Perencanaan Pembangunan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan
Diktat Kuliah
PERENCANAAN PEMBANGUNANKarya Ilmiah Untuk Menambah Kepustakaan :
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten
Disusun Oleh :
A. Machron Chairulfalah
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
(STIA) MAULANA YUSUF BANTEN
SERANG
2008
\
KATA PENGANTARAlhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadhirat Alloh
Rob yang menciptakan seluruh alam raya beserta isinya, atas
segala kenikmatan yang tidak terkira kita semua dapatkan dalam
menempuh perjalanan hidup ini.
Diktat Kuliah Perencanaan Pembangunan ini dipersiapkan
sebagai buku pedoman bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten, dalam menempuh mata
kuliah Perencanaan Pembangunan.
Setiap manusia dimana pun pasti ada titik kelemahan dan
kekurangan, bigitu juga dalam penyusunan diktat ini pasti banyak
sekali kekurangannya. Apalagi dalam penyusunan diktat kulaih ini
bermula dari persiapan perkuliahan dan handout mahasiswa. Mohon
maaf yang paling dalam kepada rekan-rekan sejawat dimana pun
berada yang merasa terkutip di tulisannya didalam diktat kuliah
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan sekali kritik dan saran
dari berbagai pihak untuk perbaikan diktat ini di masa yang akan
datang.
Semoga diktat ini mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat.
Serang, Maret 2008
Penulis,
A. Machron Chairulfalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Esensi Dan Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan
Materi Kuliah ini membahas mengenai dasar Teori dan
Strategi yang dijadikan kerangka berbikir (frame of thinking) dalam
memahami Perencanaan Pembangunan, baik dari segi urgensi, proses,
fungsi, sistem maupun kelembagaannya. Selanjutnya dibahas pula
mengenai model-model, konsep-konsep pembangunan dan perencanaan
pembangunan dalam berbagai perspektif yang akan dijadikan basis
dalam menganalisis proses Perencanaan Pembangunan.
Adapun Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan meliputi :
I. Pendahuluan
a) Esensi dan Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan
b) Landasan Filosofis Perencanaan Pembangunan Dan Kaitannya
Dengan Administrasi Negara
II. Pengertian Dasar, Teori Dan Strategi
a) Pengertian Tentang Teori Dan Strategi
b) Hubungan dan relevansi Teori dengan Strategi Pembangunan
III. Pengertian Perencanaan
a) Arti Perencanaan Sebagai Proses, Metoda, Sistem
b) Berbagai fungsi dan jenis perencanaan
c) Beberapa alternatif strategi pembangunan
IV. Konsep Pembangunan (Arti Dan Model)
a) Pendefinisian pembangunan
b) Berbagai pemahaman tentang konsep pembangunan
c) Model-model pembangunan dan pergeserannya.
V. Perencanaan Ekonomi Ke Perencanaan Pembangunan
a) Alasan-alasan terjadinya perubahan dari Perencanaan
Ekonomi ke Perencanaan Pembangunan
b) Proses perencanaan pembangunan
c) Unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembengunan
VI. Keperluan Dan Pentingnya Perencanaan Pembangunan
a) Alasan-alasan perlunya Perencanaan Pembangunan berbagai
negara
b) Keterlibatan Pemerintah / negara dalam Perencanaan
Pembangunan
VII. Ciri-ciri Dan Tujuan Perencanaan Pembangunan
a) Ciri-ciri Perencanaan Pembangunan
b) Tujuan Perencanan Pembangunan
c) Kelemahan Perencanaan Pembangunan di Negara Berkembang
VIII. Teknik-teknik Perencanaan Dan Evaluasi
a) Beberapa Teknik pembuatan/penyusunan sebuah Perencanaan
b) Pengambilan keputusan sebagai hasil penyusunan sampai
evaluasi perencanaan
IX. Perencanaan Dan Pelaksanaan
a) Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi program
b) Kendala yang dihadapi dalam implementasi
X. Perencanaan Dan Pembiayaan Pembangunan
a) Kaitan perencanaan dan Anggaran Biaya
b) Prosedur usulan DUK dan DIK
c) Pengawasan dan monitoring
XI. Administrasi Pembangunan
a) Pengertian Administrasi Pembangunan dalam menunjang
Perencanaan Pembangunan
b) Perlunya reformasi Pembangunan Administrasi
XII. Organisasi Perencanaan Pembangunan
a) Peran dan fungsi Organisasi Perencanaan pembangunan
b) Hubungan antar lembaga instansi terkait
XIII. Mekanisme Perencanaan Pembangunan
a) Model Bottom Up dan Top Down Planning
b) Integrasi kedua model tersebut
XIV. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
a) Arti dan perlunya partisipasi masyarakat
b) Pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program
B. Landasan Filosofis Perencanaan Pembangunan Dan Kitannya Dengan
Administrasi Negara
Filosofi menurut R.A. Supriyono dalam buku Manajemen
Strategi Dan Kebijakan Bisnis, adalah seperangkat keyakinan pokok
yang menentukan parameter-parameter untuk bisnis dan mendorong
semangat bagi para karyawannya (1998 : 41).
Dalam pembahasan disini landasan filosofi dalam perencanaan
pembangunan yang dimaksud adalah bentuk nilai-nilai yang menjadi
dasar dibenarkan mengadakan perencanaan pembangunan pada
administrasi negara suatu negara.
Manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama,
berkelompok, karena manusia secara inhaerent menyadari dalam
dirinya terdapat berbagai keterbatasan kemampuan. Berbagai
keterbatasan tersebut tidak memungkinkan seseorang untuk memenuhi
semua kebutuhannya dengan memuaskan apabila bekerja sendiri-
sendiri, itulah diperlukan kerjasama dalam suatu tatanan
masyarakat. Pada masyarakat yang lebih kompleks dalam bentuk
negara maka pengaturan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan akibat
berbagai keterbatasan tersebut diatur oleh negara dan
pemerintahannya supaya terjadi keteraturan dan keharmonisan
masyarakat. Gerald F. Coiden membayangkan dunia ini merupakan
arena “binatang jalang” seandainya tidak ada hal-hal yang
bersifat publik, yang sebenarnya dimaksudkan untuk melindungi
keselamatan dan kenyamanan individu dari segala macam ancaman.
Pendapat Gerald F. Coiden ini sesuai dengan tujuan Negara Modern
saat ini bukan saja sebagai penjaga malam tetapi sekaligus
sebagai pembentuk negara kesejahteraan (making walfare state).
Pengaturan negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya
merupakan tugas dan kewajiban negara. Menurut R. Kranenburg yang
dikutip Mirriam Budihardjo dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik,
bahwa : “negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan
oleh sekelompok manusia yang disebut negara. ..... negara sebagai
organisasi kekuasaan itu karena manusia hidup dalam wadah negara
dan memerlukan negara karena kebutuhan manusia sangat
beranekaragam, cita-cita yang beranekaragam, dan kemampuan
manusia mempunyai keterbatasan, maka kekuasaan merupakan sarana
untuk memudahkan terwujudkan kehendak masyarakat atau negara”.
Pernyataan R. Kranenburg tersebut tugas negara secara
politis dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya dan untuk
merealisasikan diperlukan administrasi negara. Seperti
dikemukakan oleh Dimock & Dimock (Marshall Edward Dimock & dan
isterinya Gladys Ogden Dimock) dalam Ilmu Administrasi Negara
menyatakan bahwa administrasi negara juga merupakan bagian dari
ilmu politik yang mempelajari penentuan kebijaksanaan negara
dalam suatu proses yang dimulai dengan pemilihan dan berlangsung
melalui partai-partai politik, badan-badan perwakilan rakyat,
hingga pada badan administrasi sendiri. Seperti halnya dengan
ilmu politik, administrasi negara adalah suatu ilmu yang
mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemeintah dan
cara mereka memperolehnya.
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Dwight Waldo dalam
bukunya Introduction to The Study of Public Administration bahwa politik yang
menetapkan tujuan dan administrasi yang merealisasikan
/melaksanakan tujuan tersebut.
Dari kedua pendapat tadi dapat disimpulakan bahwa negara
dalam perspektif politik berusaha meujudkan pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui perencanaan pembangunan dan administrasi
negara yang merealisasikan atau melaksanakannya.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Miftah Thoha dalam
buku Dimensi-dimensi Prima Administrasi Negara menyatakan bahwa :
“pilar fundamental dari administrasi negara adalah kebijakan
publik”. Seperti kita ketahui bahwa salah satu bentuk dari
kebijakan publik yang paling tertinggi di negara (RI) adalah GBHN
yang didalamnya terdapat Perencanaan Pembangunan.
Dari pendapat tersebut maka administrasi negara bukan saja
merealisasikan/melaksanakan tujuan negara tetapi juga berusaha
merumuskan apa-apa saja yang akan dicapai dalam menuju tujuan
negara tersebut melalui perencanaan pembangunan.
Maka segala bentuk kegiatan yang ditujukan untuk
kepentingan umum itulah yang menjadi cakupan Administrasi Negara.
Administrasi Negara amat erat hubungannya dengan soal pemberian
jasa dan barang yang bersifat publik.
Dalam hal Administrasi Negara berkaitan dengan pelaksanaan
hukum dan pemberian pelayanan umum. Ini merupakan fungsi dasar
yang harus dilaksanakan/dilakukan secara efektif, efesien, dan
selaras denagn cita rasa rakyat serta sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan rakyat, yang akhirnya kondisi tersebut tadi
Administrasi Negara merupakan “titik temu” antara hasrat dan
harapan rakyat dengan pemerintah.
Dengan demikian Administrasi Negara adalah suatu ilmu yang
mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemerintah dan
cara mereka memperolehnya. Sesuai dengan pendapat Dimock & Dimock
bahwa hal-hal yang mendapat perhatian utama dalam studi
Administrasi Negara adalah mengenai apa yang dilakukan pemerintah
dan bagaimana melakukannya.
Fungsi Administrasi Negara di negara-negara yang sedang
membangun sangat dominan, karena keberhasilan atau kegagalan
suatu program pembangunan dilimpahkan pada kemampuan sistem
Administrasi Negara yang ditetapkan Negara tersebut. Hal ini jika
dikaitkan dengan pendapat Leonardo D. White bahwa Administrasi
Negara terdiri dari semua operasi yang bertujuan untuk
melaksanakan Public Policy atau kebijaksanaan publik.
Kemampuan administrasi negara mencapai hasil maksimal
program pembangunan untuk memenuhi tuntutan masyarakatnya sangat
tergantung membuat dan merealisasikan kebijaksanaan umum (public
policy), yaitu ada 4 tahap :
1). Formulasi Kebijakan
Pelaksanaan dengan persoalan bagaimana masalah-masalah public
memperoleh perhatian para pembuat kebijakan, bagaimana asal-
usul kebijakan dirumuskan untuk menanggapi masalah-masalah
tertentu dipilih untuk dirumuskan/diformulasikan dari
tuntutan kebijakan (policy Demand) dengan keputusan kebijakan
(policy decision)
2). Implementasi Kebijakan
Yaitu aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan
suatu kebijakan secara efektif. Pelaksanaan aneka ragam
program yang dimaksudkan dalam kebijakan adalah aspek proses
kebijakan.
3). Evaluasi Kebijakan
Bertujuan untuk mengukur efektivitas dan dampak kebijakan
dengan alat-alat antara lain performance Budgeting (anggaran
disusun bedasarkan kegiatan), program budgeting (anggaran
disusun berdasarkan program) dan performance auditing.
4). Terminasi Kebijakan
Yaitu proses penyelesaian kebijakan pemerintah manakala
kebijakan mulai tiada. Ini saatnya langkah mengoreksi
kebijakan menyimpang atau tidak, berhasil atau tidak, dan
apakah perlu diambil kebijakan baru sebagai tindak lanjutnya.
Bagi bangsa yang sedang membangun kegiatan negara adalah
untuk menciptakan kemakmuran dan keadalian sosial bagi seluruh
rakyat, maka sarana untuk itu adalah tidak lain Administrasi
Negara. Tetapi Administrasi Negara disini bukan pengertian
administrasi negara sebagai alat atau sarana dalam pengertian
fisik – mati (hanya sebagai teknik, prosedur, dan mekanik)
melainkan sebagai alat atau sarana dalam pengertian organisme
yang dinamik. Maka disini studi Administrasi Negara di Negara
yang sedang membangun tidak saja menyajikan soal teknik dan
prosedur melainkan menunjukan bagaimana mengorganisasikan dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah, sedang, dan akan
dilakukan untuk memakmurkan kehidupan masyarakatnya.
Pembangunan adalah seatu proses untuk mengubah suatu
kondisi untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik. Maka tentu
saja pembangunan akan mengakibatkan berbagai perubahan.
Administrasi negara mempunyai konsekuensi selain administrasi
negara harus menyelenggarakan pembangunan, juga administrasi
negara harus malakukan penyelesaian terhadap kasus-kasus atau
permasalahan yang timbul dalam proses pembangunan.
Konsekuesi ini mendorong studi administrasi negara untuk
meningkatkan kemampuannya dalam membuat determinasi public policy
yang lebih berdaya guna dan berhasil guna agar kegiatan
pemerintahan dapat diselenggarakan secara produktif, praktis, dan
menempuh cara-cara yang bijaksana.
Administrasi negara mengambil bagian aktif dalam
keseluruhan proses pemerintahan bukan hanya berkenaan dengan
proses kebijakan tetapi juga berkepentingan terhadap adanya korps
aparatur pemerintahan yang berkemampuan tinggi.
Peranan studi Administrasi Negara melekat dalam pentingnya
Administrasi Negara yaitu :
1. Peranan Administrasi Negara sebagai Stabilisator masyarakat.
2. Peranan Administrasi Negara dalam perubahan sosial
3. Peranan Administrasi Negara sebagai kunci masyarakat modern.
Pembangunan pasti akan menimbulkan akses akibat perubahan
yang kadang-kadang amat fundamental yaitu adanya nilai yang
hilang tetapi nilai yang baru belum ditemukan. Maka kewajiban
administrator publik menumbuhkan konformitas terhadap sistem
nilai dengan jalan :
1. Melestarikan nilai-nilai dasar yang telah menjadi konsensus
nasional.
2. Menegakan segala aturan dan ketentuan kepada setiap anggota
masyarakat.
3. Melakukan tindakan preventif terhadap kecenderungan untuk
melawan standar perilaku yang telah dilakukan.
BAB IIPENGERTIAN DASAR, TEORI DAN STRATEGIA. Berbagai Pengertian Dasar
1. Perencanaan (Umum) adalah suatu, tindakan dan kegiatan yang
rasional berdasarkan informasi, penilaian dan perhitungan-
perhitungan bagi sumber-sumber yang tersedia dan membutuhkan
adanya kewenangan (kompetensi) agar tercapainya tujuan dan
sasaran yang diinginkan (organisasi secara ekonomis,
produktif, efektif dan effisien.
2. Perencanaan Pembangunan adalah suatu usaha, tindakan dan
kegiatan yang rasional berdasarkan informasi, penilaian dan
perhitungan-perhitungan bagi sumber-sumber yang tersedia dan
membutuhkan dana kewenangan (kompetensi), sehingga terwujudnya
perubahan-perubahan yang mendukung berbagai aspek kehidupan
dan penghidupan masyarakat sesuai dengan tujuannya
(pembangunan).
3. Perencanaan strategis menurut John M. Bryson & Miftahudin
adalah sekumpulan konsep, prosedur dan alat-alat (sumber-
sumber yang tersedia) sebagai upaya yang konkrit dan disiplin
untuk membuat satu keputusan dan tindakan dalam melaksanakan
perencanaan yang efektif dan effisien
4. Visi menurut R.A. Supriyono adalah pandangan atau wawasan luas
manajemen mengenai kondisi (lingkup, skala dan ukuran) yang
ingin dicapai oleh organisasi di masa depan.
5. Misi menurut R.A. Supriyono adalah pernyataan pokok mengenai
alasan eksistensi organisasi dan peta umum arah dan pola
organisasi di masa depan. Misi menentukan : (1) bagaimana
kehendak organisasi berinteraksi dengan lingkungannya, dan (2)
bagaimana kehendak organisasi untuk mencapai visi tertentu.
6. Proses menurut J.F. Stoner adalah suatu cara untuk
melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan : Rasional;
Transparan; Akurat; dan Tepat = Hasil.
7. Sistem menurut Bintoro Tjokroamidjojo adalah suatu hal yang
menyeluruh atau suatu totalitas yang terpadu dan saling
berhubungan, saling terkait, saling interaksi dan saling
ketergantungan satu dengan lainnya.
8. Mekanisme adalah struktur bagi gerakan atau proses dari unsur-
unsur yang saling kait-mengkait dan tunjang-menunjang dan
atau mengisi secara terpadu untuk mencapai tujuan dan
sasaran.
9. Prosedur adalah :
a. suatu pola dalam melaksanakan fungsi dan tugas dengan
efektif dan effisien
b. suatu urutan kerja tahap-pertahap agar pelaksanaannya
dapat berjalan secara efektif dan effisien.
10. Strategi adalah suatu pendekatan secara umum dalam memecahkan
masalah berorganisasi.
11. Tata kerja adalah suatu urutan cara-cara melaksanakan
pekerjaan dengan mempertimbangkan fasilitas yang tersedia.
12. Paradigma menurut Golossory adalah cara pandang yang
fundamental yang melandasi nilai-nilai tertentu dan
berisikan teori, konsep, metodologi dan cara pendekatan yang
dapat dipergunakan para teoritis dan praktisi dalam
menanggapi permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu
maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan
hidup dan kehidupan kemanusiaan.
13. Komitmen adalah dukungan yang merupakan partisipasi aktif
(dari pejabat/pimpinan) dan keterlibatannya langsung dalam
penyediaan dana, fasilitas dan memberikan penghargaan serta
bertanggung jawab positif.
14. Prinsip/azas adsalah suatu poernyataan yang fundamental atau
kebenaran umum yang merupakan pedoman untuk berpikir dan
bertindak guna tercapainya tujuan dan sasaran dengan efektif
dan effisien.
15. Prinsip/azas manajemen menurut Bintoro Tjokroamidjojo :
a. Rasionalitas
b. Ekonomis
c. Produktif
d. Efektif
e. effisien
16. Prinsip/azas organisasi menurut Chester Bernard :
a. Pembagian tugas yang jelas
b. Pendelegasian wewenang
c. Pengawasan yang ketat (span of control)
d. Sentralisasi dan desentralisasi
e. Kesatuan perintah (Unity of Commond)
17. Dedikasi adalah pengabdian berlandaskan Imtaq dan Iptek bagi
kemajuan organisasi, masyarakat, bangsa dan negara
18. Partisipasi adalah kebersamaan dan keterbukaan dalam
melaksanakan tugas dengan tetap memenuhi kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing.
19. Prestasi adalah meningkatnya effisiensi dan kinerja
organisasi berdasarkan/berlandaskan kompetensi dan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang terus
dikembangkan.
20. Akuntabilitas adalah hasil kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi kualitas maupun norma-
norma hukum.
21. Unsur-unsur manajemen menurut G.R. Terry :
A. ORANG/PEGAWAI
B. UANG/DANA
C. BAHAN-BAHAN
D. MESIN-MESIN
E. METODE
F. PASAR/HUMAS
(6 M)
22. Fungsi-fungsi manajemen menurut G.R. Terry :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Penggerakan
d. Pengawasan
23. Faktor-faktor Kepemimpinan menurut BP.7 Pusat Tahun 1978 :
a. Peranan : Sangat Strategis
b. Unsur : Keteladanan
c. Aspek : Konsisten dan Konsekuen
d. Semangat : Kekeluargaan
e. Sikap : Sebagai Pengasuh
Sebagai Pendorong
Sebagai Penuntun
Sebagai Pembimbing
24. Sistem Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)/Pengawasan
Melekat (Waskat) :
a. Komparatif : Laporan-laporan
b. Verifikatif : Prosedur
c. Inspektif : Pengecekan langsung
d. Investigatif : Penyidikan
25. S W O T :
a. Strengh : Kekuatan
b. Weaknes : Kelemahan
c. Opportunity : Peluang/Kesempatan
d. Threat : Ancaman/Tantangan
B. Pengertian Tentang Teori Dan Strategi
Teori adalah ciri utama setiap ilmu, jika sesuatu tidak memiliki teori tersendiri berarti tidak layak menyatakan sebagai ilmu.
Teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena tertentu secara rasional.
Munculnya teori : Masalah Identifikasi masalah Postulat Hipotesis Riset Analisis Klonklusi/asumsi Teori.
Teori selalu berkaitan dengan hukum dan prinsip. Hukum adalah pernyataan yang menyatakan hubungan sebab akibat antara 2 variabel atau lebih. Prinsip adalah yang berlaku secara umum bagisekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadianyang terjadi.
Strategi pengertiannya dapat dilihat didalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, bahwa strategi adalah :
1. ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa (-bangsa)
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai;
2. ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di
perang, dikondisi yang menguntungkan, ...;
3. rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus;
4. ... strategi nasional : seni dan ilmu mengembangkan dan
menggunakan berbagai kekuatan nasional, baik di masa damai
maupun di masa perang, untuk mendukung pencapaian tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional.
Menurut Christensen yang dikutip oleh R.A. Supriyono dalam
buku Manajemen Strategi Dan Kebijakan Bisnis menyatakan bahwa :
“pengertian strategi dapat ditinjau dari segi militer, politik,
ekonomi dan perusahaan. Dari segi militer, strategi adalah
penempatan satuan-satuan atau kekuatan-kekuatan tentara di medan
perang untuk mengalahkan musuh. Dari segi politik, strategi
adalah penggunaan sumber-sumber nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Dari segi ekonomi, strategi adalah alokasi sumber-
sumber yang sifatnya jarang atau terbatas”(1998 : 7).
Selanjutnya Christensen menyatakan bahwa : “Strategi adalah
pola-pola berbagai tujuan serta kebijaksanaan dasar dan rencana-
rencana untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan sedemikian
rupa sehingga jelas usaha apa yang sedang dan akan dilaksanakan
oleh perusahaan,, demikian juga sifat perusahaan abik sekarang
maupun di masa yang akan datang”(1998 : 7).
Sedangkan pengertian strategi dapat dilihat dari pendapat
Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi
Komunikasi” menyatakan bahwa : “.... strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi
harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis
harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”. (1981
: 84).
Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi
Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi
adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang
akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi
komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang
dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa
depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi
ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi
secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak
dengan mudah dan cepat. (1984 :10)
B. Hubungan Dan Relevansi Teori dengan Strategi Pembangunan
Dalam hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus
didukung dengan teori. Begitu juga pada strategi pembangunan
harus didukung dengan teori, dengan teori merupakan pengetahuan
mendasar pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori
merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari
beberapa statement yang menghubungkan (mengkorelasikan) suatu
statement yang satu dengan statement lainnya.
Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-
tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata “program” dalam
definisi tersebut menyangkut suatu peranan aktif, sadar dan
rasional yang dimainkan oleh pimpinan dalam perumusan strategi
organisasi. Strategi memberikan pengarahan terpadu bagi
organisasi dan berbagai tujuan organisasi, dan memberikan
pedoman pamanfaatan sumber-sumber daya organisasi yang digunakan
untuk perencanaan dan pencapaian tujuan.
Strategi dapat juga didefinisikan sebagai pola tanggapan
organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Definisi ini
mengandung arti bahwa setiap organisasi (termasuk organisasi
negara/pemerintahan) selalu mempunyai strategi. Walau kadang
tidak pernah secara eksplisit dirumuskan. Strategi dapat
menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber lainnya
dengan tantangan dan rasio yang harus dihadapi dari lingkungan
di luar organisasi.
Salah satu hal yang penting dalam rangka hubungan
perkembangan ilmu (termasuk di dalamnya terdapat berbagai teori)
dan teknologi (termasuk berbagai strategi) dengan pembangunan
adalah bagaimana caranya ilmu (teori) dan teknologi (strategi)
dapat merupakan sumber yang penting dalam proses perumusan
kebijakan dan perumusan perencanaan serta pelaksanaan
pembangunan. Dengan demikian kebijakan pemerintah/negara memberi
perhatian terhadap prospek masa depan berdasarkan perkembangan
ilmu dan teknologi. Perumusan kebijakan (perencanaan) demikian
didasarkan juga atas sumbangan dari disiplin ilmu. Kecuali itu
perkembangan dalam dunia ilmu dan teknologi, dengan lengkapnya
berbagai teori dan berbagai teknik/strategi, juga dapat
mempengaruhi kualitas administrasi negara suatu negara tertentu.
Antara lain berbagai teknik-teknik dan pendekatan manajemen yang
maju dapat dipergunakan dalam pelaksanaan administrasi negara.
Bahkan berbagai peralatan-peralatan baru dapat meningkatkan
efektivitas dan effisiensi administrasi negara. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Public
Administration in the Second United Nations Development Decade : “Developing
countries need to give more attention to the management of scientifi and technological
institutions as well as to the application of science and technology to public
administration”.
Dari pernyataan tersebut di atas maka apabila perkembangan
administrasi negara makin maju berkat perkembangan ilmu dan
teknologi, maka administrasi negara dapat membuat dan merumuskan
perencanaan pembangunan yang paling tepat untuk dilaksanakan dan
pelaksanaannya dapat tercapai dengan efektif dan effisien.
Peranan strategi menjadi semakin penting akhir-akhir ini.
Para pimpinan menyadari bahwa perumusan tujuan dan strategi
organisasi yang baik dan jelas dapat memberikan arah dan pedoman
bagi organisasinya, termasuk dalam kontek organisasi negara.
Sebagai hasilnya, organisasi berfungsi lebih baik dan jelas,
sehingga memungkinkan pimpinan untuk merumuskan perencanaan
pembangunan, rencana-rencana dan kegiatan-kegiatan yang memberi
arah pencapaian tujuan.
Disamping itu, perkembangan lingkungan terjadi sangat pesat
yang menambah pentingnya strategi, yaitu :
(1) Kenaikan tingkat perubahan teknologi;
(2) pertumbuhan kompleksitas pekerjaan manajerial;
(3) peningkatan kompleksitas lingkungan eksternal; dan
(4) semakin panjangnya tenggang waktu antara keputusan-keputusan
sekarang dan hasil-hasil di waktu yang akan datang.
Kebaikan utama perencanaan strategi adalah dalam
memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan
organisasi. Dengan mempergunakan perencanaan strategi, para
manajer akan memberikan kepada organisasi tujuan-tujuan tersebut.
Jadi, organisasi mempunyai sasaran dan pengarahan yang jelas.
Disamping itu proses perncanaan strategi, membantu manajer
mengantisipasi masalah-masalah sebelum timbul dan menanganinya
sebelum terjadi lebih berat.
Kebaikan penting perencanaan strategi lainnya membantu para
manajer dalam pembuatan keputusan. Analisa hati-hati dari
perencanaan strategi memberikan kepada para manajer lebih banyak
informasi yang mereka perlukan untuk membuat keputusan-keputusan
yang baik.
BAB III
PENGERTIAN PERENCANAANA. Arti Perencanaan Sebagai Proses, Metode, Dan Sistem
Menurut Henry Mintzberg dalam buku “The Rise and Fall of Strategic
Planning” menyatakan bahwa planning :
(1) ... is the future thinking
(2) ... is controlling the future
(3) ... is decision making
(4) ... is a formalized procedure to produce an articulate results, in the
form of an integrated system of decisions
Perencanaan adalah kegiatan yang mengupayakan dan menyepakati
hari depan yang diinginkan dalam keterkaitan dengan kelaikan,
kemungkinan dan kebolehjadian pencapaiannya (Perencanaan selalu
menyangkut keadaan sekarang yang akan diubah, menjadi keadaan
yang diinginkan).
Kelaikan (= feasibility) terutama dipengaruhi oleh sumberdaya yang
dapat disediakan.
Kemungkinan (= possibility) terutama dipengaruhi oleh kemampuan
manajerial.
Kebolehjadian (= probability) terutama dipengaruhi oleh unsur-
unsur lingkungan eksternal yang pada ummnya jangkauan
manajemen organisasi.
Mendiang PM India Jawaharlal Nehru yang dikutip Michael P.
Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga (Jilid 2)
menyatakan bahwa : “Perencanaan itu merupakan latihan inteligensi
untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan situasi menurut apa
adanya, dan mencari jalan untuk mengatasi problema-problemanya”
(1983 : 163)
Prajudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa : Perencanaan adalah
perhitungan dan penentuan daripada apa yang akan dijalankan
didalam rangka mencapai rangka mencapai suatu prapta (objective)
yang tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana tata
caranya.
Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa : Perencanaan merupakan
suatu tindakan, akan tetapi perencanaan sebagai suatu proses
karena perencanaan adalah suatu tindakan pilihan yang terbaik
atau menguntungkan dari berbagai pilihan atau alternatif dalam
usaha mencapai tujuan dan sasaran.
G.R. Terry menyatakan bahwa : Perencanaan adalah tindakan
pemilihan fakta dan usaha serta perbuatan dan pebggunaan asumsi-
asumsi mengenai masa yang kan datang. Dalam hal ini menggambarkan
serta menstimulir kegiatan-kegiatan yang diusulkan yang dianggap
perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan
mempunyai pengertian :
a) Dalam arti seluas-luasnya, tidak lain adalah proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
b) Proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan dan penentuan
aparat pelaksana kegiatan untuk tujuan tertentu.
c) Usaha yang diorganisir berdasarkan perhitungan-perhitungan
untuk memajukan perkembangan tertentu.
Perencanaan sebagai pedoman dalam upaya kita mencapai
proses apa-apa yang akan diinginkan sebagaimana dikemukakan
Mendiang Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln yang dikutip
Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ejonomi Di Dunia Ketiga
(Jilid 2) menyatakan bahwa : “Seandainya kita sudah mengetahui
lebih dahulu di mana kita berada, dan apa yang akan kita tuju,
maka kita akan mendapatkan kesimpulan yang lebih baik, tentang
apa yang harus kita lakukan, dan bagaimana cara melakukannya”
(1983 : 183).
Proses menurut J.F. Stoner adalah suatu cara untuk
melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan secara : rasiona;
transparan; akurat; dan tepat sehingga mendapatkan hasil.
Perencanaan ditinjau dari sudut proses, yaitu proses yang
berkesinambungan dari segala kegiatan untuk mencapai tujuan,
dimulai dari proses pemikiran, penentuan, tujuan sampai
pelaksaaan kerja sehingga tujuan tercapai.
Proses perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui 3 pendekatan (3 Approach terhadap planning) :
A. Mengetahui sifat-sifat/cirri-ciri suatu perencanaan.
Perencanaan yang baik ada 10 ciri :
1. Harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Artinya dengan perencanaan itu tujuan akan mudah
dicapai, bukan malah mempersulit pencapaiannya.
2. Harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memehami
tujuan organisasi.
3. Harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh
mendalami teknik-teknik perencanaan.
4. Harus disertai oleh suatu perincian yang teliti.
5. tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksanaan
6. Rencana harus sederhana, artinya susunan rencana itu
sistematis, bahasa yang mudah dipahami dan ada prioritas
yang jelas.
7. Rencana harus luwes, yaitu walau pola dasar rencana itu
permanen tapi harus ada kemungkinan perubahan penyesuaian
terhadap suatu kondisi tertentu.
8. Di dalam rencana harus terdapat tempat pengambilan resiko.
9. Rencana harus bersifat praktis/pragmatis, yaitu harus dapat
tercapai (attainable).
10. Rencana harus merupakan “forecasting” (peramalan atas keadaan
yang mungkin dihadapi).
B. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian yang
harus dijawab dengan memuaskan :
1. What, apa kegiatan-kegiatan yang harus dijalankan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
2. Where, dimana kegiatan-kegiatan tertentu hendak dijalankan
3. When, Kapan rencana itu dilaksanakan
4. How, bagaimana cara melaksankan kegiatan-kegiatan ke arah
tercapainya tujuan
5. Who, Siapa hal ini menyangkut pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab.
6. Why, mengapa, secara filosofis mendahului pertanyaan ke- 5
sebelumnya. Hal ini berarti menyangkut kriteria akan
kapabilitas orang yang akan diberikan tugas dan tanggung
jawab dalam melaksanakan rencana tersebut.
C. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus
dipecahkan dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah (scientific
techniques of problem-solving), meliputi 7 langkah :
1. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi. (Know the
nature of the problem).
2. Mengumpulkan data (collect data)
3. Penganalisaan data ( analysis of the data)
4. Penentuan bebrapa alternatif (determination of several alternative)
5. Memilih cara yang kelihatannya terbaik (selection of the
seeminingly best wal from among alternatives)
6. Palaksanaan (Execution)
7. Penilaian hasil yang dicapai (evaluation of result)
B. Berbagai Fungsi Dan Jenis Perencanaan
Perencanaan yang didalam operasionalnya dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1) Perencanaan fisik ( Physical planning ), yaitu yang berhubungan
dengan sifat-sifat serta pengaturan gedung-gedung, alat-alat,
sarana (material) dan fasilitas yang lazimnya disebut
perencanaan fisik
2) Perencanaan fungsional ( Fungsional planning ), yaitu yang
berhubungan dengan fungsi tertentu dan atau fungsi-fungsi yang
terbatas jumnlahnya, contoh : Perencanaan Pegawai
3) Perencanaan secara luas ( Comprehensive planning ), yaitu yang
berhubungan dengan perencanaan yang menyeluruh dalam arti
intern dan ekstern dari berbagai kegiatan organisasi,
perencanaan ini mengintegrasikan dari beberapa kegiatan
organisasi, contohnya : Perencanaan Pemulihan Wilayah Aceh
Pasca Tsunami
4) Perencanaan yang dikombinasikan (General combination planning ),
yaitu perencanaan yang meliputi berbagai aspek kegiatan tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) yang ada pada unit kerja dalam
sesuatu organisasi yang mempunyai tujuan sama, dan demikian
juga halnya dengan antar instansi/organisasi. Contoh :
Perencanaan Bidang Pendidikan
Perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,
berkesinambungan, dan kreatif, agar manajemen tidak hanya akan
bereaksi terhadap lingkungannya, tetapi lebih menjadi peserta
aktif dalam memanfaatkan lingkungannya.
Ada dua alasan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai :
(1) “Protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinanterjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan; dan
(2) “Positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian
tujuan organisasi.
Perencanaan mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
1) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan;
2) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah
utama;
3) memungkinkan pimpinan memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas; dan meminimkan pekerjaan yang tidak pasti;
4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
5) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
6) memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian
organisasi;
7) menghemat waktu, usaha, dan dana.
BAB IVKONSEPSI PEMBANGUNAN ( ARTI DAN MODEL )
A. Pendefinisian Pembangunan
Istilah yang netral digunakan untuk pembangunan menurut M.
Faisal Khan adalah :
Modernisasi
Perubahan
Pemupukan Modal
Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan Pengetahuan Dan Teknologi
Industrialisasi
Perubahan Sosial Yang Teratur
Pembangunan Bangsa
Penyempurnaan Kesejahteraan Umum
Demokratisasi
Inovasi Dan Swakarya
Pembangunan disefinisikan sebagai pertumbuhan dari suatu yang lebih rendah menuju keadaan yang lebih tinggi atau lebih maju.
Pembangunan juga berarti kemajuan yang berjalan setahap
demi setahap dan lambat laun menuju pada kematangan yang dapat
diartikan sebagai proses tanpa berhenti ( never ending proces ).
Sedangkan Pembangunan Nasional pada dasarnya mempunyai 5 pengertian, yaitu :
1. Kesejahteraan ekonomi, baik makmur maupun keadilan;
2. Modernisasi, proses kearah masyarakat maju;
3. Pembangunan bangsa, proses pengembangan masyarakat primodial
dengan pelaksanaan Wawasan Nusantara;
4. Wawasan lingkungan dalam arti memecahkan masalah lingkungan
antara lain : Kebodohan dan kemiskinan;
5. Pembangunan manusia dalam hal ini kualitas sumber daya
manusia.
B. Berbagai Pemahaman Tentang Konsep Pembangunan
Konsep pembangunan pada awalnya tidak akan terlepas dari
berbagai teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para
ahli, diantaranya :
1) Teori Pembangunan Adam Smith, dikenal dengan ‘Teori Hukum
Alam’ yang meyakini berlakunya doktrin ‘hukum alam’ dalam
persoalan ekonomi maka wajar kalau ia menganjurkan kebijakan
‘pasar bebas’ dalam ekonomi. Kekuatan yang tidak terlihat,
yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme
menuju keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk
memaksimumkan kesejahteraan nasional.
2) Teori Ricardian. David Richardo membangun teorinya tentang
saling hubungan antara tiga kelompok dalam perekonomian, yaitu
tuan tanah, kapitalis, dan buruh. Keseluruhan pendapatan
nasional dibagi-bagikan kepada tiga kelompok tersebut masing-
masing sebagai uang sewa, keuntungan, dan upah.
3) Teori Malthus. Thomas Robert Malthus tidak menganggap proses
pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya, memerlukan
berbagai usaha yang konsisten di fihak rakyat. Jadi proses
pembangunan adalah suatu proses naik-turunnya aktivitas
ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya aktivitas
ekonomi.
4) Teori Mill. John Stuart Mill menganggap pembangunan ekonomi
sebagai fungsi dari tanah, tenaga kerja, dan modal.
Peningkatan kesejahteraan hanya mungkin bila tanah dan modal
mampu meningkatkan produksi lebih capat dibanding angkatan
kerja.
5) Teori Marxis. Karl Marx menyumbang kepada teori pembangunan
ekonomi dalam tiga hal, yaitu : dalam arti luas memberikan
tafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam art sempit merinci
kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis, dan terakhir
menawarkan jalan alternatif tentang pembangunan ekonomi
terencana. Dalam penafsiran sejarah bahwa semua peristiwa
sejarah adalah hasil perjuangan ekonomi yang terus menerus di
antara berbagai kelas dan kelompok dalam masyarakat. Dalam
perkembangan kapitalis, karena produksi tunduk pada perubahan
maka bila kekuatan produksi bertentangan dengan struktur kelas
masyarakat akan terjadi ‘revolusi sosial’.
6) Teori Schumpeter. Joseph Alois Schumpeter menyatakan bahwa
pembangunan adalah perubahan yang spontan dan terputus-putus
pada saluran sirkuler (dari produksi barang, penawaran,
permintaan, laba, tabungan, dan bunga).
7) Teori Keynes, hanya ditujukan pada negara kapitalis maju.
8) Teori Rostow, membedakan adanya lima tahap pertumbuhan
ekonomi, yaitu :
(1) masyarakat tradisional;
(2) prasyarat untuk tinggal landas;
(3) tinggal landas;
(4) dewasa / maturity; dan
(5) masa konsumsi massal.
9) Teori Lewis. W. Arthur Lewis membangun teori sistematis
‘Pembangunan ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak
terbatas’. Pada negara berkembang tersedia buruh melimpah
dengan upah sekedar cukup untuk hidup (subsisten). Pembangunan
ekonomi berlangsung apabila modal terakumulasi sebagai
akibat peralihan buruh surplus dar sektor ‘subsisten’ ke
sektor ‘kapitalis’.
10) Teori Leibenstein. Harvey Leibenstein mengajukan tesis bahwa
negara terbelakang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan
yang membuat tetap berada di sekitar tingkat keseimbangan
pendapatan per kapita yang rendah. Jalan keluarnya adalah
‘upaya minimum kritis’ tertentu yang akan menaikkan
perdapatan per kapita pada tingkat dimana pembangunan yang
berkesinambungan dipertahankan.
11) Teori ‘Dorongan Kuat’ (Big Push Theory). Paul N. Rosenstein-
Rodan mengemukakan bahwa untuk menanggulangi hambatan
pembangunan ekonomi negara terbelakang dan untuk mendorong
ekonomi tersebut ke arah kemajuan diperlukan suatu ‘dorongan
kuat’ atau suatu program besar menyeluruh dalam bentuk suatu
jumlah minimum investasi.
12) Teori Myrdall. Gunnar Myrdall berpendapat bahwa pembangunan
ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler
yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak dan
mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin
terhambat. dampak balik (backwash effects) cenderung membesar
dan dampak sebar (spread effects) cenderung mengecil. Secara
kumulatif kecenderungan ini semakin memperbudak ketimpangan
internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di antara
negara-negara terbelakang (masih menghadapi ‘lingkaran setan
kemiskinan’).
Konsep pembangunan di Negara Republik Indonesia menerapkan
berbagai teori-teori pembangunan yang sudah berhasil diterpakan
di negara lain dengan disesuaikan dengan keadaan sosial budaya
masyarakat Indonesia.
Adapun azas dalam pembangunan nasional di Indonesia,
meliputi
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Manfaat
3. Demokrasi
4. Adil dan makmur
5. Keseimbangan
6. Hukum
7. Kemandirian
8. Kejuangan
9. Iptek
Menurut Imam Nazeni konsep pembangunan ibarat proses
komputer yang harus ada perangkatnya, yaitu :
a) Perangkat Keras :
1. Tenaga kerja/pegawai
2. Dana/keuangan
3. Material/peralatan
4. Basis usaha/organisasi
5. Waktu
b) Perangkat Lunak :
1. Kecerdasan/ilmu
2. Keahlian/keterampilan
3. Peraturan-peraturan
4. Teknologi
5. Informasi
6. Nilai-nilai kepribadian/moral.
Berkaitan dengan konsep pembangunan adalah konsep mengenai kemajuan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan suatu negara. Istilah yang diusung untuk negara-negara yang sedang membangun oleh Gunar Myrdall disebut negara kurang berkembang/tidak berkembang (underdeveloped). Meier, Baldwin, & Barbara Ward menggunakan istilah ‘negara miskin’. Sedang Ny. Hicks lebih senang menggunakan istilah yang lebih terhormat dengan ‘negara sedang berkembang (the developing countries)’. Sekarang sering muncul istilah baru ‘dunia ketiga’.
Adapun kriteria untuk negara-negara sedang berkembang menurut Simon Kuznets yang dikutip M.L. Jhingan dalam buku Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, yaitu :
- Pertama, berarti kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yangada atau suatu kegagalan yang bersumber pada perlawanan lembaga-lembaga sosial.
- Kedua, berarti keterbelakangan dalam kinerja (performance) ekonomi dibandingkan dengan beberapa negara terkemuka pada masanya.
- Ketiga, berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti kegagalan untuk menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda yang memuaskan sebagian terbesar penduduk.
Selanjutnya M.L. Jhingan sendiri dalam buku Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan telah mengemukakan kriteria negara terbelakang sebagai berikut :
1) nisbah (rasio) penduduk terhadap wilayah tanah
2) perbandingan output industri terhadap keseluruhan output.
3) rasio yang rendah antara modal terhadap populasi per kapala
4) memiliki sumber alam yang belum tergali
5) rendahnya pendapatan per kapita
Kriteria yang terakhir (ke-5) inilah yang banyak diterima dan digunakan para ahli lainnya.
Konsep pembangunan yang dikembangkan pada masa sekarang
adalah agar negara/pemerintah memberikan pelayanan pada
masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Ryaas Rasyid (2002 :171)
menyatakan bahwa dalam rangka membangunan kembali citra
pemerintahan sebagai pelayanan yang adil, maka kita kembali
menggunakan paradigma pelayanan dan pemberdayaan. Bila dikaji
lebih mendalam bahwa pendapat ini tidak menghilangkan peran
pemerintah sebagai “agent Pembangunan” atau dikatakan bahwa
pemerintah sudah tidak lagi memiliki komitment pembangunan,
tetapi mendudukkan tugas pembangunan itu diatas landasan nilai
pelayanan. Artinya bahwa tidak ada lagi kebijakan pembangunan
yang mengandung nilai ketidakadilan dan yang bersifat mematikan
kreativitas masyarakat. Kebijakan semacam itu jelas bertentangan
dengan komitmen pelayanan dan pemberdayaan.
C. Model-model Pembangunan Dan Pergeserannya
Model-model pembangunan yang berkembang dalan teori perencanaan pembangunan muncul dari model pembangunan ekonomi, diantaranya :
1) Model Harrod-Domar, mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan
mantap (steady growth) dalam perekonomian. Peranan kuncinya pada
investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Watak ganda
dari investasi, pertama menciptakan pendapatan (dampak
permintaan), dan kedua memperbesar kapasitas produksi
perekonomian negara melalui stok modal (dampak penawaran).
Selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan
output akan senantiasa membesar dan tingkat pertumbuhan
pendapatan yang diperlukan (disebut “tingkat pertumbuhan
terjamin (warranted rate of grouth) atau tingkat pertumbuhan
penuh”) dapat terus berlangsung.
2) Model Distribusi Menurut Kaldor, merupakan suatu usaha untuk
menjadikan rasio tabungan-modal sebagai suatu variabel di
dalam proses pertumbuhan. Didasarkan pada “fungsi tabungan
klasik” bahwa tabungan (S=saving) adalah sama dengan rasio
antara keuntungan (P=profit) dan pendapatan nasional (Y=Income
nasional) ► S=P/Y
3) Model Akumulasi Modal Joan Robinson, model pertumbuhan ekonomi
yang sederhana berdasarkan ‘aturan main kapasitas’. Dalam
model ini “tidak begitu banyak keterkaitan dengan pergeseran
ekuilibirium dalam perekonomian kapitalis, tetapi ditambah
dengan pengkajian sifat-sifat pertumbuhan ekuilibirium (antara
pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi, akumulasi modal dan
faktor-faktor kelembagaan)”.
4) Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Meade, model pertumbuhan
eko0nomi neo-klasik yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana
bentuk paling sderhana dari sistem ekonomi akan berperilaku
selama proses pertumbuhan ekuilibirium. Di dalam perekonomian
sebagai output bersih diproduksi tergantung pada empat faktor :
(1) Stok modal netto yang tersedia dalam bentuk mesin; (2)
Jumlah tenaga buruh yang tersedia; (3) Tanah dan sumber alam
yang tersedia; dan (4) Keadaan pengetahuan teknik yang terus
membaik sepanjang waktu.
5) Model Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang Solow, bahwa dengan
koefisien teknik yang bersifat variabel, rasio modal-buruh
akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu,
ke arah rasio keseimbangan
6) Model Perubahan Teknikal. Menurut Hicks suatu penemuan
dikatakan netral apbila penemuan itu meningkatkan
produktivitas buruh dan modal dalam proporsi yang sama.
Perubahan teknikal dianggap netral jika rasio produk marginal
modal terhadap produk marginal buruh tetap tidak berubah pada
rasio modal-buruh yang konstan.
7) Model Pertumbuhan Mantap. Konsep pertumbuhan mantap (steady-state
growth) adalah pasangan dari ekuilibirium jangka panjang. Semua
variabel seperti output : penduduk, stok modal, tabungan,
investasi, dan kemajuan teknologi masing-masing tumbuh secara
konstan atau pada laju yang lurus secara eksponensial.
Selanjutnya Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga telah mengutip publikasi tahun 1951 dari
United Nation Departement of Economic Affairs (Departemen Urusan Ekonomi
Perserikatan Bangsa-bangsa) membedakan empat jenis perencanaan,
yang masing-masing telah dipergunakan dalam bentuk yang sama atau
berlainan oleh hampir semua negara sedang berkembang :
Pertama ... perencanaan yang hanya menyangkut penyusunan
program perbelanjaan pemerintah yang berlaku untuk masa/jangka
waktu satu tahun sampai sepuluh tahun.
Kedua, perencanaan yang kadang-kadang hanya mengenai
pelaksanaan target produksi, apakah bagi perusahaan-perusahaan
swasta, ataukah bagi perusahaan-pertusahaan pemerintah, dengan
dasar-dasar masukan/input tenaga kerja, modal atau sumber-
sumber lain yang langka, atau penggunaan/pemakaian dengan
dasar luaran/output.
Ketiga, perencanaan yang bisa dipakai untuk menjelaskan
keterangan pelaksanaan target-target ekonomi secara
keseluruhan, menentukan alokasi semua sumber yang langka
diantara berbagai cabang ekonomi.
Keempat, perencanaan yang kadang-kadang dipergunakan untuk
menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
yang mencoba memaksa perusahaan-perusahaan swasta untuk
mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB VPERENCANAAN EKONOMI KE PERENCANAAN PEMBANGUNANA. Alasan-alasan Terjadinya Perubahan Dari Perencanaan Ekonomi Ke
Perencanaan Pembangunan
Semenjak negara Republik Indonesia dibentuk dan merdeka
serta mendapat pengakuan internasional, maka upaya untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia itu pemerintah melakukan upaya-
upaya pembangunan dengan titik berat (fokusnya) pada pembangunan
ekonomi. Perekonomian yang maju dianggap sebagai tolak ukur untuk
kemajuan suatu bangsa/negara. Hal ini dipengaruhi juga dengan
keadaan masyarakat internasional, terutama negara-negara yang
baru merdeka (sedang berkembang) sama-sama mengadakan pembangunan
ekonomi.
Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia
Ketiga menyatakan bahwa : “Perencanaan ekonomi bisa diartikan
dengan suatu usaha pemerintah yang sungguh-sungguh untuk
mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang
dan untuk mempengaruhi secara langsung dan dalam beberapa hal,
bahkan mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabel ekonomi
yang penting dari suatu negara (penghasilan, konsumsi, lapangan
kerja, investasi, tabungan eksport, import dan lain-lain) dalam
rangka usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan”. (1983 :
165).
Pada pelaksanaannya pembangunan yang menitikberatkan bidang
ekonomi belum berhasil memajukan perkembangan masyarakat mencapai
kesejahteraan. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi dipengaruhi
oleh banyak variabel. Diantaranya variabel ‘endogen’ yang artinya
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.
Misalnya kurs nilai mata uang, kondisi politik, keamanan,
industri dan sebagainya. Sedangkan variabel ‘eksogen’ yang
artinya mempengaruhi variabel endogen, misalnya kestabilan
politik, kestabilan nilai tukar mata uang, industri-industri
produksinya stabil,import dan eksport berjalan dengan lancar,
keamanan mantap dan sebagainya. Hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemauan dan kestabilan politik serta kemauan untuk
berkorban. Variabel yang dapat dipakai oleh perencana dan
pengambil keputusan disebut ‘policy instrument’ atau ‘ policy variabels’.
Pada pengalaman upaya pembangunan ekonomi di negara-negara
yang sedang berkembang yang banyak mengalami kegagalan
dikarenakan menemui hambatan-hambatan berikut :
A) Adanya ciri-ciri negara yang terbelakang, sepereti telah
diuraikan dimuka.
B) Lingkaran setan kemiskinan. Menurut R. Nurkse bahwa lingkaran
setan pada pokoknya berasal dari fakta behwa produktivitas
total di negara terbelakang sangat rendah sebagai akibat
kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan
keterbelakangan perekonomian. Lingkaran tersebut dapat
dijelaskan pada gambar berikut : Produktivitas rendah
►Pendapatan rendah ► Permintaan rendah ► Tabungan rendah ►
Investasi rendah ► Kurang modal ► Produktivitas rendah.
C) Tingkat pembentukan modal yang rendah
D) Hanbatan sosio-budaya, yaitu kebanyakan negara-negara
berkembang memiliki lembaga sosial dan sikp hidup yang tidak
menunjang pembangunan ekonomi.
E) Effek dari globalisasi menjadikan komunikasi antar masyarakat
maju dengan masyarakat berkembang semakin mudah tetapi
menimbulkan hasrat dari masyarakat negara berkembang ingin
meniru pola konsumsi negara maju disebut demonstration effect.
F) Dampak kekuatan internasional. Myint, Prebish, Singer, Lewis &
Myrdall telah mengembangkan teori tentang penghisapan negara-
negara terbelakang secara internasional. Bahwa : “di dalam
perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang tidak
seimbang; akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak
mengalir ke negara-negara maju”.
B. Proses Prencanaan Pembangunan
Dalam perbedaan yang besar mengenai rencana-rencana pembangunan dan teknik-teknik perencanaan, ada beberapa karakteristik dasar tentang perencanaan ‘yang komprehensif’ yang sudah umum bagi negara-negara sedang berkembang, seperti dikemukakan oleh T. Killick yang dikutip Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, yang telah membuat daftar enam karakteristik, sebagai berikut :
1. Dimulai dari pandangan dan tujuan politik pemerintah, perencanaan itu berusaha menetapkan tujuan kebijaksanaan, terutama sekali menyangkut pembangunan ekonomi masa depan.
2. Suatu rencana pembangunan menyusun stretegi yang ditujukan untuk mencapai saran-saran tersebut, yang biasanya dimasukkan dalam target spesifik.
3. Rencana itu berusaha menciptakan koordinasi secara terpusat, pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prinsip-prinsip dalam negeri yang konsisten, memilih tindakan-tindakan yang optimal mengenai implementasi strategi dan mencapai target, dan dimaksudkan untuk bisa dipergunakan sebagai kerangka kerjadalam mengarahkan keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan selanjutnya dari hari ke hari.
4. Perencanaan itu mencakup seluruh perekonomian (dan karena itu perencanaan itu adalah ‘komprehensif’, bertentangan dengan perencanaan ‘kolonial’ atau ‘sektor pemerintah’).
5. Untuk mengusahakan secara optimal dan konsisten, rencana komprehensif itu harus lebih banyak menggunakan model ekonomi makro yang diformulasi, dan akan dipergunakan untuk proyeksi pelaksanaan ekonomi yang direncanakan untuk masa yang akan datang.
6. Suatu rencana pembangunan biasanya meliputi jangka waktu, katakanlah 5 tahun, dan secara fisik dinyatakan sebagai dokumen rencana jangka menengah (medium term plan document), yangmungkin saja berhubungan dengan perspektif rencana jangka panjang dan dilengkapi dengan rencana tahunan.
Secara umum perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
(1) Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang; ► Dapat dilihat
pada : Kebijakan dalam GBHN
(2) Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah; ► Dapat dilihat pada
: Kebijakan dan Program dalam REPELITA
(3) Perencanaan Pembangunan Jangka Pendek; ► Dapat dilihat pada :
Program dalam Perencanaan Operasional Tahunan ( POT ). Contoh
dalam Pidsato Pengantar Nota Keuangan dan RAPBN.
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai salah satu sistem dapat digambarkan sebagai berikut :
A. Jangka Panjang ► GBHN ► Pola Umum Pembangunan Nasional
( PUPN ) yang berisikan :
Pola Pembangunan Nasional ( PDPN )
Pola Dasar Pembangunan Jangka Panjang (PDPJP)
Pola Dasar Pembangunan Jangka Menengah (PDPJM)
B. Jangka Menengah ► REPELITA, yang berisikan :
1. Strategi Dasar Pembangunan
2. Kerangka Rencana atau Kerangka Makro
3. Rencana Daerah-daerah (Regional)
C. Jangka Pendek ► Perencanaan Operasional Tahunan (POT) ► APBN,
yang berisikan :
1. Rencana Sektor; Sub Sektor; Program; dan Proyek ( DIP ► PO)
2. Paket Kebijaksanaan
3. Perencanaan Pembangunan Di Tingkat Daerah, yaitu Daerah
Propinsi dan Kabupaten/Kota ► REPELITA DAERAH ► APBD
4. Perencanaan Pembangunan Tingkat Desa ► Kepala Desa + BPD
Perencanaan Pembangunan Nasional (RENBANGNAS) adalah pembangunan manusia seutuhnya. Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan yang intinya dapat mensejahterakan kemampuan diberbagai aspek kehidupan dan penghidupan berbangsa dan bernegara dengan negara lainnya, terutama dengan negara maju.
Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga,menyatakan bahwa : “ ... proses perencanaan itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu latihan bagi pemerintah, pertama untuk memilih tujuan-tujuan sosial, kemudian menyusun berbagai target, dan akhirnya mengorganisir suatu kerangka kerja untuk diimplementasi, dikoordinasi dan memonitor rencana pembangunan tersebut” (1983 : 165).
Dalam proses perencanaan pembangunan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Penyusunan rencana harus terdapat unsur :
i. Tinjauan keadaan
ii. Perkiraan keadaan (forcasting)
iii. Penetapan tujuan rencana (plan objectivies)
iv. Identifikasi kebijakan/kegiatan usaha
v. Persetujuan penyususn rencana
b) Penyusunan program, dalam hal ini penyusunannya lebih terperinci mengenai tujuan dan sasaran dalam jangka waktu tertentu, yaitu jadwal kegiatan, pembiayaan dan menetapkan lembaga/instansi yang akan melakukan program-program pembangunan (proyek). Dengan demikian rencana mempunyai kedudukan yang legal dalam pelaksanaannya.
c) Pelaksanaan rencana perlu diikuti implikasi pelksanaannya dan secara terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.
d) Dalam pengawasan atau pelaksanaan rencana :
Mengusahakan agar pelaksanaannya sesuai dengan rancangan
Kalau ada penyimpangan, seberapa jauh dan apa penyebabnya.
Tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan.
e) Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus yang fungsinya untuk membantu proses perencanaan pembangunan agar kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangannya dapat diidentifikasi yang akhirnya untuk perbaikan rencana atau program.
Dalam hal perencanaan regional (daerah), untuk mendapatkan informasi mengenai perencanaan regional (daerah), dibutuhkan monografi, potensi dan masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan perencanaan regional
Di Indonesia pembangunan regional diatur dalam UU N0. 32 Tahun 2004 (sebagai revisi UU N0. 22 Tahun 1999) dalam Bab VII Pasal 150 sampai dengan pasal 154 tentang Perencanaan Pembanguan Daerah. Pada pasal 150 ayat 3 disebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara berjangka, meliputi :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah disingkat dengan RPJP Daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPIP Nasional;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima ) tahun, merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah memperhatikan RPJM Nasional;
c. RPJM Daerah tersebut di atas memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan ekonomi, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
d. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerja ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya,baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupunditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah;
e. RPJP Daerah dan RPJMD ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya pasal 151 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa :
(1) Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yangselanjutnya disebut Renstra-SKPD yang memuat visi, misi tujuan strategi, kebijakan, pedoman, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat Indikatif.
(2) Renstra SKPD tersebut di atas dirumuskan dalam bentuk rencanakerja, satuan kerja, perangkat kerja daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Pentingnya perencanaan regional sebagaimana kita lihat bahwa adanya perkembangan yang tidak merata antara daerah-daerah ini dapat menimbulkan apa yang disebut “back wash effect”, artinya kenaikan tenaga kerja dan modal tidak merata. Dalam hal ini daerah menjadi mundur. Maka sebaliknya harus dilaksanakan “speed effect”, artinya dapat menaikkan dan perluasan kegiatan, dalam halini “pemerataan pembangunan”.
C. Unsur-unsur Pokok Dalam Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan dilaksanakan dengan :
(1) Berencana, artinya dari, oleh, dan untuk rakyat
(2) Menyeluruh, artinya meliputi aspek keidupan dan penghidupan
berbangsa dan bernegara (EPOLEKSOSBUD-HANKAM)
(3) Terpadu, artinya dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama
dengan rakyat
(4) Terarah, artinya mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
(5) Berlanjut, artinya terus menerus meningkatkan kesejahteraan
dan keamanan rakyat.
Sedangkan dalam perencanaan pembangunan harus terdapat :
(1) Tinjauan keadaan, dalam hal ini sebelummemulai suatu
perencanaan atau rencana (review before take off) atau suatu
tinjauan tentang pelaksanaan rencana sebelumnya (review of
ferformance). Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi
masalahnya, hambatan-hambatan dan potensi-potensi yang dapat
dikembangkan.
(2) Perkiraan keadaan (forcasting) dengan menggunakan statistik,
teknik proyeksi, dan hasil-hasil penelitian.
(3) Penetapan tujuan rencana (plan objectivies). Misalnya nilai-nilai
politik, sosial masyarakat dan secara teknis berdasarkan
tinjauan keadaan dan perkiraan yang akan dilalui perencanaan
atau rencana.
(4) Identifikasi kebijakan/kegiatan usaha yang perlu dilakukan
dalam perencanaan dan atau rencana dilakukan dalam adan atau
rencana. Dengan demikian dilakukan secara sektoral dalam
penentuan sasarannya.
(5) Persetujuan penyususn rencana, dalam hal ini proses
pengambilan keputusan dan diusahakan penyerahan dengan
rencana pembiayaan dari program-program yang akan
dilaksanakan.
Selanjutnya unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembangunan meliputi :
1. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, hal
ini sebagai dasar dari seluruh rencana yang kemudian
dituangkan dalam unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan dan
dirumuskan dalam tujuan rencana, yaitu :
a. Perumusan tujuan perencanaan pembangunan yang merupakan
komponen peretama dalam suatu rencana pembangunan.
b. Penetapan tujuan perencanaan pembangunan yang merupakan
pilihan-pilihan atas dasar kondisi serta nilai-nilai yang
ada pada masyarakat. Misalnya politik, sosial, ekonomi, dan
hankamrata.
c. Rencana strategis (Renstra) dan Telaah strategis (Telstra)
2. Adanya kerangka rencana/kerangka makro rencana yang
dihubungkan dengan berbagai variabel-variabel pembangunan
ekonomi.
3. Sumber-sumber pembangunan (sumber daya manusia, sumber daya
material, sumber daya dana dan sumber daya lainnya yang
mendukung rencana pembangunan).
4. Kebijakan yang konsisten dan konsekuen, dalam hal ini termasuk
peraturan-peraturan dan unsur-unsur manajemen dan fungsi-
fungsinya.
5. Program investasi yang dilaksanakan secara sektoral
(pertanian, pertambangan, industri, dan perumahan). Dalam
penyususnannya harus diperhatikan :
a. Adanya konsistensi yang saling mendukung antara program dan
proyek-proyek.
b. Penetapan skala prioritas yang mantap.
c. Ditekankan pada proses pertumbuhan administrasi pembangunan
dan administrasi negara yang mendukung perencanaan dan
pelaksanaannya. Dalam hal ini termasuk mekanisme dan
kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (planning
machinery), sehingga terwujudnya perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang mantap dan pengawasan yang ketat.
Di dalam perencanaan operasional pembangunan harus memperhatikan :
1. Unsur-unsurnya meliputi :
a) Kegiatan=kegiatan apa yang perlu dilaksanakan.
b) Siapa yang melakukannya (Hubungan Kerja, Kerjasama dan
Koordinasi).
c) Bentuk/hasil yang diinginkan
d) Jadwal pelaksanaannya.
2. Kegiatan-kegiatan rencana operasional tahunan :
a) Review (tinjauan pelaksanaannya)
b) Forcant (dapat memperkirakan tentang perkembangan keadaan)
c) Resources assesment (dapat memperkirakan sumber-sumber
pembangunan)
d) Penetapan kebijakan pembangunan
e) Penyusunan program investasi sektoral (SDM, Fisik, dan
pembiayaan)
f) Implementasi program-program proyek.
g) Feedback (monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
Semua hal tersebut diatas harus jelas siapa yang melakukannya,
hubungannya, kerjasamanya dan koordinasi serta mekanismenya.
Dalam perencanaan pembangunan adalah penting dalam perencanaan program-program dan proyek-proyek. Suatu program pembangunan atauproyek mempunyai ciri-ciri :
a) Tujuan dirumuskan secara jelas
b) Penentuan sarana / peralatannya
c) Kebijakannya harus konsisten dan konsekuen
d) Pengukuran mengenai pengeluaran dan hasil yang diharapkan
e) Hubungan antara proyek satu dengan yang lainnya (karena
program proyek tidak berdiri sendiri)
f) Manajemen proyek (SDM, sarana, peralatan, biaya dan sumber-
sumber lainnya).
Dalam perencanaan proyek perlu dilakukan evaluasi :
(1) Ekonomis ►Biaya dan manfaat
(2) Teknis ► Apakah fleksibel dari segi teknis
(3) Finansial ► Perkiraan biaya yang wajar
(4) Pemasaran ► Hasil proyek
(5) Organisasi ► Pengorganisasian proyek
(6) Manajemen ► Pimpro, SDM, sarana/peralatan, dana/sumber
lainnya.
BAB VI
KEPERLUAN DAN PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
A. Alasan-alasan Perlunya Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan mempunyai pengertian-pengertian
sebagai berikut :
i. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya tidak lain adalah
suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
ii. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan
kegiatan dan penentuan aparat pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
iii. Albert Waterson menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan
adalah melihat ke depan mengambil pilihan berbagai
alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan
tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya
tidak menyimpang dari tujuan.
iv. Widjojo Nitisastro mengemukakan bahwa : “Perencanaan
pembangunan pada dasarnya berkisar kepada dua hal : Yang
pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai
tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu
tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat
yang bersangkutan; Yang kedua ialah pilihan diantara cara-
cara alternatif yang effisien serta rasional guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut”.
v. Bintoro Tjokroamidjojo mengemukakan perencanaan pembangunan
adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan
(dengan segala keterbatasannya) untuk mencapai tujuan
keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih effisien
dan efektif.
Dari pengertian dan pernyataan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam perencanaan pembangunan perlu diketahui lima hal pokok , yaitu :
Pertama, adalah permasalahan-permasalahan pembangunan suatu
negara atau masyarakat yang dikaitkan dengan sumber-sumber
pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-
sumber daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya;
Kedua, adalah tujuan serta sasaran rencana yang ingin dicapai;
Ketiga, adalah kebijakan dan cara untuk mencapai tujuan dan
sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber-sumbernya
dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik;
Keempat, penterjemahan dalam program-program atau kegiatan-
kegiatan usaha (proyek) yang konkrit;
Kelima, adalah jangka waktu pencapaian tujuan.
Alasan-alasan perlunya perencanaan pembangunan sebagai
berikut :
a) Permasalahan pembangunan dalam suatu negara/masyarakat yang
dikaitkan dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat
diusahakan : Misalnya Ekonomi, Sumber Daya Alam. Sumber Daya
Manusia, Infrastruktur dan sebagainya
b) Tujuan dan sasaran rencana yang ingin dicapai
c) Kebijakan dan cara untuk mencapai tujuan/sasaran rencana
dengan melihat sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif yang
baik.
d) Diterjemahkan/dituangkan dalam program-program/kegiatan-
kegiatan/usaha-usaha yang konkrit.
e) Jangka waktu pencapaiannya, dalam hal ini perlu :
a. Koordinasi
b. Konsisten dan Konsekuen
c. Penetapan skala prioritas.
Kelima butir di atas sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : “Hasrat dan Motivasi” untuk membangun dari masyarakat dan kesediaan masyarakat untuk berkorban.
Alasan pentingnya perencanaan pembangunan, yaitu :
a. Perencanaan dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan lebih baik mendapatkan alasan yang telah kuat untuk melakukan perencanaan, yaitu :
1) Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuanpembangunan;
2) Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkindihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin;
3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik( the best combination);
4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usaha;
5) Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan evaluasi (control /evaluation).
b. Dari segi segi ekonomi maka perencanaan pembangunan dasar alasannya adalah :
i. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatasadanya secara lebih efektif dan effisien. Diusahakan dihindarinya keborosan-keborosan. Suatu usaha untuk mencapai output / hasil secara maksimal dari pada penggunaan resources / sumber yang tersedia.
ii. Perkembangan ekonomi yang mantap atau pertumbuhan ekonomi yang secara terus menerus meningkat.
iii. Stabilitas ekonomi, menghadapi siklus konjungtur.
c. Mengapa dilakukan perencanaan ekonomi tidak diserahkan sepenuhnya kepada ekonomi pasar ? Dapat dikemukakan hal-hal berikut :
1. Perlunya penanggulangan terhadap instabilitas ekonomi atauterdapatnya fluktuasi konjungtur
2. Ekonomi pasar dapat menghasilkan distribusi pendapatan yang kurang adil
3. Mekanisme pasar dapat mempunyai kekurangan-kekurangan dalam soal hubungan upah
4. Keborosan-keborosan ekonomi pasar
5. Perencanaan ekonomi juga sering dilakukan untuk menanggapiperubahan-perubahan besar.
d. Bagi negara-negara baru berkembang dasar alasan perencanaan pembangunan dapat ditambahkan sebagai berikut :
1) Keyakinan ideologi politik. Seperti dikemukakan terdahulu maka negara-negara baru berkembang cenderung manganut filsafat masyarakat yang sosialistis, tujuan negara adalah membentuk negara kesejahteraan (making walfare state).
2) Belum sempurna atau lemahnya mekanisme pasar. Dalam hal ini akan mengakibatkan kepincangan dalam mekanisme pasar,misalnya dalam hubungan harga (price relatinship) yang mungkintidak mendorong perkembangan ekonomi yang sehat.
3) Perubahan struktur ekonomi. Banyak negara-negara baru berkembang struktur ekonominya berat sebelah ke agraris atau ekstraktif, yang membawa kelemahan-kelemahan struktur tertentu, antara lain inflexcibity supply (tidak fleksibelnya penawaran) sereta daya absorpsi kesempatan kerja yang lebih terbatas.
4) Tingkat investasi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah dan pada umumnya jugatingkat tabungannya rendah pula. Dengan demikian menyebabkan tingkat investasi yang rendah, investasi merupakan variabel pokok dalam pembinaan modal dan pertumbuhan ekonomi.
5) Belum berkembangnya kemampuan wirausaha (enterpreneur). Dengan kenyataan ini maka peran kegiatan produktif dalam masyarakat tidak dapat banyak diserahkan kepada sektor kegiatan usaha swasta. Kelompok ini penting sampai seorang pengarang mengemukakan bahwa ada negara-negara yang bisa cepat maju karena terdapatnya kelompok wirausaha yang kuat dalam masyarakat tersebut.
6) Teknologi yang masih lemah, teknologi juga merupakan variabel penting lainnya dalam proses pembangunan
B. Keterlibatan Pemerintah/Negara Dalam Perencanaan
Pembangunan
Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan masyarakat tergantung pada falsafah hidup kemasyarakatan dan falsafah politik masyarakat (negara) tersebut. Pada masyarakat liberalis pemerintah diharapkan tidak terlalu banyak ikut campur tangan kegiatan-kegiatan masyarakat, pemerintah/negara hanya menjaga ketertiban dan keamanan warganya. Namun pada negara-negara sosialis, falsafah masyarakatnya menghendaki negara dan pemerintah memimpin bahkan mengurus hampir segala sesuatu dalam masyarakat bangsa tersebut.
Peranan dan fungsi pemerintahan juga seringkali tergantung dengantingkat kemajuan suatu negara terutama di bidang ekonomis material dan terpengaruh dari banyak sedikitnya sumber-sumber kekayaan alamnya. Pada negara yang baru berkembang diperlukan peranan pemerintah yang lebih besar sebagai enterpreneur atau pendorong inisiatif usaha pembaharuan dan pembangunan masyarakat.Pemerintah menjadi ‘development agent’ atau unsur pendorong pembaharuan/pembangunan.
Menurut Awaloedin Djamin yang dikutip oleh Bintoro Tjokroamidjojodalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan bahwa klasifikasi pembagian peranan pemerintah atas :
(A) Fungsi pengaturan, terdiri dari :
1. Penentuan kebijaksanaan;
2. Pemberian pengarahan dan bimbingan;
3. Pengaturan melalui perizinan; dan
4. Pengawasan.
Produk dari pada fungsi ini adalah berbagai peraturan-peraturan.
(B) Pemilikan sendiri dari pada usaha-usaha ekonomi dan sosial yang penyelenggaraannya dapat dilakukan sendiri atau oleh swasta.
(C) Penyelenggaraan sendiri dari berbagai kegiatan-kegiatan ekonomi atau sosial.
Menurut Irving Swerdlow yang dikutip oleh Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan bahwa cara pelaksanaan perenan pemerintah sebagai involvement atau campur tangan dalam proses perkembangan kegiatan masyarakat(jika lebih positif merupakan proses pembangunan), dapat dilakukan dengan lima macam cara :
a) Operasi langsung (operations) : Pada pokoknya pemerintah menjalankan sendiri kegiatan-kegiatan sendiri.
b) Pengendalian langsung (direct contril) : Penggunaan perizinan, lisensi (untuk kredit, kegiatan ekonomi lain), penjatahan dan lain-lain. Ini dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang ‘action laden’ (yang berwenang dalam berbagai perizinan, alokasi,tarif dan lain=lain).
c) Pengendalian tak langsung (indirect control) : Cara dengan memberikan pengaturan dan syarat-syarat, misalnya pengaturan penggunaan dana devisa tertentu diperbolehkan asal untuk ‘daftar barang tertentu’.
d) Pemengaruhanlangsung (direct influence). Disini dilakukan cara persuasi dan nasihat. Misalnya para petani supaya masuk KUD.
e) Pemengaruhan tidak langsung (indirect influence). Merupakan bantuk involvement yang paling ringan, misalnya memberikan informasi atau menjelaskan kebijaksanaan pemerintah.
Pada kasus Negara Indonesia, seperti telah dikemukakan pada pembahasan awal, bahwa secara filosofis kewajiban negara untuk negara/pemerintah untuk memajukan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, ketentraman seluruh rakyat secara mereta/seimbang.
Sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar1945 Alinea IV bahwa tujuan negara Republik Indonesia adalah :
a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia,
b) memajukan kesejahteraan umum,
c) mencerdaskan kehidupan bangsa,
d) dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
Untuk itu pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha /
kegiatan-kegiatan ke arah tersebut yang dinamakan proses
pembangunan. Proses pembangunan tersebut didahului dengan
perumusan dan penetapan perencanaan pembangunan.
Semenjak tahun 1960 – an format perencanaan pembangunan yang digunakan pada negara Indonesia dituangkan dalam Ketetapan MPR tentang GBHN, yang didalamnya memuat tujuan, arah, kebijakan, bidang-bidang perencanaan pembangunan. Namun setelah masa reformasi tahun 1998 maka format GBHN tidak digunakan lagi hanya ada ketetapan MPR mengenai Propenas yang diterjemahakan tiap tahun ke dalam RAPBN (termasuk RAPBD untuk masing-masing provinsidan kabupaten/kota).
Walaupun demikian dalam perencanaan pembangunan tersebut, Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara N0. 06 Tahun 1994 masih tetap dijadikan pedoman, yaitu penerapan dasar-dasar manajemen dalam perencanaan pembangunan, meliputi :
B) Perencanaan yang matang dilakukan dengan :
1. Mengikutsertakan unit-unit kerja
2. Memperhatikan minat unit kerja bawahan dan menyatukannya
dengan unit kerja atasan
3. mempertimbangkan efesiensi sumber daya
4. melakukan uji coba terhadap kelayakan perencanaan.
C) Pelaksanaan yang tepat dilakukan dengan :
2. Mengikuti secara patuh arahan perencanaan yang ada
3. Bila lingkungan menuntut adanya perubahan, maka pengubahan
perencanaan dikerjakan seminim mungkin dan dapat dipakai
sebagai acuan perencanaan berikutnya
4. Memperhatikan keadaan unit kerja yang melakukan perencanaan
tersebut dan teguh pada azas efektivitas dan effisiensi
5. Menjembatani antara perencanaan dan tujuan atau sasaran.
D) Pengawasan yang ketat dilakukan dengan :
1. Menerapkan prinsip pengawasan melekat
2. Mengumpanbalikan hasil pengawasan bagi keperluan perencanaan
yang akan datang
3. Mengarahkan pengawasan pada tujuan pencapaian tujuan
4. Membenahi proses manajemen dalam bentuk audit manajemen.
E) Dalam proses selanjutnya harus diupayakan sebagai berikut :
1. Pemasyarakatan budaya kerja agar pegawai negeri beretos
kerja dan menyukai kerja dan menghasilkan kerja yang bermutu
2. Pelaksanaan pengawasan melekat yang benar-benar dilakukan
secara nyata oleh setiap atasan, baik dalam rangka
pemasyarakatan budaya kerja, peningkatan mutu manajemen
administrasi unit kerja masing-masing atau pelaksanaan tugas
rutin sehari-hari.
3. Peningkatan mutu kepemimpinan, melalui seleksi peningkatan
dalam pangkat dan jabatan serta pengiriman mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
BAB VII
CIRI-CIRI DAN TUJUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
A. Ciri-ciri & Tujuan Perencanaan Pembangunan
Ciri-ciri dan tujuan perencanaan pembangunan sebagai berikut :
1) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai
perkembangan ‘sosial ekonomi’ yang tetap ( steady social econimic
growth ). Dalam hal ini berusaha untuk meningkatkan produksi
nasional, misalnya pangan, tekstil, hasil hutan, tambang, dan
sebagainya.
2) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan
pendapatan perkapita dan dapat mempertahankan laju pertumbuhan
ekonomi.
3) Usaha untuk merubah struktur ekonomi dari ‘agrari’ ke
‘industriali’, terasuk agri bisnis pedesaan dan industri-
industri kecil di pedesaan ‘ditumbuhkembangkan’
4) Perluasan kesempatan kerja, dalam hal ini untuk mengantisipasi
pengangguran tak kentara (yang merupakan tantangan berat bagi
pembangunan nasional).
5) Usaha untuk pemerataan antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya.
6) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, misalnya
pengusaha-pengusaha kecil dan koperasi.
7) Berusaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi
diberbagai sektor.
8) Perubahan struktural perkembangan masyarakat, misalnya
kepemilikan dan penguasaan faktor-faktor produksi..
Fungsi perencanaan pembangunan menurut Albert Waterson :
a) Perencanaan yang seluas-luasnya : Dalam arti mempersiapkan
secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
b) Bagaimana mencapai tujuan dan sasaran secara produktif,
efektif dan efisien dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.
c) Penentuan tujuan yang akan dilakukan/dilaksanakan, bilamana,
bagaimana dan oleh siapa.
d) Melihat kehidupan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif
dan kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran agar
pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan
B. Kelemahan Perencanaan Pembangunan Di Negara Berkembang
Pada tahun 1970 badan dunia PBB telah mencanangkan sebadai
dasawarsa pembangunan dunia, terutama ditujukan pada negara-
negara yang baru merdeka yang masih tertinggal jauh kemajuan dan
kesejahteraan masyarakatnya. Maka model perencanaan pembangunan
yang pernah diterapkan di suatu negara benyak pula diterapkan
untuk negara linnya. Tapi dalam pelaksanaan pembangunan di
negara-negara tersebut mengalami banyak kegagalan. Hal ini
menggambarkan bahwa model perencanaan pembangunan itu buklan
suatu blue print yang dapat diterapkan begitu saja tanpa
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakatnya serta kemampuan
sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Menurut Arthur Lewis dan Alberet Waterson beberapa
kelemahan perencanaan pembangunan di negara-negara berkembang,
yaitu :
1) Seringkali merupakan dokumen politik mengenai cita-cita
pembangunan yang dikehendaki atau yang diinginkan;
2) Sering kurang mendapatkan dukungan politik dan kurangnya
kestabilan politik;
3) Kurangnya hubungan dan koordinasi antara penyususn rencana dan
pada rencananya (Team) dengan pelaksana rencana dan para
pelaksananya;
4) Dalam pemilihan (dalam bidang) berbagai alternatif, sehingga
menguntungkan bagi suatu pihak dan merugikan bagi pihak
lainnya (trade offs), dalam hal ini perlu ada kesepakatan antara
berbagai tujuan pembangunan tersebut (reconciliation);
5) Kurang dukungan data statistik, hasil penelitian dan informasi
yang mendukung untuk satu perencanan;
6) Kurang menguasai teknik-teknik perencanaan dan kurangnya
sumber daya manusia untuk itu.
7) Kurang menyadari dan kurang perhatian, bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang saling berhubungan erat antara
perencanaan dengan pelaksanaannya.
8) Kurangnya kemampuan administrasi pemerintahan untuk pelksanaan
rencana pembangunan. Administrasi dan politik seringkali
merupakan hambatan utama dalam pelaksanaan perencanaan
pembangunan.
BAB VIII
TEKNIK-TEKNIK PERENCANAAN DAN EVALUASI
Didalam penyusunan perencanaan harus berlandasaskan pada statistik dan hasil penelitian. Data statistik dan hasil penelitian sangat penting untuk perencanaan pembangunan, yaitu :
1) Untuk menilai dan mengetahui keadaan pada waktu titik tolak
pelaksanaan rencana atau menyusun program
2) Untuk menyusun perkiraan dan proyeksi masa depan
3) Data statistik dan hasil penelitian sangat diperlukan bagi
perencanaan atau penyusunan program atau rencana proyek
4) Dengan nyata statistik akan dapat dinilai mengenai
perkembangan pelaksanan rencana
5) Penelitian untuk perencanaan pembangunan, terutama pada
potensi sumber daya alam, material, sumber daya manusia, dana
dan sumber daya lainnya.
Perencanaan pembangunan, terutama program-program dan
proyek-proyek, merupakan rencana untuk melakukan pekerjaan
yang tidak berulang (tidak seperti dalam industri perakitan).
Dengan demikian manajemen harus merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan (mengevaluasi)
pekerjaan yang tidak berulang. Teknik yang digunakan dalam
perencanaan dan pengendaliannya nanti digunakan PERT yang
merupakan singkatan Program Evaluation and Review Technique atau
Teknik menilai dan meninjau kembali program. Teknik ini
dikembangkan oleh Navy Special Projects Office (Biro Proyek-proyek
Khusus Angkatan Laut Amerika Serikat) dalam kerjasama dengan
perusahaan konsultanmanajemen Booz, Allen & Hamilton,
merupakan pengembangan dari PETA GANTT (Gantt Charts) dari
H.L. Gantt dalam usahanya untuk menanggulangi masalah
pengendalian produksi, yaitu dengan Gantt milestone chartt
(peta tonggak batas Gantt); peta yang menggambarkan pekerjaan
yang harus dilaksanakan dengan saling hubungan yang terdapat
antara semua fase atau tingkat pekerjaan.
Teknik PERT adalah metode yang bertujuan untuk sebanyak
mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan dan konflik
produksi; mengkoordinasikan dan mensikronisasikan berbagai bagian
sebagai suatu keseluruhan pekerjaan; dan mempercepat selesainya
proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan
yang terkendali dan teratur. PERT mereupakan metode untuk
menentukan jadwal dan anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu
pekerjaan yang sudah ditentukan lebih dahulu dapat diselesaikan
tapat pada waktunya. PERT juga merupakan fasilitas komunikasi
dalam hal bahwa PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan
yang terjadi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Lebih dari itu PERT merupakan suatu pendekatan yang baik sekali
untuk mencapai penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
Teknik lainnya dalam perencanaan proyek adalah Metode Jalur
Kritis (Critical Path Method – CPM), yakni metode untuk merencanakan
dan mengendalikan proyek-proyek, merupakan sistem yang paling
banyak dipergunakan di antara semua sistem lain yang memakai
prinsip pembentukan jaringan.
Prinsip-prinsip pembentukan jaringan dalam CPM mirip sekali
dengan prinsip-prinsip dalam sistem PERT. Dalam sistem CPM
ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap
aktivitas yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan ini
adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (crash
estimate). Perkiraan waktu yang normal kira-kira sama dengan
perkiraan waktu yang paling mungkin dalam PERT. Biaya normal
adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek
dalam waktu normal. Perkiraan waktu cepat adalah waktu yang akan
dibutuhkan oleh suatu proyek jika biaya yang dikeluarkan tidak
jadi soal dalam usaha mempersingkat waktu proyek tersebut.
Teknik-teknik perencanaan dan evaluasi lainnya adalah :
(1. Manpower Utilization, yaitu perencanaan dan pengendalian terhadap
proyek-proyek dengan memperhatikan pengerahan, pemanfaatan
dan pengendalian optimum terhadap tenaga kerja dalam proyek-
proyek sehingga dapat diramalkan pengaruh-pengaruh yang
mungkin timbul, terhadap tujuan-tujuan proyek jika pekerjaan
dan cara pengerahan tenaga kerja ini diubah. Tekniknya dengan
cara memodifikasi PERT.
(2. Implementation, Planning, and Control Technique / IMPACT (Teknik
Penerapan, Perencanaan dan Pengendalian) adalah sistem
pembentukan jaringan yang khusus diciptakan untuk membantu
pimpinan mengendalikan biaya untuk menyediakan dan
menempatkan program-program bagi komputer.
(3. Line of Balance / LOB (Garis Keseimbangan), merupakan suatu
sistem untuk merencanakan dan mengendalikan produksi, yang
berkonsentrasi pada aspek waktu yang dibutuhkan oleh event
kunci (key event) untuk menyelesaikan seluruh proyek yang
digambarkan dalam grafik kemajuan proyek.
(4. Sistem Requirement Recording, Analysis, and Management / CRAM
(Manjemen, Analisa dan Pencatatan Syarat-syarat Kontrak)
disebut juga follow-up, yaitu mengawasi tindakan pembelian
sejak saat dikeluarkannya perintah pembelian hingga saat
barang yang dibeli diterima di gudang.
(5. Least Cost Estimating and Scheduling / LESS (Penjadwalan dan
Penaksiran Biaya Minimal), adalah prosedur pembentukan
jaringan yang menentukan metode yang paling cepat dan paling
ekonomis untuk menyelesaikan suatu proyek.
(6. Computer Operated Management Evaluation Technique / COMET (Teknik
Evaluasi Manajemen yang dilaksanakan dengan komputer). Sistem
ini menggunakan jaringan standar yang dapat diadaptasikan
pada program-program yang jauh lebih kecil melalui penggunaan
aktivitas tanpa waktu.
(7. Activity Balance Line Evaluation / ABLE (Evaluasi Aktivitas
Berdasarkan Garis Keseimbangan), adalah sistem untuk
mengukur, meramalkan dan melaporkan status suatu program.
Namanya berdasarkan ringkasan mengenai perjanjian manajemen
yang memperlihatkan ringkasan-ringkasan akumulatif mengenai
proses-proses yang ditujukan sebagai tandingan terhadap
pelaksanaan dalam waktu.
(8. BUWEPS PERT Milestone System (Siatem Babakan PERT menurut
Buweps), dengan cara menggabungkan teknik-teknik manajmen
tingkat lanjutan dengan memanfaatkan sepenuhnya akan
kesanggupan komputer, untuk memperbaiki komunikasi agar
pengambilan keputusan dapat dipermudah.
(9. Cost Planning and Appraisal / CPA (Menilai dan Merencanakan
Biaya), tujuannya untuk mengembangkan cara yang lebih efektif
guna mengurus kontrak jenis biaya (cost type contract) dengan cara
mengintegrasikan data mengenai waktu, biaya dan teknologi.
(10. Hoffman Evaluation Program ang Procedure / HEPP (Evaluasi Program
Beserta Prosedur Menurut Hoffman) adalah suatu sistem
perencanaan dan pengendalian yang berorientasi pada
aktivitas, dan diciptakan khusus untuk pekerjaan yang
menyangkut riset dan pengembangan. Sistem tersebut menyajikan
elemen-elemen utama dari suatu rencana prgram dalam suatu
gambaran grafik yang tunggal. Elemen-elemen utama tersebut
adalah sebagai berikut : aktivitas pekerjaan, peralatan keras
(hardware), alokasi sumber baerdasarkan waktu (time allocation of
resources) dan biaya. Jika grafik tersebut seringkali diubah
dalam arti disesuaikan dengan keadaan terakhir, maka grafik
tersebut dapat menunjukkan apa yang telah terjadi sejak saat
tinjauan yang terakhir dan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi, yang menyimpang dari rencana semula.
(11. Integrated Control / ICON (Pengendalian yang diintegrasikan),
adalah sistem informasi manajemen yang dipergunakan :
i.untuk mempersiapkan dan menilali mata uang bagi tawaran-tawaran
dan untuk menilai kembali secara periodik setelah
kontrak dibuat;
ii.untuk membuat rencana-rencana melalui teknik PERT, termasuk di
dalamnya usaha untuk mengurangi waktu jaringan dan
memelihara dokumen-dokumen yang lengkap mengenai
jaringan utama; dan
iii.untuk mengumpulkan dan membuat laporan yang lengkap mengenai
data tentang penggunaan waktu, uang, dan tenaga manusia
pada pelaksanaan yang sebenarnya serta yang
direncanakan, guna dibandingkan.
(12. Management Planning and Control Syatem / MPACS (Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Dalam Manajemen), adalah
komunikasi dasar mengenai data-data keuangan dan tenaga
manusia, rencana diperbandingkan dengan pelasanaan yang
sebenarnya. MPACS berfungsi sebagai penghubung antara detail-
detail biaya yang terdapat dalam Work Package (rangkaian kerja)
dengan ikhtisar angka-angka biaya yang sesungguhnya dari
PERT.
(13. NASA PERT and Companion Cost. Sistem yang mengintegrasikan
sistem manajemen dengan alat-alat administrasi serta proses-
proses pada NASA yang biasa menjadi alat perencanaan,
pengendalian, dan laporan yang tertib bagi manajer proyek.
Bahwa manajemen proyek secara keseluruhan hanya dapat dicapai
jika ketiga variabel menejemen, yaitu waktu, sumber-sumber
dan pelaksanaan, diurus dan dimasukkan dalam suatu kerangka
kerja yang umum, yang mengklasifikasikan semua elemen kerja
dari proyek, mulai dari atas dan diteruskan hingga pada
tingkat-tingkat di bawahnya, yang menggambarkan sistem, sub-
sistem, dan sebagainya, yang keseluruhannya membentuk proyek
tersebut.
(14. Program Analysis Adaptable Control Technique / PAAC (Analisa Program
Yang Disesuaikan Dengan Teknik Pengendalian) adalah metode
untuk mengambil sari, menganalisa dan membuat ikhtisar
mengenai data-data yang direncanakan dan yang sebenarnya,
yang terdapat pada sistem informasi manajemen untuk
mengendalikan proyek-proyek individual.
(15. Program Eavaluation Procedure / PEP (Prosedur Dalam Penilaian
Program). Sebagai suatu sistem pengendalian dan informasi
yang dipergunakan dalam merencanakan, mengendalikan dan
menilai kemajuan suatuprogram, sistem ini berorientasi pada
waktu dan mempergunakan jaringan untuk merefleksikan event
dan aktivitas. Sistem dasarnya diciptakan oleh Angkatan Laut
(A S) untuk program Polarisnya. Sekarang dipergunakan juga
oleh Departemen Pertahanan (A S), NASA, dan lain-lain biro
pemerintah serta industri-industri. Sumber Air Force Systems
Command (SCCS), Andrews Air Force Base, Washington, D.C.
(16. Project Audit Report PAR Project Audit Reprt (PAR) merupakan
modifikasi dari sistem PERT/Cost, yang didasarkan pada sistem
yang baru-baru ini dipergunakan dalam Burroughs Detroit
Division, dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan
rencana permulaan yang semakin meningkat serta akan teknik
laporan yang tepat dan cepat. Ia merupakan suatu alat yang
sangat efektif untuk membuat laporan mengenai waktu/biaya
dari proyek yang bagaimanapun luasnya. Ia memberikan dokumen
mengenai riwayat pelaksanaan yang statistis, akan dapat
memperbesar kesanggupan untuk merencanakan proyek dan
memperkirakan biayanya di masa yang akan datang.
(17. Planning Network PLANET (Perencanaan Jaringan) adalah tehnik
perencanaan bagi para perencana, yang dipergunakan dalam
Guided Missile Range Division dari Pan American World Airways. PLANET
merupakan sistem perencanaan yang menggabungkan bar carts dalam
hubungan seri dan paralel dalam suatu bagan yang berorientasi
pada waktu (time oriented chart). PLANET mirip sekali dengan PERT
dan merupakan suplemen bagi PERT tersebut.
(18. Program Reliability Information System for Management / PRISM
(Sistem Informasi Mengenai Dapat Tidaknya Dipercaya Suatu
Program Bagi Manajemen) adalah sistem yang dipergunakan untuk
menciptakan alat-alat manajemen yang baru, untuk
mengendalikan dan mengukur besarnya kepercayaan yang dapat
diberikan pada program-program Polaris Angkatan Laut (AS), di
samping itu juga untuk memperbaiki komunikasi. Sistem ini
mempergunakan dua buah pendekatan yang masing-masing berdiri
sendiri-sendiri. (1) RMI – Reliability Maturity Index, suatu ukuran
mengenai pelaksanaan dibandingkan dengan reliabilitas yang
direncanakan dari suatu program pengembangan; dan (2) RPM –
Reliability Performance Measure, suatu ramalan mengenai tujuanakhir
yang bersangkutan dengan dengan realibilitas pada kesanggupan
untuk beroperasi, yang dilakukan secara kontinu selama siklus
pengembangannya.
(19. Resources Allocation and Multi-Project Scheduling / RAMPS (Alokasi
Sumber Dan Penyusunan Jadwal Multi Proyek), merupakan teknik
manajemen yang mengalami otomatisasi, dengan tujuan agar
manusia, bahan-bahan, dan uang dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Sistem ini didasarkan pada PERT dan CPM.
(20. Scheduling Control by Automated Network Syatem / SCANS (Penjadwalan
Dan Pengendalian Dengan Jaringan Yang Otomatis). Kalau dalam
PERT mempergunakan empat kriteria : waktu, tenaga kerja,
fasilitas, dan biaya. SCANS mempergunakan kriteria-kriteria
tersebut dalam merencanakan aktivitas-aktivitas yang akan
datang, menganalisa suksesnya waktu sekarang dan mempelajari
pengaruh dari perubahan-perubahan.
(21. Computer Program for Schaduling Time and Distributing Cost / SKED
(Program Komputer Untuk Merencanakan Waktu Dan
Mendistribusikan Biaya), merupakan integrasi program komputer
untuk merencanakan waktu dan program komputer untuk
mendistribusikan biaya. SKED merupakan operasi PERT yang
standar dengan tambahan memilih rencana yang didasarkan pada
peraturan-peraturan tertentu yang berhubungan dengan alokasi
waktu luang positif dan negatif. Setelah waktu luang
dialokasikan, maka uang dan man-hours (prestasi tenaga manusia
per jam) diperkirakan dan manajemen kemudian menilai
distribusi kedua unsur ini.
(22. The Schedule Performance and Review Technique / SPERT (Teknik
Penilaian Rencana Pelaksanaan Dan Teknik Peninjauan). Dasar
sistem ini adalah PERT, tetapi semua event dalam jaringan
direncanakan dengan waktu yang pasti dari rencana
pelaksanaan, serta metode proyeksi trend dan peragaan
manajemen (trend projection and management display) yang diambil dari
ABLE.
(23. Trade-Off Evaluation Syestem / TOES adalah alat manajemen yang
untuk memungkinkan diadakannya evaluasi yang rasional dan
effisien mengenai sifat-sifat teknis, rencana dan biaya
trade-offs. Sistem tersebut bertujuan untuk mempertemukan
PERT dengan dengan analisa sistem, mengingat sifat-sifat yang
saling bertentangan dari batasan-batasannya.
(24. Task Reporting and Current Evaluation / TRACE (Laporan Tugas Dan
Evaluasi Keadaan Terakhir), adalah sistem laporan untuk
membuat laporan-laporan yang cermat dan tepat pada waktunya
mengenai status program yang kompleks, dan agar manajemen
mengenai aktivitas-aktivitas yang besar dan tersebat luas
dapat dilaksanakan dengan sukses. Sistem ini mempergunakan
jaringan dengan leased lines, data transceivers, dan fasilitas
perhitungan yang terpusat.
(25. Weapon System Programming and Control System / WSPACS (Sistem
Perencanaan Dan Pengendalian Bagi Persenjataan) adalah teknik
perhitungan biaya dengan struktur kekuatan (komputer) untuk
perencanaan-perencanaan luas dengan titik berat pada
penilaian pukulan-pukulan yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan reprograming (perencanaan ulang).
BAB IX
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Sepereti telah dikemukakan di atas bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang kontinu. Dan proses yang kontinu ini
meliputi dua aspek, yaitu :
1. formulasi rencana, dan
2. pelaksanaannya.
Banyak terjadi kesalahpahaman pendapat, bahwa dengan danya duatu rencana pembangunan, akan dengan sendirinya terselanggara suatu proses perencanaan (pembangunan). Albert Waterson yang dikutip Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan mengemukakan bahwa perencanaan sebagai suatu proses berbeda dengan suatu dokumen rencana pembangunan.
Proses perencanaan dapat dimulai dengan suatu rencana
pembangunan atau mungkin hanya dengan formulasi kebijakan-
kebijakan pembangunan yang efektif untuk mencapai tujuan tujuan-
tujuan pembangunan, kemudian diikuti dengan berbagai langkah-
langkah kegiatan (measures) untuk merealisirnya. Waluapun suatu
rencana pembangunan memang suatu alat yang labih baik untuk
proses perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan melihat perencanaan
sebagai suatu proses yang meliputi formulasi rencana dan
implementasinya, dapatlah diusahakan rencana itu bersifat
relistis dan dapat menanggapi masalah-masalah yang benar-benar
dihadapi. Rencana dengan demikian merupakan alat bagi
implementasi, dan implementasi hendaknya berdasar suatu rencana.
Dalam proses perencanaan yang kontinu itu perlu kiranya terdapat
unsur-unsur berikut :
(1) Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaannya sudah
mengandung ciri-ciri yang berorientasi kepada palaksanaan,
dalam arti memungkinkan untuk pelaksanaannya atau sudah
diperhatikan kapasitas administratif bagi pelaksanaannya.
Masalah pelaksanaan rencana perlu sudah dipertimbangkan di
dalam waktu perencanaannya agar terdapat jaminan yang lebih
besar dalam merealisir tujuan dan sasaran-sasaran rencana.
(2) Proses perencanaan tetap mengandung unsur kontinuitas dan
fleksibilitas. Olek karena itu maka perlu terus menerus
dilakukan reformulasi rencana dan re-implementasi dalam
pelaksanaannya. Untuk itu dalam perencanaan di dalam
perencanaan dikembangkan rolling plan, yaitu cara disetiap akhir
tahun (periode) tertentu pelaksanaan rencana disesuaikan
kembali dengan sasaran-sasaran, program-program dan proyek-
proyek rencana untuk tahun (atau periode tertentu)
berikutnya.
(3) Proses perencanaan tetap seoperasional mungkin. Antara lain
diusahakan penggunaan Perencanaan Operasional Tahunan (POT)
serta mengkaitkannya dengan anggaran belanja tahunan.
Walaupun sumber-sumber keuangan negara hanya merupakan
sebagian daripada seluruh sumber-sumber pembangunan, namun
kebijakan fiskal, budget dan anggaran itu sendiri seringkali
merupakan hal yang dominan dalam mengarahkan alokasi
investasi pembangunan. Ciri operasional lainya suatu
perencanaan adalah penyusunan program-program kerja dalam
lingkungan kegiatan yang saling berkait dalam kumpulan atau
unitnya yang terkecil, biasanya dituangkan dalam perencanaan
program-program dan proyek-proyek.
(4) Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang
mengusahakan keserasian antara pelaksanaan dan perencanaan.
Disini koordinasi antar lembaga sangat penting.
(5) Untuk proses penyesuaian kembali rencana dan pelaksanaannya
serta pengendalian pelaksanaan diperlukan sistem pelaporan
dan evaluasi dalm proses perencanaan. Merupakan feed back,
memberikan informasi tentang pelaksanaan yang diperlukan
bagi pengambilan keputusan perencanaan kembali atau koreksi
dalam pelaksanaan rencana. Sistem pelaporan dan evaluasi ini
sangat berguna pula bagi penyusunan program kerja sebagai
perincian dari perencanaan pembangunan.
Perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana
jangka menengah, dan rencana tahunan. Rencana jangka panjang
menjadi pedoman penyusunan rencana jangka menengah. Rencana
jangka menengah disusun dalam rangka perspektif jangka panjang
tersebut. Rencana tahunan kini dikembangkan merupakan bagian dan
peralatan dalam melaksanakan rencana jangka menengah dengan cara
penyusunan kebijakan dan program kegiatan yang lebih konkrit,
sehingga perencanaan menjadi lebih bersifat operasional.
POT dapat memberikan kerangka koordinasi dalam perencanaan,
dengan mengkaitkan berbagai elemen dalam rencana secara serasi.
POT harus memberikan gambaran keadaan sosial ekonomi pada
tahun lampau, sumber-sumber ekonomi yang tersedia untuk tahun
tertentu, gambaran mengenai kegiatan sosial ekonomi, penetapan
tujuan dan kebijakan-kebijakan kegiatan untuk tahun yang
bersangkutan, penetapan proyek-proyek yang akan dilakukan. Untuk
itu proses penyusunan POT perlu ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
(1) Mengadakan tinjauan terhadap keadaan (review) tahun yang lalu
dalam pelaksanaan pembangunan dan mengadakan perkiraan
perkembangan untuk tahun yang akan datang (forcast).
(2) Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun yang akan
datang merupakan unsur penting dalam penyusunan POT. Hal ini
gunanya memberikan kemungkinan pilihan mengenai tujuan,
cara-cara dan perkiraan pelaksanaan untuk rencana yang
bersangkutan.
(3) Mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber yang dibutuhkan
dan tersedia bagi pembangunan, khususnya sumber-sumber
pembiayaan, sumber-sumber bahan vital, dan tenaga-tenaga
penting untuk sektor-sektor prioritas.
(4) Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan untuk tahun
yang bersangkutan dalam rangka realisasi rencana pembangunan
jangka menengah serta pertimbangan-pertimbangan kebijakan
jangka pendek lainnya.
(5) Menyusun suatu rencana kebijakan pembangunan yang konsisten
guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan tersebut.
(6) Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program
yang konsisten sesuai dengan kebijakan untuk mencapai tujuan
rencana tahunan, selaras dengan prioritas yang telah
ditetapkan sebelumnya.
(7) Mengusahakan adanya konsistensi antara perencanaan secara
sektoral dan regional. Penentuan regional penting untuk
penentuan lokasi proyek-proyek.
(8) Mengadakan koordinasi antara rencana investasi pemerintah dan
rencana yang akan dilakukan oleh sektor swasta.
Hubungan antara POT dan APBN harus diperhatikan, suatu
rencana tahunan baru akan bersifat operasional apabila
anggarannya tersedia. POT harus harus tercermin dalam APBN,
demikian pula APBN harus mencerminkan program-program dan tujuan-
tujuan pembangunan. Maka POT harus memperhitungkan APBN, rencana
pemberian kredit malalui bank, anggaran devisa, banytuan proyek,
dan bantuan teknik, sehingga menjadi pedoman kegiatan pemerintah
dalam melaksanakan rencana.
Dalam rangka pelaksanaan POT maka penyerasian antara
perencanaan fisik dan pembiayaan, terutama tercermin dalam
hubungan antara POT dengan penyusunan anggaran belanja tahunan.
Tetapi hal ini memerlukan beberapa pemikiran, yaitu :
- Pertama : penyusunan program-program dan proyek-proyek dalam
rencana sektoral secara menyeluruh (program investasi
pembangunan pemerintah) harus disusun dengan skala prioritas
berdasar perkiraan penyediaan pembiayaan yang tersedia. Serta
didasarkan atas perkiraan penerimaan negara dari dalam maupun
luar negeri
- Kedua : penyusunan rencana tahunan dalam berbagai rencana
sektoral harus terperinci dalam program-program dan proyek-
proyek yang memungkinkan dipergunakan untuk penelitian dan
penilaian bagi penyusunan anggaran belanja negara dan
penyediaan pembiayaan.
- Ketiga : perlunya terdapat sistem klasifikasi yang sama antara
rencana tehunan dengan anggaran belanja negara.
- Keempat : praktek dan prosedur pelaksanaan anggaran cukup rumit
maka melambankan pelaksanaan fisik dari pada program-program
dan proyek-proyek. Untuk itu perlu penyempurnaan dan
kesesuaian antara kepentingan penganggaran dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan.
BAB X
PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Administrasi pembangunan dapat pula dilihat dari kemampuan untuk merumuskan kebijaksanaan dan realisasi pelaksanaannya dalam rangka mobilisasi dana serta penggunaannya secara efektif, sehingga menimbulkan proses pembangunan. Dana-dana atau pembiayaan pembangunan, penggalian sumber, arah dan cara penggunaannya sangat mempengaruhi perkembangan politik, sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Dengan meningkatnya peranan pemerintah serta perluasan fungsinya, maka pengelolaan sumber serta penggunaan dana dan pembiayaan pembangunan menjadi amat penting. Kebijaksanaan pemerintah terhadap masalah tersebut sebaiknya merupakan bagian dari suatu kebijaksanaan dan rencana pembangunan.
Dana dan pembiayaan pembangunan sumbernya beragam. Ada yang langsung diusahakan oleh pemerintah sendiri (dari pajak, laba perusahaan negara, bantuan/pinjaman luar negeri, dan sebagainya) dan ada pula yang diciptakan dan digunakan dalam masyarakat sendiri, misalnya tabungan yang dihimpun masyarakat dan digunakanuntuk investasi.
Salah satu alat penting dal;am rangka pembiayaan pembangunan yangberada di tangan pemerintah adalah anggaran belanja negara. Anggaran/Budget tidak hanya menjadi alat kebijaksanaan ekonomi pemerintah, tetapi pada umumnya karena harus mendapat persetujuandari Dewan Perwakilan Rakyat, maka akan menjadi suatu kebijaksanaan negara. Dengan demikian budget mempunyai kekuatan
legal yang cukup tinggi serta menjadi alat pelaksanaan kegiatan dan pengawasan yang sehat di dalam suatu negara demokrasi.
Dalam sistem keuangan dan administrasi negara modern, anggaran untuk perencanaan dan pembiayaan pembangunan mempunyai fungsi danperan penting, antara lain :
(1) Sebagai peralatan kebijaksanaan yang multi fungsional, yang
semuanya dimaksudkan untuk mencapai cita-cita dan berbagai
tujuan negara dan bangsa yang bersangkutan.
(2) Merupakan realisasi konkrit dari “politik pembangunan” (GBHN
dan REPELITA / PROPENAS) yang akan menentukan kua;litas hidup
dan kehidupan bangsa ini sekarang dan masa yang akan datang.
(3) Sebagai alat untuk mencegah keuangan dan kekayaan negara
disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak sah.
Anggaran belanja negara mempunyai dua segi, yaitu segi
penerimaan dan segi pengeluaran. Pelaksanaan kebijaksanaan dari
kedua segi tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap berbagai
bidang, ekonomi, politik, sosial di sektor pemerintah maupun
swasta. Oleh karena itu anggaran belanja negara menjadi sangat
penting sebagai suatu program aksi pemerintah. Untuk dapat
memenuhi fungsinya sebagai program aksi yang menunjang usaha
pembangunan secara berencana, maka anggaran belanja negara dan
penyusunannya sebaiknya dikaitkan dengan perencanaan pembangunan.
mulai pada tahun 1960 dikembangkan perencanaan operasional
tahunan (POT), yang diusahakan pengaitan dan koordinasi antara
penyusunan program-program dan proyek-proyek kegiatan usaha
pembangunan tahunan, dengan anggaranbiayanya. Rencana Pembangunan
tahunan mendapatkan jaminan pelaksanaannya dengan penyediaan
pembiayaan dalam anggaran belanja, dan anggaran belanja
mencerminkan rencana tahunan tersebut.
Di dalam penyusunan anggaran belanja (meliputi segi
penerimaan dan pengeluaran, sangatlah penting terdapatnya
konsistensi dan koordinasi. Hal ini disebabakan karena smber-
sumber penerimaan maupun arah pengeluaran berbagai ragam, tetapi
juga kkarena satu segi anggaran saling mendukung dengan segi
anggaran yang lain. Misalnya pembiayaan sesuatu kegiatan usaha
dapat diusahakan dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri,
tetapi mungkin juga memerlukan pembiayaan luar negeri. Penggunaan
pembiayaan untuk keperluan irigasi, dikaitkan dengan pembiayaan
penyuluhan dan peningkatan produksi pertanian di daerah irigasi
tersebut. Kecuali hal itu juga diperlukan adanya suatu koordinasi
pembiayaan untuk hal-hal yang merupakan pembiayaan pembangunan
dengan pembiayaan pemeliharaan setelah pembangunan sesuatu usaha
selesai.
Penyusunan anggaran belanja negara, menjadi suatu kegiatan
utama dari pemerintah.Dalam hal analisa, penyusunan, memberikan
alasan untuk pengesahannya, dan kemudian pelaksanaan budget
negara, adalah salah satu fungsi pemerintahan. Badan legislatif
mempunyai peranan penting untuk menilai, memberikan kritik, dan
pada akhirnya memberikan persetujuan final terhadap anggaran
tersebut.
Mengenai pertanggungan jawab anggaran belanja biasanya
menggunakan sistem kas (kas stelsel), apa yang diperhitungkan
(dimasukkan) dalam tata pembukuan pelaksanaan anggaran untuk
sesuatu tahun tertentu adalah transaksi keuangan yang dilakukan
pada tahun anggaran tersebut. Untuk keperluan kontinuitas
pembiayaan berbagai kegiatan pembangunan, kadang dimodifikasi
dengan pelaksanaan sistem firemen, yaitu biaya-biaya tahun anggaran
tertentu yang belum selesai digunakan, dapat terus dipakai pada
pelaksanaan tahun anggaran berikutnya.
Dalam penyusunan anggaran biaya belanja perlu pula
diserasikan dengan pengarahan atau perencanaan kredit, anggaran
devisa, dan kerangka investasi nasional secara menyeluruh. Hal
ini untuk menjamin konsistensi dalam usaha berencana yang
bersifat nasional. Sedang dalam pelaksanaannya tergantung masuk
tidaknya dalam jangkauan perencanaan pembangunan, apakah bersifat
komprehensif atau parsial.
Perencanaan dan penyusunan anggaran meliputi sebagaian dari
sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan pembiayaan serta investasi
masyarakat. Namun perencanaan dan penyusunan anggaran mempunyai
dasar legal yang kuat dan dapat mempengaruhi sektor-sektor
pembiayaan lainya.
Dalam sejarah perkembangan administrasi negara, suatu
sistem perencanaan dan penyusunan anggaran mempunyai fungsi dan
tujuan yang berbeda-beda, secara kronologis pertumbuhannya
dimulai dengan Sistem Tradisional : Incremental Budgeting atau Line-
item / Object Expenditures Budget, lalu Performance Budgeting System,
diikuti oleh Program Budgeting Syatem, kemudian Planning Programing
and Budgeting System (PPBS) dan terakhir adalah Sistem ZBB (Zero
Base Budgeting).
Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka disini
dikemukakan perbedaan ciri-ciri pokok antara keempat sistem
anggaran tersebut, yaitu :
i. Sistem Tradisional : Incremental Budgeting atau Line-item / Object
Expenditures Budget, adalah sistem anggaran yang mengacu pada
Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Compabilities Wet
/ ICW ). Adapun ciri-ciri pokok dari sistem tradisional
adalah :
Berorientasi kepada pertanggung jawaban (accounting).
Berdasarkan objek-objek pengeluaran (object or expenditure atau
input).
Berpangkal kepada satuan-satuan organisasi (Organization
units)
Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa “tugas pokok dan
fungsi” suatu badan serta berbagai kegiatan pokok yang
sedang berjalan adalah tetap.
Mengutamakan pembiayaan yang marginal dan berorientasi
pada hal-hal yang bersifat taktis dan berjangka pendek.
ii. Performance Budgeting System, yang kemudian berkembang dengan
Sistem Program Budgeting (Program Budgeting Syatem). Sistem ini
memiliki ciri-ciri antara lain :
Berorientasi kepada penata-laksanaan (management control).
Memusatkan perhatian pada program dan kegiatan pada
instansi pemerintah dan atas dasar itu dilakukan
klasifikasi anggaran.
Berdasarkan pendayagunaan (efficiency) dari hasil-hasil
pelaksanaan (outputs) dan effisiensi dalam alokasi.
Menekankan keterkaitan antara input dan output, serta
penilaian cost benefit.
iii. Planning Programing and Budgeting Syatem (PPBS) di Indonesia
dikenal dengan nama Sistem Perencanaan , Pembuatan Program
Dan Anggaran (SIPPA) merupakan perkembangan lebih lanjut
dari Performace & Program Budgeting. Adapun ciri-ciri utamanya
adalah :
1) Berorientasi kepada perencanaan strategis
2) Tekanan pokoknya tertuju pada tiga hal :
tujuan
output yang terukur, dan
dampak
3) Menekankan pemanfatan cost benefit dan cost effectiveness, serta
berorientasi jangka panjang.
iv. Sistem ZBB (Zero Base Budgeting). Sistem ini berpangkal pada
PPBS dan MBO (Management By Objectives). Sistem ini mengkaitkan
proses perencanaan, penganggaran, dan pengkajian-ulang
berbagai kegiatan program, baik yang lama (sedang berjalan)
ataupun yang baru (dimasa depan). Pada garis besarnya ZBB
mempunyai ciri-ciri :
1) Identifikasi yang jelas tentang maksud dan tujuan serta
tentang faktor-faktor organisasi, prosedur, dan faktor-
faktor operasional lainnya.
2) Penilaian dan pencocokan berbagai kebutuhan dengan sumber-
sumber yang tersedia untuk membantu proses realokasi yang
rasional.
3) Identifikasi yang sistematis dari alternatif-alternatif,
pelaksanaan keji-ilang terhadap berbagai pos pengeluaran
atau pembiayaan berbagai program dan kegiatan.
4) ZBB secara terpadu menggunakan teknik-teknik penentuan
tujuan, analisa incremental, analisa berbagai alternatif
dan cost-benefit, serta pengukuran performance.
BAB XI
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
A. Pengertian Administrasi Pembangunan Dalam Menunjang Perencanaan Pembangunan
Istilah untuk administrasi pembangunan dapat dikatakan
sebagai berikut :
Manajemen dan pengarahan sasaran
Menyelesaikan segala sesuatu
Pelaksanaan tugas-tugas pimpinan (eksekutif)
Menegakkan dan melaksanakan kebijakan
Kegiatan berkelompok yang bersifat kerjasama dengan
rasionalitas yang tinggi
Tindakan-tindakan manusia yang bersifat kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama
Kerjasama manusia (orang) dan usaha-usaha kelompok untuk
melaksanakan kebijakan
Tahap pelaksanaan keputusan-keputusan
Tindakan-tindakan kepemimpinan (managerial action )
Kekuasaan pelaksanaan dari pemerintah
Sistem Administrasi
Administrasi pembangunan sebagai salah satu kecenderungan
baru dalam administrasi negara adalah penerapan konsep
administrasi atau manajemen yang lebih ditujukan untuk mendukung
proses pembangunan.
Administrasi pembangunan berorientasi kepada usaha
meningkatkan kemampuan administratif untuk mendorong perubahan-
perubahan kearah keadaan yang dianggap lebih baik daripada suatu
masyarakat dimasa depan.
Menurut M. Faisal Khan bahwa : “kegiatan-kegiatan
fungsional atau organisasional yang bersangkut paut dengan
administrasi pembangunan dan berencana dalam berbagai tingkat
(fase) yang dapat dipelajari secara sistematis, praktis
(dilaksanakan) dan dianalisis juga dapat memecahkan masalah serta
pelaksanaan rencana yang berhasil guna”.
Sedangkan menurut J.B. Kristiadi bahwa : “Administrasi
Negara yang mampu mendorong kearah proses perubahan serta
penyesuaiannya. Oleh sebab itu administrasi pembangunan juga
merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya. Dalam proses
tersebut administrasi pembangunan mempunyai perhatian yang besar
terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, dan
Hankam yang mempengaruhi perannya dalam pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan”.
Munurut Bintoro Tjokroamidjaja Administrasi Pembangunan
mempunyai dua fungsi pokok :
Pertama : Adalah penyempurnaan aparatur atau administrasi negara
agar lebih mampu mendukung proses pembangunan usaha
penyempurnaan dilakukan dibidang kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan antara lain
penyempurnaan organisasi pemerintahan, administrasi
kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi meterial
(peralatan) dan kepemimpinan.
Kedua : Adalah pengembangan sistem administrasi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Hal ini seperti halnya sistem
perencanaan dan penganggaran, sistem mobilisasi dana,
sistem pembiayaan pembangunan, sistem tata hubungan kerja
pelaksanaan program pembangunan, manajemen/program/proyek
pembangunan sistem pengendalian dan pengawasan atau
wasdal.
Ruang Lingkup administrasi pembangunan meliputi :
1. Penyempurnaan administrasi negara, kelembagaan, organisasi,
kepegawaian, sistem, prosedur dan sebagainya.
2. Penyusunan kebijakan : Kepemimpinan, Koordinasi, Pengawasan
dan Pengendalian dan fungsi-fungsi manajemen yang merupakan
unsur pembangunan
3. Fungsi lainnya dalam administrasi pembangunan antara lain
partisipasi masyarakat.
B. Perlunya Reformasi Pembangunan Administrasi
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar
Administrasi menyatakan bahwa : “Pada pokoknya pendekatan
administrasi pembangunan diartikan sebagai proses pengendalian
usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah untuk merealisir
pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap
lebih baik dan kemajuan di dalam berbagai aspek kehidupan bangsa
(dalam perumusan yang terdahulu disebutkan administrasi |
pengendalian usaha] untuk mendorong atau mendukung perubahan-
perubahan suatu masyarakat ke arah keadaan yang lebih baik di
kemudian hari).
Tinjauan peranan administrasi negara dalam proses
pembangunan nasional telah melahirkan administrasi pembangunan.
Menurut Sondang P. Siagian dalam buku Administrasi Pembangunan
telah terjadi proses “rethinking” dalam administrasi negara dan
terjadi masalah pelaksanaan pembaharuian administratif
(administrative reform) untuk menjawab berbagai pertanyaan berikut :
1. apakah birokrasi pemerintahan yang bekerja secara tradisional
mampu menghadapi perubahan yang sedang terjadi di bidang
sosial budaya, ekonomi dan politik ?
2. apakah birokrasi pemerintahan dalam suatu negara telah
menyesuaikan diri dengan pembangunan nasional yang menjadi
tujuan antara bagi setiap negara dewasa ini dalam rangka
mencapai tujuan akhir ?
3. apakah fokus perhatian tidak sebaiknya dialihkan dari hanya
sekedar pembinaan sistem status quo kepada partisipasi yang
aktif dalam proses pembangunan.
4. apakah perhatian yang lebih besar tidak perlu diberikan kepada
segi inovatif dari administrasi pemerintahan ?
Pembangunan sebagai konsep yang “goal-oriented” menunjukkan
bahwa pembangunan itu merupakan pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dalam berbagai aspek kehidupan bangsa – politik,
ekonomi, sosial budaya dan administratif – dalam rangka nation-
building.
Dengan demikian arti pembaharuan administratif dalam
hubungannya dengan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan
bangsa dalam rangka nation-buiding, menurut konsep pembaharuan
administratif terdapat lima golongan besar, yaitu :
1. Penekanan beru (new emphasis) terhadap program-program kerja;
2. Sikap-sikap yang berubah terhadap “langganan” pemerintah serta
para anggota daripada suatu birokrasi penerintahan;
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam bentuk-bentuk intern
(internal styles) dari suatu administrasi yang menunuju kepada
perbaikan dan komunikasi dan manajemen yang bersifat
partisipatif;
4. Penekanan yang lebih besar terhadap penggunaan sumber-sumber
dengan lebih effisien dan ekonomis;
5. Kurangnya penekanan terhadap approach yang statis terhadap cara
kerja yang bersifat rutin dan legalistis.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka sasaran pembaharuan
administratif adalah peningkatan secara nyata ‘performance capacity’
dari seluruh aparat pelaksana serta peningkatan effisiensi kerja
dalam menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan nasional.
BAB XII
ORGANISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Organisasi perencanaan pembangunan di Negara Republik Indonesia yaitu :
- BAPPENAS (Pemerintah Pusar/nasional)
- Bagian-bagian Perencanaan Departemen (LPND)
- BAPEDA (Pemerintahan Provinsi)
- BAPPEDA (Pemerintah Kabupaten/Kota)
- Musyawarah Kepala Desa dengan BPD
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar
Administrasi menyatakan bahwa : “Dilihat dari segi administrasi
pembangunan, maka organisasi-organisasi pemerintah secara
menyeluruh seyogyanya harus mampu mendesain kebijaksanaan/rencana
dan program-programnya, pelaksanaan, komunikasi dengan sektor-
sektor di luar pemerintahan, serta evaluasi dan pengawasan yang
diharapkan mendorong proses pembangunan. ... Ini memerlukan
mekanisme hubungan tata kerja sedemikian rupa sehingga hasil
kebijaksanaan atau rencana dan pelaksanaan tersebut bersifat
konsisten. Maksudnya adalah konsisten antara berbagai
kebijaksanaan sektor dan konsisten antara kebijaksanaan dalam
jangka waktu yang berbeda-beda (jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek). Untuk dapat melingkupi tidak saja tugas-tugas
dalam usaha pembaharuan dan pembangunan secara berencana dilihat
dari segi prosesnya, tetapi juga supaya kebijaksanaan dapat
diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan sektor pemerintah maupun
non-pemerintah di seluruh wilayah negara, ...”.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan pernyataan di atas
Bintoro Tjokroamidjojo mengemukakan pendapat dari Saul Katz
mengenai klasifikasi serta penyusunan hubungan organisasi-
organisasi pemerintahan guna mendukung proses pembangunan,
yaitu :
(A) Organisasi kebijaksanaan dan bimbingan nasional. Dalam hal
ini adalah organisasi-organisasi yang menyususn, mendukung
atau menetapkan keputusan-keputusan penting yang dipilih dari
berbagai alternatif yang dimaksudkan untuk menetapkan dan
mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Juga berfungsi
mengusahakan dukungan nasional terhadap keputusan-
keputusannya. Organisasi ini meliputi :
1. Organisasi kepemimpinan nasional/pimpinan pemerintahan,
terdiri :
a) Kepemimpinan nasional/pimpinan pemerintahan sendiri
beserta organisasi stafnya;
b) Panitia-panitia atau dewan-dewan pembangunan nasional
c) Dewan konsultatif nasional.
2. Organisasi penyusunan rencana nasional.
3. Organisasi atau tata hubungan organisasi komunikasi
nasional.
4. Organisasi-organisasi bagi pengawasan dan pengendalian.
(B) Organisasi-organisasi operasional yang bersifat nasional.
Disini kebijaksanaan dan rencana-rencana diterjemahkan dalam
kegiatan-kegiatan nyata dalam program-program, proyek-proyek
atau kegiatan pembangunan lainnya dilakukan oleh organisasi
pemerintah ataupun swasta. Organisasi ini meliputi :
a) Organisasi-organisasi pusat yang memberikan jasa atau
pelayanan staf. Misalnya organisasi administrasi
kepegawaian, statistik, dan sebagainya.
b) Departemen-departemen, organisasi-organisasi otonom
pemerintah sampai kepada tingkat kegiatan program-
program dan proyek-proyek usaha pembangunan.
(C) Organisasi-organisasi yang di luar pemerintahan pusat maupun
organisasi-organisasi swasta, terutama yang bergerak atau
berusah dalam bidang kegiatan ekonomi pembangunan. Ini adalah
tata hubungan organisasi guna mempengaruhi kegiatan-kegiatan
sektor-sektor semi pemerintah dan sektor swasta. Misalnya
voluntary organization, koperasi, dan lain-lain.
BAB XIII
MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN
A. Model Bottom Up Dan Top Down Planning
Dalam upaya untuk mewujudkan mekanisme perencanaan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah serta untuk lebih mengefektifkan perencanaan pembangunan Daerah yang konprehensif dan terpadu sehingga dapat tecapai titik temu antara aspirasi dan kebutuhan Daerah yang mendesak dengan kebijaksanaan dan stretegi pembangunan nasional, oleh Pemerintah telah dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan baikyang menyangkut masalah pembentukan kelembagaan maupun proses danmekanisme penyusunan perencanaan serta penyelenggaraannya. Adapunberbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan-kebijaksanaaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
2) Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1980 tentang peningkatan dan
Penyempurnaan Fungsi Lembaga Sosial Desa menjadi Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa.
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di
Daerah (P5D).
4) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1981 tentang
Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Program Masuk Desa.
5) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor Bangda 1/9/16 tanggal
20 November 1978 tentang Pedoman Pola Dasar Pembangunan
Daerah.
6) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2104/ Bangda
tanggal 15 November 1983 tentang Pedoman Penyusunan Pola Dasar
Pembangunan Daerah Tingkat II.
Seluruh peraturan tersebut di atas merupakan satu paket kebijaksanaan yang saling melengkapi dalam proses dan mekanisme perencanaan dari bawah ke atas.
B. Integrasi Kedua Model Tersebut
Proses dan mekanisme perencanaan pembangunan Daerah dari
bawah hanyalah salah satu aspek saja dalam kerangka pola dan
sistem penyusunan perencanaan pembangunan secara keseluruhan.
Dalam upaya penjabaran kebijaksanaan nasional di Daerah
telah dilakukan suatu mekanisme perencanaan dari atas ke bawah
(top down planning) melalui jalur-jalur kelembagaan yang sudah ada
dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah serta ketentuan-ketentuan lainnya yang
konsisten. Untuk mencapai dan memperoleh hasil pembangunan yang
maksimal, maka dalam proses dan mekanisme penyusunan perencanaan
pembangunan dari bawah, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan yang dilakukan oleh lembaga yang ada di daerah
seperti Musyawarah Desa (antara Kepala Desa dengan Badan
Perwakilan Desa pada Desa atau antara Lurah dengan LKMD pada
Kelurahan), UDKP pada tingkat kecamatan, dan Bappeda pada tingkat
Kabupaten/Kota harus dilakukan secara harmonis dan terpadu.
Dengan kata lain perpaduan antara bottom-up planning dengan top-domn
planning sedapat mungkin dikembangkan dalam setiap fase
perencanaan pembangunan di Daerah,
Sesuai dengan sebutannya Perencanaan Pembangunan Daerah
dari Bawah, maka proses dan mekanisme penyusunannya dibahas
berjenjang melalui tahap-tahap penyusunan di semua tingkatan
pemerintahan mulai Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,
Propinsi, Regional sampai tingkat Nasional.
C. Jenjang Perencanaan : Tiga Model Dasar
Rencana-rencana pembangunan pada umumnya didasarkan atas beberapaformulasi model ekonomi makro, menurut Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga sebagai berikut :
(1) Model Pertumbuhan Bersama/Menyeluruh, Memproyeksikan
Variabel-variabel Makro. Model ini mencakup seluruh ekonomi
berdasarkan susunan variabel ekonomi makro yang terbatas,
dianggap paling penting bagi penentuan tingkat dan laju
pertumbuhan luaran/output nasional : tabungan, investasi,
persediaan modal, eksport, import, bantuan luar negeri, dan
lain-lain. Tetapi dalam soal-soal tertentu, model/teori
pertumbuhan ini hanya memberikan perkiraan kasar permulaan
tentang petunjuk-petunjuk umum yang dapat dilakukan oleh
ekonomi. Contohnya model ini jarang sekali memberikan
rencana pembangunan secara operasional.
(2) Model-model Input-Output dan Proyeksi-proyeksi Sektoral : Ide
Dasar. Pendekatan yang lebih rumit lagi mengenai perencanaan
pembangunan ialah menggunakan beberapa variasi antar
industri atau model input-output yang kegiatan-kegiatan
sektor industri penting dalam ekonomi saling berhubungan
antara satu dengan yang lain dan secara simultan menyusun
atau rangkaian persamaan aljabar yang menjelaskan proses
produksi tertentu atau teknologi masing-masing industri.
Semua industri dipandang sebagai produsen output/luaran dan
konsumen/pemakai input/masukan dari industri lain.Pantulan-
pantulan langsung atau tidak langsung mengenai perubahan-
perubahan permintaan/kebutuhan produk-produk dari salah satu
industri pada output yang telah direncanakan, pekerjaan dan
import semua barang-barang industri bisa dilacak melalui
seluruh jaringan perekonomian yang banyak liku-likunya
tentang interdepedensi ekonomi.
(3) Pertimbangan Proyek Dan Analisis Bea-Maslahat Sosial (Social
Cost-Benefit Analysis). Metodologi pertimbangan proyek tergantung
pada teori dan praktek analisis bea maslahat ‘sosial’, yaitu
untuk menentukan harga atau nilai proyek yang melibatkan
anggaran belanja/pemgeluaran pemerintah dianggap perlu untuk
mempertimbangkan keuntungan-keuntungan/manfaat dan kerugian-
kerugian (biaya) bagi masyarakat secara keseluruhan. Karena
itu menentukan keuntungan sosial dalam suatu jamgka waktu
karena perbedaan antara keuntungan dan biaya sosial yang
kedua-duanya diukur secara langsung atau tidak langsung.
Kalkulasi profitibilitas sosial dari suatu investasi
kemudian melibatkan proses tiga tahap :
a. memperinci ‘fungsi sasaran’ yang harus ditingkatkan dengan
mengukur bagaimana perbedaan keuntungan yang harus diukur
dan apa ‘imbuhan’ yang mungkin terdapat di antara
keuntungan-keuntungan itu.
b. memerlukan beberapa ukuran sosial nilai-nilai unit dari
semua proyek input dan output disebut ‘bayangan harga-
harga’. Semakin besar penyimpangan atrau pertentangan
antara harga bayangan dan harga pasar, semnakin besar pula
kebutuhan akan analisis bea-maslahat sosial dalam usaha
mencapai peraturan-peraturan usaha/keputusan investasi
pemerintah.
c. memerlukan beberapa ketentuan kriteria untuk mengurangi
arus bea-maslahat sosial yang diproyeksikan kepada satu
indeks yang nilainya kemudian dipakai untuk memilih atau
menolak suatu proyek menempatkannya dal;am proyek-proyek
alternatif.
5. Penentuan Sasaran.. ‘Nilai sosial’ dari sutau proyek haruslah
dievaluasi dalam kerangka sasaran atau tujuan sosial dan
ekonomi nasional. Penentuan sasaran atau tujuan merupakan
jenjang pertama dan paling penting di dalam formulasi suatu
rencana pembangunan. Walaupun semua rencana itu dimaksudkan
atau dirancang untuk memaksimalkan ‘kesejahteraan sosial’
dalam sayu atau berbagai bentuk, tetapi penting dirinci dan
dijelaskan secara teliti mengenai ukuran pokok kesejahteraan
sosial.
6. Memperhitungkan Harga-harga ‘Bayangan’ dan Tingkat Potongan
Sosial. Analisis bea-maslahat sosial yang penting adalah
kalkulasi dan/atau estimasi harga-harga yang dipergunakan
dalam menentukan nilai kemaslahatan/keuntungan yang benar dan
besarnya biaya riel.Pada negara-negara yang sedang berkembang
harga-harga pasaran output/keluaran dan input/masukan tidak
memberikan refleksi yang benar mengenai
kemaslahatan/keuntungan dan biaya-biaya sosial. Antara lain,
lima alasan berikut :
(1) Inflasi dan Kurs/Nilai Tukar yang ’Overvaluation’. Banyak
negara sedang berkembang dilanda inflansi yang ganas
dengan tidak terkendalinya keadaan harga. Harga-harga ini
biasanya tidak mencerminkan biaya kebatalan (oppurtunity-cost)
yang sebenarnya bagi masyarakat yang menghasilkan barang-
barang atau jasa. Selanjutnya, hampir didalam semua
negara, pemerintah mengatur/menentukan harga valuta asing.
Dengan inflasi dan nilai valuta asing yang tidak berubah,
nilai tukar/kurs dalm negeri menjadi “overvalued”, sehingga
dengan demikian, (a) harga-harga impor memperkecil
(underestimate) biaya reil bagi negara yang beli produk-
produk luar negeri ; dan (b) harga-harga ekspor (dengan
ukuran kurs dalam negeri) memperkecil (undestate) keuntungan
riel yang diterima oleh negara, dari volume ekspor
tertentu. Selanjutnya, harga “resmi” valuta asing dalam
sebagian besar negara-negara sedang berkembang tidak
memberikan refleksi keuntungan dan biaya “sosial” yang
benar dari kegiatan impor dan ekspor. Akibatnya, usaha-
usaha investasi pemerintah berdasarkan harga-harga semacam
ini cendrung meragukan untuk industri-industri ekspor dan
substitusi impor.
(2) Tingkat Upah, Bea Modal dan Pengangguaran.. Pengaruh dalam
hampir sumua negara sedang berkembang mengenai perubahan-
perubahan “harga faktor” yang berakibat dalam tingkat upah
melebihi biaya batalan sosial (atau harga bayangan) tenaga
kerja dan tingkat kepentingan untuk memahami biaya
kebatalan sosial dari hasil modal. Andaikata pemerintah
menggunakan harga-harga pasar yang tidak sesuai dengan
harga tenaga dan modal dalam menghitung biaya-biaya proyek
investasi alternatif pemerintah, mereka akan memperkecil
biaya riel proyek-proyek intensifikasi modal dan cendrung
menaikannya pada biaya sosial proyek-proyek intensifikasi
tenaga yang rendah biayanya. Selanjutnya, andaikata fungsi
sasaran kesejahteraan sosial memberikan premi terhadap
perbaikan pemerataan penghasilan, maka pilihan proyek-
proyek intensifikasi modal bukan hanya akan memperkecil
biaya-biaya, tetapi juga secara marjinal akan mengurangi
bantuan terhadap perbaikan kesejahteraan sosial,
dibandingkan dengan proyek intensifikasi tenaga
alternatif.
(3) Tarif, Kuota, dan Substitusi Import . Eksistensi tingginya
tingkat nominal dan proteksi tarif efektif, digabungkan
dengan kuota-kuota import dan nilai lebih, membedakan
sektor pertanian dan sektor industri substitusi import.
(4) Kekurangan tabungan. Dengan adanya tekanan-tekanan
substansial untuk memberikan/menyediakan tingkat konsumsi
yang tinggi bagi masyarakat yang kekurangan makanan, maka
tingkat dan laju tabungan-tabungan dalam negeri di
sebagian negara-negara sedang berkembang seringkali
dianggap sebagai sub-optimal.
(5) Tingkat Potongan Sosial (Social Rate of Discount ). Perlunya
pemerintah memilih tingkat potongan (discount rate) yang
sesuai dalam membuat kalkulasi nilai keuntungan-keuntungan
danbiaya-biaya proyek yang berlangsung dari waktu ke
waktu. ‘Tingkat potongan sosial’ pada hakekatnya adalah
‘harga’ waktu, yakni nilai waktu yang dipergunakan oleh
para perencana untuk menghitung nilai bersih sekarang
mengenai keuntungan proyek.
3. Memilih Proyek : Ada Beberapa Kriteria. Dengan
mempertimbangkan harga-harga bayangan yang relevan,
memproyeksikan perhitungan waktu mengenai keuntungan dan biaya
yang diharapkan, dan memilih tingkat potongan sosial yang
sesuai, sekarang para perencana mampu memilih diantara sekian
banyak alternatif proyek-proyek investasi yang dianggap paling
sesuai.
BAB XIV
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
A. Arti Dan Perlunya Partisipasi MasyarakatPembangunan merupakan suatu proses pembeharuan yang kontinu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dan di negara-negara baru berkembang usaha pembaharuan ini, seperti telah dikemukakan terdahulu, pada umumnya dilakukan dengan pemerintah yang aktif, dan dengan usaha secara berencana. Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupanpolitik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil, apabila merupakan kegiatan yan melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu negara. Tidak saja dari pengambil kebijaksanaan tertinggi, perencana, pemimpin pelaksanaan operasional, tetapi juga dari p-etani-petani yang masih tradisionil, nelayan, buruh, pedagang kecil dan lain-lain.
Administrasi pembangunan tidak hanya berarti kemampuan
untuk menetapkan strategi pembangunan yang baik, kemudian
diperinci dalam rencana-rencana dan diterjemahkan dalam kegiatan-
kegiatan nyata yang efektif dalam pelaksanaan pemerintahan,
tetapi juga hendaknya dapat m enimbulkan respons dan kerja sama
seluruh rakyat (seluruh ini tentu saja relatif) dalam proses
pembangunan tersebut. Administrasi pembangunan juga berperan
untuk melibatkan (belum tentu dengan cara-cara langsung) kegiatan
masyarakat luas,sesuai dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan
dalam proses pembangunan. Di sini terlihat empat aspek penting
dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu:
5. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan
mekanisme proses politik dalam suatu negara turut menentukan
arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan
pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan
pembangunan hendaklah mencerminkan kepentingan masyarakat.
Cermin dari kepentingan masyarakat ini dilakukan melaui
partisipasi masyarakat didalam keterlibatan politik mereka
dalam proses politik.
6. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-
tujuan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang
sebaiknya. Maka pemerintah harus memberikan pengarahan
mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan
tersebut dan mengembangkan kemampuan-kemampuan masyarakat
untuk mendukung proses pembangunan.
7. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang
konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah
ditentukan dalam proses politik. Misalnya mengerahkan gotong
royong membersihkan sungai dari sampah.
8. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif
dalam pembengunan yang berencana, misalnya pembangunan
masyarakat desa dan program kredit usaha kecil.
Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan ada beberapa faktor yang sangat menentukan, yaitu :
(1) Kepemimpinan. Unsur pertama dari proses pengendalian usaha
dalam pembangunan ditentukan sekali oleh adanya serta
kualitas kepemimpinan. Arief Budiman menyatakan bahwa dalam
menggerakkan partisipasi rakyat untuk pembangunan diperlukan
pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan
pemimpin-pemimpin informal yang memiliki legitimitas.
(2) Komunikasi. Gagasan-gagasan, kebijaksanaan dan rencana hanya
akan mendapat dukungan, bila diketahui melalui proses
komunikasi dan kemudian dimengerti. Eldersveld mengemukakan
bahwa supaya masyarakat dapat terlibat dalam suatu sistem
dan dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan, hendajlak
administrasi pemerintah menjangkau (penetration) golongan
masyarakat yang paling jauh dan paling perlu bagi
berhasilnya usaha-usaha pembangunan. Maka memerlukan
penerangan dan penyebaran (information) tentang usaha-usaha
pembangunan tersebut. Ini ditujukan supaya mendapat
kepercayaan (belief and confidance) dan dapat dinyatakan dalam
kegiatan-kegiatan nyata (action). Komunikasi juga bertujuan
untuk mengembangkan suatu iklim yang mengurangi tekanan
(tensions) dan konflik dalam masyarakat. Komunikasi juga
dimaksudkan untuk menumbuhkan berbagai perubahan-perubahan
nilai dan sikap yang inheren di dalam proses pembaharuan dan
pembangunan tanpa menimbulkan tekanan, frustasi, dan friksi.
Maka dikembangkan suatu konsep mengenai sistem penerangan
untuk mendukung program pembangunan (development support
communication). Komunikasi ini erat hubungannya dengan
kepemimpinan dan peranan serta hubungan kepemimpinan di
dalam suatu masyarakat. Salah satu unsur dari kepemimpinan
yang penting adalah komunikasi, dan dalam mengembangkan
komunikasii diperlukan peranan pemimpin-pemimpin yang dapat
“menjembatani” komunikasi timbal balik.
(3) Pendidikan. Yingkat pendidikan yang memadai akan memberikan
kesadaran yang lebih tinggi pada masyarakat dan memudahkan
bagi pengembangan identifikasi terhadap tujuan-tujuan
pembangunan.
B. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Berbgai Program
Pemberdayaan masyarakat menurut Adimihardja (1999 : xi) adalah : tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunanyang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi nilai tambah sosial budaya.
Dari konstruksi pemikiran yang dikemukakan itu menunjukan bahwa makna pemberdayaan di era reformasi dan situasi krisis ekonomi pada saat ini lebih kuat diwarnai perspektif politik dan ekonomi dari pada perspektif sosial dan budaya. Hal ini dapat dilihat
dari adanya usaha untuk memobilisasi masyarakat untuk memanfaatkan sumber yang datang dari atas untuk kepentingan politik tertentu dan mempertahankan keberhasilan pertumbuhan ekonomi, dengan kurang meberikan peluang agar inisiatif tumbuh dari masyarakat atau menumbuh kembangkan perilaku sosial masyarakat untuk di dukung melalui pengayaan orientasi, motivasi,pengambilan keputusan sendiri oleh masyarakat, serta peningkatan aksesbilitas masyarakat terhadap sumber kehidupan.
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Tjokrowinoto dan Pranarka (1996 : 56) bahwa : harus ditempatkan tidak hanya secara individual akan tetapi secara kolektif, dan semua itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan keaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan kata lain, manusia dan kemanusianlah yang menjadi tolok ukur normatif, struktur dan substansial. Hal ini menempatkan konsep pemberdayaan sebagi bagian dari upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia didalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud di berbagai kehidupan : politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya.
Dari konsep tersebut menunjukkan bahwa dalam membangun masyarakatke depan, maka diperlukan suatu keseimbangan (keadilan) yang manusiawi antara kehidupan politik, ekonomi, hukum dan kehidupan sosial budaya bagi setiap manusia atau masyarakat. Keharusan ini menjadi sangat penting oleh karena persoalan-persoalan sosial budaya, ekonomi dan politik termasuk persoalan hukum akan menghadapi tantangan-tantangan yang cukup berat sebagai akibat dari globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terbendung.
Weissglass (1990 : 351) memberikan pengertian tentang
pemberdayaan sebagai : “ a process of supporting people to construct new
meanings and exercise their freedom to chose “, artinya suatu proses yang
membangkitkan masyarakat untuk membangun makna dan menggunakan
hak kebebasan menentukan pilihan yang baru.
Irwin (1995 : 82) mengemukakan : “ Empowering other people
means giving them a change to make their sp0ecial contribution ... your contribution
may be a particular insight, a particular talent, a particular energy, aparticular loving
way to be with people “, artinya upaya pemberdayaan itu berarti
memberukan kepada masyarakat peluang untuk melibatkan diri dengan
hal-hal yang menyangkut paham, bakat, kekuatan dan kesenangan
masyarakat.
Dari beberapa definisi tentang pemberdayaan masyarakat yang telahdikemukakan di atas pada prinsipnya adalah dalam rangka membangkitkan atau membangun potensi-potensi yang ada pada masyarakat seperti : bakat, keterampilan, kekuatan dan kesenangan.
Dengan tidak mengurangi makna pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya, Penulis akan mempergunakan definisi pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Bryan dan White (1989 : 25) bahwa : Pemberdayaan hendaknya di fahami sebagai suatu proses meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga mereka dapat memecahkan masalah sendiri dengan cara memberikan kepada mereka kepercayaan untuk mengelola program-proram tertentu atas keputusannya sendiri.
Dari definisi pemberdayaan yang dikemukakan oleh Bryan dan
White tersebut mengandung beberapa dimensi dalam pemberdayaan
masyarakat yaitu :
1. proses meningkatkan kemampuan masyarakat,
2. pemecahan masalah,
3. memberikan kepercayaan,
4. pengelolaan program, dan
5. membuat keputusan sendiri
Secara tajam akan di jelaskan unsur-unsurnya, ciri-crinya
dan sifat-sifatnya sehingga menjadi jelas sebagai variabel.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang
merupakan kejadian konkrit dan dapat di indra atau di amati.
Kemampuan masyarakat harus dan mutlak perlu di tingkatkan, karena
sumber daya manusia merupakan energi yang sangat istimewa.
Kemampuan menurut Robbin (2001 : 46) adalah : suatu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Seluruh kemampuan seseorang pada hakekatnya tersusun dari dua
faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang di perlukan untuk
melakukan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa.
Di harapkan, dengan meningkatnya kemampuan masyarakat baik secara
intelektual dan fisik, maka masyarakat akan memberikan kontribusi
secara maksimal terhadap penyelenggaraan Pemerintah di daerah.
Kemampuan intelektual akan dapat di capai apabila Pemerintah
secara serius memperhatikan masalah pendidikan, baik pendidikan
formal , informal dan non formal. Selanjutnya peningkatan
kemampuan secara fisik hanya akan dicapai apabila Pemerintah
secara serius memperhatikan kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungannya. Dimensi kemampuan masyarakat bertalian erat dengan
partisipasi masyarakat. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi
merupakan tanda danya kemampuan masyarakat untuk berkembang
secara mandiri.,
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mubyarto (1984 : 36)
bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri
berkolerasi secara positif dengan kemampuannya untuk
berpartisipasi dan juga kemampuannya untuk meningkatkan taraf
hidup sendiri.
Konsep ini memberikan kejelasan bahwa hanya pada masyarakat
yang memilikii kemampuan, partisipasi itu dapat di wujudkan.
Sehingga antara kemampuan masyarakat dan partisipasi masyarakat
ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat di pisahkan tetapi dapat
dan perlu di bedakan.
Demikian halnya Tilaar (1997 : 238) mengemukakan bahwa :
Suatu masyarakat yang berpartisipasi adalah masyarakat yang
mengetahui potensi dan kemampuannya termasuk hambatan-hambatan
karena keterbatasannya. Masyarakat yang mampu berdiri sendiri
adalah masyarakat yang mengetahui arah hidup dan perkembangannya
termasuk kemampuannya untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan
masyarakat lainnya bahkan pada tingkat regional dan
internasional.
Menjadi jelas bahwa partisipasi masyarakat itu sangat
ditentukan oleh kemampuan
masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kemampuan
pemahaman akan sesuatu yang diketahui masyarakat, maka diharapkan
akan semakin tinggi pila partsispasi masyarakat yang bersangkutan
dalm setiap kegiatan, program, maupun proyek yang dilaksanakan
pada masyarakat itu berada.
Kaitan antara kemampuan masyarakat dengan pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan desa menurut Ndraha (1987 : 107)
bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri
dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desanya.
Kemampuan masyarakat yang telah diberdayakan dapat dilihat pula dalam kemempuan memecahkan masalah, yaitu mengurangi dan meminimalisasikan kesenjangan antara harapan-harapan masyarakat dengan kenyataan yang ada dapat mengancam kehidupan masyarakat itu sendiri serta tidak mungkin diintervensi oleh pemerintah yangkurang memahami permasalahannya. Apabila pemerintah tidak mengintervensi masalah-masalah masyarakat desa, merupakan bentuk kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat akandapat menggali potensi-potensi, inisiatif-inisiatif, dan kreatifitas sehingga masyarakat dapat memberikan sikap dan tindakannya sesuai dengan latar belakang historis kehidupan masyarakat tersebut.
Dalam perberdayaan masyarakat desa dalam rangka membangun
pedesaan yang kuat, effisien dan moder, ada tujuh agenda
permasalah yang perlu dipecahkan (dibuat agenda pemecahannya),
yaitu :
(II) belum optimalnya pemerintah dalam menyediakan barang publik
dan jasa publik kepada masyarakat (seperti prasarana
kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana sosial-budaya,
keamanan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan;
(III) rendahnya posisi tawar masyarakat dalam pasar input (tenaga
kerja, modal, lahan);
(IV) belum berfungsinya pemerintah dalam mendorong terbangunnya
pasar input dan pasar output yang effisien;
(V) randahnya daya beli masyarakat sebagai akibat rendahnya
pendapatan masyarakat dan tingginya harga barang output
akibat buruknya kelembagaan dan prasarana transportasi;
(VI) rendahnya akses bagi petani dan usaha kecil di pedesaan
untuk memasuki pasar input, sebagai akibat buruknya
kelembagaan dan prasarana transportasi;
(VII) terbatasnya kemampuan pemerintah desa dalam menyediakan
prasarana untuk usaha ekonomi pedesaan; dan
(VIII) belum terbangunnya kerjasama yang saling menguntungkan
antara usaha besar dan usaha kecil.
Untuk menggrapa agenda permasalahan tersebut pada tahap
awal dimulai dengan pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan
masyarakat dikonsepkan dalam dua makna pokok, yaitu :
1. meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai
kebijakan kemampuan yang diharapkan, dan
2. meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang
secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan
keputusan untuk membangun diri dan lingkungannya secara
mandiri.
Dengan demikian menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan
masyarakat berarti memampukan dan memandirikan masyarakat.
Implementasi konsepsi pemberdayaan masyarakat tersebut
dalam kebijakan pembangunan nasional harus terwujud dalam 3 aspek
kebijakan utama, yaitu :
1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik potensi
sumber daya maupun potensi sistem ilai tradisional sebagai
kearifan lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan
masyarakat;
2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik
potensi lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan
masyarakat melalui pemberian masukan atau input berupa
bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana, baik fisik
(jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan,
kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian
dan pemasaran di daerah, dan
3. melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah
untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan bukan
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Mirriam, 1981,
Dasar-dasar Ilmu Politik, Binacipta, Jakarta.
Effendi, Onong Uchjana, 1994,
Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, Alumni, Bandung.
Dwijowijoto, Riant Nugroho, 2003,
Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi Dan Evaluasi,
PT Elex Media Komputendo, Jakarta.
Jhingan, M.L., 1988,
Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, Terjemahan D. Guritno, CV.
Rajawali, Jakarta.
Levin, Richard I. & Kirkpatrick, Charles A., 1982,
Perencanaan Dan Pengendalian Dengan PERT Dan CPM (Terjemahan
Magdalena Adiwardana Jamin, LPPM – Balai Aksara,
Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI, 1996,
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II Edisi
Ketiga, PT Toko Gunung Agung, Jakarta.
Siagian, Sondang P., 1981,
Administrasi Pembangunan, PT Gunung Agung, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 1981,
Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan),
Borta Gorat, Medan..
Supriyono, R.A., 1998,
Manajemen Strategi Dan Kebijakan Bisnis, Jakarta
Team Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1997,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995,
Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Todaro, Michael P., 1983,
Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jilid II (alih bahasa
Aminudin dan Nursid), Ghalia Indonesia, Jakarata.
Diposkan oleh Ilmu Sosial Budaya di 02.16 Label: A. Machron Chairulfalah
1 komentar:
^toN3L-P!Tr3L^ mengatakan...
makasih ya pak ...aratikel anda sangat membantu saya dalam penyelesaian tugas administrasi pembangunan
24 November 2009 03.03
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
My daughter
Aku & Ponakan
Arsip Blog ▼ 2008 (2)
o ▼ April (2) Perencanaan Pembangunan SANKRI
Mengenai Saya
Ilmu Sosial Budaya Serang, Banten, Indonesia
Lihat profil lengkapku
http://odenkmachron.blogspot.com/2008/04/perencanaan-pembangunan.html tgl 8 juni 2014