Perencanaan Pembangunan Partisipatif

40
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH oleh: M. TAUFIQ AR BAPPEDA DIY

Transcript of Perencanaan Pembangunan Partisipatif

PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH

oleh:

M. TAUFIQ AR

BAPPEDA DIY

Definisi Perencanaan

Pembangunan • Menurut UU No. 25 tahun 2004, perencanaan adalah

suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

• Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

• Perencanaan pembangunan di daerah sebetulnya tidak terpisah dari perencanaan pembangunan di tingkat nasional, sebagaimana disebutkan dalam PP No. 8 tahun 2008 (pasal 2 ayat 1).

Sinkronisasi Perencanaan dan

Penganggaran (2) • Dalam skema di atas, dapat dilihat keterkaitan antara

beberapa tingkatan perencanaan, serta keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran.

• Perencanaan terkait dengan menentukan prioritas tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.

• Penganggaran menggambarkan bagaimana alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

• Dilihat dari agenda waktu (time line), proses perencanaan dilakukan sepanjang bulan Januari-April, sedangkan proses penganggaran dilakukan antara bulan Mei hingga November setiap tahun.

• Sejak bergulirnya era reformasi 1998, Indonesia telah memulai berbagai inisiatif yang dirancang untuk memperbaiki sistem tata pemerintahan dan desentralisasi, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Inovasi-inovasi dalam penyelenggaraan tata pemerintahan dan kebijakan publik dalam mendukung sebuah bentuk demokrasi partisipatorik sangat diperlukan

• Setidaknya ada lima paradigma baru yang menyebabkan perubahan dan perkembangan pola pikir dalam perencanaan yang juga menyebabkan perubahan pada produk-produk rencana di Indonesia, yaitu :

– Pertumbuhan perekonomian global

– Orientasi pembangunan

– Kemitraan pemerintah dan masyarakat (Public-Private Partnership)

– Perkembangan sistem dan teknologi informasi

– Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan

• Bandul pembangunan telah bergerak ke arah tradisi partisipasi. Prakarsa-prakarsa baru mulai berkembang dalam masyarakat seiring dengan mulai dibukanya ruang-ruang partisipasi bagi masyarakat dan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Perubahan Paradigma Pembangunan

Reposisi Peran Pemerintah

Peranan pemerintah pada

masa lalu :

1. Penentu utama arah

pembangunan

2. “Pakar” yang paling

mengetahui dan “berhak”

menentukan arah

pembangunan

Peranan yang dituntut dari

pemerintah saat ini:

1. “manajer” perubahan

(menjalankan fungsi

manajerial dan koordinasi)

2. Fasilitator dan katalisator

terciptanya sinergi antar

stakeholders pembangunan

3. Peran advokasi dan

pembimbingan

Terminologi Pembangunan Partisipatif

• Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat

sebagai individu maupun kelompok sosial dan

organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi

proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi

kehidupan mereka (Sumarto, 2004)

• “Perencanaan tidak dapat efektif, kecuali bila dilakukan

dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan

struktur kekuatan pemerintah dan non-pemerintah”

(Branch, 1995)

Kekuatan dan Kelemahan

Perencanaan Partisipatif

Kekuatan (Adams, 2004; Layzer, 2002) :

• Berperan memelihara sistem demokrasi lokal

• Menunjukkan dukungan

• Mengkritisi isu kebijakan

• Menyusun agenda kebijakan

• Menunda pengesahan/pemberlakuan suatu kebijakan

• Mengembangkan jaringan antar dan antara warga dengan pejabat terpilih

• Menghasilkan solusi lestari dan peduli lingkungan

Kelemahan (Irvin & Stansbury, 2004) :

• Pemborosan sumber daya dalam pembuatan kebijakan (dalam masyarakat kurang ideal)

• Tidak efektif sebagai persuasi rasional (dalam kondisi tertentu)

• Tergantung karakter/sifat stakeholders

Oleh karena itu, Perencanaan Pembangunan

• Dimulai dengan data dan informasi tentang

realitas sosial, ekonomi, budaya dan politik

yang terjadi di masyarakat, ketersediaan

sumberdaya dan visi/arah pembangunan

Critical point-nya adalah

• Menyusun hubungan optimal antara masukan

(input), proses, dan keluaran (output), hasil

(outcome) dan dampak (impact)

Daftar Usulan - “Shopping List”

• Sebanyak-banyaknya

• Seindah-indahnya

• Tidak terbatas

PERENCAAAN DULU PERENCANAAN YANG DIINGINKAN

Rencana Kerja - “Working Plan”

• Input (Rp., Tenaga Kerja, Fasilitas, dll.)

• Kegiatan (Proses)

• Hasil nyata: Output, Outcome, Dampak

Tantangan dan Kendala Sinkronisasi

Pembangunan Teknokratis dan Partisipatif

Sinergikan

Teknokrasi dan

Partisipasi !!

SPPN (UU 25 Tahun 2004)

SPPN - Tahapan dalam Perencanaan -

• Perencanaan pembangunan terdiri dari empat tahapan yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

• Tahap penyusunan rencana. Tahap inidilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah:

1. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.

2. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3. Langkah berikutnya adalah menjaring aspirasi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (MUSRENBANG).

4. Langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) • Forum antar pemangku kepentingan dalam rangka

menyusun rencana pembangunan daerah.

• Bentuk pendekatan partisipatif dalam proses perencanaan pembangunan.

• Dilaksanakan dalam kerangka perencanaan jangka panjang, menengah maupun tahunan.

• Dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan.

• Dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan awal dokumen perencanaan

• Di daerah, Musrenbang terdiri dari tahap desa hingga provinsi.

NO REGULASI ASPEK YANG DIATUR

1 UU 25/2004

“SPPN”

Tentang Musrenbang untuk penyusunan RPJP Nas dan

Daerah, RPJM Nas dan Daerah serta RKP Nas dan Daerah

Koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta

mengoptimalkan partisipasi masyarakat

2 UU 23/2004

“Pemerintahan Daerah”

Tentang Esensi RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstrada

Tentang Tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan

evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

3 SEB 008/M.PPN/01/2007

050/254-A/SJ

Tentang penyelenggaraan Musrenbang yang meliputi persiapan,

input, proses, output Musren tahunan

4 PP 8/ 2008 Tentang Musrenbang Penyusunan RPJPD, RPJMD, RKPD

Tentang tahapan tata cara penyusunan, pengendalian, dan

evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

5 Permendagri 54/2010 Tentang perencanaan pembangunan desa

LANDASAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

11

12

Fungsi Musrenbang Tahunan

• Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun dokumen RKP dan RKPD sebagai landasan penyusunan RAPBN/RAPBD.

• Penyusunan rancangan RKP dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dengan seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus) Penyusunan RKP dan Musrenbang Nasional.

• Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melalui penyelenggaraan Musrenbang Daerah

• Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKP dan RKPD, yang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja (Renja) antar K/L, antar SKPD, serta antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah

13

RPJM

Daerah

Provinsi

Renstra

SKPD

Provinsi

RPJM

Daerah Kab/

Kota

Renstra

SKPD Kab/

Kota

Renstra

Kecamatan

RPJM Desa/

Kelurahan

Rancangan

RKP Desa /

Kelurahan

Rancanagan

RKPD Kab/

Kota

Rancangan

Renja-SKPD

Kab/ Kota

Musrenbang

Desa/

Kelurahan

Musrenbang

Kecamatan

Forum SKPD

Kab/ Kota

Musrenbang

Kab/ Kota

Forum SKPD

Provinsi

Rancangan

Renja-SKPD

Provinsi

Rancangan

SKPD Kab/

Kota

Rancangan

Awal Renja -KL

Moneter – BI

Statistik – BPS

Data Sektoral

Musrenbang

Nasional

Musrenbang

Provinsi

Paska

Musrenbang

Provinsi

Paska

Musrenbang

Kab/ Kota

Renja -SKPD

Provinsi

Renja -SKPD

Kab/ Kota

RKP Provinsi

Renja SKPD

Provinsi

RKP Kab/

Kota

Renja SKPD

Kab/ Kota

Renja

Kecamatan

RKP Desa /

Kelurahan

Proses

Penyusunan

APBD

Provinsi

Proses

Penyusunan

APBD Kab/

Kota

Pro

vin

si

Ka

bu

pa

ten

/ K

ota

Ke

ca

ma

tan

Ke

lura

ha

n / D

es

a

Januari Februari Maret April Mei

Proses Penyusunan RKP dan RKPD (Januari – Mei) Provinsi - Desa

Mekanisme Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan dalam Rangka Penyususunan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan RKP Daerah

Rancangan

Interm RKP

Tahapan Musrenbang Tahunan Daerah

Proses Penyusunan RKP dan RKPD (Januari – Mei)

Kecamatan

Mekanisme Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan dalam Rangka Penyususunan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan RKP Daerah

RPJM

Daerah

Kab/ Kota

Renstra

SKPD Kab/

Kota

Renstra

Kecamatan

RPJM

Desa/

Kelurahan

Rancangan

RKP Desa /

Kelurahan

Rancangan

RKPD Kab/

Kota

Rancangan

Renja-SKPD

Kab/ Kota

Musrenbang

Desa/

Kelurahan

Musrenbang

Kecamatan

Forum SKPD

Kab/ Kota

Musrenbang

Kab/ Kota

Paska

Musrenbang

Kab/ Kota

Renja -SKPD

Kab/ Kota

RKP Kab/

Kota

Renja SKPD

Kab/ Kota

Renja

Kecamatan

RKP Desa /

Kelurahan

Proses

Penyusunan

APBD Kab/

KotaKa

bu

pa

ten

/ K

ota

Ke

ca

ma

tan

Ke

lura

ha

n / D

es

a

Januari Februari Maret April Mei

Du

su

n

Pra

Musrenbang

Desa/ FGD

Forum

Rekonsiliasi

Warga 14

Fokus Proses Musrenbang Tahunan Daerah

3

2

110

9

8

7

65

4

3a

Diskusi dan

Kesepakaan KUA

Keputusan tentang PPAS

Penyusunan RKA-SKPD

Pembahasan Rancangan APBD

Penetapan Perda APBD

Penyusunan

RKPD

Musrenbang

Kab/ Kota

Forum SKPD

Musrenbang Kecamatan

Musrenbang

Desa

Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Daerah

15

Ruang Partisipasi dalam Proses Perencanaan Reguler

Mekanisme (proses): Tahap Persiapan (1) Masyarakat di tingkat dusun/RW dan kelompok-

kelompok masyarakat (seperti misalnya kelompok tani, kelompok nelayan dan lain-lain)

melakukan musyawarah/rembug, (2)…; Tahap Pelaksanaan: …. (f) Pemaparan masalah utama

yang dihadapi oleh masyarakat desa/kelurahan oleh beberapa perwakilan dari masyarakat,

misalnya: ketua kelompok tani, komite sekolah, kepala dusun, dan lain-lain, …..

Mu

sre

nb

an

g

des

/ke

l

Peserta (who): komponen masyarakat (individu atau kelompok) dari desa/ kelurahan, dan

kelompok masyarakat yg beroperasi dalam skala kecamatan seperti: ketua adat, kelompok

perempuan, kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, dll.

Mu

sre

nb

an

g

Kec

am

ata

n

Peserta (who): Delegasi kecamatan dan delegasi dari kelompok-kelompok masyarakat di tingkat

kabupaten/kota yang berkaitan dengan fungsi/SKPD atau gabungan SKPD al: Dewan

Pendidikan, IDI, dll

Fo

rum

SK

PD

Peserta (who): Peserta Musrenbang Kabupaten/Kota adalah delegasi dari Musrenbang

Kecamatan dan delegasi dari Forum SKPD

Mu

sre

nb

an

g

Kab

/ K

ota

Peserta (who): Wakil Iainnya dari Kabupaten/Kota yang disepakati Musrenbang

Kabupaten/Kota (bila ada)

Mu

sre

nb

an

g

Pro

vin

si

Peserta (who): komponen masyarakat (individu atau kelompok), seperti: ketua RT/RW; kepala

dusun, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), ketua adat, kelompok perempuan,

kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah,..

16

Isu Umum Perencanaan Partisipatif di Daerah

1. Praktek koordinasi perencanaan mulai desa ke kecamatan selanjutnya ke kabupaten/kota dan provinsi belum berjalan baik

2. Program/kegiatan yang dibahas dalam forum koordinasi perencanaan masih bersifat parsial/belum terintegrasi

3. SEB MPPN/Mendagri tentang Tata Cara Musrenbang Tahun 2007 sudah memberikan landasan perlunya keterlibatan masyarakat dan legislatif dalam koordinasi perencanaan, tapi sejauh ini belum signifikan

4. PP 8/2008 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan di Daerah telah diterbitkan, sebagai pengaturan sistem perencanaan pembangunan di daerah

5. Turunan PP 8/2008 yang mengatur detail mekanisme Musrenbang mulai dari desa/kelurahan s/d provinsi, termasuk mandat agar daerah mengatur tata cara perencanaan di daerah, masih dalam proses finalisasi.

17

18

Isu Partisipatif dalam Musrenbang Desa/Kel

1) Belum dilaksanakan Musrenbang desa/kel, jikapun ada masih bersifat ad hoc/administratif dan outputnya sangat minim dari perencanaan komprehensif (biasanya hanya usulan fisik saja) tidak ada pelatihan kepada Pemda Desa/ Kel, Kecamatan, Kab (SKPD).

2) Peserta musrenbang yang tidak mewakili kepentingan masyarakat banyak

3) Pertemuan dusun, kelompok warga, adat belum dimanfaatkan sebagai forum untuk masukan musrenbang desa

4) Belum tersedia dokumen perencanaan (RPJM Desa) sebagai dasar penyusunan RKP melalui Musrenbang

5) Partisipasi masyarakat sangat rendah apatis karena tidak ada ketidakjelasan pendanaan

6) Seringkali usulan desa tidak didanai tetapi masyarakat tidak mendapat informasi alasannya

7) Banyak kegiatan yang menggunakan mekanisme perencanaan yg terpisah-pisah (PPK, P2KP, PPIP, P2DTK), dan sebenarnya dapat menjadi pra musrenbang desa

8) Usulan dari desa/ kelurahan sangat kecil kemungkinan di respon menjadi keputusan APBD, sehingga masyarakat dan pemerintah desa dihadapkan pada ketidakpastian penganggaran

19

Isu Partisipatif dalam Musrenbang Kecamatan

1) Penyelenggaraan musrenbang kecamatan masih bersifat ad hoc, dan masih jauh dari output yang komprehensif dan berkualitas

2) Belum ada dokumen perencanaan jangka menengah (Renstra Kecamatan) sebagai dasar musrenbang kecamatan dan penyusunan Renja Kecamatan

3) Peserta kurang mewakili masyarakat secara luas

4) Partisipasi masyarakat masih rendah

5) Isu-isu pembangunan yang dibahas hanya dalam batas desa, kurang menimbulkan kebutuhan antar desa (wilayah kecamatan)

6) Output masih sebatas mengumpulkan usulan desa.

7) Belum disusun prioritas-prioritas pembangunan

8) Hasil Musrenbang Kecamatan belum diinformasikan kepada masyarakat

Isu Partisipatif dalam Forum SKPD Kab/Kota

1) Forum SKPD (Forum Gabungan SKPD) tidak diselenggarakan dengan baik

2) Forum ini diharapkan bisa membahas isu-siu menonjol di daerah misalnya

tentang ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pendidikan,

kesehatan dll

3) Dalam forum ini bisa diselenggarakan Forum SKD Bidang Penanggulangan

Kemiskinan, SKPD yang berkaitan dengan isu ini bisa membentuk Forum

SKPD untuk Penanggulangan kemiskinan

4) Belum melibatkan pastisipasi masyarakat dengan baik

20

Isu Partisipatif dalam Musrenbang Kab/Kota

1) Peserta masih dari unsur pemerintah, unsur masyarakat belum dihadirkan,

jikapun ada sangat terbatas dan tidak aktif memberikan pendapat/ masukan.

2) Usulan kecamatan belum diakomodir dengan baik. Seharusnya sudah ada

pematangan pada forum SKPD Kab/Kota dimana seharusnnya dari unsur

masyarakat/ pemerintah kecamatan yang berkaitan dengan SKPD tersebut

diundang)

3) Tidak adanya ancar-ancar alokasi SKPD Prov pada kab/kota tersebut

sebagai bahan untuk kab/kota melakukan sinkronisasi

4) Hasil Musrenbang belum diinformasikan kepada masyarakat

Isu partisipatif dalam Musrenbang Provinsi

1) Peserta musrenbang provinsi masih terbatas pada unsur pemerintah

2) Pembahasan kurang transparan

3) Tidak tersedia bahan ancar-ancar alokasi K/L pada provinsi tersebut

4) Kurang terjadi sinkronisasi secara baik antara usulan/kepentingan kab/kota,

provinsi dan pusat

5) Belum diinformasikan balik hasil-hasil Musrenbang Prov ke masyarakat

21

• Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004.

• Menurut UU ini, ada dua entitas penyusun rencana pembangunan, yaitu:

– Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota), yang dikoordinasikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah – Bappeda (UU25-Pasal 33 ayat (2)).

– Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan tugas dan kewenangannya (UU25 Pasal 33 ayat (3))

• DPRD memegang peranan penting dalam proses perencanaan pembangunan, baik sebagai Representasi Suara Rakyat maupun sebagai fungsi Regulator pembangunan.

Sebagai Representasi Suara Rakyat, DPRD wajib memastikan bahwa aspirasi rakyat terakomodir dalam pembangunan; termasuk dlm RKP, Renja SKPD

Sebagai Regulator Pembangunan, DPRD berkewajiban menyusun Peraturan-Peraturan Daerah yang mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Pembagian Peran dalam Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah

Peran dan Fungsi DPRD

1) Pentingnya keterlibatan DPRD dalam Musrenbang khususnya

dan semua tahapan proses perencanaan pada umumnya

jadual waktu reses perlu disinkronkan dengan jadual

Musrenbang dan kalender perencanaan dan penganggaran

daerah

2) Keterlibatan aktif dari komisi, komite DPRD yang relevan

dalam diskusi, peninjauan, dan evaluasi usulan masyarakat

dalam musrenbang

3) Kebutuhan dan aspirasi masyarakat disuarakan dalam

Musrenbang dan memberikan masukan atas prioritas program

berdasarkan prioritas kebutuhan masyarakat

4) Memastikan terdapatnya konsistensi dan keseimbangan antara

program dan anggaran tahunan daerah dengan

penanggulangan kemiskinan

22

Peran dan Fungsi Lembaga Non-Pemerintah

1) Pengembangan koalisi strategis dan jaringan yang efektif untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses perencanaan dan

penganggaran di daerah untuk menerapkan penganggaran partisipatif

2) Menjadi fasilitator Musrenbang

3) Memberikan advokasi, pelatihan, pendampingan, penelitian dan analisis

anggaran

4) Menyediakan dan meningkatkan akses masyarakat pada informasi

perencanaan dan penganggaran agar mereka lebih peduli dan aktif

berkontribusi dalam prosesnya

5) Menciptakan forum publik untuk mendorong pembahasan APBD sebelum

APBD disetujui dan disahkan

6) Melakukan kampanye untuk mendorong tranparansi anggaran

7) Memantau dan mengevaluasi anggaran dan kinerja pelayanan publik

8) Membantu DPRD untuk melakukan tinjauan dan penilaian terhadap dampak

anggaran yang diusulkan oleh pemerintah daerah, terutama dampak

anggaran terhadap usaha pengentasan kemiskinan dan penerapan SPM

9) Bekerjasama dengan media untuk memastikan tujuan perencanaan dan

penganggaran partisipatif, proses, dan hasilnya dipublikasikan lebih baik

23

Integrasi Proses Perencanaan Reguler Musrenbang

ke dalam Perencanaan Tahunan Daerah

2. Rencana Program Masyarakat:

Integrasi dari:

• Program Swadaya Murni (skala kecil) • Program Swadaya + Program Khusus

Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan (skala menengah, lingkup desa/kel)

• Program Swadaya + Pemda, swasta dll (skala besar atau minimal skala lintas desa/kel)

1. Identifikasi Masalah, Potensi dan Kebutuhan Masyarakat

3. Rencana Program Desa/Kel:

Integrasi dari:

• Rencana Masyarakat • Rencana Pemerintah Desa/Kel • Rencana Kelompok Peduli (Swasta, LSM, dll) tingkat desa/kel

4. Rencana Program Kecamatan:

Integrasi dari:

• Rencana Masyarakat lintas desa. • Rencana Pemerintah Kec. • Rencana Kelompok Peduli (Swasta, LSM, dll) • Jaring Asmara (Legislatif)

5. Rencana Program Kota/Kabupaten:

Integrasi dari:

• Rencana Masyarakat lintas kec. • Rencana Pemerintah kota/kabupaten • Rencana Kelompok Peduli (Swasta, LSM, dll) tkt kota/kab • Rencana Legislatif

Review Berkala

24

Integrasi Perencanaan PNPM dalam Perencanaan

Reguler Musrenbang

MUSRENBANG(PRA – PASCA)

Perencanaan

Partisipatif

Perencanaan

Teknokratis

Kegiatan Dana

APBD/N

Kegiatan yang

didanai sumber

lain

Proses Musrenbang yang

sensitif konflik

Hasil Musrenbang/ kegiatan

yang sensitif konflik

Proses Perencanaan

Tahunan dari sumber lain

Hasil Perencanaan

Partisipatif dari sumber

lain 25

1) Pemerintah Daerah diamanatkan untuk menyusunan Perda tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai pasal 27 ayat 2 UU 25/2004, untuk

memperkuat mekanisme perencanaan partisipatif dalam Proses Musrenbang

2) Proses Musrenbang perlu disepakati sebagai tulang punggung (backbone)

perencanaan partisipatif di daerah, melalui pelibatan berbagai stakeholders

secara luas (utamanya DPRD), yang tidak hanya project-oriented planning

process

3) Proses Musrenbang reguler perlu diletakkan dalam konteks yang dinamis,

melalui pengembangan berbagai konten khusus yang dibahas, misalnya Pro-

poor Planning (PNPM), Conflict Sensitive Planning (di daerah pascakonflik),

Disaster Risk Sensitive Planning (di daerah rawan bencana)

4) Perencanaan partisipatif yang bersumber dari sumber pendanaan khusus

(seperti PNPM), perlu diintegrasikan dengan proses perencanaan reguler

Musrenbang, secara harmonis dan sinergis, dengan mengoptimalkan unsur

masukan, proses dan keluaran dari proses perencanaan partisipatif yang

difasiltasi bersama

Diperlukan Regulasi yang Progresif dalam Mengatur

Mekanisme Perencanaan Partisipatif di Daerah

26

27

PENGANGGARAN PARTISIPATIF

• Penganggaran Partisipatif dapat diartikan

sebagai: “mekanisme (atau proses)

melalui mana penduduk secara langsung

memutuskan atau berkontribusi terhadap

keputusan yang dibuat mengenai semua

atau sebagian sumber daya publik

(anggaran) yang tersedia” (UNDP, 2000).

(Sumber:UNDP – UN Habitat, Participatory Budgeting:

Conceptual Framework and Analysis of its Contribution to

Urban Governance and the Millennium Development Goal, 2000)

28

• Karakteristik: – fokus pada masalah yang spesifik dan terukur (tangible),

– pelibatan orang kebanyakan dan

– pengembangan wahana musyawarah untuk memecahkan masalah, merencanakan program investasi dan mengalokasikan anggaran.

• Reformasi kelembagaan yang dibutuhkan – devolusi dalam pengambilan keputusan kepada unit/kelembagaan lokal

yang akan diperkuat –ini adalah salah satu strategi praktis dalam pendalaman demokrasi,

– distribusi sumber daya dan komunikasi yang menghubungkan unit-unit satu sama lain kepada pihak yang memiliki otoritas formal, dan

– pemanfaatan lembaga-lembaga pemerintahan untuk mendukung dan membimbing pemecahan masalah secara terdesentralisasi.

(Sumber: Fung, Archun and Erik Olin Wright. (2000).

Thinking about Empowered Participatory Governance)

PENGANGGARAN PARTISIPATIF

29

PENGANGGARAN PARTISIPATIF

Justifikasi:

• Ahli dan birokrat tidak memiliki seluruh informasi yang memadai untuk membuat kebijakan, karena itu optimasi sumber daya publik (pareto optimum) hanya terjadi dalam proses-proses sosial yang adil (Majone, 1989; Kooiman, 1993).

• Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik –termasuk kebijakan anggaran- merupakan cara untuk meningkatkan kualitas demokrasi (deepening democracy) (Utzigh, 2003).

– Demokrasi langsung sebagai pelengkap demokrasi tidak langsung (pemilihan umum)

• Kepemilikan pemerintahan (Hillary Wright, 2004). – Dapat terjadi jika pemerintah terus-menerus menjalin kontak langsung dengan

masyarakat ketika harus menentukan alternatif pilihan hidup.

• Partisipasi dapat meningkatkan kinerja pemerintahan. – Asimetri informasi merupakan penyebab utama terjadinya korupsi

• Pembelajaran politik masyarakat (suatu saat jika masyarakat masuk dalam ruang politik, ia sudah memiliki pengalaman membahas urusan publik).

30

PENGANGGARAN PARTISIPATIF

Studi Empirik

• Menguatnya fenomena warga aktif (active

citizen) dan terjadinya pembelajaran publik

• Alokasi anggaran yang berorientasi pada

masyarakat miskin

• Peningkatan kesadaran warga untuk

membayar pajak

• hubungan antara pemerintah dan komunitas

pengusaha jadi makin transparan

Kritik

• Karena terfokus pada proyek-proyek pekerjaan umum, banyak partisipan

yang tidak tertarik pada kebijkan sosial yang lebih luas

• Terlalu berorientasi pada pembangunan jangka pendek atau paling jauh

jangka menengah

• Terlalu menekankan pada isu-isu lokal

• Potensi manipulasi untuk kepentingan pemerintah yang berkuasa besar

karena PP sangat tergantung pada dukungan pemerintah –birokrat-

dalam menyediakan informasi dan juga dalam mengelola pertemuan-

pertemuan.

31

PERAN WARGA, PEMERINTAH DAN DPRD DALAM

PENGANGGARAN PARTISIPATIF

Eksekutif • Penyediaan data dan

Informasi

• Asistensi Teknis

• Pelaksanaan & Monev

Legislatif • Regulasi

• Pengawasan

Masyarakat

Sipil/Komunitas Konsolidasi partisipan

Agregasi kepentingan

Memilih preferensi

Memilih delegasi

Monev

• Nota Kesepatakan

• Pembahasan RAPBD

• Penetapan APBD

• Pengambilan

keputusan

• Kesepatakatan

• Komunikasi politik

- Penetapan Matrik Prioritas

(berdasarkan tujuan yang akan

dicapai)

- Rencama Investasi

- Alokasi anggaran.

32

PELUANG DAN TANTANGAN PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI DAERAH

Peluang:

• Adanya kerangka regulasi yang mengatur tentang: (1) desentralisasi; (2) pilkada langsung; (3) perencanaan; dan (4) penganggaran.

• Adanya inisator partisipasi masyarakat, baik dari NGO, forum warga bahkan dari pemerintah.

• Di beberapa daerah telah terdapat pemerintah yang progresif.

• Daerah memiliki peluang untuk menyusun sistem perencanaan dan penganggaran melalui Perda.

• Adanya peluang bagi terbentuknya jaringan kerja antara masyarakat, pemerintah dan DPRD dalam pengembangan perencanaan dan penganggaran.

• Sistem Pergantian kepala daerah yang dapat mengubah komitmen terhadap partisipasi publik dalam perencanaan dan penganggaran.

Tantangan:

• Terdapatnya hambatan struktural bagi partisipasi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

• Birokrasi cenderung memblok partisipasi masyarakat karena dapat mengancam kepentingan mereka untuk memboroskan anggaran.

• Belum ada partai yang progresif yang memperjuangkan 3P.

33

PROSES PERENCANAAN & PENGANGGARAN DAERAH MENURUT UU 17/03 & UU 25/04 Bulan Bappeda SKPD Walikota DPRD

Februari

Januari

Juli

Juni

Mei

April

Maret

November

Oktober

September

Agustus

Desember

Rancangan Awal

RKPDRenja SKPD

RKPD

Penyusunan

RKA - SKPD

dan

Prakiraan belanja

untuk tahun

berikutnya setelah

tahun anggaran

yang sudah

disusun

Pembicaraan

Pendahuluan

RAPBD

membahas RKA -

SKPD

Pembahasan

RAPBD

APBD

Nota RAPBD

BPKD

Kompilasi RKA

SKPD

Rancangan RKPD

Musrenbang

Penyusunan

RKPD

Raperda APBD

SK Prosedur

Implementasi

APBD

KUA, Prioritas, &

Plafon

Poko-pokok Pikiran

Dewan

34

PENGANGGANGARAN PARTISIPATIF:

MUNGKINKAH?

• Musrenbang merupakan wahana yang disediakan UU untuk perencanaan

• RKA-SKPD merupakan wahana potensial untuk penganggaran

– Dengan melibatkan delegasi yang telah dipilih dalam Musrenbang untuk terlibat dalam proses penyusunan anggaran

– Atau melembagakan „Komite/Dewan Anggaran Kota/Kabupaten yang terdiri dari Para Delegasi (Spatial maupun sektoral)

35

PRAKTEK MUSRENBANG

• Musrenbang lebih dianggap sebagai „event‟.

• Jumlah program yang diusulkan melebihi estimasi anggaran.

• Program yang diusulkan dalam perencanaan partisipatif bersifat mikro (skala desa/komunitas).

• Proses perencanaan banyak fokus pada kegiatan yang bersifat teknis dialog yang bersifat substantif antar partisipan tidak terjadi.

• Banyak SKPD tidak berpartisipasi dalam forum-forum forum dianggap tidak strategis.

• SKPD sektor lebih merujuk pada rencana yang telah disusun secara top-down.

• Tidak terjadi pelembagaan delegasi - delegasi dibajak oleh birokrasi

• Informasi, monitoring, dan evaluasi di tingkat komunitas tidak berjalan.

• Proses dan dokumen perencanaan tumpang tindih (redundan).

• Lembaga perencanaan tidak terintegrasi dengan penganggaran

• Kemauan politik dari DPRD & Kepala daerah cukup besar, tetapi siklus kegiatan DPRD tidak terintegrasi dengan Musrenbang.

36

REKOMENDASI

SKPD

Renstra/ Renja

Kerangka Regulasi

Kerangka Anggaran RKA APBD

Mekanisme Partisipasi: 1 Forum Komunitas, 2 Dewan/Komite

Sektoral. 3 lembaga-lembaga adat,

dll

Bappeda

DPRD

Aspirasi Konstituen

Catatan: Untuk pembangunan skala desa dialokasikan ADD

Kesepakatan Kesepakatan

Delegasi

37

BEBERAPA SYARAT PERLU

Isu Kondisi Perlu

Informasi anggaran

Harus ada informasi mengenai prioritas dan perkiraan alokasi anggaran untuk pembangunan pada tahun perencanaan (spasial dan sektoral).

Alur proses Harus ada hubungan yang langsung antara proses perencanaan dan proses penganggaran. Perencanaan partisipatif juga dilaksanakan untuk perencanaan jangka menengah.

Waktu Sekuens penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran, dan politik (jadwal pertemuan DPRD dengan konstituen ) sinkron.

Komitmen Pejabat

Proses perencanaan harus berdampak langsung pada sektor, sehingga pejabat berwenang hadir dalam proses-proses penting perencanaan dan penganggaran.

Metode konversi

Harus ada diskusi yang mendalam dan verifikasi antara masyarakat (yang mengajukan usulan) dan orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidang yang bersangkutan.

38

BEBERAPA SYARAT PERLU Isu Kondisi Perlu

Format yang digunakan

Harus ada format dan sistem informasi mengenai proses konversi usulan dari wilayah ke sektor untuk menjamin kelancaran proses perencaanaan berikutnya dan meningkatkan akuntabilitas.

Proses pendokumentasian perencanaan dan penganggaran kalau bisa dilakukan secara digital dan tidak menyebabkan terjadinya interpretasi yang berbeda antar para pelaku.

Kapasitas Masyarakat

• Masyarakat memiliki kemampuan membaca data dan informasi mengenai prioritas pembangunan dan anggaran.

• Mampu mengkonsolidasi diri untuk segera masuk dalam proses-proses pembuatan kebijakan.

• Kepemimpinan masyarakat sipil yang berorientasi pada komunitas pemilihnya

Representasi dan kontrol masyarakat

Partisipan dapat memilih delegasi yang berasal dari kelompoknya,

Delegasi harus terlibat dalam proses penganggaran.

Kapasitas Fasilitator harus mampu membedakan program yang relevan untuk diajukan ke tingkat kabupaten.

PROSES / ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

musdus musdus Penjaringan

Masalah dan

Potensi

Lokarya

desa Musdes

Musyawarah

BPD

PERDES

RPJMD

Lokakarya

desa Musdes

Per. Kades

RKP Desa

Musdes

Musyawarah

BPD

APB Desa Perubahan

APB Desa

Perhitungan

APB Desa

PELAKSANAAN APB Desa

LKPJ

KADES

MUSREN

CAM RPTK

FORUM

SKPD

RENJA

SKPD

MUSREN

KAB

RKPD

KUA/PPAS

KUA/PPA

PERDA

APBD

SEKALA DESA

Penyusunan draf APB Desa

SKALA KABUPATEN

RAPBD

EKS+

DPRD

PENGELOMPOKAN

SEJARAH DESA

VISI MISI

ANALISIS

SKORING

Cekap Semanten Matur Nuwun