Perencanaan Gelagar
Transcript of Perencanaan Gelagar
D. Perencanaan Gelagar
Sebagaimana lingkup bahasan pada bab I. bahwa
gelagar jembatan yang akan digunakan adalah Baja Profil
WF-beam untuk beberapa bentang pendek dengan
memperhitungkan beban lalulintas biasa atau 70% dari
Pembebanan Bina Marga (BM-70) sesuai PPPJJR’1987.
Sebagai contoh perhitungan diambil jembatan dengan
panjang 16 meter, dan selanjutnya melalui program
perhitungan tersebut data panjang jembatan diganti untuk
memperoleh hasil perhitungan dari beberapa bentang
jembatan pendek.
Berdasarkan data perencanaan pada` Pasal IV.A,
gelagar jembatan direncanakan menggunakan Baja profil WF-
beam sesuai SNI 07-7178-2006. Lebar lantai kendaraan
3,600 meter dan direncanakan menggunakan empat buah
gelagar baja profil WF-beam, sehingga jarak antara
gelagar 1,200 meter.
1. Pemilihan Baja Profil WF-Beam
Pemilihan baja profil terpakai dilakukan setelah
melalui beberapa kali percobaan perhitungan,
berdasarkan rencana panjang jembatan (gelagar) 16 meter
(bentang 15,40 m + tumpuan 2 x 0,30 m) diperoleh
kebutuhan gelagar menggunakan Baja Profil WF-Beam Bj.
P. 41, dengan data sebagai berikut:
108
WF. 600.200.11.17 (BjP.
41)
Es = M Pah = mmb = mmr = mmt1 = mmt2 = mmA = cm 2
G = kg/mIx = cm 4
Iy = cm 4
Zx = cm 3
Zy = cm 3228
22
17
106
2.590
200000 600 200
11
134,40
77.600 2.280
2. Parameter Penampang Komposit
Berdasarkan data yang telah ada yaitu data pelat
beton dan data baja profil maka selanjutnya dilakukan
perhitungan parameter penampang gabungan beton-baja
(kondisi ekstrim pada gelagar bagian tengah), data
sebagai berikut:
Data Beton:
fc' = M Pafc'ijin = M PaEc = M Pahc = mmbc = mm
20 9
21019 200 1200
Data Baja:
WF. 600.200.11.17 (BjP.
41)
fy = M Pafs ijin = M PaEs = M Pa
250
200000 167
Angka Ekivalensi,
n=ESEC
=9,5
Gambar 71. Baja Profil WF-Beam
109
bs
hs
hc
bc
X
dC
dS
yCu
ySlYg.n. baja
g.n. beton
g.n. komposit
Gambar 72. Parameter Penampang Komposit
Tabel 24. Daftar parameter penampang komposit
198.560
1.444.876
120.960 77.600
Jumlah 387,03 21.716,2 1.358.855 86.021
(cm 4)Beton Eq. 252,63 70 17.684,2 1.237.895 8.421 1.246.316
Bahan A y Ay Ay2 Io Ix(cm 4) (cm 4)
Baja 134,40 30 4.032,0
(cm 2) (cm) (cm 3)
Jarak garis netral terhadap dasar/alas,
y =∑ Ay∑ A ,
y = 561,10 mm
Jarak garis netral beton thdp garis netral komposit,
(dc = hs – y +½ hc),
dc = 138,90 mm
Jarak garis netral baja thdp garisnetral komposit,
(ds = y - ½hs),
ds = 261,10 mm
110
Jarak serat tekan beton thdp garisnetral komposit,
(ycu = hs + hc
– y),ycu = 238,9
0 mm
Jarak serat tarik baja thdp garis netral komposit,
(ysl = y), ysl = 561,10 mm
Momen Inersia Komposit, (I = Ipers – F . y2), I = 22638
7 cm4
Modulus Penampang Beton, (Zc = I / ycu), Zc = 9476 cm3
Modulus Penampang Baja, (Zs = I / ysl), Zs = 4035 cm3
3. Analisis Pembebanan Struktur Penampang
Pembebanan mengacu pada PPPJJR’1987 - BM. 70%.
Analisis beban terhadap struktur dilakukan dengan
memperhatikan metode pelaksanaan, baik sistem dengan
penopang (Propped System) maupun sistem tanpa penopang
(Unpropped System).
Adapun beban-beban yang bekerja pada gelagar
penampang komposit, sesuai Gambar 73. Sebagai
berikut:
111
qDpre
A C Bl = 15,40 m
qLpostqDpost
PLpost
Gambar 73. Pembebanan gelagar komposit
a. Pembebanan sebelum aksi komposit:
Akibat beban mati:
- Berat sendiri beton (pelat lantai): qc = ( 200 x 1200 x 25 ) x 10-6 = 6,000
kN/m
- Berat sendiri baja profil (diafragma+alatsambung):
qs = G x 120% = (106 x 1,20) x 10-2 =
1,272 kN/m
Total beban mati (qDpre) = 7,272 kN/m
- Momen akibat beban mati:
MDpre = 18qDprel2 = 187,272.15,4
2 =
215,578kNm
- Gaya Lintang akibat beban mati:
DDpre = 12qDprel❑ = 127,272.15,4
❑ =55,994 kN
112
b. Beban-beban setelah Aksi Komposit:
Akibat beban mati:
- Beban aspal (asumsi tebal 50 mm),qasp = (bc x tasp x γasp) = (1200 . 50 . 22) =
1,320 kN/m
- Beban air hujan (asumsi tebal 50 mm),qair = (bc x tair x γair) = (1200 . 50 . 10)=
0,600 kN/m
Total beban mati (qDpost) = 1,920 kN/m
- Momen akibat beban finishing:
MDpost = 18qDpostl2 = 181,920.15,4
2 =
56,918 kNm
- Gaya Lintang akibat beban finishing:
DDpost = 12qDpostl❑ = 121,920.15,4
❑ =
14,784 kN
Akibat beban hidup:
- Beban hidup merata, qLpost = (bc/lebar lajur) x ( qL x 70%)
= (1,200/2,750 x ( 22 x 70%)) = 6,720
kN/m
- Momen akibat beban hidup merata:
MLpost-1 = 18qLpostl2 = 186,720.15,4
2 =
199,214kNm
- Gaya Lintang akibat beban hidup merata:
113
DLpost-1 = 12qLpostl❑ = 126,720.15,4
❑ =
51,744 kNm
- Beban hidup garis/titik, PLpost = (bc/lebar lajur) x ( PL x 70%)
= (1,200/2,750 x (120 x 70%) =
36,655 kN/m
- Pengaruh Kejut terhadap beban garis/titik, K = KP = { 1 + (20/(50+15,4))} x PL = 1,306
kN/m
- Beban hidup garis/titik + Pengaruh kejut, PLpost
PLpost = 36,655 x 1,306 = 47, 864 kN/m
- Momen akibat beban garis/titik + pengaruh kejut:
MLpost-2 = 14PLpostl❑ = 1447,864.15,4❑ =
184,276kNm
- Gaya Lintang akibat beban garis/titik + pengaruhkejut:
DLpost-2 = 12PLpost❑❑ = 1247,864 =
23,932 kN
Tabel 25. Rekapitulasi gaya-gaya dalam yang terjadi
114
258,694681,887940,58167,193138,822206,016
Catatan: Beban batas / terfaktor: U = 1,2 D + 1,6 L
Dpost 14,784 51,744 23,932 90,460 kN Total gaya lintang (pre + post kom posit): D & D U 146,454 kN
Total m om en (pre + post kom posit): M & M U 655,987 kNmDpre 55,994 55,994 kN
M pre 215,578 215,578 kNmM post 56,918 199,214 184,276 440,409 kNm
Gaya Dalam Beban m ati Beban hidup Beban layan
Beban batas Sat.qDpre qDpost qLpost PLpost
Posisi gaya-gaya dalam (momen layan dan momen
terfaktor, serta gaya lintang layan dan gaya lintang
terfaktor) keseluruhan pada kondisi ektrim, sesuai
Gambar 74. Dan Gambar 75., sebagai berikut:
A C B
M = 655,987 kNm
+
(M U = 940,581 kNm)
L = 15,400 m½ L = 7,700 m
Gambar 74. Diagram bidang momen pada gelagar
115
A C B
(D U = 206,016 kN)
L = 15,400 m
+
-
D = 146,454 kN
(D U = 38,291 kN)D = 23,932 kN
(D U = 38,291 kN)D = 23,932 kN
(D U = 206,016 kN)D = 146,454 kN
½ L = 7,700 m
Gambar 75. Diagram bidang gaya lintang pada gelagar
4. Perhitungan Berdasarkan Prinsip Elastisitas,
Berdasarkan prinsip elastisitas maka tegangan
kerja maksimum yang terjadi pada bagian paling atas
beton dan bagian paling bawah baja, adalah:
a. Sistem dengan penopang (propped system):
Tegangan tekan beton maksimum yang terjadi:
f’c.ytj = MDpre+MLpost
Zcx 1n
= (215,587+440,409 )106
9476.103x 19,5
f’c.ytj = 7,287 MPa < f’c.ijin = 9,000 MPa oke
Tegangan tarik baja maksimum yang terjadi:
116
fs.ytj = MDpre+MLpost
Zs
= (215,587+440,409 )106
4035.103
fs.ytj = 162,586 MPa < fs.ijin = 167,000 MPa
oke
Dari hasil tegangan yang terjadi maka
direkomendasikan bahwa baja profil WF. 600.200.11.17
(BjP.41) dapat digunakan untuk gelagar jembatan
panjang 16,00 m (bentang 15,40 m), dengan pelaksanaan
menggunakan penopang (propped system).
b. Sistem tanpa penopang (unpropped system):
Tegangan tekan beton maksimum yang terjadi:
f’c.ytj = MLpostZc
x 1n
= (440,409 )106
9476.103x 19,5
f’c.ytj = 4,892 MPa < f’c.ijin = 9,000 MPa oke
Tegangan tarik baja maksimum yang terjadi:
fs.ytj = MDpreZx
+MLpre
Zs
= 215,587.106
2590.103+440,409.1064035.103
fs.ytj = 192,390 MPa > fs.ijin = 167,000 MPa
tidak memenuhi
117
Dari hasil tegangan yang terjadi maka
direkomendasikan bahwa baja profil WF. 600.200.11.17
(BjP.41) dapat digunakan untuk gelagar jembatan
panjang 16,00 m (bentang 15,40 m), dengan pelaksanaan
tanpa menggunakan penopang (unpropped system). Dari
hasil perhitungan dapat digunakan baja profil WF.
600.300.12.20 (BjP.41).
5. Perhitungan Berdasarkan Prinsip Plastisitas
Berdasarkan prinsip plastisitas atau kekuatan
batas maka dapat dihitung kemampuan maksimum (momen
nominal) penampang sebagai perlawanan terhadap beban
batas (momen terfaktor) yang terjadi, (syarat: Ø Mn
≥ Mu).
Perhitungan didasarkan pada metode pelaksanaan
dengan penopang (propped system). Terdapat dua
kondisi kemungkinan yang terjadi:
a. Kondisi I (Gambar 76.) seluruh/sebagian penampang
beton menerima tegangan tekan dan seluruh penampang
baja profil menerima tegangan tarik. Garis netral
jatuh dalam penampang beton atau tepat pada bidang
atas baja.
118
bS
hS
hC
bC
tsu
hsbtsb
tsl
g.n. baja
g.n. betong.n. komposit y
0,85 f'c
fy
fy
aCC
TS2
TS3
T
C
zTS1
Gambar 76. Diagram tegangan prinsip plastisitas
kondisi I.
b. Kondisi II (Gambar 77.) seluruh penampang beton dan
baja bagian atas menerima tegangan tekan dan baja
bagian bawah menerima tegangan tarik. Garis netral
jatuh dalam penampang baja, setinggi y dari sisi
atas baja.
bS
hS
hC
bC
tsu
hsbtsb
tsl
g.n. baja
g.n. beton
g.n. komposit y
0,85 f'c
fy
fy
aCCCS1CS2
TS1
TS2T
C
z
Gambar 77. Diagram tegangan prinsip plastisitas
kondisi II.
Gaya tekan batas oleh penampang beton:
Cc = 0,85 f’c bc . hc
119
= (0,85 . 20 . 1200 . 20) 103 = 4080 kN
Gaya tarik batas oleh penampang baja:
Ts = A fy = (134,40 . 250) 103 =
3360 kN.
Karena: Cc = 4080 kN > Ts = 3360 kN, maka: y ≥
hs atau garis netral jatuh dalam penampang beton,
sehingga gaya koppel ditentukan oleh kekuatan baja,
yaitu sebesar 3360 kN. Prinsip keseimbangan gaya
tekan dengan gaya tarik, maka diambil: C = T =
3360 kN, lihat diagram Gambar 76. (kondisi I).
Tinggi blok tekan beton:
a = C❑
0,85f'cbc = 3360.103
0,85.201200 =
164,706 mm
Lengan momen dalam (jarak antara gaya tekan Cc dengan
gaya tarik Ts):
z = (hc – ½ a) + ½ hs
= (600 - ½ . 164,706) + ½ . 600 =
417,647 mm
Momen nominal penampang komposit:
Mn = C . z = T . z
= (3360 x 417,647) 10-3 = 1403,294
kNm
Ø Mn = 0,80 x 1403,294 = 1122,635 kNm
120
Syarat: Ø Mn = 1122,635 kNm ≥ Mu = 940,581 kNm.
oke
Dari hasil momen pikul penampang yang terjadi maka
direkomendasikan bahwa baja profil WF. 600.200.11.17
(BjP.41) dapat digunakan untuk gelagar jembatan
panjang 16,00 m (bentang 15,40 m), dengan pelaksanaan
menggunakan penopang (propped system).
6. Kemampuan Baja Profil WF-Beam
Dengan cara perhitungan seperti diuraikan di atas,
maka diperoleh kemampuan dari beberapa ukuran baja
profil WF-beam, untuk menjadi bahan gelagar jembatan
atau berbagai panjang jembatan. Hasil dan resume
perhitungan disajikan secara tabelaris, sebagaimana
Lampiran 17.
7. Kontrol Lendutan Yang Terjadi
Lendutan maksimum yang diizinkan adalah sebesar:
δmaks = l360 =
15,400.103360 = 42,778 mm
Lendutan yang terjadi: dengan penopang (propped
system):
δytj = 5384
. (qDpre+qDpost+qLpost )l4
EI + 1
48. (PLpost)l3
EI
121
=
( 5384
(7,272+1,920+6,720 )15,44
200000.226387+148
(36,655 )15,43
200000.226387 ) 108
δytj = 33,781 mm < δmaks = 42,778 mm
oke
Dari lendutan yang terjadi, direkomendasikan bahwa
baja profil WF. 600. 200.11.17 (BjP.41) dapat
digunakan untuk gelagar jembatan panjang 16,00 m
(bentang 15,40 m), sistem pelaksanaan dengan penopang
(propped system).
8. Kebutuhan Penghubung Geser
Penghubung geser yang akan digunakan adalah jenis
paku lurus (straigth stud), untuk menahan gaya lintang
total yang terjadi:
Gaya lintang pada ujung tumpuan:
Dtump = (Dpre + Dpost) = (55,994 + 90,460) =
146,454 kN
Gaya lintang pada tengah lapangan:
Dlap = (DLpost-2) = (½ PLpost) = 0,5 . 47,864 =
23,932 kN
Data paku penghubung geser yang digunakan:
122
d HBjP -W F
StudSC.
Gambar 78.Penghubung geser
paku
Mutu paku, Bj. 41
Jumlah paku untuk satu baris,
np =
2 buah,
Tinggi paku, H = 120 mm,
Diameter paku, d = 22
mm.
Kekuatan paku satu baris:
Q1 = np(3,1623Hd√f'c.ijin) = 2(3,1623.120.22√9) =
50090,83 N
Q2 = np (17,3925d2√f'c.ijin) = 2(17,3925.222√9 ) =
50507,82 N
Dipakai nilai terkecil: Q = 50090,83 N
Gaya geser memanjang (longitudinal), pada ujung tumpuan:
q = (Ac.eq.dc )I
x D = (hc.bc.dc )/nI
x D
= (200.1200.139 ) /9,5
226387.104 x 146,454 . 103 =
227,014 N/mm
Jarak barisan paku:
123
x = Qq = 50090,83227,014 = 221 mm
Dipakai jarak baris penghubung geser paku, pada daerah
tumpuan: x = 200 mm.
Gaya geser memanjang (longitudinal), pada tengah
lapangan:
q = (Ac.eq.dc )I
x D = (hc.bc.dc )/nI
x D
= (200.1200.139 ) /9,5226387.104 x 23,932 . 103 =
37,096 N/mm
Jarak barisan paku:
x = Qq = 50090,8337,096 = 1350 mm.
Persyaratan jarak barisan paku maksimum sesuai RSNI
T-03-2005, adalah: jarak paku, x ≤ 600 mm,
atau x ≤ 2 x hc = 2 x 200 = 400 mm, atau
x ≤ 4 H = 4 x 120 = 480 mm. Diambil nilai
terkecil x = 400 mm.
Penerapan jarak baris penghubung geser paku
disepanjang gelagar didistribusi-kan secara
proporsional, dimulai dari tumpuan dengan jarak x =
200 mm sampai dengan tengah lapangan dengan jarak x
= 400 mm.
124
E. Hasil dan Pembahasan
Rangkuman hasil perencanaan terhadap kemampuan
gelagar baja profil WF-beam, sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 26. dan Gambar 78., berikut:
Tabel 26. Daftar kemampuan gelagar baja profil WF-beam
UkuranBajaProfilWF-Beam
300.175.7.9
350.175.7.1
1
400.200.8.1
3
450.200.9
.14
500.200.1
0.16
600.200.1
1.17
600.300.1
2.20
700.300.1
3.24
800.300.1
4.26
900.300.1
6.28
MetodePerhitunga
nPanjang Jembatan (m)
Elastisitas(Unpropped)
6,0 8,0 9,5 11, 12, 14, 17, 21, 24, 26,
Elastisitas(Propped)
7,5 9,0 11, 12, 13, 16, 19, 22, 24, 26,
Plastisitas(Propped)
7,5 9,5 12, 13, 15, 17, 20, 23, 26, 30,
125
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
300.175.7.9350.175.7.11400.200.8.13450.200.9.14500.200.10.16600.200.11.17600.300.12.20700.300.13.24800.300.14.26900.300.16.28
Plastisitas -Propped
Elastisitas -Propped
Elastisitas -Unpropped
Panjang Jem batan (m )
Ukuran BjP-W
F(h.b
.t b.t s)
Gambar 78. Hubungan ukuran baja profil dengan panjang
jembatan
Tabel 26. dan Gambar 78. memperlihatkan bahwa dari
berbagai ukuran baja profil WF-beam sesuai SNI 07-
7178-2006, dapat dijadikan sebagai bahan gelagar
jembatan dari panjang jembatan 6 meter sampai dengan 30
meter.
Dari tiga jenis metode perhitungan, hasil perhitungan
menunjukkan bahwa kemampuan baja profil WF-beam, yaitu
untuk ukuran WF. 900.300.16.28. dapat menjadi gelagar
jembatan sepanjang 30 meter, dengan menggunakan metode
perhitungan prinsip plastisitas dan system pelaksanaan
dengan penopang.
Hubungan antara panjang dengan berat gelagar jembatan
dari masing-masing metode perhitungan (tiga metode),
diperlihatkan pada Gambar 79., sebagai berikut:
126
918 1587 2574 33444480
6254
10721
15725
20160
26001
1101 178629043724
49286890
11627
16465
20580
26001
1138 19343168 4104
53767420
11325
14985
1785021870
y = 44,89x2-241,0x + 668,6R² = 0,998
y = 53,77x2-547,0x + 2340R² = 0,998
y = 18,16x2+ 286,0x -2550,R² = 0,993
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Elastisitas -Unpropped
Elastisitas -Propped
Plastisitas -Propped
Panjang Gelagar Jem batan (m )
Berat G
elagar (4 buah) -(kg)
Gambar 79. Hubungan panjang dengan berat gelagar
jembatan
Metode perhitungan berdasarkan prinsip plastisitas
dengan sistem pelaksanaan tanpa penopang, yaitu: untuk
panjang jembatan 10 meter maka dibutuhkan gelagar
seberat 2126 kg (213 kg per meter jembatan), sedangkan
untuk panjang jembatan 25 meter dibutuhkan gelagar
seberat 15950 kg (638 kg per meter jembatan). Sebagai
perbandingan dengan metode perhitungan prinsip
elastisitas, diperoleh: sistem dengan penopang untuk
panjang jembatan 10 meter, seberat 2247 kg (225 kg per
meter jembatan) dan untuk panjang jembatan 25 meter
seberat 22271 kg (891 kg per meter jembatan). Sistem
tanpa penopang untuk panjang jembatan 10 meter seberat
2748 kg (275 kg per meter jembatan), dan untuk panjang
127
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hasil studi perencanaan bangunan atas jembatan,
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil perencanaan dari kedua metode, yaitu: prinsip
elastisitas maupun prinsip plastisitas, diperoleh
hasil yang berbeda. Hal disebabkan oleh asumsi
pembebanan maupun asumsi tegangan yang digunakan
berbeda satu sama lain.
2. Acuan perencanaan terhadap asumsi pelaksanaan, baik
sistem dengan penopang (Propped system) maupun system
tanpa penopang (Unpropped system), juga diperoleh hasil
yang berbeda satu sama lainnya. Hal disebabkan sistem
dengan penopang, penampang komposit memikul seluru
beban yang terjadi, sedang system tanpa penopang hanya
sebagian beban (beban hidup) saja yang dipikul oleh
penampang komposit.
3. Kebutuhan ukuran baja profil untuk panjang jembatan
tertentu tidak sama untuk masing-masing metode atau
sistem perencanaan. Untuk baja profil WF-
300.175.7.9., diperoleh berturut-turut metode
plastisitas system dengan penopang, metode elastistas
system dengan penopang dan metode elastistas system
tanpa penopang, panjang jembatan: 7,50 m, 7,50 m dan
129
6,00 m. Baja profil WF-600.200.11.17. diperoleh: 17,50
m, 16,00 m dan 14,50 m. Baja profil WF-
900.300.16.28. diperoleh: 30,00 m, 26,50 m dan 26,50
m. Hasil selengkapnya pada Tabel 26. dan Gambar 78.
B. Saran-Saran
Berdasarkan proses dan hasil perencanaan, maka
disarankan, sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pertimbangan yang mendalam terhadap
asumsi perencanaan hubungannya dengan sistem
pelaksanaan, yang menyesuaikan dengan kondisi lokasi
setempat, terkait kemungkinan efisiensi dengan atau
tanpa penopang.
2. Perlu studi lebih lanjut untuk perencanaan bangunan
bawah yang praktis dan efisien dengan tetap
memperhatikan aspek kemanaan struktur jembatan.
DAFTAR PUSTAKA
---------, . Standard, Spesifikasi, Peraturan dan Pedoman terkaitMaterial dan Perencanaan Jembatan. Litbang PekerjaanUmum, Badan Standarisasi Nasional, Yayasan BadanPenerbit PU., Jakarta.
Anonim, 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan JalanRaya. Yayasan Badan Penerbit PU., Jakarta.
Anonim, 1992. Bridge Design Manual (Panduan Perencanaan).Bridge Management System 1992, Jakarta.
Anonim, 2005. Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005),Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (RSNI T-12-2004),Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan (RSNI T-03-2005), StandarPerencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (SNI 03-2833-200x).
130
Badan Standarisasi Nasional, Puslitbang Jalan danJembatan Departemen PU, Jakarta.
Amon, Rene dkk, 2000. Perencanaan Kontruksi Baja Untuk Insinyurdan Arsitek. Edisi Pertama. Terjemahan oleh HandoyoRidwan. Jakarta.
Black, John, 1981. Urban Transport Planning. Croom Helm,London.
Dipohusodo, I. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Gideon H., Kusuma, 1984. Perencanaan Bangunan Baja. PenerbitUKP, Surabaya.
Kuzmanovic, B.O. & Willems, N. 1987. Steel Design for StructuralEngineers. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, NewJersey.
McGregor, J. G. 1997. Reinforced Concrete; Mechanics andDesign. Prentice Hall, New Jersey.
Nawy, E.G., 1985. Reinforced Concrete Fundamental Approach. McGraw-Hill, New York.
Rupang, Nicodemus, 2002. Penampang Komposit (Composite Beam).Hand Out -Perkuliahan Struktur Beton III FakultasTeknik Universitas Tadulako, Palu.
Salmon, C.G., and Johnson, J.E., 1980. Steel Structure Designand Behavior.
Spiegel, L. and Limbrunner, G.F., 1994. Desain Baja StrukturalTerapan. Terjemahan: Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc.PT. Ersco, Bandung.
Sunggono, 1995. Teknik Sipil. PT. NOVA, Bandung.Supriyadi, B, 1997. Analisis Struktur Jembatan. Biro Penerbit
KMTS FT UGM, Yogyakarta.Wang, C. K. & Salmon, C. G. 1985. Reinforced Concrete
Design. Harper & Row, New York.VIS, W. C. & Kusuma, G., 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton
Bertulang. Penerbit Erlangga, Jakarta.
131
Brockenbrough., R.L., and Johnston, C., 1981. Steel DesignManual. USS Corporation.
(Ferdinan L.Singer dan Andrew Pytel, 1985).
Nawy, 1985).
Murdock (1986),
Tjokrodimuljo (1996),
(Ir. Tri Mulyono, MT)
SNI 03-2834-1993 Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung,
133