XII pada awal dan

akhir bulan 128 siswa, rekapitulasi keadaan peserta didik menampilkan total jumlah seluruh

peserta didik 469 siswa. Penulis telah meneliti terhadap siswa kelas 11 dengan total jumlah

119 siswa untuk survey mengenai kepuasan siswa SMAK 6 Penabur Muara Karang yang

telah mengikuti pelatihan pendidikan entrepreneur yang diadakan di sekolah baik pendidikan

entrepreneur terintegrasi dalam mata pelajaran sekolah maupun pendidikan entrepreneur

dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Hasil survei menyatakan bahwa ada 54 siswa menyatakan puas dan 55 siswa SMAK 6

Penabur Muara Karang menyatakan perasaan ketidakpuasan terhadap pelatihan pendidikan

entrepreneur yang telah diadakan oleh sekolah dengan alasan ketidakpuasan siswa merasa

pelajaran yang diberikan tidak spesifik, bosan tidak menarik dan tidak menantang, terlalu

banyak teori bagi siswa, jam yang diberikan untuk berlatih mengenai pendidikan entrepreneur

kurang, pelatihan pendidikan entrepreneur belum cukup memotivasi siswa untuk menjadi

seorang entrepreneur, siswa juga merasa tidak dibimbing dengan baik dan masih ada siswa

yang tidak mengerti mengenai entrepreneur, serta guru pelatih kurang berpengalaman dan

tidak. Survei selanjutnya adalah mengenai keinginan siswa kelas 11 SMAK 6 Penabur Muara

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

156

Karang yang ingin membuka bisnis sendiri, dengan total jumlah siswa 119 siswa, Ada 10

siswa tidak menjawab kuisioner, 89 siswa menyatakan ingin membuka bisnisnya sendiri, dan

bisnis yang ingin dijalankan oleh siswa SMAK 6 ini ternyata lebih banyak yang memilih

untuk membuka bisnis kuliner seperti cafe dan restoran, 20 siswa menyatakan tidak ingin

membuka bisnisnya sendiri dengan memberikan alasan merasa tidak berpengalaman, belum

memiliki ilmu, ingin bekerja, belum mempunyai rencana, dan masih bingung. Untuk survei

selanjutnya adalah survei pernyataan pentingnya pelatihan pendidikan entrerpreneur bagi

siswa kelas 11 SMAK 6 Penabur Muara Karang dengan total jumlah murid 119 siswa ada 5

siswa yang menjawab pelatihan pendidikan entrepreneur tidak penting, ada 14 siswa tidak

menjawab kuisioner yang diajukan, dan ada 100 siswa menyatakan bahwa pelatihan

pendidikan entrepreneur itu penting, sebanyak 10 siswa tidak menjawab kuisioner, 18 Siswa

menyatakan tidak perlu mengikuti dengan alasan belum tertarik, kegiatan sekolah sangat

padat, tidak mempunyai cita-cita sebagai seorang entrepreneur, siswa merasa pelajaran yang

diberikan sama dengan yang diajarkan sekolah, 91 siswa menyatakan perlu untuk mengikuti

pelatihan pendidikan entrepreneur di luar sekolah dengan alasan ingin menambah,

mengembangkan pengetahuan sebagai seorang entrepreneur demi mengatasi masalah-

masalah yang akan dihadapi saat membuka bisnis di masa depan dan siswa ingin membuka

bisnis sendiri. Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelatihan pendidikan entrepreneur

yang diadakan di sekolah ternyata belum cukup memuaskan karena waktu yang terbatas dan

siswa merasa perlu mengikuti pelatihan pendidikan entrepreneur yang diadakan di luar

sekolah. Ini merupakan peluang bisnis yang sangat baik untuk bisnis jasa pelatihan

pendidikan entrepreneur direalisasikan.

Pada tahap awal menjalankan bisnis ini semua dana berasal dari pemilik sebesar Rp.

1.500.000.000,-, dengan asumsi penjualan Rp. 220.000.000, laba per tahun Rp. 236.814.000,

untuk BEP 9 bulan 3 hari. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, jadi investasi ini

sangat layak pp hitung < maximum pp.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari pemaparan di atas mengenai perencanaan bisnis jasa pelatihan pendidikan

entrepreneur ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan yang

telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Usaha bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur ini merupakan usaha yang

menjanjikan dengan bermodalkan jalinan kerjasama dengan institusi pendidikan,

kecepatan, kecanggihan teknologi, konsisten dalam menjaga mutu fasiltas pelayanan

dan fasilitas tempat untuk pelanggan, sehingga rencana bisnis jasa pelatihan

pendidikan entrepreneur ini tidak mempunyai hambatan masuk sebagai pendatang

baru, dengan menjalankan rencana bisnis ini maka di masa yang akan datang tingkat

persaingan dalam bisnis ini akan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan permintaan dari

pasar dimana peneliti melakukan survei baik dari aspek lingkungan (lingkungan

makro & lingkungan industri), aspek produksi, aspek pemasaran, aspek SDM, aspek

keuangan maupun survei langsung bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur

dengan menggunakan metode kuisioner di sekolah BPK 6 Penabur Muara Karang.

Wongwa : Perencanaan Bisnis Jasa Pelatihan ...

157

Usaha bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur ini merupakan bisnis yang

mempunyai peluang tinggi karena pesaing masih banyak yang belum memiliki

diferensiasi dalam produk serta fasilitas yang ditawarkan oleh pesaing masih biasa

saja

Saran yang penulis sampaikan dibawah ini berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat

pada bagian sebelumnya. Saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi kepentingan usaha

bisnis jasa pelatihan pendidikan entrepreneur ini dimasa yang akan datang adalah sebagai

berikut :

Di masa mendatang bisnis ini akan semakin berkembang oleh karena itu bisnis

ini tidak bisa hanya mengandalkan modal sendiri untuk kemajuan usaha ini,

dibutuhkan penambahan modal baik dari investor maupun lembaga keuangan

seperti Bank.

Selain penambahan modal bisnis ini juga membutuhkan penembahan tenaga

kerja agar proses berjalannya bisnis ini lebih lancar. Dibutuhkan tenaga kerja

yang memiliki motivasi dan skill yang tinggi, jujur, serta memiliki

kemampuan di bidangnya.

Selera pasar merupakan hal yang berubah dengan cepat oleh karena itu

pemilik diharapkan dapat mengamati pasar dengan cermat, memiliki inisiatif

dan solusi untuk setiap kondisi pasar yang berubah-ubah setiap saatnya.

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi pemilik dapat

mengamati perubahan selera pasar secara cepat

DAFTAR PUSTAKA

Ciputra. (2008). Quantum Leap: Bagaimana Entrepreneurship Dapat Mengubah Masa Depan

Anda dan Masa Depan Bangsa. (first ed.). Jakarta : Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Fred, R. David., & Forest, R. David. (2010). Strategic Management: A Competitive

Advantage Approach, Concepts & Cases (15th ed.) : Prentice Hall.

Hisrich, Robert D., Michael P.Peter, & Dean A. Shepherd. (2008). Entrepreneurship. (7th

ed.). Boston : McGraw Hill.

Hisrich, Robert D., Michael P. Peters, & Dean A. Shepherd. (2010). Entrepreneurship. (8th

ed.). Boston : McGraw-Hill Companies, Inc.

Jurnal Kependidikan Mei. (2012), Vol 42, No. 1, 48

Kuratko, D.F. (2003). Entrepreneurship Education: Emerging Trends and Challenges for the

21ST Century, Coleman Foundation White Paper Series for the U.S. Association of

Small Business & Entrepreneurship.

Kotler, Philip., & Gary, Amstrong. (2012). Principles of Marketing. Global Edition :

Pearson Education.

Kotler, Philip., & Kevin Lane, Keller. (2012). Marketing Management (14th ed.). New Jersey

: Prentice Hall.

Lancaster, Geoff., & Paul, Reynolds. (2013). Marketing Made Simple. Oxford Amsterdam :

Routledge.

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 142-158

158

McGrath, Rita Gunther., & Ian C, MacMillan. (2000). The entrepreneurial mindset:

Strategies for continuously creating opportunity in an age of uncertainty. Harvard

Business School Press. Vol. 284,p 1.

Mind Tool. (2012). MindTools: Essential Skills for an Excellent Career. 5 Oktober 2012.

Osterwalder, A., Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation: A Handbook for

Visionaries, Game Changers, and Challengers. New York : Wiley.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.

No. 6 (2009).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2010 Tentang rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional. No. 5 (2010).

Porter, Michael E. (2008). The Five Competitive Forces That Strategy. Harvard Business

Review.

Robbins, S., Coulter, M. (2007). Manajemen (8th ed.). Jakarta : PT Indeks.

Wheelen, T.L., & Hunger, J.D. (2010). Strategic Management and Business Policy:Achieving

Sustainability (12th ed.). New Jersey : Pearson International Edition.

Zimmerer, T, W., Scarborough, N, M., & Wilson, D. (2008). Kewirausahaan dan Manajemen

Usaha Kecil (5th ed.). Jakarta : Salemba Empat.