Perencanaan Pembangunan

125
Perencanaan Pembangunan Diktat Kuliah PERENCANAAN PEMBANGUNAN Karya Ilmiah Untuk Menambah Kepustakaan : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten Disusun Oleh : A. Machron Chairulfalah SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) MAULANA YUSUF BANTEN SERANG 2008 \

Transcript of Perencanaan Pembangunan

Perencanaan Pembangunan

Diktat Kuliah

PERENCANAAN PEMBANGUNANKarya Ilmiah Untuk Menambah Kepustakaan :

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten

Disusun Oleh :

A. Machron Chairulfalah

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

(STIA) MAULANA YUSUF BANTEN

SERANG

2008

\

KATA PENGANTARAlhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadhirat Alloh

Rob yang menciptakan seluruh alam raya beserta isinya, atas

segala kenikmatan yang tidak terkira kita semua dapatkan dalam

menempuh perjalanan hidup ini.

Diktat Kuliah Perencanaan Pembangunan ini dipersiapkan

sebagai buku pedoman bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten, dalam menempuh mata

kuliah Perencanaan Pembangunan.

Setiap manusia dimana pun pasti ada titik kelemahan dan

kekurangan, bigitu juga dalam penyusunan diktat ini pasti banyak

sekali kekurangannya. Apalagi dalam penyusunan diktat kulaih ini

bermula dari persiapan perkuliahan dan handout mahasiswa. Mohon

maaf yang paling dalam kepada rekan-rekan sejawat dimana pun

berada yang merasa terkutip di tulisannya didalam diktat kuliah

ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan sekali kritik dan saran

dari berbagai pihak untuk perbaikan diktat ini di masa yang akan

datang.

Semoga diktat ini mencapai tujuan yang diharapkan yaitu

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat.

Serang, Maret 2008

Penulis,

A. Machron Chairulfalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Esensi Dan Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan

Materi Kuliah ini membahas mengenai dasar Teori dan

Strategi yang dijadikan kerangka berbikir (frame of thinking) dalam

memahami Perencanaan Pembangunan, baik dari segi urgensi, proses,

fungsi, sistem maupun kelembagaannya. Selanjutnya dibahas pula

mengenai model-model, konsep-konsep pembangunan dan perencanaan

pembangunan dalam berbagai perspektif yang akan dijadikan basis

dalam menganalisis proses Perencanaan Pembangunan.

Adapun Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan meliputi :

I. Pendahuluan

a) Esensi dan Ruang Lingkup Materi Perencanaan Pembangunan

b) Landasan Filosofis Perencanaan Pembangunan Dan Kaitannya

Dengan Administrasi Negara

II. Pengertian Dasar, Teori Dan Strategi

a) Pengertian Tentang Teori Dan Strategi

b) Hubungan dan relevansi Teori dengan Strategi Pembangunan

III. Pengertian Perencanaan

a) Arti Perencanaan Sebagai Proses, Metoda, Sistem

b) Berbagai fungsi dan jenis perencanaan

c) Beberapa alternatif strategi pembangunan

IV. Konsep Pembangunan (Arti Dan Model)

a) Pendefinisian pembangunan

b) Berbagai pemahaman tentang konsep pembangunan

c) Model-model pembangunan dan pergeserannya.

V. Perencanaan Ekonomi Ke Perencanaan Pembangunan

a) Alasan-alasan terjadinya perubahan dari Perencanaan

Ekonomi ke Perencanaan Pembangunan

b) Proses perencanaan pembangunan

c) Unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembengunan

VI. Keperluan Dan Pentingnya Perencanaan Pembangunan

a) Alasan-alasan perlunya Perencanaan Pembangunan berbagai

negara

b) Keterlibatan Pemerintah / negara dalam Perencanaan

Pembangunan

VII. Ciri-ciri Dan Tujuan Perencanaan Pembangunan

a) Ciri-ciri Perencanaan Pembangunan

b) Tujuan Perencanan Pembangunan

c) Kelemahan Perencanaan Pembangunan di Negara Berkembang

VIII. Teknik-teknik Perencanaan Dan Evaluasi

a) Beberapa Teknik pembuatan/penyusunan sebuah Perencanaan

b) Pengambilan keputusan sebagai hasil penyusunan sampai

evaluasi perencanaan

IX. Perencanaan Dan Pelaksanaan

a) Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi program

b) Kendala yang dihadapi dalam implementasi

X. Perencanaan Dan Pembiayaan Pembangunan

a) Kaitan perencanaan dan Anggaran Biaya

b) Prosedur usulan DUK dan DIK

c) Pengawasan dan monitoring

XI. Administrasi Pembangunan

a) Pengertian Administrasi Pembangunan dalam menunjang

Perencanaan Pembangunan

b) Perlunya reformasi Pembangunan Administrasi

XII. Organisasi Perencanaan Pembangunan

a) Peran dan fungsi Organisasi Perencanaan pembangunan

b) Hubungan antar lembaga instansi terkait

XIII. Mekanisme Perencanaan Pembangunan

a) Model Bottom Up dan Top Down Planning

b) Integrasi kedua model tersebut

XIV. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan

a) Arti dan perlunya partisipasi masyarakat

b) Pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program

B. Landasan Filosofis Perencanaan Pembangunan Dan Kitannya Dengan

Administrasi Negara

Filosofi menurut R.A. Supriyono dalam buku Manajemen

Strategi Dan Kebijakan Bisnis, adalah seperangkat keyakinan pokok

yang menentukan parameter-parameter untuk bisnis dan mendorong

semangat bagi para karyawannya (1998 : 41).

Dalam pembahasan disini landasan filosofi dalam perencanaan

pembangunan yang dimaksud adalah bentuk nilai-nilai yang menjadi

dasar dibenarkan mengadakan perencanaan pembangunan pada

administrasi negara suatu negara.

Manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama,

berkelompok, karena manusia secara inhaerent menyadari dalam

dirinya terdapat berbagai keterbatasan kemampuan. Berbagai

keterbatasan tersebut tidak memungkinkan seseorang untuk memenuhi

semua kebutuhannya dengan memuaskan apabila bekerja sendiri-

sendiri, itulah diperlukan kerjasama dalam suatu tatanan

masyarakat. Pada masyarakat yang lebih kompleks dalam bentuk

negara maka pengaturan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan akibat

berbagai keterbatasan tersebut diatur oleh negara dan

pemerintahannya supaya terjadi keteraturan dan keharmonisan

masyarakat. Gerald F. Coiden membayangkan dunia ini merupakan

arena “binatang jalang” seandainya tidak ada hal-hal yang

bersifat publik, yang sebenarnya dimaksudkan untuk melindungi

keselamatan dan kenyamanan individu dari segala macam ancaman.

Pendapat Gerald F. Coiden ini sesuai dengan tujuan Negara Modern

saat ini bukan saja sebagai penjaga malam tetapi sekaligus

sebagai pembentuk negara kesejahteraan (making walfare state).

Pengaturan negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya

merupakan tugas dan kewajiban negara. Menurut R. Kranenburg yang

dikutip Mirriam Budihardjo dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik,

bahwa : “negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan

oleh sekelompok manusia yang disebut negara. ..... negara sebagai

organisasi kekuasaan itu karena manusia hidup dalam wadah negara

dan memerlukan negara karena kebutuhan manusia sangat

beranekaragam, cita-cita yang beranekaragam, dan kemampuan

manusia mempunyai keterbatasan, maka kekuasaan merupakan sarana

untuk memudahkan terwujudkan kehendak masyarakat atau negara”.

Pernyataan R. Kranenburg tersebut tugas negara secara

politis dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya dan untuk

merealisasikan diperlukan administrasi negara. Seperti

dikemukakan oleh Dimock & Dimock (Marshall Edward Dimock & dan

isterinya Gladys Ogden Dimock) dalam Ilmu Administrasi Negara

menyatakan bahwa administrasi negara juga merupakan bagian dari

ilmu politik yang mempelajari penentuan kebijaksanaan negara

dalam suatu proses yang dimulai dengan pemilihan dan berlangsung

melalui partai-partai politik, badan-badan perwakilan rakyat,

hingga pada badan administrasi sendiri. Seperti halnya dengan

ilmu politik, administrasi negara adalah suatu ilmu yang

mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemeintah dan

cara mereka memperolehnya.

Pendapat senada dikemukakan juga oleh Dwight Waldo dalam

bukunya Introduction to The Study of Public Administration bahwa politik yang

menetapkan tujuan dan administrasi yang merealisasikan

/melaksanakan tujuan tersebut.

Dari kedua pendapat tadi dapat disimpulakan bahwa negara

dalam perspektif politik berusaha meujudkan pemenuhan kebutuhan

masyarakat melalui perencanaan pembangunan dan administrasi

negara yang merealisasikan atau melaksanakannya.

Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Miftah Thoha dalam

buku Dimensi-dimensi Prima Administrasi Negara menyatakan bahwa :

“pilar fundamental dari administrasi negara adalah kebijakan

publik”. Seperti kita ketahui bahwa salah satu bentuk dari

kebijakan publik yang paling tertinggi di negara (RI) adalah GBHN

yang didalamnya terdapat Perencanaan Pembangunan.

Dari pendapat tersebut maka administrasi negara bukan saja

merealisasikan/melaksanakan tujuan negara tetapi juga berusaha

merumuskan apa-apa saja yang akan dicapai dalam menuju tujuan

negara tersebut melalui perencanaan pembangunan.

Maka segala bentuk kegiatan yang ditujukan untuk

kepentingan umum itulah yang menjadi cakupan Administrasi Negara.

Administrasi Negara amat erat hubungannya dengan soal pemberian

jasa dan barang yang bersifat publik.

Dalam hal Administrasi Negara berkaitan dengan pelaksanaan

hukum dan pemberian pelayanan umum. Ini merupakan fungsi dasar

yang harus dilaksanakan/dilakukan secara efektif, efesien, dan

selaras denagn cita rasa rakyat serta sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan rakyat, yang akhirnya kondisi tersebut tadi

Administrasi Negara merupakan “titik temu” antara hasrat dan

harapan rakyat dengan pemerintah.

Dengan demikian Administrasi Negara adalah suatu ilmu yang

mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemerintah dan

cara mereka memperolehnya. Sesuai dengan pendapat Dimock & Dimock

bahwa hal-hal yang mendapat perhatian utama dalam studi

Administrasi Negara adalah mengenai apa yang dilakukan pemerintah

dan bagaimana melakukannya.

Fungsi Administrasi Negara di negara-negara yang sedang

membangun sangat dominan, karena keberhasilan atau kegagalan

suatu program pembangunan dilimpahkan pada kemampuan sistem

Administrasi Negara yang ditetapkan Negara tersebut. Hal ini jika

dikaitkan dengan pendapat Leonardo D. White bahwa Administrasi

Negara terdiri dari semua operasi yang bertujuan untuk

melaksanakan Public Policy atau kebijaksanaan publik.

Kemampuan administrasi negara mencapai hasil maksimal

program pembangunan untuk memenuhi tuntutan masyarakatnya sangat

tergantung membuat dan merealisasikan kebijaksanaan umum (public

policy), yaitu ada 4 tahap :

1). Formulasi Kebijakan

Pelaksanaan dengan persoalan bagaimana masalah-masalah public

memperoleh perhatian para pembuat kebijakan, bagaimana asal-

usul kebijakan dirumuskan untuk menanggapi masalah-masalah

tertentu dipilih untuk dirumuskan/diformulasikan dari

tuntutan kebijakan (policy Demand) dengan keputusan kebijakan

(policy decision)

2). Implementasi Kebijakan

Yaitu aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan

suatu kebijakan secara efektif. Pelaksanaan aneka ragam

program yang dimaksudkan dalam kebijakan adalah aspek proses

kebijakan.

3). Evaluasi Kebijakan

Bertujuan untuk mengukur efektivitas dan dampak kebijakan

dengan alat-alat antara lain performance Budgeting (anggaran

disusun bedasarkan kegiatan), program budgeting (anggaran

disusun berdasarkan program) dan performance auditing.

4). Terminasi Kebijakan

Yaitu proses penyelesaian kebijakan pemerintah manakala

kebijakan mulai tiada. Ini saatnya langkah mengoreksi

kebijakan menyimpang atau tidak, berhasil atau tidak, dan

apakah perlu diambil kebijakan baru sebagai tindak lanjutnya.

Bagi bangsa yang sedang membangun kegiatan negara adalah

untuk menciptakan kemakmuran dan keadalian sosial bagi seluruh

rakyat, maka sarana untuk itu adalah tidak lain Administrasi

Negara. Tetapi Administrasi Negara disini bukan pengertian

administrasi negara sebagai alat atau sarana dalam pengertian

fisik – mati (hanya sebagai teknik, prosedur, dan mekanik)

melainkan sebagai alat atau sarana dalam pengertian organisme

yang dinamik. Maka disini studi Administrasi Negara di Negara

yang sedang membangun tidak saja menyajikan soal teknik dan

prosedur melainkan menunjukan bagaimana mengorganisasikan dan

mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah, sedang, dan akan

dilakukan untuk memakmurkan kehidupan masyarakatnya.

Pembangunan adalah seatu proses untuk mengubah suatu

kondisi untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik. Maka tentu

saja pembangunan akan mengakibatkan berbagai perubahan.

Administrasi negara mempunyai konsekuensi selain administrasi

negara harus menyelenggarakan pembangunan, juga administrasi

negara harus malakukan penyelesaian terhadap kasus-kasus atau

permasalahan yang timbul dalam proses pembangunan.

Konsekuesi ini mendorong studi administrasi negara untuk

meningkatkan kemampuannya dalam membuat determinasi public policy

yang lebih berdaya guna dan berhasil guna agar kegiatan

pemerintahan dapat diselenggarakan secara produktif, praktis, dan

menempuh cara-cara yang bijaksana.

Administrasi negara mengambil bagian aktif dalam

keseluruhan proses pemerintahan bukan hanya berkenaan dengan

proses kebijakan tetapi juga berkepentingan terhadap adanya korps

aparatur pemerintahan yang berkemampuan tinggi.

Peranan studi Administrasi Negara melekat dalam pentingnya

Administrasi Negara yaitu :

1. Peranan Administrasi Negara sebagai Stabilisator masyarakat.

2. Peranan Administrasi Negara dalam perubahan sosial

3. Peranan Administrasi Negara sebagai kunci masyarakat modern.

Pembangunan pasti akan menimbulkan akses akibat perubahan

yang kadang-kadang amat fundamental yaitu adanya nilai yang

hilang tetapi nilai yang baru belum ditemukan. Maka kewajiban

administrator publik menumbuhkan konformitas terhadap sistem

nilai dengan jalan :

1. Melestarikan nilai-nilai dasar yang telah menjadi konsensus

nasional.

2. Menegakan segala aturan dan ketentuan kepada setiap anggota

masyarakat.

3. Melakukan tindakan preventif terhadap kecenderungan untuk

melawan standar perilaku yang telah dilakukan.

BAB IIPENGERTIAN DASAR, TEORI DAN STRATEGIA. Berbagai Pengertian Dasar

1. Perencanaan (Umum) adalah suatu, tindakan dan kegiatan yang

rasional berdasarkan informasi, penilaian dan perhitungan-

perhitungan bagi sumber-sumber yang tersedia dan membutuhkan

adanya kewenangan (kompetensi) agar tercapainya tujuan dan

sasaran yang diinginkan (organisasi secara ekonomis,

produktif, efektif dan effisien.

2. Perencanaan Pembangunan adalah suatu usaha, tindakan dan

kegiatan yang rasional berdasarkan informasi, penilaian dan

perhitungan-perhitungan bagi sumber-sumber yang tersedia dan

membutuhkan dana kewenangan (kompetensi), sehingga terwujudnya

perubahan-perubahan yang mendukung berbagai aspek kehidupan

dan penghidupan masyarakat sesuai dengan tujuannya

(pembangunan).

3. Perencanaan strategis menurut John M. Bryson & Miftahudin

adalah sekumpulan konsep, prosedur dan alat-alat (sumber-

sumber yang tersedia) sebagai upaya yang konkrit dan disiplin

untuk membuat satu keputusan dan tindakan dalam melaksanakan

perencanaan yang efektif dan effisien

4. Visi menurut R.A. Supriyono adalah pandangan atau wawasan luas

manajemen mengenai kondisi (lingkup, skala dan ukuran) yang

ingin dicapai oleh organisasi di masa depan.

5. Misi menurut R.A. Supriyono adalah pernyataan pokok mengenai

alasan eksistensi organisasi dan peta umum arah dan pola

organisasi di masa depan. Misi menentukan : (1) bagaimana

kehendak organisasi berinteraksi dengan lingkungannya, dan (2)

bagaimana kehendak organisasi untuk mencapai visi tertentu.

6. Proses menurut J.F. Stoner adalah suatu cara untuk

melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan : Rasional;

Transparan; Akurat; dan Tepat = Hasil.

7. Sistem menurut Bintoro Tjokroamidjojo adalah suatu hal yang

menyeluruh atau suatu totalitas yang terpadu dan saling

berhubungan, saling terkait, saling interaksi dan saling

ketergantungan satu dengan lainnya.

8. Mekanisme adalah struktur bagi gerakan atau proses dari unsur-

unsur yang saling kait-mengkait dan tunjang-menunjang dan

atau mengisi secara terpadu untuk mencapai tujuan dan

sasaran.

9. Prosedur adalah :

a. suatu pola dalam melaksanakan fungsi dan tugas dengan

efektif dan effisien

b. suatu urutan kerja tahap-pertahap agar pelaksanaannya

dapat berjalan secara efektif dan effisien.

10. Strategi adalah suatu pendekatan secara umum dalam memecahkan

masalah berorganisasi.

11. Tata kerja adalah suatu urutan cara-cara melaksanakan

pekerjaan dengan mempertimbangkan fasilitas yang tersedia.

12. Paradigma menurut Golossory adalah cara pandang yang

fundamental yang melandasi nilai-nilai tertentu dan

berisikan teori, konsep, metodologi dan cara pendekatan yang

dapat dipergunakan para teoritis dan praktisi dalam

menanggapi permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu

maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan

hidup dan kehidupan kemanusiaan.

13. Komitmen adalah dukungan yang merupakan partisipasi aktif

(dari pejabat/pimpinan) dan keterlibatannya langsung dalam

penyediaan dana, fasilitas dan memberikan penghargaan serta

bertanggung jawab positif.

14. Prinsip/azas adsalah suatu poernyataan yang fundamental atau

kebenaran umum yang merupakan pedoman untuk berpikir dan

bertindak guna tercapainya tujuan dan sasaran dengan efektif

dan effisien.

15. Prinsip/azas manajemen menurut Bintoro Tjokroamidjojo :

a. Rasionalitas

b. Ekonomis

c. Produktif

d. Efektif

e. effisien

16. Prinsip/azas organisasi menurut Chester Bernard :

a. Pembagian tugas yang jelas

b. Pendelegasian wewenang

c. Pengawasan yang ketat (span of control)

d. Sentralisasi dan desentralisasi

e. Kesatuan perintah (Unity of Commond)

17. Dedikasi adalah pengabdian berlandaskan Imtaq dan Iptek bagi

kemajuan organisasi, masyarakat, bangsa dan negara

18. Partisipasi adalah kebersamaan dan keterbukaan dalam

melaksanakan tugas dengan tetap memenuhi kewajiban dan

tanggung jawab masing-masing.

19. Prestasi adalah meningkatnya effisiensi dan kinerja

organisasi berdasarkan/berlandaskan kompetensi dan

penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang terus

dikembangkan.

20. Akuntabilitas adalah hasil kerja yang dapat

dipertanggungjawabkan, baik dari segi kualitas maupun norma-

norma hukum.

21. Unsur-unsur manajemen menurut G.R. Terry :

A. ORANG/PEGAWAI

B. UANG/DANA

C. BAHAN-BAHAN

D. MESIN-MESIN

E. METODE

F. PASAR/HUMAS

(6 M)

22. Fungsi-fungsi manajemen menurut G.R. Terry :

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Penggerakan

d. Pengawasan

23. Faktor-faktor Kepemimpinan menurut BP.7 Pusat Tahun 1978 :

a. Peranan : Sangat Strategis

b. Unsur : Keteladanan

c. Aspek : Konsisten dan Konsekuen

d. Semangat : Kekeluargaan

e. Sikap : Sebagai Pengasuh

Sebagai Pendorong

Sebagai Penuntun

Sebagai Pembimbing

24. Sistem Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)/Pengawasan

Melekat (Waskat) :

a. Komparatif : Laporan-laporan

b. Verifikatif : Prosedur

c. Inspektif : Pengecekan langsung

d. Investigatif : Penyidikan

25. S W O T :

a. Strengh : Kekuatan

b. Weaknes : Kelemahan

c. Opportunity : Peluang/Kesempatan

d. Threat : Ancaman/Tantangan

B. Pengertian Tentang Teori Dan Strategi

Teori adalah ciri utama setiap ilmu, jika sesuatu tidak memiliki teori tersendiri berarti tidak layak menyatakan sebagai ilmu.

Teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena tertentu secara rasional.

Munculnya teori : Masalah Identifikasi masalah Postulat Hipotesis Riset Analisis Klonklusi/asumsi Teori.

Teori selalu berkaitan dengan hukum dan prinsip. Hukum adalah pernyataan yang menyatakan hubungan sebab akibat antara 2 variabel atau lebih. Prinsip adalah yang berlaku secara umum bagisekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadianyang terjadi.

Strategi pengertiannya dapat dilihat didalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, bahwa strategi adalah :

1. ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa (-bangsa)

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai;

2. ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di

perang, dikondisi yang menguntungkan, ...;

3. rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus;

4. ... strategi nasional : seni dan ilmu mengembangkan dan

menggunakan berbagai kekuatan nasional, baik di masa damai

maupun di masa perang, untuk mendukung pencapaian tujuan yang

ditetapkan oleh politik nasional.

Menurut Christensen yang dikutip oleh R.A. Supriyono dalam

buku Manajemen Strategi Dan Kebijakan Bisnis menyatakan bahwa :

“pengertian strategi dapat ditinjau dari segi militer, politik,

ekonomi dan perusahaan. Dari segi militer, strategi adalah

penempatan satuan-satuan atau kekuatan-kekuatan tentara di medan

perang untuk mengalahkan musuh. Dari segi politik, strategi

adalah penggunaan sumber-sumber nasional untuk mencapai tujuan

nasional. Dari segi ekonomi, strategi adalah alokasi sumber-

sumber yang sifatnya jarang atau terbatas”(1998 : 7).

Selanjutnya Christensen menyatakan bahwa : “Strategi adalah

pola-pola berbagai tujuan serta kebijaksanaan dasar dan rencana-

rencana untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan sedemikian

rupa sehingga jelas usaha apa yang sedang dan akan dilaksanakan

oleh perusahaan,, demikian juga sifat perusahaan abik sekarang

maupun di masa yang akan datang”(1998 : 7).

Sedangkan pengertian strategi dapat dilihat dari pendapat

Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi

Komunikasi” menyatakan bahwa : “.... strategi komunikasi

merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication

planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai

suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi

harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis

harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa

berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”. (1981

: 84).

Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi

Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi

adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang

akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi

komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang

dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa

depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi

ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi

secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak

dengan mudah dan cepat. (1984 :10)

B. Hubungan Dan Relevansi Teori dengan Strategi Pembangunan

Dalam hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus

didukung dengan teori. Begitu juga pada strategi pembangunan

harus didukung dengan teori, dengan teori merupakan pengetahuan

mendasar pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori

merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari

beberapa statement yang menghubungkan (mengkorelasikan) suatu

statement yang satu dengan statement lainnya.

Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-

tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata “program” dalam

definisi tersebut menyangkut suatu peranan aktif, sadar dan

rasional yang dimainkan oleh pimpinan dalam perumusan strategi

organisasi. Strategi memberikan pengarahan terpadu bagi

organisasi dan berbagai tujuan organisasi, dan memberikan

pedoman pamanfaatan sumber-sumber daya organisasi yang digunakan

untuk perencanaan dan pencapaian tujuan.

Strategi dapat juga didefinisikan sebagai pola tanggapan

organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Definisi ini

mengandung arti bahwa setiap organisasi (termasuk organisasi

negara/pemerintahan) selalu mempunyai strategi. Walau kadang

tidak pernah secara eksplisit dirumuskan. Strategi dapat

menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber lainnya

dengan tantangan dan rasio yang harus dihadapi dari lingkungan

di luar organisasi.

Salah satu hal yang penting dalam rangka hubungan

perkembangan ilmu (termasuk di dalamnya terdapat berbagai teori)

dan teknologi (termasuk berbagai strategi) dengan pembangunan

adalah bagaimana caranya ilmu (teori) dan teknologi (strategi)

dapat merupakan sumber yang penting dalam proses perumusan

kebijakan dan perumusan perencanaan serta pelaksanaan

pembangunan. Dengan demikian kebijakan pemerintah/negara memberi

perhatian terhadap prospek masa depan berdasarkan perkembangan

ilmu dan teknologi. Perumusan kebijakan (perencanaan) demikian

didasarkan juga atas sumbangan dari disiplin ilmu. Kecuali itu

perkembangan dalam dunia ilmu dan teknologi, dengan lengkapnya

berbagai teori dan berbagai teknik/strategi, juga dapat

mempengaruhi kualitas administrasi negara suatu negara tertentu.

Antara lain berbagai teknik-teknik dan pendekatan manajemen yang

maju dapat dipergunakan dalam pelaksanaan administrasi negara.

Bahkan berbagai peralatan-peralatan baru dapat meningkatkan

efektivitas dan effisiensi administrasi negara. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Public

Administration in the Second United Nations Development Decade : “Developing

countries need to give more attention to the management of scientifi and technological

institutions as well as to the application of science and technology to public

administration”.

Dari pernyataan tersebut di atas maka apabila perkembangan

administrasi negara makin maju berkat perkembangan ilmu dan

teknologi, maka administrasi negara dapat membuat dan merumuskan

perencanaan pembangunan yang paling tepat untuk dilaksanakan dan

pelaksanaannya dapat tercapai dengan efektif dan effisien.

Peranan strategi menjadi semakin penting akhir-akhir ini.

Para pimpinan menyadari bahwa perumusan tujuan dan strategi

organisasi yang baik dan jelas dapat memberikan arah dan pedoman

bagi organisasinya, termasuk dalam kontek organisasi negara.

Sebagai hasilnya, organisasi berfungsi lebih baik dan jelas,

sehingga memungkinkan pimpinan untuk merumuskan perencanaan

pembangunan, rencana-rencana dan kegiatan-kegiatan yang memberi

arah pencapaian tujuan.

Disamping itu, perkembangan lingkungan terjadi sangat pesat

yang menambah pentingnya strategi, yaitu :

(1) Kenaikan tingkat perubahan teknologi;

(2) pertumbuhan kompleksitas pekerjaan manajerial;

(3) peningkatan kompleksitas lingkungan eksternal; dan

(4) semakin panjangnya tenggang waktu antara keputusan-keputusan

sekarang dan hasil-hasil di waktu yang akan datang.

Kebaikan utama perencanaan strategi adalah dalam

memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan

organisasi. Dengan mempergunakan perencanaan strategi, para

manajer akan memberikan kepada organisasi tujuan-tujuan tersebut.

Jadi, organisasi mempunyai sasaran dan pengarahan yang jelas.

Disamping itu proses perncanaan strategi, membantu manajer

mengantisipasi masalah-masalah sebelum timbul dan menanganinya

sebelum terjadi lebih berat.

Kebaikan penting perencanaan strategi lainnya membantu para

manajer dalam pembuatan keputusan. Analisa hati-hati dari

perencanaan strategi memberikan kepada para manajer lebih banyak

informasi yang mereka perlukan untuk membuat keputusan-keputusan

yang baik.

BAB III

PENGERTIAN PERENCANAANA. Arti Perencanaan Sebagai Proses, Metode, Dan Sistem

Menurut Henry Mintzberg dalam buku “The Rise and Fall of Strategic

Planning” menyatakan bahwa planning :

(1) ... is the future thinking

(2) ... is controlling the future

(3) ... is decision making

(4) ... is a formalized procedure to produce an articulate results, in the

form of an integrated system of decisions

Perencanaan adalah kegiatan yang mengupayakan dan menyepakati

hari depan yang diinginkan dalam keterkaitan dengan kelaikan,

kemungkinan dan kebolehjadian pencapaiannya (Perencanaan selalu

menyangkut keadaan sekarang yang akan diubah, menjadi keadaan

yang diinginkan).

Kelaikan (= feasibility) terutama dipengaruhi oleh sumberdaya yang

dapat disediakan.

Kemungkinan (= possibility) terutama dipengaruhi oleh kemampuan

manajerial.

Kebolehjadian (= probability) terutama dipengaruhi oleh unsur-

unsur lingkungan eksternal yang pada ummnya jangkauan

manajemen organisasi.

Mendiang PM India Jawaharlal Nehru yang dikutip Michael P.

Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga (Jilid 2)

menyatakan bahwa : “Perencanaan itu merupakan latihan inteligensi

untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan situasi menurut apa

adanya, dan mencari jalan untuk mengatasi problema-problemanya”

(1983 : 163)

Prajudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa : Perencanaan adalah

perhitungan dan penentuan daripada apa yang akan dijalankan

didalam rangka mencapai rangka mencapai suatu prapta (objective)

yang tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana tata

caranya.

Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa : Perencanaan merupakan

suatu tindakan, akan tetapi perencanaan sebagai suatu proses

karena perencanaan adalah suatu tindakan pilihan yang terbaik

atau menguntungkan dari berbagai pilihan atau alternatif dalam

usaha mencapai tujuan dan sasaran.

G.R. Terry menyatakan bahwa : Perencanaan adalah tindakan

pemilihan fakta dan usaha serta perbuatan dan pebggunaan asumsi-

asumsi mengenai masa yang kan datang. Dalam hal ini menggambarkan

serta menstimulir kegiatan-kegiatan yang diusulkan yang dianggap

perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan

mempunyai pengertian :

a) Dalam arti seluas-luasnya, tidak lain adalah proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

b) Proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan dan penentuan

aparat pelaksana kegiatan untuk tujuan tertentu.

c) Usaha yang diorganisir berdasarkan perhitungan-perhitungan

untuk memajukan perkembangan tertentu.

Perencanaan sebagai pedoman dalam upaya kita mencapai

proses apa-apa yang akan diinginkan sebagaimana dikemukakan

Mendiang Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln yang dikutip

Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ejonomi Di Dunia Ketiga

(Jilid 2) menyatakan bahwa : “Seandainya kita sudah mengetahui

lebih dahulu di mana kita berada, dan apa yang akan kita tuju,

maka kita akan mendapatkan kesimpulan yang lebih baik, tentang

apa yang harus kita lakukan, dan bagaimana cara melakukannya”

(1983 : 183).

Proses menurut J.F. Stoner adalah suatu cara untuk

melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan secara : rasiona;

transparan; akurat; dan tepat sehingga mendapatkan hasil.

Perencanaan ditinjau dari sudut proses, yaitu proses yang

berkesinambungan dari segala kegiatan untuk mencapai tujuan,

dimulai dari proses pemikiran, penentuan, tujuan sampai

pelaksaaan kerja sehingga tujuan tercapai.

Proses perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui 3 pendekatan (3 Approach terhadap planning) :

A. Mengetahui sifat-sifat/cirri-ciri suatu perencanaan.

Perencanaan yang baik ada 10 ciri :

1. Harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Artinya dengan perencanaan itu tujuan akan mudah

dicapai, bukan malah mempersulit pencapaiannya.

2. Harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memehami

tujuan organisasi.

3. Harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh

mendalami teknik-teknik perencanaan.

4. Harus disertai oleh suatu perincian yang teliti.

5. tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksanaan

6. Rencana harus sederhana, artinya susunan rencana itu

sistematis, bahasa yang mudah dipahami dan ada prioritas

yang jelas.

7. Rencana harus luwes, yaitu walau pola dasar rencana itu

permanen tapi harus ada kemungkinan perubahan penyesuaian

terhadap suatu kondisi tertentu.

8. Di dalam rencana harus terdapat tempat pengambilan resiko.

9. Rencana harus bersifat praktis/pragmatis, yaitu harus dapat

tercapai (attainable).

10. Rencana harus merupakan “forecasting” (peramalan atas keadaan

yang mungkin dihadapi).

B. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian yang

harus dijawab dengan memuaskan :

1. What, apa kegiatan-kegiatan yang harus dijalankan dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Where, dimana kegiatan-kegiatan tertentu hendak dijalankan

3. When, Kapan rencana itu dilaksanakan

4. How, bagaimana cara melaksankan kegiatan-kegiatan ke arah

tercapainya tujuan

5. Who, Siapa hal ini menyangkut pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab.

6. Why, mengapa, secara filosofis mendahului pertanyaan ke- 5

sebelumnya. Hal ini berarti menyangkut kriteria akan

kapabilitas orang yang akan diberikan tugas dan tanggung

jawab dalam melaksanakan rencana tersebut.

C. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus

dipecahkan dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah (scientific

techniques of problem-solving), meliputi 7 langkah :

1. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi. (Know the

nature of the problem).

2. Mengumpulkan data (collect data)

3. Penganalisaan data ( analysis of the data)

4. Penentuan bebrapa alternatif (determination of several alternative)

5. Memilih cara yang kelihatannya terbaik (selection of the

seeminingly best wal from among alternatives)

6. Palaksanaan (Execution)

7. Penilaian hasil yang dicapai (evaluation of result)

B. Berbagai Fungsi Dan Jenis Perencanaan

Perencanaan yang didalam operasionalnya dikelompokkan menjadi 4, yaitu :

1) Perencanaan fisik ( Physical planning ), yaitu yang berhubungan

dengan sifat-sifat serta pengaturan gedung-gedung, alat-alat,

sarana (material) dan fasilitas yang lazimnya disebut

perencanaan fisik

2) Perencanaan fungsional ( Fungsional planning ), yaitu yang

berhubungan dengan fungsi tertentu dan atau fungsi-fungsi yang

terbatas jumnlahnya, contoh : Perencanaan Pegawai

3) Perencanaan secara luas ( Comprehensive planning ), yaitu yang

berhubungan dengan perencanaan yang menyeluruh dalam arti

intern dan ekstern dari berbagai kegiatan organisasi,

perencanaan ini mengintegrasikan dari beberapa kegiatan

organisasi, contohnya : Perencanaan Pemulihan Wilayah Aceh

Pasca Tsunami

4) Perencanaan yang dikombinasikan (General combination planning ),

yaitu perencanaan yang meliputi berbagai aspek kegiatan tugas

pokok dan fungsi (Tupoksi) yang ada pada unit kerja dalam

sesuatu organisasi yang mempunyai tujuan sama, dan demikian

juga halnya dengan antar instansi/organisasi. Contoh :

Perencanaan Bidang Pendidikan

Perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,

berkesinambungan, dan kreatif, agar manajemen tidak hanya akan

bereaksi terhadap lingkungannya, tetapi lebih menjadi peserta

aktif dalam memanfaatkan lingkungannya.

Ada dua alasan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai :

(1) “Protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinanterjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan; dan

(2) “Positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian

tujuan organisasi.

Perencanaan mempunyai banyak manfaat, diantaranya :

1) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan lingkungan;

2) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah

utama;

3) memungkinkan pimpinan memahami keseluruhan gambaran operasi

lebih jelas; dan meminimkan pekerjaan yang tidak pasti;

4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;

5) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;

6) memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian

organisasi;

7) menghemat waktu, usaha, dan dana.

BAB IVKONSEPSI PEMBANGUNAN ( ARTI DAN MODEL )

A. Pendefinisian Pembangunan

Istilah yang netral digunakan untuk pembangunan menurut M.

Faisal Khan adalah :

Modernisasi

Perubahan

Pemupukan Modal

Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan Pengetahuan Dan Teknologi

Industrialisasi

Perubahan Sosial Yang Teratur

Pembangunan Bangsa

Penyempurnaan Kesejahteraan Umum

Demokratisasi

Inovasi Dan Swakarya

Pembangunan disefinisikan sebagai pertumbuhan dari suatu yang lebih rendah menuju keadaan yang lebih tinggi atau lebih maju.

Pembangunan juga berarti kemajuan yang berjalan setahap

demi setahap dan lambat laun menuju pada kematangan yang dapat

diartikan sebagai proses tanpa berhenti ( never ending proces ).

Sedangkan Pembangunan Nasional pada dasarnya mempunyai 5 pengertian, yaitu :

1. Kesejahteraan ekonomi, baik makmur maupun keadilan;

2. Modernisasi, proses kearah masyarakat maju;

3. Pembangunan bangsa, proses pengembangan masyarakat primodial

dengan pelaksanaan Wawasan Nusantara;

4. Wawasan lingkungan dalam arti memecahkan masalah lingkungan

antara lain : Kebodohan dan kemiskinan;

5. Pembangunan manusia dalam hal ini kualitas sumber daya

manusia.

B. Berbagai Pemahaman Tentang Konsep Pembangunan

Konsep pembangunan pada awalnya tidak akan terlepas dari

berbagai teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para

ahli, diantaranya :

1) Teori Pembangunan Adam Smith, dikenal dengan ‘Teori Hukum

Alam’ yang meyakini berlakunya doktrin ‘hukum alam’ dalam

persoalan ekonomi maka wajar kalau ia menganjurkan kebijakan

‘pasar bebas’ dalam ekonomi. Kekuatan yang tidak terlihat,

yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme

menuju keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk

memaksimumkan kesejahteraan nasional.

2) Teori Ricardian. David Richardo membangun teorinya tentang

saling hubungan antara tiga kelompok dalam perekonomian, yaitu

tuan tanah, kapitalis, dan buruh. Keseluruhan pendapatan

nasional dibagi-bagikan kepada tiga kelompok tersebut masing-

masing sebagai uang sewa, keuntungan, dan upah.

3) Teori Malthus. Thomas Robert Malthus tidak menganggap proses

pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya, memerlukan

berbagai usaha yang konsisten di fihak rakyat. Jadi proses

pembangunan adalah suatu proses naik-turunnya aktivitas

ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya aktivitas

ekonomi.

4) Teori Mill. John Stuart Mill menganggap pembangunan ekonomi

sebagai fungsi dari tanah, tenaga kerja, dan modal.

Peningkatan kesejahteraan hanya mungkin bila tanah dan modal

mampu meningkatkan produksi lebih capat dibanding angkatan

kerja.

5) Teori Marxis. Karl Marx menyumbang kepada teori pembangunan

ekonomi dalam tiga hal, yaitu : dalam arti luas memberikan

tafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam art sempit merinci

kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis, dan terakhir

menawarkan jalan alternatif tentang pembangunan ekonomi

terencana. Dalam penafsiran sejarah bahwa semua peristiwa

sejarah adalah hasil perjuangan ekonomi yang terus menerus di

antara berbagai kelas dan kelompok dalam masyarakat. Dalam

perkembangan kapitalis, karena produksi tunduk pada perubahan

maka bila kekuatan produksi bertentangan dengan struktur kelas

masyarakat akan terjadi ‘revolusi sosial’.

6) Teori Schumpeter. Joseph Alois Schumpeter menyatakan bahwa

pembangunan adalah perubahan yang spontan dan terputus-putus

pada saluran sirkuler (dari produksi barang, penawaran,

permintaan, laba, tabungan, dan bunga).

7) Teori Keynes, hanya ditujukan pada negara kapitalis maju.

8) Teori Rostow, membedakan adanya lima tahap pertumbuhan

ekonomi, yaitu :

(1) masyarakat tradisional;

(2) prasyarat untuk tinggal landas;

(3) tinggal landas;

(4) dewasa / maturity; dan

(5) masa konsumsi massal.

9) Teori Lewis. W. Arthur Lewis membangun teori sistematis

‘Pembangunan ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak

terbatas’. Pada negara berkembang tersedia buruh melimpah

dengan upah sekedar cukup untuk hidup (subsisten). Pembangunan

ekonomi berlangsung apabila modal terakumulasi sebagai

akibat peralihan buruh surplus dar sektor ‘subsisten’ ke

sektor ‘kapitalis’.

10) Teori Leibenstein. Harvey Leibenstein mengajukan tesis bahwa

negara terbelakang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan

yang membuat tetap berada di sekitar tingkat keseimbangan

pendapatan per kapita yang rendah. Jalan keluarnya adalah

‘upaya minimum kritis’ tertentu yang akan menaikkan

perdapatan per kapita pada tingkat dimana pembangunan yang

berkesinambungan dipertahankan.

11) Teori ‘Dorongan Kuat’ (Big Push Theory). Paul N. Rosenstein-

Rodan mengemukakan bahwa untuk menanggulangi hambatan

pembangunan ekonomi negara terbelakang dan untuk mendorong

ekonomi tersebut ke arah kemajuan diperlukan suatu ‘dorongan

kuat’ atau suatu program besar menyeluruh dalam bentuk suatu

jumlah minimum investasi.

12) Teori Myrdall. Gunnar Myrdall berpendapat bahwa pembangunan

ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler

yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak dan

mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin

terhambat. dampak balik (backwash effects) cenderung membesar

dan dampak sebar (spread effects) cenderung mengecil. Secara

kumulatif kecenderungan ini semakin memperbudak ketimpangan

internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di antara

negara-negara terbelakang (masih menghadapi ‘lingkaran setan

kemiskinan’).

Konsep pembangunan di Negara Republik Indonesia menerapkan

berbagai teori-teori pembangunan yang sudah berhasil diterpakan

di negara lain dengan disesuaikan dengan keadaan sosial budaya

masyarakat Indonesia.

Adapun azas dalam pembangunan nasional di Indonesia,

meliputi

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Manfaat

3. Demokrasi

4. Adil dan makmur

5. Keseimbangan

6. Hukum

7. Kemandirian

8. Kejuangan

9. Iptek

Menurut Imam Nazeni konsep pembangunan ibarat proses

komputer yang harus ada perangkatnya, yaitu :

a) Perangkat Keras :

1. Tenaga kerja/pegawai

2. Dana/keuangan

3. Material/peralatan

4. Basis usaha/organisasi

5. Waktu

b) Perangkat Lunak :

1. Kecerdasan/ilmu

2. Keahlian/keterampilan

3. Peraturan-peraturan

4. Teknologi

5. Informasi

6. Nilai-nilai kepribadian/moral.

Berkaitan dengan konsep pembangunan adalah konsep mengenai kemajuan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan suatu negara. Istilah yang diusung untuk negara-negara yang sedang membangun oleh Gunar Myrdall disebut negara kurang berkembang/tidak berkembang (underdeveloped). Meier, Baldwin, & Barbara Ward menggunakan istilah ‘negara miskin’. Sedang Ny. Hicks lebih senang menggunakan istilah yang lebih terhormat dengan ‘negara sedang berkembang (the developing countries)’. Sekarang sering muncul istilah baru ‘dunia ketiga’.

Adapun kriteria untuk negara-negara sedang berkembang menurut Simon Kuznets yang dikutip M.L. Jhingan dalam buku Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, yaitu :

- Pertama, berarti kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yangada atau suatu kegagalan yang bersumber pada perlawanan lembaga-lembaga sosial.

- Kedua, berarti keterbelakangan dalam kinerja (performance) ekonomi dibandingkan dengan beberapa negara terkemuka pada masanya.

- Ketiga, berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti kegagalan untuk menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda yang memuaskan sebagian terbesar penduduk.

Selanjutnya M.L. Jhingan sendiri dalam buku Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan telah mengemukakan kriteria negara terbelakang sebagai berikut :

1) nisbah (rasio) penduduk terhadap wilayah tanah

2) perbandingan output industri terhadap keseluruhan output.

3) rasio yang rendah antara modal terhadap populasi per kapala

4) memiliki sumber alam yang belum tergali

5) rendahnya pendapatan per kapita

Kriteria yang terakhir (ke-5) inilah yang banyak diterima dan digunakan para ahli lainnya.

Konsep pembangunan yang dikembangkan pada masa sekarang

adalah agar negara/pemerintah memberikan pelayanan pada

masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Ryaas Rasyid (2002 :171)

menyatakan bahwa dalam rangka membangunan kembali citra

pemerintahan sebagai pelayanan yang adil, maka kita kembali

menggunakan paradigma pelayanan dan pemberdayaan. Bila dikaji

lebih mendalam bahwa pendapat ini tidak menghilangkan peran

pemerintah sebagai “agent Pembangunan” atau dikatakan bahwa

pemerintah sudah tidak lagi memiliki komitment pembangunan,

tetapi mendudukkan tugas pembangunan itu diatas landasan nilai

pelayanan. Artinya bahwa tidak ada lagi kebijakan pembangunan

yang mengandung nilai ketidakadilan dan yang bersifat mematikan

kreativitas masyarakat. Kebijakan semacam itu jelas bertentangan

dengan komitmen pelayanan dan pemberdayaan.

C. Model-model Pembangunan Dan Pergeserannya

Model-model pembangunan yang berkembang dalan teori perencanaan pembangunan muncul dari model pembangunan ekonomi, diantaranya :

1) Model Harrod-Domar, mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan

mantap (steady growth) dalam perekonomian. Peranan kuncinya pada

investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Watak ganda

dari investasi, pertama menciptakan pendapatan (dampak

permintaan), dan kedua memperbesar kapasitas produksi

perekonomian negara melalui stok modal (dampak penawaran).

Selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan

output akan senantiasa membesar dan tingkat pertumbuhan

pendapatan yang diperlukan (disebut “tingkat pertumbuhan

terjamin (warranted rate of grouth) atau tingkat pertumbuhan

penuh”) dapat terus berlangsung.

2) Model Distribusi Menurut Kaldor, merupakan suatu usaha untuk

menjadikan rasio tabungan-modal sebagai suatu variabel di

dalam proses pertumbuhan. Didasarkan pada “fungsi tabungan

klasik” bahwa tabungan (S=saving) adalah sama dengan rasio

antara keuntungan (P=profit) dan pendapatan nasional (Y=Income

nasional) ► S=P/Y

3) Model Akumulasi Modal Joan Robinson, model pertumbuhan ekonomi

yang sederhana berdasarkan ‘aturan main kapasitas’. Dalam

model ini “tidak begitu banyak keterkaitan dengan pergeseran

ekuilibirium dalam perekonomian kapitalis, tetapi ditambah

dengan pengkajian sifat-sifat pertumbuhan ekuilibirium (antara

pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi, akumulasi modal dan

faktor-faktor kelembagaan)”.

4) Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Meade, model pertumbuhan

eko0nomi neo-klasik yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana

bentuk paling sderhana dari sistem ekonomi akan berperilaku

selama proses pertumbuhan ekuilibirium. Di dalam perekonomian

sebagai output bersih diproduksi tergantung pada empat faktor :

(1) Stok modal netto yang tersedia dalam bentuk mesin; (2)

Jumlah tenaga buruh yang tersedia; (3) Tanah dan sumber alam

yang tersedia; dan (4) Keadaan pengetahuan teknik yang terus

membaik sepanjang waktu.

5) Model Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang Solow, bahwa dengan

koefisien teknik yang bersifat variabel, rasio modal-buruh

akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu,

ke arah rasio keseimbangan

6) Model Perubahan Teknikal. Menurut Hicks suatu penemuan

dikatakan netral apbila penemuan itu meningkatkan

produktivitas buruh dan modal dalam proporsi yang sama.

Perubahan teknikal dianggap netral jika rasio produk marginal

modal terhadap produk marginal buruh tetap tidak berubah pada

rasio modal-buruh yang konstan.

7) Model Pertumbuhan Mantap. Konsep pertumbuhan mantap (steady-state

growth) adalah pasangan dari ekuilibirium jangka panjang. Semua

variabel seperti output : penduduk, stok modal, tabungan,

investasi, dan kemajuan teknologi masing-masing tumbuh secara

konstan atau pada laju yang lurus secara eksponensial.

Selanjutnya Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan

Ekonomi Di Dunia Ketiga telah mengutip publikasi tahun 1951 dari

United Nation Departement of Economic Affairs (Departemen Urusan Ekonomi

Perserikatan Bangsa-bangsa) membedakan empat jenis perencanaan,

yang masing-masing telah dipergunakan dalam bentuk yang sama atau

berlainan oleh hampir semua negara sedang berkembang :

Pertama ... perencanaan yang hanya menyangkut penyusunan

program perbelanjaan pemerintah yang berlaku untuk masa/jangka

waktu satu tahun sampai sepuluh tahun.

Kedua, perencanaan yang kadang-kadang hanya mengenai

pelaksanaan target produksi, apakah bagi perusahaan-perusahaan

swasta, ataukah bagi perusahaan-pertusahaan pemerintah, dengan

dasar-dasar masukan/input tenaga kerja, modal atau sumber-

sumber lain yang langka, atau penggunaan/pemakaian dengan

dasar luaran/output.

Ketiga, perencanaan yang bisa dipakai untuk menjelaskan

keterangan pelaksanaan target-target ekonomi secara

keseluruhan, menentukan alokasi semua sumber yang langka

diantara berbagai cabang ekonomi.

Keempat, perencanaan yang kadang-kadang dipergunakan untuk

menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

yang mencoba memaksa perusahaan-perusahaan swasta untuk

mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB VPERENCANAAN EKONOMI KE PERENCANAAN PEMBANGUNANA. Alasan-alasan Terjadinya Perubahan Dari Perencanaan Ekonomi Ke

Perencanaan Pembangunan

Semenjak negara Republik Indonesia dibentuk dan merdeka

serta mendapat pengakuan internasional, maka upaya untuk

mensejahterakan rakyat Indonesia itu pemerintah melakukan upaya-

upaya pembangunan dengan titik berat (fokusnya) pada pembangunan

ekonomi. Perekonomian yang maju dianggap sebagai tolak ukur untuk

kemajuan suatu bangsa/negara. Hal ini dipengaruhi juga dengan

keadaan masyarakat internasional, terutama negara-negara yang

baru merdeka (sedang berkembang) sama-sama mengadakan pembangunan

ekonomi.

Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia

Ketiga menyatakan bahwa : “Perencanaan ekonomi bisa diartikan

dengan suatu usaha pemerintah yang sungguh-sungguh untuk

mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang

dan untuk mempengaruhi secara langsung dan dalam beberapa hal,

bahkan mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabel ekonomi

yang penting dari suatu negara (penghasilan, konsumsi, lapangan

kerja, investasi, tabungan eksport, import dan lain-lain) dalam

rangka usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan”. (1983 :

165).

Pada pelaksanaannya pembangunan yang menitikberatkan bidang

ekonomi belum berhasil memajukan perkembangan masyarakat mencapai

kesejahteraan. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi dipengaruhi

oleh banyak variabel. Diantaranya variabel ‘endogen’ yang artinya

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.

Misalnya kurs nilai mata uang, kondisi politik, keamanan,

industri dan sebagainya. Sedangkan variabel ‘eksogen’ yang

artinya mempengaruhi variabel endogen, misalnya kestabilan

politik, kestabilan nilai tukar mata uang, industri-industri

produksinya stabil,import dan eksport berjalan dengan lancar,

keamanan mantap dan sebagainya. Hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh kemauan dan kestabilan politik serta kemauan untuk

berkorban. Variabel yang dapat dipakai oleh perencana dan

pengambil keputusan disebut ‘policy instrument’ atau ‘ policy variabels’.

Pada pengalaman upaya pembangunan ekonomi di negara-negara

yang sedang berkembang yang banyak mengalami kegagalan

dikarenakan menemui hambatan-hambatan berikut :

A) Adanya ciri-ciri negara yang terbelakang, sepereti telah

diuraikan dimuka.

B) Lingkaran setan kemiskinan. Menurut R. Nurkse bahwa lingkaran

setan pada pokoknya berasal dari fakta behwa produktivitas

total di negara terbelakang sangat rendah sebagai akibat

kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan

keterbelakangan perekonomian. Lingkaran tersebut dapat

dijelaskan pada gambar berikut : Produktivitas rendah

►Pendapatan rendah ► Permintaan rendah ► Tabungan rendah ►

Investasi rendah ► Kurang modal ► Produktivitas rendah.

C) Tingkat pembentukan modal yang rendah

D) Hanbatan sosio-budaya, yaitu kebanyakan negara-negara

berkembang memiliki lembaga sosial dan sikp hidup yang tidak

menunjang pembangunan ekonomi.

E) Effek dari globalisasi menjadikan komunikasi antar masyarakat

maju dengan masyarakat berkembang semakin mudah tetapi

menimbulkan hasrat dari masyarakat negara berkembang ingin

meniru pola konsumsi negara maju disebut demonstration effect.

F) Dampak kekuatan internasional. Myint, Prebish, Singer, Lewis &

Myrdall telah mengembangkan teori tentang penghisapan negara-

negara terbelakang secara internasional. Bahwa : “di dalam

perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang tidak

seimbang; akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak

mengalir ke negara-negara maju”.

B. Proses Prencanaan Pembangunan

Dalam perbedaan yang besar mengenai rencana-rencana pembangunan dan teknik-teknik perencanaan, ada beberapa karakteristik dasar tentang perencanaan ‘yang komprehensif’ yang sudah umum bagi negara-negara sedang berkembang, seperti dikemukakan oleh T. Killick yang dikutip Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, yang telah membuat daftar enam karakteristik, sebagai berikut :

1. Dimulai dari pandangan dan tujuan politik pemerintah, perencanaan itu berusaha menetapkan tujuan kebijaksanaan, terutama sekali menyangkut pembangunan ekonomi masa depan.

2. Suatu rencana pembangunan menyusun stretegi yang ditujukan untuk mencapai saran-saran tersebut, yang biasanya dimasukkan dalam target spesifik.

3. Rencana itu berusaha menciptakan koordinasi secara terpusat, pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prinsip-prinsip dalam negeri yang konsisten, memilih tindakan-tindakan yang optimal mengenai implementasi strategi dan mencapai target, dan dimaksudkan untuk bisa dipergunakan sebagai kerangka kerjadalam mengarahkan keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan selanjutnya dari hari ke hari.

4. Perencanaan itu mencakup seluruh perekonomian (dan karena itu perencanaan itu adalah ‘komprehensif’, bertentangan dengan perencanaan ‘kolonial’ atau ‘sektor pemerintah’).

5. Untuk mengusahakan secara optimal dan konsisten, rencana komprehensif itu harus lebih banyak menggunakan model ekonomi makro yang diformulasi, dan akan dipergunakan untuk proyeksi pelaksanaan ekonomi yang direncanakan untuk masa yang akan datang.

6. Suatu rencana pembangunan biasanya meliputi jangka waktu, katakanlah 5 tahun, dan secara fisik dinyatakan sebagai dokumen rencana jangka menengah (medium term plan document), yangmungkin saja berhubungan dengan perspektif rencana jangka panjang dan dilengkapi dengan rencana tahunan.

Secara umum perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :

(1) Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang; ► Dapat dilihat

pada : Kebijakan dalam GBHN

(2) Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah; ► Dapat dilihat pada

: Kebijakan dan Program dalam REPELITA

(3) Perencanaan Pembangunan Jangka Pendek; ► Dapat dilihat pada :

Program dalam Perencanaan Operasional Tahunan ( POT ). Contoh

dalam Pidsato Pengantar Nota Keuangan dan RAPBN.

Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai salah satu sistem dapat digambarkan sebagai berikut :

A. Jangka Panjang ► GBHN ► Pola Umum Pembangunan Nasional

( PUPN ) yang berisikan :

Pola Pembangunan Nasional ( PDPN )

Pola Dasar Pembangunan Jangka Panjang (PDPJP)

Pola Dasar Pembangunan Jangka Menengah (PDPJM)

B. Jangka Menengah ► REPELITA, yang berisikan :

1. Strategi Dasar Pembangunan

2. Kerangka Rencana atau Kerangka Makro

3. Rencana Daerah-daerah (Regional)

C. Jangka Pendek ► Perencanaan Operasional Tahunan (POT) ► APBN,

yang berisikan :

1. Rencana Sektor; Sub Sektor; Program; dan Proyek ( DIP ► PO)

2. Paket Kebijaksanaan

3. Perencanaan Pembangunan Di Tingkat Daerah, yaitu Daerah

Propinsi dan Kabupaten/Kota ► REPELITA DAERAH ► APBD

4. Perencanaan Pembangunan Tingkat Desa ► Kepala Desa + BPD

Perencanaan Pembangunan Nasional (RENBANGNAS) adalah pembangunan manusia seutuhnya. Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan yang intinya dapat mensejahterakan kemampuan diberbagai aspek kehidupan dan penghidupan berbangsa dan bernegara dengan negara lainnya, terutama dengan negara maju.

Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga,menyatakan bahwa : “ ... proses perencanaan itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu latihan bagi pemerintah, pertama untuk memilih tujuan-tujuan sosial, kemudian menyusun berbagai target, dan akhirnya mengorganisir suatu kerangka kerja untuk diimplementasi, dikoordinasi dan memonitor rencana pembangunan tersebut” (1983 : 165).

Dalam proses perencanaan pembangunan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Penyusunan rencana harus terdapat unsur :

i. Tinjauan keadaan

ii. Perkiraan keadaan (forcasting)

iii. Penetapan tujuan rencana (plan objectivies)

iv. Identifikasi kebijakan/kegiatan usaha

v. Persetujuan penyususn rencana

b) Penyusunan program, dalam hal ini penyusunannya lebih terperinci mengenai tujuan dan sasaran dalam jangka waktu tertentu, yaitu jadwal kegiatan, pembiayaan dan menetapkan lembaga/instansi yang akan melakukan program-program pembangunan (proyek). Dengan demikian rencana mempunyai kedudukan yang legal dalam pelaksanaannya.

c) Pelaksanaan rencana perlu diikuti implikasi pelksanaannya dan secara terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.

d) Dalam pengawasan atau pelaksanaan rencana :

Mengusahakan agar pelaksanaannya sesuai dengan rancangan

Kalau ada penyimpangan, seberapa jauh dan apa penyebabnya.

Tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan.

e) Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus yang fungsinya untuk membantu proses perencanaan pembangunan agar kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangannya dapat diidentifikasi yang akhirnya untuk perbaikan rencana atau program.

Dalam hal perencanaan regional (daerah), untuk mendapatkan informasi mengenai perencanaan regional (daerah), dibutuhkan monografi, potensi dan masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan perencanaan regional

Di Indonesia pembangunan regional diatur dalam UU N0. 32 Tahun 2004 (sebagai revisi UU N0. 22 Tahun 1999) dalam Bab VII Pasal 150 sampai dengan pasal 154 tentang Perencanaan Pembanguan Daerah. Pada pasal 150 ayat 3 disebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara berjangka, meliputi :

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah disingkat dengan RPJP Daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPIP Nasional;

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima ) tahun, merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah memperhatikan RPJM Nasional;

c. RPJM Daerah tersebut di atas memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan ekonomi, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

d. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerja ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya,baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupunditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah;

e. RPJP Daerah dan RPJMD ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya pasal 151 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa :

(1) Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yangselanjutnya disebut Renstra-SKPD yang memuat visi, misi tujuan strategi, kebijakan, pedoman, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat Indikatif.

(2) Renstra SKPD tersebut di atas dirumuskan dalam bentuk rencanakerja, satuan kerja, perangkat kerja daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Pentingnya perencanaan regional sebagaimana kita lihat bahwa adanya perkembangan yang tidak merata antara daerah-daerah ini dapat menimbulkan apa yang disebut “back wash effect”, artinya kenaikan tenaga kerja dan modal tidak merata. Dalam hal ini daerah menjadi mundur. Maka sebaliknya harus dilaksanakan “speed effect”, artinya dapat menaikkan dan perluasan kegiatan, dalam halini “pemerataan pembangunan”.

C. Unsur-unsur Pokok Dalam Perencanaan Pembangunan

Perencanaan Pembangunan dilaksanakan dengan :

(1) Berencana, artinya dari, oleh, dan untuk rakyat

(2) Menyeluruh, artinya meliputi aspek keidupan dan penghidupan

berbangsa dan bernegara (EPOLEKSOSBUD-HANKAM)

(3) Terpadu, artinya dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama

dengan rakyat

(4) Terarah, artinya mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini

bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

(5) Berlanjut, artinya terus menerus meningkatkan kesejahteraan

dan keamanan rakyat.

Sedangkan dalam perencanaan pembangunan harus terdapat :

(1) Tinjauan keadaan, dalam hal ini sebelummemulai suatu

perencanaan atau rencana (review before take off) atau suatu

tinjauan tentang pelaksanaan rencana sebelumnya (review of

ferformance). Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi

masalahnya, hambatan-hambatan dan potensi-potensi yang dapat

dikembangkan.

(2) Perkiraan keadaan (forcasting) dengan menggunakan statistik,

teknik proyeksi, dan hasil-hasil penelitian.

(3) Penetapan tujuan rencana (plan objectivies). Misalnya nilai-nilai

politik, sosial masyarakat dan secara teknis berdasarkan

tinjauan keadaan dan perkiraan yang akan dilalui perencanaan

atau rencana.

(4) Identifikasi kebijakan/kegiatan usaha yang perlu dilakukan

dalam perencanaan dan atau rencana dilakukan dalam adan atau

rencana. Dengan demikian dilakukan secara sektoral dalam

penentuan sasarannya.

(5) Persetujuan penyususn rencana, dalam hal ini proses

pengambilan keputusan dan diusahakan penyerahan dengan

rencana pembiayaan dari program-program yang akan

dilaksanakan.

Selanjutnya unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembangunan meliputi :

1. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, hal

ini sebagai dasar dari seluruh rencana yang kemudian

dituangkan dalam unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan dan

dirumuskan dalam tujuan rencana, yaitu :

a. Perumusan tujuan perencanaan pembangunan yang merupakan

komponen peretama dalam suatu rencana pembangunan.

b. Penetapan tujuan perencanaan pembangunan yang merupakan

pilihan-pilihan atas dasar kondisi serta nilai-nilai yang

ada pada masyarakat. Misalnya politik, sosial, ekonomi, dan

hankamrata.

c. Rencana strategis (Renstra) dan Telaah strategis (Telstra)

2. Adanya kerangka rencana/kerangka makro rencana yang

dihubungkan dengan berbagai variabel-variabel pembangunan

ekonomi.

3. Sumber-sumber pembangunan (sumber daya manusia, sumber daya

material, sumber daya dana dan sumber daya lainnya yang

mendukung rencana pembangunan).

4. Kebijakan yang konsisten dan konsekuen, dalam hal ini termasuk

peraturan-peraturan dan unsur-unsur manajemen dan fungsi-

fungsinya.

5. Program investasi yang dilaksanakan secara sektoral

(pertanian, pertambangan, industri, dan perumahan). Dalam

penyususnannya harus diperhatikan :

a. Adanya konsistensi yang saling mendukung antara program dan

proyek-proyek.

b. Penetapan skala prioritas yang mantap.

c. Ditekankan pada proses pertumbuhan administrasi pembangunan

dan administrasi negara yang mendukung perencanaan dan

pelaksanaannya. Dalam hal ini termasuk mekanisme dan

kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (planning

machinery), sehingga terwujudnya perencanaan yang matang,

pelaksanaan yang mantap dan pengawasan yang ketat.

Di dalam perencanaan operasional pembangunan harus memperhatikan :

1. Unsur-unsurnya meliputi :

a) Kegiatan=kegiatan apa yang perlu dilaksanakan.

b) Siapa yang melakukannya (Hubungan Kerja, Kerjasama dan

Koordinasi).

c) Bentuk/hasil yang diinginkan

d) Jadwal pelaksanaannya.

2. Kegiatan-kegiatan rencana operasional tahunan :

a) Review (tinjauan pelaksanaannya)

b) Forcant (dapat memperkirakan tentang perkembangan keadaan)

c) Resources assesment (dapat memperkirakan sumber-sumber

pembangunan)

d) Penetapan kebijakan pembangunan

e) Penyusunan program investasi sektoral (SDM, Fisik, dan

pembiayaan)

f) Implementasi program-program proyek.

g) Feedback (monitoring dan evaluasi pelaksanaan.

Semua hal tersebut diatas harus jelas siapa yang melakukannya,

hubungannya, kerjasamanya dan koordinasi serta mekanismenya.

Dalam perencanaan pembangunan adalah penting dalam perencanaan program-program dan proyek-proyek. Suatu program pembangunan atauproyek mempunyai ciri-ciri :

a) Tujuan dirumuskan secara jelas

b) Penentuan sarana / peralatannya

c) Kebijakannya harus konsisten dan konsekuen

d) Pengukuran mengenai pengeluaran dan hasil yang diharapkan

e) Hubungan antara proyek satu dengan yang lainnya (karena

program proyek tidak berdiri sendiri)

f) Manajemen proyek (SDM, sarana, peralatan, biaya dan sumber-

sumber lainnya).

Dalam perencanaan proyek perlu dilakukan evaluasi :

(1) Ekonomis ►Biaya dan manfaat

(2) Teknis ► Apakah fleksibel dari segi teknis

(3) Finansial ► Perkiraan biaya yang wajar

(4) Pemasaran ► Hasil proyek

(5) Organisasi ► Pengorganisasian proyek

(6) Manajemen ► Pimpro, SDM, sarana/peralatan, dana/sumber

lainnya.

BAB VI

KEPERLUAN DAN PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN

A. Alasan-alasan Perlunya Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan mempunyai pengertian-pengertian

sebagai berikut :

i. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya tidak lain adalah

suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

ii. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan

kegiatan dan penentuan aparat pelaksanaan kegiatan untuk

mencapai tujuan.

iii. Albert Waterson menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan

adalah melihat ke depan mengambil pilihan berbagai

alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan

tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya

tidak menyimpang dari tujuan.

iv. Widjojo Nitisastro mengemukakan bahwa : “Perencanaan

pembangunan pada dasarnya berkisar kepada dua hal : Yang

pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai

tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu

tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat

yang bersangkutan; Yang kedua ialah pilihan diantara cara-

cara alternatif yang effisien serta rasional guna mencapai

tujuan-tujuan tersebut”.

v. Bintoro Tjokroamidjojo mengemukakan perencanaan pembangunan

adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan

(dengan segala keterbatasannya) untuk mencapai tujuan

keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih effisien

dan efektif.

Dari pengertian dan pernyataan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam perencanaan pembangunan perlu diketahui lima hal pokok , yaitu :

Pertama, adalah permasalahan-permasalahan pembangunan suatu

negara atau masyarakat yang dikaitkan dengan sumber-sumber

pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-

sumber daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya;

Kedua, adalah tujuan serta sasaran rencana yang ingin dicapai;

Ketiga, adalah kebijakan dan cara untuk mencapai tujuan dan

sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber-sumbernya

dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik;

Keempat, penterjemahan dalam program-program atau kegiatan-

kegiatan usaha (proyek) yang konkrit;

Kelima, adalah jangka waktu pencapaian tujuan.

Alasan-alasan perlunya perencanaan pembangunan sebagai

berikut :

a) Permasalahan pembangunan dalam suatu negara/masyarakat yang

dikaitkan dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat

diusahakan : Misalnya Ekonomi, Sumber Daya Alam. Sumber Daya

Manusia, Infrastruktur dan sebagainya

b) Tujuan dan sasaran rencana yang ingin dicapai

c) Kebijakan dan cara untuk mencapai tujuan/sasaran rencana

dengan melihat sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif yang

baik.

d) Diterjemahkan/dituangkan dalam program-program/kegiatan-

kegiatan/usaha-usaha yang konkrit.

e) Jangka waktu pencapaiannya, dalam hal ini perlu :

a. Koordinasi

b. Konsisten dan Konsekuen

c. Penetapan skala prioritas.

Kelima butir di atas sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : “Hasrat dan Motivasi” untuk membangun dari masyarakat dan kesediaan masyarakat untuk berkorban.

Alasan pentingnya perencanaan pembangunan, yaitu :

a. Perencanaan dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan lebih baik mendapatkan alasan yang telah kuat untuk melakukan perencanaan, yaitu :

1) Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuanpembangunan;

2) Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkindihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin;

3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik( the best combination);

4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usaha;

5) Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan evaluasi (control /evaluation).

b. Dari segi segi ekonomi maka perencanaan pembangunan dasar alasannya adalah :

i. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatasadanya secara lebih efektif dan effisien. Diusahakan dihindarinya keborosan-keborosan. Suatu usaha untuk mencapai output / hasil secara maksimal dari pada penggunaan resources / sumber yang tersedia.

ii. Perkembangan ekonomi yang mantap atau pertumbuhan ekonomi yang secara terus menerus meningkat.

iii. Stabilitas ekonomi, menghadapi siklus konjungtur.

c. Mengapa dilakukan perencanaan ekonomi tidak diserahkan sepenuhnya kepada ekonomi pasar ? Dapat dikemukakan hal-hal berikut :

1. Perlunya penanggulangan terhadap instabilitas ekonomi atauterdapatnya fluktuasi konjungtur

2. Ekonomi pasar dapat menghasilkan distribusi pendapatan yang kurang adil

3. Mekanisme pasar dapat mempunyai kekurangan-kekurangan dalam soal hubungan upah

4. Keborosan-keborosan ekonomi pasar

5. Perencanaan ekonomi juga sering dilakukan untuk menanggapiperubahan-perubahan besar.

d. Bagi negara-negara baru berkembang dasar alasan perencanaan pembangunan dapat ditambahkan sebagai berikut :

1) Keyakinan ideologi politik. Seperti dikemukakan terdahulu maka negara-negara baru berkembang cenderung manganut filsafat masyarakat yang sosialistis, tujuan negara adalah membentuk negara kesejahteraan (making walfare state).

2) Belum sempurna atau lemahnya mekanisme pasar. Dalam hal ini akan mengakibatkan kepincangan dalam mekanisme pasar,misalnya dalam hubungan harga (price relatinship) yang mungkintidak mendorong perkembangan ekonomi yang sehat.

3) Perubahan struktur ekonomi. Banyak negara-negara baru berkembang struktur ekonominya berat sebelah ke agraris atau ekstraktif, yang membawa kelemahan-kelemahan struktur tertentu, antara lain inflexcibity supply (tidak fleksibelnya penawaran) sereta daya absorpsi kesempatan kerja yang lebih terbatas.

4) Tingkat investasi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah dan pada umumnya jugatingkat tabungannya rendah pula. Dengan demikian menyebabkan tingkat investasi yang rendah, investasi merupakan variabel pokok dalam pembinaan modal dan pertumbuhan ekonomi.

5) Belum berkembangnya kemampuan wirausaha (enterpreneur). Dengan kenyataan ini maka peran kegiatan produktif dalam masyarakat tidak dapat banyak diserahkan kepada sektor kegiatan usaha swasta. Kelompok ini penting sampai seorang pengarang mengemukakan bahwa ada negara-negara yang bisa cepat maju karena terdapatnya kelompok wirausaha yang kuat dalam masyarakat tersebut.

6) Teknologi yang masih lemah, teknologi juga merupakan variabel penting lainnya dalam proses pembangunan

B. Keterlibatan Pemerintah/Negara Dalam Perencanaan

Pembangunan

Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan masyarakat tergantung pada falsafah hidup kemasyarakatan dan falsafah politik masyarakat (negara) tersebut. Pada masyarakat liberalis pemerintah diharapkan tidak terlalu banyak ikut campur tangan kegiatan-kegiatan masyarakat, pemerintah/negara hanya menjaga ketertiban dan keamanan warganya. Namun pada negara-negara sosialis, falsafah masyarakatnya menghendaki negara dan pemerintah memimpin bahkan mengurus hampir segala sesuatu dalam masyarakat bangsa tersebut.

Peranan dan fungsi pemerintahan juga seringkali tergantung dengantingkat kemajuan suatu negara terutama di bidang ekonomis material dan terpengaruh dari banyak sedikitnya sumber-sumber kekayaan alamnya. Pada negara yang baru berkembang diperlukan peranan pemerintah yang lebih besar sebagai enterpreneur atau pendorong inisiatif usaha pembaharuan dan pembangunan masyarakat.Pemerintah menjadi ‘development agent’ atau unsur pendorong pembaharuan/pembangunan.

Menurut Awaloedin Djamin yang dikutip oleh Bintoro Tjokroamidjojodalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan bahwa klasifikasi pembagian peranan pemerintah atas :

(A) Fungsi pengaturan, terdiri dari :

1. Penentuan kebijaksanaan;

2. Pemberian pengarahan dan bimbingan;

3. Pengaturan melalui perizinan; dan

4. Pengawasan.

Produk dari pada fungsi ini adalah berbagai peraturan-peraturan.

(B) Pemilikan sendiri dari pada usaha-usaha ekonomi dan sosial yang penyelenggaraannya dapat dilakukan sendiri atau oleh swasta.

(C) Penyelenggaraan sendiri dari berbagai kegiatan-kegiatan ekonomi atau sosial.

Menurut Irving Swerdlow yang dikutip oleh Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan bahwa cara pelaksanaan perenan pemerintah sebagai involvement atau campur tangan dalam proses perkembangan kegiatan masyarakat(jika lebih positif merupakan proses pembangunan), dapat dilakukan dengan lima macam cara :

a) Operasi langsung (operations) : Pada pokoknya pemerintah menjalankan sendiri kegiatan-kegiatan sendiri.

b) Pengendalian langsung (direct contril) : Penggunaan perizinan, lisensi (untuk kredit, kegiatan ekonomi lain), penjatahan dan lain-lain. Ini dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang ‘action laden’ (yang berwenang dalam berbagai perizinan, alokasi,tarif dan lain=lain).

c) Pengendalian tak langsung (indirect control) : Cara dengan memberikan pengaturan dan syarat-syarat, misalnya pengaturan penggunaan dana devisa tertentu diperbolehkan asal untuk ‘daftar barang tertentu’.

d) Pemengaruhanlangsung (direct influence). Disini dilakukan cara persuasi dan nasihat. Misalnya para petani supaya masuk KUD.

e) Pemengaruhan tidak langsung (indirect influence). Merupakan bantuk involvement yang paling ringan, misalnya memberikan informasi atau menjelaskan kebijaksanaan pemerintah.

Pada kasus Negara Indonesia, seperti telah dikemukakan pada pembahasan awal, bahwa secara filosofis kewajiban negara untuk negara/pemerintah untuk memajukan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, ketentraman seluruh rakyat secara mereta/seimbang.

Sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar1945 Alinea IV bahwa tujuan negara Republik Indonesia adalah :

a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia,

b) memajukan kesejahteraan umum,

c) mencerdaskan kehidupan bangsa,

d) dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

Untuk itu pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha /

kegiatan-kegiatan ke arah tersebut yang dinamakan proses

pembangunan. Proses pembangunan tersebut didahului dengan

perumusan dan penetapan perencanaan pembangunan.

Semenjak tahun 1960 – an format perencanaan pembangunan yang digunakan pada negara Indonesia dituangkan dalam Ketetapan MPR tentang GBHN, yang didalamnya memuat tujuan, arah, kebijakan, bidang-bidang perencanaan pembangunan. Namun setelah masa reformasi tahun 1998 maka format GBHN tidak digunakan lagi hanya ada ketetapan MPR mengenai Propenas yang diterjemahakan tiap tahun ke dalam RAPBN (termasuk RAPBD untuk masing-masing provinsidan kabupaten/kota).

Walaupun demikian dalam perencanaan pembangunan tersebut, Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara N0. 06 Tahun 1994 masih tetap dijadikan pedoman, yaitu penerapan dasar-dasar manajemen dalam perencanaan pembangunan, meliputi :

B) Perencanaan yang matang dilakukan dengan :

1. Mengikutsertakan unit-unit kerja

2. Memperhatikan minat unit kerja bawahan dan menyatukannya

dengan unit kerja atasan

3. mempertimbangkan efesiensi sumber daya

4. melakukan uji coba terhadap kelayakan perencanaan.

C) Pelaksanaan yang tepat dilakukan dengan :

2. Mengikuti secara patuh arahan perencanaan yang ada

3. Bila lingkungan menuntut adanya perubahan, maka pengubahan

perencanaan dikerjakan seminim mungkin dan dapat dipakai

sebagai acuan perencanaan berikutnya

4. Memperhatikan keadaan unit kerja yang melakukan perencanaan

tersebut dan teguh pada azas efektivitas dan effisiensi

5. Menjembatani antara perencanaan dan tujuan atau sasaran.

D) Pengawasan yang ketat dilakukan dengan :

1. Menerapkan prinsip pengawasan melekat

2. Mengumpanbalikan hasil pengawasan bagi keperluan perencanaan

yang akan datang

3. Mengarahkan pengawasan pada tujuan pencapaian tujuan

4. Membenahi proses manajemen dalam bentuk audit manajemen.

E) Dalam proses selanjutnya harus diupayakan sebagai berikut :

1. Pemasyarakatan budaya kerja agar pegawai negeri beretos

kerja dan menyukai kerja dan menghasilkan kerja yang bermutu

2. Pelaksanaan pengawasan melekat yang benar-benar dilakukan

secara nyata oleh setiap atasan, baik dalam rangka

pemasyarakatan budaya kerja, peningkatan mutu manajemen

administrasi unit kerja masing-masing atau pelaksanaan tugas

rutin sehari-hari.

3. Peningkatan mutu kepemimpinan, melalui seleksi peningkatan

dalam pangkat dan jabatan serta pengiriman mengikuti

pendidikan dan pelatihan.

BAB VII

CIRI-CIRI DAN TUJUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

A. Ciri-ciri & Tujuan Perencanaan Pembangunan

Ciri-ciri dan tujuan perencanaan pembangunan sebagai berikut :

1) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai

perkembangan ‘sosial ekonomi’ yang tetap ( steady social econimic

growth ). Dalam hal ini berusaha untuk meningkatkan produksi

nasional, misalnya pangan, tekstil, hasil hutan, tambang, dan

sebagainya.

2) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan

pendapatan perkapita dan dapat mempertahankan laju pertumbuhan

ekonomi.

3) Usaha untuk merubah struktur ekonomi dari ‘agrari’ ke

‘industriali’, terasuk agri bisnis pedesaan dan industri-

industri kecil di pedesaan ‘ditumbuhkembangkan’

4) Perluasan kesempatan kerja, dalam hal ini untuk mengantisipasi

pengangguran tak kentara (yang merupakan tantangan berat bagi

pembangunan nasional).

5) Usaha untuk pemerataan antara daerah yang satu dengan daerah

yang lainnya.

6) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, misalnya

pengusaha-pengusaha kecil dan koperasi.

7) Berusaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi

diberbagai sektor.

8) Perubahan struktural perkembangan masyarakat, misalnya

kepemilikan dan penguasaan faktor-faktor produksi..

Fungsi perencanaan pembangunan menurut Albert Waterson :

a) Perencanaan yang seluas-luasnya : Dalam arti mempersiapkan

secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran.

b) Bagaimana mencapai tujuan dan sasaran secara produktif,

efektif dan efisien dengan menggunakan sumber-sumber yang

tersedia.

c) Penentuan tujuan yang akan dilakukan/dilaksanakan, bilamana,

bagaimana dan oleh siapa.

d) Melihat kehidupan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif

dan kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran agar

pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan

B. Kelemahan Perencanaan Pembangunan Di Negara Berkembang

Pada tahun 1970 badan dunia PBB telah mencanangkan sebadai

dasawarsa pembangunan dunia, terutama ditujukan pada negara-

negara yang baru merdeka yang masih tertinggal jauh kemajuan dan

kesejahteraan masyarakatnya. Maka model perencanaan pembangunan

yang pernah diterapkan di suatu negara benyak pula diterapkan

untuk negara linnya. Tapi dalam pelaksanaan pembangunan di

negara-negara tersebut mengalami banyak kegagalan. Hal ini

menggambarkan bahwa model perencanaan pembangunan itu buklan

suatu blue print yang dapat diterapkan begitu saja tanpa

memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakatnya serta kemampuan

sumber daya alam dan sumber daya manusianya.

Menurut Arthur Lewis dan Alberet Waterson beberapa

kelemahan perencanaan pembangunan di negara-negara berkembang,

yaitu :

1) Seringkali merupakan dokumen politik mengenai cita-cita

pembangunan yang dikehendaki atau yang diinginkan;

2) Sering kurang mendapatkan dukungan politik dan kurangnya

kestabilan politik;

3) Kurangnya hubungan dan koordinasi antara penyususn rencana dan

pada rencananya (Team) dengan pelaksana rencana dan para

pelaksananya;

4) Dalam pemilihan (dalam bidang) berbagai alternatif, sehingga

menguntungkan bagi suatu pihak dan merugikan bagi pihak

lainnya (trade offs), dalam hal ini perlu ada kesepakatan antara

berbagai tujuan pembangunan tersebut (reconciliation);

5) Kurang dukungan data statistik, hasil penelitian dan informasi

yang mendukung untuk satu perencanan;

6) Kurang menguasai teknik-teknik perencanaan dan kurangnya

sumber daya manusia untuk itu.

7) Kurang menyadari dan kurang perhatian, bahwa perencanaan

merupakan suatu proses yang saling berhubungan erat antara

perencanaan dengan pelaksanaannya.

8) Kurangnya kemampuan administrasi pemerintahan untuk pelksanaan

rencana pembangunan. Administrasi dan politik seringkali

merupakan hambatan utama dalam pelaksanaan perencanaan

pembangunan.

BAB VIII

TEKNIK-TEKNIK PERENCANAAN DAN EVALUASI

Didalam penyusunan perencanaan harus berlandasaskan pada statistik dan hasil penelitian. Data statistik dan hasil penelitian sangat penting untuk perencanaan pembangunan, yaitu :

1) Untuk menilai dan mengetahui keadaan pada waktu titik tolak

pelaksanaan rencana atau menyusun program

2) Untuk menyusun perkiraan dan proyeksi masa depan

3) Data statistik dan hasil penelitian sangat diperlukan bagi

perencanaan atau penyusunan program atau rencana proyek

4) Dengan nyata statistik akan dapat dinilai mengenai

perkembangan pelaksanan rencana

5) Penelitian untuk perencanaan pembangunan, terutama pada

potensi sumber daya alam, material, sumber daya manusia, dana

dan sumber daya lainnya.

Perencanaan pembangunan, terutama program-program dan

proyek-proyek, merupakan rencana untuk melakukan pekerjaan

yang tidak berulang (tidak seperti dalam industri perakitan).

Dengan demikian manajemen harus merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan (mengevaluasi)

pekerjaan yang tidak berulang. Teknik yang digunakan dalam

perencanaan dan pengendaliannya nanti digunakan PERT yang

merupakan singkatan Program Evaluation and Review Technique atau

Teknik menilai dan meninjau kembali program. Teknik ini

dikembangkan oleh Navy Special Projects Office (Biro Proyek-proyek

Khusus Angkatan Laut Amerika Serikat) dalam kerjasama dengan

perusahaan konsultanmanajemen Booz, Allen & Hamilton,

merupakan pengembangan dari PETA GANTT (Gantt Charts) dari

H.L. Gantt dalam usahanya untuk menanggulangi masalah

pengendalian produksi, yaitu dengan Gantt milestone chartt

(peta tonggak batas Gantt); peta yang menggambarkan pekerjaan

yang harus dilaksanakan dengan saling hubungan yang terdapat

antara semua fase atau tingkat pekerjaan.

Teknik PERT adalah metode yang bertujuan untuk sebanyak

mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan dan konflik

produksi; mengkoordinasikan dan mensikronisasikan berbagai bagian

sebagai suatu keseluruhan pekerjaan; dan mempercepat selesainya

proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan

yang terkendali dan teratur. PERT mereupakan metode untuk

menentukan jadwal dan anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu

pekerjaan yang sudah ditentukan lebih dahulu dapat diselesaikan

tapat pada waktunya. PERT juga merupakan fasilitas komunikasi

dalam hal bahwa PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan

yang terjadi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Lebih dari itu PERT merupakan suatu pendekatan yang baik sekali

untuk mencapai penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

Teknik lainnya dalam perencanaan proyek adalah Metode Jalur

Kritis (Critical Path Method – CPM), yakni metode untuk merencanakan

dan mengendalikan proyek-proyek, merupakan sistem yang paling

banyak dipergunakan di antara semua sistem lain yang memakai

prinsip pembentukan jaringan.

Prinsip-prinsip pembentukan jaringan dalam CPM mirip sekali

dengan prinsip-prinsip dalam sistem PERT. Dalam sistem CPM

ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap

aktivitas yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan ini

adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (crash

estimate). Perkiraan waktu yang normal kira-kira sama dengan

perkiraan waktu yang paling mungkin dalam PERT. Biaya normal

adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek

dalam waktu normal. Perkiraan waktu cepat adalah waktu yang akan

dibutuhkan oleh suatu proyek jika biaya yang dikeluarkan tidak

jadi soal dalam usaha mempersingkat waktu proyek tersebut.

Teknik-teknik perencanaan dan evaluasi lainnya adalah :

(1. Manpower Utilization, yaitu perencanaan dan pengendalian terhadap

proyek-proyek dengan memperhatikan pengerahan, pemanfaatan

dan pengendalian optimum terhadap tenaga kerja dalam proyek-

proyek sehingga dapat diramalkan pengaruh-pengaruh yang

mungkin timbul, terhadap tujuan-tujuan proyek jika pekerjaan

dan cara pengerahan tenaga kerja ini diubah. Tekniknya dengan

cara memodifikasi PERT.

(2. Implementation, Planning, and Control Technique / IMPACT (Teknik

Penerapan, Perencanaan dan Pengendalian) adalah sistem

pembentukan jaringan yang khusus diciptakan untuk membantu

pimpinan mengendalikan biaya untuk menyediakan dan

menempatkan program-program bagi komputer.

(3. Line of Balance / LOB (Garis Keseimbangan), merupakan suatu

sistem untuk merencanakan dan mengendalikan produksi, yang

berkonsentrasi pada aspek waktu yang dibutuhkan oleh event

kunci (key event) untuk menyelesaikan seluruh proyek yang

digambarkan dalam grafik kemajuan proyek.

(4. Sistem Requirement Recording, Analysis, and Management / CRAM

(Manjemen, Analisa dan Pencatatan Syarat-syarat Kontrak)

disebut juga follow-up, yaitu mengawasi tindakan pembelian

sejak saat dikeluarkannya perintah pembelian hingga saat

barang yang dibeli diterima di gudang.

(5. Least Cost Estimating and Scheduling / LESS (Penjadwalan dan

Penaksiran Biaya Minimal), adalah prosedur pembentukan

jaringan yang menentukan metode yang paling cepat dan paling

ekonomis untuk menyelesaikan suatu proyek.

(6. Computer Operated Management Evaluation Technique / COMET (Teknik

Evaluasi Manajemen yang dilaksanakan dengan komputer). Sistem

ini menggunakan jaringan standar yang dapat diadaptasikan

pada program-program yang jauh lebih kecil melalui penggunaan

aktivitas tanpa waktu.

(7. Activity Balance Line Evaluation / ABLE (Evaluasi Aktivitas

Berdasarkan Garis Keseimbangan), adalah sistem untuk

mengukur, meramalkan dan melaporkan status suatu program.

Namanya berdasarkan ringkasan mengenai perjanjian manajemen

yang memperlihatkan ringkasan-ringkasan akumulatif mengenai

proses-proses yang ditujukan sebagai tandingan terhadap

pelaksanaan dalam waktu.

(8. BUWEPS PERT Milestone System (Siatem Babakan PERT menurut

Buweps), dengan cara menggabungkan teknik-teknik manajmen

tingkat lanjutan dengan memanfaatkan sepenuhnya akan

kesanggupan komputer, untuk memperbaiki komunikasi agar

pengambilan keputusan dapat dipermudah.

(9. Cost Planning and Appraisal / CPA (Menilai dan Merencanakan

Biaya), tujuannya untuk mengembangkan cara yang lebih efektif

guna mengurus kontrak jenis biaya (cost type contract) dengan cara

mengintegrasikan data mengenai waktu, biaya dan teknologi.

(10. Hoffman Evaluation Program ang Procedure / HEPP (Evaluasi Program

Beserta Prosedur Menurut Hoffman) adalah suatu sistem

perencanaan dan pengendalian yang berorientasi pada

aktivitas, dan diciptakan khusus untuk pekerjaan yang

menyangkut riset dan pengembangan. Sistem tersebut menyajikan

elemen-elemen utama dari suatu rencana prgram dalam suatu

gambaran grafik yang tunggal. Elemen-elemen utama tersebut

adalah sebagai berikut : aktivitas pekerjaan, peralatan keras

(hardware), alokasi sumber baerdasarkan waktu (time allocation of

resources) dan biaya. Jika grafik tersebut seringkali diubah

dalam arti disesuaikan dengan keadaan terakhir, maka grafik

tersebut dapat menunjukkan apa yang telah terjadi sejak saat

tinjauan yang terakhir dan penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi, yang menyimpang dari rencana semula.

(11. Integrated Control / ICON (Pengendalian yang diintegrasikan),

adalah sistem informasi manajemen yang dipergunakan :

i.untuk mempersiapkan dan menilali mata uang bagi tawaran-tawaran

dan untuk menilai kembali secara periodik setelah

kontrak dibuat;

ii.untuk membuat rencana-rencana melalui teknik PERT, termasuk di

dalamnya usaha untuk mengurangi waktu jaringan dan

memelihara dokumen-dokumen yang lengkap mengenai

jaringan utama; dan

iii.untuk mengumpulkan dan membuat laporan yang lengkap mengenai

data tentang penggunaan waktu, uang, dan tenaga manusia

pada pelaksanaan yang sebenarnya serta yang

direncanakan, guna dibandingkan.

(12. Management Planning and Control Syatem / MPACS (Sistem

Perencanaan dan Pengendalian Dalam Manajemen), adalah

komunikasi dasar mengenai data-data keuangan dan tenaga

manusia, rencana diperbandingkan dengan pelasanaan yang

sebenarnya. MPACS berfungsi sebagai penghubung antara detail-

detail biaya yang terdapat dalam Work Package (rangkaian kerja)

dengan ikhtisar angka-angka biaya yang sesungguhnya dari

PERT.

(13. NASA PERT and Companion Cost. Sistem yang mengintegrasikan

sistem manajemen dengan alat-alat administrasi serta proses-

proses pada NASA yang biasa menjadi alat perencanaan,

pengendalian, dan laporan yang tertib bagi manajer proyek.

Bahwa manajemen proyek secara keseluruhan hanya dapat dicapai

jika ketiga variabel menejemen, yaitu waktu, sumber-sumber

dan pelaksanaan, diurus dan dimasukkan dalam suatu kerangka

kerja yang umum, yang mengklasifikasikan semua elemen kerja

dari proyek, mulai dari atas dan diteruskan hingga pada

tingkat-tingkat di bawahnya, yang menggambarkan sistem, sub-

sistem, dan sebagainya, yang keseluruhannya membentuk proyek

tersebut.

(14. Program Analysis Adaptable Control Technique / PAAC (Analisa Program

Yang Disesuaikan Dengan Teknik Pengendalian) adalah metode

untuk mengambil sari, menganalisa dan membuat ikhtisar

mengenai data-data yang direncanakan dan yang sebenarnya,

yang terdapat pada sistem informasi manajemen untuk

mengendalikan proyek-proyek individual.

(15. Program Eavaluation Procedure / PEP (Prosedur Dalam Penilaian

Program). Sebagai suatu sistem pengendalian dan informasi

yang dipergunakan dalam merencanakan, mengendalikan dan

menilai kemajuan suatuprogram, sistem ini berorientasi pada

waktu dan mempergunakan jaringan untuk merefleksikan event

dan aktivitas. Sistem dasarnya diciptakan oleh Angkatan Laut

(A S) untuk program Polarisnya. Sekarang dipergunakan juga

oleh Departemen Pertahanan (A S), NASA, dan lain-lain biro

pemerintah serta industri-industri. Sumber Air Force Systems

Command (SCCS), Andrews Air Force Base, Washington, D.C.

(16. Project Audit Report PAR Project Audit Reprt (PAR) merupakan

modifikasi dari sistem PERT/Cost, yang didasarkan pada sistem

yang baru-baru ini dipergunakan dalam Burroughs Detroit

Division, dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan

rencana permulaan yang semakin meningkat serta akan teknik

laporan yang tepat dan cepat. Ia merupakan suatu alat yang

sangat efektif untuk membuat laporan mengenai waktu/biaya

dari proyek yang bagaimanapun luasnya. Ia memberikan dokumen

mengenai riwayat pelaksanaan yang statistis, akan dapat

memperbesar kesanggupan untuk merencanakan proyek dan

memperkirakan biayanya di masa yang akan datang.

(17. Planning Network PLANET (Perencanaan Jaringan) adalah tehnik

perencanaan bagi para perencana, yang dipergunakan dalam

Guided Missile Range Division dari Pan American World Airways. PLANET

merupakan sistem perencanaan yang menggabungkan bar carts dalam

hubungan seri dan paralel dalam suatu bagan yang berorientasi

pada waktu (time oriented chart). PLANET mirip sekali dengan PERT

dan merupakan suplemen bagi PERT tersebut.

(18. Program Reliability Information System for Management / PRISM

(Sistem Informasi Mengenai Dapat Tidaknya Dipercaya Suatu

Program Bagi Manajemen) adalah sistem yang dipergunakan untuk

menciptakan alat-alat manajemen yang baru, untuk

mengendalikan dan mengukur besarnya kepercayaan yang dapat

diberikan pada program-program Polaris Angkatan Laut (AS), di

samping itu juga untuk memperbaiki komunikasi. Sistem ini

mempergunakan dua buah pendekatan yang masing-masing berdiri

sendiri-sendiri. (1) RMI – Reliability Maturity Index, suatu ukuran

mengenai pelaksanaan dibandingkan dengan reliabilitas yang

direncanakan dari suatu program pengembangan; dan (2) RPM –

Reliability Performance Measure, suatu ramalan mengenai tujuanakhir

yang bersangkutan dengan dengan realibilitas pada kesanggupan

untuk beroperasi, yang dilakukan secara kontinu selama siklus

pengembangannya.

(19. Resources Allocation and Multi-Project Scheduling / RAMPS (Alokasi

Sumber Dan Penyusunan Jadwal Multi Proyek), merupakan teknik

manajemen yang mengalami otomatisasi, dengan tujuan agar

manusia, bahan-bahan, dan uang dapat dipergunakan dengan

sebaik-baiknya. Sistem ini didasarkan pada PERT dan CPM.

(20. Scheduling Control by Automated Network Syatem / SCANS (Penjadwalan

Dan Pengendalian Dengan Jaringan Yang Otomatis). Kalau dalam

PERT mempergunakan empat kriteria : waktu, tenaga kerja,

fasilitas, dan biaya. SCANS mempergunakan kriteria-kriteria

tersebut dalam merencanakan aktivitas-aktivitas yang akan

datang, menganalisa suksesnya waktu sekarang dan mempelajari

pengaruh dari perubahan-perubahan.

(21. Computer Program for Schaduling Time and Distributing Cost / SKED

(Program Komputer Untuk Merencanakan Waktu Dan

Mendistribusikan Biaya), merupakan integrasi program komputer

untuk merencanakan waktu dan program komputer untuk

mendistribusikan biaya. SKED merupakan operasi PERT yang

standar dengan tambahan memilih rencana yang didasarkan pada

peraturan-peraturan tertentu yang berhubungan dengan alokasi

waktu luang positif dan negatif. Setelah waktu luang

dialokasikan, maka uang dan man-hours (prestasi tenaga manusia

per jam) diperkirakan dan manajemen kemudian menilai

distribusi kedua unsur ini.

(22. The Schedule Performance and Review Technique / SPERT (Teknik

Penilaian Rencana Pelaksanaan Dan Teknik Peninjauan). Dasar

sistem ini adalah PERT, tetapi semua event dalam jaringan

direncanakan dengan waktu yang pasti dari rencana

pelaksanaan, serta metode proyeksi trend dan peragaan

manajemen (trend projection and management display) yang diambil dari

ABLE.

(23. Trade-Off Evaluation Syestem / TOES adalah alat manajemen yang

untuk memungkinkan diadakannya evaluasi yang rasional dan

effisien mengenai sifat-sifat teknis, rencana dan biaya

trade-offs. Sistem tersebut bertujuan untuk mempertemukan

PERT dengan dengan analisa sistem, mengingat sifat-sifat yang

saling bertentangan dari batasan-batasannya.

(24. Task Reporting and Current Evaluation / TRACE (Laporan Tugas Dan

Evaluasi Keadaan Terakhir), adalah sistem laporan untuk

membuat laporan-laporan yang cermat dan tepat pada waktunya

mengenai status program yang kompleks, dan agar manajemen

mengenai aktivitas-aktivitas yang besar dan tersebat luas

dapat dilaksanakan dengan sukses. Sistem ini mempergunakan

jaringan dengan leased lines, data transceivers, dan fasilitas

perhitungan yang terpusat.

(25. Weapon System Programming and Control System / WSPACS (Sistem

Perencanaan Dan Pengendalian Bagi Persenjataan) adalah teknik

perhitungan biaya dengan struktur kekuatan (komputer) untuk

perencanaan-perencanaan luas dengan titik berat pada

penilaian pukulan-pukulan yang diakibatkan oleh tindakan-

tindakan reprograming (perencanaan ulang).

BAB IX

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Sepereti telah dikemukakan di atas bahwa perencanaan

merupakan suatu proses yang kontinu. Dan proses yang kontinu ini

meliputi dua aspek, yaitu :

1. formulasi rencana, dan

2. pelaksanaannya.

Banyak terjadi kesalahpahaman pendapat, bahwa dengan danya duatu rencana pembangunan, akan dengan sendirinya terselanggara suatu proses perencanaan (pembangunan). Albert Waterson yang dikutip Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan mengemukakan bahwa perencanaan sebagai suatu proses berbeda dengan suatu dokumen rencana pembangunan.

Proses perencanaan dapat dimulai dengan suatu rencana

pembangunan atau mungkin hanya dengan formulasi kebijakan-

kebijakan pembangunan yang efektif untuk mencapai tujuan tujuan-

tujuan pembangunan, kemudian diikuti dengan berbagai langkah-

langkah kegiatan (measures) untuk merealisirnya. Waluapun suatu

rencana pembangunan memang suatu alat yang labih baik untuk

proses perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan melihat perencanaan

sebagai suatu proses yang meliputi formulasi rencana dan

implementasinya, dapatlah diusahakan rencana itu bersifat

relistis dan dapat menanggapi masalah-masalah yang benar-benar

dihadapi. Rencana dengan demikian merupakan alat bagi

implementasi, dan implementasi hendaknya berdasar suatu rencana.

Dalam proses perencanaan yang kontinu itu perlu kiranya terdapat

unsur-unsur berikut :

(1) Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaannya sudah

mengandung ciri-ciri yang berorientasi kepada palaksanaan,

dalam arti memungkinkan untuk pelaksanaannya atau sudah

diperhatikan kapasitas administratif bagi pelaksanaannya.

Masalah pelaksanaan rencana perlu sudah dipertimbangkan di

dalam waktu perencanaannya agar terdapat jaminan yang lebih

besar dalam merealisir tujuan dan sasaran-sasaran rencana.

(2) Proses perencanaan tetap mengandung unsur kontinuitas dan

fleksibilitas. Olek karena itu maka perlu terus menerus

dilakukan reformulasi rencana dan re-implementasi dalam

pelaksanaannya. Untuk itu dalam perencanaan di dalam

perencanaan dikembangkan rolling plan, yaitu cara disetiap akhir

tahun (periode) tertentu pelaksanaan rencana disesuaikan

kembali dengan sasaran-sasaran, program-program dan proyek-

proyek rencana untuk tahun (atau periode tertentu)

berikutnya.

(3) Proses perencanaan tetap seoperasional mungkin. Antara lain

diusahakan penggunaan Perencanaan Operasional Tahunan (POT)

serta mengkaitkannya dengan anggaran belanja tahunan.

Walaupun sumber-sumber keuangan negara hanya merupakan

sebagian daripada seluruh sumber-sumber pembangunan, namun

kebijakan fiskal, budget dan anggaran itu sendiri seringkali

merupakan hal yang dominan dalam mengarahkan alokasi

investasi pembangunan. Ciri operasional lainya suatu

perencanaan adalah penyusunan program-program kerja dalam

lingkungan kegiatan yang saling berkait dalam kumpulan atau

unitnya yang terkecil, biasanya dituangkan dalam perencanaan

program-program dan proyek-proyek.

(4) Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang

mengusahakan keserasian antara pelaksanaan dan perencanaan.

Disini koordinasi antar lembaga sangat penting.

(5) Untuk proses penyesuaian kembali rencana dan pelaksanaannya

serta pengendalian pelaksanaan diperlukan sistem pelaporan

dan evaluasi dalm proses perencanaan. Merupakan feed back,

memberikan informasi tentang pelaksanaan yang diperlukan

bagi pengambilan keputusan perencanaan kembali atau koreksi

dalam pelaksanaan rencana. Sistem pelaporan dan evaluasi ini

sangat berguna pula bagi penyusunan program kerja sebagai

perincian dari perencanaan pembangunan.

Perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana

jangka menengah, dan rencana tahunan. Rencana jangka panjang

menjadi pedoman penyusunan rencana jangka menengah. Rencana

jangka menengah disusun dalam rangka perspektif jangka panjang

tersebut. Rencana tahunan kini dikembangkan merupakan bagian dan

peralatan dalam melaksanakan rencana jangka menengah dengan cara

penyusunan kebijakan dan program kegiatan yang lebih konkrit,

sehingga perencanaan menjadi lebih bersifat operasional.

POT dapat memberikan kerangka koordinasi dalam perencanaan,

dengan mengkaitkan berbagai elemen dalam rencana secara serasi.

POT harus memberikan gambaran keadaan sosial ekonomi pada

tahun lampau, sumber-sumber ekonomi yang tersedia untuk tahun

tertentu, gambaran mengenai kegiatan sosial ekonomi, penetapan

tujuan dan kebijakan-kebijakan kegiatan untuk tahun yang

bersangkutan, penetapan proyek-proyek yang akan dilakukan. Untuk

itu proses penyusunan POT perlu ditempuh langkah-langkah sebagai

berikut :

(1) Mengadakan tinjauan terhadap keadaan (review) tahun yang lalu

dalam pelaksanaan pembangunan dan mengadakan perkiraan

perkembangan untuk tahun yang akan datang (forcast).

(2) Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun yang akan

datang merupakan unsur penting dalam penyusunan POT. Hal ini

gunanya memberikan kemungkinan pilihan mengenai tujuan,

cara-cara dan perkiraan pelaksanaan untuk rencana yang

bersangkutan.

(3) Mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber yang dibutuhkan

dan tersedia bagi pembangunan, khususnya sumber-sumber

pembiayaan, sumber-sumber bahan vital, dan tenaga-tenaga

penting untuk sektor-sektor prioritas.

(4) Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan untuk tahun

yang bersangkutan dalam rangka realisasi rencana pembangunan

jangka menengah serta pertimbangan-pertimbangan kebijakan

jangka pendek lainnya.

(5) Menyusun suatu rencana kebijakan pembangunan yang konsisten

guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan tercapainya

tujuan dan sasaran pembangunan tersebut.

(6) Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program

yang konsisten sesuai dengan kebijakan untuk mencapai tujuan

rencana tahunan, selaras dengan prioritas yang telah

ditetapkan sebelumnya.

(7) Mengusahakan adanya konsistensi antara perencanaan secara

sektoral dan regional. Penentuan regional penting untuk

penentuan lokasi proyek-proyek.

(8) Mengadakan koordinasi antara rencana investasi pemerintah dan

rencana yang akan dilakukan oleh sektor swasta.

Hubungan antara POT dan APBN harus diperhatikan, suatu

rencana tahunan baru akan bersifat operasional apabila

anggarannya tersedia. POT harus harus tercermin dalam APBN,

demikian pula APBN harus mencerminkan program-program dan tujuan-

tujuan pembangunan. Maka POT harus memperhitungkan APBN, rencana

pemberian kredit malalui bank, anggaran devisa, banytuan proyek,

dan bantuan teknik, sehingga menjadi pedoman kegiatan pemerintah

dalam melaksanakan rencana.

Dalam rangka pelaksanaan POT maka penyerasian antara

perencanaan fisik dan pembiayaan, terutama tercermin dalam

hubungan antara POT dengan penyusunan anggaran belanja tahunan.

Tetapi hal ini memerlukan beberapa pemikiran, yaitu :

- Pertama : penyusunan program-program dan proyek-proyek dalam

rencana sektoral secara menyeluruh (program investasi

pembangunan pemerintah) harus disusun dengan skala prioritas

berdasar perkiraan penyediaan pembiayaan yang tersedia. Serta

didasarkan atas perkiraan penerimaan negara dari dalam maupun

luar negeri

- Kedua : penyusunan rencana tahunan dalam berbagai rencana

sektoral harus terperinci dalam program-program dan proyek-

proyek yang memungkinkan dipergunakan untuk penelitian dan

penilaian bagi penyusunan anggaran belanja negara dan

penyediaan pembiayaan.

- Ketiga : perlunya terdapat sistem klasifikasi yang sama antara

rencana tehunan dengan anggaran belanja negara.

- Keempat : praktek dan prosedur pelaksanaan anggaran cukup rumit

maka melambankan pelaksanaan fisik dari pada program-program

dan proyek-proyek. Untuk itu perlu penyempurnaan dan

kesesuaian antara kepentingan penganggaran dan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan.

BAB X

PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Administrasi pembangunan dapat pula dilihat dari kemampuan untuk merumuskan kebijaksanaan dan realisasi pelaksanaannya dalam rangka mobilisasi dana serta penggunaannya secara efektif, sehingga menimbulkan proses pembangunan. Dana-dana atau pembiayaan pembangunan, penggalian sumber, arah dan cara penggunaannya sangat mempengaruhi perkembangan politik, sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Dengan meningkatnya peranan pemerintah serta perluasan fungsinya, maka pengelolaan sumber serta penggunaan dana dan pembiayaan pembangunan menjadi amat penting. Kebijaksanaan pemerintah terhadap masalah tersebut sebaiknya merupakan bagian dari suatu kebijaksanaan dan rencana pembangunan.

Dana dan pembiayaan pembangunan sumbernya beragam. Ada yang langsung diusahakan oleh pemerintah sendiri (dari pajak, laba perusahaan negara, bantuan/pinjaman luar negeri, dan sebagainya) dan ada pula yang diciptakan dan digunakan dalam masyarakat sendiri, misalnya tabungan yang dihimpun masyarakat dan digunakanuntuk investasi.

Salah satu alat penting dal;am rangka pembiayaan pembangunan yangberada di tangan pemerintah adalah anggaran belanja negara. Anggaran/Budget tidak hanya menjadi alat kebijaksanaan ekonomi pemerintah, tetapi pada umumnya karena harus mendapat persetujuandari Dewan Perwakilan Rakyat, maka akan menjadi suatu kebijaksanaan negara. Dengan demikian budget mempunyai kekuatan

legal yang cukup tinggi serta menjadi alat pelaksanaan kegiatan dan pengawasan yang sehat di dalam suatu negara demokrasi.

Dalam sistem keuangan dan administrasi negara modern, anggaran untuk perencanaan dan pembiayaan pembangunan mempunyai fungsi danperan penting, antara lain :

(1) Sebagai peralatan kebijaksanaan yang multi fungsional, yang

semuanya dimaksudkan untuk mencapai cita-cita dan berbagai

tujuan negara dan bangsa yang bersangkutan.

(2) Merupakan realisasi konkrit dari “politik pembangunan” (GBHN

dan REPELITA / PROPENAS) yang akan menentukan kua;litas hidup

dan kehidupan bangsa ini sekarang dan masa yang akan datang.

(3) Sebagai alat untuk mencegah keuangan dan kekayaan negara

disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak sah.

Anggaran belanja negara mempunyai dua segi, yaitu segi

penerimaan dan segi pengeluaran. Pelaksanaan kebijaksanaan dari

kedua segi tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap berbagai

bidang, ekonomi, politik, sosial di sektor pemerintah maupun

swasta. Oleh karena itu anggaran belanja negara menjadi sangat

penting sebagai suatu program aksi pemerintah. Untuk dapat

memenuhi fungsinya sebagai program aksi yang menunjang usaha

pembangunan secara berencana, maka anggaran belanja negara dan

penyusunannya sebaiknya dikaitkan dengan perencanaan pembangunan.

mulai pada tahun 1960 dikembangkan perencanaan operasional

tahunan (POT), yang diusahakan pengaitan dan koordinasi antara

penyusunan program-program dan proyek-proyek kegiatan usaha

pembangunan tahunan, dengan anggaranbiayanya. Rencana Pembangunan

tahunan mendapatkan jaminan pelaksanaannya dengan penyediaan

pembiayaan dalam anggaran belanja, dan anggaran belanja

mencerminkan rencana tahunan tersebut.

Di dalam penyusunan anggaran belanja (meliputi segi

penerimaan dan pengeluaran, sangatlah penting terdapatnya

konsistensi dan koordinasi. Hal ini disebabakan karena smber-

sumber penerimaan maupun arah pengeluaran berbagai ragam, tetapi

juga kkarena satu segi anggaran saling mendukung dengan segi

anggaran yang lain. Misalnya pembiayaan sesuatu kegiatan usaha

dapat diusahakan dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri,

tetapi mungkin juga memerlukan pembiayaan luar negeri. Penggunaan

pembiayaan untuk keperluan irigasi, dikaitkan dengan pembiayaan

penyuluhan dan peningkatan produksi pertanian di daerah irigasi

tersebut. Kecuali hal itu juga diperlukan adanya suatu koordinasi

pembiayaan untuk hal-hal yang merupakan pembiayaan pembangunan

dengan pembiayaan pemeliharaan setelah pembangunan sesuatu usaha

selesai.

Penyusunan anggaran belanja negara, menjadi suatu kegiatan

utama dari pemerintah.Dalam hal analisa, penyusunan, memberikan

alasan untuk pengesahannya, dan kemudian pelaksanaan budget

negara, adalah salah satu fungsi pemerintahan. Badan legislatif

mempunyai peranan penting untuk menilai, memberikan kritik, dan

pada akhirnya memberikan persetujuan final terhadap anggaran

tersebut.

Mengenai pertanggungan jawab anggaran belanja biasanya

menggunakan sistem kas (kas stelsel), apa yang diperhitungkan

(dimasukkan) dalam tata pembukuan pelaksanaan anggaran untuk

sesuatu tahun tertentu adalah transaksi keuangan yang dilakukan

pada tahun anggaran tersebut. Untuk keperluan kontinuitas

pembiayaan berbagai kegiatan pembangunan, kadang dimodifikasi

dengan pelaksanaan sistem firemen, yaitu biaya-biaya tahun anggaran

tertentu yang belum selesai digunakan, dapat terus dipakai pada

pelaksanaan tahun anggaran berikutnya.

Dalam penyusunan anggaran biaya belanja perlu pula

diserasikan dengan pengarahan atau perencanaan kredit, anggaran

devisa, dan kerangka investasi nasional secara menyeluruh. Hal

ini untuk menjamin konsistensi dalam usaha berencana yang

bersifat nasional. Sedang dalam pelaksanaannya tergantung masuk

tidaknya dalam jangkauan perencanaan pembangunan, apakah bersifat

komprehensif atau parsial.

Perencanaan dan penyusunan anggaran meliputi sebagaian dari

sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan pembiayaan serta investasi

masyarakat. Namun perencanaan dan penyusunan anggaran mempunyai

dasar legal yang kuat dan dapat mempengaruhi sektor-sektor

pembiayaan lainya.

Dalam sejarah perkembangan administrasi negara, suatu

sistem perencanaan dan penyusunan anggaran mempunyai fungsi dan

tujuan yang berbeda-beda, secara kronologis pertumbuhannya

dimulai dengan Sistem Tradisional : Incremental Budgeting atau Line-

item / Object Expenditures Budget, lalu Performance Budgeting System,

diikuti oleh Program Budgeting Syatem, kemudian Planning Programing

and Budgeting System (PPBS) dan terakhir adalah Sistem ZBB (Zero

Base Budgeting).

Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka disini

dikemukakan perbedaan ciri-ciri pokok antara keempat sistem

anggaran tersebut, yaitu :

i. Sistem Tradisional : Incremental Budgeting atau Line-item / Object

Expenditures Budget, adalah sistem anggaran yang mengacu pada

Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Compabilities Wet

/ ICW ). Adapun ciri-ciri pokok dari sistem tradisional

adalah :

Berorientasi kepada pertanggung jawaban (accounting).

Berdasarkan objek-objek pengeluaran (object or expenditure atau

input).

Berpangkal kepada satuan-satuan organisasi (Organization

units)

Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa “tugas pokok dan

fungsi” suatu badan serta berbagai kegiatan pokok yang

sedang berjalan adalah tetap.

Mengutamakan pembiayaan yang marginal dan berorientasi

pada hal-hal yang bersifat taktis dan berjangka pendek.

ii. Performance Budgeting System, yang kemudian berkembang dengan

Sistem Program Budgeting (Program Budgeting Syatem). Sistem ini

memiliki ciri-ciri antara lain :

Berorientasi kepada penata-laksanaan (management control).

Memusatkan perhatian pada program dan kegiatan pada

instansi pemerintah dan atas dasar itu dilakukan

klasifikasi anggaran.

Berdasarkan pendayagunaan (efficiency) dari hasil-hasil

pelaksanaan (outputs) dan effisiensi dalam alokasi.

Menekankan keterkaitan antara input dan output, serta

penilaian cost benefit.

iii. Planning Programing and Budgeting Syatem (PPBS) di Indonesia

dikenal dengan nama Sistem Perencanaan , Pembuatan Program

Dan Anggaran (SIPPA) merupakan perkembangan lebih lanjut

dari Performace & Program Budgeting. Adapun ciri-ciri utamanya

adalah :

1) Berorientasi kepada perencanaan strategis

2) Tekanan pokoknya tertuju pada tiga hal :

tujuan

output yang terukur, dan

dampak

3) Menekankan pemanfatan cost benefit dan cost effectiveness, serta

berorientasi jangka panjang.

iv. Sistem ZBB (Zero Base Budgeting). Sistem ini berpangkal pada

PPBS dan MBO (Management By Objectives). Sistem ini mengkaitkan

proses perencanaan, penganggaran, dan pengkajian-ulang

berbagai kegiatan program, baik yang lama (sedang berjalan)

ataupun yang baru (dimasa depan). Pada garis besarnya ZBB

mempunyai ciri-ciri :

1) Identifikasi yang jelas tentang maksud dan tujuan serta

tentang faktor-faktor organisasi, prosedur, dan faktor-

faktor operasional lainnya.

2) Penilaian dan pencocokan berbagai kebutuhan dengan sumber-

sumber yang tersedia untuk membantu proses realokasi yang

rasional.

3) Identifikasi yang sistematis dari alternatif-alternatif,

pelaksanaan keji-ilang terhadap berbagai pos pengeluaran

atau pembiayaan berbagai program dan kegiatan.

4) ZBB secara terpadu menggunakan teknik-teknik penentuan

tujuan, analisa incremental, analisa berbagai alternatif

dan cost-benefit, serta pengukuran performance.

BAB XI

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

A. Pengertian Administrasi Pembangunan Dalam Menunjang Perencanaan Pembangunan

Istilah untuk administrasi pembangunan dapat dikatakan

sebagai berikut :

Manajemen dan pengarahan sasaran

Menyelesaikan segala sesuatu

Pelaksanaan tugas-tugas pimpinan (eksekutif)

Menegakkan dan melaksanakan kebijakan

Kegiatan berkelompok yang bersifat kerjasama dengan

rasionalitas yang tinggi

Tindakan-tindakan manusia yang bersifat kerjasama untuk

mencapai tujuan bersama

Kerjasama manusia (orang) dan usaha-usaha kelompok untuk

melaksanakan kebijakan

Tahap pelaksanaan keputusan-keputusan

Tindakan-tindakan kepemimpinan (managerial action )

Kekuasaan pelaksanaan dari pemerintah

Sistem Administrasi

Administrasi pembangunan sebagai salah satu kecenderungan

baru dalam administrasi negara adalah penerapan konsep

administrasi atau manajemen yang lebih ditujukan untuk mendukung

proses pembangunan.

Administrasi pembangunan berorientasi kepada usaha

meningkatkan kemampuan administratif untuk mendorong perubahan-

perubahan kearah keadaan yang dianggap lebih baik daripada suatu

masyarakat dimasa depan.

Menurut M. Faisal Khan bahwa : “kegiatan-kegiatan

fungsional atau organisasional yang bersangkut paut dengan

administrasi pembangunan dan berencana dalam berbagai tingkat

(fase) yang dapat dipelajari secara sistematis, praktis

(dilaksanakan) dan dianalisis juga dapat memecahkan masalah serta

pelaksanaan rencana yang berhasil guna”.

Sedangkan menurut J.B. Kristiadi bahwa : “Administrasi

Negara yang mampu mendorong kearah proses perubahan serta

penyesuaiannya. Oleh sebab itu administrasi pembangunan juga

merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya. Dalam proses

tersebut administrasi pembangunan mempunyai perhatian yang besar

terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, dan

Hankam yang mempengaruhi perannya dalam pencapaian tujuan-tujuan

pembangunan”.

Munurut Bintoro Tjokroamidjaja Administrasi Pembangunan

mempunyai dua fungsi pokok :

Pertama : Adalah penyempurnaan aparatur atau administrasi negara

agar lebih mampu mendukung proses pembangunan usaha

penyempurnaan dilakukan dibidang kelembagaan,

kepegawaian, dan ketatalaksanaan antara lain

penyempurnaan organisasi pemerintahan, administrasi

kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi meterial

(peralatan) dan kepemimpinan.

Kedua : Adalah pengembangan sistem administrasi perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan. Hal ini seperti halnya sistem

perencanaan dan penganggaran, sistem mobilisasi dana,

sistem pembiayaan pembangunan, sistem tata hubungan kerja

pelaksanaan program pembangunan, manajemen/program/proyek

pembangunan sistem pengendalian dan pengawasan atau

wasdal.

Ruang Lingkup administrasi pembangunan meliputi :

1. Penyempurnaan administrasi negara, kelembagaan, organisasi,

kepegawaian, sistem, prosedur dan sebagainya.

2. Penyusunan kebijakan : Kepemimpinan, Koordinasi, Pengawasan

dan Pengendalian dan fungsi-fungsi manajemen yang merupakan

unsur pembangunan

3. Fungsi lainnya dalam administrasi pembangunan antara lain

partisipasi masyarakat.

B. Perlunya Reformasi Pembangunan Administrasi

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar

Administrasi menyatakan bahwa : “Pada pokoknya pendekatan

administrasi pembangunan diartikan sebagai proses pengendalian

usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah untuk merealisir

pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap

lebih baik dan kemajuan di dalam berbagai aspek kehidupan bangsa

(dalam perumusan yang terdahulu disebutkan administrasi |

pengendalian usaha] untuk mendorong atau mendukung perubahan-

perubahan suatu masyarakat ke arah keadaan yang lebih baik di

kemudian hari).

Tinjauan peranan administrasi negara dalam proses

pembangunan nasional telah melahirkan administrasi pembangunan.

Menurut Sondang P. Siagian dalam buku Administrasi Pembangunan

telah terjadi proses “rethinking” dalam administrasi negara dan

terjadi masalah pelaksanaan pembaharuian administratif

(administrative reform) untuk menjawab berbagai pertanyaan berikut :

1. apakah birokrasi pemerintahan yang bekerja secara tradisional

mampu menghadapi perubahan yang sedang terjadi di bidang

sosial budaya, ekonomi dan politik ?

2. apakah birokrasi pemerintahan dalam suatu negara telah

menyesuaikan diri dengan pembangunan nasional yang menjadi

tujuan antara bagi setiap negara dewasa ini dalam rangka

mencapai tujuan akhir ?

3. apakah fokus perhatian tidak sebaiknya dialihkan dari hanya

sekedar pembinaan sistem status quo kepada partisipasi yang

aktif dalam proses pembangunan.

4. apakah perhatian yang lebih besar tidak perlu diberikan kepada

segi inovatif dari administrasi pemerintahan ?

Pembangunan sebagai konsep yang “goal-oriented” menunjukkan

bahwa pembangunan itu merupakan pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dalam berbagai aspek kehidupan bangsa – politik,

ekonomi, sosial budaya dan administratif – dalam rangka nation-

building.

Dengan demikian arti pembaharuan administratif dalam

hubungannya dengan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan

bangsa dalam rangka nation-buiding, menurut konsep pembaharuan

administratif terdapat lima golongan besar, yaitu :

1. Penekanan beru (new emphasis) terhadap program-program kerja;

2. Sikap-sikap yang berubah terhadap “langganan” pemerintah serta

para anggota daripada suatu birokrasi penerintahan;

3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam bentuk-bentuk intern

(internal styles) dari suatu administrasi yang menunuju kepada

perbaikan dan komunikasi dan manajemen yang bersifat

partisipatif;

4. Penekanan yang lebih besar terhadap penggunaan sumber-sumber

dengan lebih effisien dan ekonomis;

5. Kurangnya penekanan terhadap approach yang statis terhadap cara

kerja yang bersifat rutin dan legalistis.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka sasaran pembaharuan

administratif adalah peningkatan secara nyata ‘performance capacity’

dari seluruh aparat pelaksana serta peningkatan effisiensi kerja

dalam menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan nasional.

BAB XII

ORGANISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Organisasi perencanaan pembangunan di Negara Republik Indonesia yaitu :

- BAPPENAS (Pemerintah Pusar/nasional)

- Bagian-bagian Perencanaan Departemen (LPND)

- BAPEDA (Pemerintahan Provinsi)

- BAPPEDA (Pemerintah Kabupaten/Kota)

- Musyawarah Kepala Desa dengan BPD

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar

Administrasi menyatakan bahwa : “Dilihat dari segi administrasi

pembangunan, maka organisasi-organisasi pemerintah secara

menyeluruh seyogyanya harus mampu mendesain kebijaksanaan/rencana

dan program-programnya, pelaksanaan, komunikasi dengan sektor-

sektor di luar pemerintahan, serta evaluasi dan pengawasan yang

diharapkan mendorong proses pembangunan. ... Ini memerlukan

mekanisme hubungan tata kerja sedemikian rupa sehingga hasil

kebijaksanaan atau rencana dan pelaksanaan tersebut bersifat

konsisten. Maksudnya adalah konsisten antara berbagai

kebijaksanaan sektor dan konsisten antara kebijaksanaan dalam

jangka waktu yang berbeda-beda (jangka panjang, jangka menengah

dan jangka pendek). Untuk dapat melingkupi tidak saja tugas-tugas

dalam usaha pembaharuan dan pembangunan secara berencana dilihat

dari segi prosesnya, tetapi juga supaya kebijaksanaan dapat

diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan sektor pemerintah maupun

non-pemerintah di seluruh wilayah negara, ...”.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan pernyataan di atas

Bintoro Tjokroamidjojo mengemukakan pendapat dari Saul Katz

mengenai klasifikasi serta penyusunan hubungan organisasi-

organisasi pemerintahan guna mendukung proses pembangunan,

yaitu :

(A) Organisasi kebijaksanaan dan bimbingan nasional. Dalam hal

ini adalah organisasi-organisasi yang menyususn, mendukung

atau menetapkan keputusan-keputusan penting yang dipilih dari

berbagai alternatif yang dimaksudkan untuk menetapkan dan

mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Juga berfungsi

mengusahakan dukungan nasional terhadap keputusan-

keputusannya. Organisasi ini meliputi :

1. Organisasi kepemimpinan nasional/pimpinan pemerintahan,

terdiri :

a) Kepemimpinan nasional/pimpinan pemerintahan sendiri

beserta organisasi stafnya;

b) Panitia-panitia atau dewan-dewan pembangunan nasional

c) Dewan konsultatif nasional.

2. Organisasi penyusunan rencana nasional.

3. Organisasi atau tata hubungan organisasi komunikasi

nasional.

4. Organisasi-organisasi bagi pengawasan dan pengendalian.

(B) Organisasi-organisasi operasional yang bersifat nasional.

Disini kebijaksanaan dan rencana-rencana diterjemahkan dalam

kegiatan-kegiatan nyata dalam program-program, proyek-proyek

atau kegiatan pembangunan lainnya dilakukan oleh organisasi

pemerintah ataupun swasta. Organisasi ini meliputi :

a) Organisasi-organisasi pusat yang memberikan jasa atau

pelayanan staf. Misalnya organisasi administrasi

kepegawaian, statistik, dan sebagainya.

b) Departemen-departemen, organisasi-organisasi otonom

pemerintah sampai kepada tingkat kegiatan program-

program dan proyek-proyek usaha pembangunan.

(C) Organisasi-organisasi yang di luar pemerintahan pusat maupun

organisasi-organisasi swasta, terutama yang bergerak atau

berusah dalam bidang kegiatan ekonomi pembangunan. Ini adalah

tata hubungan organisasi guna mempengaruhi kegiatan-kegiatan

sektor-sektor semi pemerintah dan sektor swasta. Misalnya

voluntary organization, koperasi, dan lain-lain.

BAB XIII

MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN

A. Model Bottom Up Dan Top Down Planning

Dalam upaya untuk mewujudkan mekanisme perencanaan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah serta untuk lebih mengefektifkan perencanaan pembangunan Daerah yang konprehensif dan terpadu sehingga dapat tecapai titik temu antara aspirasi dan kebutuhan Daerah yang mendesak dengan kebijaksanaan dan stretegi pembangunan nasional, oleh Pemerintah telah dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan baikyang menyangkut masalah pembentukan kelembagaan maupun proses danmekanisme penyusunan perencanaan serta penyelenggaraannya. Adapunberbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan-kebijaksanaaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2) Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1980 tentang peningkatan dan

Penyempurnaan Fungsi Lembaga Sosial Desa menjadi Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 tentang

Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di

Daerah (P5D).

4) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1981 tentang

Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Program Masuk Desa.

5) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor Bangda 1/9/16 tanggal

20 November 1978 tentang Pedoman Pola Dasar Pembangunan

Daerah.

6) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2104/ Bangda

tanggal 15 November 1983 tentang Pedoman Penyusunan Pola Dasar

Pembangunan Daerah Tingkat II.

Seluruh peraturan tersebut di atas merupakan satu paket kebijaksanaan yang saling melengkapi dalam proses dan mekanisme perencanaan dari bawah ke atas.

B. Integrasi Kedua Model Tersebut

Proses dan mekanisme perencanaan pembangunan Daerah dari

bawah hanyalah salah satu aspek saja dalam kerangka pola dan

sistem penyusunan perencanaan pembangunan secara keseluruhan.

Dalam upaya penjabaran kebijaksanaan nasional di Daerah

telah dilakukan suatu mekanisme perencanaan dari atas ke bawah

(top down planning) melalui jalur-jalur kelembagaan yang sudah ada

dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah serta ketentuan-ketentuan lainnya yang

konsisten. Untuk mencapai dan memperoleh hasil pembangunan yang

maksimal, maka dalam proses dan mekanisme penyusunan perencanaan

pembangunan dari bawah, terutama yang berkaitan dengan

perencanaan yang dilakukan oleh lembaga yang ada di daerah

seperti Musyawarah Desa (antara Kepala Desa dengan Badan

Perwakilan Desa pada Desa atau antara Lurah dengan LKMD pada

Kelurahan), UDKP pada tingkat kecamatan, dan Bappeda pada tingkat

Kabupaten/Kota harus dilakukan secara harmonis dan terpadu.

Dengan kata lain perpaduan antara bottom-up planning dengan top-domn

planning sedapat mungkin dikembangkan dalam setiap fase

perencanaan pembangunan di Daerah,

Sesuai dengan sebutannya Perencanaan Pembangunan Daerah

dari Bawah, maka proses dan mekanisme penyusunannya dibahas

berjenjang melalui tahap-tahap penyusunan di semua tingkatan

pemerintahan mulai Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,

Propinsi, Regional sampai tingkat Nasional.

C. Jenjang Perencanaan : Tiga Model Dasar

Rencana-rencana pembangunan pada umumnya didasarkan atas beberapaformulasi model ekonomi makro, menurut Michael P. Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga sebagai berikut :

(1) Model Pertumbuhan Bersama/Menyeluruh, Memproyeksikan

Variabel-variabel Makro. Model ini mencakup seluruh ekonomi

berdasarkan susunan variabel ekonomi makro yang terbatas,

dianggap paling penting bagi penentuan tingkat dan laju

pertumbuhan luaran/output nasional : tabungan, investasi,

persediaan modal, eksport, import, bantuan luar negeri, dan

lain-lain. Tetapi dalam soal-soal tertentu, model/teori

pertumbuhan ini hanya memberikan perkiraan kasar permulaan

tentang petunjuk-petunjuk umum yang dapat dilakukan oleh

ekonomi. Contohnya model ini jarang sekali memberikan

rencana pembangunan secara operasional.

(2) Model-model Input-Output dan Proyeksi-proyeksi Sektoral : Ide

Dasar. Pendekatan yang lebih rumit lagi mengenai perencanaan

pembangunan ialah menggunakan beberapa variasi antar

industri atau model input-output yang kegiatan-kegiatan

sektor industri penting dalam ekonomi saling berhubungan

antara satu dengan yang lain dan secara simultan menyusun

atau rangkaian persamaan aljabar yang menjelaskan proses

produksi tertentu atau teknologi masing-masing industri.

Semua industri dipandang sebagai produsen output/luaran dan

konsumen/pemakai input/masukan dari industri lain.Pantulan-

pantulan langsung atau tidak langsung mengenai perubahan-

perubahan permintaan/kebutuhan produk-produk dari salah satu

industri pada output yang telah direncanakan, pekerjaan dan

import semua barang-barang industri bisa dilacak melalui

seluruh jaringan perekonomian yang banyak liku-likunya

tentang interdepedensi ekonomi.

(3) Pertimbangan Proyek Dan Analisis Bea-Maslahat Sosial (Social

Cost-Benefit Analysis). Metodologi pertimbangan proyek tergantung

pada teori dan praktek analisis bea maslahat ‘sosial’, yaitu

untuk menentukan harga atau nilai proyek yang melibatkan

anggaran belanja/pemgeluaran pemerintah dianggap perlu untuk

mempertimbangkan keuntungan-keuntungan/manfaat dan kerugian-

kerugian (biaya) bagi masyarakat secara keseluruhan. Karena

itu menentukan keuntungan sosial dalam suatu jamgka waktu

karena perbedaan antara keuntungan dan biaya sosial yang

kedua-duanya diukur secara langsung atau tidak langsung.

Kalkulasi profitibilitas sosial dari suatu investasi

kemudian melibatkan proses tiga tahap :

a. memperinci ‘fungsi sasaran’ yang harus ditingkatkan dengan

mengukur bagaimana perbedaan keuntungan yang harus diukur

dan apa ‘imbuhan’ yang mungkin terdapat di antara

keuntungan-keuntungan itu.

b. memerlukan beberapa ukuran sosial nilai-nilai unit dari

semua proyek input dan output disebut ‘bayangan harga-

harga’. Semakin besar penyimpangan atrau pertentangan

antara harga bayangan dan harga pasar, semnakin besar pula

kebutuhan akan analisis bea-maslahat sosial dalam usaha

mencapai peraturan-peraturan usaha/keputusan investasi

pemerintah.

c. memerlukan beberapa ketentuan kriteria untuk mengurangi

arus bea-maslahat sosial yang diproyeksikan kepada satu

indeks yang nilainya kemudian dipakai untuk memilih atau

menolak suatu proyek menempatkannya dal;am proyek-proyek

alternatif.

5. Penentuan Sasaran.. ‘Nilai sosial’ dari sutau proyek haruslah

dievaluasi dalam kerangka sasaran atau tujuan sosial dan

ekonomi nasional. Penentuan sasaran atau tujuan merupakan

jenjang pertama dan paling penting di dalam formulasi suatu

rencana pembangunan. Walaupun semua rencana itu dimaksudkan

atau dirancang untuk memaksimalkan ‘kesejahteraan sosial’

dalam sayu atau berbagai bentuk, tetapi penting dirinci dan

dijelaskan secara teliti mengenai ukuran pokok kesejahteraan

sosial.

6. Memperhitungkan Harga-harga ‘Bayangan’ dan Tingkat Potongan

Sosial. Analisis bea-maslahat sosial yang penting adalah

kalkulasi dan/atau estimasi harga-harga yang dipergunakan

dalam menentukan nilai kemaslahatan/keuntungan yang benar dan

besarnya biaya riel.Pada negara-negara yang sedang berkembang

harga-harga pasaran output/keluaran dan input/masukan tidak

memberikan refleksi yang benar mengenai

kemaslahatan/keuntungan dan biaya-biaya sosial. Antara lain,

lima alasan berikut :

(1) Inflasi dan Kurs/Nilai Tukar yang ’Overvaluation’. Banyak

negara sedang berkembang dilanda inflansi yang ganas

dengan tidak terkendalinya keadaan harga. Harga-harga ini

biasanya tidak mencerminkan biaya kebatalan (oppurtunity-cost)

yang sebenarnya bagi masyarakat yang menghasilkan barang-

barang atau jasa. Selanjutnya, hampir didalam semua

negara, pemerintah mengatur/menentukan harga valuta asing.

Dengan inflasi dan nilai valuta asing yang tidak berubah,

nilai tukar/kurs dalm negeri menjadi “overvalued”, sehingga

dengan demikian, (a) harga-harga impor memperkecil

(underestimate) biaya reil bagi negara yang beli produk-

produk luar negeri ; dan (b) harga-harga ekspor (dengan

ukuran kurs dalam negeri) memperkecil (undestate) keuntungan

riel yang diterima oleh negara, dari volume ekspor

tertentu. Selanjutnya, harga “resmi” valuta asing dalam

sebagian besar negara-negara sedang berkembang tidak

memberikan refleksi keuntungan dan biaya “sosial” yang

benar dari kegiatan impor dan ekspor. Akibatnya, usaha-

usaha investasi pemerintah berdasarkan harga-harga semacam

ini cendrung meragukan untuk industri-industri ekspor dan

substitusi impor.

(2) Tingkat Upah, Bea Modal dan Pengangguaran.. Pengaruh dalam

hampir sumua negara sedang berkembang mengenai perubahan-

perubahan “harga faktor” yang berakibat dalam tingkat upah

melebihi biaya batalan sosial (atau harga bayangan) tenaga

kerja dan tingkat kepentingan untuk memahami biaya

kebatalan sosial dari hasil modal. Andaikata pemerintah

menggunakan harga-harga pasar yang tidak sesuai dengan

harga tenaga dan modal dalam menghitung biaya-biaya proyek

investasi alternatif pemerintah, mereka akan memperkecil

biaya riel proyek-proyek intensifikasi modal dan cendrung

menaikannya pada biaya sosial proyek-proyek intensifikasi

tenaga yang rendah biayanya. Selanjutnya, andaikata fungsi

sasaran kesejahteraan sosial memberikan premi terhadap

perbaikan pemerataan penghasilan, maka pilihan proyek-

proyek intensifikasi modal bukan hanya akan memperkecil

biaya-biaya, tetapi juga secara marjinal akan mengurangi

bantuan terhadap perbaikan kesejahteraan sosial,

dibandingkan dengan proyek intensifikasi tenaga

alternatif.

(3) Tarif, Kuota, dan Substitusi Import . Eksistensi tingginya

tingkat nominal dan proteksi tarif efektif, digabungkan

dengan kuota-kuota import dan nilai lebih, membedakan

sektor pertanian dan sektor industri substitusi import.

(4) Kekurangan tabungan. Dengan adanya tekanan-tekanan

substansial untuk memberikan/menyediakan tingkat konsumsi

yang tinggi bagi masyarakat yang kekurangan makanan, maka

tingkat dan laju tabungan-tabungan dalam negeri di

sebagian negara-negara sedang berkembang seringkali

dianggap sebagai sub-optimal.

(5) Tingkat Potongan Sosial (Social Rate of Discount ). Perlunya

pemerintah memilih tingkat potongan (discount rate) yang

sesuai dalam membuat kalkulasi nilai keuntungan-keuntungan

danbiaya-biaya proyek yang berlangsung dari waktu ke

waktu. ‘Tingkat potongan sosial’ pada hakekatnya adalah

‘harga’ waktu, yakni nilai waktu yang dipergunakan oleh

para perencana untuk menghitung nilai bersih sekarang

mengenai keuntungan proyek.

3. Memilih Proyek : Ada Beberapa Kriteria. Dengan

mempertimbangkan harga-harga bayangan yang relevan,

memproyeksikan perhitungan waktu mengenai keuntungan dan biaya

yang diharapkan, dan memilih tingkat potongan sosial yang

sesuai, sekarang para perencana mampu memilih diantara sekian

banyak alternatif proyek-proyek investasi yang dianggap paling

sesuai.

BAB XIV

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

A. Arti Dan Perlunya Partisipasi MasyarakatPembangunan merupakan suatu proses pembeharuan yang kontinu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dan di negara-negara baru berkembang usaha pembaharuan ini, seperti telah dikemukakan terdahulu, pada umumnya dilakukan dengan pemerintah yang aktif, dan dengan usaha secara berencana. Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupanpolitik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil, apabila merupakan kegiatan yan melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu negara. Tidak saja dari pengambil kebijaksanaan tertinggi, perencana, pemimpin pelaksanaan operasional, tetapi juga dari p-etani-petani yang masih tradisionil, nelayan, buruh, pedagang kecil dan lain-lain.

Administrasi pembangunan tidak hanya berarti kemampuan

untuk menetapkan strategi pembangunan yang baik, kemudian

diperinci dalam rencana-rencana dan diterjemahkan dalam kegiatan-

kegiatan nyata yang efektif dalam pelaksanaan pemerintahan,

tetapi juga hendaknya dapat m enimbulkan respons dan kerja sama

seluruh rakyat (seluruh ini tentu saja relatif) dalam proses

pembangunan tersebut. Administrasi pembangunan juga berperan

untuk melibatkan (belum tentu dengan cara-cara langsung) kegiatan

masyarakat luas,sesuai dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan

dalam proses pembangunan. Di sini terlihat empat aspek penting

dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu:

5. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan

mekanisme proses politik dalam suatu negara turut menentukan

arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan

pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan

pembangunan hendaklah mencerminkan kepentingan masyarakat.

Cermin dari kepentingan masyarakat ini dilakukan melaui

partisipasi masyarakat didalam keterlibatan politik mereka

dalam proses politik.

6. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-

tujuan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang

sebaiknya. Maka pemerintah harus memberikan pengarahan

mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan

tersebut dan mengembangkan kemampuan-kemampuan masyarakat

untuk mendukung proses pembangunan.

7. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang

konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah

ditentukan dalam proses politik. Misalnya mengerahkan gotong

royong membersihkan sungai dari sampah.

8. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif

dalam pembengunan yang berencana, misalnya pembangunan

masyarakat desa dan program kredit usaha kecil.

Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan ada beberapa faktor yang sangat menentukan, yaitu :

(1) Kepemimpinan. Unsur pertama dari proses pengendalian usaha

dalam pembangunan ditentukan sekali oleh adanya serta

kualitas kepemimpinan. Arief Budiman menyatakan bahwa dalam

menggerakkan partisipasi rakyat untuk pembangunan diperlukan

pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan

pemimpin-pemimpin informal yang memiliki legitimitas.

(2) Komunikasi. Gagasan-gagasan, kebijaksanaan dan rencana hanya

akan mendapat dukungan, bila diketahui melalui proses

komunikasi dan kemudian dimengerti. Eldersveld mengemukakan

bahwa supaya masyarakat dapat terlibat dalam suatu sistem

dan dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan, hendajlak

administrasi pemerintah menjangkau (penetration) golongan

masyarakat yang paling jauh dan paling perlu bagi

berhasilnya usaha-usaha pembangunan. Maka memerlukan

penerangan dan penyebaran (information) tentang usaha-usaha

pembangunan tersebut. Ini ditujukan supaya mendapat

kepercayaan (belief and confidance) dan dapat dinyatakan dalam

kegiatan-kegiatan nyata (action). Komunikasi juga bertujuan

untuk mengembangkan suatu iklim yang mengurangi tekanan

(tensions) dan konflik dalam masyarakat. Komunikasi juga

dimaksudkan untuk menumbuhkan berbagai perubahan-perubahan

nilai dan sikap yang inheren di dalam proses pembaharuan dan

pembangunan tanpa menimbulkan tekanan, frustasi, dan friksi.

Maka dikembangkan suatu konsep mengenai sistem penerangan

untuk mendukung program pembangunan (development support

communication). Komunikasi ini erat hubungannya dengan

kepemimpinan dan peranan serta hubungan kepemimpinan di

dalam suatu masyarakat. Salah satu unsur dari kepemimpinan

yang penting adalah komunikasi, dan dalam mengembangkan

komunikasii diperlukan peranan pemimpin-pemimpin yang dapat

“menjembatani” komunikasi timbal balik.

(3) Pendidikan. Yingkat pendidikan yang memadai akan memberikan

kesadaran yang lebih tinggi pada masyarakat dan memudahkan

bagi pengembangan identifikasi terhadap tujuan-tujuan

pembangunan.

B. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Berbgai Program

Pemberdayaan masyarakat menurut Adimihardja (1999 : xi) adalah : tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunanyang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi nilai tambah sosial budaya.

Dari konstruksi pemikiran yang dikemukakan itu menunjukan bahwa makna pemberdayaan di era reformasi dan situasi krisis ekonomi pada saat ini lebih kuat diwarnai perspektif politik dan ekonomi dari pada perspektif sosial dan budaya. Hal ini dapat dilihat

dari adanya usaha untuk memobilisasi masyarakat untuk memanfaatkan sumber yang datang dari atas untuk kepentingan politik tertentu dan mempertahankan keberhasilan pertumbuhan ekonomi, dengan kurang meberikan peluang agar inisiatif tumbuh dari masyarakat atau menumbuh kembangkan perilaku sosial masyarakat untuk di dukung melalui pengayaan orientasi, motivasi,pengambilan keputusan sendiri oleh masyarakat, serta peningkatan aksesbilitas masyarakat terhadap sumber kehidupan.

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Tjokrowinoto dan Pranarka (1996 : 56) bahwa : harus ditempatkan tidak hanya secara individual akan tetapi secara kolektif, dan semua itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan keaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan kata lain, manusia dan kemanusianlah yang menjadi tolok ukur normatif, struktur dan substansial. Hal ini menempatkan konsep pemberdayaan sebagi bagian dari upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia didalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud di berbagai kehidupan : politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya.

Dari konsep tersebut menunjukkan bahwa dalam membangun masyarakatke depan, maka diperlukan suatu keseimbangan (keadilan) yang manusiawi antara kehidupan politik, ekonomi, hukum dan kehidupan sosial budaya bagi setiap manusia atau masyarakat. Keharusan ini menjadi sangat penting oleh karena persoalan-persoalan sosial budaya, ekonomi dan politik termasuk persoalan hukum akan menghadapi tantangan-tantangan yang cukup berat sebagai akibat dari globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terbendung.

Weissglass (1990 : 351) memberikan pengertian tentang

pemberdayaan sebagai : “ a process of supporting people to construct new

meanings and exercise their freedom to chose “, artinya suatu proses yang

membangkitkan masyarakat untuk membangun makna dan menggunakan

hak kebebasan menentukan pilihan yang baru.

Irwin (1995 : 82) mengemukakan : “ Empowering other people

means giving them a change to make their sp0ecial contribution ... your contribution

may be a particular insight, a particular talent, a particular energy, aparticular loving

way to be with people “, artinya upaya pemberdayaan itu berarti

memberukan kepada masyarakat peluang untuk melibatkan diri dengan

hal-hal yang menyangkut paham, bakat, kekuatan dan kesenangan

masyarakat.

Dari beberapa definisi tentang pemberdayaan masyarakat yang telahdikemukakan di atas pada prinsipnya adalah dalam rangka membangkitkan atau membangun potensi-potensi yang ada pada masyarakat seperti : bakat, keterampilan, kekuatan dan kesenangan.

Dengan tidak mengurangi makna pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya, Penulis akan mempergunakan definisi pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Bryan dan White (1989 : 25) bahwa : Pemberdayaan hendaknya di fahami sebagai suatu proses meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga mereka dapat memecahkan masalah sendiri dengan cara memberikan kepada mereka kepercayaan untuk mengelola program-proram tertentu atas keputusannya sendiri.

Dari definisi pemberdayaan yang dikemukakan oleh Bryan dan

White tersebut mengandung beberapa dimensi dalam pemberdayaan

masyarakat yaitu :

1. proses meningkatkan kemampuan masyarakat,

2. pemecahan masalah,

3. memberikan kepercayaan,

4. pengelolaan program, dan

5. membuat keputusan sendiri

Secara tajam akan di jelaskan unsur-unsurnya, ciri-crinya

dan sifat-sifatnya sehingga menjadi jelas sebagai variabel.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang

merupakan kejadian konkrit dan dapat di indra atau di amati.

Kemampuan masyarakat harus dan mutlak perlu di tingkatkan, karena

sumber daya manusia merupakan energi yang sangat istimewa.

Kemampuan menurut Robbin (2001 : 46) adalah : suatu kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Seluruh kemampuan seseorang pada hakekatnya tersusun dari dua

faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang di perlukan untuk

melakukan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa.

Di harapkan, dengan meningkatnya kemampuan masyarakat baik secara

intelektual dan fisik, maka masyarakat akan memberikan kontribusi

secara maksimal terhadap penyelenggaraan Pemerintah di daerah.

Kemampuan intelektual akan dapat di capai apabila Pemerintah

secara serius memperhatikan masalah pendidikan, baik pendidikan

formal , informal dan non formal. Selanjutnya peningkatan

kemampuan secara fisik hanya akan dicapai apabila Pemerintah

secara serius memperhatikan kesehatan masyarakat dan kesehatan

lingkungannya. Dimensi kemampuan masyarakat bertalian erat dengan

partisipasi masyarakat. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi

merupakan tanda danya kemampuan masyarakat untuk berkembang

secara mandiri.,

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mubyarto (1984 : 36)

bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri

berkolerasi secara positif dengan kemampuannya untuk

berpartisipasi dan juga kemampuannya untuk meningkatkan taraf

hidup sendiri.

Konsep ini memberikan kejelasan bahwa hanya pada masyarakat

yang memilikii kemampuan, partisipasi itu dapat di wujudkan.

Sehingga antara kemampuan masyarakat dan partisipasi masyarakat

ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat di pisahkan tetapi dapat

dan perlu di bedakan.

Demikian halnya Tilaar (1997 : 238) mengemukakan bahwa :

Suatu masyarakat yang berpartisipasi adalah masyarakat yang

mengetahui potensi dan kemampuannya termasuk hambatan-hambatan

karena keterbatasannya. Masyarakat yang mampu berdiri sendiri

adalah masyarakat yang mengetahui arah hidup dan perkembangannya

termasuk kemampuannya untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan

masyarakat lainnya bahkan pada tingkat regional dan

internasional.

Menjadi jelas bahwa partisipasi masyarakat itu sangat

ditentukan oleh kemampuan

masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kemampuan

pemahaman akan sesuatu yang diketahui masyarakat, maka diharapkan

akan semakin tinggi pila partsispasi masyarakat yang bersangkutan

dalm setiap kegiatan, program, maupun proyek yang dilaksanakan

pada masyarakat itu berada.

Kaitan antara kemampuan masyarakat dengan pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan desa menurut Ndraha (1987 : 107)

bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri

dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desanya.

Kemampuan masyarakat yang telah diberdayakan dapat dilihat pula dalam kemempuan memecahkan masalah, yaitu mengurangi dan meminimalisasikan kesenjangan antara harapan-harapan masyarakat dengan kenyataan yang ada dapat mengancam kehidupan masyarakat itu sendiri serta tidak mungkin diintervensi oleh pemerintah yangkurang memahami permasalahannya. Apabila pemerintah tidak mengintervensi masalah-masalah masyarakat desa, merupakan bentuk kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat akandapat menggali potensi-potensi, inisiatif-inisiatif, dan kreatifitas sehingga masyarakat dapat memberikan sikap dan tindakannya sesuai dengan latar belakang historis kehidupan masyarakat tersebut.

Dalam perberdayaan masyarakat desa dalam rangka membangun

pedesaan yang kuat, effisien dan moder, ada tujuh agenda

permasalah yang perlu dipecahkan (dibuat agenda pemecahannya),

yaitu :

(II) belum optimalnya pemerintah dalam menyediakan barang publik

dan jasa publik kepada masyarakat (seperti prasarana

kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana sosial-budaya,

keamanan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan;

(III) rendahnya posisi tawar masyarakat dalam pasar input (tenaga

kerja, modal, lahan);

(IV) belum berfungsinya pemerintah dalam mendorong terbangunnya

pasar input dan pasar output yang effisien;

(V) randahnya daya beli masyarakat sebagai akibat rendahnya

pendapatan masyarakat dan tingginya harga barang output

akibat buruknya kelembagaan dan prasarana transportasi;

(VI) rendahnya akses bagi petani dan usaha kecil di pedesaan

untuk memasuki pasar input, sebagai akibat buruknya

kelembagaan dan prasarana transportasi;

(VII) terbatasnya kemampuan pemerintah desa dalam menyediakan

prasarana untuk usaha ekonomi pedesaan; dan

(VIII) belum terbangunnya kerjasama yang saling menguntungkan

antara usaha besar dan usaha kecil.

Untuk menggrapa agenda permasalahan tersebut pada tahap

awal dimulai dengan pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan

masyarakat dikonsepkan dalam dua makna pokok, yaitu :

1. meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai

kebijakan kemampuan yang diharapkan, dan

2. meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang

secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan

keputusan untuk membangun diri dan lingkungannya secara

mandiri.

Dengan demikian menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan

masyarakat berarti memampukan dan memandirikan masyarakat.

Implementasi konsepsi pemberdayaan masyarakat tersebut

dalam kebijakan pembangunan nasional harus terwujud dalam 3 aspek

kebijakan utama, yaitu :

1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya

potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik potensi

sumber daya maupun potensi sistem ilai tradisional sebagai

kearifan lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan

masyarakat;

2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik

potensi lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan

masyarakat melalui pemberian masukan atau input berupa

bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana, baik fisik

(jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan,

kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian

dan pemasaran di daerah, dan

3. melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah

untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan bukan

berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Mirriam, 1981,

Dasar-dasar Ilmu Politik, Binacipta, Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana, 1994,

Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, Alumni, Bandung.

Dwijowijoto, Riant Nugroho, 2003,

Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi Dan Evaluasi,

PT Elex Media Komputendo, Jakarta.

Jhingan, M.L., 1988,

Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, Terjemahan D. Guritno, CV.

Rajawali, Jakarta.

Levin, Richard I. & Kirkpatrick, Charles A., 1982,

Perencanaan Dan Pengendalian Dengan PERT Dan CPM (Terjemahan

Magdalena Adiwardana Jamin, LPPM – Balai Aksara,

Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara RI, 1996,

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II Edisi

Ketiga, PT Toko Gunung Agung, Jakarta.

Siagian, Sondang P., 1981,

Administrasi Pembangunan, PT Gunung Agung, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1981,

Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan),

Borta Gorat, Medan..

Supriyono, R.A., 1998,

Manajemen Strategi Dan Kebijakan Bisnis, Jakarta

Team Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1997,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995,

Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.

Todaro, Michael P., 1983,

Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jilid II (alih bahasa

Aminudin dan Nursid), Ghalia Indonesia, Jakarata.

Diposkan oleh Ilmu Sosial Budaya di 02.16 Label: A. Machron Chairulfalah

1 komentar:

^toN3L-P!Tr3L^ mengatakan...

makasih ya pak ...aratikel anda sangat membantu saya dalam penyelesaian tugas administrasi pembangunan

24 November 2009 03.03

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

My daughter

Aku & Ponakan

Arsip Blog ▼   2008 (2)

o ▼   April (2) Perencanaan Pembangunan SANKRI

Mengenai Saya

Ilmu Sosial Budaya Serang, Banten, Indonesia

Lihat profil lengkapku  

http://odenkmachron.blogspot.com/2008/04/perencanaan-pembangunan.html tgl 8 juni 2014