Modul Pelatihan PPID

198

Transcript of Modul Pelatihan PPID

Buku-buku digital PATTIRO free download silahkan disebarluaskan untuk dimanfaatkan oleh Masyarakat. Tersedia di

APP Store dan Goggle Play dan Webstore distributor ebook.

Jl. Intan No.81, Cilandak Barat, Jakarta SelatanT:+62-21 7591 5498 | F:+62-21 751 2503

[email protected] | www.pattiro.org | Facebook page PATTIRO

PATTIRO adalah sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan 17 April 1999 di Jakarta, bergerak di isu-isu pemerintahan daerah dan keterbukaan informasi publik, denganmemanfaatkan pendekatan multistakeholder engagement.

Misi yang diemban oleh PATTIRO antara lain memperkuat kapasitas warga untuk berperan dalam proses pembuatan keputusan publik. PATTIRO mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Hubungi kami untuk Informasi dan kerjasama dibidang penelitian, fasilitator, Capacity Building, advokasi pelayanan publik, Perbaikan Pelayanan Publik, Reformasi Kebijakan Publik, dan Reformasi Manajemen Keuangan Publik

PATTIRO PUSAT ANALISIS DAN TELAAH REGIONAL

Modul PelatihanPejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)

Diterbitkan atas Dukungan

Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD)

untuk Program Community Access to Information (CATI)

Penulis:

Muhamad Yasin

Muhamad Fahazza

Patchurahman

Agus Salim

Wawanudin

Ahmad Rofik

Budi Rahardjo

Layout:

M. Arif Novianto

iii

Daftar Singkatan

UUD : Undang-Undang Dasar

UU : Undang-Undang

AIPD : Australia Indonesia Partnership for Decentralisation

PP : Peraturan Pemerintah

Keppres : Keputusan Presiden

Perda : Peraturan Daerah

Pergub : Peraturan Gubernur

Perbup : Peraturan Bupati

Kemkoinfo : Kementerian Komunikasi dan Informasi

Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri

KIP : Komisi Informasi Pusat

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

PPID : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

PATTIRO : Pusat Telaah dan Informasi Regional

CSO /OMS : Civil Society Organization/OrganisasiMasyarakatSipil

NTB : Nusa Tenggaran Barat

NTT : Nusa Tenggara Timur

PNS : Pegawai Negeri Sipil

Perki : Peraturan Komisi Informasi

SKPD : Satuan Kerja PerangkatDaerah

SOP : Standar Operasional Prosedur

Good Governance : Tata Pemerintahan yang Baik

Open Government : Pemerintahan yang Terbuka

SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia

LPSE : Layanan Pengadaan Secara Elektronik

LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

DKI : Daerah Khusus Ibukota

Jabar : Jawa Barat

CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

TKD : Tes Kompetensi Dasar

SMA : Sekolah Menengah Umum

LJK : Lembar Jawaban Komputer

USU : Universitas Sumatera Utara

iv

KADIN : Kamar Dagang Indonesia

BLU : Badan Layanan Umum

Perjan : Perusahaan Jawatan

BHMN : Badan Hukum Milik Negara

FH UI : Fakultas Hukum Universitas Indonesia

BP Migas : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

PT : Perseroan Terbatas

ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral

TP2I : Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

UPT : Unit Pelaksana Teknis

IRS : Information Retrieval System

BNN : Badan Narkotika Nasional

SP3 : Surat Perintah Penghentian Penyidikan

SKP2 : Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan

YLKI : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

DIP : Daftar Informasi Publik

ANRI : Arsip Nasional Republik Indonesia

ICW : Indonesia Coruption Watch

SPM : Standar Pelayanan Minimal

WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

SAP : Standar Akuntansi Pemerintah

SIMDA : Sistem InformasiManajemen Daerah

MA : Mahkamah Agung

PSI : Penyelesaian Sengketa Informasi

SPIP : Sistem Pengendali Intern Pemerintah

APIP : Aparat Pengawas Intern Pemerintah

Acknowledgement

Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi ini

diterbitkan melalui kerjasama PATTIRO dengan Pemerintah Australia

melalui Program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD).

Disclaimer

Pandangan dan pendapat dalam Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi ini bersumber dari PATTIRO, dan tidak menggambarkan pandangan

Pemerintah Australia.

v

Daftar Isi

Kata Pengantar Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian

Komunikasi dan Informatika RI .................................................................................. vi

Kata Pengantar AIPD ................................................................................................. viii

Kata Pengantar PATTIRO ........................................................................................... ix

Pendahuluan ............................................................................................................... 1

Sesi 1 Perkenalan dan Bina Suasana .................................................................. 11

Sesi 2 Good GovernanceTata Pemerintahan yang Baik:

Kegiatan versus Pelayanan ........................................................................ 17

Sesi 3 Informasi Publik versus Informasi Privat .................................................. 33

Sesi 4 Badan Publik ............................................................................................... 47

Sesi 5 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) .......................... 59

Sesi 6 Mengelola Informasi Terbuka ................................................................... 73

Sesi 7 Mengelola Informasi yang Dikecualikan ................................................. 89

Sesi 8 Pertimbangan Tertulis ................................................................................ 113

Sesi 9 Mekanisme Memperoleh Informasi ......................................................... 123

Sesi 10 Pelaporan Akses Informasi di Badan Publik ........................................... 137

Sesi 11 Hukum Acara Sengketa Informasi ............................................................ 149

Sesi 12 Sanksi dalam Sengketa Informasi Publik ................................................. 167

Sesi 13 Penutup ........................................................................................................ 181

vi

Kata Pengantar

Dirjen Informasi dan Komunikasi PublikKementerian Komunikasi dan Informatika RI

Bangsa Indonesia telah memasuki era keterbukaan informasi sejak pemberlakuan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU

KIP). Kehadiran UU KIP yang berlaku efektif sejak 30 April 2010 telah memberikan

jaminan keterbukaan informasi publik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Setiap badan

publik kini tidak lagi berwenang menyembunyikan beragam informasi publik kepada

masyarakat kecuali kategori informasi yang dirahasiakan.

Penerapan UU KIP diharapkan dapat mendorong perbaikan kerja dan aliran data serta

informasi antar unit kerja dimasing-masing badan publik. Tanpa adanya koordinasi dan

komunikasi dalam kerangka kerja mengelola data, informasi, dan dokumentasi, badan

publik akan sulit memberikan pelayapnan informasi publik dengan baik.

Penunjukkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) diberbagai Badan

Publik Negara baik tingkat pusat maupun daerah menandakan keseriusan pemerintah

untuk mengimplementasikan UU KIP. Namun, penunjukkan PPID tentunya bukan

berarti permasalahan pelayanan informasi bagi masyarakat selesai karena masih banyak

persoalan yang harus harus disiapkan oleh PPID yang telah ditunjuk tersebut. Hal itu

menjadi perhatian juga bagi Direktorat Jenderal lnformasi dan Komunikasi Publik

Kementerian Komunikasi dan lnformatika (Ditjen IKP Kemenkominfo) untuk mendorong

kehadiran PPID yang operasional di setiap badan publik.

Kecakapan PPID dalam menghimpun, mengelola, dan mempersiapkan data menjadi

kunci agar pelayanan informasi publik berlangsung cepat, tepat waktu, dan murah.

Pelayanan lnformasi yang prima akan mendorong partisipasi masyarakat yang kemudian

akan mendorong akuntabilitas pejabat publik maupun kebijakan-kebijakan publik

yang dikeluarkannya. Hal itu tentunya akan berdampak semakin meningkatnya kualitas

pelayanan publik sebagai salah satu tujuan bernegara yaitu mewujudkan-kesejahteraan

masyarakat

vii

Modul Pelatlhan Pejabat Pengelola lnformasl dan Dokumentasl (PPID) ini diharapkan

dapat menjadi pedoman dalam memberikan pemahaman yang sama bagi PPID

dalam melaksanakan tugasnya. Kehadiran modul tersebut juga akan saling melengkapi

dengan Buku Pedoman Pengelolaan lnformasi dan Dokumentasi Bagi PPID Pada Badan

Publik Negara Tingkat Pusat dan Daerah yang diterbitkan Ditjen IKP Kemenkominfo,

sehingga PPID dapat lebih cepat memahami peran dan fungsinya.

Setiap PPID setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat langsung bekerja dalam

memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat dengan baik dan benar. Oleh

karena itu, kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada PATTIRO

sebagai mitra kerja Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) yang

mendukung implementasi UU KIP melalui penyusunan buku Modul Pelatihan Pejabat

Pengelola lnformasi dan Dokumentasi (PPID). Semoga buku ini bermanfaat dan bisa

menjadi panduan bersama dalam memberlkan penguatan kapasitas PPID di daerah.

Jakarta, Juni 2013

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik

Kementrian Komunikasi dan informatika RI

Freddy H. Tulung

viii

Kata Pengantar

Direktur Program AIPD

Australia Indonesia Parnership for Decentralisation (AIPD) merupakan program kerja sama antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk penguatan implementasi desentralisasi di Indonesia. Tujuan AIPD adalah untuk mendorong perbaikan layanan publik melalui pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.

Layanan informasi publik sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) merupakan aspek yang sangat penting untuk mendorong perbaikan layanan publik. Akses masyarakat terhadap informasi publik akan mendorong partisipasi aktif mereka dalam setiap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang bisa berdampak pada perbaikan layanan publik.

Untuk memastikan layanan informasi publik yang cepat, tepat dan sederhana dari setiap Badan Publik, UU KIP (pasal 13) dan Peraturan Pemerintah No. 61/ 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP (pasal 21) telah menegaskan perlunya penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Sampai saat ini sejumlah PPID telah terbentuk baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, tantangan selanjutnya adalah bagaimana PPID yang telah terbentuk ini betul-betul berfungsi untuk penyediaan informasi publik kepada masyarakat sesuai peraturan perundangan yang telah ditetapkan.

Penyusunan Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) oleh PATTIRO ini sangat relevan dengan kebutuhan penguatan fungsi PPID di lapangan. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan penghargaan kepada PATTIRO dan Tim Penulis yang telah bekerja keras untuk terwujudnya modul pelatihan ini.

Semoga buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, khususnya oleh Badan Publik baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka penguatan PPID untuk penyediaan layanan informasi sesuai mandat UU KIP.

Richard ManningDirektur Program AIPD

ix

Kata Pengantar

PATTIRO

Assalamualaikum wr wb.

PATTIRO merupakan lembaga riset dan advokasi yang bergerak dalam upaya

mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik. Salah satu fokus PATTIRO adalah

perbaikan kualitas pelayanan publik. Hadirnya UU No. 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) diharapkan dapat mendorong terwujudnya

pelayanan publik yang lebih berkualitas melalui keterbukaan informasi. Salah satu

mandat UU KIP itu adalah kewajiban badan publik di tingkat pusat maupun daerah

untuk menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi publik dengan cara

menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

Tantangan utama bagi badan publik adalah mengefektifkan PPID agar dapat memberikan

pelayanan informasi yang tepat, cepat dan sederhana bagi pemohon informasi. Dalam

kaitan itulah, PATTIRO sebagai mitra kerja AIPD berupaya memberikan kontribusi agar

PPID dapat bekerja secara efektif. Salah satu upaya itu adalah melalui peningkatan

kapasitas dan pendampingan bagi PPID agar dapat mengelola dan memberikan

pelayanan informasi publik secara optimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Modul Pelatihan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang ada di hadapan

pembaca ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi PPID dalam meningkatkan

kapasitasnya melalui pelatihan dan sekaligus sebagai pendukung dalam menjalankan

tugasnya.

Melalui modul ini, PPID diharapkan dapat mengubah cara berpikir (mindset) dan

perilakunya terutama dalam memandang keterbukaan informasi sebagai bagian dari

paradigma baru pelayanan publik; mampu mengidentifikasi masalah dan mencari

solusi; menata pengelolaan informasi dan meningkatkan kemampuan dalam melayani

informasi publik bagi pemohon informasi.

x

Modul ini dapat terselesaikan atas dukungan dari AIPD melalui Program Community

Acces to Information (CATI). Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada AIPD atas

dukungannya sejak proses penulisan hingga terbitnya Modul Pelatihan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi (PPID) ini.

Wassalamualaikum wr wb.

Jakarta, Mei 2013

Sad Dian Utomo

Direktur Eksekutif

1

Pengantar

Modul Pelatihan PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN

DOKUMENTASI (PPID)

Pendahuluan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) merupakan ujung

tombak pelayanan informasi Badan Publik. Mereka mengelola dan

memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat.

Dalam UU No. 14 Tahun 2008, terdapat 12 pasal yang mengatur mengenai

mandat yang diemban PPID,yakni pasal 1 ayat 9, pasal 7, pasal 9, pasal 10,

pasal 11, pasal 12, pasal13, pasal 14, pasal 15, pasal 16, pasal 19, dan pasal

22. Pasal-pasal itu menjelaskan apa saja yang harus disiapkan, dilakukan,

dan dilaporkan oleh PPID Badan Publik. Selain itu, dalam bekerja PPID juga

harus merujuk pada Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No. 1 Tahun 2010

tentang Standar Layanan Informasi Publik.

Tentu saja, dalam mengelola dan melayani informasi untuk masyarakat, PPID

memerlukan pemahaman yang menyeluruh dan komprehensif. Buku ini

disusun untuk kalangan PPID yang akan memulai tugas. Jika SOP (Standar

Operasional Prosedur) PPID merupakan pedoman dan panduan kerja, maka

pelatihan bagi PPID adalah salah satu cara atau alat menggunakan SOP itu.

Konsep dan Filosofi

• Ruang lingkup. Modul ini disusun sebagai bagian dari upaya pem-

berdayaan kelompok-kelompok kepentingan dalam rezim keterbu-

kaan informasi. Mereka adalah: (i) Kelompok pengelola dan penye-

dia informasi publik, dalam hal ini Badan Publik termasuk Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi; (ii) Kelompok pemohon dan

pengguna informasi; dan (iii) Kelompok lembaga penyelesaian

sengketa informasi publik, yakni Komisi Informasi dan pengadilan.

2

• Peserta pelatihan. Peserta pelatihan adalah semua pemangku kepentingan di

setiap Badan Publik. Oleh karena modul ini secara spesifik membahas PPID,

maka peserta pelatihan yang utama adalah PPID dari setiap Badan Publik di

provinsi dan kabupaten/kota yang menjadi target program. Namun modul ini

tetap bisa dipergunakan di daerah lain. Seandainya di daerah itu belum ada PPID,

maka peserta pelatihan utama adalah semua pejabat yang bekerja mengelola

informasi dan dokumentasi.

• Pendekatan partisipatif dan pembelajaran orang dewasa (adult learning).

Penyusunan modul ini memperhatikan keragaman latar belakang peserta,

baik dari bidangpekerjaan maupun pemahaman mengenai UU No. 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Oleh karena itu, fasilitator harus

tetap menghormati perbedaan tadi. Prinsipnya, penerapan modul ini harus

memungkinkan pertukaran pengetahuan, informasi, dan gagasan antarpeserta.

Perbedaan pendekatan dan penekanan materi di tiap daerah dimungkinkan oleh

modul ini, sesuai dengan temuan fasilitator dan narasumber di lapangan. Peserta

harus didorong sepenuhnya berpartisipasi selama pelatihan dan ini merupakan

penerapan dari konsep adult learning. Ceramah yang merupakan komunikasi

satu arah harus dihindari. Metode ceramah akan diperlukan untuk isu-isu yang

memang membutuhkan penjelasan dari narasumber.

• Pelatihan berjenjang. Jika tidak memungkinkan menghadirkan seluruh elemen

keterbukaan informasi dalam satu proses pelatihan, pelatihan berjenjang

bisa dilakukan. Misalnya, pelatihan pertama mengutamakan para pengambil

keputusan seperti PPID Utama dan Atasan PPID, selanjutnya sasaran pelatihan

kedua adalah tim teknis, dan berikutnya tim pendukung seperti tenaga fungsional

arsiparis dan pustakawan.

Tujuan

• Mengubah mindset dan perilaku. Modul ini dirancang sedemikian rupa agar

lebih mudah memberikan pemahaman kepada peserta. Jika rancangan modul

digabung dengan kapasitas fasilitator yang memadai, pelatihan dapat mengubah

cara berpikir (mindset) dan perilaku peserta, terutama dalam memandang

keterbukaan informasi sebagai bagian dari paradigma baru pelayanan publik.

Peserta diharapkan bisa memahami perubahan paradigma pelaksanaan birokrasi

dari berbasis pekerjaan menjadi berbasis pelayanan. Selama ini, keterbukaan

informasi pun masih belum dilaksanakan karena mindset kerahasiaan masih

tertanam kuat di kalangan birokrasi. Mereka enggan membuka informasi tertentu

dengan alasan rahasia. Jika peserta memahami dengan baik prinsip dasar

transparansi dan akuntabilitas, diharapkan mereka mengubah mindset atau cara

pandang terhadap informasi yang ada dalam lingkup tugas mereka.

3

Perubahan kesadaran dan sikap PPID diharapkan muncul sesaat setelah

diberikan pelatihan. Mereka diharapkan lebih responsif dalam memberikan

pelayanan informasi menyadari hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan

pelayanan publik yang lebih baik. Tumbuh juga kesadaran dalam diri mereka,

bahwa kepentingan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan.

Secara umum, buku ini mengajak birokrat yang menjadi PPID untuk lebih

responsif terhadap permintaan informasi dari masyarakat, memahami tugas-

tugas yang harus dilaksanakan ketika menyampaikan informasi yang terbuka dan

melayanai permintaan informasi dari masyarakat.

• Menata pengelolaan informasi dan penguatan kerjasama. Jika sudah terjadi

perubahan mindset dan perilaku, diharapkan tumbuh motivasi dan dorongan

bagi semua Badan Publik untuk menata dengan baik semua informasi yang

berada di bawah penguasaannya. Kemudian, penataan itu perlu ditopang

kerjasama antar lini atau lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar

pengelolaan informasi terintegrasi. Kerjasama yang baik memudahkan Badan

Publik lewat PPID menyediakan dan melayani permohonan informasi publik.

• Mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Seringkali Badan Publik tidak

menyadari ada masalah yang harus diselesaikan, atau ada kewajiban yuridis

yang perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah di kemudian

hari. Duduk bersama dengan wakil-wakil yang beragam, peluang untuk

mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya lebih besar.

• Memberikan pengetahuan dan pemahaman. Pelatihan ini juga bertujuan mem-

berikan pengetahuan mengenai perkembangan baru dalam rezim keterbukaan

informasi, sekaligus mendorong pemahaman yang sama seluruh Badan Publik.

Peserta pelatihan mendapatkan hal-hal baru dan memahami seluruh proses

yang harus ditempuh dalam rangka pengelolaan dan pelayanan informasi.

• Meningkatkan kemampuan. Buku ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan

peningkatan kapasitas yang diperlukan PPID.Selama ini pengelolaan informasi

di Badan Publik masih belum tertib dan berserakan. Hal ini menyebabkan

penyediaan data dan informasi menjadi tidak tertib dan tidak teratur, sehingga

akan menyulitkan Badan Publik atau PPID sendiri dalam melayani permintaan

informasi.

Pelatihan ini diharapkan mampu menjawab kelemahan pengolahan data,

informasi, dan dokumentasi yang dikelola oleh Badan Publik atau PPID, baik

dokumentasi dan informasi yang bersifat terbuka maupun yang dikecualikan.

Kemampuan yang diharapkan setelah pelatihan ini adalah PPID dapat

menjalankan mandat yang diberikan UU No. 14 Tahun 2008.Mereka mulai

4

menerima, mengolah informasi, menyusun SOP PPID, memberikan pertimbangan

tertulis, dan menyusun laporan permintaan informasi dari masyarakat.

Kelompok Sasaran

• PPID Utama dan PPID Pembantu. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID) adalah adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan,

pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik.

Dalam struktur organisasi yang gemuk, biasanya dikenal PPID Utama dan PPID

Pembantu. PPID dibentuk di setiap SKPD.

• Atasan PPID atau Pimpinan Badan Publik. Atasan PPID adalah pejabat yang

merupakan atasan langsung pejabat yang bersangkutan. Biasanya Atasan PPID

adalah juga pimpinan Badan Publik.

• Kelompok pendukung. Dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban

pengelolaan dan pelayanan informasi, Badan Publik membutuhkan tenaga-

tenaga profesional. Mereka adalah pegawai yang fungsi dan tugasnya secara

langsung berhubungan dengan pengelolaan informasi. Termasuk ke dalam

kelompok pendukung ini adalah arsiparis, pustakawan, kepala dan staf biro/

bagian hukum, pimpinan dan staf biro/bagian organisasi dan ketatalaksanaan,

tenaga teknologi informasi.

Isi

Sesi-1: Perkenalan dan Bina Suasana

Tujuan sesi ini adalah untuk perkenalan diantara peserta pelatihan, dengan harapan

suasana lebih cair dan mereka mengetahui latar belakang masing-masing. Peserta

kemudian diajak bina suasana yang bertujuan membangun kekompakan dan komitmen

mereka mengikuti pelatihan sampai selesai.

Sesi-2: Tata Pemerintahan yang Baik: Kegiatan versus Pelayanan

Berisi dasar-dasar filosofis, yuridis, dan sosiologis keterbukaan informasi publik. Tujuan

sesi ini adalah membuka cakrawala dan mengubah paradigma dari basis kegiatan ke

arah pelayanan.

Sesi-3: Informasi Publik versus Informasi Privat

Tujuan sesi ini adalah mendorong peserta agar bisa membedakan antara informasi

publik dan informasi pribadi dalam aktivitas mereka di Badan Publik.

5

Sesi-4: Badan Publik

Tujuan umum sesi ini adalah memberikan pemahaman utuh kepada peserta tentang

arti dan cakupan Badan Publik berdasarkan konsep keterbukaan informasi. Pelaksanaan

keterbukaan informasi bukan hanya berlaku di instansi pemerintah, tetapi juga berlaku

di lembaga-lembaga non-pemerintah yang masuk kategori Badan Publik.

Sesi-5: Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)

Tujuan sesi ini adalah memberi bekal pengetahuan dan pemahaman peserta tentang

urgensi penunjukan PPID, serta hak dan kewajiban PPID dalam pengelolaan dan

pelayanan informasi.

Sesi-6: Mengelola Informasi Terbuka

Sesi ini membahas langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan ketika mengelola

informasi terbuka. Tujuan utama sesi ini adalah mendorong peserta bisa menyusun

daftar informasi publik.

Sesi-7: Mengelola Informasi yang Dikecualikan

Tujuan sesi ini adalah membekali pengetahuan kepada peserta tentang tata cara

melakukan pengujian konsekuensi, klasifikasi informasi, dan uji kepentingan publik.

Sesi-8: Pertimbangan Tertulis

Dalam memutuskan kategorisasi suatu informasi penting bagi Badan Publik, PPID perlu

membuat pertimbangan tertulis. Tujuan sesi ini adalah membekali peserta pengetahuan

tata cara membuat pertimbangan tertulis.

Sesi-9: Mekanisme Memperoleh Informasi

Sesi ini membahas mekanisme yang harus ditempuh untuk memperoleh informasi,

standar pelayanan, dan apa saja yang harus dipersiapkan Badan Publik.Tujuan sesi ini

adalah mekanisme Badan Publik dalam memberikan pelayanan informasi terutama

terkait waktu dan pada interaksi administratif antara pemohon dan Badan Publik.

Sesi-10: Pelaporan Akses Informasi di Badan Publik

Tujuan sesi ini adalah membekali peserta mengenai pentingnya membuat pelaporan

akses informasi dan tata caranya.

6

Sesi-11: Hukum Acara Sengketa Informasi

Bagian ini menyajikan alur penyelesaian sengketa informasi mulai dari Badan Publik dan

Komisi Informasi hingga tahap kasasi di Mahkamah Agung. Tujuan sesi ini mendorong

Badan Publik mempersiapkan diri dalam menghadapi dan menangani sengketa

informasi publik.

Sesi-12: Sanksi dalam Sengketa Informasi Publik

Tujuan sesi ini adalah untuk membekali peserta mengenai tips/cara dan trik menghindari

kemungkinan diancam pidana karena tidak menjalankan tugas mengelola dan

menyediakan informasi.

Sesi-13: Penutupan

Sesi penutupan layak dijadikan bahan renungan bersama untuk melihat sejauh mana

capaian yang telah diperoleh, kesan-kesan peserta, dan harapan mereka setelah

kembali ke instansi asal. Demikian pula disampaikan juga seperti apa harapan panitia

dan fasilitator kepada seluruh peserta.

Prakondisi yang Diperlukan

Modul pelatihan ini disusun untuk digunakan di wilayah-wilayah yang memiliki

banyak perbedaan. Ada daerah yang implementasi keterbukaan informasinya lebih

maju dibanding daerah lain. Ada juga daerah yang cakupan wilayahnya lebih luas

dibandingkan yang lain, sehingga mekanisme pelayanannya lebih sulit.

Meskipun ada perbedaan-perbedaan dasar di lokasi pelatihan awal, modul ini disusun

dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi, sehingga

bisa disesuaikan dengan kondisi riil daerah lain.

Untuk daerah-daerah yang lebih maju pelaksanaan keterbukaan informasi publik,

contoh-contoh kasus riil perlu disampaikan sebagai bahan diskusi lanjutan. Sebaliknya,

di daerah yang masih memasuki tahap awal pengembangan infrastruktur keterbukaan

informasi, fokus pelatihan lebih pada pengenalan. Untuk itu, fasilitator perlu memahami

daerah di mana pelatihan ini dilaksanakan, sehingga fasilitator mampu mengembangkan

materi yang ada dalam modul.

Kualifikasi Fasilitator dan Narasumber

Fasilitator

• Percayadanmeyakinikonsepsertafilosofiyangmendasari lahirnyamodul ini,

terutama mempercayai keniscayaan keterbukaan informasi sebagai hak asasi

manusia yang harus dipenuhi.

7

• Percayapadaprosesdanteknikpartisipatifdalampelatihansebagaicarauntuk

membantu peserta memahami masalah dan mampu menjalankan tugas-tugas

pelayanan informasi dengan baik.

• Percayaadanyakebutuhanuntukmengubahperilakudanpandanganpeserta

mengenai manfaat keterbukaan informasi bagi tugas-tugas Badan Publik.

• Mampumemahamiisu-isuyangdibahasdalammodul,termasukbahanbacaan.

• Mampu bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam sesi

pelatihan.

• Berpandanganluassehinggamampumemberikancontoh-contohpembanding

yang sesuai dengan daerah tempat pelatihan.

• Menguasai peraturan perundangan, terutama yang berkaitan dengan

keterbukaan informasi dan juga termasuk peraturan perundangan yang punya

korelasi kuat dengan keterbukaan informasi.

• Memahamidanmempunyairasaingintahuyangtinggimengenaidaerahtempat

pelatihan.

Narasumber

• Mempunyaipengetahuan,pemahaman,danpengalaman tentangUUKIPdan

peraturan pelaksanaanya.

• Memilikikemampuanpresentasidanceramahdalamsuasanakomunikatifdan

partisipatif.

• Memahamiteknishukumpenyelesaiansengketainformasi.

• Menguasaipola-polaumumpengelolaandanpelayananinformasi.

• Mempunyaisemangatdanparadigmatentangketerbukaaninformasi.

Sesi - 1

PERKENALAN dan BINA SUASANA

11

Sesi - 1

PERKENALAN dan BINA SUASANA

Pengantar

Pemahaman tentang keterbukaan informasi menjadi kunci keberhasilan

pelayanan informasi semua pemangku kepentingan, terutama petugas

kunci seperti Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dan

Atasan PPID.

Pelatihan terintegrasi yang mengedepankan isu-isu sentral pelaksanaan

UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik merupakan

salah satu upaya untuk memberikan pemahaman itu. Dalam pelatihan,

penting bagi penyelenggara untuk memahami bahwa suasana cair, penuh

persaudaraan dan kebersamaan, serta sokongan penuh peserta sangat

diharapkan. Untuk itulah, perkenalan dan bina suasana menjadi awal dari

pelatihan ini.

12

Tujuan • Peserta bisa saling mengenal dan mampu membangunkebersamaan di antara mereka.

Metode • Curahpendapat

Waktu 30 menit

alat Bantu Belajar

• Guntingankertas

• Bolakecil

• Wadahuntukguntingankertas

Catatan untuk Fasilitator

• Sebelum memulai sesi ini, fasilitator sudah menuliskan namamasing-masing peserta pada guntingan kertas kecil. Nama itu nanti akan dipilih oleh peserta. Jika peserta memilih nama sendiri, maka dia diminta memilih ulang sampai terpilih nama orang lain.

• Setelahselesaisesiperkenalan,fasilitatormengantarkanpesertake dalam sesi yang disebut ‘Sahabat Rahasia’. Peserta menyimpan satu nama lain yang ia rahasiakan sampai saat penutupan pelatihan. Jika jumlah peserta ganjil, maka seorang panitia harus ikut menjadi sahabat rahasia.

• Fasilitatordapatmengembangkanmetodeperkenalanlainyangdirasakan sesuai dengan kebutuhan di tempat pelatihan.

13

Tahapan Proses

• Pembukaan(5menit).Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiinisekaligus

memperkenalkan diri dan panitia.

• Sesiperkenalan(15menit).Sesiinidilakukansecaramelingkar,berdirididepan

kelas. Untuk tahap pertama, fasilitator melempar bola ke satu orang peserta

secara acak. Peserta yang menerima bola diminta memperkenalkan diri (nama,

asal instansi, latar belakang pendidikan, hobi, dan personifikasi diri lainnya).

Selanjutnya, peserta dimaksud melempar bola secara acak ke peserta lain.

Proses ini dilanjutkan hingga semua peserta memperkenalkan diri. Sebaiknya,

nama peserta dituliskan dan ditaruh di bagian depan untuk memudahkan juga

bagi fasilitator mengingat identitas peserta.

• Sesi ‘Sahabat Rahasia’ (10 menit). Setelah selesai perkenalan, satu per satu

peserta (secara bergiliran) diminta memilih salah satu guntingan kertas berisi

nama-nama peserta. Fasilitator meminta peserta untuk merahasiakan nama yang

dipilih sampai saat penutupan pelatihan. Selama masa pelatihan, peserta harus

berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari sahabat rahasianya

tanpa ketahuan.

• Penutupan(5menit).Fasilitatormenutupacaraperkenalandanmemintapeserta

mempersiapkan diri mengikuti sesi berikutnya.

Sesi - 2

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK: KEGIATAN versus PELAYANAN

17

Sesi - 2

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK: KEGIATAN versus PELAYANAN

Pengantar

Rezim keterbukaan informasi menjadi bagian penting dan tidak bisa

dilepaskan dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Salah satu prasyarat mencapaigood governance adalah keterbukaan. Hal

ini berlaku untuk pemerintahan di tingkat pusat, daerah, dan bahkan hingga

desa.

Pemerintahan terbuka menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan

partisipatoris. Oleh karena itu, semakin terbuka suatu pemerintahan, maka

penyelenggaraannya semakin bisa dipertanggungjawabkan. Keterbukaan

dituntut bukan hanya dari induk kelembagaan (di pemerintahan pusat),

tetapi juga dari cabang-cabang kelembagaan di daerah (di pemerintahan

daerah). Penyelenggara pemerintahan di daerah dituntut untuk lebih

akuntabel dan transparan karena pada prinsipnya merekalah yang

berhadapan langsung dengan rakyatdi era otonomi daerah saat ini.

Menurut Mas Achmad Santosa (2001:22), pemerintahan terbuka

mensyaratkan adanya jaminan atas lima hak, yaitu:

a. Memantau perilaku pejabat publik dalam menjalankan peran

publiknya.

b. Memperoleh informasi.

c. Terlibat dan berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan

publik.

18

d. Kebebasan berekspresi yang antara lain diwujudkan dalam

kebebasan pers.

e. Mengajukan keberatan terhadap penolakan atas hak-hak terdahulu.

Prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik sudah dituangkan

ke dalam format kebijakan di hampir semua Badan Publik. Program dan

kegiatan Badan-Badan Publik selalu mendasarkan diri pada prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik. Di sisi lain, entitas bisnis sudah menjalankan

prinsip itu menjadi good corporate governance.

Namun, adopsi tata kelola pemerintahan yang baik dalam kebijakan

lembaga ini, belum diimbangi pelayanan publik yang baik. Transparansi

dan akuntabilitas masih sebatas kegiatan internal lembaga yang belum

sepenuhnya diimplementasikan dalam bentuk-bentuk pelayanan publik.

UU KIP justru lahir antara lain karena keinginan untuk memberikan pelayanan

yang lebih baik kepada masyarakat.

Sesi ini akanlebih fokus untuk menjelaskan argumentasi filosofis, yuridis, dan

sosilogis kehadiran UU KIP. Selain itu, akan juga menjelaskan bagaimana

upaya mendorong UU KIP agar bisa dilaksanakan dalam pelayanan publik.

19

Tujuan • Pesertamemahamiperubahanparadigma atau pemikirantentang penyelenggaraan pemerintahan dari yang semula hanya menjalankan kegiatan menjadi berbasis melayani.

• Peserta memahami keuntungan yang mereka peroleh ketikamenjalankan paradigma melayani dalam melaksanakan pekerjaannya.

• Pesertamemahamikonsepdasarpelayananpublik.

Metode • Pemutaranfilmpendek

• Curahpendapat

• Ceramah

Waktu 90 menit

alat Bantu Belajar

• Kertas

• Plano

• Spidol

• Proyektor

Media • Filmpendek

• Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

Catatan untuk Fasilitator

• Sesi ini pada prinsipnya berusaha mengakrabkan antarpesertadan peserta dengan fasilitator.

• Pengantar dan presentasi fasilitator sangat berperan dalammempengaruhi cara pandang peserta tentang pentingnya kelahiran UU KIP dan implikasinya pada pekerjaan mereka untuk melayani publik.

• Fasilitatorharussudahmempersiapkanfilm,bahanbacaan,danalat-alat yang dibutuhkan sebelum sesi dibuka.

20

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitator membuka sesi ini dan menjelaskan secara singkat tema yang

akandibahas.

Pemutaran film pendek (20 menit)

• Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuanpemutaranfilm.

• Fasilitator meminta semua peserta menyimak film secara seksama karena

kemudianakan dimintai pendapatnya.

• Filmyangdiputarberkaitandengankonsepopen government atau pemerintah

yang terbuka, reformasi birokrasi, dan pelayanan publik yang baik.

Mencatat resume film (10 menit)

• Setelah film selesai diputar, fasilitator meminta masing-masing peserta

memberikan pendapat. Seandainya jumlah peserta sangat banyak dan waktunya

tidak memungkinkan untuk meminta pendapat setiap peserta, silakan curah

pendapat dilakukan berdasarkan kelompok.

Curah pendapat (30 menit)

• Peserta diminta memberikan pendapat mengenai cerita film dikaitkan

dengan kondisi riil birokrasi dan pelayanan. Fasilitator kemudian memberi

kesempatankepada peserta satu per satu untuk mengemukakan pendapatnya.

• Pertanyaan-pertanyaankunciyangharusdijawabolehpesertaberdasarkanfilm

pendek adalah:

1. Apa pendapat peserta mengenai cerita film itu?

2. Apakah pernyataan dalam film itu mengandung kebenaran?

3. Mengapa kekhawatiran dalam film itu muncul?

4. Bagaimana seharusnya penyelenggara negara bersikap agar hal-hal yang

dikhawatirkan tidak muncul?

5. Apa yang harus diperbaiki?

• Fasilitatormencatatkanpoin-poincurahpendapatdikertasplano.

Presentasi (20 menit)

• FasilitatormenayangkandanmenjelaskansecarasingkatbahanBahanPresentasi.

Bahan Presentasi sebisa mungkin sangat relevan dengan tema yang dituangkan

21

dalam bahan bacaan.

• Fasilitatormempersilakansatuduaorangpesertamengajukanpertanyaanatau

pendapat tentang presentasi fasilitator.

Penutup (5 menit)

• Fasilitatormenutupsesidanmemintapesertauntukberistirahatsebelumlanjut

ke sesi berikutnya.

Bahan Bacaan 2.1

Fenomena Youtube dan Transparansi

Beberapa bulan memimpin Jakarta, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama

telah membuat sejumlah terobosan dalam menjalankan birokrasi pemerintahan. Salah

satunya mengunggah (upload) secara acak kegiatan rapat-rapat yangbiasanya tertutup

ke dalam jejaring sosial youtube. Wakil Gubernur DKI Jakarta yang biasa dipanggil Ahok

memulai hal baru itu sebagai bagian dari transparansi. Baginya, tidak ada yang perlu

ditutup-tutupi dalam rapat yang membahas masalah rakyat. Apalagi kalau membahas

anggaran yang sebagian besar diperoleh dari pajak rakyat.

Rapat yang dipimpin Ahok kini bisa diakses oleh siapa saja melalui youtube. Rapat

dengan Dinas Pekerjaan Umum misalnya. Penonton video berdurasi 45,59 menit itu terus

bertambah. Hingga pukul 19.41 WIB pada 16 November 2012, penontonnya sudah

lebih dari satu juta orang. Demikian pula rapat dengan Dinas Pendidikan. Sebagian besar

penonton memuji diunggahnya rapat pejabat dengan jajarannya ke media sosial, dan

hanya sebagian kecil yang menilai negatif. Kepala Bagian Humas Pemprov DKI Jakarta,

Eko Hariadi, mengatakan video rapat sengaja diunggah ke youtube agar masyarakat luas

tahu seperti apa sebenarnya rapat yang terjadi. Ini juga bagian dari upaya memberikan

informasi mengenai kinerja Pemprov DKI ke masyarakat.1

Mengunggah rapat ke dalam youtube adalah bagian dari transparansi. Beberapa pemda

sudah memanfaatkan jejaring sosial untuk menyampaikan beragam informasi kepada

masyarakat. Tetapi masih sedikit yang menggunggah rapat ke dalam youtube karena

pemikiran bahwa proses rapat adalah informasi tertutup. Ahok sudah membuktikan

sebaliknya, dan berpendapat membuka proses rapat justru menghindari kongkalikong

dan pembicaraan ‘di bawah meja’.

Memanfaatkan jejaring sosial untuk menyebarkan informasi bukanlah sesuatu yang salah.

Pasal 28 F UUD 1945 menegaskan pemenuhan hak atas informasi itu bisa dilakukan

dengan semua saluran yang tersedia. Senada dengan hal itu, pasal 7 ayat (6) UU KIP

1Kompas, (edisi cetak)17 November 2012, hal. 26.

22

menyebutkan Badan Publik dapat memanfaatkan sarana atau media elektronik dan non-

elektronik dalam menjalankan tugas transparansi dan akuntabilitas.

Bahan Bacaan 2.2

Empat Persepsi Keliru tentang Keterbukaan Informasi

Persepsi-1: Keterbukaan mendorong akulturasi negatif yang merugikan masyarakat.

Argumentasi:

• AksesinformasisangatderasdariluarmelaluimediaTVdaninternet,terutamajejaringsosial. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak guncangan dan perubahan nilai-nilaibudayaIndonesiayangsantun.

Klarifikasi:

• UU KIP tidak dimaksudkan untukmeletakkan kewajiban pengelola sumberdaya publikuntuk membuka akses informasi sebagai bagian dari akuntabilitas publik dan kontrolmasyarakat.UUKIPtidakbertujuanmengesahkaninformasi-informasiyangbertentangandengannilai-nilai kesusilaandanmoralitas yangberasaldarimedia elektronik. Aparatpenegak hukum tetap dapat menggunakan hukum pidana (KUHP, UU ITE, dan UUPemberantasanTindakPidanaPornografi).

Persepsi-2: Keterbukaan mengancam kedaulatan bangsa dan negara.

Argumentasi:

• Informasi-informasipentingdanstrategisterutamamengenaipertahanandankeamanan,sumber daya alam, dan kebijakan politik luar negeri kalau dibuka dapat mengancamkedaulatannegara.

Klarifikasi:

• Indonesiatidakmungkinmenghindardariglobalisasi.

• UUKIPjustrumengenaldanmengaturpengecualianinformasi(exemption)dankerahasiaaninformasi(secrecy),termasukmisalnyakategoriinformasiyangmembahayakanpertahanandankeamanannegara.

Persepsi-3: Keterbukaan menyuburkan suasana ketidakamanan.

Argumentasi:

• Keterbukaan informasi dapatmenyuburkankonflik-konflikhorizontal danvertikal yangbersifatkekerasansehinggamengganggustabilitassosialdankeamanan.

23

• Keterbukaan informasi bisa menimbulkan gesekan antarkelompok dalam masyarakatkarenamunculnyapernyataan-pernyataanrasialdanmerendahkankelompoklain.

Klarifikasi:

• Salah satu sumberkonflikkekerasanadalahkesenjangan sosial danekonomi,misalnyaketidakadilan dalam pembagian hasil sumber daya alam antara pemerintah pusat dandaerahpenghasil.Manajemenpemerintahanyangtertutupjustrumembuatmudahsalingcuriga dan ketidakjelasan mekanisme penyelesaian konflik berpotensi menjadi sumberkonflikbaru.

• UUKIPjustrumendorongsemuaBadanPublikuntukmembuatpertimbangantertulisatassuatukebijakandaninibisadiaksespublik.

Persepsi-4: Keterbukaan dapat menghambat penegakan hukum.

Argumentasi:

• Proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana terhambat dan terganggu jikaketerbukaandiberlakukan,misalnyaakanmengalamikesulitanmengejarpelakulainjikadibukainformasinyasejakawal.

Klarifikasi:

• Keterbukaanjustrubisadimanfaatkanuntukmembantuupayapenegakanhukum,sepertimenemukan korban penculikan, menemukan pelaku kejahatan, dan mengurai moduskejahatan.

• Keterbukaan bisa mengurangi stigma negatif masyarakat terhadap aparat penegakhukum,bahwamerekamempermainkankasusdemikepentinganpribadidankelompok.Keterbukaanmemberiruangpengawasanterhadapperilakumenyimpangaparat.

Bahan Bacaan 2.3

Reinventing Government (Menciptakan Kembali Pemerintah)

Salah satu gagasan yang dikembangkan dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik adalah konsep reinventing government. Konsep

ini dicetuskan dan dikembangkan pertama kali oleh David Osborne dan Ted Gaebler.

Mereka terpengaruh pandangan Peter Drucker tentang kebangkrutan pemerintahan

birokratis.

Osborne dan Gaebler berpendapat, untuk menggantikan sistem birokrasi dengan sistem

entrepreneurial (kewirausahaan), perlu diciptakan organisasi dan sistem pemerintahan

yang kaya inovasi dan terus memperbaiki kualitasnya. Reinvention membuat pemerintah

siap untuk menghadapi tantangan yang belum dapat diantisipasi. Reinventing

Sesi-2 : Tata Pemerintahan yang Baik: Kegiatan versus Pelayanan

24

menciptakan organisasi yang mampu memperbaiki efektivitas dalam setiap lingkungan

yang berubah.2

Untuk menciptakan pemerintahan yang berkarakter baru reinvention, Osborne dan

Gaebler menawarkan 10 prinsip, yaitu:

1. Pemerintahan katalis, dalam arti lebih mengarahkan daripada mengayuh.

2. Pemerintahanharus sungguh-sungguh menjadi milik rakyat. Aparat pemerintah

menjadi katalisator dalam menyadarkan masyarakat untuk menyadarkan

mereka sendiri.

3. Pemerintahan yang kompetitif, dalam arti menyuntikkan persaingan ke dalam

pelayanan.

4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, mengubah organisasi yang digerakkan

oleh peraturan.

5. Pemerintahan yang berorientasi hasil: membiayai hasil, bukan masukan.

6. Pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan,

bukan kebutuhan birokrasi.

7. Pemerintahan wirausaha:menghasilkan ketimbang membelanjakan.

8. Pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati.

9. Pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja.

10. Pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui pasar.

Dengan menggunakan 10 prinsip Osborne dan Gaebler, pemerintahan daerah manapun

bisa melakukan cek ulang tentang kegiatan, program, dan pelayanan yang diberikan.

Kesepuluh prinsip itu pada akhirnya memunculkan nilai akhir yang harus diperiksa,

yaitu: kemampuan menciptakan cara berpikir dan bertindak yang baru bagi setiap

penyelenggara pemerintahan. Inilah yang melahirkan penyelenggara pemerintahan

yang terus berinovasi, bukan menyandarkan diri semata pada birokrasi.

Boks Bahan Bacaan 2.3

Kepala Daerah Pelayan Masyarakat

WaliKotaYogyakarta2001-2011,H. HerryZudianto,merupakan salah satu contohkepala

daerah yang dianggap berhasil melakukan inovasi-inovasi seperti disinggung Osborne dan

Gaebler.SelamamenjabatbanyakkebijakanHerryyangmendapatpengakuandanpenghargaan.

Adasekitar100penghargaanyangdiaterimaselamaduaperiodemenjabat.

2David Osborne dan Ted Gaebler. Mewirausahakan Birokrasi. Penerjemah Abdul Rosyid. Jakarta: Binaman Pressindo, 1995.

25

Untukmengurangihambatanbirokratis,HerrylebihmenyebutdirinyasebagaiKepalaPelayan

MasyarakatYogyakartaketimbangwalikota.Iamengakusangatsenangmelayanimasyarakat.

Melayanimasyarakatbisamemberikeuntunganpribadi,karenaberartimerasakanbagaimana

dipercaya, mendengar, sensitif terhadap keluhan, dan mengerti apa yang diharapkan oleh

wargamasyarakat. Semakin banyakmendengarmasyarakat semakin banyak inovasi yang

bisadihasilkan.

Salah satu inovasi yang dikembangkan dari hasil mendengar langsung suara masyarakat

adalahpembangunanTamanPintar.PembangunanTamanPintarbukansajamemperlancar

aruslalulintasdisekitarMalioboro,tetapijugamemungkinkanTamanitumenjadisalahsatu

tujuanwisatakarenadibanguntakjauhdarilokasiwisatautamadiYogyakarta.

Herry menyadari peran masyarakat sangat menentukan keberhasilannya memimpin

Yogyakarta.Untukberinteraksidenganmasyarakatiajugamenyediakanwaktukhususdalam

program‘WaliKotaMenyapa’,berupadialoginteraktifdenganwargadiempatradiolokal.

Ada banyak contoh kepala daerah yang menjadikan pelayanan masyarakat sebagai basis

kepemimpinanmerekasehinggamendapatkanpenghargaan.Salahsatucirikhaspemimpin

yangdemikianadalahketerbukaanbirokrasiyangdipimpinnya.

Dinukil dari: Kardi, SH, et all., H. Herry Zudianto, Wagiman (Wali Kota Gila Taman)

Kepala Pelayan Masyarakat Yogya 2001-2011), diterbitkan Pohon Cahaya,

Desember 2011.

Bahan Bacaan 2.4

Pengadaan Barang/Jasa

Salah satu sektor yang menjadi objek pengembangan dan penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik adalah pengadaan barang/jasa. Kongkalikong dalam

pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintahan telah menjadi ‘penyakit’ birokrasi

selama puluhan tahun. Hal ini telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Akses

masyarakat menjadi terhambat karena persaingan yang tidak sehat.

Dalam rangka itulah pemerintah mengembangkan Layanan Pengadaan Barang/

Jasa Secara Elektronik (LPSE) sebagai wujud pelayanan publik. Sebagai bagian dari

pelayanan publik, pengadaan barang/jasa dituntut berlangsung secara transparan,

terbuka, akuntabel, dan tidak diskriminatif. Layanan ini juga mengandalkan kecepatan,

murah, efisien, dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi.

Definisi

• Pengadaanbarang/jasapemerintahadalahkegiatanuntukmemperolehbarang/

26

jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/

D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

• LPSEadalahunitkerjaK/L/D/Iyangdibentukuntukmenyelenggarakansistem

pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik.

Tujuan

Agar pelaksanaan pengadaanbarang/jasa dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan

bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

Dasar hukum

Dasar hukum pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah sudah berkali-

kali berganti. Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dibuat untuk menggantikan Keppres

No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi

Pemerintah. Keppres No. 80 Tahun 2003 bahkan sampai mengalami perubahan sampai

tujuh kali.

Terakhir, muncul Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pakta integritas

• SetiapPejabatPembuatKomitmen(PPK)ataupimpinanpengadaanbarang/jasa

wajib menandatangani Pakta Integritas;

• Pakta Integritasadalahsuratpernyataanyangberisi ikraruntukmencegahdan

tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam pengadaan barang/jasa.

LKPP

• LembagaKebijakanPengadaanBarangdanJasaPemerintah.

• DibentukberdasarkanPerpresNo.106Tahun2007tentangLembagaKebijakan

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.

• FungsiLKPPadalah:

a. Menyusun kebijakan, regulasi, norma, standar, prosedur, manual dalam

bidang pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk pengadaan badan

usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha.

b. Menyusun strategi, kebijakan, rencana, program pembinaan SDM serta

sistem pengujian kompetensi profesi di bidang pengadaan barang/jasa

27

pemerintah.

c. Memberikan bimbingan teknis, advokasi, pendapat, rekomendasi dan

tindakan koreksi, bantuan, nasehat, pendapat hukum dan kesaksian ahli

terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.

d. Menyusun kebijakan dan sistem pemantauan, penilaian dan evaluasi

pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah, melakukan

koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengembangan sistem electronic

procurement.

• LKPP diberikan akses informasi terhadap pengadaan barang/jasa secara

elektronik di semua instansi pemerintah, termasuk pemerintahan daerah.

Boks Bahan Bacaan 2.4

LPSE Jabar Hasilkan Efisiensi Rp1,6 Triliun

Bandung, Kompas –Pemerintah Provinsi Jawa Barat mewajibkan dinas dan lembaga dilingkungannya menggunakan Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik. Sejaklayanan ini diterapkan hingga Oktober 2012, terbuktimenghasilkan efisiensi Rp1,6 triliunmelalui11.000transaksi.AdapunnilaiAPBDJabartahun2011/2012sekitarRp12triliun.

HalituditegaskanKepalaBalaiLayananPengadaanBarang/JasaSecaraElektronik(LPSE)JawaBaratIkaMardiahdiBandung,Rabu(31/10).PemprovJabarjugamengajakbupati/walikota,instansivertikaldanBUMD,sertaperguruantinggimenggunakanLPSE.Electronic procurement (e-proc) inimerupakanpengadaanbarang/jasadenganteknologi informasidankomunikasiberbasiswebsehinggadapatdiaksespenyediabarang/jasamelaluiinternet.

GubernurJabarAhmadHeryawanmenjelaskan,penggunaane-procmemungkinkanpenyediadimanapununtukikutdalamtenderyangdilakukanpemerintah.Halitumerupakanwujudketerbukaan dan akuntabilitas dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang selama inidisinyalirberbaukorupsi,kolusi,dannepotisme(KKN). “LPSEJabarmerupakanbagiandariupayareformasibirokrasimenujupemerintahanyangbersihdanbebasKKN,”ujarnya.

Sejak2009,atausetahunsetelahmenjabatgubernurJabar,Heryawanmenetapkankebijakanpenerapane-procdalampengadaanbarang/jasa.Dukunganyangkuatdalampenerapane-procmenjadikanBalaiLPSEProvinsiJawaBaratsebagaiyangterbesardiIndonesia,baikdarisisipenggunamaupuntransaksi.“Sudah100instansimenggunakannyamelalui17.000penyedialayanan,”kataIkaMardiah.

LPSEJabarterusmeningkatkaninfrastrukturteknologiinformasidankomunikasi,saranadanprasarana,sertakemampuanSDMpengelola.DidukungISO9001:2008.

28

Menurut Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) AgusSuhardjo, pihaknyamenyediakanwhistleblowing system (WBS)melalui situs www.lkpp.go.id untukmenekanpenyelewenganataupunKKNdalampengadaanbarangdanjasapemerintah.

“KamimencontohKPKyangterbuktiberhasildalammenyediakanpengadaanmelaluiwebsite,”jelasAgus.

Sumber: Kompas (edisi cetak), Kamis 1 November 2012, hal. 21

Bahan Presentasi

Tujuan UU KIP

Jaminan Perlindungan

• UU KIP memberi jaminan yuridis bahwa setiap warga negara Indonesia

berhak mengetahui:

1. Rencana pembuatan kebijakan publik.

2. Proses pembuatan kebijakan publik.

3. Proses pengambilan keputusan publik.

4. Alasan pengambilan keputusan publik.

Mendorong Partisipasi

UU KIP mendorong agar masyarakat di semua tingkatan berpartisipasi dalam

pengambilan kebijakan publik.

Menaikkan Peran Aktif (Tingkat Partisipasi)

UU KIP diharapkan meningkatkan atau menaikkan tingkat partisipasi masyarakat,

terutama dalam dua hal, yaitu:

1. Pengambilan kebijakan publik.

2. Pengelolaan Badan Publik yang baik.

Mewujudkan Akuntabilitas

UU KIP berusaha mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, transparan,

efektif dan efisien, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Memberi Tahu Alasan Kebijakan

Melalui UU KIP, kita dapat mengetahui alasan pilihan suatu kebijakan publik yang

menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti pelayanan air, pertanahan, dan

sumber daya alam.

29

Pengembangan Pengetahuan

Masyarakat dan Badan Publik dapat mengembangkan pengetahuan mengenai

banyak hal, setelah memperoleh informasi baik yang langsung disediakan maupun

melalui mekanisme perolehan informasi publik.

Meningkatkan Kualitas Pelayanan

UU KIP memuat hak dan kewajiban Badan Publik, sehingga mereka terdorong terus

meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas informasi.

Sesi - 3

INFORMASI PUBLIK versus INFORMASI PRIVAT

33

Sesi - 3

INFORMASI PUBLIK versus INFORMASI PRIVAT

Pengantar

Selama pemerintahan orde baru berkembang pemikiran bahwa semua

informasi tertutup kecuali yang dinyatakan terbuka. Kemudian lahir era

reformasi yang membalikkan paradigma tadi, yakni menjadi semua

informasi bersifat terbuka kecuali yang dinyatakan tertutup. Perubahan

paradigma itu tampak jelas dari sejumlah perundang-undangan yang lahir

sejak era reformasi.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Program Pembangunan

Nasional secara eksplisit mengamanatkan penyusunan Undang-Undang

tentang kebebasan dan transparansi informasi. Setelah itu, terbit cukup

banyak peraturan yang menganut prinsip-prinsip transparansi dan

akuntabilitas.

Puncaknya adalah ketika lahir Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik. UU KIP ini memberikan pengakuan dan

jaminan atas mekanisme dan kepastian akses informasi. Jaminan ini penting

untuk mendorong penyelenggara Badan Publik bersikap profesional

dan beritikad baik memberikan informasi kepada masyarakat yang

membutuhkan.1

Secara umum, informasi dapat dibedakan atas: informasi privat dan informasi

publik. Karakteristik utama informasi privat adalah tidak boleh diakses dan

digunakan orang lain kecuali diizinkan oleh si pemilik. Sebaliknya, informasi

2Koalisi untuk Kebebasan Informasi. Melawan Ketertutupan Informasi Menuju Pemerintahan Terbuka. Jakarta: Koalisi untuk Kebebasan Informasi, 2003, hal. 27.

34

publik bisa diakses dan dipergunakan semua orang kecuali segelintir orang

yang dilarang. Kedua-duanya mengenal pelarangan akses, meskipun

berbeda tujuan. Pada informasi privat, pelarangan akses dimaksudkan untuk

melindungi hak-hak pribadi dan personal pemilik informasi. Sebaliknya,

pada informasi publik, pelarangan akses dimaksudkan untuk melindungi

kepentingan bersama.

UU KIP menggunakan sebutan informasi publik dan informasi yang

dikecualikan. Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,

dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang

berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau

penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya sesuai UU KIP

serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi

publik meliputi semua informasi yang wajib disediakan dan diumumkan,

yang terdiri dari:

a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.

b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta.

c. Informasi yang wajib tersedia setiap saat.

Jumlah informasi rahasia lebih sedikit dibanding informasi publik. Bahkan

informasi privat bisa berubah menjadi informasi publik jika terpenuhi kondisi

tertentu. Pertama, ada persetujuan dari yang bersangkutan. Misalnya,

membuka catatan medis seseorang artis yang sedang sakit dimungkinkan

jika si artis memberi izin. Kedua, jika berkaitan dengan jabatan publik. Bahkan

dalam beberapa peraturan sebelum menjadi pejabat publik (masih dalam

tahap seleksi), sejumlah informasi privat terungkap ke publik sehingga sifat

kerahasiaan informasi privat itu cenderung hilang.

35

Tujuan • Pesertamemahamimaknainformasipublikdaninformasiprivat.

• Peserta mampu menjelaskan perbedaan informasi publik daninformasi privat di lingkungan kerja mereka.

• Peserta memahami perlakuan yang harus dilakukan terhadapinformasi publik dan informasi privat.

Metode • Ceramah

• Studikasus(casestudy)

Waktu 100 menit

alat Bantu Belajar

• Kertas

• Plano

• Spidol

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

Catatan untuk Fasilitator

• Fasilitator diharapkan membangun suasana rileks dalammembuka presentasi di sesi ini. Kemudian mengajak peserta untuk menjawab pertanyaan: Apa pandangan Anda terhadap informasi daftar gaji pegawai? Apakah informasi itu boleh diketahui orang lain?

• Fasilitator harus sudah menyiapkan contoh kasus yang sesuaidengan konteks lokasi/daerah pelatihan. Fasilitator diharapkan memberikan contoh kasus yang dekat dengan warga atau meminta peserta menceritakan langsung kasus yang mereka hadapi untuk kemudian dibahas bersama. Salah satu kasus yang bisa dibahas adalah penerimaan pegawai negeri sipil.

• Fasilitatormembagipesertakedalamempatkelompok.

• Agar pembahasan tidak melebar terlalu jauh, fasilitatormemberikan contoh konkret berupa daftar gaji pegawai dan formulir isian identitas diri.

36

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormemulaisesidenganme-reviewataumengulangkembalimateriyang

telah dibahas di sesi-1 secara singkat, lalu menjelaskan maksud dan tujuan sesi-2

ini.

• Fasilitatormemintasatuatauduapesertamenyampaikanulasanmateridarisesi-

1dan harapan mereka untuk sesi berikutnya.

Presentasi (15 menit)

• Fasilitator mempresentasikan perubahan paradigma dari ketertutupan

informasi ke rezim keterbukaan informasi beserta implikasinya sesuai amanat

UU KIP. Termasuk di dalamnya asas-asas keterbukaan informasi yang kini mulai

diterapkan, dan dampak positif pelaksanaan UU KIP bagi pelayanan publik.

• Fasilitatormengulasdanmenjelaskansekilasjenis-jenisinformasiyangdikenal

dalam UU KIP.

• Salah satu contoh yangbisa disinggung fasilitator adalah keterbukaan sistem

penerimaan pegawai negeri sipil.

Curah pendapat (30 menit)

• Fasilitator meminta satu atau dua orang peserta untuk menjelaskan sistem

penerimaan CPNS di daerah itu: Apakah sudah ada perubahan sekarang? Apa

bentuk perubahannya? Apakah lebih terbuka? Sejak kapan?

• Fasilitatormeminta satuatauduapesertamenceritakanbidangapasajayang

paling berubah di daerah itu dalam hal penyediaan informasi dan apa saja alasan

di balik perubahan itu.

• Fasilitatormemilihtemayangsesuaidengandaerahyangbersangkutan.

Presentasi (15 menit)

• Fasilitatormemberikanpresentasiatauceramahmengenaiinformasiprivatdan

informasi publik yang ada dalam suatu Badan Publik. (Catatan: peserta sudah

dibagi ke dalam kelompok)

• Selanjutnya,fasilitatormemintasetiapkelompokmenuliskandiataskertasapa

saja informasi privat dan informasi publik di tempat kerja mereka.

Curah pendapat (30 menit)

• Fasilitatormemintapesertamenjelaskanapayangsudahditulisdikertasplano.

37

• Dalam beberapa hal, fasilitator dapat menyela dan mengajukan pertanyaan

tentang argumentasi peserta.

• Fasilitatormencatatdikertasplano,informasiyangolehsebagianbesarpeserta

dianggap sebagai informasi privatdan informasi publik.

Penutup (5 menit)

• Fasilitator memberikan tanggapan umum atas curah pendapat peserta dan

menutup sesi dengan mengingatkan pentingnya sesi berikutnya.

Bahan Bacaan 3.1

Membuka Kebijakan Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang selama puluhan tahun menjadi teka-teki bagi sebagian

anggota masyarakat.Apasaja yang akan dibangun di wilayah selatan kota, atau dimana

rencana lokasi lapangan terbang dibuka, seolah berada di ruang tertutup yang diselimuti

jendela-jendela tebal. Hanya segelintir orang yang tahu informasi tentang penataan

ruang, sehingga membuka celah penyimpangan.

Akibatnya, seringkali terjadi perubahan fungsi lahan atau ruang tanpa diketahui

masyarakat sekitar. Misalnya, stadion diubah menjadi mal. Ombudsman Republik

Indonesia, hingga Oktober 2012, telah menerima tidak kurang dari 62 pengaduan

masyarakat terkait kebijakan penataan ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

menjadi dokumen penting dalam rangka penataan ruang yang harus dibuka. Penataan

ruang adalah suatu sistem yang meliputi:

a. Perencanaan tata ruang.

b. Pemanfaatan ruang.

c. Pengendalian pemanfaatan ruang.

Kini, kebijakan penataan ruang yang tertutup tidak bisa dipertahankan lagi. Kebijakan

penataan ruang harus bisa diakses publik. Pasal 1 huruf e Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memuat prinsip keterbukaan sebagai salah satu

pegangan bagi pejabat pemerintah. Prinsip ini mengandung arti bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat

untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.

Pemerintah pusat dan daerah juga dibebani kewajiban yuridis untuk membuka ‘jendela’

informasi tentang tata ruang. Kewajiban itu dibarengi dengan hak masyarakat menga-

jukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan

pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

38

Selain mengajukan gugatan ganti rugi, masyarakat mempunyai hak lain dalam kebijakan

penataan ruang, yaitu:

a. Mengetahui rencana tata ruang.

b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang.

c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya

e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.

Kewajiban Menyebarkan Informasi Tata RuangPem. Pusat Pem. Provinsi Pem. Kab/Kota

• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan: (1) Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional; (ii) Arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan (iii) Pedoman bidang penataan ruang.

• Menetapkanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang.

• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan: (i) Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi; (ii) Arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan (iii) Petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.

• Melaksanakanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang.

• Menyebarluaskaninformasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

• Melaksanakanstandarpelayanan minimal bidang penataan ruang

Infrastruktur jalan sebagai salah satu sarana vital penghubung antardaerah juga bukan

sesuatu yang perlu dirahasiakan. Penyelenggaraan jalan, sesuai amanat Undang-Undang

No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan bisa diketahui oleh masyarakat, dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan penyelenggaraannya. Pasal 63 UUini secara tegas memuat hak

masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan.

39

Boks Bahan Bacaan 3.1

Ahok Undang LSM dan Akademisi Bahas RDTR

Rencanatataruangharusdibukaagarwargabisamengetahuidanmemberimasukan.

WakilGubernurDKIJakartaBasukiTjahajaPurnama(Ahok)mengundangsejumlahakademisidananggotaLSMkeBalaiKotauntukmembahasRencanaDetailTataRuang(RDTR)Jakarta,Rabu (31/10) hari ini. Dalam pertemuan ini, Ahok didampingi sejumlah pejabat DKI, diantaranyaKepalaDinasTataRuangAgusSubardono.

Dalampertemuanitu,akademisidanLSMmendesakPemdaDKIagarmembukaruangselebar-lebarnyabagiaspirasiwargadalampembahasanRDTRJakarta.

Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan, RDTR harustransparan agar masyarakat mengetahui secara pasti peruntukan wilayah dan ruang diJakarta.”RDTRharusdibuka,tidakbolehadayangditutup-tutupikarenainiuntukkepentinganmasyarakat.Harusdisosialisasikandaritingkatkelurahanhinggapalingatas,”kataYayat.

Jika RDTR diketahui oleh publik secara terbuka,warga dapat ikutmengawasi pelaksanaantata ruang, sehingga penyalahgunaan peruntukan untuk tujuan komersil misalnya, dapatdikurangi.

”Intinya,”kataYayat,“sepertiyangdisampaikanwagub,tidakadalagiruangdiJakartayangdimilikiolehsekelompoktertentuatauorangperorang.Inimilikmasyarakatdansemuanyadiberikankesempatan.“

SementaraituKepalaDinasTataRuangDKIJakartaAgusSubardonomengatakan,pemerintahDKImenyambutmasukandari semuapihakuntukpembahasanRDTRyangnantinya akanmenjadiprodukhukumperaturandaerahyangmengikatmasyarakat.

”Kitainginmemperbaikiyangkemarindianggapsangatkurang.Makanyajangkauankitaakansampaikekelurahan.Tidakhanyadenganmenyebarkandokumen, tapi jugamelaluimediamassadanduniamayaagarjangkauannyalebihjauh,”ujarnya.

PemdaDKIsemulamenargetkanakanmengesahkanRaperdaRDTR,sebagaikelanjutandariPerdaRTRW,akhirtahun2012ini.Namun,pihakeksekutifmenarikkembalidokumenRDTRdari DPRD DKI untuk direvisi, disesuaikan dengan program kerja Gubernur JokoWidodo-Basukilimatahunkedepan.

PemerintahDKImenyiapkansosialisasiRDTRlewatsitushttp://sosialisasirdtrdkijakarta.com.Selainmelihatrencanaperuntukan,wargajugabisaikutmemberikanmasukanmelaluisitustersebut.

Sumber: www. beritasatu. com, dipublikasikan 31 Oktober 2012, pukul 16. 27 WIB. Desember 2011.

40

Bahan Bacaan 3.2

Penerimaan CPNS di Indonesia

Salah satu program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pemberdayaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah penataan ulang sistem penerimaan

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Untuk melakukan seleksi, kementerian telah

menggandeng sepuluh perguruan tinggi negeri di Tanah Air. Kerjasama dengan pihak

ketiga ini dimaksudkan antara lain untuk menghindari kolusi, korupsi, dan nepotisme,

sekaligus membuat parameter atau standar kelulusan yang jelas sesuai kebutuhan riil

formasi kepegawaian.

Sistem pengadaan PNS terus dikembangkan. Tahapan-tahapan yang diperbaiki meliputi:

(a) perencanaan, (b) pengumuman, (c) persyaratan, (d) pelamaran, (e) penyaringan, dan

(f) pengangkatan. Perencanaan meliputi analisis kebutuhan tenaga pegawai berdasarkan

formasi yang tersedia, baik sesuai keahlian maupun kebutuhan riil organisasi.

Pengumuman penerimaan CPNS, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 98 Tahun 2000

tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipildan diubah dengan PP No. 11 Tahun 2002

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan

Pegawai Negeri Sipil, memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat.

Sistem penerimaan melalui elektronik bisa menekan komunikasi peserta dan panitia

pengadaan yang mengarah pada penyimpangan. Dalam ujian pun, peserta tinggal

mengisi Lembar Jawaban Komputer (LJK) yang hasilnya bisa diperoleh dalam waktu

singkat. Perubahan-perubahan pada sistem penerimaan CPNS telah dituangkan lebih

teknis ke dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 9 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.

Boks Bahan Bacaan 3.2

Mayoritas CPNS Gagal Tes Kepribadian

Jakarta—KementerianPendayagunaanAparaturNegaradanReformasiBirokrasi (KemenpandanRB)menyatakanmayoritascalonpegawainegerisipil(CPNS)taklolosteskepribadian.

Dari44.216calonyanglolospassing grade,hanya9.821yanglolosteskepribadian.Menpandan RB Azwar Abubakar mengatakan dari 166.080 peserta tes kompetensi dasar (TKD)hanya 44.216 peserta atau 28,9 persen yang lolos passing grade (ambang batas). Namunjumlah itu tidak otomatis memenuhi seluruh formasi yang telah ditetapkan sebanyak11.669 CPNS. “Hanya terpenuhi 9.821 orang atau sekitar 84,2persen. Sebanyak 1.848formasi yang telah ditetapkan tidak terpenuhi,” ungkapnya di Jakarta, Jum’at (19/10).

41

Diamengungkapkan,nilaitinggibelumtentululusTKDCPNS2012,sebabdalampenentuanpassing grade kelulusan, ada tiga kelompok soal yang harus dipenuhi. Ketiga kelompok ituadalah karakteristik pribadi, inteligensia umum, danwawasan kebangsaan.Dari ketiganya,karakteristikpribadimerupakanfaktorpalingmenentukandanhalinilahyangmenyebabkanbanyakpesertadinyatakantidaklolos.

Menurutdia,denganpenerapansistemambangbataskelulusanuntukpertamakalinyadalamsejarah,banyakpelajaranyangbisadipetik.Masihbanyakpihakyangbelumpaham,meskipmetodeinimiripsistemrapordisekolah.Sebagaicontoh,adasiswayangnilaikumulatifnyatinggi,tetapitidaknaikkelaskarenanilaimatapelajaranagamamerah.

“AdapesertadarikelompokSMAyangmengadunilainya59,tetapitaklulus.Padahaltemannyayang nilainya hanya 36 justru lulus. Setelah ditelusuri, yang nilainya 36 setelah diperincikarakteristikpribadinya25,inteligensiaumum6,danwawasankebangsaan5.Adapunyangnilainya59ternyatakarakteristikpribadi19,inteligensiaumum20,danwawasankebangsaan20,”ungkapnya.

Diamenambahkan,pelamaruntukinstansipusatsebanyak148.259,yangmengikutiteshanya121.005 orang.Merekamemperebutkan 9.034 kursi CPNS di 20 instansi. Dari jumlah ituterdapat6.947LembarJawabanKomputeryangtidakvalid.Adapunpesertayangmemenuhipassing gradesebanyak32.744orangatau28,70persen.Namunformasiyangterpenuhihanya8.053atau86,60persen,sehinggasebanyak1.251formasitidakterpenuhi.

Untuk 21 pemerintah daerah, formasi yang ditawarkan sebanyak 2.365 orang, tetapi yangterpenuhihanya1.768atau74,80persen.“Ada59formasiyangtidakterpenuhi,”katanya.

Tercatatsebanyak54.207orangmengajukanlamaranuntukmenjadiCPNSdi21pemerintahdaerah.Darijumlahituhanya45.075yangmengikutitestertulis.Sayangnya,ada6.030LJKyangtidakvalid.

Wakil Ketua Komisi II DPR Abdul Hakam Naja mengapresiasi sistem seleksi CPNS yangmelibatkan konsorsium 10 perguruan tinggi negeri. Melalui sistem ini, untuk pertamakalinya CPNS memiliki standar kompetensi dasar atau umum. Meskipun demikian, Najameminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengevaluasi para rektor yang tergabungdalamkonsorsiumkarena banyak anggotaKomisi yangmempertanyakan transparansi danakuntabilitasmereka.

Sumber: harian Seputar Indonesia, edisi Minggu 21 Oktober 2012, hal. 3.

Bahan Bacaan 3.3 (Studi Kasus)

Kasus Sengketa Penerimaan CPNS di Medan

Penerimaan CPNS di jajaran Pemerintah Kota Medan, Sumatera Utara, untuk Tahun

Anggaran 2010 telah menimbulkan persoalan. Sejumlah peserta yang dinyatakan tidak

42

lulus ingin memperjelas sebab-sebab ketidaklulusan mereka. Persoalan menjadi rumit

karena ada perbedaan nama yang lulus melalui situs resmi panitia dengan pengumuman

melalui media cetak. Ada beberapa nama yang tercantum di website hilang dari

pengumuman versi cetak.

Sebanyak 17 orang peserta memberikan kuasa kepada LBH Medan. Pada Januari 20122,

mereka meminta:

a. Panitia (Pemko Medan dan USU Medan) mengumumkan secara terbuka nomor,

nilai, dan ranking seluruh peserta ujian;

b. LJK dan kunci jawaban soal ujian untuk perbandingan dengan nilai yang

diperoleh ke-17 peserta.

USU menolak memenuhi permintaan itu dengan dalih informasi yang diminta adalah

informasi yang dikecualikan. Hasil ujian penerimaan CPNS memuat informasi mengenai

kapasitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang. Informasi jenis ini

dilarang dibuka berdasarkan pasal 17 butir 4 UU KIP. USU juga berdalih ada perjanjian

dengan Pemkot Medan yang menegaskan seluruh hasil ujian akan diserahkan kepada

Pemkot, sehingga Pemkot yang menentukan dan mengumumkan kelulusan.

Kasus ini akhirnya masuk ke sidang ajudikasi Komisi Informasi Pusat. Pertanyaan dasar

yang muncul dalam persidangan adalah:

a. Apakah sebagian atau seluruh informasi yang diminta adalah informasi yang

dikecualikan? Informasi apa saja yang bersifat terbuka dan mana yang privat?

b. Apakah ada kewajiban mengumumkan informasi yang diminta pemohon?

c. Siapa yang punya kewajiban memberikan informasi publik kepada pemohon?

Dalam putusan yang dibacakan 22 Juli 2011, Komisi Informasi Pusat memutuskan bahwa:

a. Nomor ujian peserta seleksi CPNS Kota Medan yang diterima pada masing-

masing formasi yang diikuti ke-17 pemohon adalah informasi yang bersifat

rahasia.

b. Daftar ranking dan nilai peserta seleksi adalah informasi yang terbuka.

c. Salinan LJK yang telah dihitamkan atau dikaburkan pada bagian identitas

peserta adalah informasi terbuka.

d. Salinan kunci jawaban dan naskah soal ujian pada masing-masing formasi

adalah informasi terbuka.

43

Bahan Presentasi

Asas-Asas Keterbukaan Informasi

Asas-1

Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi.

Asas-2

Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.

Asas-3

Setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara yang sederhana.

Asas-4

Informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan undang-undang, kepatutan, dan kepentingan umum, didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul, serta setelah mempertimbangkan dengan seksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, dan sebaliknya.

Sesi-3 : Informasi Publik versus Informasi Privat

Sesi - 4

BADAN PUBLIK

47

Sesi - 4

BADAN PUBLIK

Pengantar

Upaya memahami Badan Publik diperlukan. Pertama, untuk mengetahui

jenis-jenis Badan Publik. Kedua, untuk menempatkan Badan Publik dalam

konteks relasiantara pemohon informasi dan termohon informasi. Dalam

relasi ini Badan Publik berkedudukan sebagai termohon.

Badan Publik adalah sebutan yang digunakan Undang-Undang No. 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Badan Publik merujuk pada

lembaga-lembaga yang punya kewajiban mengelola dan menyampaikan

informasi publik kepada masyarakat.

Badan Publik bukan hanya terdiri dari penyelenggara pemerintahan

eksekutif, tetapi juga lembaga-lembaga negara yang menjalankan fungsi

legislatif dan yudikatif. Bahkan termasuk badan lain yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD. Organisasi non-pemerintah

juga termasuk Badan Publik, asalkan sepanjang seluruh atau sebagian

dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau

luar negeri.

Badan Publik sebagai lembaga menjalankan fungsi-fungsi pelayanan

kepada masyarakat. Sejak era reformasi, lembaga-lembaga negara semakin

bertambah jumlahnya sebagai bentuk eksprimentasi kelembagaan yang

dapat berupa dewan (council) komisi (commission), komite (committee),

48

2Lihat lebih lanjut Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

badan (board), atau otorita (authority). Lembaga-lembaga baru itu biasa

disebut state auxiliary organs. Ada 34 lembaga negara baru setelah

amandemen UUD 1945. Dari sejumlah itu, 28 lembaga memiliki kewenangan

yang ditentukan baik secara umum maupun secara rinci dalam UUD 1945.

Lembaga-lembaga itu dapat dibedakan dari dua segi, yaitu fungsi dan

hierarkinya. Hierarki antarlembaga negara penting diatur karena terkait

pengaturan mengenai perlakuan hukum terhadap orangyang menduduki

jabatan dalam lembaga negara itu.1

49

Tujuan • PesertamemahamiartiBadanPublik.

• PesertamemahamipengertianhakdankewajibanBadanPubliksesuai prinsip-prinsip keterbukaan informasi.

• Peserta mampumenentukan kriteria Badan Publik, baik BadanPublik negara maupun Badan Publik non-negara.

Metode • Ceramah

• Diskusikelompok

• Studikasus

Waktu 90 menit

alat Bantu Belajar

• Plano

• Kertas

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

• Contohkasusuntukdibahas

Catatan untuk Fasilitator

• Fasilitator meminta setiap kelompok (yang telah dibentuk di sesi sebelumnya) membuat daftar lembaga yang ada di daerah mereka.

• Untukcontohkasus,fasilitatorperlumenjelaskanmasalahdasardan pertanyaan kunci yang harus dijawab peserta. Kelompok diminta memberikan argumentasi masing-masing. Kalau memungkinkan, pilihlah dua kasus atau berikan satu tugas yang berbeda untuk setiap kelompok. Misalnya, semua kelompok mengerjakan kasus BP Migas dan kemudian mereka diberikan tugas tambahan yang berbeda.

50

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitator membuka sesi ini, kemudianmenjelaskanmaksud dan tujuan sesi.

Fasilitator membagikan bahan-bahan yang akan digunakan di sesi ini.

• Pesertadudukberdasarkankelompokyangsudahdibentuksebelumnya.

Ceramah (25 menit)

• FasilitatormemberikanpresentasimengenaikriteriaBadanPublikmenurutUU

KIP seperti tergambar dalam Bahan Bacaan 3. 1.

Tanya jawab (15 menit)

• Fasilitator membuka ruang tanya jawab selama 15 menit untuk menampung

pertanyaan-pertanyaan dari peserta kepada narasumber.

Curah pendapat (35 menit)

• Setelahceramahnarasumber/fasilitatorselesai,pesertaberdasarkankelompok

diminta menyusun daftar Badan Publik yang ada di daerahnya dalam waktu 10

menit.

• Setelah waktu yang diberikan habis, fasilitator mengumpulkan daftar yang

disusun kelompok dan memeriksanya.

• Kelompok yang mengumpulkan daftar Badan Publik terbanyak, sebaiknya

mendapat hadiah.

Studi kasus (25 menit)

• Fasilitatormenjelaskankasusyangharusdijawabolehpesertasecaraperorangan.

Kasus yang dibahas di sesi ini berkaitan dengan kategorisasi Badan Publik.

Contoh kasus yang bisa diajukan adalah status Badan Publik lembaga-lembaga

berikut: BP Migas, BLU Transjakarta, Kamar Dagang dan Industri (KADIN)

sebagai kumpulan pedagang dan pelaku industri, Yayasan Panti Asuhan, dan

Perhimpunan Pecinta Burung.

• Pertanyaan kunci yang harus dijawab peserta: Apakah lembaga itu termasuk

Badan Publik?Apakah lembaga itutermasuk Badan Publik negara atau Badan

Publik non-negara?Jelaskan jawaban berdasarkan kriteria klasifikasi Badan

Publik menurut pasal 1 angka 3 UU KIP!

51

Penutup (5 menit)

• Fasilitator menutup sesi inidanmengajak peserta untuk mengikuti sesi

selanjutnya.

Bahan Bacaan 4.1

Badan Publik dalam UU No. 14 Tahun 2008

Pengertian

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dantugaspokoknyaberkaitandenganpenyelenggaraannegarayangsebagianatauseluruhdananyabersumber dari APBN/APBD, atau organisasi non-pemerintah sepanjang sebagian atau seluruhdananyabersumberdariAPBN/APBD,sumbanganmasyarakatdan/atauluarnegeri(Pasal1angka3).

Ruang Lingkup

a. LembagaEksekutif

b. LembagaLegislatif

c. LembagaYudikatif

d. Badan lain sepanjangmemenuhi syarat, yaitu (i) fungsi dan tugas pokoknya berkaitandengan penyelenggaraan negara; (ii) sebagian atau seluruh dananya bersumber dariAPBN/APBD.

e. Organisasinon-pemerintahsepanjangsebagianatauseluruhdananyabersumberdari(i)APBN/APBD;(ii)sumbanganmasyarakat;(iii)sumbanganluarnegeri.

f. PartaiPolitik

g. BUMN/BUMD

h. BadanHukumPendidikan

i. BadanHukumMilikNegara

Hak

a. Menolakmemberikaninformasiyangdikecualikansesuaiketentuanperundang-undangan.

b. Menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai ketentuan perundang-undangan.

c. Menyatakantidakdapatmemberikaninformasipublikjikainformasiyangdiminta:

c.1.Dapatmembahayakannegara.

c.2.Berkaitandengankepentinganperlindunganusahadaripersainganusahatidaksehat.

c.3.Berkaitandenganhak-hakpribadi.

c.4.BelumdikuasaiataudidokumentasikanBadanPublik.

52

Kewajiban

a. Menyediakan,memberikan

b. Menyediakan

c. Membangundanmengembangkansisteminformasi

d. Membuatpertimbangantertulis

e. MenunjukdanmengangkatPPID

f. MenetapkanSOP

g. Membuatdaftar

h. Menyediakansaranadanprasarana

i. Membuatdanmengumumkan

j. Menganggarkanpembiayaan

k. Melakukanevaluasidanpengawasan

Bahan Bacaan 4.2

Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan

Pemerintah (daerah)yang mempunyai hak dan kewajiban mandiri, yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/

atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam

pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan

praktek bisnis yang sehat.

Kedudukan

Kedudukan BLU adalah bagian dari pemerintah, khususnya instansi teknis pemerintahan

tertentu. Kekayaan dan kepegawaiannya masuk ke dalam lingkup kekayaan dan

kepegawaian negara.

Tujuan Pembentukan

Berdasarkan pasal 68 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

BLU dibentuk untuk:

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum; dan

53

b. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan lebih lanjut disebut dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berikut petikannya: “Badan Layanan

Umum merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijul tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya berdasarkan

prinsip efisiensi dan produktivitas”.

BLU di daerah

BLU tidak hanya dibentuk oleh pemerintah pusat untuk menjalankan praktik usaha yang

berkaitan dengan pelayanan publik Negara, tetapi juga dapat dibentuk pemerintah

daerah untuk menjalankan usaha yang berkaitan dengan pelayanan publik di daerah.

Pembentukan BLU di pusat dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan,

sedangkan di daerah dilakukan berdasarkan keputusan kepala daerah. Dalam

menjalankan kegiatan, BLU menjalankan usaha yang menjadi kewenangan instansi

pemerintah melalui pendelegasian. Itu sebabnya sangat wajar jika kegiatan usaha BLU

berbasis pada melayani, bukan mencari keuntungan.

Penentuan tarif

Sesuai PP No. 23 Tahun 2005, BLU dapat menerima dan menetapkan tarif sebagai

imbalan yang diperoleh atas barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat. Namun

mengingat BLU bukanlah badan usaha, penentuan tarif hanya bersandarkan pada (i)

Perhitungan biaya per unit layanan; atau (ii) Hasil per investasi dana.

Penentuan tarif dalam jasa layanan BLU harus pula mempertimbangkan (a) Kontinuitas

dan pengembangan layanan; (b) Daya beli masyarakat; (c) Asas keadilan dan kepatutan;

dan (d) Kompetisi yang sehat.

Jadi, meskipun BLU tidak mengejar keuntungan, penetapan tarif yang ditetapkan BLU

memiliki pengertian yang sama dalam suatu kegiatan usaha, yaknimemperoleh laba.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu batas etis dan batas maksimum tarif

layanan.

Sumber: Dikutip dari Dian Puji Simatupang. “Paradoks Rasionalitas: Perluasan Ruang

Lingkup Keuangan Negara dan Implikasinya Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah”.

Jakarta: Badan Penerbit FHUI 2011, hal. 280-282.

54

Bahan Bacaan 4.3 (Studi Kasus)

Status Hukum BP Migas

Latar Belakang Kasus

Pada September 2011, Yayasan Pusat Pengembangan Informasi Publik telah mengajukanpermohonansengketainformasiterhadapBadanPelaksanaKegiatanUsahaHuluMinyakdanGasBumi(BPMigas).YayasanyangberpusatdiBandungitupadapokoknyamemintainformasitentang:

a. Daftarkontrakkaryapertambangan,minyakbumi,dangasbumiyangadadiIndonesiasaatini.

b. SalinankontrakkaryapemerintahRIdenganPTFreeportIndonesia,PTKPC,PTNewmontMiningCorporation,danPTChevronPacificIndonesia.

Meresponspermintaanitu,BPMigasmenerangkanbahwadaftarkontrakkaryadapatdilihatdiwww.bpmigas.go.id.,sedangkandaftarkontrakkaryapertambanganumumbukanwilayahkerjaBPMigas.Selainitu,BPMigastidakdapatmenyerahkansalinankontrakkerjasama(KKS)migasPTChevronPacificIndonesiakarenaKKStersebutdokumenrahasiayangbersifatperdata(privat),danbukaninformasipublik.SedangkankontrakkerjaPTFreeportIndonesia,KPCdanNewmontadalahkontraknon-migassehinggadiluartupoksiBPMigas.

BPMigasjugaberagumenbukansebagaiBadanPubliksebagaimanadiamanatkanpasal1angka3UUKIPdenganalasan:

a. Tidakadawording dalamdasarhukumpembentukanyang menyebutBPMigasadalahBadanPublik;

b. AnggaranBPMigasbukandariAPBNatausumbanganmasyarakat,melainkandarifee.

c. KekayaanBPMigasadalahkekayaannegarayangdipisahkan.

d. Isikontrakkerjasamamenjadiwewenangpemerintah(ESDM).

Dasar Hukum. BPMigas didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentangMinyakdanGasBumi.Sebagaitindaklanjutnya,pemerintahmenerbitkanPeraturanPemerintah(PP)No.42Tahun2002tentangBPMigas.AturanlainyangmenjadidasarhukumpelaksanaantugasBPMigasadalahPPNo.35Tahun2004tentangKegiatanUsahaHuluMinyakdanGas,danSKMenteriKeuanganNo.333/KMK.06/2008tentangPenetapanKekayaanAwalBPMigas.

Fungsi:Melakukanpengawasanterhadapkegatanusahahuluagarpengambilansumberdayaalamminyakdangasbuminegaradapatmemberikanmanfaatdanpenerimaanyangmaksimalbaginegarauntuksebesar-besarkemakmuranrakyat.

Tugas BP Migas:

a. memberikanpertimbangankepadaMenteriataskebijaksanaannyadalamhalpenyiapandanpenawaranWilayahKerjasertaKontrakKerjaSama.

b. MelaksanakanpenandatangananKontrakKerjaSama.

55

c. MengkajidanmenyampaikanrencanapengembanganlapanganyangpertamakaliakandiproduksikandalamsuatuWilayahKerjakepadaMenteriuntukmendapatkanpersetujuan.

d. Memberikanpersetujuanrencanapengembanganlapanganselainsebagaimanadimaksuddalamhurufc.

e. Memberikanpersetujuanrencanakerjadananggaran.

f. MelaksanakanmonitoringdanmelaporkankepadaMenterimengenaipelaksanaanKontrakKerjaSama.

g. MenunjukpenjualMinyakBumidan/atauGasBumibagiannegarayangdapatmemberikankeuntungansebesar-besarnyabaginegara.

Pada13November2012,MahkamahKonstitusimembubarkanBPMigaskarenamenilaikeberadaanlembaga ini bertentangan denganUUD 1945. Pemerintah bertindak cepat, denganmembentuklembagasementarabernamaSatuanKerjaSementaraPelasanaKegiatanUsahaHuluMinyakdanGasBumi(SKSP).LembagaSKSPmengambilalihsemuatugas-tugasdanwewenangBPMigas.

Pertanyaankunciyangperludiajukan:

• ApakahBPMigasmemenuhikualifikasisebagaiBadanPublikmenurutUUKIP?

• ApadasarargumentasiAnda?

• ApakahwarganegaradidaerahbisamengajukanpermohonaninformasikepadaBPMigas,meskipundidaerahitutidakadakawasanpertambangan?

• Apakah semuakewajibanBPMigas, dalamhal ketika terjadi sengketa informasi publik

beralihkeSKSP?

Bahan Bacaan 4.4

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia

Kita sering mendengar organisasi bernama Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

Organisasi ini mempunyai cabang-cabang hingga ke daerah. KADIN adalah wadah

bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian. Pengusaha yang

masuk ke dalam kelompok ini adalah orang perseorangan atau persekutuan atau badan

hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. KADIN sudah dibentuk sejak 1970-an.

Tujuan KADIN adalah:

a. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan

pengusaha Indonesia di bidangusaha negara, usaha koperasi, dan usaha

swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonominasional dalam

rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat

dan tertibberdasarkan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

56

b. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan

keikutsertaan yang seluas-luasnya secara efektif dalam pembangunan nasional.

KADIN bersifat mandiri, bukan organisasi pemerintah dan bukan organisasi politik.

Dalammelakukan kegiatannya, KADIN tidak mencari keuntungan.

Berdasarkan tujuan dan sifat keorganisasian itu, apakah KADIN Indonesia layak disebut

Badan Publik? Apakah KADIN masuk kategori Badan Publik negara?

Sesi - 5

PEJABAT PENGELOLAINFORMASI DAN DOKUMENTASI

59

Sesi - 5

PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

Pengantar

Setiap Badan Publik diamanatkan oleh UU KIP untuk menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lembaganya.

Setiap PPID mempunyai peran sentral di Badan Publik. Peran PPID untuk lingkungan internal Badan Publik, yakni bertugas mengelola informasi, sedangkan peran PPID untuk lingkungan eksternal, yakni bertugas melayani pemohon informasi. Melihat peran sentral itu, PPID bisa disebut sebagai ujung tombak Badan Publik.

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008, PPID, baik di Badan Publik negara maupun non-negara, diangkat oleh pimpinan Badan Publik bersangkutan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.Pejabat yang ditunjuk sebagai PPID dinyatakan, sebaiknya adalah pejabat yang membidangi informasi publik.

Kebijakan PP tadi juga mengatur bahwa PPID di semua Badan Publik sudah harus ditunjuk paling lambat satu tahun setelah PP No. 61 Tahun 2010 diundangkan atau terhitung sejak 23 Agustus 2010.

Faktanya, belum semua Badan Publik memiliki PPID. Komisi Informasi Pusat mendata dua dari 34 kementerian belum menunjuk PPID (Lihat Bahan Bacaan 5.2) hingga September 2012 dan lebih banyak lagi Badan Publik di daerah belum menunjuk PPID di lembaganya. Namun begitu, kebijakan PP tadi memberi jalan keluar untuk mengatasi permasalahan belum ditunjuknya PPID di Badan Publik. Pasal 21 PP No. 61 Tahun 2010 menyebutkan: “Dalam hal PPID belum ditunjuk, tugas dan tanggung jawab PPID dapat dilakukan oleh unit atau dinas di bidang informasi, komunikasi, dan/atau kehumasan.

60

Tujuan • PesertamemahamifungsidantugasPPIDdisuatuBadanPublik.

• Peserta dapat memahamkan hak dan kewajiban PPIDkepadapimpinannyadi Badan Publik dan kepada pemohon informasi.

• Peserta dapat berbagi pengalaman tentang PPID yang sudahmaju.

Metode • Ceramah

• Curahpendapat

• Praktik

Waktu 120 menit

alat Bantu Belajar

• Kertasmetaplan

• Papanplano

• Spidol

Media • Bahanbacaan

• Bahanpresentasi

• KutipanPerkiNo.1Tahun2010

Catatan untuk Fasilitator

• Setelah membuka sesi ini, fasilitator terlebih dulu mengajukanpertanyaan kepada peserta mengenai ada tidaknya PPID di lembaga atau SKPD di tempat mereka bekerja. Pertanyaan berjenjang yang perlu diajukan fasilitator, yakni:

a. Apakah sudah ada PPID di level provinsi ?

b. Apakah sudah ada PPID di level kabupaten/kota?

c. Apakah sudah ada PPID di level SKPD?

d. Apa dasar hukum penunjukan PPID di lembaga/SKPD peserta?

• Untuk lembaga yang belum mempunyai PPID, makafasilitatorperlu membuat sesi khusus untuk menyusun draf surat keputusan/dasar hukum penunjukan PPID. Poin-poin yang harus ada dalam SK adalah nama lembaga, nomor SK, judul SK, konsideran menimbang dan memperhatikan, isi (pejabat yang ditunjuk), pejabat yang mengangkat, tanggal terbit surat, dan lampiran kalau ada.

61

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesiinidenganme-reviewsesisebelumnyadanmenjelaskan

relevansinya dengan tema sesi ini.

Curah pendapat (15 menit)

• Peserta diminta menceritakan perkembangan PPID di masing-masing

lembaganya dan pandangan mereka tentang perlu tidaknya PPID ditunjuk di

setiap Badan Publik.

• Jika ada lebih dari satu orang peserta dari SKPD yang sama, sebaiknya satu

orang saja yang menyampaikan pandangan.

• Fasilitatormenuliskanringkasanceritapesertadikertasplano.Catatanitudibuat

sebagai dasar memulai presentasi.

• Fasilitator mencatat alasan-alasan mengapaPPID belum ditunjuk di lembaga

peserta.

Presentasi pertama (20menit)

• NarasumbermenyampaikanpresentasiatauceramahtentangPPID.Adalimahal

penting yang perlu disampaikan, yaitu (i) Urgensi dan hakikat keberadaaan PPID

di Badan Publik; (ii) Kualifikasi menjadi PPID; (iii) Hak dan kewajiban PPID; dan

(iv) Pejabat fungsional pendukung kerja pengelolaan dan pelayanan informasi;

(v) Pengalaman menjalankan fungsi PPID.

Tanya jawab (10 menit)

• Fasilitator mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan mengenai

tema yang disampaikan.

Presentasi kedua (20 menit)

• Presentasi kedua dari narasumber secara khusus membahas struktur

kelembagaan pengelolaan dan pelayanan informasi, termasuk pola sentralisasi

dan pola desentralisasi (Lihat Bahan Bacaan 4.1).

Tanya jawab dan kesimpulan (10 menit)

• Fasilitator mempersilakan peserta untuk mengajukan pertanyaan mengenai

topik yang dibahas.

62

Praktik (35 menit)

• Fasilitator memfasilitasi penyusunan draf SK penunjukan PPID. Sesi ini

dimaksudkan agar peserta bisa mempersiapkan draf SK yang akan dibawa ke

pimpinan Badan Publik.

• Sesiinidilakukanberdasarkankelompok.Setiapkelompokmenyusunsatudraf

SK.

Penutup (5 menit)

• Fasilitatormenutupsesidenganmempersilakanpesertauntukberistirahatdan

kemudian menjelaskan jadwal sesi berikutnya.

Bahan Bacaan 5.1

Organisasi Pengelola dan Pelayan Informasi di Badan Publik

Pejabat yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola dan memberikan

pelayanan informasi di Badan Publik adalah PPID. Namun dalam menjalankan wewenang,

fungsi, hak, dan kewajibannya,PPID tidak bekerja sendirian. Hal ini karena diperlukan

tindakan tertentu yang membutuhkan otoritas atasan Badan Publik dan terdapat juga

kegiatan pengelolaan informasi yang mengandalkan pejabat fungsional.

Berikutorganisasi/lembaga-lembaga pengelola dan pelayan informasi di suatu Badan

Publik:

1. Atasan Langsung PPID

Atasan langsung PPID adalah pejabat yang menentukan suatu kebijakan

pengelolaan dan pelayanan informasi terutama jika ada masalah.Permohonan

keberatan atas pelayanan informasi di PPID disampaikan kepada Atasan

Langsung PPID. Dalam sengketa informasi, ia juga berperan mewakili Badan

Publik karena kedudukannya sebagai penentu kebijakan.

2. PPID

Pejabat struktural yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi

pengelolaan dan pelayanan informasi di Badan Publik. Tugas PPID meliputi: (i)

Apa saja yang diamanatkan UU KIP, PP No. 61 Tahun 2010, dan Peraturan Komisi

Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik; dan

(ii) Peraturan perundang-undangan lain.

3. Pejabat Fungsional Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Pejabat fungsional yang ditunjuk atau karena fungsi dan tugasnya diwajibkan

63

mengelola dan menyediakan pelayanan informasi. Mereka umumnya adalah

pejabat yang memiliki kompetensi di bidang pengolahan data, pengelolaan

dokumen, pelayanan informasi, dan humas. Misalnya pustakawan dan arsiparis.

Dalam pengelolaan dan pelayanan informasi, pejabat/bagian taditidak berdiri sendiri,

melainkan saling berhubungan dan membantu.Ketimpangan pada satu bagianakan

berpengaruh pada kinerja bagian lainnya. Beban kerja PPID akan sangat berat jika tidak

ada dukungan dari bagian lainnya.

Semakin gemuk organisasi Badan Publik semakin rumit hubungan kerja antarbagian.

Organisasi dengan struktur dan wilayah kerja sederhana seperti Badan Publik Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) lebih mudah menjalin hubungan. Bahkan kadang-kadang

tidak perlu ditopang tim pertimbangan dan pejabat fungsional.

Model organisasi yang sangat sederhana biasanya hanya terdiri dari pimpinan dan PPID.

Kedua bagian inilah yang menjalankan fungsi pelayanan informasi di lembaga kecil.

Selain pola yang sederhana, dikenal dua pola organisasi pengelolaan dan pelayanan

informasi di Badan Publik, yaitu;

a. Pola sentralisasi

• PPIDdijabatolehpengelolabidangkomunikasi,informasiatauhumasyang

ditunjuk pimpinan lembaga. Ini menjadi PPID Utama.

• Satuan kerja di bawah lembaga dapat membentuk PPID yang bertugas

membantu PPID Utama.

• Khusus untuk penetapan informasi yang dikecualikan, tetap menjadi

wewenang PPID Utama atas persetujuan pimpinan tertinggi Badan Publik.

• Dapatdiangkatpejabat fungsionaldisetiapsatuankerjauntukmembantu

pengelolaan dan pelayanan informasi.

b. Pola desentralisasi.

• Kementerian/LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian): PPID dapat

dibentuk di setiap satuan kerja berdasarkan eselon yang ditetapkan menteri/

kepala LPNK dengan menimbang masukan kepala satuan kerja. Penetapan

informasi yang dikecualikan tetap menjadi wewenang PPID Utama setelah

mendapat persetujuan pimpinan Badan Publik.

• Provinsi atau kabupaten/kota: PPID dapat dibentuk di setiap SKPD oleh

pimpinan kepala daerah dengan menimbang masukan pimpinan SKPD. We-

wenang penetapan informasi yang dikecualikan ada di tangan PPID provinsi

atau kabupaten/kota atas persetujuan gubernur atau bupati/walikota.

• Kecamatandandesa:PPIDdapatdibentukhinggatingkatdesasesuaiarahan

kepala daerah. Pembentukan disesuaikan dengan kebutuhan. Penetapan

64

informasi yang dikecualikan menjadi wewenang PPID di tingkat kabupaten/

kota.

Bahan Bacaan 5.2

Keberadaan PPID Tidak Jamin Nihil Sengketa

Meskipun Badan Publik sudahmemiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)dan Standar OperasionalProsedur (SOP) pelayanan informasi, bukan berarti tidak ada potensisengketainformasi.KementerianKomunikasidanInformatikaRepublikIndonesiamisalnya,sudahmemilikiPPIDdanSOPyangjelas,tetapimasihadasajamasyarakatyangmengajukansengketainformasikepadakementerianini.

BerbicarasaatmenerimatamudariPTKeretaApiIndonesia,KetuaKomisiInformasiPusatAbdulRahmanMa’munmengatakan,PPIDdiBadanPublikdibentukuntukmemudahkanpengelolaandan pelayanan informasi kepadamasyarakat. PPIDmenjadi ujung tombak pelayanan informasiserta sekaligus penyusunan daftar dan klasifikasi informasi di Badan Publik. Undang-UndangNo.14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublikdankebijakanturunannya,PeraturanPemerintahNo.61Tahun2010danPeraturanKomisiInformasiPusatNo.1Tahun2010,sudahmemberikantugas,fungsi,danwewenangPPIDdenganjelas.

Namundalammenjalankantugasnya,PPIDsangatmungkinmengalamikendalaketikamelayaniinformasi.Kendala itubukansajaberasaldaripemohonatauPPID,melainkanjugaberasaldariisiinformasi yang diminta masih berada pada area abu-abu. Dalam arti, belum jelas apakahmerupakan informasi publik yang dapat diakses atau informasi yang bersifat rahasia ataudikecualikan.MenurutAbdulRahmanMa’mun,bisasajapermohonaninformasisengajadibawake tahap sengketaagarwilayahabu-abu tadimenjadi jelas. “Tujuannyauntukmemperjelasdanmemperkuatpayunghukum,”ujarnya.

PerwakilandariPTKeretaApiIndonesiadatangkeKomisiInformasiuntukmenyampaikanbahwadi BadanUsahaMilikNegara ini, sudah ada PPID dan SOP. Suyono Syam, PPID PT KeretaApiIndonesia,menjelaskanPPIDsudahterbentuksejakJuni2010,sedangkanSOPpadaDesember2o1oyangdituangkanmelaluiSKDireksiPTKeretaApi IndonesiaNo.Kep.U/HK.003/XII/1/KA-2010.DengankehadiranPPIDdanSOPitu,KAIakansemakinmudahmemberikanpelayananinformasikepadamasyarakat.

Dalam pertemuan itu, Suyono jugamengundang Ketua Komisi Informasi Pusat untukmenjadisalahsatupembicaradiskusimengenaipelayananinformasidilingkunganKeretaApiIndonesia.DiskusiyangakandigelarsecarainternalolehKAIini,diharapkanbisasemakinmendorongjajaranKeretaApiIndonesiamenjadiBUMNpelayananyangbaik

Sumber: www.komisiinformasi.go.id, dipublikasikan pada 11 November 2011.

(Disunting kembali untuk keperluan penerbitan modul ini)

65

Bahan Bacaan 5.3

Wapres Instruksikan Pembentukan PPID

Jakarta, (Analisa). Wakil Presiden Boediono menginstruksikan pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

Hal ini dikatakan Boediono saat memberikan sambutan pada Hari Hak Untuk Tahu Internasional (International Right to Know Day) di Istana Wakil Presiden, Jumat, mengingat masih banyak Badan Publik yang belum mematuhi amanat UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk membentuk PPID.

Wapres mengatakan, berdasarkan data monitoring dan evaluasi Komisi Informasi Pusat per September 2012, diketahui bahwa dari 34 Kementerian, tercatat 32 yang telah membentuk PPID.

Selanjutnya dari 129 lembaga, tercatat 33 lembaga yang sudah memiliki PPID.Di tingkat pemerintahan daerah, baru 21 Provinsi yang telah memiliki PPID.

“Kami harus perbaiki keadaan ini.Kepada kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang belum melaksanakan oleh yang diwajibkan undang-undang tadi, saya instruksikan untuk segera membentuk PPID.Ini adalah pelaksanaan perintah undang-undang,” kata wakil presiden.

Sementara itu, bagi yang sudah terbentuk, Wapres mengingatkan untuk selalu bertindak secara profesional, transparan, dan menjunjung tinggi prinsip akuntabilitas dalam melayani hak asasi warga negara.

“Hal ini sangat penting, karena dari waktu ke waktu muncul sengketa informasi yang terkait dengan permintaan informasi dari pemohon kepada Badan Publik,” katanya.

Menurut Boediono, keterbukaan informasi dari seluruh Badan Publik dibutuhkan dalam rangka menuju kematangan demokrasi, dimana warga negara dapat berpartisipasi dalam pemerintahan dan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

“Dengan demikian diharapkan terbentuknya suatu pemerintahan dan pembangunan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia,” katanya.

Wapres menegaskan, Indonesia patut bangga, bahwa pada September 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Perdana Menteri Inggris David Cameron dikukuhkan sebagai Ketua Bersama Open Government Partnership (Co-chair OGP) untuk periode 2012-2014.

Gerakan OGP kini didukung oleh 55 negara. Indonesia merupakan salah satu inisiator sekaligus menjadi anggota steering committee dalam deklarasi OGP pada 20 September 2011, di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.

Sumber: Analisa, 29 September 2012. (Disunting kembali untuk keperluan penerbitan

modul ini)

66

Bahan Presentasi 5.a

Tugas dan Tanggung Jawab PPID Keberadaan PPID

a. Bertugas dan bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan pelayanan informasi yangmeliputiprosespenyimpanan,pendokumentasian,penyediaan,danpelayananinformasi.

b. Dalam rangka penyimpanan dan pendokumentasian informasi publik, PPID bertugas danbertanggungjawabmengumpulkanseluruhinformasisecarafisikdarisetiapunit/satuankerja.

c. BertugasdanbertanggungjawabmenyimpandanmendokumentasikanseluruhinformasiyangberadadiBadanPublik.

d. Melakukanpendataaninformasiyangdikuasaiolehsetiapunit/satuankerjadiBadanPublikdalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi setelah dimutakhirkan olehpimpinansetiapunit/satuankerjasekurang-kurangnyasatukalidalamsebulan.

e. Penyimpananinformasidilaksanakansesuaidenganperaturanperundang-undangandibidangkearsipan.

f. BertugasdanbertanggungjawabmenyediakanseluruhinformasidibawahpenguasaanBadanPublikyangdapatdiaksesolehpublik.

g. Menyediakaninformasimelaluipengumumandan/ataupermintaan.

h. Mengkoordinasikanpemberianinformasidenganpetugasinformasidiberbagaiunitpelayananinformasiuntukmemenuhipermintaaninformasi.

i. Melakukanujikonsekuensidanujikepentinganpubliksebelummengecualikaninformasidan/ataumembukainformasiyangdikecualikan:

• Menyertakanalasanpengecualiansecarajelas,tegas,dantertulis.

• Menghitamkanataumengaburkaninformasiyangdikecualikanbesertaalasannya.

j. Melayani,meneruskan,danmemastikanpengajuankeberatandiprosesberdasarkanprosedurpenyelesaiankeberatan.

k. Mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangkapeningkatankualitaspengelolaandanpelayananinformasi.

l. Menugaskan pejabat fungsional dan/atau petugas informasi di bawah wewenang dankoordinasinyauntukmembuat,memelihara,dan/ataumemutakhirkandaftarinformasisecaraberkalasekurang-kurangnyasatukalidalamsebulan.

m. Mengkoordinasikansetiapunit/satuankerjadiBadanPublikdalammelaksanakanpengelolaandanpelayananinformasipublik.

n. Memutuskansuatuinformasidapatdiaksespublikatautidak.

o. Menolak permintaan informasi secara tertulis apabila informasi yang dimohon termasukinformasiyangdikecualikan/rahasiadengandisertaialasansertapemberitahuantentanghakdantatacarabagipemohonuntukmengajukankeberatanataspenolakanitu.

67

p. Dalamhalmenentukaninformasiyangdikecualikan,PPIDwajibmelakukanujikonsekuensidanujikepentingan

q. Dalamhalkewajibanmengumumkaninformasi,PPIDbertugasdanbertanggungjawab:

• Mengumumkan informasi secara berkala melalui media yang secara efektif dapatmenjangkauseluruhpemangkukepentingan.

• MenyampaikaninformasidalambahasaIndonesiayangsederhanadanmudahdipahamidanmempertimbangkanpenggunaanbahasalokalyangdipakaiolehpenduduksetempat.

r. PPIDbertanggungjawabterhadappenyimpanandanpendokumentasianseluruhinformasidarisetiapunit/satuankerjayangtelahdiserahkankepadanyadanmemastikanpimpinansetiapunit/satuan kerja untuk menyimpan secara fisik seluruh informasi yang berada di bawahpenguasaannya.

s. PPIDwajibmembuatdanmengumumkaninformasidiPapanPengumumandisetiapkantorBadanPubliksertamedialainyangdimilikiolehBadanPublik.

t. PPIDwajibmeletakkanPapanPengumumandidalamkantorBadanPublikyangmemudahkanpublikuntukmembacainformasiyangterdapatdidalamnya.

u. Dalam hal Badan Publik memiliki situs resmi, PPID wajib memasukkan informasi yangdiumumkan di dalam situs resmi dengan cara yang mudah bagi masyarakat untukmenemukannya.

v. Peletakan informasi di situs resmiBadanPublik tidakmengurangi kewajibanBadanPublikuntukmeletakkaninformasidiPapanPengumuman.

w. PPID wajib menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah dipahami dalammengumumkan informasi serta dapat mempertimbangkan menggunakan bahasa yangdigunakanpenduduksetempat.

x. PPID menentukan format pengumuman informasi yang memudahkan bagi mereka yangmemilikikemampuanyangberbedauntukmemahamiinformasiitusesuaidengankemampuan

sumberdayayangdimilikiolehBadanPublik.

68

Bahan Presentasi 5.b

Contoh Bahan Struktur Pola Organisasi PPID

Pola Struktur Umum di Kementerian/LPNK

Pola Struktur PPID Kementerian/LPNK dengan UPT

Diadopsi dari: Kemendikbud

= intruksional

= koordinasi

69

Pola Struktur PPID Kementerian/LPNK Vertikal

Pola Struktur PPID Utama/ Kabupaten

70

Pola Struktur PPID Pembantu/ SKPD

Sesi - 6

MENGELOLA INFORMASI TERBUKA

73

Sesi - 6

MENGELOLA INFORMASI TERBUKA

Pengantar

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 membagi informasi dalam dua

kategori. Pertama, informasi publik yang bersifat terbuka dan bisa diakses.

Kedua, informasi publik yang dikecualikan atau yang bersifat ketat dan

terbatas. Terkait informasi kategori pertama, Badan Publik wajib berupaya

agar informasi yang bersifat terbuka bisa diakses dengan mudah, cepat dan

tepat waktu, serta sederhana.

Mengelola informasi yang bersifat terbuka tidak semudah membalikkan

telapak tangan.Berdasarkan praktik selama ini, manajemen waktu pelayanan

informasi yang tidak jelas sering membuat Badan Publik kewalahan. Oleh

karenanya, Badan Publik harus membuat dan mengumumkan jadwal

pelayanan informasi kepada pemohon.

Pengelolaan dan pelayanan informasi terbuka di Badan Publik membutuhkan

kesigapan dan kemampuan untuk:

a. Melakukan identifikasi dan klasifikasi informasi.

b. Membuat daftar informasi publik yang bisa diakses setiap saat.

Berdasarkan UU KIP, informasi publik yang bersifat terbuka meliputi kegiatan

Badan Publik untuk:

1. Menghasilkan

2. Menyimpan

3. Mengelola

4. Mengirim

74

5. Menerima

6. Menyediakan

7. Mengumumkan

8. Memberikan informasi

Kegiatan Badan Publik sendiri, secara umum menyangkutdua hal, yakni

tugas internal untuk mengelola informasi dan tugas eksternal untuk

melayani permintaan informasi. Dalam rangka kegiatan-kegiatan itulah

muncul istilah informasi publik bersifat umum dan informasi publik bersifat

khusus. Informasi publik bersifat umum merupakan informasi yang berada

di bawah penguasaan Badan Publik, berkaitan dengan lembaga, bersifat

menyeluruh, dan banyak ditemukan di Badan Publik.Informasi publik

bersifat khusus merupakan informasi yang berada di bawah penguasaan

Badan Publik, berkaitan dengan tugas dan fungsi lembaga di bawah

koordinasi lembaga publik negara.

Bagi Badan Publik, peran PPID sangat besar dalam penetapan suatu

informasi bersifat terbuka atau tertutup. Oleh karena itu proses penyusunan

Daftar Informasi Publik tidak bisa hanya dilakukan PPID. Satuan-satuan

kerja di seluruh Badan Publik perlu dilibatkan, terutama untuk memberi

pertimbangan rasional dalam penetapan apakah suatu informasi bersifat

terbuka atau tidak.

75

Tujuan • Pesertamemahamijenis-jenisinformasiterbuka.

• PesertadapatmenyusunDaftarInformasiPublik.

Metode • Ceramah

• Simulasipraktik

Waktu 70 menit

alat Bantu Belajar

• plano

• Spidol

Media • FormulirDaftarInformasiPublik

• Bahanbacaan

Catatan untuk Fasilitator

• Sesiiniakanberlangsungmenggunakanmekanismekelompok.

• Fasilitator mendorong dan membangun suasana agar semuapeserta ikut terlibat menyusun Daftar Informasi Publik.

• Kelompok yang mewakili daerah-daerah yang sudah maju(advanced) dalam pengelolaan dan pelayanan informasi, sebaiknya mulai membahas sistem temu kembali informasi (information retrieval system/IRS) sebagai bagian dari pengelolaan informasi publik.

• Studi kasus mengenai“dokumen terbuka informasi tertutup”,fasilitator perlu melihat tingkatan pemahaman peserta pelatihan.

76

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesidenganmengulasmateri yangsudahdisampaikandi

sesi sebelumnya serta menjelaskan maksud dan tujuan sesi ini.

Presentasi (10 menit)

• Fasilitator menyampaikan hal-hal dasar mengenai kategori informasi terbuka,

yakni: wajib diumumkan dan disediakan secara berkala, wajib diumumkan setiap

saat, dan wajib disediakan setiap saat.

• FasilitatormenjelaskanformulirDaftarInformasiPublik.

Simulasi praktik (50 menit)

• Dalam 25 menit pertama,fasilitator mempersilakan masing-masing kelompok

menyusun Daftar Informasi Publik di lembaga mereka atau salah satu lembaga

yang mereka pilih sebagai contoh. Formulir Daftar Informasi Publik menjadi

acuan bagi peserta.

• Dalam 25menit kedua, fasilitatormempersilakan pesertamenjelaskan Daftar

Informasi Publik yang telah mereka susun dilengkapi dengan alasannya.

Penutup (5 menit)

• Fasilitatormenutupsesidanmengingatkanpesertabahwamenetapkaninformasi

yang dikecualikan adalah paling krusial bagi Badan Publik.

Bahan Presentasi 6a

Tahapan Penyusunan Informasi Terbuka

Identifikasi dan Klasifikasi Informasi

Buatlah Daftar Informasi Terbuka

Penjelasan

Tahap-1: Identifikasi dan Klasifikasi Informasi

• Langkah pertama yang dilakukan adalah mendata informasi apa saja yang

77

berada di bawah penguasaan suatu Badan Publik. Tugas ini terutama dilakukan

oleh PPID.

• Untuk mendata,maka aspek kewenangan Badan Publik perlu dilihat agar

informasi yang dicatat memang kewenangan Badan Publik bersangkutan.

• Dalamprosesinventarisasiitu,buatlahdaftarberdasarkan(i)Jenis,(ii)Bentuk,(iii)

Kategori,(iv) Lokasi penyimpanan, (v) pejabat yang menguasai atau yang berhak,

dan (vi) Waktu pembuatan.

• Sebagaipihakyangbertaggungjawab,PPIDharusmelakukanhal-halberikut:

a. Meminta secara resmi setiap unit kerja di Badan Publik membuat rincian

informasi yang dikuasai, dikelola, disimpan, dan dihasilkan.

b. Meminta setiap unit kerja memilah berdasarkan kategori informasi yang

berkala, informasi yang wajib disediakan setiap saat, dan informasi yang

wajib diumumkan serta-merta, atau informasi yang dikecualikan.

c. Setelah ada laporan dari seluruh unit kerja, PPID membuat kategori informasi

umum dan informasi khusus.

d. PPID membuat rangkuman dan analisis untuk kemudian memasukkan

seluruh informasi ke dalam Daftar Informasi Publik.

Tahap-2: Buatlah Daftar Informasi Terbuka

• SetelahmengumpulkansemuainformasiterbukadariunitkerjadiBadanPublik,

PPID membuat dan memasukkan hasil inventaris itu ke dalam Daftar Informasi

Publik.

• FormatDaftarInformasiPublikbisamenggunakanformatyangsudahdibakukan

oleh Komisi Informasi atau format lain yang disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi Badan Publik dan aksesibilitas masyarakat. Sistem komputerisasi

sangat memungkinkan format Daftar Informasi Publik lebih luasmencakup daftar

kolom dan barisnyadan lebih mudah dimutakhirkan.

• PPIDmembuat sistem dokumentasi untukmempermudah pencarian kembali

jika sewaku-waktu informasi yang sama diminta lagi. Bantuan arsiparis dan

pustakawan sangat membantu PPID untuk melaksanakan tugas ini.

• Agar lebih sistematis, pendokumentasian bisa menggunakan kode-kode

tertentu, baik yang disusun berdasarkan alfabetis maupun kronologis.

78

Contoh Sederhana Daftar Informasi

No.Wajib Diumumkan dan

Disediakan Secara BerkalaWajib Disediakan

Setiap SaatWajib Diumumkan

Serta-merta

1

2

Contoh Formulir Daftar Informasi Publik

No.Ringkasan Isi

Informasi

Satker/Unit Kerja/

Pejabat yang Menguasai

Penanggung Jawab Pembuatan

atau Penerbitan Informasi

Waktu dan Tempat

Pembuatan Informasi

Bentuk Informasi

yang TersediaMasa Retensi

Catatan: Ini hanya contoh manual. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan serta perangkat

teknologi dan informasi Badan Publik yang bersangkutan.

Boks 6.1

Penyimpanan dan Sistem Temu Kembali Informasi Tugas

Pertanyaandasaryangseringdiajukandalampengelolaaninformasiadalahbagaimanacaramenyimpan dan menemukan kembali informasi atau dokumen yang memuat informasiitu. Sistem penyimpanan (information storage system) dan sistem temu kembali informasi(information retrieval system/IRS)pentingkarenasatuinformasimungkindimintaberkali-kaliolehpemohonyangberbeda.

IRSlebihmemungkinkanBadanPublikmenjalankankewajibanpenyediaaninformasisecaracepat dan tepatwaktu. Pasal 7 ayat (3)UU KIPmengharuskan Badan Publikmembangundanmengembangkan sistem informasidandokumentasiuntukmengelola informasipubliksecarabaikdanefisiensehinggadapatdiaksesdenganmudah.DisetiapBadanPublik,tugasdantanggungjawabmendokumentasikan,menyimpan,danmengamankaninformasiadadipundakPPID.

Jikadokumen-dokumenterbukadisimpandiperpustakaanmakapengelolaannyadisesuaikandengansistemperpustakaannasional.Undang-UndangNo.43Tahun2007tentangPerpustakaanmenyatakankoleksiperpustakaandiseleksi,diolah,disimpan,dilayankandandikembangkansesuaikepentinganpemustakadenganmemperhatikanperkembanganteknologiinformasidankomunikasi(pasal12ayat1).

79

IRS merupakan sistem yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengankebutuhan pemakai. Sistem IRS bertujuan untuk menjembatani kebutuhan pemohoninformasidengansumberinformasi.Dengankatalain,tujuannyamempertemukanideyangdikemukakanpenulisdalamdokumendengankebutuhaninformasiyangdinyatakanpemohondalambentukpertanyaan(query).

Jikadokumenyangsesuaidenganpermintaandapatdiketahuikeberadaannyadiperpustakaan,ituberartiadakecocokanantarainformasiyangdimintadenganinformasiyangditemukan.Dengankatalain,informasiyangterdapatdalamdokumenpadabatastertentucocokdenganinformasiyangdikehendakipemohon.Kecocokaninilahyangmerupakaninti temukembaliinformasi.1

Biasanya penyimpanan informasi menggunakan nama dokumen. Itu bukan informasikarenadalamsatudokumenadabeberapainformasi.Sebelumsuatudokumenyangrelevandapat ditemukan kembali, petugas Badan Publik harusmelakukan penelusuran (search) diperpustakaan. Tentu tidak efisien jika petugas harusmencari satu per satu dokumen yangada di perpustakaan. Cara ini memakan waktu yang banyak. Sarana temu kembali yangmempermudahpencarian adalah pengkatalogan.Ada katalog deskriptif yang berbasis padabibliografi, ada pula yang berbasis pada subjek. Pada katalog deskriptif, proses identifikasimelihatciri-cirifisikdokumensepertipengarang,jumlahhalaman,judul,edisi,danukuran.Sementara itu pada katalog subjek, proses identifikasi melihat pada subjek umum materidokumensepertisosial,ekonomi,politik,hukum,danotonomidaerah.

Sistemtemukembaliinformasiterdiridarienamsubsistem,yaitu(i)Dokumen,(ii)Pengindeksan,(iii)Kosakata,(iv)Pencarian,(v)AntarmukaPenggunasystem,dan(vi)Penyesuaian.

BadanPublikyangsudahlebihmajudalampengelolaaninformasipublikseharusnyasudahmengembangkan IRS agar lebih mudah menjalankan fungsi pelayanan informasi kepadamasyarakat.

1Purwono. Dokumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal 141.

Bahan Bacaan 6.1

Informasi yang Wajib Diumumkan Serta-merta

Secara harfiah, serta-merta mengandung arti spontan, pada saat itu juga harus dilakukan.

Kriteria utama informasi yang wajib diumumkan serta-merta adalah karena alasan

mengancam hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum.

Disampaikan dengan cara yang mudah diakses masyarakat dan dengan bahasa yang

mudah dipahami masyarakat.

Ada kewajiban membuat standar pengumuman.Siapa saja yang wajib membuat?Bukan

hanya Badan Publik yang punya kewenangan atas suatu informasi yang mengancam

80

hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum, tetapi juga Badan Publik lain

yang punya perjanjian dengan pihak ketiga yang kegiatannya berpotensi mengancam

hajat hidup orang banyak dan terkait kepentingan umum.

Informasi-informasi itu antara lain mengenai:

a. Bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan karena faktor alam, hama

penyakit tanaman, epidemik, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa

atau benda-benda angkasa.

b. Keadaan bencana non-alam seperti kegagalan industri atau teknologi, dampak

industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan, dan kegiatan keantariksaan.

c. Bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

d. Jenis, persebaran, dan daerah yang menjadi sumber penyakit yang berpotensi

menular.

e. Racun dalam bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat.

f. Rencana gangguan terhadap utilitas publik.

Standar minimal yang harus dipenuhi saat mengumumkan informasi yang bersifat serta-

merta adalah:

• Potensibahayadan/ataubesarandampakyangakanditimbulkan.

• Pihakyangberpotensiterkenadampak.

• Prosedurdantempatevakuasijikaterjadikeadaandarurat.

• Caramenghindaribahayadan/ataudampak.

• Caramendapatkanbantuandaripihakberwenang.

• Pihak-pihakyangwajibmengumumkan.

• Tatacarapengumuman.

• UpayayangdilakukanBadanPublikuntukmenanggulangi.

Boks 6.2

Surono Si ‘Juru Kunci’ Merapi

“Sayalebihsukamenontonpertandinganboladaripadabacaberita,”kataSurono.

VIVAnews - Hingga kini, Keraton Yogyakarta belum memilih juru kunci Gunung MerapipenggantiMbahMaridjanyangmeninggalduniaakibatawanpanas‘wedhusgembel’pada26

81

Oktoberlalu.Kini,adasatunamayangdisebut-sebutsebagai‘jurukunci’Merapi,yakniDoktorSurono.

Priaberubandanberkacamatakelahiran8Juli1955itu,kinisetiapharimunculdilayarkaca,mediaonline, radio,hinggamedia cetak. Setiappernyataannya selalumenjadi rujukandanacuandetikdemidetikperkembangangunungdi perbatasan JawaTengah-Yogyakarta yangkinimasihberstatusAwasitu.

Sekaliwaktu,SuronomenyampaikankepadaVIVAnews.combetapabimbangnyasaat setiapkalimembubuhkantandatanganpenetapanstatusawasbagigunungapi.SepertihalnyasaatmenaikkanstatusGunungMerapi.“Ketikasayatandatangan,ituberartiartinyaribuanorangakandiungsikan,”kataSuronosaatdihubungilewattelepon,Selasa2Novemberlalu.

GunungMerapiditingkatkanstatusnyadariSiagamenjadiAwasterhitungSenin25Oktober2010pukul06.00WIB.Iniadalahleveltertinggi.WakilBupatiSleman,YuniSatiaRahayumenerimasurat pemberitahuan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian(BPPTK) Yogyakarta kepada Pemerintah Kabupaten Sleman. Surat pemberitahuan statusmerapidinaikkandarisiagakeawastertandaNomor2044/45/BGL.V/2010.

“Untungnyainformasistatusawasitudisampaikanpemerintahdaerah.Cobawartawanlebihawalmengetahuidaripadasaya,bisakacaunantinya,”kataSuronosambilbercanda.Sudahsepekan Surono menjadi narasumber yang sangat penting bagi media dan masyarakat diTanahAir.PeringatandemiperingatanyangdisampaikanSuronomenjadirujukanbagisegalakegiatandiMerapi.Terutamauntukpenangananevakuasipengungsi.Bahkan,PresidenSusiloBambangYudhoyono(SBY)‘tunduk’atasrekomendasidanimbauanyangdikeluarkanSurono.

“Soal gunung, saya pun sebagai presiden, tetap tunduk pada Pak Rono. karena dia yangmengetahuigeologinya,”kataSBYdiposutamaMerapidiPakem,Yogyakarta,Rabu3November2010.‘

Tingkahpolah’gunungapidiseluruhIndonesiadapatdiketahuidarisatupintu,Surono.SBYpunmengakui itu. “Waktu Kelud (pascameletus), pengungsi bertanya, apakah kami bolehpulang, saya jawab yang memberikan pernyataan Pak Rono karena Badan Geologi yangmengetahui kondisi aman tidaknya.Mari kita tunggu pernyataan Pak Rono,” kata SBY diposutamaMerapidiPakem,Yogyakarta,Rabu3November2010.DemikianjugadengandiSinabung.Saatitu,wargayangmerasakondisisudahamanmintaizinuntukpulang.JawabanSBYtetapsama:“Tunggu,karenayangmemberikeputusanPakRono.”

KutipanSuronomenjadiinformasiyangpentingbagimasyarakat,terutamapengungsi.Tetapi,Suronorupanyatidakpernahmembaca,melihat,ataumendengarkanlagisetiappernyataanyang sudah diberikan kepadamedia. Alasannya sederhana. Dalam ritme kerja yang tinggiini, Surono tidak ingin terganggu dengan segala hal pemberitaan dan interpretasi media.

“Saya tidak baca koran, nonton berita, atau yang lainnya. Karena itu akanmempengaruhiemosisaya.Makanya,sayalebihsukanontonpertandinganbola.Wartawanitu,dijawabsalah,tidakdijawabjugasalah,”ujarSuronoyangsuaranyaterdengarsemakinparau.Diamengakui,kondisikesehatannyaterusmenurunseiringkondisiMerapiyangbelummereda.Bahkan,“Pita

82

suarasayasemakingawat.Banyakmerokok,kurangtidur.”

SiapaSurono?KepalaPusatVulkanologidanMitigasiBencanaGeologi(PVMBG)KementerianEnergidanSumberDayaMineral(ESDM)itululussarjanajurusanFisikadiInstitutTeknologiBandung(ITB)pada1982.Limatahunkemudian,priayangtinggaldiParongpongBandungini,terbangkePrancisuntukmelanjutkanstudi.

Pada1989,‘sesepuh’gunungberapiinimendapatgelarDEAMechanique Mileux Geophysique et EnvironmentdariGrenobleUniversitydiGrenoble,Prancis.Sepertitidakadajeda,padatahunyangsamaayahduaputriinikembalimelanjutkanpendidikan.GelardoktorgeofisikasuksesdiraihdariSavoeiUniversity,Chambery,Prancis,pada1993.

Sebelum mencapai posisi puncak di dunia Vulkanologi. Surono sudah merintis karier diPVMBG. Suronomulaimenjadi staf Divisi Pengamatan Gunung Api di PVMBG sejak 1982hinggaakhirnyadipercayamenjadiKepalaPVMBGmulai2005.

BerbagaikeahliantentangkegunungapiandidapatSuronodariberbagailembagadunia.SepertidariUnesco(OrganisasiPendidikan,IlmuPengetahuan,danKebudayaanPerserikatanBangsa-Bangsa)danUSGS(lembagaSurveiGeologiAS).Puluhanpublikasi tentangkegunungapiandariSuronosudahterbit.MbahMaridjanmemangjurukuncipilihanKeraton,tetapibukan

tidakmungkinSurono‘JuruKunci’MerapidariIstanaPresiden.(umi)

Sumber: www.vivanews.com. Kamis, 4 November 2010, 07:13. (Disunting kembali

untuk penerbitan modul ini)

Bahan Bacaan 6.2

Informasi yang Wajib Diumumkan dan Disediakan Secara Berkala

Badan Publik wajib mengumumkan dan menyediakan informasi secara berkala.Secara

berkala mengandung arti diumumkan dan disediakan dalam periode waktu tertentu

dan teratur.Misalnya, enam bulan sekali, satu tahun sekali, atau tiga bulan sekali.Periode

berkala ini diatur UU KIP cenderung moderat karena hanya mewajibkan paling cepat

enam bulan sekali (per semester). Tetapi Perki No. 1 Tahun 2010 memberi batasan lain,

yakni paling lambat sekali dalam setahun.

Informasi yang wajib diumumkan dan disediakan secara berkala adalah:

a. Informasi yang berkaitan dengan profil Badan Publik.

b. Ringkasan informasi mengenai program dan/atau kegiatan yang sedang

dijalankan.

c. Ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkup Badan Publik berupa narasi

kegiatan yang telah dan sedang dijalankan beserta capaiannya.

83

d. Ringkasan laporan keuangan.

e. Ringkasan laporan akses informasi.

f. Informasi laintentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang mengikat

dan/atau berdampak bagi publik.

g. Informasi tentang hak dan tata cara memperoleh informasi publik serta pengajuan

keberatan dan penyelesaian sengketa beserta pihak-pihak yang bisa dihubungi.

h. Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau

pelanggaran oleh Badan Publik atau pihak yang mendapatkan izin atau perjanjian

kerja dari Badan Publik bersangkutan.

i. Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa.

j. Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi dalam

keadaan darurat di Badan Publik bersangkutan.

k. Informasi lain yang diatur dalam perundang-undangan.

Bahan Bacaan 6.3

Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat

Badan Publik tidak pernah mengetahui kapan persisnya pemohon mengajukan

permohonan informasi.Untuk jenis informasi tertentu, Badan Publik harus menyediakannya

setiap saat.Langkah antisipasi dibutuhkan jika sewaktu-waktu ada permohonan.Agar

informasi mudah diakses maka mekanisme pengelolaan dan penyimpanan menjadi

penting.

Berikut informasi yang wajib tersedia setiap saat:

• DaftarInformasiPublik.

• Peraturan,keputusandan/ataukebijakanBadanPublik.

• Seluruhinformasilengkapyangwajibdiumumkandandisediakansecaraberkala.

• Informasi tentangorganisasi, administrasi kepegawaian,dan keuanganBadan

Publik.

• Surat-suratperjanjiandenganpihakketigabesertadokumenpedukungnya.

• Suratmenyuratpimpinanataupejabatpublikdalamrangkapelaksanaantugas

pokok dan fungsinya.

• Syarat-syaratperizinan, izin yangditerbitkanberikutdokumenpendukungnya,

dan laporan penataan izin yang diberikan.

84

• Datainventariskantor.

• RencanastrategisdanrencanakerjaBadanPublik.

• Agendakerjapimpinansatuankerja.

• Kegiatanpelayananinformasipublik.

• Pelanggaran yang ditemukan dalam pengawasan internal beserta laporan

penindakannya.

• Daftarsertahasil-hasilpenelitianyangdilakukan.

• Informasiyangsudahdinyatakanterbukaberdasarkanmekanismepenyelesaian

sengketa.

• Standarpengumumaninformasi.

• Kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka

untuk umum.

Bahan Bacaan 6.4 (Studi Kasus)

Dokumen Terbuka, Informasi Dikecualikan(LBH Masyarakat versus BNN)

Badan Publik tidak pernah mengetahui kapan persisnya pemohon mengajukan

permohonan informasi.Untuk jenis informasi tertentu, Badan Publik harus menyediakannya

setiap saat.Langkah antisipasi dibutuhkan jika sewaktu-waktu ada permohonan.Agar

informasi mudah diakses maka mekanisme pengelolaan dan penyimpanan menjadi

penting.

Latar Belakang

Pada 1 Mei 2012, Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM) yang berdomisili di

Jakarta telah mendaftarkan permohonan sengketa informasi publik di Kepaniteraan

Komisi Informasi Pusat.Permohonan sengketa diajukan karena Badan Narkotika Nasional

(BNN) tidak memenuhi seluruh permintaan informasi yang diajukan LBHM pada 27

Februari 2012.Pemohon mengajukan permintaan informasi dengan alasan bahwa

LBHM adalah lembaga yang selama ini banyak mendampingi korban kasus narkotika

dan informasi ini akan menjadi bahan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya

narkoba.

Adapun informasi yang diminta adalah tiga Peraturan Kepala BNN yang diterbitkan

tahun 2011, yaitu No. 3 tentang Teknik Penyidikan dan Penyerahan di Bawah Tangan, No.

4 tentang Teknik Penyidikan Pembelian Terselubung, dan No. 5 tentang Petunjuk Teknis

Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana dan Prekursor Narkoba.

85

Tanggapan Termohon

BNN tidak memberikan informasi yang diminta karena peraturan itu bersifat internal

dan tidak boleh diketahui publik.Informasi yang termuat dalam dokumen peraturan itu

kalau diberikan dapat menghambat penyelidikan dan penyidikan serta menganggu

pengungkapan kasus.Larangan memberikan itu sesuai pasal 17 huruf a UU KIP.

Setelah melalui proses keberatan dan tetap tidak puas, LBHM mengajukan sengketa

informasi ke KI Pusat. Oleh karena termohon beralasan yang diminta adalah informasi

yang dikecualikan, maka tidak ada sidang mediasi.

Pertimbangan

Majelis komisioner mengatakan kalau suatu peraturan tidak diundangkan, maka sifatnya

untuk internal dan tidak bisa dianggap sebagai peraturan perundang-undangan.

Mengutip pendapat ahli, materi Peraturan Kepala BNN yang diminta tidak mengatur

keluar sehingga tidak perlu diundangkan.Sifatnya hanya semacam juknis bagi penyelidik

dan penyidik BNN. Pasal 18 UU KIP memang menegaskan bahwa peraturan adalah

informasi terbuka, namun majelis berpendapat, dalam dokumen yang diminta ternyata

ada informasi yang dikecualikan sesuai Pasal 17 huruf a angka 1 UU KIP.

Putusan Ajudikasi KIP

Pada 2 Oktober 2012, majelis komisioner KIP membacakan putusan yang pada intinya

menyatakan dokumen yang diminta adalah dokumen terbuka yang di dalamnya terdapat

informasi yang dikecualikan. Majelis memerintahkan BNN memberikan dokumen yang

diminta setelah melakukan penghitaman pada bagian informasi yang dikecualikan.

Misalnya, pasal 3 sampai pasal 27 Peraturan Kepala BNN No. 3 Tahun 2011 dinyatakan

sebagai informasi yang dikecualikan.

Pertanyaan kunci:

1. Apakah putusan itu sudah tepat dilihat dari pasal 17 huruf a UU KIP?

2. Apakah putusan itu sudah tepat dilihat dari pasal 18 ayat (1) huruf b UU KIP

juncto Pasal 11 ayat (1) huruf f Perki No. 1 Tahun 2010?

3. Bagaimana melihat kasus ini dari perspektif UU No. 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan?

Sesi - 7

MENGELOLA INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

89

Sesi - 7

MENGELOLA INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

Pengantar

“Keputusan saya untuk menulis pengalaman selama menjadi anggota

Wantimpres Bidang Hukum periode 2007-2009, pasti akan menimbulkan

pertanyaan mengingat adanya ketentuan hukum pasal 6 ayat (1) UU Dewan

Pertimbangan Presiden No. 19/2006, yang berbunyi: Dalam menjalankan

tugas dan fungsinya, anggota Wantimpres tidak dibenarkan memberikan

keterangan, pernyataan, dan/atau menyebarluaskan isi nasihat dan

pertimbangan kepada pihak manapun”.1

Nukilan di atas merupakan pernyataan pengacara senior Adnan Buyung

Nasution dalam kata pengantar dalam bukunya ‘Nasihat untuk SBY’.

Penerbitan buku ini pada Mei 2012 lalu telah menimbulkan pro dan kontra,

terutama mengenai kelayakan dan etika berkaitan dengan materi buku.

Buyung telah membuka kepada publik informasi yang oleh undang-undang

harus ia rahasiakan dalam rangka jabatannya.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden

(Wantimpres) telah tegas menyebutkan larangan bagi anggota Wantimpres

membuka kepada publik mengenai nasihat-nasihat yang mereka sampaikan

kepada Presiden. Larangan ini satu nafas dengan apa yang disebut pasal 17

huruf j UU KIP, yakni “informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan

undang-undang”.

Faktanya, secara sadar Buyung telah membuka nasihat-nasihatnya melalui

2Adnan Buyung Nasution. Nasihat untuk SBY. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, bagian Pengantar.

90

buku yang bisa dibaca oleh siapapun dan dijual bebas.Komenter Buyung

terhadap hal ini: “Menurut hemat saya, tidak ada kerahasiaan yang mutlak.

Tidak semuanya harus dirahasiakan”.

UU KIP sendiri menganut asas informasi yang dikecualikan bersifat ketat dan

terbatas.Terbatas dari sisi jumlah dan ketat dari sisi mekanisme penetapan

kerahasiaannya.Meskipun suatu informasi dinyatakan rahasia, penetapan

kerahasiaan itu pada umumnya tidak permanen. Pasal 20 ayat (1) UU KIP

sudah menegaskan seluruh materi pasal 17 huruf a sampai f tidak bersifat

permanen.Ada jangka waktu atau masa retensi suatu informasi bersifat

rahasia.

Pengecualian-pengecualian dalam hak atas informasi diatur dalam beberapa

pasal UU KIP yang harus dibaca menyeluruh dan komprehensif agar dapat

dipahami secara utuh.Badan Publik perlu memahami bagaimana mengelola

informasi yang dikecualikan sesuai prinsip-prinsip pengecualian yang diatur

dalam UU KIP.Kesiapan Badan Publik melakukan uji konsekuensi secara

layak dianggap sebagai tantangan implementasi UU KIP.2 Apalagi UU KIP

tidak mengatur mekanisme baku mengenai pengujian atas konsekuensi.

2Dessy Eko Prayitno dkk (penyusun). Penafsiran atas Pengecualian dalam Hak atas Informasi: Pengalaman di Indonesia dan Negara Lain. Jakarta: Center for Law and Democracy dan ICEL, 2012, hal. 2.

91

Tujuan • Peserta mampu menjelaskan alasan-alasan suatu informasi

dikecualikan.

• Peserta mengetahui dan memahami cara melakukan uji

konsekuensi.

Metode • Diskusikelompok

• Presentasi/ceramah

• Studikasus

Waktu 180 menit

alat Bantu

Belajar

• Kertasmetaplan

• Plano

• Spidol

Media • Bahanbacaan

• Bahansimulasi

• Bahanpresentasi

• Ringkasankasus

Catatan untuk

Fasilitator

• Di sesi ini, fasilitator perlu membangun kemampuan peserta

membuat mekanisme pengujian atas suatu informasi yang

dikecualikan.

• Fasilitator perlu menyiapkansatu contoh kasus untuk dibahas

dalam studi kasus. Peserta diminta menuliskan informasi apa saja

yang tertutup dari kasus itu dan pembahasan kasus dilanjutkan

di diskusi kelompok. Kemudian peserta diminta membuat dasar

dan argumentasi penolakan berdasarkan UU KIP dan UU lainnya

di bidang pendidikan, kesehatan, atau narkotika.

• Disesidiskusikelompok,sebaiknyanarasumbertetapberadadi

tempat untuk menyaksikan proses yang dilakukan peserta guna

bahan evaluasi.

• Fasilitator menggunakan panduan uji konsekuensi pada tahap

evaluasi.

92

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormenjelaskankaitansesiinidengansesisebelumnyayangmembahaspengelolaan informasi terbuka.

• Fasilitatormenekankanbetapapentingnyasesiinidiikutidengansaksamakarenasangat krusial bagi Badan Publik.

Presentasi fasilitator (10 menit)

• Fasilitator menjelaskan sekilas tentang kategori informasi yang dikecualikandalam UU KIP, meliputi makna, cakupan, dan asas-asasnya.

Studi kasus (30 menit)

• Fasilitator membagikan ringkasan kasus mengenai pendidikan, misalnyamengenai penerimaan siswa baru.

• Pesertadimintamenentukanhal-halberikutdarikasusitu:

1. Apa nama Badan Publiknya?

2. Yang mana dari kasus itu merupakan informasi yang terbuka?

3. Apa saja yang termasuk informasi yang dikecualikan?

4. Mengapa informasi itu termasuk yang dikecualikan?

5. Siapa saja seharusnya yang boleh mengetahui informasi yang dikecualikan itu?

6. Apa yang dilakukan oleh Badan Publik agar informasi/dokumen rahasia itu tidak bocor?

• Peserta mencatatkan pandangannya di kertas metaplan. Fasilitator memilihbeberapa orang peserta untuk menyampaikan pandangannya mengenai kasus itu.

Presentasi narasumber (45 menit)

• Fasilitatormemperkenalkannarasumbersertakapasitasnyasesuaibidangyangakan dibahas. Perkenalandapat dilakukan saat menyampaikan garis-garis besar pengecualian informasi.

• Narasumbermenyampaikanpresentasi.

• Presentasifokuspadamekanismepengujiankonsekuensi.

Diskusi kelompok (30 menit + 40 menit)

93

• Setelahmendengarkanceramahdarinarasumber,fasilitatormembagikankertasplano kepada setiap kelompok. Fasilitator juga mencatat di plano poin-poin pengujian konsekuensi yang telah disampaikan narasumber.

• Masing-masing kelompok diberikan tugasmembuat contoh-contoh informasiyang dikecualikan di lembaga mereka sekaligus menyiapkan alasan-alasan berdasarkan mekanisme pengecualian yang telah disampaikan narasumber.

• Padasesikeduadiskusikelompok(45menit),fasilitatormempersilakanmasing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan forum. Pada sesi ini fasilitator juga mencatat di plano tentang kesesuaian hasil diskusi kelompok dengan mekanisme pengujian yang telah disampaikan fasilitator.

Evaluasi fasilitator (15 menit)

• Fasilitatormelakukanevaluasihasildiskusisecaraumum.

• Fasilitatormenggunakanpanduanujikonsekuensidanmenjelaskantatacaranya.

Penutupan (5 menit)

• Fasilitator menegaskan pentingnyamenyusun argumentasi dan alasan dalammenentukan pengecualian informasi.

• Sesiiniditutupdanfasilitatormenekankankepadapesertauntuktetapmengingatdan memahami mekanisme pengecualian informasi.

Bahan Bacaan 7.1

Informasi yang Dikecualikan

Rezim keterbukaan informasi di negara manapun mengenal prinsip kerahasiaan terbatas.UU KIP juga mengenal informasi yang dikecualikan atau jenis informasi yang sifatnya rahasia.

Definisi

Informasi yang dikecualikan adalah informasi yang tidak dapat diakses oleh pemohon informasi publik sebagaimana ditentukan dalam UU KIP.Jadi, semua informasi publik dapat diakses kecuali informasi yang dikecualikan.

Dasar Pengecualian

Pengecualian informasi publik didasarkan pada: (i) Pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan; serta (ii) Setelah dipertimbangkan dengan

94

saksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, atau sebaliknya.

Konsekuensi

Pasal 6 ayat (1) UU KIP memberikan hak kepada Badan Publik menolak memberikan

informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tiga Kerahasiaan Dasar dalam UU KIP

Kepentingan yang ingin dilindungi dalam kerangka pengecualian informasi menurut UU

KIP meliputi penegakan hukum, ketahanan ekonomi nasional, hak kekayaan intelektual

dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, kekayaan alam Indonesia,

pertahanan dan keamanan negara, informasi pribadi, surat-menyurat antar dan antara

Badan Publik, serta informasi lain yang tidak boleh dibuka berdasarkan undang-undang.

Namun secara umum informasi-informasi yang dikecualikan berdasarkan pasal 17 UU

KIP dapat dikategorikan ke dalam tiga kerahasiaan dasar seperti terlihat pada bagan

berikut:

Gambar 7.1

Tiga Kerahasiaan Dasar

Kerahasiaan Negara

Penetapan kerahasiaan negara bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional yang

direpresentasikan oleh lembaga-lembaga negara. Meliputi antara lain kerahasiaan

bidang pertahanan dan keamanan negara, penegakan hukum, dan surat menyurat antar

Badan Publik negara. Poin penting dari penetapan kerahasiaan negara adalah kejelasan

rumusan dan kriteria agar dalam praktik tidak menimbulkan multitafsir.

Kerahasiaan Bisnis

Penetapan kerahasiaan bisnis bertujuan untuk menjamin agar persaingan usaha yang

sehat tetap berlangsung. Jika rahasia bisnis tidak dilindungi, maka persaingan usaha

tidak sehat akan terus terjadi serta tidak ada penghargaan pada inovasi dan karya

intelektual seseorang. Kerahasiaan bisnis umumnya menyangkut rahasia dagang (trade

secret) dan hak kekayaan intelektual (merek, hak cipta, desain industri, paten).

95

Kerahasiaan Pribadi

Penetapan kerahasiaan pribadi bertujuan melindungi kepentingan-kepentingan privat

atau pribadi warga negara. Pasal 28 G UUD 1945 menyebutkan hak setiap orang

mendapatkan perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta

benda. Dalam UU KIP, kerahasiaan pribadi meliputi akta otentik yang bersifat pribadi dan

wasiat, latar belakang pendidikan, jejak rekam kesehatan, kondisi keuangan, dan hasil-

hasil evaluasi psikologis. Indonesia belum memiliki aturan lengkap tentang perlindungan

data pribadi atau kerahasiaan pribadi. Salah satu yang sering muncul adalah keluhan

tentang nomor komunikasi pribadi warga negara yang tidak terlindungi (Lihat Kotak7.1).

Pengecualian atas Pengecualian

Informasi yang dikecualikan tidak bersifat permanen.Kerahasiaan suatu informasi sangat

tergantung pada waktu (masa retensi) dan persyaratan publik. Kerahasiaan data pribadi

misalnya, tidak lagi menjadi informasi yang dikecualikan jika memenuhi syarat: (i) Ada

persetujuan dari yang bersangkutan; dan (ii) Pengungkapan berkaitan dengan jabatan

publik. Catatan medis seseorang bisa diakses jika pasien menyetujui sendiri. Daftar

kekayaan calon pejabat negara bukan saja bisa diakses tetapi wajib dilaporkan oleh

yang bersangkutan.

Contoh informasi yang dikecualikan beserta pengecualian atas pengecualian dapat

dilihat pada informasi mengenai penegakan hukum yang disebut dalam pasal 17 huruf

a dan pasal 18 ayat (1) UU KIP.

No. Informasi yang Dikecualikan Pengecualian atas Pengecualian

1 Menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana.

Putusan badan peradilan.

2 Mengungkapkan identitas informan pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui ada tindak pidana.

Ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran atau bentuk kebijakan lain, baik yang mengikat ke dalam maupun ke luar serta pertimbangan lembaga penegak hukum.

3 Mengungkapkan data intelijen kriminal, rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional.

Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3), Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2).

4 Membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya.

Rencana pengeluaran tahunan dan laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum.

5 Membahayakan keamanan peralatan, sarana dan/atau prasarana penegak hukum.

Laporan hasil pengembalian uang korupsi.

96

Boks 7.1

Praktik Jual Beli Data Nasabah Kartu Kredit Marak

YayasanLembagaKonsumenIndonesia(YLKI)menyayangkanmaraknyapenyalahgunaandatanasabahkartukredit.MenurutYLKI,isiaplikasikontrakyangbiasadigunakanbankkepadanasabahperludiperbaiki.Soalnya,ketentuanyangtercatatdalamklausulkontrakmembuatkonsumentidakmemilikipilihan.

BilaAndamembukaaplikasikartukredit,disituadaklausulyangmengatakanbahwakonsumenmemberikuasakepadabankuntukmenggunakandatanasabahbaikuntukkepentingandirinyamaupununtukkepentinganlainnya.MenurutKetuaHarianYLKI,Sudaryatmo,haldemikianharusdiwaspadaiolehnasabah.

Diamengatakan,adanyaklausulkontraksemacamitutidakmenutupkemungkinanterjadinyakasusjualbelidatanasabaholehbank.Soalnya,konsumentidakmemilikipilihanlainkecualiharusmengikutiaturanyang tertera.Atasdasar itu, iamendesakBank Indonesia (BI)agarmelarangklausulkontraksemacamini.

Menurut Sudaryatmo, kasus semacam ini membuktikan bahwa konteks perlindungankonsumendisektorjasakeuangandanperbankansaatinimasihminim.“Isikontraknyasajamemangmemberikankuasakepadabank.Jadi,kalaumaudiperbaiki,yaisikontraknyasaja,”ujarnya.

Untukdiketahui,pekanlalu,BIkembalimenemukanmaraknyapenyalahgunaandatanasabahkartukredit.KepalaBiroPengembangandanKebijakanSistemPembayaranDirektoratAkuntingdanSistemPembayaranBankIndonesia,Aribowomengatakandata-dataitudiperjualbelikankepadasesamaperusahaanoutsourchingyangdisewapenerbitkartukredit.

Outsourcing sebuah bank itumenjual data para nasabah kepada outsourcing bank lain danselanjutnyadatatadiakandigunakanuntukmengisiformuliraplikasipengajuankartukreditsinasabah.Olehsebabitu,banyakkeluhandariwargamasyarakatmengapaseringmenerimateleponyangmenawarkankartukreditataupunsuratyangdatangkerumahdimanaberisiaplikasikartukredityangtelahlengkapbahkanbersamakartukreditnya.

Menurut Aribowo, negara sebetulnya telah berupaya melindungi para nasabah, di manapemindahtanganandatanasabahadalahhalyangdilarangdantidaksesuaidenganUndang-UndangKerahasiaanBank. Berdasarkan aturan itu, bank dilaranguntukmembuka apalagimemberikandatanasabahnyakepihaklain.

Sekadarcatatan,yangdimaksudrahasiabankadalahsegalasesuatuyangberhubungandenganketeranganmengenainasabahpenyimpandansimpanannya.Keteranganmengenainasabahselain nasabah penyimpan dan simpanannya, bukan merupakan keterangan yang wajibdirahasiakanolehbank.Ketentuantersebutberlakupulabagipihakterafiliasi.

Ketentuanrahasiabanktidakberlakuuntuk:

a) Kepentinganperpajakan.

b) PenyelesaianpiutangbankyangsudahdiserahkankepadaBadanUrusanPiutangdanLelangNegara(BUPLN)/PanitiaUrusanPiutangNegara(PUPN).

97

c) Kepentinganperadilandalamperkarapidana.

d) Kepentinganperadilandalamperkaraperdataantarabankdengannasabahnya.

e) Tukar-menukarinformasiantarbank.

f) Permintaan,persetujuanataukuasanasabahpenyimpanyangdibuatsecaratertulis.

g) Permintaanahliwarisyangsahdarinasabahpenyimpanyangtelahmeninggaldunia.

h) Dalamrangkapemeriksaanyangberkaitandengantindakpidanapencucianuang.

Pelaksanaanketentuandalamhurufa,bdancwajibterlebihdahulumemperolehperintahatauizin tertulisdaripimpinanBIuntukmembukarahasiabank, sedangkanuntukpelaksanaanketentuanhurufd,e,f,gdanh,perintahatauizintidakdiperlukan.

Pasal44ayat(1)UUPerbankanUmummenyatakan,dalamrangkatukar-menukarinformasiantarbank,direksibankdapatmemberitahukankeadaankeuangannasabahnyakepadabanklain.Ayat (2), ketentuanmengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalamayat(1)diaturlebihlanjutolehBI.

Dalam hal ini, bankwajibmenerapkan transparansi informasimengenai produk bank danpenggunaandatapribadinasabahyangditetapkandalamkebijakandanprosedurtertulis.BankwajibmenyediakaninformasitertulisdalambahasaIndonesiasecaralengkapdanjelasmengenaikarakteristik(termasukrisiko)setiapprodukbank.Dalamhalbankakanmemberikandanataumenyebarluaskandatapribadinasabah,bankwajibmemintapersetujuantertulisdarinasabah.

KabiroHumasBI,DifiA.Johansyahmengakuiadalaporandarimasyarakatkepadabanksentralterkaitpraktikjualbelidatanasabahkartukredit.BI,sendiri,katanya,sedangmenindaklanjutilaporanitu.Hanya,iaengganberceritalebihdetailbagaimanapraktiksepertiinibisaterjadi.

“Yang pasti kami akan terusmelakukan sosialisasi kepada pihak bank agarmenjaga ketatseluruh data nasabah agar tidak sembarangan diberikan kepada outsourcing yang telahbekerjasamadenganbankitu,”tuturnya.

Sementara itu,Board of ExecutiveAsosiasikartuKredit Indonesia(AKKI),DoditWProbojakti,mengatakanpenyalahgunaandataselamainilebihbanyakdiareapersonalloan(KTA),bukankartukredit.Iamenegaskan,jualbelidataadalahsesuatuyangsangatsulitdibuktikan.

“Kalausayatidaksalah,adaPBIyangmelarangbankmemberikandatapribadinasabahuntukkeperluanpenawaranproduktanpapersetujuandarinasabah,”katanya.

Iamenambahkan,AKKIselalubekerjasamadenganseluruhpenerbitkartukreditdanBIuntukmemberikan consumer education, seperti jangan pernahmemberikan data pribadi (terutamanomorkartukredit,expired date,dll)kepadasiapapun,meneleponbankjikakartukredithilangataudicuriuntukmenghindarkanpenyalahgunaannya,selalumemeriksalembartagihankartukredit,danmeneleponbankjikaadatagihanyangtidakdiakui.

Sumber: www.hukumonline.com. Dipublikasikan pada Rabu, 03 November 2010.(Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)

98

Bahan Bacaan 7.2

Mekanisme Uji Konsekuensi

Pasal 19 UU KIP menyebutkan PPID di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian

tentang konsekuensi dengan saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan

informasi publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap orang. Tugas dan

tanggung jawab PPID itu juga disinggung dalam pasal 14 ayat (1) huruf e Peraturan

Pemerintah No. 61 Tahun 2010tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomer 14 tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang menegaskan PPID bertugas dan

bertanggung jawab dalam pengujian konsekuensi.

Pengujian konsekuensi (consequential harm test) adalah pengujian mengenai

konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat

dengan mempertimbangkan dengan saksama bahwa menutup informasi publik dapat

melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya, atau sebaliknya.

Pasal 2 ayat (4) UU KIP juga menyinggung kepentingan umum (publik) dalam rangka

pengujian konsekuensi. Dengan demikian UU KIP menggunakan dua prinsip untuk

memastikan pengecualian atas suatu informasi, yaitu:

a. Uji konsekuensi.

b. Uji kepentingan publik.

Pelaksanaan uji konsekuensi merupakan tugas dan tanggung jawab yang bersifat

prosedural.Tetapi berimplikasi yuridis pada ketentuan sanksi dalam pasal 52 dan pasal 54

UU KIP. Uji konsekuensi harus dilakukan sebelum PPID menolak permohonan informasi

atas dasar substansinya masuk kategori informasi yang dikecualikan pengecualian (pasal

6 ayat 1 UU KIP). Uji konsekuensi dilakukan agar PPID bisa memastikan suatu informasi

bersifat rahasia dan tidak bisa diakses dalam kurun waktu tertentu.

Konsekuensi yang timbul adalah konsekuensi yang membahayakan kepentingan yang

dilindungi berdasarkan UU KIP apabila suatu informasi dibuka. Suatu informasi yang

dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik.Jika

kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu informasi,

informasi tersebut harus dirahasiakan.Sebaliknya, jika kepentingan publik yang lebih

besar dapat dilindungi dengan membuka suatu informasi, maka informasi harus dibuka.

Tahap-Tahapan Uji Konsekuensi

Klarifikasi informasi yang dimohon

PPID melakukan identifikasi dan klarifikasi jenis informasi yang diminta pemohon.Jika

dibutuhkan PPID perlu melakukan klarifikasi langsung kepada pemohon agar diketahui

dokumen yang memuat informasi itu.

99

Identifikasi dasar hukum pengecualian

Setelah spesifik dan akurat informasi yang diminta, PPID harus mencari pijakan hukum

dalam UU KIP dan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur informasi yang

diminta.

Identifikasi tujuan pengecualian

Tujuan permohonan informasi selalu diperlukan jika yang diminta adalah informasi yang

dikecualikan. PPID harus memperjelas kesesuaian antara tujuan pemohon dengan jenis

informasi yang diminta.

Analisis konsekuensi yang dapat ditimbulkan

Pada tahap ini PPID dan unit kerja lain di Badan Publik melakukan analisis terhadap

konsekuensi yang mungkin ditimbulkan jika informasi itu diberikan. Badan Publik dapat

memanfaatkan pendapat ahli pada tahap analisis konsekuensi ini.

Hasil analisis perlu didalami lagi untuk memastikan ada tidaknya pernyataan kerahasiaan

derivatif, yakni kerahasiaan yang harus diuraikan menjadi satu atau lebih kerahasiaan

mendasar sebagaimana dinyatakan pasal 6 ayat (3) dan pasal 17 UU KIP. Sering terjadi,

suatu informasi dikecualikan lebih dari satu alasan konsekuensi (multiple secrecy) dan

lintas jenis kerahasiaan. Misalnya, rahasia rekening nasabah di bank plat merah bisa

meliputi rahasia pribadi, rahasia penegakan hukum, bahkan mungkin rahasia negara

(Lihat Kotak 7.2).

Identifikasi pengecualian atas pengecualian

PPID melakukan identifikasi dengan melihat aturan yang mungkin mengecualikan atas

pengecualian itu.Sering kali suatu informasi masuk kategori dikecualikan tetapi mungkin

ada aturan yang memberi perlakuan khusus untuk subjek atau kondisi tertentu.

Merumuskan kesimpulan

PPID menyusun kesimpulan dari semua tahapan sebelumnya. Kesimpulan tertulis

minimal menjawab pertanyaan:

a. Apakah informasi yang diminta benar-benar masuk kategori informasi yang

dikecualikan?

b. Seperti apakah alasan-alasan yuridis yang mendasari kesimpulan akhir?

Uji Kepentingan Publik

Selain uji konsekuensi yang sudah dibahas tadi, Badan Publik juga diharuskan melakukan

uji kepentingan publik.Uji kepentingan publik adalah mekanisme yang lazim di berbagai

negara.Prinsipnya, PPID di Badan Publik melakukan pengujian terhadap kepentingan

publik.Jika kepentingan publik lebih besar menghendaki informasi ditutup, maka

100

PPID membuat pertimbangan untuk menyatakan suatu informasi dikecualikan.Tugas

berat PPID adalah mendefinisikan kepentingan publik yang lebih luas dan ini termasuk

parameter yang digunakan.

Uji kepentingan publik dilakukan dengan mendalami beberapa faktor yang sesuai.

Badan Publik harus memastikan bahwa faktor itu tetap terlindungi meskipun suatu

informasi ditutup. Faktor-faktor yang sesuai untuk dipertimbangkan antara lain:

a. Masyarakat tetap dapat berpartisipasi secara efektif dalam pembuatan keputusan

yang memiliki sampak serius bagi public.

b. Masyarakat tetap dapat memperoleh informasi mengenai kemungkinan bahaya

bagi kesehatan dan keselamatan mereka serta upaya mencegah resiko itu.

c. Pihak berwenang tetap bisa bersikap dan bertindak adil.

d. Masyarakat tidak mengalami kerugian akibat penyalahgunaan wewenang.

e. Akuntabilitas Badan Publik tetap terpelihara dan dapat diakses.

Boks 7.2

Terbitkan Daftar ‘Lagarde’, Jurnalis Yunani Diadili

“Bukansokpahlawan,tapisayainginmenunjukkanketidakadilan”.

Athena—CostasVaxevanis,wartawan sekaligus editormajalahHotDoc, kemarinmenjalanisidang perdana diAthena, Yunani. Pria 46 tahun itu didakwamelanggar kerahasiaan dataprivasikarenamenerbitkan2.059namawargaYunaniyangdidugamemilikirekeningdibankSwiss.

Jikaterbuktibersalahkarenamenerbitkandaftar“Lagarde”,mantanjurnalistelevisiitudapatdihukummaksimaltigatahunpenjaradandendaRp465juta.

“Jika saya harus dipenjara, saya rela. Bukan sok pahlawan, tapi saya ingin menunjukkanketidakadilandiYunani,”kataVaxevanissebelumsidangdimulai.

DaftarLagardesejatinyamerupakandatacurianseorangpegawaibankHSBCdiSwisspada2007.DataitukemudiandigunakanbadanpajakdiseluruhEropauntukmengidentifikasiparapelakupenggelapanpajak.

Pada2010,MenteriKeuanganPrancissaatitu,ChristineLagarde,memberikandaftarinikepadaMenteriEkonomiYunanisaatitu,GeorgePapaconstantinou.

Namundata itu tidakdigunakanolehpemerintahYunani denganalasandiperolehmelaluiaksikriminal.Selainitu,pejabatYunaniberdalihmerekayangmasukdaftar“Lagarde”tidakterbuktimelanggarhukum.

Vaxevanismengatakandirinyamemperolehdaftaritudaripengirimtakdikenalyangmengaku

101

memperolehnya dari seorang politikus. Ia punmenuding pemerintah sengajamendiamkandataitukarenabeberapanamadidalamnyamerupakankaribsejumlahmenteri,taipan,hinggapenerbitterkenal.

“Tigakabinet terakhirsengajamembohongidanmenghinarakyatkarenamendiamkanparapemilikrekening.Merekaberkewajibanmemberikandaftaritukepadaparlemenatauaparathukum.Karenalalai,pemerintahwajibdihukum,”ujarnyageram.

Kasusinimenimbulkankemarahanrakyat.Pasalnya,seluruhnamadalamdaftartersebutsamasekalitidaktersentuhhukum.Namun,saatVaxevanismenerbitkandaftarnamaitudalamedisiSabtupekan lalu, ia kemudianditangkapketikamelakukan siaran radio padaMinggu laluwaktusetempat.

“Bukannya berfokus pada penyelidikan nama dalam daftar Lagarde, aparat hukum justrumenangkapwartawan yangmelakukan tugasnyamembuka informasi kepadamasyarakat,”AsosiasiPengacaraAthena–perkumpulanpengacaraterkenaldiYunani—mengkritik.

Sumber: Koran Tempo, edisi 2 November 2012 hal. A-16. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)

Bahan Bacaan 7.3

Pengelolaan Arsip Dinamis dan Statis di Daerah

Nyaris setiap hari Badan Publik mengelola informasi dengan merekam kegiatan atau

peristiwa. Rekaman itu dibuat dalam berbagai bentuk sesuai perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi, seperti buku, brosur, VCD, mikrofilm. Bisa juga suatu Badan

Publik tidak membuat langsung, melainkan menerima dokumen tertentu dari Badan

Publik lain. Rekaman kegiatan itu disebut dengan arsip.

Informasi yang dikecualikan termuat dalam rekaman yang harus disimpan oleh Badan

Publik.Setiap Badan Publik pasti memiliki arsip.Keberhasilan mengelola informasi yang

dikecualikan sangat ditentukan pola pengarsipan di suatu lembaga, termasuk akses

terbatas ke arsip itu. Arsip dibedakan atas dua jenis:

a. Arsip dinamis.

b. Arsip statis.

Arsip Dinamis

• Arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan

disimpan selama jangka waktu tertentu.

• Dikeloladalamsuatusistemkearsipannasional.

102

• Pengelolaan dilaksanakan guna menjamin ketersediaan arsip dalam

penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti

yang sah.

• Meliputi: (i)Penciptaanarsip, (ii)Penggunaandanpemeliharaanarsip,dan(iii)

Penyusutan arsip.

• Pencipta arsipwajibmenyediakan arsipdinamisbagi kepentingan arsip yang

berhak.

• Pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip

dibuka untuk umum dapat:

a. Menghambat proses penegakan hukum.

b. Mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan

perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

c. Membahayakan pertahanan dan keamanan negara.

d. Mengungkap kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori

dilindungi kerahasiaannya.

e. Merugikan ketahanan ekonomi nasional.

f. Merugikan kepentingan politik dan hubungan luar negeri.

g. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir

ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum.

h. Mengungkapkan rahasia dan data pribadi.

i. Mengungkap memorandum atau surat-surat yang menurut sifatnya perlu

dirahasiakan.

• Pemeliharaanarsip tertutupdilaksanakanolehpenciptaarsipuntukmenjamin

keamanan informasi dan fisik arsip.

Arsip Statis

• Arsipyangdihasilkanpenciptaarsipkarenamemilikinilaigunakesejarahan,telah

habis masa retensinya, dan dipermanenkan berdasarkan verifikasi dari lembaga

arsip.

• Arsip statis pada dasarnya terbuka untuk umum dan lembaga arsip wajib

menjamin kemudahan akses bagi masyarakat.

• Jikahendakdinyatakantertutup,harusdilakukansesuaiketentuanperundang-

undangan. Arsip statis hanya bisa dinyatakan tertutup jika sudah memenuhi

syarat yang diatur dalam perundang-undangan.

• Penetapanarsipdaerahmenjaditertutupdilakukanolehkepalalembagakearsi-

pan sesuai tingkatan dan dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

103

• Jika sudah dinyatakan tertutup, Kepala ANRI atau kepala lembaga kearsipan

berwenang menyatakan arsip- statis menjadi terbuka setelah lewat masa retensi

25 tahun.

Pemerintah Daerah termasuk pihak yang diwajibkan mengelola arsip.Kebijakan mengenai

arsip daerah diatur UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, yang menyatakan: Arsip

daerah (provinsi dan kabupaten/kota) wajib melaksanakan pengelolaan arsip statis

yang diterima dari SKPD, lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, ormas,

dan sumbangan perseorangan. Beberapa daerah yang tidak memiliki kemampuan

mengelola arsip tertutup bekerjasama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia

(ANRI) atau Lembaga Sandi Negara seperti yang dilakukan Badan Pengusahaan Batam

(Lihat Kotak 7.3).

Boks 7.2

BP Batam–LSN Amankan Naskah Rahasia Negara

BATAM (BisnisKepri.com): Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggandeng LembagaSandiNegaraRIuntukmengamankaninformasidanTataNaskahRahasiaNegaraBPBatam.

Untukpengimplementasiannya,BPBatamdanLembagaSandiNegaramengadakankegiatanpelatihan mengenai keamanan Sistem Informasi dan Tata Naskah Dinas Rahasia yangdiselenggarakandiGedungITCentreBPBatamdiBatamCenter,pada26-28Juni2012.Pelatihaninidiikutisekitar40orangkaryawan-karyawatiBPBatam.

Pelatihandibuka olehKepalaBPBatam Ir.MustofaWidjaja, didampingiwakil kepala, paradeputi,danparadirekturdilingkunganBPBatam.PelatihanKeamananSistemInformasidanTataNaskahDinasRahasiadipandulangsungKepalaSandiNegaraMayjendDr.JokoSetiadi,MsidariJakarta.

Mustofa Widjaja mengatakan, Lembaga Sandi Negara telah banyak memberikan asistensiterutamayangberkaitandengankeamanandata.

“LembagaSandimemberiasistensidalamkeamananpenggunaanITyangsedangdikembangkanmelaluiprograme-government maupunData Centre,”ujarnyahariini.

Joko Setiadi mengatakan,bahwa dalam pengamanan informasi negara kuncinya adalahindividumasing-masingdalaminstansiBPBatamharusdapatmembedakaninformasiyangbolehdisampaikandaninformasiyangtidakbolehdisampaikankepadapublik.

“Denganmengikutipelatihaninidiharapkankaryawan-karyawatiBPBatamdapatmembedakaninformasiyangbolehdisampaikandaninformasiyangtidakbolehdisampaikan,”katadia.

Tujuan BP Batam mengadakan pelatihan adalah untuk menjaga IT sebagai asset BPBatam dari serangan luar dan dari dalam. Selain itu juga untuk menjaga perilaku yangmemungkinkan terjadinya kebocoran keamanan informasi dan dokumen penting.

104

MateriyangdiberikandalampelatihanberupaInfosec,RahasiaNegaradanRahasiaInstansi,PengamananNaskahDinas,danPengamananPersonil(SDMInformasidanSecurity Clearance).

Sumber: www.bisnis-kepri.com, 27 Juni 2012. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)

Bahan Bacaan 7.4

Masa Retensi

Masa retensi adalah jangka waktu pengecualian suatu informasi sehingga tidak dapat

diakses pemohon informasi.Jangka waktu pengecualian untuk setiap informasi berbeda-

beda. Dalam dunia kearsipan dikenal istilah Jadwal Retensi Arsip (JRA), yaitu daftar yang

berisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan

rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau

dipermanenkan. JRA digunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.

Masa retensi informasi yang dikecualikan sebagaimana disebut dalam pasal 17 UU

KIP, kemudian diatur secara umum dalam PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang nomer 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sebagian

besar masa retensinya disesuaikan dengan peraturan teknis yang mengatur informasi

itu.Misalnya, masa retensi informasi mengenai kekayaan intelektual disesuaikan dengan

UU tentang Hak Cipta, UU Merek, UU Desain Industri, dan UU Paten.

Salah satu contoh masa retensi yang sudah diatur Badan Publik adalah jadwal retensi

arsip substantif penelitian dan pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM). Arsip substantif dalam konteks ini adalah arsip yang tercipta dari suatu

kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan Kementerian ESDM.Di sini, setiap

satuan organisasi diwajibkan berpedoman pada jadwal retensi saat melakukan kegiatan

penyusutan arsip.

105

No. Jenis ArsipMasa Retensi

KeteranganAktif In Aktive

I Rencana Penelitian dan Pengembangan

1 Masterplan/Rencana Strategis Litbang 1tahun setelah

diperbarui

3 tahun Permanen

2 Proposal penelitianRencana Kerja Litbang antara lain:a. Proposal penelitianb. Persiapan, survei, rencana operasional termasuk

jadwal kegiatanc. Presentasi kegiatan

1 tahun

1 tahun1 tahun

3 tahun

3 tahun3 tahun

Musnah

MusnahMusnah

II Pelaksanaan Litbang

1 Administrasi Pelaksanaan Litbang

2 ….

3 ….

Menteri Energi dan Sumber Daya MineralTtd

(…………………………………………)Salinan Sesuai AslinyaKepala Biro Hukum dan Humas

(……………………….)

Bahan Bacaan 7.5 (Studi Kasus)

Ulat tomcat telah menyerang warga beberapa kecamatan, namun informasi mengenai

korban masih simpang siur. Rumah sakit milik Pemda mengakui telah menangani beberapa

orang korban.Menurut berita yang berkembang, ulat tomcat muncul karena kegagalan

eksprimen suatu produk pembasmi serangga yang sedang dikembangkan perusahaan

(PT AKBT). Direktur utama PT AKBT ternyata adalah anak bupati.Setelah ditelusuri lagi,

ternyata salah satu pemegang saham perusahaan adalah BUMD setempat. Sekelompok

lembaga swadaya masyarakat (SEJIWA) berinisiatif meminta informasi kepada Pemda

tentang: (i) Salinan dokumen semua jenis izin yang diberikan Pemda kepada PT AKBT,

(ii) Jumlah dan identitas korban; (iii) Anggaran Pemda untuk penanggulangan penyakit

beserta daftar lengkap orang-orang atau lembaga yang pernah menerimanyaselama

satu tahun terakhir; (iv) Notulensi rapat di Pemda yang membahas penanggulangan

bahaya ulat tomcat.

Pada saat yang sama SEJIWA meminta informasi kepada pihak rumah sakit Pemda dan

PT AKBT. Informasi yang diminta kepada rumah sakit Pemda berupa: (i) Jumlah korban

dan salinan catatan medis korban untuk membuktikan hubungan kematian dengan ulat

tomcat, (ii) Jumlah biaya yang dikeluarkan korban beserta salinan bukti-buktinya, (iii)

Biaya pengobatan yang ditanggung PT AKBT,dan (iv) Identitas lengkap (nama, alamat,

dan kontak) dokter yang menangani korban.

106

Adapun informasi yang diminta kepada PT AKBT adalah: (i) Berbagai izin yang diperoleh

dari pemerintah, (ii) Laporan keuangan perusahaan, (iii) Biaya pengobatan yang

dikeluarkan untuk korban ulat tomcat, (iv) Komposisi pemegang saham perusahaan,

minimal jumlah dan nilai saham yang ditanamkan BUMD, dan (v) profil lengkap direktur

utama PT AKBT, jumlah kekayaannya, aliran rekening banknya sejak PT AKBT berdiri

hingga eksprimen gagal.

Tugas

Analisislah contoh kasus ini dan tentukan informasi apa yang terbuka dan tertutup!

Lakukan langkah-langkah pengelolaan informasi yang dikecualikan, kemudian

buatlah daftar informasi apa saja dari kasus itu yang dikecualikan disertai alasan-

alasannya!

Bahan Bacaan 7.6 (Panduan Uji Konsekuensi)

NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*

1Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 1 (menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana)?

YA / TIDAK

2

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 2 (mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/ atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana)?

YA / TIDAK

3

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 3 (mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional)?

YA / TIDAK

4

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 4 (membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/ atau keluarganya)?

YA / TIDAK

5

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf a angka 5 (membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum)?

YA / TIDAK

6

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf b (informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat)?

YA / TIDAK

107

7

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 1 (informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan penilaian sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri)?

YA / TIDAK

8

Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 2 (dokumen yang memuat tentang strategi, intelejen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanaan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi)?

YA / TIDAK

9

Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 3 (jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya)?

YA / TIDAK

10

Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasiyang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 4 (gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan! atau instalasi militer)?

YA / TIDAK

NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*

11

Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 5 (data perkiraan kemampuan militer danpertahanan negara lain terbatas pada segala tindakandan/atau indikasi negara itu yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian itu sebagai rahasia atau sangat rahasia)?

YA / TIDAK

12Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 6 (sistem persandian negara)?

YA / TIDAK

13Apakah informasiyang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf c angka 7 (sistem intelijen Negara)?

YA / TIDAK

14

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf d (informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia)?

YA / TIDAK

15

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 1 (rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham, dan aset vital milik negara)?

YA / TIDAK

16

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 2 (rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, model operasi institusi keuangan)?

YA / TIDAK

17

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 3 (rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya)?

YA / TIDAK

108

18Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 4 (rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti)?

YA / TIDAK

19Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 5 (rencana awal investasi asing)?

YA / TIDAK

20

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 6 (proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya)?

YA / TIDAK

21Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf e angka 7 (hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang)?

YA / TIDAK

22

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 1 (posisi, daya tawar, dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional)?

YA / TIDAK

23Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 2 (korespondensi diplomatik antarnegara)?

YA / TIDAK

NO. A. INDIKATOR: KONSEKUENSI MUTLAK PENILAIAN*

24

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 3 (sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam menjalankan hubungan intemasional)?

YA / TIDAK

25Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf f angka 4 (perlind-ungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia di luar negeri)?

YA / TIDAK

26

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf g (informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang)?

YA / TIDAK

27Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 1 (riwayat dan kondisi anggota keluarga)?

YA / TIDAK

28

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h hangka 2 (riwayat , kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang)?

YA / TIDAK

29Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 3 (kondisi keuangan, aset , pendapatan, dan rekening bank seseorang)?

YA / TIDAK

30

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 4 (hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang)?

YA / TIDAK

31

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf h angka 5 (catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan non-formal)?

YA / TIDAK

109

32

Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 17 huruf i (memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan)?

YA / TIDAK

33Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 6 ayat (3) huruf d (informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan)?

YA / TIDAK

34Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU KIP pasal 6 ayat (3) huruf e (informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan)?

YA / TIDAK

35Apakah informasi yang diungkapkan merupakan informasi yang tidak dapat dipublikasikan menurut UU lainnya? Jika YA, sebutkan!

YA / TIDAK

Jika ada satu atau lebih jawaban YA, maka tidak perlu untuk melanjutkan uji konsekuensi. Dengan demikian informasi dimaksud merupakan informasi yang dikecualikan (TIDAK dapat dipublikasikan kepada publik)

Jlka semua jawaban adalah Tidak, maka dilanjutkan dengan mengisi bagian B

(Panduan Uji Konsekuensi)

FORM IV: PANDUAN UJI KEPENTINGAN PUBLIK

NO. INDIKATOR PENILAIAN*

1Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap dapat berpartisipasi efektif dalam pembuatan keputusan yang memiliki dampak serius pada publik"?

YA / TIDAK

2

Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap dapat memperoleh informasi mengenai kemungkinan bahaya bagi kesehatan dan keselamatannya serta upaya-upaya yang memadai untuk mencegahnya"?

YA / TIDAK

3Apakah informasi dengan menutup informasi "Pihak yang berwenang tetap dapat bertindak secara adil terhadap masyarakat"?

YA / TIDAK

4Apakah informasi dengan menutup informasi "Masyarakat tetap tidak akan mengalami kerugian akibat penyalahgunaan wewenang"?

YA / TIDAK

5Apakah informasi dengan menutup informasi "Pelanggaran hak asasi manusia yang berat tetap dapat diketahui oleh publik"?

YA / TIDAK

6Apakah informasi dengan menutup informasi "Akuntabilitas Badan Publik tetap terjaga"?

YA / TIDAK

Jika ada satu atau lebih jawaban YA maka informasi dimaksud merupakan informasi yang dikecualikan (TIDAK dapat dipublikasikan kepada publik)

KESIMPULAN UJI KEPENTINGAN PUBLIK

* (Diisi oleh PPID)

Sesi - 8

PERTIMBANGAN TERTULIS

113

Sesi - 8

PERTIMBANGAN TERTULIS

Pengantar

Hak atas informasi sebagaibagian dari hak asasi manusia mendapat jaminan

konstitusional dalam pasal 28F UUD 1945.Upaya pemenuhan dan penye-

diaannya tunduk pada peraturan perundang-undangan. Bagi pemohon in-

formasi, konsekuensi dari adanya pengakuan hak itu, yakni selainmereka

memiliki hak untuk memperoleh dan mendapatkan informasi, mereka juga

memiliki hak melakukan upaya hukum jika hak itu dihambat.Bagi Badan

Publik termohon informasi dikenakan kewajiban menyediakan informasi.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertimbangan sering dijadikan

syarat penting untuk mengambil keputusan tertentu.Pertimbangan itu

umumnya dibuat dalam bentuk tertulis oleh pejabat yang berwenang.

Pertimbangan itulah yang menjadi dasar bagi pejabat membuat keputusan.

Ada beberapa contoh yang menunjukkan pentingnya suatu pertimbangan

tertulis, yaitu:

a. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung (pasal 14 ayat 1 UUD 1945).

b. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 14 ayat 2 UUD 1945).

c. Nasihat atau pertimbangan Dewan Pertimbangan Presiden wajib

diberikan baik diminta atau tidak diminta (pasal 4 ayat 2 UU No. 19

Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden).

Pertimbangan tertulis bertujuan agar keputusan yang diambil tepat dan

cermat, sesuai dengan prinsip-prinsip keterbukaan informasi, hukum, dan

demokrasi.Dalam membuat suatu pertimbangan tertulis perlu diperhatikan

114

antara lainaturan hukum yang tepat, kerugian ekonomis yang timbul,

kemungkinan membuat resah masyarakat jika informasi dibuka, dan

konflik sosial jika informasi ditutup. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula

ketersediaan informasi yang diminta sesuai pasal 6 ayat (3) huruf e UU KIP.

115

Tujuan • Peserta memahami apa yang dimaksud dengan pertimbangantertulis, mengapa diperlukan, dan dapat menyusun materi pertimbangannya.

• Peserta memahami pertimbangan tertulis atas permintaaninformasi dan atas informasi yang dikecualikan.

Metode • Ceramah

• Analisiskasuspermintaan

• Simulasi

Waktu 90 menit

alat Bantu Belajar

• Kertas

• Spidol

• Papanplano

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

• Salinancontohkasusuntuksimulasi

• Formpertimbangantertulis

Catatan untuk Fasilitator

• Sesiinimenekankanpadaupayamenggalikemampuanpesertauntuk membuat pertimbangan tertulis. Oleh karena itu, fasilitator harus sudah menyiapkan contoh kasus pemintaan untuk dibuatkan bahan simulasi per kelompok.

• Fasilitator diharapkanmenyesuaikan contoh kasus dengan alatbantu simulasi dan kondisi di lapangan terkait jumlah peserta misalnya.

• Untuk contoh penyusunan pertimbangan tertulis atas ujikonsekuensi, fasilitator bisa merujuk pada contoh-contoh yang dibahas di sesi sebelumnya ‘Mengelola Informasi yang Dikecualikan’.

116

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesidenganmenjelaskanmaksuddantujuansesiini.Selain

itu, fasilitator menjelaskan teknik simulasi yang akan digunakan di sesi ini secara

singkat.

Ceramah (15 menit)

• Fasilitator menyampaikan pengantar untuk menjelaskan arti dan pentingnya

pertimbangan tertulis disertai contoh-contoh dalam peraturan perundang-

undangan.

• Tidakadasesitanyajawabkarenayangditekankanadalahkemampuanmembuat

pertimbangan tertulis.

Studi kasus dan simulasi (60 menit)

• Fasilitator membagikan salinan contoh kasus berupa bahan bacaan kepada

peserta berdasarkan kelompok. Mereka diminta memilih salah satu tema untuk

dibahas di kelompoknya.

• Fasilitatormenjelaskanaturanmainsimulasidantugasmasing-masingkelompok.

• Fasilitator mempersilakan peserta menunjuk wakil kelompok yang berperan

sebagai pemohon; PPID;atasan PPID atau pimpinan Badan Publik); dan pejabat

fungsional pendukung semisal kepala biro hukum, kepala biro organisasi, dan

tata laksana.

• Pesertadimintamembuatpertimbangandariberbagaiaspekdalammenelaah

kasusnya.

• Pesertadarimasing-masingkelompokmelakukansimulasidanmenyampaikan

pertimbangan yang telah disusun.

• Fasilitatormemberikankomentarsetelahseluruhpesertaselesaimenyampaikan

paparan. Kalau memungkinkan, fasilitator mencatat pertimbangan yang sama

dan berbeda dari masing-masing kelompok di kertas plano.

Penutupan (5 menit)

• Fasilitatormenutupsesiini,memintapesertaistirahat,danbersiaplagimengikuti

sesi berikutnya.

117

Bahan Presentasi

• Kontekspasal7ayat4UUKIPjoPasal2ayat1PP61Tahun2010:

Badan Publik wajib membuat pertimbangan tertulis setiap kebijakan yang

diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik.Pertimbangan

tertulis dibuat dalam hal ada permintaan informasi publik dan informasi yang

dikecualikan.

• Aspek-aspekyangdipertimbangkanberdasarkanpasal7ayat5UUKIP:

a. Politik

b. Ekonomi

c. Sosial

d. Budaya

e. Pertahanan dan keamanan negara

• Pertimbanganaspeklainberdasarkanpasal7ayat5UUKIP:

Dimungkinkan karena frasa yang dipakai pasal 7 ayat (5) adalah “antara lain”

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara.

• Mediapenyampaianberdasarkanpasal7ayat6UUKIPjopasal2ayat3PP61:

Pertimbangan tertulis bisa disampaikan kepada pemohon lewat media elektronik

(email) atau non-elektronik (surat tercatat). Pertimbangan tertulis dapat diakses

setiap pemohon informasi publik.

• Membuatdanmenetapkanberdasarkanpasal2PP61Tahun2010:

Pertimbangan disusun dan ditetapkan PPID.Penetapan dibuat setelah ada

persetujuan pimpinan Badan Publik.

Bahan Bacaan 8.1

Berikut ini adalah bahan bacaan untuk studi kasus yang akan disimulasikan oleh peserta

secara kelompok didampingi fasilitator.

Kasus:

Meminta Informasi tentang Dana Partai Politik

BerbagaipraktikkorupsiyangmenjeratpolitisisepertikasuspembangunanwismaatletSeaGamesPalembang di Kemenpora, proyek di PMPTK Kemendiknas, alat kesehatan di Kemenkes, didugamerupakanbagiandariperburuanrentepartaipolitik.Proyek-proyekdalamAnggaranPendapatandanBelanjaNegara (APBN)merupakan sasaran utama korupsi. Padahal partai telahmendapatsubsididariAPBN.

118

Dalamrangkamendorongketerbukaandalampengelolaandanapartai,padaSelasa(28/6),Indonesia Corruption Watch mengirimkan surat permintaan informasi kepada sembilanpartai politik yangmendapatkankursidiLegislatif,yaituPartaiDemokrat,PartaiGolonganKarya,PartaiDemokrasiIndonesia Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai KeadilanSejahtera,PartaiGerakanIndonesiaRaya,danPartaiHatiNuraniRakyat.SuratditujukankepadasekretarisjenderalmelaluisekretariatdiJakarta.

Tujuanpermintaaninformasiadalahuntukmengujiakseslaporankeuanganpartaipolitik.Selamainikeuanganpartaipolitik sangat tertutup, tidak transparan,danminimakuntabilitas.Padahalsesuaidenganpasal15huruf(d)UUNo.14tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik,pengelolaandanpenggunaandanayangbersumberdariAPBNmerupakaninformasipublikyangharusdisediakanolehpartaipolitik.Merujukpadaaturanitu, ICWmeminta informasi laporankeuanganpartaipolitikkhusussumbangandariAPBN.

Selainitu,Undang-UndangNo.2Tahun2011tentangPartaiPolitikdalampasal34Amenyebutkan,bahwapartaipolitikwajibmenyampaikanhasilauditpenerimaandanpengeluaranpartaipolitikyangbersumberdariAnggaranPendapatanBelanjaNegara(APBN).

Dengan permintaan informasi ini harapannya dapat membongkar ketertutupan partai politik,sehinggainformasilaporankeuangannyabisadiaksesolehpubliksebagaikonstituen.Disisilain,ini jugamerupakanuji komitmenpartai politikuntuk terbukadalamhal pendanaankeuanganpartai.Halinipentingkarenaselamainipusatterjadinyakorupsipolitikbermuladariketertutupandanapolitik.

Sumber: dikutip dari salah satu pernyataan pers ICW.(Disunting kembali untuk

penerbitan modul ini)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simulasi adalah:

• Apayangharusdilakukanolehpemohoninformasiuntukmemintainformasiitu?

Pemohon diminta menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan beserta

tenggat waktunya.

• ApakahBadanPublikakanmemberikanseluruhinformasiitu?

• Langkah-langkah apasaja yang harus dilakukanBadan Publik untukmembuat

pertimbangan tertulis sebelum memutuskan menolak atau memberikan

informasi yang diminta?

• Apasajapertimbanganuntukmemberikanataumenolakinformasiitu?Tuangkan

pertimbangan dimaksud secara tertulis!

119

Bahan Bacaan 8.2

Kasus:

Meminta Rincian Biaya Pengamanan

KPK Perlu Awasi Biaya Pengamanan Objek Vital

Jakarta,Kompas-KomisiPemberantasanKorupsiperludilibatkandalampengawasanpembiayaanpengamananobjekvitalolehaparatkepolisian.Pembiayaanpengamananobjekvitaldinilaitidaktransparandanberpotensimenjadipraktikpemberiangratifikasikepadajajarankepolisian.

Halitumengemukadalamdiskusibertema”KeterlibatanPolridalamKonflikSumberDayaAlamdanPraktikPenyiksaan”yangdiselenggarakanLembagaStudidanAdvokasiMasyarakat(Elsam),diJakarta,Rabu(27/6).

TampilsebagainarasumberantaralainanggotaBadanPekerjaIndonesiaCorruptionWatch(ICW),EmersonYuntho,pengamatkepolisianBambangWidodoUmar,danKoordinatorResolusiKonflikSawitWatchEdiSutrisno.

”KPK bisa dilibatkan bekerja sama dengan Polri untuk pembenahan dan pengawasan biayapengamananobjekvital,”kataEmerson.

Biayapengamananobjekvital,sepertiPTFreeportIndonesia(PTFI),untukaparatkepolisian,lanjutEmerson,sebesar79,1jutadolarAmerikaSerikatpadaperiode2001hingga2010.

”Tahun2010,biayayangdikeluarkanFreeportuntukpengamananobjekvitalitu14jutadollarAS,”kataEmerson.Namun,tidakjelasrincianbiaya-biayauntukpolisi.

Bambang mengatakan, aparat kepolisian seharusnya netral dan tidak pilih-pilih, termasukmemilihmelindungikepentinganpemilikmodal.”Persoalannyaketikapolisidibayardenganbiayapengamanan,”katanya.

MenurutBambang,biaya-biayapengamanansepertiitusudahterjadisejakdahuludantidakpernahberhenti. Iamengusulkanpemerintahmenetapkan tarif biaya pengamanan sebagai penerimaannegarabukanpajak.

Edi menilai, terkait pengamanan objek vital di area-area perkebunan atau konflik pertanahan,aparatkepolisiancenderungberpihakkepadapemilikmodal.

”Contohnya, ada korban konflik area perkebunan yang melapor. Polisi justru bertanya apakahkorbanmemilikisertifikat.Orangmaumelapor,kokditanyasertifikat,”tuturnya.

TerkaitbiayadariPTFI itu,menurutKepalaDivisiHumasPolri Inspektur JenderalSaudUsmanNasution,anggotakepolisianhanyamenerimaRp1.250.000untukbiayamakan.”RincianyanglaintanyakankeFreeport,”katanya.(FER)

Sumber: Harian Kompas tanggal 28 Juni 2012 halaman 3. (Disunting kembali untuk

penerbitan modul ini)

Berikut ini beberapa pertanyaan seandainya ada pemohon informasi yang meminta

rincian informasi kepada Polda Papua:

a. Berapa total biaya pengamanan yang diberikan FI dalam lima tahun terakhir?

b. Siapa yang menerima danaitu pada awalnya dan siapa yang menandatangani

bukti penerimaan?

c. Kemana saja dana itu dibagikan, siapa saja petugas keamanan lapangan yang

menerima, adakah bukti rekeningpenerima dan jumlah yang diterima?

d. Adakah perjanjian-perjanjian atau nota kesepahaman pengamanan antara FI

dan Polri?

Bagaimana seharusnya sikap Badan Publik menanggapi permintaan itu?Bagaimana

pertimbangan tertulis yang harus disusun jika ingin menolak sebagian dan mengabulkan

sebagian informasi yang diminta. Informasi apa saja yang diberikan dan apa saja yang

harus ditolak?

Untuk membuat pertimbangan tertulis terkait uji konsekuensi, bisa digunakan contoh-

contoh kasus pada sesi sebelumnya ‘Mengelola Informasi yang Dikecualikan’.

Alat Bantu Simulasi

Komposisi Personil

• Pemohoninformasi

• PPID

• AtasanPPID

• Fungsionalpendukung

Pelaksanaan Rapat

• Pemimpinrapat

• PenjelasanPPID

• PandanganatasanPPID

• Tanggapantenagafungsional

Penyusunan Pertimbangan

• Mulaimenyusunpertimbangan

• Aspek-aspekyangdipertimbangkan

• Mengoreksipertimbangan

• Tindaklanjutpertimbanganberupamenolakataumemberikaninformasi

• Menyiapkanlangkah-langkahantisipasi

Sesi - 9

MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI

123

Sesi - 9

MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI

Pengantar

Mekanisme memperoleh informasi berfokus pada interaksi administratif

antara pemohon dan Badan Publik. Mekanisme ini penting diketahui

terutama berkaitan dengan manajemen waktu. Kesalahan perhitungan bisa

berimplikasi luas pada kemungkinan munculnya sengketa informasi.

Sebagian kasus yang muncul ke Komisi Informasi memperlihatkan dua

karakter yang berseberangan tetapi sama-sama disebabkan kesalahan

manajemen waktu. Pertama, ada pemohon yang mengajukan permohonan

sengketa padahal belum melebihi waktu bagi atasan PPID menjawab

keberatan. Kedua, Badan Publik tidak memberi respons apa pun kepada

pemohon sampai melebihi batas waktu yang ditentukan.

Penentuan batas waktu dalam prosedur permohonan informasi bertujuan

memberikan kepastian hokum, baik kepada pemohon maupun Badan

Publik. Karena itu, penting bagi Badan Publik untuk memahami setiap

prosedur dan waktunya. Badan Publik tunduk pada standardisasi pelayanan

yang sudah ditentukan.

124

Tujuan • Peserta memahami prosedur merespons dan menjawabpermohonan informasi dari pemohon secara tepat waktu.

Metode • Simulasi

• Praktik

Waktu 90 menit

alat Bantu Belajar

• Kartumetaplan

• Plano

• Kertas

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

Catatan untuk Fasilitator

• Sebelumsesiinidimulai,fasilitatorperlumempersiapkankertasmetaplan yang berisi peran untuk simulasi.

• Fasilitator memberikan waktu kepada setiap kelompok untukmelakukan simulasi peran maksimal 15 menit. Silakan sesuaikan dengan jumlah kelompok peserta. Juga perlu diperhatikan bahwa simulasi ini menekankan pada pemahaman dan pengelolaan waktu.

125

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesiinidanme-review materi sesi sebelumnya.

Presentasi (20 menit)

• Fasilitatormenyampaikanintisarisesiini,yaknimengenaibagaimanamekanismememperoleh informasi yang mencakup: urgensi, asas, serta batasan-batasan waktu dan implikasi pelanggarannya, serta standar pelayanan minimal di bidang informasi (Perki No. 1 Tahun 2010).

Simulasi peran (60 menit)

• Peserta dibagi menjadi empat kelompok besar dan setiap kelompokberanggotakan minimal lima orang. Satu orang menjadi ketua kelompok yang akan menjelaskan tahapan-tahapanmekanisme dan waktu pelayanan.

• Fasilitatormembagikankertasmetaplan yang sudah berisi kartu peran dan kartu proses. Dalam mengerjakan simulasi kartu waktu, masing-masing kelompok diberi tugas menentukan batas waktu yang benar berdasarkan rumus 10+7+30.

• Fasilitator diharapkanmenentukan tanggal permohonan yang berbeda untuksetiap kelompok agar mereka tidak saling meniru.

• Setelahselesai,berikankesempatankepadasetiapkelompokuntukmenanggapikelompok lain. Lalu, fasilitator menjelaskan bagian-bagian mana yang sudah benar dan mana yang salah.

• AturansimulasiadadiBahanBacaan9.4.

Penutupan (5 menit)

• Fasilitator menutup sesi ini dan meminta peserta beristirahat, serta bersiap

mengikuti sesi berikutnya.

Bahan Bacaan 9.1

Asas-asas Mekanisme Memperoleh Informasi

Disuatuinstansipadapukul17.45WIB,terjadidialogberikut:A:Pak,apakahdokumenyangsayamintasudahada?B:BelumPak,sudahtigaharipimpinanberadadiluarkantor.A:KanhanyaperpanjanganPak,dokumenpendukungnyasudahsayalengkapi.B:Bapakbisatanyakanlagiminggudepan.A:Biasanyajugaselesaitigahari,Pak.Inisudahduaminggulho,Pak.

B:Bisasih,tapiadabiayatambahanuntukongkosstafkerumahpimpinan.

126

Dialog imajinatif ini mempertontonkan potret umum keseharian bagaimana pelayanan

publik berlangsung. Kasus seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika masing-masing

menyadari kewajiban dan tugasnya. Ini juga memperlihatkan ketidakjelasan batas waktu

pelayanan. Masyarakat datang pada pukul 17.45 WIB, saat dimana pelayanan publik

biasanya sudah tutup. Sebaliknya pelayan masyarakat juga tidak bisa memastikan kapan

dokumen yang diminta selesai.

Ketepatan waktu adalah salah satu asas yang harus diterapkan dalam pengelolaan dan

pelayanan informasi. Pasal 2 ayat (3) UU KIP menyebutkan “Setiap informasi publik harus

dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya

ringan, dan cara sederhana”.

Rumusan yang hampir sama tertuang dalam pasal 21 UU KIP, yang menyinggung

mekanisme perolehan informasi. Mekanisme untuk memperoleh informasi publik

didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan biaya ringan.

UU KIP tidak menjelaskan lebih jauh makna prinsip cepat yang disebut dalam pasal 21,

namun biasanya dihubungkan dengan jangka waktu penyelesaian suatu jenis pelayanan.

Asas tepat waktu mengandung arti pemenuhan atas permintaan informasi dilakukan

sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Tentu saja,

yang dimaksud adalah pengaturan waktu yang termuat dalam UU KIP, PP No. 61 Tahun

2010, Peraturan Komisi Informasi, dan Peraturan Mahkamah Agung.

Asas cara sederhana berarti informasi yang diminta dapat diakses secara mudah dalam

hal prosedur dan mudah juga untuk dipahami. Asas biaya ringan berarti biaya yang

dikenakan secara proporsional berdasarkan standar biaya pada umumnya.

Berkaitan dengan asas perolehan informasi, Kepolisian Republik Indonesia mengatur

pula tambahan asas yaitu cermat dan akurat dan proporsionalitas. Cermat dan akurat

berkaitan dengan kelengkapan berkas dan mekanisme koreksi. Proporsionalitas

bermakna setiap kegiatan pemberian pelayanan informasi publik harus memperhatikan

keseimbangan antara hak dan kewajiban.1

Asas-asas mekanisme memperoleh informasi membawa implikasi bagi pihak-pihak

terkait seperti terlihat pada tabel berikut:

1Peraturan Kapolri No. 16 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

127

Tabel 9.1

Asas Pemohon Badan Publik

Cepat Ajukan permohonan informasi kapan saja. Bisa langsung mendatangi Badan Publik tanpa melalui perantara. Pengiriman lewat email juga dimungkinkan.

Bisa langsung saat itu juga merespons pemohon jika yang diminta sudah tersedia. Bisa juga mengirim lewat email.Petugas penerima surat harus bergerak cepat menyampaikan kepada PPID.

Tepat waktu

Tujuh hari setelah jawaban Badan Publik diterima dan dinilai tidak memuaskan, pemohon harus mengajukan keberatan.

Sepuluh hari kerja wajib menyampaikan jawaban.

Tujuh hari kerja,atasan PPID sudah harus menjawab keberatan.

Asas Pemohon Badan Publik

Biaya ringan

Mengajukan permohonan kepadaBadan Publik hanya mengeluarkan biaya pembelian kertas, biaya sewa internet, atau transportasi perjalanan.Gratis mendaftarkan permohonan sengketa informasi ke KI.

Biaya penggandaan dokumen atau foto kopi sesuai harga setempat. Bisa membuat daftar biaya resmi.

Bisa menyiapkan format dokumen yang sudah berbentuk digital.

Permohonan langsung dan tidak langsung

Apa yang harus dilakukan Badan Publik untuk menjalankan asas-asas itu dalam

rangka permohonan informasi publik? Badan Publik perlu menyiapkan dua skenario

berdasarkan:

a. Permohonan informasi disampaikan langsung.

b. Permohonan informasi disampaikan tidak langsung.

Ketika permohonan informasi disampaikan secara langsung, dalam arti secara fisik

pemohon langsung datang, petugas Badan Publik bisa meminta pemohon mengisi

formulir yang sudah disediakan. Ketika pemohon menyampaikan permohonan secara

lisanper telepon misalnya, petugas wajib mencatat hal ikhwal mengenai permohonan,

yaitu nama dan alamat pemohon beserta buktinya, materi permohonan, termohon, dan

cara penyampaian informasi yang diminta.

Jika permohonan disampaikan melalui surat elektronik (email), nomor pendaftaran

permohonan diberikan oleh petugas ketika menerima permintaan. Dalam hal

permintaan dikirim melalui surat pos, nomor pendaftaran dapat diberikan bersamaan

dengan pengiriman informasi.

Pemberitahuan kepada pemohon

Paling lambat 10 hari kerja sejak menerima permintaan, Badan Publik wajib menyampaikan

128

pemberitahuan tertulis yang berisi:

a. Ada tidaknya informasi yang diminta di bawah penguasaan Badan Publik.

b. Jika tidak dikuasai, Badan Publik wajib memberitahukan kepada pemohon

Badan Publik lain yang menguasai informasi yang diminta.

c. Pernyataan penolakan jika berkaitan dengan pasal 17 UU KIP.

d. Jenis informasi yang akan diberikan jika permintaan dikabulkan sebagian atau

seluruhnya.

e. Penghitaman informasi yang dikecualikan dalam suatu dokumen terbuka.

f. Alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan.

g. Biaya dan cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.

Perpanjangan waktu

Badan Publik dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan paling

lambat tujuh hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis kepada

pemohon. Dalam praktik, perpanjangan waktu lebih dari 7 hari tetap dimungkinkan jika

kedua belah pihak bersepakat.

Bahan Bacaan 9.2

Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota

Kementerian Kesehatan termasuk salah satu Badan Publik yang telah menetapkan

Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakannya terus diperbarui, antara lain dituangkan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/Menkes/II/2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja

pelayanan kesehatan di setiap tingkatan pemerintahan, dalam hal ini di kabupaten/kota.

Poin penting yang harus ditekankan adalah kabupaten/kota menyelenggarakan

pelayanan kesehatan berdasarkan SPM kesehatan. Pelayanannya meliputi jenis pelayanan

beserta indikator kinerja dan target. Pada periode 2010-2015, target pelayanan

kesehatan dasar meliputi antara lain cakupan kunjungan ibu hamil 95 persenpada akhir

tahun target, kunjungan bayi dan pelayanan anak balita 90 persen pada 2010, dan

cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin 100 persen pada 2015. Pemerintah

daerah wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan, karakteristik,

dan potensi daerah.

Sebagai pejabat yang bertanggung jawab di daerahnya, bupati/walikota menyampaikan

laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kesehatan kepada

129

menteri kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tahunan itu, menteri kesehatan

melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM kesehatan.Menteri

kesehatan melaksanakan monitoring dan evaluasiatas penerapan SPM kesehatan oleh

Pemerintah daerahdalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasarkepada

masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPMkesehatan

digunakansebagai:

• Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam

pencapaian SPM kesehatan.

• Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM

kesehatan, termasuk pemberian penghargaan untuk pemerintah daerah yang

berprestasi sangat baik.

• Bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintah daerah

kabupaten/kota yang tidak berhasil mencapai SPM kesehatan dengan baik

dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus

daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan.

Menteri kesehatan memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui peningkatan

kemampuan sistem, kelembagaan,personal dan keuangan, baik di tingkat Pemerintah

Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Fasilitasi dapat berupa pemberian orientasiumum,

petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, atau bantuan lainnya. Yang

penting fasilitasi itu harus mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personaldan

keuangan negara serta keuangan daerah.

Pendanaan tergantung pada jenisnya. Berkaitan dengan kegiatan penyusunan,

penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan,

pembangunan sistem dan/atau subsistem informasi manajemen, serta pengembangan

kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM kesehatan merupakan tugas dan

tanggung jawab pemerintah, dibebankan kepada APBN Kementerian Kesehatan.

Pendanaan berkaitan dengan daerah, maka dibebankan kepada APBD.

130

Boks 9.2

“In Time”: Ketika Waktu Adalah Uang, Literally

InTimeadalahfilmyangdibintangiolehJustinTimberlakedanAmandaSeyfried.Pertunjukanperdananyaataupremiere-nyadilakukankemarin,Jum’at28Oktober2011.Iwasluckytogettoseeit.Filminisecaragarisbesarmenceritakanbahwadisuatumasa,manusiasecaragenetikdirekayasauntukberhentimenuadiusia25.Disisilain,merekahanyamemilikiwaktusatutahununtukbertahan.Untuktetaphidup,pekerjaanyangdilakukandihargaidenganwaktu(yangditampilkandilengan,semacamjamyangbergerakmundur).“Youearntime,andyouspendit.Therichliveforever,whilethepoorarebeingletdying”.Waktuadalahhargamutlak,dimanasemuahaldibayardenganwaktu,kopimisalnya,seharga8menit.Listrik,duahari.Mobilmewah,59tahun.

Filminisangatunik,dengandialog-dialogseperti“yougotaminute?”Kalimatinisecaraliteraldiucapkan seorang anak yang “menabung” waktu untuk kehidupannya setelah berusia 25tahun.Atauistilah“time-keeper”,yangmemangjugasecaraharfiahberarti“polisiwaktu”.

Meskisayamemilihfilmini tanpaalasan,sayamerasadiingatkanolehfilmini:bagaimanarasanyamengetahuibahwakitahanyapunyawaktuduajamuntukhidup.Ataubagaimanarasanyamemiliki “simpanan”waktu9000 tahundan tetap berpenampilan sama, 25 tahun.Atau bagaimana rasanya hidup tenang berumur panjang namun tidak pernahmengambiltantangan.

Danyangterpenting,how high we value our time?

FilminijugamengingatkansayaakanSteveJobs,denganucapannyayangterkenal:Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.

Seringkalikitaterlalufokusdenganstandaryangditetapkanoranglainsampaikitalupaapayangsebenarnyakitainginkan.SeringkalikitaterlaluinginpunyaBlackberrysepertiyanglaindanlupabahwakitabelummembayaruangkuliah.Seringjugakitalupabahwapencapaianhidupsepertimenikahataupunyaanakbukanlahlombasusul-susulan.

Sudahkahkitamenghargaiwaktudengansegenapkemampuankita?Apakahkitamenghabiskanwaktuuntukmembicarakanorang laindantidakmemperbaikidiri- sendiri?Atausadarkahbahwa kitamenghabiskanwaktumemoles diri sesuai standar orang lain dan tidak belajarmengenaldirikitasendiri?

Waktu tidak bisa dibeli dan tidak bisa diputar kembali. Kita hanya punya saat ini. Marimenghargainya,mariberkarya.SalamSumpahPemuda=)

Sumber: Citra dalam kompasiana.http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/10/29/in-time-ketika-waktu-adalah-uang-literally/ (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)

131

Bahan Bacaan 9.3

(Salah satu contoh Standar Pelayanan Informasi Publik yang sudah diatur oleh Pusat

Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Minimal)

Pelayanan Informasi Publikdi

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi

Tugas Pelayanan Informasi PublikMenyiapkan dan Menyusun data dan informasi sumber daya mineral untuk pelayanan serta menyeragamkan format/layout hardcopy peta-peta yang dikeluarkan Pusat Sumber Daya Geologi.

Pelayanan kepada umumMelayani permintaan peta-peta potensi sumber daya mineral logam, non-logam, batubara dan panas bumi seluruh Indonesia dalam bentuk format A3 untuk kabupaten, format A0 untuk provinsi.

Prosedur permintaan peta1. Mengajukan permohonan surat kepada Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, bisa

melalui pos ke alamat Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) di Jl. Sukarno - Hatta No. 444 Bandung 40254 atau faksimili ke nomor (022) 5226263 atau email ke [email protected] (contoh terlampir).

2. Disposisi kepala pusat diteruskan kepada kepala bidang informasi yang dilanjutkan ke subbidang pelayanan informasi public.

3. Pemrosesan pembuatan peta potensi sumber daya mineral oleh staf subbidang pelayanan informasi publik yang berkoordinasi dengan subbidang kerja sama untuk penyelesaian administrasi.

Contoh Permohonan Surat

Kepada Yth.Kepala Pusat Sumber Daya Geologi Badan GeologiKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)Jl. Sukarno Hatta No. 444Bandung 40254 – Indonesia Perihal: Pemohonan Informasi Peta Penyebaran Potensi Mineral di Indonesia Dengan hormat, Isi surat (sesuai kebutuhan peta potensi sumber daya mineral dan lokasi yang diinginkan) Hormat kami,Nama PerusahaanTanda Tangan dan Cap Perusahaan

(Nama Pemohon)

132

Bahan Bacaan 9.4

Aturan Permainan Kartu

Aturan-1 Setiap kelompok diberi satu set kartu tahapan penyelesaian sengketa informasi publik.

Satu set terdiri dari dua kartu yang sudah diisi, yakni kartu pelaku/peran dan kartu proses. Satu kartu lainnya kosong, yaitu kartu waktu.

Kartu proses Pengajuan permohonan, staf menerima surat dan membuat tanda terima, staf menyampaikan kepada PPID, Jawaban PPID, keberatan, Jawaban atasan PPID.

Kartu pelaku Pemohon, Staf Front Desk, PPID, Atasan PPID.

Kartu waktu 10 Hari, 7 Hari, 30 Hari Hitung berdasarkan tanggal permohonan.

Aturan-2 Hasil penyusunan setiap kelompok akan disesuaikan dengan tahapan mekanisme perolehan informasi.

Bahan Presentasi 9a

������������������������������

������� ���� ����������������������

� ������������������������������������ ������

� ���������������������������� ���������������������������������������������������������������������� �

� ��������������������������������������������������������� ����������������������� �����������

� ������������������������������� ������������������������ ��������������

� �������� ����������������������������

� ��� ���������������� ����

� ������������������������������������������ ����������������������������������������������������������

��������

� ������������������������������

�  ���������������

��������

�  ���

� ������

� ­�� �

� ������

� ������� ����������������� ����������

���������������������������������������������

133

�������������������������

���������

��������������

����������

��������������������

����������������������

��������������������

�������������

�������������

�������������

������

������

������

������

������

���������������

�������������������

������������������

��������������

������� 

­������ ���������������

Sesi - 10

PELAPORAN AKSES INFORMASI DI BADAN PUBLIK

137

Sesi - 10

PELAPORAN AKSES INFORMASI DI BADAN PUBLIK

Pengantar

Di lembaga manapun, setiap unit penyelenggara pelayanan wajib membuat laporan kepada atasan masing-masing atau untuk disampaikan kepada lembaga lain. Laporan dimaksud berisi pelaksanaan tugas-tugas, baik berdasarkan program kerja maupun hasil pengembangan inovasi dan kreativitas. Laporan pelayanan informasi yang harus dibuat Badan Publik, berdasarkan Peraturan Komisi Informasi Pusat (Perki) No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik, disampaikan kepada Komisi Informasi Pusat.

Sistem pelaporan menjadi bagian penting dari akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi PPID. Dalam konteks pengelolaan dan pelayanan informasi publik pun, sistem pelaporan menjadi penting. Dalam hal ini yang dilaporkan adalah rekapitulasi permintaan informasi publik yang masuk ke Badan Publik berdasarkan waktu tertentu. Semakin besar organisasi Badan Publik, semakin berjenjang dan semakin pelik mekanisme pelaporan. Oleh karena itu, Badan Publik perlu memahami nilai penting pelaporan dan mengetahui bagaimana pelaporan dibuat.

Sistem pelaporan bisa dipergunakan untuk melakukan fungsi kontrol atau pengawasan atasan kepada bawahan. Sebaliknya, bawahan pun bisa memanfaatkan laporan sebagai perwujudan tanggung jawab atas pekerjaan yang diamanahkan atasan. Jika laporan menunjukkan kinerja yang baik, atasan bisa memberikan penghargaan (reward). Sebaliknya, atasan akan memberikan hukuman (punishment) jika laporan bawahan memperlihatkan kinerja yang buruk.

Sesi ini secara khusus membahas dasar-dasar pelaporan atas permintaan informasi yang masuk ke Badan Publik. Tetapi tujuan esensialnya lebih ditekankan pada kemampuan peserta membuat dan mengisi formulir pelaporan.

Tujuan • Pesertamemahamifungsidanurgensipelaporan.

• Pesertadapatmembuatdanmenyusunlaporanharian,mingguan/bulanan, dan laporan tahunan berdasarkan format baku.

Metode • Ceramah

• Praktikberkelompok

Waktu 90 menit

alat Bantu Belajar

• Kertas

• Plano

• Spidol

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

Catatan untuk Fasilitator

• Sesi ini menyajikan kegiatan danmateri yang akanmembantupesertamembangun kemampuan untuk membuat dan mengisi formulir pelaporan. Sebaiknya fasilitator punya pemahaman tata cara membuat dan mengisi formulir pelaporan di Badan Publik.

• Pesertadibagiatasbeberapakelompok.Jikaanggotakelompokberasal dari lembaga (SKPD) yang berbeda, maka saat pengisian formulir pelaporanmereka diminta memilih salah satu Badan Publik yang dijadikan contoh. Permintaan informasi di Badan Publik itulah yang dilaporkan.

• Untuk penyusunan bahan presentasi yang sesuai (Lihat bahan bacaan 10.1).

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiini.

• Fasilitator meminta peserta bergabung kembali dengan kelompok masing-

masing seperti di sesi sebelumnya.

Ceramah (15 menit)

• Fasilitatormelakukan presentasi danmenjelaskan nilai penting, dasar hukum,

dan manfaat membuat sistem pelaporan permintaan informasi.

Praktik (45 menit)

• Setiapkelompokdimintamembuatdanmengisiformulirpelaporanberdasarkan

permintaan informasi yang masuk ke suatu Badan Publik. Mereka menuliskannya

di kertas plano.

• Setiap kelompokmemilih salah satu Badan Publik. Setiap kelompok diminta

membuat laporan harian, laporan mingguan/bulanan, dan laporan tahunan.

• Setiap kelompok dimintamemberikan pendapatmengenaimodel pelaporan

yang paling pas serta kebaikan dan keburukan model pelaporan yang dipilih.

• Setiapkelompokdimintamenjelaskanmekanismepelaporandanpublikasinya

agar diketahui masyarakat.

Curah pendapat hasil praktik (20 menit)

• Setelah selesai praktik kelompok, setiap kelompok diminta menjelaskan di

depan peserta lain hasil pembuatan dan pengisian formulir pelaporan.

• Jika waktu memungkinkan, masing-masing kelompok diperbolehkan

memberikan tanggapan singkat terhadap presentasi kelompok lain.

Penutup ( 5 menit)

• Fasilitatormenutupsesiinidanmemintapesertaberistirahatsebelummengikuti

sesi berikutnya.

Bahan Bacaan 10.1

Kewajiban Membuat Laporan Menurut UU KIP

Agar tidak bertentangan satu sama lain, standardisasi pelayanan informasi di semua

Badan Publik penting dibuat. Standardisasi menjadi pedoman bagi Badan Publik untuk

menjalankan pelayanan publik, baik untuk kebutuhan internal dalam rangka menjalankan

fungsi pengelolaan informasi, maupun penyediaan informasi bagi masyarakat luar

(eksternal). Dalam rangka itulah Komisi Informasi Pusat telah menerbitkan Peraturan

Komisi Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik.

Peraturan ini mewajibkan setiap Badan Publik membuat laporan permintaan informasi

dan mengumumkan laporan itu agar bisa diakses publik.

Jenis Laporan

Pasal 12 UU KIP menyebutkan, layanan informasi yang wajib dibuat dan dimumkan

Badan Publik meliputi:

a. Jumlah permintaan informasi yang diterima.

b. Waktu yang diperlukan Badan Publik dalam memenuhi permintaan informasi.

c. Jumlah pemberian dan penolakan permintaan informasi.

d. Alasan penolakan permintaan informasi.

Bentuk Laporan

Bentuk laporan yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan Badan

Publik. Namun akan lebih baik jika laporan merupakan gabungan dari analisis dan bagan

atau formulir. Jadi, laporan bisa berbentuk:

a. Bagan

b. Matriks kegiatan

c. Grafik

d. Diagram

e. Formulir

f. Surat

g. Naskah

h. Buku

Waktu Pelaporan

Sebenarnya, UU KIP menghendaki laporan dibuat satu kali dalam setahun. Dalam

praktik, laporan model ini sudah harus tersedia paling lambat tiga bulan sebelum

MEKANISMEPENYAMPAIAN LAPORAN LAYANAN INFORMASI

tahun anggaran berakhir sesuai kepentingan pertanggungjawaban keuangan. Tetapi

di internal, waktu pelaporan bisa dibuat dalam bentuk harian (daily report), mingguan,

bulanan,triwulan, kuartal, semester.

Waktu pelaporan yang dipilih sangat ditentukan kemampuan SDM di Badan Publik

dan intensitas kebutuhan penggunaan laporan. Prinsipnya, semakin lama jangka waktu

pelaporan, semakin banyak data yang harus dihimpun dan dicari. Masalah ini bisa

dihindari jika sistem pencatatan dan perekaman kegiatan Badan Publik berjalan dengan

baik.

Sistematika Laporan

Sistematika laporan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus

dilaporkan, mengapa dilaporkan, siapa yang membuat dan menerima laporan, kapan

laporan dibuat, dan bagaimana laporan disusun. Tahapan penyusunan laporan bisa

merujuk pada: (i) Pengumpulan data/fakta di lapangan atau (ii) Pemindahan data/fakta.

PenanggungJawab

Setiap laporan harus memuat siapa yang menyusun atau bertanggung jawab atas

laporan itu. Termasuk tanggal laporan dibuat. Hal ini bertujuan agar kalau ada kesalahan,

pejabat pemeriksa laporan bisa langsung mengkomunikasikan kesalahan itu, dan kalau

perlu melakukan koreksi sebelum laporan diumumkan kepada publik.

Penerima Laporan

Pasal 36 ayat (2) jo pasal 4 huruf j Perki No. 1 Tahun 2010 menyebutkan laporan layanan

informasi Badan Publik disampaikan kepada Komisi Informasi.

Skema Laporan

Lembar Bantu: Contoh Formulir Laporan

Laporan Harian

Nama Badan PublikLaporan Harian

Pelaksanaan Tugas Pelayanan Informasi Publik

Hari/Tanggal: 1 Januari 2012

No. Nama & Alamat

Permintaan Informasi

Jenis Informasi Tindak LanjutBerkala Serta- Merta Setiap Saat Dikecualikan

1

2

3

4

5

Mengetahui KoordinatorKabid Pelayanan Informasi Pelayanan Informasi

……………………………… …………………………. .

NIP: NIP:

Laporan Mingguan/Bulanan

Nama Badan PublikLaporan Mingguan/Bulanan

Pelaksaan Tugas Pelayanan Informasi

Minggu/Bulan…… 2012

No.Tanggal & Waktu

Nama & Alamat

Permintaan Informasi

Jenis InformasiStatus

MintaJawab/Selesai

Waktu (Hari)

BerkalaSerta-Merta

Setiap Saat

Dikecualikan

12345

Surabaya, 1 Januari 2013

Kabid Pelayanan Informasi

……………………………………

NIP:

Laporan Tahunan

Nama Badan PublikLaporan Tahunan Permintaan Informasi Publik

Tahun Anggaran 2012

No. BulanJumlah Pemohon

InformasiJumlah Perminta-

an InformasiStatus Permohonan Waktu Alasan

PenolakanDipenuhi Ditolak Proses Jam Menit1 Januari2 Februari3 Maret4 April5 Mei6 Juni7 Juli8 Agustus9 September

10 Oktober11 November12 Desember

Jumlah

Penanggung Jawab Laporan

……………………….

NIP:

Bahan Bacaan 10.2

Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Sebagai aparat pengawas internalpemerintah, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan)membantu mewujudkan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan

negara dan daerah. Namun demikian, akuntabilitas pelaporan keuangan negara masih

memerlukan perbaikan. Hal ini ditandai dengan masih belum diperolehnya opini

WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atas Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2009, 34 Kementerian/Lembaga (K/L) atau

43,04 persen dari total K/L, serta hampir semua pemerintah daerah,yakni 430 dari 445

Pemda yang diaudit BPK atau 96,62 persen.

Kegiatan yang dilakukan BPKP untuk mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaporan

keuangan meliputi antara lain:

• PendampinganpenyusunanlaporankeuanganK/L/Pemda.

• ReviewlaporankeuanganK/L/PemdasebelumdiauditolehBPK.

• MenindaklanjutihasiltemuanBPK.

• Pendampinganperbaikansistempelaporan.

• ImplementasiSistemInformasiManajemenDaerah(SIMDA).

• Sosialisasi,pembentukansatgas,danworkshopSPIP(SistemPengendali Intern

Pemerintah)

• Peningkatan kapasitas SDM pengelolaan keuangan daerah dan APIP(Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah)

Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan K/L dan Pemda

belum memperoleh opini WTP adalah karena penyajian yang belum sepenuhnya sesuai

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), lemahnya sistem pengendalian internal, belum

tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, pengadaan barang yang belum

mengikuti ketentuan yang berlaku, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola

keuangan.

Sebagaimana tahun sebelumnya, pada 2010 BPKP secara prokatif telah bekerjasama,

baik dengan K/L maupun Pemda, dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan

K/L dan Pemda menuju opini WTP dan mempertahankan kualitas laporan keuangan

bagi K/L dan Pemda yang telah memperoleh opini WTP.

Upaya itu merupakan tindak lanjut dari direktif presiden, yang pada intinya mendorong

ditingkatkannya akuntabilitas pengelolaan keuangan negara melalui kerjasama antara

K/L dan Pemda dengan BPKP.

Kerjasama bertujuan terutama untuk mengatasi berbagai faktor penyebab tidak

diperolehnya opini WTP, antara lain mencakup penguatan SPIP pada K/L dan Pemda,

review atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, pendampingan penyusunan laporan

keuangan dan pendampingan review laporan keuangan instansi bagi APIP K/L dan APIP

Pemda untuk meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan agar sesuai dengan

SAP, penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah yang dibangun oleh BPKP,

pendampingan penataan barang milik negara/daerah, peningkatan kapasitas SDM

pengelola keuangan, sosialisasi peraturan dan pedoman bidang keuangan, bimbingan

teknis pengelolaan keuangan negara/daerah, serta penugasan pegawai BPKP ke

berbagai K/L dan Pemda.

Upaya perbaikan itu menunjukkan komitmen yang tinggi dan langkah nyata dari pimpinan

K/L dan Pemda yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangannya.

Sumber: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2012. (Disunting

kembali untuk penerbitan modul ini)

Bahan Bacaan 10.3

Selama 8 Tahun, KPK Tangani 285 Kasus

MATARAM: Sekretaris Jenderal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Sapto mengatakan, komisi itu telah menangani sebanyak 285 kasus tindak pidana korupsi, dalam delapan tahun sejak 2004 hingga 2011. “Jumlah itu belum termasuk kasus yang ditangani dalam tahun ini,”kata Bambang pada seminar pencegahan korupsi melalui peningkatan kualitas pelayanan publik di Pemerintah Provinsi NTB, di Mataram, Rabu.

Seminar itu diselenggarakan KPK dengan menampilkan narasumber dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi (RB), Ombudsman RI, Kementerian Hukum dan HAM, dan pegiat LSM dari Jakarta. Peserta seminar berasal dari pimpinan dan pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kanwil Kemenkumham NTB, pejabat BPN, BPKP, serta pimpinan dan anggota DPRD.

Bambang mengatakan, dari 285 kasus tindak pidana korupsi yang ditangani KPK itu, melibatkan tersangka dari kalangan anggota DPR dan DPRD, menteri/kepala lembaga, duta besar, komisioner/dosen, gubernur, wali kota/bupati dan wakilnya, pejabat eselon I, II dan III, hakim, jaksa, dan swasta, serta profesi lainnya. Kasus terbanyak melibatkan pejabat eselon I, II dan III sebanyak 91 perkara, disusul sektor swasta sebanyak 55 perkara, dan anggota DPR/DPRD yang mencapai 48 perkara, serta sektor lainnya sebanyak 31 perkara.

Kasus tindak pidana korupsi yang melibatkan wali kota/bupati dan wakilnya sebanyak 29 perkara, gubernur delapan perkara, komisioner/dosen tujuh perkara, menteri/kepala lembaga enam perkara, duta besar empat perkara, hakim empat perkara, dan jaksa dua perkara.

Khusus di Provinsi NTB, total perkara yang ditangani KPK tercatat sebanyak tiga kasus dari total 233 kasus yang mencuat secara nasional. Sementara kasus gratifikasi yang diterima KPK sebanyak 26 perkara, namun hanya di 2010.

Pengaduan masyarakat NTB yang diterima KPK tercatat sebanyak 953 kasus selama periode 2005-2011 atau1,85 persen dari total pengaduan tingkat nasional yang berjumlah 51. 592.

Bambang menyebutkan, total aset atau kekayaan negara yang berhasil diselamatkan KPK pada 2011 secara nasional mencapai Rp 152,9 triliun. “Sebagian besar atau 99,65 persen dari sektor hulu migas (aset-aset migas milik negara yang tidak pernah dicatat oleh pemerintah) dan 0,35 persen dari pengalihan hak barang milik negara,” ujarnya.

Sedangkan total kerugian negara yang berhasil diselamatkan KPK tahun 2011, mencapai Rp 134,7 miliar, yang berasal dari penanganan perkara tindak pidana korupsi, uang pengganti, uang rampasan, uang sitaan, penjualan hasil lelang tindak pidana korupsi, dan ongkos perkara.

Sumber: Suara Karya, 18 Oktober 2012 (Disunting kembali untuk penerbitan buku ini)

Sesi - 11

HUKUM ACARA SENGKETA INFORMASI

149

Sesi - 11

HUKUM ACARA SENGKETA INFORMASI

Pengantar

Badan Publik harus selalu siap menghadapi kemungkinan sengketa

informasi yang diajukan pemohon informasi.Sengketa ini timbulakibat

ketidakpuasan pemohon dalam menggunakan haknya untuk memperoleh

dan menggunakan informasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Perjalanan sengketa informasi dimulai dengan pengajuan keberatan oleh

pemohon kepada atasan PPID.

Mekanisme penyelesaian sengketa, pada dasarnya akan diselesaikan dulu

secara internal di Badan Publik. Namun, ketika pemohon masih merasa tidak

puas, maka sengketa akan dilanjutkan ke ke Komisi Informasi (KI) sebagai

lembaga khusus yang menyelesaikan sengketa informasi.

Saat ini, Komisi Informasi sudah dibentuk di tingkat nasional dan provinsi.

Di tingkat nasional, telah dibentuk KI Pusat berdasarkan perintah UU. Di

tingkat provinsi, hampir semua provinsi sudah membentuk KI Provinsi yang

memang diwajibkan UU juga. Sementara itu, ditingkat kabupaten/kota, UU

hanya memerintahkan KI dapat dibentuk jika diperlukan.

Mekanisme penanganan sengketa informasi setelah gagal diselesaikan

Badan Publik, maka akan ditangani Komisi Informasi Provinsi. Namun, jika di

suatu provinsi belum dibentuk Komisi Informasi, sengketa informasi ini akan

ditangani Komisi Informasi Pusat.

Proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi akan makan waktu

maksimal 100 hari dan ini belum tentu menyelesaikan masalah. Jika merasa

tidak puas atas putusan KI, salah satu atau kedua belah pihak masih bisa

mengajukan keberatan ke peradilan TUN/ umum yang berwenang.Kalau

150

mereka masih merasa tidak puas juga, para pihak bisa mengajukan kasasi

ke Mahkamah Agung.

Panjangnya proses maksimal ini menjadi tantangan karena asas penyelesaian

sengketa informasi seharusnya mengikuti nilai-nilai: (i) Cepat dan tepat

waktu, (ii) Biaya ringan, dan (iii) cara sederhana.

Penyelesaian sengketa melalui Komisi Informasi mengenal forum mediasi

sebagai wujud penerapan asas penyelesaian sengketa. Putusan mediasi ini

bersifat final dan mengikat.Akta perdamaian hasil mediasi ini akan lebih

berkekuatan hukum jika didaftarkan ke pengadilan negeri.

Sesi ini sangat penting bagi Badan Publik karena potensi sengketa informasi

yang dihadapi Badan Publik kemungkinan berlangsung lama, sehingga

akanmenguras sumber daya dan waktu mereka. Upaya yang harus

dilakukan Badan Publik untuk menghindari kemungkinan itu, tidak lain dan

tidak bukan, mereka perlu mengelola dan melayani permintaan informasi

sebagaimana amanat UU KIP.

151

Tujuan • Pesertamemahamimekanismepenyelesaiansengketainformasi.

• Peserta mengetahui objek-objek apa saja yang berpotensi

memunculkan sengketa informasi.

• Peserta mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan untuk

menghadapi sengketa informasi.

Metode • Curahpendapat

• Presentasi

• Permainankartu

• Simulasiperan

Waktu 120 menit

alat Bantu

Belajar

• Proyektor

• Plano

• Kartu

• Spidol

• Kartumetaplan

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

• Bahansimulasi

Catatan untuk

Fasilitator

• Sesi ini akan mengajak peserta memahami beberapa tahapan

yang harus ditempuh ketika menghadapi proses penyelesaian

sengketa informasi.

• Di sesi presentasi, fasilitator memandu narasumber yang akan

memaparkan bagaimana Badan Publik menghadapi proses

penyelesaian sengketa informasi serta sekaligus menjelaskan tips

dan trik aman dari sengketa.

152

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesiinidenganmenjelaskanmaksuddantujuannya.

Presentasi narasumber (60 menit)

• Fasilitatormemperkenalkannarasumber.

• Narasumber memberikan paparan mengenaitahapan penyelesaian sengketa

informasi.

• Fasilitatormemandutanyajawabdanmembuatkesimpulanpoin-poinpenting

selama diskusi.

• Fasilitatormenjelaskankegiatansimulasiperanmelaluipermainankartumetaplan

(Lihat aturan main).

Simulasi peran (45 menit)

• Fasilitatormembagipesertamenjadiempatkelompok.

• Fasilitatormemandupenyampaianplenohasil kerja setiapkelompok,dengan

mendorong forum memberikan umpan balik dengan pertanyaan:

1. Apakah semua tahapan proses sudah benar?

2. Apakah pelaku di masing-masing peran sudah benar tahapan, waktu, dan

tindakannya?

3. Apakah hasil dan waktu masing-masing sudah benar tahapan, waktu, dan

tindakannya?

Penutupan (5 menit)

• Fasilitator meninjau proses yang sudah dijalani dan hasil-hasil yang sudah

diperoleh oleh peserta.

153

Aturan Permainan Kartu

Aturan-1

Setiap kelompok diberi satu set kartu tahapan penyelesaian sengketa informasi publik.

1 set terdiri dari empat kelompok kartu, yaitu kartu proses, kartu pelaku, kartu waktu, dan kartu hasil.

Kartu proses

Pengajuan keberatan, permohonan penyelesaian sengketa, sengketa di KI, mediasi, ajudikasi, pemeriksaan, pembuktian, pencatatan keberatan ke PTUN/Peradilan Umum, dan kasasi.

Sesuaikan dengan regulasi (Perki dan Perma).

Kartu pelaku

Atasan PPID, PPID, pemohon/pengacaranya, Komisi Informasi, pimpinan Badan Publik, panitera pengadilan, hakim PTUN/peradilan umum, hakim kasasi

Sesuaikan dengan regulasi (Perki dan Perma).

Kartu waktu

14 hari, 100 hari, 60 hari, 30 hari Bisa mengambil waktu-waktu lain yang ditetapkan.

Kartu hasilPutusan, tanggapan atas keberatan,dan registrasi.

Aturan-2Hasil penyusunan setiap kelompok akan disesuaikan dengan tahapan terbaru penyelesaian sengketa.

Bahan Bacaan 11.1

Empat Tahapan Sengketa

PSI di Internal Badan Publik

• AdakeberatandaripemohoninformasikepadaatasanPPID.

���������

������������������������ �

��������������������

����������������������� ����

154

• AtasanPPIDharusmemberikantanggapan/jawabanataskeberatandalamwaktu

30 hari kerja setelah keberatandiajukan.

• JikapemohonpuasatastanggapanatasanPPID,kasusselesai.

• Jika tidakpuas, lanjut ke sengketa informasi (14hari kerja setelah tanggapan

diterima).

PSI di Komisi Informasi

• Mengajukanpermohonansengketadengancaramendaftarkanpermohonanke

Kepaniteraan KI yang berwenang.

• Dalam waktu 14 hari setelah pendaftaran, forum mediasi dibuka untuk

mengupayakan perdamaian.

• Jikasepakatdalammediasi,putusanataskesepakatanmediasibersifatfinaldan

mengikat.

• Jikatidaksepakat,perkaraberlanjutkeajudikasinon-litigasi.

• PSI di KI, terakhir lewat putusan sidang ajudikasi, sudah harus selesai dalam

waktu 100 hari kerja.

PSI di PTUN/Peradilan Umum

• Jikatidakpuas atasputusanKI,pemohonatauBadanPublikbisamengajukan

banding ke pengadilan. Jika termohon Badan Publik negara diajukan ke PTUN

dan jika Badan Publik non-negara diajukan ke peradilan umum.

• Palinglambat14harikerjasetelahmenerimasalinanresmiputusanKI.

• Paling lambat 14 hari setelah keberatan di-register, panitera meminta KI

mengirimkan salinan putusan dilengkapi seluruh berkas.

• Paling lambat 14 hari setelahmenerima surat pengadilan, KI harusmengirim

berkas yang diminta.

• Termohonkeberatanmengajukantanggapan30harisejakkeberatandi-register.

• Wajibdiputusdalamwaktu60harisejakmajelishakimditetapkan.

PSI di MA

• Tidakpuas atasputusanPTUN/peradilanumum,parapihakbisamengajukan

kasasi ke MA.

• Diajukanpalinglambat14harisejakputusandiberitahukankepadaparapihak.

• MAwajibmemutusperkarapalinglambat30harisejakmajelishakimditetapkan.

155

Boks 11.1

Badan Publik Menghadapi Sengketa

Badan Publik harus sudah mempersiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk

menjalani proses penyelesaian sengketa informasi. Badan Publik juga mempersiapkan

kelengkapan administrasi pemohon sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan,

baik pada saat sidang mediasi maupun ajudikasi di KI dan Pengadilan.

Beberapa hal yang harus disiapkan Badan Publik menghadapi sengketa informasi,

antara lain:

• Surat tugasyangditandatanganipimpinanjikayangmewakiliadalahPPID

atau pegawai Badan Publik. Jika Badan Publik menggunakan pengacara

profesional, maka harus ada surat kuasa khusus.

• SalinansuratjawabanPPIDataspermohonan.

• Salinansuratpenetapan/keputusanatasanPPIDataskeberatan.

• Pertimbangantertuliskebijakanyangdiambil.

• Bukti-buktilainyangmenunjukkankelemahanpermohonanpemohon.

• Formulir-formulirresmiyangdigunakanuntukmelayanipermintaaninformasi

dan keberatan agarterdata lebih baik.

Beberapa pertanyaan yang harus disampaikan Badan Publik kepada pemohon,

antara lain:

• Alasanpermohonan.

• Detaildanspesifikasiinformasiyangdiminta.

• Suratkuasakhususjikapemohondiwakilikuasahukum.

• AD/ARTpemohonjikapemohonadalahbadanhukum.

• Identitaslengkappemohon.

• Bukti-buktisuratyangmenunjukkanpemohonsudahmenempuhprosedur

sesuai undang-undang.

156

Bahan Bacaan 11.2

Mediasi di Komisi Informasi

Pengertian

Secara umum, mediasi adalah caramenyelesaikan sengketa melalui proses perundingan

untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

Mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan.Mediasi

telah menjadi pilihan penting penyelesaian sengketa di banyak organisasi, termasuk

penyelesaian sengketa informasi dan sengketa hubungan industrial.

Dasar Hukum

• Pasal40-41UUNo.14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik.

• Pasal 29-41 Perki No. 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik.

• PermaNo.1Tahun2008tentangProsedurMediasidiPengadilan

Tahapan

• Pra-mediasi

• ProsesMediasi

• Pasca-mediasi

Sifat

• Mediasiadalahpilihanparapihakdansukarela.

• Pelaksanaan sidang mediasi dilakukan secara tertutup, kecuali para pihak

menghendaki lain.

Mediator

• KomisionerKI

• Mediatornon-KIjikadimungkinkan.

• Nalurisebagaipendamaipenting.

• Menekankanhubunganbaikkeduabelahpihak.

Lokasi

• SalahsaturuanganKI

157

• Salah satu ruangandi kantorBadanPublik lainyang tidak terkait atau tempat

netral

• Tempatlainyangdisepakatiparapihak

• Penentuan lokasi berimbas pada biaya.Mediasi yang dilaksanakan di tempat

yang dipilih kedua belah pihak ditanggung renteng pihak yang bersengketa.

Jangka Waktu

• Harussudahselesai14harikerjasetelahpelaksanaanmediasipertama.

Putusan

• Mediatorhanyamembantumerumuskanapayangdisepakati.

• Formatputusansudahbaku(LampiranPerkiNo.2Tahun2010)

• Bersifatfinaldanmengikat.

• Akta perdamaian bisa didaftarkan ke PN agar lebih kuat untuk kebutuhan

eksekusi.

Boks 11.2

Manfaat Mediasi

Badan Publik harus sudah mempersiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk

menjalani proses penyelesaian sengketa informasi. Badan Publik juga mempersiapkan

kelengkapan administrasi pemohon sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan,

baik pada saat sidang mediasi maupun ajudikasi di KI dan Pengadilan.

Manfaat melakukan mediasi antara lain:

a. Ditempuh dengan waktu singkat, sehingga menghemat waktu dan biaya

dibandingkan penyelesaian melalui litigasi.

b. Dilaksanakan secara tertutup dan rahasia.

c. Prosedur dan proses bersifat informal.

d. Fokus pada akar permasalahan dengan menghasilkan aspek-aspek

komersial, psikologis, dan emosi para pihak.

e. Bentuk penyelesaian merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang

bersengketa.

158

Bahan Bacaan 11.3

Memfungsikan Biro Hukum

Dalam menghadapi sengketa informasi publik, sebaiknya Badan Publik tidak hanya

mengandalkan PPID atau atasan PPID.Seperti dalam pengelolaan informasi, Biro Hukum

lembaga perlu difungsikan. Dalam menghadapi sengketa, peran Biro Hukum justru

akansangat penting dan bisa menjadi ujung tombak. Mari fungsikan Biro Hukum di

lembaga Anda!

Kajian yang dilaksanakan Komisi Hukum Nasional (KHN) pada 2002 menunjukkan Biro

Hukum di instansi pemerintah belum dimanfaatkan secara maksimal. Penyebabnya

banyak, antara lain karena SDM di Biro Hukum yang belum sepenuhnya disesuaikan

dengan kompetensi. Dalam proses rekrutmen, yang lebih ditekankan adalah pemenuhan

syarat administratif bukan pada analisis kebutuhan riil Biro Hukum. Pelatihan yang

dilakukan pun masih berorientasi pada kenaikan pangkat dan jabatan, bukan ditujukan

pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Padahal, Biro hukum sangat penting bagi suatu lembaga.Itu sebabnya hampir semua

badan publik memiliki biro khusus yang membidangi hukum.

Di Kementerian Kesehatan misalnya, Biro Hukum digabung dengan organisasi, sehingga

perannya lebih kuat.Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan mempunyai tugas

melaksanakan perumusan peraturan perundang-undangan, pelayanan pertimbangan

dan bantuan hukum, serta pembinaan organisasi dan tatalaksana.Biro ini berfungsi

untuk: (a) Koordinasi dan pelaksanaan perumusan rancangan peraturan perundang-

undangan; (b) Pemberian pertimbangan hukum, bantuan hukum, danpenyusunan

rumusan perjanjian; (c) Pembinaan kelembagaan, penyusunan laporan akuntabilitas

kinerja, dan pelayanan publik; (d) Pelaksanaan analisis jabatan dan ketatalaksanaan; dan

(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.

Biro Hukum bukan hanya berperan pada saat sengketa, tetapi sejak awal mereka

sudah terlibat dalam pengelolaan dan pelayanan informasi.Pijakan hukum yang harus

dipersiapkan Badan Publik, misalnya penunjukan PPID, sebaiknya melibatkan Biro

Hukum.

Dalam rangka pelaksanaan keterbukaan informasi publik di Badan Publik, Biro Hukum

terutama bertugas untuk:

a. Memberikan pertimbangan hukum kepada PPID yang akan menolak untuk

memberikan informasi publik karenatidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

b. Memberikan pertimbangan hukum kepada atasan PPID/Tim Pertimbangan

Pelayanan Informasi atas keberatan yang disampaikan pemohon.

159

c. Memberikan pertimbangan kepada Badan Publik mengenai sengketa informasi

yang sedang dihadapi, baik diminta maupun tidak.

d. Memberikan pendampingan dan bantuan hukum kepada PPID di setiap tahapan

hingga selesai di Mahkamah Agung.

e. Mendampingi PPID yang menghadapi persoalan hukum pidana/perdata terkait

sengketa informasi di Badan Publik.

f. Ikut menyusun regulasi yang dibutuhkan Badan Publik untuk memperkuat dasar

hukum pengelolaan dan pelayanan informasi.

Bahan Bacaan 11.4

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Ketidakpuasan atas putusan Komisi Informasi bisa ditindaklanjuti salah satu atau kedua

pihak yang bersengketa untuk mengajukan keberatan. Jika termohon awal Badan Publik

negara, maka keberatan diajukan ke PTUN, sedangkan jika Badan Publik non-negara,

keberatan diajukan ke Pengadilan Negeri.Salah satu beban nyata membawa kasus

sengketa informasi ke PTUN atau Pengadilan Negeri adalah biaya. Seperti diketahui,

beracara di Komisi Informasi tidak akan dikenakan biaya, namun sebaliknya beracara di

PTUN/PN akan dikenakan biaya.

Penyebutan PTUN dalam UU KIP bukan hanya dalam pengajuan keberatan atas putusan

Komisi Informasi.Hal ini juga terkait pembayaran ganti rugi yang harus mengikuti

mekanisme ganti rugi yang dikenal dalam peradilan Tata Usaha Negara.

PTUN adalah salah satu peradilan di bawah Mahkamah Agung. Jenis peradilan lain

adalah peradilan umum, peradilan militer, dan peradilan agama. PTUN diatur dalam UU

No. 5 Tahun 1986, yang telah diubah dua kali, terakhir menjadi UU No. 51 Tahun 2009.

Peradilan TUN memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa yang timbul dalam

bidang tata usaha negara antara seorang atau badan hukum perdata dengan badan

atau pejabat tata usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara,

termasuk sengketa kepegawaian.Peradilan TUN juga berwenang menangani sengketa

atas tidak dikeluarkannya suatu keputusan yang dimohonkan seseorang sampai batas

waktu yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu

telah merupakan kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara bersangkutan.

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) belum dibentuk di seluruh provinsi, sehingga

penting bagi Badan Publik untuk mengetahu PTUN yang berwenang menangani.

Keberatan diajukan ke PTUN tempat termohon keberatan berkedudukan.Apabila

160

termohonnya lebih dari satu, maka permohonan diajukan ke PTUN di tempat kedudukan

salah satu termohon.

Dalam praktik di PTUN dikenal apa yang disebut dismissal process. Pasal 62 UU TUN

tidak mengatur secara lengkap masalah dismissal process, sehingga Mahkamah Agung

kemudian menerbitkan Surat Edaran No. 2 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Beberapa Ketentuan Dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Tata Usaha Negara. Proses dismisal dilaksanakan oleh ketua pengadilan dan dapat

menunjuk seorang hakim sebagai pelapor.

Pasal 62 UU TUN menyebutkan dalam rapat permusyawaratan, ketua pengadilan

berwenang memutuskan dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan

pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidakditerima

atau tidak berdasar, dalam hal:

• Pokokgugatanitunyata-nyatatidaktermasukdalamwewenangPengadilan.

• Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 tidak dipenuhi

oleh penggugat, sekalipun ia telah diberi tahu dan diperingatkan.

• Gugatanitutidakdidasarkanpadaalasan-alasanyanglayak.

• ApayangdituntutdalamgugatansebenarnyasudahterpenuhiolehKeputusan

Tata Usaha Negara yang digugat.

• Gugatandiajukansebelumwaktunyaatautelahlewatwaktunya.

Salah satu asas yang dikenal dalam PTUN adalah praduga rechmatig yang berarti setiap

tindakan pemerintah dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan.

Penyelesaian sengketa melalui jalur Peradilan TUN, pasal 49 UU KIP menyebutkan

Putusan PTUN dalam penyelesaian sengketa informasi publik tentang pemberian atau

penolakan akses terhadap seluruh atau sebagian informasi yang diminta berisi salah

satu perintah berikut:

a. Membatalkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:

1. Memberikan sebagian atau seluruh informasi yang dimohonkan oleh

Pemohon Informasi Publik; atau

2. Menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh

Pemohon Informasi Publik.

b. Menguatkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:

1. Memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon

Informasi Publik; atau

2. Menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh

Pemohon Informasi Publik.

161

Putusan pengadilan TUN mengenai pokok keberatan yang disebut dalam pasal 35 ayat

(1) huruf b sampai denganhuruf g berisi salah satu perintah berikut:

• MemerintahkanPejabatPengelolaInformasidanDokumentasiuntukmenjalankan

kewajibannyasebagaimana ditentukan UU KIP dan/atau memerintahkan untuk

memenuhi jangkawaktu pemberian informasi;

• MenolakpermohonanPemohonInformasiPublik;atau

• Memutuskanbiayapenggandaaninformasi.

Jika para pihak menerima putusan PTUN, maka putusan itu berkekuatan hukum tetap.

Putusan itu dikirimkan panitera pengadilan kepada para pihak. Jika tidak puas atas

putusan PTUN, para pihak masih bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

Contoh Surat Tugas Badan Publik

Gubernur Provinsi …..Jl. …….......

Telp……

SURAT TUGAS

Sehubungandenganpenyelesaiansengketainformasipublikyangdiajukanoleh…dantelahdidaftarkandiKomisiInformasi….,makadenganiniGubernurProvinsi…..memberikantugaskepadayangnamanyatersebutdibawahini:

Nama: 1. (Nama,NIP,danJabatan) 2. (Nama,NIP,danJabatan) 3. (Nama,NIP,danJabatan) 4. ……..

Mewakili dan menjadi kuasa untuk menghadiri mediasi dan sidang ajudikasinon-litigasi di Komisi Informasi, sidang-sidang di PTUN/Pengadilan Negeri danMahkamahAgung,menyusundanmenyampaikanjawaban,keberatan,dankasasiataspermohonansengketadimaksud.

Demikiansurattugasinidibuatuntukdipergunakansebagaimanamestinya.

GubernurProvinsi…Tandatangandan

stempelBadanPublik

(Nama………………)

162

Contoh Surat Keberatan

FORMAT FORMULIR KEBERATAN

LOGO BADAN PUBLIK

FORMULIRKEBERATAN(RANGKAPDUA)

[namabadanpublikdanalamat,nomortelepon,faksimili,email,dst]

PERNYATAANKEBERATANATASPERMOHONANINFORMASI

A. INFORMASI PENGAJU KEBERATAN NomorRegistrasiKeberatan :_______________________________________(diisipetugas)* NomorPermohonanInformasi :_____________________________________________________ TujuanPenggunaanInformasi :_____________________________________________________ IdentitasPemohon Nama :_____________________________________________________ Alamat :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ NomorTelepon :_____________________________________________________ Pekerjaan :_____________________________________________________

IdentitasKuasaPemohon** Nama :_____________________________________________________ Alamat :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ NomorTelepon :_____________________________________________________

B. ALASAN KEBERATAN***

a. PermohonanInformasiditolak.

b. Informasiberkalatidakdisediakan.

c. Permintaaninformasitidakditanggapi.

d. Permintaaninformasiditanggapitidaksebagaimanayangdiminta.

e. Permintaaninformasitidakdipenuhi.

f. Biayayangdikenakantidakwajar.

g. Informasidisampaikanmelebihijangkawaktuyangditentukan.

C. KASUS POSISI (tambahkankertasbilaperlu)____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

D. HARI/TANGGAL TANGGAPAN ATAS KEBERATAN AKAN DIBERIKAN:[tanggal],[bulan],[tahun][diisiolehpetugas]****

Demikiankeberataninisayasampaikan,atasperhatiandantanggapannya,sayaucapkanterimakasih.

____________(tempat),__________[tanggal],[bulan],[tahun]*****

mengetahui PetugasInformasi PetugasKeberatan (PenerimaKeberatan)

(.....................................) (.....................................) Nama&TandaTangan Nama&TandaTangan

KETERANGAN* Nomor register pengajuan keberatan diisi berdasarkan buku register pengajuan keberatan.** Identitas kuasa pemohon diisi jika ada kuasa pemohonnya dan melampirkan suratkuasa.*** Sesuai dengan pasal 35 UU KIP, dipilih oleh pengaju keberatan sesuai dengan alasan

keberatan yang diajukan.**** Diisi sesuai dengan ketentuan jangka waktu dalam UU KIP.***** Tanggal diisi dengan tanggal diterimanya pengajuan keberatan yaitu sejak keberatan

dinyatakan lengkap sesuai dengan buku register pengajuan keberatan.

163

Tugas

Buatlah format surat tanggapan atasan PPID (Badan Publik) atas permintaan informasi

jika yang diminta menurut Anda termasuk pasal 17 UU KIP. Sebagai catatan, atasan PPID

wajib memberi tanggapan dalam bentuk keputusan tertulis paling lambat 30 hari sejak

dicatatnya pengajuan keberatan. Keputusan tertulis sekurang-kurangnya memuat: (i)

Tanggal pembuatan tanggapan atas keberatan, (ii) Nomor surat, (iii) Materi tanggapan,

(iv) Perintah kepada PPID untuk memberikan sebagian atau seluruh, atau menolak

informasi, dan (v) Jangka waktu pelaksanaan perintah.

Sesi - 12

SANKSI DALAM SENGKETA INFORMASI PUBLIK

167

Sesi - 12

SANKSI DALAM SENGKETA INFORMASI PUBLIK

Pengantar

Dalam UU KIP telah diatur mengenai sanksi berupa ketentuan pidana bagi

setiap pelaku pelanggaran UU ini. Sanksi pidana pada dasarnya bertujuan

menghukum pihak-pihak yang melakukan kesalahan dan mengganggu

ketertiban umum, sehingga dengan sanksi itu ketertiban sosial kembali

terjaga. Pemidanaan ditujukan untuk menimbulkan efek jera (deterrent).

Sanksi pada hakikatnya adalah alat pemaksa agar seseorang menaati

norma-norma hukum yang berlaku. Ada sanksi atas pelanggaraan norma

keagamaan, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun sanksi

terhadap pelanggaran ketiga normaitusangat bergantung pada kesadaran

perorangan, sehingga fungsi sanksi sebagai alat pemaksa banyak

tergantungpada kata hati nurani seseorang.1

Selain ketiga sanksi tadi, saat ini terdapat sanksi pidanaatas pelanggaran

norma hukum. Sanksi pidana memaksa orang untuk bertindak sesuai aturan,

sekaligus mewanti-wanti orang untuk tidak melanggar larangan. Norma

hukum dibuat untuk mengatur agar orang berbuat sesuai aturan itu. Jadi,

hukum adalah sarana untuk melakukan kontrol sosial.2

Dengan demikian, pencantuman sanksi dalam suatu undang-undang dapat

berfungsi sebagai alat pencegahan. Sanksi akanmenjadi alat represif jika

sudah terjadi pelanggaran.

1S. R. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1996, hal. 28. 2Satjipto Rahardjo. Hukum dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Alumni, 1979, hal. 123.

168

Pengaturan ketentuan pidana dalam UU KIP dalam hal ini harus dibaca

dalam konteks tujuan sanksi norma hukum. Tujuan pemidanaan sendiri

terus mengalami perkembangan, di mana semakin mengarah ke sistem

yang lebih manusiawi dan rasional.3

Membaca ketentuan pidana dalam UU KIP perlu dikaitkan dengan tujuan

sanksi dan perubahan paradigma penjatuhan sanksi. Dalam Penjelasan

Umum UU KIP juga disebutkan adanya tujuan agar Badan Publik “termotivasi

untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat”.

Selain sanksi pidana, kemungkinan lain adalah gugatan perdata berupa

ganti rugi, dan sanksi administrasi terhadap pejabat publik.

3Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal. 29

169

Tujuan • PesertamengetahuijenisdankualifikasisanksidalamUUKIP

• Peserta dapat mengantisipasi kemungkinan terkena ancamansanksi.

Metode • Ceramah

• Tanyajawab

Waktu 60 menit

alat Bantu Belajar

• Plano

• Spidol

Media • Bahanpresentasi

• Bahanbacaan

• SalinantabulasisanksidalamUUKIP

Catatan untuk Fasilitator

• Disesiini,fasilitatorperlumenegaskanduahal:(i)Ancamansanksidalam UU KIP bukan untuk menakut-nakuti, dan (ii) Prosedur penerapan sanksi dalam UU KIP tidak mudah.

• FasilitatormenjelaskanbahwasanksisejenisdiaturjugadalamUUlain, antara lainUU No 1 Tahun 1946 tentang KUHP, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

• Fasilitatormenjelaskan bahwa Komisi Informasi Pusat dan Polrisedang menjajaki nota kesepahaman mengenai penerapan sanksi yang diatur dalam UU KIP.

• Jika tidak ada peserta yang bertanya pada sesi tanya jawab,fasilitator menanyakan kepada peserta tentang bagaimana pandangan mereka mengenai ancaman sanksi UU KIP. Berikut tiga pertanyaan yang bisa diajukan:1. Apakah Anda takut dengan sanksi yang diatur dalam UU KIP?2. Menurut penilaian Anda, apakah sanksi itu berat atau terlalu

ringan?3. Bagaimana Anda mengalokasikan anggaran untuk pemba-

yaran ganti rugi yang harus diambil dari dana Badan Publik?• Sasaran pembacabahan bacaan 12. 2 lebih diutamakan bagi

pesertayang sudah tahap advanced, yakni daerah-daerah yang sudah mempunyai KI dan PPID. Bahan bacaan itu penting didiskusikan untuk menjawab problematika yuridis yang muncul dalam pembayaran ganti rugi.

170

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitatormembukasesi inidenganmenjelaskanbahwasemua langkahyang

ditempuh dalam rangka menjalankan amanat UU KIP tidak akan berarti kalau

tidak memahami konsekuensi hukumnya.

• Kemudianfasilitatormenjelaskanmaksuddantujuansesiterakhirini.

Ceramah (20 menit)

• Fasilitator menyampaikan presentasi mengenai topik sanksidisertai dengan

contoh-contoh konkret langkah pidana yang ditempuh pemohon (Lihat bahan

bacaan 12. 1).

Tanya jawab (30 menit)

• Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk bertanya

mengenai topik yang dibahas.

Penutup (5 menit)

• Fasilitator menutup sesi ini dan menyampaikan terima kasih karena sudah

mengikuti semua sesi. Fasilitator juga menyampaikan harapan-harapan dan

tugas moral setiap peserta setelah mereka kembali ke lembaga masing-masing.

• Fasilitatormenjelaskantugassetiappesertauntukmenuliskanpuisi,surat,atau

gambaran tentang sahabat rahasianya untuk dibacakan pada sesi penutupan.

Bahan Bacaan 12.1

Sanksi Pidana dalam UU KIP

Pasal 51-55 UU KIP mengatur ancaman sanksi pidana yang dapat diberlakukan kepada

subjek pelaku kejahatan. Pasal-pasal itu mengatur subjek yang bisa diminta tanggung

jawab pidana, kualifikasi perbuatan pidana, dan ancaman sanksi maksimal.

Subjek yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum dalam UU KIP adalah dua

pihak: (i) Setiap orang; dan (ii) Badan Publik. Makna setiap orang dalam rumusan UU

KIP sudah diperluas, mencakup orang perorangan, kelompok orang, badan hukum, dan

korporasi.

171

Kualifikasi tindak pidanayang dapat dihukum berdasarkan UU KIP beragam, mulai dari

perbuatan aktif hingga perbuatan tidak berbuat (nalaten). Berikut bisa dilihat pada tabel

di bawah ini:

Pasal Subjek PerbuatanAncaman Sanksi

Penjara Denda Rp)

51Setiap orang

Dengan sengaja menggunakan informasi secara melawan hokum.

1 tahun 5 juta

52Badan Publik

Dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan informasi publik yang wajib diumumkan secara serta- merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau informasi publik yang harus diberikan atas permintaan sesuai UU KIP.

1 tahun 5 juta

53Setiap orang

Dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, dan/atau menghilangkan dokumen informasi publik dalam bentuk media apapun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan kepentingan umum.

2 tahun 10 juta

54 (1)Setiap orang

Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam pasal 17 huruf a, b, d, f, g, h, i, dan j.

2 tahun 10 juta

54 (2)Setiap orang

Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan dalam pasal 17 huruf c dan huruf e.

3 tahun 20 juta

55Setiap orang

Dengan sengaja membuat informasi publik yang tidak benar atau menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain.

1 tahun 5 juta

Ada dua jenis sanksi pidana yang diatur dalam UU KIP, yaitu sanksi penjara dengan

menghilangkan kemerdekaan dan sanksi denda berupa kewajiban membayar sejumlah

uang. Sanksi penjara dan denda adalah pidana pokok yang diatur dalam pasal 10 KUHP,

selain pidana mati dan pidana kurungan. Pidana denda lebih sedikit menimbulkan

172

penderitaan. Pidana denda juga memiliki keistimewaan lain, yaitu bisa dikenakan kepada

orang dan korporasi.4

Terkait pidana denda, Pasal 19 PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU 14 tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik menegaskan lebih lanjut:

(1) Pembayaran pidana denda bagi Badan Publik dibebankan kepada keuangan

Badan Publik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini

penting diingat UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU

Pertanggungjawaban Keuangan Negara.

(2) Pidana denda daat menjadi tanggung jawab personal pimpinan Badan Publik

jika dapat dibuktikan tindakan yang dilakukan di luar tugas pokok dan fungsinya

dengan cara melampaui wewenang yang ditentukan peraturan perundang-

undangan.

Pidana penjara tidak mungkin dijatuhkan kepada korporasi, kecuali kepada orang

sebagai pengurusnya. Itu sebabnya, ketentuan pidana penjara bagi Badan Publik dalam

Pasal 52 UU KIP dikritik banyak orang. Namun begiti, penjelasan pasal ini dalam UU

ini memberikan sedikit penjelasan terhadap kritik itu. Berdasarkan penjelasan UU-nya,

subjek yang dapat dikenakan sanksi pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan

korporasi dijatuhkan kepada:

a. Badan hukum, perseroan, perkumpulan, atau yayasan.

b. Mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana atau yang bertindak

sebagai pimpinan dalam melakukan tindak pidana; atau

c. Kedua-duanya.

Penting juga diingat bahwa ancaman sanksi dalam UU KIP adalah sanksi maksimal

(paling lama/paling banyak). Ini berarti hakim bisa saja menjatuhkan sanksi yang lebih

rendah daripada hukuman itu. Namun dalam hal ini bukan berarti tidak ada sanksi yang

lebih berat. Kemungkinan sanksi berat ada, jika aparat penegak hukum lebih memilih

menggunakan UU lain, misalnya UU Telekomunikasi atau UU Informasi dan Transaksi

Elektronik) daripada UU KIP. Pasal 56 UU KIP menegaskan: Setiap pelanggaran yang

dikenai sanksi pidana dalam UU KIP dan juga diancam dengan sanksi pidana dalam UU

lain yang bersifat khusus, yang berlaku adalah sanksi pidana dari UU yang lebih khusus

tersebut.

Badan Publik juga dihadapkan pada kemungkinan hukuman ganti rugi jika ada pemohon

informasi yang dirugikan. Delik materiil dalam pasal 55 UU KIP membuka ruang bagi

masyarakat yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi.

4Suhariyono AR. Pembaruan Pidana Denda di Indonesia: Pidana Denda Sebagai Sanksi Alternatif. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2012, hal. 18.

173

Boks 12.1

Sekda dan Kabag Humas Pemkot Bekasi Dilaporkan ke Polisi

Perang melawan ketertutupan informasi publik di Kota Bekasi terus berlanjut. SekaranggiliranSekretarisDaerahKotaBekasiRayendraSukarmadjidanKepala BagianHumasPemkotBekasiMariaUlfahyangdilaporkankePolrestaBekasiKotakarenadidugamelanggarpasal52UUNomor14Tahun2008tentangKeterbukaanInformasiPublik.

“SekdadanKabagHumaskamilaporkankePolisikarenatelahbertindaksecarasengajatidakmemberikaninformasipublik,meskipuntelahkalahdalamsidangsengketainformasipublikyangdigelarolehKomisiInformasiProvinsiJawaBaratpadabulanApril2012yanglalu,”kataMuhammadHSKetuaSahabatMuslimIndonesia,Minggu,(22/6).

MenurutMuhammad,sesuaiketentuanpasal52UUKIP,BadanPublikyangtidakmemberikaninformasipublikkepadapemohondapatdijeratpidanakurungansatutahun.Danyangharusbertanggung jawabadalahPejabatPengelola InformasidanDokumentasi (PPID)danatasanPPID(atasanlangsungnya).

“DalamhaliniPPIDdanatasanPPIDSetdaPemkotBekasiadalahKabagHumasdanSekda,”ujarpriayangakrabdipanggilMHSitu.

MenurutMuhammad,pihaknyamemperkarakandata-datakegiatanpengadaanbarang/jasadilingkunganSekretariatDaerahKotaBekasilengkapbesertadokumenpencairananggarannya.PutusanMajelisKomisionerKIPJabarmemutuskanagarSekdadanKabagHumasmemberikandata-dataitu. Namun,perintahputusantersebuttidakdilaksanakanseluruhnyadanhanyadilaksanakansebagian.

“Sehingga,kamiharusmenggunakanupayahukumlainnyayaitumelaporkankepolisidanjugaakanmengajukanpermohonansitaeksekusikepadaPengadilanNegeriBekasi,agardata-datayangbelumdiberikandapatdilakukanpenyitaansecarapaksaolehjurusitaPengadilanNegeriBekasi,”tuturnya.

DikatakanMuhammad,jikapejabatsetingkatSekdajugaharusberurusandenganpolisigara-garatidakmemberikaninformasipublik,inimenunjukkantatakelolapemerintahandiPemkotBekasimemang buruk dan pasti di dalamnya banyak terjadi penyelewengan anggaran danpraktikkorupsi.

“Oleh karena itu, perang melawan ketertutupan informasi publik ini tidak akan berhentisampaiPemkotBekasidapatmenyediakansistempenyelenggaraanpelayananinformasipublikyangbaiksesuaistandarpelayananyangmengacukepadaPeraturanKomisiInformasiNomor1Tahun2010tentangStandarLayananInformasiPublik,”pungkasMuhammad.

Sumber: www. bekasiraya. com. Dipublikasikan pada 24 Juni 2012 pukul 17. 44 WIB. (Disunting kembali untuk penerbitan modul ini)

174

Bahan Bacaan 12.1

Masalah Pembayaran Ganti Rugi

Mekanisme pembayaran ganti rugi sebagai sanksi atas pelanggaran keterbukaan

informasi publik dalam UU KIP masih belum detailkarena tidak jelas aturannya. Para

pihak yang yang mengalami kerugian akibat pembuatan informasi yang tidak benar dan

menyesatkan dapat menempuh langkah hukum, sesuai pasal 55 UU KIP.

Undang-Undang KIP dalam hal ini tidak mengatur secara detail bagaimana tuntutan

ganti rugi itu diajukan dan bagaimana mekanisme pembayaran ganti rugi. Lebih detail

kedua hal tadi diatur dalam kebijakan turunan UU KIP, yakni PP No. 61 Tahun 2010

tentang tentang Pelaksanaan UU 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010 menjelaskan mengenai mekanisme pembayaran ganti

rugi dan jumlah maksimal yang harus dibayar. Selengkapnya sebagai berikut:

(1) Ganti rugi atas perbuatan Badan Publik negara yang mengakibatkan adanya

kerugian materiil yang diderita penggugat dilaksanakan berdasarkan tata cara

ganti rugi pada peradilan TUN dengan jumlah maksimal 5 juta rupiah.

(2) Ganti rugi ditetapkan melalui putusan PTUN jika terbukti terjadi kerugian materiil

akibat adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Badan Publik

negara.

(3) Jumlah ganti rugi tetap dan tidak berubah sekalipun ada tenggang waktu antara

tanggal ditetapkan putusan dengan waktu pembayaran ganti rugi.

Sampai saat ini ketentuan mengenai pembayaran ganti rugi di lingkungan PTUN yang

berlaku adalah PP No. 43 Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya

pada Peradilan Tata Usaha Negara. Jika pada PP no 43 tahun 1991 dalam pasal 3

dijelaskan besarnya ganti rugi yang dapat diperoleh penggugat paling sedikit Rp.

250.000 dan paling banyak Rp. 5.000.000; sedangkan pasal 2 dijelaskan jika Badan Tata

Usaha Negara dibebankan ke APBN.

Dalam rumusan pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010, yang diatur adalah hanya Badan Publik

negara. Bagaimana dengan Badan Publik non-negara seperti LSM?Apakah juga tunduk

pada mekanisme yang diatur pasal 16 - 18 PPNo. 61 Tahun 2010. Merujuk pada pasal

47 ayat (2) UU KIP berarti sangat dimungkinkan menuntut ganti rugi ke peradilan umum

jika ‘tergugatnya’ Badan Publik non-negara. Apakah mekanismenya bisa menggunakan

pasal 1365 KUH Perdata? Jika demikian maka batasan ganti rugi hingga lima juta rupiah

yang diatur dalam pasal 16 PP No. 61 Tahun 2010 menjadi tidak tepat.

Dalam pasal 17 PP yang sama disebutkan bahwa pembayaran ganti rugi dilakukan sesuai

175

peraturan perundang-undangan. Asumsinya, pembayaran tunduk pada UU No. 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara. Pertanyaannya, apakah Badan Publik non-negara tunduk

pada ketentuan itu jika proses pengajuan ganti rugi itu tidak ada hubungannya dengan

keuangan negara?

Masalah ini juga berkaitan dengan pasal 18 PP 61 Tahun 2010 yang menyebutkan:

“Dalam hal pembayaran ganti rugi tidak dapat dilaksanakan oleh Badan Publik negara

dalam tahun anggaran yang sedang berjalan, pembayaran ganti rugi dimasukkan dan

dilaksanakan dalam tahun anggaran berikutnya”. Aturan ini sejalan dengan pasal 8 PP

No. 43 Tahun 1991.

Pasal 16 ayat (3) PP No. 61 Tahun 2010 tegas menganut prinsip ganti rugi tetap. Jumlah

yang sudah diputuskan hakim tidak mungkin berubah hanya karena ada jeda waktu

antara putusan dengan pembayaran. Masalahnya, dalam gugatan perdata dimungkinkan

menuntut bunga dan uang paksa (dwangsom) kepada tergugat.

Beberapa permasalahan berupa pertanyaan mengenai pembayaran ganti rugi itu patut

didiskusikan oleh peserta pelatihan.

Bahan Bacaan 12a

Aspek-aspek Penting Sanksi Pidana UU KIP

Asas Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan

• Dikenalsebagaiasasgeen straf zonder schuld.

• Seseorangbarubisadihukumkalaukesalahanterbukti.

• Berhubungandenganpasal1KUHP.

Delik Aduan

• Polisibarubisabertindakjikasudahadapengaduan.

• Yangberhakmengaduadalahkorban,pengacara,dananggotakeluarga.

• Ingatjangkawaktupengaduan.

Dengan Sengaja

• Kesengajaandalamhukumpidanabiasadisebutopzet.

• Prinsipnya:orangyangsengajamelakukankejahatanlayakdipidana.

176

• Adaniatanpelaku.

• Perbuatandanakibatnyadikehendakidandiketahui.

• Kesengajaandibedakanatas:

1. Kesengajaan yang bersifat tujuan untuk mencapai sesuatu (oogmerk).

Contoh: menembak orang dengan sengaja agar yang ditembak luka atau

meninggal.

2. Kesengajaan yang tidak mengandung suatu tujuan, melainkan disertai

keinsyafan, bahwa suatu akibat pasti akan terjadi (opzet bij zekerheids-

bewustzijn) atau kesengajaan secara keinsyafan kepastian. Contoh: orang

merokok saat mengisi bensin di SPBU.

3. Kesengajaan dalam kualifikasi nomor 2 tetapi dengan disertai keinsyafan

hanya ada kemungkinan (bukan kepastian), bahwa suatu akibat akan terjadi

(opzet bij mogelijkheids-bewustzijn), atau kesengajaan secara keinsyafan

kemungkinan. Contoh: membawa muatan dan penumpang melebihi

kapasitas kapal.

Dengan Sengaja dan Melawan Hukum

• Intisuatudelikadalahsifatmelawanataumelanggarhukum(onrechtmatigheid).

• Dibedakanatas:melawanhukumformildanmelawanhukummateriil.

• FormilberartisudahdiaturdalamUUtertulisatauhukumpositif.Materiilberarti

melawan hukum di luar UU tertulis seperti norma kesusilaan dan kesopanan.

• Dengansengajadanmelawanhukum:sengajamelakukankejahatanbaikyang

melanggar hukum positif maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan Sengaja dan Tanpa Hak

• Contoh: polisi punya hak untuk menahan, pegawai negeri punya hak untuk

menyimpan dokumen tertentu, dan wartawan berhak mendapatkan berita.

• Intinya,tidakadahakbagipelakuuntukmelakukanperbuatanitu.

• Dengansengajadanmelawanhak:pelakusengajamelakukanpadahaliasadar

yang punya hak atas dokumen itu atau melakukan perbuatan itu adalah orang

lain. Misal: menggunakan komputer milik orang lain tanpa izin, dengan tujuan

yang tidak baik.

Nalaten

• Adalahtindakpidanaberupatidakberbuat.

177

• Lihatpasal52UUKIP

• Contohlain:pasal531KUHPyangmenyebutkantidakmenolongorangdalam

bahaya, padahal ia mampu menolong tanpa membahayakan diri sendiri; pasal

224 KUHP: tidak hadir sebagai saksi tanpa alasan yang jelas.

Bahan Bacaan 12.3

Tips dan Trik Menghindari Sanksi Pidana

UU KIP membuat ancaman sanksi kepada Badan Publik, khususnya PPID, jika tidak

memberikan informasi publik kepada pemohon sesuai mekanisme yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Praktiknya, sudah ada beberapa PPID yang dilaporkan

ke polisi.

PPID perlu mempersiapkan diri agar terhindar dari kemungkinan sanksi pidana seperti

berikut ini:

• Buatlahkategori/klasifikasiinformasi,sehinggajelasmanainformasipublikyang

bersifat terbuka dan mana yang dikecualikan.

• Meresponsdenganbaikdansegerasetiappermohonaninformasipubliksesuai

batas waktu. Pemohon yang tidak mendapat respons yang baik dari Badan Publik

cenderung berusaha menempuh upaya hukum.

• Jikamemungkinkan,lakukandialogdenganpemohon,gunamenghindarisalah

paham. Siapa tahu pemohon bisa memahami kesulitan-kesulitan Badan Publik

memenuhi permintaan informasi.

• Patuhilahsetiapputusandalamsemuaprosespenyelesaiansengketa,mulaidari

putusan mediasi hingga putusan kasasi.

• Jikatidakpuasatasputusansengketa,gunakanhak-haksesuaimekanismedan

jangka waktu yang ditentukan.

• Kembangkan sistem pengelolaan dan pelayanan informasi yang baik agar

peluang sengketa semakin minim.

Sesi - 13

PENUTUP

181

Sesi - 13

PENUTUP

Pengantar

Pelatihan ini merupakan upaya untuk lebih memperluas dan memperdalam

pemahaman serta mengimplementasikan UU Keterbukaan Informasi Publik

beserta kebijakan turunannya berupa PP dan Perki. Pelatihan yang terarah

dan tepat sasaran menjadi tujuan utama seluruh sesi. Hal ini jelas-jelas akan

sangat menentukan arah pelaksanaan keterbukaan informasi di semua

daerah dan Badan Publik.

Dalam sesi penutup ini, mari menundukkan kepala bersama untukmelihat

sejauh mana capaian yang telah diperoleh, kesan-kesan, dan harapan

peserta setelah kembali ke instansi tempatnya bekerja. Demikian pula,

sejauh mana harapan panitia dan fasilitator kepada seluruh peserta tercapai.

Jangan sampai semangat peserta berhenti begitu penutupan berakhir.

182

Tujuan • Memberikan pesan kepada peserta tentang pekerjaan rumahyang harus dikerjakan masing-masing di instansi asal dalam rangka mengembangkan akses informasi publik dan pentingnya kebersamaan dalam mengembangkan akses itu.

Waktu 60 menit

Catatan untuk Fasilitator

• Di sesi ini, fasilitator mengingatkan kembali peserta untukmenuliskan kesan-kesan mereka tentang sahabat rahasia.

• Fasilitator diharapkan memandu sesi penutup ini semenarikmungkin dan santai.

• Fasilitatormengingatkanpesertatentangpentingnyamembawapengetahuan yang mereka peroleh ke instansi asalnya untuk dikembangkan. Fasilitator diharapkan membangun suasana segar dengan pesan-pesan yang menyemangati dan memotivasi peserta.

183

Tahapan Proses

Pembukaan (5 menit)

• Fasilitator meminta seluruh peserta berkumpul dan membentuk lingkaran.

Kemudian fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan penting sesi ini.

Curah pendapat (50 menit)

• Setiappesertadimintamencurahkankesandanharapanmerekaataspelatihan

dan sekaligus ‘membocorkan’ sahabat rahasia mereka.

• Setiappesertadimintamembacakansurat,puisi,ataugambaryangmerekabuat

untuk sahabat rahasia. Setelah selesai, langsung menyerahkan kenang-kenangan

itu kepada sahabat rahasianya.

• Begitu seterusnya sampai semua peserta mendapatkan kesempatan curah

pendapat.

Penutupan (5 menit)

• Fasilitatormenutup sesi ini denganmenyanyikan lagu lokal atau lagu tematis

bersama peserta dan seluruh panitia.

Pusat Telaah dan Informasi RegionalCentre for Regional Information and Studies

PATTIRO adalah sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan 17 April 1999 di JakartaPATTIRO bergerak dalam bidang penelitian, advokasi Kebijakan Publik, dan penguatan

masyarakat sipil (civil society). Visi PATTIRO adalah terwujudnya tata pemerintahan lokal yangbaik, transparan, dan adil bagi kesejahteraan sosial masyarakat.

Jl. Intan No. 81 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430Telp. : 62-21-7591 5498, Fax. : 62-21-7512 503, Email : [email protected]