LAPORAN PRAKTIKUM. pengendalian OPT

38
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGU TUMBUHAN Oleh : Golongan / Kelompok : A / 6 YOKO SIMBOLON 131510501090 FITRY LAULATUL Q 131510501088 HAMZAH ARIF 131510501093 EFIA ALFIONITA 131510501099 EVRIANA DWI CAHYANI 131510501103

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM. pengendalian OPT

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGU TUMBUHAN

Oleh :

Golongan / Kelompok : A / 6

YOKO SIMBOLON 131510501090

FITRY LAULATUL Q 131510501088

HAMZAH ARIF 131510501093

EFIA ALFIONITA 131510501099

EVRIANA DWI CAHYANI 131510501103

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman

pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih

dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi

merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan

masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah

penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam

memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu

kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam

pembangunan pertanian. Pada umumnya jenis padi satu

berbeda dengan yang lainnya. Perbedaanya antara lainnya

meliputi: umur tanaman, banyaknya hasil, mutu beras dan

tahan tidaknya terhadap gangguan hama maupun penyakit.

Seiring dengan meningkatnya produksi padi yang ada

di Indonesia juga mempengaruhi terhadap produksivitas

tanaman padi. penurunan produktivitas bisa disebabkan

berbagai hal dalam tanaman padi seperti terserang hama

yang menjadi kendala bagi petani. Hampir setiap musim

terjadi ledakan hama pada lahan pertanaman padi petani.

Musuh utama petani ialah hama tanaman padi yang terdiri

dari tikus(R.r. brevicaudatus), wereng coklat

(Nilapervata lugens), kepik, burung, walang sangit

(Leptocorixa acuta), penggerek batang (Scirpophaga

innotata) dan jenis serangga (Insecta) lainnya. Hama

yang menyerang tanaman padi berbeda antara hama satu

dengan lainnya. Secara umum faktor hama merupakan salah

satu musuh yang utama bagi petani yang bisa merusak

tanaman padi. Dengan keberadaan hama pada areal

pertanaman padi, petani menjadi mengalami penurunan

hasil produksi yang menyebabkan kerugian yang cukup

besar jika berlangsung secara berkelanjutan tanpa

adanya Organisme Penggangu Tanaman(OPT).

Penggunaan pestisida dilingkungan pertanian

merupakan salah cara yang menyebabkan adanya serangan

OPT, akibat dari penyalahgunaan penggunaan pestisida

akan mengakibatkan perhambatan pertumbuhan, masalah

perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon,

penghambat makan, sebagai pemikat, penolak dan

aktivitas yang mempengaruhi terhadap serangan OPT.

Kehilangan padi akibat terserang OPT pada saat prapanen

bisa mencapai sekitar 30-35%, sedangkan pada saat

pascapanen sekitar 10-20%, secara keseluruhan

penurunan produksi padi yang diakibatkan oleh OPT

sekitar 40-55% yang bisa menyebabkan gagal panen. Oleh

sebab itu perlunya pengendalian atau cara yang bisa

mengurangi penuruanan produksi padi baik secara kimia

atau hayati.

Pengendalian hayati dianggap sebagai salah satu

cara yang bisa diterapkan oleh seluruh petani dan

seluruh jenis tanaman. Pengendalian hayati kali pertama

diperkenalkan oleh smith (1919) yang memperkenalkan

peranan musuh alami dalam pengendalian hama. Sehingga

dikembangkan juga dengan istilah Pengendalian Hama

Terpadu (PHT). Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan

Pengendalian Hama Terpadu telah diatur oleh program

pemerintah UU No.12 Tahun 1992. Masalah PHT dalam UUBT

No.12/1992 terdapat dalam pasal 20 sampai pasal 27.

Kebijakan program pemerintah sehingga ditetapkan dalam

UU RI merupakan sebuah ketentuan untuk menunjang

keberhasilan adanya pengendalian hama yang bersifat

hayati atau biopeptisida. Setiap pengendalian hama dan

penyakit berarti harus mengikuti pendekatan ekologi

dengan cara mengurangi penggunaan bahan kimia agar

mendorong stabilitas ekosistem dan mencapai

keseimbangan antara hama dan tanaman. Untuk mencapai

pendekatan ekologi perlu juga memperhatikan musuh

alami. Keragaman dan stabilitas hama dan predatornya

juga dipengaruhi oleh keragaman jenis tanaman, struktur

lahan pertanian, jenis tanah, iklim (curah hujan,

intensitas cahaya matahari, kelembaban dan pH.

Keragaman merupakan prinsip lingkungan yang dapat

diterapkan untuk perlindungan tanaman, alasan karena

usaha alami hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan

hasil usaha kimia karena beberapa ketentuan seperti

tidak dapat membunuh musuh alami dan tidak merusak

lingkungan.

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh

alami menghemat penggunaan insektisida 33-75%, meskipun

pada musim hujan dengan kelimpahan hama wereng cukup

tinggi. Dengan cara ini, hasil padi di tingkat petani

meningkat 36% dengan peningkatan keuntungan 53,7%.

Ambang ekonomi bukan harga yang tetap, tetapi

berfluktuasi bergantung pada harga gabah dan pestisida.

Bila harga gabah meningkat maka Ambang Ekonomi akan

turun dan sebaliknya, tetapi bila harga insektisida

naik maka ambang ekonomi akan naik dan sebaliknya.

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami

dimaksudkan untukmemberikan peranan yang lebih besar

kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida

(Effendi, 2009).

Usaha atau kegiatan lain yang bisa dapat

diterapkan agar mengurangi populasi hama dan penyakit

tumbuhan supaya tidak terjadi krisis pangan dan

kelaparan maka ada beberapa penerapan pengendalian

hama, pengendalian hama ditujukan untuk mengurangi

intensitas gangguan hama dan penyakit tidak untuk

memusnahkan seluruh populasi predator atau hama, karena

ada beberapa musuh alami bagi tanaman. Cara mekanis

bisa diterapkan untuk mengurangi populasi hama dengan

memperhatikan ketelitian, ketekunan dari petani untuk

penggunaan mekanis. Cara mekanis sudah jarang

diterapkan oleh petani,alasan karena sifat yang

membutuhkan waktu yang lama dan jumlah hama yang

dikendalikan oleh cara mekanis tidak sebesar cara

biologi. Cara biologi bisa dilakukan dengan

pengembangan musuh dari hama tersebut baik secara

parasit dan predator. Pengembangan musuh dibuat dengan

bantuan bahan kimia. Cara biologis bisa berupa insektisida

organis, fumigasi yang berbahan dasar methylbromida, atau

melalui cara karantina yang biasa diterapkan

dipelabuhan, bandara (air dan udara) cara karantina

bertujuan untuk memusnahkan hama dan penyakit yang ikut

serta pada tanaman tersebut. ketiga cara tersebut

merupakan cara yang saat ini sudah dikenal masyarakat

atau petani untuk mengurangi populasi hama dan penyakit

yang menyerang tanaman padi.

1. 2 Tujuan

1. Untuk mengetahui macam-macam organisme pengganggu

yang ada pada tanaman padi.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengendalian hama

tersebut.

3. Untuk mengetahui cara pengendalian dari OPT yang

menyerangBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hama tanaman adalah jenis hama yang digolongkan

menjadi tiga bagian, golongan binatang menyusui,

seperti tikus, kelinci dan lain-lain. Golongan serangga

atau insekta, dan golongan burung seperti burung pipi,

manyar dan lain-lain. Ketiga golongan hama tersebut

merupakan golongan hama yang sangat berbahaya yang

menyerang tanaman padi (Kartasaopetra 1993). Menurut

(Rianawaty 2001) hama adalah binatang atau hewan yang

secara kasat mata tampak jelas dilapangan atau suatu

tempat tertentu dengan menimbulkan gejala serangan pada

tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang melebihi

batas ambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat

dikelompokan sebagai kelompok hewan menyusui (mamalia)

seperti tikus, kelompok serangga (insekta) seperti

belalang, dan kelompok burung (aves) seperti burung

pipit.

R.r brevicaudatus (tikus sawah) adalah jenis tikus

yang sering merusak tanaman pangan sejak di huma atau

sawah. Tikus-tikus ini membuat gua atau terowongan

didalam tanah, yang paling disenangi lapangan terbuka

yang basah(sawah), semak-semak disekitar paya-paya,

pematang, tanggul sungai dan lain sebagainya. Tikus

dewasa mampu menghabiskan berhektar-hektar tanaman padi

sejak bunting hingga butir-butir padinya hampir matang

(Kartasaopetra 1993).

Hama yang sering meyerang tanaman padi di

antaranya: wereng cokelat, wereng daun padi, walang

sangit, penggerek padi (bergaris, merah jambu, putih,

kuning), ulat tentara., burung, babi hutan, ulat bibit,

tikus, ganjur, dan masih banyak lagi hama lain.

Sedangkan penyakitnya adalah blast, grassy stunt, yellow dwarf,

kresek, dan tungro. Pengganggu lain adalah gulma. Oleh

karena itu kita mesti jeli dalam memperhatikan peran-

peran OPT di daerah kita masing-masing tentang status

OPT-nya (Suryanto, 2010). Hama menjadi hal penting yang

selalu saja dibicarakan dalam budidaya pertanian,

termasuk pertanian padi sawah. Hal ini karena hama

dianggap sebagai musuh petani dalam memperoleh produksi

padi. Sebagian besar hama adalah jenis serangga, dan

berbagai jenis serangga hama tersebut mempunyai musuh

alami. Musuh alami serangga hama umumnya berupa

Arthropoda dari jenis serangga dan laba-laba, serta

dapat digolongkan menjadi predator dan parasitoid

(Olalekan Oyeleke 2012).

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh

alami menghemat penggunaan insektisida 33-75%, meskipun

pada musim hujan dengan kelimpahan hama wereng cukup

tinggi. Dengan cara ini, hasil padi di tingkat petani

meningkat 36% dengan peningkatan keuntungan 53,7%.

Ambang ekonomi bukan harga yang tetap, tetapi

berfluktuasi bergantung pada harga gabah dan pestisida.

Bila harga gabah meningkat maka ambang ekonomi akan

turun dan sebaliknya, tetapi bila harga insektisida

naik maka ambang ekonomi akan naik dan sebaliknya.

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami

dimaksudkan untukmemberikan peranan yang lebih besar

kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida

(Effendi, 2009).

Menurut hasil penelitian Fattah dan Hamkah (2011)

luas serangan hama tikus pada musim kemarau lebih

tinggi (10.983-17.887 ha) dibanding pada musim hujan

(3.178-9755 ha ). Hama ulat grayak (Spodoptera spp)

merupakan salah satu jenis hama yang menyerang banyak

jenis tanaman (polyphagus). Untuk tanaman padi, luas

serangan hama ulat grayak disulawesi selatan sekitar

864-3.349 ha pada musim kemarau, sedangkan pada musim

hujan sekitar 233-1.568 ha. Tinggi nya serangan hama

ulat grayak pada musim kmarau pada tanaman padi karena

kondisi iklim yang mempengaruhi perkembangan telur,

larva

Menurut Kartasaoeptra (1993) kerusakan tanaman

padi akibat hama tikus dapat merusak batang-batang padi

yang masih muda termasuk titik tumbuhnya sebagai

makanan yang banyak mengandung hormon. Kerusakan

tanaman padi akibat dari gangguan hama ulat yaitu

merusak batang dan titik tumbuh tanaman padi. Prinsip

pengaturan populasi organisme oleh mekanisme saling

berkaitan antar anggota suatu komunitas pada jenjang

tertentu juga terjadi dalam agroekosistem yang

dirancang manusia. Musuh alami sebagai bagian dari

agroekosistem memiliki peranan menentukan dalam

pengaturan dan pengendalian populasi hama. Sebagai

faktor yang bekerjanya tergantung dari kepadatan yang

tidak lengkap (imperfectly density dependent) dalam kisaran

tertentu, populasi musuh alami dapat mempertahankan

populasi musuh alami tetap berada disekitar batas

keseimbangan dan mekanisme umpan balik negatif (Sunarno

? ).

Padi mempunyai daun tunggal berbentuk pita yang

panjangnya 15-30 cm. Ujungnya runcing, tepinya rata,

berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna hijau.

Buahnya keras dan terjurai pada tangkai. Setelah tua,

warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras,

berbentuk bulat telur, ada yang berwarna putih atau

merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari

tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit

luarnya disebut beras. Bila beras ini dimasak, maka

namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan

utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Umumnya

beras berwarna putih, walaupun ada juga beras yang

berwarna merah. Padi yang termasuk keluarga rumput-

rumputan ini ditanam dari bijinya secara langsung atau

melalui persemaian dahulu.(Abdul Sani Sembiring.2013)

PTT dapat diilustrasikan sebagai sistem

pengelolaan yang menggabungkan berbagai sub sistem

pengelolaan, seperti sub sistem pengelolaan hara

tanaman, konservasi tanah dan air, bahan organik dan

organisme tanah, tanaman (benih, varietas, bibit,

populasi tanaman dan jarak tanam), pengendalian hama

dan penyakit/organisme penggangu tanaman, dan

sumberdaya manusia.( Watimin, sulistyani budiningsih

2012).

Gulma merupakan salah satu faktor pembatas

produksi tanaman padi. Gulma menyerap hara dan air

lebih cepat dibanding tanaman pokok. Pada tanaman padi,

biaya pengendalian gulma mencapai 50% dari biaya total

produksi. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui

persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor

tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air.

Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan,

varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya

tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat

gulma mulai bersaing Di tingkat petani, kehilangan

hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-

15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang,

dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari

penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida

(Soerjandono, 2005).

BAB 3. METODELOGI

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Lapang Pengantar Teknologi Pertanian

dengan acara “Pengendalian Organisme Penggangu

Tumbuhan” dilakukan pada hari jum’at, 25 April 2014

pukul 07.00- 11.00 di UPT Agrotechnopark Jubung

Kecamatan Rambipuji. Kabupaten Jember

3.2 Alat dan Bahan

1. Lub/Kaca pembesar

2. Jaring perangkap hama serangga

3. Tali yang telah diukur dan dikaitkan pada batang

kayu sebagai penggaris

4. Tanaman padi yang sudah tumbuh secara vegetatif

5. Plastik sebagai tempat hasil tangkapan serangga

3.3 Cara kerja :

1. Setiap kelas dibagi lima kelompok

2. setiap kelas menentukan petak contoh(sampel) dengan

ukuran 2x2 m secara diagonal, sehingga ada 5 petak

contoh

3. Setiap kelompok kemudian melakukan pengamatan OPT

(hama dan penyakit) pada petak contoh dengan

menggunakan jaring serangga

4. Serangga yang diperoleh kemudian dimasukan pada

kantong plastik

5. Langkah selanjutnya saudara tentukan antara serangga

yang merugikan dan serangga yang menguntungkan

6. Hitunglah jumlah serangga yang merugikan dan

menguntungkan berdasarkan spesiesnya, kemudian

saudara rata-rata dengan kelompok lain dalam satu

kelas

7. Menentukan apakah lahan tersebut perlu dikendalikan

atau tidak berdasarkan Ambang Ekonomi serangga

tersebut

8. Menilai Ambang Ekonomi beberapa serangga yang

menyerang tanaman padiBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Petak

Conto

h

Jenis OPT ( Serangga hama,

Penyakit, Musuh alami) (Foto)

Jumlah

1 Hama : Belalang, telur keong

mas, telur ulat, ulat jengkal

Gulma : Rumput teki dan eceng

Belalang : 5Telur Keong : 2Telur ulat : 2

gondong Rumput teki : 1Eceng gondok : 1

Penyakit : - -

Musuh Alami : Tomcat, laba-

laba

Tomcat: 2Laba-laba: 2

2 Hama : Penggerek batang,

belalang, telur keong mas

Gulma : Kangkung

Belalang : 1Penggerek batang: 1Telur keongmas : 1

Kangkung : 1Penyakit : Bercak, dan karat

daun

Bercak : 1Karat daun : 6

Musuh Alami : Laba-laba Laba-laba : 1

3 Hama : Belalang, capung,

keong mas, kepik

Gulma : rumput teki

Belalang : 4Kepik : 1Capung 1

Rumput teki : 1

Penyakit : Klorose Klorose : 2

Musuh Alami : -

4 Hama : Belalang, ulat, keong mas, telur keong masGulma : Rumput teki

Belalang : 2Telur Keong mas : 10Ulat : 2

Rumput teki ; 3Penyakit : Bercak daun Bercak : 10

Musuh Alami : -

5 Hama : belalang, walang

sangit, kepik, ulat, telur

keong mas

Gulma : Rumput teki, krotot

(berdaun lebar)/korot landa

Belalang : 3Telur keong mas : 1Walang sangit : 1Kepik : 1Ulat : 1

Rumput teki :1Krokot landa : 1

Penyakit : Nekrose bercak

daun dan berlubang

Musuh alami : -

Nekrose : 1Bercak daun : 1

-

4.2 Pembahasan

4.2.1 Teknik Pengamatan Hama dan Tujuannya

Ada beberapa teknik pengamatan hama yang bisa

diterapkan yaitu mulai dari pengamatan tetap dan

pengamatan keliling.Pengamatan tetap adalah pengamatan

yang dilakukan pada petak contoh tetap yang mewakili

bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap

lampu, curah hujan, stasiun meteorologi pertanian

khusus. Pengamatan pada petak contoh tetap bertujuan

untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi OPT dan

musuh alami serta intensitas serangan. Petak contoh

tetap ditempatkan padalima jenis tanaman dominan. Untuk

komoditas terluas diamati empat petak contoh tetap

sedangkan empat komoditas lainnya masing-masing diamati

satu petak contoh. Dengan demikian pada setiap wilayah

pengamatan terdapat delapan petak contoh pengamatan

tetap.

            Petak contoh ditentukan secara purposive,

yaitu dalam kelompok-kelompok yang telah dibagi

melakukan 3 pengamatan yaitu pengamatan gulma,

pengamatan populasi hama dan pengamatan penyakita pada

tanaman padisehingga mewakili bagian terbesar wilayah

pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocok

tanam, dan varietasnya. Pada masa peralihan antara dua

musim tanam, pengamatan diteruskan pada petak-petak

contoh yang dapat mewakili wilayah pengamatan dalam

waktu tersebut. Karena itu petak contoh pada masa

antara dua musim tanam dapat berpindah sesuai dengan

keadaan tanaman yang dapat mewakili wilayah pengamatan.

Sedangkan pengamatan keliling atau patroli

bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang dan

terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari

informasi tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan

pestisida.Pengamatan keliling atau patroli dilaksanakan

dengan menjelajahi wilayah pengamatan. Sebelum

melaksanakan pengamatan, PHP disarankan menemui

petani/kelompok tani pemandu, penyuluh atau sumber lain

yang layak dipercaya; untuk memperoleh informasi

tentang adanya serangan OPT dan kegiatan pengendalian

di wilayah kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk

menentukan daerah yang dicurigai dan mengkonsentrasikan

pengamatannya. Penentuan daerah yang dicurigai

didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam

terhadap OPT utama di daerah tersebut, stadia

pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber

serangan.

4.2.2 Jenis-jenis Hama dan Tingkat Kerusakaan Akibat

Serangan Hama

Berbagai jenis hama yang telah didapat dengan

proses yang dilakukan yaitu penggunaan perangkap hama

serangga, sehingga hama sundep, hama beluk, wereng

coklat,wereng hijau,walang sangit,ulat penggerek,

lembing, tikus dan ganjur. Hama sundep merupakan jenis

hama yang menyerang daun padi muda, menguning dan mati.

Akibat dari serangan akan membuat batang bagian bawah

yang masih membentuk anakan tidak akan terjadi atau

mati. Tanda dari serangan hama sundep ialah dengan

melakukan invasi( terbangnya ribuan kupu-kupu kecil

berwarna putih baik pada saat sore atau malam hari) dan

menyerang daerah pertanaman padi. kemudian telur dari

hama tersebut akan diletakkan dibawah daun berjumlah

sekitar 170-240 telur dan menetas dan selanjutnya akan

merusak tanaman padi setelah seminggu penetasan. Hama

beluk merupakan jenis hama yang menyerang titik tumbuh

tanaman padi yang sedang bunting sehingga bulir-bulir

padi keluar, berguguran,gabah-gabah menjadi kosong dan

berwarna keabu-abuan. Wereng coklat merupakan jenis

hama yang paling berbahaya bagi petani karena daya

serang yang besar dan cepat. Siklus hidup dari hama

wereng coklat yaitu telurnya banyak dan selalu

menempatkan di bawah daun padi, kemudian larva dari

hasil penetasan telur tersebut akan berganti kulit dan

mempunyai sayap dan kembali lagi seperti awal sampai

umurnya sekitar 40-41 hari. Hama wereng coklat selalu

menghidap cairan dan air batang tanaman padi muda dan

bulir-bulir buah yang muda dan lunak, hama ini mampu

loncat tinggi dan tidak mempunyai arahAkibat dari

serangan hama wereng coklat yaitu dilihat dari semakin

meluasnya serangan akan membuat sebuah lingkaran pada

tanaman dalam petakan tanaman padi tersebut. Hama

wereng hijau merupakan jenis hama yang siklus hidup

dari wereng hijau hampir sama seperti hama wereng

coklat hanya berbeda hasil produksi telur sekitar 25

butir. Tindakan dari hama wereng tidak sebahaya dari

serangan wereng coklat. Akibat dari serangan hama

wereng hijau yaitu merusak bagian-bagian kelopak dan

urat daun dengan alat penghisap pada moncong hama

tersebut. Hama walang sangit merupakan jenis hama yang

suka menyerang butir-butir padi yang masih muda,butir-

butir yang masih lunak dan juga menyerang malainya,

serangan walang sangit biasanya selalu berasaam pada

saat waktu berbunga maupun berbuahnya tanaman padi.

Akibat dari serangan hama walang sangit butir-butiran

padi/gabah akan kosong pada saat panen yang bisa

mencapai kerusakan sekitar 50% tanaman. Hama lembing

merupakan hama yang suka berpindah-pindah dan

berkelompok dengan siklus hidup 6 bulan. Hama lembing

menyerang bulir-bulir padi dengan cara menghisap nya.

kerusakan akibat serangan hama lembing yaitu kulit

gabah padi akan tanpak goresan-goresan yang membentuk

bujur, yang bisa memecahkan padi jika dilakukan

penggilingan sehingga hasil penggilingan menjadi jelek

atau pecah. Hama tikus merupakan jenis hama yang

meyerang bagian batang padi muda yang memiliki

kandungan hormon. Akibat dari serangan hama tikus yaitu

kerusakan pada bagian tengah petak. Hama ganjur

merupakan jenis hama yang seperti lalat, hama ganjur

akan menyerang tanaman padi jika penanaman terlambat

dan memiliki serangan paling kuat pada saat bulan

februari dan april, lalat akan menempatkan telur-

telurnya pada kelopak daun padi sehingga larva-larva

tersebut memasuki titik tumbuh tanaman padi yatiu

bagian batang padi. akibat dari serangan hama ganjur

tersebut yaitu daun akan menggulung dan membentuk

kelongsong dan mati.

4.2.3 Cara Pengendalian Hama

Cara pengendalian hama bisa dilakukan dengan cara

fisik mekani, cara biologi, cara kimia. Cara

pengendalian hama secara biologi yaitu dengan

memanfaatkan musuh-musuh alami yang ada dilahan

pertanaman padi tersebut (predator,parasit dan patogen)

laba-laba,tomcat dan lainnya. Belalang adalah hama yang

merusak tumbuhan dengan memakan daun dari tumbuhan yang

diserang. Lama kelamaan tanaman itu akan kehabisan

cadangan makanan dan akhirnya tumbuhan akan mati. Jika

yang diserang adalah tanaman pangan, kemungkinan besar

akibatnya ialah terjadinya kelaparan di mana-mana.

4.2.4 Waktu yang Tepat untuk Pendengalian Hama Terpadu

Waktu yang paling tepat untuk melakukan

pengendalian dan memperkirakan populasi hama yang

berada di lahan habitatnya. Tujuan jangka panjangnya

yaitu penyusunan rencana pengendalian dalam satu

kesatuan terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

didasarkan atas pertimbangan perilaku hama, iklim,

respon petani dan masyarakat. Berdasarkan hasil

pemantauan akan diperoleh data (informasi) kondisi

lapangan yang merupakan masukan bagi pengambilan

keputusan untuk menggunakan data tersebut dalam

menetapkan keputusan dan rekomendasi yang perlu

dilakukan terjadap ekosistem. Pengambilan keputusan

ialah pemerintah mapun petani sendiri. Pengendalian

hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau

intensitas kerusakan akibat penyakit telah

memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha

pertanian. Penggunaan pestisida merupakan komponen

pengendalian yang dilakukan, jika; (a) populasi hama

telah meninggalkan populasi musuh alami, sehingga tidak

mampu dalam waktu singkat menekan populasi hama, (b)

komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat

berfungsi secara baik, dan (c) keadaan populasi hama

telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas

populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih

besar daripada biaya pengendalian Roja A (2009).

4.2.5 Perbandingan Data

Dari hasil pengamatan lapang, dapat di bandingkan

bahwa kelompok 4 merupakan lahan tanaman padi yang

jumah hamanya terbanyak sedangkan kelompok 3 dan

kelompok 1 memiliki jumlah hama yang menyerang sama.

Kelompok 5 hanya terserang 5 hama dan dengan jumlah

hama yeng menyerang dengan jumlah sedikit, yaitu

kelompok 2. Lahan yang banyak terserah penyakit pada

petak sampel yaitu nekrose dan klorose. yang banyak

terserang penyakit klorosis adalah kelompok 2. Kelompok

kebanyak ke 2 yaitu kelompok 1. Sedangkan kelompok 3,

4, dan 5 tidak ada tanaman padi yang terserang oleh

klorosis. Kelompok 1 merupakan kelompok yang terbanyak

menemukan gulma yang tumbuh di lahan pengamatan

kelompok 1. Kelompok 5 merupakan kelompok yang

terbanyak ke 2 yang menemukan gulma yang tumbuh di

lahan pengamatan. Kelompok 4 menemukan 5 gulma,

sedangkan kelompok 2 dan 3 menemukan 1 tumbuhan gulma.

4.2.6 Macam-macam Jenis Penyakit pada Tanaman Padi

Beberapa penyakit pada tanamn padi yaitu Penyakit

busuk akar pada tanaman padi mempunyai gejala utama

berupa daun menguning dan coklat gelap pada anakan yang

rusak. Infeksi dapat dimulai saat tanaman masih muda.

Sebagai fase awal gejala yang timbul berupa busuknya

pelepah daun dan berubah menjadi coklat. Bercak cepat

menyebar kebawah pada buku-buku dan batang. Tangkai

menjadi lunak dan busuk mengeluarkan bau yang tidak

enak. Pada gejala lanjut banyak tanaman padi yang rusak

sehingga seluruh tanaman rebah dan mudah dicabut. Busuk

akar biasanya ditemukan sejak fase anakan maksimum

sampai fase produksi, tetapi pada lahan sawah yang

terserang banjir/ selalu tergenang kerusakan dapat

terjadi dimulai sejak tanaman lebih muda. Penyakit

busuk akar yang disebabkan oleh jamur Helmin thosporium

sigmoideum. Serangan jamur Helminthosporium sigmoideum

dimulai dari adanya infeksi yang terjadi pada dekat

permukaan air, masuk melalui pembengkakan dan

kerusakan. Gejala awal adalah adanya bercak kehitam

hitaman, gelap, bentuknya tidak teratur pada sisi luar

pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya

jamur menembus melalui batang padi dan melemahkan

batang padi dan menyebabkan menjadi rebah. Seperti pada

tanaman lain penyakit akar tanaman padi jugasulit

diobati, maka dari itu petani sering membiarkan

penyakit ini. Bercak cokelat sempit gejala serangan

daun dan pelepah daun terdapat bercak cokelat yang

sempit seperti garis-garis pendek. Pada varietas yang

tahan bercak berukuran 0,2-1 cm x 0,1 cm, berwarna

cokelat gelap. Pada varietas yang rentan, bercaknya

lebih besar dan berwarna cokelat terang. Disebabkan

oleh cendawan Cescopora oryzae, dengan penularan

melalui udara dan inang alternatif. Bercak garis gejala

serangan garis-garis yang kebasahan muncul diantara

urat-urat daun setelah pemindahan bibit. Garis-garis

tersebut tampak tembus cahaya bila dilihat dengan

menantang sumber cahaya. Garis-garis itu kemudian

memanjang dan berubah menjadi cokelat dengan lingkaran

kuning di sekelilingnya. Disebabkan oleh bakteri

Xanthomonas camprestris pv oryzicola. Ditularkan melalui

benih, percikan air, dan masuk melalui luka dan

stomata. Cara pencegahan menanan varietas yang tahan,

seperti Singkarak, Mahakam, Sentani, Atomita 2.

Memusnahkan sisa tanaman padi dan gulma inang diantara

musim pertanaman.

Bercak pelepah daun gejala serangan bercak terutama

terdapat di seludang daun. Bercak berbentuk bulat

lonjong, berwarna kelabu kehijau-hijauan yang kemudian

menjadi putih kelabu dengan pinggiran cokelat. Ukuran

bercak dapat mencapai panjang 2-3 cm. Disebabkan oleh

cendawan Rhizoctonia solani dan R. oryzae, cendawan ini

berkembang pesat pada kondisi lembab, juga berkembang

pesat pada tanaman yang dipupuk berat dengan pupuk N.

Cara pencegahan Menjaga jarak tanam agar tidak terlalu

rapat menghindari pemupukan N yang berlebihan.

Penyemprotan fungisida pada masa pembentukan anakan

maksimum.

Penyakit daun terbakar (rhyncosporium orizae),

Gejala dari penyakit daun terbakar atau Leaf Scald

biasanya terjadi pada ujung daun tua. Namun dapat

pula terjadi pada sepanjang pinggir dan bagian

lain dari helaian daun. Bercak berbentuk bulat

memanjang seperti berlian kadang seperti bercak-

bercak yang basah dengan panjang 1-5 cm, lebar

0,5 cm.  Bercak berkembang sampai bentuk ellip yang

besar dan bulat memanjang yang dilingkari oleh pita

sempit yang gelap dan lingkaran coklat terang.

Daun yang terinfeksi berat biasanya mengering dan

berubah warna menjadi putih jerami dengan warna

coklat dibagian tepinya dengan pendaerahan yang

memudar.

Kerdil hampa gejala serangan tanaman kerdil

dengan gejala utama daun padi menjadi kasar tidak

teratur. Bagian daun yang kasar biasanya menguning,

rusak atau terpilin. Pada tanaman dewasa daun

benderanya pendek, terpilin, salah bentuk atau

kasar tak beraturan. Bulir padi hanya sedikit yang

terisi. Disebabkan oleh virus kerdil hampa yang

dapat ditularkan oleh wereng cokelat. Cara

pencegahan menggunakan varietas yang tahan,

memberantas serangga penularnya dengan insektisida.

Kerdil rumput gejala serangan tanaman yang

terinfeksi sangat kerdil dengan banyak anakan

sehingga menyerupai rumput. Daunnya sempit,

pendek, kaku, hijau pucat dan kadang-kadang

mempunyai bercak seperti karat. Tanaman yang

terinfeksi dapat bertahan samapi dewasa, namun

malainya sedikit, cokelat dan bulirnya hampa.

Disebabkan oleh virus kerdil rumput yang dapat

ditularkan oleh wereng cokelat. Cara pencegahan

menggunakan varietas yang tahan, mencabut dan

memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak

menular, memberantas serangga penularnya dengan

insektisida.

Kresek gejala serangan tepi daun tanaman yang

terinfeksi mula-mula bernoda seperti garis-garis basah

yang kemudian meluas berwarna putih kekuning-kuningan.

Kematian jaringan daun mulai terjadi di tepi helai

kesatu atau kedua, atau di setiap titik permukaan daun

yang luka dan selanjutnya meluas ke seluruh permukaan

daun. Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv.

Oryzae. Yang masuh melalui hidatoda di tepi daun, luka

di daun atau akar yang putus. Penyebarannya melalui

angin, embun, air hujan dan air irigasi. Cara

pencegahan menggunakan varietas yang tahan, menggunakan

bibit yang sehat, mencegah kerusakan bibit sewaktu

pemindahan, menghindari penggunaan pupuk N yang

berlebihan.

Tungro gejala serangan tanaman yang terinfeksi

kerdil dengan jumlah anakan berkurang. Daunnya berwarna

kuning kemerah-merahan atau oranye mulai dari ujung

daun. Malai tanaman yang terinfeksi biasanya kecil dan

keluar tidak sempurna, bulir-bulirnya tertutup bercak

cokelat dan beratnya kurang. Disebabkan oleh virus

tungro padi yang dapat ditularkan oleh wereng daun.

Cara pencegahan menggunakan varietas yang tahan virus

tungro, mencabut dan memusnahkan tanaman yang

terinfeksi agar tidak menular.

Dari macam-macam penyakit diatas, pada praktikum

pengendalian OPT ditemukan penyakit klorosis. Klorosis

adalah keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun,

yang mengalami kerusakan atau gagalnya pembentukan

klorofil, sehingga tidak berwarna hijau, melainkan

kuning atau pucat hampir putih.

4.2.7 Karakteristik Penyakit Tanaman Padi

1. Bercak daun coklat

Penyebabnya adalah cendawan helminthosporium

oryzae. Cendawan ini sering menyerang tanah yang kurang

subur atau tanah beririgasi kurang baik. Gejala

serangan antara lain timbulnya bercak-bercak cokelat

seperti biji wijen terutama pada daun, tetapi dapat

pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang.

Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat

gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar

(0,4-1 cm X 0,1-0,2 cm), berwarna coklat dengan pusat

kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di

sekelilingnya. Serangan ini bisa mengakibatkan

hilangnya hasil panen sampai 50% dan biji berkualitas

rendah.

2. Tungro

Tungro adalah penyakit padi yang disebabkan virus

tungro yang dibawa oleh wereng. Serangan penyakit ini

mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan berkurangnya

jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan

daun yang terserang berwarna kuning sampai oranye. Daun

muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat

sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan

tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih

tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua

terinfeksi.

3. Batang Busuk

Gejala penyakit diawali dengan bercak kecil

kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas

permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan

penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah  dan

menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada

batang dan pelepah.  Cendawan penyebab busuk batang

menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil

berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian

dalam batang padi yang membusuk.Selama kondisi

lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan

sklerosia secara berlimpah  sebagai alat untuk bertahan

hidup.  Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami

sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut

dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi

inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam

berikutnya.

4. Bercak Daun Cercospora

Gejala yang ditimbulkan akibat serangan Cerospora

sp berupa bercak-bercak sempit memenjang,berwarna

coklat kemerahan sejajar ibu tulang daun,dengan ukuran

panjang kurang lebih 5 mm dan 1-1,5 mm. Banyaknya

bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk

anakan.Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat

mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling

berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala

paling berat menyebabkan daun mengering dan batang

menjadi rebah.Jamur penyebab penyakit bercak daun

mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata.

Perkembangan penyakit bercak daun sangat dipengaruhi

oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan.

4.2.8 Kondisi Penyakit yang ada di lapang

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kondisi

penyakit yang menyerang adalah sklorosis. Klorosis 

adalah keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun,

yang mengalami kerusakan atau gagalnya

pempentukan klorofil, sehingga tidak berwarna hijau,

melainkan kuning atau pucat hampir putih. Klorosis yang

terjadi pada tanaman padi disebabkan dari

buruknya drainase, kerusakan

perakaran, alkali tanah yang tinggi, dan kekurangan

unsur hara pada tanaman. Kekurangan unsur hara dapat

disebabkan jumlah hara tersedia yang tidak mencukupi

karena tingginya pH tanah seperti pada tanah alkali

atau dapat disebabkan tanaman tidak dapat menyerap

unsur hara karena kerusakan atau perkembangan akar yang

tidak baik. Klorosis sering kali merupakan petunjuk

terjadinya kekurangan unsur  hara dalam tanah  atau

serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan. Klorosis

juga merupakan gejala umum dari infeksi virus, klorosis

pada tanaman yang terserang virus tampak berupa daun

yang menguning secara seragam dan secara umum dapat

berpola mosaik, bercak, cicin, dan pola garis. Kondisi

ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor biotik

yaitu kondisi tanah,pH tanah, mikroorganisme, cendawaan

dan lainnya, sedangkan faktor abiotik seperti air,

cahaya matahari, suhu, kecepatan angin dan udara.

Oleh sebab itu perlu dilakukakan pengendalian hama

tersebut, karena kondisi lahan banyak yang terserang

oleh penyakit klorose. Hal tersebut juga mempengaruhi

jumlah dari populasi tanaman tersebut sehingga banyak

tanaman yang mati atau tidak tumbuh, hal ini juga

dipengaruhi terhadap hama yang suka menyerang padi pada

fase pertumbuhan vegetativ yang mengakibatkan tidak

terjadi pertumbuhan jumlah anakan.

4.2.9 Teknik Pengendalian Hama Tanaman Padi

Kondisi lapang yang masih banyak musuh alami, bisa

dimanfaatkan oleh petani untuk pengendali hayati yang

tidak merusak ekosistem. Dasar dari pengendali hayati

adalah untuk menjaga agar ekosistem komonistas abiotik

yang ada pada tanah atau lingkungan sekitar. Pengendali

hayati yang juga bisa maksudkan sebagai usaha

manipulasi musuh alami untuk tujuan utama pengendalian

hayati. Tujuan lain dari pengendali hayati/biologi juga

bisa mengehemat biaya petani untuk pembelian alat-alat

atau bahan kimia. Pengendalian gulma bertujuan untuk

mengurangi jumlah populasi dari gulma agar berada

dibawah Ambang Ekonomi (AE) atau ekologi. Jika

pengendalian gulma tidak diterapkam maka persaingan

memperebutkam hara, cahaya matahari dan nutrisi antara

tanaman dan gulma akan menyebabkan terjadinya

kompetisi. Cara pengendalian gulma dapat dilakukan pada

saat kondisi tanaman padi tertutup oleh gulma berkisar

40-50%. Penyiangan/pengendalian dilakukan pada saat

musim kemarau maupun musim penghujan.

Penyiangan/pengendalian dapat dilakukan 3-4 bulan

sekali dalam setahun dengan kondisi tanaman berumur 1-

2 bulan. Ada beberapa cara pengendalian gulma yang bisa

diterapkan. (1). Cara manual yaitu menggunakan sistem

piringan dengan diamater 1-3 m atau sistem jalu lebar

dengan diameter 1-3 m. Dengan menggunakan tanaman pokok

sebagai porosnya. Alat yang digunakan berupa cangkul,

parang, kored dan lainnya. Kemudian pemotongan gulma

sekitar 10 cm diatas permukaan tanah. hasil pemotongan

diletakkan dibagian luar piringan yang telah ditandai.

(2). Cara mekanis yaitu penerapan sistem jalur 1-3 m

dengan memanfaatkan tanaman pokok sebagai poros.

Pengendalian dilakukan dengan menggunakan alat brush

cutter untuk memotong gulma berupa alang-alang dan

semak.(3). Cara kimia yaitu penerapan sistem jalur 2-3

m dengan memanfaatkan tanaman pokok sebagai poros.

Pengendalin dilakukan dengan penyemprotan herbisida,

tordon, indamin untuk mengendalikan gulma yang berdaun

lebar seperti clibadium surinamense, eupathorium palescens,

melastoma malabathricum, dan merremia peltata.

4.2.10 Morfologi Gulma Yang Ada di Lapang

1. Rumput teki

Akar Rumput teki (Cyperus rotundus L.) merupakan

sistem perakaran serabut, akar rumput teki memiliki

banyak percabangan dan akar rumput teki memiliki banyak

anak cabang akar, akar rumput teki memiliki rambut-

rambut halus. Akar rumput teki tumbuh memanjang dan

menyebar di dalam tanah. Batang rumput teki tumbuh

tegak, berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak

lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm.

membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang

panang yang dapat membentuk tunas baru, daun-daun

terdapat di pangkal batang.

Daun Rumput teki berbangun daun garis, licin, tidak

berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan

permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang

membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih

pendek dari batang yang membawa bunga, lebarnya 2-6 mm.

Bunga Rumput teki memiliki bulir longgar terbentuk di

ujung batang, braktea dua sampai empat, tidak rontok,

panjangnya lebih kurangnsama atau melebihi panjang

perbungaan, bercabang utama tiga sampai Sembilan yang

menyebar, satu bulir berbunga sepuluh sampai empat

puluh.

Buah Rumput teki (Cyperus rotundus L.) berbentuk

bulat telur berisi tiga, panjangnya kurang lebih 1,5

mm, buah rumput teki memiliki warna coklat kehitam-

hitaman. Buah rumput teki tersusun berselang-seling

sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, buah

rumput teki berbentuk bulat telur dan lepes. Biji

Rumput teki terdiri dari sepuluh sampai empat puluh

buliran yang tersusun berselang-seling sedikit

bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, biji berbentuk

bulat telur dan lepes, panjangnya kurang lebih 3 mm,

berwarna coklat kemerah-merahan, benang sari dan putik

tersembul keluar.

2. Kayu apu

Kayu apu memiliki dua tipe daun yang sangat

berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk

cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna

hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih

agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun

menjadi basah dan juga membantu kayu apu mengapung.

Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat

mirip akar, tidak berklorofil, dan berfungsi menangkap

hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini

adalah akar kayu apu. Warna daunnya hijau muda makin ke

pangkal makin putih. Susunan daun terpusat berbentuk

roset. Kayu apu sendiri akarnya (dalam pengertian

anatomi) tereduksi. Kayu apu tidak menghasilkan bunga

karena termasuk golongan paku-pakuan. Bentuknya mirip

dengan sayuran kol atau kubis yang berukuran kecil.

Banyak tumbuh di daerah tropis, terapung pada genangan

air yang tenang dan mengalir dengan lambat.

4.2.11 Waktu yang Tepa untuk Pengendalian Gulma dan

Persentase Penuruanan Akibat Serangan Gulma.

Waktu yang tepat dilakukan pengendalian adalah

saat keadaan perkembangan agroekosistem yang terdiri

atas komponen biotik dan komponen abiotik. Berdasarkan

hasi pengamatan yang di peroleh dari kondisi lapang

yang merupakan sumber untuk pengambilan keputusan atau

kebijakan dalam pengandilan gulma. Menurut penelitian

Pitoyo (2006), menyatakan bahwa penurunan produksi

pangan khususnya padi akibat gulma masih tinggi yakni

berkisar antara 6 – 87 persen. Data yang lebih rinci

penurunan produksi padi secara nasional sebagai akibat

gangguan gulma mencapai 15 – 42% untuk padi sawah dan

padi gogo 47-87 %. Hal ini akan membantu petani untuk

meningkatkan produktivitas hasil pertanaman padinya.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Tehnik-tehnik yang dilakukan dalam pengendalian

gulma pada tanaman padi yaitu ada 2 cara yaitu

pengendalian secara langsung dan tidak langsung.

2. Ada 3 jenis organisme penggangu tanaman, yaitu hama,

penyakit dan gulma. Dimana semua aktivitas tumbuhnya

mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman padi

3. Penyakit yaang ditemukan berdasarkan pengamatan yang

dilakukan yaitu bercak daun, daun berkarat dan

kerdil dimana penyakit-penyakit ini menyerang

sebagian kecil tanaman yang ada dilahan namun tetap

diperlukan pengendalian agar tidak menyerang lebih

luas.

4. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan

hama yaitu dengan pengendalian mekanik, hayati dan

kimiawis.

5. Persentase tingkat petani akibat serangan gulma

mencapai 10-15%

5.2 Saran

Sebaiknya dalam memulai praktikum perlu adanya

pengingatan tentang cara praktikum, agar praktikan yang

masih bingung atau tidak membaca tatacara praktikum

bisa diingatkan dan beri kesempatan untuk menanyakan

sesuatu yang belum dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

Bobihoe, julistia. 2007. Pegelolaan Tanaman Terpadu (PTT)Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi PertanianJambi. Jambi

Effendi, Baehaki S. 2009. Strategi Pengendalian HamaTerpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif PraktekPertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices).Pengembangan Inovasi Pertania. 2(1):65-78

Hamkah dan Abddul Fattah. 2011. Tingkat Serangan HamaUtama Padi Pada Dua Musim Yang Berbeda diSulawesi Selatan. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Sulawesi Selatan

Oleyeke,olalekan. 2012. Management of Major InsectPests of Rice in Tanzania. Plant ProtectionScience (38) 3 : 108–113

Rianawaty. 2010. Biology 2 for Junior High School YearVIII. Jakarta : Dispenbud

Sani sembiring,abdul. 2009. Sistem Pakar DiagnosaPenyakit dan Hama Tanaman Padi. Pelita informasibudi dharma (3) 2 : 65 – 78

Sunarnao. (?). Pengendalian Hayati (Biologi Control)Sebagai Salah Satu Komponen Pengendalian HamaTerpadu (PHT). IPM

Soerjandono. N. B. 2005. Teknik Pengendalian GulmaDengan Herbisida Persistensi Rendah pada Tanaman

Padi. Buletin Teknik Pertanian. Vol 10(1): 5-8Triharso. 2010.

Sulistyani budiningsih,watimin.2012. PenerapanPengelolaan Tanaman Terpadu (PPT) diKecamatanKebasen Kabupaten Banyumas. SEPA(9) 1 : 34 - 42

suryanto, Widada Agus. 2010. Hama dan Penyakit. Yogyakarta: Kanisius.