PRAKTIKUM PENGANJIAN

24
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL (PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KANJI TAPIOKA TERHADAP PENYEMPURNAAN PENGANJIAN BERBAGAI JENIS KAIN (KAPAS, POLIESTER, & POLIESTER KAPAS)) DISUSUN OLEH : Nama Kelompok : 1. Erina Vera Dewi (12050009) 2. Rizki Purwaning Wulan (12050010) 3. Dwi Widiyanti (12050014) Jurusan : DIII Teknik Tekstil Dosen : 1. M.Widodo, AT.M.Tech 2. Hardianto,S.ST,M.Eng 3. Desiriana SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2014

Transcript of PRAKTIKUM PENGANJIAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEMPURNAAN TEKSTIL

(PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KANJI TAPIOKA TERHADAP

PENYEMPURNAAN PENGANJIAN BERBAGAI JENIS KAIN

(KAPAS, POLIESTER, & POLIESTER KAPAS))

DISUSUN OLEH :

Nama Kelompok :

1. Erina Vera Dewi (12050009)

2. Rizki Purwaning Wulan (12050010)

3. Dwi Widiyanti (12050014)

Jurusan : DIII Teknik Tekstil

Dosen :

1. M.Widodo, AT.M.Tech

2. Hardianto,S.ST,M.Eng

3. Desiriana

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud :

Membandingkan hasil penyempurnaan penganjian pada pengaruh variasi

konsentrasi variasi kanji tapioka terhadap berbagai jenis kain (kapas, Poliester dan

Poliester kapas) dengan WPU 70 % dan di padding system 2 dip 2 nip.

b. Tujuan :

Menentukan konsentrasi optimum yang cocok digunakan untuk kain

kapas, rayon, Poliester, dan Poliester kapas serta memperbaiki kenampakan,

stabilitas dimensi, kerataan dan kilau serta penambahan berat bahan

1.2 TEORI DASAR

1.2.1 KAPAS

Serat kapas merupakan salah satu jenis bahan tekstil yang sudah dikenal sejak ±

5.000 tahun sebelum masehi. Merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat

alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan banyak

disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae. Pertumbuhan

tanaman kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di daerah

yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya.

Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein,

pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan

penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak menyebabkan

serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan serat buatan,

meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling melengkapi kedua

sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa keunggulan

yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyai

daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga

mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.

Morfologi Serat Kapas

Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk

pipih sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari

bagian kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan bentuk

penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin atau

terpuntir membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagian ujung.

Bentuk penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat kapas

disajikan pada gambar berikut ini :

melintang membujur

Sumber : Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 41.

Gambar 1.2.1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas

Komposisi Serat Kapas

Serat kapas mentah mengandung selulosa. Selain selulosa, pada kapas mentah

mengandung pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi serat kapas

berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis tanaman kapasnya, kondisi

tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan zat kimia yang digunakan untuk pupuk dan

pestisidanya. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Serat Kapas

Konstitusi % terhadap berat kering

Selulosa 94

Protein 1,3

Pektat 1,2

Lilin 0,6

Abu 1,2

Pigmen dan zat-zat lain 1,7

Sumber : P.Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT Bandung 1974, hlm

46

Stuktur Molekul Serat Kapas

Stuktur Kimia Serat Kapas

Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui

sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n

dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.

Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier

yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan

oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul

selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur

kimia dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini

O

CH2OH

H

OHH

H

H

OH H

O

CH2OH

H

OHH

OH H

H

H

CH2OH

O

H

OH

H

H

H

HOH

O

O O

CH2OH

O

H

OH

H

H

H

HOH

OH

n-1

OH

Sumber : P. Soepriyono,dkk, Serat-serat tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 45

Gambar 2.2 Struktur Kimia Selulosa

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada

atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan

3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat

kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus

hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat

menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH

dalam penulisan mekanisme reaksi.

Susunan Fisika Serat Kapas

Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian

amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi

kekuatannya lebih kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan

sejajar satu sama lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara

tidak pararel dan tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada

Gambar 2.3 dibawah ini :

Sumber : Trotman, E.R., Texlile Scouring and Bleaching, Charles Griffin and

Company Limited, London 1976, hlm15.

Gambar 2.3 Bagian Kristalin dan Amorf Serat Kapas

Sifat-sifat Serat Kapas

Sifat-sifat Fisika

1. Warna

Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna ini

disebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen

yang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna

kapas akan semakin tua setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun.

Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan

warna keabu-abuan.

2. Kekuatan

Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang

rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki

kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan

karena pada keadaan basah bentuk serat akan mengelembung sehingga

puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar

sepanjang serat.

3. Mulur

Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang

lainnya yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata-

rata mulur sebesar 7%.

4. Moisture Regain

Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang

kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat

kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi

standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.

5. Keliatan (Toughness)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk

menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika

dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.

6. Indeks Bias

Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan

indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.

7. Berat Jenis

Berat jenis serat kapas adalah 1,5 sampai 1,56

Sifat-sifat Kimia

1. Pengaruh asam

Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan

mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul

selulosa (hidroselulosa).

2. Pengaruh alkali

Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara

akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu

akan mengelembungkan serat kapas.

3. Pengaruh oksidator

Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan

penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada

konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan.

4. Pengaruh mikroorganisma

Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan

bakteri. Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang

cukup baik terhadap jamur dan mikroorganisma.

1.2.2 RAYON

Serat rayon merupakan serat buatan dari ppolimer alam yang banyak diproduksi

disamping serat asetat. Serat rayon itu sendiri memiliki jenis yang beragam, dan yang

digunakan disini adalah jenis viskosa yang perkembangannya paling pesat. Dilihat dari

struktur kimianya, karena serat rayon merupakan serat selulosa yang diregenerasi, maka

struktur kimianya pun memiliki persamaan yaitu merupakan rantai selulosa yang

mengandung unit beta glukosa dengan pengecualian pada derajat polimerisasinya yang

lebih rendah akibat terjadinya degradasi rantai polimer selama pembuatan serat.

Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa. Struktur

molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari d-

anhidroglukosa. Serat diatas memiliki gugus hidroksil (-OH) yang memberikan sifat kelarutan

didalam air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat

bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa

yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang

mempersukar kelarutan selulosa didalam air. Beberapa sifat pada serat rayon ini memiliki

kemiripan yang hampir sama dengan serat kapas yang merupakan serat selulosa. Rayon

memiliki sifat elastisitas yang rendah, hal ini membuat benang yang mengalami tarikan

secara mendadak pada saat ditenun, kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah

kembali lagi, yang mengakibatkan saat diberi warna akan memberikan hasil yang tidak rata

pada beberapa bagian dan terlihat beberapa garis yang lebih berkilau. Dalam ketahanan

terhadap panas saat penyetrikaan, serat rayon ini memiliki sifat yang cukup baik, akan tetapi

pemanasan dalam waktu yang lama akan membuat warna rayon menjadi lebih kuning.

1.2.3 POLIESTER

Poliester pertama kali mulai dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T. Dickson,

yaitu para ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd. Pembuatan serat

poliester yang pertama kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun 1952

perusahaan ICI (Imperial Chemical Industries, Ltd) di Inggris mulai memproduksi serat

poliester secara komersial. Oleh Imperial chemical Industries, Ltd 9ICI), hasil penelitian J.R

Whinfield dan J.T Dickson ini diberi nama “Terylene”. Menyusul kemudian pada tahun 1953,

E.I Du pont de Numours di Amerika Serikat memberi nama “Dacron”. Kedua poliester

tersebut memiliki senyawa kimia pembentuk yang sama yaitu etilena tereftalat.

Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol dilakukan dalam kondisi suhu

tinggi dan ruang hampa.

Gambar 3.2.I. Penampang serat poliester

Susunan rantai molekul Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan

polietena tereftalat yang merupakan satu ester dari komponen dasar asam dan alkohol,

yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. Ini merupakan pengembangan pembuatan poliester

yang pada mulanya terbuat dari dimetil teraftalat sebagai asamnya dan etilena glikol sebagai

alkoholnya dan dikenal dengan nama Terylene.

Penggunaan asam tereftalat sebagai bahan baku poliester menyebabkan beberapa

perbedaan sifat poliester, diantaranya titik leleh poliester yang dihasilkan lebih tinggi dan

hampir larut dalam glikol. Pembuatan poliester dari asam tereftalat lebih menguntungkan

dibandingkan poliester dari metil tereftalat.

Serat poliester dibuat dengan cara pemintalan leleh. Serpihan-serpihan poliester

dilelehkan dan dilewatkan melalui lubang spineret yang mempunyai bentuk dan diameter

tertentu. Filamen yang terjadi ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula,

sedangkan untuk filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Untuk memperoleh

benang stapel, dapat dilakukan dengan mengeritingkan filamen dan dipotong-potong

dengan panjang tertentu.

Sifat kimia poliester adalah sebagai berikut :

1. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.

2. Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat – zat

pencucian kering.

3. Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan terhadap

asam kuat dalam keadaan dingin.

4. Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.

5. Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung

gugus – gugus aktif sehingga sukar untuk dicelup.

Sifat fisika Poliester

Sifat fisika merupakan sifat yang berhubungan dengan kukuatan, sifat fisika poliester

meliputi :

1. Kekuatan dan mulur

Serat poliester mempunyai kekuatan dan mulur yang tinggi, yang dalam keadaan

kering dan basah tidak mengalami perubahan. Kekuatan serat poliester sebesar

4,0 – 6,9 g/d dan mulur poliester sebesar 11 – 20%.

2. Elastisitas

Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester bersifat tahan

kusut. Jika benang pliester ditarik kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi

dalam 1 menit adalah :

Penarikan 2% ………. Pemulihan 97%

Penarikan 4% ………. Pemulihan 90%

Penarikan 8% ………. Pemulihan 80%

3. Moisture regain

Moisture regain poliester pada kondisi standar (27oC dan RH 65%) sebesar

0,4%. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6 – 0,8%.

4. Berat jenis

Berat jenis poliester adalah 1,38 gram/cm3.

5. Titik leleh

Poliester tidak akan menguning pada suhu tinggi. Poliester mulai meleleh pada

suhu 250 - 290oC dan terbakar, namun tidak meneruskan nyala api.

6. Ketahanan sinar

Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup lama, tetapi

ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat lain.

7. Mengkeret

Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.

Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan

mengakibatkan serat poliester mengkeret.

8. Morfologi

Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat

bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit

yang tebal

9. Pembakaran

Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api tidak dapat menjalar karena serat

yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan pembakaran.

1.2.4 POLIESTER/RAYON

Keburukan dari serat poliester merupakan kebaikan pada serat rayon viskosa, demikian

pula sebaliknya.

Sifat-sifat yang didapat dari pencampuran kedua macam serat tersebut adalah :

1. Ketahanan kusut dan kestabilan dimensi baik

2. Tahan terhadap mikrobiologi

3. Mempunyai daya serap terhadap air dan keringat

4. Ketahanan terhadap tekanan dan ketahanan gososnya baik

5. Kekuatan kain baik.

1.2.5 KANJI

Zat kanji/pati (starch) atau bahasa lainnya amilum, yang berarti tepung halus, adalah

suatu substansi glukosida yang terdapat banyak sekali pada spesies tanaman. Zat kanji

tersebut terdiri dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan ukuran dan bentuk

beragam bergantung pada jenis tanamannya.

Tanaman memproduksi zat kanji dengan cara pengasimilasian CO2 dan ditimbun

pada biji atau pada umbinya dalam bentuk karbohidrat. Secara komersial zat kanji diperoleh

dengan merendam parutan ubi atau tepung biji tanaman yang mengandung banyak zat

kanjinya dalam air dingin.

Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam, bila diberi air panas kemudian didinginkan

maka zat-zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang terjadi oleh adanya

hibridasi, Penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut. Zat kanji

merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin yang berasal dari

penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat menyebabkan zat kanji terpisah

menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air

(amilosa). Zat kanji dengan kandungan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada

proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun.

Macam-macam zat kanji

Berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Kanji/Pati

2. Kanji yang dimodifikasi

3. Turunan-turunan selulosa, CMC

4. Kanji dengan bahan dasar PVA

5. Poliakrilat (PAC)

6. Galaktomanan (GM)

7. Kanji-kanji Poliester (PES)

8. Homopolimer dan Kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.

9. Lilin dan lemak

10. Pareafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya.

Komposisi dasar kimia zat-zat kanji tersebut di atas adalah :

Tabel 2.3.1. Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji

Unsur

Komposisi kimia

Kanji Pati CMC PVA PAC

Karbon 44,4 42,4 54,4 40,5

Hidrogen 6,2 5,5 9,1 7,9

Oksigen 49,4 48,0 36,4 36,0

Nitrogen - - - 15,4

Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65-70 oC dan menjadi suatu

larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun amilopektin dapat diidentifikasi dengan

iodium. Zat kanji dapat mengandung kelembaban hingga 20 %. Pada medium asam kedua

substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi glukosa dan dekstrin.

Kanji Tapioka

Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finish yang

tipis, halus dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur kanji-kanji yang lain untuk

mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan.

Kanji Karboksimetilselulosa (CMC)

Molekul CMC merupakan turunan glukosida. Rantai glukosidanya mengandung 3 gugus

alcohol, dimana fungsi alcohol primernya tersubstitusi. Derajat substitusinya bervariasi dari

0,68 hingga 0,85 yang akan membedakan kelarutan dan viskositasnya. CMC dibuat dari

reaksi alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.

CMC banyak digunakan dalam industri tekstil karena mudah dihilangkan dari bahan

dengan proses penghilangan kanji. Keunggulan sifat CMC terutama terletak pada

pembentukan film dan daya penganjiannya lapisan film yang terbentuk tidak seperti “kulit”

dan tidak terpengaruh oleh kelembaban udara yang rendah. Pada penggunannya

kekurangannya bersifat korosif bila tercampur dengan garam. Larutannya mudah

menimbulkan endapan, pada kelembaban udara yang tinggi dapat “mencair” dan menjadi

lengket, dan menggembung kembali dalam larutan penghilang kanji.

Kanji Polivinilalkohol (PVA)

Polivinil alcohol atau PVA tidak dibuat dari monomer tetapi dari polimerisasi monomer

vinil asetat. Bila Reaksi hidrolisanya dikendalikan maka akan diperoleh PVA yang

terhidrolisa penuh. PVA yang terhidrolisa sebagian misalnya PVA 88% lebih mudah larut

dalam air. Makin panjang rantai makro molekulnya, makin tinggi viskositasnya.

PVA banyak digunakan dalam industri tekstil karena sifat fleksibilitas dan ketahanan

terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OH-nya yang membentuk dwikutub. PVA tidak

dapat di-biodegradasi tetapi dapat di daur ulang dengan ultrafiltrasi. Sifat lain yang kurang

menguntungkan adalah sangat peka terhadap elektrolit dan pH alkali. Oleh karena itu

sangat riskan bila melakukan pengelantangan dan pemasakan bahan yang dikanji dengan

PVA.

Zat-zat pembantu

Larutan finish kanji selain mengadung kanji juga mengandung zat-zat lainnya yang

berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat atau untuk mendapatkan hasil finis dengan sifatsifat

tertentu. Zat- zat tersebut dapat berupa zat anti septic, zat pelemas dan zat pengikat atau

pemberat..

Zat anti septic

Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamur apabila disimpan di tempat yang

lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan, mudah rusak karena pengaruh jamur.

Untuk menghalangi tumbuhnya jamur perlu penambahan-penambahan zat anti septic ke

dalam larutan kanji. Zat- zat anti septic yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah

magnesium klorida, seng klorida, seng sulfat, barium klorida, fenol,asam kresilat, asam

salisilat, formaldehida dan salisil anilida.

Zat pelemas

Pelemas perlu ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang mempunyai

pegangan halus. Zat- zat pelemas yang digunakan antaralain gliserin, TRO, minyak- minyak,

gajih, Textile Finishing Oil.

Zat pengisi

Dalam beberapa hal, zat pengisi ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang

cukup berat. Kaolin adalah zat pengisi yang banyak digunakan dalam industri tekstil.

Fiksasi zat kanji

Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan serat

dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus mudah

dihilangkan pada saat proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu suatu ikatan yang terlalu

kuat antara serat dan zat kanji bukan merupakan suatu hal yang utama. Lebih disukai ikatan

tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der walls atau jenis ikatan elektrostatik yang

relative lemah dan sifatnya fisik. Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwi kutub atau

elektrolit. Suatu dwi kutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tetapi

berlawanan.

Syarat-syarat kanji yang dalam penganjian :

1. Membentuk film

Sebagai pelindung, sehingga bahan tidak berbulu. Film dapat menutupi serat-

serat yang menonjol keluar dari permukaan yang menyebabkan bahan menjadi

berbulu.

2. Menaikkan kekuatan

Sehingga bahan menjadi lebih tahan terhadap tarikan dan tegangan.

3. Fleksibel

4. Adesi

Adesi antara kanji dengan bahan tergantung pada gaya tarik menarik antara film

kanji dengan bahan. Gaya tarik menarik ini pada umumnya terdiri dari ikatan

hidrogen dan gaya van der walls. Dimana, gaya tarik menarik dari ikatan

hidrogen jauh lebih besar dari gaya van der walls. Pada umunya adesi yang baik

terjadi karena terbentuknya ikatan hidrogen antara serta dengan kanji.

5. Penetrasi

Penetrasi yang sempurna dapat menimbulkan kekakuan bahan, oleh karena itu

hal ini perlu diperhatikan.

6. Kekenyalan

7. Lemas

8. Tahan jamur dan bakteri

kanji harus tahan jamur, sehingga dalam penyimpanan tidak akan timbul jamur

dan bakteri yang dapat merusak bahan.

9. Mempunyai daya rekat

Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji

Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan jalan memberikan

puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu untaian benang yang panjang. Diantara

serat-serat tersebut, akan terdapat suatu rongga-rongga yang halus sehingga pada benang

tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji, maka rongga-rongga kosong yang halus

tersebut akan terisi oleh larutan kanji. Oleh karena kanji mempunyai daya rekat, maka serat

satu dengan yang lainnya akan terikat, sehingga benang akan tampak lebih padat. Larutan

kanji selain masuk kedalam rongga-rongga serat, juga melapisi bagian luar dari

benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.

Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan hidrogen

dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi karena pada molekul kanji

terdapat gugus-gugus R-OH, begitu juga dengan serat selulosa. Disamping itu, atom

hidrogen mempunyai kecenderungan untuk menggabungkan diri dengan atom

oksigen dari gugus-gugus R-OH yang lain

. Oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan molekul serat.

R1 R1

│ │

O – H - - - O – H - - - O – H - - - O – H

│ │

R2 R2

Gambar Ikatan Hidrogen Kanji Dengan Serat

Sumber : Ricolavedri, Penelitian Tentang Penggunaan Enzim Raktase Pada

Proses Penghilangan Kain Tenun Kapas, Laporan Kerja Praktek, STTT,

Bandung, 1994, hal.107

Keterangan :

R1 – OH : molekul serat

R2 – OH : molekul kanji

BAB II

PRAKTIKUM

2.1 ALAT DAN BAHAN

a. Alat

- Piala gelas 100 ml

- Pengaduk

- Pipet ukur

- Timbangan digital

- Baki Plastik

- Panci

- Kompor gas

- Seterika

- Shirley Stiftness Tester

- Mesin Padder

- Mesin Stenter

b. Bahan

- Kain kapas

- Kain T/C

- Poliester

2.2 RESEP DAN FUNGSI ZAT

a. Resep Praktek

b. Fungsi zat

Kanji tapioka berfungsi sebagai zat utama dalam proses penyempurnaan penganjian

untuk memberi lapisan film tipis pada bahan

Variasi Tapioka

Kain

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko

10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L

Kapas

T/C

Poliester

Suhu 700C

WPU 70 %

Air 200 mL

2.3 DIAGARAM ALIR

2.4 CARA KERJA

Persiapkan alat dan bahan, hitung keperluan zat

Buat larutan kanji dan panaskan sampai 700C

Rendam bahan kedalam larutan kanji pada Loyang

Bahan dipad dengan WPU 70%

Lakukan pengeringan 100 0C, kemudian seterika

Bahan dikondisikan dengan diangin-anginkan

Lakukan evaluasi pada perubahan berat bahan dan kekakuan

Persiapan alat dan bahan

Perhitungan dan penimbangan resep

Drying (1000C, 3)

menit)

Padding kain (WPU) 70%)

Pembuatan larutan penganjian

Perendaman kain dalam larutan penganjian (70oC)

Setrika

Evaluasi

2.5 DATA PERCOBAAN

Perhitungan resep :

Berat bahan Poliester : 4,01 g (berat awal), 4,02 g (berat akhir)

Berat bahan (T/C) : 11,54 g (berat awal), 11,60 g (berat akhir)

Berat bahan kapas : 5,625 g (berat awal), 5,638 g (berat akhir)

Vlot : 1 : 20

Air : 200 mL

Tapioka : 10/100 x 200 g = 2 g

Tabel 2.5.1 Data Pengujian Persen Penambahan Berat Pada Kain Kapas, Poliester

Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda.

Variasi Tapioka

Kain

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko

10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L

Kapas 0,23 0,35 1,05 2,14 3,4 -0,35

Poliester 0,21 0,46 1,86 3,44 3,78 -0,25

T/C 0,51 0,52 2,4 3,29 4,07 -0,18

Suhu 700C

WPU 70 %

Air 200 mL

Tabel 2.5.2 Data Pengujian Kekakuan Arah Lusi Setelah Penganjian Pada Kain

Kapas, Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda

Variasi Tapioka

Kain

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko

10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L

Kapas 1,68 2,16 2,18 2,20 2,3 1,48

Poliester 1,72 1,87 2,2 2,5 2,71 1.5

T/C 2 2,32 2,5 2,7 2,92 1.8

Suhu 700C

WPU 70 %

Air 200 mL

Grafik Pengujian Persen Penambahan Berat Pada

Kain Kapas, Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi

Tapioka Yang Berbeda.

-1

0

1

2

3

4

5

10 20 30 40 50 Blanko

Konsentrasi Tapioka

% P

enam

bah

an

Ber

at

Kapas

Poliester

T/C

Grafik Pengujian Kekakuan Arah Lusi Setelah Penganjian Pada Kain Kapas,

Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda

00.5

11.5

22.5

33.5

10 20 30 40 50 Blanko

Konsentrasi Tapioka

cms

Kapas

Poliester

T/C

2.6 SAMPLE KAIN

Kain Kapas Blanko Kain Kapas Setelah

Penganjian

Kain Poliester Blanko Kain Poliester Setelah

Penganjian

Kain T/C Blanko Kain T/C Setelah

Penganjian

BAB III

PENUTUP

3.1 Diskusi

Percobaan dilakukan proses penganjian pada kain kapas, Poliester, dan T/C

dimaksudkan untuk mendapatkan efek mengkilap, kerataan dan kekakuan yang baik. Pada

proses ini dilakukan perbedaan konsentrasi kanji tapioka sehingga dapat diketahui

pengaruhnya terhadap kain hasil penganjian.

Pada proses penganjian ini, kanji masuk pada celah kain sehingga terjadi penambahan

berat bahan. Dari variasi jenis serat yang digunakan tampak penambahan berat bahan rata-

rata lebih besar adalah pada kain poliester. Hal tersebut disebabkan daya serap terhadap

kanji lebih besar karena konstruksi serat rayon yang lebih renggang sehingga kanji yang

terserap diantara celah kain lebih banyak. Selain itu serat poliester memiliki viskositas dan

penetrasi yang lebih baik dibanding serat kapas. Serat kapas yang dilakukan penganjian

sudah mengalami proses penganjian sebelumnya sehingga ada kemungkinan kain kapas

mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu menyerap kanji lebih banyak. Akan tetapi

pada hasil yang diperoleh persentasi pertambahan berat tertinggi terdapat pada kapas

tampak pada pegangan kain yang paling kaku setelah proses penyeterikaan.

Dilihat dari perbedaan konsentrasi kanji yang digunakan, diperoleh hasil perubahan

berat paling besar adalah pada konsentrasi tapioka terbesar yaitu 50 g/L karena semakin

banyak kanji yang terserap oleh kain.

Selain perubahan berat bahan, proses pengajian juga memberikan efek peningkatan

kekakuan kain. Kain yang mengalami proses penganjian seharusnya memiliki kekakuan

yang lebih besar dibanding sebelumnya, akan tetapi pada praktikum yang dilakukan ini

perubahan kekakuan menurun dibandingkan sebelum proses pengajian. Hal tersebut

dimungkinkan adanya berbagai kesalahan, diantaranya adalah : proses pembuatan larutan

kanji yang kurang sempurna, proses padding yang kurang merata pada permukaan kain

sehingga kekuatan kain pada bagian tertentu berbeda, dll.

Berdasarkan data yang diperoleh pada kekakuan di kain kapas menunjukan bahwa

semakin banyak konsentrasi tapioka yang digunakan untuk penganjian maka semakin besar

pula nilai kekakuannya. Hal ini di sebabkan semakin banyaknya kanji yang terserap maka

semakin besar efek kerataan pada kain. Sehingga kain tersebut memiliki nilai kekakuan

yang besar pula.

3.2 KESIMPULAN

Semakin besar konsentrasi tapioka yang digunakan maka semakin besar pula

prosentase penambahan berat kain kapas serta kekakuan kainnya.

Semakin tinggi konsentrasi tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian maka

semakin besar persentasi penambahan berat bahan, begitu juga sebaliknya,

semakin rendah konsentrasi tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian maka

semakin kecil pula prosentase penambahan berat bahannya

Pertambahan berat bahan paling tinggi pada konsentrasi tapioka 50 g/L dengan

rata-rata tertinggi pada kain T/C.

Dari proses penyempurnaan pengajian diperoleh hasil kain mengkilap dan

pegangan kaku, serta pengalami penambahan berat bahan.

Pada dasarnya, penganjian dapat meningkatkan kekakuan suatu kain sesuai

dengan sedikit/banyaknya tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian.

Efek mengkilap pada kain yang telah di beri kanji dapat di peroleh dengan

penyetrikaan pada suhu dan tekanan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Teknologi Penyempurnaan Tekstil, 1977. ITT

Yunara Heri, 1997. Pengaruh NaOH pada proses kostisasi kain Poliester-Rayon yang

dicelup dengan zat warna dispersi terhadap hasil celup serat rayon