Praktikum Elektronika Nuklir
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Praktikum Elektronika Nuklir
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA NUKLIR SEMESTER V, TAHUN AKADEMIK 2012/2013
PRAKTIKUM EN-01
RANGKAIAN SENSOR
ASISTEN PENGAMPU : Satrio Arbiyudho Cesiojakty
Tanggal Praktikum : 16 November 2013
Oleh:
Hardina Dwi Lestari
11/313108/TK/37794
LABORATORIUM SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL
JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
A. Tujuan
1) Memahami karakteristik dan prinsip kerja rangkaian Voltage Divider dan Rangkaian
Jembatan
2) Memahami rangkaian pasif pada pengukuran
3) Memahami aplikasi rangkaian sensor
B. Dasar Teori
Rangkaian sensor adalah jenis dari rangkaian tranduser yang penggunaannya
sebagai pengubah besaran pada sinar / cahaya, mekanis, panas, magnetis, atau kimia;
menjadi sebuah arus listrik dan tegangan. Sensor pada umumnya sering dipakai untuk
mendeteksi sesuatu disaat kita melakukan pendalian ataupun pengukuran.
Suatu sistem sensor atau rangkaian sensor dikatakan baik apabila dapat
digunakan dengan mudah, serta punya hasil pengukuran yang akurat dan dapat
dipercaya.
Jenis-jenis rangkaian sensor dalam prakteknya dilapangan pada umumnya
adalah berupa sensor tekanan, sensor suhu, dan sensor cahaya. Dengan perkembangan
teknologi sekarang ini, sensor-sensor tersebut dibuat dengan ukuran yang sangat kecil
menggunakan orde nanometer. Selain keunggulan dari segi ukuran yang kecil, dengan
sensor sekarang sangatlh mudah pemakaiannya dan hemat energi pula.
Pada praktikum ini digunakan sensor yang berbasis kepada hambatan. Artinya
suatu besaran yang diukur akan diubah menjadi besaran listrik yaitu hambatan.
1) Rangakain Pembagi Tegangan (Voltage Divider)
Rangkaian pembagi tegangan sering digunakan dalam rangkaian untuk
membangkitkan tegangan keluaran tertentu baik yang bernilai tetap maupun
tegangan yang berubah-rubah. Rangkaian ini sering dikombinasikan dengan sensor
tertentu. Diantaranya LDR, FotoDioda, PTC, NTC dan lain-lain. Prinsip kerja dari
rangkaian ini adalah dengan memanfaatkan kombinasi dari kedua hambatan untuk
menghasilkan suatu tegangan tertentu.
Gambar 1. Rangkaian Pembagi Tegangan
Nilai tegangan keluarannya sangat bergantung pada kedua nilai
hambatan, baik R1 maupun R2, ketiganya akan berlaku hubungan :
(
)
Vin : tegangan input
R1 , R2 : hambatan pembagi
Vout : tegangan keluaran yang besarnya sama dengan tegangan pada
R2
R1dan R2 dapat diganti dengan sensor yang nilai resistansinya berubah
terhadap variabel terukur. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan
rangkaian ini adalah
1. Variasi Vout terhadap R1 dan R2 adalah nonlinear;
2. Impedansi output efektif adalah kombinasi paralel dari R1dan R2.
3. Pada rangkaian pembagi tegangan, laju arus akan melewati
kedua hambatannya, nilainya sama besar dan terjadi disipasi daya oleh kedua
nilai hambatannya.
2) Rangkaian Jembatan (Bridge)
Dasar penggunaan rangkaian jembatan adalah kesetimbangan tegangan pada
setiap bagian hampatan atau impedansi yang akan diukur. Jika terdapat selisih
tegangan pada ujung-ujung Bridge, berarti terdapat ketidaksetimbangan tegangan
padanya. Nilai selisih tegangan tersebut yang nantinya dapat digunakan untuk
mengetahui parameter elektrik sensor.
Rangkaian jembatan digunakan untuk mengkonversikan variasi impedansi
menjadi variasi tegangan. Salah satu keuntungan rangkaian ini adalah tegangan
yang dihasilkan dapat bervariasi sekitar nol. Artinya penguatan dapat digunakan
untuk menaikkan level tegangan sehingga sensivitas terhadap variasi impedansi juga
meningkat. Aplikasi lainnyaa dalah pada ketepatan pengukuran impedansi.
Rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah
rangkaian jembatan wheatstone. Rangkaian Jembatan Wheatstone adalah susunan
dari komponen komponen elektronika yang berupa resistor dan catu daya.
Jembatan wheatstone merupakan salah satu rangkaian jembatan yang pada
umumnya di gunakan pada pengukuran presisi tahanan dengan nilai sekitar 1 ohm
sampai dengan mega ohm. Rangkaian jembatan wheatstone di gunakan untuk
menghitung resistansi yang tidak di ketahui dengan bantuan dari rangkaian
jembatan. Untuk itu, dua kaki yang di gunakan dalam rangkaian di simpan seimbang
dan satu kaki termasuk resistansi yang tidak di ketahui.
Jembatan wheatstone juga dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik.
Hambatan sendiri merupakan hasil bagi antara tegangan dengan arus. Rangkaian
jembatan wheatstone tidak memerlukan alat ukur seperti voltmeter dan
amperemeter, cukup menggunakan satu galvanometer untuk melihat apakah ada
arus listrik yang melalui suatu rangkaian.
Berikut adalah analisis rangkaian, diasumsikan impedansi detektor tak terbatas. Pada
kasus ini beda potensial, ΔV antara titik a dan b, adalah
ΔV = Va – Vb
dimana
Va : potensial titik a terhadap c
Vb : potensial titik b terhadap c
Nilai Va dan Vb sekarang dapat dicari dengan memperhatikan bahwa Va adalah hanya
tegangan sumber, V, dibagi antara R1 dan R3
Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh
dengan
V : tegangan sumber jembatan
R1, R2, R3, R4 : resistor-resistor jembatan
Dengan mengombinasikan ketiga persamaan di atas, beda tegangan atau offset
tegangan, dapat ditulis:
Gambar 2 Rangkaian Jembatan
C. Komponen dan Alat Praktikum
Tabel 1. Komponen dan Alat Praktikum
No Komponen dan Alat Spesifikasi Jumlah
1. Resistor
1 KΩ 1
2,2 KΩ 1
3,3 KΩ 1
4,6 KΩ 1
10 KΩ 1
33 KΩ 1
47 KΩ 1
2 Project Board 1
3 Multimeter 1
4 Catu daya DC 1
5 Kabel Secukupnya
6 LDR 1
7 Sensor suhu LM35 1
D. Cara Kerja Praktikum
Rangkaian Pembagi Tegangan
1) Ambil alat dan komponen sesuai dengan tabel 1.
2) Susun rangkaian seperti pada gambar 1.
3) Variasikan nilai hambatan pada variabel resistor dan catat besarnya Vout. (7 variasi resistor).
4) Ulangi langkah 1-3 dengan menggantinilai R dengan LDR dan LM35.
Rangkaian Bridge
1) Ambil alat dan komponen sesuai dengan tabel 1.
2) Susun rangkaian seperti pada gambar 2.
3) Variasikan nilai hambatan pada variabel resistor dan catat besar Vout. (2 variasi resisitor).
E. Hasil dan Perhitungan Praktikum
1) Hasil Praktikum
Tabel 2. Variasi R1dan R2
Vin = 12 V
No. R1 (KΩ) R2 (KΩ) Vout (Volt)
1. 1 2,2 8
2. 2,2 1 3,6
Tabel 3. Variasi Variabel Resistor dan R2
Vin = 12 V R2 = 1 K Ω
No. Variabel Resistor (KΩ) Vout (Volt)
1. 1,7 4,12
2. 2,2 3,58
3. 4,6 2,05
4. 1 5,79
5. 10 1,05
6. 5,6 1,74
7. 3,2 2,73
Tabel 4. Variasi Variabel Resistor dan R1
Vin = 12 V R1 = 2,2 KΩ
No. Variabel Resistor (KΩ) Vout (Volt)
1. 10 9,47
2. 2,2 5,76
3. 33 10,83
4. 3,3 6,89
5. 7,9 9,04
6. 4,6 7,82
7. 37,6 10,92
Tabel 5. Penggantian Resistor dengan LDR
Vin = 12 V
No. R1 (KΩ) R2 (KΩ) Vout (Volt)
1. LDR dibuka 1 2,8
2. LDR ditutup 1 0,2
3. 1 LDR dibuka 9,6
4. 1 LDR ditutup 11,3
Tabel 6. Rangkaian Jembatan
Vin = 12 V
R1 = 1 k Ω
R2 = 1 k Ω
R3 = 1 k Ω
2) Perhitungan Praktikum
a) Voltage Divider
Menggunakan rumus : (
)
Variasi R1 dan R2 (Vin = 12 V)
No. R1 (KΩ) R2 (KΩ)
Vout
(praktikum)
Vout
(perhitungan) Error
1 1 2,2 8 8,25 0,25
2 2,2 1 3,6 3,75 0,15
No. R4 (k Ω) Vout (Volt)
1. 10 4,63
2. 47 5,44
Variasi Variabel Resistor dan R2 (Vin = 12 V ; R2 = 1 KΩ)
No. Variabel
Resistor(KΩ)
Vout
(praktikum)
Vout
(perhitungan) Error
1 1 5,79 6,00 0,21
2 1,7 4,12 4,44 0,32
3 2,2 3,58 3,75 0,17
4 3,2 2,73 2,86 0,13
5 4,6 2,05 2,14 0,09
6 5,6 1,74 1,82 0,08
7 10 1,05 1,09 0,04
Variasi Variabel Resistor dan R1 (Vin = 12 V ; R1 = 2,2 KΩ)
No. Variabel
Resistor(KΩ)
Vout
(praktikum)
Vout
(perhitungan) Error
1 37,6 10,92 11,34 0,42
2 33 10,83 11,25 0,42
3 10 9,47 9,84 0,37
4 7,9 9,04 9,39 0,35
5 4,6 7,82 8,12 0,30
6 3,3 6,89 7,20 0,31
7 2,2 5,76 6,00 0,24
b) Rangkaian Jembatan (Bridge)
Menggunakan rumus :
Vin = 12 V R1= 1 k Ω R2 = 1 k Ω R3 = 1 k Ω
No. R4( KΩ) Vout
(praktikum)
Vout
(perhitungan) error
1 10 4,63 4,91 0,28
2 47 5,44 5,75 0,31
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita melakukan dua pokok percobaan sensor yang
berbasis pada hambatan (suatu besaran yang diukur akan diubah menjadi besaran
listrik yaitu hambatan). Dua pokok percobaan pada praktikum ini adalah rangkaian
pembagi tegangan (voltage divider) dan rangkaian jembatan (Bridge).
Untuk percobaan yang pertama adalah percobaan rangkaian pembagi tegangan
dimana kita merangkai rangkaian alat praktikum seperti gambar.1 dengan
memvariasikan hambatan (R1 dan R2) sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dari hasil
perhitungan praktikum pada tabel 1 bisa dilihat bahwa nilai yang didapatkan hasil
praktikum dengan perhitungan analitik mempunyai error yang kecil. Dalam percobaan
pertama ini bisa disimpulkan bahwa semaikn besar nilai R2 maka nilai Vout nya akan
semaikn besar dibanding nilai saat nilai R1 lebih besar. Hal ini terjadi karena rangkaian
pembagi tegangan digunakan dalam rangkaian untuk membangkitkan tegangan
keluaran tertentu baik yang bernilai tetap maupun tegangan yang berubah-rubah dan
secara analitik nilai Vout nya akan mendekati nilai R2 dengan kepastian bahwa nilai Vout
akan lebih kecil dibandingkan nilai Vin karena tegangan yang masuk ke rangkaian
tersebut sudah terbagi-bagi dengan hambatan-hambatan yang ada pada rangkaian
tersebut.
Untuk percobaan yang kedua masih tetap pada percobaan rangkaian pembagi
tegangan cuma yang ini kita memvariasikan nilai R1 sedangkan nilai R2 dijaga tetap.
Melalui hasil perhitungan praktikum (Tabel 2) nilai hasi Vout pada percobaan dan pada
perhitungan memiliki niali error yang kecil. Dari hasil praktikum juga bisa didapatkan
hubungan secara linier yaitu semakin besar nilai R1 dengan kondisi nilai R2 tetap maka
nilai Voutnya akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan tegangan masukan yang melewati
R1 terlebih dahulu terbagi nilainya oleh R1 sehingga berpengaruh terhadap nilai yang
dihasilkan oleh Vout.
Untuk percobaan yang ketiga hampir sama dengan percobaan yangkedua Cuma
yang ini nilai R1 yang dijaga tetap dan nilai R2 yang di ubah-ubah. Dari hasil perhitungan
praktikum pada tabel 3 bisa dilihat juga bahwa nilai Vout pada percobaan dan pada
perhitungan memiliki niali error yang kecil. Dari hasil praktikum juga bisa didapatkan
hubungan secara linier yaitu semakin besar nilai R2 dengan kondisi nilai R1 tetap maka
nilai Voutnya akan semakin besar. Hal ini dikarenakan tegangan masukan yang
melewati R2 terbagi nilainya oleh R2 sehingga berpengaruh terhadap nilai yang
dihasilkan oleh Vout. Hal ini juga dikarenakan bahwa nilai tegangan Vout akan sama
dengan tegangan drop pada nilai R2.
Untuk percobaan yang keempat hampir sama dengan percobaan sebelumnya
Cuma ini menggunakan hambatan dan LDR (Light Dependent Resistor). Melaui hasil
praktikum pada tabel 5 dapat di ketahui bahwa saat LDR R1 dibuka nilai Voutnya akan
lebih besar dibanding pada saat LDR R1 ditutup dengan nilai R2 dijaga tetap. Hal
sebaliknya dapat dilihat saat LDR R2 dibuka nilai Voutnya akan lebih kecil dibanding pada
saat LDR R2 ditutup dengan nilai R1 dijaga tetap. Hal ini terjadi sesuai dengan prinsip
kerja LDR yaitu besarnya nilai hambatan pada sensor cahaya LDR tergantung pada besar
kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. Jadi saat LDR pada R1 dibuka maka
nilai Voutnya akan lebih besar saat LDR R1 ditutup karena LDR yang terbuka nilainya
lebih tinggi daripada LDR yang ditutup. Jadi nilai tegangan masukannya terbagi ke LDR
R1 lebih besar sehingga nilai Voutnya tidak terlalu mendekati nilai R2. Sebailknya saat
LDR R1 ditutup maka nilai R1 akan kecil sehingga nilai Vout hanya berpengaruh dengan
nilai R2 dan nilai Voutnya pun mendekati nilai R2 (error 0,8). Hal ini juga berlaku untuk
LDR pada R2 ditutup maupun dibuka.
Untuk percobaan yang kelima adalah percobaan rangkaian jembatan (bridge).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai perbedaan tegangan pada ujung-ujung
bridge untuk mengetahui parameter elektrik sensor. Melalui hasil perhitungan
praktikum dapatdilihatbahwa error yang dihasilkanpada masing-masing percobaan kecil
dan hal ini menunjukkan bahwa praktikum berhasil. Dari hasil praktikum juga bisa
dilihat bahwa semakin besar nilai R4 dengan kondisi R yang lain dijaga tetap maka nilai
Voutnya juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan prinsip rangkaianjembatan bahwa
rangkaian ini akan mengahsilkan tegangan keluaran gelombang penuh yang nilainya
bergantung dengan salah satu nilai hambatannya. Rangkaian jembatan ini juga bisa
merubah rangkaian tegangan ac menjadi pulsa-pulsa keluaran tegangan dc.
Untuk percobaan yang keenam seharusnya kita melakukan percobaan pada
rangkaian pembagi tegangan dengan mengganti LDR menjadi sensor suhu LM35, namun
karena waktu percobaan tidak mencukupi maka tidak diadakan percobaan tersebut,
namun disini saya akan membahas sedikit tentang sensor suhu LM35. Sensor suhu
LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran
suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Nilai keluaran dari sensor ini akan
naik 10 mV setiap penambahan panas dalam satuan derajad celcius. Pada praktikum ini
seharusnya diminta nilai Vout saat R1 dengan nilai LM35 dibiarkan dan dipanaskan
dengan nilai R2 dijaga tetap. Melalui pengertian LM35 tersebut maka seharusnya saat
LM35 dibiarkan nilai Voutnya akan lebih besar dibanding saat LM35 dipanaskan. Hal ini
terjadi karena nilai LM35 saat dibiarkan lebih kecil daripada dipanaskan sehingga nilai
Voutnya akan terbagi ke LM35 lebih banyak dan tidak terlalu mendekati nilai R2. Hal
sebaliknya juga bisa terjadi saat nilai R1 dijaga tetap dan nilai R2 diganti menjadi LM35
saat dibiarkan dan dipanaskan. Pada kondisi seperti ini saat LM35 dipanaskan maka
nilainya akan lebih besar dibanding dibiarkan sehingga otomatis Vout yang dihasilkan
saat LM35 dipanaskan akan lebih besar dari pada LM35 dibiarkan. Hal ini bisa terjadi
karena nilai Vout saat LM35 dipanaskan akan mendekati nilai R2 namun tidak akan
pernah melebihi dari nilai Vin. Begitu juga dengan kondisi yang lain.
G. Kesimpulan
1) Prinsip kerja rangkaian Pembagi Tegangan:
Harga Vout bergantung pada nilai R1 dan R2.
Semakin besar nilai R1 dengan nilai R2 dijaga tetap, maka nilai Voutnya akan
semakin kecil.
Semakin besar nilai R2 dengan nilai R2 dijaga tetap, maka nilai Voutnya akan
semakin besar.
Harga Vout tidak akan melebihi dari nilai Vin.
2) Prinsip kerja rangkaian jembatan:
Harga Vout bergantung pada semua nilai hambatan
Semakin besar nilai R4 dengan ketiga nilai R yang lain dijaga tetap, maka nilai
Voutnya akan semakin besar.
Harga Vout tidak akan melebihi nilai dari Vin.
3) Praktikan mampu memahami aplikasi rangkaian pasif pada pengukuran.
4) Praktikan mampu memahami aplikasi rangkaian sensor.
H. Daftar Pustaka
Faridah, Diktat Elektronika Faridah, 2012, Jurusan Teknik Fisika UGM, Yogyakarta.
Modul Praktikum Elektonika Nuklir, 2012, Jurusan Teknik Fisika UGM, Yogyakarta.
http://nurullaizer78.blogspot.com/2013/05/cara-kerja-dan-sensor-suhu-lm35.html. Diakses
tanggal 17 November 2013
http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-cahaya-ldr-light-
dependent-resistor/ . Diakses tanggal 17 November 2013.
http://freedatasheets.com/datasheet-download/d3d4fc1b89d6f705ced2e3c746fbd070/LM35.
Diakses tanggal 17 November 2013.