PRAKTIKUM PENGANJIAN
-
Upload
stttekstil -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of PRAKTIKUM PENGANJIAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEMPURNAAN TEKSTIL
(PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KANJI TAPIOKA TERHADAP
PENYEMPURNAAN PENGANJIAN BERBAGAI JENIS KAIN
(KAPAS, POLIESTER, & POLIESTER KAPAS))
DISUSUN OLEH :
Nama Kelompok :
1. Erina Vera Dewi (12050009)
2. Rizki Purwaning Wulan (12050010)
3. Dwi Widiyanti (12050014)
Jurusan : DIII Teknik Tekstil
Dosen :
1. M.Widodo, AT.M.Tech
2. Hardianto,S.ST,M.Eng
3. Desiriana
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud :
Membandingkan hasil penyempurnaan penganjian pada pengaruh variasi
konsentrasi variasi kanji tapioka terhadap berbagai jenis kain (kapas, Poliester dan
Poliester kapas) dengan WPU 70 % dan di padding system 2 dip 2 nip.
b. Tujuan :
Menentukan konsentrasi optimum yang cocok digunakan untuk kain
kapas, rayon, Poliester, dan Poliester kapas serta memperbaiki kenampakan,
stabilitas dimensi, kerataan dan kilau serta penambahan berat bahan
1.2 TEORI DASAR
1.2.1 KAPAS
Serat kapas merupakan salah satu jenis bahan tekstil yang sudah dikenal sejak ±
5.000 tahun sebelum masehi. Merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat
alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan banyak
disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae. Pertumbuhan
tanaman kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di daerah
yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Utara.
Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya.
Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein,
pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan
penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak menyebabkan
serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan serat buatan,
meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling melengkapi kedua
sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa keunggulan
yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyai
daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga
mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.
Morfologi Serat Kapas
Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk
pipih sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari
bagian kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan bentuk
penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin atau
terpuntir membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagian ujung.
Bentuk penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat kapas
disajikan pada gambar berikut ini :
melintang membujur
Sumber : Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 41.
Gambar 1.2.1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas
Komposisi Serat Kapas
Serat kapas mentah mengandung selulosa. Selain selulosa, pada kapas mentah
mengandung pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi serat kapas
berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis tanaman kapasnya, kondisi
tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan zat kimia yang digunakan untuk pupuk dan
pestisidanya. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Serat Kapas
Konstitusi % terhadap berat kering
Selulosa 94
Protein 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7
Sumber : P.Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT Bandung 1974, hlm
46
Stuktur Molekul Serat Kapas
Stuktur Kimia Serat Kapas
Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui
sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n
dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier
yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan
oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul
selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur
kimia dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini
O
CH2OH
H
OHH
H
H
OH H
O
CH2OH
H
OHH
OH H
H
H
CH2OH
O
H
OH
H
H
H
HOH
O
O O
CH2OH
O
H
OH
H
H
H
HOH
OH
n-1
OH
Sumber : P. Soepriyono,dkk, Serat-serat tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 45
Gambar 2.2 Struktur Kimia Selulosa
Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan
3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat
menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH
dalam penulisan mekanisme reaksi.
Susunan Fisika Serat Kapas
Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian
amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi
kekuatannya lebih kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan
sejajar satu sama lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara
tidak pararel dan tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada
Gambar 2.3 dibawah ini :
Sumber : Trotman, E.R., Texlile Scouring and Bleaching, Charles Griffin and
Company Limited, London 1976, hlm15.
Gambar 2.3 Bagian Kristalin dan Amorf Serat Kapas
Sifat-sifat Serat Kapas
Sifat-sifat Fisika
1. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna ini
disebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen
yang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna
kapas akan semakin tua setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan
warna keabu-abuan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan
karena pada keadaan basah bentuk serat akan mengelembung sehingga
puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar
sepanjang serat.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang
lainnya yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata-
rata mulur sebesar 7%.
4. Moisture Regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang
kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat
kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi
standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
5. Keliatan (Toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
6. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan
indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.
7. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,5 sampai 1,56
Sifat-sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan
mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa).
2. Pengaruh alkali
Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara
akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu
akan mengelembungkan serat kapas.
3. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan
penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada
konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan.
4. Pengaruh mikroorganisma
Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan
bakteri. Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang
cukup baik terhadap jamur dan mikroorganisma.
1.2.2 RAYON
Serat rayon merupakan serat buatan dari ppolimer alam yang banyak diproduksi
disamping serat asetat. Serat rayon itu sendiri memiliki jenis yang beragam, dan yang
digunakan disini adalah jenis viskosa yang perkembangannya paling pesat. Dilihat dari
struktur kimianya, karena serat rayon merupakan serat selulosa yang diregenerasi, maka
struktur kimianya pun memiliki persamaan yaitu merupakan rantai selulosa yang
mengandung unit beta glukosa dengan pengecualian pada derajat polimerisasinya yang
lebih rendah akibat terjadinya degradasi rantai polimer selama pembuatan serat.
Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa. Struktur
molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari d-
anhidroglukosa. Serat diatas memiliki gugus hidroksil (-OH) yang memberikan sifat kelarutan
didalam air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat
bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa
yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang
mempersukar kelarutan selulosa didalam air. Beberapa sifat pada serat rayon ini memiliki
kemiripan yang hampir sama dengan serat kapas yang merupakan serat selulosa. Rayon
memiliki sifat elastisitas yang rendah, hal ini membuat benang yang mengalami tarikan
secara mendadak pada saat ditenun, kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah
kembali lagi, yang mengakibatkan saat diberi warna akan memberikan hasil yang tidak rata
pada beberapa bagian dan terlihat beberapa garis yang lebih berkilau. Dalam ketahanan
terhadap panas saat penyetrikaan, serat rayon ini memiliki sifat yang cukup baik, akan tetapi
pemanasan dalam waktu yang lama akan membuat warna rayon menjadi lebih kuning.
1.2.3 POLIESTER
Poliester pertama kali mulai dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T. Dickson,
yaitu para ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd. Pembuatan serat
poliester yang pertama kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun 1952
perusahaan ICI (Imperial Chemical Industries, Ltd) di Inggris mulai memproduksi serat
poliester secara komersial. Oleh Imperial chemical Industries, Ltd 9ICI), hasil penelitian J.R
Whinfield dan J.T Dickson ini diberi nama “Terylene”. Menyusul kemudian pada tahun 1953,
E.I Du pont de Numours di Amerika Serikat memberi nama “Dacron”. Kedua poliester
tersebut memiliki senyawa kimia pembentuk yang sama yaitu etilena tereftalat.
Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol dilakukan dalam kondisi suhu
tinggi dan ruang hampa.
Gambar 3.2.I. Penampang serat poliester
Susunan rantai molekul Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan
polietena tereftalat yang merupakan satu ester dari komponen dasar asam dan alkohol,
yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. Ini merupakan pengembangan pembuatan poliester
yang pada mulanya terbuat dari dimetil teraftalat sebagai asamnya dan etilena glikol sebagai
alkoholnya dan dikenal dengan nama Terylene.
Penggunaan asam tereftalat sebagai bahan baku poliester menyebabkan beberapa
perbedaan sifat poliester, diantaranya titik leleh poliester yang dihasilkan lebih tinggi dan
hampir larut dalam glikol. Pembuatan poliester dari asam tereftalat lebih menguntungkan
dibandingkan poliester dari metil tereftalat.
Serat poliester dibuat dengan cara pemintalan leleh. Serpihan-serpihan poliester
dilelehkan dan dilewatkan melalui lubang spineret yang mempunyai bentuk dan diameter
tertentu. Filamen yang terjadi ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula,
sedangkan untuk filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Untuk memperoleh
benang stapel, dapat dilakukan dengan mengeritingkan filamen dan dipotong-potong
dengan panjang tertentu.
Sifat kimia poliester adalah sebagai berikut :
1. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.
2. Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat – zat
pencucian kering.
3. Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan terhadap
asam kuat dalam keadaan dingin.
4. Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.
5. Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung
gugus – gugus aktif sehingga sukar untuk dicelup.
Sifat fisika Poliester
Sifat fisika merupakan sifat yang berhubungan dengan kukuatan, sifat fisika poliester
meliputi :
1. Kekuatan dan mulur
Serat poliester mempunyai kekuatan dan mulur yang tinggi, yang dalam keadaan
kering dan basah tidak mengalami perubahan. Kekuatan serat poliester sebesar
4,0 – 6,9 g/d dan mulur poliester sebesar 11 – 20%.
2. Elastisitas
Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester bersifat tahan
kusut. Jika benang pliester ditarik kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi
dalam 1 menit adalah :
Penarikan 2% ………. Pemulihan 97%
Penarikan 4% ………. Pemulihan 90%
Penarikan 8% ………. Pemulihan 80%
3. Moisture regain
Moisture regain poliester pada kondisi standar (27oC dan RH 65%) sebesar
0,4%. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6 – 0,8%.
4. Berat jenis
Berat jenis poliester adalah 1,38 gram/cm3.
5. Titik leleh
Poliester tidak akan menguning pada suhu tinggi. Poliester mulai meleleh pada
suhu 250 - 290oC dan terbakar, namun tidak meneruskan nyala api.
6. Ketahanan sinar
Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup lama, tetapi
ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat lain.
7. Mengkeret
Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan
mengakibatkan serat poliester mengkeret.
8. Morfologi
Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat
bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit
yang tebal
9. Pembakaran
Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api tidak dapat menjalar karena serat
yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan pembakaran.
1.2.4 POLIESTER/RAYON
Keburukan dari serat poliester merupakan kebaikan pada serat rayon viskosa, demikian
pula sebaliknya.
Sifat-sifat yang didapat dari pencampuran kedua macam serat tersebut adalah :
1. Ketahanan kusut dan kestabilan dimensi baik
2. Tahan terhadap mikrobiologi
3. Mempunyai daya serap terhadap air dan keringat
4. Ketahanan terhadap tekanan dan ketahanan gososnya baik
5. Kekuatan kain baik.
1.2.5 KANJI
Zat kanji/pati (starch) atau bahasa lainnya amilum, yang berarti tepung halus, adalah
suatu substansi glukosida yang terdapat banyak sekali pada spesies tanaman. Zat kanji
tersebut terdiri dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan ukuran dan bentuk
beragam bergantung pada jenis tanamannya.
Tanaman memproduksi zat kanji dengan cara pengasimilasian CO2 dan ditimbun
pada biji atau pada umbinya dalam bentuk karbohidrat. Secara komersial zat kanji diperoleh
dengan merendam parutan ubi atau tepung biji tanaman yang mengandung banyak zat
kanjinya dalam air dingin.
Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam, bila diberi air panas kemudian didinginkan
maka zat-zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang terjadi oleh adanya
hibridasi, Penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut. Zat kanji
merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin yang berasal dari
penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat menyebabkan zat kanji terpisah
menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air
(amilosa). Zat kanji dengan kandungan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada
proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun.
Macam-macam zat kanji
Berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Kanji/Pati
2. Kanji yang dimodifikasi
3. Turunan-turunan selulosa, CMC
4. Kanji dengan bahan dasar PVA
5. Poliakrilat (PAC)
6. Galaktomanan (GM)
7. Kanji-kanji Poliester (PES)
8. Homopolimer dan Kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
9. Lilin dan lemak
10. Pareafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya.
Komposisi dasar kimia zat-zat kanji tersebut di atas adalah :
Tabel 2.3.1. Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji
Unsur
Komposisi kimia
Kanji Pati CMC PVA PAC
Karbon 44,4 42,4 54,4 40,5
Hidrogen 6,2 5,5 9,1 7,9
Oksigen 49,4 48,0 36,4 36,0
Nitrogen - - - 15,4
Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65-70 oC dan menjadi suatu
larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun amilopektin dapat diidentifikasi dengan
iodium. Zat kanji dapat mengandung kelembaban hingga 20 %. Pada medium asam kedua
substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi glukosa dan dekstrin.
Kanji Tapioka
Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finish yang
tipis, halus dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur kanji-kanji yang lain untuk
mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan.
Kanji Karboksimetilselulosa (CMC)
Molekul CMC merupakan turunan glukosida. Rantai glukosidanya mengandung 3 gugus
alcohol, dimana fungsi alcohol primernya tersubstitusi. Derajat substitusinya bervariasi dari
0,68 hingga 0,85 yang akan membedakan kelarutan dan viskositasnya. CMC dibuat dari
reaksi alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.
CMC banyak digunakan dalam industri tekstil karena mudah dihilangkan dari bahan
dengan proses penghilangan kanji. Keunggulan sifat CMC terutama terletak pada
pembentukan film dan daya penganjiannya lapisan film yang terbentuk tidak seperti “kulit”
dan tidak terpengaruh oleh kelembaban udara yang rendah. Pada penggunannya
kekurangannya bersifat korosif bila tercampur dengan garam. Larutannya mudah
menimbulkan endapan, pada kelembaban udara yang tinggi dapat “mencair” dan menjadi
lengket, dan menggembung kembali dalam larutan penghilang kanji.
Kanji Polivinilalkohol (PVA)
Polivinil alcohol atau PVA tidak dibuat dari monomer tetapi dari polimerisasi monomer
vinil asetat. Bila Reaksi hidrolisanya dikendalikan maka akan diperoleh PVA yang
terhidrolisa penuh. PVA yang terhidrolisa sebagian misalnya PVA 88% lebih mudah larut
dalam air. Makin panjang rantai makro molekulnya, makin tinggi viskositasnya.
PVA banyak digunakan dalam industri tekstil karena sifat fleksibilitas dan ketahanan
terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OH-nya yang membentuk dwikutub. PVA tidak
dapat di-biodegradasi tetapi dapat di daur ulang dengan ultrafiltrasi. Sifat lain yang kurang
menguntungkan adalah sangat peka terhadap elektrolit dan pH alkali. Oleh karena itu
sangat riskan bila melakukan pengelantangan dan pemasakan bahan yang dikanji dengan
PVA.
Zat-zat pembantu
Larutan finish kanji selain mengadung kanji juga mengandung zat-zat lainnya yang
berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat atau untuk mendapatkan hasil finis dengan sifatsifat
tertentu. Zat- zat tersebut dapat berupa zat anti septic, zat pelemas dan zat pengikat atau
pemberat..
Zat anti septic
Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamur apabila disimpan di tempat yang
lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan, mudah rusak karena pengaruh jamur.
Untuk menghalangi tumbuhnya jamur perlu penambahan-penambahan zat anti septic ke
dalam larutan kanji. Zat- zat anti septic yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah
magnesium klorida, seng klorida, seng sulfat, barium klorida, fenol,asam kresilat, asam
salisilat, formaldehida dan salisil anilida.
Zat pelemas
Pelemas perlu ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang mempunyai
pegangan halus. Zat- zat pelemas yang digunakan antaralain gliserin, TRO, minyak- minyak,
gajih, Textile Finishing Oil.
Zat pengisi
Dalam beberapa hal, zat pengisi ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang
cukup berat. Kaolin adalah zat pengisi yang banyak digunakan dalam industri tekstil.
Fiksasi zat kanji
Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan serat
dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus mudah
dihilangkan pada saat proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu suatu ikatan yang terlalu
kuat antara serat dan zat kanji bukan merupakan suatu hal yang utama. Lebih disukai ikatan
tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der walls atau jenis ikatan elektrostatik yang
relative lemah dan sifatnya fisik. Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwi kutub atau
elektrolit. Suatu dwi kutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tetapi
berlawanan.
Syarat-syarat kanji yang dalam penganjian :
1. Membentuk film
Sebagai pelindung, sehingga bahan tidak berbulu. Film dapat menutupi serat-
serat yang menonjol keluar dari permukaan yang menyebabkan bahan menjadi
berbulu.
2. Menaikkan kekuatan
Sehingga bahan menjadi lebih tahan terhadap tarikan dan tegangan.
3. Fleksibel
4. Adesi
Adesi antara kanji dengan bahan tergantung pada gaya tarik menarik antara film
kanji dengan bahan. Gaya tarik menarik ini pada umumnya terdiri dari ikatan
hidrogen dan gaya van der walls. Dimana, gaya tarik menarik dari ikatan
hidrogen jauh lebih besar dari gaya van der walls. Pada umunya adesi yang baik
terjadi karena terbentuknya ikatan hidrogen antara serta dengan kanji.
5. Penetrasi
Penetrasi yang sempurna dapat menimbulkan kekakuan bahan, oleh karena itu
hal ini perlu diperhatikan.
6. Kekenyalan
7. Lemas
8. Tahan jamur dan bakteri
kanji harus tahan jamur, sehingga dalam penyimpanan tidak akan timbul jamur
dan bakteri yang dapat merusak bahan.
9. Mempunyai daya rekat
Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji
Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan jalan memberikan
puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu untaian benang yang panjang. Diantara
serat-serat tersebut, akan terdapat suatu rongga-rongga yang halus sehingga pada benang
tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji, maka rongga-rongga kosong yang halus
tersebut akan terisi oleh larutan kanji. Oleh karena kanji mempunyai daya rekat, maka serat
satu dengan yang lainnya akan terikat, sehingga benang akan tampak lebih padat. Larutan
kanji selain masuk kedalam rongga-rongga serat, juga melapisi bagian luar dari
benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.
Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan hidrogen
dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi karena pada molekul kanji
terdapat gugus-gugus R-OH, begitu juga dengan serat selulosa. Disamping itu, atom
hidrogen mempunyai kecenderungan untuk menggabungkan diri dengan atom
oksigen dari gugus-gugus R-OH yang lain
. Oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan molekul serat.
R1 R1
│ │
O – H - - - O – H - - - O – H - - - O – H
│ │
R2 R2
Gambar Ikatan Hidrogen Kanji Dengan Serat
Sumber : Ricolavedri, Penelitian Tentang Penggunaan Enzim Raktase Pada
Proses Penghilangan Kain Tenun Kapas, Laporan Kerja Praktek, STTT,
Bandung, 1994, hal.107
Keterangan :
R1 – OH : molekul serat
R2 – OH : molekul kanji
BAB II
PRAKTIKUM
2.1 ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Piala gelas 100 ml
- Pengaduk
- Pipet ukur
- Timbangan digital
- Baki Plastik
- Panci
- Kompor gas
- Seterika
- Shirley Stiftness Tester
- Mesin Padder
- Mesin Stenter
b. Bahan
- Kain kapas
- Kain T/C
- Poliester
2.2 RESEP DAN FUNGSI ZAT
a. Resep Praktek
b. Fungsi zat
Kanji tapioka berfungsi sebagai zat utama dalam proses penyempurnaan penganjian
untuk memberi lapisan film tipis pada bahan
Variasi Tapioka
Kain
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko
10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L
Kapas
T/C
Poliester
Suhu 700C
WPU 70 %
Air 200 mL
2.3 DIAGARAM ALIR
2.4 CARA KERJA
Persiapkan alat dan bahan, hitung keperluan zat
Buat larutan kanji dan panaskan sampai 700C
Rendam bahan kedalam larutan kanji pada Loyang
Bahan dipad dengan WPU 70%
Lakukan pengeringan 100 0C, kemudian seterika
Bahan dikondisikan dengan diangin-anginkan
Lakukan evaluasi pada perubahan berat bahan dan kekakuan
Persiapan alat dan bahan
Perhitungan dan penimbangan resep
Drying (1000C, 3)
menit)
Padding kain (WPU) 70%)
Pembuatan larutan penganjian
Perendaman kain dalam larutan penganjian (70oC)
Setrika
Evaluasi
2.5 DATA PERCOBAAN
Perhitungan resep :
Berat bahan Poliester : 4,01 g (berat awal), 4,02 g (berat akhir)
Berat bahan (T/C) : 11,54 g (berat awal), 11,60 g (berat akhir)
Berat bahan kapas : 5,625 g (berat awal), 5,638 g (berat akhir)
Vlot : 1 : 20
Air : 200 mL
Tapioka : 10/100 x 200 g = 2 g
Tabel 2.5.1 Data Pengujian Persen Penambahan Berat Pada Kain Kapas, Poliester
Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda.
Variasi Tapioka
Kain
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko
10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L
Kapas 0,23 0,35 1,05 2,14 3,4 -0,35
Poliester 0,21 0,46 1,86 3,44 3,78 -0,25
T/C 0,51 0,52 2,4 3,29 4,07 -0,18
Suhu 700C
WPU 70 %
Air 200 mL
Tabel 2.5.2 Data Pengujian Kekakuan Arah Lusi Setelah Penganjian Pada Kain
Kapas, Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda
Variasi Tapioka
Kain
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Blanko
10 g/L 20 g/L 30 g/L 40 g/L 50 g/L 0 g/L
Kapas 1,68 2,16 2,18 2,20 2,3 1,48
Poliester 1,72 1,87 2,2 2,5 2,71 1.5
T/C 2 2,32 2,5 2,7 2,92 1.8
Suhu 700C
WPU 70 %
Air 200 mL
Grafik Pengujian Persen Penambahan Berat Pada
Kain Kapas, Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi
Tapioka Yang Berbeda.
-1
0
1
2
3
4
5
10 20 30 40 50 Blanko
Konsentrasi Tapioka
% P
enam
bah
an
Ber
at
Kapas
Poliester
T/C
Grafik Pengujian Kekakuan Arah Lusi Setelah Penganjian Pada Kain Kapas,
Poliester Dan T/C Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda
00.5
11.5
22.5
33.5
10 20 30 40 50 Blanko
Konsentrasi Tapioka
cms
Kapas
Poliester
T/C
2.6 SAMPLE KAIN
Kain Kapas Blanko Kain Kapas Setelah
Penganjian
Kain Poliester Blanko Kain Poliester Setelah
Penganjian
Kain T/C Blanko Kain T/C Setelah
Penganjian
BAB III
PENUTUP
3.1 Diskusi
Percobaan dilakukan proses penganjian pada kain kapas, Poliester, dan T/C
dimaksudkan untuk mendapatkan efek mengkilap, kerataan dan kekakuan yang baik. Pada
proses ini dilakukan perbedaan konsentrasi kanji tapioka sehingga dapat diketahui
pengaruhnya terhadap kain hasil penganjian.
Pada proses penganjian ini, kanji masuk pada celah kain sehingga terjadi penambahan
berat bahan. Dari variasi jenis serat yang digunakan tampak penambahan berat bahan rata-
rata lebih besar adalah pada kain poliester. Hal tersebut disebabkan daya serap terhadap
kanji lebih besar karena konstruksi serat rayon yang lebih renggang sehingga kanji yang
terserap diantara celah kain lebih banyak. Selain itu serat poliester memiliki viskositas dan
penetrasi yang lebih baik dibanding serat kapas. Serat kapas yang dilakukan penganjian
sudah mengalami proses penganjian sebelumnya sehingga ada kemungkinan kain kapas
mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu menyerap kanji lebih banyak. Akan tetapi
pada hasil yang diperoleh persentasi pertambahan berat tertinggi terdapat pada kapas
tampak pada pegangan kain yang paling kaku setelah proses penyeterikaan.
Dilihat dari perbedaan konsentrasi kanji yang digunakan, diperoleh hasil perubahan
berat paling besar adalah pada konsentrasi tapioka terbesar yaitu 50 g/L karena semakin
banyak kanji yang terserap oleh kain.
Selain perubahan berat bahan, proses pengajian juga memberikan efek peningkatan
kekakuan kain. Kain yang mengalami proses penganjian seharusnya memiliki kekakuan
yang lebih besar dibanding sebelumnya, akan tetapi pada praktikum yang dilakukan ini
perubahan kekakuan menurun dibandingkan sebelum proses pengajian. Hal tersebut
dimungkinkan adanya berbagai kesalahan, diantaranya adalah : proses pembuatan larutan
kanji yang kurang sempurna, proses padding yang kurang merata pada permukaan kain
sehingga kekuatan kain pada bagian tertentu berbeda, dll.
Berdasarkan data yang diperoleh pada kekakuan di kain kapas menunjukan bahwa
semakin banyak konsentrasi tapioka yang digunakan untuk penganjian maka semakin besar
pula nilai kekakuannya. Hal ini di sebabkan semakin banyaknya kanji yang terserap maka
semakin besar efek kerataan pada kain. Sehingga kain tersebut memiliki nilai kekakuan
yang besar pula.
3.2 KESIMPULAN
Semakin besar konsentrasi tapioka yang digunakan maka semakin besar pula
prosentase penambahan berat kain kapas serta kekakuan kainnya.
Semakin tinggi konsentrasi tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian maka
semakin besar persentasi penambahan berat bahan, begitu juga sebaliknya,
semakin rendah konsentrasi tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian maka
semakin kecil pula prosentase penambahan berat bahannya
Pertambahan berat bahan paling tinggi pada konsentrasi tapioka 50 g/L dengan
rata-rata tertinggi pada kain T/C.
Dari proses penyempurnaan pengajian diperoleh hasil kain mengkilap dan
pegangan kaku, serta pengalami penambahan berat bahan.
Pada dasarnya, penganjian dapat meningkatkan kekakuan suatu kain sesuai
dengan sedikit/banyaknya tapioka (kanji) di dalam larutan penganjian.
Efek mengkilap pada kain yang telah di beri kanji dapat di peroleh dengan
penyetrikaan pada suhu dan tekanan tertentu.